Mikosis Superfisialis

45

Click here to load reader

description

definisi, diagnosis dan penatalaksanaan mikosis. cara mengenali penyakit jamur pada kulit dan mengobatinya

Transcript of Mikosis Superfisialis

Page 1: Mikosis Superfisialis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi jamur pada manusia umumnya dan tertuma disebabkan oleh dua kelompok

jamur, yaitu dermatofita (filamen multiseluler atau hifa) dan yeast (bentuk uniseluler yang

replikasinya dengan tunas.1 Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan, atau sistemik tergantung

dari karakteristik organisme dan host-nya. Referat ini akan fokus pada infeksi jamur superfisial

yang terbatas pada stratum korneum, rambut, dan kuku.2

Mikosis superfisial disebabkan oleh parasit jamur pada keratin yang disebut dematofita

dan terbagi dalam 3 genus, yaitu Trichophyton, Microsporum, and Epidermophyton. Semua

genus ini menginfeksi kulit, rambut, kuku, dan kadang-kadang melibatkan jaringan yang lebih

dalam.3

Trychophyton biasanya mengenai kulit, rambut, dan infeksi kuku. Microsporum

mengenai kulit dan rambut. Epidermophyton mengenai kulit dan kuku.1,4 Dermatofita hanya

menyerang keratin yang menyediakan sumber nutrisi untuk dermatofita dan pertumbuhan

jamur mycelia.2

Dermatofita superfisial diantaranya terdiri dari tinea kapitis, tines kruris, tinea manum,

tinea pedis, onikomikosis, dan tinea imbrikata. Dermatofitosis yang lebih dalam termasuk ke

dalam inflamasi dermatofitosis, tinea barbe, kerion celsi, favus, granuloma trikofitik, misetoma,

dan penyakit dematofitik.2

Pitiriasis versikolor adalah penyakit jamur superfisialis yang menahun yang

menimbulkan erupsi pada kulit yang biasanya berkembang setelah pajanan matahari dengan

makula putih seperti pohon cemara namun coklat pucat pada bagian luarnya sehingga disebut

versikolor atau variasi warna.5

1

Page 2: Mikosis Superfisialis

Piedra juga termasuk pada infeksi jamur superfisial pada rambut yang ditandai dengan

nodul di sepanjang rambut. Piedra hitam disebabkan oleh Piedra hortae dan Piedra putih

disebabkan oleh Trichosporum beigelii.5

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini adalah untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai

Mikosis puperfisialis yang mencakup definisi, klasifikasi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi,

manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, dan

penatalaksanaannya.

2

Page 3: Mikosis Superfisialis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur.6 Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur

yang terbatas pada stratum korneum, rambut, dan kuku.1,2

2.2 KLASIFIKASI

Infeksi jamur pada manusia umumnya dan tertuma disebabkan oleh dua kelompok

jamur, yaitu dermatofita (filamen multiseluler atau hifa) dan yeast (bentuk uniseluler yang

replikasinya dengan tunas.1 Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan, atau sistemik tergantung

dari karakteristik organisme dan host-nya.2,8 pada infeksi yeast seperti kandida, sel jamur sendiri

atau terpisah setelah pembelahan yang disebut tunas. Pada sistemik atau yang dalam, infeksi

jamur subkutan menyerang struktur viseral.5

Lebih dalam lagi, infeksi jamur kutaneus kronik, seperti misetoma, kromomikosis, dan

sporotrikosis, muncul setelah inokulasi pada individu. Infeksi jamur sistemik paling sering terjadi

pada infeksi paru primer yang dapat menyebar ke sistem organ secara hematogen ke sistem

multiple organ. Kandidiasis diseminata biasanya timbul pada saluran pencernaan. Infeksi ini

paling sering terjadi pada orang dengan imunokompromais.2

Gambar 1: Perbandingan antara deep mikosis dengan mikosis superfisial, kutan, dan subkutan

3

Page 4: Mikosis Superfisialis

Mikosis superfisialis adalah penyakit infeksi mukokutaneus yang paling banyak dijumpai,

disebabkan oleh infeksi jamur dengan kedalaman infeksi 1-2 mm. Penyakit ini timbul akibat

perubahan lingkungan mikro di kulit, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu dermatofitosis

dan nondermatofitosis. Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan, atau sistemik tergantung dari

karakteristik organisme dan host-nya.2,7

MIKOSISSuperfisialis

IntermedietProfunda

Dermatofitosis Non Dermatofitosis Subkutis SistemikTinea kapitis Pitiriasis versikolor

Kandidiasis Aspergillosis

Misetoma AktinomikosisTinea fasialis Piedra (hitam/putih) Kromomikosis NokardiosisTinea barbe Tinea nigra palmaris Sporotrikosis Histoplasmosis

Tinea corporis Fikomikosis subkutan KriptokokosisTinea manus Rinosporodiosis KoksidioidomikosisTinea pedis BlastomikosisTinea kruris Fikomikosis sistemik

Tinea unguium

Jamur yang menyebabkan infeksi ini terdiri dari tiga genus: dermatofita, Candida spp.,

dan Malassezia furfur. Dermatofitosis superfisial diantaranya terdiri dari tinea kapitis, tinea

kruris, tinea manum, tinea pedis, onikomikosis, dan tinea imbrikata. Dermatofitosis yang lebih

dalam termasuk ke dalam inflamasi dermatofitosis, tinea barbe, kerion celsi, favus, granuloma

trikofitik, misetoma, dan penyakit dematofitik. Candida spp., membutuhkan lingkungan yang

lembab dan hangat. Malassezia furfur memerlukan lingkungan mikro yang lembab dan lipid

untuk pertumbuhan.2

Trychophyton biasanya mengenai kulit, rambut, dan infeksi kuku. Microsporum

mengenai kulit dan rambut. Epidermophyton mengenai kulit dan kuku.1,4 Dermatofita hanya

menyerang keratin yang menyediakan sumber nutrisi untuk dermatofita dan pertumbuhan

jamur mycelia.2

Ptiriasis versikolor merupakan mikosis superfisial yang disebabkan oleh Malassezia

furfur yang pada umumnya memberikan gambaran hipopigmentasi berskuama atau makula

4

Page 5: Mikosis Superfisialis

hiperpigmentasi pada tubuh, termasuk dada, punggung, abdomen, dan ektremitas proksimal.

