MI/JHONI KRISTIAN INDUSTRI ROTAN Ritel Tradisional ... · dua sampai tiga bulan. Ada yang...

1
18 RABU, 30 MARET 2011 E E KONOMI KONOMI NASIONAL sangat besar. Ditambah dengan anggaran untuk membangun jalan yang tak kalah besar. Meski demikian, ia menam- pik jika pemerintah hanya fokus pada infrastruktur darat. “Tidak hanya fokus ke PU, tapi juga pelabuhan, jembatan, sarana pertanian, dan kelistrikan.” Kiagus menambahkan, ter- batasnya anggaran membuat pembangunan infrastruktur tidak bisa hanya mengandal- kan APBN. Untuk itu, kini pemerintah sedang menggalak- kan proyek kerja sama swasta- pemerintah. Di tempat lain, Wakil Menteri PU Hermanto Dardak memban- tah pemerintah lebih memprio- ritaskan pembangunan maupun pemeliharaan jalan raya yang memiliki alokasi anggaran se- besar Rp29,8 triliun. “Anggaran untuk jalan juga belum bisa ter- penuhi seluruhnya. Jika melihat Ada yang hanya bisa bertahan dua sampai tiga bulan. Ada yang beroperasi dua minggu sekali. Untungnya, sekitar 70% orang di daerah masih mau ke ritel tradisional.” Gunaryo Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Minimarket merajai Beberapa tahun belakangan ini ritel modern memang ber- kembang sangat cepat dengan penambahan gerai sedikitnya 2.500/tahun. Penambahan ge- rai minimarket tersignifikan jika dibandingkan dengan pasar format besar seperti hi- permarket, supermarket, dan gerai-gerai obat modern. yang lalu. “Sayangnya, (pasar) tidak didukung pemeliharaan yang memadai,” ungkapnya. Dalam hal pembukuan, di- paparkan Gunaryo, hampir semua ritel tradisional tidak memilikinya. Kalaupun ada, itu sekadarnya dan tidak terdoku- mentasikan dengan baik. Daya tahan ritel tradisional pun cenderung lemah dan acap kali tidak mampu bertahan lama akibat pengelolaan yang buruk. Padahal, keberadaan ritel tradisional sesungguhnya ma- sih diperlukan karena mampu menjangkau jauh hingga pelo- sok perdesaan. “Ada yang hanya bisa berta- han dua sampai tiga bulan. Ada yang beroperasi dua minggu sekali. Untungnya, sekitar 70% orang di daerah masih mau ke ritel tradisional,” tuturnya. Pendiri UBM dan jaringan ritel Alfamart Djoko Susanto menambahkan, hal paling uta- ma yang harus dibenahi pasar tradisional adalah penampil- an. “Misalnya, orang muda seka- rang biasanya tidak mau kalau harus ke tempat yang (terka- dang) becek,” tuturnya. ROMMY KARINDON U SAHA ritel atau eceran modern yang sedang berkembang pesat membuat ritel tradisional, termasuk pasar tra- disional, kian terpinggirkan. Agar tidak tersingkir dari kom- petisi, ritel tradisional harus ber benah sehingga kembali menarik hati konsumen. Hal itu dikatakan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perda- gangan (Kemendag) Gunaryo pada pembukaan subjurusan School of Retail dan seminar bertema Indonesian retail: future outlook yang diselenggarakan di Universitas Bunda Mulia (UBM), Jakarta, pekan lalu. “Kita sangat memahami ritel tradisional sama sekali tidak teratur, termasuk di perkota- an,” ujar Gunaryo. Sedikitnya ada tiga hal yang harus dibenahi ritel tradisio- nal. Pertama, pemeliharaan. Kedua, pembukuan. Ketiga, pengelolaan. Dari pantauan di 12 provinsi, lanjut Gunaryo, ada lebih dari 3.900 pasar tradisional. Seba- nyak 91% adalah pasar yang dibangun lebih dari 30 tahun Ritel Tradisional Berbenah atau Punah Keberadaan ritel tradisional sesungguhnya masih diperlukan karena mampu menjangkau jauh hingga pelosok perdesaan. Beberapa minimarket yang menjamur di perkotaan ada- lah Indomaret, Alfamart, dan Alfamidi. Adapun pasar-pasar format besar misalnya Carre- four, Giant, dan Hypermart. Sementara itu, beberapa con- toh supermarket yakni Hero dan Ramayana. Gerai obat modern antara lain Century, Guardian, dan Boston. Dalam satu tahun terakhir, penambahan gerai ritel modern bahkan lebih dari 3.500 gerai. Per Januari 2010, ada 9.048 unit. Per Januari 2011, ada 12.823 kios. Artinya ada penambahan 3.775 gerai. Penambahan gerai minimar- ket yang tertinggi. Per Januari 2010, ada 8.151 gerai. Per Ja- nuari 2011, ada 11.771 kios. Artinya ada penambahan 3.620 gerai minimarket. Seiring dengan tingkat kon- sumsi yang semakin tinggi, sek- tor ritel diproyeksikan semakin berkembang. Data 2010 me- nunjukkan konsumsi melebihi Rp10 triliun dan berkontribusi 57% terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). (E-1) rommy_kk @mediaindonesia.com Jalan Raya Diprioritaskan karena Keterbatasan Anggaran Penguatan Rupiah tidak Ganggu Daya Saing PEMERINTAH mengakui sela- ma ini anggaran pembangunan infrastruktur jalan raya paling besar di antara infrastruktur moda transportasi yang lain. Namun, itu diprioritaskan kare- na keterbatasan dana APBN. Staf Ahli Menteri Keuangan Kiagus Badaruddin mengata- kan pembangunan infrastruk- tur masuk dalam 11 program prioritas pemerintah 2010-2014. Infrastruktur darat dianggarkan terbesar dengan pertimbangan sebagai infrastruktur penghu- bung terpanjang di Tanah Air. “Karena sebagian besar in- frastruktur dasar adalah jalan, semua prioritas di jalan karena itu menjadi interkoneksi koridor- koridor domestik,” kata Kiagus di Jakarta, kemarin. Menurutnya, pemeliharaan jalan yang menjadi domain Ke- menterian Pekerjaan Umum di Indonesia membutuhkan biaya PENGUATAN nilai tukar ru- piah yang mendekati 8.700/US$ belum mengganggu daya saing produk ekspor Indonesia di luar negeri. Demikian diungkapkan Deputi Gubernur Bank Indone- sia (BI) Hartadi A Sarwono di Jakarta, kemarin. “Beberapa hari ini rupiah cenderung menguat mendekati 8.700/US$, tetapi rata-rata ma- sih 8.900/US$ sehingga masih kompetitif. Penguatan ini ber- langsung bersamaan secara glo- bal di negara-negara emerging market dan regional sehingga tidak mengganggu daya saing,” kata Hartadi. Dijelaskannya, BI tetap meng- gunakan sistem nilai tukar yang mengambang sehingga nilai rupiah ditentukan pasar sesuai dengan kekuatan fundamental suplai dan permintaan. “BI memberi ruang penguat- an karena fundamental kita kuat dengan inow yang meningkat tertarik oleh prospek ekonomi dan minat investasi ditunjang kenaikan rating yang akan men- jadi investment grade (layak investasi),” jelasnya. Namun, tambahnya, BI akan menjaga agar tidak terjadi pe- nguatan yang terlalu cepat, de- ngan menjaga volatilitas rupiah. Menurutnya, sepanjang pengu- atan nilai tukar terjadi bersama- sama dengan negara-negara lain di kawasan, kondisi tidak perlu terlalu dikhawatirkan. “Namun, BI akan menjaga agar tidak menguat terlalu cepat melebihi penguatan mata uang kondisi saat ini, masih banyak yang perlu ditingkatkan.” Meski begitu, ia mengakui de- ngan kondisi beban moda trans- portasi jalan raya yang sangat tinggi, sudah saatnya pengem- bangan infrastruktur transporta- si diarahkan ke moda angkutan lain, terutama kereta api. Di sisi lain, percepatan pem- bangunan infrastruktur nasio- nal saat ini belum diiringi de- ngan kecukupan pasokan baja produksi dalam negeri. Selama 2011, Indonesia diperkirakan masih harus mengimpor baja sekitar 3 juta ton dari kebutuhan total nasional 8 juta-9 juta ton. “Sementara itu, untuk produk baja nasional, harganya terus naik. Tahun ini kenaikannya mencapai 11%-23% jika diban- dingkan pada 2010,” Co Chair- man Asosiasi Besi dan Baja Nasional Irvan Kamal Hakim. (Tup/CS/Jaz/E-2) investasi di pasar modal Indo- nesia tetap tinggi meski kondisi global masih bergejolak. “Ini antara lain didorong op- timisme bahwa paling lambat pada 2012 Indonesia akan men- dapatkan peringkat investment grade dari lembaga pemeringkat Moody’s, S&P, serta Fitch,” kata Eric dalam diskusi dampak kri- sis Timur Tengah dan bencana di Jepang terhadap Indonesia di Jakarta, kemarin. Ia menyebutkan pasar saham di Indonesia masih memiliki potensi berkembang seiring de- ngan adanya harapan pertum- buhan fundamental ekonomi Indonesia. (Ant/E-4) lain, khususnya mata uang ne- gara pesaing,” katanya. Dia mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS se- jak awal 2011 terus menguat dan telah menyentuh posisi 8.712/US$. Untuk merespons hal itu, BI telah menyatakan kebijakan untuk mengakomodasi pengu- atan nilai tukar rupiah tahun ini mengingat terus membaiknya fundamental ekonomi nasio- nal dan sebagai upaya mena- han inflasi yang berasal dari barang-barang impor. Sementara itu, ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandi mengatakan minat ANTARA/ISMAR PATRIZKI PENGUATAN RUPIAH: Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak awal 2011terus menguat dan telah menyentuh posisi 8.712/US$. MI/JHONI KRISTIAN INDUSTRI ROTAN: Pekerja membuat keranjang dari rotan di Curug, Tangerang, Banten, kemarin. Semakin langkanya bahan baku menyebabkan penurunan nilai ekspor industri olahan rotan. MI/SUMARYANTO

