Millemagz Edisi 05 Juli 2013

30
Millemama JENDELA KOMUNIKASI MILLENIUM MAMA YANG PEDULI DENGAN RUANG BERMAIN LAYAK ANAK ISSUE 05/ JULI-AGUSTUS 2013 Sekolah Alam? Kreatif bersama anak: Membuat Perahu dari KARTON SUSU Olah tubuh di Bulan Ramadhan: tips peregangan tubuh Homeschooling: Open the door to go outside more sekolah internasional? Cerita ringan: Belajar dari Dandelion Resep praktis: Bekal Outing Anak MIAU: Metamorfosis Kupu-kupu

description

Fifth edition of Free Millemama Magazine. Learning while playing in outdoor setting. Free your mind to explore more.

Transcript of Millemagz Edisi 05 Juli 2013

MillemamaJENDELA KOMUNIKASI MILLENIUM MAMA YANG PEDULI DENGAN RUANG BERMAIN LAYAK ANAK

ISSUE 05/ JULI-AGUSTUS 2013

Sekolah Alam?

Kreatif bersama anak:Membuat Perahu

dari KARTON SUSU

Olah tubuh di Bulan Ramadhan: tips peregangan tubuh

Homeschooling: Open the door to go outside more

sekolah internasional?

Cerita ringan:Belajar dariDandelion

Resep praktis: Bekal Outing Anak

MIAU:Metamorfosis

Kupu-kupu

16 PrasekolahMemilih daycare yang sesuai untuk anak

17 PAUDOutdoor play bersama PAUD Mawar

18 Usia SekolahSekolah Alam Indonesia

21 Inspirasi ResepHappy outdoor bento

23 Liputan SeminarSekolah internasional untuk Millekidz, perlukah?

24 Olah TubuhTips peregangan otot

26 Share Your Picture (SYP)27 Kreativitas

EDISI KALI INI

04 KesehatanSehat dengan belajar di luar ruangan

05 Cerita RinganOutdoor walk: Belajar dari Dandelion dan Bunga Musiman

06 HomeschoolingOpen the door to go outside more

08 Cerita (tidak) Ringan Kembali pada Ibu

11 LiputanLaba-Laba Millemama

12 Komunitas Taman KotaTaman kota sebagai tempat belajar bagi anak

12 Ulasan TamanTaman Bermain Humlegården, Stockholm

14 Seni & KreasiMembuat perahu dari karton susu

1804 16MARI BERGABUNG DENGAN MILLEMAMA

Untuk para millenium mama yang peduli dengan ruang bermain alami untuk anak, banyak cara untuk berkontribusi dan terlibat dengan kegiatan Millemama!

Caranya: Kirimkan email ke [email protected] untuk menyampaikan data diri dan ketertarikan Anda untuk berkontribusi di Millemama.

�� Millemamas yang hobi menulis atau berkreasi dapat mengirimkan tulisan atau kreasinya untuk menginspirasi orang tua lainnya di seantero Indonesia untuk bersama-sama mengembalikan hak anak untuk dapat mengakses ruang bermain alami.

�� Bagi Millemamas yang memiliki usaha sendiri dapat memasang iklan atau bekerja sama dengan Millemama untuk mempromosikan produk atau jasanya.

�� Hobi twittering dan facebooking? Mari bergabung untuk sharing dan re-posting kata-kata inspiratif yang sesuai dengan misi Millemama. �� Tidak merasa punya apa-apa dan hanya memiliki pakaian dan barang yang sudah tidak terpakai tetapi masih layak? Mari bekerja sama dengan

Millemama melalui program Laba-laba Millemama untuk menjual dan menyalurkannya kepada yang membutuhkan. � Penggalangan dana melalui Laba-laba Millemama dan kegiatan usaha lainnya akan disalurkan untuk merealisasikan perbaikan dan pengadaan

Ruang Bermain Millemama (RBM).

Betul kan, banyak cara untuk bergabung dengan misi Millemama!

Majalah Millemama Issue 05/ Juli-Agustus 2013

KATA EDITOR Millemama Indonesia

TIM MILLEMAGZ

Penanggung jawab Riela Provi Drianda

Editor Sri Rezeki Maretini

Tata letak & desain Peina Aditiani

KONTRIBUTOR

Ainun Keumala MeutiaAre Riantini Ionapuspa

Awan Diga AristoIbu Lasmini

Fani DevianaFrans Ari Prasetyo

Lativa SovianavratilovaLisa NamuriLyly Freshty

Mieke NurmalasariMulki Angela

SAMPUL DEPANShanda oleh Sary Ndaru

Sumber foto dandelion: ruthelsesser.wordpress.com

KONTAKRedaksi, Kerjasama, Sirkulasi, Iklan

[email protected]

Follow twitter @Millemama_INALike facebook Millemama Indonesia

www.millemama.com

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Kata-kata, foto, gambar dan opini adalah properti penulis kecuali dinyatakan

selain itu. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi majalah tanpa izin Millemama.

Juli! Tidak terasa sudah sampai di Bulan Juli. Bagi umat muslim tentunya

dalam beberapa hari akan menemui Bulan Ramadhan dan wajib menjalankan ibadah Ramadhan.

Namun, berpuasa bukan berarti tidak dapat berolah raga lho! Luangkan waktu para Millemamas, Millepapas dan Millekidz untuk tetap dapat melakukan peregangan tubuh dan mungkin melakukan gerakan aerobic yang proporsional. Simak tips peregangan di kolom olah tubuh edisi kali ini bersama Lisa Namuri. Dan jangan lupa untuk tetap menghirup udara segar di luar sana supaya puasa tidak terasa semakin berat karena otak tidak dapat berkonsentrasi!

Harus diakui bahwa edisi tengah tahun ini merupakan salah satu edisi Millemagz yang paling menantang dikarenakan kesibukan masing-masing anggota tim Millemagz dan para kontributor. Banyak tenggat waktu yang harus dipenuhi di luar kesibukan paruh waktu di Millemama. Tetapi hal ini malah menjadikan kami terpacu untuk semakin berkontribusi!

Hal yang paling menantang bagi saya adalah ketika si kecil mengajak untuk bermain keluar di pagi hari saat otak saya sedang sangat satu aliran dengan pekerjaan saya sebagai editor. Sogokan dengan televisi dan alat elektronik lainnya ditepis mentah-mentah dan kalau sudah begini.. artinya saya pun memang sudah saatnya harus menghirup udara segar. Terkadang saya ajak anak saya yang berumur tiga tahun untuk memeriksa surat masuk di kotak pos, mencuci mobil atau saya ajak anak untuk membantu menjemur pakaian di belakang rumah dan jika dia bosan boleh meniup gelembung balon mainan. Satu langkah keluar, dua tiga pekerjaan dapat terselesaikan! Hah!

Pekerjaan memang menjadi dua kali lebih lambat jika dilakukan bersama anak dibandingkan saya sendiri yang melakukannya. Tetapi pengalaman kebersamaan, keterampilan anak dan komunikasi tentunya harga yang tidak terbayar kecuali dengan waktu dan kesempatan yang kita berikan kepada anak.

Millemagz kali ini akan membahas mengenai pendidikan. Rasanya semua akan sependapat bahwa alam dan lingkungan membawa pengaruh besar bagi proses belajar anak. Apa pun bentuk dan metoda pendidikan yang Anda anut, homeschooling, sekolah negeri, sekolah swasta atau sekolah internasional, tentunya tidak lepas dari keinginan Anda untuk memberikan yang terbaik untuk putra-putri Anda.

Simak Millemagz kali ini dan jangan sampai ketinggalan informasi penting dalam memilih metoda pendidikan bagi anak dan tentunya juga sesuai dengan kondisi dan harapan Anda!

KesempatanSukarelawan/wati

Millemagz membutuhkan bantuan tenaga sebagai berikut:

Web Designer & maintenance officerIllustrator for website and millemags

Photographer/photo supplierColumn editor (kids and plants)

Column editor (kids’ health)Column editor (landscape designer),

Translator (English, Japanese)

Kirimkan nama, pengalaman kerja dan posisi yang dilamar ke [email protected] Rezeki Maretini

[email protected]

Desain ruang belajar bagi anak baik indoor maupun outdoor memegang peranan penting dari segi kesehatan. Apalagi seiring dengan meningkatnya

angka obesitas, diabetes, asma dan alergi serta attention deficit disorder, maka ruang belajar yang tepat bagi anak dapat menjawab tantangan-tantangan tersebut. Bangunan sekolah yang sehat adalah yang cukup penyinaran dan udara segar serta menggunakan material bangunan yang tidak mengakibatkan bahaya bagi anak. Oleh karena itu desain fasilitas indoor untuk belajar anak pun harus tepat. Taman dan ruang terbuka hijau juga merupakan ruang belajar yang tepat memberikan kontribusi bagi kesehatan anak. Jadi anak tidak melulu belajar di fasilitas indoor, tetapi juga outdoor. Kali ini kita akan membahas hubungan antara ruang belajar outdoor dengan kesehatan anak.

Penelitian menunjukkan bahwa anak akan mendapatkan banyak manfaat dari banyak aktivitas outdoor, dimana mereka dapat mengeksplorasi dan menikmati lingkungan yang masih natural. Terkadang, suasana belajar di luar ini memberikan stimulasi yang lebih efektif untuk anak belajar lebih banyak. Belajar outdoor dengan porsi yang sering dan regular meningkatkan kesempatan bagi anak untuk menggunakan keterampilan yang tidak dapat mereka gunakan saat belajar indoor Ruang belajar outdoor hendaknya memiliki landscape yang atraktif bagi anak, dilengkapi dengan playground dan fasilitas olahraga, serta rute/ area berjalan yang memenuhi standar kemanan anak.

Namun beberapa hal perlu diperhatikan oleh para orang tua maupun guru saat anak belajar outdoor, karena keadaan lingkungan yang kurang sehat memberikan efek yang besar bagi anak. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Tubuh mereka tidak sama dengan kita. Ukuran tubuh yang relatif lebih kecil dari orang dewasa dan masih dalam masa pertumbuhan mengakibatkan mereka lebih rentan terhadap kontaminan ataupun polusi yang dipaparkan dari lingkungan sekitar. Beberapa fakta:

� Anak menghirup udara lebih banyak, minum air lebih banyak, makan lebih banyak dibandingkan orang dewasa, jika kita hitung per ukuran berat badan tubuh.