Area yang jarang terkena diantaranya wajah, kulit kepala, dan genitalia.2

Tinea nigra termasuk ke dalam mikosis superfisialis, biasanya pada stratum korneum

palmar dan disebabkan oleh Hortaea werneckii dan lebih sering di iklim tropis.2,5

Karakteristiknya berupa hiperpigmentasi, ditutupi makula asimptomatik, dengan bercak halus

terutama di telapak tangan, jarang pada telapak kaki atau di tempat lain.1,2

Trichosporon spp. Adalah ragi yang menyebabkan piedra, infeksi superfisial

(T.cutaneum, T. asteroids), dan trichosporonosis invasif pada imunokompromais. Piedra juga

termasuk pada infeksi jamur superfisial pada rambut yang ditandai dengan nodul di sepanjang

rambut. Piedra hitam disebabkan oleh Piedra hortae dan Piedra putih(pubis, ketiak, jenggot,

dan alis/bulu rambut) disebabkan oleh Trichosporum beigelii.5

2.3 DERMATOFITOSIS

Mikosis superfisial disebabkan oleh parasit jamur pada keratin yang disebut dematofita

dan terbagi dalam 3 genus, yaitu Trichophyton, Microsporum, and Epidermophyton. Semua

genus ini menginfeksi kulit, rambut, kuku, dan kadang-kadang melibatkan jaringan yang lebih

dalam.3

Etiologi

Tiga genus pada dermatofita: Trichophyton, Microsporum, and Epidermophyton.2,3

T.rubrum adalah yang paling sering menyebabkan dermatofitosis epidermal dan onikomkosis.

Infeksi T.rubrum dapat terjadi melalui kontak dengan kontaminasi lantai (rumah, tempat

kesehatan, loker atlit, atau kamar hotel). Di Amerika Utara dan Eropa, T. tonsurans adalah

penyebab yang paling sering. Pada orang dewasa di Amerika, T.rubrum menjadi penyebab

paling sering untuk dermatofitosis folikulitis.2

5

Page 6: Mikosis Superfisialis

Epidemiologi

Anak-anak memiliki infeksi kulit kepala (Trichophyton, Microsporum) dan dewasa muda

memiliki infeksi intertriginosa.Insiden onikomikosis berkorelasi langsung dengan usia; Di AS,

hingga 50% dari individu usia 75 tahun terkena onikomikosis.2

Dewasa kulit hitam memiliki insiden lebih rendah untuk dermatofitosis. Tinea kapitis

lebih sering terjadi pada anak-anak kulit hitam.2

T.rubrum endemic di Asia Tenggara, Afrika Barat, dan Australia. Namun, paling umum

terjadi di Amerika Utara dan Eropa. Jamur yang bersumber dari hewan (zoophilic) menginduksi

peradangan lebih kuat daripada penyebaran dari orang ke orang (anthropophilic). Pada

ringworm pada sapi, seperti boggy swelling dengan inflamasi, pustulasi, dan limfadenopati

sering diduga infeksi bakteri; seperti lesi yang disebut kerion dan terkait kehilangan rambut

yang mungkin permanen.

Tinea di daerah jenggot biasanya disebabkan oleh spesies zoophilic dan menunjukkan

gambaran yang sama (gambar 2). Organisme antrofilik menyebabkan daerah yang botak

berskuama dengan peradangan minimal dan kerusakan rambut 3-4 mm dari kulit kepala. Pada

favus yang disebabkan oleh Trichophyton schoenleini, gambarannya didominasi oleh krusta

kekuningan berbau busuk pada sekitar rambut kulit kepala dan kadang-kadang menyebabkan

jaringan parut (alopesia).3

Gambar 2: Animal Ringworm pada daerah jenggot yang menunjukkan inflamasi boggy dengan pembengkakan (kerion)

6

Page 7: Mikosis Superfisialis

Klasifikasi

In vivo, Dermatofit hanya tumbuh pada atau di dalam struktur keratin, dan demikian

melibatkan:

- Dermatofitosis epidermis keratinisasi (dermatofitosis epidermal, epidermatomikosis):

Tinea fasialis, tinea korporis, tinea kruris, tinea manus, tinea pedis.

- Dermatofitosis kuku (onikomikosis): Tinea unguium. Onikomikosis termasuk infeksi yang

disebabkan oleh dermatofit kuku, ragi, dan jamur.

- Dermatofitosis rambut dan folikel rambut (Trikomikosis): Dermatofit folikulitis,

granuloma Majocchi (trichophytic), tinea kapitis, tinea barbe.

Patogenesis

Dermatofita mensintesis keratinase yang mencerna keratin dan mempertahankan

keberadaan jamur dalam struktur keratin. Imunitas yang diperantarai sel dan aktivitas

antimikroba leukosit PMN membatasi patogenisitas dermatofitosis.2

Faktor pajanan yang memfasilitasi infeksi dermatofit: glukokortikoid atopi, topikal, dan

sistemik, kemudian iktiosis, penyakit vascular kolagen. Faktor local infeksi dermatofit yang

mendukung: keringat, oklusi, paparan dalam pekerjaan, lokasi geografis, kelembapan yang

tinggi (iklim tropis atau semi tropis).2

Gambaran klinis dermatofitosis tergantung pada beberapa factor: lokasi infeksi, respon

imun host, spesies jamur. Dermatofit (T.rubrum) yang memulai respon inflamasi kecil lebih

mampu menyebabkan infeksi kronis. Organisme seperti M.canis menyebabkan infeksi akut

yang berhubungan denganrespon inflamasi cepat resolusi spontan. Pada beberapa individu,

infeksi dapat melibatkan dermis, seperti pada kerion dan granuloma Majocchi.2

7

Page 8: Mikosis Superfisialis

Pemeriksaan Laboratorium

- Mikroskopik langsung

Gambar 3:

Praparat KOH pada individu dengan dermatofitosis epidermis. Multipel, septa, tabung seperti struktur (hifa atau miselia) dan

pembentukan spora pada individu dengan dermatofitosis epidermis.

