review RTRW Jember

download review RTRW Jember

of 91

description

mereview kebijakan pada RTRW Jember yang terbaru secara keseluruhan

Transcript of review RTRW Jember

REVIEW RTRW KABUPATEN JEMBER 2008-20028

REVIEW RTRW KABUPATEN JEMBER 2008-200282011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kabupaten Jember mengalami perkembangan yang cukup pesat karena meningkatnya aktifitas pada sektor-sektor tertentu yang berperan terhadap pertumbuhan kabupaten tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan Kabupaten Jember dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan/perluasan jaringan komunikasi-transportasi dan sebagainya. Dalam perkembangannya Kabupaten Jember mengalami berbagai masalah didalamnya. Berbagaim masalah tersebut dikarenakan kurang adanya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan masyarakan Jember. Selain itu perubahan lahan dan deviasi lahan di kabupaten Jember telah banyak merubah pola kehidupan masyarakat jember sehingga efek yang ditimbulkannya yaitu terjadinya ketidakseimbangan pola hidup dan keberadaan lingkungannya. Sehingga diperlukan adanya arahan lokasi ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

Dokumen rencana tata ruang wilayah pada hakekatnya merupakan suatu paket kebijakan umum pengembangan daerah. Bagi wilayah kabupaten, kebijakan yang dirumuskan pada dokumen ini merupakan dasar strategi pembangunan fisik, baik yang berkenaan dengan perencanaan tata ruang yang lebih terperinci (RDTRK, RTBL), maupun rencana kegiatan sektoral seperti kawasan perdagangan, industri, permukiman, serta fasilitas umum dan sosial sehingga dalam pengoperasiannya rencana yang tertuang dalam RTRW harus didasari hukum yang berlaku sehingga mempunya payung dan dapat dipertanggung jawabkan.

Adapun faktor-faktor eksternal yang mendasari perubahan atau revisi dari suatu rencana tata ruang adalah adanya penyempurnaan kebijakan yang mendasari pembuaran rencana tata ruang oleh pemerintah, adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat provinsi sehingga berimplikasi pada pengalokasian kegiatan pembangunan yang memerlukan ruang skala besar, adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang memanfaatkan sumber daya alam sehingga meminimalkan kerusakan lingkungan, dan adanya bencana alam yang terjadi sehingga suatu rencana tata ruang harus direvisi. Sedangkan faktor-faktor internal meliputi rendahnya kualitas RTRW yang dipergunakan untuk penertiban perizinan lokasi pembangunan, sehingga kurang dapat mengoptimalisasi perkembangan dan pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi yang cepat dan dinamis.Review RTRW Kabupaten Jember ini merupakan hasil dalam hubungannya untuk mengakomodir perubahan tata ruang kota yang terjadi baik yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun nternal di Kabupaten Jember. Dari analisis yang telah dilakukan berdasarkan data empiris, menghasilkan kesimpulan bahwa telah terjadi simpangan yang cukup besar terhadap implementasi RTRW Kabupaten Jember 2008-2028. Penyimpangan tersebut berupa keadaan fisik kota yang berbeda dengan arahan yang ada, kondisi perkembangan sosial kependudukan yang berbeda dengan apa yang diharapkan dan juga keadaan ekonomi, keuangan dan kelembagaan kota yang harus disesuaikan dengan kebijakan makro yang telah berubah.

Maksud peninjauan kembali RTRW Kabupaten Jember adalah merupakan kegiatan pemantauan, penelaahan dan penyempurnaan rencana tata ruang kawasan perkotaan. Penyusunan Review RTRW Kabupaten Jember ini bertujuan sebagai upaya untuk menjaga kesesuaian antara pelaksanaan pembangunan atau pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruangnya, dan terkait dengan pengendalian pemanfaatan ruang.

RTRW Kabupaten Jember adalah suatu sistematika yang praktis dan terarah tentang tata ruang wilayahnya dan telah memuat berbagai arahan rencana yang berkelanjutan. Oleh karena itu untuk keperluan perencanaan selanjutnya maka dalam dokumen ini akan dibahas mengenai rencana secara lebih pokok dan kajian-kajian maupun kebijakan yang mendasarinya dan mengenai inti dari topik-topik perencanaan tata ruang yang ada.

Latar belakang dari review RTRW Jember yakni untuk memenuhi tugas besar perencanaan kota, yang dilakukan untuk menyelidiki serta menganalisis bagaimana kualitas data, analisis, serta rencana yang ada pada dokumen RTRW Kabupaten Jember apabila dibandingkan dengan pedoman pembuatan RTRW yang ada.1.2Rumusan Masalah

a. Bagaimana kualitas data/informasi yang digunakan dalam penyusunan dokumen RTRW Kabupaten Jember 2008-2028?b. Bagaimana kualitas analisis yang digunakan dalam peyusunan dokumen RTRW Kabupaten Jember 2008-2028?

c. Bagaimana kualitas Output/substansi rencana pada dokumen RTRW Kabupaten Jember 2008-2028?1.3 Tujuan

Tujuan dari kegiatan penyusunan Review RTRW Kabupaten Jember 2008-2028 ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan mengevaluasi kualitas data yang digunakan dalam penyususnan dokumen RTRW Kabupaten Jember 2008-2028;

b. Untuk mengetahui dan mengevaluasi kualitas analisis yang digunakan dalam penyusunan dokumen RTRW Kabupaten Jember 2008-2028;

c. Untuk mengetahui kualitas output/ substansi rencana pada dokumen RTRW Kabupaten Jember 2008-2028.1.4Metodologi

Penyusunan Review RTRW Kabupaten Jember ini dilakuan dengan kajian dan penyusunan komprehensif mengenai pengaturan tata ruang untuk mendapatkan rumusan pemanfaatan ruang yang optimal. Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember Tahun 2008-2028 mencakup : 1. Melakukan identifikasi, pengumpulan data/informasi mengenai perkembangan wilayah yang ada; 2. Menyusun kriteria untuk menentukan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten perlu ditinjau kembali; 3. Melakukan analisis hubungan faktor-faktor eksternal dengan kebijakan pembangunan serta dengan struktur dan pola pemanfaatan ruang; 4. Menyusun tindakan penyusunan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten sesuai tipologi terpilih; Sasaran kegiatan ini adalah : a. Terkendalinya pembangunan di wilayah Kabupaten b. Terciptanya antara kawasan lindung dan budidaya c. Tersusunnya arahan pengembangan sistem pusat-pusat permukiman dan perdesaan d. Tersusunnya arahan sistem prasarana wilayah e. Terkoordinasinya pembangunan antara wilayah dan antar sektor pembangunan Manfaat dari kegiatan ini adalah : 1) Sebagai matra keruangan bagi pembangunan daerah 2) Sebagai dasar kebijakan pokok pemanfatan ruang wilayah 3) Sebagai alat untuk mewujudkan sebagai keseimbangan antar wilayah Kabupaten dan antar kawasan/kabupaten/kota serta keserasian antar sektor 4) Sebagai salah satu bentuk rumusan kesepakatan antar pemerintah Kabupaten dengan pemerintah kabupaten/kota tentang struktur dan ruang pola wilayah 5) Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang1.5Konstelasi Perencanaan

Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007tentang Penataan Ruang, rencana tata ruang dirumuskan secara berjenjang mulai dari tingkat yang sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci. Mengingat rencana tata ruang merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan daerah dan bagian dari pembangunan nasional, ketiga tingkatan (RTRW Nasional, RTRW Propinsi, dan RTRW Kabupaten) mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain serta dijaga konsistensinya baik dari segi substansi maupun operasionalisasinya. RTRW Kabupaten memiliki fungsi sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kabupaten, acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta, pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kabupaten, dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan administrasi pertanahan. RTRW juga memilki muatan sebagai tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; Rencana struktur ruang wilayah kabupaten, Rencana pola ruang wilayah kabupaten, Penetapan kawasan strategis kabupaten; Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; dan Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten

Dalam jenjang perencanaan tata ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten merupakan produk rencana untuk:

1. Rencana Pola Ruang Kabupaten;

2. Rencana Struktur Ruang Kabupaten

Rencana, aturan, ketentuan dan mekanisme penyusunan RTRW Kabupaten harus merujuk pada rencana lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan maupun daerah. Kedudukan RTRW Kabupaten diilustrasikan dalam Gambar 1.1

Gambar 1.1 Kedudukan RTRW Jember

1.5.1 Konstelasi Terhadap Wilayah Sekitarnya

Kabupaten Jember memilki luas sebesar 3.293,34 km2 terbagi menjadi 8 Pembantu Bupati, yang meliputi 31 kecamatan dan 247 desa/kelurahan. Dalam pembangunan wilayah Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Jember termasuk dalam SWP 13.4, yang terdiri dari Kabupaten Jember (sebagai pusat SWP), Kabupaten Bondowodo dan kabupaten Sitibondo. Kegiatan utama yang dikembangkan pada SWP ini adalah kegiatan pertanian, industri, perhubungan, pariwisata, perdagangan dan pendidikan. Sedangkan sub sektor industri kecil yang akan dikembangkan adalah sektor aneka industri dan industri kecil. Berikut peta orientasi Kabupaten Jember terhadap Propinsi Jawa Timur disajikan pada Gambar 1.2

Gambar 1.2 Peta Orientasi Kabupaten Jember Terhadap Propinsi Jawa Timur

BAB IIPOTENSI MASALAH2.1Potensi

Dalam RTRW Kabupaten Jember Tahun 2008-2028 terdapat beberapa penjabaran mengenai potensi yang terdapat didalam wilayah Kabupaten Jember. Potensi Kabupaten Jember yang terdapat dalam RTRW Kabupaten Jember, yakni:

