Metodologi RTRW

70
METODOLOGI RTRW BAB 3 Sesuai dengan Tujuan Pekerjaan yang telah disebutkan di Kerangka Acuan Kerja (TOR), maupun di bab pendahuluan, adalah memberikan Bantuan Teknis kepada Pemerintah Daerah dalam: 1. Penyempurnaan/Peninjauan Kembali RTRW Propinsi Bengkulu (Selanjutnya langsung ke Penyusunan). 2. Penyempurnaan/Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Agam (Selanjutnya langsung ke Penyusunan). 3. Penyempurnaan/Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Inderagiri Hilir (Selanjutnya langsung ke Penyusunan). 4. Penyusunan RTRW Kota Pariaman. 5. Penyusunan RDTR Kota Inderalaya. 6. Penyusunan RDTR Kawasan Rempang-Galang. Untuk selanjutnya dalam pengerjaan bantuan teknis ini uraian metodologi pelaksanaan pekerjaan ini akan diuraikan dalam 4 pokok bahasan, sesuai dengan sifat masing- masing perencanaan yaitu: 1. Metodologi Peninjauan Kembali/Penyusunan RTRW Propinsi Bengkulu. 2. Metodologi Peninjauan Kembali/Penyusunan RTRW Kabupaten Agam dan Kabupaten Inderagiri Hilir. 3. Metodologi Penyusunan RTRW Kota Pariaman. 4. Metodologi Penyusunan RDTR Kota Inderalaya dan Kawasan Rempang Galang. Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-1 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Transcript of Metodologi RTRW

Page 1: Metodologi RTRW

METODOLOGI RTRW

BAB 3

Sesuai dengan Tujuan Pekerjaan yang telah disebutkan di Kerangka Acuan Kerja (TOR),

maupun di bab pendahuluan, adalah memberikan Bantuan Teknis kepada Pemerintah

Daerah dalam:

1. Penyempurnaan/Peninjauan Kembali RTRW Propinsi Bengkulu (Selanjutnya

langsung ke Penyusunan).

2. Penyempurnaan/Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Agam (Selanjutnya langsung

ke Penyusunan).

3. Penyempurnaan/Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Inderagiri Hilir

(Selanjutnya langsung ke Penyusunan).

4. Penyusunan RTRW Kota Pariaman.

5. Penyusunan RDTR Kota Inderalaya.

6. Penyusunan RDTR Kawasan Rempang-Galang.

Untuk selanjutnya dalam pengerjaan bantuan teknis ini uraian metodologi pelaksanaan

pekerjaan ini akan diuraikan dalam 4 pokok bahasan, sesuai dengan sifat masing-

masing perencanaan yaitu:

1. Metodologi Peninjauan Kembali/Penyusunan RTRW Propinsi Bengkulu.

2. Metodologi Peninjauan Kembali/Penyusunan RTRW Kabupaten Agam dan Kabupaten

Inderagiri Hilir.

3. Metodologi Penyusunan RTRW Kota Pariaman.

4. Metodologi Penyusunan RDTR Kota Inderalaya dan Kawasan Rempang Galang.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-1 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 2: Metodologi RTRW

3.1 Metodologi Peninjauan Kembali dan Penyusunan RTRW

Propinsi Bengkulu

Pada dasarnya, metodologi Peninjauan Kembali dan

Penyusunan RTRW Propinsi Bengkulu terdiri atas beberapa

tahapan, yaitu 1) Kajian terhadap keabsahan RTRW, 2) Kajian

kepentingan peninjauan kembali RTRW, 3) Penentuan tipologi

peninjauan kembali RTRW, 4) Perumusan peninjauan kembali

RTRW dan 5) Penyusunan RTRW. Yang membedakan keduanya

adalah kedalaman materi yang dikaji.

1. Kajian Terhadap Keabsahan RTRW

Kajian ini ditujukan untuk mengevaluasi keabsahan

produk RTRW, baik dalam hal kelengkapan dan keabsahan

data, metoda dan hasil analisis, perumusan konsep dan

strategi, produk rencana tata ruang, maupun prosedur

penyusunan.

Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metodologi

analisis komparatif antara aspek dalam produk RTRW,

dengan ketentuan mengikuti penilaian yang telah diatur

dalam Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Propinsi

(Departemen Kimpraswil, 2002). Analisis komparatif yang

dimaksud disini adalah bahwa komparasi yang dilakukan

tidak hanya membandingkan antara aspek yang ada

dengan ketentuan penilaian, namun jika memungkinkan

dianalisis lebih lanjut penyebab perbedaan atau

perubahannya. Dengan demikian, dari evaluasi ini

diharapkan didapat keluaran berupa aspek-aspek apa saja

yang tidak sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah

ditetapkan sebagai masukan dalam penentuan tipologi

peninjauan kembali seperti apa yang dibutuhkan.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-2 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 3: Metodologi RTRW

GAMBAR 3.1

METODOLOGI PENINJAUAN KEMBALI RTRW PROPINSI BENGKULU

PENENTUAN TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI

KAJIAN KEABSAHAN RTRW

1. Berdasarkan kelengkapan dan keabsahan data

2. Berdasarkan metoda dan hasil analisis

3. Berdasarkan perumusan konsep dan strategi

4. Berdasarkan produk rencana tata ruang

5. Berdasarkan prosedur penyusunan

PERUMUSAN PENINJAUAN KEMBALI

1. Penambahan komponen rencana

2. Perbaikan sebagian komponen rencana

3. Perumusan kembali kebijakan dan strategi

4. Peninjauan kembali total

1

2

TIPE A

TIPE B

TIPE C

TIPE D

TIPE E

TIPE F

TIPE G

TIPE H

KAJIAN KEPENTINGAN PENINJAUAN

1. Identifikasi faktor eksternal

2. Identifikasi penyimpangan

3

4

5

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-3 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 4: Metodologi RTRW

GAMBAR 3.2

5 METODOLOGI PENYUSUNAN RTRW PROPINSI BENGKULU

Pengumpulan data dan Informasi

pengumpulan informasi/data & peta - data & peta kebijakan

pengembangan - data & peta kondisi

sosek - data & peta SDA - data & peta penggunaan

lahan - data kelembagaan - data fisik dasar - data regional

Analisis RTRW Propinsi

- analisis kebijakan & strategi pengembangan prop

- analisis aregional - analsisi ekonomi &

sektor unggulan - analisis SDM - analisis SDA - analsisi sistem

permukiman - analisis penggunaan

lahan - analisis kelembagaan - analisis fisik dasar - analisis peran serta

masyarakat

Penyusunan Rancangan Rencana

- konsep pengembangan pengelolaan kawasan lindung & kawasan budidaya

- konsep & strategi pengembangan kawasan pedesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu

- konsep & strategi pengembangan kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata dan kawasan lainnya

- konsep & strategi pengembangan sistem prasarana wilayah

- konsep & strategi pengembangan kawasan yang diprioritaskan

- konsep & strategi kebijakan tata guna tanah

Rencana RTRW Propinsi

- arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang

- arahan pengelolan kawasan lindung dan kawasan budidaya

- arahan konsep & strategi pengembangan kawasan pedesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu

- konsep & strategi pengembangan kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata dan kawasan lainnya

- konsep & strategi pengembangan sistem prasarana wilayah

- konsep & strategi pengembangan kawasan

di i i k

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-4 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 5: Metodologi RTRW

TABEL 3.1

KRITERIA PENILAIAN DALAM EVALUASI RTRW PROPINSI BENGKULU

No Aspek Penilaian Kriteria Kesahan RTRW Propinsi

1. Berdasarkan kelengkapan dan keabsahan data

Dinyatakan lengkap dan sah apabila mencakup: 1. Data kebijakan pembangunan daerah, seperti kesimpulan PROPEDA, informasi arahan RTRWN, informasi arahan RTRW Pulau, RTRW

Propinsi, serta data perekonomian nasional. 2. Data karakteristik ekonomi, meliputi data PDRB Propinsi, produksi sektoral Propinsi, APBD Propinsi (5 tahun terakhir), serta investasi

sektoral pembangunan di propinsi 3. Data kependudukan/demografi, meliputi data jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir, kepadatan penduduk, tingkat pertumbuhan

penduduk, dan penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan, yang dirinci menurut kota/kecamatan. 4. Data sumberdaya buatan, meliputi data sarana ekonomi, sarana sosial, sarana dan prasarana transportasi, yang dirinci per

kabupaten/kecamatan, serta prasarana pengairan, sistem jaringan listrik, dan sistem telekomunikasi. 5. Data sumberdaya alam, meliputi peta dan data penggunaan tanah, hidrologi/sumberdaya air, topografi, geologi/sumberdaya mineral,

kesesuaian lahan kegiatan budidaya, tataguna hutan, jenis tanah, dan iklim.

2 Berdasarkan metoda dan analisis

Dinyatakan lengkap jika sekurang-kurangnya mencakup analisis sebagai berikut: 1. Analisis kedudukan propinsi dalam perwilayahan nasional dan pulau serta propinsi, serta hubungannya dengan propinsi lain, meliputi:

- sistem jaringan transportasi nasional, pulau, propinsi - arahan kebijakan RTRWN, RTRW pulau, rencana strategi pengembangan wilayah regional, dll - sistem perkotaan nasional, pulau, dan regional - fungsi dan peran propinsi dalam lingkup nasional, pulau, dan propinsi berdasarkan aspek ekonomi, transportasi, dan pencapaian

pembangunan nasional secara umum. - sektor-sektor unggulan di propinsi

2. Analisis demografi, untuk melihat profil dan perkembangan penduduk, meliputi analisis tingkat perkembangan, pergerakan penduduk antar dan dalam kabupaten, distribusi/kepadatan penduduk berdasarkan kecamatan, struktur pekerjaan penduduk dirinci berdasarkan kabupaten/kecamatan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja.

3. Analisis ekonomi wilayah, untuk melihat profil dan perkembangan ekonomi propinsi, seperti struktur ekonomi propinsi, terutama menyangkut keterkaitan antarsektor dan sektor unggulan, pertumbuhan ekonomi, pergerakan barang dan jasa, pola persebaran ekonomi dalam propinsi dan keterkaitannya, serta potensi investasi.

4. Analisis fisik dan daya dukung lingkungan, meliputi analisis kendala fisik pengembangan kawasan budidaya (rawan gempa, banjir, longsor), lokasi dan kapasitas sumberdaya alam (air, tanah, hutan, dan mineral), serta kesesuaian lahan bagi pertanian pangan, perkebunan, dan kehutanan.

5. Analisis sarana dan prasarana, meliputi analisis kondisi, jenis, dan jumlah sarana sosial, ekonomi, transportasi, pengairan, listrik, dan telekomunikasi.

6. Analisis struktur dan pola ruang, untuk melihat kecenderungan perkembangan struktur dan pola, yang meliputi pola sebaran penduduk,

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-5 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 6: Metodologi RTRW

No Aspek Penilaian Kriteria Kesahan RTRW Propinsi

kawasan budidaya, dan jaringan infrastruktur. 7. Analisis potensi dan kondisi SDA, SD buatan, dan SDM, yang dinyatakan lengkap apabila terdapat kesimpulan potensi sumberdaya alam

yang ada, kemungkinan perkembangannya, dan keterbatasan pengembangannya. 8. Analisis keuangan dan kemampuan pembangunan daerah, mencakup analisis jumlah dan proporsi biaya pembangunan propinsi PAD dan

subsidi dari pemerintah pusat/propinsi, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya (swasta, BLN, dll).

3 Berdasarkan konsep dan strategi

Dinyatakan lengkap jika mencakup: 1. Rumusan permasalahan pembangunan propinsi dan keterkaitannya dengan permasalahan pemanfaatan ruang 2. Rumusan konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah propinsi 3. Penjabaran konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah propinsi, meliputi strategi pengelolaan kawasan lindung dan budidaya;

kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu; kawasan produksi dan permukiman, serta sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan; pengembangan sarana dan prasarana wilayah; pengembangan kawasan prioritas; serta penatagunaan tanah, air, udara, dan sumberdaya alam lainnya.

4 Berdasarkan

produk rencana tata ruang

Dinyatakan lengkap jika mencakup: 1. Arahan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya 2. Arahan pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu 3. Arahan pengembangan kawasan budidaya, meliputi kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, industri, dan lainnya. 4. Arahan struktur tata ruang, meliputi arahan pengembangan sistem pusat permukiman (perkotaan dan perdesaan), sistem jaringan jalan,

sistem transportasi lainnya, sistem jaringan energi/listrik, pengairan, telekomunikasi, air baku. 5. Arahan pengembangan kawasan prioritas. 6. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, meliputi kebijakan tata guna tanah, air, lahan, udara, dan sumberdaya alam lainnya.

5 Berdasarkan proses penyusunan

Dinyatakan lengkap jika: 1. Disusun berdasarkan pedoman teknis penyusunan yang berlaku. 2. Melibatkan tim teknis tata ruang propinsi serta pihak lain yang terkait (masyarakat dan pakar). 3. Melalui suatu proses konsensus dan musyawarah dalam mengalokasikan ruang sesuai dengan arahan rencana tata ruang yang lebih tinggi. 4. Disepakati oleh DPRD.

Sumber: Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Propinsi (Departemen Kimpraswil, 2002), Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002 Keterangan : Penggunaan ketentuan ini akan disesuaikan dengan ketersediaan data dan informasi

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-6 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 7: Metodologi RTRW

Untuk melakukan kajian ini, maka data yang diperlukan

adalah Dokumen RTRW, baik Buku Fakta Analisis, maupun

Buku Rencana. Dokumen ini diperoleh dengan melakukan

survai instansional terkait, dalam hal ini Pemerintah

Propinsi atau Badan Perencanaan dan Pengembangan

Daerah (Bappeda) Propinsi.

2. Kajian Kepentingan Peninjauan Kembali RTRW

Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi seberapa besar

penyimpangan arahan yang digariskan dalam RTRW sebagai

masukan dalam perlunya peninjauan kembali dan

penentuan tipologi peninjauan kembali yang akan

dilakukan. Untuk itu, kajian ini akan mencakup 1)

identifikasi terhadap adanya perubahan faktor-faktor

eksternal, 2) identifikasi besaran simpangan, dan 3)

identifikasi perlunya peninjauan kembali.

Identifikasi terhadap adanya perubahan faktor-faktor

eksternal dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

informasi menyangkut indikasi adanya perubahan akibat

pengaruh dari berbagai faktor eksternal, seperti :

peraturan dan rujukan yang baru

kebijakan pemerintah yang baru, baik di tingkat

pusat, daerah, maupun sektoral

adanya perubahan-perubahan dinamis akibat kebijakan

dan pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan fungsi

kota, adanya investasi properti skala besar dan

pembangunan infrastruktur yang mempengaruhi pola

dan struktur pengembangan wilayah, serta

dibangunnya pusat-pusat pelayanan baru

adanya paradigma baru dalam pembangunan dan atau

penataan ruang

Identifikasi ini dilakukan dengan metodologi deskriptif

analisis, artinya tidak hanya menjabarkan fakta adanya

faktor eksternal yang ada, tapi juga menganalisi lebih

lanjut mengenai dampak faktor tersebut terutama

terhadap penataan ruang wilayah.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-7 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 8: Metodologi RTRW

Dari kajian ini diharapkan dapat diperoleh informasi

mengenai kebijakan dan perubahan kondisi internal di

wilayah propinsi yang dampaknya secara signifikan

mempengaruhi arahan pemanfaatan ruang yang telah ada.