� Anak lebih sering memasukkan tangan ke mulut.

� Tubuh anak mungkin lebih tidak dapat mengeksresikan/ mengeluarkan kontaminan berbahaya yang sudah masuk ke tubuhnya.

Keracunan timbal dari limbah lingkungan yang kemudian mencemari alam sekitar (terutama jika lokasi tidak terlalu jauh dari lingkungan pabrik) menjadi hal yang harus diperhatikan. Timbal adalah polutan yang cukup umum mencemari

lingkungan. Anak dengan asma juga harus lebih berhati-hati saat bermain outdoor, terutama jika kualitas udara kurang baik. Hal tersebut justru dapat memicu serangan asmanya. Anak dengan penyakit alergi lainnya juga harus berhati-hati terhadap paparan allergen. Banyak hal di sekitar kita yang berpotensi sebagai allergen. Debu, serbuk bunga / pollen (di negara empat musim), tumbuhan tertentu, gigitan serangga (nyamuk dan lebah), bulu binatang, kuman (virus, bakteri) dapat menjadi pemicu reaksi alergi. Reaksi alergi dapat bervariasi dari sekadar ringan hingga berat. Reaksi alergi berat (anafilaksis) dapat menjadi kondisi yang membahayakan nyawa. Ada baiknya pihak sekolah sudah memiliki daftar alergi setiap anak didiknya. Baik alergi dari lingkungan ataupun alergi dari makanan. Kebersihan air minum ataupun sarana bermain air juga harus diperhatikan, karena

KESEHATAN

Sehat dengan Belajar

di Luar Ruangan

kemungkinan paparan kuman. Paparan asap rokok saat berada di lingkungan luar juga harus diperhatikan.

Demikian beberapa hal yang sebaiknya kita perhatikan bersama saat anak belajar di luar ruangan. (M)

Oleh: Dokter Qkey (Mulki Angela)

Mahasiswi S3 fakultas kedokteran di salah satu universitas negeri di Jepang. Seorang ibu dari satu putra (dan sedang mengandung anak kedua) yang senang belajar berbagai hal terutama mengenai tumbuh kembang anak dan seluk beluk dunia anak.

4 | www.millemama.com | Juli-Agustus 2013

Tatkala hari cerah dan pekerjaan rumah sudah banyak yang terselesaikan, saya dan para jagoan kecil sering menyempatkan diri untuk berkeliling lingkungan sekitar hunian kami. Tujuan kami beragam,

mulai dari bermain di taman sampai sekadar mengunjungi tempat dimana kami bisa melihat kereta dari balik pagar stasiun. Di sepanjang rute perjalanan kami yang tidak terlalu ramai lalu lalang kendaraan bermotor, terdapat banyak taman dan di beberapa lokasi terdapat ruang terbuka hijau dimana kami bisa menemukan banyak bunga dan rumput liar.

Si sulung paling tertarik dengan dandelion, bunga yang identik dengan kepalanya yang bulat berwarna putih dan nampak sehalus kapas. Bagi si sulung, menemukan dandelion berarti ia harus berperan menjadi HERO alias jagoan yang harus membantu dandelion untuk menyebarluaskan anak-anaknya. Dengan satu tiupan, anak-anak dandelion akan terbang mengarungi angkasa, mencari daratan dimana ia dapat tumbuh dengan baik.

Satu tangkai dandelion itu menantang imajinasinya untuk memikirkan masa depan setiap anak dandelion. Dari hal tersebut saya memperhatikan bagaimana interaksi si sulung dengan dandelion itu dapat mengasah kemampuannya menciptakan sebuah cerita

dan memperkaya perbendaharaan kata dan kemampuan tata bahasa Indonesianya. Maklum, ia sering menyusun kata yang tidak pada tempatnya. Misalnya saja, jika ia ingin berkata bahwa adiknya yang salah maka ia akan menyampaikannya sebagai berikut “Ade kesalahan…” dan bukan “Itu kesalahan Ade”. Untuk mengajarkan tata bahasa yang baik, saya mencoba untuk tidak hanya mengandalkan belajar di dalam ruangan bersama buku.

Selain bercengkerama mencari dandelion, kami sering sekali berpetualang mencari bunga musiman dan mengambil foto bunga tersebut. Mungkin bagi orang dewasa hal ini terkesan sederhana, namun bagi para jagoan saya, petualangan mencari bunga musiman adalah kesempatan untuk belajar mengenai pergantian musim. Tentu saja terkadang muncul pertanyaan yang saya sendiri harus berguru pada mbah google untuk mendapatkan jawabannya. Misalnya saja dia bertanya, “Apakah di Indonesia ada bunga sakura?”, “Mengapa sakura hanya tumbuh di Jepang?”, “Di Indonesia kalau musim panas, bunga apa yang tumbuh?”, dan ditutup dengan pertanyaannya “Mengapa Mommy tidak tahu?”

Whoalah, bunga apa yang tumbuh saat musim panas ya? Sepanjang tahun di Indonesia bagi saya panas terus jadi saya tidak cukup memperhatikan. Padahal menarik juga ya kalau

CERITA RINGAN

Outdoor Walk : Belajar dari Dandelion dan Bunga Musimankita merayakan musim bunga bermekaran di tanah air. Pertanyaan si kecil membuat saya tersadar bahwa saya pun tidak tahu kapan saja waktu bunga melati mekar. Apakah tergantung waktu penanaman atau ada bulan bulan tertentu dimana ia baru akan mekar seperti halnya bunga sakura dan plum.

Hanya diawali dengan alunan langkah, begitu banyak yang bisa si kecil pelajari, kenali dan amati. Kita sebagai orangtua pun dapat mengevaluasi sejauh mana lingkungan harian kita bisa jadi sumber ilmu pengetahuan bagi si kecil.

Merasa lingkungan hunian anda monoton?Mari tanam lebih banyak tanaman dan bunga

di halaman dan ajak tetangga anda untuk memperkaya lingkungan anda dengan warna warni daun dan bunga bungaan! (M)

Oleh: Riela Provi Drianda

Seorang peneliti pascadoktoral di sebuah universitas negeri Jepang yang memiliki kepedulian terhadap ruang bermain layak anak dan kota layak anak

www.millemama.com | Juli-Agustus 2013 | 5

HOMESCHOOLING

Saya akui, saya suka sekali mengajak anak bermain di luar rumah, termasuk menjajaki ruang terbuka yang ada di sekitar kami, menjangkau ruang yang lebih luas

dari halaman rumah. Kegetolan ini bermula dari pengalaman saya di masa kecil yang dengan mudahnya menemukan pohon untuk dipanjati, bunga-bunga dan tetumbuhan liar untuk dipunguti. Melampaui itu semua adalah tersedianya ruang yang selalu bisa mematikan rasa bosan dengan ide-ide bermain yang seolah tak habis-habisnya padahal tanpa panduan apapun.

Memang sayalah orangnya yang ketika kanak-kanak banyak menggunakan waktu untuk bermain di luar, dari jalanan, kebun liar, sampai pinggir hutan. Kini, selain karena saya merindukan masa-masa itu untuk tetap dapat waras di tengah lingkungan beton kota besar, saya juga ingin anak saya merasakan nikmatnya bermain dengan apa saja yang tersedia di alam tanpa banyak aturan. Sayang sekali, ruang kota bukanlah tempat yang tatanannya secara alami bisa memenuhi kebutuhan tersebut, melainkan menuntut saya sebagai orangtua untuk aktif membantu anak terkoneksi dengan alam. Menyambung koneksi ini bukan perkara mudah, membutuhkan pembiasaan dan keleluasaan pikiran karena seolah-olah kita tengah melawan arus kehidupan yang berlomba-lomba dengan cepat di luar sana, dengan sejenak melambat menghargai sumber kehidupan pemberian Tuhan. Beruntung kami homeschooler. Selain memiliki waktu yang fleksibel dengan model pendidikan swakelola, kami juga berhak menjadikan ‘kehidupan di alam’ sebagai salah satu bagian penting dalam proses pendidikan anak, khususnya di tahun-tahun pertama kehidupannya. Adalah kewajiban kami menghantarkannya ke alam sehingga dia bisa merajut kasih langsung dengan semesta, menghargainya.

Dia lima tahunDia masih kanak-kanak. Dia senang (juga

serius) bermain bebas. Dia suka bergerak karena walau tanpa disadarinya, itu adalah tugas perkembangannya. Ruang di dalam rumah atau (barangkali) di balik tembok sekolah tidak cukup luas untuk membantunya dalam menjalankan misinya, sering mentok dengan ruang pandang yang terbentur tembok. Di rumah dia bisa bermain sepuasnya, tetapi bukan tempatnya untuk berlari, melompat dan memanjat seenaknya. Di sekolah mungkin ada playground dan sandbox, tetapi seringkali hanya boleh dimainkan pada saat yang sudah ditentukan, saat playtime.

Dia lima tahun, bukan anak usia sekolah. Dia masih sibuk dengan penjelajahannya di dunia baru ini dengan segenap inderanya. Tanpa bisa diungkapkannya, peralatan elektronik yang dipeganginya tak bisa memberikan pengalaman

sensoris yang dibutuhkan inderanya, dan dia pun tetap gelisah di dalam rumah seolah haus stimuli.

Dia anak-anak, berhak memiliki masa kanak-kanak yang tuntas, merajutnya dengan indah tanpa tuntutan untuk bisa ini dan itu. Dia butuh ruang luas yang bisa mewadahi keinginannya untuk berlari, berteriak, melompat, memanjat tanpa rasa takut dicap hiperaktif - tidak bisa diam, juga untuk melihat, mendengar, menyentuh - tanpa komando. Yang terpenting, dia butuh ruang untuk membangun kekagumannya terhadap alam, buatan Tuhan.

Dia suka pagi karena bisa bangun tidur dan bergerak lagi. “Ayo, outdoor” katanya begitu selesai meneguk air putih. Dan kami pun sesempat mungkin meluangkan waktu untuk sekedar jalan pagi, menghirup udara segar dan mengejar matahari. Mungkin dia pun merasa, itu bagus untuk menjaga mood-nya sepanjang hari. Perasaan ringan karena energi berlebih telah tersalurkan.