- Lampu Wood

Rambut yang terinfeksi Microsporum spp, fluoresensi, kehijauan. Ruangan yang gelap

mempengaruhi lampu Wood.

- Kultur Jamur

Spesimen dikumpulkan dari lesi sisik kulit, rambut, kuku. Sisik dan rambut pada kulit

kepala adalah tempat yang terbaik. Debris keratinisius dan rambut kemudian

ditempatkan di plat kultur jamur. Kultur dilakukan pada media glukosa Sabouraud.

Kultur diulang setiap bulan.

8

Page 9: Mikosis Superfisialis

Penatalaksanaan

9

Page 10: Mikosis Superfisialis

2.3.1 TINEA KAPITIS

Tinea kapitis adalah dermatofitosis pada kulit kepala dan berhubungan dengan rambut.

Penyakit ini disebabkan oleh pathogen dermatofitosis dari Trichophyton and Microsporum

kecuali T.concentricum. Yang paling umum di seluruh dunia adalah M.canis. Sisa rambut dan

sisik menunjukkan fluoresensi hijau ketika diperiksa menggunakan lampu Wood.2

Penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak. Organisme penyebabnya bervariasi dari

tiap-tiap negara.3 Insiden tinea kapitis sering ditemukan pada anak usia 3-14 tahun, jarang pada

dewasa. Untuk alasan yang tidak diketahui, tinea kapitis lebih banyak pada anak-anak

keturunan Afrika. Transmisinya meningkat pada orang dengan higienis yang kurang, kepadatan,

dan status ekonomi yang rendah. Tempat organismenya berbiak seperti di sisir, topi, sarung

bantal, mainan, dan kursi teater. Karier asimtomatik yang umum membuat tinea kapitis ini sulit

diberantas.2

- Infeksi Ektotrik

Invasi terjadi di luar batang rambut. Fragmen hifa ke artrokonidia, menyebabkan

kerusakan kutikula. Disebabkan oleh Microsporum spp.

10

Page 11: Mikosis Superfisialis

- Infeksi Endotrik

Infeksi terjadi di dalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula. Atrokonidia ditemukan

dalam batang rambut. Disebabkan oleh Trichophyton spp.

“Black Dot” Tinea kapitis: Variasi endotrik yang menyerupai dermatitis seboroik

Kerion: Variasi dari endotrik dengan plak inflamasi boggy

Favus: Variasi dari endotrik dengan artrokonidia dan rongga udara dalam batang

rambut. Sangat jarang di Eropa dan Amerika Utara. Pada beberapa belahan dunia

(Timur Tengah, Afrika Selatan), masik endemik.

Gambaran ujung folikel rambut yang hitam “black dot” pada tinea kapitis disebabkan

oleh organisme antrofilik endotrik T.tonsurans dan T.violaceum. Setidaknya ini gambaran

inflamasi pada tinea kapitis. Kehilangan rambut mungkin dapat atau tidak terjadi. Penyebaran

skuama biasanya dapat muncul lagi tapi variasi inflamasi dari yang minimal hingga folikulitis

atau furunkel seperti lesi pada kerion. Daerah yang terkena biasanya multiple atau poligonal

dengan batas-batas yang buruk.2

Gambar 4: “Black dot” tinea kapitis yang disebabkan oleh T.tonsurans

11

Page 12: Mikosis Superfisialis

Gambar 5: Grafik keterlibatan ektotrik dan endotrik rambut

Patogenesisnya, dermatofita ectothrix biasanya menginfeksi perifolikular dari stratum

korneum, menyebar ke sekitarnya dan masuk ke batang rambut pada bagian tengah hingga

akhir anagen sebelum turun ke folikel untuk menembus dinding rambut. Artrokonidia

kemudian mencapai korteks rambut dan diangkut ke atas permukaan. Secara mikroskopik,

hanya ectothrix arthroconidia yang terlihat pada potongan rambut.2

Patogenesis infeksi endosentrik sama, kecuali bahwa arthroconidia tetap dalam batang

rambut, menggantikan keratin intrapilarus dan meninggalkan korteks. Sebagai hasil, rambut

sangat rapuh dan merusak permukaan kulit kepala di mana pendukung dari dinding

folikel hilang, meninggalkan titik hitam kecil. Demikian, “black dot” tinea kapitis diobsevasi.2

Non-inflamasi, Manusia, atau Tipe Epidemik

Gambaran non-inflamasi pada tinea kapitis adalah yang paling sering dengan organisme

ectothrix atau organisme seperti M.audouinii or M. canis. Bentuk tinea kapitis juga dikenal

sebagai bentuk seboroik sekunder dengan sisik menonjol. Inflamasinya sangat minimal. Rambut

di daerah yang terkena berwarna abu-abu dan kusam. Sering tidak terlihat kehilangan rambut. 2

Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa

rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk

alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Pada pemeriksaan dengan

12

Page 13: Mikosis Superfisialis

lampu Wood dapat dilihat efloresensi hijau kekuning-kuningan. Lesi biasanya terjadi pada

oksiput. 2,6

Gambar 6: Tinea kapitis yang disebabkan M. audouinii Gambar 7: Tinea kapitis tipe “gray patch”

Tipe Inflamasi

Tipe inflamasi pada tinea kapitis biasanya terlihat pada patogen zoofilik atau geofilik

dengan contoh umum M.canis dan M.gypseum. Inflamasi tinea kapitis merupakan hasil reaksi

hipersensitivitas pada infeksi. Spektrum rentang inflamasi dari folikulitis pustul kerion, yang

merupakan sebuah boggy, pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan rambut yang

rusak dan folikel yang berdarah, bernanah, inflamasi nodul, dan plak. Peradangan ini sering

menyebabkan jaringan parut dan terbentuk alopesia. Rambut biasanya rontok dan dapat ditarik

tanpa rasa sakit. Lesi inflamasi biasanya berupa pruritus dan dihubungkan dengan nyeri

limfadenopati servikal posterior, demam, dan lesi tambahan pada kulit yang gundul.2

Gambar: Kerion pada kulit kepala

Tipe Mikrosporum: 2

13

Page 14: Mikosis Superfisialis

- Eksotrik spora kecil; batang rambut yang terserang bagian folikel tengah. Hifa

intrapilorus tumbuh ke dalam munuju pangkal rambus. Ekstreapilorus sekunder tumbuh

lebih dari permukaan batang rambut.

