Midle Range Theory
description
Transcript of Midle Range Theory
MIDLE RANGE THEORY
diposting oleh diana-rachmawati-fkp14 pada 30 March 2015di IKD I - 0 komentar
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan. Teori Middle Range cukup spesifik
untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena
yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand
theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris.
Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan
berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan
profesional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset
keperawatan dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif
meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan
keperawatan yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual keperawatan.
Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional dalam menyelesaikan masalah keperawatan
yang ada, dengan pendekatan yang dilakukan tersebut bentuk penyelesaian masalah keperawatan dapat
terarah dan terencana dengan baik, dimana dalam asuhan keperawatan terdapat beberapa tahap yaitu
pengkajian, penegakkan diagnosa, perencanaan, implimentasi tindakan, dan evaluasi.
Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi
kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam
memberikan askep dalam praktek keperawatan.
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan konsep middle range theory dan beberapa teori
didalamnya yang dikembangkan oleh beberapa tokoh keperawatan.
1.3 Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini akan dibahas:
1. Definisi Middle Range Theories
2. Perbandingan dengan Level Teori yang lain
Pengelompokan Teori :
1. Ciri Middle Range Theory
2. Perkembangan middle range theory
3. Penggunaan middle range theory
4. Tokoh-tokoh middle range theory
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Middle Range Theories
Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang saling berhubungan dan
berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan (Smith dan Liehr, 2008).
Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat digambarkan dalam suatu
model. Middle range theories dapatdikembangakan pada tatanan praktek dan riset untuk menyediakan
pedoman dalam praktik dan riset/penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan.
2.2 Perbandingan dengan Level Teori yang Lain
Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset
dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset
dan praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji dalam
pemikiran empiris.
Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara
penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam
disiplin praktik, selain itu Walker and Avant (1995) mempertahankan bahwa mid-range theories
menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep secara normal yang nampak dalam grand teori.
Mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak
secara ilmiah.Teori Middle Range, tingkat keabstrakannya pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi
dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah variabel terbatas, dapat diuji secara langsung.
Kramer (1995) mengatakan bahwa mid-range theory sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas tetapi
tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada disiplin ilmu.
Bila dibandingkan dengan grand teori, middle range theory ini lebih konkrit. Merton (1968) yang
berberperan dalam pengembangan middle range theory, mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang minor
tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu teori.
Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan mengemukakan middle range theory jika
dibandingkan dengan grand theory:
a. ruang lingkupnya lebih sempit
b. lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik
c. terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit
d. merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas
e. lebih dapat diuji secara empiris
f. lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik
2.3 Pengelompokan Teori
Berdasarkan pengelompokkannya Middle Range Theory dikelompokkan oleh beberapa penyusun buku
menurut:
2.3.1. Peterson & Bredow (2004) mengklasifikasikan middle range theories ke dalam tipe-tipe :
1. Tipe fisiologis
2. Tipe kognitif
3. Tipe emosional
4. Tipe sosial
5. Tipe integrative
2.3.2. Tomey & Alligood (2006), berdasar tema masing-masing teori:
1. Illness trajectory (Wiener & Dodd, 1993)
2. Tidal Model (Phil Barker, 2001)
3. Comfort (Kolcaba, 1992)
4. Peacefull end of life (Ruland & More, 1998) dan sebagainya
2.4 Ciri Middle Range Theory
2.4.1. Menurut Mc. Kenna h.p. (1997) :
1. Bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi
2. Sulit mengaplikasikan konsep ke dalam teori
3. Tanpa indikator pengukuran
4. Masih cukup abstrak
5. Konsep dan proposisi yang terukur
6. Inklusif
7. Memiliki sedikit konsep dan variabel
8. Dalam bentuk yang lebih mudah diuji
9. Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik
10. Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara induktif menggunakan studi
kualitatif
11. Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak merupakan hal ilmiah yang menarik
12. Berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat.
13. Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori
14. Mid-range theory tumbuh langsung dari praktik.
2.4.2. Menurut Meleis, A. I. (1997) :
1. Ruang lingkup terbatas,
2. Memiliki sedikit abstrak,
3. Membahas fenomena atau konsep yang lebih spesifik, dan
4. Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran)
2.4.3. Menurut Whall (1996) :
1. Konsep dan proposisi spesifik tentang keperawatan
2. Mudah diterapkan
3. Bisa diterapkan pada berbagai situasi
4. Proposisi bisa berada dalam suatu rentang hubungan sebab akibat
5.