Sementara, identifikasi besaran simpangan dilakukan

untuk memperkirakan seberapa besar penyimpangan yang

terjadi, antara arahan kebijakan yang dirumuskan dalam

RTRW dengan wujud struktural pemanfaatan ruang yang

ada kenyataannya. Penyimpangan ini dapat berupa

penyimpangan dalam hal pemanfaatan maupun

pengendalian pemanfaatan. Masing-masing penyimpangan

memiliki kriteria tersendiri.

Identifikasi ini dilakukan dengan metodologi deskriptif

analisis kuantitatif, dimana penyimpangan akan

dibandingkan dengan total aspek yang dikaji (dalam hal ini

aspek terkait dengan kriteria penyimpangan seperti yang

dijabarkan dalam Box 1), diwujudkan dalam bentuk

persentase (%).

Untuk melakukan kedua identifikasi tersebut dibutuhkan

dukungan data dan informasi, yang diperoleh melalui:

a. Diskusi lintas sektoral yang melibatkan seluruh dinas

atau instansi teknis terkait dengan pengembangan

wilayah. Diskusi dilakukan dengan maksud untuk

bertukar informasi mengenai isu-isu permasalahan

yang ada, terutama menyangkut pelaksanaan

kebijakan pemanfaatan ruang wilayah, konfirmasi

kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan dalam

rangka pengembangan wilayah, dll.

b. Pengumpulan seluruh dokumen-dokumen kebijakan

yang dianggap dapat mempengaruhi kebijakan

penataan ruang yang digariskan dalam RTRW, baik di

tingkat nasional maupun daerah.

c. Kondisi penggunaan ruang atau tutupan saat ini.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-8 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 9: Metodologi RTRW

- Box 1 -

Tidak menyimpang jika:

Pemanfaatan ruang

- Benar-benar menjadi acuan pelaksanaan pembangunan, artinya menjadi dokumen resmi dalam Rakorbang Daerah dan didudukkan sejajar dengan Peraturan Daerah lainnya.

- Struktur dan pola pemanfaatan ruang benar-benar sesuai dengan arahan dalam RTRW

- Telah ditetapkan dan disahkan menjadi PERDA dan didiseminasikan ke setiap sektor.

- Menjadi acuan sektor dalam menyusun rencana, pembiayaan, dan tahapan program pembangunan serta telah menjadi acuan dalam pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang hirarki di bawahnya.

- Tidak menimbulkan konflik antarsektor atau tumpangtindih alokasi kegiatan sektor.

- Pemanfaatan ruang atas dasar RTRW tidak menimbulkan dampak yang bermasalah di masyarakat.

- Tidak ada pengaduan masyarakat yang menginformasikan ketidaksesuaian RTRW dengan kenyataan di lapangan.

Pengendalian pemanfaatan ruang

- Telah memiliki sistem informasi pemantauan dan pelaporan yang handal, cepat, dan informatif.

- Telah dilakukan mekanisme perijinan yang sesuai berdasarkan RTRWP dalam menentukan lokasi kegiatan.

- Telah dilakukan evaluasi pelaksanaan program-program pembangunan, implementasi ruang, serta perijinan pemanfaatan ruang.

- Telah dilakukan evaluasi terhadap kenyataan di lapangan akibat terjadinya terjadinya faktor eksternal (perubahan kebijakan dan rujukan)

- Diterapkan instrumen baru, seperti perangkat insentfi, agar selalu sesuai dengan arahan RTRWP

- Diterapkan denda/sangsi bagi yang melanggar arahan dalam RTRW

Lebih lanjut, hasil kedua identifikasi tersebut menjadi

input/masukan dalam mengidentifikasi perlunya

peninjauan kembali terhadap RTRW Propinsi Bengkulu.

Peninjauan kembali akan dibutuhkan apabila salah satu

kriteria terpenuhi, apakah terdapat perubahan kebijakan

skala besar, terdapat faktor internal yang belum

dipertimbangkan, atau terjadi penyimpangan yang cukup

besar.

3. Penentuan Tipologi Peninjauan Kembali RTRW

Kajian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tipologi

peninjauan kembali seperti apa yang dibutuhkan oleh

RTRW Propinsi Bengkulu berdasarkan pertimbangan

keabsahan RTRW dan tingkat keperluan peninjauan

kembali yang tergambar dari adanya perubahan faktor

eksternal dan adanya penyimpangan.

Terdapat 8 tipologi peninjauan kembali dengan

karakteristik dan kebutuhan peninjauan kembali yang

berbeda, meliputi (Pedoman Peninjauan Kembali RTRW

Kabupaten, Departemen Kimpraswil, 2002):

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-9 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 10: Metodologi RTRW

Tipologi A, dimana RTRW sah, terjadi simpangan kecil,

dan tidak terdapat perubahan faktor eksternal.

Tipologi B, dimana RTRW sah, terjadi simpangan kecil,

namun terjadi perubahan signifikan pada faktor-faktor

eksternal berpengaruh terhadap kinerja RTRWP.

Tipologi C, dimana RTRW sah, terjadi simpangan besar

dan perubahan-perubahan eksternal secara signifikan.

Tipologi D, dimana RTRW sah, terjadi simpangan yang

besar namun tidak terjadi perubahan pada faktor-

faktor eksternal.

Tipologi E, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan

kecil, dan faktor eksternal bertambah.

Tipologi F, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan

kecil, dan faktor eksternal tetap.

Tipologi G, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan

besar, dan faktor eksternal berubah.

Tipologi H, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan

besar, dan faktor eksternal tetap.

4. Tahap Peninjauan Kembali RTRWP Bengkulu

Pada tahap ini dilakukan beberapa kajian, penilaian dan

evaluasi terhadap faktor-faktor eksternal dan internal

yang berpengaruh terhadap simpangan-simpangan tampak

untuk melihat hubungan korelasi diantara faktor-faktor

tersebut, serta kuat lemahnya (signifikan) dampak-dampak

yang ditimbulkan terhadap RTRWP BENGKULU yang

bersangkutan, kegiatan ini antara lain:

a. Kajian/penilaian terhadap RTRWP BENGKULU dan sisi

kelengkapan materi dan proses penyusunan mengacu

kepada UUPR serta struktur dan pedoman teknis

penyusunan RTRWP

b. Evaluasi kemampuan RTRWP BENGKULU sebagai alat

perencanaan khususnya dalam identifikasi dan

pelaksanaan program dan proyek pembangunan yang

terkait dengan penataan ruang.

c. Penyesuaian terhadap materi RTRWP BENGKULU untuk

mengakomodasikan perubahan kebijaksanaan tujuan

dan sasaran pembangunan nasional, propinsi dan

terkait dengan pemanfaatan ruang.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-10 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 11: Metodologi RTRW

d. Evaluasi kemampuan RTRWP BENGKULU untuk

mengakomodasikan dinamika perkembangan

pemanfaatan ruang serta sekaligus melakukan

penyesuaian RTRWP. Jika dianggap materi RTRWP

BENGKULU tersebut tidak mampu menampung aspirasi

masyarakat/tuntutan pembangunan yang berkembang

pesat.

e. Evaluasi kesesuaian antara perwujudan struktur dan

pola pemanfaatan ruang yang ditetapkan pada RTRWP

BENGKULU yang dituju, serta menemukenali tindakan-

tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi

penyimpangan yang telah terjadi.

5. Perumusan Peninjauan kembali RTRWP Bengkulu

Peninjauan kembali ini tergantung dari Tipologi yang

didapat, Peninjauan kembali tipologi ini dapat berupa:

a. Pembakuan materi RTRWP BENGKULU jika berdasarkan

hasil peninjauan ditemukan bahwa materi RTRWP

BENGKULU yang ditinjau tidak memenuhi persyaratan

minimal sebagai RTRWP yang baku atau

b. Penyesuaian terhadap materi RTRWP BENGKULU agar

mampu mengakomodasikan perubahan kebijaksanaan/

tujuan/sasaran pembangunan dan dinamika

perkembangan pemanfaatan ruang, serta untuk

mengoreksi penyimpangan yang terjadi pada

perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang.

Bentuk dari kegiatan ini antara lain; penambahan-

penambahan komponen rencana

1) Perubahan (revisi) sebagai komponen rencana

2) Perumusan kembali kebijaksanaan dan startegi

pengembangan wilayah serta tujuan dan sasaran

pembangunan

3) Revisi Total seluruh komponen rencana atau

penyusunan kembali

c. Pemantapan, Pemanfaatan dan Pengendalian

Pemanfaatan RTRWP Bengkulu

Upaya-upaya pemantapan pemanfaatan RTRWP

BENGKULU dan pengendaliannya. Kegiatan ini antara

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-11 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 12: Metodologi RTRW

lain berupa desiminasi RTRWP BENGKULU sebagai

alat koordinasi, sebagai acuan pembangunan,

peninjauan kembali kegiatan pemantauan pelaporan

evaluasi dan sebagainya.

1). Tipologi A

Bila RTRWP BENGKULU ini sah, juga dengan

simpangan kecil, serta tidak terjadi perubahan

faktor eksternal.

Tidak perlu dilakukan tindakan tertentu karena

RTRWP BENGKULU masih ada, tidak perlu

dilakukan peninjauan kembali, dapat tetap

digunakan sebagai acuan dalam pembangunan

propinsi.

2) Tipologi B

Bila RTRWP BENGKULU sah, juga simpangan kecil,

sedangkan terjadi perubahan faktor eksternal.

Perlu dilakukan peninjauan kembali yang

disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal

seperti perubahan kebijaksanaan, adanya

peraturan atau rujukan baru, dinamika

pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi

atau paradigma atau nilai-nilai lainnya sehingga

ketentuan dalam RTRWP BENGKULU sudah tidak

berlaku lagi.

Maka aspek utama yang perlu diperhatikan dalam

proses peninjauan kembali adalah melakukan

pemutakhiran tujuan, sasaran, strategi dan

kebijaksanaan-kebijaksanaan agar sesuai dengan

dan mengakomodasikan perubahan-perubahan

eksternal.

Tata cara yang harus dilakukan adalah:

a) Masukan.

Identifikasi faktor-faktor eksternal yang

berpengaruh terhadap kinerja RTRWP

BENGKULU

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-12 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 13: Metodologi RTRW

b) Proses,

Kegiatan yang perlu dilakukan adalah:

Analisis hubungan faktor eksternal

terhadap kebijaksanaan pembangunan

daerah.

Analisis hubungan faktor eksternal

terhadap rencana struktur dan pola

pemanfaatan ruang wilayah.

Apabila faktor-faktor eksternal tidak

sejalan lagi dengan strategi pengelolaan,

arahan struktur dan pola pemanfaatan

ruang wilayah maka diperlukan:

Pemutakhiran tujuan dan sasaran

pembangunan daerah

Perumusan permasalahan pembangunan

dan pemanfaatan ruang wilayah

Perumusan kembali strategi

pengembangan wilayah.

c) Keluaran.

Rumusan Strategi Pengembangan wilayah

yang baru

Rumusan struktur dan pola pemanfaatan

ruang wilayah yang baru.

3) Tipologi C.

Bila RTRWP BENGKULU sah, terjadi simpangan

besar dan perubahan faktor eksternal secara

signifikan.

Perlu dilakukan peninjauan kembali yang

disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor

eksternal selain perlu pemantapan dalam

pemanfaatan dan pengendalian RTRWP BENGKULU

sehubungan adanya simpangan-simpangan yang

besar.

Tatacara peninjauan kembali sama dengan yang

dilakukan pada tipologi B namun perlu dilakuakn

upaya-upaya pemantapan, pemanfaatan dan

pengendalian. Peninjauan kembali tehadap

tipologi C ini dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-13 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 14: Metodologi RTRW

a) Masukan.

Identifikasi faktor-faktor eksternal yang

berpengaruh terhadap kinerja RTRWP

BENGKULU

b) Proses,

Kegiatan yang perlu dilakukan adalah:

Analisis hubungan factor eksternal

terhadap kebijaksanaan pembangunan

daerah.

Analisis hubungan faktor eksternal

terhadap rencana struktur dan pola

pemanfaatan ruang wilayah.

Apabila faktor-faktor eksternal tidak sejalan lagi

dengan strategi pengelolaan, arahan struktur dan

pola pemanfaatan ruang wilayah maka diperlukan:

Pemutakhiran tujuan dan sasaran

pembangunan daerah

Perumusan permasalahan pembangunan dan

pemanfaatan ruang wilayah

Perumusan kembali strategi pengembangan

wilayah.

c) Keluaran.

Rumusan Strategi Pengembangan wilayah

yang baru

Rumusan struktur dan pola pemanfaatan

ruang wilayah yang baru.

d) Pemantapan, Pemanfaatan dan Pengendalian.

Peninjauan kembali Pedoman

Pemanfaatan RTRWP BENGKULU sebagai

acuan pembangunan

Peningkatan Desiminasi RTRWP

BENGKULU ke setiap sektor dan RTRWP

BENGKULU sebagai acuan pembangunan

Peningkatan pemanfaatan RTRWP

BENGKULU sebagai dukumen acuan dalam

forum rapar koordinasi pembangunan

Peninjauan kembali kegiatan pemantauan

dan pelaporan secara kontinyu terhadap

program-program pembangunan dan

implementasi ruang

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-14 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 15: Metodologi RTRW

Peninjauan kembali kegiatan evaluasi

terhadap pelaksanaan program

implementasi ruang dan perizinan.

4) Tipologi D

Bila RTRWP BENGKULU sah, simpangan besar,

tidak terjadi perubahan faktor eksternal.

Pada dasarnya pada tipologi ini tidak perlu

dilakukan pemutakhiran RTRWP BENGKULU karena

rencana masih sahih dan tidak terjadi perubahan

eksternal seperti halnya pada tipologi A, namun

karena permasalahannya adalah terjadinya

simpangan pada pemanfaatan dan pengendalian

maka aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam

peninjauan kembali adalah sebagaimana yang

dilakukan pada tipologi C.

5) Tipologi E

Bila RTRWP BENGKULU tida sahih, simpangan

kecil, faktor eksternal berubah.

Untuk tipologi ini hal-hal yang perlu dilakukan

dalam peninjauan kembali yang disebabkan oleh

ketidak shihan rencana ditinjau aspek substansi

yang tidak memenuhi ketentuan prosedure dan

proses penyusunan rencana dan adanya perubahan

faktor-faktor eksternal yang perlu terakomodasi

seperti perubahan kebijaksanaan, adanya

peraturan atau rujukan baru, dinamika

pertumbuhan ekonomi atau paradigma baru

penataan ruang. Dengan demikian dalam

peninjauan kembali diperlukan langkah-langkah

menyeluruh terhadap perbaikan substansi rencana

dan penyesuauaian terhadap aspek eksternal.

Tata cara yang perlu dilakukan adalah:

a) Masukan.

Identifikasi faktor-faktor eksternal yang

berpengaruh terhadap kinerja RTRWP

BENGKULU

Identifikasi Kinerja RTRWP BENGKULU

(data analisis dan produk rencana)

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-15 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 16: Metodologi RTRW

Identifikasi pemanfaatan ruang yang

sedang berjalan

b) Proses,

Kegiatan yang perlu dilakukan adalah:

Analisis hubungan faktor eksternal

terhadap kebijaksanaan pembangunan

daerah.

Analisis hubungan faktor eksternal

terhadap rencana struktur dan pola

pemanfaatan ruang wilayah.

Apabila faktor-faktor eksternal tidak

sejalan lagi dengan strategi pengelolaan,

arahan struktur dan pola pemanfaatan

ruang wilayah maka diperlukan:

• Pemutakhiran tujuan dan sasaran

pembangunan daerah

• Perumusan permasalahan

pembangunan dan pemanfaatan

ruang wilayah

• Perumusan kembali strategi

pengembangan wilayah.

c) Keluaran.