- Eksotrik spora besar memiliki pengaturan yang sama

Tipe Trikopiton: 2

- Ektotrik spora besar terbatas pada permukaan luar batang rambut.

- Tipe entotrik; fragmen hifa intrapilorus menuju ke artrokonidia dalam batang rambut,

sehingga rapuh, dengan kerusakan berikutnya dekat dengan permukaan kulit kepala.

Durasi lesi dari minggu hingga bulan. Pada pasien dengan inflamasi tinea kapitis, nyeri,

nyeri tekan, dan/atau alopesia. Dengan infeksi non-inflamasi, sisik, kulit kepala pruritus,

alopesia menyebar atau terbatas atau adenopati auricular posterior. 2

Pemeriksaan fisik terdapat perubahan lesi kulit dan rambut. “Gray patch” pada tinea

kapitis memberikan gambaran alopesia parsial, sering berbentuk lingkaran, menunjukkan

rambut yang banyak patah, abu-abu kusam. Radang minimal. Infeksi M. audouinii, M.

ferrugineum, M. canis memberikan gambaran fluoresensi hijau dengan lampu Wood. 2

Diagnosis banding Tinea kapitis diantaranya adalah dermatitis seboroik, psoriasis,

dermatitis atopi, impetigo dan pustule atau plak psoriasis, bakteri pioderma.2

Pemeriksaan laboratorium. Lampu Wood harus dilakukan pada setiap pasien dengan lesi

kulit kepala atau rambut rontok yang belum tau sumbernya. Pemeriksaan langsung mikroskopik

mencakup akar rambut dan sisik kulit. Kultur jamur pada media Surobaund. 2

Penatalaksanaan:

14

Page 15: Mikosis Superfisialis

2.3.2 TINEA FASIALIS2

Tinea fasialis adalah dermatofitosis pada kulit wajah yang tidak berambut.

Gambarannya eritematosa sirkumskrip. Penyakit ini lebih sering salah diagnosis disbanding

dermatofitosis lainnya.

T.fasialis lebih banyak terjadi pada anak-anak. T.fasialis disebabkan T.tonsurans yang

dihubungankan dengan tine kapitis pada anak-anak kulit hitam dan T.mentagropites pada

orangtua mereka. T.rubrum yang paling umum; juga M.audouinii, dan M.canis.

Faktor predisposisi berupa paparan hewan, glukokortikoid topikal kronik. Gejala kulit

paling sering asimtomatik. Kadang-kadang pruritus dan fotosensitifitas.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi kulit, sikumskrip, makula. Sisik sering sedikit, pink

sampai merah. Pada pasien kulit hitam, hiperpigmentasi. Terjadi pada beberapa area di wajah,

namun biasanya tidak simetris.

15

Page 16: Mikosis Superfisialis

Gambar: Tinea fasialis. Eritematosa, bersisik, dan krusta Gambar: Tinea fasialis. Plak eritematosa dengan bentuk

NB: asismetris geografis; sisik minimal, namun cukup untuk preparat KOH.

Diagnosis banding: D.seboroik, D.kontak, migrant eritema, Lupus eritematosa, erupsi

papilomorfik, erupsi obat fototoksik, infiltrate limfositik.

Pemeriksaan fisik sama seperti pada dermatofitosis, yaknik pemeriksaan laboratorium

dan kultur. Begitu juga dengan penatalaksanaan, untuk terapi topikal sama seperti

dermatofitosis. Kemudian untuk terapi anti jamur sistemik sama seperti pada tinea manum.

2.3.3 TINEA BARBE2

Tinea barbe adalah dermatofit trikomikosis yang melibatkan daerah janggot dan kumis.

Sangatm irip dengan tinea kapitis dengan invasi dari batang rambut.

Tinea Barbe menurut definisi dapat dilihat pada laki-laki dewasa. Sebagian besar

transmisinya melalui kontaminasi pencukur jenggot, yang insidennya ditingkatkan dengan

sanitasi. Tinea barbe sekarang lebih sering karena terpapar langsung ke sapi, kuda, atau anjing

dan paling sering terlihat di pedesaan pada petani atau peternak.

Tinea barbe paling sering disebabkan oleh organisme zoofilik T.mentagrophytes dan

T.verrucosum, dan jarang karena M.canis. Di antara organisme antropofilik, T. megninii,

T.schoenleinii, dan T.violaceum dapat menyebabkan tinea barbe pada daerah endemik,

sementara T.rubrum merupakan penyebab yang jarang.

Tinea barbe khasnya unilateral dan lebih sering melibatkan daerah jenggot daripada

kumis atau atas bibir. Ada tiga bentuk:

Tipe Inflamasi

Biasanya disebabkan oleh T.mentagrophytes dan T.verrucosum, inflamasi tinea barbe

analog dengan bentuk kerion pada tinea kapitis. Lesi nodular boggy dengan krusta seropurulen.

Rambut-rambut pada area ini tidak berkilau, mudah rontok, dan terlihat massa pada akarnya. 16

Page 17: Mikosis Superfisialis

Pustula perifolikuler dapat bergabung membentuk saluran sinus dan abses seperti kumpulan

nanah, dan berakhir dengan alopesia jaringan parut.

Gambar: Tinea barbe, kerion.

Tajam, nodul merah disertai beberapa pustule kekuningan. Permukaannya bengkak. Rambut telah hilang pada nodul ini.