2.5 Perkembangan Middle Range Theory
Liehr & Smith (1999) menjelaskan bahwa perkembangan middle range theory bersumber pada proses
intelektual yang meliputi:
a. Teori induktif yang membangun teori melalui riset
b. Teori deduktif yang berasal dari grand theory
c. Kombinasi dari teori keperawatan dan non keperawatan
d. Sintesa teori yang berasal dari penelitian yang telah terpublikasi
e. Mengembangkan teori dari pedoman praktik klinik
2.6 Penggunaan Middle Range Theory
Middle range theory telah digunakan dalam bidang praktik dan penelitian. Teori ini mampu menstimulasi dan
mengembangkan pemikiran rasional dari penelitian.serta membimbing dalam pemilihan variable dan
pertanyaan penelitian.(Lenz,1998.p.26) Middle range Teori dapat membantu praktik dengan memfasilitasi
pemahaman terhadap perilaku klien dan memungknkan untuk menjelaskan beberapa efektifitas dari
intervensi.
Review terhadap beberapa penelitian yang dipublikasikan mengungkapkan penggunaan Middle Range Teori
dalam penelitian keperawatan masih cukup luas. Dan sebagian besar Middle Range Teori berasal dari disiplin
ilmu lain.Hal ini sangat jelas ketika kita membandingkan seberapa sering Middle Range Teori dan Grand
Teori dikutip dalam literatur penelitian keperawatan. Dari 173 penelitian, yangdiidentifikasi menggunakan
teori adalah 79 (45%). Dan dari 79 penelitian tersebut diidentifikasi hanya 25 penelitian yang benar-benar
menggunakan teori keperawatan dan 54 lainnya menggunakan mengadopsi dari disiplin ilmu lainnya dan
kebanyakan dari ilmu psikologi.
2.7 Kontroversi Tentang Middle Range Teori
Identifikasi middle Range Teori telah cukup jelas. Disisi lain ,Chenitz, seorang penulis utama dari Entry into a
Nursing Home as Status Passage, memasukan teori ini ke dalam praktikal teori ini, sedangkan yang lainnya
memasukkan ke dalam middle range teori. Dalam analisis dasar Middle Range Teori “Pertanyaan tentang
Middle Range teori bukanlah merupakan sesuatu pernyataan hitam dan putih namun memiliki definisi yang
jelas. Middle Range Teori mengandung nilai abstrak, tidak terlalu luas namun juga tidak terlalu sempit, tetapi
berada pada kondisi dipertengahan. Untuk mencegah salah penafsiran dalam pemahaman terhadap teori,
para penemu teori harus memberikan Identitas Teori terhadap komponen konsep dalam teori tersebut.
Ketidakakuratan dari middle range teori hanya salah satu dari sekian banyak kritik terhadap teori ini. Selain
hal tersebut, ketidakjelasan definisi middle range teori telah dikritisi untuk membedakannya dengan Grand
Teori,karena mampu untuk diuji meggunakan ide postif –logis.
2.8 Tokoh-tokoh middle range theory
2.8.1. Ramona T. Mercer
Ramona T. Mercer mengembangkan salah satu model konseptual keperawatan yang mendasari keperawatan
meternitas yaitu Maternal Role Attainment-Becoming a Mother. Fokus utama dari teori ini adalah gambaran
proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya.
Model ini juga menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan pengkajian pada bayi dan lingkungannya,
digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bayi, memberikan bantuan terhadap bayi dengan pendidikan
dan dukungan, memberikan pelayanan pada bayi yang tidak mampu untuk melakukan perawatan secara
mandiri dan mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Konsep teori Mercer ini dapat diaplikasikan dalam perawatan bayi baru lahir terutama pada kondisi
psikososial dan emosional bayi baru lahir masih sering terabaikan. Model konseptual Mercer memandang
bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu. Respon perkembangan bayi baru lahir yang
berinteraksi dengan perkembangan identitas peran ibu dapat diamati dari pola perilaku bayi.
