202510816 Refreshing Mikosis Superfisial

28
MIKOSIS SUPERFISIALIS 1.1 Latar Belakang Mikosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis kutan disebabkan oleh jamur yang hanya menginvasi jaringan superfisialis yang terkeratinisasi (kulit, rambut dan kuku) dan tidak ke jaringan yang lebih dalam. Bentuk yang paling penting adalah dermatofita, suatu kelompok jamur serumpun yang diklasifikasikan menjadi 3 genus Epidermophyton, Microsporum danTrychopyton. Pada jaringan keratin yang tidak hidup, bentuk-bentuk ini adalah bila dan artrokonidia. Ada dua golongan jamur yang menyebabkan mikosis superfisialis yaitu non dermatofita dan dermatofita. Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis adalah disebabkan karena letak infeksinya pada kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam epidermidis mulai dari stratum komeum sampai stratum basalis, sedangkan golongan non-dermatofitosis hanya bagian superfisialis dari epidermidis. Hal ini disebabkan karena dermatofitosis mempunyai afinitas tehadap keratin yang terdapat pada epidermidis, rambut, kuku, sehingga infeksinya lebih dalam. Insiden mikosis superfisialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas. Oleh karena itu akan dibicarakan lebih luas. 1

description

mikosis superfisial

Transcript of 202510816 Refreshing Mikosis Superfisial

  • MIKOSIS SUPERFISIALIS

    1.1 Latar Belakang

    Mikosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis kutan

    disebabkan oleh jamur yang hanya menginvasi jaringan superfisialis yang terkeratinisasi

    (kulit, rambut dan kuku) dan tidak ke jaringan yang lebih dalam.

    Bentuk yang paling penting adalah dermatofita, suatu kelompok jamur serumpun

    yang diklasifikasikan menjadi 3 genus Epidermophyton, Microsporum danTrychopyton.

    Pada jaringan keratin yang tidak hidup, bentuk-bentuk ini adalah bila dan artrokonidia.

    Ada dua golongan jamur yang menyebabkan mikosis superfisialis yaitu non dermatofita

    dan dermatofita. Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis adalah

    disebabkan karena letak infeksinya pada kulit.

    Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam

    epidermidis mulai dari stratum komeum sampai stratum basalis, sedangkan golongan

    non-dermatofitosis hanya bagian superfisialis dari epidermidis. Hal ini disebabkan karena

    dermatofitosis mempunyai afinitas tehadap keratin yang terdapat pada epidermidis,

    rambut, kuku, sehingga infeksinya lebih dalam.

    Insiden mikosis superfisialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang

    masyarakat luas. Oleh karena itu akan dibicarakan lebih luas.

    1

  • Mikosis Superfisialis terbagi atas 2, yaitu Dermatofitosis dan Non-Dermatofitosis

    I. DERMATOFITOSIS

    Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya

    stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur

    dermatofita.1

    Etiologi 1

    Dermatofita ialah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis, memiliki sifat

    mencernakan keratin. Dermatofitas terbagi atas 3 genus, yaitu Mikrosporum,

    Trichophyton, dan Epidermophyton. Yang paling terbanyak ditemukan di Indonesia

    adalah T. rubrum. dermatofita lain adalah: E. floccosum, T. mentagrophytes, M. canis, M.

    gypseum, T. concentricum, T. schoeleini dan T. tonsurans.

    1. Microsporum

    Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia

    (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur.

    Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:2,4,8

    SPECIES CLASSIFICATION(NATURAL RESERVOIR

    Microsporum audouinii Anthropophilic

    Microsporum canis Zoophilic (Cat and Dog)

    Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats,dogs,and rodents)

    Microsporum

    ferrugineum

    Anthropophilic

    Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)

    Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)

    Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)

    Microsporum versicolor Zoophilic (vole and field mouse)

    Tabel Spesies Microsporum

    Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder.

    Pertumbuhan pada agar Saburoud dextrose pada 25C mungkin melambat atau sedikit

    cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1-9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna

    2

  • dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol halus

    yang masih putih atau menguning sampai cinnamon.6

    2. Epidermophyton

    Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis: Epidermophyton floccosum dan

    Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik,

    sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia.

    E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat.

    Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onycomycosis).

    Infeksi terbatas pada lapisan korneum kulit luar. Koloni E.floccosum tumbuh cepat

    dan matur dalam 10 hari diikuti inkubasi pada suhu 25C pada agar potato-dextrose,

    koloni kuning kecoklatan4,14

    3. Tricophyton

    Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia.

    Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthoropophilic, zoophilic dan geophilic.