Rumusan Strategi Pengembangan wilayah

yanng baru

Rumusan struktur dan pola pemanfaatan

ruang wilayah yang baru.

6) Tipologi F

Bila RTRWP BENGKULU tidak sahih, simpangan

kecil, faktor eksternal tetap.

Hal-hal yang perlu dilakukan pada tipologi ini

adalah revisi atau peninjauan kembali secara

menyeluruh dengan melakukan pemutakhiran

data, analisa rencana.

Tatacara pemutakhiran rencana yang perlu

dilakukan adalah:

a) Masukan.

Identifikasi Kinerja RTRWP BENGKULU

(data analisis dan produk rencana)

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-16 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 17: Metodologi RTRW

Identifikasi pemanfaatan ruang yang

sedang berjalan

b) Proses,

Kegiatan yang perlu dilakukan adalah:

Pemutakhiran data, analisis, dan produk

rencana disesuaikan dengan pemanfaatan

ruang yang sedanng berjalan yang

mengalami perubahan

Perumusan permasalahan pembangunan

dan pemanfaatan ruang wilayah.

Perumusan kembali konsep dan strategi

pengembangan wilayah

Perumusann kembali RTRWP BENGKULU

c) Keluaran.

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi

Bengkulu yang Baru

7) Tipologi G

Bila RTRWP BENGKULU tidak sahih, simpangan

besar, faktor eksternal berubah

Pada topologi G, hal-hal yang perlu dilakukan

adalah melakukan revisi secara menyeluruh

kinerja produk RTRWP BENGKULU yang berupa

pemutakhiran data, analisa dan rencana dengan

menyesuaikannya pada faktor-faktor eksternal

yang mengalami perubahan, dengan disertai

penekanan terhadap tindakan-tindakan untuk

peninjauan kembali pelaksanaan pemanfaatan

rencana, pengawasan dan penertiban dalam

proses pengendalian. Tata Cara yang perlu

dilakukan adalah:

a) Perumusan Rencana dan Penyesuaian

terhadap faktor-faktor eksternal.

Identifikasi Kinerja RTRWP BENGKULU

(data, analisa dan produk rencana)

Identifikasi pemanfaatan ruang yang

sedang berjalan

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-17 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 18: Metodologi RTRW

b) Proses,

Kegiatan yang perlu dilakukan adalah:

Analisis hubungan faktor eksternal

terhadap kebijaksanaan pembangunan

daerah.

Analisis hubungan faktor eksternal

terhadap rencana struktur dan pola

pemanfaatan ruang wilayah.

Pemutakhiran data, analisis, dan produk

rencana disesuaikan dengan pemanfaatan

ruang yang sedanng berjalan yang

mengalami perubahan

Perumusan permasalahan pembangunan

dan pemanfaatan ruang wilayah.

Perumusan kembali konsep dan strategi

pengembangan wilayah

c) Keluaran.

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi yang

baru

d) Pemantapan, Pemanfaatan dan Pengendalian.

Peninjauan kembali Pedoman

pemanfaatan RTRWP BENGKULU sebagai

acuan pembangunan

Peningkatan Dessiminasi RTRWP

BENGKULU kesetiap sektor dan RTRWP

BENGKULU sebagai acuan pembangunan

Peningkatan pemanfaatan RTRWP

BENGKULU sebagai dukumen acuan dalam

forum rapar koordinasi pembangunan

Peninjauan kembali kegiatan pemantauan

dan pelaporan secara kontinyu terhadap

program-program pembangunan dan

implementasi ruang

Peninjauan kembali kegiatan evaluasi

terhadap pelaksanaan program

implementasi ruang dan perizinan.

8) Tipologi H

Bila RTRWP BENGKULU tidak sah, simpangan

besar, faktor eksternal tetap.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-18 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 19: Metodologi RTRW

Pada tipologi ini. Hal yang perlu dilakuakn adalah

revisi atau peninjauan kembali secara menyeluruh

dengan melakukan pemutakhiran data, analisis

dan rencana, baik dalam proses penyusunan

maupun substansi yang ada di dalam produk

RTRWP BENGKULU yang ada dan Pemantapan dan

pengendalian. Tata Cara yang perlu dilakukan

adalah:

a) Pemutakhiran Rencana dan Penyusuan

Terhadap faktor-faktor eksternal

Identifikasi Kinerja RTRWP BENGKULU

(data, analisa dan produk rencana)

Identifikasi pemanfaatan ruang yang

sedang berjalan

b) Proses,

Kegiatan yang perlu dilakukan adalah:

Pemutakhiran data, analisis, dan produk

rencana disesuaikan dengan pemanfaatan

ruang yang sedanng berjalan yang

mengalami perubahan

Perumusan permasalahan pembangunan

dan pemanfaatan ruang wilayah.

Perumusan kembali konsep dan strategi

pengembangan wilayah

Penyusunan RTRWP BENGKULU

c) Keluaran.

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi

Bengkulu yang baru

d) Pemantapan, Pemanfaatan dan Pengendalian.

Peninjauan kembali Pedoman

pemanfaatan RTRWP BENGKULU sebagai

acuan pembangunan

Peningkatan Dessiminasi RTRWP

BENGKULU kesetiap sektor dan RTRWP

BENGKULU sebagai acuan pembangunan

Peningkatan pemanfaatan RTRWP

BENGKULU sebagai dukumen acuan dalam

forum rapar koordinasi pembangunan

Peninjauan kembali kegiatan pemantauan

dan pelaporan secara kontinyu terhadap

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-19 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 20: Metodologi RTRW

program-program pembangunan dan

implementasi ruang

Peninjauan kembali kegiatan evaluasi

terhadap pelaksanaan program

implementasi ruang dan perizinan.

6. Tahap Penyusunan RTRWP Bengkulu

a. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

Tahap ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi

kondisi awal wilayah dan kecenderungan

perubahannya. Data dan informasi yang dikumpulkan

dan diolah secara umum mencakup

Data dan Peta kebijakan pembangunan

Data dan Peta Kondisi Sosial Ekonomi

Data dan Peta Sumber Daya Manusia

Data dan Peta Sumber Daya Buatan

Data dan Peta Sumber Daya Alam

Data dan Peta Penggunaan Lahan

Data Kelembagaan

b. Tahap analisis

1) Analisis Sosial Ekonomi

Di bawah ini merupakan langkah-langkah

menganalisis sosial ekonomi , adalah sebagai

berikut :

Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi

Pada tahap ini diawali dengan menggali informasi-

informasi yang mengungkapkan keberadaan

lingkungan dan masyarakatnya secara umum.

Perumusan Masalah dan Penetapan Prioritas

Semua permasalahan dikumpulkan kemudian

dirumuskan dan ditentukan masalah yang perlu

diatasi terlebih dahulu (prioritas).

Identifikasi alternatif-alternatif pemecahan

masalah/pengembangan gagasan.

Dari prioritas masalah yang telah ditentukan

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-20 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 21: Metodologi RTRW

kemudian dibahas pemecahan masalah-masalah

melalui urun rembug dan pengembangan gagasan.

Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang

paling tepat guna.

Perencanaan dan Penyajian Rencana Kegiatan

Hasil kegiatan selanjutnya dapat dituangkan ke

dalam rencana kegiatan yang konkrit. Sebagai

masukan dalam peninjauan kembali dilakukan

pertemuan yang diikuti oleh berbagai kelompok

yang terlibat didalam perencanaan.

Pelaksanaan/Pengorganisasian

Pengorganisasian bisa sederhana atau bisa lebih

canggih dan mendasar sampai mengarah kepada

pengembangan kelembagaan kawasan perkotaan,

tergantung kepada kebutuhan dan tingkat

perkembangan perkotaan.

Pemantauan dan Pengarahan kegiatan

Semua kegiatan perlu dipantau secara

berkelanjutan untuk melihat kesesuaiannya

dengan rencana yang telah disusun.

Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut

Setelah tahapan kerja selesai, maka hasilnya

layak dievaluasi apakah sesuai dengan yang

diharapkan

2) Analisis Kebijaksanaan Pengembangan

Dalam sub bab ini, menjabarkan secara ringkas

cara-cara metodologi yang digunakan, terutama

dalam mendukung proses analisis untuk

menghasilkan keluaran produk dengan

menggunakan diagram berikut sebagai metodologi

untuk menghasilkan suatu kebijaksanaan.

Menghasilkan suatu kebijaksanaan adalah

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-21 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 22: Metodologi RTRW

pekerjaan yang tidak mudah dan pembuktiannya

baru diketahui setelah kebijaksanaan tersebut

diterapkan. Produk pekerjaan ini sangatlah

penting dan cukup strategis karena menyangkut

hidup orang banyak. Penetapan kebijaksanaan dan

arahan pembangunan prasarana dan sarana di

kawasan terbangun membutuhkan analisis cermat

dan hati-hati.

3) Analisis Regimal

Analisis fisik dasar dilakuakn untuk mengetahui

dan memahami kondisi fisik di Propinsi tersebut

yang mencakup kelerengan, Iklim dan geologi

kawasan setempat.

4) Anallisis Rrgional

Analisis Regional dilakukan untuk memahami

kedudukan dan keterkaitan propinsi dalam sistim

regional yang lebih luas dalam aspek sosial,

ekonomi, lingkungan dan

5) Analisis SDM

Analisis Sumber daya Manusia ditujukan untuk

mengatahui seberapa besar jumlah tenaga dan

kualitas tenaga kerja di propinsi tersebut untuk

dapat menunjang pembangunan di Provinsi

tersebut.

6) Analisis SDA

Analisis Sumber Daya Alam untuk mengetahui

potensi-potensi yang terkandung di Provinsi

tersebut untuk dapat ditingkatkan sebagai

komoditi unggulan untuk dikembangkan.

7) Annalisis SDB

Analisis Sumber daya Buatan ini sangat penting

dilakukan untuk mengetahui ketersediaam

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-22 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 23: Metodologi RTRW

imfrastruktur yang telah tersedia di Provinsi

tersebut.

8) Analisis Penggunaan Lahan

Analisis ini diperlukan untuk mengetahui pola dan

persebaran penggunaan lahan yang ada di

propvinsi Bnegkulu serta kecendrungan

penggunaan lahan di masa yang akan datang.

9) Analisis Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat serta sektor swasta dalam

pembangunan perekonomian serta pengoperasian

dan perawatan kota pada kenyataannya sudah

berjalan. Selain itu masyarakat maupun sektor

swasta diharapkan dapat berpartisipasi dalam

pembangunan sarana dan prasarana wilayah.

Persoalannya kini yaitu bagaimana menempatkan

pembangunan oleh masyarakat dalam kerangka

umum pembangunan wilayah. Kendati demikian

peran serta masyarakat dan swasta dalam

Gambar 3.3 Proses Analisis Kebijaksanaan

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-23 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

MasalahKebijaksanaan

PenyimpulanPraktis

Peramalan

HasilKebijaksanaan

Hasil GunaKebijaksanaan

AlernatifKebijaksanaan

Peliputan Evaluasi Rekomendasi

PerumusanMasalah

TindakanKebijaksanaan

Informasi yang Relevan dengan Kebijaksanaan

Metodologi untuk menganalisis

Page 24: Metodologi RTRW

Gambar 3.4 Skema Hubungan Pelaku (Stakeholders) Pembangunan

pembangunan prasarana secara formal masih

memerlukan pengkajian.

Bentuk kesepakatan lingkup peran serta

masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi

dalam tingkat-tingkat pengambilan keputusan

dalam metoda pengelolaan pembangunan.

PE M ER IN T A H

S W A STA /B IS N IS K E L . K O M U N IT A S

P E R O RA N G A N

Tero rganis ir secaraform a l, punya lega litas ,kom ers ia l sifatnya, c ir i:pro fit m otivated , unsur

pem bangunanm em punyai kepentingan

send iri

W asit , p unyakewenangan un tuk

inte rvensi, p engatur,provider, pencip ta iktlim ,pendorong: agar sum ber

daya dapat d ia rahkanuntuk tu juan tertentu

Untuk keperluan send iri,untuk keperluan

m enam bah pendapatan.

Terogran isir un tukm em bangun bersam a,non profit, keuntungan

un tuk m eningkatkankese jah teraan = dasar

perekonom ian Indonesia

a) Partisipasi dalam Kebijaksanaan

Pembangunan

b) Partisipasi dalam Perencanaan

c) Partisipasi dalam Perumusan Program dan

Proyek

d) Partisipasi dalam Pelaksanaan Program dan

Proyek

e) Partisipasi dalam Pengoperasian dan

Pemeliharaan.

Pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal ini

mempunyai peranan yang penting untuk

merangsang tumbuhnya serta mendukung semua

kegiatan-kegiatan di atas, misalnya dalam:

a) Penetapan fungsi dan tanggung jawab yang

jelas,

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-24 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 25: Metodologi RTRW

b) Menyediakan fasilitas sumber-sumber

pinjaman pembangunan,

c) Mengadakan kegiatan pendidikan aparat

daerah.

4) Analisis Kelembagaan

Pendekatan mekanisme kelembagaan dalam

pengembangan perekonomian masyarakat

memiliki pendekatan-pendekatan sebagai

berikut :

a) Perencanaan dan penyusunan program yang

lebih terpadu antar sektoral seperti sektor

perumahan, penyediaan sarana dan prasarana

dengan secara terpadu dan terkait dengan

rencana tata ruang/ kawasan

b) Penggalangan sumber pendanaan

pembangunan, baik dana sektoral maupun

daerah

c) Keseimbangan perencanaan dari atas ke

bawah dan dari bawah ke atas (disesuaikan

dengan kebijakan-kebijakan pembangunan

yang baru)

d) Penyusunan rencana dan program

dilaksanakan dengan memberikan perhatian

pada aspek ekonomi rakyat yang dapat

menunjang perekonomian wilayah.

c. Tahap Rencana

1) Arahan Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

2) Arahan Pengelolaan Lindung dan Budidaya

3) Arahan Pengelolaan Kawasan Pedesaan,

Perkotaan dan Tertentu

4) Arahan Pengembangan Kawasan Pemukiman

Kehutanan, Pertanian, Pertambangan,

Perindustrian, Pariwisata dan kawasan lainya

5) Arahan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman

Perdesaan dan Perkotaan

6) Arahan Pengembangan Sistem Sarana dan

Prasarana

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-25 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 26: Metodologi RTRW

Arahan Pengembangan Sistem Prasarana

Transportasi

Arahan Pengembangan Sistem Prasarana

Pengairan

Arahan Pengembangan Sistem Prasarana

Energi

Arahan Pengembangan Sistem Prasarana

Telekomunikasi

Arahan Pengembangan Sistem prasarana

Pengelolaan Lingkungan

Arahan Pengembangan Sistem Prasarana

Wilayah lainnya

7) Arahan pengembangan Kawasan yang

diprioritaskan

8) Arahan kebijakan Tataguna Tanah, Air, Udara, dan

Sumberdaya Alam Lainnya.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-26 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 27: Metodologi RTRW

3.2. Metodologi Peninjauan Kembali dan Penyusunan RTRW

Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Agam

Pada dasarnya, metodologi pengerjaan Peninjauan Kembali dan

Penyusunan RTRW Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten

Agam terdiri atas beberapa tahapan, yaitu 1) Kajian terhadap

keabsahan RTRW, 2) Kajian kepentingan Peninjauan Kembali

RTRW, 3) Penentuan tipologi Peninjauan Kembali RTRW, 4)

Perumusan Peninjauan Kembali RTRW, dan 5) Penyusunan

RTRW. Yang membedakan keduanya adalah kedalaman materi

yang dikaji.

