MINGGU, 22 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Dolar-Dolar dari … · 2010-08-22 · O RANG yang...

1
O RANG yang me- lihat kediaman Nurhandiah J Ta- guba mungkin me- nebaknya maniak kerajinan kerang. Rumah dua lantai yang terletak di Cirebon, Jawa Barat, tersebut memang dipenuhi kerang. Bukan saja kaca, lam- pu, dan cermin, kerang juga menghias meja dan kursi bah- kan eternit rumah. Ngabisin kerang sampai 6 ton,” kata Nur-- panggilan akrabnya--saat bertutur di acara Pameran Produk Kreatif UKM di Gedung Smesco, Jakar- ta, pertengahan bulan lalu. Nur bukan saja paham bera- pa banyak kerang ‘menempel’ dalam rumahnya, ia pun pa- ham bagaimana pembuatan tiap kerajinan itu. Janganlah heran, karena wanita 39 tahun ini adalah pengusaha sekaligus perajin kulit kerang. Di dalam negeri, aksesori dan furnitur kulit kerang yang dibuatnya dijual di Bandung, Jakarta, dan Bali. Sementara itu, di luar negeri, lampu hingga meja makan dari kulit kerang itu digemari di Australia, Spa- nyol, Prancis, Jerman, dan Filipina. “Untuk luar negeri bisa dua sampai tiga kontainer tiap bu- lannya,” tambah Nur. Dengan jumlah penjualan sekitar 100 ribu unit per tahun Nur bisa me raup pendapatan hingga US$300 ribu per tahunnya. Inspirasi dari Filipina Kerajinan kerang telah jadi mesin dolar bagi Nur, tapi se- muanya itu tidak singkat. Nur bertutur usaha tersebut hasil dari kondisi kepepet. Pada 1996, suaminya yang berkebangsaan Filipina, Jaime Taguba, berhenti dari peker- jaannya di perusahaan permi- nyakan yang beroperasi di Indonesia. Sebagai ganti pemasukan, Jaime melihat korelasi antara limbah kerang di Cirebon dan daerah pusat kerajinan kerang di Filipina. Jaime pun mengajak istrinya sebagai pemasok bahan baku kerang mentah di daerah captive itu. Lama-kelamaan Nur belajar untuk memberi nilai tambah dengan mengolah kulit kerang sendiri. Lulusan Ilmu Kegu- ruan Universitas Gunung Jati Cirebon ini memberanikan diri membuat mangkuk seder- hana. Karya Nur itu ternyata disu- kai rekanan di Filipina tadi. Lantas ibu tiga anak ini pun makin bersemangat membuat bentuk dan motif lainnya de- ngan mengeksplorasi jenis kerang lain. Kebiasaannya dari remaja yang sering mengikuti kursus kerajinan tangan sangat mem- bantu. Bahkan kini Nur juga berkreasi dengan kerang darah dan kerang bukur. Ia menuturkan, pencarian inspirasi biasanya dilakukan dengan berjalan-jalan ke toko aksesori dan furnitur rumah. Nur menanamkan pikiran bah- wa semua barang bisa dibuat dengan kerang atau dalam ba- hasanya sendiri dikerangkan. Taplak meja, bunga-bungaan, tempat tisu, cermin, kap lampu sampai meja kansul dari lim- bah kerang kemudian lahir dari tangannya. Desain Nur yang eksotis dan terlihat ele- gan bahkan sudah diganjar penghargaan Desain Kerajinan Terbaik dari Asean Consorsium Program 2010. “Pada dasarnya kerang ini sifatnya sangat baik, sangat fleksibel. Paling agak repot kalau dengan kayu. Namun, kalau kita mau usaha, pasti bi- sa,” kata Nur. Selain kreativitas dan ke- mauan berusaha, Nur menga- takan kunci sukses bisnisnya adalah dukungan keluarga, ter- utama suaminya. Ia bersyukur suaminya tidak cemburu ketika sang istri sukses berbisnis. Jaime malah membantu da- lam soal teknis, seperti mem- buatkan mesin cetak hingga mendekor stan-stan pameran Nur. Selama 14 tahun berjalan, CV Multidimensi pimpinan Nur memang berkembang pe- sat. Jumlah karyawan berkem- bang dari 40 jadi 500 orang yang kebanyakan perempuan warga sekitar. Karyawannya membengkak seiring dengan