    Trichophyton concentricum adalah endemic pulau pasifik, bagian tenggara Asia, dan

    Amerika Pusat. Trichophyton adalah suatu penyebab infeksi pada rambut, kulit, kuku,

    pada manusia.4,8,14

    NATURAL HABITAT OF TRICHOPHYTON SPESIES

    Species Natural reservoir

    Ajelloi Geophilic

    Concentricum Anthropophilic

    Equinum Zoophilic (horse)

    Erinacei Zoophilic (hedgehog)

    Flavescens Geophilic (feathers)

    Gloriae Geophilic

    Interdigitale Anthropophilic

    Megnini Anthropophilic

    Mentagrophytes Zoophilic (rodenrs,rabbit) /

    Antropophilic

    3

  • Phaseoliforme Geophilic

    Rubrum Anthropophilic

    Schoenleinii Anthropophilic

    Simii Zoophilic (monkey, fowl)

    Soundanense Anthropophilic

    Terrestre Geophilic

    Tonsurans Anthropophilic

    Vanbreuseghemii Geophilic

    Verrucosum Zoophilic (cattle, horse)

    Yaoundei Anthropophilic

    Insidensi

    Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga dapat

    ditemukan hampir disemua tempat/Menurut Adiguna MS, insidensi penyakit jamur yang

    terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93% - 27,6%.

    Meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. Dermatomikosis atau mikosis

    superfisialis cukup banyak diderita penduduk Negara tropis. Di Indonesia angka yang tepat,

    berapa sesungguhnya insiden dermatomikosis belum ada.

    Onset usia terjadi pada anak kecil yang baru belajar berjalan (toodlers) dan anak usia sekolah.

    Paling sering menyerang anak berusia 6-10 tahun dan juga pada usia dewasa. Frekuensi

    infeksi pada spesies tertentu antara lain:

    58% dermatofita yang terisolasi adalah Trichophyton rubrum

    27 % Trichophyton mentagrophytes

    7 % Trichophyton verrucosum

    3 % Trichophyton tonsurans

  • Klasifikasi 2

    Dermatofitosis dibagi menjadi dermatimikosis, trikomikosis, dan onikomikosis

    berdasarkan bagian tubuh manusia yang terserang. Pembagian berdasarkan lokasi

    dikenal dengan bentuk-bentuk :

    - Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala

    - Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot

    - Tinea kruris, dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-

    kadang sampai perut bagian bawah

    - Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan

    - Tinea unguium, dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki

    - Tinea korporis, dermatofitosis pada bagianlain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di

    atas

    Keenam istilah tersebut dapat dianggap sebagai sinonim tinea korporis. Selain 6

    bentuk tinea masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu :

    - Tinea imbrikata, dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris dan

    disebabkan Trichophyton concentricum

    - Tinea favosa atau favus, dermatofitosis yang terutama disebabkan Trichophyton

    schoenlini, yang secara klinis antara lain terbentuk skutula dan berbau seperti tikus

    (mousy odor)

    - Tinea fasialis, tinea aksilaris, yang juga menunjukkan daerah morfologis.

    Pada akhir-akhir ini dikenal nama tinea inkognito, yang berarti dermatofitosis

    dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.

    Gejala klinis

    Tinea glabrosa atau dermatofisosis pada kulit tidak berambut mempunyai morfologi

    khas. Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas. Bagian tepi lesi lebih aktif (lebih

    jelas tanda-tanda peradangan) daripada bagian yang tengah. Eczema marginatum adalah

    istilah yang tepat untuk lesi dermatomikosis secara deskriptif.

    Bergantung pada berat-ringannya reaksi radang dapat dilihat berbagai macam lesi kulit.

    Wujud lesi yang beraneka ragam ini dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi,

    menahun oleh Trichophyton rubrum sampai kerion Celsi yang disebabkan Microsporum

    canis. Di antara 2 bentuk ekstrim ini, dapat dilihat macam-macam kelainan kulit dengan

    5

  • tingkat peradangan yang berbeda. Beberapa penulis berdasarkan berat ringannya perdangan

    lesi, menggunakan istilah dermatofitosis superfisialis, media, dan profunda.

    1. Tinea kapitis (ringworm of the scalp)

    Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh

    spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan,

    alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut

    dengan kerion.1

    Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas, yakni :

    a) Gray patch ringworm

    Bentuk sering ditemukan pada anak-anak dan disebabkan oleh genus Microsporum.

    Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil-kecil di sekitar rambut. Papul ini

    melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita

    adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut

    mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa

    rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat

    terbentuk alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey

    patch yang dilihat di dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan

    pasti, Pada pemeriksaan lampu Wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekuningan pada

    rambut yang sakit melampaui batas grey patch tersebut. Pada kasus tanpa kelihan,

    pemeriksaan dengan lampu Wood banyak membantu diagnosis. 1,2

    b) Kerion

    Pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat

    di sekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum gypseum,

    pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya

    6

  • Trichophyton tonsurans, dan sedikit bila penyebabnya Trichophyton violaceum.

    Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap.

    Jaringan parut yang menonjol kadang dapat terbentuk. 1

    c) Black dot ringworm

    Terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum. Pada

    permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh

    genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan

    yang tertinggi asalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di

    dalam folikel rambut ini memberi gambaran black dot. Ujung rambut yang patah,

    kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam hal ini perlu

    dilakukan irisan kulit untuk mendapat bahan biakan jamur. 1

    2. Tinea Korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap, herpes

    sircine trichopytique)

    Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin).

    a) Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas

    terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah

    tengahnya biasanya lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat

    garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan

    yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir polikistik,

    karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bentuk dengan tanda radang yang lebih

    7

  • sering dilihat pada anak-anak daripada orang dewasa karena umumnya mereka

    mendapat infeksi baru pertama kali. 1

    b) Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak terlihat

    lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan

    kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya

    tinea cruris et corporis. Bentuk menahun yang disebabkan oleh trichophyton rubrum

    biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea unguium. 1

    c) Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton concentricum disebut

    tinea ombrikata. Penyakit ini terdapat di berbagai daerah tertentu, misalnya

    Kalimantan, Sulawesi, Irian Barat, Kepulauan Aru dan Kei dan pulau Jawa. Tinea

    imbrikata mulai dengan bentuk papul berwarna cokelat, yang perlahan-lahan menjadi

    besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebat. Proses

    ini, setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga membentuk

    lingkaran-lingkaran konsentris. Bila dengan jari tangan kita meraba dari bagian

    tengah keluar, akan terasa jelas skuama yang menghadap ke dalam. Lingkaran-

    lingkaran sukama konsentris bila menjadi besar dapat bertemu dengan lingkaran-

    lingkaran sebelahnya sehingga membentuk pinggir yang polikistik. Pada permulaan

    infeksi penderita dapat merasa sangat gatal, dakan tetapi kelainan yang menahun tidak

    menimbulkan keluhan pada penderita. Pada kasus menahun, lesi kulit kadang-kadang

    dapat menyerupai iktiosis. Kulit kepala penderita dapat terserang, akan tetapi rambut

    biasanya tidak. Tinea unguium sering menyertai penyakit ini. 1

    d) Bentuk tinea favosa atau favus, adalah bentuk lain tinea korporis yang disertai

    kelainan pada rambut. Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil di

    bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk

    cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta tersebut biasanya ditembus oleh satu

    atau dua rambut dan bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung merah dan

    membasah. Rambut kemudian tidak berkilat lagi dan akhirnya terlepas. Bila tidak

    diobati, penyakit ini meluas ke seluruh kepala dan meninggalkan part dan botak.

    Berlainan dengan tinea korporis, yang disebabkan oleh jamur lain, favus tidak

    menyembuh pada usia akil balik. Biasanya dapat tercium bau tikus (mousy odor) pada

    para penderita favus. Kadang-kadang penyakit ini menyerupai dermatitis seboroika.

    Tinea favosa pada kulit dapat terlihat sebagai kelainan kulit papulovesikel dan

    papuloskuamosa, disertai kelainan kulit berbentuk cawan yang khas, yang kemudian

    menjadi jaringan parut. Favus pada kuku tidak dapat dibedakan dengan tinea unguium

    8

  • pada umumnya, yang disebabkan oleh spesies dermatofita yang lain. Tiga spesies

    dermatofita dapat menyebabkan favus, yaitu Trichophyton violaceum, Trichophyton

    schoenleini, dan Microsporum gypseum. Berat ringan bentuk klinis yang tampak tidak

    bergantung pada spesies jamur penyebab, akan tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh

    tingkat kebersihan, umur, dan ketahanan penderita sendiri. 1

    3. Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, jockey itch, ringworm of the groin)

    Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus.

    Kelainan ini dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat

    terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus

    dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain.

    Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi terbatas tegas. Peradangan

    pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri dari macam-macam

    bentuk yang primer dan sekumder (polimorfi). Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat

    berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan kelarnya cairan biasanya akibat

    garukan.