Bermain di ruang terbuka bukan hanya untuk aktivitas fisik

Barangkali ada yang menganggap bahwa bermain di luar rumah sama saja dengan aktivitas fisik, sehingga dengan dalih keterbatasan ruang bisa saja digantikan dengan aktivitas fisik lainnya. Jika memang bermain di luar hanyalah padanan aktivitas fisik, maka keterbatasan ruang (alami) bukan lagi isu yang perlu diperjuangkan, karena persoalannya telah berpindah pada pemenuhan aktivitas fisik anak, tak soal dimanapun tempatnya. Tetapi, tujuan mengekspos anak pada alam terbuka bukanlah sekedar menyediakan ruang untuk aktivitas fisik, melampaui itu bermaksud untuk memenuhi kebutuhan jiwanya yang penuh imajinasi dan rasa penasaran tentang dunia sekitarnya. Kebutuhan ini secara alamiah adalah bagian dari proses tumbuh kembang anak yang sehat, jiwa dan raga.

Oleh: Lyly Freshty

Outdoor lover berlatar belakang pendidikan perencanaan wilayah dan kota yang kini menjadi praktisi homeschooling. Saat ini menetap di Surabaya bersama suami dan anak perempuannya.

Open the door

to go outside more

Kebutuhan itulah yang mendesak, namun sekarang terdistorsi oleh besarnya tuntutan sistem pendidikan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dunia industri tenaga kerja, bahkan telah terprogram sejak usia dini. Pengerdilan ini terlihat dari terbentuknya penilaian masyarakat yang lebih tinggi terhadap anak yang bisa ca-lis-tung-dan duduk diam membuat prakarya dalam jangka waktu yang lama, sebelum masuk usia sekolah (dasar). Barangkali, anak yang terlihat banyak main-main di luar rumah kurang mendapatkan penghargaan atas kemampuannya dalam mensinergikan alam kedalam permainannya. Karena bermain dianggap hal biasa. Padahal di dalam main-mainnya itu, terjadi proses yang begitu alamiah untuk mempersiapkan motorik/sensoriknya.

Alam telah memberikan sarana bagi anak mengenal dunia nyata sekaligus dunia makna. Secara mandiri, mereka melatih berbagai keterampilan hidup, kebiasaan memperhatikan alam ciptaan Tuhan, mengontrol diri sendiri, mengelola risiko dari setiap tindakannya, dan mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan manusia lain secara alami. Yang terakhir, saya berandai-andai jika anak-anak usia dini tak digegas ke dalam dunia persekolahan, tentu akan semakin banyak anak yang menjadikan alam sebagai teman bermainnya. Sungguh, tak ada satupun alat elektronik yang bisa menggantikan pengalaman sensoris itu secara alami kecuali bersentuhan langsung dengan alam. (M)

6 | www.millemama.com | Juli-Agustus 2013

HOMESCHOOLING

Open the door

to go outside more

www.millemama.com | Juli-Agustus 2013 | 7

CERITA (TIDAK) RINGAN

Sebenarnya sudah lama saya ingin mengajak buah hati saya, Fathma Shafiyani Zahira (4,5 tahun), bermain atau rekreasi di tempat-tempat yang bernuansa alam. Ya sebutlah hutan,

gunung, pantai, kebun teh, atau semacamnya. Sebagai warga Kota Bandung, tentunya agak sulit untuk sering mengunjungi tempat-tempat tersebut, khususnya pantai. Bukan sulit juga sebenarnya, mungkin lebih tepat kalau disebut “harus diniatkan agak serius”.

Sejak lahir, Fathma terlalu sering main ke mall atau pusat perbelanjaan atau semacamnya. Sebagai anak yang lahir dan besar di kota besar, hal ini wajar saja tentunya. Bagaimana tidak? Sejak umur 3 bulan pun jalan-jalan pertamanya adalah ke mall. Terhitung pada umur 1 tahun Fathma sepertinya sudah mengunjungi semua mall yang ada di Kota Bandung. Bisa jadi karena ibunya gemar belanja atau cuci mata di mall juga sih, tapi tentunya alasan ini akan kurang etis dibahas disini.

Memang bukannya sama sekali Fathma tidak mengenal alam itu apa. Sewaktu bayi ia sering berjemur, melihat matahari terbit dan pepohonan ketika embun di dedaunannya masih menetes. Tetapi itu adalah ketika matanya masih lebih sering terpejam, dan kehangatan mentari itu baru ia rasakan di kulitnya. Ketika ia sudah sering membuka matanya dan mulai tertarik pada mainan atau hal-hal yang diberikan orang-orang dewasa kepadanya, ia mengenali dari mana

KEMBALI PADA

IBU

Oleh: Awan Diga Aristo

Ayah satu orang anak, suami mingguan yang hidupnya habis untuk mengukur jalan. Usia tidak relevan, kedewasaan tak kunjung datang. Hobinya makan lalu menimbang badan dan menyesal. Masih untung ada yang mau, mungkin karena mata istrinya minus empat.

8 | www.millemama.com | Juli-Agustus 2013

CERITA (TIDAK) RINGAN

barang-barang tersebut berasal. Ia merasa telah menemukan sumber kegemarannya. Ketika ia sudah sering membuka matanya, orang-orang dewasa (termasuk saya, tentunya) justru lebih jarang membawanya keluar karena khawatir kulitnya menghitam atau tubuhnya sakit terkena angin. Alhasil ia lebih sering melihat cahaya lampu neon dibanding matahari tenggelam, lebih senang merasakan dinginnya AC dibanding semilir angin gunung. Tipikal anak kota.

Bukan juga perkara ekonomi yang melatarbelakangi keinginan saya mengajak Fathma main di tempat-tempat selain mall. Kalau begini tentu kesannya saya menghindari mall karena saya tidak punya uang untuk belanja, bukan? Janganlah memandang seperti itu. Pokoknya jangan.

Alasannya lebih sederhana dari itu.Saya punya seorang teman, yang namanya

tidak akan saya sebutkan disini tapi benar nyata keberadaannya, yang dulu sering sekali saya ejek. Perkaranya begini, teman saya itu gemar sekali berada di tempat yang diterangi lampu neon dan ber-AC. Jarang ia mau diajak ke tempat-tempat yang bernuansa alam. Ini berimbas sampai ketika ia ditugaskan oleh kantornya ke daerah lain di luar Jakarta, info pertama yang ia cari adalah “ada mall apa di sana”. Ia sering berkata bahwa ia “merasa aman” di tempat-tempat itu. Bahkan ketika ia ditugaskan ke sebuah daerah yang terpencil yang tidak ada mall-nya, ia berhasil menemukan sebuah swalayan… kemudian

betah berlama-lama didalamnya padahal hanya membeli 1 botol air mineral dan sabun mandi. Kami sering mengejeknya dengan sebutan “laron” karena 2 hal: pertama, ia gemar berada di tempat berlampu neon; kedua, karena ia takut (literally, takut) pada hewan laron.

Pada suatu ketika, ketika Fathma sudah berumur sekitar 4 bulan dan sering dibawa ke tempat-tempat perbelanjaan atau restoran, saya memperhatikan kelakuannya. Mata Fathma nampaknya sering sekali melirik atau berlama-lama menatap lampu-lampu neon di tempat itu… kemudian senyum-senyum sendiri.

Hmm… entah kenapa jadi ingat teman saya.Setelah beberapa kali berkutat dengan pikiran

tidak jelas mengenai apakah ini karma karena dulu sebelum Fathma lahir saya sering meledek teman saya itu atau bukan, saya tahu bahwa ada sesuatu yang harus dilakukan.

Fathma tidak lahir di lingkungan seperti saya kecil dulu, dimana ada kebun besar di belakang dan depan rumah tempat anak-anak bisa bermain perang-perangan atau belajar memasak. Tidak ada kebun bambu yang sering menjadi tempat petak umpet lalu harus memanggil kiai terdekat karena ada seorang kawan masa kecil yang kejang-kejang setelah bersembunyi di dekat kuburan di kebun itu. Tidak ada bukit-bukit kecil yang jadi tempat berlari-larian tanpa jelas itu tanah siapa, atau sawah-sawah tempat anak-anak biasa mencari ketam kecil dan mengacaukan benih-benih yang ditanam oleh petaninya.

Alhamdulillah, Fathma sudah pernah ke pantai. Satu kali. Di Ancol. Ya, tidak sesuai dengan harapan awal juga memang. Terlalu banyak pengunjung di Ancol, dan terlalu banyak fasilitas buatan. Tapi setidaknya Fathma sudah kenal laut itu seperti apa, panas mataharinya, panas pasir di kakinya, angin yang berbau amis, dan airnya yang asin. Sebagai awal, itu sudah cukup.

Sekarang tinggal bagaimana mengenalkan Fathma pada gunung selain kawasan Puncak Pass dan Lembang yang dilihat dari kaca mobil. Selain itu, bagaimana mengenalkannya pada kumpulan pepohonan, hutan, selain Kebun Raya Bogor. Ya tentunya kami juga bukan bermaksud menjadikan Fathma seperti Tarzan juga. Cukup kenal lah, dan tahu apa artinya keseimbangan alam itu dalam kehidupan.

Itulah sebabnya, kami merasa sangat senang ketika ada event “Children Workshop: Dongeng Hutan” yang termasuk dalam rangkaian acara REGIA-Story of The City Forest yang diselenggarakan oleh Bandung Creative City Forum (BCCF) pada tanggal 21 April 2013 yang berlokasi di kawasan hutan kota Babakan Siliwangi. Buat kami, ini bisa menjadi momen pertama Fathma mengenal hutan dalam skala yang terkecil. Jangan sangka ini perkara sembarangan. Untuk anak kecil, kesan pertama itu adalah segalanya. Pertama kali seorang anak makan apel tapi ternyata apel itu busuk dan pahit, bisa jadi seumur hidupnya ia tak lagi mau makan apel. Demikian juga dengan alam. Interaksi

www.millemama.com | Juli-Agustus 2013 | 9

CERITA (TIDAK) RINGAN

pertama seorang anak dengan alam, baik itu pantai, gunung, atau hutan, bisa menentukan pola pikir dan cara pandang anak tersebut terhadap alam seumur hidupnya. Ngeri kan?

Maka ketika membawa Fathma ke event tersebut, dalam hati saya berpikir, “awas kalau panitianya bikin runyam!”. Alhamdulillah, yang saya temui tidak begitu. Acara berlangsung dengan baik, dengan panitia para relawan yang sabar dan tahu bagaimana berinteraksi dengan anak-anak. Tidak seperti saya yang buta arah ketika harus berhadapan dengan anak kecil.