permintaan hasil kerajinan kerang yang kian besar dari Australia dan negara-negara Eropa. Dalam kacamata Nur, pasar luar neg- eri sangat prospektif untuk digarap lebih lanjut. Perkembangan bisnis kera- jinan kerang yang pesat itu ti dak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Nur. Berang- kat dari kondisi kepepet dan sedikit keterampilan yang Nur miliki ternyata mampu mem- bangkitkan ekonomi warga sekitarnya. Ketekunan dan inovasi-ino- vasi yang terus-menerus serta pelayanan yang baik kepa- da pelanggan menjadi kunci sukses usaha kerajinan (lim- bah) kerang tersebut. (M-1) miweekend @mediaindonesia.com Berbekal kreativitas, kerajinan kerang Nurhandiah J Taguba kini laris di empat kota besar Indonesia dan berkontainer lainnya menjelajahi Australia, Prancis, dan Spanyol. Bintang Krisanti Entrepreneur | 9 MINGGU, 22 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Berbekal kreativitas, kerajinan kerang Nurhandiah J Taguba kini laris di empat kota besar Indonesia dan berkontainer lainnya menjelajahi Australia, Prancis, dan Spanyol. Dolar-Dolar dari Limbah Kerang Menyiasati Ketatnya Pasar Luar Negeri MESKI memiliki desain yang unik, kerajinan kerang memang tidak begitu saja bisa terkenal ke luar negeri. Aturan yang ketat serta tuntutan kualitas produk yang prima serta selera pasar yang variatif tidak mem- buat langkah Nur menembus pasar ekspor terhenti. “Pasti ada caranya,” begitu kira-kira keyakinan Nur saat hendak menjual produknya ke luar negeri. Maka dibentuklah jaringan pasar internasionalnya lewat pameran-pameran lang- sung ke luar negeri. Sebuah pertanyaan juga di sini. Bagaimana sebuah usaha kecil menengah (UKM) bisa melanglang buana ke berbagai negara? Ternyata itu pun ada jawab- annya sendiri. Nyatanya Nur mengaku tidak perlu menguras kocek sendiri untuk keperluan- keperluan promosi seperti itu. Hal yang sama juga berlaku untuk pelatihan para peker- janya. Nur tidak membanting tulang sendiri untuk mengajari para wanita buta huruf menjadi perajin-perajin terampil. “Kalau kita banyak menyerap tenaga kerja, banyak program bantuan bisa kita dapatkan. Asal kita juga aktif tanya ke dinas, pelatihan dan pameran bisa dibantu,” tuturnya. Tidak mengherankan jika Nur kini sudah berulang kali terbang ke Berlin dan Frankfurt dengan membawa karya-karya- nya. Namun, ia juga mengakui ada kalanya penjualan lesu. Seperti selama Mei-Juni ini, saat permintaan barang kerajinan dari Eropa menurun. Hal itu diperkirakan karena persiapan musim panas di ‘Benua Biru’ itu. Namun, ia juga mengakui secara umum pasar ekspor masih terbuka untuk produk kerajinan kerang. Belajar dari pengalaman itu- lah, Nur terbiasa menyisihkan tabungan di masa panen seba- gai persiapan biaya karyawan di masa paceklik. Dalam masa sepi order itu, kegiatan produk- si diganti dengan acara-acara siraman rohani dan karyawan tetap mendapat bayaran. Bisnis kerajinan kulit kerang telah dibuktikan Nur menjadi bisnis yang sangat potensial. Usaha ini juga bukan hanya mengurangi limbah, melainkan juga bisa membuka banyak lapangan kerja di Indonesia yang sebagian besar wilayah- nya bersentuhan langsung dengan laut. (Big/M-1) KUALITAS EKSPOR: Nurhandiah J Taguba, pengusaha kerajinan kerang, di antara karya-karyanya. Sedikitnya 2.400 jenis produk dari kerang, seperti kursi, lampu, hingga pembatas buku dihasilkan dari usahanya. Kerang yang dulu terbuang akhirnya bisa bernilai seni tinggi bahkan penjualannya hingga ke pasar luar negeri. FOTO-FOTO: MI/NURUL HIDAYAH