Model pencapaian peran maternal yang dikemukakan oleh Mercer dengan menggunakan konsep
Bronfenbrenner’s (1979) memperlihatkan bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap pencapaian peran
ibu.
2.8.2. Katharine Kolcaba
Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis antara lain:
1. Induksi
Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang diamati secara spesifik. Di mana
perawat dengan sungguh-sungguh melakukan praktek dan dengan sungguh-sungguh menerapkan
keperawatan sebagai disiplin, sehingga mereka menjadi terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit,
terminologi, dalil, dan asumsi pendukung praktek mereka.
1. Deduksi
Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan spesifik berasal dari prinsip atau
pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang umum ke yang spesifik.
1. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk memilih suatu fenomena
yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji. Pemikiran jenis ini diterapkan di (dalam) bidang di mana
tersedia sedikit teori.
Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial kultural.
Namun untuk menilai semua aspek tersebut dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan perawat yang
trampil dalam hal melakukan asuhan keperawatan berfokus kenyamanan (pengkajian hingga evaluasi), yang
di dalamnya dibutuhkan teknik problem solving yang tepat.
2.8.3. Pamela G.Reed (Teori Self Transendensi)
1. Vulnerability
Kesadaran seseorang akan adanya kematian, Konsep vulnerable meningkatkan kesadaran akan situasi
mendekati kematian termasuk di dalamnya adalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik,
kelahiran, dan pengasuhan.
1. Self-Transcendence
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai, suatu gerak dari yang kurang baik
menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.
1. Well-Being
Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual
yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.
1. Moderating-Mediating Factors
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transendensi diri yang berkontribusi terhadap kondisi
yang baik, misalnya : usia, jenis kelamin, kemamapuan kognitif, pengalaman hidup, persepsi
spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu.
1. Point of Intervention
Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi.
1. Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang berasal dari dalam diri
seseorang terhadap transendensi diri
2. Tindakan yang berfokus pada beberapa faktor personal dan kontekstual yang mempengaruhi
hubungan antara transendensi diri dan vulnerabel hubungan antar transendensi diri dan keadaan
baik/sehat.
2.8.4. Carolyn L Wiener
Hidup disituasikan dalam konteks biografi,konsepsi diri berakar pada kondisi fisik dan diformulasikan
berdasarkan kemampuan menerima untuk membentuk kebiasaan atau aktifitas yang diharapkan dalam
mencapai tujuan dari aturan yang berbeda.Interaksi dengan orang lain adalah pengaruh utama (major
influence) untuk membentuk suatu konsep diri. Sebagai ragam peran perilaku,seseorang memonotor reaksi
orang lain dan merasakan dirinya merupakan bagian yang terintegrasi dari proses yang dibentuk/dihasilkan.
Pengalaman tentang sakit selalu ditempatkan alam konteks biografi oleh karena itu kondisi sakit adalah
pengalaman yang masih berlanjut.Domain dari kondisi sakit adalah berhubungan dengan ketidakpastian
bervariasi dalam dominasi di lintasan penyakit (table 30.1) melalui aliran dinamis dari persepsi tentang diri
dan interaksi dengan orang lain. Aktifitas dari hidup dan kehidupan seseorang dalam kondisi sakit merupakan
bentuk kerja .Lingkungan dari kerja termasuk individu dan yang lainnya dengan semua interaksi,termasuk
keluarga dan pelayanan kesehatan. Semua komponen yang berperan tersebut disebut total organisasi.
Seorang yang sakit (pasien) merupakan pekerja utama namun semua pekerjaan yang diambil didalamnya
dipengaruhi oleh total organisasi.
2.8.5. Cheryl Tatano Beck, DNSc, CNM, FAAN
1. Teori Depresi Postpartum/ Postpartum Depression Theory
Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering diabaikan dalam perawatan
kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan, kebingungan, dan keheningan. Jika hal ini tidak
terdiagnosa, dapat mempengaruhi hubungan ibu-bayi dan menyebabkan masalah emosional jangka panjang
bagi anak. Teori ini membedakan depresi postpartum dari gangguan mood dan kecemasan postpartum
lainnya dan aspek-aspek depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor risiko, intervensi, dan efek pada
hubungan dan perkembangan anak. Juga dibahas tentang Instrumen yang tersedia yang digunakan untuk
skrining depresi postpartum. Cheryl menegaskan bahwa depresi merupakan hasil dari kombinasi stres
fisiologis, psikologis, dan lingkungan dan bahwa gejala bervariasi dan kemungkinan akan muncul beberapa
gejala.