1. Kajian Terhadap Keabsahan RTRW

Kajian ini ditujukan untuk mengevaluasi keabsahan produk

RTRW, baik dalam hal kelengkapan dan keabsahan data,

metoda dan hasil analisis, perumusan konsep dan strategi,

produk rencana tata ruang, maupun prosedur penyusunan.

Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metodologi

analisis komparatif antara aspek dalam produk RTRW

dengan ketentuan penilaian yang telah diatur dalam

Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten

(Departemen Kimpraswil, 2002). Analisis komparatif yang

dimaksud disini adalah bahwa komparasi yang dilakukan

tidak hanya membandingkan antara aspek yang ada dengan

ketentuan penilaian, namun jika memungkinkan dianalisis

lebih lanjut penyebab perbedaan atau perubahannya.

Dengan demikian, dari evaluasi ini diharapkan didapat

keluaran berupa aspek-aspek apa saja yang tidak sesuai

dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebagai

masukan dalam penentuan tipologi peninjauan kembali

seperti apa yang dibutuhkan.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-27 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 28: Metodologi RTRW

4

PENENTUAN TIPOLOGI PENYEMPURNAAN

1. Berdasarkan kelengkapan dan keabsahan data

2. Berdasarkan metoda dan hasil analisis

3. Berdasarkan perumusan konsep dan strategi

4. Berdasarkan produk rencana tata ruang

5. Berdasarkan prosedur penyusunan

1. Penambahan komponen rencana

2. Perbaikan sebagian komponen rencana

3. Perumusan kembali kebijakan dan strategi

4. Penyempurnaan total

TIPE A 1

2

TIPE B

TIPE C

TIPE D

TIPE E

TIPE F

3

TIPE G

TIPE H

1. Identifikasi faktor eksternal

2. Identifikasi penyimpangan

1. Rencana Struktur & Pola Pemanfaatan Ruang

2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya

3. Rencana Pengelolaan Kawasan Perdesaan, Perkotaan dan Tertentu

4. Rencana Sistem Prasarana Wilayah

5. Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan dan Sumberdaya alam lainnya.

6. Rencana Sistem Kegiatan Pembangunan

5

PENYUSUNAN RTRW

PERUMUSAN PENYEMPURNAAN

KAJIAN KEPENTINGAN

PENYEMPURNAAN

KAJIAN KEABSAHAN RTRW KAB. AGAM & KAB. INDERAGIRI HILIR

GAMBAR 3.5

METODOLOGI PENGERJAAN PENYEMPURNAAN RTRW KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN INDERAGIRI HILIR

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-28 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 29: Metodologi RTRW

TABEL 3.2

KRITERIA PENILAIAN DALAM PENINJAUAN KEMBALI DAN PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN INDERAGIRI HILIR

No Aspek Penilaian Kriteria Kesahan RTRW Kabupaten 1. Berdasarkan

kelengkapan dan keabsahan data

Dinyatakan lengkap dan sah apabila mencakup:

1. Data kebijakan pembangunan daerah, seperti kesimpulan PROPEDA, informasi arahan RTRWN, informasi arahan RTRW Pulau, RTRW Propinsi, RTRW Kabupaten, serta data perekonomian nasional.

2. Data karakteristik ekonomi, meliputi data PDRB kabupaten, produksi sektoral kabupaten, APBD kabupaten (5 tahun terakhir), serta investasi sektoral pembangunan di kabupaten.

3. Data kependudukan/demografi, meliputi data jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir, kepadatan penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk, dan penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan, yang dirinci menurut kota/kecamatan.

4. Data sumberdaya buatan, meliputi data sarana ekonomi, sarana sosial, sarana dan prasarana transportasi, yang dirinci per kecamatan, serta prasarana pengairan, sistem jaringan listrik, dan sistem telekomunikasi.

5. Data sumberdaya alam, meliputi peta dan data penggunaan tanah, hidrologi/sumberdaya air, topografi, geologi/sumberdaya mineral, kesesuaian lahan kegiatan budidaya, tataguna hutan, jenis tanah, dan iklim.

2 Berdasarkan metoda

dan analisis Dinyatakan lengkap jika sekurang-kurangnya mencakup analisis sebagai berikut:

1. Analisis kedudukan kabupaten dalam perwilayahan nasional dan pulau serta propinsi, serta hubungannya dengan kabupaten lain, meliputi:

• sistem jaringan transportasi nasional, pulau, propinsi

• arahan kebijakan RTRWN, RTRW pulau, RTRW propinsi, rencana strategi pengembangan wilayah regional, dll

• sistem perkotaan nasional, pulau, propinsi, dan regional

• fungsi dan peran kabupaten dalam lingkup nasional, pulau, dan propinsi berdasarkan aspek ekonomi, transportasi, dan pencapaian pembangunan nasional secara umum.

• sektor-sektor unggulan di kabupaten

2. Analisis demografi, untuk melihat profil dan perkembangan penduduk, meliputi analisis tingkat perkembangan, pergerakan penduduk antar dan dalam kabupaten, distribusi/kepadatan penduduk berdasarkan kecamatan, struktur pekerjaan penduduk dirinci berdasarkan kecamatan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja.

3. Analisis ekonomi wilayah, untuk melihat profil dan perkembangan ekonomi kabupaten, seperti struktur ekonomi kabupaten, terutama menyangkut keterkaitan antarsektor dan sektor unggulan, pertumbuhan ekonomi, pergerakan barang dan jasa, pola persebaran ekonomi dalam kabupaten dan keterkaitannya, serta potensi investasi.

4. Analisis fisik dan daya dukung lingkungan, meliputi analisis kendala fisik pengembangan kawasan budidaya (rawan gempa, banjir, longsor), lokasi dan kapasitas sumberdaya alam (air, tanah, hutan, dan mineral), serta kesesuaian lahan bagi pertanian pangan, perkebunan, dan kehutanan.

5. Analisis sarana dan prasarana, meliputi analisis kondisi, jenis, dan jumlah sarana sosial, ekonomi, transportasi, pengairan, listrik, dan telekomunikasi.

6. Analisis struktur dan pola ruang, untuk melihat kecenderungan perkembangan struktur dan pola, yang meliputi pola sebaran penduduk, kawasan budidaya, dan jaringan infrastruktur.

7. Analisis potensi dan kondisi SDA, SD buatan, dan SDM, yang dinyatakan lengkap apabila terdapat kesimpulan potensi sumberdaya alam yang ada, kemungkinan perkembangannya, dan keterbatasan pengembangannya.

8. Analisis keuangan dan kemampuan pembangunan daerah, mencakup analisis jumlah dan proporsi biaya pembangunan kabupaten, PAD dan subsidi dari pemerintah pusat/propinsi, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya (swasta, BLN, dll).

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-29 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 30: Metodologi RTRW

No Aspek Penilaian Kriteria Kesahan RTRW Kabupaten

3 Berdasarkan konsep

dan strategi Dinyatakan lengkap jika mencakup:

1. Rumusan permasalahan pembangunan kabupaten dan keterkaitannya dengan permasalahan pemanfaatan ruang

2. Rumusan konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah kabupaten

3. Penjabaran konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah kabupaten, meliputi strategi pengelolaan kawasan lindung dan budidaya; kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu; kawasan produksi dan permukiman, serta sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan; pengembangan sarana dan prasarana wilayah; pengembangan kawasan prioritas; serta penatagunaan tanah, air, udara, dan sumberdaya alam lainnya.

4 Berdasarkan produk

rencana tata ruang Dinyatakan lengkap jika mencakup:

1. Arahan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya

2. Arahan pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu

3. Arahan pengembangan kawasan budidaya, meliputi kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, industri, dan lainnya.

4. Arahan struktur tata ruang, meliputi arahan pengembangan sistem pusat permukiman (perkotaan dan perdesaan), sistem jaringan jalan, sistem transportasi lainnya, sistem jaringan energi/listrik, pengairan, telekomunikasi, air baku.

5. Arahan pengembangan kawasan prioritas.

6. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, meliputi kebijakan tata guna tanah, air, lahan, udara, dan sumberdaya alam lainnya.

5 Berdasarkan proses penyusunan

Dinyatakan lengkap jika: 1. Disusun berdasarkan pedoman teknis penyusunan yang berlaku. 2. Melibatkan tim teknis tata ruang propinsi serta pihak lain yang terkait (masyarakat dan pakar). 3. Melalui suatu proses konsensus dan musyawarah dalam mengalokasikan ruang sesuai dengan arahan rencana tata ruang yang lebih tinggi. 4. Disepakati oleh DPRD.

Sumber: Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Propinsi (Departemen Kimpraswil, 2002), Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002 Keterangan : Penggunaan ketentuan ini akan disesuaikan dengan ketersediaan data dan informasi

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-30 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 31: Metodologi RTRW

Untuk melakukan kajian ini, maka data yang diperlukan

adalah Dokumen RTRW, baik Buku Fakta Analisis, maupun

Buku Rencana. Dokumen ini diperoleh dengan melakukan

survei instansional terkait, dalam hal ini Pemerintah

Kabupaten atau Badan Perencanaan dan Pengembangan

Daerah (Bappeda) Kabupaten.

2. Kajian Kepentingan Peninjauan Kembali RTRW

Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi seberapa besar

penyimpangan arahan yang digariskan dalam RTRW sebagai

masukan dalam perlunya peninjauan kembali dan

penentuan tipologi Peninjauan Kembali yang akan

dilakukan. Untuk itu, kajian ini akan mencakup 1)

identifikasi terhadap adanya perubahan faktor-faktor

eksternal, 2) identifikasi besaran simpangan, dan 3)

identifikasi perlunya peninjauan kembali.

Identifikasi terhadap adanya perubahan faktor-faktor

eksternal dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

informasi menyangkut indikasi adanya perubahan akibat

pengaruh dari berbagai faktor eksternal, seperti :

peraturan dan rujukan yang baru

kebijakan pemerintah yang baru, baik di tingkat

pusat, daerah, maupun sektoral

adanya perubahan-perubahan dinamis akibat kebijakan

dan pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan fungsi

kota, adanya investasi properti skala besar dan

pembangunan infrastruktur yang mempengaruhi pola

dan struktur pengembangan wilayah, serta

dibangunnya pusat-pusat pelayanan baru

adanya paradigma baru dalam pembangunan dan atau

penataan ruang

Identifikasi ini dilakukan dengan metodologi deskriptif

analisis, artinya tidak hanya menjabarkan fakta adanya

faktor eksternal yang ada, tapi juga menganalisi lebih

lanjut mengenai dampak faktor tersebut terutama

terhadap penataan ruang wilayah.

Dari kajian ini diharapkan dapat diperoleh informasi

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-31 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 32: Metodologi RTRW

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-32 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

mengenai kebijakan dan perubahan kondisi internal di

wilayah propinsi/kabupaten yang dampaknya secara

signifikan mempengaruhi arahan pemanfaatan ruang yang

telah ada.

Sementara, identifikasi besaran simpangan dilakukan

untuk memperkirakan seberapa besar penyimpangan yang

terjadi, antara arahan kebijakan yang dirumuskan dalam

RTRW dengan wujud struktural pemanfaatan ruang yang

ada kenyataannya. Penyimpangan ini dapat berupa

penyimpangan dalam hal pemanfaatan maupun

pengendalian pemanfaatan. Masing-masing penyimpangan

memiliki kriteria tersendiri.

Identifikasi ini dilakukan dengan metodologi deskriptif

analisis kuantitatif, dimana penyimpangan akan

dibandingkan dengan total aspek yang dikaji (dalam hal ini

aspek terkait dengan kriteria penyimpangan seperti yang

dijabarkan dalam Box 1), diwujudkan dalam bentuk

persentase (%).

- Box 1 - Tidak menyimpang jika: Pemanfaatan ruang

- Benar-benar menjadi acuan pelaksanaan pembangunan, artinya menjadi dokumen resmi dalam Rakorbang Daerah dan didudukkan sejajar dengan Peraturan Daerah lainnya.

- Struktur dan pola pemanfaatan ruang benar-benar sesuai dengan arahan dalam RTRW

- Telah ditetapkan dan disahkan menjadi PERDA dan didiseminasikan ke setiap sektor.

- Menjadi acuan sektor dalam menyusun rencana, pembiayaan, dan tahapan program pembangunan serta telah menjadi acuan dalam pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang hirarki di bawahnya.

- Tidak menimbulkan konflik antarsektor atau tumpangtindih alokasi kegiatan sektor.

- Pemanfaatan ruang atas dasar RTRW tidak menimbulkan dampak yang bermasalah di masyarakat.

- Tidak ada pengaduan masyarakat yang menginformasikan ketidaksesuaian RTRW dengan kenyataan di lapangan.

Pengendalian pemanfaatan ruang

- Telah memiliki sistem informasi pemantauan dan pelaporan yang handal, cepat, dan informatif.

- Telah dilakukan mekanisme perijinan yang sesuai berdasarkan RTRWP dalam menentukan lokasi kegiatan.

- Telah dilakukan evaluasi pelaksanaan program-program pembangunan, implementasi ruang, serta perijinan pemanfaatan ruang.

- Telah dilakukan evaluasi terhadap kenyataan di lapangan akibat terjadinya terjadinya faktor eksternal (perubahan kebijakan dan rujukan)

- Diterapkan instrumen baru, seperti perangkat insentfi, agar selalu sesuai dengan arahan RTRWP

- Diterapkan denda/sangsi bagi yang melanggar arahan dalam RTRW

Page 33: Metodologi RTRW

Untuk melakukan kedua identifikasi tersebut dibutuhkan

dukungan data dan informasi, yang diperoleh melalui:

a. Diskusi lintas sektoral yang melibatkan seluruh dinas

atau instansi teknis terkait dengan pengembangan

wilayah. Diskusi dilakukan dengan maksud untuk

bertukar informasi mengenai isu-isu permasalahan

yang ada, terutama menyangkut pelaksanaan

kebijakan pemanfaatan ruang wilayah, konfirmasi

kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan dalam

rangka pengembangan wilayah, dll.

b. Pengumpulan seluruh dokumen-dokumen kebijakan

yang dianggap dapat mempengaruhi kebijakan

penataan ruang yang digariskan dalam RTRW, baik di

tingkat nasional maupun daerah.

c. Kondisi penggunaan ruang atau tutupan saat ini.

Lebih lanjut, hasil kedua identifikasi tersebut menjadi

input/masukan dalam mengidentifikasi perlunya

peninjauan kembali terhadap RTRW Kabupaten Agam.

Peninjauan kembali akan dibutuhkan apabila salah satu

kriteria terpenuhi, apakah terdapat perubahan kebijakan

skala besar, terdapat faktor internal yang belum

dipertimbangkan, atau terjadi penyimpangan yang cukup

besar.

3. Penentuan Tipologi Peninjauan Kembali RTRW

Kajian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tipologi

peninjauan kembali seperti apa yang dibutuhkan oleh

RTRW Kabupaten Agam dan Kabupaten Inderagiri

Hilirberdasarkan pertimbangan keabsahan RTRW dan

tingkat keperluan peninjauan kembali yang tergambar dari

adanya perubahan faktor eksternal dan adanya

penyimpangan.

Terdapat 8 tipologi peninjauan kembali dengan

karakteristik dan kebutuhan Peninjauan Kembali yang

berbeda, meliputi (Pedoman Peninjauan Kembali RTRW

Kabupaten, Departemen Kimpraswil, 2002):

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-33 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 34: Metodologi RTRW

Tipologi A, dimana RTRW sah, terjadi simpangan kecil,

dan tidak terdapat perubahan faktor eksternal.