1. Penentuan sistem perwilayahan pembangunan di Kabupaten Jember memiliki potensi yang besar untuk mencapai keseimbangan dan kemerataan pembangunan antar wilayah. Dengan adanya pembagian Wilayah Pembangunan (WP) yang tersebar merata mencakup seluruh wilayah Kabupaten Jember, maka distribusi fasilitas pelayanan umum tidak hanya akan terpusat di salah satu wilayah saja, namun dapat merata ke semua Wilayah Pembangunan (WP) yang melingkupi beberapa kecamatan di dalamnya. Kelengkapan fasilitas sosial ekonomi di tiap sub satuan wilayah pembangunan berpotensi meningkatkan aktifitas masyarakat di dalam wilayah tersebut.2. Penentuan sistem hirarki pusat-sub pusat Wilayah Pembangunan (WP) Kabupaten Jember ditujukan pada upaya mencapai keseimbangan pembangunan antara perkembangan wilayah pusat kota, wilayah transisi dan wilayah di luar pusat kota, melalui multiplier effect dari sistem kegiatan ekonomi pada pengembangan Wilayah Pembangunan (WP) Kabupaten Jember. Sistem multi nucley pada struktur ruang Kabupaten Jember berjalan cukup efektif dalam pendistribusian pelayanan sekaligus sebagai katalis pembangunan. Sebagian besar, sub pusat regional (terkait konteks pusat WP) di Kabupaten Jember memiliki tingkat pertumbuhan yang berimbang, kondisi ini sangat mendukung untuk mencapai perimbangan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Jember. 3.Pusat permukiman di Jember baik permukiman perdesaan maupun permukiman perkotaan memiliki potensi sebagai kawasan permukiman yang berkembang memiliki skala pelayanan dan hirarki tertentu. Permukiman perdesaan memiliki pusat pelayanan mulai dari Pusat Desa, Desa Pusat pertumbuhan, dan perkotaan terdapat perkotaan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL).4. Permukiman perdesaan yang ada di Kabupaten Jember secara alami tersebar di seluruh wilayah, yang mana masing-masing memiliki pusat pelayanan dengan tingkatan mulai dari yang paling kecil, yaitu di tingkat lingkungan kampung sampai dengan tingkat desa. Hirarki pusat pelayanan permukiman perdesaan ini merupakan potensi bagi masyarakat di kawasan perdesaan yang diharapkan dapat mendukung pengembangan sosial ekonomi masyarakat di wilayah perdesaan.5.Pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan dengan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), Pusat Pelayanan Desa (PPD) memberikan potensi pengembangan wilayah perdesaan secara merata, dimana terdapat keterkaitan antara daerah penghasil dan daerah pemasaran hasil pada permukiman perdesaan yang membentuk sistem interkoneksi koleksi dan distribusi dalam menunjang perkembangan ekonomipusat dan hinterland. 6.Kabupaten Jember memiliki orde-orde kota secara berjenjang mulai dari orde II sampai dengan orde V. Order II (tertinggi) adalah Kota Jember, meliputi Kecamatan Sumbersari, Kaliwates dan Patrang. Jenjang berikutnya, orde III adalah Kota Balung, Tanggul, Ambul dan Kalisat. Kota yang berorde IV antara lain Kencong, Rambipuji, Mayang dan Arjasa. Sedangkan jenjang terakhir, yaitu Kota dengan orde V adalah kota kecamatan kecil yang mencakup 20 ibukota kecamatan. Demikian pula halnya dengan fungsi pelayanan dari masing-masing sangat seragam disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing kota sehingga Kabupaten Jember memiliki 5 (lima) wilayah pengembangan. Setiap WP memiliki potensi yang merupakan satu kesatuan sistem dengan orde kota masing-masing.7.Fungsi kawasan suaka alam yang meliputi cagar alam dan suaka margasatwa adalah melindungi kawasan bawahannya, melestarikan keanekaragaman flora dan fauna serta menjaga kelestarian tanaman kanopi. Sedangkan potensi suaka margasatwa adalah untuk pengembangan wisata alam dan pengembangan ilmu pengetahuan yang tetap mempertahankan kelestarian lingkungan.8.Hutan produksi selain memiliki fungsi ekonomi utama hasil kayu, juga memiliki hasil sampingan dan perlindungan kawasan. Oleh karena itu, keberadaannya harus dikembalikan sesuai dengan sebagai hutan. Hutan produksi dengan jenis tanaman jati dan pinus dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan sebagai bahan baku korek api, namun penebangan harus melalui tebang pilih (stripcroping) dan harus dilakukan dengan mempertimbangkan topografi. Kawasan hutan produksi memiliki fungsi perlindungan terhadap wilayah bawahnya, dimana yang dimaksud adalah fungsi sebagai daerah resapan air, maka segala kegiatan dan pengembangan daerah terbangun harus dikendalikan secara ketat. Kawasan hutan produksi dapat mendukung keanekaragaman hayati. 9.Pengembangan lahan pertanian tanaman semusim ini dikembangkan sesuai dengan kondisi irigasi. Secara umum Kabupaten Jember yang memiliki potensi sebagai salah satu lumbung padi, merupakan wilayah penghasil tanaman pangan dengan berbagai komoditas unggul, wilayah penghasil tanaman hortikultura dengan kualitas ekspor, sebagai pengembangan budidaya tanaman dengan sistem tumpangsari.

10.Kawasan militer sangat perlu untuk kepentingan pertahanan. Kawasan tersebut memiliki teritorial khusus sebagai bentuk strategi dalam mengadapi musuh. Pada wilayah perkotaan kawasan militer umumnya digunakan sebagai pusat administrasi, sebagai kawasan latihan, sedangkan tempat penyimpanan amunisi diupayakan untuk jauh dari lokasi permukiman penduduk.2.2Masalah

Pada RTRW Kabupaten Jember Tahun 2008-2028 juga terdapat permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam Kabupaten Jember, permasalahan tersebut antara lain:1.Permasalahan yang dihadapi dalam sistem perwilayahan pembangunan di Kabupaten Jember pada saat ini adalah :

a.Adanya lingkup WP yang terlalu luas sehingga pusat pengembangan menjadi kurang efektif dalam mendukung perkembangan kecamatan yang dilingkupinya.

b.Adanya beberapa pusat WP yang seharusnya mempunyai peran untuk menyangga dan menarik perkembangan wilayah bawahannya tetapi justru kurang mampu memberikan sistem pelayanan terhadap wilayah bawahnya dikarenakan keterbatasan penyediaan sarana dan prasarana penunjang sehingga pengembangan WP tersebut tidak dapat optimal secara keseluruhan.

2.Beberapa sub pusat regional Kabupaten Jember masih belum optimal dalam pengembangannya karena terhalang beberapa kendala geografis;

3.Pengembangan sistem hirarki dan orde kota pada pusat WP belum mampu meberikan multiplier effect bagi wilayah dengan hirarki / orde yang lebih kecil karena terkendala keterbatasan ketersediaan dan jangkauan skala pelayanan fasilitas untuk menarik perkembangan wilayah hirarki / orde di bawahnya;

4.Pusat permukiman di Jember memiliki membentuk hirarki akan tetapi memiliki kesenjangan perkembangan yang cukup tinggi. Umumnya kawasan perkotaan jauh meninggalkan kawasan perdesaan (dampak dari adanya konsentrasi ekonomi dan fasilitas vital pada wilayah perkotaan Kaliwates, Sumbersari, Patrang).

5.Permukiman perdesaan pada umumnya memiliki pelayanan yang sangat terbatas. Sebagai pusat pelayanan permukiman perdesaan, aktivitas masyarakatnya masih tergantung pada pusat-pusat permukiman/kota yang secara hirarkis berada pada tingkatan yang lebih besar, yaitu pusat perkotaan di masing-masing kecamatan. Hal ini menimbulkan ketergantungan terhadap kawasan perkotaan.

6.Pusat Kota Jember (wilayah perkotaan Kaliwates, Sumbersari, Patrang) berkembang sangat cepat bila dibandingkan dengan kota-kota yang ada di wilayah kecamatan. Perkembangan kota-kota di wilayah kecamatan cenderung tidak berjalan dengan baik, dalam arti kebijakan pembangunan didominasi di wilayah ibukota kabupaten, sedangkan pembangunan ibukota kecamatan kurang mendapat perhatian.7.Adanya persoalan berkembangnya kawasan budidaya ke kawasan lindung dan kurang banyaknya pengelolaan kawasan lindung. Hal ini menyebabkan terjadinya longsor yang pada akhirnya akan memperparah kerusakan lingkungan. Berkembangnya kawasan budaya ke kawasan lindung disebabkan kurangnya pengawasan dan pemantauan terhadap pelestarian kawasan konservasi dan hutan lindung. Hal tersebut ditunjang dengan kurangnya kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan hutan lindung.

8.Terdapatnya kawasan hutan produksi pada kawasan hutan lindung. Selain itu telah terjadi penebangan liar yang dilakukan masyarakat, yang seharusnya merupakan kawasan hutan dengan program tebang pilih, sehingga kawasan hutan produksi semakin terbuka dan cenderung dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan budidaya.

9.Perkembangan lahan pertanian di wilayah Kabupaten Jember saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, juga perkembangan lahan terbangun cenderung menggusur lahan pertanian tanaman pangan potensial. upaya mengatasi penurunan tingkat produktifitas tanaman pangan padi dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan, pembinaan, dan pengembangan potensi tanah yang ditunjang dengan program intensifikasi dan ekstensifikasi termasuk jaringan irigasi serta penerapan pengembangan tanaman padi organik dan berwawasan lingkungan. Kurang berfungsinya pos-pos informasi pasar, sehingga masyarakat cenderung melakukan penanaman sesuai dengan trend perkembangan tanaman pertanian saat ini.10.Kawasan tersebut digunakan sebagai basis TNI dalam melakukan aktivitas, maka kawasan permukiman penduduk di sekitar kawasan khusus militer tersebut harus diupayakan memiliki batas yang jelas. Permasalahan yang timbul adalah banyaknya area permukiman yang sudah berbatasan dengan komplek militer dan tidak adanya ketegasan dalam penetapan sempadan untuk gudang amunisi, sehingga terdapat beberapa gudang mesiu/amunisi yang direlokasi ke tempat yang lebih aman.

Bab III

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA3.1Data/Informasi Yang Digunakan

Di dalam tahap penyusunan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jember tahun 2008-2028 mengunakan beberapa data yang dikategorikan menjadi data umum, data sosial kependudukan, data ekonomi, dan data fisik.

A. Data Umum

Data yang termasuk dalam data umum ini adalah seperti batas administrasi dan geografis Jember yang derdiri atas:

Wilayah Kabupaten Jember berada pada jarak sekitar 198 km dari ibukota Propinsi Jawa Timur di bagian timur-selatan wilayah Propinsi Jawa Timur, tepatnya berada pada posisi 7(596 8(3356 Lintang Selatan dan 113(2500114(1200 Bujur Timur. Kabupaten Jember berada pada ketinggian antara 0 3330 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan daerah dengan ketinggian antara 100 500 meter di atas permukaan laut. Dengan luas wilayah seluas 3.293,34 km2.

Kabupaten Jember memiliki batas administrasi, sebagai berikut:

Sebelah Utara

: Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo;

Sebelah Selatan: Samudera Indonesia;

Sebelah Timur

: Kabupaten Banyuwangi; dan

Sebelah Barat

: Kabupaten Lumajang.

Kabupaten Jember berada pada ketinggian antara 0 3.300 m di atas permukaan laut. Kemampuan lahannya meliputi 79,32% dari luas daerah tanah bertekstur lempung, bertekstur halus sebesar 19,50%, dan bertekstur kasar sebesar 1,18%. Dalam bidang hidrologi kabupaten Jember mempunyai banyak sungai/kali yang bermanfaat untuk pertanian. Beberapa sungai yang cukup besar adalah Kali Bedadung, Kali Mayang, Kali Sanen, dan Kali Jatiroto. Kabupaten Jember beriklim sedang dan rata-rata bercurah hujan tinggi.

Kondisi penggunaan lahan yang akan dibahas disini meliputi kondisi lahan pertanian, perkebunan, kawasan hutan produksi, industri, dan permukiman.

B. Data Sosial Kependudukan

Data kependudukan yang dibutuhkan dalam penyusunan dokumen RTRW tersebut antara lain adalah data pertumbuhan penduduk Kabupaten Jember 15 tahun terakhir yaitu tahun 1992 2006 mengalami pertambahan penduduk yang cukup signifikan. Pada tiap tahunnya tidak selalu mengalami pertambahan penduduk namun ada yang mengalami penurunan penduduk. Tabel mengenai pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Tabel 3.1Tabel 3.1 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jember

No.TahunJumlah Penduduk (Jiwa)Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1.19922.087.363634

2.19932.099.899638

3.19942.112.436641

4.19952.124.973645

5.19962.137.510649

6.19972.150.047653

7.19982.162.583657

8.19992.175.120660

9.20002.187.657664

10.20012.120.074644

11.20022.123.968645

12.20032.131.289647

13.20042.136.999649

14.20052.141.467650

15.20062.146.571652

Sumber : Jember dalam Angka, Tahun 1992-2007

Selain itu juga dibutuhkan data penduduk berdasarkan jenis kelamin. Dilihat menurut komposisinya, jumlah penduduk perempuan sedikit lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki, hal ini ditunjukkan oleh angka rasio jenis kelamin Kabupaten Jember sebesar 96,78, walaupun apabila dilihat lebih rinci menurut kecamatan, ada beberapa kecamatan mempunyai komposisi penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan, yaitu kecamatan Wuluhan dan kecamatan Ambulu, masing-masing dengan angka rasio jenis kelaminnya sebesar 100,79 dan 102,07.