Transcript of MI/JHONI KRISTIAN INDUSTRI ROTAN Ritel Tradisional ... · dua sampai tiga bulan. Ada yang...

18 RABU, 30 MARET 2011EEKONOMIKONOMI NASIONAL

sangat besar. Ditambah dengan anggaran untuk membangun jalan yang tak kalah besar.

Meski demikian, ia menam-pik jika pemerintah hanya fokus pada infrastruktur darat. “Tidak hanya fokus ke PU, ta pi juga pe labuhan, jembatan, sarana pertanian, dan kelistrik an.”

Kiagus menambahkan, ter-batasnya anggaran membuat pembangunan infrastruktur tidak bisa hanya mengandal-kan APBN. Untuk itu, kini pemerintah sedang menggalak-kan proyek kerja sama swasta-pemerintah.

Di tempat lain, Wakil Menteri PU Hermanto Dardak memban-tah pemerintah lebih memprio-ri taskan pembangunan maupun pemeliharaan jalan raya yang memiliki alokasi anggaran se-besar Rp29,8 triliun. “Anggaran untuk jalan juga belum bisa ter-penuhi seluruhnya. Jika melihat

Ada yang hanya bisa bertahan

dua sampai tiga bulan. Ada yang beroperasi dua minggu sekali. Untungnya, sekitar 70% orang di daerah masih mau ke ritel tradisional.”GunaryoDirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag

Minimarket merajaiBeberapa tahun belakangan

ini ritel modern memang ber-kembang sangat cepat dengan penambahan gerai sedikitnya 2.500/tahun. Penambahan ge-rai minimarket tersignifikan jika dibandingkan dengan pa sar format besar seperti hi-permarket, supermarket, dan gerai-gerai obat modern.

yang lalu. “Sayangnya, (pasar) tidak

didukung pemeliharaan yang memadai,” ungkapnya.

Dalam hal pembukuan, di-paparkan Gunaryo, hampir se mua ritel tradisional tidak memilikinya. Kalaupun ada, itu sekadarnya dan tidak terdoku-mentasikan dengan baik.

Daya tahan ritel tradisional pun cenderung lemah dan acap kali tidak mampu bertahan lama akibat pengelolaan yang buruk.