Tipologi B, dimana RTRW sah, terjadi simpangan kecil,

namun terjadi perubahan signifikan pada faktor-faktor

eksternal berpengaruh terhadap kinerja RTRWP.

Tipologi C, dimana RTRW sah, terjadi simpangan besar

dan perubahan-perubahan eksternal secara signifikan.

Tipologi D, dimana RTRW sah, terjadi simpangan yang

besar namun tidak terjadi perubahan pada faktor-

faktor eksternal.

Tipologi E, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan

kecil, dan faktor eksternal bertambah.

Tipologi F, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan

kecil, dan faktor eksternal tetap.

Tipologi G, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan

besar, dan faktor eksternal berubah.

Tipologi H, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan

besar, dan faktor eksternal tetap.

4. Perumusan Peninjauan Kembali RTRW

Kajian ini ditujukan untuk mengidentifikasi seperti apa

bentuk Peninjauan Kembali rencana tata ruang yang perlu

dilakukan. Identifikasi ini akan sangat bergantung pada

tipologi peninjauan kembali. Peninjauan Kembali dapat

berupa penambahan komponen rencana, perbaikan

sebagian komponen rencana, perumusan kembali kebijakan

dan strategi pengembangan wilayah serta tujuan dan

sasaran pembangunan, atau Peninjauan Kembali total

terhadap keseluruhan komponen.

Masing-masing tipologi peninjauan kembali membutuhkan

pendekatan Peninjauan Kembali yang berbeda-beda:

Tipologi A, tidak memerlukan Peninjauan Kembali,

karena RTRW masih relevan digunakan sebagai acuan

pembangunan.

Tipologi B, memerlukan peninjauan kembali faktor

eksternal untuk merumuskan kembali tujuan, sasaran,

strategi, dan kebijakan yang lebih sesuai dengan

faktor tersebut.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-34 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 35: Metodologi RTRW

Tipologi C, memerlukan peninjauan kembali faktor

eksternal serta pemantapan dalam pemanfaatan dan

pengendalian RTRW untuk meminimasi penyimpangan.

Tipologi D, memerlukan pemantapan dalam

pemanfaatan dan pengendalian RTRW untuk

meminimasi penyimpangan.

Tipologi E, memerlukan perbaikan substansi rencana

dan penyesuaian aspek eksternal.

Tipologi F, memerlukan Peninjauan Kembali

menyeluruh dengan melakukan up dating data,

analisa, dan rencana.

Tipologi G, memerlukan Peninjauan Kembali

menyeluruh dengan melakukan up dating data,

analisa, dan rencana, termasuk penyesuaian terhadap

faktor eksternal dan perumusan tindakan untuk

Peninjauan Kembali pelaksanaan pemanfaatan.

Tipologi G memerlukan Peninjauan Kembali

menyeluruh dengan melakukan up dating data,

analisa, dan rencana, termasuk penyesuaian terhadap

faktor eksternal dan perumusan tindakan untuk

pemanfaatan dan pengendalian.

5. Penyusunan RTRW

Tahapan ini merupakan inti dari keseluruhan tahapan

kegiatan. Setelah melakukan proses Peninjauan Kembali

RTRW Kabupaten Agam/Kabupaten Indragiri Hilir, maka

tahap ini mencoba menyusun sebuah Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten yang baru. Seperti umumnya proses

penyusunan RTRW Kabupaten, tahapan ini secara garis

besar meliputi tahapan:

a. Persiapan

b. Perencanaan

1) Pengumpulan serta pengolahan data dan informasi

2) Analisis Wilayah

3) Perumusan masalah pembangunan dan

pemanfaatan ruang

4) Perumusan konsep dan strategi Tata Ruang

Wilayah Kabupaten

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-35 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 36: Metodologi RTRW

5) Perumusan RTRW Kabupaten

Perumusan konsep dan strategi mengacu pada tujuan

pembangunan pada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi

(dalam hal ini Propinsi) dan visi pembangunan Daerah yang

akan diwujudkan, dengan memperhatikan hasil Peninjauan

Kembali RTRW.

Perumusan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten sendiri

meliputi:

a. Rencana Struktur & Pola Pemanfaatan Ruang

b. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya

c. Rencana Pengelolaan Kawasan Perdesaan, Perkotaan

dan Tertentu

d. Rencana Sistem Prasarana Wilayah

e. Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan dan

Sumberdaya alam lainnya.

f. Rencana Sistem Kegiatan Pembangunan

6) Indikasi Kawasan Prioritas Pembangunan

7) Indikasi Program Pembangunan

Dalam teknis pelaksanaannya, kegiatan penyusunan RTRW

Kabupaten mencakup tinjauan eksternal, tinjauan

internal, kemudian analisis keunggulan dan kinerja

Kabupaten, untuk kemudian menentukan visi dan misi

perencanaan Tata Ruang Kabupaten Agam dan Kabupaten

Inderagiri Hilir.

Karena cakupannya meliputi seluruh wilayah Kabupaten,

maka penetapan batas wilayah perencanaan penting untuk

dilakukan dan disepakati dengan seluruh stakeholder yang

ada di Kabupaten Agam maupun Kabupaten Inderagiri Hilir.

Langkah ini perlu disepakati sejak awal, untuk menentukan

tahapan berikutnya.

Termasuk dalam proses penyusunan RTRW adalah perkiraan

kebutuhan penyediaan prasarana dan perumusan RTRW

Kabupaten Agam dan Kabupaten Inderagiri Hilir.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-36 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 37: Metodologi RTRW

GAMBAR 3.6

METODOLOGI PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN INDERAGIRI HILIR

TINJAUAN EKSTERNAL KAB. AGAM/INHIL

1. Kebijaksanaan Pembangunan

2. Kondisi regional Kabupaten Agam dan Kabupaten Inderagiri Hilir(tingkat Propinsi Sumatera Barat)

Kondisi Ekonomi Kondisi Sosial Budaya Kondisi Sistem Transportasi Regional

1. Kondisi Sosial Ekonomi Kabupaten Agam

2. Kependudukan Kabupaten Agam

3. Sumberdaya buatan Kabupaten Agam

4. Sumberdaya Alam Kabupaten Agam

5. Kondisi Alam fisik/Lingkungan Kabupaten Agam

KINERJA KABUPATEN AGAM/INHIL • Potensi dan Permasalahan

Pengembangan Kab. Agam/INHIL

PERUMUSAN RTRW KABUPATEN AGAM/INHIL

KEUNGGULAN KABUPATEN AGAM/INHIL

• Fungsi dan Peran Kab. Agam/INHIL

• Peluang dan Tantangan Pengembangan Kab.

TINJAUAN INTERNAL

VISI, MISI, TUJUAN PENGEMBANGAN

Kabupaten

Permasalahan Pembangunan dan

Pemanfaatan Ruang Kab Agam/INHIL

Tujuan Penataan Ruang Kab Agam/INHIL

Perumusan Konsep & Strategi Penataan Ruang

Diskusi & Konsultasi

KAB AGAM/INHIL 1. Tujuan & Rencana Struktur Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Agam

2. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-37 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 38: Metodologi RTRW

3.3. Metode Penyusunan RTRW Kota Pariaman

Metodologi penyusunan RTRW Kota Pariaman, yaitu terdiri dari

1) kajian kondisi eksternal, 2) kajian kondisi internal, 3) kajian

strategi pengembangan, serta 4) perumusan rencana tata

ruang.

1. Kajian Eksternal Kota

Merupakan kajian terhadap faktor-faktor determinan yang

dianggap cukup mempengaruhi penataan ruang di Kota

Pariaman. Yang termasuk faktor-faktor determinan ini

meliputi:

a. Kebijakan penataan ruang, seperti RTRWN, RTRW

pulau, dan RTRW propinsi

b. Kebijakan perwilayahan propinsi dan regional

c. Kebijakan daerah, seperti PROPEDA dll

Kajian dilakukan dengan menggunakan metodologi

deskriptif analisis, artinya tidak hanya menjabarkan fakta

pengaturan yang ada, tapi juga menganalisis lebih lanjut

dan mendalam mengenai kekurangan dan kelebihan dari

kebijakan-kebijakan tersebut.

Dari kajian kebijakan diharapkan didapat keluaran berupa

keunggulan pengembangan kota, berupa bagaimana fungsi

dan peran yang dibebankan pada kota dalam lingkup

regional serta seberapa besar dan bagaimana peluang dan

tantangan pengembangan kota sebagai konsekuensinya

dalam lingkup regional.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-38 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 39: Metodologi RTRW

GAMBAR 3.7

METODOLOGI PEKERJAAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA PARIAMAN

TINJAUAN EKSTERNAL KOTA PARIAMAN

1. Tinjauan RTRW Nasional 2. Kebijakan

pembentukan Kota Pariaman

3. Tinjauan RTRW Propinsi Sumatera Barat

4. Perwilayahan di Propinsi Sumatera Barat

5. Dll

TINJAUAN INTERNAL KOTA PARIAMAN

1. Tinjauan sosial kependudukan

2. Tinjauan pertumbuhan perekonomian kota

3. Tinjauan daya dukung fisik dan lingkungan

4. Tinjauan daya dukung prasarana dan fasilitas kota

5. Program pembangunan kota

KINERJA KOTA PARIAMAN • Potensi dan Permasalahan

Pengembangan Kota

VISI, MISI, TUJUAN PENGEMBANGAN KOTA

PERUMUSAN RTRW KOTA PARIAMAN

1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

2. Rencana pengelolaan kawasan lindung, budidaya perkotaan, dan kawasan tertentu.

3. Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, dan Sumberdaya Lainnya

4. Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang

KEUNGGULAN KOTA PARIAMAN • Fungsi dan Peran Kota • Peluang dan Tantangan

Pengembangan Kota

e

PERKIRAAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOTA

1. Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan

2. Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi kota

3. Perkiraan kebutuhan pengembanganfasilitas sosial ekonomi

4. Perkiraan kebutuhan lahan perkotaan

5. Perkiraan kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan

d

c

a

b

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-39 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 40: Metodologi RTRW

Untuk melakukan kajian-kajian tersebut dibutuhkan

dukungan data dan informasi. Data dan informasi

pendukung diperoleh dengan melakukan survei primer dan

sekunder dalam bentuk:

a. Diskusi lintas sektoral, dihadiri oleh seluruh dinas atau

instansi teknis terkait dengan penataan ruang kota. Diskusi

dilakukan dengan maksud untuk saling bertukar informasi

mengenai isu pembangunan yang terjadi saat ini sebagai

masukan dalam perumusan isu dan permasalahan

pengembangan yang akan mendasari perumusan rencana

tata ruang kota.

b. Kunjungan instansional untuk memperoleh dokumen-

dokumen kebijakan terkait, seperti Dokumen RTRWN, RTRW

Pulau Sumatera, RTRW Propinsi Sumatera Barat, dll

c. Pencarian data dan informasi melalui media internet

dengan mencari situs-situs terkait dengan Kota Pariaman

termasuk wilayah di sekelilingnya untuk mendapatkan

gambaran kota dalam konstelasi regional.

2. Kajian Internal Kota

Merupakan kajian terhadap local content kota yang dapat

menjadi modal bagi pembangunan. Kajian ini akan

mencakup:

a. Analisis perkembangan sosial kependudukan, yang

ditujukan untuk nelihat gambaran kegiatan sosial

kependudukan, seperti tingkat pertumbuhan

penduduk, ukuran keluarga, budaya, atau aktivitas

sosial (termasuk migrasi).

b. Analisis prospek ekonomi perkotaan, yang ditujukan

untuk melihat gambaran sektor-sektor pendorong

ekonomi kota, seperti ketenagakerjaan, PDRB,

kegiatan usaha, dan perkembangan penggunaan lahan

dan produktivitasnya.

c. Analisis daya dukung fisik dan lingkungan, yang

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-40 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 41: Metodologi RTRW

ditujukan untuk melihat kemampuan fisik dan

lingkungan kota dalam mendukung perkembangan di

masa mendatang, seperti kondisi penggunaan lahan,

bentang alam, geografis, sumberdaya air, topografi,

dll.

d. Analisis dukungan prasarana dan fasilitas perkotaan,

yang ditujukan untuk melihat kondisi tingkat

pelayanan sarana kota dalam mendukung kegiatan

masyarakat.

e. Analisis kebijakan daerah, seperti PROPEDA, Renstra,

dll.

Kajian dilakukan dengan menggunakan metodologi

deskriptif analisis kualitatif dan kuantitatif. Untuk

menunjang deskriptif analisis kuantitatif akan digunakan

beberapa teknik analisis yang umumnya digunakan.

Dari kajian kebijakan diharapkan didapat keluaran berupa

gambaran kinerja kota yang menjadi potensi dan

permasalahan dalam pembangunan kota.

Untuk melakukan kajian-kajian tersebut dibutuhkan

dukungan data dan informasi, seperti:

Data kependudukan, menyangkut jumlah,

perkembangan, kepadatan, struktur penduduk

berdasarkan agama, mata pencaharian, tingkat

pendidikan, dll

Data perekonomian kota, menyangkut perkembangan

PDRB kota, produksi dan produktivitas kegiatan

ekonomi, dll

Data fisik dan lingkungan, seperti peta dan data

perkembangan penggunaan lahan, fisiografis, geologi,

kesesuaian lahan kehutanan dan pertanian, dll.

Data sarana dan prasarana kota, seperti jumlah dan

sebaran sarana sosial (pendidikan, peribadatan,

kesehatan) dan ekonomi (pasar, pertokoan), jaringan

transportasi, jaringan listrik, air bersih, dll.

Dokumen Propeda, Renstra, dll.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-41 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 42: Metodologi RTRW

Data dan informasi pendukung diperoleh dengan

melakukan survei primer dan sekunder dalam bentuk:

a. Kunjungan instansional untuk memperoleh data yang

sifatnya dokumentasi, seperti Kota Dalam Angka yang berisi

informasi kependudukan, perekonomian, dan prasarana

pendukung serta kebijakan daerah seperti Propeda,

Renstra, dll.

b. Wawancara semi terstruktur dengan tokoh-tokoh

masyarakat untuk memperoleh informasi terkait dengan

kegiatan dan kebiasaan masyarakat setempat, kebutuhan

dan keinginan masyarakat terhadap kota di masa

mendatang, dll. Wawancara semi terstruktur merupakan

suatu bentuk wawancara yang hanya menggunakan

beberapa pertanyaan pokok sebagai pedoman. Bentuk

seperti ini lebih bermanfaat karena dapat pula menjaring

informasi yang sifatnya kualitatif dan sebab-akibat.

c. Survei primer, untuk memperoleh gambaran konkrit

penggunaan lahan saat ini dan kondisi kota pada umumnya.

Survei primer untuk memperoleh penggunaan lahan akan

didukung oleh teknologi citra satelit seperti yang akan

diuraikan pada Subbab 4.3.

3. Perumusan Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Kota

Tahap ini ditujukan untuk merumuskan bagaimana dan ke

mana pengembangan kota akan dilakukan, dengan potensi,

permasalahan, peluang, dan tantangan yang dimiliki kota.

Perumusan ini dilakukan dengan memadukan keunggulan

kota (Subbab 3.2.1) dengan kinerja kota (Subbab 3.2.2)

menggunakan deskriptif analisis. Dari tahapan ini

diharapkan diperoleh keluaran berupa visi, misi, tujuan,

dan strategi pemanfaatan, pengelolaan, dan pengendalian

ruang kota.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-42 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 43: Metodologi RTRW

Strategi pada dasarnya merupakan bagaimana kota

memanfaatkan potensi dan peluang yang dimilikinya,

meminimasi permasalahan yang ada, serta menjawab

tantangan dalam kerangka pembangunan di masa

mendatang.