Selain itu pula dibutuhkan data penduduk berdasarkan agama, mata pencaharian, dan data tentang kepadatan penduduk seperti dalam Tabel 3.2Tabel 3.2 Kepadatan Penduduk Kabupaten Jember Tahun 2007

No.KecamatanLuas (Km2)Jumlah Penduduk (Jiwa)Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1Kencong65,9264.586979,76

2Gumuk Mas82,9876.235918,76

3Puger148,99104.429700,90

4Wuluhan137,18105.357767,99

5Ambulu104,5698.769944,63

6Tempurejo524,4669.913133,30

7Silo309,9896.138310,14

8Mayang63,7843.741685,83

9Mumbulsari95,1357.029599,51

10Jenggawah51,0269.4661.361,64

11Ajung56,6165.6491.159,60

12Rambipuji52,8071.5821.355,69

13Balung47,1271.5701.518,93

14Umbulsari70,5267.387955,63

15Semboro45,4343.756963,17

16Jombang54,3049.086904,01

17Sumberbaru166,3796.097577,60

18Tanggul199,9975.788378,95

19Bangalsari175,28107.132611,19

20Panti160,7157.599358,40

21Sukorambi60,6336.383600,11

22Arjasa43,7534.704793,19

23Pakusari29,1137.743 1.296,71

24Kalisat53,4866.6861.246,89

25Ledokombo146,9256.416383,99

26Sumberjambe138,2455.678402,76

27Sukowono44,0454.361 1.234,43

28Jelbuk65,0629.626455,37

29Kaliwates24,9494.0353.770,96

30Sumbersari37,05102.6362.770,37

31Patrang36,9986.9942.351,57

Jumlah3.293,342.146.571651,79

Sumber : Jember dalam Angka, Tahun 2007

C. Data Ekonomi

Data ekonomi yang dibutuhkan dalam penyusunan dokumen RTRW tersebut dapat berupa data-data sebagai berikut:

Data anggaran pendapatan dan belanja kabupaten jember yang seperti dalam Tabel 3.3Tabel 3.3 Anggaran Pendapatan Kabupaten Jember Tahun 2007

NoUraianTarget (Rp)Realisasi (Rp)

IPendapatan Asli Daerah116.596.673.713,73155.738.892.222,87

I.1Pendapatan Asli Daerah Sendiri53.183.115.812,7366.951.656.315,33

I.1.1Pajak Daerah15.884.500.000,0019.178.932.829,50

I.1.2Retribusi Daerah23.408.160.875,0025.306.988.809,00

I.1.3Laba Usaha Daerah2.090.000.000,004.089.682.918,52

I.1.4Lain-Lain Pendapatan11.800.454.937,7318.376.051.758,31

I.2Bagian Pemberian PMTH Atas26.257.535.000,0045.576.452.727,54

I.2.1Pos Bagi Hasil Pajak23.800.000.000,0043.754.050.419,00

I.2.2Pos Bagi Hasil Bukan Pajak2.457.535.000,001.822.402.308.54

I.2.3Pos Penerimaan dari Propinsi37.156.022.901,0043.210.783.180,00

IIPenerimaan Daerah1.001.634.852.885,911.030.071.521.264,42

II.1Bagian sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu99.164.179.172,1897.887.629.041,55

II.2Bagian pendapatan asli daerah53.183.115.812,7366.951.656.315,33

II.3Bagian Dana perimbangan849.287.557.901,00865.232.235.907,54

II.4Pinjaman pemerintah daerah00

II.5Bagian lain-lain pendapatan yang sah00

IIIBelanja Aparatur Daerah81.899.103.161,0068.952.073.063,88

III.1Belanja Administrasi Umum44.155.314.161,0034.046.569.644,88

III.2Belanja Operasional dan Pemeliharaan23.401.779.306,0021.133.801.316,00

III.3Belanja Modal14.342.009.694,0013.771.702.103,00

IVBelanja Pelayanan Publik822.233.891.204,00793.682.430.937,02

IV.1Belanja Administrasi Umum477.312.379.552,00464.069.230.907,02

IV.2Belanja Operasional dan Pemeliharaan181.735.439.073,00175.414.817.762,00

IV.3Belanja Modal163.186.072.579,00154.198.382.268,00

VBelanja dari hasil dan bantuan keuangan66.761.318.500,0066.160.785.554,00

VIBelanja tidak tersangka10.122.227.540.515,968.806.534.666,00

Sumber : Jember dalam Angka, Tahun 2007

Sebagaimana daerah di Indonesia yang secara umum dikenal dengan Negara agraris, daerah Kabupaten Jember juga dikenal dengan daerah agraris, hal ini ditunjukkan dengan besarnya lahan yang digunakan untuk pertanian. Pertanian disini meliputi sawah, kebun/lading/tegal, tambak, kolam/ empang, lahan untuk kayu-kayuan, perkebunan. Untuk lebih detail, dapat dijelaskan melalui Tabel 3.4Tabel 3.4 Jumlah Tanaman Menghasilkan, Rata-rata Produksi dan Total Produksi

Buah-buahan Menurut Jenis Buah Tahun 2006

NoJenis BuahJumlah Tanaman Menghasilkan (pohon)Produktivitas (kw/pohon)Produksi

(kw)

1.Alpukat 7.2430,785.617

2.Belimbing 4.7571,185.617

3.Duku/Langsat 24.2410,7117.267

4.Durian 29.0360,7120.670

5.Jambu Air 6.6070,271.790

6.Jambu Biji 20.1480,316.317

7.Jeruk Besar 910,9788

8.Jeruk Siam 1.515.6970,661.006.956

9.Mangga 105.9460,4649.094

10.Manggis 200,102

11.Nanas 2.1360,06118

12.Nangka 24.8681,6641.267

13.Pepaya 111.4690,4347.996

14.Pisang 927.1780,45418.842

15.Sirsat 5.2790,331.750

16.Rambutan 235.2670,43100.252

17.Salak 56.0460,116.127

18.Sawo 1.7350,27464

19.Sukun 1.3880,951.321

20.Melinjo 3440,68233

21.Petai 5.4300,462.494

Jumlah Tahun 20063.084.9260,561.734.282

Jumlah Tahun 20052.210.2470,613.623.491

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Jember

Luas panen dan produksi tembakau serta kopi pada tahun 2006 di Kabupaten Jember dapat dilihat pada Tabel 3.5Tabel 3.5 Luas Panen dan Produksi Tembakau dan Kopi Tahun 2006

NoKecamatanLuas Panen (Ha)Produksi

Tembakau (ton)Kopi (kw)Tembakau (ton)Kopi (kw)

1Kencong11,10-16,54-

2Gumukmas12,002.0618,604.26

3Puger263,40-294,36-

4Wuluhan1.132,644.111.338,4814.00

5Ambulu1.290,005.341.483,7614.42

6Tempurejo196,6018.51224,9554.94

7Silo284,042192.23247,756705.01

8Mayang173,5059.54155,26207.03

9Mumbulsari126,6947.33104,72129.31

10Jenggawah97,005.75106,7020.67

11Ajung28,052.5237,73-

12Rambipuji105,004.73128,8510.91

13Balung190,505.07238,2513.66

14Umbulsari0,006.450,007.69

15Semboro0,004.950,0013.97

16Jombang8,50-12,88-

17Sumberbaru0,00282.500,00954.20

18Tanggul0,00256.730,00765.34

19Bangsalsari12,00125.4910,37434.61

20Panti 9,35389.097,491485.77

21Sukorambi19,35107.8213,45422.21

22Arjasa65,4052.8959,16140.84

23Pakusari617,6538.23623,67146.44

24Kalisat 728,3535.38581,2288.27

25Ledokombo 290,00534.31242,091652.04

26Sumberjambe 357,00573.52305,021773.94

27Sukowono300,5038.49266,70172.55

28Jelbuk10,50615.517,981190.57

29Kaliwates 2,705.672,418.50

30Sumberari275,25-307,39-

31Patrang82,0060.3064,45197.06

Jumlah Tahun 20066.689,075.474,526.900,2316.682,21

Sumber : Jember dalam Angka, Tahun 2007

Tabel 3.6 Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak (ekor) Tahun 2006

NoKecamatanTernak BesarTernak KecilUnggas

Sapi PerahSapi PotongKudaKerbauKambingDombaBabiAyam BurasAyam RasAyam PedagingItik

1Kencong-7.390-161.1851.5852324.697 2.54866.0342.552

2Gumukmas- 8.65531101.2932.342-93.971 7.80288.58614.360

3Puger7 8.1043851.7802.571-43.175 16.48817.20310.713

4Wuluhan5 6.2687181.9822.166-38.867 7.60012.6262.995

5Ambulu36.45082652.1181.4732859.410 20.21018.1852.526

6Tempurejo149.3297-2.4872.979-60.658 5.0676.4001.924

7Silo-12.288--1.6757.199-80.482 10.50226.4143.783

8Mayang-8.06512-71.187-25.555 -5.3051.593

9Mumbulsari-6.2405-5.6303.577-40.176 20.77418.5389.452

10Jenggawah-4.3692133532.367-62.322 -33.5253.956

11Ajung-3.390-6407895-66.038 8.37516.25410.252

12Rambipuji-5.73112-1.9512.514-25.519 9.77064.2056.652

13Balung-4.93115-1.6102.183-52.409 68.45237.6752.616

14Umbulsari-6.8649831.6962.35517897.377 1.72242.05910.635

15Semboro-5.13617501.4191.65620063.056 50625.13912.384

16Jombang-5.313152811.1492.175-40.411 5.26921.33412.453

17Sumberbaru-8.1222392.8221.390-56.611 -12.7006.659

18Tanggul64.7505452.0062.236-16.664 -6.6051.527

19Bangsalsari-7.47951-3.3972.252-89.525 5.32021.7152.495

20Panti -3.23811-1.6102.430-26.897 -8.7821.081

21Sukorambi-2.50769664.653-35.695 20.321-994

22Arjasa1844.2482-2.1942.259-43.601 7.04314.1183.654

23Pakusari-4.06313--420-51.404 5.66060.9541.815

24Kalisat 396.444101-25871-46.510 -21.5372.154

25Ledokombo -5.35918-1.9582.304-34.713 5.00010.9243.468

26Sumberjambe 1111.1611534609538-81.302 62.8297.11116.584

27Sukowono-5.91724-104929-106.841 56.031161.42712.793

28Jelbuk-4.869--1.504790-18.247 11.6677.6192.739

29Kaliwates 3501.793--2101.789206.695 7.30015.239141

30Sumberari-2.0292-641.285-30.302 5.20016.254463

31Patrang72.7642-282818-24.486 3.53513.5112.215

Jumlah 626183.26643798443.59364.1886581.523.616374.991877.978167.628

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jember.Tabel 3.7 Banyaknya Rumah Tangga Budidaya Ikan Menurut Dan Jenis Budidaya,Tahun 2006

NoKecamatanKolamMina PadiKerambaLongyamKPITambak

1Kencong256---114-

2Gumukmas418---1427

3Puger67---34

4Wuluhan106---37-

5Ambulu351--41

6Tempurejo38---1-

7Silo7511----

8Mayang4940--4-

9Mumbulsari103-----

10Jenggawah94---1-

11Ajung74---1-

12Rambipuji7618--36-

13Balung76---34-

14Umbulsari494---40-

15Semboro203---47-

16Jombang227---22-

17Sumberbaru138---33-

18Tanggul292---17-

19Bangsalsari386---49-

20Panti 4512----

21Sukorambi34---1-

22Arjasa29---2-

23Pakusari3215--2-

24Kalisat 202554-23-

25Ledokombo 4312--5-

26Sumberjambe 52243---

27Sukowono7416--1-

28Jelbuk32-----

29Kaliwates 34---1-

30Sumberari49---2-

31Patrang231--1-

Jumlah 38562057-49532

385613512-49528

Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten JemberTabel 3.8 Luas Kawasan Hutan (Ha) Menurut Fungsinya Tahun 2006

NoKecamatanLuas HutanHutan ProduksiHutan LindungHutan Wisata/ SuakaLDTI*

1Kencong-----

2Gumukmas-----

3Puger2.635,08199,802.387,7020,0047,58

4Wuluhan3.536,393.519,00--17,39

5Ambulu6.496,735.460,50978,50-57,73

6Tempurejo-----

7Silo25.295,805.715,5019.454,60-125,70

8Mayang2.258,141.520,80705,30-32,04

9Mumbulsari1.316,33941,83374,50--

10Jenggawah-----

11Ajung-----

12Rambipuji18,8018,80---

13Balung-----

14Umbulsari-----

15Semboro-----

16Jombang-----

17Sumberbaru-----

18Tanggul4.833,803.832,501.001,30--

19Bangsalsari4.453,103.846,40508,60-98,10

20Panti 2.556,001.972,10583,90--

21Sukorambi-----

22Arjasa690,90420,10270,80--

23Pakusari-----

24Kalisat -----

25Ledokombo 955,30552,70402,60--

26Sumberjambe 4.731,003.048,701.682,30--

27Sukowono5,605,60---

28Jelbuk570,40559,6010,80--

29Kaliwates -----

30Sumberari-----

31Patrang3,50 3,50 - - -

Jumlah 60.356,87**31.617,4328.360,9020,00378,54

Sumber: Perum. Perhutani/ KPH Jember

Keterangan :* Lapangan DenganTujuan Istimewa.

