minat baca

3
62,7 Persen Siswi SMP Tidak Perawan! Jakarta – KabarNet: Perang melawan kemaksiatan di negeri ini tampaknya masih belum akan usai. Betapa tidak, hasil survei yang yang diselenggarakan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS-PA) baru-baru ini mengungkapkan bahwa sebanyak 62,7 persen siswi SMP sudah pernah melakukan hubukan seks pra-nikah, alias tidak perawan. Sementara 21,2 persen dari para siswi SMP tersebut mengaku pernah melakukan aborsi ilegal. Dari survei yang diselenggarakan KOMNAS-PA tersebut terungkap bahwa tren perilaku seks bebas pada remaja Indonesia tersebar secara merata di seluruh kota dan desa, dan terjadi pada berbagai golongan status ekonomi dan sosial, baik kaya maupun miskin. Data tersebut diperoleh berdasarkan survei oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS- PA) yang dikumpulkan dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kotabesar. Berdasarkan data tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi IX mendesak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) agar segera meningkatkan sosialisasi program pemerintah yang disebut Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) kepada siswa-siswi di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. “Ini dilakukan sebagai antisipasi meningkatnya perilaku seks bebas pada remaja yang saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Pemerintah harus meningkatkan program sosialisasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja,” tutur anggota Komisi IX DPR-RI, Herlini Amran, di Jakarta, pada hari Kamis (23/2/2012). Temuan KOMNAS-PA tersebut akan membuat miris para orang tua yang membacanya secara detail. Dalam hal ini KOMNAS-PA melaporkan temuannya bahwa 97% remaja SMP dan SMA mengaku pernah menonton film porno, dan 93,7% dari para remaja itu mengaku pernah melakukan berbagai macam adegan intim tanpa penetrasi.Oleh sebab itu Komisi IX DPR melihat bahwa pemerintah perlu meningkatkan adanya Pusat Informasi dan Konseling (PIK) untuk remaja di daerah-daerah dan harus terus dilakukan pemantauan dari waktu ke waktu. Lebih lanjut lagi, Herlini Amran menyampaikan pendapatnya, bahwa jika tidak segera dilakukan antisipasi terhadap kasus ini, maka dikhawatirkan akan berisiko besar bagi masalah kependudukan di Indonesia yang selanjutnya akan memicu timbulnya generasi bangsa Indonesia dengan kualitas rendah. Dari data temuan KOMNAS-PA tersebut bisa diambil suatu kesimpuan bahwa tren perilaku seks bebas di kalangan remaja Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal itu terlihat dari data BKKBN tentang Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada tahun 2002-2003, dimana dilaporkan bahwa remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun, saat itu masih pada angka 34,7 persen untuk remaja putri dan 30,9 persen remaja putra. Sedangkan temuan terakhir di atas sudah menunjukkan peningkatan sampai menyentuh angka 93,7 persen. Sebuah tren peningkatan perilaku seks bebas yang mengkhawatirkan di kalangan remaja Indonesia. Sementara itu, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Sudibyo Alimoeso, mengakui bahwa saat ini masalah perilaku seks bebas dikalangan remaja tergolong kompleks dan sangat mengkhawatirkan. Hal ini, menurutnya, dipicu oleh kurangnya pengetahuan akan kesehatan reproduksi dan perilaku seksual yang benar.