Tipe Superfisial

Disebabkan oleh inflamasi antropofilik, bentuk tinea barbe menyerupai folikulitis

bacterial, dengan eritema difus ringan, papula, dan pustule perifolikular. Rambut yang kusam

dan rapuh mengakibatkan infeksi endotrik denngan T.violaceum sebagai etiologi yang lebih

mungkin daripada T.rubrum.

Gambar: Tinea barbe superfisial

Papula folikuler tersebar dan pustula sering dikelirukan dengan folikulitis S.aureus

Tipe Sirsinata

Seperti tinea sirsinata pada kulit yang tidak berambut, tinea barbe sirsinata terlihat aktif,

ke perbatasan vesikulopustular dengan penyebaran relatif pada rambut.

17

Page 18: Mikosis Superfisialis

Gambar: Tinea barbe sirsinata memiliki papula kecil, vesikel, dan bersisik

Diagnosis banding tinea barbe diantaranya folikulitis bakterial (sikosis vulgaris), perioral

dermatitis, folikulitis kandida, pseudofolikulitis barbe, akne vulgaris/rosasea, dermatitis kontak.

Pemeriksaan laboratorium sama seperti pada tinea kapitis. Terapi topikal tidak efektif.

Untuk terapi sistemik, lihat manajemen.

2.3.4 TINEA KORPORIS2

Tinea korporis mengacu kepada infeksi dermatofit pada badan, lutut, lengan, dan/atau

leher. Tidak termasuk kaki, tangan dan pangkal paha.

Tinea korporis dapat terjadi melalui transmisi dari manusia atau hewan, tempat

oragnisme berbiak,atau melalui autoinokulasi pada kolonisasi kaki seperti T.rubrum. Anak-anak

lebih mungkin terkena pathogen zoofilik, terutama M.canis dari anjing atau kucing. Iklim yang

hangat dan lembab akan memperparah penyakit ini. Namun untuk onset terjadi pada semua

usia. Penyakit ini lebih umum di daerah tropis dan subtropis.

Untuk periode inkubasi, hari hari sampai bulan. Durasi dari minggu, bulan, dan tahun.

Sering tanpa gejala. Kalaupun ada, biasanya berupa pruritus ringan.

Pada pemeriksaan fisik, lesi kulit kecil (gambar 10,11) hingga besar (gambar 12), bersisik,

dengan atau tanpa pustula atau vesikel, biasanya tajam. Pembesaran perifer dan sentral

(gambar 11) menghasilkan konfigurasi cincin dengan cincin kosentris atau lesi arkuata. Satu

atau kadang-kadang beberapa lesi tersebar, bula, lesi granuomatosa (granuloma Majocchi)

18

Page 19: Mikosis Superfisialis

(gambar 13). Plak psoriasiform (gambar 12). Lesi verukosa. Lesi infeksi zoofilik (dari binatang)

lebih bersifat inflamasi, dengan ditandai adanya vesikulasi dan krusta pada tepinya, bula.

Gambar: Tinea korporis

Inflamasi plak anular pada paha medial. Tipe lesi inflamasi ini terlihat pada infeksi dermatofit zoofilik dan dengan penggunaan

glukokortikoid topikal

Gambar: Tinea korporis

Akut dan subakut. Multipelm merah terang, tepi lesi batas tegas dengan sisik yang minimal. Durasi beberapa minggu pada

badan anak. Terdapat tiga lesi yang lebih bersifat inflamasi dan lebih tebal. M.canis diisolasi pada kultur jamur yang telah

terpapar hewan peliharaan

19

Page 20: Mikosis Superfisialis

Gambar: Tinea korporis

Kronik, batas tegas, plak hiperpigmentasi. Durasi berbulan-bulan pada punggung, pantat, dan paha. Lesi memiliki gambaran

psoriasiform. Dihubungkan dengan tinea kruris dan tinea pedis.

Gambar: Dermatofit Folikulitis: Granuloma Majocchi

Dermatofitosis epidermal pada pubis dan inguinal dengan nodul inflamasi yang dihubungkan dengan infeksi pada folikel rambut

Diagnosis banding: Dermatitis kontak alergi, dermatitis atopi, eritema anular, psoriasis,

dermatitis seboroik, pitiriasis rosea, pitiriasis alba, pitiriasis versikolor, migran eritema, subakut

lupus eritematosa, dan jamur mikosis.

Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan mikroskopik direk dan kultur.

Penatalaksaan dengan anti jamur. Untuk terapi topikal, sesuai penatalaksanaan

dermatofitosis. Untuk terapi anti jamur sistemik sesuai dengan penatalaksanaan tinea manum.

2.3.5 TINEA MANUM2

20

Page 21: Mikosis Superfisialis

Tinea manum adalah dermatofitosis kronis pada tangan, sering unilateral, paling sering

terjadi di tangan yang dominan dan biasanya berhubungan dengan tinea pedis.

Durasinya dari bulan hingga tahun. Gejalanya simtomatik, pruritus, nyeri jika terdapat

infeksi sekunder atau pecah-pecah. Tipe Dishidrotik: gejala episodic pada pruritus.

Pada pemeriksaan fisik terdapat lesi kulit yang hyperkeratosis dan bersisik pada lipatan

palmar, fisura pada palmar (gambar). Seringkali meluas ke dorsum tangan dengan papul

folikular, nodul, pustule dengan folikulitis dermatofit.

Gambar: Tinea manum

Eritema dan skuama pada tangan kanan, yang dihubungankan dengan tinea pedis bilateral; gambaran khas

“satu tangan, dua kaki” pada dermatofitosis epidermal pada tangan dan kaki.

Kadang-kadang, terjadi onikomikosis subungual distal/lateral pada jari kuku.

Tipe Dishidrotik:

Papula, vesikel, bula (jarang pada lesi batas tegas) pada telapak tangan dan lateral jari, mirip

dengan lesi bulosa tinea pedis.

Perubahan sekunder:

Liken simpleks kronis, nodul prurigo, impetiginisasi.