** Luas Kawasan hutan tidak termasuk luas kawasan hutan yang dikelola TN MeruBetiri dan BKSDA.Jumlah perusahaan industry dan tenaga kerja di Kabupaten Jember pada tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 3.9Tabel 3.9 Jumlah Perusahaan Industri dan Tenaga Kerja Tahun 2006

NoJenis Kegiatan IndustriIKKRIndustri SedangIndustri Besar

UnitTenaga KerjaUnitTenaga KerjaUnitTenaga Kerja

1.Makanan, minuman, dan tembakau11.13136.58456910.894214.045

2.Tekstil, barang kulit, dan alas kaki2.3205.124851.293224

3.Barang kayu dan hasil hutan lainnya7.40816.8573003.1674172

4.Kertas dan barang cetakan21976878413--

5.Pupuk, kimia dan barang dari karet13744933347--

6.Semen, dan barang galian non logam4.06915.2322322.778480

7.Logam dasar, besi dan baja1.1283.1281241.060--

8.Alat angkutan, mesin, dan peralatan 8853.39479564--

9.Barang lainnya8603.56173637472

Jumlah28.15785.0971.57321.153354.393

Sumber : Jember dalam Angka, Tahun 2007

D. Data Fisik

Data fisik antara lain yang dibutuhkan dalam upaya menyusun dokumen RTRW Jember antara lain seperti transportasi yang meliputi sistem dan sarana prasarana transportasi. Terdapat dua jenis sistem transportasi di Kabupaten Jember, yaitu jalan raya dan transportasi kereta api. Pola pergerakan di Kabupaten Jember sangat di pengaruhi oleh pola jaringan jalan, artinya wilayah-wilayah yang mempunyai jaringan jalan memadai mempunyai tingkat kepadatan lalu lintas tinggi dan aksesibilitas yang baik. Orientasi pergerakan masih terpusat ke Kota Jember sebagai ibu kota kabupaten.

Tabel 3.10 Perkembangan Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan BerdasarkanCatatan Kepolisian Resort Jember Tahun 2002 2006

Jenis Kendaraan20022003200420052006

Sepeda motor16.36017.81825.10642.65628.032

Jeep3.144166218209129

Sedan4.303282298465254

Colt Station8.4277351.1021.448857

Truk4.705266306429221

Colt pick up3.719351360420304

Bus41716856230

Ambulance271228

Dokar-----

Becak-17.500---

Jumlah189.10237.13527.40045.68530.035

Sumber: Kepolisian Resort Kabupaten Jember

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas akan meningkatkan usaha pembangunan khususnya dalam upaya memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan di Kabupaten Jember pada tahun 2006 mencapai 2.153,437 kilometer yang terdiri dari 68,541 kilometer jalan negara, 0,176 kilometer jalan propinsi, 90,66 kilometer jalan ex propinsi yang pembinaannya sudah diserahkan ke kabupaten, dan 1.994,06 kilometer merupakan jalan kabupaten. Pada tahun tersebut ternyata jalan yang diaspal sebesar 77,13 persen, jalan kerikil 5,74 persen dan jalan tanah sebesar 17,13 persen dari total panjang jalan yang ada. Tabel 3.11 Perkembangan Panjang Jalan Negara, Propinsi dan Kabupaten Tahun2005-2006

Keadaan20052006

NegaraPropinsiKabupatenNegaraPropinsiKabupaten

JENIS

PERMUKAAN:

Aspal

Kerikil

Tanah

Lainnya

Jumlah80,690

-

-

-

80.69087,840

-

-

-

87,8401.222,162

198,783

573,115

-

1.994,06079,730

-

-

-

79,730176,24

-

-

-

176,241.501,527

123,632

368,901

-

1.994,060

KONDISI

JALAN:

Baik

Sedang

Rusak ringan

Rusak berat

Jumlah38,230

37,932

4,528

-

80,6907,750

71,690

8,400

-

87,840435,784

728,612

581,077

248,587

1.994,06011,200

54,484

14,046

-

79,73029,13

147,11

-

-

176,24757,743

598,218

458,634

179,465

1.994,060

KELAS

JALAN:

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IA

Kelas IIB

Kelas IIIC

Kelas IV

Kelas V

Lainnya-

80.150

-

-

-

-

-

-

--

-

176.650

4.225

-

-

-

-

--

-

-

1.015.102

-

-

-

511.786-

80.150

-

-

-

-

-

-

--

-

186.185

4.225

-

-

-

-

--

-

144.197

903.913

-

77.866

-

-

451.355

Sumber : Jember dalam Angka, Tahun 2007

3.2Analisis yang digunakan

Dengan berdasarkan data-data di atas yang terdiri dari data umum, data sosial kependudukan, data ekonomi, dan data fisik akan dilakukan analisis-analisis yang terdiri dari analisis deskriptif, analisis evaluative, dan analisis development.

A. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang tertulis dalam dokumen RTRW Jember tersebut antara lain adalah analisis kebijakan umum Rencana Tata Ruang Kabupaten, yang bertujuan:

Mengusahakan pemerataan pembangunan yang serasi didalam dan antar wilayah serta sub wilayah, agar perbedaan pembangunan dapat diperkecil.

Mengusahakan dan mengarahkan kegiatan pembangunan wilayah sesuai potensi, ondisi, serta fungsi yang terdapat disetiap wilayah dan sub wilayah pembangunan.

Mengembangkan hubungan ekonomi antar wilayah dan sub wilayah pembangunan secara saling menguntungkan demi terjalinnya interaksi yang harmonis dalam kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan polkam, sehingga terwujudnya ekonomi daerah yang kuat dan mampu menunjang/memperkokoh perkembangan regional.

Mempertajam prioritas pembangunan pada daerah rawan, daerah terbelakang melalui program khusus dengan tetap memperhatikan sepenuhnya upaya penyelamatan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Ada pula analisis penggunaan lahan yang didalamnya terdapat luas lahan pertanian yang ada di Kabupaten Jember mencapai lebih dari 1.700.000 ha, sedangkan untuk luas hutan mencapai lebih dari 200.000 ha, untuk kawasan permukiman, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kawasan permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan. Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi sedang serta memiliki intensitas bangunan yang cukup tinggi. Selain itu masih terdapat analisis-analisis lain seperti analisis keadaan sistem perangkutan, analisis kondisi permukiman, analisis fasilitas dan pelayanan sosial, analisis utilitas perkotaan, analisis aspek administrasi dan pengelolaan pembangunan.Tabel 3.12 Luas Kawasan Hutan (Ha) Menurut Fungsinya Tahun 2007

NoKecamatanHutan lindungHutan produksiHutan suaka/wisataLuas hutan

1Kencong---0,00

2Gumukmas---0,00

3Puger2.403,90235,100,202.639,60

4Wuluhan-3.323,6070,003.394,00

5Ambulu978,505.388,8042,506.439,00

6Tempurejo0,00

7Silo19.438,405.390,9030,4025.153,90

8Mayang705.301.506,6512,202.226,10

9Mumbulsari374,50865,4014,101.316,33

10Jenggawah-89,10-89,10

11Ajung---0,00

12Rambipuji-13,20-18,80

13Balung---0,00

14Umbulsari---0,00

15Semboro---0,00

16Jombang---0,00

17Sumberbaru-0,00

18Tanggul1.001,303.832,50-4.833,80

19Bangsalsari508,603.784,90-4.355,00

20Panti 583,901.964,404,502.556,00

21Sukorambi--0,00

22Arjasa270,80420,10-690,90

23Pakusari---0,00

24Kalisat ---0,00

25Ledokombo 402,60552,70-955,30

26Sumberjambe 1.682,303.041,701,004.731,00

27Sukowono-5,60-5,60

28Jelbuk10,80559,60-570,40

29Kaliwates ---0,00

30Sumberari---0,00

31Patrang-3,40-3,50

Jumlah 28.360,9030.977,65174,959.978,33

Sumber: Perum. Perhutani/ KPH Jember

Dari Tabel 3.12 dapat disimpulkan kecamatan di Kabupaten Jember yang memiliki luas hutan paling banyak adalah Kecamatan Silo, sedangkan yang luas hutannya paling sedikit terdapat di Kecamatan Patrang. Namun masih bayak Kecamatan yang bahkan tidak memiliki lahan hutan.

Dalam analisis keadaan sistem pergerakan, pola pergerakan signifikan yang terlihat pada jam-jam tertentu seperti pada waktu dimulainya aktivitas (pukul 07.00 WIB) dan berakhirnya kegiatan (pukul 16.00 WIB ) cenderung bergerak dari daerah pinggiran menuju pusat kota dan sebaliknya. Hal ini terjadi akibat pusat kota merupakan tempat berkumpulnya berbagai aktivitas kegiatan kota. Pemusatan aktivitas kota pada pusat kota menyebabkan terjadinya tarikan yang cukup besar dari daerah-daerah bangkitan yaitu permukiman. Dampak yang ditimbulkan dari kondisi yang terjadi adalah terjadinya volume pergerakan yang melebihi kemampuan jaringan jalan yang ada karena sebagian besar pergerakan menuju pada satu tujuan yang sama dengan menggunakan jalan yang sama dan pada waktu yang bersamaan

Di dalam analisis karakteristuk perumahan dijelaskan bahwa secara umum karalteristik permukiman yang ada di Kabupaten Jember cenderung mendekati pusat-pusat kegiatan. Hal ini terjadi karena pertimbangan efisiensi jarak dan waktu. Selain itu sejumlah kemudahan yang ditawarkan dari adanya fasilitas pelayanan dan utilitas kota yang lebih banyak terdapat pada pusat kota merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi masyarkat. Apa bila tidak diikuti dengan pembangunan fasilitas dan utilitas kota yang lebih merata, hal ini akan berdampak buruk pada strukutr ruang kota, dimana perkembangan kota akan semakin tidak merata karena tersentralisasi pada suatu wilayah.B. Analisis Evaluative

Analisis evaluative dalam dokumen RTRW Jember diantaranya terdapat analisis kependudukan yang berisi proyeksi seperti dalam Tabel 3.13Tabel 3.13 Proyeksi Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Jember

KecamatanTahun

20082013201820232028

Kencong64.86965.52066.17866.97667.513

Gumuk Mas76.74277.51378.29179.23579.871

Puger104.777105.829106.892108.181109.049

Wuluhan106.998108.072109.157110.473111.360

Ambulu99.491100.490101.499102.723103.547

Tempurejo70.24570.95071.66272.52673.108

Silo96.96397.93698.919100.112100.916

Mayang44.34144.78645.23545.78146.148

Mumbulsari57.30557.88058.46159.16659.641

Jenggawah69.82470.52571.23272.09172.670

Ajung66.00266.66567.33468.14668.692

Rambipuji71.77372.49373.22174.10474.698

Balung71.88672.60773.33674.22174.816

Umbulsari67.44468.12168.80569.63470.193

Semboro43.88044.32044.76545.30545.668

Jombang49.17649.67050.16950.77451.181

Sumberbaru96.42397.39198.36999.556100.355

Tanggul76.13676.90077.67278.60979.240

Bangsalsari107.422108.500109.589110.911111.801

Panti57.76758.34758.93359.64460.122

Sukorambi36.47536.84137.21137.73537.962

Arjasa34.89835.24835.60236.10336.320

Pakusari37.78838.16738.55039.09339.328

Kalisat67.30467.98068.66369.63070.048

Ledokombo56.77557.34557.92158.73759.090

Sumberjambe56.42056.98657.55858.36758.720

Sukowono54.76655.31655.87256.65856.999

Jelbuk29.64828.94630.24630.67230.857

Kaliwates94.43695.38596.34297.69998.287

Sumbersari103.000104.034105.078105.558107.199

Patrang87.22388.09988.98390.23790.779

Jumlah2.158.1912.179.8612.201.7452.232.7552.246.178

Sumber : Hasil Analisis, 2008

Dari Tabel 3.13 diketahui bahwa Kecamatan Bangsalsari adalah Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak sehingga hasil proyeksi penduduknya paling banyak diantara Kecamatan-kecamatan yang lainnya. Serta analisis kepadatan penduduk yang telah tercatat dalam Tabel 3.14 berikut.Tabel 3.14 Tingkat Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Jember