Acara dibuka dengan berkumpul bersama di lapangan, dimana seorang mentor utama memberikan wejangan-wejangan mengenai apa-apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di hutan. Tidak boleh buang sampah sembarangan, tentunya, dan tidak boleh merusak alam, dengan segala argumentasi sederhananya. Well… kalau anak kecil saja bisa teriak “MENGERTIIII” beramai-ramai, agak sulit jadinya membayangkan saat ini justru banyaknya orang dewasa yang tidak mengerti. Bukan begitu? Begitu bukan?

Setelah itu gerombolan anak-anak tadi dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dengan setiap kelompok beranggotakan kurang lebih 10 anak. Karena Fathma masih 4,5 tahun, sementara anak-anak lain sudah berumur setidaknya 6 tahun, ya Fathma terpaksa jadi anak bawang dan diizinkan untuk tetap disertai oleh ibunya. Setiap kelompok kemudian dibawa tour masuk hutan kecil di tengah Kota Bandung tersebut.

Kami tidak siap. Saya tidak menyangka ada banyak lumpur. Meski dulu suka juga naik gunung, tapi berjalan di lumpur dengan sandal

jepit licin memang bukan perkara mudah. Akan tetapi reaksi Fathma ternyata lebih epik lagi. Tanpa saya sangka, Fathma bertanya pada ibunya… “Mah, kok tanahnya basah begini? Ini apa?” Ibunya menjawab, “Oh… itu lumpur nak.”

Tuhan… anak saya baru tahu lumpur itu apa…Fathma baru sekali ini berjalan menerobos kerumunan pohon dan ranting-ranting, tapi syukurlah sepertinya ia cukup bersemangat. Ia nampak tertarik dengan sulur-sulur yang menjuntai dari pohon-pohon tinggi di sekelilingnya. Untunglah ia tidak bertanya, sulur-sulur itu apa, karena saya pun tidak akan bisa menjelaskan dengan cukup baik. Setelah beberapa pendakian kecil dan keengganan Fathma menginjak tanah becek (walau kemudian terpaksa dia injak juga), akhirnya tur singkat itu berakhir. Terlalu singkat sebenarnya. Menggambarkan betapa kecil satu-satunya hutan yang tersisa di tengah kota ini.

Acara berlanjut dengan membawa rombongan-rombongan kecil itu ke jaringan jembatan kayu di Babakan Siliwangi, untuk melihat pameran foto dan diskusi kecil untuk berbagi pengalaman yang dirasakan dari tur singkat sebelumnya. Fathma terlihat cukup tertarik dengan pameran foto itu dan antusias untuk berbagi pengalaman tur hutan pertamanya, meski malu-malu karena belum kenal dengan teman-teman barunya. Diberi selembar kertas untuk menuangkan isi pikirannya, Fathma menggambar apa-apa yang ia cerap* selama tur itu, lengkap dengan sungai kecil dan sulur-sulur pohon yang menarik perhatiannya.

Kebetulan, Fathma juga membawa sebuah

kotak kardus bekas sari buah yang biasa dijual di supermarket. Kotak itu telah ia bolongi, dicat warna coklat dan diberi gantungan, yang dalam bayangannya dapat menjadi rumah untuk burung-burung di hutan. Ia memberikannya pada panitia, untuk kemudian dipajang di salah satu stand.

Well… petualangan singkat Fathma berakhir. Satu karena kami ada acara lain, dua karena Fathma sepertinya mulai bosan. Tapi kami bersyukur, pengalaman pertama Fathma di hutan kecil itu berjalan cukup menyenangkan. Semoga saja, ia tertarik untuk petualangan yang lebih besar. Big thanks untuk panitianya.

Ketertarikan saya kemudian adalah pada bagaimana memberikan Fathma satu wawasan baru. Sebagaimana kemungkinan juga terjadi pada sebagian besar anak yang lahir di kota dengan segala fasilitasnya, Fathma tidak mengenali alternatif suasana lain untuk digemari selain belantara beton, lampu neon dan semua perangkat elektronik yang menyajikan gambar-gambar semu. Yang penting justru adalah mulai mengenalkan pada anak dari mana ia berasal. Dari mana kita semua berasal. Ada alasan yang sangat bagus mengapa dalam bahasa inggris itu alam seringkali disebut sebagai mother nature. Kita tentu tidak ingin generasi ini menjadi generasi manusia yang melupakan ibunya, bukan? (M)

*) Cerap: acuh, memperhatikan, menaruh minat, mengambil inti sari dari suatu kejadian dengan indra.

10 | www.millemama.com | Juli-Agustus 2013

Tanggal 15 Juni yang lalu, Millemama

berkesempatan berbagi tempat dengan stand pribadi Mama Dea pada event Garden Garage Sale

di Jl. Taman Radio Dalam 6 No.15.Syukurlah, Millemama mendapatkan sedikit

pemasukan dari beberapa item yang diperjualbelikan.Bagi yang ingin meramaikan Laba Laba Millemama, baik

itu menjadi kontributor barang ataupun ikut terlibat dalam persiapan dan hari-H event berikutnya, silahkan kontak kami di [email protected] atau [email protected]

Satu barang untuk satu perjuangan bagi taman yang lebih baik dan senyuman Millekidz!

Ayo ikut berpartisipasi.....

Salam hangat!

Millemama

laba-laba millemama: ga ada ruginya!

LIPUTAN

www.millemama.com | Juli-Agustus 2013 | 11

Apabila melihat manusia sebagai ‘homo ludens’, maka manusia diartikan sebagai makhluk yang suka bermain. Bermain sering sekali diidentikkan dengan

anak-anak dan dikonstruksi sebagai sebuah kepantasan bagi mereka, padahal bermain bagi orang dewasa juga sebagai media relaksasi dan romantisme masa mereka menjadi anak-anak.

Bermain pada anak-anak merupakan prioritas tanpa beban yang dilakukan secara sukarela dan tanpa hasil akhir. Lalu dimanakah bermain itu dilakukan? Beragam setting lokasi bisa diakomodir menjadi sarana bermain, mulai dari yang nyata sampai yang tidak nyata seiring perkembangan teknologi. Apapun itu, dalam bermain yang penting adalah interaksi personal dan komunikasi yang terbangun antar individu lainnya serta lingkungan sekitarnya.

Keberadaan taman di kota sebenarnya berfungsi sebagai playground untuk warganya, tidak peduli kaya-miskin, terpelajar atau tidak, tua-muda, anak-dewasa. Tetapi apa yang terjadi? Banyak pertanyaan, sanggahan, alibi sampai beragam komentar pro dan kontra untuk menanggapi hal tersebut yang ternyata bukan merupakan solusi kongkret tanpa praktik nyata di taman itu sendiri.

Komunitas Taman Kota mencoba menjembatani aktivitas publik dalam ruang publiknya sendiri melalui praktik nyata dalam pemberdayaan taman kota sebagai medium bermain warga kota, khususnya di Kota Bandung. Komunitas ini bergerak untuk memanfaatkan taman-taman di kota Bandung sebagai ruang publik yang dapat digunakan untuk beraktivitas bersama-sama dan tentu saja aktivitas ‘bermain’ terutama untuk anak-anak. Aktivitas “berteman taman” dan “bertanam teman” merupakan aksi-nyata di taman atau ruang publik lainnya dengan beragam kegiatannya seperti bermain, edukasi, ngobrol-ngobrol, merawat dan lebih mengenal taman, workshop, pameran, nonton bareng dan lain-lain yang dilakukan rutin dalam periode tertentu sejak tahun 2006.

Taman yang biasa digunakan Komunitas Taman Kota adalah Taman Ganesha, Taman Jalan Bali, Taman Cilaki, Taman Kompleks Sabuga, Taman Cempaka dan Taman Kolong Jembatan Pasupati (Koje). Dalam perkembangannya Taman Koje kemudian dijadikan fokus kegiatan komunitas ini tanpa meninggalkan taman lainnya, karena Taman Koje berada di daerah perkotaan terbangun yang terlupakan oleh beragam aktivitas di sekelilingnya serta keterbatasan berbagai macam aspek penduduknya yang sedapat mungkin coba diakomodir oleh Komunitas Taman Kota terutama untuk anak-anak. Misalnya kekurangan fasilitas bermain dan membaca untuk anak-anak warga kolong jembatan, maka Komunitas Taman Kota menyediakan seperangkat alat baca-tulis dalam format perpustakaan sekolah taman. Sebenarnya banyak kegiatan lain yang dilakukan Komunitas Taman Kota, tetapi sekolah taman merupakan program khusus yang fokus pada taman dan anak-anak.

Melalui Sekolah Taman, Komunitas Taman Kota memberdayakan ruang-ruang publik untuk melakukan aktivitas bermain dan belajar dengan fokus anak-anak. Ruang publik ini bisa dilakukan dimana saja dan melibatkan semua elemen masyarakat di daerah tersebut dan semuanya gratis. Sekolah taman ini merupakan sekolah tidak formal yang membebaskan anak-anak untuk mengekspresikan apa yang mereka sukai, seperti membaca buku, menggambar, bercerita, belajar bahasa inggris sampai bermain bola dalam suasana yang hangat dan menyenangkan dengan meminimalisasi gap di antara mereka.

Mereka semua bermain bersama di area Komunitas Taman Kota tanpa ada kepentingan tertentu. Memang begitulah seharusnya anak-anak, jangka waktu mereka yang hanya sebentar merasakan fase anak-anak memang harus diisi oleh ilmu pengetahuan yang alamiah tapi dengan dukungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melingkupinya. Ini menjadi sangat penting dalam media komunikasi dan interaksi agar anak-anak dapat merespon dengan

baik keadaan sekitarnya dengan berinteraksi langsung dengan publik dan alam, sehingga menciptakan sebuah analisis imajinatif untuk kemudian terstuktur dan diperdalam dengan pengetahuan dan teknologi yang menuntunnya ke fase perkembangan kehidupannya.

Ceria bersama, dimana semua kegiatan tersebut bertujuan supaya kita semua lebih menyayangi taman. Sehingga kemudian terlahir kesadaran tentang pentingnya keberadaan taman-taman tersebut sebagai ruang publik dan ruang terbuka hijau sesuai fungsi keberadaannya.