4. Perumusan Perkiraan Kebutuhan Pengembangan Kota

Tahap ini bertujuan untuk merumuskan bagaimana tujuan

dan strategi yang telah dirumuskan dijabarkan ke dalam

perkiraan kebutuhan pengembagan fungsional pusat dan

kawasan serta kebutuhan keterkaitan fungsional pusat dan

wilayah pengaruhnya.

Perkiraan kebutuhan pengembangan yang akan dikaji

meliputi kebutuhan pengembangan kependudukan,

ekonomi perkotaan, fasilitas sosial dan ekonomi, lahan

perkotaan, serta sarana dan prasarana perkotaan.

Perumusan perkiraan ini akan dilakukan dengan

menggunakan analisis kuantitatif yang didukung dengan

teknik analisis dan ketentuan yang mengatur. Yang

dimaksud dengan ketentuan yang mengatur adalah standar

teknis terkait, misalnya Pedoman Perencanaan Lingkungan

Permukiman Kota (Ditjen Cipta Karya Departemen PU,

1987) sebagai panduan dalam memperkirakan kebutuhan

akan sarana kota didasari pada perkiraan jumlah

penduduk yang akan dilayani.

Namun demikian, penggunaan standar teknis tersebut

tidak semata-mata mutlak dilakukan, namun akan

disesuaikan dengan kondisi kota, serta kebutuhan dan

keinginan masyarakat.

Untuk melakukan kajian ini maka dibutuhkan masukan dari

hasili analisis kondisi internal kota (Subbab 3.2.2).

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-43 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 44: Metodologi RTRW

5. Perumusan Rencana Tata Ruang Kota

Tahapan ini ditujukan untuk merumuskan bagaimana

tujuan pengembangan dan kebutuhan akan pengembangan

dialokasikan ke dalam ruang. Rumusan ini diwujudkan

dalam bentuk rencana tata ruang yang terdiri dari:

a. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang kota,

yang mengatur tentang:

1) Struktur pemanfaatan ruang, mencakup arahan:

a) pengembangan dan distribusi penduduk di

setiap kawasan permukiman

b) sistem pusat pelayanan perkotaan (fungsi

primer dan sekunder), dengan

pengelompokkan pusat perdagangan,

pendidikan, kesehatan, serta rekreasi dan OR

c) sistem transportasi, dengan pengelompokkan

angkutan jalan raya, kereta api, angkutan

laut, ASDP, dan angkutan udara

d) sistem jaringan utilitas, mencakup

telekomunikasi, energi, pengairan, dan

prasarana pengelolaan lingkungan dengan

kedalaman materi hingga jaringan sekunder.

2) Pola pemanfaatan ruang, mencakup arahan

pengembangan kawasan budidaya perkotaan

(perumahan dan permukiman, perdagangan dan

jasa, industri, pendidikan, perkantoran

pemerintah dan niaga,terminal / pelabuhan /

bandara, pertanian / perkebunan / peternakan /

perikanan, TPU, dan TPA) serta arahan

pengembangan pengembangan kawasan lindung

(resapan air, sempadan, tahura, cagar alam dan

budaya, rawan bencana, dll).

a) Rencana pengelolaan kawasan lindung,

budidaya perkotaan, dan tertentu, yang

mengatur tentang:

Pengelolaan kawasan perkotaan,

meliputi penanganan lingkungan kota

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-44 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 45: Metodologi RTRW

(peremajaan, re-settlement, guided land

development, perbaikan, pembaharuan,

dll), pengaturan kepadatan bangunan,

pengaturan ketinggian bangunan, serta

penataagunaan tanah, air, udara, dan

sumberdaya lainnya.

Pengelolaan kawasan tertentu, yang akan

disesuaikan dengan kebutuhan dan tetap

menjamin keserasiannya dengan

pengelolaan kawasan perkotaan.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-45 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 46: Metodologi RTRW

3.4. Metodologi Penyusunan RDTR Kota Inderalaya/Kawasan

Rempang Galang

3.4.1 Metode Pendekatan

Sesuai dengan sifat bantuan teknis yang akan diberikan untuk

masing-masing kelompok wilayah perencanaan, maka secara

umum pendekatan yang akan digunakan dalam penyusunaan ini

untuk masing-masing kawasan akan dilakukan dengan

membentuk team teknis di daerah yang secara paralel akan

bekerjasama dengan konsultan dalam melaksanakan

penyusunan ini. Pembentukan team teknis di daerah akan

dimulai segera saat melakukan survei pendahuluan di daerah.

Konsultan sebagai mitra dari pemerintah pusat dalam

memberikan bantuan teknis kepada daerah, lebih banyak akan

bertindak sebagai fasilitator yang dilakukan saat diskusi-

diskusi pembahasan, segala masukkan tentang konsep, strategi

dan perumusan masalah penataan ruang di daerah

perencanaan masing-masing daerah penerima bantuan teknis,

dirumuskan oleh team teknis setelah mengadakan diskusi

secara terus menerus dengan para stake holders di daerah.

Dengan demikian pergeseran paradigma dalam tugas dan

kewajiban pemerintah pusat sebagai ikut bertanggung jawab

dalam pembinaan penataan ruang di daerah, dikembalikan

kepada pemerintaah daerah dengan semangat Otonomi daerah,

dimana daerah akan lebih banyak berperan dalam penataan

ruang di daerahnya masing-masing.

3.4.2 Analisis Kondisi Fisik Wilayah Perencanaan

Analisis dilakukan dengan memanfaatkan data –data yang telah

ada sebelumnya seperti citra satelit, peta topografi, peta

garis peta geologi, peta tanah, dan peta-peta tematik lainnya.

Tata cara perolehannya dapat diuraikan satu persatu sebagai

berikut

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-46 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 47: Metodologi RTRW

1. Pengadaan Peta liputan lahan Skala 1 : 250.000, 1 :

50.000, 1 : 20.000, dan 1 : 5000

Perkembangan teknologi pemetaan yang begitu cepat,

membuat pemenuhan kebutuhan peta liputan lahan

menjadi lebih cepat dan akurat. Teknik tersebut diperoleh

dengan memanfaatkan Citra Satelit dengan resolusi yang

memadai sesuai kebutuhan data yang diinginkan. Untuk

mendapatkan kondisi awal perencanaan dari lokasi

pengamatan yang di amat, diperlukan teknologi yang

mampu menyajikan informasi secara cepat dan akurat,

atas dasar tersebut dalam usaha memenuhi kebutuhan

informasi seperti yang diinginkan dalam pekerjaan ini

untuk mendapatkan informasi bagi keperluan penyusunan

rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten, akan digunakan citra satelit

dengan resolusi minimal 20 m, seperti SPOT, Landsat ETM

+7, dan sejenisnya tergantung mana yang diperoleh lebih

cepat dengan waktu penyiaman yang terbaru Tahun 2002

Ke atas.

Sementara itu untuk mendapatkan informasi yang terbaru

tentang liputan lahan untuk Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kota akan digunakan

citra satelit dengan resolusi yang lebih tinggi minimal 2

m, untuk mendapatkan informasi dalam skala 1 : 10.000 –

1 : 20.000 untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan 1 :

5000 untuk Rencana Detail Tata Ruang Kota, seperti

pemanfaatan IKONOS, dsb, tergantung mana yang dicapai

lebih dahulu untuk mendapatkan data tersebut. Karena

biasanya pemesanan dan perolehan akan diperoleh pada

saat yang amat panjang, misalnya sampai sembilan puluh

hari kalender.

Tata cara yang harus digunakan dalam teknik ini adalah

seperti lazimnya dalam tahapan interpretasi penginderaan

jauh, yang meliputi, orientasi geometric, pengukuran titik

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-47 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 48: Metodologi RTRW

control dasar tanah melalui penentuan titik dengan GPS,

interpretasi citra digital (digital image processing), hingga

pekerjaan kartografis. Karena pemanfaatan liputan lahan

ini akan digunakan untuk analisis spasial dalam analisis

dan penyusunan Rencana Tata Ruang dengan

memanfaatkan teknik Sistem Informasi Geografis (SIG)

atau GIS, maka proses interpretasi akan dilakukan secara

digital, sehingga hasil interpretasi dan penggambaran

sudah dalam bentuk digital.

2. Penyiapan Peta Dasar Skala 1 : 250.000, Skala 1 :

50.000; Skala 1 : 20.000 dan Skala 1 : 5.000

Teknik yang digunakan dalam penyediaan peta-peta dasar

seperti tersebut di atas, dilakukan dengan memanfaatkan

teknik overlai peta liputan lahan sebagai hasil dari

interpretasi citra satelit dengan peta dasar dari Peta

Topografi Skala 1 : 250.000 dan skala 1 : 50.000 untuk

peta Provinsi dan Kabupaten, serta peta garis skala 1 :

10.000 untuk Skala Kota. Biasanya peta dasar dalam skala

1 : 20.000 atau yang lebih besar sulit di dapat untuk

wilayah Sumatera. Atas dasar tersebut di atas, maka

digunakan peta satelit dengan resolusi yang lebih baik

dengan pengukuran titik control yang akurat (teknik GPS)

yang dilakukan dengan penentuan titik di lapangan.

Sehingga peta dasar didapat dari hasil deliniasi citra

satelit seperti citra Ikonos, melalui digital image

processing.

3.4.3. Analisis Daya Dukung Lingkungan

Analisis ini dimaksudkan untuk memahami kondisi dan daya

dukung lingkungan alami maupun buatan manusia. Disamping

untuk memahami tingkat perkembangan pemanfaatan

sumeberdaya setempat meliputi sumberdaya lahan/tanah, air,

udara, hutan dan sumeberdaya alam lainnya, serta potensi

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-48 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 49: Metodologi RTRW

yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam menunjang

pengembangan wilayah yang bersangkutan.

1. Analisis Sumberdaya Tanah

Analisis sumberdaya lahan/tanah dimaksudkan untuk

melakukan kajian-kajian terhadap :

a. Ketersediaan dan bentuk-bentuk penyediaan dan

pengembangan lahan untuk kegiatan-kegiatan

produksi dan permukiman (izin lokasi, izin

penguasaan/penggunaan, izin pelaksanaan

pembangunan) serta pelaksanaan pembangunan

b. Tingkat produktivitas tanah, sebaran status

penguasaan lahan (hak milik, hak guna usaha, hak

guna bangunan, hak sewa, hak gadai), luas

penguasaan/pemilikan, nilai/harga lahan, dsb.

c. Bentuk-bentuk perubahan fungsi kawasan/lahan

antara lain : peningkatan intensitas kegiatan,

perubahan kegiatan, perluasan/invasi kegiatan,

konversi lahan dan sebagainya serta kecenderungan-

kecenderungan perubahan tersebut.

d. Sebaran penggunaan lahan serta intensitas

kegiatannya yang ada antara lain untuk kegiatan-

kegiatan pemukiman, perkebunan, industri,

pertambangan, pertanian pangan, perikanan,

peternakan, pariwisata, hutan lindung, cagar alam,

suaka margasatwa, hutan produksi tetap, hutan

produksi terbatas, huatn yang dapat dikonversi dsb.

2. Analisis Sumberdaya Air

Dimaksudkan untuk melakukan pemahaman terhadap :

a. Sebaran sumber-sumber air (danau, waduk, sungai,

air tanah, dsb.) dan ketersediaannya serta periraan

kapasitas produksi/potensi air baku yang

dimungkinkan dapat dikembangkan untuk mendukung

pengembangan wilayah atau kawasan serta

kemungkinan pengembangan sumber baru.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-49 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 50: Metodologi RTRW

b. Kondisi yang ada (existing) dari pemanfaatan air baku

untuk kegiatan industri, pertanian tanaman pangan,

perkebunan, perikanan, dsb. Baik dari jumlah, mutu

maupun aspek ruang dan waktu.

c. Kemungkinan-kemungkinan distribusi/alokasi

pemanfaatan air baku dari lokasi-lokasi sumber ke

lokasi-lokasi kegiatan yang membutuhkannya.

d. Kemungkinan perluasan dan pengembangan kawasan

budidaya pantai, perairan dalam, selat, laut dan

pemanfaatan zona ekonomi ekslusif.

3. Analisis Sumberdaya Udara

Dimaksudkan untuk melakukan pemahaman terhadap :

a. Sebaran pemanfaatan ruang udara pada kawasan

budidaya dengan memperhatikan kriteria yang berlaku

untuk kelestarian dan peningkatan kualitas udara

antara lain ketinggian bangunan pada berbagai

kawasan.

b. Kegiatan produksi yang sudah/akan menimbulkan

pencemaran udara serta kemungkinan-kemungkinan

penanganan dan pengelolaannya

c. Kemungkinan-kemungkinan pengembangan kawasan

yang dapat mempertahankan kelestarian dan

meningkatkan kualitas udara.

4. Analisis Sumberdaya Hutan

a. Sebaran dan kondisi penggunaan hutan serta

intensitas kegiatannya yang ada (existing) antara lain

penggunaan untuk hutan produksi tetap dan terbatas

(HPH, HTI, dsb), hutan yang dapat dikonversi, hutan

lindung, cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata

b. Daya dukung kawasan didalam menunjang fungsinya

baik untuk perlindungan maupun kegiatan produksi.

c. Kesesuaian lahan bagi penggunaan tersebut diatas

dengan menggunakan kriteria pengelolaan kawasan

lindung (Keppres 32/1990) dan kawasan budidaya,

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-50 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 51: Metodologi RTRW

serta kriteria teknik sektoral yang berkaitan.

5. Analisis Sumberdaya Tambang

Dimaksudkan untuk melakukan kajian-kajian terhadap :

a. Penggunaan bahan tambang serta intensitas

penggunaannnya;

b. Potensi dan cadangan bahan tambang, serta

kemungkinan pengembangannya.

c. Hak-hak penguasaan dan pengusahaan bahan tambang

6. Analisis Sumberdaya Buatan

Dimaksudkan untuk melakukan pengkajian-pengkajian

terhadap :

a. Kondisi sarana prasarana wilayah yang ada (existing)

yang meliputi antara lain sarana dan prasarana

transportasi (darat, laut dan udara), pengairan,

energi/listrik, telekomunikasi, pengelolaan

lingkungan dan perkotaan.

b. Kondisi tingkat pelayanan atau pemanfaatan sarana

prasarana wilayah seperti tersebut diatas dalam

mendukung kegiatan ekonomi dan peningkatan

kualitas atau daya dukung lingkungan dalam kawasan.

c. Potensi dan kemungkinan kendala yang dihadappi

dalam wilayah.

3.4.4.Pembuatan Peta-Peta tematik

Dari hasil interpretasi liputan lahan, selanjutnya dituangkan

dalam peta dasar yang telah disusun dan disajikan dalam

bentuk tema-tema tertentu yang selanjutnya disebut peta

tematik. Peta – peta tersebut selanjutnya akan digunakan

sebagai analisis-analisis selanjutnya dalam pelaksanaan

penyusunan tata ruang, yang dapat dicetak dalam bentuk hard

copy maupun disajikan dengan system komputerisasi dalam

sistim GIS.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-51 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 52: Metodologi RTRW

1. Penyajian Peta. Lembar peta disesuaikan dengan ukuran

kertas yang telah ditentukan. Dalam hal ini digunakan

ukuran lembar kertas A1, yang mempunyai ukuran 59,4 x

84,1 Cm. Dengan demikian untuk penyajian digunakan

memanjang dengn ukuran muka peta diambil 50 x 60 Cm,

yang berarti untuk satu lembar peta akan memuat

informasi seluas 18.750 Km2 dalam skala 1 : 250.000; 750

Km2 untuk skala 1 : 50.000; 12.000 Ha untuk skala 1 :

20.000; 750 Ha untuk skala 1 : 5000. Untuk itu apabila

dalam satu lembar peta tidak dapat memuat keseluruhan

wilayah perencanaan, maka penyajian akan dilakukan

bersambung dengan memuat indeks peta paada setiap

lembarnya.