KecamatanLuas Wilayah

(km2)Tahun

20082013201820232028

Kepadatan Tahun 2008Tingkat KepadatanKepadatan Tahun 2013Tingkat KepadatanKepadatan Tahun 2018Tingkat KepadatanKepadatan Tahun 2023Tingkat KepadatanKepadatan Tahun 2028Tingkat Kepadatan

Kencong65,92984,06Sedang993,93Sedang1.003,91Tinggi1.013,99Tinggi1.024,17Tinggi

Gumuk Mas82,98924,83Sedang934,11Sedang943,49Sedang952,96Sedang962,53Sedang

Puger148,99703,25Sedang710,31Sedang717,44Sedang724,64Sedang731,92Sedang

Wuluhan137,18779,98Sedang787,81Sedang795,72Sedang803,71Sedang811,78Sedang

Ambulu104,56951,51Sedang961,07Sedang970,72Sedang980,46Sedang990,31Sedang

Tempurejo524,46133,94Rendah135,28Rendah136,64Rendah138,01Rendah139,40Rendah

Silo309,98312,80Rendah315,94Rendah319,11Rendah322,32Rendah325,55Rendah

Mayang63,78695,22Sedang702,19Sedang709,24Sedang716,36Sedang723,55Sedang

Mumbulsari95,13602,39Sedang608,43Sedang614,54Sedang620,71Sedang626,94Sedang

Jenggawah51,021.368,56Tinggi1.382,29Tinggi1.396,17Tinggi1.410,18Tinggi1.424,34Tinggi

Ajung56,611.165,91Tinggi1.177,61Tinggi1.189,43Tinggi1.201,37Tinggi1.213,43Tinggi

Rambipuji52,801.359,34Tinggi1.372,97Tinggi1.386,76Tinggi1.400,68Tinggi1.414,74Tinggi

Balung47,121.525,59Tinggi1.540,9Tinggi1.556,37Tinggi1.572Tinggi1.587.78Tinggi

Umbulsari70,52956,38Sedang965,98Sedang975,68Sedang985,47Sedang995,37Sedang

Semboro45,43965,88Sedang975,57Sedang985,36Sedang995,26Sedang1.005,25Tinggi

Jombang54,30905,64Sedang914,73Sedang923,91Sedang933,19Sedang942,56Sedang

Sumberbaru166,37579,57Sedang585,39Sedang591,27Sedang597,21Sedang603,20Sedang

Tanggul199,99380,70Rendah384,52Rendah388,38Rendah392,28Rendah396,22Rendah

Bangsalsari175,28612,86Sedang619,01Sedang625,22Sedang631,50Sedang637,84Sedang

Panti160,71359,45Rendah363,06Rendah366,70Rendah370,39Rendah374,10Rendah

Sukorambi60,63601,60Sedang607,64Sedang613,74Sedang619,90Sedang626,12Sedang

Arjasa43,75797,67Sedang805,67Sedang813,76Sedang821,93Sedang830,18Sedang

Pakusari29,111.298,11Tinggi1.311,12Tinggi1.324,29Tinggi1.337,58Tinggi1.351,01Tinggi

Kalisat53,481.258,49Tinggi1.271,13Tinggi1.283,89Tinggi1.296,78Tinggi1.309,80Tinggi

Ledokombo146,92386,43Rendah390,32Rendah394,27Rendah398,19Rendah402,19Rendah

Sumberjambe138,24408,13Rendah412,22Rendah416,36Rendah420,54Rendah424,77Rendah

Sukowono44,041.243,55Tinggi1.256,04Tinggi1.268,65Tinggi1.281,39Tinggi1.294,26Tinggi

Jelbuk65,06455,70Rendah460,28Rendah464,90Rendah469,57Rendah474,28Rendah

Kaliwates24,943.786,53Tinggi3.824,56Tinggi3.862,96Tinggi3.901,75Tinggi3.940,92Tinggi

Sumbersari37,052.780,03Tinggi2.807,93Tinggi2.836,12Tinggi2.864,59Tinggi2.893,35Tinggi

Patrang36,992.358,02Tinggi2.381,69Tinggi2.405,60Tinggi2.429,76Tinggi2.454,15Tinggi

Sumber : Hasil Analisis, 2008

Terdapat pula analisis keadaan perekonomian regional yang didalamnya menganalisis LQ kabupaten Jember. Hal tersebut tercatat dalam tabel 3.15Tabel 3.15 Nilai LQ Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Jember (Juta Rupiah)

SektorKabupaten JemberPropinsi Jawa TimurNilai LQ

PDRB%PDRB%

Pertanian 3.839.516,4144,6429.434.765,9220,182,53

Pertambangan & Penggalian 386.466,213,834.449.440,422,280,43

Industri Pengolahan 620.399,327,2850.501.759,9325,840,64

Listrik, Gas, dan Air Bersih 77.441,930,884.962.268,492,540,36

Konstruksi273.122,083,268.761.295,164,481,55

Perdagangan, Hotel & Restoran 1.687.146,9219,4646.951.776,2824,020,79

Pengangkutan & Telekomunikasi 381.753,244,3812.999.417,216,650,83

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 581.559,886,237.624.047,143,900,75

Jasa-Jasa 858.590,4010,0319.759.110,0310,110,9

Jumlah8.236.276,67100195.443.880,56100-

Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2008

Dari Tabel 3.15 diketahui nilai LQ yang paling tinggi di Kabupaten Jember adalah pada sector pertanian yang nilainya 2,53.Tabel 3.16 LQ Produksi Tanaman Perkebunan

KecamatanLQ Produksi Komoditi TanamanPerkebunan

BayamKangkungBuncisKacang PnjngTomatKetimunTerungCabe

BesarCabe

RawitSawi/

PetsaiKubisLabu

SiamKembang

KolMelonSemangka

Kencong--79.161.2--0,661,710,14------

Gumukmas84.455.2-1.52.644.102,377,835,412,72---37,20,38

Puger---0.06-0.430,170,760,03-----1,17

Wuluhan---0,080,007--5,810,09-0,34----

Ambulu-23,3-6,916,67,917,430,851,0614,56,74-35,6899,90,009

Tempurejo---1,75-7,012,976,490,65------

Silo--14,6-0,33--1------0,001

Mayang26,480,3-0,170,570,820,601,420,060,99-93,23-16,00,01

Mumbulsari9,28,1-0,130,320,850,441,380,020,63-----

Jenggawah--7,150,100,420,420,310,360,02-0,01---0,001

Ajung---0,726,668,723,3512,9------0,03

Rambipuji---0,33--0,04-0,07-----0,03

Balung---0,89--0,67-0,170,32----0,02

Umbulsari---0,240,180,190,010,46------0,003

Semboro---0,11---0,35------0,006

Jombang---0,21--0,832,050,03----42,6-

Sumberbaru---0,34---1,050,01------

Tanggul---0,02--0,16-0,010,16-----

Bangsalsari---0,05-0,380,791,690,002-----0,13

Panti---0,130,730,570,351,190,032,291,62-8,14-0,005

Sukorambi3,15139,49,20,060,17-0,11--4,64-----

Arjasa---0,14--2,09-0,12------

Pakusari---------------

Kalisat---0,0080,03-0,04-1,99-----0,004

Ledokombo---0,150,901,640,972,690,30-----0,04

Sumberjambe---0,18--0,17--------

Sukowono----0,21-0,98-0,10------

Jebuk---0,01-0,440,040,090,04-----0,001

Kaliwates33,4----1,07---1,70-----

Sumbersari----0,722,651,741,210,03------

Patrang1,3--0,0010,0050,080,02-0,010,27-----

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2008

Tabel 3.16 di atas menjabarkan hasil produksi komoditi tanaman perkebunan yang terdapat di Kabupaten Jember yang diantaranya terdapat bayam, kangkung, buncis, kacang panjang, tomat, ketimun, cabe besar, cabe rawit, sawi, kubis, labu siam, kembang kol, melon, dan semangka.Tabel 3.17 LQ Produksi Ternak

KecamatanLQ Produksi Ternak

Sapi PerahSapi PotongKerbauKambingAyamItik

Kencong-0,970,301,010,96

Gumukmas-1,090,141,390,930,87

Puger0,321,040,171,620,960,90

Wuluhan0,250,980,390,361,000,95

Ambulu-0,790,395,121,131,03

Tempurejo-1,380,47-0,730,69

Silo0,721,56--0,610,58

Mayang-1,110,71-0,920,87

Mumbulsari-1,250,47-0,820,78

Jenggawah-1,010,180,380,980,93

Ajung-0,12-0,291,591,51

Rambipuji-1,010,33-0,980,93

Balung-0,720,13-1,181,12

Umbulsari-0,750,341,161,161,09

Semboro-1,93-3,060,360,31

Jombang-0,790,8811,991,130,97

Sumberbaru-1,132,630,560,900,85

Tanggul0,520,693,300,141,201,13

Bangsalsari-0,912,68-1,200,99

Panti-0,621,12-1,251,18

Sukorambi-1,060,520,320,950,90

Arjasa13,380,900,19-1,051,00

Pakusari-2,092,55-0,250,23

Kalisat-1,289,18-0,800,73

Ledokombo-1,061,26-0,940,89

Sumbedrjambe0,351,110,490,370,910,86

Sukowono0,940,911,821,050,99

Jebuk-0,92--1,040,99

Kaliwates23,400,45-0,851,361,29

Sumbersari-0,500,22-1,331,26

Patrang4,410,700,230,351,191,13

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2008

Tabel 3.17 menjelaskan tentang nilai LQ dalam bidang produksi hasil peternakan yang terdapat di Kabupaten Jember.Tabe 3.18 LQ Produksi Perikanan

NoKecamatanLQ

Ikan KeringLQ

PindangLQ

AsapanLQ

TerasiLQ

KerupukLQ

Tepung Ikan

1Puger1.040.981.041.011.070

2Ambulu0.501.280.420.710.190

3Kencong0.871.031.442.170.290

4Gumukmas0.001.212.840.000.000

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2008

Dalam Tabel 3.18 dijelaskan bahwa nilai LQ bidang produksi perikanan yang nilainya paling tinggi adalah nilai LQ untuk ikan asapan di Kecamatan Gumukmas. Untuk nilai LQ yang paling rendah adalah nilai LQ ikan asapan di Kecamatan Ambulu.C. Analisis Development

Dalam analisis development yang terdapat didalam dokumen RTRW Jember adalah analisis pengembangan kawasan (SWOT, IFAS dan EFAS).

Tabel 3.19 Matriks Potensi dan Permasalah Kabupaten Jember

VariabelS (Strength)

KekuatanW (Weakness)

KelemahanO (Oportunity)

KesempatanT (Threath)

Ancaman

Struktur Tata Ruang Pembagian struktur tata ruang dalam wilayah pembangunan dapat memeratakan distribusi fasilitas pelayanan umum dan meningkatkan aktifitas ekonomi masyarakat untuk mendorong pembangunan.

Sistem Multiple Nucley pada struktur tata ruang Kabupaten Jember berjalan efektif dalam pendistribusian pelayanan sekaligus sebagai katalis pengembangan wilayah dari pusat pelayanan terhadap daerah hinterlandnya

Pengembangan sistem pelayanan hirarki orde kota didasarkan pada potensi yang dimiliki masing-masing wilayah sehingga dalam satu kesatuan sistem.