Padahal, keberadaan ritel tradisional sesungguhnya ma-sih diperlukan karena mampu menjangkau jauh hingga pelo-sok perdesaan.

“Ada yang hanya bisa berta-han dua sampai tiga bulan. Ada yang beroperasi dua minggu sekali. Untungnya, sekitar 70% orang di daerah masih mau ke ritel tradisional,” tuturnya.

Pendiri UBM dan jaringan ritel Alfamart Djoko Susanto menambahkan, hal paling uta-ma yang harus dibenahi pasar tradisional adalah penampil-an.

“Misalnya, orang muda seka-rang biasanya tidak mau kalau harus ke tempat yang (terka-dang) becek,” tuturnya.

ROMMY KARINDON

USAHA ritel atau ecer an modern yang sedang berkembang pesat membuat ritel

tra disional, termasuk pasar tra-disional, kian terpinggirkan. Agar tidak tersingkir dari kom-petisi, ritel tradisional harus ber benah sehingga kembali me narik hati konsumen.

Hal itu dikatakan Direktur Jen deral Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perda-gang an (Kemendag) Gunaryo pada pembukaan subjurusan School of Retail dan seminar bertema Indonesian retail: future outlook yang diselenggarakan di Universitas Bunda Mulia (UBM), Jakarta, pekan lalu.

“Kita sangat memahami ritel tradisional sama sekali tidak ter atur, termasuk di perkota-an,” ujar Gunaryo.

Sedikitnya ada tiga hal yang harus dibenahi ritel tradisio-nal. Pertama, pemeliharaan. Ke dua, pembukuan. Ketiga, pe ngelolaan.

Dari pantauan di 12 provinsi, lanjut Gunaryo, ada lebih dari 3.900 pasar tradisional. Seba-nyak 91% adalah pasar yang di bangun lebih dari 30 tahun

Ritel TradisionalBerbenah atau Punah

Keberadaan ritel tradisional sesungguhnya masih diperlukan karenamampu menjangkau jauh hingga pelosok perdesaan.

Beberapa minimarket yang menjamur di perkotaan ada-lah Indomaret, Alfamart, dan Alfamidi. Adapun pasar-pasar format besar misalnya Carre-four, Giant, dan Hypermart.

Sementara itu, beberapa con-toh supermarket yakni Hero dan Ramayana. Gerai obat mo dern antara lain Century, Guardian, dan Boston.

Dalam satu tahun terakhir, penambahan gerai ritel modern bahkan lebih dari 3.500 gerai. Per Januari 2010, ada 9.048 unit. Per Januari 2011, ada 12.823 kios. Artinya ada penambahan 3.775 gerai.

Penambahan gerai minimar-ket yang tertinggi. Per Janua ri 2010, ada 8.151 gerai. Per Ja-nuari 2011, ada 11.771 kios. Ar tinya ada penambahan 3.620 gerai minimarket.

Seiring dengan tingkat kon-sumsi yang semakin tinggi, sek-tor ritel diproyeksikan semakin berkembang. Data 2010 me-nunjukkan konsumsi melebihi Rp10 triliun dan berkontribusi 57% terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). (E-1)

[email protected]

Jalan Raya Diprioritaskankarena Keterbatasan Anggaran

Penguatan Rupiah tidak Ganggu Daya Saing

PEMERINTAH mengakui sela-ma ini anggaran pembangunan infrastruktur jalan raya paling besar di antara infrastruktur moda transportasi yang lain. Namun, itu diprioritaskan kare-na keterbatasan dana APBN.

Staf Ahli Menteri Keuangan Kiagus Badaruddin mengata-kan pembangunan infrastruk-tur masuk dalam 11 program prioritas pemerintah 2010-2014. Infrastruktur darat dianggarkan ter besar dengan pertimbangan sebagai infrastruktur penghu-bung terpanjang di Tanah Air.