Transcript of MINGGU, 22 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Dolar-Dolar dari … · 2010-08-22 · O RANG yang...

Page 1: MINGGU, 22 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Dolar-Dolar dari … · 2010-08-22 · O RANG yang me-lihat kediaman Nur handiah J Ta-guba mungkin me-nebaknya maniak kerajinan kerang. Rumah

ORANG yang me-l i h a t k e d i a m a n Nur handiah J Ta-guba mungkin me-

nebaknya maniak kerajinan kerang. Rumah dua lantai yang terletak di Cirebon, Jawa Barat, tersebut memang dipenuhi kerang. Bukan saja kaca, lam-pu, dan cermin, kerang juga menghias meja dan kursi bah-kan eternit rumah.

“Ngabisin kerang sampai 6 ton,” kata Nur-- panggilan akrabnya--saat bertutur di aca ra Pameran Produk Kreatif UKM di Gedung Smesco, Jakar-ta, pertengahan bulan lalu.

Nur bukan saja paham bera-pa banyak kerang ‘menempel’ dalam rumahnya, ia pun pa-ham bagaimana pembuatan tiap kerajinan itu. Janganlah he ran, karena wanita 39 tahun ini adalah pengusaha sekaligus perajin kulit kerang.

Di dalam negeri, aksesori dan furnitur kulit kerang yang dibuatnya dijual di Bandung, Jakarta, dan Bali. Sementara itu, di luar negeri, lampu hingga meja makan dari kulit kerang itu digemari di Australia, Spa-nyol, Prancis, Jerman, dan Fi lipina.

“Untuk luar negeri bisa dua sampai tiga kontainer tiap bu-lannya,” tambah Nur. Dengan jumlah penjualan sekitar 100 ribu unit per tahun Nur bisa me raup pendapatan hingga US$300 ribu per tahunnya.

Inspirasi dari FilipinaKerajinan kerang telah jadi

mesin dolar bagi Nur, tapi se-muanya itu tidak singkat. Nur bertutur usaha tersebut hasil da ri kondisi kepepet.

Pada 1996, suaminya yang ber kebangsaan Filipina, Jaime Taguba, berhenti dari peker-jaannya di perusahaan permi-nyakan yang beroperasi di In donesia.

Sebagai ganti pemasukan, Jaime melihat korelasi antara

limbah kerang di Cirebon dan daerah pusat kerajinan kerang di Filipina. Jaime pun mengajak istrinya sebagai pemasok bahan baku kerang mentah di daerah captive itu.

Lama-kelamaan Nur belajar untuk memberi nilai tambah dengan mengolah kulit kerang sendiri. Lulusan Ilmu Kegu-ruan Universitas Gunung Jati Cirebon ini memberanikan

diri membuat mangkuk seder-hana.

Karya Nur itu ternyata disu-kai rekanan di Filipina tadi. Lantas ibu tiga anak ini pun makin bersemangat membuat bentuk dan motif lainnya de-ngan mengeksplorasi jenis ke rang lain.

Kebiasaannya dari remaja yang sering mengikuti kursus kerajinan tangan sangat mem-

bantu. Bahkan kini Nur juga berkreasi dengan kerang darah dan kerang bukur.

Ia menuturkan, pencarian inspirasi biasanya dilakukan dengan berjalan-jalan ke toko aksesori dan furnitur rumah. Nur menanamkan pikiran bah-wa semua barang bisa di buat dengan kerang atau da lam ba-hasanya sendiri dike rangkan.

Taplak meja, bunga-bungaan,

tempat tisu, cermin, kap lampu sampai meja kansul dari lim-bah kerang kemudian lahir da ri tangannya. Desain Nur yang eksotis dan terlihat ele-gan bahkan sudah diganjar peng hargaan Desain Kerajinan Terbaik dari Asean Consorsium Program 2010.

“Pada dasarnya kerang ini si fatnya sangat baik, sangat fleksibel. Paling agak repot

ka lau dengan kayu. Namun, kalau kita mau usaha, pasti bi-sa,” kata Nur.

Selain kreativitas dan ke-mauan berusaha, Nur menga-takan kunci sukses bisnisnya adalah dukungan keluarga, ter-utama suaminya. Ia bersyukur suaminya tidak cemburu ketika sang istri sukses berbisnis.

Jaime malah membantu da-lam soal teknis, seperti mem-buatkan mesin cetak hingga mendekor stan-stan pameran Nur. Selama 14 tahun berjalan, CV Multidimensi pimpinan Nur memang berkembang pe-sat. Jumlah karyawan berkem-bang dari 40 jadi 500 orang yang kebanyakan perempuan warga sekitar.