Cheryl memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi postpartum. NURSE program ini
meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk menyembuhkan depresi postpartum, yaitu:
1. Nourishment and needs (nutrisi dan kebutuhan lain)
2. Understanding (pemahaman)
3. Rest and relaxation (istirahat dan relaksasi)
4. Spirituality (spiritualitas)
5. Exercise (latihan)
Masing-masing aspek didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan dengan ibu yg bersangkutan. Mereka
seringkali hanya bisa berfokus pada satu atau dua aspek dalam satu waktu, namun program ini harus
diselesaikan dalam setiap tahap penyembuhan mereka.
2.8.6. Merle Helaine Mishel.
1. Teori Keraguan terhadap penyakit/ Uncertainty in Illness Theory
Teori ini menjelaskan bahwa keraguan dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk beradaptasi pada
suatu penyakit.
Keraguan terhadap penyakit berhubungan dengan penyesuaian yang buruk, dan sering perlu dinilai sebagai
ancaman yang memiliki efek merusak. Dalam populasi sakit, keraguan terhadap penyakit terkait dengan
kepekaan yang meningkat terhadap nyeri dan toleransi yang menurun terhadap rangsangan nyeri. Keraguan
terhadap penyakit juga terkait dengan koping maladaptif, distress psikologis yang lebih tinggi, dan penurunan
kualitas hidup.
2.8.7. Phil Barker
1. Nilai Tidal model dapat diringkas menjadi sepuluh komitmen yang perlu diperhatikan:
2. Value the voice (menghargai suara). Mendengarkan cerita seseorang adalah yang hal yang
terpenting.
3. Respect the language (hormati bahasa). Memungkinkan orang untuk mengekspresikan,
menggambarkan, dan mendeskripsikan pengalaman hidup mereka menggunakan cara dan bahasa
mereka sendiri.
4. Develop genuine curiosity (mengembangkan rasa ingin tahu). Menunjukkan ketertarikan dan rasa
ingin tahu tentang cerita orang tersebut.
5. Become the apprentice (menjadi apprentice). Menempatkan diri dalam cerita tersebut dan belajar
serta mengambil hikmah dari cerita orang yang anda bantu (klien).
6. Reveal personal wisdom (mengungkapkan kebijaksanaan). Pada dasarnya setiap orang memiliki sikap
bijaksana dalam menghadapi setiap pengalaman hidupnya. Praktisi atau tenaga penolong mempunyai
tugas untuk membantunya mengungkapkan kebijaksanaan tersebut yang akan membantu dalam
proses pemulihannya.
7. Be transparent (jadilah transparan atau terbuka). Baik klien maupun praktisi atau tenaga penolong
profesional berada dalam posisi istimewa dan harus menjadi model yang percaya diri, dengan cara
setiap saat menjadi transparan atau terbuka dan membantu untuk memastikan klien tersebut
memahami apa yang sebenarnya sedang dilakukannya.
8. Use the available toolkit (gunakan sumberdaya yang ada). Cerita seseorang berisi informasi yang
berharga untuk mengetahui sumberdaya mana yang dapat digunakan untuk membantu proses
pemulihan dan mana yang tidak dapat digunakan.
9. Craft the step beyond (menentukan langkah). Praktisi atau tenaga penolong bersama-sama dengan
klien membangun sebuah apresiasi dan menentukan langkah apa yang harus dilakukan "sekarang"
karena langkah awal merupakan langkah yang penting.
10. Give the gift of time (berikan waktu). Tidak ada yang lebih berharga daripada waktu yang dihabiskan
praktisi dan klien bersama-sama. Pertanyaan yang harus ditanyakan bukan “Berapa banyak waktu
yang masih kita punya?” melainkan "Bagaimana kita menggunakan waktu yang ada saat ini?".
10. Know that change is constant (ketahuilah bahwa perubahan adalah konstan). Hal ini merupakan
pengalaman umum bagi semua orang.
1. Tidal model berawal dari empat poin penting, yaitu:
2. Fokus terapeutik yang utama dalam kesehatan jiwa ialah dalam komunitas. Manusia hidup di “lautan
pengalaman” dan krisis kejiwaan hanyalah satu dari sekian banyak hal yang dapat
“menenggalamkan” mereka. Tujuan keperawatan atau asuhan kesehatan jiwa ialah untuk
mengembalikan mereka ke “lautan pengalaman” tersebut sehingga mereka dapat melanjutkan
perjalanan hidup mereka.
3. Perubahan merupakan proses yang terus berjalan dan konstan. Manusia akan terus berubah, namun
kadang mereka tidak menyadarinya. Salah satu tujuan utama intervensi yang dilakukan ialah untuk
membantu klien membangun kesadaran bahwa sekecil apapun perubahan itu akan membawa
dampak yang besar bagi hidupnya.
4. Kekuatan terletak pada proses asuhan. Perawat membantu klien untuk mengidentifikasi bagaimana
ia dapat lebih berperan ddalam hidupnya dan mengontrol hidupnya serta pengalaman yang
didapatnya.
5. Perawat dan klien adalah satu, tidak dapat dipisahkan seperti penari dalam sebuah tarian.
2.8.8. Kristen Swanson
1. Theory of Caring Oleh Kristen Swanson
Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancara yang dilakukannya pada wanita yang mengalami
keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko dan
telah melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2005).
Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan dan pada saat
yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk merawat pasien.
Salah satu hal paling penting yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini, yaitu
argumen bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah, melainkan sebagai
manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata
dalam pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian pasien ini
adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi dalam
aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis, tetapi juga
merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being).
1. Konsep Mayor dan Definisi
1. Caring adalah cara mengasihi orang lain dengan adanya komitmen dan tanggungjawab
terhadap orang tersebut (Swanson,1991).
2. Knowing dalam hal ini dimaksudkan memahami arti sebuah peristiwa yang terjadi dalam
hidup orang lain, menghindari asumsi-asumsi, berfokus pada orang yang dirawat / pasien,
mengkaji, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan
dalam proses “knowing” atau pengenalan (Swanson,1991).
3. Being with dalam hal ini dimaksudkan mendukung orang lain secara emosional termasuk
keberadaannya untuk orang lain dan berbagi kesedihan dengan orang tersebut
(Swanson,1991).
4. Doing for yang dimaksud adalah melakukan sesuatu demi kepentingan orang lain termasuk
memenuhi kebutuhan, kenyamanan, dan melindungi orang tersebut (Swanson,1991).
5. Enabling yaitu memfasilitasi orang lain untuk melalui masa-masa transisi dalam hidupnya
dan melewati setiap peristiwa hidupnya dengan berfokus pada peristiwa tersebut,
mendukungnya, memberi penjelasan, memvalidasi apa yang dirasakan, menemukan
alternatif penyelesaian, dan memberikan feedback / umpan balik (Swanson,1991).
6. Maintaining belief yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa
hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh
keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu
menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang
lain dalam situasi apa pun.
2.8.9. Shirly M. Moore
Teori Hidup damai di akhir
Sumber Teoritis
Akhir Hidup Damai (EOL). Teori ini adalah informasi oleh sejumlah kerangka teoritis. Hal ini didasarkan
terutama pada model klasik Donabedians struktur, proses dan hasil (Ruland & Moore, 1998) yang sebagian,
dikembangkan dari teori besar pengaruh systems. Dalam teori EOL, pengaturan struktur adalah sistem
keluarga (pasien sakit parah dan semua orang lain yang signifikan) yang menerima perawatan dari
profesional pada unit rumah sakit perawatan akut.
Proses didefinisikan sebagai tindakan-tindakan (intervensi keperawatan) yang dirancang untuk
mempromosikan positif hasil dari berikut:
(1) bebas dari rasa sakit,
(2) mendapatkan penghiburan,
(3) mendapatkan martabat dan rasa hormat,
(4) berada dalam kedamaian dan
(5) mengalami kedekatan kepada orang lain yang signifikan dan mereka yang peduli.