    9

  • 4. Tinea pedis (athletes foot, ringworm of the foot, kutu air) 1

    Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak.

    a.) Bentuk interdigitalis adalah bentuk tinea pedis yang tersering terlihat. Di antara jari

    IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat

    meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah

    ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan

    rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang

    umumnya juga terserang oleh jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-

    tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan sama sekali. Pada suatu ketika kelainan

    ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis,

    limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas, yang disertai gejala-gejala umum.

    b.) Bentuk moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki

    terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada

    bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang

    vesikel.

    c.) Bentuk subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. Kelainan ini

    dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak

    kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut

    meninggalkan sisik yang berbantuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder

    dapat terjadi juga pada bentuk ini, sehingga dapat menyebabkan selulitis, limfangitis,

    dan kadang-kadang menyerupai erisipelas. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel.

    Untuk menemkannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara

    sediaan langsung atau untuk dibiak. Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang

    dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang

    buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah. Penderita biasanya

    10

  • orang dewasa. Tinea manum adalah dermatofitosis pada tangan. Semua bentuk yang

    dilihat di kaki dapat terjadi pula pada tangan.

    5. Tinea unguium (dermatophytic onycomycosis, ringworm of the nail)

    Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.

    a) Bentuk subungual distalis

    Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke

    proksimal kuku dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses

    berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat

    hanya kuku rapuh yang menyerupai kapur.

    b) Leukonikia trikofita atau leukonikia mikotika

    Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan di permukaan

    kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur. Kelainan ini

    dsebabkan oleh trichophyton mentagrophytes.

    c) Bentuk subungual proksimalis

    Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menerang kuku dan

    membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian disal yang masih

    utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea unguium

    mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atau yang belum. Kuku

    11

  • kaki lebih sering diserang daripada kuku tangan Tinea unguium adalah dermatofitosis

    yang paling sukar disembuhkan daripada kuku tangan.

    Pemeriksaan Penunjang 1

    Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas

    pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan untuk mendapatkan jamur

    diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Bahan untuk

    pemeriksaan mikologik diambil dan dikumpulkan sebagai berikut :

    Terlebih dahulu tempat kelainan diberihkan dengan spiritus 70 % kemudian untuk :

    A. Kulit tidak berambut (glabrous skin) dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian

    sedikit dari luar kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril.

    B. Kulit berambut dicabut pada bagian klit yang mengalami kelainan; kulit di daerah

    tersebut dikerok untuk mengumpulkan sisik kulit; pemeriksaan dengan lampu Wood

    dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk mengetahui lebih jelas daerah yang

    terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasus tinea kapitis

    tertentu.

    C. Kuku diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-dalamnya

    sehingga mengenai seluruh tebal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula.

    12

  • Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop, mula-mula

    dengan pembesaran 10 x 10, kemudian dengan pembesaran 10 x 45. Pemeriksaan

    dengan pembesaran 10 x 100 biasanya tidak diperlukan.

    Sediaan basah dibuat dengan meleteakan bahan di atas gelas alas, kemudian

    ditambah 1 2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut

    adalah 10 % dan untuk kulitdan kuku 20 %. Setelah sediaan dicampur dengan KOH,

    ditunggu 15 20 menit untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses

    pelarutan dapat dilakukan pemanasan sediaan basah di atas api kecil. Pada saat mulai

    keluar uap dari sediaan tersebut, pemanasan sudah cukup. Bila terjadi penguapan,

    maka akan terbentuk kristal KOH, sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai.

    Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan

    KOH, misalnya tinta Parker superchroom bule dark.

    Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai 2 garis sejajar,

    terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan

    kulit lama dan atau sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil

    (mikrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut

    (endotriks). Kadang dapat terlihat jiga hifa pada sediaan rambut.

    Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan

    langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini

    dilakukan dengan menanamlan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap

    paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa Saboraud. Pada agar

    Saboraud dapat ditambahkan antibiotik saja (kloramfenikol) atau ditambahkan

    kloheksimid. Kedua zat tersebut diperlukan untuk menghindari kontaminasi bakterial

    maupun jamur kontaminan.

    Diagnosis Banding 1

    Tinea pedis et manum harus dibedakan dengan dermatitis, yang batasnya tidak jelas,

    bagian tepi tidak lebih aktif daripada bagian tengah. Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-

    jari kaki dan tangan (pomfoliks) dapat merupakan reaksi id, yaitu akibat setempat hasil reaksi

    antigen dengan zat anti pada tempat tersebut. Efek samping obat juga dapat memberi

    gambaran serupa yang menyerupai ekzem atau dermatitis, pertama-tama harus dipikirkan

    adanya dermatitis kontak.

    13

  • Pada hiperhidrosis terlihat kulit yang mengelupas (maserasi). Kalau hanya terlihat

    vesikel-vesikel, biasanya terletak sangat dalam, dan terbatas pada telapak tangan dan kaki.