Karyawannya membengkak seiring dengan permintaan ha sil kerajinan kerang yang kian besar dari Australia dan negara-negara Eropa. Dalam kacamata Nur, pasar luar neg-eri sangat prospektif untuk diga rap lebih lanjut.

Perkembangan bisnis kera-jinan kerang yang pesat itu ti dak pernah dibayangkan se belumnya oleh Nur. Berang-kat dari kondisi kepepet dan sedikit keterampilan yang Nur miliki ternyata mampu mem-bangkitkan ekonomi warga sekitarnya.

Ketekunan dan inovasi-ino-vasi yang terus-menerus serta pelayanan yang baik kepa-da pelanggan menjadi kunci sukses usaha kerajinan (lim-bah) kerang tersebut. (M-1)

[email protected]

Berbekal kreativitas, kerajinan kerang Nurhandiah J Taguba kini laris di empat kota besar Indonesia dan berkontainer lainnya menjelajahi Australia, Prancis, dan Spanyol.

Bintang Krisanti

Entrepreneur | 9MINGGU, 22 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA

Berbekal kreativitas, kerajinan kerang Nurhandiah J Taguba kini laris di empat kota besar Indonesia dan berkontainer lainnya menjelajahi Australia, Prancis, dan Spanyol.

Dolar-Dolar dari Limbah Kerang

Menyiasati Ketatnya Pasar Luar NegeriMESKI memiliki desain yang unik, kerajinan kerang memang tidak begitu saja bisa terkenal ke luar negeri. Aturan yang ke tat serta tuntutan kualitas pro duk yang prima serta selera pasar yang variatif tidak mem-buat langkah Nur menembus pasar ekspor terhenti.

“Pasti ada caranya,” begitu kira-kira keyakinan Nur saat hendak menjual produknya ke luar negeri. Maka dibentuklah jaringan pasar internasionalnya lewat pameran-pameran lang-sung ke luar negeri.

Sebuah pertanyaan juga di sini. Bagaimana sebuah usaha

kecil menengah (UKM) bisa melanglang buana ke berbagai negara?

Ternyata itu pun ada jawab-annya sendiri. Nyatanya Nur mengaku tidak perlu menguras kocek sendiri untuk keperluan-keperluan promosi seperti itu. Hal yang sama juga berlaku untuk pelatihan para peker-janya. Nur tidak membanting tulang sendiri untuk mengajari para wanita buta huruf menjadi perajin-perajin terampil.

“Kalau kita banyak menyerap tenaga kerja, banyak program bantuan bisa kita dapatkan. Asal kita juga aktif tanya ke

di nas, pelatihan dan pameran bisa dibantu,” tuturnya.

Tidak mengherankan jika Nur kini sudah berulang kali terbang ke Berlin dan Frankfurt dengan membawa karya-karya-nya. Namun, ia juga mengakui ada kalanya penjualan lesu. Seperti selama Mei-Juni ini, saat permintaan barang kerajinan dari Eropa menurun. Hal itu diperkirakan karena persiapan musim panas di ‘Benua Biru’ itu. Namun, ia juga mengakui secara umum pasar ekspor masih terbuka untuk produk kerajinan kerang.

Belajar dari pengalaman itu-

lah, Nur terbiasa menyisih kan tabungan di masa panen seba-gai persiapan biaya karya wan di masa paceklik. Dalam masa sepi order itu, kegiatan produk-si diganti de ngan acara-acara siraman ro hani dan karyawan tetap men dapat bayaran.

Bisnis kerajinan kulit kerang telah dibuktikan Nur menjadi bisnis yang sangat potensial. Usaha ini juga bukan hanya mengurangi limbah, melainkan juga bisa membuka banyak lapangan kerja di Indonesia yang sebagian besar wilayah-nya bersentuhan langsung de ngan laut. (Big/M-1)

KUALITAS EKSPOR: Nurhandiah J Taguba, pengusaha kerajinan kerang, di antara karya-karyanya. Sedikitnya 2.400 jenis produk dari kerang, seperti kursi, lampu, hingga pembatas buku dihasilkan dari usahanya. Kerang yang dulu terbuang akhirnya bisa bernilai seni tinggi bahkan penjualannya hingga ke pasar luar negeri.

FOTO-FOTO: MI/NURUL HIDAYAH