Komunitas Taman Kota berusaha berkontribusi secara nyata melalui penggalangan donasi dari tiap kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan pemberdayaan taman dan ruang publik lainnya. Fokus komunitas ini adalah pada edukasi untuk anak-anak yang melibatkan berbagai macam latar belakang sosial kultural dengan beragam karakternya ditambah seperangkat alat yang berbeda-beda pula demi mengindari kejenuhan dan merangsang kreativitas dalam bermain.

Kita semua tentu saja berharap akan lebih banyak lagi orang-orang yang mau menggunakan fasilitas publik seperti taman-taman kota untuk dijadikan medium pembelajaran bagi anak-anak mereka dengan caranya sendiri. Walaupun terdapat keterbatasan ketersediaan fasilitas publik serta penunjangnya, tetapi yang terpenting bagi anak-anak adalah komunikasi massa dan agar karakter mereka dapat tetap terbentuk secara natural dan alamiah. Semoga. So, come play in public park now! (M)

KOMUNITAS TAMAN KOTA

Oleh: Frans Ari PrasetyoLulusan Teknik Industri yang kini berprofesi sebagai peneliti dan aktif pada kegiatan suka rela di Sekolah Komunitas Taman Kota.

Taman Kota sebagai

Tempat Belajar Anak

12 | www.millemama.com | Juli-Agustus 2013

KOMUNITAS TAMAN KOTA

Taman Jalan Bali

Taman Kolong Jembatan 2010Taman Kolong Jembatan

Taman cempaka

Taman Ganesha 2010

www.millemama.com | Juli-Agustus 2013 | 13

ULASAN TAMAN

Taman Bermain Humlegården, Stockholm

ULASAN TAMAN

Biasanya ruang terbuka untuk bermain anak susah dijumpai di kota-kota besar, tetapi hal ini tidak berlaku di kota Stockholm, Swedia. Di sini taman terbuka yang luas

dan hijau mudah dijumpai di area dalam kota. Saya akan coba ulas salah satu taman di kota Stockholm yang bernama Humlegården sebagai taman edukasi. Humlegården terletak di tengah kota tepatnya wilayah Ostermalm, Stockholm (Swedia). Lokasinya sangat strategis, mudah dijangkau baik menggunakan fasilitas umum maupun pribadi. Sejak memasuki musim semi dan panas tahun ini, semakin banyak kegiatan anak di taman-taman yang terletak di dalam kota Stockholm. Suasana hijau, segar dan semilir angin menambah ceria bagi siapa saja yang berkunjung ke taman ini.

Taman ini sangat luas, bisa dipakai untuk piknik bersama keluarga. Pengunjung biasanya membawa bekal lalu menggelar tikar dan duduk santai sambil makan. Ada yang membaca buku sambil menikmati hangatnya sinar matahari yang sangat berharga bagi mereka. Bisa dimaklumi karena hampir kurun waktu lima bulan mereka didera musim dingin yang sangat panjang dengan suhu bisa mencapai minus 20 derajat celsius.

Di taman ini juga disediakan tempat memanggang untuk barbecue. Selain itu ada rumah kecil di dekat taman bermain anak yang di dalamnya menyediakan microwave untuk menghangatkan makanan. Jadi pengunjung boleh memakainya untuk memanasi bekal makanannya. Di dalam rumah tersebut juga ada semacam kios yang menyediakan kopi, teh panas dan makanan ringan, semuanya self-

service. Pengunjung yang membeli makanan atau minuman di sana akan memasukkan uang ke dalam kaleng yang disediakan, jadi butuh sikap jujur yang tinggi karena tidak ada penjaga yang bertugas atau mengawasi. Sebenarnya ada beberapa petugas di taman tersebut, tetapi mereka tugasnya membantu mengatur mainan dan siap siaga kalau ada yang membutuhkan pertolongan. Perlengkapan untuk pertolongan pertama jika ada yang jatuh atau cedera juga disediakan. Anak-anak bisa bermain di dalam ruangan dan meminjam aneka mainan seperti boneka, puzzle, tenis meja mini dan masih banyak lagi. Di hari spesial seperti national day dan

midsummer ada pertunjukan teater untuk anak-anak di taman ini.

Tata Letak Tempat Bermain Humlegården merupakan taman bermain yang

sesuai untuk berbagai kelompok usia, mulai dari bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa. Biasanya anak remaja bermain skateboard di jalur atau tempat yang sudah disediakan. Sedangkan area bermain untuk bayi dan anak-anak dipisahkan menjadi beberapa bagian sesuai dengan kelompok usia anak-anak tersebut. Hal ini ditujukan untuk kenyamaan dan keamanan anak-anak saat bermain. Bagian-bagian tersebut disekat oleh pagar kayu yang pendek ukurannya. Area bermain untuk bayi dan anak usia dua tahun mempunyai dimensi ukur yang tentunya berbeda dengan anak-anak usia di atasnya. Selama bermain merekapun terhindar dari tabrakan dengan anak-anak usia lebih besar yang lebih aktif berlarian ke sana kemari.

Area untuk anak diatas dua tahun terdapat banyak mainan seperti lahan khusus bermain pasir. Anak-anak latihan menggali pasir, memasukkan ke dalam wadah/ cetakan dan menuangkannya lagi. Ada juga bermacam-macam jenis sepeda, dari sepeda roda dua, tiga, empat dan sepeda gandeng yang mirip kereta panjang. Untuk melatih keseimbangan, anak-anak bisa naik di atas pegas yang akan membal. Ayunan juga didesain bermacam-macam bentuknya disesuaikan dengan usia anak. Papan luncur atau perosotan juga dibuat aman dimana bagian lantainya berupa bahan khusus yang empuk. Sehingga kalau ada anak yang jatuh tidak terasa sakit.

Wood Work Ada kegiatan spesial dan menarik di taman

ini yang membuatnya berbeda dengan taman lainnya. Di taman Humlegården ada rumah mungil dari kayu yang khusus menyediakan fasilitas Wood Work atau pertukangan untuk anak-anak dan keluarga. Rumah kayu ini lokasinya tepat di dalam area bermain. Anak-anak bisa berkreasi sendiri atau dibantu kedua orang tuanya untuk menciptakan karya dari kayu. Kegiatan ini mulai dibuka saat musim semi tiba (sekitar akhir bulan Maret) dan hanya ada setiap hari sabtu dan minggu mulai jam 12:00-16:30 waktu Stockholm.

Oleh: Mieke Nurmalasari

Ibu dengan tiga anak yang suka belajar apa saja bersama anak-anak

Alat pertukangan yang disediakan sangatlah lengkap, mulai dari gergaji dengan berbagai macam ukuran, palu, kertas ampelas, sampai potongan-potongan kayu berbentuk balok. Terdapat juga bulatan roda kayu mungil yang sudah berlubang untuk memudahkan anak-anak untuk memasang paku, stick ice cream berwarna natural maupun yang berwarna-warni, ornamen dari kayu untuk hiasan berbentuk hati, bunga, bintang, dan lain-lain. Masih banyak lagi alat pendukung lainnya seperti kain perca, benang tebal, batang/ tongkat kayu, paku, lem, gunting dan lainnya. Semua sudah diperhitungkan tingkat keamanannya bagi anak-anak.

Awalnya saya khawatir ketika melihat anak-anak memegang palu dan mulai memaku. Tapi melihat hampir semua anak dengan rasa percaya diri melakukan kegiatan tersebut, perlahan-lahan keinginan saya untuk mencegah hilang. Saat menggergaji kayu dibantu dan diawasi oleh petugas yang ada, atau bisa juga dalam pengawasan orang tua masing-masing anak. Anak-anak ada yang membuat mobil-mobilan, perahu, pesawat, kereta dan juga hiasan yang biasanya digantung di pintu masuk.

Saya seringkali takjub dengan hasil karya setiap anak yang unik dan kreatif. Apalagi kalau ada anak yang mempunyai desain yang tidak umum. Keberanian dalam bereksperimen dan berimajinasi menjadi faktor yang mendorong mereka untuk selalu inovatif dalam berkarya. Saya belajar banyak dari kegiatan ini, yaitu menahan diri untuk tidak melarang anak-anak karena alasan kecemasan saya. Memberi kepercayaan kepada anak-anak untuk mencoba suatu kegiatan dengan tetap mendampingi selama proses belajarnya. (M)

www.millemama.com | Juli-Agustus 2013 | 15

Membuat Perahu dari

Karton Bungkus Susu

SENI DAN KREASI

Oleh: Mieke NurmalasariIbu dengan tiga anak yang suka belajar apa saja bersama anak-anak

SENI DAN KREASI

Memanfaatkan karton bungkus susu untuk dikreasikan menjadi perahu adalah kegiatan yang murah meriah dan menyenangkan. Jika anak-

anak terlibat aktif dalam proses pembuatannya tentunya akan melatih kreatifitas mereka. Meskipun bentuk perahu terlihat sederhana tetapi anak-anak akan sangat puas dan senang dengan hasil karyanya.

Bahan: �Karton bekas bungkus susu �Gunting atau Cutter �Lem �Sedotan �Kertas warna untuk pemanis

Bahan tambahan:Roll tisu dan gambar orang untuk karakter orang dalam perahu, bisa juga mainan dengan karakter pelaut atau bajak laut, atau mobil-mobilan.

Cara Membuat:1. Potong bagian atas karton bungkus susu

dengan menggunakan cutter atau gunting, sisakan bagian atas sesuai imajinasi anak.

2. Pada bagian atas perahu yang tersisa, beri lubang untuk meletakkan tiang bendera atau layar yang terbuat dari sedotan.

3. Belah bagian atas sedotan dengan cutter untuk menyelipkan bendera.

4. Jika ingin membuat layar perahu, gunting kertas berbentuk segitiga dan beri tiga lubang pada pinggir kertas. Kemudian ketiga lubang dimasukkan ke dalam sedotan secara berselingan.

5. Kemudian lekatkan kertas berwarna atau bermotif dengan lem agar perahu terlihat lebih manis.

6. Tambahkan tokoh atau karakter yang disukai anak-anak, bisa juga mobil-mobilan di dalam kapal.

Nah....selamat mencoba dan berkreasi bersama buah hati anda! (M)

(Bahan)

(Perahu pengangkut mobil)

(Perahu 1) (Perahu 2)

Ini dia hasil perahu karya anak-anak.Sekarang waktunya bermain di luar rumah,

cuaca cerah sangat menyenangkan untuk bermain air, apalagi dengan perahu buatan

sendiri. Asyik bukan?Ketika bermain perahu ini secara tidak

langsung anak-anak mengamati mengapa perahu mereka bisa terapung atau tidak

tenggelam meskipun diisi oleh mainan mobil-mobilan. Dan perahu menjadi oleng

ketika ada air yang masuk ke dalam perahu.

www.millemama.com | Juli-Agustus 2013 | 17

Foto: www. sxc.hu

Seperti apa tempat bermain yang bagus untuk anak? Yang cocok dan sesuai dengan anak? Sudah pasti banyak orang tua yang mempertanyakan hal yang sama. 

Sebenarnya, tempat yang menyenangkan untuk seorang anak adalah dimana saja - dimana mereka dapat mengungkapan ekspresi bebas mereka. Sederhana seperti layaknya sekadar berjalan dan berlari di sekitar area tempat tinggal adalah kegiatan yang mengasyikan. Dimana mereka dapat melihat, memperhatikan dan mempertanyakan apa ini dan apa itu. Anak-anak bereksplorasi dengan sendirinya tanpa ada paksaan ataupun suruhan dari orangtua atau para pengasuh.

Jika kedua orang tua bekerja di luar rumah dan Anda membutuhkan daycare. Pilihlah yang memiliki kepercayaan ini. Anak-anak bebas bermain di luar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja dengan pengawasan yang ketat dari para staff dan para “caregiver” atau pengasuh.

Tempat yang memiliki banyak fasilitas bermain seperti kolam bola, ayunan, kolam pasir, mainan balok kayu dan lainnya tentunya akan meningkatkan gerak motorik dan daya kreativitas anak-anak. Permainan dengan desain dan warna yang menarik juga akan meningkatkan minat dan rasa ingin tahu anak.

PRASEKOLAH

Keceriaan, kesenangan dan kegembiraan seorang anak yang dapat dilihat dari raut wajahnya adalah salah satu tujuan orang tua, namun keamanan dan keselamatan juga sangat penting untuk dipertimbangkan.

Salah satu tujuan daycare yang tidak kalah penting adalah dimana bukan hanya mengenalkan anak-anak dengan teknologi canggih, seperti bermain dengan iPad atau Nintendo Wii namun juga memperkenalkan anak-anak dengan permainan tradisional seperti bekel dan congklak ditambah juga yang pembacaan cerita tentang dongeng atau cerita Nusantara.

Disertai dengan kesadaran bahwa anak-anak memiliki sifat mudah bosan, maka perlu diterapkan mekanisme kegiatan yang berbeda-beda. Aktivitas yang beragam mulai dari membuat makanannya sendiri seperti salad buah dan onigiri (nasi kepal) atau dari sisi seni kreativitas anak-anak diajarkan cara membuat kalung atau gelang dengan cara yang sederhana dan membuat gelembung dari sabun yang dicampurkan dengan air.

Seperti sebuah kata pepatah...”Please excuse the MESS...Our children are MAKING MEMORIES!”. (M)

Oleh: Are Riantini IonapuspaPemilik Kiddiewink Daycare, Perumahan Legenda Wisata, Cibubur

Memilih Daycare yang Sesuai untuk Anak

18 | www.millemama.com | Juli-Agustus 2013

PAUD

Terletak di sebuah desa yang bernama Tresnomulyo, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Mawar menyediakan fasilitas bermain sekaligus belajar untuk sekitar 30 anak-anak desa yang berusia 2

sampai 5 tahun. Kegiatan PAUD dimulai dari pukul 8 sampai 10 pagi. Selama rentang waktu tersebut, para pengurus PAUD mengalokasikan sekitar 45 menit untuk program outdoor play and learning. Lokasi PAUD yang secara geografis terletak di ruang perdesaan memberikan peluang yang besar bagi anak-anak PAUD untuk mengeksplorasi ruang permainan terbuka serta lingkungan alami di sekitarnya. Selama 45 menit tersebut, selain dapat menikmati beberapa alat permainan yang tersedia di halaman PAUD, anak-anak juga memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi kebun, dan mengenal beragam hewan lebih dekat seperti ayam, kambing dan sapi.

Kemudian, para pengurus PAUD juga telah merancang kegiatan jalan-jalan sehat mengelilingi desa serta mengunjungi pantai sebagai variasi dari kegiatan outdoor play anak-anak desa. Namun, dengan invasi kendaraan bermotor roda dua di wilayah desa, tak pelak lalu lalang motor di jalan depan PAUD menjadi sebuah ancaman tersendiri bagi keselamatan anak-anak saat bermain di luar ruangan. Oleh karena itu, pihak PAUD berencana untuk membangun pagar agar keselamatan anak-anak saat bermain di luar ruangan PAUD dapat lebih terjaga. PAUD ini digerakkan oleh tiga orang guru yang mendedikasikan waktunya secara sukarela. Bantuan materi pembelajaran maupun alat permainan akan sangat membantu para guru ini untuk meramaikan dunia bermain anak-anak desa. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Lasmini, “tersedianya alat permainan yang terbatas seringkali membuat anak menangis karena tidak mendapatkan bagian dalam kesempatan bermain”. Nah, bagi mereka yang tertarik untuk mengenal program-program PAUD ini lebih jauh sekaligus membantu peningkatan kualitasnya, silahkan hubungi kami ya! (M)

Narasumber:Ibu Lasmini, 51 tahun,

Pengurus PAUD Mawar

Anak-anak cukup dekat dengan permainan yang menggunakan elemen alam sebagai sumber imajinasinya dan mereka juga dekat dengan lingkungan

alam sebagai bagian dari area aktivitas bermainnya.

www.millemama.com | Juli-Agustus 2013 | 19

USIA SEKOLAH

Apakah itu sekolah alam? Bagaimana kurikulumnya? Bagaimana para fasilitator (guru)

di sekolah alam memberikan kesempatan anak untuk dapat belajar tanpa perlu khawatir dengan bahaya di alam? Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan Mbak Tia, salah satu fasilitator di Sekolah Alam Indonesia.

Diawali dengan pengenalan dan penjelasan mengenai sekolah alam. Apakah yang dimaksud dengan sekolah alam?

Sekolah Alam Indonesia (SAI) adalah sekolah alam yang pertama di Indonesia. SAI adalah community based-school dimana guru, orang tua dan masyarakat terlibat dalam pembelajaran. Pendidikan yang dilaksanakan di SAI mulai dari Kelompok Belajar (KB) hingga setingkat SMA.

Apa yang membedakannya dengan sekolah dasar konvensional?

Yang membedakan SAI dengan sekolah konvensional adalah metode pembelajarannya. Kurikulum Sekolah Alam INDONESIA pada

umumnya lebih mengedepankan pembentukan karakter dan akhlak siswa, sekaligus menaungi pengembangan kognitif dengan menggunakan contextual learning yang fun. Kurikulum Sekolah Alam INDONESIA didasarkan pada tiga output proses pendidikan, yaitu:

1. Integritas akhlak2. Kepemimpinan3. Integritas logika berpikir

Berdasarkan pada tiga target output proses pendidikan tersebut, maka kurikulum Sekolah Alam INDONESIA terdiri dari tiga aspek:

1. Kurikulum akhlak, yaitu melalui penanaman nilai-nilai dan keteladanan guru, orang tua serta seluruh komponen sekolah.

2. Kurikulum kepemimpinan, yaitu melalui dynamic group dan Outbound Training.

3. Kurikulum kognitif, yaitu melalui active learning, diskusi serta menjadikan alam sebagai laboratorium bagi siswa untuk belajar langsung dari alam.

Apa saja fasilitas yang tersedia di sekolah alam?

Ruang kelas yang digunakan di SAI berupa saung dengan 2 kelas 1 saung. SAI menggunakan alam sekitar sebagai laboratorium dan sumber pembelajaran. Di SAI ada kuota untuk setiap kelasnya yaitu 15 murid untuk KB, 18 murid untuk TK, 22 murid untuk SD, dan 20 untuk SL (setingkat SMP) dengan 2 orang guru di setiap kelasnya

yang terdiri dari guru 1 guru laki-laki dan 1 guru perempuan. Konsep ini mengadopsi konsep ayah ibu di rumah. Dengan demikian diharapkan adanya kesinambungan pendidikan antara sekolah dan rumah. Di SAI juga mempunyai murid berkebutuhan khusus dengan menggunakan guru pendamping dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Terdapat divisi khusus yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus ini yaitu Inclusive Special Treatment (IST).

Bagaimana mengenai jadwal jam pelajaran dan jenis mata pelajaran yang diajarkan di sekolah alam?

Pelajaran yang diajarkan di SAI sama seperti pelajaran yang diajarkan di sekolah formal lainnya. Jam pelajaran yang digunakan di Sekolah Alam Indonesia adalah 30 menit untuk 1 jam mata pelajaran. Waktu belajar beragam mulai dari Kelompok Bermain (KB) hingga Sekolah Lanjutan (SL), yaitu:

� KB (3 kali seminggu): 8.30-11.30 � TK A: 8.00-11.30 � TK B: 8.00-12.30 � SD1: 7.30-13.00 � SD2: 7.30-14.00 � SD3-SL: 7.30-15.00

Narasumber:Ainun Keumala Meutia, salah satu

fasilitator di Sekolah Alam Indonesia sejak tahun 2004.

SEKOLAH ALAM INDONESIA

20 | www.millemama.com | Juli-Agustus 2013

Lalu apakah ada ulangan, kuis dan ujian akhir nasional seperti yang umum diselenggarakan di sekolah dasar konvensional?

SAI juga menyelenggarakan ulangan seperti sekolah lainnya. Ulangan harian atau chapter examination, Ujian Akhir Semester dan Ujian Nasional. Meski demikian, pembelajaran SAI tidak menitikberatkan pada nilai dan ranking. Tidak terdapat ranking di SAI dan nilai hanyalah hasil akhir. Yang dikawal adalah proses pembelajaran anak yang tidak bisa terlepas dari 3 landasan yaitu akhlak, kepemimpinan dan logika berpikir.Istilah boleh sama, tapi suasana pasti berbeda. Ulangan harian dan sebagainya terkadang tidak perlu dilakukan di dalam kelas. Dibebaskan kepada guru kelas/ fasilitator, bila ingin dilaksanakan di luar kelas, sehingga tidak menambah ketegangan anak. Karena tidak terdapat sistem ranking, anak didik dibebaskan dari rasa tegang dalam menghadapi ulangan.

Setelah lulus dari sekolah alam, apakah mungkin bagi seorang anak untuk melanjutkan ke SMP negeri/swasta pada umumnya?

Sangat memungkinkan anak dari Sekolah Alam Indonesia untuk melanjutkan ke sekolah negeri atau swasta untuk tingkat yang lebih tinggi. Lulusan SAI juga dapat melanjutkan pendidikan di luar negeri sesuai dengan pilihannya.

Setelah pembaca mendapatkan sedikit gambaran mengenai sekolah alam ini, maka mari kita mengenali kegiatan-kegiatan pembelajaran outdoor di sekolah alam.Seberapa seringkah siswa belajar di luar kelas? Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) penggunaan lingkungan outdoor tentunya sering dilakukan di SAI. Kelas pembelajaran di SAI sangatlah dinamis sehingga dapat berpindah kemana saja sesuai dengan tempat sumber pembelajaran itu berada.

Apakah kegiatan belajar outdoor digabung dengan siswa-siswa dari usia yang lebih muda atau lebih tua?

Pada pembelajaran outdoor ada pembelajaran setingkat (hanya kelas yang levelnya sama saja) dan ada yang lintas kelas. Di SAI ada annual program yang merupakan kegiatan lintas kelas yaitu OTFA (Out Trekking Fun Adventure) yang diselenggarakan di penghujung tahun ajaran yang merupakan puncak kegiatan satu tahun. OTFA untuk tingkat SD mengambil lokasi di camping ground kaki gunung di sekitar Jabodetabek seperti Cibodas, Cidahu, Pasir Rengit, Sukamantri, Gunung Bunder dan Curug Nangka. Untuk tingkat SL, kegiatan OTFA berupa susur pantai dan naik gunung. Pembagiannya berdasarkan tingkat: tingkat

KB-TK, SD, dan SL. Di SAI terdapat 2 lahan yang berbeda, untuk PG-TK sampai dengan SD kelas 4 dan lahan lain untuk SD kelas 5 sampai dengan SL, kemudian SMA di Ruko yang terpisah. Lahan bermain untuk PG-TK sampai dengan SD kelas 4 seluas 7300 m2 dan SD kelas 5 sampai dengan SL kelas 9 seluas 8000 m2. Serta SAI BLESS selevel SMA di Ruko 3 lantai pada lokasi terpisah. Di SD pun terbagi menjadi kelas kelompok kecil, SD kelas 1-2 serta 3-4.

Lalu bagaimana konsep pembelajarannya itu sendiri?

Di SAI ada beberapa istilah yang berkaitan dengan kelas outdoor yaitu outdoor class, outbound dan outing. Outdoor class biasanya menggunakan lingkungan sekolah untuk KBM seperti lapangan, empang, kandang, sungai, playground, lapangan parkir dsb. Sedangkan outbound adalah sarana pembelajaran untuk kepemimpinan yang diadakan 1 kali seminggu. Outing adalah mengunjungi langsung sumber pembelajaran sesuai dengan tema pembelajaran itu sendiri. Outing dilakukan dari KB hingga SMU. Misalnya KB berkunjung/ outing ke klinik dokter gigi dalam tema GIGI.

www.millemama.com | Juli-Agustus 2013 | 21

Seberapa dalam, sulit atau mudahkah materi yang diberikan oleh guru untuk kegiatan pembelajaran outdoor ini? Menggunakan outdoor sebagai tempat belajar menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk menyesuaikan tempat dengan tema pembelajaran sehingga bukan hanya sekedar memindahan ruang kelas saja. Guru-guru di SAI ditantang untuk bereksperimen dalam pemberian materi pembelajaran.

Bagaimana guru melakukan evaluasi terhadap pemahaman anak? Dalam mengevaluasi pemahaman anak digunakan berbagai macam cara seperti worksheet, peer-assessment, self-assessment, kuis baik lisan maupun tulisan.

Apakah para siswa menyukai kegiatan outdoor seperti ini? Kebutuhan gerak yang tinggi pada masa kanak-kanak hingga usia remaja membuat murid-murid di SAI terfasilitasi sehingga mampu menyesuaikan diri sesuai dengan tempat pembelajaran. Karena terbiasa dengan banyaknya rangsangan yang mereka terima ketika belajar membuat mereka belajar memilah mana yang harus diperhatian dan mana yang tidak.

Seberapa bebaskah kesempatan yang diberikan oleh guru-guru di sekolah alam terkait dengan kegiatan bermain outdoor anak? Anak-anak dididik untuk menyesuaikan antara keinginan dan keterikatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Ketika waktu istirahat, anak bebas untuk bermain dimana saja termasuk di empang, sungai dan lapangan. Pada tingkat prasekolah, anak-anak dikenalkan dengan batasan mana yang boleh dan mana yang tidak, termasuk dengan bahayanya. Anak diajarkan untuk meminta izin terlebih dahulu kepada guru ketika ingin bermain di tempat-tempat yang memiliki tingkat bahaya tinggi seperti empang dan sungai.

Bagaimana persepsi guru-guru dan orangtua mengenai “lumpur dan kotor” yang kerap menghiasi pakaian maupun tubuh anak yang mengeksplorasi lingkungan alami di sekolah? Murid-murid SAI tidak memakai seragam setiap harinya. Pakaian kotor penuh lumpur karena berkubang di playground yang tergenang air atau karena bermain bola di lapangan yang memang tidak di semen merupakan hal yang biasa terjadi di SAI. Dengan demikian, orang tua sudah terbiasa dengan kondisi demikian. Murid di SAI hanya diingatkan untuk boleh bermain air atau bermain kotor bila mereka membawa baju ganti.

Apakah siswa juga diharuskan membawa pakaian ganti? Pakaian ganti adalah hal yang wajib dibawa setiap hari oleh murid SAI. Beberapa anak membawa lebih dari 1 stel pakaian ganti karena seringnya pakaian kotor terutama ketika musim hujan. Murid SAI menggunakan sepatu boot ketika ke sekolah dan melepasnya ketika di kelas.

Begitulah hasil wawancara Millemama dengan Mbak Tia dari Sekolah Alam Indonesia. Apakah Anda semakin tertarik untuk meninjau sekolah alam yang semakin banyak di Indonesia? Atau malah sudah memasukkan anak Anda ke sekolah alam? Share ceritanya dengan kami ya! (M)

USIA SEKOLAH

22 | www.millemama.com | Juli-Agustus 2013

INSPIRASI RESEP

Happy Outdoor Bento

Bahan:

1. 2 helai pancake atau roti tawar, bentuk bulat2. Selai favorit anak secukupnya3. Lauk, sayuran dan buah favorit anak secukupnya4. Nori secukupnya

Alat dekorasi:1. 2 tusukan bento bentuk tangan2. 2 tusukan bento yang disukai anak3. Nori puncher untuk membentuk mata, mulut4. Satu buah cawan silikon/ kertas alas cupcake

Resep oleh: MommyKelinci, Ibu dua anak laki-laki dengan

segudang kesibukan.

Saat si kecil harus membawa bento ke acara outing sekolah tapi anda

tidak punya banyak waktu untuk mempersiapkannya, pancake atau roti lagi-lagi menjadi pilihan yang saya rekomendasikan. Bahan boleh sama, tetapi tentu hasilnya memiliki penampilan yang menarik, segar dan berbeda!

Cara pembuatan:1. Oleskan selai ke pancake atau roti tawar, untuk menambah rasa anda bisa menambahkan irisan

buah favorit si kecil misalnya stroberi, kiwi dll. Tutup kedua buah pancake/ roti tawar tersebut. Tata di dalam kotak bento.

2. Bentuk mata dan mulut dengan bantuan nori puncher, lekatkan di atas pancake/roti tawar dengan sedikit air atau saus tomat.

3. Pasangkan tusukan bento berbentuk tangan di kanan dan kiri pancake/roti tawar4. Tata lauk pauk, sayuran dan buah favorit di dalam kotak bento untuk memeriahkan bento si kecil.5. Siap sedia dalam 5 menit! (M)

LIPUTAN SEMINAR

Sekolah Internasional

untuk MilleKidz, perlukah?

Menjadi mama muda di tengah era milenium itu memang penuh tantangan. Derasnya arus informasi dan perubahan tren yang cepat terkadang

membuat kita sebagai mama muda bimbang untuk memilih gaya asuh yang perlu kita adopsi. Sebagai seorang ibu, sudah pasti kita ingin memberikan yang terbaik bagi sang buah hati, termasuk memberikan bekal pendidikan untuk masa depannya. Pendidikan konvensional yang pernah dikenyam oleh orangtua ketika mereka kecil seringkali dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan anak-anak modern. Untuk melengkapi perlengkapan perang si kecil menghadapi dunia yang semakin global, orangtua pun berlomba-lomba memasukan anak ke sekolah atau program A, B, C. Namun benarkah mengikutkan anak ke dalam sederetan aktivitas tambahan itu akan menjamin anak akan tumbuh menjadi seseorang yang mandiri dan berkarakter sesuai dengan doa yang diberikan oleh orangtua di hari kelahiran si kecil?Tanggal 2 Februari 2013 lalu, salah satu perwakilan Millemama, Lativa Sovianavratilova, berkesempatan mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh Supermoms dengan tema: Mengirim anak ke sekolah internasional: Gengsi? Mencari prestasi? Atau membuat anak frustasi?. Seminar ini diselenggarakan di Estubizi Business Center, Jakarta Selatan dan diikuti sekitar 50 orang orangtua muda yang sama-sama sedang dalam kondisi galau. Iya, galau mencari pendidikan dasar yang paling tepat untuk buah hatinya. Sekolah internasional memang terdengar sangat cocok untuk kebutuhan anak di era globalisasi. Dengan lebih terbukanya akses kerjasama antar negara, tidak lucu dong kalau anak kita tidak bisa lancar bercas-cis-cus ria dengan orang-orang dari negara asing? Namun Millemamas sekalian, para pembicara dalam seminar ini mengingatkan bahwa masih banyak yang harus dipahami oleh orangtua mengenai sekolah internasional. Berikut Millemama saripatikan hal-hal yang disampaikan oleh para pembicara di seminar ini terkait dengan memilih sekolah dasar bagi buah hati.

1Ibu Elly Risman, seorang psikolog yang memiliki concern terhadap pendidikan anak, mengingatkan beberapa hal di bawah ini,

� Orangtua perlu paham bahwa memasukkan anak ke dalam SD Internasional artinya anak akan terikat untuk menjalani kurikulum internasional selama 12 tahun pendidikan dasar dan 4 tahun pendidikan tinggi (universitas). Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk mendaftarkan anak ke sekolah internasional orangtua harus menilik kemampuan dirinya sendiri baik itu kesiapan finansial keluarga maupun kesiapan mental untuk melepas anak sekolah di luar negeri, dan sebagainya.

� Namun jauh sebelum berpikir untuk memilihkan sekolah untuk anak, ada baiknya orangtua menetapkan tujuan pengasuhan terlebih dahulu yakni dimulai dengan karakter anak seperti apa yang ingin kita bangun. Hamba Allah yang beriman? Pengayom bapak ibu ketika kita semakin tua? Kepala keluarga yang baik untuk keluarga yang akan ia bangun nantinya? Pembela hak asasi manusia?Pasti banyak ya Millemamas, namun dari sederetan kriteria tersebut, pilihlah mana yang masuk ke dalam daftar prioritas kita. Kemudian pikirkan mana yang akan kita delegasikan ke sekolah dan mana yang akan ditangani oleh orangtua sendiri?

� Setelah menetapkan tujuan pengasuhan, barulah orangtua bisa mulai mencari sekolah yang paling sesuai dengan tujuan dan value keluarga apakah itu sekolah internasional, sekolah dengan kurikulum lokal, homeschooling dan lain-lain.

2Bapak Faisal Sundani M.Ed seorang praktisi dari International Islamic School Malaysia, juga memberikan pandangan-

pandangannya sebelum orangtua memutuskan apakah akan memasukan anaknya ke sekolah berkurikulum internasional atau bukan.

� Orangtua perlu mengetahui bahwa kurikulum Indonesia adalah satu dari kurikulum yang paling sulit di dunia dan jumlah hari sekolah di Indonesia sangatlah banyak. Jika dibandingkan dengan Finlandia, negara dengan sistem pendidikan yang paling baik di dunia, anak-anak di Indonesia harus bersekolah 40 hari lebih banyak dalam setahunnya. Kemudian di Indonesia, masih banyak sekolah yang menekankan pada content, berkebalikan dengan negara maju yang lebih menekankan pada sisi metodologi.

� Tidak semua sekolah dengan bahasa pengantar inggris adalah sekolah internasional! Karena ada juga sekolah bilingual yang menggunakan kurikulum nasional, dan ada juga sekolah yang setengah-setengah, dalam arti menggunakan kurikulum nasional dan internasional.

� Orangtua perlu memahami seluk beluk

kurikulum yakni kumpulan materi pendidikan yang diajarkan di sekolah dan universitas. Kurikulum dipengaruhi oleh kepercayaan, objektivitas, sosial, budaya, teknologi dan banyak hal. Jadi jangan kaget kalau kurikulum IB yang berasal dari Inggris menganggap pilihan agama dan orientasi seksual adalah hal wajar, karena itu adalah bagian dari kebebasan berekspresi yang sangat dijunjung tinggi. Oleh karena itu, orangtua perlu memiliki pemahaman lebih lanjut mengenai kelebihan dan kekurangan kurikulum yang diadopsi oleh sekolah yang akan dipilihnya.

� Bapak Faisal juga mengingatkan bahwa lulusan sekolah dengan kurikulum lokal pun bisa kuliah di luar negeri asal memiliki nilai dan kemampuan bahasa yang baik. Jadi kalau orientasi pendidikan anak adalah untuk masuk PTN, sebaiknya masukkan anak ke sekolah negeri. Kalau orientasinya untuk kuliah di luar negeri, bisa mempertimbangkan menyekolahkan anak di sekolah internasional. Bagaimanapun ada nilai, kebiasaan dan hal-hal lain yang membuat kurikulum nasional lebih pas untuk anak yang bersekolah di Indonesia.

� Bapak Faisal lebih lanjut mengingatkan bahwa ada pertimbangan lain dalam memilih sekolah dasar bagi anak-anak yakni sebagai berikut, �� Anak usia SD awal (kelas 1-3) masih memiliki rentang konsentrasi yang rendah, sehingga waktu untuk satu jam pelajaran sebaiknya tidak terlalu lama. Selain itu sebaiknya ada jeda di antara jam pelajaran supaya anak bisa menyegarkan pikirannya.�� Anak memerlukan ruang belajar yang luas, sehingga sebaiknya memilih sekolah dengan ukuran kelas yang tidak terlalu sempit, dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik.�� Ruang bermain/playground bukan hanya dibutuhkan oleh anak TK. Anak SD pun memerlukan ruang bermain yang cukup dan memadai. Jadi pilihlah sekolah yang memiliki fasilitas lapangan/ruang bermain yang cukup.

Nah, Millemamas… bagaimana sudah mendapatkan sedikit pencerahan? Para narasumber di atas mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan terbatas pada pengajaran akademik saja, tetapi pendidikan holistik yang mendidik hati, akal dan fisik. Pengembangan karakter anak tidak bisa hanya mengandalkan 100% dari sekolah. Oleh karena itu, orangtua perlu berperan aktif dalam pendidikan anak. Hal yang juga sering terlupa oleh banyak orangtua adalah bahwa fasilitas bermain dan ruang terbuka di sekolah pun ternyata memiliki kontribusi untuk mencerdaskan si buah hati! Mudah-mudahan artikel ini membuat aksi hunting sekolah untuk Millekidz menjadi lebih mudah ya! Terima kasih untuk panitia Supermoms yang telah mengizinkan Millemama meliput seminar ini!! (M)

www.millemama.com | Juli-Agustus 2013 | 25

Oleh: Lisa Namuri Dikenal sebagai instruktur pribadi sosialita dan selebriti. Pemilik studio Lisa’s house ini sudah memegang sertifikasi penuh di STOTT Pilates. Brand

ambassador Wardah Cosmetics ini berdomisili di Australia tetapi selalu menyempatkan diri untuk menyempatkan diri memenuhi undangan seminar, workshop, shooting program TV, dan permintaan pemotretan di Indonesia.

Foto dokumentasi Wardah Cosmetics.

OLAH TUBUH

Yuk, REGANGKAN OTOT!

Para mama pernah mengalami sakit leher yang rasanya sampai mengakibatkan sakit kepala? Kadang penyebabnya sepele, seperti kebiasaan membawa tas di satu sisi tangan saja, atau berlama-lama menggendong si buah hati. Nah, kalau sudah begini, kita perlu melakukan peregangan pada otot lapisan terdalam. Karena otot ini berada pada lapisan terdalam, seringkali

tangan para tukang pijat tak mampu menjangkaunya. Jadi, mari kita lakukan sendiri peregangan otot ini

dengan gerakan-gerakan berikut:

A. Shoulder TwistPosisi awal: bertumpu pada tangan dan lutut. Kemudian letakkan satu sisi wajah pada lantai. Julurkan

satu tangan melewati dada ke arah tangan yang lain. Putar bahu ke arah yang sama. Tahan gerakan ini selama 20-30 detik. Lakukan pada arah sebaliknya.

Gerakan ini berfungsi untuk meregangkan otot dalam bagian punggung belakang. Tepatnya di bawah tulang belikat. Otot ini seringkali bermasalah jika lengan dan bahu melakukan gerakan yang salah, sehingga terjadi cedera. Contohnya, selalu membawa tas di satu sisi saja, atau menggendong buah hati Anda dalam jangka waktu yang lama. Jika otot ini bermasalah, tak jarang menyebabkan sakit leher hingga sakit kepala.

B. Pretzel StretchPosisi awal: tidur terlentang di lantai. Tekuk satu kaki dan letakkan di atas lutut kaki yang lain. Peluk lutut yang menjadi tumpuan, tarik ke arah dada. Tahan selama 30-60 detik. Lakukan pada sisi yang lain. Pastikan bahu Anda rileks saat melakukan gerakan ini.

Gerakan ini akan meregangkan otot dalam bagian bokong (gluteus medius) yang berperan penting saat kita berjalan. Jika otot ini tidak berfungsi dengan baik, maka gerakan berjalan yang kita lakukan setiap hari akan terganggu dan bahkan dapat menimbulkan cedera.

C. Deep Hip Flexor StretchPosisi awal: satu kaki berlutut, kaki yang lain ditekuk ke depan. Tangan meraih ke atas kepala.

Pada posisi ini, gerakkan panggul ke arah depan, sehingga terasa peregangan pada bagian panggul dan paha depan kaki yang berlutut. Lalu secara perlahan, liukkan badan ke arah kaki yang ditekuk ke depan. Tahan selama 30-60 detik. Lakukan pada sisi yang lain.

Otot ini berperan pada hampir semua gerakan tubuh bagian bawah. Karena itu, sangat penting untuk menjaga kinerjanya agar berfungsi dengan baik.

Tubuh kita terdiri dari lapisan-lapisan otot yang membungkus berbagai macam organ. Lapisan otot terdalam merupakan otot penyeimbang. Karakternya sangat halus, bahkan sering disebut sebagai whispering muscle karena hanya bisa menerima perintah suara dengan frekuensi rendah. Unik ya?

Nah… setelah meregangkan otot-otot bagian dalam, tentunya aliran darah akan terasa lebih lancar. Jika aliran darah lancar, maka asupan nutrisi pun akan terserap dengan baik di dalam tubuh. Selamat mencoba! (M)

26 | www.millemama.com | Juli-Agustus 2013

B. Pretzel Stretch{

C. Deep Hip Flexor Strecth{

A. Shoulder Twist{

OLAH TUBUH

www.millemama.com | Juli-Agustus 2013 | 27

28 | www.millemama.com | Juli-Agustus 2013

SI MIA

U D

AN

MET

AM

OR

FOSIS K

UPU

-KU

PU

Tahukah kam

u, ulat kecil berbulu itu suatu hari akan menjadi

seekor kupu-kupu yang indah? P

roses perjuangan ulat

menjadi kupu-kupu itu dinam

akan metam

orfo

sis kupu-kupu. A

yo ajak ibu/ayah/kakek/nenek/tante/o

m m

engisi kotak-

kotak yang tersedia dan bantu M

iau mem

pelajari urutan m

etamo

rfosis kupu kupu!

Millemama Indonesia [email protected]

Follow twitter @Millemama_INALike facebook Millemama Indonesia

www.millemama.com