“Karena sebagian besar in-frastruktur dasar adalah jalan, semua prioritas di jalan karena itu menjadi interkoneksi koridor-koridor domestik,” kata Kiagus di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, pemeliharaan jalan yang menjadi domain Ke-menterian Pekerjaan Umum di Indonesia membutuhkan biaya

PENGUATAN nilai tukar ru-piah yang mendekati 8.700/US$ belum mengganggu daya saing produk ekspor Indonesia di luar negeri. Demikian diungkapkan De puti Gubernur Bank Indone-sia (BI) Hartadi A Sarwono di Jakarta, kemarin.

“Beberapa hari ini rupiah cen derung menguat mendekati 8.700/US$, tetapi rata-rata ma-sih 8.900/US$ sehingga masih kompetitif. Penguatan ini ber-langsung bersamaan secara glo-bal di negara-negara emerging market dan regional sehingga tidak mengganggu daya saing,” kata Hartadi.

Dijelaskannya, BI tetap meng-gunakan sistem nilai tukar yang mengambang sehingga nilai rupiah ditentukan pasar sesuai dengan kekuatan fundamental suplai dan permintaan.

“BI memberi ruang penguat-an karena fundamental kita kuat dengan infl ow yang meningkat tertarik oleh prospek ekonomi dan minat investasi ditunjang kenaikan rating yang akan men-jadi investment grade (layak investasi),” jelasnya.

Namun, tambahnya, BI akan menjaga agar tidak terjadi pe-nguatan yang terlalu cepat, de-ngan menjaga volatilitas rupiah. Menurutnya, sepanjang pengu-at an nilai tukar terjadi bersama-sama dengan negara-negara lain di kawasan, kondisi tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

“Namun, BI akan menjaga agar tidak menguat terlalu cepat melebihi penguatan mata uang

kondisi saat ini, masih banyak yang perlu ditingkatkan.”

Meski begitu, ia mengakui de-ngan kondisi beban moda trans-portasi jalan raya yang sangat tinggi, sudah saatnya pengem-bangan infrastruktur transporta-si diarahkan ke moda angkutan lain, terutama kereta api.

Di sisi lain, percepatan pem-bangunan infrastruktur nasio-nal saat ini belum diiringi de-ngan kecukupan pasokan baja produksi dalam negeri. Selama 2011, Indonesia diperkirakan masih harus mengimpor baja sekitar 3 juta ton dari kebutuhan total nasional 8 juta-9 juta ton.

“Sementara itu, untuk produk baja nasional, harganya terus naik. Tahun ini kenaikannya mencapai 11%-23% jika diban-dingkan pada 2010,” Co Chair-man Asosiasi Besi dan Baja Nasional Irvan Kamal Hakim. (Tup/CS/Jaz/E-2)

investasi di pasar modal Indo-nesia tetap tinggi meski kondisi global masih bergejolak.

“Ini antara lain didorong op-timisme bahwa paling lambat pada 2012 Indonesia akan men-dapatkan peringkat investment grade dari lembaga pemeringkat Moody’s, S&P, serta Fitch,” kata Eric dalam diskusi dampak kri-sis Timur Tengah dan bencana di Jepang terhadap Indonesia di Jakarta, kemarin.

Ia menyebutkan pasar saham di Indonesia masih memiliki potensi berkembang seiring de-ngan adanya harapan pertum-buhan fundamental ekonomi Indonesia. (Ant/E-4)

lain, khususnya mata uang ne-gara pesaing,” katanya.

Dia mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS se-jak awal 2011 terus menguat dan telah menyentuh posisi 8.712/US$.

Untuk merespons hal itu, BI telah menyatakan kebijakan untuk mengakomodasi pengu-at an nilai tukar rupiah tahun ini mengingat terus membaiknya fundamental ekonomi nasio-nal dan sebagai upaya mena-han inflasi yang berasal dari barang-barang impor.

Sementara itu, ekonom Stan dard Chartered Bank Eric Sugandi mengatakan minat

ANTARA/ISMAR PATRIZKI

PENGUATAN RUPIAH: Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak awal 2011terus menguat dan telah menyentuh posisi 8.712/US$.

MI/JHONI KRISTIAN

INDUSTRI ROTAN: Pekerja membuat keranjang dari rotan di Curug, Tangerang, Banten, kemarin. Semakin langkanya bahan baku menyebabkan penurunan nilai ekspor industri olahan rotan.

MI/SUMARYANTO