    Kelainan tidak meluas sampai sela-sela jari.

    Penyakit lain yang harus mendapat perhatian adalah Kandidosis (erosio interdigitalis

    blastomisetika) membedakannya dengan tinea pedis murni kadang-kadang agak sulit.

    Pemeriksaan sediaan langsung dengan larutan KOH dan pembiakan dapat menolong. Infeksi

    sekunder dengan spesies Candida atau bakteri lain sering menyertai tinea pedis, sehingga

    pada kasus-kasus demikian diperlukan interpretasi yang bijaksana terhadap hasil-hasil

    pemeriksaan labratorium.

    Sifilis II dapat berupa kelainan kulit di telapak tangan dan kaki. Lesi yang merah dan

    basah dapat merupakan petunjuk. Dalam hal ini tanda-tanda lain sifilis akan terdapat. Tinea

    unguium yang disebabkan macam-macam dermatofita memberikan gambaran akhir yang

    sama.

    Psoriasis yang menyerang kuku pun dapat berakhir dengan kelainan sama. Lekukan pada

    kuku (nail pits), yang terlihat pada psoriasis tidak didapat pada tinea unguium. Lesi-lesi

    psoriasis pada bagian lain badan dapat menolong membedakannya dengan tinea unguium.

    Banyak penyakit kulit yang menyerang bagian dorsal jari-jari tangan dan kaki dapat

    menyebabkan kelainan yang berakhir dengan distrofi kuku.

    Tidak begitu sulit untuk menentukan diagnosis tinea korporis pada umumnya, namun ada

    beberapa penyakit yang dapat mericuhkan diagnosis, itu misalnya dermatitis seboroika,

    psoriasis, dan pitiriasis rosea. Kelainan kulit pada dermatti seboroik selain dapat menyerupai

    tinea korporis, biasanya selain dapat terlihat pada tempat-tempat predileksi, misalnya di kulit

    kepala, lipatan kulit, misalnya belakang telinga, daerah nasolabial, dsb.

    Psoriasis dapat dikenali dari kelainan kulit pada tempat predileksi, yaitu daerah ekstensor,

    misalnya lutut, siku, dan punggung. Kulit kepala berambut juga sering terkena pada penyakit

    ini. Adanya lekukan pada kuku dapat pula menolong untuk menentukan diagnosis.

    Pitiriasis rosea, yang distribusi kelainan kulitnya simetris dan terbatas pada tubuh dan

    bagian promksimal anggota bada, sukar dibedakan dengan tinea korporis tanpa herald patch

    yang dapat membedakan penyakit ini dengan tinea korporis. Pemeriksaan laboratoriumlah

    yang dapat memastikan diagnosisnya. Tinea korporis kadang-kadang sukar dibedakan dengan

    dermatitis seboroik pada sela paha. Lesi di tempat predileksi sangat menolong menentukan

    diagnosis. Psoriasis pada sela paha dapat menyerupai tinea kruris. Lesi pada psoriasis

    biasanya lebi merah, skuama lebih banyak dan lamelar. Adanya lesi psoriasis pada tempat

    lain dapat membantu menentukan diagnosis. Kandidosis pada lipat paha mempunyai

    14

  • konfigurasi hen and chicken. Kelaianan ini biasanya basah dan berkusta. Pada wanita ada

    tidaknya fluor albus dapat membantu pengarahan diagnosis. Pada penderita-penderita diabete

    melitus, kandidosis merupakan penyakit yang sering dijumpai.

    Eritrasma merupakan penyakit yang tersering berlokalisasi di sela paha. Efloresensi yang

    sama, yaitu eritema dan skuama, pada seluruh lesi merupakan tanda-tanda khas penyakit ini.

    Pemeriksaan dengan lampu Wood dapat menolong dengan adanya fluoresensi merah (coral

    red).

    Tinea barbae kadang-kadang sukar dibedakan dengan sikosis barbe, yang disebabkan oleh

    piokokus. Pemeriksaan sediaan langsung dapat membedakan kedua penyakit ini.

    Berbagai kelainan pada kulit kepala bermbut harus dibedakan dengan tinea kapitis. Pada

    umunya pemeriksaan dengan lampu Wood pada kasus tertentu dan pemeriksaan langsung

    bahan klinis dapat menentukan diagnosis.

    Pada alopesia areata rambut di bagian pinggir kelainan mula-mula mudah dicabut dari

    folikel akan tetapi pangkal yang patah tidak pernah tampak. Pada kelainan ini juga tidak

    terdapat skuama. Bercak-bercak seboroik pada kulit kepala yang berambut kadang-kadang

    membingungkan. Biasanya lesi dermatitis seboroik pada kulit kepala lebih merata. Adanya

    lesi seboroik pada tempat-tempat predileksi lain dan blefaritis dapat membantu menentukan

    diagnosis. Dermatitis seboroik biasanya mempunyai lesi-lesi kuit yang simetris distribusinya.

