metpen

12
PERUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF oleh: I Made Bagus Wijaya Negara (FEB/ 125020300111086) Gusti Ngurah Rai Maha Putra (FEB/125020307011048) I Wayan Dede Triana Putra (FEB/125020307111004) Universitas Brawijaya Malang

description

perumusan masalah kualitatif

Transcript of metpen

PERUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF

oleh:I Made Bagus Wijaya Negara (FEB/ 125020300111086)Gusti Ngurah Rai Maha Putra (FEB/125020307011048)I Wayan Dede Triana Putra (FEB/125020307111004)

Universitas BrawijayaMalang2015

Pengertian MasalahMasalah, merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi, penyimpangan antara teori dengan praktek, penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan, dan penyimpangan antara pengalaman masa lampau dengan yang terjadi sekarang. Yang diharapkan keuntungan Rp.10.000.000 tetapi yang terjadi hanya Rp.5.000.000, sehingga timbul masalah. Besar kecilnya masalah terlihat dari besar kecilnya sudut yang diarsir.

Masalah dalam Penelitian KualitatifDalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah yang dibawa peneliti dalam penelitian. Yang pertama masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama. Dengan demikian judul penelitian dengan judul proposal sama. Yang kedua masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup disempurnakan. Yang ketiga masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus ganti masalah. Dengan demikian judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dan judulnya diganti.Penelitian kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul penelitiannya setelah memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai, merupakan peneliti kualitatif yang lebih baik, karena ia dipandang mampu melepaskan apa yang telah dipikirkan sebelumnya dan selanjutnya mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi social yang diteliti.Terdapat perbedaan antara masalah dan rumusan masalah. Masalah adalah penyimpangan antara yang seharusnya terjadi. Sedangkan rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Dalam usulan penelitian, sebaiknya masalah tersebut perlu ditunjukkan dengan data. Misalnya ada masalah tentang kualitas SDM yang masih rendah, maka perlu ditunjukkan data kualitas SDM tersebut, melalui Human Development Index misalnya. Data tentang masalah bisa berasal dari dokumentasi hasil penelitian, pengawasan, evaluasi, pengamatan pendahuluan, dan pernyataan orang-orang yang patut dipercaya.Fokus PenelitianSalah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kuantitatif adalah bahwa gejala dari suatu objek itu sifat tunggal dan parsial. Dengan demikian berdasarkan gejala tersebut peneliti kuantitatif dapat menemukan variable-variabel yang akan di teliti. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itubersifat holistic (Menyeluruh tidak dapat di pisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian , tetapi keseluruhan situasi social yang di teliti yang meliputi aspektempat (place), peleku (actor) dan aktivitas (activity) tang berinteraksi secara sinergis.Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam rangka penelitian kuantitatif, peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variable. Dengan demikian dalam penelitian kuantitatif ada yang di sebut batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan focus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi feabilitas masalah yang akan di pecahkan selain juga factor keterbatasan tenaga , dana dan waktu. Suatu masalah di katakan penting apabila masalah tersebut tidak di pecahkan melalui penelitian, maka akan semakin menimbulkan masalah baru. Masalah dikatakan urgen (mendesak) apabila masalah tersebut tidak segera di pecahkan melelui penelitian, maka akan semakin kehilangan berbagai kesempatan untukmengatasi masalah tersebut. Masalah dikatakan fasible apabila terdapat berbagai sumber daya untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk menilai masalah tersebut penting, urgen, dan feasible, maka perlu dilakukan melalui analisa masalah.Dalammempertajam penelitian, peneliti kualitatifmenentapkan focus. Spradley menyatakan bahwa A focused refer to single cultural domain or afew related dominains maksudnya adalah bahwa, focus itu merupakan domain yang terkait dari situasi social. Dalam pemelitian kualitatif, penentuan focus dalam proposal lebih di dasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan di peroleh dari situasi social (lapangan).Kebaruan informasi itu biasanya berupa upaya untuk memahami secara lebih luas dan mendalam tentang situasi social, tetapi juga ada keinginan untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari situasi social yang di teliti. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif di peroleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan umun. Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi social.Untuk dapat memehami secarah lebih luas dan mendalam, Maka diperlukan pemilihan fokus penelitian. Spladley dalam sanapiah faisal (1988) mengemukakan empat alternative untuk menetapkan fokus yaitu :1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informal2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah adaMenurut Basrowi dan Suwandi ada dua maksud yang ingin dicapai peneliti dalam merumuskan masalah penelitian :1. Penetapan focus dapat membatasi study. Jadi, dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri.2. Penetapan focus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi ekslusi atau kriteria masuk keluar suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan.Bentuk Rumusan MasalahBerdasarkan level of explaination suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu:1. Rumusan masalah diskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengungkapkan atau memotretsituasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.2. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peniliti untuk membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan yang lain.3. Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif dibagi menjadi tiga yaitu:a. Hubungan simetris; hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga bukan merupakan hubungan sebab akibat atau interaktif. b. Hubungan kausal; hubungan yang bersifat sebab akibat.c. Hubungan reciprocal; hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau ditemukan adalah hubungan yang reciprocal atau interaktif.Dalam penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dengan variabel penelitian, sehingga rumusan masalah penelitian sangat spesifik, dan akan digunakan sebagai panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, instrumen, dan teknik analisis data. Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi sosial tertentu. Namun demikian setiap penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain. Peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini disebut emergent design (Lincoln dan guba, 1985 : 102)Contoh rumusan masalah dalam proposal penelitian kualitatif:1. Apakah pemahaman orang-orang yang ada dalam organisasi itu tentang arti dan makna manajemen? (diskriptif)2. Bagaimanakah model koordinasi, kepemimpinan, dan supervisi yang dijalankan dalam organisasi itu? (asosiatif)3. Apakah kinerja organisasi tersebut berbeda dengan organisasi lain yang sejenis? (komparatif)Analisis Perumusan MasalahPengkajian model-model perumusan masalah didasarkan atas: Rumusan masalah tersebut telah menghubungkan dua atau lebih hal atau factor (defenisi masalah) Rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian Uraian dalam bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai pertanyaan penelitian Uraian masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi criteria inklusi ekslusi. Hipotesis kerja dinyatakan secara eksplisit dan berkaitan dengan masalah penellitian Pembatasan study dinyatakan dengan istilah focusSumber masalah biasanya dapat diangkat menjadi topik dari sebuah penelitian, ada beberapa sumber masalah, antara lain : Kehidupan sehari-hari. Berasal dari hal-hal yang menjadi kebiasaan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah praktis. Masalah yang harus diselesaikan yang cepat, sehingga masalah tesebut tidak berlarut-larut menjadi masalah. Hasil penelitian sebelumnya. Masalah yang peneliti rasa tidak tuntas diteliti oleh penelitian sebelumnya, seperti penelitian pada jurnal, skripsi, tesis, disertasi ataupun penelitian lainnya. Teori . Bedasarkan teori yang telah ada dan diakui. Biasanya peneliti ingin mencari hubungan antara teori-teori tersebut untuk mendapatkan teori baru.