Adanya sistem hirarki pusat pelayanan permukiman perdesaan yang dapat mendukung pengembangan sosial ekonomi masyarakat di wilayah perdesaan secara umum. Lingkup administratif Wilayah Pengembangan (WP) yang terlalu luas sehingga kurang efisien dalam sistem pusat pelayanan

Beberapa wilayah kecamatan memiliki tingkat perkembangan yang belum optimal karena terkendala faktor geografis kawasan

Permukiman perdesaan umumnya memiliki pelayanan yang terbatas, sehingga banyak pusat permukiman yang masih bergantung pada pusat perkotaan kecamatan yang selanjutnya menimbulkan ketergantungan terhadap kawasan perkotaan.

Ketimpangan perkembangan pada pusat Kota Jember berkembang sangat cepat dimana kebijakan pembangunan didominasi di wilayah ibukota kabupaten, sedangkan pembangunan ibukota kecamatan kurang mendapat perhatian. Adanya kebijakan pembangunan akses regional Surabaya-Jember-Banyuwangi dan jalur lintas selatan Kabupaten Jember berpeluang untuk dikembangkan sub pusat wilayah yang akan berperan sebagai koleksi dan distribusi untuk kawasan pusat wilayah yaitu WP Jember.

Adanya kebijakan penetapan pusat dan sub pusat regional akan menjadi bumerang apabila hanya menjadi pusat pelayanan wilayah sekitarnya tanpa mampu berperan sebagai katalis pembangunan. Dampak buruknya adalah semakin terkonsentrasinya pembangunan pada pusat-pusat wilayah.

Pola Pemanfaatan Ruang / Lahan 57.21 % luas wilayah di Kabupaten Jember merupakan lahan dengan kemiringan lahan 0-15% (landai), sehingga lebih memudahkan dalam proses pembangunan pola pemanfaatan ruang.

Memiliki sumber mata air yang tersebar relatif merata dengan lima hidrologi sungai yang berperan penting dalam pengembangan sektor pertanian di seluruh wilayah Kabupaten Jember.

Lahan di Kabupaten Jember mempunyai potensi besar terhadap pengembangan sektor perekonomian yang berasal dari hasil alam berupa pertanian, perkebunan dan kehutanan.

Kabupaten Jember telah memiliki kawasan lindung yang berfungsi untuk perlindungan, pengawetan, konservasi dan pelestarian fungsi sumberdaya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan secara serasi yang berkelanjutan. Kurangnya pengawasan dan pemantauan terhadap pelestarian kawasan konservasi dan hutan lindung mengakibatkan berkembangnya kawasan budidaya ke kawasan lindung yang menyebabkan terjadinya longsor yang pada akhirnya akan memperparah kerusakan lingkungan Kurang lestarinya hutan, kurangnya kegiatan penghijauan kembali (reboisasi), terjadinya pencurian/penebangan kayu, berbagai alih fungsi kawasan sehingga fungsi dasar sebagai kawasan lindung menjadi berkurang.

Kerusakan kawasan lindung karena mengalami perubahan fungsi, yakni seharusnya hutan berubah menjadi kawasan budidaya seperti tegalan, sawah, kebun, perumahan, dan sebagainya.

Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya fungsi kawasan lindung cenderung kurang, atau bahkan tidak perduli, sehingga masyarakat cenderung melakukan perusakan terhadap kawasan tersebut. Kebijakan propinsi untuk pengembangan sektor pertanian hortikultura, perkebunan, kehutanan sebagai sistem kegiatan Kabupaten Jember yang merupakan pusat pertumbuhan wilayah (SWP Jember) propinsi dapat mendukung perkembangan pola pemanfaatn lahan yang ada.

Kebijakan kawasan agropolitan melalui kegiatan agroindustri mampu memberi nilai tambah serta meraih pangsa pasar yang lebih besar.

Kebijakan pembangunan rencana-rencana jalan baru membuka peluang pemanfaatan lahan yang lebih luas.

Kebijakan pengembangan wilayah yang memiliki aksesibilitas laut dan udara mendorong pengembangan guna lahan lebih cenderung ke wilayah selatan dan timur Jember.

letak Jember di pantai selatan yang sangat potensial akan kekayan ikan dan didukung kebijakan pengembangan kawasan pantai Selatan terkait pengembangan Jalan Lintas Selatas (JLS) memerikan peluang pengembangan kawasan Selatan yang selama ini tertinggal dengan penekanan pengembangan sektor perikanan. Kebijakan penetapan kawasan hutan produksi apabila kurang pengawasan dan pengendalian dapat menyebabkan eksploitasi hasil hutan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkkungan.

Kebijakan pengembangan kawasan pertambangan jika kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dapat berdampak buruk terhadap lingkungan.

Sumber Daya Manusia Secara kuantitas Kabupaten Jember memiliki penduduk yang cukup potensial dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan sebagai motor penggerak pembangunan wilayah. Besarnya kuantitas penduduk Kabupaten Jember masih harus didukung peningkatan kualitas dari segi pendidikan sehingga mampu menjadi motor penggerak pembangunan berbasis masyarakat.

Distriusi penduduk Kabupaten Jember masih belum merata, terpusat pada ibukota Kabupaten sehingga tidak mendukung terciptanya pemerataan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Jember Tingkat pertumbuhan sektor perekonomian memberikan potensi bagi masuknya investasi luar, sehingga dapat membuka kesempatan kerja lebih besar bagi masyarakat Kabupaten Jember.

Peluang masuknya investasi dari luar membuka kesempatan penerapan dan pemanfaatan teknologi tepat guna yang dapat bermanfaat bagi peningkatan SDM lokal Faktor persaingan era global dan standard kualitas tenaga kerja, memungkinakan masuknya tenaga kerja non lokal, sehingga dapat mengurangi kesempatan kerja masyarakat lokal

Jaringan Jalan / Transportasi Jaringan jalan kabupaten sudah dapat menghubungkan antar wilayah kota, sehingga aksesibilitas wilayah-wilayah tersebut dapat lebih mendukung proses pembangunan fasilitas penunjang kegiatan dan jaringan utilitas.

Kelas jalan yang digunakan saat ini sudah sesuai dengan standar pelayanan yang ditentukan.

Kondisi prasarana jalan yang ada sebagian besar masih dalam keadaan baik. Adapun tipe perkerasan jalan terdiri dari jalan aspal, batu, dan tanah.

Kabupaten Jember sudah mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana infrastruktur transportasi (darat dan udara). Jaringan jalan terutama jalan arteri dan kolektor primer sebagian ruas memiliki kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi, sehingga terjadi kemacetan dan masalah transportasi lainnya.

Kondisi topografi Jember yang sangat beragam menjadikan beberapa permasalahan misalnya jaringan jalan yang mempunyai topografi cenderung terjal/pegunungan serta rawan longsor.

Sistem jaringan kereta api belum dapat menghubungkan antar kawasan industri, kawasan pelabuhan, kawasan bisnis dan kawasan fungsional lainnya (keterkaitan antar moda transportasi massal yang satu dengan lainnya masih rendah) Dengan adanya kebijakan pembangunan terminal peti kemas dan rencana pembangunan terminal kargo di Jember akan mendorong perkembangan wilayah lebih tinggi. Kebijakan pengembangan Bandara udara Notohadinegoro yang merupakan bandara domestik lokal di Jember memberikan peluang pengembangan investasi untuk pengembangan wilayah Jember dengan adanya kemudahan aksesibilitas.

Kebijakan pembangunan Jalur Lintas Selatan dengan jalan siripnya akan meningkatkan aksesibilitas wilayah-wilayah yang ada di bagian selatan.-

Sarana / Fasilitas Ketersediaan fasilitas pendidikan yang tersebar merata pada wilayah kecamatan sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas SDM

Adanya pembangunan sekolah-sekolah unggulan yang terpadu diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui proses kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif.

Fasilitas kesehatan berupa pondok bersalin, puskesmas dan puskesmas pembantu telah memenuhi kebutuhan masyarakat dan tersebar merata.

Fasilitas peribadatan pada umumnya telah memenuhi kebutuhan masyarakat dan tersebar merata pada masing-masing wilayah.. Masih ada beberapa fasilitas pelayanan masyarakat yang ketersediaannya masih kurang memenuhi ditinjau dari jumlah penduduk per kecamatan.

Adanya pemusatan fasilitas-fasilitas penting yang hanya berada pada wilayah pusat Kabupaten sehingga mempersulit jangkauan pelayanan untuk seluruh Kabupaten Jember yang relatif luas. Kebijakan fasilitas pendidikan berupa penambahan unit dan peningkatan kualitas.

Adanya kebijakan penambahan jumlah fasilitas pada masing-masing pusat pelayanan agar dapat memberikan pelayanan maksimal yang menjangkau seluruh wilayah secara hirarkis. -

Prasarana / Utilitas Banyaknya aliran sungai yang mengaliri kabupaten ini menjadi sumberdaya air bagi kegiatan pertanian dan untuk kebutuhan air bersih perkotaa, menjadikan wilayah Kabupaten Jember menjadi salah satu lumbung pangan Jawa Timur

Kebutuhan listrik di Kabupaten Jember dipenuhi kebutuhan energi listriknya oleh jaringan interkoneksi Jawa Bali

Perkembangan telekomunikasi di wilayah Kabupaten Jember berkembang dengan cepat melalui jaringan PT. Telkom dan jaringan seluler.

Masih besarnya lahan belum terbangun sebagai area resapan air menjadikan Kabupaten Jember secara umum tidak memiliki permasalahan dalam hal genangan yang disebabkan oleh terhambatnya air untuk masuk ke saluran drainase baik primer, sekunder maupun tersier. Sumberdaya air banyak mengalami penyusutan dan pada tempat tertentu malah tidak dapat dikendalikan yang mengakibatkan timbulnya banjir.

Perubahan bantaran sungai menjadi permukiman ini juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas tampung, berubahnya kawasan karena gejala alam, penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh sumber-sumber pencemar yang masuk ke badan sungai.

Kekeringan saat kemarau dan banjir saat musim hujan karena belum optimalnya penataan sumberdaya air di aliran sungai, menyebabkan daerah relatif tertinggal.

Kurang tepat dalam pemilihan lokasi TPA di samping tata cara pengelolaan operasional yang tidak berjalan dengan baik menyebabakan permasalahan pengelolaan sampah. Pengembangan telekomunikasi sangat pesat, mengingat percepatan informasi dengan pengembangan teknologi telekomunikasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan pengembangan teknologi telekomunikasi, bentuk-bentuk sistim informasi semakin beragam pula perkembangannya.

Dukungan kebijakan untuk jaringan telepon seluler dapat membantu memenuhi kebutuhan komunikasi masyarakat Jember khususnya di daerah yang tidak terjangkau jaringan Telkom.

Pengembangan energi baru dan terbarukan perlu diterapkan, sumber energi tersebut adalah energi mikrohidro, energi angin, energi surya, energi gelombang dan energi nabati. Kebijakan masuknya jaringan telepon seluler menyebabkan maraknya pembangunan menara-menara BTS (Base Transceiver System) yang kurang terkendali.

Perekonomian Berdasarkan struktur PDRB Kabupaten Jember dapat dilihat bahwa ada tiga sektor yang mendominasi, yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa.

Kontribusi sub sektor perekonomian yang mendominasi perekonomian di Jember adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perdagangan besar dan eceran serta jasa-jasa, baik jasa pemerintah maupun swasta.

Indikator lain yang menunjukan potensi ekonomi adalah ekspor komoditas yang dilakukan dalam menunjang kawasan potensial di Kabupaten Jember. Usaha peningkatan kualitas dan kuantitas hasil produksi pertanian sebagai basic sektor penunjang industri masih mengalami berbagai kendala, antara lain belum cukup menariknya kebijakan deregulasi

Minimnya infrastruktur pendukung berkembangnya aktivitas industri sehingga kurang berkembang dan memberikan kontribusi pada sektor perekonomian kabupaten.

Sistem pengelolaan hasil pertanian, perkebunhan, peternakan dan perikanan, kehutanan yang masih sangat tradisional dengan penggunaan faktor produksi yang belum efisien.

Kebijakan agroindustri memungkinkan sumber daya alam yang dimiliki dapat dikelola lebih lanjut menjadi produk turunan yang bernilai ekonomis tinggi, khususnya produksi pertanian.