2. Format peta yang digunakan dalam penyajian peta-peta

tematik akan memuat garis tepi peta, kolom informasi

yang memuat judul peta, keterangan peta, sumber peta,

skala peta, indeks peta, arah orientasi dan nama prosek

serta pelaksana pembuat peta

3.4.5 Analisis Wilayah Perencanaan

Perencanaan tata ruang dengan menggunakan pendekatan

wilayah membutuhkan serangkaian analisis wilayah untuk

memahami kondis/karakteristik unsur-unsur/komponen

pembentuk ruang, hubungan sebab akibat terbentuknya

kondisi ruang wilayah yang ada, serta beberapa phenomena

dan kecenderungan yang terjadi di lapangan.

1. Analisis Kebijaksanaan Pembangunan Nasional, Propinsi

dan Kabupaten

Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah dilakukan

tiga kelompok analisis yakni analisis kebijaksanaan

pembangunan, analisis wilayah dan analisis yang

dibutuhkan dalam perumusan/penentuan rencana.

Analisis kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk memahami

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-52 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 53: Metodologi RTRW

tujuan dan sasaran pembangunan sektoral dan daerah

serta kedudukan Provinsi dan kabupaten yang

bersangkutan didalam perspektif kebijaksanaan

pembangunan nasional dan regional, mengkaji RTRWN dan

RTRWP untuk melihat peranan wilayah Provinsi dan

kabupaten dalam pembentukan pola dan struktur ruang

nasional dan regional, serta untuk mengantisipasi

program-program pembangunan yang akan dilaksanakan

Departemen/Instansi Pusat, Provinsi dan kabupaten, juga

dilakukan pengkajian rencana ekonomi Provinsi dan

Kabupaten dalam kurun waktu rencana.

2. Analisis Kependudukan

Analisis ini dilakukan untuk memahami aspek-aspek

kependudukan terutama yang mempunyai pengaruh timbal

balik dengan pertumbuhan perkembangan sosial ekonomi

diantaranya sebaran, jumlah, struktur, pertumbuhan,

pergerakan penduduk dan kualitas sumberdaya manusia.

Di dalam mencari pertumbuhan penduduk per tahun dari

setiap sensus biasa dicari dengan bunga majemuk

3. Analisis Sosial Kemasyarakatan

Analisis sosial kemasyarakatan bertujuan untuk memahami

faktor-faktor sosial kemasyarakatan yang mempengaruhi

perkembangan wilayah serta hubungan sebab akibat

diantara faktor-faktor tersebut.

Dari hasil analisis ini diharapkan ditemukenali struktur

dan kualitas sumberdaya manusia, karakteristik/ciri-ciri

masyarakat setempat, kecenderungan perkembangan,

kendala dalam pengembangan serta potensi-potensi yang

dapat dikembangkan.

4. Analisis Ekonomi

Analisis perekonomian dimaksudkan untuk memahami

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-53 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 54: Metodologi RTRW

karakteristik perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi

kawasan. Didalam menghitung pertumbuhan ekonomi,

biasa dipakai indeks atau di dalam menghitung kenaikan

per tahun dengan menghitung rata-rata per tahun atau

dengan memakai rumus bunga majemuk:

Yt = Yo (1 + r)t

dimana : Yt = income penduduk pada tahun t Yo = income penduduk pada tahun o r = laju pertumbuhan rata-rata per tahun t = periode waktu

3.4.6 Analisis Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang Yang Ada

Analisis ini dimaksudkan untuk menilai struktur dan pola

pemanfaatan ruang yang terbentuk saat ini serta

kecenderungan perkembangannya pada masa yang akan

datang.

Antara analisis struktur ruang dengan analisis pola

pemanfaatan ruang tidak dapat dipisahkan satu sama lain,

karena penyusunan rencana struktur tata ruang dan pola

pemanfaatan ruang merupakan dua proses yang berkaitan

erat, saling merupakan input bagi yang lainnya.

1. Analisis Pola Pemanfaatan Ruang

Bertujuan untuk mengindentifikasi bentuk-bentuk

pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi

dan karakteristik kegiatan alam dan manusia, serta

mengantisipasi perubahan/perkembangan bentuk-bentuk

pemanfaatan ruang tersebut.

Beberapa indikator yang dapat digunakan dalam analisis

ini antara lain sebaran kegiatan budidaya dan

perlindungan dan keterkaitannya serta beberapa faktor

yang mempenagruhinya seperti potensi sumberdaya alam,

sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-54 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 55: Metodologi RTRW

2. Analisis Kawasan berfungsi lindung

Analisis ini didasarkan pada azas kelestarian, dimaksudkan

untuk mengindentifikasikan pola sebaran kawasan yang

berfungsi lindung yang ada dan yang seharusnya berfungsi

lindung dengan menggunakan kriteria dan pola

pengelolaan kawasan lindung (Keppres 32/1990).

3. Analisis Kawasan Budidaya

Untuk mengindentifikasikan kondisi sebaran kawasan yang

dimungkinkan dikembangkan untuk kegiatan produksi,

kegiatan permukiman, pembangunan sarana prasarana

penunjang dsb. dengan menggunakan kriteria dan pola

pengelolaan kawasan budidaya serta mempertimbangkan

kriteria teknik sektoral.

3.4.7. Analisis Struktur Tata Ruang

Bertujuan untuk menemukenali perwujudan ruang yang ada

sekarang, kecenderungan perrkembangannya serta

permasalahan pengembangan wilayah atau Kawasan yang

memiliki dimensi ruang yang hasilnya mampu memberikan

gambaran yang menyeluruh tentang keadaan pusat

pertumbuhan/pelayanan wilayah (pusat permukiman) yang ada

serta jangkauan pelayanannya serta hubungan atau interaksi

antara pusat pertumbuhan/pelayanan wilayah yang dimaksud.

1. Analisis Sistem Permukiman

Analisis ini dimaksudkan untuk mengkaji :

a. Sebaran daripada konsentrasi kegiatan permukiman

perdesaan serta kaitannya dengan kegiatan-kegiatan

produksi disekitarnya.

b. Sistem pusat-pusat permukiman perkotaan/sistem koa

mencakup : fungsi kota (pusat kegiatan

pemerintahan, pusat kegiatan sosial, ekonomi dan

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-55 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 56: Metodologi RTRW

jasa transportasi) hierarki kota serta keterkaitan

antar kota, antara kota dengan kawasan

produksi/kawasan perdesaan yang dipengaruhi oleh

pola jaringan transportasi.

Salah satu model Analisis Sistem Permukiman adalah

analisis pola permukiman yang memberikan gambaran

tentang karakteristik satuan permukiman/pusat

permukiman yang ada dimana penduduk tinggal dan

melakukan kegiatan sosial ekonomi yang memberikan

share/kontribusi terhadap pembangunan

wilayah/kawasan. Analisis pola permukiman dilakukan

dengan menggunakan dua peralatan analisis dasar

yaitu :

1) Analisis Pertumbuhan Permukiman (Analisis

Hierarki)

Memberikan profil pendahuluan mengenai pola

permukiman untuk dianalisis lebih lanjut.

2) Analisis Fungsi Permukiman

Terutama memberikan perhatian kepada fungsi-

fungsi sosial dan ekonomi yang dilakukan

masyarakat yang berlainan dan bagaiman

masyarakat tersebut secara bersama-sama

membentuk suatu pola atau sistem yang dapat

mempengaruhi pembangunan ekonomi dan sosial.

Adapun alat analisis yang digunakan antara lain :

Skala Guttman, digunakan untuk menganalisis

yang mendasari fungsi-fungsi, pelayanan,

fasilitas, infrastruktur, organisasi-organisasi dan

kegiatan-kegiatan ekonomi yang membuat

permukiman menjadi sentralisasi dalam sistem

spasial.

Threshold Analisis, digunakan untuk menganalisis

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-56 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 57: Metodologi RTRW

jumlah penduduk yang dibutuhkan untuk

mendukung pelayanan, fasilitas dan infrastruktur

yang ada dalam satu wilayah/kawasan.

Weighted Centrality Index, digunakan untuk

mengukur kompleksitas fungsional baik dalam

junlah fungsi-fungsi dalam suatu wilayah atau

kawasan maupun frekuensi terjadinya.

Skalogram, digunakan untuk melihat hirarki

permukiman berdasarkan jumlah dan kelengkapan

jenis fasilitas sosial ekonomi yang dimiliki. Data

tersebut disusun dalam bentuk matriks yang lebih

lanjut disusun ranking berdasarkan pembobotan.

2. Analisis Sistem Prasarana Transportasi

Analisis ini dimaksudkan untuk melakukan kajian-kajian

terhadap :

a. Pola jaringan transportasi untuk mencermati sejauh

mana keterkaitan fungsional dan ekonomi antar koa,

antar kawasan, antara kota dan kawasan produksi

baik didalam wilayah maupun antar wilayah

Kabupaten .

b. Fungsi, kondisi dan tingkat pelayanan prasarana

transportasi yang ada sekarang, kecenderungan

perkembang.

Dari analisis ini diperlihatkan tingkat kinerja sarana

prasarana transportasi dan pengaruhnya terhadap

pertumbuhan dan pemerataan wilayah serta kesatuan

wilayahI. Salah satu metoda atau perangkat analisis

sistem prasarana transportasi adalah Analisis Aksesibilitas.

Dalam hal ini dapat digunakan data O-D Survey dan data

lain yang sejenisnya.

3. Analisis Sistem Prasarana Pengairan

Analisis ini dimaksudkan untuk melakukan pengkajian :

a. Pola jaringan pengairan untuk mencermati sejauh

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-57 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 58: Metodologi RTRW

mana keterkaitan fungsional antara sumber-sumber

air baku (sungai, waduk dsb.) dengan lokasi/kawasan

industri, pertanian, permukiman dsb.

b. Fungsi, kondisi dan tingkat pelayanan yang ada

sekarang, kapasitas produksi air baku yang ada

sekarang.

c. Kondisi sumber air dikaitkan dengan upaya

pelestarian.

d. Standar kecenderungan perkembangan sektor dimasa

yang akan datang serta pola distribusi/lokasi air baku

ke kawasan-kawasan produksi dan permukiman

perkotaan dan pedesaan

4. Analisis Sistem Prasarana Wilayah Lainnya

Termasuk prasarana wilayah lainnya antara lain misalnya

prasarana energi/listrik, telekomunikasi, pengelolaan

lingkungan, prasarana kota, dsb. yang dimaksudkan untuk

melakukan kajian terhadap fungsi, kondisi dan tingkat

pelayanan yang ada sekarang, dan melihat pengaruhnya

terhadap perkembangan wilayah dan dalam

mengintegrasikan pembangunan antar kawasan atau antar

wilayah serta untuk melihat dampak pengembagan sistem

jaringan prasarana tersebut dalam pengendalian

pemanfaatan ruang.

3.4.8. Analisisa Tata guna Sumberdaya Alam (Analisis Penguasaan,

Peruntukan, Pemanfaatan dan Penggunaan Sumberdaya Alam).

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui pengusaan,

Peruntukan, Pemanfaatan dan Penggunaan Sumberdaya Alam

meliputi lahan/tanah, air, udara, hutan, mineral dsb. serta

pengembangan dalam rangka mengendalikan pemanfaatan

ruang.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-58 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 59: Metodologi RTRW

1. Analisis Tataguna Lahan/Tanah

Dimaksudkan untuk melakukan kajian-kajian terhadap :

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi

pemanfaatan/ penggunaan lahan/tanah, distribusi

penggunaan lahan serta interest/kecenderungan

swasta dan masyarakat dalam

penguasaan/pemilikan/penggunaan lahan, baik karena

pengaruh aspek fisik/lokasi, ekonomi, harga tanah,

aksesibilitas, keunggulan kompetitif, keunggulan

komparatif, keterkaitan sosial maupun aspek lainnya.

b. Bentuk-bentuk penguasaan, pemanfaatan dan

penggunaan lahan yang dilakukan masyarakat dan

swasta.

c. Bentuk-bentuk intervensi pemerintah dalam rangka

pengendalian pemanfaatan baik berupa insentive

misalnya berupa rangsangan pemerintah kepada

swasta untuk menanamkan modal, maupun bentuk

disinsentive misalnya berupa penguasaan/pengaturan

yang dilakukan pemerintah antara lain larangan,

pengenaan pajak yang tinggi, perijinan bersyarat,

dsb.

2. Analisis Tataguna Air

Dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap bentuk-

bentuk hak-hak pemanfaatan, penggunaan, pengusahaan

sumberdaya air dari masyarakat, swasta dan BUMN,

bentuk-bentuk intervensi pemerintah dalam rangka

pengembangan sumberdaya air dan pengendalian

pemanfaatan sumberdaya air baik berupa insentive

maupun disinsentive misalnya berupa

penguasaan/pengaturan yang telah dan akan dilakukan

pemerintah kepada masyarakat, swasta dan badan usaha

pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan,

perijinan, pembebanan pajak, tarif, dsb.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-59 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 60: Metodologi RTRW

3. Analisis Tataguna Tanah

Dimaksudkan untuk melakukan kajian-kajian terhadap

bentuk-bentuk pemanfaatan ruang udara, pengausaan dan

peruntukan sumberdaya udara yang diberikan oleh

pemerintah kepada masyarakat, swasta, BUMN dan BUMD,

dan atau dalam rangka pengendalian pemanfaatan

sumberdaya udara yang berwawasan lingkungan bagi

terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.

4. Analisis Tataguna Hutan

Dimaksudkan untuk melakukan kajian-kajian terhadap :

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi

pemanfaatan hutan/distribusi penggunaan hutan serta

interest/kecenderungan swasta dalam pengusahaan

hutan.

b. Bentuk-bentuk hak pengusahaan dan pengusaaan

hutan yang dilakukan swasta (HPH, HTI, Agroforestry)

dsb. serta lokasi-lokasi pengusahaan yang ada.

c. Bentuk-bentuk intervensi pemerintah dalam rangka

pengendalian pemanfaatan hutan baik berupa

insentive maupun disinsentive misalnya berupa

penetapan kawasan lindung, pembatasan pengusahaan

hutan dengan sistem tebang pilih, pembatasan

perijinan, dsb.

5. Analisis Tataguna Sumberdaya Alam Lainnya

Dimaksudkan untuk melakukan kajian-kejian terhadap

penguasaan, peruntukan dan penggunaan sumberdaya yang

ada dalam rangka pemanfaatan dan pengendalian

pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-60 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 61: Metodologi RTRW

3.4.9 Identifikasi Potensi Dan Masalah Pengembangan Wilayah

Berdasarkan kegiatan analisis diatas maka selanjutnya dapat

diidentifikasikan lebih rinci kebijaksanaan pembangunan,

potensi dan masalah-masalah yang terjadi didalam

pengembangan wilayah dan tata ruang wilayah.

1. Identifikasi Kebijaksanaan Pembangunan

Identifikasi ini merupakan hasil analisis kebijaksanaan

pembangunan, sekurang-kurangnya berisi uraian mengenai

tujuan dan sasaran pembangunan sosial ekonomi (Sektoral

dan daerah), kebijaksanaan dan strategi untuk mencapai

tujuan dan sasaran tersebut. Sasaran pembangunan

nasional dan propinsi dan kabupaten meliputi antara lain

pertumbuhan dan share ekonomi, struktur ekonomi

propinsi /kabupaten perkembangan sektor dan

sebagainya.