Penggunaan Bukti Empiris
Teori EOL damai didasarkan pada bukti empiris yang berasal dari kedua pengalaman langsung dari perawat
ahli dan mengkaji secara menyeluruh literatur menangani beberapa komponen teori. Para standart perawatan
terdiri dari praktek terbaik berdasarkan bukti penelitian yang diturunkan di bidang nyeri, kenyamanan gizi
manajemen, dan teori preskriptif relaxation. Ruland dan Moore (1998) mengidentifikasi enam pernyataan
teoritis untuk teori mereka sebagai berikut:
1. Monitoring dan mengelola rasa sakit dan menerapkan intervensi farmakologis dan nonpharmacologic
kontribusi dari pengalaman pasien tidak sakit.
2. Mencegah, pemantauan dan menghilangkan ketidaknyamanan fisik, memfasilitasi istirahat, relaksasi dan
kepuasan, dan mencegah komplikasi berkontribusi dengan pengalaman pasien kenyamanan.
3. Termasuk yang lain pasien dan signifikan dalam pengambilan keputusan tentang perawatan pasien,
memperlakukan pasien dengan martabat, empati dan rasa hormat dan menjadi perhatian terhadap pasien
menyatakan kebutuhan, keinginan, dan preferensi berkontribusi dengan pengalaman pasien martabat dan
rasa hormat.
4. Memberikan dukungan emosional, pemantauan dan pertemuan pasien menyatakan kebutuhan untuk obat
antiansietas, kepercayaan inspirasi, memberikan yang lain pasien dan signifikan dengan bimbingan dalam
masalah-masalah praktis dan memberikan kehadiran fisik orang lain peduli apakah berkontribusi diinginkan
untuk pengalaman pasien merasa damai.
5. Fasilitasi dan berpatisipasi signifikan dalam perawatan pasien, empati kesedihan orang lain, kekhawatiran
dan pertanyaan dan memfasilitasi peluang untuk kedekatan keluarga kepada orang lain yang signifikan atau
orang yang peduli.
6. Pengalaman pasien tidak sakit, kenyamanan, martabat, dan rasa hormat yang damai, kedekatan dengan
orang lain yang signifikan atau orang-orang yang peduli berkontribusi sampai akhir hidup damai.
Pengembangan Lebih Lanjut
Teori EOL damai adalah sebuah teori baru yang menggunakan sumber asli dan dengan demikian, Ruland dan
Moore mengakui. Sejumlah langkah dapat digunakan untuk memajukan pembangunan. orang bisa
mempertimbangkan penggabungan beberapa kriteria proses dari tiga conceps (nyeri, kenyamanan, damai)
menciptakan sebuah konsep tunggal yang terkait dengan manajemen gejala fisik psikologis. Konsep atau
pemetaan analisis dapat digunakan untuk menentukan jika beberapa kriteria proses yang berhubungan
dengan tiga konsep (nyeri, kenyamanan, damai). Misalnya :
1. Kreteria proses dan konsep nyeri (monitoring dan mengelola rasa sakit dan menerapkan intervensi
farmakologis dan non phramlocological)
2. Kriteria proses kenyamanan (mencegah, pemantauan, dan menghilangkan ketidaknyamanan fisik)
3. Proses perdamaian kriteria (pemantauan dan pasien yang memenuhi kebutuhan obat anti ansietas).
4. Intervensi nonpharmacological (misalnya musik, humor, atau relaksasi) yang berfungsi untuk distrac pasien
sekarat yang berguna untuk menghilangkan nyeri, kecemasan, dan ketidaknyamanan fisik secara umum.
Revisi ini juga akan berfungsi untuk menghubungkan Teori EOL Damai untuk berbagai teori tengah Baik dan
Moore (1996).
Georgene Gaskill Eakes
Para NCRCS ( The Nursing Consurtium For Research on Chronic Sorrow ) berdasarkan berbagai Middle
Range Theory kesedihan Cronic pada dua sumber utama. Karya Olshansky pada tahun 1962 dikutip sebagai
dasar dari konsep asli kesedihan kronis (Eakes, Burke & Hainsworth, 1998). Lazarus dan Folksmans (1984)
model stres dan adaptasi membentuk dasar bagi konseptualisasi tentang bagaimana orang mengatasi
kesedihan kronis.