Kebijakan pembangunan jaringan jalan baru (Jalur Lintas Selatan) diharapkan dapat membuka akses untuk meningkatkan potensi pembangunan perekonomian bagi wilayah yang dilalui.

Kebijakan kerjasama daerah perbatasan dengan Kabupaten Jember, Situbondo dan Bondowoso dapat membuka peluang perluasan wilayah pemasaran potensi pertumbuhan sektor pertanian, pertambangan dan pariwisata. Kebijakan kawasan agropolitan melalui kegiatan agroindustri yang kurang memperhatikan kaidah lingkungan dapat menyebabkan kegiatan pertanian/perkebunan yang merambah lahan lindung.

Persaingan produk perekonomian dari luar yang semakin tinggi memasuki era perdagangan bebas

Sumber : Hasil Analisis, 2008

Tabel 3.20 Analisis IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary)

Faktor-faktor Strategi InternalKeteranganBobotRatingBobot x Rating

KEKUATAN

Struktur Tata Ruang Pembagian struktur tata ruang dalam wilayah pembangunan dapat memeratakan distribusi fasilitas pelayanan umum dan meningkatkan aktifitas ekonomi masyarakat untuk mendorong pembangunan.0.1030.3

Sistem Multiple Nucley pada struktur tata ruang Kabupaten Jember berjalan efektif dalam pendistribusian pelayanan sekaligus sebagai katalis pengembangan wilayah dari pusat pelayanan terhadap daerah hinterlandnya0.0520.1

Pengembangan sistem pelayanan hirarki orde kota didasarkan pada potensi yang dimiliki masing-masing wilayah sehingga dalam satu kesatuan sistem. 0.0730.21

Adanya sistem hirarki pusat pelayanan permukiman perdesaan yang dapat mendukung pengembangan sosial ekonomi masyarakat di wilayah perdesaan secara umum. 0.0430.12

Pola Pemanfaatan Ruang / Lahan 57.21 % luas wilayah di Kabupaten Jember merupakan lahan dengan kemiringan lahan 0-15% (landai), sehingga lebih memudahkan dalam proses pembangunan pola pemanfaatan ruang. 0.0830.24

Memiliki sumber mata air yang tersebar relatif merata dengan lima hidrologi sungai yang berperan penting dalam pengembangan sektor pertanian di seluruh wilayah Kabupaten Jember.0.0220.04

Lahan di Kabupaten Jember mempunyai potensi besar terhadap pengembangan sektor perekonomian yang berasal dari hasil alam berupa pertanian, perkebunan dan kehutanan. 0.0420.08

Kabupaten Jember telah memiliki kawasan lindung yang berfungsi untuk perlindungan, pengawetan, konservasi dan pelestarian fungsi sumberdaya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan secara serasi yang berkelanjutan.0.0220.04

Sumber Daya Manusia Secara kuantitas Kabupaten Jember memiliki penduduk yang cukup potensial dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan sebagai motor penggerak pembangunan wilayah.0.0320.06

Jaringan Jalan / Transportasi Jaringan jalan kabupaten sudah dapat menghubungkan antar wilayah kota, sehingga aksesibilitas wilayah-wilayah tersebut dapat lebih mendukung proses pembangunan fasilitas penunjang kegiatan dan jaringan utilitas.0.0730.21

Kelas jalan yang digunakan saat ini sudah sesuai dengan standar pelayanan yang ditentukan.0.0210.02

Kondisi prasarana jalan yang ada sebagian besar masih dalam keadaan baik. Adapun tipe perkerasan jalan terdiri dari jalan aspal, batu, dan tanah.0.0220.04

Kabupaten Jember sudah mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana infrastruktur transportasi (darat dan udara).0.0320.06

Sarana / Fasilitas Ketersediaan fasilitas pendidikan yang tersebar merata pada wilayah kecamatan sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas SDM0.0320.06

Adanya pembangunan sekolah-sekolah unggulan yang terpadu diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui proses kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif.0.0420.08

Fasilitas kesehatan berupa pondok bersalin, puskesmas dan puskesmas pembantu telah memenuhi kebutuhan masyarakat dan tersebar merata.0.0220.04

Fasilitas peribadatan pada umumnya telah memenuhi kebutuhan masyarakat dan tersebar merata pada masing-masing wilayah..0.0210.02

Prasarana / Utilitas Banyaknya aliran sungai yang mengaliri kabupaten ini menjadi sumberdaya air bagi kegiatan pertanian dan untuk kebutuhan air bersih perkotaa, menjadikan wilayah Kabupaten Jember menjadi salah satu lumbung pangan Jawa Timur 0.0520.1

Kebutuhan listrik di Kabupaten Jember dipenuhi kebutuhan energi listriknya oleh jaringan interkoneksi Jawa Bali0.0320.06

Perkembangan telekomunikasi di wilayah Kabupaten Jember berkembang dengan cepat melalui jaringan PT. Telkom dan jaringan seluler.0.0320.06

Masih besarnya lahan belum terbangun sebagai area resapan air menjadikan Kabupaten Jember secara umum tidak memiliki permasalahan dalam hal genangan yang disebabkan oleh terhambatnya air untuk masuk ke saluran drainase baik primer, sekunder maupun tersier. 0.0210.02

Perekonomian Berdasarkan struktur PDRB Kabupaten Jember dapat dilihat bahwa ada tiga sektor yang mendominasi, yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa. 0.0730.21

Kontribusi sub sektor perekonomian yang mendominasi perekonomian di Jember adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perdagangan besar dan eceran serta jasa-jasa, baik jasa pemerintah maupun swasta.0.0520.1

Indikator lain yang menunjukan potensi ekonomi adalah ekspor komoditas yang dilakukan dalam menunjang kawasan potensial di Kabupaten Jember.0.0520.1

TOTAL12.37

KELEMAHAN

Struktur Tata Ruang Lingkup administratif Wilayah Pengembangan (WP) yang terlalu luas sehingga kurang efisien dalam sistem pusat pelayanan0.0520.1

Beberapa wilayah kecamatan memiliki tingkat perkembangan yang belum optimal karena terkendala faktor geografis kawasan0.0730.21

Permukiman perdesaan umumnya memiliki pelayanan yang terbatas, sehingga banyak pusat permukiman yang masih bergantung pada pusat perkotaan kecamatan yang selanjutnya menimbulkan ketergantungan terhadap kawasan perkotaan.0.0730.21

Ketimpangan perkembangan pada pusat Kota Jember berkembang sangat cepat dimana kebijakan pembangunan didominasi di wilayah ibukota kabupaten, sedangkan pembangunan ibukota kecamatan kurang mendapat perhatian.0.0730.21

Pola Pemanfaatan Ruang / Lahan Kurangnya pengawasan dan pemantauan terhadap pelestarian kawasan konservasi dan hutan lindung mengakibatkan berkembangnya kawasan budidaya ke kawasan lindung yang menyebabkan terjadinya longsor yang pada akhirnya akan memperparah kerusakan lingkungan0.0320.06

Kurang lestarinya hutan, kurangnya kegiatan penghijauan kembali (reboisasi), terjadinya pencurian/penebangan kayu, berbagai alih fungsi kawasan sehingga fungsi dasar sebagai kawasan lindung menjadi berkurang. 0.0320.06

Kerusakan kawasan lindung karena mengalami perubahan fungsi, yakni seharusnya hutan berubah menjadi kawasan budidaya seperti tegalan, sawah, kebun, perumahan, dan sebagainya. 0.0720.14

Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya fungsi kawasan lindung cenderung kurang, atau bahkan tidak perduli, sehingga masyarakat cenderung melakukan perusakan terhadap kawasan tersebut. 0.0520.1

Sumber Daya Manusia Besarnya kuantitas penduduk Kabupaten Jember masih harus didukung peningkatan kualitas dari segi pendidikan sehingga mampu menjadi motor penggerak pembangunan berbasis masyarakat.0.0220.04

Distriusi penduduk Kabupaten Jember masih belum merata, terpusat pada ibukota Kabupaten sehingga tidak mendukung terciptanya pemerataan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Jember0.0520.1

Jaringan Jalan / Transportasi Jaringan jalan terutama jalan arteri dan kolektor primer sebagian ruas memiliki kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi, sehingga terjadi kemacetan dan masalah transportasi lainnya. 0.0210.02

Kondisi topografi Jember yang sangat beragam menjadikan beberapa permasalahan misalnya jaringan jalan yang mempunyai topografi cenderung terjal/pegunungan serta rawan longsor. 0.0420.08

Sistem jaringan kereta api belum dapat menghubungkan antar kawasan industri, kawasan pelabuhan, kawasan bisnis dan kawasan fungsional lainnya (keterkaitan antar moda transportasi massal yang satu dengan lainnya masih rendah)0.0420.08

Sarana / Fasilitas Masih ada beberapa fasilitas pelayanan masyarakat yang ketersediaannya masih kurang memenuhi ditinjau dari jumlah penduduk per kecamatan.0.0320.06

Adanya pemusatan fasilitas-fasilitas penting yang hanya berada pada wilayah pusat Kabupaten sehingga mempersulit jangkauan pelayanan untuk seluruh Kabupaten Jember yang relatif luas.0.0720.14

Prasarana / Utilitas Sumberdaya air banyak mengalami penyusutan dan pada tempat tertentu malah tidak dapat dikendalikan yang mengakibatkan timbulnya banjir.0.0410.04

Perubahan bantaran sungai menjadi permukiman ini juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas tampung, berubahnya kawasan karena gejala alam, penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh sumber-sumber pencemar yang masuk ke badan sungai.0.0210.02

Kekeringan saat kemarau dan banjir saat musim hujan karena belum optimalnya penataan sumberdaya air di aliran sungai, menyebabkan daerah relatif tertinggal. 0.0220.04

Kurang tepat dalam pemilihan lokasi TPA di samping tata cara pengelolaan operasional yang tidak berjalan dengan baik menyebabakan permasalahan pengelolaan sampah. 0.0220.04

Perekonomian Usaha peningkatan kualitas dan kuantitas hasil produksi pertanian sebagai basic sektor penunjang industri masih mengalami berbagai kendala, antara lain belum cukup menariknya kebijakan deregulasi0.0520.1

Minimnya infrastruktur pendukung berkembangnya aktivitas industri sehingga kurang berkembang dan memberikan kontribusi pada sektor perekonomian kabupaten. 0.0730.21

Sistem pengelolaan hasil pertanian, perkebunhan, peternakan dan perikanan, kehutanan yang masih sangat tradisional dengan penggunaan faktor produksi yang belum efisien.0.0730.21

TOTAL12.27

Tabel 3.21 Analisis EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary)

Faktor-faktor Strategi EksternalKeteranganBobotRatingBobot x Rating

PELUANG

Struktur Tata Ruang Adanya kebijakan pembangunan akses regional Surabaya-Jember-Banyuwangi dan jalur lintas selatan Kabupaten Jember berpeluang untuk dikembangkan sub pusat wilayah yang akan berperan sebagai koleksi dan distribusi untuk kawasan pusat wilayah yaitu WP Jember.0.0730.21

Pola Pemanfaatan Ruang / Lahan Kebijakan propinsi untuk pengembangan sektor pertanian hortikultura, perkebunan, kehutanan sebagai sistem kegiatan Kabupaten Jember yang merupakan pusat pertumbuhan wilayah (SWP Jember) propinsi dapat mendukung perkembangan pola pemanfaatn lahan yang ada.0.0620.12

Kebijakan kawasan agropolitan melalui kegiatan agroindustri mampu memberi nilai tambah serta meraih pangsa pasar yang lebih besar. 0.0520.1

Kebijakan pembangunan rencana-rencana jalan baru membuka peluang pemanfaatan lahan yang lebih luas.0.0530.15

Kebijakan pengembangan wilayah yang memiliki aksesibilitas laut dan udara mendorong pengembangan guna lahan lebih cenderung ke wilayah selatan dan timur Jember.0.0520.1

letak Jember di pantai selatan yang sangat potensial akan kekayan ikan dan didukung kebijakan pengembangan kawasan pantai Selatan terkait pengembangan Jalan Lintas Selatas (JLS) memerikan peluang pengembangan kawasan Selatan yang selama ini tertinggal dengan penekanan pengembangan sektor perikanan.0.0520.1