Distribusi:

21

Page 22: Mikosis Superfisialis

Hiperkeratosis difus pada telapak tangan dengan keterlibatan lipatan palmar atau sisik yang

merata pada dorsal dan sisi jari; 50% pasien unilateral (gambar). Biasanya berhubungan dengan

tinea pedis, tinea kruris. Jika kronis, sering dihubungkan dengan tinea unguium pada kuku.

Diagnosis banding berupa eritema/tangan bersisik: Dermatitis atopik, liken simplek

kronik, dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan, psoriasis vulgaris, karsinoma sel

skuamosa in situ.

Penatalaksanaan:

Pencegahan harus dengan membasmi tinea unguium pada kuku tangan serta kuku kaki;

juga pada tinea pedis dan tinea kruris, jika tidak, tinea manum akan terulang lagi.

Penggunaan anti jamur sesuai penatalaksanaan dermatofitosis. Karena tebalnya stratum

korneum palmar, dan terutama jika dihubungkan dengan tinea unguium pada jari tangan, tinea

manum mustahil disembuhkan dengan terapi topikal. Maka digunakanlah terapi oral untuk

memberantas dermatofitosis pada tangan kaki, dan kuku:

Terbinafine : 250 mg sekali sehari selama 14 hari

Itraconzole : 200 mg sekali sehari selama 7 hari

Flukonazol: 150-200 mg sekali sehari selama 2-4 minggu

2.3.6 TINEA KRURIS2

Tinea kruris adalah dermatofitosis subakut atau kronis pada selangkangan, daerah

kemaluan, dan paha. Disebut juga “Jock Itch.”

Onsetnya pada usis dewasa. Pria lebih banyak daripada wanita. Etiologinya T.rubrum,

T.mentagrophytes. Faktor predisposisi pada lingkungan yang lembab: pakaian ketat yang

digunakan oleh laki-laki; obesitas. Penggunakan glukokortikoid topikal kronis. Memiliki riwayat

tinea pedis dan riwayat tinea kruris sebelumnya.

Gejala di kulit biasanya tidak ada. Pada beberapa orang, pruritus menyebabkan pasien

untuk berobat.

22

Page 23: Mikosis Superfisialis

Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi yang biasanya berhubungan dengan tinea pedis,

tinea unguium kuku kaki. Besar, bersisik, batas plak merah/coklat/coklat kusam (gambar).

Papul, pustul, berbatas tegas. Lesi yang diobati: sisik berkurang; hiperpigmentasi setelah

inflamasi pada orang yang erbkulit gelap. Pada atopic, garukan yang kronis dapat menghasilkan

perubahan sekunder pada liken simplek kronik.

Gambar: TInea Kruris

Konfluen, eritematosa, plak berskuama pada paha medial, lipatan inguinal, dan daerah kemaluan. Batasnya tegas. Eritrasma

harus disingkirkan dengan pemeriksaan lampu Wood.

Diagnosis banding berupa eritema/ sisik di selangkangan: Eritrasma, intertrigo, kandida

intertrigo, gambaran psoriasis terbalik, pitiriasis versikolor, histiositosis sel Langerhan.

Penatalaksanaan:

Pencegahan. Setelah pengobatan tinea kruris, tinea pedis, dan tinea unguium, reinfeksi

dapat diminimalkan dengan menggunkan alas kaki ketika menggunakan fasilitas umum atau di

rumah (jika anggota keluarga ada yang terinfeksi), mandi menggunakan bubuk anti jamur,

benzoil peroksidase.

Anti jamur topikal sesuai manajemen. Untuk yang sistemik digunakan jika berulang, jika

dermatofitosis folikulitis muncul, atau jika telah gagal menggunakan terapi topikal. Lihat “Tinea

Manum.”

2.3.7 TINEA PEDIS

23

Page 24: Mikosis Superfisialis

Tinea pedis (Athlete’s foot) adalah infeksi dermatofit pada kaki, ditandai dengan

eritema, sisik, maserasi, dan atau bula. Dalam kebanyakan kasus dermatofitosis epidermis,

infeksi terjadi pada awalnya di kaki, dan pada waktunya akan menyebar ke bagian inguinal

(tinea kruris), badan (tinea korporis), tangan (tinea manum). Tinea pedis sering disertai infeksi

sekunder pada bakteri, seperti S.aureus atau Streptococcus group A (GAS) sehingga terjadi

selulitis atau limfangitis.2,7

Menurut usia, terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa muda. Paling umum, 20

sampai 50 tahun. Menurut jenis kelamin, pria lebih banyak pada wanita. Faktor predisposisi:

cuaca panas, lembab, penekanan alas kaki, keringat yang berlebihan.2

Transmisi terjadi bila berjalan tanpa alas kaki di lantai yang telah terkontaminasi.

Artrospora dapat bertahan pada manusia dalam 12 bulan.2

Durasi dari bulan sampai tahun. Seringkali memiliki riwayat tinea pedis sebelumnya,

tinea unguium pada jari kaki, dan akan meningkat pada iklim panas.2

Gejala di kulit sering asimtomatik. Pruritus. Nyeri dengan infeksi bakteri sekunder.

Pada pemeriksaan fisik terdapat lesi di kulit.2

Tipe Interdigital:2,7

Dua pola: (1) sisik kering (gambar 3) dan (2) maserasi, mengelupas, fisura di antara jari

kaki (gambar 4). Hiperhidrosis umum. Gambaran yang paling umu: antara jari IV dan V. Infeksi

dapat menyebar ke daerah sekitar kaki.

Gambar 3: Tinea pedis TipeKering Interdigital

24

Page 25: Mikosis Superfisialis

Ruang interdigital antara jari kaki menunjukkan adanya eritema dan sisik, kuku kaki menebal, indikasi terkait onikomikosis

subungual

Gambar 3: Tinea pedis Tipe Maserasi Interdigital

Terdapat ruangan antara jari kaki IV dan V yang hiperkeratotik dan maserasi pada individu yang hitam dengan keratoderma

plantar dan hiperhidrosis. Rona kehijauan disebabkan oleh Pseudomonoas aeruginos. Eritrasma juga terjadi pada intertriginosa

yang lembab dan mungkin terjadi bersamaan dengan tinea pedis interdigital danatau Pseudomonas intertrigo.