description

minat baca

Transcript of minat baca

62,7 Persen Siswi SMP Tidak Perawan!Jakarta KabarNet: Perang melawan kemaksiatan di negeri ini tampaknya masih belum akan usai. Betapa tidak, hasil survei yang yang diselenggarakan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS-PA) baru-baru ini mengungkapkan bahwa sebanyak 62,7 persen siswi SMP sudah pernah melakukan hubukan seks pra-nikah, alias tidak perawan. Sementara 21,2 persen dari para siswi SMP tersebut mengaku pernah melakukan aborsi ilegal. Dari survei yang diselenggarakan KOMNAS-PA tersebut terungkap bahwa tren perilaku seks bebas pada remaja Indonesia tersebar secara merata di seluruh kota dan desa, dan terjadi pada berbagai golongan status ekonomi dan sosial, baik kaya maupun miskin.Datatersebut diperoleh berdasarkan survei oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS-PA) yang dikumpulkan dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kotabesar. Berdasarkan data tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi IX mendesak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)agarsegera meningkatkan sosialisasi program pemerintah yang disebut Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) kepada siswa-siswi di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.Ini dilakukan sebagai antisipasi meningkatnya perilaku seks bebas pada remaja yang saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Pemerintah harus meningkatkan program sosialisasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, tutur anggota Komisi IX DPR-RI, Herlini Amran, di Jakarta, pada hari Kamis (23/2/2012).Temuan KOMNAS-PA tersebut akan membuat miris para orang tua yang membacanya secara detail. Dalam hal ini KOMNAS-PA melaporkan temuannya bahwa97% remaja SMP dan SMA mengaku pernah menonton film porno, dan 93,7% dari para remaja itu mengaku pernah melakukan berbagai macam adegan intim tanpa penetrasi.Oleh sebab itu Komisi IX DPR melihat bahwa pemerintah perlu meningkatkan adanya Pusat Informasi dan Konseling (PIK) untuk remaja di daerah-daerah dan harus terus dilakukan pemantauan dari waktu ke waktu.Lebih lanjut lagi, Herlini Amran menyampaikan pendapatnya, bahwa jika tidak segera dilakukan antisipasi terhadap kasus ini, maka dikhawatirkan akan berisiko besar bagimasalah kependudukandi Indonesia yang selanjutnya akan memicu timbulnya generasi bangsa Indonesia dengan kualitas rendah.Dari data temuan KOMNAS-PA tersebut bisa diambil suatu kesimpuan bahwa tren perilaku seks bebas di kalangan remaja Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal itu terlihat dari data BKKBN tentang Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada tahun 2002-2003, dimana dilaporkan bahwa remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun, saat itu masih pada angka 34,7 persen untuk remaja putri dan 30,9 persen remaja putra. Sedangkan temuan terakhir di atas sudah menunjukkan peningkatan sampai menyentuh angka 93,7 persen. Sebuah tren peningkatan perilaku seks bebas yang mengkhawatirkan di kalangan remaja Indonesia.Sementara itu, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Sudibyo Alimoeso, mengakui bahwa saat ini masalah perilaku seks bebas dikalangan remaja tergolong kompleks dan sangat mengkhawatirkan. Hal ini, menurutnya, dipicu oleh kurangnya pengetahuan akan kesehatan reproduksi dan perilaku seksual yang benar.Lebih lanjut Sudibyo menyatakan, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2006, diperoleh temuan bahwa remaja yang mengaku pernah melakukan hubungan seks pra nikah adalah remaja berusia antara 13 sampai 18 tahun. Dari data tersebut sebanyak 60% dari para remaja itu mengaku tidak menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan intim dan mengaku melakukannya di rumah sendiri.Lagi-lagi, bangsa Indonesia mencatat prestasi baru dalam bidang kemaksiatan dikalangan generasi mudanya.

hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada remajaPENDAHULUAN

A.Latar BelakangPerilaku merokok akhir-akhir semakin memprihatinkan. Saat ini perilaku merokok merupakan suatu gejala yang dapat kita lihat setiap hari di segala tempat seperti di jalanan, tempat keramaian, bus kota, Rumah Sakit, sekolah dan lain sebagianya. Semua orang mengetahui akan bahaya yang dapat ditimbulkan dari merokok, tetapi perilaku merokok tidak pernah surut dn tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal yang memprihatinkan adalah usia mulai meroko yang setiap tahun semakin muda. Bila dahulu orang mulai berani merokok biasanya ketika usia SMP maka sekarang dapat dijumpai anak-anak SD kelas 5 yang sudah mulai berani merokok secara diam-diam (1).Menurut hasil survey nasional yang dilakukan pada tahun 2001, disebutkan bahwa perokok aktif di Indonesia sekitar 141,44 juta orang dan 20% dari total perokok aktif di Indonesia adalah remaja dengan rentan usia 15 18 tahun (2,3). Peningkatan drastis konsumsi tembakau para remaja terjadi pada tahun 1995 yakni 13,7 % dan pada tahun 2001 menjadi 22,4%. Prosentasi peningkatan ini terjadi pada remaja laki-laki usia 15-19 tahun yang merupakan perokok (smoking regulari) (4). Penelitian yang dilakukan pada tahun 2003 terhadap siswa sekolah menengah kejuruan di kota Malang diperoleh hasil bahwa 59,17% dari 120 orang siswa yang menjadi responden diketahui merokok dan 67,60% dari jumlah perokok tersebut diketahui mulai merokok sejak duduk ditingkat SLTP (5). Penelitian lain yang dilakukan oleh Global Youth Tobaco Survey tahun 2000 menunjukan dari 2074 responden pelajar usia 15-20 tahun didapat bahwa 43,9% mengaku pernah merokok, 11,85 siswa menganggap rokok akan menambah teman, dan 9,2% siswa menganggap rokok akan membuat mereka terlihat lebih atraktif (6).Perilaku perokok yang terjadi pada seseorang dapat dibedakan menjadi perokok ringan, perokok sedang, perokok berat dan perokok sangat berat. Perokok ringan menghabiskan sekitar 10 batang rokok setiap hari. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-20 batang setiap hari. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang perhari sedangkan perokok sangat berat mengkonsumsi lebih dari 30 batang perhari (1). Penelitian terhadap siswa SMK di kota Malang yang merokok, menunjukan 67,87% responden mengaku mampu manghabiskan 1-3 batang perhari, 25,35% responden mampu manghabiskan 4-6 batang perhari, 4,23% responden mampu menghabiskan 7-10 batang perhari, serta 2,55% responden sisanya mampu menghabiskan diatas 10 batang perhari (5).Perilaku yang di lakukan di kota wonogiri mengemukaan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pelajar putra SMK yaitu sikap, perilaku merokok teman, dan perilaku merokok saudara (7).Remaja mengalami kecemasan karena ia tidak bisa dengan baik melalui proses transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yaitu transisi emosi, moralitas, pendidikan seksualitas, dan transisi dalam berhubungan dengan keluarga (8).Kecemasan dalam remaja akan mendorong seseorang untuk mulai merokok karena mereka menganggap bahwa merokk dapat mengendorkan urat syaraf, relaksasi, mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi dn dapat membantu dalam menghadapi permasalahan sosial (9, 10). Hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa SMK di Wiworotomo Purwokerto mengumakakan bahwa setiap jam istirahat dan jam pulang sekolah banyak siswa putra yang merokok di warung samping sekolah dan di halte bus, mereka mengatakan bahwa dengan merokok dapat mengurangi beban pikiran tentang tugas di sekolah dan dapat merasa rileks.Peran serta dari tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan sangat di perlukan untuk mambantu remaja dalam mengatasi perilaku merokok yang dipengaruhi oleh kecemasan atau ansietas. Intervensi yang perlu dilakukan perawat adalah menentukan program yang cocok untuk klien sesuai dengan tingkat kecemasan remaja seperti mengajarkan remaja dengan cara mendiskusikan koping yang bisa digunakan. Tujuannya supaya remaja dapat mengubah penggunaan koping dari destruktif menjadi koping yang konstruktif dan mendapatkan dukungan sosial dalam memecahkan masalah. Kemudian membantu meningkatkan kesadaran diri remaja dengan cara mengidentifikasi hal-hal positif yang di miliki remaja dan dapat dikembangkan secara positif serta mengurangi hal-hal negatif dalam diri remaja (11).