Sumber Daya Manusia Tingkat pertumbuhan sektor perekonomian memberikan potensi bagi masuknya investasi luar, sehingga dapat membuka kesempatan kerja lebih besar bagi masyarakat Kabupaten Jember. 0.0730.21

Peluang masuknya investasi dari luar membuka kesempatan penerapan dan pemanfaatan teknologi tepat guna yang dapat bermanfaat bagi peningkatan SDM lokal0.0530.15

Jaringan Jalan / Transportasi Dengan adanya kebijakan pembangunan terminal peti kemas dan rencana pembangunan terminal kargo di Jember akan mendorong perkembangan wilayah lebih tinggi.0.0730.21

Kebijakan pengembangan Bandara udara Notohadinegoro yang merupakan bandara domestik lokal di Jember memberikan peluang pengembangan investasi untuk pengembangan wilayah Jember dengan adanya kemudahan aksesibilitas.0.0530.15

Kebijakan pembangunan Jalur Lintas Selatan dengan jalan siripnya akan meningkatkan aksesibilitas wilayah-wilayah yang ada di bagian selatan.0.0620.12

Sarana / Fasilitas Kebijakan fasilitas pendidikan berupa penambahan unit dan peningkatan kualitas.0. 0420.08

Adanya kebijakan penambahan jumlah fasilitas pada masing-masing pusat pelayanan agar dapat memberikan pelayanan maksimal yang menjangkau seluruh wilayah secara hirarkis. 0.0520.1

Prasarana / Utilitas Pengembangan telekomunikasi sangat pesat, mengingat percepatan informasi dengan pengembangan teknologi telekomunikasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan pengembangan teknologi telekomunikasi, bentuk-bentuk sistim informasi semakin beragam pula perkembangannya.0.0530.15

Dukungan kebijakan untuk jaringan telepon seluler dapat membantu memenuhi kebutuhan komunikasi masyarakat Jember khususnya di daerah yang tidak terjangkau jaringan Telkom.0.0520.1

Pengembangan energi baru dan terbarukan perlu diterapkan, sumber energi tersebut adalah energi mikrohidro, energi angin, energi surya, energi gelombang dan energi nabati.0.0520.1

Perekonomian Kebijakan agroindustri memungkinkan sumber daya alam yang dimiliki dapat dikelola lebih lanjut menjadi produk turunan yang bernilai ekonomis tinggi, khususnya produksi pertanian.0.0530.15

Kebijakan pembangunan jaringan jalan baru (Jalur Lintas Selatan) diharapkan dapat membuka akses untuk meningkatkan potensi pembangunan perekonomian bagi wilayah yang dilalui.0.0530.15

Kebijakan kerjasama daerah perbatasan dengan Kabupaten Jember, Situbondo dan Bondowoso dapat membuka peluang perluasan wilayah pemasaran potensi pertumbuhan sektor pertanian, pertambangan dan pariwisata.0.0730.21

TOTAL12.66

ANCAMAN

Struktur Tata Ruang Adanya kebijakan penetapan pusat dan sub pusat regional akan menjadi bumerang apabila hanya menjadi pusat pelayanan wilayah sekitarnya tanpa mampu berperan sebagai katalis pembangunan. Dampak buruknya adalah semakin terkonsentrasinya pembangunan pada pusat-pusat wilayah.0.2530.75

Pola Pemanfaatan Ruang / Lahan Kebijakan penetapan kawasan hutan produksi apabila kurang pengawasan dan pengendalian dapat menyebabkan eksploitasi hasil hutan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkkungan.0.1520.3

Kebijakan pengembangan kawasan pertambangan jika kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dapat berdampak buruk terhadap lingkungan.0.1510.3

Sumber Daya Manusia Faktor persaingan era global dan standard kualitas tenaga kerja, memungkinakan masuknya tenaga kerja non lokal, sehingga dapat mengurangi kesempatan kerja masyarakat lokal0.1020.2

Prasarana / Utilitas Kebijakan masuknya jaringan telepon seluler menyebabkan maraknya pembangunan menara-menara BTS (Base Transceiver System) yang kurang terkendali.0.1020.2

Perekonomian Kebijakan kawasan agropolitan melalui kegiatan agroindustri yang kurang memperhatikan kaidah lingkungan dapat menyebabkan kegiatan pertanian/perkebunan yang merambah lahan lindung.0.1020.2

Persaingan produk perekonomian dari luar yang semakin tinggi memasuki era perdagangan bebas0.1520.3

TOTAL12.25

Sumber : Hasil Analisis, 20083.3Keluaran Rencana

Dalam dokumen RTRW Kabupaten Jember ini terdapat rencana - rencana untuk Kabupaten Jember ke depannya. Secara umum rencana ini bertujuan untuk membuat Kabupaten Jember menjadi lebih baik dari segala aspek,dan untuk mengatasi permasalahan di Kabupaten Jember baik masalah fisik spasial, sosial, ekonomi maupun lingkungan. Permasalahan tersebut adalah belum maksimalnya sarana prasarana wilayah yang dapat mendukung kegiatan yang disebabkan oleh faktor keterbatasan kemampuan anggaran maupun pertumbuhan alami di Kabupaten Jember. Permasalahan diatas berakibat semakin meningkatnya penyediaan fasilitas dan sarana prasarana wilayah di Kabupaten Jember. Oleh karena itu perkembangan penggunaan lahan dan persebaran sarana dan prasarana wilayah yang cepat menuntut pengaturan yang optimal dengan menyesuaiakan antara demand dan supply dalam pemanfaatan ruang. Untuk itulah perlu suatu arahan lokasi ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

Rencana tata ruang wilayah disusun untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian program-program pembangunan kabupaten dalam jangka panjang. Jangka waktu rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah 10 (sepuluh) tahun dan dituangkan ke dalam peta dengan ketelitian skala 1 : 50.000 hingga 1 : 20.000.

Penyusunan RTRW Kabupaten Jember dilakukan dengan berazaskan kaidah - kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian dan kesinambungan dalam lingkup kota dan kaitannya dengan propinsi dan kota/kabupaten sekitarnya, dengan tidak mengesampingkan wawasan perlindungan lingkungan terhadap sumber daya yang dimiliki daerah. RTRW Kabupaten Jember juga harus berlandaskan azas keterpaduan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan kerberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan hukum, kepastian hukum dan keadilan serta akuntabilitas.

Tujuan dari kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember 2008-2028 ini adalah:

1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

2. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;

3. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; serta

4. Mengakomodasi kebijakan pembangunan dari seluruh tingkatan pemerintahan, baik dari pemerintah pusat, propinsi, kabupaten dalam dimensi ruang ;

5. Mengemban kebijakan pengembangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah berdasarkan potensi pembangunan yang ada di Kabupaten Jember ;

6. Mewujudkan tata lingkungan yang serasi antara sumber daya alam, sumber daya buatan, sumber daya manusia untuk menjamin pembangunan yang berkelanjutan sehingga terwujudnya kehidupan masyarakat yang sejahtera ;

7. Mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah berdasarkan potensi pembangunan yang ada di Kabupaten Jember ;

8. Mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.

Untuk mencapai maksud dan tujuan dari kegiatan pekerjaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember 2008-2028 ini, maka sasaran dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

9. Terkendalinya pembangunan di wilayah kabupaten;

10. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;

11. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan;

12. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan.13. Terkendalinya pembangunan di Kabupaten Jember;14. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;15. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan.

Visi pengembangan wilayah Kabupaten Jember yaitu menyeimbangkan pertumbuhan wilayah dengan upaya menumbuhkan perekonomian secara merata di seluruh wilayah Kabupaten Jember serta meningkatkan kemampuan sumberdaya yang ada. Rencana - rencana yang terdapat dalam dokumen RTRW Kabupaten Jember ini antara lain:

A.Rencana Struktur Tata Ruang

Struktur pemanfaatan ruang wilayah berisi tentang rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan di Kabupaten Jember. Rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah berfungsi membentuk sistem pelayanan yang berhirarki di seluruh wilayah Jember sehingga terjadi pemerataan pelayanan, mendorong pertumbuhan wilayah di perdesaan dan perkotaan.

Dalam suatu ruang wilayah, pembentukan struktur ruang dilakukan dengan menata hierarki kota yang ada secara efesien. Berdasarkan hasil analisa tentang struktur wilayah, Kabupaten Jember dibagi menjadi beberapa tingkatan orde kota. Tingkat orde perkotaan tersebut dibentuk oleh perkembangan dan pertumbuhan kota itu sendiri. Sedangkan perkembangan dan pertumbuhan kota dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Keadaan fisik tanah yang meliputi topografi, sungai, geologi, kemampuan tanah dan sebagainya.

2. Jumlah dan perkembangan penduduk.

3. Kegiatan masyarakat, baik itu volume maupun manusia.

4. Kelengkapan fasilitas, utilitas, dan sarana infrastruktur kota.

Penetapan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di Kabupaten Jember mengacu berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Berdasarkan undang-undang tersebut dijelaskan sebagai berikut :

5. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiata utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

6. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi

Adanya hierarki kota berarti ada keterkaitan suatu kota dengan kota lainnya. Kota yang memiliki hierarki lebih tinggi maka akan lebih besar pengaruh jangkauannya dan akan mempengaruhi kota yang hierarkinya lebih rendah.

Sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan tidak terlepas dari kelengkapan dan kualitas fasilitas pelayanan yang dimiliki kabupaten termasuk juga potensi strategis dan aksesibilitas lokasi yang dimiliki dibandingkan dengan Kabupaten lain. Penetapan sistem dan fungsi kota mengacu pada ketentuan sebagai berikut :

1. Penetapan fungsi dilakukan dengan mempertimbangkan potensi lokasi yang dimiliki kabupaten

2. Potensi sumberdaya alam hinterland suatu kota yang menunjang pemantapan fungsi kota pelayanannya

7. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten sebagai wilayah hinterland kota pelayanan yang berimplikasi terhadap cepatnya laju pertumbuhan kota, meningkatnya daya beli dan interaksi ekonomi dan sosial yang terjadi, yang tergambarkan dari kelengkapan sarana dan prasarana yang dapat disediakan sesuai dengan permintaan pasar.

8. Adanya peluang-peluang ekonomi maupun rencana-rencana pengembangan sektoral wilayah hinterland dan rencana pengembangan kabupaten itu sendiri untuk masa yang akan datang.

Kebijaksanaan tata ruang melalui perwilayahan pembangunan ini dilakukan dengan memperhatikan:

1. Hambatan antara daerah pusat dan daerah belakang

2. Homogenitas atau kesamaan karakteristik wilayah.

3. Kesamaan lingkungan yang membutuhkan penanganan lingkungan dalam bentuk terpadu.4.

B.Rencana Penataan Pola Ruang Wilayah

Dalam Rencana Penataan Pola Ruang Wilayah terbagi beberapa aspek rencana, yaitu :

1. Rencana Pelestarian Kawasan Lindung

Berdasarkan KEPPRES RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, penetapan fungsi kawasan agar wilayah yang seharusnya dilindungi dan memiliki fungsi perlindungan dapat dipertahankan guna menghindari adanya inefisiensi program pembangunan jangka panjang. Hal ini sangat diperlukan dalam pemantapan strategi pembangunan jangka panjang yang berwawasan lingkungan untuk mendukung program pembangunan berkelanjutan. Kawasan yang termasuk dalam kawasan lindung di Kabupaten Jember adalah kawasan cagar budaya, Taman Nasional dan kawasan perlindungan setempat.

2. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Dalam Rencana Pengembangan Kawasan budidaya terbagi di dalam beberapa kawasan, yaitu Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Pertanian, Kawasan Perkebunan, Kawasan Peternakan, Kawasan Perikanan, Kawasan Pertambangan, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Pariwisata, Kawasan Permukiman, Kawasan Permukiman, Kawasan Perdagangan, dan Kawasan Pesisir, sehingga kawasan budidaya dapat sesuai dan pengembangannya dapat terarah.3. Rencana Pemanfaatan RuangBerdasarkan arahan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan ka