    Psoriasis pada kulit kepala berambut biasanya disertai kelainan di tempat lain yang memberi

    pengarahan diagnosis yang baik.

    Impetigo yang menyertai pedikulosis kapitis menimbulkan kelainan yang kotor dan

    berkrusta, tanpa rambut yang putus. Kerion kadang-kadang sukar dibedakan dengan

    karbunkel, walaupun tidak begitu nyeri.

    Pengobatan dan Prognosis

    Pada masa sekarang, dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan pemberian

    griseofulvin yang bersifat fungistatik. Secara umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle

    dapat diberikan dengan dosis 0.5 1 g untuk dewasa dan 0.25 0.5 g untuk anak-anak

    sehari atau 10 -25 mg/kg BB. Lama pengobatan tergantung lokasi penyakit, penyebab, dan

    keadaan imunitas. Setelah sembuh, dilanjutkan 2 pekan agar tidak terjadi residif. 1

    Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai anti-

    inflamasi, yakni prednison 3 x 5 mg atau prednisolon 3 x 4 mg sehari selama 2 pekan. Obat

    15

  • tersebut diberikan bersama-sama dengan griseofulvin. Griseofulvin diteruskan selama 2

    pekan setelah sembuh klinis. 1

    Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol yang bersifat

    fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut

    sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan.

    Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.

    Sebagai pengganti ketokonazol yang mempunyai sifat hepatotoksik terutama bila

    diberikan lebih dari 10 hari, dapat diberikan suatu obat tiazol yaitu itrakonazol yang

    merupakan pilihan yang baik. Pemberian obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput

    lendir oleh penyakit jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam kapsul selama 3

    hari.

    Khusus untuk onikomikosis dikenal dosis denyut selama 3 bulan. Cara pemberiannya,

    diberikan 3 tahap dengan interval 1 bulan. Setiap tahap selama 1 pekan dengan dosis 2 x

    200 mg sehari dalam kapsul.

    Hasil pemberian itrakonazol dengan dosis denyut untuk onikomikosis hampir sama

    dengan pemberian terbinafin 250 mg sehari selama 3 bulan. Kelebihan itrakonazol terhadap

    terbinafin adalah efektif terhadap onikomikosis.

    Terbinafin bersifat fungisidal juga dapat diberikan sebagai pengganti griseofulvin

    selama 2-3 pekan, dosisnya 62.5 mg 250 mg sehari bergantung pada berat badan.

    Topikal : (merusak dinding sel. menganggu respiratori jamur)2

    Prinsip : R/ peny. kulit

    * Akut + basah kompres

    * Subakut antifungi cr.

    * Hiperkeratosis keratolitik

    UW

    AAV I (akut, meradang)

    AAV II (kronik.)

    Tolsiklat 1% lotion, krim

    Haloprogin

    Gol. imidazole mikonazole krim, clotrimazol 1%, ketokonazole, sertakonazole

    Gol. allilamin terbinafine, butenafine

    II. NON-DERMATOFITOSIS

    16

  • Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar. Hal

    ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin

    kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.

    Yang masuk ke dalam golongan ini adalah

    1. Pityriasis Versicolor

    2. Piedra

    3. Otomikosis

    4. Tinea Nigra

    1. Tinea versikolor (Pityriasis versikolor )

    Tinea versikolor (Pityriasis versikolor) adalah infeksi ringan yang disebabkan

    oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan

    asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini

    umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas,

    leher, muka dan kulit kepala.

    a. Morfologi 2

    Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat,

    bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok,

    biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar.

    Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat

    milier,lentikuler, numuler sampai plakat.

    Ada dua bentuk yang sering dijumpai 2 :

    1. Bentuk makuler :

    berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus diatasnya dan tepi tidak

    meninggi.

    2. Bentuk folikuler :

    seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut

    b. Patogenesis

    Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana

    perubahan dari saprofit menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini merupakan

    "lipid dependent yeast". Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor hormonal,

    ras, matahari,peradangan kulit dan efek primerpytorosporum terhadap melanosit. 3

    c. Gambaran Klinis

    17

  • Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila berkeringat. Bisa

    pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya

    bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak

    hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna

    kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus.1,2, 3

    d. Diagnosa Banding 2

    Penyakit ini harus dibedakan dari dermatitis seboroik, sifilis stadium tua, pitiriasis

    rosea vitiligo, morbus hansen dan hipopigmentasi pasca peradangan.

    e. Diagnosis 1, 2

    Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Melasezi fulfur

    diagnosa pitiriasis versikolor harus dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai

    berikut :

    - Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%.