Konsep kesedihan kronis berasal karya Olshansky Tahun 1962 (Lindgren, Burke, Hainsworth, & Eakes,
1992). Para ahli teori NCRCS mengutip pengamatan Olshanskys, orang tua mengalami kesedihan berulang
dan kesedihan kronis panjang. Konsep aslinya digambarkan secara luas sebagai deskripsi sederhana reaksi
psikologis untuk situasi tragis "(Lindgren et al, 1992).
Selama 1980 peneliti lain mulai meneliti pengalaman orang tua dari anak-anak baik secara fisik atau cacat
mental. Karya ini divalidasi kesedihan yang berulang dan sifat tidak pernah berakhir duka yang dialami oleh
orang tua. Sebelumnya untuk pekerjaan ini, duka dikonseptualisasikan sebagai proses yang menyelesaikan
dari waktu ke waktu dan jika belum terselesaikan, kesedihan yang abnormal menurut Bowlby dan Lindemans
(Lindgren et al, 1992). Berbeda dengan konseptualisasi terikat waktu, yang melekat dalam konsep kesedihan
kronis adalah bahwa kesedihan berulang merupakan pengalaman normal, menurut Wikler, Wasow, dan
Hatfiled (Lindgren et al, 1992). Burke dalam studinya anak-anak dengan spina bifida, kesedihan kronis
didefinisikan sebagai kesedihan luas yang bersifat permanen, periodik dan progresif di alam '(hainsworth,
Eakes, Burke 1994).
NCRCS tidak membatasi teori mereka adanya kesedihan kronis tetapi berusaha untuk memeriksa respon
terhadap duka. Mereka memasukkan Lazarus dan Folksmans 1984 bekerja pada stres dan adaptasi sebagai
dasar untuk metode manajemen yang efektif yang dijelaskan dalam model mereka (Eakes et al, 1998)
Kesenjangan ditemui dan respon untuk kembali kesedihan merangsang mekanisme koping individu. Ada
kategori mengatasi gaya atau manajemen. Strategi koping internal meliputi tindakan berorientasi kognitif
penilaian kembali dan perilaku interpersonal. Dengan demikian berbagai Middle Range Theory kesedihan
kronis diperpanjang dasar teoritis kesedihan kronis dalam situasi tertentu tetapi juga tanggapan berupaya
untuk fenomena tersebut.
Konsep Mayor dan Definisi Kesedihan Kronis
Kesedihan kronis adalah kesenjangan yang sedang berlangsung yang dihasilkan dari kerugian ditandai
dengan pervasif dan permanen. Gejala kesedihan berulang secara periodik dan gejala ini berpotensi progresif.
Kerugian
Kerugian terjadi sebagai akibat dari kesenjangan antara situasi ideal dan nyata atau pengalaman. Misalnya
ada seorang anak yang sempurna dan seorang anak dengan kondisi kronis yang berbeda dari ideal itu.
Pemicu Kejadian
Situasi pemicu kejadian , keadaan dan kondisi yang menonjolkan perbedaan atau kehilangan berulang dan
memulai atau memperburuk perasaan berduka.
Metode manajemen
Metode manajemen sarana yang berhubungan dengan individu kesedihan kronis. Ini mungkin internal
(strategi koping pribadi) atau eksternal (praktisi perawatan kesehatan atau orang lain yang intervensi)
Manajemen yang tidak efektif
Efektif manajemen hasil dari strategi yang meningkatkan ketidaknyamanan individu atau meningkatkan
perasaan kesedihan kronis.
Manajemen Efektif
Efektif manajemen hasil dari strategi yang mengarah pada peningkatan kenyamanan individu yang terkena.
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada tinjauan teori, Middle Range teori adalah suatu pengembangan
teori pada tingkat yang lebih kongkret daripada Grand Teori,karena pada Grand teori lebih berfokus pada
fenomena pusat dari disiplin ilmu seperti individu sebagai sistem adaptif, defisit perawatan diri,kesatuan
manusia, atau menjadi manusia. Grand Teori yang kerangkanya terdiri dari konsep-konsep dan pernyataan
relasional yang menjelaskan fenomena abstrak.Sedangkan Midle Range Theory diorganisasi dalam lingkup
terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori Middle-Range memiliki
hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut
Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik.
Pengembangan Middle Range Theory bisa bersumber dari Grand Teori,atau dapat pula bersumber dari hasil
penelitian klinis langsung, hal ini dapat kita lihat dari pernyataan beberapa ahli. Mungkin ada hubungan yang
eksplisit antara beberapa grand teori dan middle range teori. Sebagai contoh, (middle range teori) Reed
(1991) transendensi-diri dan (1988) teori Barrett kekuasaan secara langsung terkait dengan Ilmu Rogers dari
Kesatuan Manusia. Teori Midle range lainnya mungkin tidak memiliki hubungan langsung dengan grand teori.
Dalam hal ini,asumsi-asumsi filosofis yang mendasari middle range teori dapat berada pada tingkat
paradigma, bukan dari Grand Teori. Namun demikian, hubungan ini penting untuk menetapkan validitas
sebagai teori.
Jika kita bandingkan dengan filosofi teori dan Grand teori,middle range teori dapat digunakan langsung
dalam tatanan praktik, karena memiliki variable yang spesifik misalnya kita ambil contoh dari Teori
Trajectory Illness dari Wiener dan Dodd, teori ini lahir dari bentuk studi kualitatif yang dilakukan pada khusus
penderita kanker,kemudian juga teori Cheryl T.Beck yang mengkhususkan teori pada tatanan praktik yang
diaplikasikan pada Post Partum Depresion.
Midle range teori adalah bagian dari struktur disiplin ilmu keperawatan.Teori ini menjelaskan fenomena
spesifik yang terkait dengan praktek keperawatan. Kajian analisis teori transendensi-diri menjelaskan
bagaimana penuaan atau mendorong kerentanan manusia melampaui batas-batas untuk diri intrapribadi
fokus pada makna kehidupan, interpersonal pada koneksi dengan orang lain dan lingkungan, temporal untuk
mengintegrasikan masa lalu, sekarang, dan masa depan, dan transpersonally untuk terhubung dengan
dimensi di luar fisik realitas. Transendensi-diri ini terkait dengan kesejahteraan atau penyembuhan, salah satu
dari diidentifi kasi fokus dari disiplin keperawatan. Teori ini telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk
memandu praktik keperawatan. Dengan ekspansi Middle Range Teori memperkaya disiplin ilmu keperawatan.
Dari beberapa ciri yang dimiliki Middle Range Teori ada beberapa aspek yang menjadi catatan penting yaitu
posisi Middle Range Teori berada pada lingkaran tengah, semi konsep semi praktis. Dapat dilakukan ditarik
keatas mendekati tatanan konsep dapat pula ditarik kebawah lebih mendekati praktik klinik, tergantungan
penggunaan konsep-konsep dan aplikasinya. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa cirri yang diungkapkan
oleh beberapa ahli yang menyatakan Middle Range Teori dipengaruhi oleh penggunaannya yang mampu
diaplikasikan dalam berbagai situasi, masih memiliki suatu unsur abstrak ,namun lebih mudah diaplikasikan
ke dalam praktik dibandingkan dengan Grand Teori.
DAFTAR PUSTAKA
Kolcaba. 1997. Comfort Theory and Practice. www.thecomfortline.com. Diunduh tanggal 24 September 2014,
jam 20.15
McKenna, Hugh.1997. Nursing Theories and Models. New York: Routledge.
Meleis, Afaf Ibrahim. 2010.Transitionstheory: middle-range and situation specific theories in nursing research
and practice. New York: SpringerPublishingCompany.
Parker,Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing practice. 3rd ed.
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Peterson,Sandra J. & Bredow, Timothy S.2009. Middle Range Theories, Application to Nursing
Research.Second edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory Development Using King’s
Conceptual System. New York: Springer Publishing Company .
Smith,Mary Jane & Liehr, Patricia R. 2008. Middle range theory for nursing. 2nd ed. New York: Springer
Publishing Company.
Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. Sixth edition. Toronto: The CV Mosby Company St.
Louis