Tipe Moccasin2,7

Eritema dengan papul pada tepinya, sisik putih halus, dan hyperkeratosis (gbr 5,6). Tipe

moccasin: Terjadi pada tumit, telapak kaki, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal

dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Distribusi

melibatkan daerah yang dicakup oleh sepatu balet. Salah satu atau kedua kaki terkena dengan

berbagai pola; lebih umum bilateral.

Gambar 5: Tinea pedis Tipe Moccasin

Eritema plantar kaki dengan keratoderma ringan yang dihubungkan dengan onikomikosis subungual distal/lateral, khas dari

infeksi T.rubrum.

25

Page 26: Mikosis Superfisialis

Gambar 6: Tinea Pedis Tipe Moccasin

Hiperkeratosis dan sisik pada dorsal kaki terjadi pada bagian kaki yang ditutupi oleh sandal; terkait dengan onikomikosis

subungual distal/lateral, khas pada infeksi T.rubrum

Tipe Inflamasi/Bulosa2

Vesikel/bula berisi cairan jernih (gambar 7). Nanah biasanya menunjukkan infeksi

sekunder S.aureus atau Streptococcus group A. Setelah pecah, terjadi erosi dengan pinggiran

sepeti cincin. Mungkin dihubungkan dengan reaksi “id” (autosensitisasi atau dermatofit).

Distribusi: telapak kaki, punggung kaki, sela jari kaki.

Gambar 7: Tinea Pedis Tipe Bulosa

Ruptur vesikel, bula, eritema, dan erosi pada aspek plantar jari kaki yang besar. Hifa terdeteksi pada preparat KOH. Pada

beberapa kasus, onikomikosis dapat terjadi pada infeksi T.mentagrophytes

Tipe Ulseratif2

26

Page 27: Mikosis Superfisialis

Perpanjang tinea pedis interdigital ke kaki bagian dorsal dan plantar. Biasanya terjadi

pada komplikasi infeksi bakteri.

Diagnosis banding tipe interdigital: Eritrasma, impetigo, keratolisis, Intertrigo kandida,

infeksi Pseudomonas aeruginosa, infeksi celah jari kaki. Untuk diagnosis banding tipe moccasin:

Psoriasis vulgaris, dermatitis eksematosa (dishidrotik, atopik, kontak alergi), bintik-bintik

keratolisis, variasi keratoderma. Sementara, diagnosis banding tipe inflamasi/bulosa: Impetigo

bulosa, dermatitis kontak alergi, eksim dihidrotik, penyakit bulosa.2

Pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan mikroskopik direk. Pada tipe bulosa,

pemeriksaan untuk mendeteksi hifa. Pada pemeriksaan lampu Wood menyingkirkan eritrasma

pada infeksi interdigital. Eritrasma dan tinea pedis interdigital dapat hidup bersama.

Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan kultur jamur atau bakteri.2,7

Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan hifa pada pemeriksaan mikroskopik

direk, isolasi dari kultur dematofita.7

Penatalaksanaan:

27

Page 28: Mikosis Superfisialis

2.3.8 TINEA UNGUIUM2,7

Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Terbagi

dalam tiga bentuk klinis:

- Bentuk subungual distalis

Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal

dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan terus, maka

permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat hanya kuku rapuh yang

menyerupai kapur.

Gambar: Onikomikosis subungual distalis

- Leukonikia trikofita

Disebut juga leukonikia mikotika. Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia

atau keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen

jamur. Kelainan ini dihubungkan dengan Trichophyton mentagrophytes sebagai

penyebabnya.

Gambar: Leukonikia trikofita

- Bentuk subungual proksimalis

Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku dan

membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih utuh,

28

Page 29: Mikosis Superfisialis

sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea unguium mempunyai

dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atau yang belum. Kuku kaki lebih

sering diserang daripada kuku tangan.

Gambar: Onikomikosis subungual proksimalis

Diagnosis banding tinea unguium di antaranya adalah psoriasis, eksema tangan, liken

planus.

Pemeriksaan dengan KOH, biopsy kuku, dan kultur jamur (dengan atau tanpa

antimikroba) sangat berguna.

Penatalaksanaan sesuai dengan penatalaksaan pada dermatofitosis.

2.4 NON DERMATOFITOSIS

2.4.1 PITIRIASIS VERSIKOLOR

Pitiriasis versikolor adalah penyakit jamur superfisial kronik yang disebabkan oleh

Malassezia furfur, biasanya asimtomatik, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih

sampai coklat hitam, terutama meliputi badan.2,3,4,7 Kadang-kadang dapat menyerang ketiak,

lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala yang berambut.7

Pitiriasis versikolor juga disebut tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver

spots,tinea flava, pitiriasis versikolor flava dan panau.7

Etiologi dari penyakit ini adalah M.furfur (sebelumnya dikenal sebagai Pityrosporum

ovale, P.orbiculare) yang merupakan ragi lipofilik yang biasanya berada pada keratin kulit dan

folikel rambut pada individu pada masa pubertas dan seterusnya.2

29

Page 30: Mikosis Superfisialis

Patogenesisnya, pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya

pitiriasis versikolor ialah P.orbiculare yang berbentuk bulat atau P.ovale yang berbentuk oval.

Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya,

misalnya suhu, media, dan kelembapan. M.furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor

predisposisi menjadi pathogen dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan di

antaranya oleh defisiensi imun. Eksogen dapat karena factor suhu, kelembapan udara, dan

keringat.7

Gejala kilinis, kelainan kulit terdapat bercak berwarna-warni, kecoklatan atau

depigmentasi, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak tersebut

berfluoresensi bila dilihat menggunakan lampu Wood. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga

adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut. Kadang-kadang

penderita merasa gatal ringan.3,7 Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau

kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan

penderita. Penyakit ini sering dikeluhkan remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua

tidak luput dari infeksi.7

(a) (b) (c)

Gambar: Pitiriasis versikolor

(a) Multipel, dari ukuran kecil hingga sedang, macula hipopigmentasi pada punggung dari penderita berkulit putih

(b) Makula coklat dengan tepi yang jelas pada badan. Sisik halus terlihat jelas bila lesi mengelupas pada sediaan mikroskopik

(c) Folikular, makula hipopigmentasi pada dada atas dari penderita berkulit hitam

30

Page 31: Mikosis Superfisialis

Diagnosis ditegakkan atas gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi, lesi kulit dengan

lampu Wood, dan sediaan langsung. Fluoresensi kulit dapat dilihat pada pemeriksaan lampu

Wood berwarna kuning keemasan dan sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20%

terlihat campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok.7

Gambar: Malassezia furfur: sediaan KOH

Ragi bulat dan bentuk pseudohifa memanjang sehingga disebut “spageti dan bakso”

Penatalaksanaan:

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.

Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu

Wood dan sediaan langsung negatif.7

2.4.2 PIEDRA

31

Page 32: Mikosis Superfisialis

Piedra adalah infeksi jamur asimtomatik pada batang rambut juga dikenal sebagai

trichomycosis nodularis. Piedra hitam disebabkan oleh Piedra hortae dan Piedra putih

disebabkan oleh Trichosporum beigelii.5

Piedra hanya menyerang rambut kepala, janggut, dan kumis tanpa memberikan

keluhan. Krusta melekat erat sekali pada rambut yang terserang, dan dapat sangat kecil

sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Benjolan yang besar mudah dilihat, diraba,

teraba kasar bila rambut diraba dengan jari-jari. Bila rambut disisir, terdengar suara metal

(klik).7

Piedra hitam hanya ditemukan di daerah tropis tertentu, merupakan penyakit endemis

di tempat tertentu, terutama yang banyak hujan. Piedra hortai hanya menyerang rambut

kepala. Jamur ini menyerang rambut hanya di bawah kutikel, kemudian membengkak dan

pecah untuk menyebar di sekitar rambut (shaft) dan membentuk benjolan tengguli dan hitam.7

Piedra putih lebih jarang ditemukan, terdapat di daerah beriklim sedang, hanya sekali-

sekali ditemukan di daerah tropis. Infeksi ini menyerang janggut dan kumis. Benjolan berwarna

coklat muda dan tidak begitu melekat pada rambut. Diperkirakan bahwa Trichosporon beigelii

hanya dapat menyerang rambut yang telah rusak.7

Diagnosis berdasarkan gambaran klinis dan didukung oleh pemeriksaan sediaan

langsung dan biakan.

Pengobatan dapat dilakukan dengan memotong rambut yang terkena infeksi atau

mencuci rambut dengan larutan sublimat 1/2000 setiap hari.

2.4.3 TINEA NIGRA PALMARIS

Tinea nigra adalah dermatomikosis superficial yang biasanya terjadi pada palmar

stratum korneum, disebabkan oleh Hortaea werneckii.2

Tine nigra biasanya terjadi di daerah tropis dan subtropics, termasuk Amerika Tengah

dan Selatan, Afrika, dan Asia.2,7

32

Page 33: Mikosis Superfisialis

Tinea nigra dapat ditemukan pada orang sehat dengan gambaran yang asimtomatik.2

Kelainan kulit telapak tangan berupa bercak-bercak tengguli hitam dan sekali-sekali bersisik.7

Gambar: Tinea nigra Palmaris

Bentuk ireguler, macula berwarna hitam kecoklatan pada palmar yang disebabkan Hortaea werneckii

Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan kerokan kulit dan biakan. Pada pemeriksaan sediaan langsung dalam larutan KOH 10% jamur terlihat sebagai hifa bercabang, bersekat ukuran 1,5-3 u, berwarna coklat muda hingga hijau tua. Biakan pada agar Sabouraud (suhu kamar) menghasilkan koloni menyerupai ragi dan koloni filamen berwarna hijau tua atau hitam.

Tinea nigra dapat menyerupai dermatitis kontak, tinea versikolor, hiperkromia, nevus pigmentosus, dan kulit yang eterkena zat kimia, misalnya perak nitrat.

Tinea nigra dapat diobati dengan obat-obatan jamur konvensional, misalnya salap salisil furfur, salap Withfield, dan iodine tincture, atau anti jamur azol.2,7 Pengobatan harus dilanjutkan selama 2 hingga 4 minggu setelah klinis untuk mencegah kekambuhan. Ketokonazol dua kali sehari kuratif, seperti itrakonazole dan miconazole atau terbinafine satu kali sehari. Bagaimanapun, terapi sistemik jarang diindikasikan.2

Tinea nigra oleh karena asimtomatik tidak memberi keluhan pada penderita kecuali keluhan estetik, kalau tidak diobati penyakit ini akan menjadi kronik.7

33

Page 34: Mikosis Superfisialis

BAB III

PENUTUP

Mikosis terdiri dari mikosis superfisialis, mikosis intermediet, dan mikosis profunda.

Insiden mikosis superfisialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas.

Mikosis superfisialis terdiri dari dermatofitosis dan non dermatofitosis. Dermatofitosis

terbagi lagi atas tinea kapitis, tinea fasialis, tinea barbem tinea korporis, tinea manus, tinea

pedis, tinea kruris, dan tinea unguium. Sementara untuk non-dermatofitosis terdiri atas

pitiriasis versikolor, piedra (itam/putih), dan tinea nigra palmaris.

Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis adalah disebabkan karena letak

infeksinya pada kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam

epidermidis mulai dari stratum komeum sampai stratum basalis, sedangkan golongan non-

dermatofitosis hanya bagian superfisialis dari epidermidis. Hal ini disebabkan karena

dermatofitosis mempunyai afinitas tehadap keratin yang terdapat pada epidermidis, rambut,

kuku, sehingga infeksinya lebih dalam.

Pada beberapa penyakit pada mikosis superfisialis didapatkan keluhan yang asimtomatik

sehingga harus teliti dalam penanganan. Karena, bila tidak ditangani dengan baik makan akan

menjadi kronik.

34