    Bahan-bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian kulit yang

    mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu

    dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng

    steril pula. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH% yang

    diberi tinta Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup

    dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan

    garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarakjarak tertentu

    dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butiir yang bersambung seperti kalung

    Pada pitiriasis versikolor hifa tampak pendek - pendek, lurus atau bengkok dengan

    disana sini banyak butiran-butiran kecil bergerombol.

    - Pembiakan.

    Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat dibiakkan pada media buatan.

    - Pemeriksaan dengan sinar wood,

    18

  • Dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi

    lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi

    warna emas sampai orange.

    f. Pengobatan 1,2

    Tinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur pakaian,

    kainsprei, handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan

    menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk

    menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa

    minggu. Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum

    akan tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar

    matahari lebih lama daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali..

    Topikal :

    Imidazol mikonazol nitras 2%, klotrimazol, bifonazol, ketokonazol

    Tolsiklat cream / lotion

    Selenium sulfida (Selsun) sebagai sampo 2-3x seminggu, obat digosokkan

    pada lesi dan didiamkan 15 30 menit sebelum mandi.

    Sistemik :

    Ketokonazol 200 mg/hr 10 hari.

    Itrakonazole 100 mg, 2 x sehari 7 hari

    g. Prognosis

    Umumnya baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten.

    h. Epidemiologi

    Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah

    beriklim panas. Di Indonesia frekuensinya tinggi. Penularan panu terjadi bila ada

    kontakdengan jamur penyebab oleh karena itu kebersihan pribadi sangat penting.

    19

  • 2. Piedra

    Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang memberikan

    benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut. Ada dua macam :

    Piedra putih : penyebabnya Trichosporon beigelii

    Piedra hitam : penyebabnya Piedraia hortai

    - Trichosporon beigelii

    Merupakan penyebab piedra putih, terdapat pada rambut. Jamur ini dapat ditemukan

    ditanah, udara dan permukaan tubuh.

    a. Etiologi 2,3

    Piedra Beigeli (Trikosporon beigelii) terutama terdapat didaerah subtropis, daerah

    dingin (di Indonesia belum ditemukan).

    b. Morfologi 2

    Jamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk moniliaceae. Secara

    mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia.

    c. Patogenesis

    Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang

    sudah terkena infeksi.

    20

  • d. Gambaran Klinis 2,3

    Adanya benjolan warna tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak

    memberikan gejala-gejala keluhan.

    e. Diagnosa Laboratorium 2

    Pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar Sabauroud.

    f. Pengobatan 2,3

    Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %) setiap hari.

    21

  • - Piedra Hortal

    Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa benjolan yang

    melekat erat pada rambut, berwarna hitam). Penyakit ini umumnya terdapat di daerah-

    daerah tropis dan subtropis. Terutama terdapat pada rambut kepala, kumis atau jambang,

    dan dagu.

    a. Morfologi 3

    Askospora berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut dibentuk dalam suatu

    kantung yang disebut askus. Askus-askus bersama dengan anyaman hifa yang padat

    membentuk benjolan hitam yang keras dibagian luar rambut. Dari rambut yang ada

    benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai ektotrik (diluar rambut) yang

    besarnya 4-8 um berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 um.

    b. Gambaran Klinis 1,2,3

    Pada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan yang keras

    warna hitam. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut tersebut. Umumnya

    rambut lebih suram, bila disisir sering memberikan bunyi seperti logam. Biasanya

    penyakit ini mengenai rambut dengan kontak langsung atau tidak langsung.

    c. Diagnosis 1,2,3

    Diagnosis ditegakkan atas dasar :

    - Gejala klinis

    Objektif rambut lebih suram, benjolan bila disisir terasa seperti logam kasar.

    - Laboratorium

    1. Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak hifa

    endotrik (dalam rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar rambut) yang

    besar 4-8 mu berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 u

    22

  • 2. Kultur rambut dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula tumbuh

    sebagai ragi yang berwarna kilning, kemudian dalam 2-4 hari akan berubah

    menjadi koloni filamen.

    d. Pengobatan 2

    Sebaiknya rambut dicukur, dapat juga dikeramas dalam larutan sublimat : 1/2000

    dalam alkohol dilutus (spiritus 70%) hasil pengobatan akan tampak dalam 1 minggu

    3. Otomikosis 2,3

    Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Penderita akan mengeluh

    merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak berwarna

    merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai

    muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi

    merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana

    timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos.

    Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi

    otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp Mukor dan

    Penisilium.

    a. Diagnosa 2, didasarkan pada :

    1. Gejala klinik

    Yang khas, terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun telinga menjadi merah,

    skuamous dan dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar.

    2. Pemeriksaan Laboratorium

    - Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa dengan KOH

    10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat ditemukan

    spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.

    23

  • - Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan dekstrosa

    agar dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu

    berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar

    dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat

    pada permukaannya.

    b. Diferensial Diagnosa

    Otitis eksterna atau kontak dermatitis pada liang telinga sering memberi gejala yang

    sama.

    c. Prognosis

    Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat.

    d. Pengobatan 2

    Pengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan lembab dan

    jangan mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api,

    garukan telinga atau kapas. Kotoran- kotoran telinga harus selalu dibersihkan. Larutan

    timol 2% dalam spiritus dilutus (alkohol 70%) atau meneteskan larutan burowi 5%

    satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan biasanya memberi

    hasil pengobatan yang memuaskan. Neosporin dan larutan gentien violet 1-2% jug

    dapat menolong.

    4. Tinea Nigra

    Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak kaki

    dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang terserang.

    Makula yang terjadi tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak ada

    tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat meluas sampai ke punggung, kaki

    dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar sampai dileher, dada dan muka.Gambaran

    efloresensi ini dapat berupa polosiklis, arsiner dengan warna hitam atau coklat hampir

    sama seperti setetes nitras argenti yang diteteskan pada kulit. Penyebabnya adalah

    Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang anakanak dengan higiene kurang

    baik dan orang orang yang banyak berkeringat. 1,2,3

    24

  • a. Diagnosis 3

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

    - Gejala klinis

    - Pemeriksaan laboratorium

    Preparat langsung : kerokan kulit dengan KOH 10% akan menunjukkan adanya hifa

    dan spora yang tersebar di dalam gel-gel epitel, besar hifa berkisar 3-5 u dan spora

    berkisar 1-2u.

    Pembiakan : Pembiakan skuama pada media Sabauroud glukosa agar (SGA),

    dikeram pada temperatur kamar. Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni

    menyerupai ragi, berwarna hijau dan pada bagian tepinya tumbuh daerah yang

    filamentous berwarna coklat. Pada pemerikasaan mikroskopis tampak hifa halus

    bercabang, mengkilat dan spora-spora yang lonjong.

    25

  • b. Diferensial Diagnosa

    Lesi-lesi hitam pada kulit seperti pada sifilis stadium kedua pada telapak tangan,

    harus dipikirkan. Melanoma memberikan gambaran klinis yang rnirip. Tinea

    versikolorpun memberikan gambaran yang hampir sama.

    c. Pengobatan

    Pengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep whitfield I dan II

    atau salep sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti jamur, preparat- preparat

    imidazol seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol juga berkhasiat baik. 2

    26

  • BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Mikosis supernsialis adalah jamur-jamur yang menyerang lapisan luar ari pada kulit,

    kuku, dan rambut. Dibagi dalam dua bentuk yakni:

    a. Dermatofitosis; terdiri dari :

    1. Tinea kapitis

    2. Tinea kruris

    3. Tinea Korporis

    4. Tinea pedis atau manus

    5. Tinea unguium (onikomikosis)

    6. Tinea imbrikata

    7. Tinea favosa

    8. Tinea barbae

    b. Non-Dermatosis; terdiri dari :

    1. Tinea versikolor

    2. Piedra hitam

    3. Piedra putih

    Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis disebabkan karena letak

    infeksinya pada kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan di

    dalam epidermidis mulai dari stratum komeum sampai stratum basalis, sedangkan golongan

    non-dermatofitosis hanya bagian superfisialis dari epidermidis. Hal ini disebabkan karena

    dermatofitosis mempunyai afinitas tehadap keratin yang terdapat pada epidermidis, rambut,

    kuku, sehingga infeksinya lebih dalam.

    27

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Budimulja, Unandar. Mikosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor . Ilmu

    Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI. Jakarta , 2010, edisi ke- 6 : 89- 105.

    2. Farida. Mikosis. Dalam : Bahan Kuliah Sistem Kedokteran Tropis. FK. UNHAS.

    Makasar . 2009.

    3. Boel, Trelia. Mikosis Superfisialis. Dalam : USU digital library. Fakultas

    Kedokteran Sumatera Utara. 2010

    4. Siregar, R, S. Penyakit Jamur. Dalam : Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.

    EGC. Jakarta. 2009, edisi ke-2 : 10-44.

    www. abdelhamiddermatlas.com

    -

    28