Prinsip prinsip Perumusan Masalah1. Prinsip yang Berkaitan dengan Teori dari DasarPeneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama. Perumusan masalah adalah sekadar arahan pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang sebenarnya. Masalah sesungguhnya baru akan dapat dirumuskan apabila peneliti sudah berada dan mulai, bahkan sedang mengumpulkan data.2. Prinsip yang Berkaitan dengan Maksud Perumusan MasalahPerumusan masalah di sini bermaksud menunjang upaya penemuan dan penyusunan teori substantif, yaitu teori yang bersumber dari data. Peneliti merumuskan masalah dengan maksud menguji suatu teori dengan menyadari segala macam kekurangan akibat tindakannya. Penekanan pada suatu usaha penemuan dapat membawa peneliti untuk juga dapat menguji suatu teori yang sedang berlaku. Masalah yang dirumuskan dan mungkin disempurnakan akan berfungsi sebagai patokan untuk keperluan mengadakan analisis data dan kemudian menjadi hipotesis kerja. 3. Prinsip Hubungan FaktorFaktor faktor di sini dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena.Ada 3 aturan tertentu yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti pada waktu merumuskan maslah tersebut : Adanya dua atau lebih faktor Faktor factor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau bermakna. Hasil pekerjaan tadi menghubungkan suatu keadaan yang menimbulkan tanda tanya atau hal yang membingungkan, jadi suatu keadaan bersifat tanda tanya, yang memerlukan pemecahan atau upaya untuk menjawabnya. Jadi, walaupun ada factor factor, jika tidak dikaitkan satu dengan lainnya secara bermakna, hal itu berarti belum memenuhi persyaratan.4. Fokus sebagai wahana untuk membatasi studyPeneliti kualitatif bersifat terbuka artinya tidak mengharuskan peneliti menganut suatu orientasi teori atau paradigma tertentu. Peneliti boleh memilih paradigma ilmiah, alamiah ataupun paradigm tengah. Perumusan masalah bagi peneliti akan mengarahkan dan membimbing pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan dipillih dari berbagai latar yang sangat banyak tersedia.5. Prinsip yang berkaitan dengan inklusi ekslusiPerumusan focus yang baik yang dilakukan sebelum peneliti ke lapangan dan yang mungkin disempurnakan pada awal ia terjun ke lapangan akan membatasi peneliti guna memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak. Data yang relevan dimasukkan dan dianalisis sedangkan yang tidak relevan dengan masalah dikeluarkan. Masalah yang dirumuskan secara jelas dan tegas akan merupakan alat yang ampuh untuk memilih data yang relevan.6. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah Ada tiga bentuk perumusan masalah : Secara diskusi, cara penyajiannya adalah dalam bentuk pernyataan secara deskriptif namun perlu diikuti dengan pertanyaan pertanyaan penelitian Secara proposional, secara langsung menghubungkan factor factor dalam hubungan logis dan bermakna Secara gabungan, terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proposisional.7. Prinsip sehubungan dengan posisis perumusan masalahYang dimaksud dengan posisi disini adalah kedudukan untuk perumusan masalah diantara unsur unsur peneliti lainnya. Unsur unsur penelitian lainnya yang erat kaitanya dengan rumusan masalah ialah latar belakang masalah, tujuan, dan acuan teori dan metode penelitian. Prinsip posisi menghendaki agar rumusan latar belakang penelitian didahulukan. Prinsip lainnya ialah hendaknya rumusan masalah disusun terlebih dahulu Prinsip berikutnya menghendaki agar sebaiknya rumusan masalah dipisahkan dari rumus dan tujuan Prinsip terakhir menghendaki agar seharusnya rumusan masalah dipisahkan dari metode penelitian.8. Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaanPada dasarnya perumusan masalah itu tidak bias dipisahkan dari hasil penelaahan kepustakaan yang berkaitan, karena diperlukan untuk lebih mempertajam perumusan masalah itu, serta mengarahkan dan membimbing peneliti untuk membentuk kategori substantif. 9. Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Perumusan masalah dilakukan pada waktu mengajukan usulan penelitian dan diulangi kembali pada waktu menulis laporan. Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil penelitian, ketika merumuskan masalah, hendaknya peneliti memmpertimbangkan ragam pembacanya, sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan menyimak para pembacanya. Dengan kata lain, penulisan perumusan masalah harus disesuaikan dengan tingkat keumumannya para pembaca.