Disamping itu juga perlu dijelaskan kedudukan Kabupaten

didalam perspektif kebijaksanaan pembangunan nasional

dan regional, peranan wilayah Kabupaten dan kawasan

dalam pembentukan pola dan struktur ruang propinsi dan

nasional, serta program-program yang akan dilaksanakan

oleh Departemen atau Instansi Pusat, Kabupaten .

Selanjutnya dari kebijaksanaan pembangunan

diterjemahkan ke dalam arahan pengembangan wilayah

kabupaten. Arahan pengembangan wilayah ini merupakan

aspek spatial dari tujuan dan sasaran pembangunan

politik, sosial, ekonomi, budaya, pertanahan dan

keamanan di kabupaten bersangkutan.

2. Perumusan Arahan Pengembangan Wilayah

Arah pengembangan berfungsi memberi petunjuk

mengenai tujuan dan strategi pengembangan tata ruang

serta prioritas penanganan kawasan dan pusat-pusat

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-61 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 62: Metodologi RTRW

pelayanan/pusat-pusat permukiman setelah

memperhatikan kebijaksanaan yang telah ada di tingkat

Provinsi, Kabupaten dan nasional.

3. Arahan Pengembangan Sosial Demografi

Menentukan arah pergeseran struktur sosial demografi

yang ditargetkan dicapai pada akhir tahun perencanaan.

Indikator-indikator sedapat mungkin dinyatakan secara

kuantitatif.

a. Kependudukan dinyatakan dengan jumlah penduduk

dan tingkat pertambahan penduduk, distribusi dan

perbandingan penduduk perkoaan perdesaan, struktur

penduduk menurut umur dan tingkat pendidikan serta

penguasaan keterampilan dan teknologi.

b. Tingkat pelayanan fasilitas dan utilitas sosial pada

pusat-pusat pertumbuhan/pelayanan/pusat-pusat

permukiman setiap kawasan dinyatakan dengan

jumlah dan kualitas pendidikan, keagamaan,

perdagangan dan jasa, perhubungan, kesehatan dasar

sera utilitas sosial berupa air bersih, listrik,

telekomunikasi, sistem drainase dan persampahan.

c. Tingkat kemudahan untuk mencapai fasilitas

pelayanan umum lainnya yang ada di ibukota

kabupaten dan ibukota kecamatan.

4. Arahan Pengembangan Ekonomi

Arah pengembangan ekonomi berfungsi untuk menentukan

struktur dan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan

dicapai pada akhir tahun perencanaan. Dinyatakan secara

kuantitatif dengan tingkat ketelitian data pada kawasan

atau kecamatan.

5. Arahan Pengembangan Fisik

Berfungsi memberikan arahan pemanfaatan ruang yang

berwawasan (pelestarian) lingkungan.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-62 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 63: Metodologi RTRW

3.4.10. Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah

Untuk memudahkan proses identifikasi potensi pengembangan

wilayah maka dapat dikelompokan menjadi :

1. Potensi sumberdaya alam dapat berupa tanah yang subur

untuk pertanian, deposit bahan tambang yang potensial,

hasil hutan yang melimpah, sumber-sumber energi yang

banyak dan bervariasi, keanekaragaman flora dan fauna,

kawasan yang dapat dikembangkan untuk kegiatan

pariwisata dan sebagainya.

2. Potensi sumberdaya manusia berupa tenaga kerja

terampil, keahlian, tingkat partisipasi angkatan kerja

yang tinggi, tingkat kesejahteraan, kelembagaan sosial

dsb.

3. Potensi sumberdaya buatan misalnya sarana prasarana

wilayah dan perkotaan yang mendukung kegiatan

ekonomi/produksi skala besar.

4. Potensi ruang misalnya dapat berwujud letak daerah yang

strategis diantara segitiga pertumbuhan, dilalui jalur

ekonomi regional/nasional, kawasan cepat berkembang,

kawasan yang memiliki nilai-nilai tertentu dsb.

5. Potensi ruang misalnya dapat berwujud letak daerah yang

strategis diantara segitiga pertumbuhan, dilalui jalur

ekonomi regional/ nasional, kawasan cepat berkembang,

kawasan yang memiliki nilai-nilai tertentu dsb.

3.4.11. Identifikasi Masalah Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah adalah upaya-upaya untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna dari seluruh potensi

wilayah berupa ruang dan sumberdaya yang ada didalamnya

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

kelestarian lingkungan. Masalah pengembangan wilayah adalah

hal-hal yang berkaitan dengan belum optimalnya penggunaan

potensi wilayah baik sumberdaya alam, sumberdaya buatan

serta sistem pengelolaan kegiatan sosial ekonomi yang terkait

untuk mewujudkan pencapaian tujuan pembangunan yang

ditetapkan dalam wilayah.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-63 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 64: Metodologi RTRW

1. Masalah Pengembangan Wilayah Dilihat dari Dimensi

Ekonomi

2. Wujud struktur dan pola ruang yang terjadi pada dasarnya

merupakan hasil interaksi antara kegiatan manusia (sosial,

politik, ekonomi, budaya) dengan lingkungannya. Pada

kenyatannya, manusia dalam melakukan kegiatan

usahanya berkecenderungan mencari lokasi yang strategis

(memiliki tingkat kemudahan/ aksesibilitas yang tinggi).

Sementara kondisi geografi tidak selalu homogen dan

sumberdaya alam tidak tersebar merata, sehingga terjadi

aglomerasi kegiatan sosial ekonomi pada lokasi-lokasi

yang strategis yang berlangsung terus-menerus dan secara

akumulatif yang menimbulkan permasalahan kesenjangan

sosial ekonomi yang selanjutnya memberi pengaruh timbal

balik kepada permasalahan lainnya.

3. Masalah perekonomian secara wilayah dikaitkan dengan

perkembangan dan pertumbuhan perekonomian daerah

serta membandingkan dengan tujuan/sasaran

pembangunan daerah. Permasalahan tersebut antara lain

meliputi masalah kesenjangan perkembangan ekonomi

antar daerah/kawasan, masalah peruntukan kegiatan

ekonomi yang belum berdasarkan atas faktor keunggulan

komparatif suatu daerah/kawasan, penggunaan teknologi

produksi, ketersediaan tenaga terampil, ketersediaan

sarana dan prasarana produksi, dll.

4. Malasah Wilayah Dilihat dari Dimensi Kependudukan

5. Masalah kependudukan erat kaitannya dengan masalah

perekonomian karena adanya hubungan sebab akibat

antara faktor-faktor demografi dengan faktor-faktor

ekonomi.

6. Masalah kependudukan meliputi masalah struktur dan

sebaran penduduk, pergerakan dan pertumbuhan

penduduk, kualitas sumberdaya manusia serta masalah

ketenagakerjaan yang semuanya dikaitkan dengan potensi

dan daya dukung lingkungan dan tujuan pembangunan

daerah/wilayah kabupaten. Dalam hal ini perlu dikenali

pengaruh kependudukan terhadap produksi, lingkungan

dan keseimbangan wilayah.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-64 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 65: Metodologi RTRW

7. Masalah Sosial Kemasyarakatan

8. Masalah kemasyaraktan meliputi antara lain adat-istiadat,

perubahan/pergeseran norma atau nilai-nilai yang dianut

masyarakat setempat baik karena tuntutan pembangunan

maupun karena pengaruh-pengaruh eksternal. Masalah

sosial meliputi antara lain kemiskinan, pengangguran,

keterbelakangan, isolasi lingkungan permukiman,

kebodohan dan kesehatan dasar atau dapat pula

dijabarkan dari issue pokok pembangunan daerah.

9. Masalah Wilayah Dilihat dari Dimensi Lingkungan

10. Meningkatnya intensitas kegiatan sosial ekonomi

disamping memberi dampak positif terhadap peningkatan

kemakmuran juga apabila telah melampaui daya dukung

lingkungan akan memberi dampak negatif berupa

pencemaran dan kerusakan lingkungan.

11. Masalah lingkungan meliputi masalah-masalah efisien

pemanfaatan sumberdaya wilayah, perusakan dan

pencemaran lingkungan, dll.

12. Masalah Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah

13. Masalah pemanfaatan ruang, meliputi antara lain masalah

fungsi dan hirarki pusat-pusat permukiman dan

keterkaitan antara pusat-pusat permukiman dengan

kawasan produksi, benturan kepentingan dalam

pemanfaatan ruang, masalah penguasaan dan penggunaan

lahan/tanah yang tidak efisien dan sebagainya, yang

berkaitan satu dengan yang lainnya dengan aturan yang

bervariasi menurut kondisi dan situasi daerahnya.

3.4.12. Perumusan Tujuan, Konsepsi Dan Strategi Pengembangan Tata

Ruang Wilayah

1. Perumusan Tujuan

Berdasarkan hasil analisis dan identifikasi potensi dan

masalah pengembangan wilayah, maka selanjutnya perlu

dirumuskan tujuan pengembangan tata ruang. Atas dasar

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-65 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 66: Metodologi RTRW

itu, tujuan pengembangan wilayah atau penataan ruang

adalah upaya-upaya untuk mengharmoniskan keterkaitan

antara kondisi sumberdaya alam, sumberdaya buatan,

kondisi masyarakat dengan kegiatan-kegiatannya, politik,

ekonomi, sosial budaya melalui pengelolaan dan

pengembangan tata ruang.

Dalam pendekatanya akan digunakan pertimbangan-

pertimbangan pertumbuhan ekonomi dan penduduk,

konservasi lingkungan, dan kebutuhan hidup masyarakat

penghuninya.

2. Konsepsi Pengembangan Tata Ruang

Konsep pengembangan tata ruang wilayah adalah suatu

arah secara garis besar kondisi system kegiatan social

ekonomi dan permukiman masyaarakat dalam ruang

wilayah, yang antara lain meliputi lokasi pengembangan

kegiatan-kegiatan utama pembentuk ruang dalam wilayah

Kabupaten atau Provinsi yang memperlihatkan pada

sebaran kegiatan-kegiatan produksi permukiman,

keterkaitan antar kawasan-kawasan, orientasi eksport dan

struktur umum ruang. Penyajian dalam perumusan

konsepsi disajikan dalam bentuk skema yang

memperlihatkan pola struktur dan orientasi hubungan

keluar dari wilayah provinsi dan atau kabupaten.

3. Strategi Pengembangan Tata Ruang

Agar pendekatan konseptual tersebut dapat

dioperasionalkan, maka perlu dirumuskan strategi

pengembangan tata ruang (strategi penataan ruang)

dengan mendasarkan pada beberapa pendekatan dan azas

dalam pemanfaatan ruang. Dalam pelaksanaannya perlu

memperhatikan tiga dasar :

a. Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi

Struktur ekonomi didapat dari sumbangan masing-

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-66 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 67: Metodologi RTRW

masing sector terhadap GRDP (Gross regional

domestic product) serta menganalisis dari perubahan-

perubahan didalam struktur perekonomian

GRDP per kapita saat ini masih dianggap sebagai

income per kapita yang harus dikurangi adanya pajak

tak langsung dan penyusutan

b. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Tingkat hidup erat hubungannya dengan income per

kapita, pembagian pendapatan dan nutrisi gizi.

Pendekatan ini dikaitkan langsung dengan upaya

peningkatan kualitas sumberdaya manusis yang dapat

diukur dengan parameter kesempatan hidup, kualitas

hidup dan kemampuan mengolah sumberdaya alam

sehingga perlu dikembangkan program-program yang

langsung menyentuh masyarakat

c. Konservasi Lingkungan

Agar pembangunan dapat berlangsung berkelanjutan,

maka perlu dipertimbangkan keserasian ekosistem

alam lingkungan dan kelestarian sumberdaya alam

melalui upaya-upaya mengurangi dampak negative

pembangunan terhadap kelestarian sumberdaya alam

dan lingkungan

Berdasarkan kriteria diatas, maka perumusan strategi

pengembangan tata ruang akan meliputi :

a. kebijaksanaan penetapan kawasan lindung, kawasan

budidaya, kawasan pedesaan, kawasan perkotaan dan

kawasan tertentu

b. Pengembangan kawasan strategis yang perlu

diprioritaskan pengembangannya

c. Keterkaitan program-program disuatu kawasan

d. Keterkaitan antara struktur dan pola pemanfaatan

ruang

e. Konservasi lingkungan

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-67 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 68: Metodologi RTRW

3.4.13 Perumusan Rencana Tata Ruang

Berdasarkan arah pengembangan, potensi dan masalah

pengembangan, tujuan, konsepsi dan strategi penataan ruang,

selanjutnya dirumuskan Rencana Tata Ruang di wilayah studi.

Rencana ini akan menjadi pedoman untuk pemanfaatan ruang

dalam pengembangan budidaya, permukiman, perkembangan

lingkungan, pedoman dalam penetapan investasi pemerintah,

masyarakat dan swasta, penyusunan program pembangunan

dan sebagainya, yang sekurang-kurangnya akan berisi:

1. pengelolaan Kawasan lindung

2. Pengelolaan kawasan perkotaan, kawasan pedesaan dan

kawasan tertentu

3. Sistem kegiatan pembangunan dan system permukiman

perkotaan dan pedesaan

4. Sistem prasarana wilayah

5. Pengembangan kawasan yang diprioritaskan

6. Penatagunaan tanah, air, udara dan sumberdaya alam

lainnya

Seluruh hasil rencana tata ruang dilengkapi dengan penjelasan

spasial yang dituangkan dalam penyajian peta peta di atas

skala 1:5.000.

3.4.14 Penetapan Rencana Tata Ruang

Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Detail Tata Ruang

Kawasan Perkotaan, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana

tata ruang dalam bentuk Surat Keputusan Walikota/Bupati dalam

hal Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan sebagai

penjabaran RTRW Kota/Kabupaten.

Dalam hal terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari

dinamika perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang bersangkutan

ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-68 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 69: Metodologi RTRW

Daerah. Hal ini selanjutnya menjadi masukan bagi peninjauan

kembali dan penyempurnaan Peraturan Daerah tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten.

Proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan

dapat dilihat dalam Gambar 3.8.

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-69 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat

Page 70: Metodologi RTRW

Gambar 3.8.

Bagan Alir Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan

R T R W N

R T R W P

RENCANA STRUKTUR TATA RUANG

KAWASAN PERKOTAAN METROPOLITAN

RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

DAN PERWUJUDAN RUANG KAWASAN

FORMULASI TUJUAN

PENGEMBANGAN KAWASAN

Rumusan kondisi yang akan datang: • Estimasi kebutuhan dan

pelaksanaan pembangunan

R T R W Kab

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA • Pengelolaan kawasan lindung dan budidaya • Pengelolaan kawasan tertentu • Sistem prasarana dan sarana sekunder TGT,

TGU dan SDA lainnya • Pentahapan & prioritas pengembangan utk

perwujudan struktur pemanfaatan ruang kota

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN • Rencana pemanfaatan ruang kawasan

fungsional dalam blok-blok peruntukan • Rencana struktur pelayanan • Rencana sistem jaringan pergerakan primer

dan sekunder • Rencana sistem utilitas • Arahan kepadatan, ketinggian bangunan

sempadan untuk setiap blok peruntukan Rencana pengelolaan sarana dan • prasarana

TUJUAN PEMBANGUNAN

LINGKUNGAN DAN MASA BANGUNAN

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

KAWASAN

PERKIRAAN PEMANFATAN

FISIK dan DAYA DUKUNG

LINGKUNGAN

Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) III-70 Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat