METODOLOGI PENELITIAN - STMIK Bina Patria
Transcript of METODOLOGI PENELITIAN - STMIK Bina Patria
METODOLOGI PENELITIAN
(Penelitian Teknologi Informasi, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
Penelitian Eksperimen, Penelitian Research & Development dan
Penelitian Tindakan)
ii
UU No 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta
Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak Terkait Pasal 49 1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
iii
METODOLOGI PENELITIAN
(Penelitian Teknologi Informasi, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
Penelitian Eksperimen, Penelitian Research & Development dan
Penelitian Tindakan)
Dr. Sukris Sutiyatno, M.M., M.Hum.
Penerbit K-Media
Yogyakarta, 2017
iv
METODOLOGI PENELITIAN
Dr. Sukris Sutiyatno, M.M., M.Hum.
Desain Cover : Aga
Tata Letak Isi : June
Copyright © 2017 by Penerbit K-Media
All right reserved
Isi diluar tanggung jawab percetakan
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002.
Dilarang memperbanyak/menyebarluaskan dalam bentuk apapun
tanpa izin tertulis dari Penerbit K-Media.
Cetakan Pertama: Maret2017
Penerbit K-Media Anggota IKAPI
Perum Pondok Indah Banguntapan, Blok B-15 Potorono, Banguntapan, Bantul. 55196. Yogyakarta
e-mail: [email protected] SUTIYATNO, Sukris
Metodologi Penelitian, Sukris Sutiyatno. -- Yogyakarta: Penerbit K-Media, 2017.
xii, 229 hlm. ; 23 cm.
ISBN: 978-602-6570-20-8
-------------- Hak Cipta 2017, pada Penulis
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Mahaesa, dengan
berkat, rahmat dan perkenan-Nya buku yang berjudul ―Metodologi
Penelitian‖ dapat terselesaikan. Ketersediaan sumber belajar mempunyai
perananan yang sangat penting untuk keberhasilan proses belajar mengajar
di Perguruan Tinggi. Para dosen biasanya mengembangkan materi kuliah
yang diampunya dengan merujuk dari berbagai sumber yang relevan. Oleh
karena itu ketersediaan buku ajar yang ditulis oleh dosen pengampu atau
pembina mata kuliah tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
proses pembelajaran dan berdampak positif baik terhadap dosen yang
bersangkutan maupun mahasiswa yang mengikuti perkuliahan.
Penelitian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan perkembangan
dan kemajuan suatu negara akan sangat ditentukan oleh kualitas penelitian
yang dilakukan. Penelitian dibutuhkan untuk dapat memecahkan berbagai
permasalahan kehidupan manusia. Manusia di dalam kehidupannya selalu
dihadapkan kepada berbagai macam permasalahan, tantangan, ancaman,
kesulitan, baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya serta
di lingkungan kerjanya. Masalah, tantangan dan kesulitan tersebut
membutuhkan penjelasan, pemecahan dan penyelesaian. Masalah-masalah
yang pelik, rumit, sulit dan kompleks membutuhkan penelitian untuk
pemecahan dan penyelesaiannya.
Demikian pula buku yang berjudul ―Metodologi Penelitian‖ ini
diharapkan dapat lebih meningkatkan pemahaman pembaca terhadap
penelitian dan memperkaya referensi yang berhubungan dengan metode
penelitian. Pembahasan buku ajar ini mencakup: Penelitian sebagai Proses
Ilmiah, Masalah dan Rumusan Masalah, Landasan Teori, Kerangka Pikir
dan Hipotesis, Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data,
Populasi dan Sampel, Konsep dan Macam-Macam Metode Penelitian,
Metode Penelitian Teknologi Informasi, Metode Penelitian Korelasi,
Metode Penelitian Komparatif, Metode Penelitian Experiment, Metode
vi
Penelitian Evaluatif, Metode Penelitian Researh and Development, Metode
Penelitian Tindakan dan Menyusun Laporan Penelitian.
Dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada; Dr. H. Budi Untung, SH., MM Ketua Yayasan Bina
Patria Nusantara, Kartika Imam Santoso, SE, S.Kom, M.Kom yang telah
memberi masukan khususnya yang berkaitan dengan penelitian teknologi
informasi, Istri dan anak penulis --Ruswatiningsih, S.Pd dan Tesla, Bapak
dan Ibu Dosen serta mahasiswa STMIK Bina Patria dan Penerbit K-Media
yang telah menerbitkan buku ini. Penulis menyadari bahwa kandungan isi
buku ini masih jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang
konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan
buku ini.
Penulis,
Dr. Sukris Sutiyatno, MM., M.Hum.
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................... vii
BAB I PENELITIAN SEBAGAI PROSES ILMIAH ................... 1
A. Hakikat Penelitian ................................................................ 1
1. Perlunya Penelitian ....................................................... 3
2. Rasa Ingin Tahu (Curiousity) ........................................ 4
3. Pemecahan Masalah...................................................... 6
4. Penelitian sebagai Proses ilmiah ................................... 7
B. Kriteria Metode Ilmiah ......................................................... 9
C. Langkah-langkah Penelitian ............................................... 11
D. Kesimpulan ........................................................................ 13
BAB II MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH..................... 15
A. Pentingnya Masalah Penelitian ........................................... 15
B. Rumusan Masalah .............................................................. 19
C. Variabel Penelitian ............................................................. 23
1. Pengertian Variabel .................................................... 23
2. Macam-macam Variabel ............................................. 24
D. Kesimpulan ........................................................................ 27
BAB III LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS ........................................................... 29
A. Pengertian Teori ................................................................. 29
B. Fungsi Teori dalam Penelitian ............................................ 32
C. Deskripsi Teori .................................................................. 35
D. Kerangka Berpikir .............................................................. 36
E. Hipotesis ............................................................................ 40
F. Kesimpulan ........................................................................ 44
viii
BAB IV INSTRUMEN PENELITIAN DAN METODE
PENGUMPULAN DATA ................................................. 45
A. Instrumen Penelitian ........................................................... 45
B. Proses Pengumpulan Data .................................................. 46
C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 47
1. Pengamatan (Observasi) .............................................. 48
2. Survei ......................................................................... 50
3. Wawancara ................................................................. 51
4. Kuesioner ................................................................... 54
5. Dokumenter ................................................................ 55
D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ................... 55
E. Kesimpulan ........................................................................ 57
BAB V POPULASI DAN SAMPEL ............................................. 59
A. Pengertian Populasi ............................................................ 59
B. Pengertian Sampel .............................................................. 60
C. Teknik Sampling ................................................................ 60
D. Menentukan Ukuran Sampel ............................................... 68
E. Contoh Menentukan Ukuran Sampel .................................. 69
F. Cara Mengambil Anggota Sampel ...................................... 71
G. Perbedaan Populasi dan Sampel dalam Penelitan
Kuantitaitif dan Penelitian Kualitatif ................................... 72
H. Kesimpulan ........................................................................ 75
BAB VI KONSEP DAN MACAM-MACAM METODE
PENELITIAN ................................................................... 77
A. Konsep dan Macam-macam Metode Penelitian ................... 77
B. Metode Penelitian Kuantitatif ............................................. 78
1. Penelitian Deskriptif ................................................... 79
2. Penelitian Survei ......................................................... 80
3. Penelitian Ekspos Fakto .............................................. 80
4. Penelitian Komparatif ................................................. 81
5. Penelitian Korelasional ............................................... 82
ix
6. Penelitian Tindakan .................................................... 82
7. Penelitian dan Pengembangan ..................................... 83
C. Penelitian Eksperimental .................................................... 83
D. Penelitian Kualitatif ........................................................... 84
E. Kesimpulan ........................................................................ 88
BAB VII METODE PENELITIAN TEKNOLOGI
INFORMASI .................................................................... 89
A. Pendahuluan ...................................................................... 89
B. Penelitian di Bidang Sistem Informasi ................................ 90
C. Metodologi Penelitian Sistem Informasi ............................. 95
D. Penelitian di Bidang Teknik Informatika ............................ 96
1. Bidang Kajian Teknik Informatika .............................. 96
2. Research Area Coverage ........................................... 103
E. Beberapa Pendekatan Pengembangan Sistem
Perangkat Lunak (Software) ............................................. 104
1. The Software Development Life Cycle(SDLC)........... 104
2. The Earliest „model‟: build-and-fix ........................... 105
3. The stage-wise and classical waterfall models
(conventional models) ............................................... 106
4. The Incremental model ............................................. 107
5. Prototyping............................................................... 108
6. Agile methods ........................................................... 111
7. Extreme Programming (XP) ..................................... 112
8. Configuration management ....................................... 112
9. MDLC (Multimedia Development Life Cicle) ............ 113
10. NDLC (Network Development Life Cicle) ................. 124
F. Verification, Validation and Testing ................................. 127
1. Verification............................................................... 127
2. Validation ................................................................. 128
3. Testing...................................................................... 128
G. Kesimpulan ...................................................................... 129
x
BAB VIII METODE PENELITIAN KORELASI .......................... 131
A. Pengertian Penelitian Korelasi .......................................... 131
B. Tahapan Penelitian Korelasi ............................................. 132
1. Pemilihan Masalah Penelitian Korelasi ...................... 132
2. Menentukan Sampel dan Instrumen ........................... 132
3. Desain dan Prosedur Penelitian Korelasi ................... 133
4. Analisis Data dan Interpretasi .................................... 133
C. Studi Hubungan ................................................................ 135
1. Pengumpulan Data .................................................... 136
2. Analisis Data dan Interpretasi .................................... 137
D. Studi Prakiraan ................................................................. 137
1. Pengumpulan Data .................................................... 138
2. Analisis Data dan Interprestasi .................................. 138
E. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasi .................. 139
F. Kesimpulan ...................................................................... 140
BAB IX METODE PENELITIAN KOMPARATIF ................... 141
A. Pengertian Penelitian Komparatif ..................................... 141
B. Pelaksanaan Penelitian Komparatif ................................... 143
1. Pernyataan Masalah Penelitian .................................. 143
2. Desain dan Prosedur.................................................. 143
3. Prosedur Pengontrolan .............................................. 144
4. Matching .................................................................. 144
5. Membandingkan Kelompok-kelompok Homogen ...... 145
6. Analisis Kovarians .................................................... 146
7. Analisis Data dan Interpretasi .................................... 146
C. Kesimpulan ...................................................................... 147
BAB X METODE PENELITIAN EKSPERIMEN .................... 149
A. Pengertian Penelitian Eksperimen ..................................... 149
B. Karakteristik Penelitian Eksperimen ................................. 151
1. Memanipulasi Variabel ............................................. 152
2. Mengontrol Variabel ................................................. 152
xi
3. Melakukan Observasi ............................................... 153
C. Proses Penelitian Eksperimen ........................................... 153
D. Beberapa Bentuk Rancangan Penelitian Eksperimen........ 154
1. Pre-Experimental Designs(nondesigns) .................... 155
2. True Experimental Design ........................................ 157
3. Factorial Design ....................................................... 159
4. Quasi Experimental Design ...................................... 160
E. Kesimpulan ...................................................................... 161
BAB XI METODE PENELITIAN EVALUATIF ....................... 163
A. Konsep dan Tujuan Penelitian Evaluatif ........................... 163
B. Standar Evaluasi .............................................................. 165
C. Beberapa Pendekatan Penelitian Evaluatif ........................ 166
1. Evaluasi Berorientasi Tujuan .................................... 167
2. Evaluasi Berorientasi Pengguna ................................ 168
3. Evaluasi Berorientasi Keahlian ................................. 168
4. Evaluasi Berorientasi Keputusan ............................... 169
5. Evaluasi Berorientasi Lawan ..................................... 170
6. Evaluasi Berorientasi Partisipan-Naturalistik ............ 171
D. Evaluasi Generasi Keempat .............................................. 173
E. Langkah-langkah Evaluasi Program ................................. 175
F. Kesimpulan ...................................................................... 179
BAB XII METODE PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN (Research and
Development/R&D) ......................................................... 181
A. Pengertian Penelitian dan Pengembangan ......................... 181
B. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan............... 183
1. Potensi dan Masalah ................................................. 184
2. Mengumpulkan Informasi ......................................... 185
3. Desain Produk .......................................................... 186
4. Validasi Desain......................................................... 186
5. Perbaikan Desain ...................................................... 187
xii
6. Uji Coba Produk ....................................................... 187
C. Kesimpulan ...................................................................... 188
BAB XIII PENELITIAN TINDAKAN ........................................... 189
A. Konsep Penelitian Tindakan ............................................. 189
B. Karakteristik Penelitian Tindakan ..................................... 192
C. Tujuan Penelitian Tindakan .............................................. 193
D. Langkah-langkah Penelitian Tindakan .............................. 194
E. Manfaat Penelitian Tindakan ............................................ 197
F. Beberapa Model Penelitian Tindakan ................................ 197
1. Model Kemmis ......................................................... 198
2. Model Ebbut ............................................................. 198
3. Model Elliot .............................................................. 199
4. Model McKernan ...................................................... 200
5. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins,
1992) ........................................................................ 201
6. Perbandingan PTK dengan Penelitian Formal ............ 202
G. Kesimpulan ...................................................................... 204
BAB XIV MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN ...................... 205
A. Tujuan .............................................................................. 205
B. Sistematika Laporan Penelitian ......................................... 205
C. Penulisan Daftar Pustaka .................................................. 214
GLOSSARIUM ................................................................................... 219
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 225
Metodologi Penelitian
1
BAB I
PENELITIAN SEBAGAI PROSES ILMIAH
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat memahami hakikat penelitian
2. Dapat menjelaskan kriteria metode ilmiah
3. Dapat memahami langkah-langkah penelitian
A. Hakikat Penelitian
Penelitian merupakan terjemahan dari kata Inggris research.
Research berasal dari kata re, yang artinya kembali dan to search yang
bermakna mencari. Dengan demikian, research atau riset dapat diartikan
―mencari kembali‖. Secara umum, penelitian dapat diartikan sebagai suatu
proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan
logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis
data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif
ataupun kualitatif, eksperimental atau noneksperimental, interaktif atau
noninteraktif. Metode-metode tersebut telah dikembangkan secara intensif,
melalui berbagai uji coba sehingga telah memiliki prosedur yang baku.
Metode penelitian ada kalanya juga disebut "metodologi penelitian", dalam
makna yang lebih luas bisa berarti "desain" atau rancangan penelitian.
Rancangan ini mencakup rumusan tentang objek atau subjek yang akan
diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan dan
analisis data berkenaan dengan fokus masalah tertentu yang diteliti.
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis
dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan
pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu
prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah
sistematis (Soetriono & Rita, 2007: 157).
Penelitian sebagai suatu proses deduksi dan induksi dilakukan
secara sistematis, analitis, dan terkendali. Tahap-tahap dalam proses
Sukris Sutiyatno
2
penelitian bersifat teratur dan sistematis. Artinya kita tidak boleh langsung
melakukan tahap tertentu sebelum melewati tahap sebelumnya yang
merupakan prasyarat bagi tahap tersebut. Konsep-konsep yang merupakan
sasaran penelitian diuraikan secara operasional atas indikator-indikator
tersebut, konsep yang abstrak itu terhubungkan dengan kenyataan-
kenyataan empiris.
Menurut Woody (Nazir 2013:4-5) penelitian merupakan sebuah
metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah
pemikiran kritis (critical thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi
dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban
sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan
pengujian dengan hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan
apakah ia sesuai dengan hipotesis. Sharp, et al (2002:7) menyatakan
penelitian adalah ―seeking through methodical processes to add to one‟s
own body of knowledge and that of others, by the discovery of non-trivial
facts and insights‟.
Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan,
mengembangkan dan menguji teori. McMillan dan Schumacher mengutip
pendapat Walberg (1986), ada lima langkah pengembangan pengetahuan
melalui penelitian, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian, (2)
melakukan studi empiris, (3) melakukan replikasi atau pengulangan, (4)
menyatukan (sintesis) dan mereviu, (5) menggunakan dan mengevaluasi
oleh pelaksanaan.
Penelitian dapat diklasifikasikan dari tiga perspektif/sudut pandang;
bidangnya (its field), pendekatannya (its approach) dan hakikatnya (its
nature). Beberapa peneliti menambahkan dengan kategori lain yaitu tujuan
(purpose). Bagaimanapun tujuan penelitian adalah diharapkan dapat
membantu perkembangan ilmu. Sementara itu, Philip & Pugh (2005:48-
49) mengidentifikasi tiga karakteristik penelitian yang baik yaitu: open
minds, critical analysis dan generalizations.
Metodologi Penelitian
3
1. Perlunya Penelitian
Penelitian pada dasarnya berusaha untuk mencoba menjelaskan
tentang hubungan antar fenomena dan menyederhanakannya menjadi
penjelasan yang mudah difahami secara sederhana. Tujuan akhir dari suatu
penelitian adalah mereduksi realita yang kompleks ke dalam penjelasan
yang sederhana dan singkat. Dalam penelitian kuantitatif penjelasan
singkat tersebut dapat berbentuk generalisasi, tetapi dalam penelitian
kualitatif berbentuk deskripsi tentang hal-hal yang esensial atau pokok.
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses mengumpulkan dan
manganalisis data atau informasi secara sistematis sehingga dapat
menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Penelitian merupakan proses penyelesaian masalah dan proses penemuan
yang mempunyai sifat sistematis, terkontrol, empiris dan dilandasi dengan
dukungan teori dan hipotesis/jawaban sementara terhadap suatu
permasalahan. Mengapa penelitian penting dilakukan? Ada beberapa
alasan yang melatar belakanginya.
Alasan pertama, karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan
manusia sangat terbatas, dibandingkan dengan lingkungannya yang begitu
luas. Banyak hal yang tidak diketahui, tidak dipahami, tidak jelas dan
menimbulkan keraguan dan pertanyaan bagi dirinya. Ketidaktahuan,
ketidakpahaman, dan ketidakjelasan, seringkali menimbulkan kecemasan,
rasa takut, dan rasa terancam.
Alasan kedua, manusia memiliki dorongan rasa ingin tahu atau
curiousity. Manusia sering bertanya, apa itu, bagaimana itu, mengapa
begitu, dsb. Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban sepintas dan
sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang-orang
tertentu, para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin,
dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci, dan lebih
komprehensif. Kedua sebab tersebut mempunyai relasi dan berhubungan
erat, dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah dan meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman. Pengetahuan dan pemahaman tentang
sesuatu, menimbulkan rasa ingin tahu baru yang lebih luas, lebih tinggi,
lebih menyeluruh.
Sukris Sutiyatno
4
Alasan Ketiga, manusia di dalam kehidupannya selalu dihadapkan
kepada masalah, tantangan, ancaman, kesulitan, baik di dalam dirinya,
keluarganya, masyarakat sekitarnya serta di lingkungan kerjanya. Masalah,
tantangan dan kesulitan tersebut membutuhkan penjelasan, pemecahan dan
penyelesaian masalah. Tidak semua masalah dan kesulitan dapat segera
diselesaikan. Masalah-masalah yang pelik, sulit dan kompleks
membutuhkan penelitian untuk pemecahan dan penyelesaiannya.
Alasan keempat, manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah
dicapai, dikuasai, dan dimilikinya, ia selalu ingin yang lebih baik, lebih
sempurna, lebih memberikan kemudahan, selalu ingin menambah dan
meningkatkan "kekayaan" dan fasilitas hidupnya. Semuanya itu dicapai
melalui penelitian, baik penelitian sederhana, dengan lingkup sempit, yang
dirancang dan dilaksanakan sendiri dalam waktu relatif singkat, maupun
penelitian kompleks yang mencakup banyak aspek, berlingkup luas,
melibatkan banyak orang, dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis. Penalaran
merupakan proses, berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika deduktif
atau induktif. Penalaran deduktif, penarikan kesimpulan dari umum ke
khusus. Dalam penalaran deduktif, bila premisnya benar maka kesimpulan
otomatis benar. Logika deduktif dapat mengidentifikasi hubungan-
hubungan baru dalam pengetahuan (prinsip, kaidah) yang ada. Dalam
penalaran induktif, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil
sejumlah pengamatan kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa),
kemudian peneliti membuat kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan
dibatasi oleh jumlah dan karakteristik dari kasus yang diamati.
2. Rasa Ingin Tahu (Curiousity)
Rasa ingin tahu adalah faktor yang sangat penting yang harus
dimiliki seorang peneliti. Sebenarnya hampir setiap orang termasuk anak
kecil memiliki rasa ingin tahu (curiousity). Anak selalu bertanya tentang
hal-hal yang dilihat, didengar, diraba, dicecap bahkan dirasakannya. Orang
tua kadang-kadang kehabisan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan, apa
ini, apa itu, untuk apa ini, untuk apa itu, mengapa begini, mengapa begitu,
Metodologi Penelitian
5
dari mana ini, ke mana itu? dst. Bukan hanya anak yang banyak bertanya,
tetapi juga orang dewasa, apalagi para ahli dan peneliti. Anak dan orang-
orang awam berhenti bertanya tentang sesuatu hal setelah mendapat
sesuatu jawaban, walaupun jawaban itu bersifat umum dan sederhana. Para
pakar, ahli, dan peneliti mencari jawaban yang lebih spesifik,
komprehensif, dan rinci tentang berbagai hal yang menjadi teka-teki, yang
sering mengganggu pikirannya.
Untuk memenuhi rasa ingin tahu atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang muncul, seseorang mungkin bertanya kepada orang lain,
orang yang dipandang lebih tahu, lebih berpengalaman, atau lebih
mengerti. Anak bertanya kepada orangtuanya, siswa atau mahasiswa
bertanya kepada guru atau dosennya, bawahan bertanya kepada atasan,
orang biasa bertanya kepada ahli, dst.
Orang juga bisa memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang muncul dengan melihat dan mempelajari dokumen, baik dokumen
cetak seperti buku, jurnal, majalah, surat kabar, maupun dokumen
elektronik dan internet. Orang memperoleh jawaban atau pemecahan atas
pertanyaan atau masalah yang dihadapinya melalui membaca. Mencari
jawaban atau pemecahan masalah melalui membaca lebih leluasa
dibandingkan dengan bertanya langsung kepada orang. Apabila kita belum
puas dengan sesuatu jawaban atau cara pemecahan, kita dapat mencari
jawaban atau pemecahan lain. Melalui membaca ini, kita juga dapat
merangkai sendiri urutan jawaban atau langkah-langkah pemecahannya.
Terakhir, orang memperoleh jawaban atau pemecahan masalah
melalui penelitian. Penelitian merupakan cara untuk mengetahui, dan
mendapatkan jawaban atas pertanyaan atau masalah yang dihadapi secara
sistematik dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam kegiatan penelitian
cara-cara di atas, yaitu bertanya, mengamati, membaca buku, mencermati
dokumen, melakukan percobaan juga dilakukan, tetapi kegiatan-kegiatan
tersebut terlebih dahulu dirancang, dan pelaksanaannya dilakukan secara
sistematis mengikuti kaidah-kaidah yang bersifat ilmiah.
Sukris Sutiyatno
6
3. Pemecahan Masalah
Manusia dalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah,
hambatan, tantangan, ancaman dan kesulitan yang harus diatasinya.
Masalah merupakan bagian dari kehidupan manusia, dan berkat
keberhasilannya mengatasi dan memecahkan masalah-masalah tersebut
manusia berkembang lebih cepat. Sudah tentu manusia juga mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya karena ada sebab lain di
samping upaya tersebut. Manusia mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya, mampu mengembangkan dan menciptakan hal-hal baru,
karena memiliki sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan: intelektual,
sosial, afektif, dan fisik-motorik.
Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya. Pertama, pemecahan masalah dilakukan secara
tradisional atau mengikuti kebiasaan, seperti kebiasaan memotong padi
dengan menggunakan anai-anai, meskipun lama tetap dilakukan, atau agar
orang sakit ingatan tidak bepergian ke mana-mana dan tidak mengganggu
masyarakat sekitarnya maka dipasung. Kedua, pemecahan masalah secara
dogmatis, baik menggunakan dogma agama, masyarakat, hukum, dll.,
seperti pencuri dipotong tangannya, pezina diarak keliling kampung,
dirajam atau dipancung, dst. Ketiga, pemecahan masalah secara intuitif
yaitu berdasarkan bisikan hati, seorang ibu kebingungan anaknya yang
masih kecil terlambat pulang sekolah, bisikan hatinya mengatakan coba
telepon neneknya dan betul anak tersebut pulang ikut neneknya. Keempat,
pemecahan masalah secara emosional, umpamanya pintu terkunci dibuka
dengan cara didobrak. Kelima, pemecahan masalah secara spekulatif atau
trial and error, suara radio herhenti, lalu radionya digoyang-goyang atau
dipukul-pukul dan ternyata bersuara Ingi. Keenam, pemecahan masalah
melalui penelitian. Dalam penelitian pemecahan dilakukan secara objektif,
sistematis, menggunakan metode dan mengikuti prosedur, serta berpegang
pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah pengumpulan data, pengolahan
data, dan pembuktian secara ilmiah.
Metodologi Penelitian
7
4. Penelitian sebagai Proses ilmiah
Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori.
Suatu teori dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena
alamiah. Dari perilaku atau kegiatan-kegiatan terlepas yang dilakukan oleh
siswa atau guru umpamanya, peneliti dapat memberikan penjelasan umum
tentang hubungan di antara perilaku atau kegiatan pembelajaran. Dari
penjelasan-penjelasan umum tersebut terbentuk prinsip-prinsip dasar, dalil,
konstruk, proposisi, yang kesemuanya akan dapat membangun suatu teori.
Mengenai teori ini Fred N.Kerlinger (1986) menyatakan " ... a
theory as a set of interrelated constructs and propositions that specify
relations among variables to explain and predict phenomena". Dalam
rumusan Kerlinger tersebut ada tiga hal penting dalam suatu teori, yaitu:
(1) suatu teori dibangun oleh seperangkat proposisi dan konstruk, (2) teori
menjelaskan hubungan di antara sejumlah variabel, (3) teori menjelaskan
dan memprediksi fenomena-fenomena.
Banyak penelitian sosial yang tidak berorientasi pada teori.
Penelitian-penelitian tersebut difokuskan untuk menemukan hubungan-
hubungan yang bersifat spesifik. Penelitian demikian tetap berharga, tetapi
penelitian yang memformulasikan dan menguji teori memiliki nilai yang
lebih tinggi, karena lebih bersifat umum dan menjelaskan
Pencarian ilmiah (scientific inquiry) adalah suatu kegiatan untuk
menemukan pengetahuan dengan menggunakan metode-metode yang
diorganisasikan secara sistematis, dalam mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data. Pengertian ilmiah berbeda dengan ilmu. Ilmu
merupakan struktur atau batang tubuh pengetahuan yang telah tersusun,
sedang ilmiah adalah cara mengembangkan pengetahuan.
Metode ilmiah merupakan cara untuk memperoleh data dengan
kegunaan dan tujuan tertentu. Pada umumnya tujuan penelitian terdiri atas
tiga macam, yaitu: (1) bersifat penemuan, (2) bersifat pembuktian, dan (3)
bersifat pengembangan. Bersifat penemuan berarti datanya benar-benar
baru yang memang sebelumnya belum diketahui, bersifat pembuktian
berarti datanya bisa digunakan untuk membuktikan keraguan terhadap
pengetahuan atau informasi tertentu, sedangkan bersifat pengembangan
Sukris Sutiyatno
8
berarti datanya bisa memperluas dan memperdalam pengetahuan yang ada.
Blaxer et all (2006:8-9) identify four common views of research process:
sequential, generalized, circulatory, and evolutionary.
Metode ilmiah merupakan suatu cara pengkajian yang berisi proses
dengan langkah-langkah tertentu. McMillan dan Schumacher (2001)
membaginya atas empat langkah, yaitu:
1. Define a problem,
2. State the hypothesis to be tested,
3. Collect and analyze data, and
4. Interprete the results and draw conclusions about the problem.
Hampir sama dengan McMillan dan Schumacher, John Dewey
membagi langkah-langkah pencarian ilmiah yang disebutnya sebagai
"reflective thinking", atas lima langkah, yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah,
2. Merumuskan dan membatasi masalah
3. Menyusun hipotesis,
4. Mengumpulkan dan menganalisis data,
5. Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.
Empat langkah pencarian ilmiah dari McMillan dan Schumacher,
dan lima langkah berpikir reflektif dari John Dewey, seringkali dijadikan
sebagai dasar dari langkah-langkah utama penelitian.
Pencarian berpola (disciplined inquiry), merupakan suatu prosedur
pencarian dan pelaporan dengan menggunakan cara-cara dan sistematika
tertentu, disertai penjelasan dan alasan yang kuat. Pencarian berpola bukan
merupakan suatu pencarian yang bersifat sempit dan mekanistis, tetapi
mengikuti prosedur formal yang telah standar. Prosedur pencarian ini pada
tahap awalnya bersifat spekulatif, mencoba menggabungkan ide-ide dan
metode-metode, kemudian menuangkan ide-ide dan metode tersebut dalam
suatu prosedur yang baku. Laporan dari pencarian berpola berisi
perpaduan antara argumen-argumen yang didukung oleh data dengan
Metodologi Penelitian
9
proses nalar, yang disusun dan dipadatkan sehingga dapat menghasilkan
kesimpulan yang berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan.
Pencarian berpola terutama dalam 'ilmu sosial termasuk pendidikan,
bukan hanya menunjukkan pengkajian yang sistematik, tetapi juga
pengkajian yang sesuai dengan disiplin ilmunya. Tiap disiplin ilmu
mempunyai cara pencarian sendiri yang sesuai dengan karakteristik
disiplin ilmunya. Sain umpamanya banyak menggunakan metode
eksperimen, sedang antropologi menggunakan metode kualitatif.
Pendidikan kebanyakan menggunakan metode deskriptif, tetapi untuk hal-
hal tertentu bisa menggunakan metode eksperimen, tindakan, penelitian
dan pengembangan, dan juga kualitatif.
B. Kriteria Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah yang
dilakukan secara sistematis dalam memperoleh pengetahuan ilmiah atau
ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah.
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu secara
sistematis. Penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam
membantu manusia untuk menemukan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Demikian pula
munculnya berbagai macam pengetahuan dan teknologi baru tentu tidak
terlepas dari penelitian.
Suatu cara yang digunakan dalam melakukan penelitian disebut
metode ilmiah karena metode tersebut mempunyai kriteria ilmiah yaitu: (1)
Berdasarkan fakta atau objektif, (2) Bebas dari prasangka, (3) Menerapkan
prinsip-prinsip analisis, (4) Menggunakan hipotesis, (5) Menggunakan
ukuran objektif, dan (6) Menggunakan teknik kuantifikasi. Lebih jauh di
bawah ini dijelaskan kriteria-kriteria tersebut sebagai berikut:
1. Objektivitas
Penelitian harus memiliki kriteria objektivitas (objectivity) baik
dalam kriteria maupun prosedurnya. Objektivitas dapat dicapai melalui
keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam prosedurnya,
Sukris Sutiyatno
10
penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang
memungkinkan dibuat interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Objektivitas juga menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari prosedur
yang digunakan yang dikontrol dari bias dan subjektivitas.
2. Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai kriteria yang harus bebas dari
prasangka dan harus terhindar dari berbagai pertimbangan subyektif.
Fakta-fakta yang dikumpulkan harus berdasarkan data yang obyektif dan
tidak ditambah maupun dikurangi untuk kepentingan tertentu atau untuk
mengarahkan agar hasilnya sesuai dengan yang diinginkan peneliti.
3. Menggunakan Analisis
Analisis dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan
berbagai fenomena, masalah harus dicari sebab-musababnya serta
pemecahannya dengan menggunakan analisis yang logis. Fakta yang
didukung dengan data-data yang akurat dianalisis secara tajam dan
menggunakan analisis yang tepat dan akurat.
4. Menggunakan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu
permasalahan. Namun demikian jawaban sementara tersebut harus
didukung dengan berbagai teori, konsep dan didukung dengan penelitian
yang relevan yang dapat membentuk kerangka berpikir seorang peneliti
dalam memahami permasalahan dan akhirnya sampai pada keputusan
untuk menghasilkan hipotesis.
5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Penelitian juga harus memiliki tingkat objektivitas, secara teknis
instrumen pengumpulan datanya harus memiliki validitas dan reliabilitas
yang memadai, desain penelitian, pengambilan sampel dan teknik
analisisnya tepat. Dalam penelitian kuantitatif, hasilnya dapat diulang dan
digeneralisasikan, dalam penelitian kualitatif memiliki sifat reflektif dan
tingkat komparasi yang konstan.
Metodologi Penelitian
11
6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi/Verifikasi
Teknik kuantitatif biasanya dengan menggunakan ukuran nominal.
Ukuran kuantitaif yang lazim harus digunakan kecuali untuk atribut-atribut
yang tidak bisa dikuantifikasikan.
C. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa
langkah. Langkah ini bukan sesuatu yang sekuensial atau langkah-langkah
yang harus diikuti secara kaku. Proses penelitian adalah sesuatu kegiatan
interaktif antara peneliti dengan logika, masalah, desain dan interpretasi.
1. Mengidentifikasi Masalah
Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu dan
masalah-masalah penting (esensial), hangat (aktual), dan mendesak
(krusial) yang dihadapi saat ini, dan yang paling banyak manfaat atau
kegunaannya bila isu atau masalah tersebut diteliti dan ditemukan
pemecahannya.
2. Merumuskan dan Membatasi Masalah
Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan faktor-
faktor, atau variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah. Faktor
atau variabel tersebut diakibatkan oleh fokus masalah. Karena faktor atau
variabel yang terkait dengan fokus masalah cukup banyak, maka perlu ada
pembatasan faktor atau variabel, yaitu dibatasi pada faktor atau variabel-
variabel yang penting.
3. Melakukan Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori-teori
yang mendasari penelitian, baik teori yang berkenaan dengan bidang ilmu
yang diteliti maupun metodologi. Dalam studi kepustakaan juga dikaji hal-
hal yang bersifat empiris bersumber dari temuan-temuan penelitian
terdahulu yang relevan.
Sukris Sutiyatno
12
4. Merumuskan Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian
Hal-hal pokok yang ingin diperoleh dari penelitian dirumuskan
dalam bentuk hipotesis atau pertanyaan penelitian. Rumusan hipotesis
dibuat apabila penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
pengolahan data statistik inferensial. Untuk penelitian kuantitatif yang
menggunakan pengolahan data statistik deskriptif tidak diperlukan
rumusan hipotesis, cukup dengan pertanyaan-pertanyaan pokok, demikian
juga dengan penelitian kualitatif.
5. Menentukan Desain dan Metode Penelitian
Desain penelitian berisi rumusan tentang langkah-langkah
penelitian, dengan menggunakan pendekatan, metode penelitian, teknik
pengumpulan data, dan sumber data tertentu serta alasan-alasan mengapa
metode tersebut digunakan.
6. Menyusun Instrumen dan Mengumpulkan Data
Kegiatan pengumpulan data didahului oleh penentuan teknik,
penyusunan dan pengujian instrumen pengumpulan data yang akan
digunakan. Dalam pelaksanaan pengumpulan data, selain objektivitas dan
keakuratan data yang akan diperoleh, segi-segi legal dan etis dalam proses
pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian.
7. Menganalisis Data dan Menyajikan Hasil
Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang
ditempuh dalam mengolah atau menganalisis data. Data kuantitatif
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif, berupa
tabel, grafik, profil, bagan, atau menggunakan statistik inferensial berupa
korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur, dll. Data kualitatif dianalisis
menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif naratif- logis.
Menginterpretasikan temuan, membuat kesimpulan dan
rekomendasi. Hasil analisis data masih berbentuk temuan yang belum
diberi makna. Pemberian makna atau arti dari temuan dilakukan melalui
interpretasi. Interpretasi dibuat dengan menganalisis makna hubungan
antara temuan yang satu dengan yang lainnya, antara temuan dengan
konteks atau hal-hal yang melatar belakanginya, dengan teori yang
mendukungnya ataupun dengan kemungkinan penerapannya.
Metodologi Penelitian
13
Kesimpulan merupakan penarikan generalisasi dari hasil interpretasi
temuan penelitian. Meskipun penelitian kualitatif tidak bersifat
generalisasi, tetapi unsur generalisasi ini tetap ada, yaitu menemukan hal-
hal yang esensial atau prinsipil dari suatu deskripsi.
Terhadap kesimpulan-kesimpulan yang telah dirumuskan,
disusunlah implikasi dan rekomendasi atau saran. Implikasi merupakan
akibat logis dari temuan-temuan penelitian yang terkandung dalam
kesimpulan. Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya dilakukan
oleh pihak-pihak terkait dalam memanfaatkan hasil-hasil penelitian.
D. Kesimpulan
Penelitian merupakan proses penyelesaian masalah dan proses
penemuan yang mempunyai sifat sistematis, terkontrol, empiris dan
dilandasi dengan dukungan teori dan hipotesis/jawaban sementara terhadap
suatu permasalahan. Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis.
Penalaran merupakan proses, berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika
deduktif atau induktif.
Metode ilmiah mempunyai kriteria: (1) Berdasarkan fakta atau
objektif, (2) Bebas dari prasangka, (3) Menerapkan prinsip-prinsip analisis,
(4) Menggunakan hipotesis, (5) Menggunakan ukuran objektif, dan (6)
Menggunakan teknik kuantifikasi.
Penelitian merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa
langkah yang mencakup: (1) Mendidentifikasi masalah, (2) Merumuskan
masalah, (3) Melakukan studi pustaka, (4) Merumuskan hipotesis atau
pertanyaan penelitian, (5) Menentukan desain dan metode penelitian, (6)
Menyusun insrumen dan mengumpulkan data, (7) Menganalisis data dan
menyajikan hasil penelitian
Metodologi Penelitian
15
BAB II
MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat memahami pentingnya masalah
2. Dapat menjelaskan rumusan masalah
3. Dapat menjelaskan variabel penelitian
A. Pentingnya Masalah Penelitian
Salah satu faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan penelitian
adalah adanya masalah penelitian (research problem). Pada dasarnya
penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang
antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap
penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah.
Seperti dinyatakan Sugiyono (2008:32) bahwa, baik penelitian murni
maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian
terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Hamid Darmadi (2011:11-12) menyatakan bahwa langkah-langkah untuk
menemukan permasalahan penelitian adalah: (1) menganalisis semua yang
telah diketahui, yang telah diteliti, (2) mencari kesenjangan dalam
penjelasannya, mencari kesimpulan yang belum diuji, (3) mencari konflik
pendapat terhadap suatu hal, (4) mencari saran konkrit yang harus diteliti
lebih lanjut dari suatu laporan penelitian, (5) selalu mempertanyakan
kebenaran dari suatu prosedur rutin yang selalu dipakai setiap hari, dan (6)
membaca dan merefleksikan dalam sutau pertanyaan; mengapa,
bagaimana, jika dan seterusnya. Lebih jauh dijelaskan kriteria
permasalahan yang dapat diteliti yaitu: (1) mempunyai kontribusi
professional, (2) mempunyai derajat keunikan dan keaslian, (3) layak
untuk dilaksanakan, (4) permasalahan dapat diuji kebenarannya, dan (5)
permasalahan tersebut harus layak.
Sukris Sutiyatno
16
Zainal (2007:31) menyatakan permasalahan yang baik memiliki tiga
ciri utama, yaitu: (1) mempunyai nilai penelitian, dalam arti bahwa
permasalahan tersebut masih asli/orisinil, menyatakan suatu hubungan
dengan bidang lain, serta dapat diuji kebenarannya; (2) feasible artinya
permasalahan itu dapat diselesaikan, tersediannya data dan metode untuk
memecahkan masalah, tersedianya biaya dan waktu yang diperlukan; (3)
sesuai dengan kualifikasi peneliti artinya bahwa permasalahan yang
diangkat menarik minat bagi peneliti, serta sesuai dengan kualifikasi yang
ada. Syamsudin & Vismia (2011:43) menyatakan suatu permasalahan
dapat dikatakan dapat diteliti atau researchable, yaitu apabila masalah
tersebut dapat diungkap kejelasannya melalui tindakan pengumpulan data
diungkap data dan dianalisis.
Pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, bahkan orang yang
tidak mempunyai masalah akan dimasalahkan oleh orang lain (hanya orang
gila yang tidak mempunyai masalah). Namun seperti telah dikemukakan
bahwa menemukan masalah yang betul-betul masalah bukanlah pekerjaan
mudah. Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat
dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering
merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1998).
Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul
masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah
terselesaikan. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian
merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat
ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan.
1. Sumber Masalah
Sumber masalah sangat banyak dan sebenarnya juga ada disekeliling
peneliti, namun demikian yang menjadi hambatan adalah kemampuan
peneliti untuk menggali dan mengidentifikasi masalah tersebut serta
menemukan sumber-sumber di mana masalah penelitian terjadi. Nazir
(2013:101) menyatakan sumber-sumber di mana masalah diperoleh,
adalah: (1) Pengamatan terhadap kegiatan manusia, (2) Bacaan, (3)
Analisis di bidang pengetahuan, (4) Ulangan serta perluasan penelitian, (4)
Cabang studi yang sedang dikerjakan, (5) Pengalaman dan catatan pribadi,
Metodologi Penelitian
17
(6) Praktik serta keinginan masyarakat, (7) Bidang spesialisasi, (8)
Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti, (8) Pengamatan terhadap
sekeliling, dan (9) Diskusi-diskusi ilmiah.
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian
ataupun kebingungan kita terhadap suatu fenomena, adanya kemenduaan
arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya gap, baik antar
kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada atau yang akan ada
(Nazir, 2013:96).
Sugiyono (2011:56-57) menyatakan masalah dapat diartikan sebagai
penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar
terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan,
antara rencana dengan pelaksanaan. Permasalahan dapat diketahui atau
dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan
kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya
pengaduan, dan kompetisi.
a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan
Di dunia ini yang tetap hanyalah perubahan, namun demikian
seringkali perubahan tersebut tidak diharapkan oleh orang-orang
tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang
bisaanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintahan harus
berubah ke bidang bisnis. Hal ini pada awalnya tentu akan muncul
masalah. Orang atau kelompok yang bisaanya mengelola
pemerintahan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi
desentralisasi, maka akan muncul masalah. Orang bisaanya menulis
menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer,
maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada
perubahan. Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga
perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan pendidikan
selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah masalahnya
setelah terjadi perubahan?
Sukris Sutiyatno
18
b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan
dengan kenyataan
Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai
dengan tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah.
Mungkin masih ingat bahwa pada era orde baru direncanakan pada
tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal landas tetapi ternyata
tidak, sehingga muncul masalah. Dengan adanya reformasi
diharapkan harga-harga akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul
masalah. Direncanakan dengan adanya penataran pengawasan
melekat, maka akan terjadi penurunan dalam jumlah KKN. tetapi
ternyata tidak sehingga timbul masalah. Apakah masalahnya
sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan
kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan
cara melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan
dengan kenyataan.
c. Ada pengaduan
Dalam suatu organisasi yang tadinya tenang tidak ada masalah,
ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk
maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam
organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau
majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu -
lembaga, dapat dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat
media sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas
produk dan kualitas pelayanan. Dengan demikian orang tidak akan
membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi.
Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu
organisasi juga dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian
masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi
pengaduan.
d. Ada kompetisi
Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah
besar. bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerjasama. Perusahaan
Pos dan Giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain
Metodologi Penelitian
19
yang menerima titipan surat, titipan barang, ada handphone yang
dapat digunakan untuk SMS, internet e-mail. Perusahaan Kereta Api
memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing,
sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom
kurang mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang
memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi
masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone).
Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan
dengan data. Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah
SDM, harus ditunjukkan dengan data. Masalah SDM misalnya.
berapa jumlah SDM yang terbatas, jenjang pendidikan yang rendah,
kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah
dapat diperolah dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil
penelitian orang lain, atau dari dokumentasi. Data yang diberikan
harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang
dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Kalau penelitian berkenaan dengan 5
variabel, maka data masalah yang dikemukakan minimal 5. Tanpa
menunjukkan data, maka masalah yang dikemukakan dalam
penelitian tidak akan dipercaya.
B. Rumusan Masalah
Faktor yang sangat penting dalam penelitian adalah merumuskan
masalah. Setelah masalah ditemukan dan dipilih, langkah selanjutnya
adalah merumuskan masalah. Perumusan masalah harus dilakukan dengan
cermat karena merupakan titik tolak dalam merumuskan hipotesis.
Rumusan permasalahan yang baik harus dapat mencakup dan
menunjukkan semua variabel maupun hubungan variabel satu dengan
variabel lainnya dan rumusan masalah harus jelas dan tidak menduakan
arti (Sukardi, 2003:29). Rumusan masalah dapat dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Masalah biasanya dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan, walaupun juga diperbolehkan dalam bentuk
pernyataan, (2) Rumusan hendaknya padat dan jelas, (3) Rumusan masalah
Sukris Sutiyatno
20
sebaiknya berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah, (4)
Rumusan masalah harus didasarkan dalam menentukan hipotesis, dan (5)
Masalah menjadi dasar dari judul penelitian.
Tahap perumusan masalah merupakan tahap yang penting dalam
penelitian karena semua jalannya penelitian akan diarahkan dan dipandu
oleh perumusan masalah. Tanpa adanya perumusan masalah yang jelas,
penelitian tidak akan dapat dilaksanakan karena perumusan masalah
merupakan sumber utama dari unsur penelitian yang akan dilaksanakan.
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu
merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka
rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan
erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah
penelitian harus didasarkan pada masalah.
1. Bentuk-bentuk Rumusan Masalah Penelitian
Seperti telah dikemukakan bahwa, rumusan masalah itu merupakan
suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan
data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan
berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of explanation).
Bentuk masalah dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif,
komparatif dan assosiatif.
a. Rumusan masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri,
baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri
sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari
hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian
semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Di
bawah ini diberikan contoh rumusan masalah deskriptif sebagai
berikut:
1) Seberapa baik kinerja sistem informasi pemasaran di PT ABC ?
2) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap demo buruh BBM?
Metodologi Penelitian
21
3) Seberapa tinggi efektivitas kebijakan penurunan suku bunga
perbankan terhadap pertumbuhan UMKM?
4) Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja
pemerintah?
b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh
Rumusan masalahnya komparatif adalah sebagai berikut.
1) Adakah perbedaan sistem informasi pemasaran antara
perusahaan A dan B?
2) Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara
pegawai Swasta Nasional, dan Perusahaan asing?
3) Adakah perbedaan produktivitas antara pegawai laki-laki dan
perempuan di Perusahaan X?
4) Adakah perbedaan kualitas pendidikan di Kabupaten A dan B?
5) Adakah perbedaan kualitas pelayanan antara Bank Swasta dan
Bank Pemerintah?
c. Rumusan Masalah Assosiatif
Rumusan masalah assosiatif adalah suatu rumusan masalah
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel
atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris,
hubungan kausal, dan interaktif/reciprocal/timbal balik.
Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel
atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan
hubungan kausal maupun interaktif, contoh rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
a) Adakah hubungan antara media pembelajaran berbasis
komputer dengan prestasi siswa?
b) Adakah hubungan sistem pendukung keputusan dengan
Sukris Sutiyatno
22
perilaku manajer?
c) Adakah hubungan antara sistem informasi pemasaran
dengan penjualan?
d) Adakah hubungan antara e-learning dengan prestasi belajar
mahasiswa?
e) Adakah hubungan sistem informasi kesehatan dengan
pelayanan pasien di suatu rumah sakit?
Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut.
(1) Hubungan antara media pembelajara dengan prestasi belajar
siswa
(2) Hubungan antara sistem pendukung keputusan dengan
perilaku manajer.
(3) Hubungan antara sistem informasi pemasaran dengan
penjualan
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
Jadi di sini ada variabel independen (variabel yang
mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:
a) Adakah pengaruh sistem informasi persediaan barang
terhadap penjualan?
b) Seberapa besar pengaruh sistem informasi presensi
karyawan dengan kedisiplinan karyawan?
c) Seberapa besar pengaruh sistem informasi akademik
terhadap kepuasan mahasiswa?
d) Seberapa besar pengaruh media sosial terhadap perilaku
remaja?
Contoh judul penelitiannya:
(a) Pengaruh Sistem Informasi Persediaan Barang terhadap
Penjualan di Perusahaan PT ABC.
(b) Pengaruh Sistem Informasi Karyawan Terhadap
Metodologi Penelitian
23
Kedisiplinan Karyawan
(c) Pengaruh Sistem Informasi Akademik terhadap Kepuasan
Mahasiswa
(d) Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Remaja
Hubungan interaktif/resiprocaUtimbal batik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen
dan dependen, contoh:
(a) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Di sini dapat
dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga
prestasi mempengaruhi motivasi.
(b) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan
dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya
dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.
C. Variabel Penelitian
1. Pengertian Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
obyek, yang mernpunyai "variasi" antara satu orang dengan yang lain atau
satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady. 1981). Variabel
juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.
Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja,
merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan
warna merupakan atribut-atribut dari obyek. Struktur organisasi, model
pendelegasian, kepemimpinan, pengawasan, koordinasi, prosedur dan
mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan, adalah merupakan
contoh variabel dalam kegiatan administrasi. Saifudin Azwar (2007:59)
menyatakan bahwa sesuatu dinamai variabel dikarenakan secara kuantitatif
atau secara kualitatif ia dapat bervariasi. Apabila sesuatu tidak dapat
Sukris Sutiyatno
24
bervariasi maka ia bukan variabel melainkan konstanta.
Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk
(constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya,
tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin,
golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger
menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang
diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian
variabel itu merupakan suatu yang bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981),
menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) di mana
peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
2. Macam-macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain
maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
a. Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel
stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering
disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
b. Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Gambar 2.1. Contoh hubungan variabel independen-dependen
Media Pembelajaran
(Variabel Independen)
Prestasi siswa
(Variabel Dependen)
Metodologi Penelitian
25
c. Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi
(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel
independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai
variabel independen ke dua. Hubungan perilaku suami dan isteri
akan semakin baik (kuat) kalau mempunyai anak, dan akan semakin
renggang kalau ada fihak ke tiga ikut mencampuri. Di sini anak
adalah sebagai variabel moderator yang memperkuat hubungan, dan
fihak ke tiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah
hubungan. Hubungan motivasi dan produktivitas kerja akan semakin
kuat bila peranan pemimpin dalam menciptakan iklim kerja sangat
baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan pemimpin kurang
baik dalam menciptakan iklim kerja.
d. Variabel intervening: dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan
"An intervening variable is that factor that theoretically affect the
observed phenomenon but cannot be seen, measured, or
manipulated". Variabel intervening adalah variabel yang secara
teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan
dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat
diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara
yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga
variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau
timbulnya variabel dependen
Gambar 2.2. Contoh hubungan variabel independen, moderator, dependen.
Perilaku Pimpinan
(Variabel Independen)
Perilaku Karyawan
(Variabel Dependen)
Kesejahteraan (Variabel Moderator)
Sukris Sutiyatno
26
Gambar 2.3 Contoh hubungan variabel independen moderator, dependen.
Agar dapat memutuskan kedudukan variabel bebas, dan terikat,
moderator, intervening atau variabel yang lain, maka harus dilihat
konteksnya dengan didasari konsep teoritis yang melandasi maupun hasil
dari pengamatan lapangan. Oleh karena itu sebelum peneliti memilih
variabel apa yang akan diteliti perlu dilakukan kajian teoritis, dan
melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu terhadap obyek penelitian.
Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan di
belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang
ada di obyek penelitian. Namun demikian masih terjadi, rumusan masalah
penelitian dibuat tanpa melalui studi pendahuluan ke obyek penelitian,
sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi masalah
pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat difahami dengan jelas dan
dikaji secara teoritis, maka peneliti dapat menentukan variabel-variabel
penelitiannya.
Biasannya gejala-gejala sosial itu mencakup berbagai macam variabel
yang saling terkait secara simultan baik variabel bebas, terikat, moderator, dan
intervening, sehingga penelitian yang baik akan mengamati semua variabel
tersebut. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti
sering hanya memfokuskan pada beberapa variabel penelitian saja, yaitu pada
variabel independen dan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan
antara semua variabel tersebut akan diamati, karena penelitian kualitatif
berasumsi bahwa gejala itu tidak dapat diklasifikasikan tetapi merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Lingkungan Sekolah (Variabel
Independen)
Kepemimpinan (Variabel Moderator)
Kepuasan siswa
(Variabel Dependen)
Metodologi Penelitian
27
D. Kesimpulan
Setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari
masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering
merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian. Rumusan
masalah dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1) Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, walaupun
juga diperbolehkan dalam bentuk pernyataan, (2) Rumusan hendaknya
padat dan jelas, (3) Rumusan masalah sebaiknya berisi implikasi adanya
data untuk memecahkan masalah, (4) Rumusan masalah harus didasarkan
dalam menentukan hipotesis, dan (5) Masalah menjadi dasar dari judul
penelitian. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan
berdasarkan masalah penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of
explanation). Bentuk masalah dapat dikelompokkan ke dalam bentuk
masalah deskriptif, komparatif dan assosiatif.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Metodologi Penelitian
29
BAB III
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat mejelaskan pengertian teori
2. Dapat memahami fungsi teori dalam penelitian
3. Dapat menjelaskan deskripsi teori
4. Dapat menjelaskan kerangka pikir
5. Dapat memahami hipotesis
A. Pengertian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam
proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep
dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai
landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Landasan teori ini perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan
sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis ini
merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data. Borg & gall (1989:25) theory building is the most
important purpose of research. Jadi, bangunan teori merupakan aspek dan
tujuan yang paling penting dalam penelitian.
Cresswell (2003:120) menyatakan ―A theory is“ a set of interrelated
constructs (variables), definitions and propositions that presents a
systematic view of phenomena by specifying relations among variables
with the purpose of explaining natural phenomena”. Teori adalah sarana
pokok untuk menyatakan hubungan sistematis dalam gejala sosial maupun
natural yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari pengertian atau
hubungan dari proporsi atau dalil. Teori adalah sebuah seperangkat konsep
atau construct yang berhubungan satu dengan lainnya, suatu proporsi yang
Sukris Sutiyatno
30
mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena.
Dengan adanya landasan teoritis hal tersebut dapat menjadi
karakteristik penelitian yaitu metode ilmiah. Suatu teori akan mempunyai
makna yang penting bila teori tersebut dapat melukiskan, menerangkan
dan meramalkan fenomena yang ada. Setiap penelitian selalu
menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh Neumen (2003) "Researchers
use theory differently' in various type of research, but some type of theory
is present in most social research” Kerlinger (1978) mengemukakan
bahwa Theory is a set of interrelated contruct (concepts), definitons and
proposition that present a systematic view of phonemena by specifying
relations among variables, with purpose of explaining and predicting the
phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik,
melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna
menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Wiersma (1986) menyatakan bahwa : A theory is a generalization or
series of generalization by which we attempt to explain some phenomena
in a systematic manner. Teori adalah generalisasi atau kumpulan
generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena
secara sistematik.
Cooper and Schindler (2003), mengemukakan bahwa, A theory is a
set of systematically interrelated concepts, definition, and proposition that
are advanced to explain and predict phenomena (fact).Teori adalah
seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis
sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Selanjutnya Sitirahayu Haditono (1999). menyatakan bahwa suatu
teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat
melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada.
Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan
adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan
dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
1. Teori yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu
perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan
Metodologi Penelitian
31
diterangkan
2. Teori yang induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah
teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini
dijumpai pada kaum behaviorist.
3. Teori yang fungsional: di sini nampak suatu interaksi pengaruh
antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi
pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi
data.
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori
dapat dipandang sebagai berikut.
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara
logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif.
Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel
empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramal sebelumnya.
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis
mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris
dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang
diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang
teoritis (induktif)
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang
fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik
kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum.
Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang
sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia
bukan suatu teori.Teori semacam ini mempunyai dasar empiris. Suatu teori
dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda,
misalnya dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan
menganalisa dan menginterpretasi secara kritis (Habermas, 1968).
Misalkan melukiskan suatu konflik antar generasi yang dilakukan oleh ahli
Sukris Sutiyatno
32
teori yang berpandangan emansipatoris akan berlainan dengan cara
melukiskan seorang ahli teori lain tidak berpandangan emansipatoris.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan
seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis.
Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan
(explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu
gejala. Mengapa kalau besi kena panas memuai, dapat dijawab dengan
teori yang berfungsi menjelaskan. Kalau besi dipanaskan sampai 750 C
berapa pemuaiannya, dijawab dengan teori yang berfungsi meramalkan.
Selanjutnya berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai
dengan kondisi iklim Indonesia sehingga kereta api jalannya tidak
terganggu karena sambungan dijawab dengan teori yang berfungsi
mengendalikan.
Selanjutnya Hoy & Miskel (2001) mengemukakan bahwa kemponen
teori itu meliputi konsep dan asumsi. A concept is a term that has been
given an abstract, generalized meaning. Konsep merupakan istilah yang
bersifat abstrak dan bermakna generalisasi. Contoh konsep dalam
administrasi adalah leadership (kepemimpinan), satisfaction (kepuasan)
dan informal organization (organisasi informal). Sedangkan asumsi
merupakan pernyataan diterima kebenarannya tanpa pembuktian. An
assumption, accepted without proof are not necessarily self-evident.
B. Fungsi Teori dalam Penelitian
Teori dapat berfungsi sebagai alat dari ilmu (tool of science).
Sebagai instrument dari ilmu, teori mempunyai peranan sebagai berikut:
(1) Teori mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan memberikan
definisi terhadap jenis-jenis data yang akan dibuat abstraksinya, (2) Teori
memberikan rencana konseptual, dengan rencana mana fenomena-
fenomena yang relevan disistematiskan, diklasifikasikan, dan dihubung-
hubungkan, (3) teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk
generalisasi empiris dan sistem generalisasi, (4) Teori memberikan
prediksi terhadap fakta, dan (5) Teori memperjelas celah-celah di dalam
pengetahuan kita. Pada sisi yang lain fakta mempunyai peranan terhadap
Metodologi Penelitian
33
teori. Fakta berperanan dan mempunyai interaksi yang tetap dengan teori.
Peranan fakta terhadap teori antara lain: (1) Fakta menolong memprakarsai
teori, (2) Fakta memberi jalan dalam mengubah atau memformulasikan
teori baru, (3) Fakta dapat memberi penolakan terhadap teori, (4) Fakta
menukar fokus dan orientasi dari teori, dan (5) Fakta memperterang dan
memberi definisi kembali terhadap teori (Nazir, 2013: 11-12). Sementara
Cooper and Schindler (2003), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam
penelitian adalah:
1. Theory narrows the range of fact we need to study
2. Theory suggests which research approaches are likely to yield the
greatest meaning
3. Theory suggests a system for the research to impose on data in
order to classify them in the most meaningful way
4. Theory summarizes what is known about object of study and states
the uniformities that lie beyond immediate observation
5. Theory can be used to predict further fact that should be found.
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti
harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan
harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas
masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan
sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu
landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori
apa yang akan dipakai.
Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori (level of theory)
menjadi tiga yaitu, micro, meso, dan macro. Micro level theory: small
slices of time, space, or a number of people. The concept are usually not
very abstract. Meso-level theory: attempts to link macro and micro levels
or to operate at an intermediate level. Contoh teori organisasi dan gerakan
sosial, atau komunitas tertentu. Macro level theory: concerns the operation
of larger aggregates such as social institutions, entire culture systems, and
whole societies. It uses more concepts that are abstract. Selanjutnya fokus
teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan midle
Sukris Sutiyatno
34
range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social
concern, such as deliquent gangs, strikes, divorce, or ras relation. Formal
theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as
deviance; socialization, or power. Midle range theory are slightly more
abstract than empirical generalization or specific hypotheses. Midle range
theories can be formal or subtantive. Midle range theory is princippally
used in sociology to guide empirical inquiry.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji
melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih
fokus berlaku untuk obyek yang akan diteliti. Tanpa didukung oleh teori
maka temuan-temuan dalam penelitian hanya merupakan keterangan-
keterangan empiris yang berserakan. Dengan landasan teori hubungan
antara penemuan empiris yang khas dengan suatu konsep umum,
hubungan ini dapat meletakkan dasar yang lebih kokoh untuk membuat
suatu prediksi.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang
pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup,
atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi
dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan
hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya
hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya
fungsi teori yang ke tiga (kontrol) digunakan mencandra dan membahas
hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran
dalam upaya pemecahan masalah.
Zainal (2007:47) menyatakan bahwa untuk mereview sebuah
literatur kita bisa melakukannya dengan beberapa cara, antara lain: (a)
Mencari kesamaan (Compare); (b) Mencari ketidaksamaan (Contrast); (c)
Memberikan pandangan (Criticize); (d) Membandingkan (Synthesize); dan
(e) Meringkas (Summarize). Di samping itu, hal yang harus diingat dalam
membuat literature review adalah fitur utama alam membangun teori
adalah membandingkan antar konsep, teori dan hipotesis dengan literature
yang ada. Kunci utama dari proses ini adalah mengkaji sebanyak mungkin
literatur yang ada. Oleh karena itu perlu dicari persamaan, perbedaan yang
Metodologi Penelitian
35
terjadi antara literatur yang satu dengan literatur lainnya, serta mencari
alasan kenapa hal tersebut dapat terjadi.
Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan
kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan
instrumen penelitian.
C. Deskripsi Teori
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap
variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang
lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup,
kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan
diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Hamid Darmadi (2011:41) menyatakan landasan teori menguraikan
apakah yang sudah dikerjakan oleh peneliti-peneliti lain sebelumnya
mengenai masalah yang akan diteliti; menunjukkan siasat peneliti dan
prosedur yang spesifik serta insrumen yang dipakai untuk penyelidikan
serupa. Jadi landasan teori bertujuan memperluas wawasan keilmuan
tentang masalah yang akan diteliti bagi para calon peneliti.
Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan
penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai
teori dan konteks yang diteliti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang
tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun
kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti, menunjukkan bahwa
peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.
Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil
penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan
membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat
menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya.
Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk
(Sumadi Suryabrata, 1996). Sumber bacaan yang baik harus memenuhi
tiga kata yaitu relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali
penelitian sejarah penelitian ini justru menggunakan sumber-sumber
bacaan lama). Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara variabel yang
Sukris Sutiyatno
36
diteliti dapat dikemukakan. kelengkapan berkenaan dengan banyaknya
sumber yang dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu
makin baru sumber yang digunakan, maka akan semakin mutakhir teori.
Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan
diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis. hasil
penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari:
permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel
penelitian, metode penelitian, analisis dan kesimpulan. Langkah-langkah
untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal
ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak--
banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan
setiap variabel yang akan diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk
laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang
digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik
pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber
bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain,
dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan
diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan
bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke
dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan
yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk
mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
D. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis
pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu
Metodologi Penelitian
37
dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam
penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu
dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian.
Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk
paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma
penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila
dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila
penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri,
maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis
untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran
variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).
Menyusun kerangka pikiran yaitu mengalirkan jalan pikiran
menurut kerangka logis atau menurut logical construct. Hal ini tidak lain
dari menduduk-perkarakan masalah yang diteliti dalam kerangka teoritis
yang relevan dan mampu menangkap, menerangkan, serta menunjukkan
perspektif terhadap masalah itu. Upaya itu ditunjukan untuk menjawab
atau menerangkan pertanyaan penelitian (Soetriono & Rita Hanafie,
2007:158).
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar
bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan
hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara
terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan (Suria sumantri,
1986). Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan
sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun
suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa
hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar
variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa
tentang hubungan antar variabel.
Berikut ini dijelaskan langkah-langkah merumuskan hipotesis
sebagai berikut :
Sukris Sutiyatno
38
1. Menetapkan variabel yang diteliti.
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan
dalam menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka
harus ditetapkan terlebih dulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah
variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel, merupakan
titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.
2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah
membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku
yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus.
Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian,
journal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan
teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti
telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap
masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang
lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan
yang lain dalam konteks penelitian itu.
4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap
teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam
analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil
penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek
penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal
dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.
5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara
teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan
penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat
memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi
bila dipandang terlalu luas.
Metodologi Penelitian
39
6. Sintesa kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil
penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti,
selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan
sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel
yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya
dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.
7. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang
menjelaskan alur dan cara berpikir seorang peneliti. Kerangka
berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana suatu teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir dapat dikatakan
berkualitas baik apabila dapat menggambarkan dan menjelaskan
secara teoritis hubungan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara
teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel yaitu independen
dan dependen.
Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka
berfikir yang assosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan.
Kerangka berfikir assosiatif dapat menggunakan kalimat: jika
begini maka akan begitu; jika komitmen kerja tinggi, maka
produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan
dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran
akan berkurang (negatif).
8. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut selanjutnya disusun
hipotesis. Cresswell (2003:108) menyatakan ―hyphotheses are
predictions the researcher holds about the relationship among
variables‖. Bila kerangka berfikir berbunyi jika komitmen kerja
tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi ", maka
hipotesisnya berbunyi "ada hubungan yang positif dan signifikan
antara komitmen kerja dengan produktivitas kerja" Bila kerangka
berfikir berbunyi "Karena lembaga A menggunakan teknologi
Sukris Sutiyatno
40
tinggi, maka produktivitas kerjanya lebih tinggi bila dibandingkan
dengan lembaga B yang teknologi kerjanya rendah," maka
hipotesisnya berbunyi "Terdapat perbedaan produktivitas kerja yang
signifikan antara lembaga A dan B, atau produktivitas kerja lembaga
A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B".
Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa,
kerangka berfikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan
menjelaskan pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti,
dan ada teori yang mendasari.
3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah
hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk
simetris, kausal atau interaktif (timbal balik).
4. Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam
bentuk diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain
dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam
penelitian.
E. Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam
penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka
berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus
merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan deskriptif
sering tidak perlu merumuskan hipotesis.
Menurut Trelease 1960 (Nazir, 2013:132) memberikan definisi
hipotesis sebagai ―suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang
diamati. Sementara itu, Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah
pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih
variabel.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
Metodologi Penelitian
41
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak
dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis.
Selanjutnya hipotesis, tersebut akan diuji oleh peneliti dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan
hipotesis statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah
dikemukakan di atas. Selanjutnya hipotesis statistik itu ada, bila penelitian
bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka
tidak ada hipotesis statistik.
Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi
tidak ada hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh
populasi mungkin akan terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada
hipotesis statistik. Ingat bahwa hipotesis itu berupa jawaban sementara
terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji ini dinamakan
hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis
kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal, sedangkan
hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan
kehandalannya.
Hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri berikut: (1) Hipotesis harus
menyatakan hubungan, (2) Hipotesis harus sesuai dengan fakta, (3)
Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya
ilmu pengetahuan, (4) Hipotesis harus dapat diuji, (5) Hipotesis harus
sederhana, dan (5) Hipotesis harus bisa menerangkan fakta (Nazir,
2013:133).
Untuk lebih mudahnya membedakan antara hipotesis penelitian dan
hipotesis statistik, maka dapat dipahami melalui gambar 3.1 berikut:
Sukris Sutiyatno
42
Contoh Hipotesis Penelitiannya:
1. Kemampuan daya beli masyarakat (dalam populasi) itu rendah
(hipotesis deskriptif).
2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan daya beli antara kelompok
masyarakat Petani dan Nelayan (dalam Populasi itu/hipotesis
komparatif).
3. Ada hubungan positif antara penghasilan dengan kemampuan daya
beli masyarakat (dalam populasi itu/hipotesis assosiatit).
Data dikumpulkan dari populasi. kesimpulan berlaku untuk populasi
Gambar 3.1 Penelitian Populasi
Pada gambar 3.1 di atas yang diteliti adalah populasi, sehingga
hipotesis statistiknya tidak ada. Sehingga yang ada hanya hipotesis
penelitian. Untuk itu dalam pembuktiannya tidak dipergunakan istilah
"signifikansi" (taraf kesalahan atau taraf kepercayaan).
Selanjutnya perhatikan pula gambar 3.2 berikut, yaitu penelitian
yang menggunakan sampel. Pada penelitian ini untuk mengetahui keadaan
populasi, sumber datanya menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut. Jadi yang dipelajari adalah data sampel. Dugaan apakah data
sampel itu dapat diberlakukan ke populasi, dinamakan hipotesis statistik.
Hipotesis statistik diperlukan untuk menguji apakah hipotesis
penelitian yang hanya diuji dengan data sampel itu dapat diberlakukan
untuk populasi atau tidak. Dalam pembuktian ini akan muncul istilah
Populasi
Penelitian
Metodologi Penelitian
43
signifikansi, atau taraf kesalahan atau kepercayaan dari pengujian.
Signifikan artinya hipotesis penelitian yang telah terbukti pada sampel itu
(baik deskriptif, komparatif, maupun assosiatif) dapat diberlakukan ke
populasi.
Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik:
1. Ada perbedaan yang signifikan antara penghasilan rata-rata
masyarakat dalam sampel dengan populasi. Penghasilan masyarakat
itu paling tinggi hanya Rp. 500.000/bulan (hipotesis deskriptif).
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penghasilan petani dan
nelayan (hipotesis komparatif).
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara curah hujan
dengan jumlah payung yang terjual (hipotesis assosiatif/hubungan).
Ada hubungan positif artinya, bila curah hujan tinggi, maka akan
semakin banyak payung yang terjual.
Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan
hipotesis nol. Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan
hipotesis nol dinyatakan dalam kalimat negatif.
Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis
kerja dan hipotesis alternatif (hipotesis alternatif tidak sama dengan
hipotesis kerja). Dalam kegiatan penelitian, yang diuji terlebih dulu adalah
hipotesis penelitian terutama pada hipotesis kerjanya. Bila penelitian akan
membuktikan apakah hasil pengujian hipotesis itu signifikansi atau tidak,
maka diperlukan hipotesis statistik. Teknik statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis ini adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja
dengan data populasi adalah statistik deskriptif.
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, hipotesis
yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel, dan data
populasi. Sementara itu, yang diuji hipotesis nol karena peneliti tidak
berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi atau statistik dan
parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan
populasi, dan statistic di sini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang
berkenaan dengan sampel.
Sukris Sutiyatno
44
Gambar 3.2 Penelitian bekerja dengan data sampel
F. Kesimpulan
Teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang
tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena. Suatu teori akan memperoleh arti yang
penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan
meramalkan gejala yang ada.
Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap
gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan. Kriteria utama agar suatu
kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur
pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang
membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Metodologi Penelitian
45
BAB IV
INSTRUMEN PENELITIAN DAN METODE
PENGUMPULAN DATA
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat menjelaskan instrumen penelitian
2. Dapat memahami proses pengumpulan data
3. Dapat menjelaskan metode pengumpulan data
4. Dapat memahami validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
A. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan piranti yang digunakan untuk mengukur
informasi atau melakukan pengukuran. Jadi, seorang peneliti harus
mempertimbangkan dan memutuskan alat ukur apa yang akan dipakai
untuk mengumpulkan data. Berdasarkan hasil pengukuran diharapkan teori
dan hipotesis dapat diuji sebaik-baiknya, dapat menghubungkan konsep-
konsep yang abstrak menjadi realita operasional, dan dapat menjelaskan
fenomena yang diacu oleh konsep variabel-variabel yang digunakan.
Hamid Darmadi (2011:85-86) menyatakan sebagai suatu proses,
pengukuran akan melibatkan empat aktivitas pokok yaitu: menentukan
dimensi (konsep-konsep yang mendukung variabel), menentukan indikator
(mengukur dimensi-dimensi yang berbentuk pertanyaan yang relevan
dengan dimensi tersebut), menentukan tingkatan atau skala ukuran yang
digunakan (nominal, ordinal, interval, atau rasio) dan membuat instrument
atau memakai yang sudah ada.
Menurut Sugiyono (2011:305) terdapat dua hal utama yang
mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu kualitas instrument penelitian
dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif, kualitas
instrument penelitian berhubungan dengan validitas dan reliabilitas
instrument dan kualitas pengumpulan data berhubungan dengan ketepatan
Sukris Sutiyatno
46
cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu,
instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat
menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut
tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Instrumen
dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman wawancara,
pedoman observasi, dan kuesioner.
Sementara itu, dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti
sebagai instrumen harus juga divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif
siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi
terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang
diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara
akademik maupun logistiknya. Validasi dilakukan oleh peneliti sendiri
melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,
penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta
kesiapan dan bekal memasuki lapangan penelitian.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan atas temuannya.
B. Proses Pengumpulan Data
Masih banyak orang yang belum atau kurang memahami perbedaan
antara data dan informasi. Pengertian data perlu dibedakan dengan
informasi. Kalau kita bertanya kepada seseorang di mana jalan ke kantor
Gubernur, maka ia akan memberi tahu: silahkan jalan lurus terus saja, lalu
perempatan pertama belok ke kiri masuk ke J1. Soekarno Hatta. Di
perempatan kedua belok ke kiri masuk ke Jl. A. Yani, dan di ujung jalan
itulah letak kantor Gubernur. Kata-kata yang diungkapkan kepada kita itu
disebut informasi, tetapi "perempatan, belok ke kiri, Jl. Soekarno-Hatta
dan Jl. A. Yani" bukan informasi melainkan data. Dari contoh tersebut
maka dapat dijelaskan bahwa informasi dibangun dari data. Dawson
Metodologi Penelitian
47
(2009:17) menyatakan ―data are the factual elements that describe objects
or events” and “ Information represents data that have been processed in
order to provide you with some insight into their meaning”.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan data
dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan juga
berbagai cara. Apabila kita lihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan
pada setting alamiah, misalnya di lingkungan tertentu dengan berbagai
responden, seminar, diskusi dan lain-lain.
Sedangkan apabila dilihat dari sumber datanya, pengumpulan data
dapat menggunakan sumber primer atau sumber data yang secara langsung
memberikan data dan sumber sekunder atau sumber yang secara tidak
langsung memberikan data. Pada sisi yang lain apabila dilihat dari metode
pengumpulan data maka dapat dilakukan dengan metode observasi,
wawancara, kusioner, dan dokumentasi.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui metode pengumpulan data, maka seorang peneliti
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.
Metode pengumpulan data dari sampel penelitian, dilakukan dengan
metode tertentu sesuai dengan tujuannya. Ada berbagai metode yang telah
kita kenal antara lain wawancara, pengamatan (observasi). kuesioner atau
angket, dan dokumenter. Metode yang dipilih untuk setiap variabel
tergantung pada berbagai faktor terutama jenis data dan ciri responden.
Untuk data historis misalnya tidak bisa ditemukan dengan observasi, tetapi
dimungkinkan dengan dokumenter dan wawancara. Kalau kebanyakan
responden merasa asing pada komunikasi media tulis, maka wawancara
merupakan salah satu cara yang perlu dipertimbangkan. Karena metode
pengumpulan data tergantung pada karakteristik data variabel, maka
metode yang dipergunakan tidak selalu sama untuk setiap variabel. Suatu
Sukris Sutiyatno
48
variabel juga dapat mempergunakan dua metode atau lebih, yang pertama
adalah metode utama, dan yang lain untuk kontrol silang. Berikut ini
adalah contoh metode pengumpulan data pada suatu penelitian.
Tabel 4.1 Contoh Metode Pengumpulan Data
Variabel Wawancara Kuesioner Pengamatan Dokumenter
x.1 - V - X
x.2 V - X -
x.3 V - X -
x.4 X V - X
Keterangan: v: metode utama
x: metode pendukung
1. Pengamatan (Observasi)
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data, kegiatan
tersebut biasanya dilaksanakan dengan cara mengadakan pengamatan
langsung terhadap objek penelitian. Pengamatan (observasi) adalah metode
pengumpulan data di mana peneliti atau kolaboratornya mencatat
informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian.
Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat,
mendengarkan, merasakan, yang kemudian dicatat seobyektif mungkin.
Menurut Patton 1988 (Budi Purnomo, 2015:61) observasi mempunyai
manfaat yaitu: (a) Peneliti akan lebih mampu memahami konteks data
dalam keseluruhan situasi sosial dan dapat diperoleh pandangan yang
holistik atau menyeluruh, (b) Peneliti akan memperoleh pengalaman
langsung sehingga, (c) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau
tidak diamati oleh orang lain, (d) Peneliti dapat menemukan hal-hal yang
tidak akan pernah diungkap oleh responden dalam wawancara, (e) Peneliti
dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden sehingga
diperoleh gambaran yang lebih komprehensif, (f) Peneliti dapat
mengumpulkan kesan-kesan pribadi dan merasakan situasi sosial yang
diteliti.
Metodologi Penelitian
49
Peranan pengamat dapat dibedakan berdasarkan hubungan
partisipatifnya dengan kelompok yang diamatinya, yaitu:
a. Partisipan penuh
Partisipan penuh artinya peneliti akan selalu berperan serta dan
mengikuti dan menyamakan diri dengan orang yang diteliti.
Sehingga pengamat dapat merasakan dan menghayati apa yang
diamati oleh responden. Tidak jarang seorang partisipan tinggal
bersama dengan kelompok masyarakat yang diamatinya dalam
waktu yang cukup lama sehingga ia dianggap sebagai bagian dari
masyarakat yang bersangkutan.
b. Partisipan sebagai pengamat
Masing-masing pihak, baik pengamat maupun yang diamati,
menyadari peranannya. Peneliti sebagai pengamat membatasi diri
dalam berpartisipasi sebagai pengamat, dan responden menyadari
bahwa dirinya adalah obyek pengamatan. Oleh karena itu, pengamat
membatasi aktivitasnya dalam kelompok responden.
c. Pengamat sebagai partisipan
Peneliti hanya berpartisipasi sepanjang yang dibutuhkan dalam
penelitiannya.
d. Pengamat sempurna (complete observer). Peneliti hanya menjadi
pengamat tanpa partisipasi dengan yang diamiati. la mempunyai
jarak dengan responden yang diamatinya. Proses pengamatan itu
sendiri terdiri atas:
a. Persiapan termasuk latihan;
b. Lingkungan penelitian;
c. Memulai interaksi;
d. Pengamatan dan pencatatan;
e. Menyelesaikan tugas lapangan.
Persoalan-persoalan yang perlu diperhatikan pada pengamatan
terutama disebabkan metode ini sangat mengandalkan "penglihatan" mata)
dan "pendengaran" (telinga). Kedua alat indra itu, mata punya peranan
yang lebih dominan. Oleh karena itu, perlu disadari keterbatasan-
Sukris Sutiyatno
50
keterbatasan dari alat penglihatan ini: (a) Harus dipercaya bahwa alat
penglihatannya baik dan dapat menangkap fakta dengan benar; (b)
Penglihatan orang mempunyai kelemahan dan keterbatasan, misalnya tidak
mampu melihat jarak yang jauh; (c) Berusaha mengatasi kelemahan-
kelemahan tersebut.
2. Survei
Survei adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan
instrumen untuk meminta tanggapan dari responden: tentang sampel, Ciri-
cirinya adalah:
a. Dipakai pada sampel yang mewakili populasi, khususnya
probabilistic sampling.
b. Tanggapan (respons) didapatkan secara langsung dari responden.
c. Karena biasanya survei dipakai pada sampel yang mewakili
populasi, maka metode itu lebih disukai jika ingin ditarik
kesimpulan dari sampel. Penggunaan survei melibatkan banyak
responden, dan mencakup area yang lebih luas dibandingkan dengan
metode lainnya.
d. Survei dilaksanakan dalam situasi yang alamiah. Biasanya
responden dikunjungi di kantor atau di rumah untuk dimintai
informasi. Responden tidak perlu direpotkan dengan keharusan
untuk menghadiri acara tertentu.
Pada dasarnya survei terdiri atas: wawancara dan kuesioner.
Wawancara biasanya dilakukan dalam hubungan langsung atau bentuk
tatap muka antara pewawancara dan responden. mengajukan pertanyaan,
meminta tanggapan, dan melaporkan tanggapan itu secara tertulis.
Instrumennya disebut schedule. Bentuk yang paling umum dari kuesioner
adalah kuesioner tertulis yang dikirim langsung kepada responden. Di
dalamnya terdapat pedoman untuk membimbing responden memberikan
tanggapannya. Instrumennya disebut kuesioner.
Keuntungan dari kuesioner terutama pada kebakuan dan biayanya
yang rendah, sedangkan keuntungan wawancara terletak pada
Metodologi Penelitian
51
fleksibilitasnya dan tingkat ketergantungan pada responden. Untuk
menentukan tipe survei yang dipergunakan, wawancara atau kuesioner,
faktor ekonomi barangkali merupakan faktor yang menentukan. Tetapi,
jika faktor ekonomi tidak dipertimbangkan, pemilihan pada umumnya
tergantung pada:
a. Sifat respons
Jika diharapkan respons yang tinggi, misalnya 80%, wawancara
lebih baik daripada kuesioner. Jika kita ingin mengetahui aspirasi
seseorang, maka di samping pernyataannya secara verbal, dapat juga
diketahui dari ekspresinya ketika berbicara. Dengan demikian
wawancara lebik baik daripada kuesioner. Di pihak lain, Jika tingkat
respons lebih rendah daripada 65%, maka kuesioner lebih baik.
b. Kepekaan pertanyaan
Jika informasi yang diinginkan sangat berhubungan dengan fakta
yang diketahui oleh publik, seperti seks, dan kegiatan yang dianggap
"normal" dalam masyarakat tertentu, maka lebih baik kuesioner,
karena responden tidak akan merasa ditekan.
3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden. Sugiyono (2008:137) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondenya sedikit/kecil.
Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam
hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan
pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu,
wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat
menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh
responden yang bersangkutan. Wawancara sebagai alat penelitian
mempunyai keunggulan yaitu:
Sukris Sutiyatno
52
1. Wawancara dapat dilaksanakan kepada setiap individu tanpa
dibatasi oleh faktor usia maupun kemampuan membaca.
2. Data yang diperoleh dapat langsung diketahui obyektivitasnya
karena dilaksanakan secara tatap muka.
3. Wawancara dapat dilaksanakan langsung kepada responden yang
diduga sebagai sumber data (dibandingkan dengan angket yang
mempunyai kemungkinan diisi oleh orang lain).
4. Wawancara dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki
hasil yang diperoleh baik melalui observasi terhadap obyek manusia
maupun bukan manusia; juga hasil yang diperoleh melalui angket.
5. Pelaksanaan wawancara dapat lebih fleksibel dan dinamis karena
dilaksanakan dengan hubungan langsung, sehingga memungkinkan
diberikannya penjelasan kepada responden bila suatu pertanyaan
kurang dapat dimengerti.
Meskipun wawancara mempunyai banyak manfaat. Namun terdapat
pula beberapa kelemahan, di antaranya:
1. Oleh karena wawancara biasanva dilakukan secara perseorangan,
maka pelaksanaannya menuntut banyak waktu, tenaga, dan biaya,
terutama bila ukuran sampel cukup besar.
2. Faktor bahasa, baik dari pewawancara maupun responden, sangat
mempengaruhi hasil atau data yang diperoleh.
3. Sering terjadi wawancara dilakukan secara bertele-tele.
4. Wawancara menuntut kerelaan dan kesediaan responden untuk
menerima secara baik dan bekerja sama dengan pewawancara.
5. Wawancara menuntut penyesuaian diri secara emosional atau
mental-psikis antara pewawancara dan responden.
6. Hasil wawancara banyak tergantung kepada kemampuan
pewawancara dalam menggali, mencatat, dan menafsirkan setiap
jawaban.
Metodologi Penelitian
53
Wawancara dilihat dari bentuk pertanyaan dapat dibagi dalam 3
bentuk, yaitu:
a. Wawancara berstruktur
Pertanyaan-pertanyaan mengarahkan jawaban dalam pola
pertanyaan yang dikemukakan. Misalnya: "Bentuk tes apakah yang
paling sering Anda lakukan dalam mengadakan evaluasi?" Bentuk
tes ada beberapa macam (objective test, essay test, written test, dan
sebagainya), dan responden diarahkan pada salah satu dari bentuk
itu.
b. Wawancara tak berstruktur
Pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab secara bebas oleh responden
tanpa terikat pada pola-pola tertentu. Misalnya: "Mengapa memilih
guru sebagai profesi Anda?" Pertanyaan seperti ini tidak terikat pada
struktur jawaban tertentu, dan karena itu disebut pertanyaan bebas.
c. Campuran
Bentuk ini merupakan campuran antara wawancara berstruktur dan
tak berstruktur. Misalnya: "Dalam melaksanakan evaluasi tertulis,
tes apakah yang sering Anda pergunakan, dan mengapa?
Apa pun bentuk wawancara yang dipergunakan, perlu dipersiapkan
daftar pertanyaan (instrumen) dalam bentuk Pedoman Wawancara.
Wawancara dengan responden dilakukan dalam situasi yang santai. Untuk
itu perlu dicari waktu yang sesuai yang tidak mengganggu kesibukan
responden. Wawancara dibuka dengan perkenalan dan penciptaan situasi
yang kondusif. Kemudian pertanyaan-pertanyaan diajukan, baik terstruktur
maupun tidak terstruktur. Dalam proses tanya-jawab dengan responden,
pewawancara selain bertanya dan menyimak jawabannya, juga mencatat
jawaban-jawaban dari responden. Biasanya catatan dibuat singkat supaya
proses wawancara tidak terputus. Berdasarkan catatan singkat itu,
disusunlah catatan yang lengkap dan lebih terperinci. Karena faktor lupa
terdapat pada setiap orang, maka setelah wawancara selesai, catatan
lengkap itu segera disusun (biasanya pada malam pertama setelah
wawancara dilakukan).
Sukris Sutiyatno
54
4. Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan pada
responden untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diteliti. Dalam
kuesioner terdapat pertanyaan, pernyataan dan isian yang harus dijawab
oleh responden. Jawaban yang diberikan bisa bersifat tertutup di mana
alternative jawaban telah disediakan oleh peneliti, dan ada juga jawaban
terbuka di mana responden bebas menuliskan jawabannya tanpa adanya
paksaan maupun jawaban yang berasal dari kombinasi keduannya yang
merupakan campuran dari jawaban tertutup dan terbuka (Zainal, 2007:86).
Sementara itu Sugiyono (2008:142) menyatakan kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.
Kuesioner atau angket hanya berbeda dalam bentuknya. Pada kuesioner,
pertanyaan disusun dalam bentuk kalimat tanya, sedangkan pada angket,
pertanyaan disusun dalam kalimat pernyataan dengan opsi jawaban yang
tersedia. Kalau metode pengamatan dan metode wawancara menempatkan
peneliti dalam hubungan langsung dengan responden, maka dalam metode
angket hubungan itu dilakukan melalui media, yaitu daftar pertanyaan
yang dikirim kepada responden. Sering terjadi bahwa kuesioner yang
dikirim itu tidak diisi dan tidak dikembalikan oleh responden. Dalam hal
seperti ini maka peneliti mendatangi sendiri responden dan menyampaikan
kepada mereka daftar pertanyaan untuk diisi. Ini berarti di samping angket
dipakai, pengamatan dan wawancara juga digunakan.
Keunggulan angket adalah: (a) Angket dapat digunakan untuk
mengumpulkan data dari sejumlah besar responden yang menjadi sampel,
(b) Dalam menjawab pertanyaan melalui angket, responden dapat lebih
leluasa karena tidak dipengaruhi oleh sikap mental hubungan antara
peneliti dan responden (c) Setiap jawaban dapat dipikirkan masak-masak
terlebih dahulu, karena tidak terikat oleh cepatnya waktu yang diberikan
kepada responden untuk menjawab pertanyaan sebagaimana dalam
wawancara, (d) Data yang dikumpulkan dapat lebih mudah dianalisis,
karena pertanyaan yang diajukan kepada setiap responden sama.
Metodologi Penelitian
55
Namun demikian angket mempunyai kelemahan yaitu: (a)
Pemakaian angket terbatas pada pengumpulan pendapat atau fakta yang
diketahui responden, yang tidak dapat diperoleh dengan jalan lain, (b)
Sering terjadi angket diisi oleh orang lain (bukan responden yang
sebenarnya), karena dilakukan tidak secara langsung berhadapan muka
antara peneliti dan responden, (c) Angket diberikan terbatas kepada orang
yang melek huruf.
5. Dokumenter
Metode dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun
dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.
Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau
peristiwa pada waktu yang lalu. Supersemar (Surat Perintah Sebelas
Maret) misalnya adalah dokumen politik yang mencatat peristiwa penting
yang terjadi pada tanggal 11 Maret 1966. Data statistik yang diterbitkan
secara berkala oleh Biro Pusat Statistik adalah dokumen yang mencatat
berbagai perkembangan yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu
tertentu. Jurnal dalam bidang keilmuan tertentu termasuk dokumen penting
yang merupakan acuan bagi peneliti dalam memahami obyek
penelitiannya. Bahkan, literatur-literatur yang relevan dimasukkan pula
dalam kategori dokumen yang mendukung penelitian. Semua dokumen
yang berhubungan dengan penelitian yang bersangkutan perlu dicatat
sebagai sumber informasi.
D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pada dasarnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus
ada alat ukur yang baik dan tepat, alat itulah yang kita sebut dengan
instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Dalam penelitian diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang
memenuhi syarat tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu
Sukris Sutiyatno
56
instrumen penelitian minimal mencakup dua hal yaitu validitas dan
reliabilitas. Secara sepecifik semua fenomena ini disebut variabel
penelitian.
Nana Syaodih (2005:228-229) menyatakan validitas instrumen
menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi
atau aspek yang diukur. Sedangkan reliabilitas berkenaan dengan tingkat
keajegan atau konsistensi hasil pengukuran. Suatu instrument dapat
dikatakan memiliki reliabilitas baik, bila instrument tersebut digunakan
untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau
relatif sama
Supaya instrumen ini dapat berfungsi secara efektif, maka syarat
validitas dan reliabilitas harus diperhatikan sungguh-sungguh. Dalam hal
ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan
isntrumen yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam obyek berwarna hijau,
sedangkan data yang terkumpul berwarna ungu maka hasil penelitian tidak
valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan
antara data dalam rentang waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek
kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok juga tetap berwarna
merah.
Sugiyono (2008:121-123) menyatakan instrumen yang valid berarti
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid
dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini
tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji
validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil penelitian valid dan reliabel.
Metodologi Penelitian
57
Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan
kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan
data.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan
eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila
kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah
mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriterianya ada di dalam instrumen.
Instrumen yang mempunyai validitas internal instrumen dikembangkan
berdasarkan teori yang relevan, sedangkan validitas eksternal instrumen
dikembangkan dari fakta empiris.
E. Kesimpulan
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian
yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam
penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berhubungan dengan
validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data
berhubungan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan instrumen yang
reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Sementara dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah
peneliti sendiri.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan data
dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan juga
berbagai cara. Apabila kita lihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan
pada setting alamiah, misalnya di lingkungan tertentu dengan berbagai
responden, seminar, diskusi dan lain-lain. Pengumpulan data dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu pengamatan (observasi), survey,
wawancara, kuesioner, dokumen dan tes.
Metodologi Penelitian
59
BAB V
POPULASI DAN SAMPEL
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat menjelaskan pengertian populasi dan sampel
2. Dapat memahami teknik sampling
3. Dapat memahami bagaimana menentukan ukuran sampel
4. Dapat memahami perbedaan populasi penelitian kuantitatif dan
kualitatif
A. Pengertian Populasi
Penelitian dapat bersifat penelitian populasi maupun penelitian
sample. Penelitian populasi dilakukan dengan melibatkan semua subjek
dalam wilayah penelitian dijadikan subjek penelitian atau seluruh populasi
dijadikan sampel penelitian. Penelitian yang bersifat sampel hanya
melibatkan sebagian dari subjek penelitian namun harus mewakili populasi
dan harus dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel,
agar sampel tersebut benar-benar mewakili populasi. Alasan tidak
melibatkan semua populasi dikarenakan terbatasnya biaya, waktu dan
tenaga, atau mungkin sebenarnya walaupun tidak melibatkan seluruh
populasi namun sesungguhnya sampel tersebut sudah mencerminkan dan
mewakili populasi.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki
oleh subyek atau obyek itu.
Sukris Sutiyatno
60
Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X
ini merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/ subyek
dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas.
Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya
motivasi kerjanya, produktivitas kerjanya, kepemimpinannya, budaya
organisasinya dan lain-lain; dan juga mempunyai karakteristik obyek yang
lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang
dihasilkan dan lain-lain. Yang terakhir berarti populasi dalam arti
karakteristik.
B. Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Apabila jumlah populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari dan menggunakan semua yang ada pada populasi,
dikarenakan keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka seorang peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan atau
dikenakan pada populasi. Jadi sampel yang diambil dari populasi harus
benar-benar representatif (mewakili) baik dalam karakteristik maupun
jumlahnya.
Sampel harus merupakan representasi yang tepat dan akurat bagi
populasinya, oleh karena itu karakteristik sampel seharusnya
mencerminkan karakteristik populasinya. Karena analisis penelitian
nantinya didasarkan atas data yang ada pada sampel sedangkan
kesimpulannya akan diterapkan pada populasi, jadi sangatlah penting
untuk mendapatkan sampel yang benar-benar representatitif.
C. Teknik Sampling
Pengambilan sampel yaitu suatu proses pemilihan dan penentuan
sampel. Penentuan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel
atau "teknik sampling". Penelitian dengan menggunakan sampel ini lebih
effektif dan effisien dan menguntungkan dibandingkan dengan penelitian
terhadap populasi, Namun demikian apabila jumlah populasinya sedikit
Metodologi Penelitian
61
atau lingkupnya sangat sempit maka sebaiknya dilakukan penelitian
populasi. Penelitian terhadap sampel lebih effektif dan effisien karena bisa
lebih menghemat tenaga, waktu dan juga biaya. Meskipun kita hanya
meneliti sampel, tetapi kesimpulannya dapat berlaku terhadap populasi
karena baik dari jumlah maupun karakteristiknya sampel tersebut mewakili
populasi.
Teknik sampling adalah teknik penarikan sampel. Terkait dengan
penarikan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
beberapa teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik
macam-macam sampling dijelaskan pada gambar 5.1. di bawah.
Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling,
dan Nonprobability Sampling. Probability sampling meliputi, simple
random, proportionate stratified random, disproportionate stratified
random, dan area random. Non probability sampling meliputi, sampling
sistematis, sampling kuota, sampling incidental, purposive sampling,
sampling jenuh, dan snowball sampling.
Gambar 5.1 Macam-macam Teknik Sampling
Sukris Sutiyatno
62
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling,
proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified
random, area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).
a. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu. Teknik tersebut digunakan bila anggota
populasi mempunyai sifat homogen atau relative homogen. Lihat
gambar 5.2 berikut.
Gambar 5.2 Teknik simple random sampling
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik pengambilan sampel berstrata stratified sampling dilakukan
pada suatu populasi yang terbagi atas beberapa strata atau sub-
kelompok dan dari masing-masing sub-kelompok diambil secara
terpisah secara random.
Teknik pengambilan sampel ini digunakan apabila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar
belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu
berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 50, S2 = 40,
STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel
yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut. Teknik
Sampel yang
representatif
Populasi
homogen/
relative
homogen
Diambil secara
random
Metodologi Penelitian
63
Proportionate Stratified Random Sampling dapat digambarkan
seperti gambar 5.3 berikut.
Gambar 5.3 Teknik proportionate stratified random sampling
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Penentuan sampel
dilakukan tidak dengan mengambil proporsi yang sama bagi setiap
subkelompok atau strata akan tetapi dimaksudkan untuk mencapai
jumlah tertentu dari masing-masing strata. Misalnya pegawai dari
unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3; 4 orang lulusan
S2; 80 orang S1; 650 orang SMU; dan 870 orang SMP, maka tiga
orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai
sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan
dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
d. Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik cluster sampling memilih sampel yang berdasarkan pada
kelompok, daerah, atau kelompok subyek secara alami yang
berkumpul bersama.
Teknik cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel
apabila obyek yang akan diteliti atau sumber datanya sangat luas,
misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi atau kabupaten.
Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber
Sukris Sutiyatno
64
data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan pada daerah
populasi yang telah ditetapkan.
Misalnya di Indonesia terdapat 34 provinsi, dan sampelnya
akan menggunakan 17 provinsi, maka pengambilan 17 provinsi itu
dilakukan dengan cara random. Namun demikian perlu diperhatikan,
karena provinsi-provinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama)
maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random
sampling. Provinsi di Indonesia ada yang pendudukanya padat, ada
yang tidak; ada yang mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada
yang kaya bahan tambang ada yang tidak. Karakteristik semacam ini
perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata
populasi itu dapat ditentukan.
Cluster sampling ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu
tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya
menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling
juga. Teknik ini dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:
Gambar 5.4 Teknik cluster random sampling
2. Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling merupakan teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tentu saja akibat dari
teknik ini maka kita tidak mungkin dapat menghitung besarnya error
Metodologi Penelitian
65
dalam estimasi terhadap karakteristik populasi. Teknik sampel ini meliputi,
sampling sistematis, kuota, insidental, purposive, jenuh, snowball.
a. Sampling Sistematis
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
contohnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua
anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor
100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja,
genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan
dari bilangan tiga. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel
adalah nomor 3, 6, 9, 12, 15, 18 dan seterusnya sampai 100. Lihat
gambar di bawah ini:
Gambar 5.5 Sampling Sistematis. No populasi kelipatan tiga
yang diambil (3, 6, 9, 12, dan seterusnya)
b. Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diharapkan. Pada teknik kuota peneliti menentukan besarnya
jumlah responden untuk menjadi anggota sampel. Sebagai contoh,
seorang peneliti akan melakukan penelitian tentang pendapat
masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan izin
Diambil secara
sistematis
Sukris Sutiyatno
66
mendirikan hotel. Jumlah sampel yang ditentukan 100 orang. Kalau
pengumpulan data belum didasarkan pada 100 orang tersebut, maka
penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kouta
yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri
atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus
dapat menghubungi 20 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut
harus dapat mencari data dari 100 anggota sampel.
c. Sampling Insidental
Teknik Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat dipilih sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai dan
cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purposive
Sampling Purposive merupakan teknik penentuan sampel
berdasarkan atas pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan
penelitian tentang kualitas layanan, maka sampel sumber datanya
adalah orang yang ahli manajemen pelayanan, atau penelitian
tentang kualitas pendidikan di suatu daerah, maka sampel sumber
datanya adalah orang yang ahli di bidang pendidikan. Sampel ini
lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian
penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
e. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, di mana semua
anggota populasi dijadikan sampel. Sampel jenuh juga sering
diartikan sampel yang sudah maksimum, ditambah berapapun tidak
akan mengubah keterwakilan.
Metodologi Penelitian
67
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena
dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih
tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang
sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin
banyak. Teknik pengambilan sampel ditunjukkan pada gambar di
bawah.
Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive
dan snowball. Misalnya akan meneliti siapa provokator kerusuhan,
maka akan cocok menggunakan Purposive dan Snowball sampling.
Gambar 5.6 Snowball Sampling
Sukris Sutiyatno
68
D. Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.
Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama
dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 2000
dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 2000 orang tersebut tanpa
ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah
populasi tersebut yaitu 2000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati
populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan
sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin
besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam
penelitian? Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan
yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering
tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin
besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang
diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan
semakin besar jumlah anggota sampel yang dibutuhkan sebagai sumber
data.
Berikut ini diberikan salah contoh menghitung jumlah sampel dari
populasi yang telah diketahui jumlahnya , misalnya jumlah populasi
sebesar 3000 dengan menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin
dalam Riduwan (2007:65) sebagai berikut:
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
d2 = Presisi ( ditetapkan 5% , dengan tingkat kepercayaan 95 % )
Metodologi Penelitian
69
Berdasarkanrumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut
E. Contoh Menentukan Ukuran Sampel
Apabila Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan
kelompok masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah
Daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri 2000 orang, yang dapat
dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1, = 100,
Sarjana Muda = 600, SMK = 1000, SMP = 200, SD = 100 (populasi
berstrata).
Dengan menggunakan tabel di bawah, bila jumlah populasi = 2000,
kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya = 297. Karena populasi berstrata,
maka sampelnya juga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang
pendidikan. Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat
pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Berdasarkan
perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk kelompok S I =
15, Diploma(D3) = 89, SMK = 148, SMP = 30, dan SD = 15.
S1 = 100/2000 X 297 = 14,85 = 15
D3 = 600/2000 X 297 = 89,1 = 89
SMK = 1000/2000 X 297 = 148,5 = 149
SMP = 200/2000 X 297 = 29,7 = 30
SD = 100/2000 X 297 = 14,85 = 15
Jumlah = 297
Jadi jumlah sampelnya = 14,85 + 89,1 + 148,5 + 29,7 + 14,85 = 297
Jumlah yang pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sampel
menjadi 15 + 89 + 148 + 30 + 15 = 297.
Roscoe dalam buku Research Methode For Business (1982:253)
memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti
berikut ini:
Sukris Sutiyatno
70
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai
dengan 500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai
negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap
kategori minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate
(korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel
minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel
penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota
sampel = 10 x 5 = 50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota
sampel masing-masing antara 10 s/d 20.
Tabel 5.1. Penentuan jumlah sampel dari popular tertentudengan taraf
kesalahan 1%, 5%, dan 10%
N S
N S
N S
1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%
10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 247
15 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 248
20 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 251
25 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 254
30 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 255
35 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 257
40 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 259
45 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 261
50 47 44 42 420 257 191 165 8000 613 334 263
55 51 48 46 440 265 195 168 9000 618 335 263
60 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 263
65 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 266
70 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 267
75 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 268
80 71 65 62 600 315 221 187 40000 563 345 269
Metodologi Penelitian
71
N S
N S
N S
1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%
85 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 269
90 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 270
95 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270
100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270
110 94 84 78 850 373 247 205 200000 661 347 270
120 102 89 83 900 382 251 208 250000 662 348 270
130 109 95 88 950 391 255 211 300000 662 348 270
140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270
150 122 105 97 1100 414 265 217 400000 662 348 270
160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 663 348 270
170 135 114 105 1300 440 275 224 500000 663 348 270
180 142 119 108 1400 450 279 227 550000 663 348 270
190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 663 348 270
200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 663 348 270
210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 663 348 270
220 165 135 122 1800 485 292 235 750000 663 348 270
230 171 139 125 1900 492 294 237 800000 663 348 271
240 176 142 127 2000 498 297 238 850000 663 348 271
250 182 146 130 2200 510 301 241 900000 663 348 271
260 187 149 133 2400 520 304 243 950000 663 348 271
270 192 152 135 2600 1529 307 245 1000000 663 348 271
664 349 272
F. Cara Mengambil Anggota Sampel
Pada awal pembahasan telah dikemukakan terdapat dua teknik
sampling, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang sama
kepada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara
demikian sering disebut dengan random sampling, atau cara pengambilan
sampel secara acak.
Sukris Sutiyatno
72
Pengambilan sampel secara random/acak dapat dilakukan dengan
bilangan random, komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan
dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor
terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi.
Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap
anggota populasi mempunyai peluang sama untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Untuk contoh di atas peluang setiap anggota populasi = 1/2000.
Dengan demikian cara pengambilannya bila nomor satu telah diambil,
maka perlu dikembalikan lagi, kalau tidak dikembalikan peluangnya
menjadi tidak sama lagi. Misalnya nomor pertama tidak dikembalikan lagi
maka peluang berikutnya menjadi 1: (2000 - 1) = 1/1.999. Peluang akan
semakin besar bila yang telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang telah
diambil keluar lagi, dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi.
G. Perbedaan Populasi dan Sampel dalam Penelitan
Kuantitaitif dan Penelitian Kualitatif
Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian antara penger-
tian "populasi dan sampel" dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari
populasi itu. Populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah
pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah
tertentu dan sebagainya.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi oleh Spradley dinamakan "social situation" atau situasi sosial yang
terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berintekasi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat di
rumah berikut keluarga dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut-sudut
jalan yang sedang ngobrol, atau di tempat kerja, di kota, desa atau wilayah
suatu negara. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek
penelitian yang ingin diketahui "apa yang terjadi" di dalamnya. Pada
Metodologi Penelitian
73
situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara
mendalam aktivitas (activity) orang orang (actors) yang ada pada tempat
(place) tertentu. Situasi sosial seperti ditunjukkan pada gambar 5.7
Tetapi sebenamya obyek penelitian kualitatif; juga bukan semata-
mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga
bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan dan
sejenisnya. Seorang peneliti yang mengamati secara mendalam tentang
perkembangan tumbuh-tumbuhan tertentu, kinerja mesin, menelusuri
rusaknya alam, adalah merupakan proses penelitian kualitatif.
Gambar 5.7 Situasi sosial (Social situation)
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena
penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi
sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi,
tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki
kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam
penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara
sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian.
Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik,
Social
Situation
Place/tempat
Actor/Orang Activity/
Aktivitas
Sukris Sutiyatno
74
tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
menghasilkan teori.
Berdasarkan hal tersebut, maka model sampel dalam penelitian
kuantitatif dan kualitatif dapat digambarkan seperti gambar 5.8a dan 5.8b.
Pada gambar 5.8a terlihat bahwa, penelitian berangkat dari populasi
tertentu, tetapi karena keterbatasan tenaga, dana, waktu dan pikiran, maka
peneliti menggunakan sampel sebagai obyek yang dipelajari atau sebagai
sumber data. Pengambilan sampel secara random. Berdasarkan data dari
sampel tersebut selanjutnya digeneralisasikan ke populasi, di mana sampel
tersebut diambil.
Gambar 5.8a. Model generalisasi penelitian kuantitatif. Sampel representaif,
hasilnya digeneralisasikan ke populasi
Gambar 5.8b Model generalisasi penelitian kualitatif. Sampel purposive,
hasil lari A dapat ditransferkan hanya ke B, C, D
Metodologi Penelitian
75
Pada penelitian kualitatif (gambar 5.8b), peneliti memasuki situasi
sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang
yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data
pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih
dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil penelitian tidak akan
digeneralisasikan ke populasi karena, pengambilan sampel tidak diambil
secara random. Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku
untuk kasus situasi sosial tersebut. Hasil penelitian tersebut dapat
ditransferkan atau diterapkan ke situasi sosial (tempat lain) lain, apabila
situasi sosial lain tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan
situasi sosial yang diteliti.
H. Kesimpulan
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki
oleh subyek atau obyek itu.
Penentuan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel atau
"teknik sampling". Penelitian dengan menggunakan sampel ini lebih
effektif dan effisien dan menguntungkan dibandingkan dengan penelitian
terhadap populasi, Namun demikian apabila jumlah populasinya sedikit
atau lingkupnya sangat sempit maka sebaiknya dilakukan penelitian
populasi.
Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu Probability Sampling, dan Nonprobability Sampling. Probability
sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random,
disproportionate stratified random, dan area random. Non probability
sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling
incidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
Metodologi Penelitian
77
BAB VI
KONSEP DAN MACAM-MACAM METODE PENELITIAN
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat menjelaskan konsep dan macam-macam metode penelitian
2. Dapat menjelaskan metode penelitian kuantitatif
3. Dapat memahami penelitian eksperimental
4. Dapat memahami penelitian kualitatif
A. Konsep dan Macam-macam Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan
pelaksanaan penelitian yang dilandasi atas asumsi-asumsi dasar,
pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang
dihadapi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai tradisi penelitian
(research traditions).
Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan
tujuan dan tingkat kealamiahan (natural setting) obyek yang diteliti.
Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi
penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan
penelitian pengembangan (research and development). Selanjutnya
berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat dikelompokkan
menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan anaturalistik
(Sugiyono, 2008:4).
Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research
design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-
langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi
arti mengapa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut
dikumpulkan dan dianalisis.
Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode
penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban
Sukris Sutiyatno
78
yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian. Banyak metode
penelitian atau model rancangan penelitian yang biasa digunakan dalam
penelitian bidang sosial dan pendidikan.
McMillan dan Schumacher (2001) memulai dengan membeda-
kannya antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendekatan
kuantitatif_dibedakan pula antara metode-metode penelitian eksperimental
dan noneksperimental. Dalam penelitian kualitatif dibedakan antara
kualitatif interaktif dengan noninteraktif. Secara lengkap pengelompokan
metode dan pendekatan tersebutdapat dijelaskan pada table 6.1 di bawah
ini:
Tabel 6.1.Macam-macam Metode Penelitian
KUANTITATIF KUALIATIF
Eksperimental
Non eksperimental Interaktif Noninteraktif
Eksperimental
murni
Eksperimental
kuasi
Esperimental
lemah
Subjek tunggal
Deskriptif
Komparatif
Korelasional
Survai
Tindakan
Ex-pos fakto
Etnografis
Historis
Fenomenologis
Studi kasus
Teori dasar
Studi kritis
Analisis konsep
Analisis
kebijakan
Analisis historis
Sumber: Mc Milian dan Schumacker (2001) dengan beberapa tambahan
B. Metode Penelitian Kuantitatif
Metode kuantitatif merupakan metode tradisional dan metode
penelitian kuantitatif berdasarkan atas filsafat positivisme yang
menekankan pada fenomena-fenomena objektif dan dinalisis secara
kuantitatif. Objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan
terkontrol. Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu empiris, obyektif, terukur, rasional, dan
sistematis. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dikelompokkan ke
dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode:
Metodologi Penelitian
79
deskriptif, survei, ekspos fakto, komparatif, korelasional dan penelitian
tindakan.
1. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian
ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel
bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran
kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka.
Beberapa pertanyaan yang mengarah pada penelitian deskriptif,
umpamanya: Bagaimana sikap penduduk pedesaan terhadap kemajuan
teknologi? Bagaimana kemampuan menulis mahasiswa? Berapa jam rata-
rata waktu yang digunakan para mahasiswa untuk belajar berstruktur dan
belajar mandiri setiap minggunya? Penelitian ini sangat penting sebagai
studi pendahuluan bagi penelitian lain atau penelitian lanjutan.
Sukardi (2003:157) menyatakan penelitian deskriptif pada umumnya
dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan seara sistematis
fakta dan karakteristik objek atau subyek yang diteliti secara tepat. Metode
penelitian deskriptif banyak digunakan oleh para peneliti karena dua
alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar
laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode
deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang
berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.
Dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan
hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi,
dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal. Sedangkan
langkah-langkah penelitian deskriptif adalah: (1) Mengidentifikasi adanya
permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif;
(2) Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas; (3)
Menentukan tujuan dan manfaat penelitian; (4) melakukan studi
kepustakaan; (5) Menentukan kerangka pikir, dan pertanyaan penelitian
dan atau hipotesis; (6) Mendesain metode penelitian yang hendak
digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik
Sukris Sutiyatno
80
sampling, menentukan instrumen pengumpulan data, dan menganalisis
data; (7) mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan
menggunakan statistika yang relevan; dan (8) Membuat laporan penelitian.
2. Penelitian Survei
Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat
tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan
dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test,
wawancara terstruktur dan sebagainya (Sugiyono, 2008:6). Survai
digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah
besar orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada tiga karakteristik
utama dari survai: 1) informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang
untuk mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti:
kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi, 2) informasi
diukumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis walaupun
bisa juga lisan) dari suatu populasi, 3) informasi diperoleh dari sampel,
bukan dari populasi.
Tujuan utama dari survai adalah mengetahui gambaran umum
karakteristik dari populasi. Pada dasarnya yang ingin dicari peneliti adalah
bagaimana anggota dari suatu populasi tersebar dalam satu atau lebih
variabel, seperti usia, etnis, jenis kelamin, agama, dll. Seperti halnya
metode deskriptif, survai juga ada yang bersifat longitudinal dan juga
cross sectional. Survai longitudinal digunakan untuk mengumpulkan
informasi/perubahan yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup
panjang. Cross sectional mengumpulkan informasi dalam suatu periode
waktu tertentu yang relatif lebih pendek.
3. Penelitian Ekspos Fakto
Penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan
sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan
dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab-akibat dilakukan
terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau
telah terjadi. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian
Metodologi Penelitian
81
teoretis, bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh
variabel tertentu atau mengakibatkan variabel tertentu. Umpamanya
pelatihan meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para peserta, gizi
yang cukup pada waktu ibu hamil menyebabkan bayi sehat, perusahaan
yang sehat dapat meningkatkan kesejahteraan para karyawannya.
Penelitian ekspos fakto mirip dengan penelitian eksperimental,
tetapi tidak ada pengontrolan variabel, dan biasanya juga tidak ada pre-tes.
Penelitian ini dapat dilakukan dengan baik, dengan menggunakan
kelompok pembanding. Kelompok pembanding dipilih yang memiliki
karakteristik yang sama tetapi melakukan kegiatan, program, atau
mengalami kejadian yang berbeda. Umpamanya sejumlah keluarga yang
tingkat sosial-ekonominya sama, sebagian keluarga pada waktu ibunya
hamil sangat memperhatikan kecukupan dan keseimbangan gizi makanan,
sebagian keluarga lainnya kurang memperhatikan gizi makanan. Apabila
anak-anak dari keluarga yang memperhatikan gizi lebih sehat dari yang
tidak memperhatikan gizi, maka dapat diperkirakan penyebabnya adalah
karena masalah gizi.
4. Penelitian Komparatif
Penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih
dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti.
Dalam penelitian ini pun tidak ada pengontrolan variabel, maupun
manipulasi/perlakuan dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah,
peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang bersifat
mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan di
antara variabel-variabel yang diteliti. Penelitian komparatif juga dapat
memberikan hasil yang dapat dipercaya, selain karena menggunakan
instrumen yang sudah diuji, juga karena kelompok-kelompok yang
dibandingkan memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama. Lebih
jauh tentang penelitian komparatif dijelaskan pada bab IX
Sukris Sutiyatno
82
5. Penelitian Korelasional
Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel
dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa
variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan
keberartian (signifikansi) secara statistik. Adanya korelasi antara dua
variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab-
akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti
nilai yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang
tinggi pada variabel lainnya. Korelasi negatif berarti nilai yang tinggi
dalam satu variabel berhubungan dengan nilai yang rendah dalam variabel
lain. Korelasi yang tinggi antara tinggi badan dengan berat badan, tidak
berarti badan yang tinggi menyebabkan atau mengakibatkan badan yang
berat, tetapi antara keduanya ada hubungani kesejajaran. Bisa juga terjadi
yang sebaliknya yaitu ketidaksejajaran (korelasi negatif), badannya tinggi
tetapi timbangannya rendah (ringan). Lebih jauh tentang penelitian
korelasional dijelaskan pada bab VIII
6. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan berasal dari istilah action research. Penelitian
ini merupakan perkembangan baru yang muncul pada tahun 1940-an
sebagai satu model penelitian yang muncul di tempat kerja, tempat di
mana peneliti melakukan pekerjaan sehari-hari (Sukardi, 2003:210).
Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang
diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan. Guru-
guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi
dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen
di sekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun
peningkatan hasil kegiatan. Penelitian tindakan juga bisa dilakukan dengan
meminta bantuan seorang konsultan atau pakar dari luar. Penelitian
tindakan demikian diklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif
atau collaborative action research (Oja & Sumarjan, 1989, Stinger, 1996).
Penelitian tindakan kolaboratif selain diarahkan kepada perbaikan proses
dan hasil juga bertujuan meningkatkan kemampuan para pelaksana, sebab
Metodologi Penelitian
83
penelitian kolaboratif merupakan bagian dari program pengembangan staf.
Lebih jauh tentang penelitian tindakan dijelaskan pada bab XIII
7. Penelitian dan Pengembangan
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya
Research and Development adalah metode penelitian yang dapat
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tersebut ( Sugiyono, 2008:297).
Penelitian dan pengembangan (Research and Development),
merupakan metode untuk mengembangkan dan menguji suatu produk
(Borg, W.R & Gall, M.D. 2001). Metode ini banyak digunakan di dunia
industri. Industri banyak menyediakan dana untuk penelitian mengevaluasi
dan menyempurnakan produk-produk lama, dan atau mengembangkan
produk baru. Dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan
dapat digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media
pembelajaran, instrumen evaluasi, model-model kurikulum, pembelajaran,
evaluasi, bimbingan, manajemen, pengawasan, pembinaan staf, dll.
Secara garis besar ada tiga langkah penelitian dan pengembangan.
Pertama, studi pendahuluan, mengkaji teori dan mengamati produk atau
kegiatan yang ada. Kedua, melakukan pengembangan produk atau
program kegiatan baru. Ketiga, menguji atau memvalidasi produk atau
program kegiatan yang baru. Kegiatan pengembangan dilakukan melalui
beberapa kali uji coba, dengan sampel terbatas dan sampel lebih luas.
Pengujian produk dilakukan dengan mengadakan eksperimen. Lebih jauh
tentang penelitian dan pengembangan akan dijelaskan pada bab XII
C. Penelitian Eksperimental
Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian
eksperimental merupakan penelitian yang paling murni kuantitatif
Mengapa dikatakan paling murni, karena semua prinsip dan kaidah-kaidah
penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada metode ini. Penelitian
Sukris Sutiyatno
84
eksperimental merupakan penelitian laboratorium, walaupun bisa juga
dilakukan di luar laboratorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan prinsip-
prinsip penelitian laboratorium, terutama dalam pengontrolan terhadap hal-
hal yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Metode ini bersifat
validation atau menguji (Krathwohl, 1997:7), yaitu menguji pengaruh
satuatau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberi
pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas (independent variables),
dan variabel yang dipengaruhi dikelompokkan sebagai vaiabel terikat
(dependent variables). Zaenal (2007:62) menyatakan riset eksperimental
merupakan research that allows for the causes of behavior to be
determined. Untuk menggambarkan riset eksperimental bisa dilakukan
pada dua kelompok di mana satu disebut kelompok kontrol tanpa diberi
perlakuan apapun sedangkan pada kelompok ke dua diberikan perlakuan.
Penelitian ini bersifat menguji, maka semua variabel yang diuji
harus diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran atau tes yang
sudah distandarisasikan atau dibakukan. Pembakuan instrumen dan
pengolahan hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis statistik
inferensial-parametrik. Untuk menguji apakah perubahan yang terjadi pada
variabel terikat itu akibat dari perubahan pada variabel bebas, dan bukan
karena variabel-variabel lainnya, maka semua variabel lain di luar variabel
bebas harus dikontrol. Pengontrolan variabel dilakukan dengan
menyamakan karakteristik sampel dalam variabel-variabel tersebut.
Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam
penelitian, yaitu: Pre-Experimental, True Experimental, Factorial
Experimental dan Quasi Experimental. Lebih jauh tentang penelitian
eksperimen dijelaskan pada bab X.
D. Penelitian Kualitatif
Metode penelitian kualitatif dinamakan metode postpositivistik
karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode penelitian
kualitaif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga
sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak
Metodologi Penelitian
85
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih
bersifat kualitatif (Sugiyono, 2008:8).
Penelitian Kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk
menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada
penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif: peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk
interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup
deskripsi dalam konteks yang mendetil disertai catatan-catatan hasil
wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-
catatan (Nana Syaodih, 2005:60).
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang
bertolak dari pandangan Positivisme. Penelitian kualitatif berangkat dari
filsafat Konstruktivisme, yang memandang kenyataan itu berdimensi
jamak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial.
"Reality is multilayer, interactive and a shared social experience
interpretation by individuals" (McMillan and Schumacker, 2001). Peneliti
kualitatif memandang kenyataan sebagai konstruksi sosial, individu atau
kelompok menarik atau memberi makna kepada suatu kenyataan dengan
mengkonstuksinya. Orang membentuk konstruksi untuk mengerti
kenyataan-kenyataan, dan dia memahami konstruksi sebagai suatu sistem
pandangan, persepsi atau kepercayaan. Dengan perkataan lain, persepsi
seseorang adalah apa yang dia yakini sebagai "nyata" baginya, dan
terhadap hal itulah tindakan, pemikiran dan perasaannya diarahkan.
Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik
(menyeluruh tidak dipisah-pisahkan), sehingga penelitian kualitatif tidak
akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian,
tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang mencakup aspek tempat,
pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis.
Sukris Sutiyatno
86
Sementara itu, Moleong 1988 (Kirk & Miller, 1986:9)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama,
menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua
menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Kebanyakan
penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori. Beberapa
penelitian memberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah
bagi penelitian selanjutnya. Penelitian lain memberikan eksplanasi
(kejelasan) tentang hubungan antara peristiwa dengan makna terutama
menurut persepsi partisipan.
Loncoln and Guba (1985) melihat penelitian kualitatif sebagai
penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari paradigma
naturalistik, bahwa " kenyataan itu berdimensi jamak,peneliti dan yang
diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, suatu kesatuan terbentuk
secara simultan, dan bertimbal-balik, tidak mungkin memisahkan sebab
dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti
mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia
sekitarnya. Melalui pengalaman kita mengkonstruksi pandangan kita
tentang dunia sekitar, dan hal ini menentukan bagaimana kita berbuat.
Perbedaan antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif telah
banyak di kemukakan para ahli. Moleong (Guba & Lincoln, 1981:62-68)
menyajikan uraian perbedaan keduannya. Untuk penelitian kuantitatif
digunakan istilah scientific paradigm, sedangkan penelitian kualitatif
berdasarkan atas naturalistic inquiry. Beberapa perbedaan mendasar dari
penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif, dapat dilihat dari tabel
6.2 berikut.
Metodologi Penelitian
87
Tabel 6.2.Perbedaan Penelitian Kuantitatif denganPenelitian Kualitatif
PENELITIAN KUANTITATIF PENELITIAN KUALITATIF
1. Berpijak pada konsep Positivistik.
2. Kenyataan berdimensi tunggal,
fragmental terbatas.
3. Hubungan antara peneliti dengan
objek lepas, penelitian dari luar
dengan instrumen standar yang
objektif.
4. Seting penelitian buatan lepas
daritempat dan waktu
5. Analisis kuantitatif, statistik,
objektif
6. Hasil penelitian berupa inferensi,
generalisasi, prediksi
1. Berpijak pada konsep
Naturalistik
2. Kenyataan berdimensi jamak,
kesatuan utuh, terbuka, berubah
3. Hubungan peneliti dengan objek
berinteraksi, penelitian dari luar.
&dalam, peneliti sebagai
instrumen, bersifat subjektif.
4. Seting penelitian alamiah, terkait
tempat & waktu
5. Analisis subjektif, intuitif,
rasional
6. Hasil penelitian berupa deskripsi,
interpretasi, tentatif-situasional
Metode kualitatif secara garis besar dibedakan dalam dua macam,
kualitatif interaktif dan non interaktif. Metode kualitatif interaktif,
merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data
langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti
menginterpretasikan fenomena-fenomena bagaimana orang mencari makna
daripadanya. Para peneliti kualitatifmembuat suatu gambaran yang
kompleks, dan menyeluruh dengan deksripsi detil dari kacamata para
informan. Beberapa peneliti kualitatif mengadakan diskusi terbuka tentang
nilai-nilai yang mewarnai narasi. Peneliti interaktif mendeskripsikan
konteks dari studi, mengilustrasikan pandangan yang berbeda dari
fenomena, dan secara berkelanjutan merevisi pertanyaan
berdasarkanpengalaman di lapangan.
Macam-macam metode kualitatif interaktif, yaitu metode etnografik
biasa dilaksanakan dalam antropologi dan sosiologi, metode
fenomenologis digunakan dalam psikologi dan filsafat, studi kasus
digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanuasian serta ilmu terapan,
Sukris Sutiyatno
88
teori dasar (grounded theory) digunakan dalam sosiologi, dan studi kritikal
digunakan dalam berbagai bidang ilmu. Metode-metode interaktif ini bisa
difokuskan pada pengalaman hidup individu seperti dalam fenomenologi,
studi kasus, teori dasar dan studi kritikal, bisa juga berfokus pada
masyarakat dan budaya seperti dalam etnografi dan beberapa studi kritikal.
E. Kesimpulan
Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan
tujuan dan tingkat kealamiahan (natural setting) obyek yang diteliti.
Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi
penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan
penelitian pengembangan (research and development). Selanjutnya
berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat dikelompokkan
menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan nanturalistik
Ada beberapa metode penelitian yang dapat dikelompokkan ke
dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode:
deskriptif, survei, eks-pos fakto, komparatif, korelasional dan penelitian
tindakan.
Penelitian Kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individual maupun kelompok.
Metodologi Penelitian
89
BAB VII
METODE PENELITIAN TEKNOLOGI INFORMASI
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat memahami metodologi penelitian sistem informasi
2. Dapat memahami penelitian di bidang teknologi informasi
3. Dapat memahami beberapa pendekatan pengembangan sistem
perangkat lunak (Software)
4. Dapat menjelaskan tentang verification, validation & testing
A. Pendahuluan
Research method adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu, secara umum tujuan penelitian
bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Ada empat kata kunci
yang berhubungan dengan metode penelitian yaitu: cara ilmiah, data,
tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan
atas ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional
berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal
sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara
yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain
dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis
berarti proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-
langkah tertentu yang bersifat logis.
Demikian pula penelitian pada bidang sistem informasi dan teknik
informatika tentu tidak dapat dipisahkan dengan metode yang digunakan.
Di bawah ini dijelaskan metode penelitian yang berhubungan dengan
sistem informasi dan teknik informatika, juga dipaparkan beberapa
pendekatan pengembangan system perangkat lunak (Software).
Sukris Sutiyatno
90
B. Penelitian di Bidang Sistem Informasi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu berhubungan
erat dengan research. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan dan
menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dan menerapkannya
untuk memecahkan suatu permasalahan dan dilaksankan berdasarkan
metode ilmiah. Demikian pula dalam bidang sistem informasi yang saat ini
berkembang begitu cepat di seluruh sendi kehidupan manusia.
Perkembangan dalam bidang penelitian sistem informasi telah mendorong
berkembangnya berbagai pendekatan, model dan metode penelitian
khususnya yang berhubungan dengan sistem informasi. Lee (1991)
mendefinisikan ruang lingkup kajian dan perspektif dalam penelitian
sistem informasi lebih dari sekedar menguji system teknologi, atau sistem
sosial, atau bahkan dua-duanya, tetapi penelitian dalam bidang sistem
informasi ini juga menginvestigasi fenomena yang muncul ketika kedua
sistem berinteraksi. Davis (2000) mengidentifikasi lima bidang kajian yang
berkembang dalam bidang system informasi (lihat table di bawah ini).
Tabel 7.1 Bidang kajian sistem informasi
Bidang Kajian Sistem
Informasi
Contoh konsep, teori, proses, dan aplikasi
Proses Manajemen sistem
informasi
Perencanaan strategik untuk infrastruktur dan
aplikasi
Evaluasi sistem informasi sebuah organisasi
Proses Pengembangan
Sistem Informasi
Manajemen proyek sistem informasi
Manajemen resiko sistem informasi
Organisasi dan partisipasi dalam proyek
Kebutuhan teknis dan sosial
Akuisisi aplikasi
Implementasi sistem
Pelatihan, penerimaan, dan penggunaan
Konsep pengembangan
sistem
Konsep metode
Konsep sosio-teknikal
Konsep dekomposisi rasional kebutuhan sistem
Konstruksi sosial kebutuhan sistem
Metodologi Penelitian
91
Bidang Kajian Sistem
Informasi
Contoh konsep, teori, proses, dan aplikasi
Konsep kesalahan dan pendeteksian kesalahan
Konsep pengujian untuk sistem sosio-teknikal
Konsep kualitas sistem informasi
Representasi dalam sistem
informasi
Konsep basis data dan basis pengetahuan
Representasi ‗dunia nyata‘
Pengkodean
Penyimpanan, pemanggilan kembali, dan
transmisi
Representasi perubahan kejadian
Representasi struktur sistem
Sistem aplikasi Manajemen pengetahuan
System pakar
Sistem pendukung keputusan (SPK) dan SPK
group
Sistem kerjasama dan tim maya
Kerja-jarak-jauh dan sistem kerja tersebar
Sistem rantai pasokan (supply chain)
Sistem enterprise resource planning
Sistem pelatihan
Sistem e-commerce
Sistem Pendukung Keputusan
Sumber: Davis (2000)
Beskeville dan Myers (2002) menyatakan sistem informasi tidak
hanya membuat sub-disiplin baru, tetapi juga mendorong munculnya
disiplin yang sama sekali baru seperti bio-informatika, bio-teknologi, dan
system informasi geografis. Sejalan dengan perkembangan ini, disiplin
sistem informasi tidak lagi hanya sebagai disiplin pemakai teori, metode,
dan hasil-hasil penelitian disiplin lain, tetapi disiplin lain juga memakai
teori, metode, dan hasil-hasil penelitian dalam sistem informasi. Sebagai
akibatnya, peneliti dalam bidang sistem informasi mempunyai peluang
besar untuk melakukan penelitian bersama dengan peneliti dalam bidang-
bidang lain.
Sukris Sutiyatno
92
Gambar 7.1 Sistem informasi sebagai disiplin acuan dalam diskursus dengan
disiplin acuan yang lain.
Sumber: Barkeville dan Myers (2002)
Dalam persepektif yang berbeda, disiplin sistem informasi
merupakan perkawinan antara disiplin manajemen dan teknik serta
mempunyai hubungan yang erat dengan praktek di lapangan. Posisi
disiplin sistem informasi ini sejalan dengan definisi yang dikembangkan
oleh Association for Computing Machinery (ACM), Association for
Information System (AIS) dan Association for Information Technology
Professional (AITP). Sebagai sebuah disiplin, disiplin sistem informasi
mempunyai dua bidang kajian (Davis, et al., 1997): (1) Akuisisi,
penggunaan, dan manajemen sumberdaya dan layanan teknologi
informasi; dan (2) pengembangan dan evolusi infrastruktur dan sistem
teknologi untuk mendukung proses bisnis dalam organisasi.
Berndtsson et al. (2008) point out that the nature of computer
science and information systems means that projects are drawn from both
„hard‟ science (natural science and „soft‟ science (social science).
Berndtsson dkk menyatakan bahwa hakikat ilmu komputer dan sistem
Metodologi Penelitian
93
informasi berarti bahwa proyek/penelitian diambil dari ilmu alam dan ilmu
sosial.
Bidang kajian yang pertama terkait dengan fungsi sistem informasi
yang banyak terkait dengan manajemen, sedang yang kedua terkait dengan
pengembangan sistem yang banyak terkait dengan disiplin teknik. Gambar
7.2 di bawah ini mengilustrasikan posisi disiplin sistem informasi kaitanya
dengan disiplin yang lain.
Gambar 7.2 Posisi disiplin sistem informasi
Swanson dan Ramiller (1993) dalam studinya tentang tema
penelitian dalam sistem informasi dengan mereview hampir 400 artikel
yang diterbitkan pada Information Sistem Research, salah satu journal
sistem informasi terkemuka, menemukan tema-tema yang sangat beragam.
Rangkuman tema-tema artikel penelitian ditunjukkan dalam tabel di bawah
ini:
Sukris Sutiyatno
94
Tabel 7.2 Tema penelitian di bidang sistem informasi
No. Tema
1 Computer resource allocation
2 Computer supported cooperative work
3 Data management
4 Data modeling and database design
5 Decision support system application
6 Decision support system application
7 Decision support system development and implementation
8 Decision support system modelmanagement
9 Decision support system outcomes
10 End-user computing
11 Expert system design, evaluation and performance
12 Expert system applications
13 Human computer interaction
14 Information and managerial decision making
15 Information economics
16 Information system implementation
17 Information system research
18 Information system topologies
19 Information technology diffusion
20 Interorganizational information systems
21 Information system economics
22 Information system ethics
23 Information system permance evaluation
24 Information system personnel
25 Information security and control
26 IS strategic management and business outcome
27 IS user relationship
28 Knowledge acquisition
29 Organizational outcomes
30 Requirement analysis and modeling
31 Software maintenance
32 System development process
33 System project estimation
Metodologi Penelitian
95
No. Tema
34 Tools and technique in systems development
35 User information evaluation and satisfaction
36 User involvement
37 User perception and attitude
C. Metodologi Penelitian Sistem Informasi
Pada dasarnya metode penelitian dalam bidang sistem informasi
tidak berbeda dengan penelitian yang ada pada bidang-bidang lainnya yang
membedakan sebenarnya lebih pada tradisi penelitian yang dilakukan dan
disepakati oleh komunitas sistem informasi dunia. Pada penelitian sistem
informasi ditemukan metode spesifik yang diadopsi dari bidang keilmuan
lainnya, seperti etnografi yang mulannya digunakan oleh para ahli
antropologi dan penelitian action research yang bermula berasal dari
bidang psikologi.
British Computer Society (BCS) Information Systems Analysis yang
dikutip Avison & fitzgerald (2006:567) mendefinisikan information system
methodology as: recommended collection of philosophies, phases,
procedures, rules, techniques, tools, documentation, management, and
training for developers of information systems. Metodologi system
informasi sebagai sekumpulan dasar pemikiran, tahapan, prosedur, aturan,
tehnik, piranti/alat, pendokumentasian, manajemen, dan pelatihan sistem
informasi. Berdasarkan definisi tersebut, metodologi mempunyai sejumlah
komponen yang mencakup:
Tugas-tugas apa yang harus dilaksanakan pada setiap tahapnya
Output apa yang dihasilkan
Kapan dilaksanakan
Hambatan apa yang dihadapi
Orang-orang yang seharusnya dilibatkan
Bagaimana proyek dikelola dan dikendalikan
Apa perangkat/piranti yang mendukung untuk digunakan
Sukris Sutiyatno
96
Lebih jauh Avison & fitzgerald (2006:569) menyatakan bahwa
dalam praktiknya, beberapa metodologi, adalah produk-produk yang
dikemas dan mungkin mencakup: Manuals; education and training,
consultancy support, tools and tool sets, proforma documents, and model
building templates, and so on.
Beberapa ahli memperdebatkan istilah methodologi dan metode.
Flyn (1992) menyatakan bahwa metodologi tidak tepat dalam konteks
pengembangan sistem dan istilah metode lebih tepat. Lebih jauh Flyn
menyatakan bahwa istilah metodologi popular sekitar tahun delapan
puluhan yang secara tidak langsung tidak lagi digunakan. Namun demikian
beberapa ahli menyatakan bahwa methodologi mempunyai cakupan yang
lebih luas. Metode adalah bagian dari methodology. Avison & Fitzgerald
(2006:569) menyatakan bahwa ‗methodology is thus a wider concept than
method‟. Sementara itu, Checkland menyatakan metodologi adalah ―… is
a set of principles of method, which in any particular situation has to be
reduced to a method uniquely to that particular situation.
D. Penelitian di Bidang Teknik Informatika
1. Bidang Kajian Teknik Informatika
Denning (2000) menyatakan Ilmu komputer dapat diklasifikasikan
menjadi 12 subbidang. Bila direfleksikan berdasarkan sudut pandang teori,
abstraksi (pemodelan), dan produk/sistem. Teori merupakan pendekatan
yang berlandaskan pada ilmu matematika. Untuk mendapatkan suatu teori
yang valid perlu melalui proses yaitu: definition, theorem, proof and
interpret result. Jadi teori yang dimaksud seharusnya melalui proses
pendefinisian, pembuatan teori, pembuktian dan interpretasi terhadap
hasilnya.
a. Abstraksi/Permodelan merupakan pendekatan yang berlandaskan
pada metode perancangan atau eksperimen. Dalam melakukan suatu
penelitian terhadap suatu fenomena hingga dihasilkan suatu model,
formula, prediksi, metode, atau prototype perlu melalui proses-
proses: (1) pembentukan hipotesis, kerangka teoritis, atau model
teoritis; (2) pembuatan suatu model, formula, prediksi, metode, atau
Metodologi Penelitian
97
prototype; (3) perancangan eksperimen; (4) pengujian dan
pengumpulan data; dan (5) analisis hasil
b. Produk/sistem merupakan pendekatan penelitian guna menghasilkan
suatu produk, sistem, piranti/instrumen baik perangkat keras
maupun perangkat lunak. Tahapan yang menyangkut sistem adalah:
(1) perencanaan; (2) perancangan; (3) pembangunan; (4) pengujian;
(5) penerapan; dan (6) evaluasi.
Jenis metode penelitian teknologi informasi diklasifikasikan menjadi
dua kelompok besar yaitu penelitian rekayasa dan penelitian non-rekayasa
yang dapat digambarkan bentuk matriks seperti dalam tabel di bawah ini:
Gambar 7.3 Metode penelitan rekayasa dan non rekayasa
Sukris Sutiyatno
98
Sementara itu bidang kajian teknologi informasi terdiri atas dua
belas subbidang yang dapat dijelaskan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 7.3 Bidang Kajian IlmuKomputer
SUB BIDANG
BIDANG KAJIAN ILMU
KOMPUTER
BIDANG KAJIAN TEKNOLOGI
INFORMASI
Teori Abstraksi/
Pemodelan Produk/ Sistem
Algoritma dan
Stuktur Data
Teori
Komputabilitas Algoritma
Paralel dan
Terdistribusi
Program Aplikasai
Teori Komputasi
Kompleks
Komputasi
Paralel
Algoritma
Efisien dan
Optional
Teori Graf
Kriptografi
Algoritma dan
Teori
Probabilistik
Bahasa
Pemrograman
Bahasa Formal
dan Automata
BNF Bahasa Pemrograman
(Basic, Pascal,C,dsb)
Turning
Machines
Metode
Parsing,Compi
ling,
Interpretation
Formal
Semantics
Translator,
Kompilator,
Interpreter
Metodologi Penelitian
99
SUB BIDANG
BIDANG KAJIAN ILMU
KOMPUTER
BIDANG KAJIAN TEKNOLOGI
INFORMASI
Teori Abstraksi/
Pemodelan Produk/ Sistem
Arsitektur
Aljabar Boolean Arsitektur
Nuemen Produk
Hardware(PC,Superk
omputer,Mesin Von
Neumen) Teori Coding
Hardware
Reliabelity
Teori Switching Finite State
Machine
Sistem CAD dan
Simulasi Logika Finite State
Machine
Model Sirkuit
DataPath,Struk
tur Kontrol
Sistem Operasi
dan Jaringan
Teori
Concurrency
Manajeman
Memori,Job
Scheduling
Produk NOS (Unix,
Windows, Mach,
dsb)
Teori Scheduling
Model
Komputer Terdistribusi
File dan file System
Teori
Manajemen
Networking
(Protokol,Nam
ing, dsb)
Library Untuk
Utilities(Editor,
Formatter,Linker,
Emulator
Software
Teoreliabelity Metode
Spesifikasi
Bahasa Spesifikasi
Tempeoral Logic
Metode
Pengembangan
Software
Sukris Sutiyatno
100
SUB BIDANG
BIDANG KAJIAN ILMU
KOMPUTER
BIDANG KAJIAN TEKNOLOGI
INFORMASI
Teori Abstraksi/
Pemodelan Produk/ Sistem
Database and
Retrieval
Information
System
Relation Aljabar
dan Kalkulus
Model
Basisdata(Rela
tional
Sistem Manajemen
Teori Dependecy ,hierarchcal,Ne
twork, dsb) Basisdata (Ingres,
Teori
Concurency Skema Basisdata
Dbase,Oracle, dsb)
Performance Analysis
Sorting dan
Searching
File
Representation Hypertext System
Statistical
interface for Retrieval
Articial
Intelligence and
Robotics
Teori Logika Knowledge Representation
Logic Progamming
(Prolog,LIPS)
Semantik dan Metode
Pencarian
Heuristic
Neural Network Sintaktik Model
untuk
Natural
Language
Conceptual
Dependency
Model
Reasoning dan
Learning
Sitem Pakar,ICAI,
Intelligent Tutoring
Syst
Kinematics and Dynamics of
Robot Motion
Model Memori
Manusia,
Autonomous
Learning Software untuk Logic
Programing
Metodologi Penelitian
101
SUB BIDANG
BIDANG KAJIAN ILMU
KOMPUTER
BIDANG KAJIAN TEKNOLOGI
INFORMASI
Teori Abstraksi/
Pemodelan Produk/ Sistem
Grafik
Teori Grafik dan
Warna
Algoritma
Komputer
Grafik Library Grafik
Geometri Dua
Dimensi atau
Lebih
Model untuk
virtual Reality
Grafik Standar,
Visualisasi Sistem
Teori Chaos
Metode
Komputer
Grafik
Image Enchancement
System
Human
Computer
Interaction
Risk Analysis
Pattern
Recognition Flight Simulation
Cognitive Psychology Model CAD
usability
Engineering, CAD, CAI, CAE, CAL
Ilmu Komputasi Number Theory
Discrete
Approximation
s, Fast Fourier
Transform and
Poisson
Solvers
Library dan Paket
Untuk Tool
Penelitian (Chem,
Macsyma,
Mathematica, Maple,
Reduce, dsb) Binary
Representation
Backward
Error
Propagation
Teori Quantum
Finite element
Models
Sukris Sutiyatno
102
SUB BIDANG
BIDANG KAJIAN ILMU
KOMPUTER
BIDANG KAJIAN TEKNOLOGI
INFORMASI
Teori Abstraksi/
Pemodelan Produk/ Sistem
Organizational
Informatics
Organizational Science
Model dan
simulasi yang
berhubungan dengan
informasi
dalam
pengorganisasi
an
Management
Information Systems
Decision Support
Systems
Organizational
Dynamics
Bioinformatics
Teori Komputasi
Model
Komputasi
DNA Kimia
Organic Memory
Devices
Ilmu Biologi
Prototipe
Retina dari
silikon
Basis Data Genom
Manusia
Medicine
Basis Data
Genom
Manusia
Perangkat Analisa
Struktur Enzim untuk
Kesehatan
Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer mengidentifikasi
perkembangan teknik informatika menjadi enam subbidang, yaitu:
Metodologi Penelitian
103
Electrical Engiineering, Computer Engineering, Computer Science,
Software Engineering, Information Technology, dan Information System.
2. Research Area Coverage
Ilmu komputer mengalami pergeseran dari berbagai bidang ilmu
yang antara lain; Electrical Engiineering, Computer Engineering,
Computer Science, Software Engineering, Information Technology, dan
Information System. Pergeseran bidang ilmu tersebut terus berkembang
hingga ilmu komputer difokuskan atas dua bagian besar yaitu bidang ilmu
komputer dan ilmu teknologi informasi. Dari sudut pandang penelitian,
Dennings menyatakan ada tiga paradigma besar dalam penelitian teknik
informatika atau ilmu komputer yang mencakup teori, eksperimen yang
merupakan eksplorasi terhadap model dari sistem/arsitektur dan sering
disebut abstraksi/permodelan, dan desain yang menghasilkan suatu
produk/sistem.
Gambar 7.4 Research area coverage
Sukris Sutiyatno
104
E. Beberapa Pendekatan Pengembangan Sistem Perangkat
Lunak (Software)
Di bawah ini disajikan beberapa pendekatan pengembangan sistem
perangkat lunak, pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan tersebut
sangat penting sebelum membangun suatu sistem. Dengan memahaminya
maka seorang peneliti dapat memilih pendekatan yang tepat untuk
membangun proyek penelitiannya.
1. The Software Development Life Cycle(SDLC)
The SDLC mewakili model generik untuk pengembangan perangkat
lunak dan terdiri atas sejumlah tahapan. Tahapan-tahapan tersebut (lihat
gambar), mencakup: requirements (persyaratan-persyaratan), design
(rancangan), build (membangun), test (uji coba), dan implement
(melaksanakan). Semua pengembangan perangkat lunak mengikuti model
generik dalam satu cara. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan di
bawah ini:
a. Requirements
Persyaratan mewakili semua aktivitas yang ditunjukkan untuk
menjelaskan persyaratan-persyaratan dari pengguna (user) dan
dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam langkah ini.
b. Designs
Rancangan mewakili desain software berdasarkan persyaratan-
persyaratan pada tahap sebelumnya
c. Build
Build adalah coding/pengembangan atau pembangunan sistem
perangkat lunak
d. Test
Test adalah ujicoba terhadap coding
e. Implement
Implement adalah melaksanakan hasil rancangan atau penerimaan
sistem terhadap lingkungan yang menjadi target atau tujuan atau
dalam tahap implementasi ini dapat juga dijadikan sebagai evaluasi
agar sesuai dengan persyartan-persyaratan awal user
Metodologi Penelitian
105
Gambar 7.5 The Software development Life Cycle
2. The Earliest ‘model’: build-and-fix
Model build-and-fix mewakili pendekatan untuk pengembangan
system perangkat lunak. Model ini bukanlah model yang formal karena
tidak ada persyaratan formal dan desain formal. Programmers pertama-
tama akan menulis code, menjalankan code dan memperbaiki
penyakit/hama (bugs) dalam software.
Gambar 7.6 The build-and-fix model
Turner (1993:470) mengidentifikasi sejumlah kekeurangan dalam
model ini yaitu: (1) after several fixes the software becomes difficult to
maintain as it becomes poorly structured, (2) it often does not match the
user‟s requirements—it is rejected or requires extensive redevelopment,
and (3) it can be costly to maintain because of its poor structure and lack
of definable output that can be tested.
Sukris Sutiyatno
106
Pendekatan buil-and-fix masih digunakan saat ini oleh beberapa
programmers, namun demikian dalam membangun suatu proyek kita
sebaiknya mempertimbangkan ulang menggunakan model ini.
3. The stage-wise and classical waterfall models (conventional
models)
The stage-wise model dikembangkan tahun 1956 oleh Benington
dalam usahannya untuk menyediakan proses rekayasa untuk
pengembangan perangkat lunak. Model tersebut mewakili langsung, proses
urutan-satu tahapan terselesaikan, hasil tahapan tersebut menjadi dasar
tetap untuk mengembangkan tahap selanjutnya—tidak ada revisi lagi.
Namun demikian model the stage wise menimbulkan berbagai problem
maka dikembangkan model classical waterfall (lihat gambar).
Sommerville (2003) menyatakan model waterfall merupakan salah satu
model proses perangkat lunak yang mencakup tahapan spesifikasi,
pengembangan, validasi dan evolusi dengan mempresentasikan fase-fase
proses yang berbeda seperti analisis dan definisi persyaratan, perancangan
perangkat lunak, implementasi dan pengujian unit, integrasi dan pengujian
sistem, operasi dan pemeliharaan. Pressman (2010) menyatakan model
waterfall adalah model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam
membangun software. Nama model waterfall sesungguhnya adalah Linear
Sequential Model, model ini sering disebut dengan classic life cycle atau
model waterfall.
Metodologi Penelitian
107
Gambar 7.7 The classical waterfall model
Dawson (2009: 120-121) menyatakan pendekatan konvensional
hanya benar-benar cocok digunakan apabila proyek atau penelitian
tersebut: (1) short (say six months to one year maximum—a typical student
project length) so that the problem does not have time to evolve; and (2)
understood clearly—so that the initial requirements are captured
accurately and subsequent specification designs are very close matches
with what is actually needed.
Kita seharusnya hanya menggunakan model tersebut untuk suatu
proyek/penelitian jika anda yakin dan percaya bahwa anda benar-benar
memahami persyaratan-persyaratan sistem tersebut. Untuk itu perlu
dipertimbangkan model-model lain yang tepat dan sesuai dengan proyek
anda.
4. The Incremental model
Model incremental menggambarkan tiga tahapan Lihat gambar.
Perlu diperhatikan bahwa persyaratan-persyaratan sistem dikumpulkan
dengan cara biasa pada awal proses. Anda selanjutnya mendesain dan
Sukris Sutiyatno
108
mempersiapkan tahap pertama sistem. Ini meliputi program anda dan
komponen pertama dari suatu fungsi yang akan berguna untuk klien.
Tahapan kedua dari proses meliputi rancangan incremental kedua pada
system dan mengembangkan serta mengimplementasikan di dalam sistem
yang ada. Proses ini berlanjut hingga semua tahapan telah selesai atau
lengkap dan sistem benar-benar bekerja.
Gambar 7.8 The Incremental Model
5. Prototyping
Dalam beberapa kasus berguna untuk menghasilkan prototype untuk
tujuan: (1) explore the requirements of the system with the user—
requirements capture, and/or, (2) explore the technical feasibility of a
system—experimental prototyping (Dawson, 2009:124).
Lebih jauh dijelaskan requirements capture dan experimental
prototyping sebagai berikut:
a. Requirements capture
Selama requirements capture, prototype digunakan untuk
memikirkan dan menyaring persyaratan-persyaratan user untuk
Metodologi Penelitian
109
sistem tersebut. Hal tersebut dapat digunakan selama mendesain
untuk mencoba user interface—mengukur bagaimana user dapat
menggunakan dan menjalankan seputar sistem tersebut. Menurut
Knott & Dawson (1999:42) prototype menyediakan metode yang
efektif untuk menghasilkan feedback apa yang baik dan apa yang
buruk suatu gagasan
b. Experimental prototyping
Experimental prototyping digunakan ketika seorang peneliti belum
yakin solusi secara teknik terhadap suatu masalah. Contohnya, jika
anda sedang mengembangkan algoritma baru, bekerja dengan
software baru, atau menggunakan aplikasi atau bahasa pemrograman
baru, hal tersebut sering berguna untuk menghasilkan experimental
prototype untuk mengukur kelayakan solusi yang anda usulkan.
Anda mungkin menemukan bahwa anda perlu merancang ulang
solusi yang anda tawarkan karena kurang efisien dan berjalan
dengan lambat, atau mungkin saja asumsi yang anda kurang tepat
dan alternative strategi perlu diambil. Secara alternatif anda
mungkin menemukan bahwa anda tidak mempunyai kemampuan
secara teknis untuk menggunakan bahasa pemrograman atau
hardware dan software yang anda ingin gunakan.
Ada dua pendekatan untuk mengembangkan model prototype yang
dapat dijelaskan di bawah ini:
1. Throw-away Prototyping
Beberapa gagasan yang mungkin digunakan untuk mengembangkan
throw-away prototype yaitu: (a) Prototype tidak perlu
dikembangkan pada platform hardware yang sama, (b) Anda
mungkin mengembangkan prototype dalam bahasa pemrograman
yang berbeda.
Knott & Dawson (1999) mendiskusikan teknik throw-away
prototyping sebagai berikut:
Sukris Sutiyatno
110
a. Anda dapat menyederhanakan sistem dengan memisahkan
program seperti prototype dapat dibangun terpisah dari suatu
sistem. Sebagai suatu contoh, anda dapat membuat prototype the
graphical user interface first, meninggalkan fungsi dasar hingga
selesai
b. Anda dapat dengan cepat menghasilkan test database suatu
sistem untuk menyediakan gagasan bagaimana suatu sistem
beroperasi pada seperangkat data khusus
c. Anda dapat mengembangkan versi yang lebih sederhana suatu
program yang telah menyederhanakan penanganan data dan
pengecekan kesalahan
d. Anda dapat mengunakan versi yang telah dimodifikasi program
atau sistem lain untuk menggambarkan gagasan anda
2. Evolutionary prototyping
Pendekatan evolutionary protototyping berbeda dari pendekatan
throw-away bahwa prototype tidak dibuang tetapi dikembangkan
menjadi produk akhir. Secara sekilas mirip dengan pendekatan
build-and-fix—dibangun, diukur/dievaluasi, dan dimodifikasi
hingga sistem akhir dilepas. Bagaimanapun, pendekatan
evololutionary jauh lebih sistematis dari pada pendektan buil-and-
fix. Specifikasi awal sistem harus diinvestigasi dan dihasilkan, dan
proses harus mengikuti serangkaian rencana evolusi. Anda juga
sadar dari awal bahwa program anda akan berkembang sehingga
harus didesain dan disusun secara logis dari awal dengan komentar,
variabel, data dan struktur yang tepat dan lain-lain.
Lihat gambar di bawah (Ould, 1999) menggambarkan proses
evolusi—dalam hal ini menunjukkan tiga lepasan/tahapan dari
sistem yaitu:
Metodologi Penelitian
111
Gambar 7.9 The evolutionary prototyping model
6. Agile methods
Istilah Agile methods di adopsi tahun 2001 oleh group terkenal ahli
software Amerika. Metode tersebut mengacu pada pendekatan
pengembangan software yang menurunkan resiko dengan mengirimkan
system software dalam waktu yang singkat. Berbeda dengan pendekatan
pengembangan seperti model waterfall ( di mana pengiriman kerja sistem
memerlukan berbulan-bulan,bahkan bertahun-tahun untuk dilepas).
Karakteristik utama lain yang membedakan agile methodsdari
model konvensional mencakup: penekanan mereka pada team pengembang
yang lebih kecil dan face-to-face communication dengan users yang sangat
sering berdasarkan pada lingkungan kerja yang sama sebagai pengembang.
Sejumlah prinsip kunci mengacu pada agile manifesto adalah sbb: 1)
memuaskan pelanggan melalui pengiriman berkelanjutan software yang
bernilai, (2) menerima perobahan persyaratan-persyaratan, (3) menutup
hubungan kerja antara pengembang dan pengguna, (4) adanya percakapan
face to face dari pada hal-hal yang berhubungan dengan dokumen, (5)
kerja software merupakan ukuran dari perkembangan, (6) tim dapat
Sukris Sutiyatno
112
mengorganisasi secara mandiri, dan (7) tim merefleksikan bagaimana
memperbaiki diri mereka sendiri secara teratur.
7. Extreme Programming (XP)
Extreme programming adalah pendekatan pengembangan software
yang mencakup berbagai gagasan metode agile. XP dikenalkan pada tahun
1990-an yang mencoba untuk memperbaiki cara di mana suatu software
dikembangkan. XP dirancang untuk suatu tim antara dua hingga 12
anggota, idealnya model ini cocok untuk proyek mahasiswa.
XP adalah suatu pendekatan yang cocok untuk suatu proyek di mana
persyaratan-persyaratan mungkin dapat berobah. Pendekatan tersebut
secara aktif mendorong users untuk terlibat dengan proses pengembangan
dan mengantisipasi pengaruh positif apabila mereka dapat memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut. XP menekankan kerja tim, dalam hal
proyek mahasiswa, mendorong users, supervisors dan tim proyek untuk
bekerjasama untuk mencapai tujuan mengembangkan kualitas software.
Menurut Wells (2006) XP memperbaiki poyek software dalam empat
langkah penting yaitu: communication, simplicity, feedback and courage.
8. Configuration management
Satu hal yang anda harus kendalikan ketika mengejar pendekatan
evolutionary dan incremental, atau dalam sebuah proyek tim ketika
sejumlah orang bekerja pada berbagai bagian yang berbeda pada suatu
system secara bersama adalah konfigurasi system. Configuration
management digunakan untuk mengendalikan berbagai versi system yang
berbeda yang dihasilkan sebagai perkembangan system. Configuration
management terkait erat dengan version control dan revision control.
Dalam proyek industri yang bersekala luas, konfigurasi managemen
merupakan aktivitas penting yang mencakup empat tahap yaitu:
1. Configuration identification
Mengidentifikasi atribut-atribut yang mendefinisikan item yang
anda harapkan untuk kendalikan
Metodologi Penelitian
113
2. Change control
Mengelola dan menyetujui perubahan-perubahan pada item dan
menyesuaikan baseline
3. Status accounting
Mencatat garis dasar konfigurasi
4. Configuration audits
Meyakinkan bahwa perubahan-perubahan pada konfigurasi bekerja
apa yang mereka nyatakan serta apa yang mereka akan lakukan dan
sistem terus bekerja untuk memenuhi persyaratan
9. MDLC (Multimedia Development Life Cicle)
Perangkat lunak klasik dan multimedia dikembangkan dengan
metode tertentu. Belum banyak orang yang mengetahui metode-metode
pengembangan perangkat lunak multimedia, terutama mahasiswa tingkat
akhir yang akan membuat skripsi mengenai pengembangan perangkat
lunak multimedia. Salah satu penyebabnya adalah tidak ada mata kuliah
yang secara khusus membahas metode pengembangan perangkat lunak
multimedia terutama di jurusan Teknik Informatika maupun Ilmu
Komputer. Ada beberapa metode pengembangan perangkat lunak
multimedia antara lain metode Luther (1994), Metode Godfrey (1995),
Metode Villamil-Molina (1997) dan Metode Sherwood-Rout (1998).
a. Metode Luther (1994)
Metode Luther (1994) memiliki 6 tahap yaitu: concept, design,
collecting content material, assembly, dan distribution seperti pada
gambar 7.10:
Sukris Sutiyatno
114
Gambar 7.10. Metode Luther
1). Concept . Tahap concept (pengongsepan) adalah tahap untuk
menentukan tujuan dan siapa pengguna program. Tujuan dan
pengguna akhir program berpengaruh pada nuansa multimedia
sebagai pencerminan dari identitas organisasi yang
menginginkan informasi sampai pada akhir.
2). Design. Design (perancangan) adalah tahap pembuatan
spesifikasi mengenai arsitektur program, gaya, tampilan, dan
kebutuhan material atau bahan untuk program. Spesifikasi
dibuat serinci mungkin sehingga pada tahap berikutnya, yaitu
material collecting dan assembly.Tahap ini biasanya
menggunakan storyboard untuk menggambarkan deskripsi tiap
scane.
3). Material Collecting. Material collecting adalah tahap
pengumpulan bahan yang sesuai dengan kebutuhan yang
dikerjakan. Bahan-bahan tersebut, antara lain gambar clip art,
foto, animasi, vidio, audio, dan lain-lain yang dapat diperoleh
secara gratis atau dengan pemesanan kepada pihak lain yang
sesuai dengan rancangannya.
Metodologi Penelitian
115
4). Assembly. Tahap assembly adalah tahap pembuatan semua
objek atau bahan multimedia pembuatan aplikasi ini didasarkan
pada tahap design, seperti storyboard, bagan alir, dan/atau
struktur navigasi serta pemrograman.
5). Testing. Tahap testing (pengujian) adalah setelah menyelesaikan
tahap pembuatan (assembly) dengan menjalankan
aplikasi/program dan melihatnya apakah ada kesalahan atau
tidak.
6). Distribution. Setelah uji coba yang mungkin perlu dilakukan
beberapa kali, dalam tahap ini aplikasi akan disimpan dalam
suatu media penyimpanan. Jika media penyimpanan tidak
cukup untuk menampung aplikasinya, kompresi terhadap
aplikasi tersebut akan dilakukan. Pada tahap ini dilakukan
pembuatan master file, pedoman penggunaan aplikasi, serta
dokumentasi sistem.
b. Metode Godfrey (1995)
Godfrey (1995) memberikan metode yang merupakan turunan dari
metode pengembangan perangkat lunak klasik yang dikenal dengan
Waterfall. Godfrey (1995) menyebut metodenya dengan Multimedia
Development Life Cycle (MDLC) sedangkan metode Waterfall
disebut Godfrey (1995) dengan Systems Development Life Cycle
(SDLC). Metode Godfrey terlihat pada gambar 7.11.
Sukris Sutiyatno
116
Gambar 7.11. Metode Godfrey (MDLC)
Tahap MDLC menurut Godfrey adalah :
1) Problem Definition
Problem definition harus menjadi tahap pertama dari setiap siklus
desain. Ada empat persoalan dasar tentang problem definition,
yaitu:
a) mengidentifikasi klien
b) memunculkan kebutuhan/keinginan mereka
c) cmengidentifikasi ruang lingkup proyek
d) memahami keterbatasan sumber daya yang ada
Problem definition dapat dicapai dan disimpulkan ketika
seseorang memahami target pengguna, teknologi, dan wilayah
permasalahan. Hal ini penting untuk pengembangan multimedia
dan juga sistem yang lainnya, untuk mengenali kekuatan dan
kelemahan pengembang serta mencari bantuan dari orang-orang
yang lebih berpengalaman di bidang yang tidak dikuasai. Akan
muncul kebutuhan untuk mengidentifikasi keahlian dalam waktu
pengembangan dan membangun tim dengan keahlian-keahlian
yang diperlukan. Hal ini disebabkan tidak mungkin menemukan
satu orang dengan semua keahlian yang dibutuhkan.
Metodologi Penelitian
117
2) Genre and Character
Dalam studi kelayakan tradisional, analis menggunakan model
mental dari sistem yang diusulkan, dibantu dengan sketsa awal
dan perhitungan, serta mencoba membayangkan model tersebut
bekerja. Analis menguji kelayakan dari tiga perspektif, yaitu
kelayakan teknis, kelayakan ekonomis dan kelayakan organisasi.
Dalam menilai kelayakan teknis, ada pertanyaan mengenai
apakah sistem dapat dibangun secara nyata. Dalam kelayakan
ekonomis diperkirakan kemungkinan biaya produksi, dan dalam
kelayakan organisasi ada pertanyaan apakah model tersebut akan
bekerja ketika diberikan ke organisasi pengguna maupun klien
yang dituju.
Sebagai contoh, jika diinginkan untuk menghasilkan sistem
multimedia interaktif untuk teknik fact finding selama analisa
sistem komputer, maka genre detektif adalah pilihan yang cocok.
Detektif klasik dengan jas panjang dan topi khasnya dapat
melakukan wawancara dengan berbagai orang, mencatat,
mencari klarifikasi dari ambiguitas, dan secara bertahap
membangun gambaran dari fakta-fakta yang ditemukan.
Mungkin dapat dicoba genre yang lain, tapi mungkin akhirnya
dapat disimpulkan bahwa genre detektif membuat tugas lebih
mudah dan layak untuk pendekatan secara teknis.
Pemilihan genre yang tidak biasa dapat meningkatkan
ketertarikan dengan menggabungkan elemen khayalan dan
elemen realistis. Karakterisasi merupakan perpanjangan dari
genre yang dipilih, dimana sudah ada karakter primer, karakter
sekunder (dukungan, tentangan, katalis) yang bekerja dengan
pola dasar dan stereotip dalam genre yang dipilih.
3) Location and Interface
Location and Interface Location di sini dapat dikatakan sebagai
tata letak. Penciptaan location dan sub-location merupakan
perwujudan dari desain top-down seperti juga dalam rancangan
program dan juga untuk alasan ekonomis location dan sub-
Sukris Sutiyatno
118
location akan sering digunakan kembali (re-use). Pada fase ini
perhatian terpusat pada sketsa setiap location dimana objek yang
dapat bergerak maupun properti yang diam ditempatkan.
Kemudian menambahkan hal-hal tersebut ke dalam kamus atau
repositori yang ada. Sketsa location multimedia ditekankan
bukan pada penggambaran yang akurat, tetapi pada
penggambaran esensi dari beberapa aktivitas, di mana humor dan
karakterisasi dapat digunakan untuk memfokuskan perhatian dan
menstimulasi diskusi. Bagian dari desain location adalah
spesifikasi interaksi dari interface dan perintah-perintahnya
seperti memeriksa, menggunakan, mengambil, memberi dan
sebagainya. Alat bantu seperti pop-up windows dan icon, serta
widget seperti menu, tombol, scrollbar, text field untuk masukan,
alpha slider, berbagai slider yang lain dan sejenisnya dapat
diadaptasi sebagai bagian dari user interface multimedia
interaktif.
4) Plotting
Setelah menyusun location, maka saatnya untuk
menghubungkannya dengan action dan event untuk menunjukkan
berbagai jalan cerita, balasan, dan kendala dari interaktivitas.
Diagram dataflow tradisional dan diagram alir dapat digunakan
untuk tahap ini. Dalam menghubungkan location dan sub-
location, dibutuhkan pemahaman tentang pemrograman
modularitas, khususnya yang terkait dengan data.
5) Scripting
Scripting adalah proses mendefinisikan semua dialog, aksi dan
reaksi, location demi location, adegan demi adegan, untuk
seluruh interaksi. Scripting sebenarnya merupakan coding suatu
program, dengan bahasa baru dan aturan yang berbeda. Godfrey
(1995) menyebut scripting sebagai proses pencampuran seni dan
ilmu/sains.
Metodologi Penelitian
119
6) Production and Testing
Tahapan 1 sampai 5 di atas merupakan tahapan analisa dan
desain. Pada tahapan ini merupakan implementasi dari tahapan
desain yang sudah dilalui. Jika desain telah dilakukan dengan
baik, produksi hanyalah sebuah proses yang membiarkan setiap
kelompok keahlian, yaitu pembuat film, seniman grafis, animator
dan programmer, mengerjakan tugas-tugasnya dengan caranya
sendiri-sendiri. Oleh karena itu, penggunaan desain yang jelek
akan melipatgandakan masalah besar selama produksi dan akan
kembali ke tahap desain sebelumnya untuk memperbaikinya.
Untuk pengujian (testing) dibutuhkan orang dengan kemampuan
dan pengalaman dalam hal prototyping, pengujian unit dan
integrasi sistem. Produk multimedia biasanya menggunakan CD-
ROM/DVD-ROM untuk pendistribusiannya. Memproduksi suatu
aplikasi di CD-ROM/DVD-ROM merupakan proses yang tidak
dapat diulang, artinya sekali CD-ROM/DVD-ROM dibuat, ketika
ada kesalahan kecil saja maka CD-ROM/DVD-ROM tersebut
harus dibuang, tidak dapat digunakan lagi. Oleh karena itu
dibutuhkan pengujian (testing) yang mendetil sebelum produk
tersebut jadi secara sempurna.
c. Metode Villamil-Molina (1997)
Villamil-Molina (1997) mengatakan bahwa pengembangan
multimedia akan berhasil baik dengan membutuhkan perencanaan
yang teliti, penguasaan teknologi multimedia yang baik, serta
penguasaan manajemen produksi yang baik juga. Dengan kata lain,
keberhasilan pengembangan multimedia merupakan hasil dari
pekerjaan tim yang terpadu. Tim ini mempunyai struktur organisasi
seperti terlihat pada gambar di bawah dimana masing-masing
anggota tim mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda-
beda walaupun tanggung jawab terbesar demi suksesnya
pengembangan aplikasi multimedia tetap terletak pada Manajer
Produksi.
Sukris Sutiyatno
120
Gambar 7.12. Struktur Organisasi Pengembang Multimedia
Di samping memberikan gambaran organisasi pengembang
multimedia, Villamil-Molina (1997) juga memberikan tahapan-
tahapan pengembangan multimedia, yaitu 1) Development, 2)
Preproduction, 3) Production, 4) Postproduction, 5) Delivery.
1) Development
Pada tahap ini konsep aplikasi multimedia yang akan
dikembangkan mulai dibentuk berdasarkan ide yang ada. Selain
itu, ditentukan juga tujuan dan sasaran serta kepastian jaminan
pembiayaan. Tujuan dan sasaran dapat diperoleh dengan kalimat
tanya seperti berikut: ―Apa yang ingin dicapai ?‖, ―Hasil apa
yang diharapkan ?‖
2) Preproduction
Setelah tahap di atas dilalui, maka tahap ini dapat dikerjakan,
yaitu mengembangkan kontrol anggaran, mempekerjakan para
spesialis yang terlibat pada proses aplikasi multimedia,
mempekerjakan kru produksi audio dan video, menyewa studio
rekaman maupun menyewa dan/atau membeli peralatan lain yang
dibutuhkan, pemasangan perangkat lunak yang dibutuhkan,
merencanakan riset untuk spesialis konten, pengembangan aliran
logis, skrip, storyboard, serta pembuatan jadwal yang masuk
Metodologi Penelitian
121
akal. Pada tahap ini juga memperhatikan kebutuhan perangkat
keras dan perangkat lunak yang akan digunakan. Hal-hal di atas
tetap memperhatikan aspek legalitas produksi (ijin, hak cipta, ijin
lokasi, kontrak kerja, dan lain sebagainya).
3) Production
Setelah tahap preproduction dilalui, maka tahap ini mulai
dikerjakan. Aktifitas yang berhubungan dengan tahapan ini
adalah riset konten, pengembangan outline/garis besar aplikasi,
desain antarmuka, pengembangan grafis 2D, pengembangan
grafis 3D, perekaman suara, pemilihan musik latar dan
perekaman, pengembangan animasi komputer, produksi video
digital, dan authoring untuk mengumpulkan dan merekatkan apa
yang sudah dibuat per bagian sehingga menjadi sebuah produk
utuh yang siap diuji.
4) Postproduction
Pada tahap ini, pengembangan aplikasi multimedia memasuki
tahapan pengujian alfa dan beta. Tetapi sebelum memasuki tahap
uji alfa, aplikasi akan dievaluasi secara internal oleh tim
pengembang dengan memperhatikan aspek-aspek :
a) desain aplikasi,
b) tujuan dan sasaran,
c) konten,
d) teks dan narasi,
e) grafis,
f) suara,
g) navigasi,
h) kode program,
i) delivery,
j) waktu dan pembiayaan,
k) pertimbangan hukum.
Setelah aplikasi multimedia lolos uji alfa dan beta, maka aplikasi
memasuki tahap packaging/pengemasan. Pengemasan dapat
Sukris Sutiyatno
122
berupa penulisan ke CD/DVD atau dipublikasikan ke internet
sebagai website.
5) Delivery
Tahap ini merupakan tahap akhir dari pengembangan aplikasi
multimedia. Delivery dapat menggunakan beberapa cara, yaitu
berbasis kiosk, presentasi kelompok, presentasi individual, dan
melalui internet. Semua metode ini memerlukan perhatian
khusus, terutama dalam kaitannya logistik pengiriman.
d. Metode Sherwood-Rout (1998)
Sherwood dan Rout (1998) memberikan metode yang fokus pada 6
(enam) tahapan pengembangan, yaitu Project Initiation,
Specifications, Design, Production, Review and Evaluation, dan
Delivery and Implementation. Ke enam tahapan pengembangan
tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1). Project Initiation
Tahapan ini fokus pada perencanaan yang dibutuhkan untuk
pengembangan produk. Pada tahapan ini dilakukan penentuan
strategi secara menyeluruh, penghitungan anggaran termasuk
biaya yang berhubungan dengan hak cipta maupun penggunaan
lisensi, dan pengidentifikasian cakupan manajemen resiko
(bisnis, teknis, dan resiko proyek). Perubahan kebijakan
pengendalian (control policies) ditetapkan pada tahapan ini dan
kriteria penerimaan oleh klien diuraikan serta rencana awal
proyek mulai disiapkan.
2). Specifications
Pada tahapan ini, kelayakan proyek dinilai ulang (reassessed).
Pada tahapan ini pula dikembangkan spesifikasi rinci dari fungsi,
persyaratan kinerja (jika ada), konten, dan tujuan dari hasil
pembelajaran. Tidak ketinggalan, kriteria pengujian dan
kegunaan (usability) ditetapkan.
Metodologi Penelitian
123
3). Design
Produk utama tahapan ini adalah dokumen rancangan yang
mengidentifikasi/mengenali aktivitas manusia yang didukung
oleh sistem multimedia interaktif yang diusulkan. Dokumen ini
juga mengidentifikasi orang atau pengguna yang akan melakukan
aktivitas tersebut dan memberikan solusi pada masalah
rancangan.
4). Production
Pada tahapan ini, kendali perubahan sangat penting dan harus
memperhatikan hal-hal kecil secara rinci. Diperlukan adanya
monitoring dan tinjauan tentang ketaatan pada aspek teknis serta
penggunaan format-format yang sudah ditentukan. Pemerolehan
media dan urusan hak cipta dan/atau lisensi sudah diselesaikan
secara lengkap.
5). Review and Evaluation
Sebenarnya tahapan ini selalu ada di seluruh tahapan proses
pengembangan. Produk selalu diperiksa pada setiap akhir
tahapan konseptualisasi, spesifikasi, rancangan dan produksi
sebelum memulai tahapan selanjutnya. Untuk produk online dan
sistem, evaluasi pemeliharaan dilakukan terus menerus untuk
memeriksa ―kelangsungan hidup‖ produk tersebut.
6). Delivery and Implementation
Tingkatan dukungan kepada pengguna, dukungan kinerja, dan
pemeliharaan diatur berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Pengiriman produk jadi mempunyai bukti penerimaan dari
pengguna (ada tanda serah terima barang). Keseluruhan
pelaksanaan proyek ditinjau ulang dengan perbaikan-perbaikan
yang direkomendasikan.
Setiap tahapan di atas dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu a)
Development dengan aktivitas Generic dan Online, b) Management
dengan aktivitas Legal, Project, dan Risk, c) Support dengan
aktivitas Change Control, Quality Asurance, dan Validation and
Sukris Sutiyatno
124
Verification. Kategori-kategori aktivitas yang ada dalam enam
tahapan pengembangan ini membentuk inti metodologi, didukung
dengan contoh-contoh, diagram struktural, dan template.
Keseluruhan tahapan metodologi di atas dan beberapa contoh
pekerjaan yang dilakukan pada setiap tahapan digambarkan seperti
pada gambar di bawah. Dari gambar tersebut terlihat bahwa review
dari client, evaluasi formatif dan pengujian kegunaan dilakukan di
hampir semua tahapan.
Gambar 7.13. Gambaran keseluruhan Metode Sherwood-Rout
10. NDLC (Network Development Life Cicle)
Selain metode untuk pengembangan perangkat lunak dan
multimedia, juga ada metode yang digunakan dalam penelitian untuk
Jaringan Komputer menggunakan metode NDLC(Network Development
Life Cycle) adapun siklus tahapannya mencakup: analysis, design,
simulation, prototyping, implementation, monitoring dan management.
Metodologi Penelitian
125
Gambar 7.14 NDLC (Network Development Life Cycle) (Goldman , 2001)
a. Tahap Analysis
Tahap awal ini dilakukan analisa kebutuhan, analisa permasalahan
yang muncul, analisa keinginan pengguna, dan analisa topologi /
jaringan yang sudah ada saat ini.
b. Tahap Design
Tahap design adalah dari data-data yang didapatkan sebelumnya,
tahap design ini akan membuat gambar design topologi jaringan
inter koneksi yang akan dibangun, diharapkan dengan gambar ini
akan memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan yang ada.
Design bisa berupa design struktur topologi, design akses data,
design tata layout perkabelan, dan sebagainya yang akan
memberikan gambaran jelas tentang proyek yang akan dibangun.
Biasanya hasil dari design berupa :
1) Gambar-gambar topology (server farm, firewall, data center,
storages, lastmiles )
2) Gambar-gambar detailed estimasi kebutuhan yang ada
c. Tahap Simulation Prototyping
Tahap Simulation Prototyping merupakan tahap untuk pembuatan
sebuah bentuk simulasi dengan bantuan tools khusus. beberapa
Sukris Sutiyatno
126
networker‟s akan membuat dalam bentuk simulasi dengan bantuan
tools khusus di bidang network seperti BOSON, PACKET
TRACERT, NETSIM, dan sebagainya, hal ini dimaksudkan untuk
melihat kinerja awal dari network yang akan dibangun dan sebagai
bahan presentasi dan sharing dengan team work lainnya. Namun
karena keterbatasan perangkat lunak simulasi ini, banyak para
networker‟s yang hanya menggunakan alat bantu tools VISIO untuk
membangun topologi yang akan di-design.
d. Tahap Implementasi
Di tahapan ini akan memakan waktu lebih lama dari tahapan
sebelumnya. Dalam implementasi networker‟s akan menerapkan
semua yang telah direncanakan dan di design sebelumnya.
Implementasi merupakan tahapan yang sangat menentukan dari
berhasil/gagalnya project yang akan dibangun dan ditahap inilah
team work akan diuji dilapangan untuk menyelesaikan masalah
teknis dan non teknis. Ada beberapa masalah-masalah yang sering
muncul pada tahapan ini, diantaranya :
1) Jadwal yang tidak tepat karena faktor-faktor penghambat,
2) Masalah dana / anggaran dan perubahan kebijakan
3) Team work yang tidak solid
4) Peralatan pendukung dari vendor makanya dibutuhkan
manajemen project dan manajemen resiko untuk menimalkan
sekecil mungkin hambatan-hambatan yang ada.
e. Tahap Monitoring
Setelah implementasi tahapan monitoring merupakan tahapan yang
penting, agar jaringan komputer dan komunikasi dapat berjalan
sesuai dengan keinginan dan tujuan awal dari user pada tahap awal
analisis, maka perlu dilakukan kegiatan monitoring. Monitoring bisa
berupa melakukan pengamatan pada :
1) Infrastruktur hardware : dengan mengamati kondisi reliability /
kehandalan sistem yang telah dibangun (reliability =
performance + availability + security),
Metodologi Penelitian
127
2) Memperhatikan jalannya paket data di jaringan (pewaktuan,
latency, peektime, troughput)
3) Metode yang digunakan untuk mengamati ‖kesehatan‖ jaringan
dan komunikasi secara umum secara terpusat atau tersebar
pendekatan yang paling sering dilakukan adalah pendekatan
Network Management, dengan pendekatan ini banyak
perangkat baik yang lokal dan tersebar dapat di monitor secara
utuh.
f. TahapManagement,
Managemen di manajemen atau pengaturan, salah satu yang menjadi
perhatian khusus adalah masalah policy, kebijakan perlu dibuat
untuk membuat/mengatur agar sistem yang telah dibangun dan
berjalan dengan baik dapat berlangsung lama dan unsur reliability
terjaga. Policy akan sangat tergantung dengan kebijakan level
managemen dan strategi bisnis perusahaan tersebut. IT sebisa
mungkin harus dapat mendukung atau alignment dengan strategi
bisnis perusahaan.
F. Verification, Validation and Testing
1. Verification
Verification adalah proses pengecekkan yang sedang kita
pertunjukkan pengembangan kita dengan benar atau mengecek bahwa
anda sedang mengembangkan sistem anda dengan benar. Dengan kata lain,
apakah kita berpegang pada rencana proyek dan apakah yang sedang kita
pertunjukkan sesuai dengan tahapan dengan tepat?. Contoh, pada model
conventional waterfall, verifikasi mencakup pengecekkan yang kita sedang
pertunjukkan masing-masing tahapan dengan benar-dengan melihat pada
apa yang kita ketahui sebelum suatu tahapan mulai dan apakah tahapan
menghasilkan sesuatu yang kita harapkan sesuai dengan tingkat kualitas
yang benar. Boehm (Dawson, 2009:137) summarizes verification as: Are
we building the product right? Atau apakah kita membangun produk
dengan benar?
Sukris Sutiyatno
128
2. Validation
Validasi adalah mengecek untuk melihat apakah suatu system benar-
benar sesuai dengan apa yang client/user butuhkan. Validasi berhubungan
dengan revisitasi persyaratan-persyaratan dengan pengguna anda pada
interval waktu secara teratur dan mengecek bahwa anda sedang
mengembangkan apa yang pengguna anda butuhkan. Jika pengguna
mempunyai keterbatasan pemahaman suatu masalah, validasi menjadi
sangat vital untuk meyakinkan bahwa anda mengirim suatu sistem pada
mereka yang dapat mengatasi masalah mereka. Boehm (Dawson,
2009:137) neatly summarizes validation as: Are we building the right
product? Atau apakah kita membangun produk yang benar?. Validasi juga
mencakup evaluasi mendalam sistem anda ketika sistem tersebut telah
selesai.
3. Testing
Testing mengacu pada ujicoba program itu sendiri untuk melihat
apakah system tersebut bekerja atau masih ada kekurangan atau kesalahan
dalam system tersebut. Anda dapat melakukan ujicoba program anda,
ujicoba komponen-komponen sebelum menempatkannya pada keseluruhan
sistem yang harus diujicoba sepenuhnya. Testing dapat terjadi pada
sejumlah tingkatan:
a. Unit testing: melakukan ujicoba terhadap sub komponen
b. Integration testing: Apakah komponen system berinteraksi dengan
benar?
c. System testing: Ujicoba terahkhir terhadap system yang telah selesai
d. Acceptance testing: dilakukan dengan pengguna atau tanpa
kehadiran user untuk memastikan sistem dapat bekerja dengan baik
dan normal
e. Regression testing: Ujicoba terhadap system setelah anda membuat
perubahan perubahan terhadap kesalahan atau kekurangan yang ada
pada sistem sebelumnya
Metodologi Penelitian
129
Siapa yang terlibat dalam testing dan evaluasi? Peneliti/pembangun
sistem akan membutuhkan sejumlah orang untuk terlibat dalam evaluasi
system yang anda bangun yaitu user, client, novice/orang baru, expert,
supervisor dan perancang sendiri
G. Kesimpulan
Disiplin sistem informasi merupakan perkawinan antara disiplin
manajemen dan teknik serta mempunyai hubungan yang erat dengan
praktek di lapangan. Bidang kajian yang pertama terkait dengan fungsi
sistem informasi yang banyak terkait dengan manajemen, sedang yang
kedua terkait dengan pengembangan sistem yang banyak terkait dengan
disiplin teknik.
Ada tiga paradigma besar dalam penelitian teknik informatika atau
ilmu komputer yang mencakup teori, eksperimen yang merupakan
eksplorasi terhadap model dari sistem/arsitektur dan sering disebut
abstraksi/permodelan, dan desain yang menghasilkan suatu produk/sistem
Beberapa pendekatan pengembangan system perangkat lunak yang
dapat digunakan dalam pengembangan proyek/pelaskanaan penelitian
adalah SDLC (The software development life cycle), model build-and-fix,
The stage-wise and classical waterfall models (conventional models),
Theincremental model, Prototyping, Agile methods, Extreme programming
(XP, Configuration management, MDLC (Multimedia Develoment Life
Cycle) dan NDLC (Network Developmet Life Cycle).
Metodologi Penelitian
131
BAB VIII
METODE PENELITIAN KORELASI
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat menjelaskan penelitian korelasi
2. Dapat memahami tahapan penelitian korelasi
3. Dapat menjelaskan studi hubungan
4. Dapat memahami studi prakiraan
5. Dapat menjelaskan kelebihan dan kelemahan penelitian korelasi
A. Pengertian Penelitian Korelasi
Penelitian korelasi atau ex post facto dilakukan untuk mengetahui
hubungan di antara dua variabel. Korelasi tidak menjamin adanya
kausalitas atau hubungan sebab akibat, pada sisi yang lain kausalitas
menjamin adanya korelasi. Penelitian korelasi dapat digunakan untuk
menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan
seberapa besar tingkat hubungannya. Dalam hal ini, tingkat hubungan
dinyatakan sebagai suatu koefisien korelasi. Jikaada hubungan dari dua
variabel, hal ini berarti bahwa nilai-nilai suatu kelompok pada satu ukuran
dapat diasosiasikan dengan nilai-nilai pada ukuran yang lain. Namun
demikian meskipun ada hubungan antara variabel-variabel tidak berarti
bahwa variabel yang satu adalah penyebab variabel yang lain.
Borg & Gall (1989:573) menyatakan ―correlational studies include
all those research projects in which the purpose is to discover relationship
between variables through the use of correlational statistics”.
Peneltian korelasi bertujuan meyelidiki sejauh mana variasi pada
satu variabel berkaitan dengan variasi-variasi satu atau lebih variabel lain,
berdasarkan koefisien korelasi. Penelitian ini sangat cocok bila variabel-
variabel yang terlibat sangat kompleks dan tidak dapat dikendalikan.
Penelitian ini sangat cocok bila variabel-variabel yang terlibat sangat
kompleks dan tidak dapat diteliti lewat penelitian eksperimental atau yang
Sukris Sutiyatno
132
variasinya tidak dapat dikendalikan. Dengan penelitian korelasional,
pengukuran terhadap beberapa variabel serta saling hubungan di antara
variabel-variabel tersebut dapat dilakukan serentak dalam kondisi realistis.
Penelitian yang menggunakan teknik korelasional adalah penelitian
yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan di antara beberapa variabel
penelitian. Analisa data yang digunakan adalah analisa statistik dengan
menggunakan uji korelasi dan regresi (Zainal, 2007:69). Sementara itu
Soetriono & Rita Hanafie (2007:165) menyatakan tujuan penelitian
korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada
suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor
lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
Penelitian korelasi dapat dipergunakan untuk menjelaskan
bagaimanakah hubungan antara dua variabel. Jika dua variabel mempunyai
hubungan yang erat, koefisien korelasi akan diperoleh kisaran 1,00 (atau -
1,00). Jika dua variabel hampir tidak mempunyai hubungan, akan
diperoleh koefisien pada kisaran 0,00. Semakin erat hubungan antara dua
variabel, prakiraan yang dibuat berdasarkan hubungan tersebut semakin
tepat.
B. Tahapan Penelitian Korelasi
1. Pemilihan Masalah Penelitian Korelasi
Pada umumnya penelitian korelasi dapat dirancang untuk
menentukan variabel yang mana dari daftar kemungkinan calon yang
mungkin ada hubungannya, atau untuk melakukan pengujian hipotesis
mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang terlibat harus dipilih
berdasarkan pada paradigma deduktif atau induktif. Dengan perkataan lain,
hubungan yang di teliti harus dibangun berdasarkan teori atau
pengalaman.
2. Menentukan Sampel dan Instrumen
Dalam penelitian korelasi sampel dipilih dengan menggunakan
metode "acceptabel sampling". Ukuran sampel terkecil yang dapat
diterima adalah 30 subjek. Selanjutnya, perlu untuk memilih atau membuat
Metodologi Penelitian
133
ukuran-ukuran yang valid dan reliabel dari variabel-variabel yang sedang
diteliti.
Hasil koefisien korelasi akan menghasilkan perkiraan tingkat
hubungan yang tidak cermat Apabila data yang dikumpulkan tidak cukup.
Pada sisi yang lain, apabila ukuran yang digunakan tidak benar-benar
mampu mengukur variabel yang diharapkan dan diinginkan, maka hasil
koefisien juga tidak menunjukkan hubungan yang dimaksud.
3. Desain dan Prosedur Penelitian Korelasi
Borg & Gall (1989:574) menyatakan ―the basic design in
correlational research is very simple, involving nothing more than
collecting data on two or more variables on the same group of subjects
and computing a correlational coefficient.” Desain utama dalam penelitian
korelasi adalah sangat sederhana, melibatkan tidak lebih dari pada
mengumpulkan data dua atau lebih variabel pada kelompok subyek yang
sama dan menghitung koefisien korelasi.
Desain dasar penelitian korelasi tidaklah kompleks, dua (atau lebih)
kelompok nilai dari tiap anggota sampel yang dipilih, satu nilai untuk tiap
variabel interes, dan nilai-nilai pasangannya kemudian dikorelasikan. Hasil
koefisien korelasi menunjukkan tingkat hubungan antara kedua variabel.
4. Analisis Data dan Interpretasi
Apabila dua variabel dikorelasikan, hasilnya adalah koefisien
korelasi. Koefisien korelasi adalah suatu bilangan desimal, antara 0,00 dan
+ 1,00, atau 0,00 dan - 1,00 apabila koefisien korelasi hampir + 1,00,
variabel-variabel itu mempunyai korelasi positif. Hal ini berarti bahwa
seseorang dengan nilai yang tinggi dengan suatu variabel yang besar
kemungkinan mempunyai nilai yang tinggi pada variabel yang lain, dan
seseorang dengan nilai yang rendah pada satu variabel yang lain.
Penambahan pada suatu variabel berpengaruh pada kenaikan variabel yang
lain.
Jika koefisien hampir 0,00 variabel-variabel tersebut tidak ada
korelasinya. Jika koefisien hampir - 1,00 variabel-variabel tersebut terbalik
Sukris Sutiyatno
134
korelasinya. Ini berarti bahwa seseorang dengan nilai yang tinggi pada satu
variabel besar kemungkinannya mempunyai nilai yang rendah pada
variabel yang lain, dan seseorang dengan nilai yang rendah pada satu
variabel besar kemungkinannya mempunyai nilai yang tinggi pada variabel
yang lain, dan sebaliknya.
Suatu koefisien korelasi dari dua variabel sebesar 0,5 tidak berarti
bahwa dua variabel itu mempunyai hubungan 50%. Di bidang riset,
kuadrat dari koefisien korelasi menunjukkan jumlah varians bersama yang
dipunyai oleh masing-masing variabel. Varians bersama berpangkal tolak
dari variasi pada satu variabel yang dapat membantu terhadap
kecenderungan untuk bervariasi terhadap variabel yang lain.
Apabila dua variabel sama sekali tidak ada hubungan, maka
variabilitas kelompok nilai yang satu tidak ada yang bisa dikerjakan
terhadap variabilitas kelompok nilai yang lain. Sebaliknya, apabila dua
variabel mempunyai hubungan yang sempurna, maka variabilitas
kelompok nilai yang lain. Jadi, apabila dua variabel tidak mempunyai
hubungan, variabel-variabel tidak mempunyai varians bersama tetapi
dengan adanya hubungan sempurna semua varians atau 100% varians
adalah varians bersama.
Prosentase varians bersama biasanya kurang dari nilai koefisien
korelasi. Pada praktiknya, untuk menentukan varians bersama kita hanya
menguadratkan koefisien korelasinya. Misalnya suatu koefisien korelasi
sebesar 0,80 menunjukkan 0,64 atau 64%'varians bersama.
Interpretasi dari koefisien korelasi tergantung pada bagaimana
koefisien korelasi itu akan digunakan. Dengan kata lain, seberapakah besar
suatu koefisien korelasi yang dibutuhkan tergantung pada keperluan untuk
apa koefisien korelasi itu dihitung. Pada studi yang dirancang untuk
menggali atau menguji hubungan pada hipotesis, koefisien korelasi
diinterpretasikan dengan pengertian signifikansi statistikanya. Pada suatu
studi prakiraan, signifikasi statistika adalah sekunder dibandingkan dengan
nilai dari koefisien dalam membantu memberikan nilai yang tepat.
Keputusan sehubungan dengan signifikansi statistika di buat pada
level probabilitas tertentu. Signifikansi statistika mempunyai arti apakah
Metodologi Penelitian
135
koefisien yang diperoleh benar-benar berbeda dengan nol dan
mencerminkan hubungan yang sebenarnya, bukan hubungan yang terjadi
secara kebetulan.
Untuk menentukan signifikansi statistika kita harus berkonsultasi
dengan suatu tabel yang memberikan penjelasan pada kita seberapa besar
koefisien kita perlukan agar menjadi signifikan pada suatu tingkatan
kepercayaan tertentu dan ukuran sampel tertentu. Untuk tingkat
kepercayaan atau signifikan yang sama, dikehendaki suatu koefisien yang
lebih besar apabila melibatkan sampel yang lebih kecil. Untuk suatu
ukuran sampel tertentu, nilai koefisien korelasi yang diperlukan untuk
signifikansi bertambah apabila tingkat kepercayaan bertambah.
Tanpa memperhatikan bagaimana signifikasinya suatu koefisien,
koefisien yang rendah menunjukkan suatu hubungan yang lemah. Suatu
koefisien korelasi yang jauh di bawah 0,5 biasanya tidak ada gunanya baik
untuk prakiraan kelompok maupun prakiraan individual, meskipun suatu
kombinasi dari beberapa variabel dalam lingkup ini bisa menghasilkan
prakiraan yang cukup memuaskan.
Koefisien sekitar 0,60 dan 0,70-an biasanya dianggap cukup untuk
keperluan untuk membuat kelompok, dan koefisien sekitar 0,80-an ke atas
dianggap cukup untuk keperluan membuat prakiraan individual. Sementara
itu semua reliabilitas sekitar 0,90-an bisa diterima. Untuk jenis-jenis
instrumen tertentu, misalnya pengukuran kepribadian, suatu reliabilitas
sekitar 0,70-an bisa diterima. Jika menginterpretasikan suatu koefisien
korelasi kita harus mengingat bahwa kita hanya membicarakan suatu
hubungan saja, bukan suatu hubungan sebab-akibat.
C. Studi Hubungan
Borg & Gall (1989:577) menyatakan ―the primary studies is to
identify the causes and effects of important educational phenomena such
as academic achievement, attitude toward school, teacher moral, and use
of particular teaching techniques.” Tujuan utama studi hubungan adalah
untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab dan pengaruh phenomena
Sukris Sutiyatno
136
pendidikan yang penting seperti prestasi akademik, perilaku terhadap
sekolah, moral guru dan penggunaan teknik pengajaran.
Studi hubungan dilakukan untuk mencoba mencapai pengertian
yang mendalam pada faktor-faktor, atau variabel-variabel, yang berkaitan
dengan variabel-variabel yang kompleks misalnya pencapaian akademik,
motivasi, dan konsep diri sendiri.
Studi-studi seperti itu memberikan arah pada sub-urutan studi
kasual komparatif dan eksperimen. Pada kedua jenis penelitian tersebut,
peneliti sangat memperhatikan pengontrolan variabel-variabel. Studi
hubungan membantu peneliti mengidentifikasikan variabel-variabel sejenis
itu.
1. Pengumpulan Data
Pada studi hubungan, pertama kali peneliti mengidentifikasikan,
baik secara induktif maupun secara deduktif variabel-variabel yang
potensial sehubungan dengan variabel yang kompleks yang sedang dalam
penyelidikan.
Pendekatan "shotgun", yang melibatkan pengecekan semua variabel
yang mungkin untuk hubungan alternatif adalah sangat tidak efisien dan
sering menyesatkan. Sedikit variabel yang dipilih dengan hati-hati akan
lebih baik dibanding dengan variabel banyak yang dipilih secara
serampangan.
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi populasi. Populasi
harus satu di mana data dapat dikumpulkan pada masing-masing variabel
yang diidentifikasikan. Salah satu keuntungan dari studi hubungan adalah
bahwa semua data dapat dikumpulkan dalam waktu yang relatif singkat.
Instrumen-instrumen bisa diadministrasikan pada satu "session" atau
beberapa session yang berdekatan. Apabila subjeknya murid, (seperti yang
bisa terjadi), waktu murid/guru yang tersita relatif kecil dibanding pada
penelitian eksprimen.
Metodologi Penelitian
137
2. Analisis Data dan Interpretasi
Pada studi hubungan, nilai-nilai untuk tiap variabel dalam gilirannya
dikorelasikan dengan nilai-nilai untuk variabel interes yang kompleks.
Masing-masing variabel harus dapat diekspresikan dalam bentuk angka.
Teknik yang paling umum digunakan adalah koefisien korelasi
"produk momen", biasanya dengan pearson r, yang cocok apabila dua
variabel yang dikorelasikan dinyatakan sebagai data perbandingan atau
data interval.
Jika data untuk salah satu variabel dinyatakan sebagai rangking,
koefisien korelasi yang cocok adalah koefisien korelasi beda rangking,
biasanya dengan spearmen rho. Selain pearson r spearman rho, ada juga
beberapa teknik korelasi yang lain yang jarang dipakai.
Sebagian besar teknik korelasi didasarkan pada anggapan bahwa
korelasi yang sedang diselidiki adalah suatu korelasi lurus. Apabila
korelasi adalah lengkung, kenaikan pada satu variabel diasosiasikan
dengan kenaikan yang pada variabel yang lain sampai suatu titik di mana
titik berikutnya penambahan pada variabel pertama mengakibatkan
penurunan pada variabel yang lain atau sebaliknya.
Selain untuk menghitung koefisien korelasi pada kelompok sampel
keseluruhan, kadang-kadang sangat berguna untuk menguji hubungan-
hubungan secara terpisah untuk sub-kelompok tertentu.
Perlemahan berasal dari prinsip bahwa koefisien korelasi cenderung
menjadi rendah akibat kenyataan bahwa digunakan ukuran reliabilitas
yang kurang sempurna. Faktor lain yang menyebabkan koefisien korelasi
menyajikan suatu prakiraan yang kurang tepat adalah terbatasnya jarak-
jarak nilai. Ada suatu korelasi untuk keterbatasan pada interval yang dapat
dipakai untuk memperoleh suatu estimasi berapakah besarnya koefisien
apabila nilai-nilai tidak terbatas.
D. Studi Prakiraan
Jika dua variabel mempunyai hubungan yang erat, nilai-nilai pada
satu variabel dapat digunakan untuk membuat prakiraan pada variabel
yang lain. Misalnya, indeks prestasi yang dicapai di sekolah menengah
Sukris Sutiyatno
138
dapat digunakan untuk membuat prakiraan indeks prestasi di perguruan
tinggi. Variabel bebas di mana prakiraan dibuat disebut prediktor, dan
variabel yang diperkirakan disebut kriterion.
Studi prakiraan sering dilakukan untuk membantu dalam pembuatan
keputusan sehubungan dengan individual atau membantu dalam pemilihan
individual. Studi prakiraan juga sering dilakukan untuk menguji hipotesis
teoritik sehubungan variabel-variabel yang dipercaya menjadi prediktor
dari kriterion, dan untuk menentukan validitas prediktif dari masing-
masing instrumen pengukur.
Pada beberapa variabel prediktor masing-masing berhubungan baik
dengan suatu kriterion, kemudian suatu prakiraan berdasarkan suatu
kombinasi dari variabel-variabel tersebut akan menjadi lebih tepat
dibanding dengan suatu prakiraan yang didasarkan pada salah satu dari
mana pun mereka.
1. Pengumpulan Data
Seperti pada studi hubungan, subjek harus dipilih dari subjek yang
mempunyai data yang diinginkan, dapat dikumpulkan dan yang dapat
diperoleh dari peneliti. Perbedaan yang pokok dalam prosedur
mengumpulkan data pada studi hubungan dan studi prakiraan adalah
bahwa data pada studi hubungan semua variabel dikumpulkan dalam
waktu yang relatif singkat, sedangkan pada studi prakiraan variabel
prediktor diukur beberapa waktu sebelum variabel kriteria diukur.
2. Analisis Data dan Interprestasi
Seperti pada studi hubungan, tiap-tiap variabel prediktor
dikorelasikan dengan variabel kriteria. Karena kombinasi variabel-variabel
biasanya menghasilkan prakiraan yang lebih tepat dibandingkan sebuah
variabel saja, studi prakiraan sering menghasilkan suatu persamaan
prediksi yang disebut persamaan regresi ganda.
Suatu persamaan regresi ganda menggunakan semua variabel-
variabel yang secara individual membuat prakiraan kriterion untuk
membuat suatu prakiraan yang lebih tepat. Bagian penerimaan mahasiswa
baru biasanya menggunakan persamaan prakiraan yang mencakup
Metodologi Penelitian
139
sejumlah variabel dalam membuat prakiraan indeks prestasi. Karena
hubungan-hubungan jarang sempurna, prakiraan-prakiraan yang dibuat
dengan suatu persamaan regresi ganda tidak serpurna. Jadi, nilai-nilai
diprakirakan biasanya ditempatkan pada suatu interval kepercayaan.
Misalnya, mahasiswa dengan prakiraan indeks prestasi 1,20 akan
ditempatkan pada interval 0,80 sampai dengan 1,60.
Meskipun prakiraan terhadap individual mungkin tidak tepat,
sebagian besar calon yang diperkirakan sukses, juga menjadi kenyataan.
Seperti pada studi hubungan, dan karena alasan yang sama persamaan-
persamaan prakiraan dapat dirumuskan untuk masing-masing (dari
beberapa subkelompok) juga pada kelompok keseluruhan.
Ciri persamaan regresi ganda adalah adanya gejala penyusutan.
Penyusutan adalah kecendrungan dari suatu persamaan prakiraan menjadi
kurang tepat bila digunakan pada suatu kelompok yang berbeda, suatu
kelompok lain dari kelompok pada mana persamaan mula-mula
dirumuskan. Alasan dari penyusutan tersebut adalah bahwa persamaan asli
kemungkinan akibat dari hubungan secara kebetulan yang tidak akan dapat
diperoleh lagi dengan subjek dari kelompok lain. Jadi, setiap kelompok
lain, dan variabel yang tidak diperoleh hubungan lagi dengan ukuran
kriterion harus dihilangkan dari persamaan, prosedur ini disebut sebagai
validasi silang.
E. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasi
Di bawah ini dijelaskan kelebihan dan kekurangan dari penelitian
korelasi. Kelebihan penelitian korelasi yaitu: (1) dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan, ekonomi,
dan sosial, karena dengan penelitian ini dapat dimungkinkan untuk
mengukur beberapa variabel dan hubungannya secara simultan, (2) dengan
penelitian korelasi, dimungkinkan beberapa variabel yang mempunyai
kontribusi pada suatu variabel tertentu dapat diseldiki secara intensif, dan
(3) penelitian korelasi pada umumnya melakukan studi tingkah laku
dengan setting yang realistis.
Sukris Sutiyatno
140
Pada sisi yang lain penelitian korelasi juga mempunyai kelemahan
yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa dengan penelitian
korelasi, peneliti hanya mengidentifikasi apa yang terjadi dengan tanpa
melakukan manipulasi dan mengontrol variabel. Di samping itu, dengan
penelitian tersebut peneliti tidak dapat membangun hubungan sebab akibat.
F. Kesimpulan
Penelitian korelasi dapat digunakan untuk menentukan ada atau
tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan seberapa besar
tingkat hubungannya. Dalam hal ini, tingkat hubungan dinyatakan sebagai
suatu koefisien korelasi. Jika ada hubungan dari dua variabel, hal ini
berarti bahwa nilai-nilai suatu kelompok pada satu ukuran dapat
diasosiasikan dengan nilai-nilai pada ukuran yang lain. Namun demikian
meskipun ada hubungan antara variabel-variabel tidak berarti bahwa
variabel yang satu adalah penyebab variabel yang lain.
Penelitian yang menggunakan metode korelasi adalah penelitian
yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan di antara beberapa variabel
penelitian. Analisa data yang digunakan adalah analisa statistik dengan
menggunakan uji korelasi dan regresi.
Metodologi Penelitian
141
BAB IX
METODE PENELITIAN KOMPARATIF
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat menjelaskan pengertian penelitian komparatif
2. Dapat memahami pelaksanaan penelitian komparatif
3. Dapat memahami desain dan prosedur penelitian komparatif
4. Dapat membandingkan kelompok-kelompok homogen
5. Dapat menjelaskan analisis kovarians
6. Dapat memahami analisis data & interpretasi
A. Pengertian Penelitian Komparatif
Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian yang berusaha
untuk menentukan penyebab atau alasan dari perbedaan yang ada pada
tingkah laku atau status kelompok atau individual (kausal komparatif
dalam bahasa latin ex post facto artinya after the fact). Pendekatan kausal
komparatif melibatkan pendekatan pendahuluan pada suatu akibat dan
mencari alternatif akibatnya. Variasi untuk itu adalah melibatkan
pendahuluan dengan suatu penyebab dan penyelidikan efeknya pada
beberapa variabel. Zainal (2007:65) menyatakan penelitian komparatif
lebih terfokus pada dampak atau efek yang terjadi dengan cara mencari apa
yang menjadi penyebab dari dampak tersebut serta melihat perbedaan yang
terjadi di antara dua group atau lebih dan memberikan penjelasan terhadap
perbedaan di antara dua kelompok/group.
Melalui penelitian kausal komparatif, hubungan sebab-akibat dapat
diseldiki lewat pengamatan terhadap konsekuensi yang sudah terjadi dan
menengok ulang data yang ada untuk menemukan faktor-faktor penyebab
yang mungkin terdapat di sana. Cara ini dapat dikatakan berlawanan
dengan metode eksperimental yang mengumpulkan data di bawah suatu
kondisi yang sangat terkendali (Saifuddin Azwar, 2007:9).
Sukris Sutiyatno
142
Borg & Gall (1989:536) menyatakan ―The causal comparative
method is one approach to exploring cause-and-effect relationship
variables”. Metode kausal komparatif merupakan suatu pendekatan untuk
menggali hubungan sebab dan akibat suatu variabel. Sementara itu,
Sumardi (2004:84) menyatakan tujuan penelitian kausal-komparatif adalah
untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara:
berdasarkan atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali
faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
Perbedaan antara penelitian kausal komparatif dan penelitian
korelasi adalah bahwa penelitian kausal komparatif berusaha untuk
mengidentifikasikan hubungan sebab akibat, sedang pada penelitian
korelasi tidak. Dibandingkan dengan penelitian eksperimen, pada
penelitian eksperimen, variabel bebas yang diduga sebagai penyebab
dimanipulasi. Pada penelitian kausal komparatif tidak dimanipulasi,
perbedaan itu memang sudah ada.
Pada penelitian eksperimen peneliti dapat menyusun kelompok--
kelompok secara random dan memanipulasi suatu variabel, dapat
menentukan "siapa" yang akan memperoleh "apa". Apa merupakan
variabel bebas, pada penelitian kausal komparatif kelompok-kelompok itu
sudah terbentuk dan sudah berbeda.
Kelompok-kelompok pada penelitian kausal komparatif memang
telah berbeda, misalnya yang satu kelompok mempunyai pengalaman,
sedangkan yang lain tidak mempunyai, atau satu kelompok mungkin
mempunyai suatu karakteristik yang kelompok lain tidak mempunyai, beda
antara kelompok-kelompok itu (variabel bebas) tidak dibuat oleh peneliti.
Variabel bebas pada penelitian kausal komparatif adalah variabel
yang tidak dapat dimanipulasi (misalnya status sosial ekonomi),
seharusnya tidak dimanipulasi (misalnya jumlah rokok yang dihisap tiap
hari), atau biasa tidak dapat dimanipulasi tetapi bisa dimanipulasi
(misalnya metode mengajar).
Penelitian kausal komparatif mengidentifikasikan hubungan yang
dapat menuntun penelitian eksperimen. Seperti halnya pada penelitian
korelasi, di sini hanya dihasilkan hubungan saja tidak perlu hubungan
Metodologi Penelitian
143
sebab-musabab. Penyebab yang dicurigai dari efek yang diamati
kenyataannya mungkin menjadi efek, atau kemungkinan ada variabel
ketiga yang telah menyebabkan kedua-duanya, (baik sebab maupun
akibat).
Hubungan sebab akibat yang terjadi dari penelitian kausal
komparatif sifatnya lemah, boleh dianggap merupakan hubungan sifatnya
sementara. Lain halnya dengan penelitian eksperimen, penelitian ini
menjamin bahwa penyebab yang dicurigai atau variabel bebas datang
sebelum efek yang diamati, atau variabel bebas, dapat benar-benar
menghasilkan hubungan sebab akibat.
B. Pelaksanaan Penelitian Komparatif
1. Pernyataan Masalah Penelitian
Langkah awal penelitian kausal komparatif adalah memperkirakan
mengenai penyebab-penyebab suatu fenomena yang menarik perhatian
peneliti. Prakiraan peneliti dapat berdasarkan atas temuan penelitian
terdahulu dan teori, dan berdasarkan atas observasi/pengamatan suatu
fenomena. Setelah kemungkinan penyebab-penyebab suatu fenomena
telah teridentifikasi, kemudian dikaitkan dengan pernyataan masalah
penelitian. Masalah penelitian biasanya dinyatakan dalam bentuk tujuan
penelitian atau hipotesis.
2. Desain dan Prosedur
Setelah masalah penelitian telah dinyatakan, langkah selanjutnya
dalam metode kasual komparatif adalah menentukan kelompok yang
memiliki suatu karakteristik yang ingin diteliti. Borg & Gall (1989:542)
menyatakan ―procedure used to define this group will determine the
meaning and applicability of the results”. Prosedur yang digunakan untuk
mendefinisikan/menetapkan kelompok ini akan menentukan arti dan
penerapan hasil.
Desain pokok penelitian kausal komparatif mencakup pemilihan dua
kelompok yang berbeda, yaitu kelompok variabel bebas dan pembanding
atau kelompok variabel tidak bebas. Kelompok-kelompok itu
Sukris Sutiyatno
144
kemungkinan berbeda, di mana satu kelompok mempunyai suatu
karakteristik, sedang kelompok lain tidak mempunyai, atau kelompok-
kelompok itu kemungkinan berbeda dalam tingkatan, satu kelompok
kemungkinan mempunyai ciri yang lebih dibandingkan dengan kelompok
yang lain, atau dua kelompok mempunyai jenis pengalaman-pengalaman
yang berbeda.
Hal yang perlu diperhatikan adalah memilih sampel yang
representatif dari masing-masing populasi dan sampel yang sama,
sehubungan dengan variabel, penting di luar variabel bebas. Seperti pada
penelitian eksperimen, tujuannya adalah mempunyai kelompok-kelompok
yang semirip mungkin pada semua variabel yang relevan selain variabel
bebas. Untuk menentukan persamaan kelompok-kelompok dapat
dikumpulkan informasi pada beberapa latar belakang dan status variabel-
variabel sekarang.
3. Prosedur Pengontrolan
Sulitnya melakukan randomnisasi, manipulasi, dan kontrol yang
merupakan ciri penelitian eksperimen semua adalah juga merupakan
sumber-sumber kelemahan desain penelitian kausal komparatif.
Randomnisasi subjek dari kelompok-kelompok. Suatu masalah adalah
kemungkinan di mana kelompok-kelompok itu berbeda pada beberapa
variabel pokok yang lain disamping variabel bebas yang diidentifikasikan,
dan ini adalah variabel yang lain yang benar-benar menyebabkan beda
yang diamati antara kelompok-kelompok.
4. Matching
Apabila peneliti telah mengidentifikasikan suatu variabel yang ia
percaya ada hubungannya dengan penampilan pada variabel tidak bebas, ia
bisa mengontrol variabel itu dengan "pair wise matching" subjek. Untuk
masing-masing subjek pada satu kelompok, peneliti mendapatkan subjek
pada kelompok kedua dengan suatu nilai yang sama pada variabel kontrol.
Apabila subjek salah satu kelompok tidak mempunyai jodoh yang cocok,
subjek itu harus dihilangkan dari penyelidikan. Jadi, hasil dari kelompok-
Metodologi Penelitian
145
kelompok yang dijodohkan adalah serupa atau sangat mendekati
sehubungan dengan variabel asing yang diidentifikasikan.
Masalah pokok pada matching "pair wise" adalah bahwa ada subjek
yang tidak bisa dirubah yang tidak mempunyai kecocokan dan oleh karena
itu harus dihilangkan dari penyelidikan. Masalah itu menjadi lebih serius
apabila peneliti bersama-sama menjodohkan lebih dari dua variabel.
5. Membandingkan Kelompok-kelompok Homogen
Cara lain untuk mengontrolkan variabel asing, yang juga digunakan
pada penelitian eksperimen, adalah membandingkan kelompok-kelompok
yang homogen sehubungan dengan variabel itu, apabila IQ adalah variabel
asing yang identik, periset bisa membatasi kelompok-kelompok yang IQ-
nya antara 85 dan 115. sudah barang tentu prosedur ini juga mengurangi
jumlah subjek dan membatasi generalisabilitas penemuan.
Suatu pendekatan yang serupa tetapi lebih memuaskan adalah
penyusun sub-sub kelompok di dalam tiap-tiap kelompok yang mewakili
semua tingkat dari variabel kontrol. Misalnya, masing-masing kelompok
dibagi menjadi sub kelompok, IQ tinggi (di atas 116) rata-rata (85 sampai
dengan 115), dan IQ rendah (84 ke bawah). Selain mengontrol variabel--
variabel, teknik ini mempunyai keuntungan tambahan yaitu
memungkinkan peneliti untuk melihat apakah variabel bebas
mempengaruhi variabel tidak bebas, berbeda pada tiap-tiap tingkat variabel
kontrol. Untuk itu pendekatan terbaik adalah tidak bekerja dengan
beberapa analisis terpisah, tetapi membuat variabel kontrol seperti desain
tersebut dan menganalisis hasil dengan teknik statistika yang disebut
analisis variabel faktorial.
Analisis varians faktorial memungkinkan peneliti menetapkan efek
variabel bebas dan variabel kontrol, kedua-duanya secara terpisah atau
kombinasi. Dengan kata lain, memungkinkan peneliti menetapkan apakah
ada interaksi antara variabel bebas dan variabel kontrol seperti bahwa
variabel bebas bekerja berbeda pada tingkat-tingkat variabel kontrol yang
berbeda. Misalnya, IQ bisa merupakan variabel kontrol pada penelitian
Sukris Sutiyatno
146
kausal komparatif pada efek dari bermacam-macam "metode pemahaman"
tentang pecahan.
6. Analisis Kovarians
Analisis kovarians, yang juga digunakan pada penelitian
eksperimen, adalah suatu metode statistika yang digunakan untuk
menyamakan kelompok-kelompok pada satu variabel atau lebih. Pada
pokoknya, analisis kovarians mengatur nilai-nilai pada suatu variabel tidak
bebas pada perbedaan awal terhadap variabel-variabel yang lain (dengan
menganggap bahwa perbuatan terhadap variabel lain berkaitan dengan
perbuatan pada variabel tidak bebas, yang merupakan inti dari pada
kontrol.)
7. Analisis Data dan Interpretasi
Analisis data pada penelitian kausal komparatif mencakup
bermacam-macam statistika deskriptif. Statistika deskriptif yang paling
banyak digunakan adalah mean. Yang menunjukkan rata-rata perbuatan
atau prestasi satu kelompok dalam suatu ukuran dari beberapa variabel,
dan deviasi standar yang menunjukkan bagaimana penyebaran sekumpulan
nilai, yaitu apakah nilai-nilai itu relatif dekat satu sama lain atau
mengelompok di sekitar mean atau tersebar diseluruh jajaran nilai.
Statistika inferensial yang paling banyak digunakan adalah test,
yang digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan
antara mean-mean dari dua kelompok. Selain dari pada itu, juga digunakan
analisis varians dan kuadrat chi. Analisis varians digunakan untuk melihat
apakah ada perbedaan yang signifikan antara mean-mean dari tiga
kelompok atau lebih, sedangkan test kuadrat chi digunakan untuk
membandingkan frekuensi-frekuensi kelompok, yaitu melihat apakah suatu
kejadian terjadi lebih sering pada kelompok yang satu terhadap kelompok
yang lain.
Seperti beberapa kali ditekankan, intepretasi dari perolehan pada
penelitian kausal komparatif memerlukan pertimbangan yang hati-hati.
Hubungan sebab akibat yang dicurigai dalam kenyataannya bisa menjadi
Metodologi Penelitian
147
kebalikan dari yang hipotesis (penyebab yang dicurigai bisa menjadi efek
atau sebaliknya). Kemungkinan ada faktor ketiga yang benar-benar
"penyebab" dari penyebab yang dicurigai kedua-duanya (variabel bebas)
dan efek (variabel tidak bebas).
Cara untuk menentukan urutan yang benar dari hubungan sebab
akibat, variabel yang mana disebabkan yang mana, adalah menentukan
yang mana yang terjadi mula-mula. Cara untuk mengontrol terhadap
penyebab umum yang potensial adalah mempersamakan kelompok-
kelompok terhadap variabel yang dicurigai.
C. Kesimpulan
Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian yang berusaha
untuk menentukan penyebab atau alasan dari perbedaan yang ada pada
tingkah laku atau status kelompok atau individual (kausal komparatif
dalam bahasa latin ex post facto artinya after the fact).
Penelitian komparatif lebih memfokuskan pada dampak atau efek
yang terjadi dengan cara mencari apa yang menjadi penyebab dari dampak
tersebut serta melihat perbedaan yang terjadi di antara dua group atau lebih
dan memberikan penjelasan terhadap perbedaan di antara dua
kelompok/group.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penelitian
komparatif adalah desain dan prosedur, prosedur pengontrolan, matching,
membandingkan kelompok-kelompok homogeny, analisis kovarians, dan
analisis data dan interpretasi.
Metodologi Penelitian
149
BAB X
METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat menjelaskan pengertian penelitian experimen
2. Dapat memahami karakteristik penelitian experimen
3. Dapat memahami proses penelitian experiment
4. Dapat menjelaskan bentuk-bentuk rancangan experimen
A. Pengertian Penelitian Eksperimen
Metode penelitian eksperimen (experiemental research) merupakan
metode penelitian yang dapat dipergunakan untuk menguji hipotesis
hubungan sebab akibat dan dapat digunakan untuk menyelesaikan
berbagai macam permasalahan. Suatu penelitian yang dilakukan pada
kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti. Dalam hal ini peneliti
memanipulasi variabel bebas (sesuatu stimuli, treatment, atau kondisi-
kondisi eksperimental), selanjutnya mengobservasi pengaruh atau
perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi yang dilakukan. Metode
penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan. Dawson (2009:26) menyatakan
―Experiment involves an investigation of causal relationships using tests
controlled by yourself. Quite often quasi-experimental research will have
to be performed due to problems of insufficient access to samples, ethical
issues and so on.‖
Metode penelitian eksperiment merupakan salah satu bentuk
penelitian yang memerlukan syarat yang relatif lebih ketat jika
dibandingkan dengan jenis penelitian lainnya. Hal ini karena sesuai dengan
maksud para peneliti yang menginginkan adanya kepastian untuk
memperoleh informasi tentang variabel yang memperoleh akibat dari
terjadinya perubahan dalam suatu kondisi eksperiment (Sukardi,
Sukris Sutiyatno
150
2003:179).
Untuk menggambarkan penelitian eksperimental bisa dilakukan
pada dua kelompok di mana kelompok satu disebut kelompok kontrol
tanpa diberi perlakukan apapun sedangkan pada kelompok kedua diberi
perlakuan (treatment) (Zainal, 2007:62). Variabel-variabel dalam
penelitian eksperiment yaitu variabel bebas atau independent variable dan
variabel terikat atau dependent variable diputuskan pada awal proses
penelitian. Peneliti melakukan manipulasi variabel bebas secara sistematis.
Sementara itu variabel terikat atau sering disebut sebagai dependent
variable karena memang fungsinya tergantung atau terikat dengan
variabel bebas atau independent variable.
Sementara itu, Sumardi (2004:88) menyatakan tujuan penelitian
eksperimental adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan
sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan
hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai
kondisi perlakuan.
Hubungan sebab akibat atau pengaruh dalam penelitian
eksperimental dirancang dalam suatu desain yang disebut sebagai desain
eksperimental. Dalam desain tersebut dibedakan antara variabel atau
variabel-variabel yang memberi pengaruh atau menjadi sebab dengan
variabel atau variabel-variabel yang diberi pengaruh. Varibel yang
memberi pengaruh disebut variabel perlakuan (treatment variable),
variabel bebas (independent variable), variabel eksperimen (experimental
variable), variabel intervensi (intervention variable). Variabel yang diukur
sebagai akibat dari variabel yang memberi pengaruh disebut variabel
terikat (dependent variable), variabel akibat (outcome variabel), variabel
pos-tes atau variabel kriteria (post-test or criterian variable). Di samping
kedua jenis variabel tersebut juga ada variabel extranus (extraneous
variable) dan variabel penyela. Variabel extranus adalah variabel bebas
yang bila tidak dikontrol akan berpengaruh tehadap variabel terikat,
variabel ini masih bisa dan harus dikontrol.Variabel penyela (intervening
variable) adalah variabel yang kemungkinan besar berpengaruh pada
Metodologi Penelitian
151
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan sangat sulit
untuk dikontrol (Nana Syaodih, 2005:195).
Borg & Gall (1989:641) menyatakan ―The key problem in
experimentation is establishing suitable control so that any change in the
posttest can be attributed only to the experimental treatment that was
manipulated by researcher”. Masalah kunci dalam eksperimen adalah
menentukan kontrol yang tepat sehingga perubahan dalam postes hanya
dapat dihubungkan dengan perlakuan eksperimen yang dimanipulasi oleh
peneliti.
Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif
mempunyai ciri khas tersendiri, terutama dengan adanya kelompok
kontrolnya. Dalam bidang fisika, penelitian-penelitian dapat menggunakan
desain eksperimen, karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-
variabel lain dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol
secara ketat.
Tetapi dalam penelitian-penelitian sosial, desain eksperimen yang
digunakan untuk penelitian akan sulit mendapatkan hasil yang akurat,
karena banyak variabel luar yang berpengaruh dan sulit mengkontrolnya.
Misalnya: Mencari pengaruh pelatihan yang diberikan kepada para
pegawai terhadap prestasi kerjanya. Untuk mencari seberapa besar
pengaruh pelatihan terhadap prestasi kerja, maka harus membandingkan
prestasi kerja pegawai sebelum mendapat pelatihan, dan sesudah mendapat
pelatihan atau membandingkan orang yang mempunyai kemampuan sama
yang tidak mendapat pelatihan.
Prestasi kerja seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh pelatihan saja,
tetapi oleh variabel lain, misalnya IQ, pengalaman, pengawasan,
pendidikan dan lain-lain, sehingga mengukur seberapa jauh pengaruh
pelatihan terhadap prestasi kerja secara teliti akan sulit dilakukan.
B. Karakteristik Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperiment , menurut Hamid Darmadi (2011:177-179)
mempunyai tiga karakteristik yang dapat dijelaskan sebagai berikut: (1)
Variabel bebas yang dimanipulasi, (2) Variabel lain yang mungkin
Sukris Sutiyatno
152
berpengaruh dikontrol agar tetap konstan, (3) Efek atau pengaruh
manipulasi variabel bebas dan variabel terikat diamati secara langsung
oleh peneliti. Lebih lanjut ketiga karakteristik tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Memanipulasi Variabel
Memanipulasi variabel merupakan karakteristik pertama dari
penelitian eksperimen, memanipulasi variabel jangan dipersepsikan pada
hal yang negatif di luar penelitian. Manipulasi berarti melakukan tindakan
atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang peneliti atas dasar
pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka
guna mendapatkan perbedaan efek terhadap variabel terikat. Misalnya
dalam suatu proses penelitian laboratorium, dua kelompok yaitu treatment
(diberi perlakuan/dimanipulasi) dan kelompok kontrol yang tidak diberi
perlakukan/manipulasi diberikan suhu ruangan yang dingin dan panas.
Perbedaan kondisi ruangan tersebut direncanakan sebagai penentu
awal agar mereka memperoleh hasil yang mungkin berbeda diantara dua
kelompok. Perbedaan yang muncul tersebut diperhitungkan sebagai akibat
adanya manipulasi variabel terhadap dua kelompok.
2. Mengontrol Variabel
Karakteristik kedua penelitian eksperiment adalah adanya control
yang disengaja/direncanakan oleh peneliti, kontrol yang dimaksud menurut
(Gay, 1982) adalah:
Control is an effort on the part of researcher to remove of any
variabel other than the independent variabel that ought affect performance
on a dependent variabel.
Mengontrol merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh peneliti
untuk memindahkan pengaruh variabel lain pada variabel terikat yang
mungkin mempengaruhi penampilan variabel tersebut. Kegiatan
mengontrol suatu variabel atau subjek dalam penelitian eksperimen
memiliki peranan penting, karena tanpa melakukan kontrol secara
sistematis, seorang peneliti tidak mungkin dapat melakukan evaluasi
dengan melakukan pengukuran secara cermat terhadap variabel terikat.
Metodologi Penelitian
153
Proses pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua
variabel mempunyai karakteristik sama atau hampir sama. Perbedaan dari
kedua kelompok yaitu bahwa group eksperimen diberi perlakuan tertentu
dan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan sehingga dapat dikatakan
dalam kondisi normal seperti keadaan biasannya.
3. Melakukan Observasi
Observasi merupakan karakteristik ketiga dalam penelitian
eksperimen, peneliti mengadakan observasi terhadap kedua kelompok baik
kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok kontrol. Observasi tersebut
dimaksudkan untuk mlihat dan mencatat fenomena apa yang muncul yang
memungkinkan terjadinya perbedaan di antara dua kelompok.
Peneliti melakukan observasi untuk mengamati dan mencatat
fenomena yang muncul pada variabel terikat sebagai akibat atau pengaruh
dari adanya kontrol atau manipulasi variabel terikat. Untuk itu, dalam
penelitian eksperimen pengamatan lebih difokuskan pada variabel terikat
yang menerima akibat terjadinya perubahan secara sistematis yang
dilakukan pada variabel bebas.
C. Proses Penelitian Eksperimen
Proses pelaksanaan penelitian eksperimen dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peneliti melakukan kajian yang berhubungan dengan permasalahan
yang akan diselesaikan
2. Peneliti mengidentifikasi permasalahan
3. Peneliti melakukan studi literatur dari berbagai sumber yang relevan
dan terkait dengan permasalahan
4. Peneliti membuat rencana penelitian yang mencakup: (a)
mengidentifikasi variabel luar yang diperlukan, (b) menetukan cara
untuk mengontrol, (c) membuat desain penelitian yang tepat dan
akurat, (d) menentukan populasi, (e) memilih sampel yang mewakili
sejumlah subjek penelitian, (f) membuat dan memvalidasi
Sukris Sutiyatno
154
instrument, (g) menentukan hipotesis
5. Melakukan eksperimen
6. Mengumpulkan data dari proses eksperimen
7. Mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang ditentukan
8. Menganalisis data dengan teknik statistika yang relevan
9. Membuat laporan penelitian eksperimen
Semetara itu, Sounders et al. (2007:137) menyatakan experiments
typically involve:
1. Defining a theoretical hyphothesis
2. Selecting samples from known populations
3. Allocating samples to different experimental condition
4. Introducing planned changes to one or more variables
5. Measuring a small number of variables
6. Controlling all other variables
D. Beberapa Bentuk Rancangan Penelitian Eksperimen
Beberapa bentuk rancangan atau desain eksperimen yang dapat
digunakan dalam penelitian bisnis, yaitu: Pre-Experimental Design, True
Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design.
Hal ini dapat digambarkan seperti gambar berikut.
Metodologi Penelitian
155
X O
Gambar 10.1. Macam-macam Metode eksperimen
1. Pre-Experimental Designs(nondesigns)
Mengapa disebut pre-experimental design? karena desain ini belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Dikarenakan masih terdapat
variabel luar yang turut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu
bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat
terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih
secara random.
Bentuk pre-experimental designs ada beberapa macam yaitu: One-
Shot Case Study, One-Group Pretest-Posttest Design, One-Group Pretest-
Posttest Design, dan Intact-Group Comparison
a. One-Shot Case Study
Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat
digambarkan seperti berikut:
X = treatment yang diberikan (variabel X 0
independen)
0 = Observasi (variabel dependen)
Sukris Sutiyatno
156
Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok
diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (Perlakuan
adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai
variabel dependen).
Contoh:
Pengaruh mesin baru (X) terhadap produktivitas kerja karyawan (0).
Terdapat kelompok pegawai yang menggunakan mesin baru
kemudian setelah sebulan diukur produktivitas kerjanya. Pengaruh
mesin baru terhadap produktivitas kerja diukur dengan
membandingkan produktivitas sebelum menggunakan mesin baru
dengan produktivitas setelah menggunakan mesin baru (misalnya
selalu menggunakan mesin baru produktivitasnya 150/jam dan
setelah menggunakan mesin baru produktivitasnya 500/jam. Jadi
pengaruh mesin baru adalah 500 - 150 = 350/jam.
b. One-Group Pretest-Posttest Design
Kalau pada desain point (a), tidak ada pretest, maka pada desain ini
diberikan pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat dan tepat, karena dapat
memperbandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Desain ini dapat diilustrasikan dengan gambar di bawah ini:
O1 = nilai pretest (sebelum mesin baru)
O2 = nilai posttest (setelah menggunakan
mesin baru)
Pengaruh mesin baru terhadap prestasi
kerja pegawai = ( O2 – O1)
c. Intact-Group Comparison
Pada desain ini hanya ada satu kelompok yang digunakan untuk
penelitian, tetapi dipecah dua, yaitu separoh kelompok untuk
eksperimen (yang diberi perlakuan) dan separohnya dijadikan
kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Paradigma
penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut.
O1X O2
Metodologi Penelitian
157
O1 = hasil pengukuran setengah kelompok
yang diberi perlakuan
O2 = hasil pengukuran setengah kelompok
yang tidak diberi perlakuan Pengaruh
perlakuan = O1 – O2
Contoh:
Terdapat sekelompok karyawan di bidang produksi, yang setengah
dalam melaksanakan pekerjaanya menggunakan lampu yang sangat
terang (01), dan setengahnya lagi dengan lampu yang kurang terang
(02). Setelah beberapa minggu diukur produktivitas keijanya.
Kelompok mana yang lebih produktif. Jadi pengaruh cahaya lampu
terhadap produktivitas kerja adalah (O1 – O2)
Seperti telah dikemukakan bahwa, ketiga bentuk desain pre-
experiment itu bila diterapkan untuk penelitian, akan banyak variabel-
variabel luar yang masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga
validitas internal penelitian menjadi rendah.
2. True Experimental Design
Dalam eksperimen murni (true experimental) pengujian variabel
bebas dan variabel terikat dilakukan terhadap sampel kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, disebut true experimental (eksperimen
murni), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel
luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas
internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi.
Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan
untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
randomdari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol
dan sampel dipilih secara random.
Di sini dikemukakan dua bentuk design true experimental yaitu:
Posttest Only Control Design dan Pretest Group Design.
X O1
O2
Sukris Sutiyatno
158
1) Posttest-Only Control Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing
dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X)
dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan
disebut kelompok eksperimendan kelompok yang tidak diberi
perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan
adalah (01:02). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh
perlakuan dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya.
Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan
berpengaruh secara signifikan.
2) Pretest- Posttest Control Group Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random,
kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah
perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak
berbeda secara signifikan. Pengaruh Perlakuan adalah (02 - 01) - (04 -
03)
R X O2
RO2
R O1 X O2
R O3 XO4
Metodologi Penelitian
159
3. Factorial Design
Desain faktorial merupakan modifikasi dari design true
experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel
moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap
hasil (variabel dependen). Paradigma desain faktorial dapat digarnbarkan
seperti berikut.
Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian
masing-masing diberi pre-test. Kelompok untuk penelitian dinyatakan
baik, bila setiap kelompok nilai pretes sama. Jadi 01 = 03 = 05 = 07. Dalam
hal ini variabel moderatornya adalah Y1 dan Y2
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh sistem informasi
terhadap kepuasan pelayanan pada pelanggan. Untuk itu dipilih tempat
kelompok secara random. Variabel moderatornya adalah jenis kelamin,
yaitu laki-laki (Y,) dan perempuan (Y2).
Perlakuan (sistem informasi) dicobakan pada kelompok eksperimen
pertama yang telah diberi pretest (0, = kelompok laki-laki) dan kelompok
eksperimen ke dua yang telah diberi pretest (05 = kelompok perempuan).
Pengaruh perlakuan (X) terhadap kepuasan pelayanan untuk kelompok
laki-laki = (O2 – O1) - (O4 - O3). Pengaruh perlakuan (sistem informasi)
terhadap nilai penjualan barang untuk kelompok perempuan = (O6 – O5) -
(O8– O7)
Bila terdapat perbedaan pengaruh sistem informasiterhadap
kepuasan pelanggan antara kelompok kerja pria dan wanita, maka
R O1 X Y1 O2
R O3 X Y1 O4
R O5 X Y1 O6
R O7 X Y1 O8
Sukris Sutiyatno
160
penyebab utamanya adalah bukan karena treatment yang diberikan (karena
treatment yang diberikan sama), tetapi karena adanya variabel moderator,
yang dalam hal ini adalah jenis kelamin. Pria dan wanita menggunakan
sistem informasi yang sama, tempat kerja yang sama nyamannya, tetapi
pada umumnya, kelompok wanita lebih ramah dalam memberikan
pelayanan, sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
4. Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-
experimental design. Quasi-experimental design, digunakan karena pada
kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk
penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen, sering tidak
mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan
sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain
tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan
kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi
Experimental.
Berikut ini dikemukakan dua bentuk desain quasi eksperimen, yaitu
Time-Series Design dan Nonequivalent Control Group Design.
a. Time Series Design
O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak
dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok
diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui
kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi
Metodologi Penelitian
161
perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya
berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak
menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok
dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment. Desain
penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga
tidak memerlukan kelompok kontrol.
b. Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group
design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
O1 x O2
O3 O4
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi
terhadap derajad kesehatan karyawan. desain penelitian dipilih satu
kelompok karyawan. Selanjutnya dari satu kelompok tersebut yang
setengah diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan yang setengah
lagi tidak. 01 dan 03 merupakan derajad kesehatan karyawan
sebelum ada perlakuan senam pagi. 02 adalah derajad kesehatan
karyawan setelah senam pagi selama 1 tahun. 04, adalah derajad
kesehatan karyawan yang tidak diberi perlakuan senam pagi.
Pengaruh senam pagi terhadap derajad kesehatan karyawan adalah
(02- O1) - (04 - 03).
E. Kesimpulan
Metode penelitian eksperimen (experiemental research) merupakan
metode penelitian yang dapat dipergunakan untuk menguji hipotesis
hubungan sebab akibat dan dapat digunakan untuk menyelesaikan
berbagai macam permasalahan
Sukris Sutiyatno
162
Penelitian eksperiment mempunyai tiga karakteristik yang dapat
dijelaskan sebagai berikut: (1) Variabel bebas yang dimanipulasi, (2)
Variabel lain yang mungkin berpengaruh dikontrol agar tetap konstan, (3)
Efek atau pengaruh manipulasi variabel bebas dan variabel terikat diamati
secara langsung oleh peneliti.
Beberapa bentuk rancangan atau desain eksperimen yang dapat
digunakan dalam penelitian bisnis, yaitu: Pre-Experimental Design, True
Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design.
Metodologi Penelitian
163
BAB XI
METODE PENELITIAN EVALUATIF
Tujuan Pembelajaran: Setelah membaca Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat menjelaskan konsep dan tujuan penelitian evaluatif
2. Dapat memahami standar evaluasi
3. Dapat memahami beberapa pendekatan penelitian evaluatif
4. Dapat memahami pendekatan campuran
5. Dapat menjelaskan evaluasi generasi keempat
6. Dapat memahami langkah-langkah evaluasi program
A. Konsep dan Tujuan Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi
dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik untuk
menentukan nilai atau manfaat (worth) dari suatu praktik (pendidikan).
Nilai atau manfaat dari suatu praktik pendidikan didasarkan atas hasil
pengukuran atau pengumpulan data dengan menggunakan standar atau
kriteria tertentu yang digunakan secara absolut ataupun relatif. Praktik
pendidikan dapat berupa program, kurikulum, pembelajaran, kebijakan,
regulasi administratif, manajemen, struktur organisasi, produk pendidikan,
ataupun sumber daya penunjangnya. Praktik pendidikan dapat berlangsung
dalam lingkup kelas, sekolah, kecamatan, kota/kabupaten, provinsi
ataupun nasional, menyangkut satu komponen atau aspek pendidikan,
beberapa atau banyak komponen atau seluruh komponen atau aspek
pendidikan. Misalnya dalam bidang pendidikan, Borg & Gall (1989:742)
menyatakan Educational evaluation is the process of making judgment
about the merit, value, or worth of educational program.
Banyak persamaan antara penelitian evaluatif dengan evaluasi,
keduanya bisa mengkaji fokus atau permasalahan yang sama,
menggunakan desain dengan metode dan teknik pengukuran atau
pengumpulan data yang sama. Keduanya juga dapat rnenggunakan sampel
Sukris Sutiyatno
164
dengan lokasi atau lingkup wilayah yang sama, menggunakan teknik
analisis data dari interpretasi hasil yang sama.
Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah dalam tujuan dan
penggunaan. Penelitian evaluatif dirancang untuk menjawab pertanyaan,
menguji atau membuktikan hipotesis, sedang evaluasi ditujukan untuk
mengambil keputusan. Penelitian evaluative bersifat hypothesis driven
sedang evaluasi decision driven (David R. Kratchwohl, 1993). Perbedaan
mendasar yang lain adalah penggunaannya, hasil penelitian disimpan
sampai ada orang atau lembaga yang akan menggunakannya, sedang hasil
evaluasi segera digunakan untuk mengambil keputusan dalam program
yang dievaluasi.
Meskipun ada perbedaan tetapi keduanya berhubungan erat,
penelitian evaluatif dilaksanakan dengan maksud hasilnya dapat digunakan
untuk memperbaiki praktik. Di pihak lain evaluasi yang baik dilaksanakan
dengan berpegang pada prinsip-prinsip dan prosedur penelitian evaluatif.
Penelitian evaluatif diperlukan untuk merancang, menyempurnakan
dan menguji pelaksanaan suatu praktik pendidikan. Dalam merancang
suatu program, kegiatan diperlukan data hasil evaluasi tentang program
atau kegiatan pendidikan yang lalu, kondisi yang ada serta serta tuntutan
dan kebutuhan bagi program baru.
Sukardi (2009:8-9) menyatakan ada beberapa tujuan mengapa
evaluasi dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk melengkapi penilaian,
secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap faktor-faktor
penting suatu program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan, dan
perkembangan tujuan. Tujuan evaluasi kaitannya dengan belajar mengajar
adalah: (1) Menilai ketercapaian tujuan; (2) Mengukur macam-macam
aspek belajar yang bervariasi; (3) Sebagai sarana untuk mengetahui apa
yang siswa telah ketahui; (4) Memotivasi belajar siswa; (5) Menyediakan
informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling; dan (6) Menjadikan hasil
evaluasi sebagai perubahan kurikulum.
Program atau kegiatan pendidikan adalah sesuatu yang dinamis,
berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan tuntutan
perubahan masyarakat. Untuk mengetahui perubahan-perubahan, dan
Metodologi Penelitian
165
perkembangan kebutuhan tersebut, diperlukan penelitian dan evaluasi, agar
penyempurnaan program sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
perubahan tersebut. Kelayakan suatu program atau kegiatan pendidikan
perlu diuji, apakah masih bisa dilanjutkan atau perlu dihentikan, diubah
atau diganti. Melanjutkan program atau kegiatan yang tidak layak, hanya
akan membuang-buang biaya, waktu dan tenaga saja. Borg & Gall (1989-
749) menyatakan ―most programs have a management system to monitor
resources and procedures so that they are used effectively to achieve
program goal”.
Secara lebih rinci Nana Syaodih (2005:121) tujuan penelitian
evaluatif adalah: (1) Membantu merencanakan untuk pelaksanaan
program, (2) Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau
perubahan program (3) Membantu dalam penentuan keputusan
keberlanjutan atau pengehentian program, (4) menemukan fakta-fakta
dukungan dan penolakan terhadap program, (5) memberikan sumbangan
dalam pemahaman proses psikologis, sosial, politik dalam pelaksanaan
program serta faktor-faktor yang mempengaruhi program.
B. Standar Evaluasi
Evaluasi memiliki dua kegiatan utama, yaitu: pertama pengukuran
atau pengumpulan data, kedua membandingkan hasil pengukuran dan
pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil
pembandingan ini baru dapat disimpulkan bahwa sesuatu program,
kegiatan, produk itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien atau tidak,
efektif atau tidak. Ada perbedaan penggunaan standar dalam penelitian
atau evaluasi formatif dengan sumatif. Evaluasi formatif menggunakan
standar relatif atau disebut juga acuan norma, sedang evaluasi sumatif
menggunakan standar absolut atau acuan patokan.
Banyak asosiasi yang berhubungan dengan bidang pendidikan di
Amerika Serikat dan negara-negara lain telah mengembangkan standar
evaluasi pendidikan yang baik. Joint Committee for Educational
Evaluation (1994) telah merumuskan standar bagi evaluasi di bidang
Sukris Sutiyatno
166
pendidikan. Standar tersebut mencakup empat aspek, yaitu: kebergunaan,
kelayakan, kesantunan dan ketelitian.
1) Standar kebergunaan (untility standards), untuk menjamin bahwa
evaluasi akan membantu partik dan secara berkala memberikan
informasi yang dibutuhkan pengguna. Standar ini meliputi delapan
hal, yaitu: identifikasi pengguna, kredibilitas evaluator, lingkup dan
pemilihan informasi, interpretasi perkiraan, kecermatan laporan,
diseminasi laporan, jadwal waktu laporan, dampak evaluasi.
2) Standar kelayakan (feasibilty standards), untuk menjamin bahwa
laporan itu realistik, sederhana dan. Standar ini mencakup tiga hal,
yaitu: kepraktisan prosedur, keberlanjutan dan efektivitas biaya.
3) Standar kesantunan (propriety standard), untuk menjamin bahwa
evaluasi dilakukan secara legal, etis, memperhatikan kepentingan
yang terlibat dalam evaluasi maupun dampak hasilnya. Standar ini
meliputi: kewajiban formal, perbedaan kepentingan, kejujuran dan
keterbukaan, hak umum yang harus diketahui, hak dari individu,
interaksi manusia, keseimbangan laporan, kewajiban bayar pajak.
4) Standar ketepatan (accuracy standards), untuk menjamin bahwa
pelaksanaan evaluasi secara teknis-formal dilaksanakan dengan
sempurna. Standar ini meliputi sebelas hal yaitu: identifikasi objek,
analisis konteks, rumusan tujuan dan prosedur, pemilihan sumber.
validitas dan reliabilitas instrumen, pengendalian sistematika data,
analisis informasi kauntitatif, analisis informasi kualitatif, ketepatan
kesimpulan, objektivitas laporan.
Standar ini bukan prosedur yang harus diikuti secara kaku, tetapi
pedoman yang dapat dijadikan arah di dalam merencanakan, melaksanakan
dan melaporkan hasil evaluasi.
C. Beberapa Pendekatan Penelitian Evaluatif
Pendekatan evaluasi merupakan strategi untuk memfokuskan
kegiatan evaluasi agar bisa menghasilkan laporan yang bernilai guna.
Metodologi Penelitian
167
McMillan dan Schumacher (2001) mengemukakan enam pende-
katan dalam penelitian evaluatif:
a. Evaluasi berorientasi tujuan
b. Evaluasi berorientasi pengguna.
c. Evaluasi berorientasi keahlian
d. Evaluasi berorientasi keputusan.
e. Evaluasi berorientasi lawan
f. Evaluasi berorientasi partisipan-naturalistik
1. Evaluasi Berorientasi Tujuan
Evaluasi merupakan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas
pendidikan, apabila: (a) memberikan umpan balik yang efektif kepada
siswa, (b) mendorong aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mereka
sendiri, (c) umpan balik bagi guru untuk melakukan penyesuaian dalam
melaksankan pembelajaran, (d) memahami pengaruh evaluasi terhadap
motivasi siswa dan kepercayaan diri mereka, dan (e) alat bagi siswa untuk
melakukan monitoring dan koreksi mereka sendiri. Lebih jauh apabila
siswa dapat memahami hasil evaluasi, dan dapat mengikuti perkembangan
dari apa yang telah dipelajari, maka siswa akan dapat memiliki gambaran
langkah berikutnya yang perlu dipelajari dengan peristiwa-peristiwa dan
latar belakang konteks tertentu, dan akhirnya akan mendorong
terlaksanannya life long learning (Zamroni, 2005:42).
Evaluasi berorientasi pada tujuan (objectives-oriented approaches),
diarahkan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan dalam pelaksanaan
program atau kegiatan oleh kelompok sasaran, atau mengukur hasil
pelaksanaan program/kegiatan. Tingkat kecocokan antara tujuan dengan
hasil menunjukkan tingkat keberhasilan program atau kegiatan. Program
atau kegiatan yang diukur bisa berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum,
pembelajaran, program pendidikan anak berbakat, percepatan belajar,
bimbingan konseling, manajemen berbasis sekolah, penggunaan dana
bantuan operasional, dsb. Kelompok sasaran yang diharapkan meningkat
dengan program tersebut adalah: siswa, guru, sekolah.
Sukris Sutiyatno
168
Tujuan yang menjadi sasaran pengukuran adalah tujuan-tujuan yang
spesifik (objectives) yang dirumuskan dalam perilaku yang dapat diukur,
bukan tujuan umum yang bersifat abstrak, yang pencapaiannya di luar
kegiatan. Tujuan khusus ini disebut juga tujuan perilaku (behavioral
objecties) atau performansi atau tujuan terukur. Tujuan tersebut mungkin
merupakan tujuan antara untuk mencapaian tujuan berikutnya, tetapi bukan
proses untuk mencapai tujuan terminal atau tujuan akhir. Langkah-langkah
dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan:
1) Pemilihan tujuan yang dapat diukur.
2) Pemilihan instrumen.
3) Pemilihan desain evaluasi
4) Pengumpulan dan analisis data.
5) Interpretasi hasil.
2. Evaluasi Berorientasi Pengguna
Evaluasi berorientasi pengguna (consumer-oriented approaches)
menekankan pada hasil atau produk, yaitu hasil yang dapat memenuhi
harapan atau menemukan kebutuhan pengguna. Evaluasi hasil didasarkan
atas standar atau kriteria yang ditentukan oleh pengguna. Evaluasi bisa
dilakukan terhadap produk-produk program, seperti hasil penerapan
kurikulum, pembelajaran, pendidikan anak berbakat, bimbingan-konseling,
pendidikan vokasional, pendidikan nilai, dsb. Pengguna dari program
tersebut adalah orang tua, siswa, dunia industri, dll. Evaluasi juga bisa
dilakukan terhadap produk-produk yang berbentuk perangkat lunak dan
perangkat keras. Produk perangkat lunak berupa program-program
pembelajaran dengan menggunakan komputer, video-audio, produk
perangkat keras berupa media cetak, buku, modul, alat peraga dl1.
Pengguna produk tersebut adalah guru, siswa/mahasiswa, sekolah,
orangtua, dll.
3. Evaluasi Berorientasi Keahlian
Evaluasi berorientasi keahlian (Expertise-oriented evaluation) ini
menggunakan standar keahlian, diarahkan pada mengevaluasi program
Metodologi Penelitian
169
atau komponen-komponen pendidikan dengan menggunakan kriteria atau
standar yang telah dirumuskan oleh para ahli sebagai suatu program atau
komponen yang baik. Para ahli kurikulum telah merumuskan bagaimana
suatu desain atau implementasi kurikulum herbasis kompetensi yang
memenuhi kaidah-kaidah, dan prinsip-prinsip KBK, bagaimana silabi atau
satuan pelajaran disusun sesuai dengan kaidah-kaidah sistem instruksional.
Para ahli manajemen pendidikan telah merumuskan bagaimana
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian manajemen berbasis sekolah
yang sesuai dengan kaidah atau prinsip manajemen berbasis sekolah.
Standar atau kriteria yang digunakan dalam pendekatan ini diambil dari
teori atau konsep-konsep yang mendasari suatu program kegiatan atau
produk yang akan dievaluasi.
4. Evaluasi Berorientasi Keputusan
Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar baik yang menggunakan tes maupun non tes. Jadi maksud penilaian
adalah memberikan nilai tentang kualitas tertentu. Tidak hanya sekedar
mencari jawaban terhadap pertanyaan bagaimana dan seberapa jauh
sesuatu proses/hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program
(Asmawi Zainul, 2005:8).
Evaluasi berorientasi keputusan (decision-oriented evaluation)
memiliki lingkup yang lebih luas dan ke dalamnya memasukan teori
perubahan pendidikan. Evaluasi ini diarahkan pada proses penentuan jenis
keputusan yang akan diambil, pemilihan, pengumpulan dan analisis data
yang dibutuhkan untuk penentuan keputusan, dan penyampaian hasil
(laporan) pada penentu keputusan. Laporan hasil evaluasi disediakan bagi
para penentu keputusan. Kriteria atau standar yang digunakan dalam
evaluasi ini, adalah apakah hasil dari evaluasi bisa digunakan untuk
menentukan kebijakan secara tepat atau tidak. Pengguna hasil evaluasi
dapat bertahap, dari penentu kebijakan tertinggi sampai terendah. Jenis
bidang dan program yang dievaluasi serta lingkup dari evaluasi akan
menentukan hasil evaluasi ini bisa dimanfaatkan oleh penentu kebijakan
Sukris Sutiyatno
170
pada tingkatan mana. Hasil evaluasi kurikulum pada lingkup provinsi akan
menjadi bahan penentuan kebijakan di bidang kurikulum oleh kepala dinas
pendidikan tingkat propinsi, sedang pada lingkup kota, sekolah dan kelas
akan menjadi masukan bagi kepala dinas pendidikan tingkat kota
kabupaten, kepala sekolah dan guru.
Stufflebeam (1971) mengembangkan model evaluasi pendidikan
yang bersifat komprehensif yang mencakup konteks (context), masukan
(input), proses (proces), dan basil (product), yang disingkat menjadi CIPP.
Dari model tersebut dikembangkan evaluasi yang berorientasi keputusan.
1) Pengukuran kebutuhan. Kegiatan evaluasi diarahkan pada mengukur
kondisi yang ada untuk kemudian dibandingkan dengan kondisi
yang diharapkan. Keputusan yang diambil adalah pemilihan
masalah.
2) Perencanaan program dan evaluasi masukan. Kegiatan evaluasi
ditujukan untuk mengukur jenis program yang sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan berdasarkan hasil pengukuran kebutuhan dan
strategi yang paling tepat. Keputusan yang diambil adalah
perencanaan program.
3) Evaluasi implementasi. Kegiatan evaluasi difokuskan pada
mengukur tingkat ketepatan implementasi sesuai dengan rancangan.
Keputusan yang diambil adalah perubahan atau modifikasi program.
4) Evaluasi proses. Kegiatan evaluasi diarahkan pada sejauh mana
pengembangan program dapat mencapai tujuan dan hasil yang
diharapkan. Keputusan yang diambil adalah perubahan dan
penyempurnaan program.
5) Evaluasi hasil. Kegiatan evaluasi ditujukan pada mengukur
kelayakan program sebagaimana dilihat dari proses dan hasil
pelaksanaan program tersebut. Keputusan yang diambil adalah
pemberian sertifikat dan penerimaan.
5. Evaluasi Berorientasi Lawan
Evaluasi berorientasi lawan (adversary-oriented approaches),
berbeda dengan pendekatan-pendekatan lainnya yang semuanya
Metodologi Penelitian
171
menggunakan landasan kriteria yang sejalan dengan program atau kegiatan
yang dievaluasi. Evaluasi ini menggunakan standar atau kriteria yang
berbeda bahkan berlawanan dengan standar yang digunakan. Untuk
menguji keampuhan suatu program atau kegiatan harus dibandingkan
dengan program lain atau standar lain yang berlawanan. Program atau
kegiatan yang baik akan tetap unggul bila dibandingkan dengan program
lain atau menggunakan standar evaluasi yang lain. Di pihak lain standar
yang berbeda atau berlawanan akan melihat sisi-sisi lain, melihat pro dan
kontra terhadap aspek-aspek tertentu. Temuan dari hal-hal di atas akan
memberikan masukkan bagi penyempurnaan program atau kegiatan.
6. Evaluasi Berorientasi Partisipan-Naturalistik
Mulai tahun 1967 muncul reaksi dari sejumlah ahli evaluasi
terhadap pelaksanaan evaluasi yang bersifat mekanistik dan tidak sensitif
terhadap evaluasi pendidikan. Reaksi mereka dinyatakan dalam beberapa
hal: (1) evaluasi menggunakan instrumen dan memberikan laporan yang
secara teknis sangat pelik, tetapi tidak menggambarkan apa yang secara
nyata terjadi dalam pendidikan, (2) banyak evaluasi skala besar
dilaksanakan tetapi tanpa sekalipun evaluator datang ke kelas, (3)
rekomendasi dalam laporan tidak menggambarkan pemahaman tentang
fenomena-fenomena di belakang angka-angka, grafik, dan tabel-tabel.
Faktor-faktor manusia yang yang sangat berperan dalam kompleksitas
kenyataan sehari-hari dan pandangan yang berbeda dalam pendidikan,
diabaikan dalam penelitian-penelitian evaluatif.
Untuk mengatasi keadaan tersebut pendekatan yang digunakan
adalah evaluasi naturalistik atau evaluasi partisipan (naturalistic -
participant evaluation). Pendekatan dari evaluasi ini bersifat holistik atau
menyeluruh, menggunakan aneka instrumen dan aneka data, agar
diperoleh pemahaman yang utuh dari sudut pandang dan nilai-nilai yang
berbeda tentang pelaksanaan pendidikan menurut perspektif atau sudut
pandang para partisipan. Ada beberapa karakteristik dasar dari evaluasi
naturalisik atau evaluasi partisipan.
Sukris Sutiyatno
172
1) Menggunakan pendekatan holistik atau menyeluruh, melihat
pendidikan sebagai kegiatan manusia yang kompleks.
2) Memasukkan dan menjaga pluralisme nilai daripada pembatasan
hanya pada nilai-nilai tertentu dalam evaluasi praktik pendidikan.
3) Melaporkan potret utuh dari situasi yang dievaluasi, situasi
perorangan, kelas, sekolah, wilayah, kegiatan, program, dll., yang
berada dalam konteks yang lebih luas sesuai fungsinya.
4) Menggunakan pendekatan berpikir induktif, yang berkembang dari
pengamatan dan temuan-temuan dari lapngan.
5) Menggunakan data yang beraneka dari berbagai sumber yang
berbeda yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan kualitatif
maupun kuantitatif.
6) Menggunakan desain penelitian yang tumbuh atau berubah
(emmergent) yang memungkinkan memberikan pemahaman tentang
sesuatu kegiatan dalam suatu konteks, hal-hal yang mempengaruhi,
variasi, perubahan, dll.
7) Mencatat kenyataan yang beraneka, bukan hanya satu kenyataan.
Dalam evaluasi naturalistik berkembang pendekatan yang disebut
sebagai evaluasi responsif (responsive evaluation), karena merespon
terhadap kebutuhan klien. Berkenaan dengan evaluasi responsif ini Stake
(1973) menjelaskan: ... an educational evaluation is responsive evaluation
if it orients more a directly to program activities than to program intents,
responds to audience requirements for information, and if the
differentvalue-perspectives present are referred to in reporting the success
and failure of programs.
Evaluasi responsif didasarkan pada apa yang dilakukan orang secara
alamiah, bila mereka mengevaluasi sesuatu mereka mengamati dan
mereaksi. Pendekatan evaluasi ini mencoba merespon terhadap cara-cara
yang bersifat alamiah, orang menyerap informasi untuk sampai pada
pemahaman. Evaluasi responsif bersifat siklikal, beberapa kejadian
mengikuti beberapa kejadian, dan banyak kejadian yang terjadi secara
Metodologi Penelitian
173
serempak, evaluator harus kembali pada kejadian demi kejadian sebelum
mengakhiri penelitian.
Stake menggambarkan urutan kegiatan dalam penelitian naturalistik
yang bersifat reponsif dalam sebuah jam.
Gambar 11.1. Program evaluasi responsif (diadaptasi dari Stake, R.R. (1975)
D. Evaluasi Generasi Keempat
Sejak berkembang konsep evaluasi responsif, Guba dan Lincoln
(1989) mengembangkan pendekatan baru dalam penelitian evaluatif yang
disebutnya sebagai evaluasi generasi keempat (fourth generation
evaluation). Pendekatan ini memasukkan konsep siklus hermaneutics
dalam memberikan interpretasi. Dalam menginterpretasikan sesuatu teks
atau sesuatu bagian siklus hermaneutik melibatkan makna dari teks atau
bagian tersebut dan makna secara keseluruhan. Dalam pendekatan ini
Sukris Sutiyatno
174
Guba dan Lincoln merumuskan 12 langkah pelaksanaan penelitian
kualitatif "evaluasi generasi keempat":
a. Pembuatan kontrak: membuat kontrak dengan sponsor atau klien
(yang membutuhkan evaluasi).
b. Pengorganisasian: memilih dan melatih tim evaluator, menyusun
rancangan awal, menyusun kebutuhan logistik, mengidentifikasi
faktor-faktor sosial-politis setempat yang mungkin berpengaruh.
c. Mengidentifikasi pengguna dan pihak terkait: mengidentifikasi
perantara, pengguna, pihak yang diuntungkan dan dirugikan
memilih strategi yang akan digunakan, memperhitungkan kegagalan
dan sanksi bila gagal, dan menyusun persetujuan formal.
d. Pengembangan kerjasama: merancang siklus hermaneutik,
menyusun siklus, membangun kerjasama, mencek kredibilitas
pelaksana evaluasi.
e. Memperluas kerjasama dengan pengguna dan sponsor berdasarkan
informasi baru: Penyempurnaan siklus, menggunakan informasi
dokumenter, melaksanakan wawancara dan observasi, kajian
literatur, penyusunan etika evaluator.
f. Menyaring keluhan-keluhan, kepedulian dan isu-isu: mengiden-
tifikasi keluhan, kepedulian, isu-isu, pemecahan melalui konsensus,
pembuatan catatan-catatan samping sebagai komponen laporan.
g. Memberikan prioritas pada butir-butir yang belum terpecahkan:
proses penentuan prioritas secara partisipatif menyusun butir-butir
prioritas, mengecek kemampuan mengatasi yang menjadi prioritas.
h. Mengumpulkan informasi, dan melengkapinya: mengumpulkan
informasi, melatih penggunaannya melalui: menggunakan siklus
hermaneutik lebih lanjut, mengumpulkan informasi yang ada,
menggunakan instrumen yang ada dan yang baru, melakukan studi
khusus.
i. Menyiapkan agenda untuk negosiasi: merumuskan dan menjelaskan
butir-butir yang belum terpecahkan, menjelaskan kegiatan yang
dipilih, menjelaskan, memperkuat butir yang dipilih, membuang
yang tidak cocok, menyiapkan pelatihan lengkap, mencek agenda.
Metodologi Penelitian
175
j. Melakukan negosiasi: memilih siklus yang tepat, melaksanakan
siklus, membuat penyusunan bersama, mencek kemampuan,
menentukan tindakan.
k. Menyusun laporan: laporan kasus-kasus, dan laporan lengkap.
l. Pengulangan: pengulangan seluruh proses.
E. Langkah-langkah Evaluasi Program
Langkah-langkah pelaksanaan evaluasi program pada dasarnya sama
dengan penelitian evaluatif. Beberapa perbedaan terjadi karena adanya
penambahan atau pcngurangan berkenaan dengan model evaluasi yang
digunakan.
David Strahan, Jewell Cooper dan Martha Wood (2001) berdasarkan
hasil penelitiannya pada Sekolah Menengah dalam rangka penyusunan
rencana penyempurnaan sekolah, dengan fokus mengevaluasi efektivitas
program dan struktur organisasi sekolah, menyarankan langkah-langkah
penelitian evaluatif sebagai berikut.
1) Klarifikasi alasan melakukan evaluasi
Menjelaskan alasan-alasan mengapa evaluasi diadakan. Banyak
alasan yang menjadi latar belakang mengadakan evaluasi. Alasan
tersebut bisa bersumber dari peneliti sendiri, karena peneliti
mempunyai minat yang cukup besar terhadap sesuatu program,
peneliti melihat keunggulan atau keberhasilan, atau sebaliknya
peneliti melihat adanya kelambanan, kejanggalan, dampak negatif,
bahkan kegagalan. Alasan mengadakan penelitian bisa juga
bersumber dari pihak luar, karena adanya tawaran dari lembaga atau
pimpinan pemegang otoritas, karena adanya keluhan dari
masyarakat khususnya masyarakat pengguna.
2) Memilih model evaluasi
Alasan melakukan evaluasi program berhubungan dengan model
evaluasi yang akan digunakan. Alasan karena adanva keunggulan,
keberhasilan dan dampak positif dari suatu program, akan
menggunakan model atau pendekatan yang berbeda dengan alasan
Sukris Sutiyatno
176
karena adanya kelambanan, kegagalan ataupun dampak negatif.
Pemilihan model atau pendekatan penelitian didasarkan atas:
a) tujuan evaluasi dan pertanyaan penelitian,
b) metode pengumpulan data, dan
c) hubungan antara evaluator dengan administrator, melihat
evaluasi, individu-individu dalam program dan organisasi yang
akan dievaluasi.
3) Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait
Identifikasi pihak-pihak terkait atau stakeholders sangat penting
untuk kelancaran pelaksanaan evaluasi. Siapa yang akan yang
dilibatkan dalam perencanaan, dalam pelaksanaan, siapa yang akan
menjadi partner, nara sumber, sumber data, partisipan, dll.
Pelaksanaan evaluasi membutuhkan dukungan, bantuan, kerjasama
dengan berbagai pihak. Hubungan yang kurang harmonis dengan
pihak-pihak tertentu dapat menghambat kelancaran evaluasi, bahkan
bisa menggalkan.
4) Penentuan komponen yang akan dievaluasi
Langkah selanjutnya yang cukup penting dalam evlaluasi program
adalah penentuan komponen yang akan dievaluasi. Sebelum
ditentukan komponen yang akan dievaluasi terlebih dahulu perlu
diidentifikasi komponen-komponen yang ada dalam suatu program,
mana komponen utama dan mana komponen penunjang. Pemilihan
komponen yang akan dievaluasi didasarkan atas pertimbangan:
kesesuaian dengan tujuan evaluasi, manfaat hasil, keluasan dan
kompleksitas komponen, keluasan target populasi, waktu serta biaya
yang tersedia. Komponen utama dari suatu program pendidikan
meliputi:
a) Tujuan program, merupakan sasaran-sasaran atau hasil-hasil
yang ingin dicapai oleh suatu program. Tujuan program harus
dirumuskan secara jelas, rinci dan terukur.
Metodologi Penelitian
177
b) Sumber program, yaitu segala kekuatan yang mendukung
pelaksanaan dan keberhasilan program. Sumber program
mencakup sumber daya nianusia, sarana dan fasilitas, dan biaya.
Sumbar daya pendukung keberhasilan program pendidikan
disebut juga sumber daya pendidikan.
c) Prosedur pelaksanaan program, adalah Iangkah-langkah
pelaksanaan program yang di dalamnya tergambar metode,
teknik, strategi yang digunakan bagi keberhasilan program.
d) Manajemen program, adalah sistem yang digunakan dalam
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memonitor
dan menyempurnakan pelaksanaan program pendidikan.
Pelaksanaan suatu program pendidikan melibatkan banyak pihak,
dan tenaga pelaksana. Koordinasi semua pelaksana program dan
kerjasama dengan berbagai pihak membutuhkan sistem
manajemen yang efisien dan efektif.
5) Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan evaluasi
Rician dari fokus atau aspek-aspek yang dievaluasi dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan, hipotesis atau tujuan. Lee-Cronbach
(1982) mengemukakan dua tahapan perumusan pertanyaan
penelitian evaluatif, yaitu tahapan divergen dan konvergen.
Tahapan divergen, pertanyaan penelitian dirumuskan secara
komprehensif. Sebanyak mungkin pertanyaan, isu, informasi,
kepedulian, dan masalah berkenaan dengan program yang akan
dievaluasi diajukan. Ke dalam pertanyaan-pertanyaan atau
informasi-informasi tersebut terrnasuk kriteria ketercapaiannya.
Tahapan kedua adalah tahapan konvergen. Dalam tahapan ini
pertanyaan-pertanyaan, isu-isu atau informasi-informasi yang
diajukan pada tahapan pertama diseleksi mana yang layak dan
penting diajukan dan mana yang tidak.
Beberapa pertanyaan penting yang bisa diajukan dalam evaluasi
program:
Sukris Sutiyatno
178
a) Tujuan atau sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai oleh program
pendidikan?
b) Kegiatan-kegiatan utama apa yang dilakukan untuk mencapai
sasaran atau target tersebut?
c) Strategi, metode, teknik apa yang digunakan dalam kegiatan
kegiatan tersebut?
d) Bagaimana kondisi sumber daya pendidikan pendukung
pelaksanaan program?
e) Bagaimana manajemen pelaksanaan program dan sumber daya
pendukungnya?
f) Bagaimana tingkat ketercapaian tujuan atau sasaran program
dengan kegiatan dan strategi yang telah dilakukan?
6) Menyusun desain evaluasi dan jadwal kegiatan
Desain evaluasi program pendidikan tidak jauh berbeda dengan de-
sain penelitian, berisi langkah-langkah kegiatan yang akan
dilakukan, sasaran evaluasi (aspek atau komponen serta sampel
evaluasi), teknik pengukuran atau pengumpulan data yang
digunakan, serta para evaluator baik evaluator internal (orang yang
terlibat dalam program) maupun evaluator eksternal (peneliti, ahli
dari luar). Pelaksanaan kegiatan evaluasi disusun dalam jadwal yang
rinci dan kronologis.
7) Pengumpulan dan analisis data
Sebelum pengumpulan data dilakukan kegiatan penting yang harus
dilakukan adalah penyusunan instrumen evaluasi. Intrumen evaluasi
dapat berbentuk tes dan nontes. Instrumen tes bersifat mengukur,
menghasilkan data hasil pengukuran berbentuk angka yang dapat
dianalisis secara statistik. Instrumen tes membutuhan validasi
instrumen, yaitu suatu proses untuk menguji validitas dan reliabilitas
instrumen. Proses validasi instrumen dapat dilihat pada bab
pengukuran dan pengumpulan data. Instrumen non tes
Metodologi Penelitian
179
membutuhkan validasi instrumen walaupun tidak menggunakan
analisis statistik seperti pada instrumen tes.
Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
disusun. Pengumpulan data yang bersifat kuantitatif menggunakan
instrumen-instrumen baku (baik instrumen dan data yang berisifat
kualitatif menggunakan multi metode seperti wawancara, observasi,
dokumen, dsb.
Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif maupun
kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan statistik deskriptif
maupun statistik inferensial, analisis kualitatif menggunakan analisis
naratif-kualitatif. Hasil analisis kuantitatif berbentuk tabel, grafik,
profil, bagan, peta (analisis deskriptif), atau berbentuk skor rata-rata,
koefisien korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur, dsb (analisis
inferensial). Hasil analisis kualitatif berupa deskripsi naratif-
kualitatif tentang hal-hal yang esensial.
8) Pelaporan hasil evaluasi
Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil-hasil analisis,
maka disusunlah laporan hasil evaluasi. Isi dari laporan penelitian
evaluatif hampir sama dengan laporan penelitian biasa mencakup,
rancangan penelitian, metodologi, temuan-temuan serta kesimpulan
dan rekomendasi. Kesimpulan hendaknya berisi jawaban terhadap
pertanyaan atau pembuktian hipotesis yang diajukan. Kesimpulan
dari pertanyaan kualitatif berisi deskripsi tentang hal-hal yang
esensial dari pertanyaan. Rekomendasi berisi masukan-masukan dari
temuan-temuan evaluasi bagi penyempurnaan, perbaikan program.
Rekomendasi hendaknya memperhatikan segi kelayakan praktis,
dirumuskan secara operasional atau rinci.
F. Kesimpulan
Penelitian evaluatif memiliki banyak persamaan dengan kegiatan
evaluasi, perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah dalam tujuan
dan penggunaannya. Hasil dari evaluasi digunakan oleh para pemegang
Sukris Sutiyatno
180
kebijakan untuk penentuan keputusan. Evaluasi dibedakan antara evaluasi
formatif dan sumatif. Evaluasi lebih diarahkan pada mengevaluasi proses
dan hasilnya digunakan untuk memperbaiki program, sedang evaluasi
sumatif lebih difokuskan pada mengevaluasi hasil, dan dimanfaatkan bagi
kepentingan pengguna. Karena basil evaluasi digunakan untuk
pengambilan keputusan, maka kegiatan evaluasi harus memenuhi beberapa
standar, yaitu standar: kebergunaan, kelayakan, kesantunan, dan ketepatan.
Lingkup penelitian evaluatif, dapat mencakup: kurikulum, program
pendidikan, pembelajaran, pendidik, siswa, organisasi, manajemen. Ada
beberpa pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian evaluatif, yaitu
pendekatan yang berorientasi pada: tujuan, pengguna, keahlian, keputusan,
lawan, dan pada partisipan atau naturalistik.
Metodologi Penelitian
181
BAB XII
METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
(Research and Development/R&D)
Tujuan Pembelajaran: Setelah membaca Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat menjelaskan pengertian Penelitian dan Pengembangan (R &
D)
2. Dapat memahami langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R
& D)
3. Dapat menjelaskan potensi dan masalah pada R & D
4. Dapat memahami mengumpulkan Informasi pada R & D
5. Dapat menjelaskan desain produk pada R & D
6. Dapat memahami validasi desain pada R & D
7. Dapat memahami perbaikan desain pada R & D
A. Pengertian Penelitian dan Pengembangan
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya
Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut.
Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-
langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang sudah ada. Produk tersebut dapat berupa perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software). Untuk dapat menghasilkan
produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan
untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di
masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan
produk tersebut. Jadi, penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal
(bertahap bisa multy years). Misalnya penelitian Hibah Bersaing (didanai
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi), adalah penelitian yang
Sukris Sutiyatno
182
menghasilkan produk, sehingga metode yang digunakan adalah metode
penelitian dan pengembangan.
Penelitian dan pengembangan dapat dijadikan sebagai jembatan
penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan
penelitian terapan. Sering adanya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian
dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian terapan yang bersifat praktis.
Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau disambungkan dengan penelitian
dan pengembangan. Suatu produk yang baik yang akan dihasilkan apakah
itu perangkat keras atau perangkat lunak memiliki karakteristik-
karakteristik tertentu (Nana Syaodih, 2005:166).
Pada bidang pendidikan, Borg & Gall (1989:782) menyatakan
bahwa ―It is a process used to develop and validate educational products.
By “product,” we mean not only such things as textbooks, instructional
film, and computer software, but also methods, such as a method of
teaching, and programs, such as a drug education program or a staff
development program. Jadi, R& D di bidang pendidikan adalah suatu
proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-
produk pendidikan. Produk yang dimaksud tidak hanya berupa teksbook,
film-film tentang pengajaran, software computer, tetapi juga metode
pengajaran, dan program-program seperti program pendidikan tentang
drug, atau program pengembangan staff.
Pada bidang industri 4-5% biaya dipergunakan untuk mengadakan
penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan telah
banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam dan Teknik. Hampir
semua produk teknologi, seperti alat-alat elektronika, komunikasi,
transportasi, kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata,
obat-obatan, alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan alat-
alat rumah tangga yang modern diproduk dan dikembangkan melalui
penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode penelitian dan
pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti
psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain-lain (Sugiyono,
2008:297).
Metodologi Penelitian
183
B. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan
Borg & Gall (1989:782) menyatakan bahwa ―The steps of R & D
process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of
studying research finding pertinent to the product to be developed,
developing the product based on these findings, field testing it in the
setting where it will be used eventually, and revising it to correct
deficiencieries found in the field-testing stage”. Jadi,langkah-langkah
proses penelitian dan pengembangan biasanya mengacu pada siklus R &
D, yang terdiri atas temuan-temuan yang berhubungan dengan produk
yang dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan atas temuan-
temuan, uji coba lapangan dan memperbaikinya untuk memperbaiki
kekurangan-kekeurangan yang ditemukan pada waktu uji coba lapangan.
Sementara itu, Sugiyono (2008:298) menggambarkan Langkah-
langkah pelaksanaan penelitian dan pengembangan ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
Gambar 12.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and
Development (R&D)
Sukris Sutiyatno
184
Mengacu pada gambar di atas dapat diberikan penjelasan sebagai
berikut:
1. Potensi dan Masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi
adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai
tambah. Sebagai contoh, di pantai selatan Pulau Jawa, terdapat potensi
angin dan sinar matahari, kedua potensi tersebut dapat dikembangkan
menjadi energi mekanik yang dapat digunakan untuk menggerakkan
sesuatu, misalnya untuk generator pembangkit tenaga listrik, atau untuk
turbin air.
Pada bidang sosial dan pendidikan, misalnya kita punya potensi
penduduk usia kerja yang cukup banyak, sehingga melalui model
pendidikan tertentu dapat diberdayakan sebagai tenaga kerja pertanian atau
industri yang berbasis bahan mentah alam Indonesia. Dalam bidang
budaya/kultur, kita memiliki potensi budaya paternalistik. Budaya tersebut
dapat dimanfaatkan untuk membangun bangsa kalau kita memiliki
pemimpinan yang kuat yang dapat menjadi teladan dalam semua perilaku.
Berdasarkan budaya paternalistik tersebut selanjutnya dapat dikembangkan
model kepemimpinan yang efektif untuk Indonesia.
Masalah, seperti telah dikemukakan adalah penyimpangan antara
yang diharapkan dengan yang terjadi. Pengangguran, dan korupsi, dapat
dipandang sebagai masalah nasional. Masalah ini dapat diatasi melalui
R&D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola,
atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut. Model, pola, dan sistem ini akan ditemukan
dan dapat diaplikasikan secara efektif kalau dilakukan melalui penelitian
dan pengembangan. Tahap pertama adalah melakukan penelitian untuk
menghasilkan informasi tentang profil pengangguran dan korupsi di
Indonesia. Metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode survey
atau kualitatif. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dapat
dirancang model penanganan yang efektif. Untuk mengetahuai efektivitas
model tersebut, maka perlu diuji. Pengujian dapat menggunakan metode
Metodologi Penelitian
185
eksperimen. Setelah model teruji, maka dapat diaplikasikan untuk
mengatasi masalah pengangguran dan korupsi di Indonesia.
Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus
ditunjukkan dengan data empirik. Misalnya potensi energi angin di pantai
harus dapat dikemukakan data berapa kekuatan dan kecepatan angin,
berapa lama dalam satu hari, dari mana arah angin dan lain-lain. Data
angin tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk merancang kincir angin
atau produk lainnya yang dapat menghasilkan energi mekanik atau listrik.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan
uptodate, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang
dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Di sini diperlukan metode
penelitian tersendiri. Metode apa yang akan yang digunakan untuk
penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin
dicapai.
Peneliti, misalnya akan meneliti untuk menghasilkan sistem, metode
kerja atau alat tertentu yang dapat meningkatkan produktivitas kerja
karyawan pada berbagai Unit Pelayanan di Pemerintah Provinsi tertentu.
Dalam hal ini peneliti perlu melakukan penelitian unit-unit pelayanan apa
saja yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat. Misalnya
ditemukan 24 unit yang melakukan pelayanan. Berdasarkan 24 unit
pelayanan tersebut selanjutnya diteliti berapa produktivitas pelayanan yang
dapat diberikan setiap hari. Misalnya produktivitas yang dihasilkan
tersebut termasuk dalam kategori rendah bila dibandingkan dengan tempat
lain, maka harus dianalisis sebab-sebabnya, apakah karena SDM, sistem
kerja, alat atau masyarakat yang dilayani tidak disiplin.
Bila hasil penelitian menunjukkan bahwa, yang menyebabkan
produktivitas kerja unit pelayanan tersebut karena faktor sistem kerja,
maka peneliti akan membuat sistem kerja baru yang diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas kerja. Sistem kerja baru tersebut, adalah
produk yang akan dihasilkan oleh peneliti.
Sukris Sutiyatno
186
3. Desain Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian Research and
Development bermacam-macam. Dalam bidang teknologi, oritentasi
produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia
adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah,
bobot ringan, ergonomic, dan bermanfaat ganda misalnya ( komputer yang
canggih bisa berfungsi untuk pengetikan; gambar, analisis, berfungsi
sebagai TV, Tape, Camera Telpon dll)
Hasil akhir dari kegiatan ini adalah berupa desain produk baru, yang
lengkap dengan spesifikasinya. Misalnya desain motor angkutan hasil
pertanian di pedesaan, maka spesifikikasi yang utama adalah: kapasitas
angkut untuk orang dan barang, kecepatan kendaraan, pemakaian bahan
bakar, lebar, tinggi dan berat kendaraan, kualitas kendaraan, nilai
ekonomis, serta kemampuan masyarakat untuk membeli kendaraan
tersebut (harga kendaraan).
Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan,
sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan
membuatnya. Dalam bidang teknik, desain produk harus dilengkapi
dengan penjelasan mengenai bahan-bahan yang digunakan untuk membuat
setiap komponen pada produk tersebut, ukuran dan toleransinya, alat yang
digunakan untuk mengerjakan, serta prosedur kerja. Dalam produk yang
berupa sistem perlu dijelaskan mekanisme penggunaan sistem tersebut,
cara kerja, berikut kelebihan dan kekurangannya.
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah
rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan
lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena
validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional,
belum fakta lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan
beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai
produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai
Metodologi Penelitian
187
desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan
kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi.
Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai
ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya.
5. Perbaikan Desain
Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan
para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan
tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki
desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau
menghasilkan produk tersebut.
6. Uji Coba Produk
Seperti telah dikemukakan, kalau dalam bidang teknik, desain
produk yang telah dibuat tidak bisa langsung diuji coba dulu, tetapi harus
dibuat terlebih dulu, menghasilkan barang, dan barang tersebut yang
diujicoba. Misalnya desain sistem informasi pemasaran, setelah divalidasi
dan direvisi, maka selanjutnya rancangan dapat dibuat dalam bentuk
prototipe. Prototipe inilah yang selanjutnya diuji coba dengan
menggunakan metode eksperimen (Lihat metode penelitian eksperimen
pada BAB X).
Penelitian-penelitian di bidang pendidikan, umumnya tidak selalu
diarahkan pada pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk
menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan fenomena fenomena
yang bersifat fundamental melalui basic research, serta praktik-praktik
pendidikan melalui applied research. Model penelitian dan pengembangan
yang berhubungan dengan pendidikan, menurut Borg & Gall (2003:570)
model penelitian ini mencakup sepuluh langkah pelaksanaan penelitian
yang dapat dilihat pada gambar 12.2 di bawah:
Sukris Sutiyatno
188
Gambar 12.2 Tahapan Penelitian dan Pengembangan
C. Kesimpulan
Research and Development adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tersebut. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau
langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang sudah ada. Produk tersebut dapat berupa
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
Langkah-langkah peneltian dan pengembangan adalah: (1) Potensi
dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi
desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi Produk, (8) Uji
coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produk masal.
Metodologi Penelitian
189
BAB XIII
PENELITIAN TINDAKAN
Tujuan Pembelajaran: Setelah membaca Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Dapat menjelaskan konsep penelitian tindakan
2. Dapat memahami karakteristik penelitian tindakan
3. Dapat menjelaskan tujuan penelitian tindakan
4. Dapat memahami langkah-langkah penelitian tindakan
5. Dapat memahami manfaat penelitian tindakan
6. Dapat menjelaskan beberapa model penelitian tindakan
A. Konsep Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan berasal dari istilah bahasa action research.
Penelitian ini merupakan perkembangan baru yang muncul pada tahun
1940-an sebagai salah satu model penelitian yang muncul di tempat kerja,
tempat di mana peneliti melakukan pekerjaan sehari-hari. Misalnya, kelas
merupakan tempat penelitian bagi para guru, sekolah menjadi tempat
peneliti dari para kepala sekolah. Penelitian ini juga dapat dilakukan di
desa tempat masyarakat beraktivitas, menjadi tempat penelitian bagi para
petugas penyuluh masyarakat. Mereka dapat melakukan kegiatan
penelitian untuk memperbaiki kinerja mereka tanpa harus pergi ke tempat
lain, seperti para peneliti konvensional lainnya. Moleong (2005)
menyatakan Penelitian tindakan (action research) adalah penelitian baik
kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian tindakan adalah cara melakukan
masalah pada saat yang bersamaan. Penelitian tindakan ini merupakan
metode yang didasarkan pada tindakan masyarakat yang seringkali
diselenggarakan pada suatu latar yang luas, seperti di rumah sakit, pabrik,
sekolah dan lain sebagainya.
Suyanto (1997) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai suatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-
Sukris Sutiyatno
190
praktik pembelajaran di kelas secara professional. Penelitian tindakan
bersifat reflektif. Artinya, dalam proses penelitian guru sebagai peneliti
selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak tindakan terjadi di
kelas. Dari pemikiran tersebut, guru kemudian mencari pemecahannya
dengan melakukan tindakan-tindakan pembelajaran tertentu.
Kemmis 1983 (Syamsudin & Vismia, 2011:191) menyatakan bahwa
penelitian tindakan merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam
praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh
dampak nyata dari situasi. Penelitian tindakan merupakan pengembangan
penelitian terapan atau applied research, dalam hal ini cirri-cirinya: (1)
peneliti merupakan pemeran aktif dalam kegiatan pokok; (2) peneliti
adalah agen perubahan (agent of change); dan (3) subyek atau obyek yang
diteliti memperoleh manfaat dari hasil tindakan yang diberikan secara
terencana oleh peneliti.
Menurut Herbert (1990:29) Action research involves „the carefully
documented (and monitored) study of an attempt by you…to actively solve
a problem and/or change a situation. Sometimes referred to as participant
observer, it involves working on specific problem or project with a subject
or, more usually, an organization and evaluating the result.
Ada beberapa keunggulan, ketika melakukan penelitian dengan
menggunakan metode tindakan, yaitu sebagai berikut:
1. Mereka tidak harus meningkalkan tempat kerjanya.
2. Mereka dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah
direncanakan.
3. Bila treatment (perlakuan) dilakukan pada responden maka
responden dapat merasakan hasil treatment (perlakuan) dari
penelitian tindakan tersebut.
Tiga keunggulan dari penelitian tindakan ini, tidak dimiliki oleh
penelitian dengan metode yang telah kita bahas sebelumnya. Action
research is the way groups of people can organize III ( conditions under
which they can learn from their own experiences and make their
experiences accessible to other (Kemmis dan Mc Taggart, 1982).
Metodologi Penelitian
191
Dengan kata lain, penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok
atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat
mempelajari pengalaman mereka dan membuat pergalaman mereka dapat
diakses orang lain. Dalam kenyataannya, penelitian tindakan dapat
dilakukan baik secara grup maupun individual dengan harapan
pengalaman mereka dapat ditiru atau diakses untuk memperbaiki kualitas
kerja orang lain. Secara praktis, penelitian tindakan pada umumnya sangat
cocok untuk meningkatkan kualitas subjek yang hendak diteliti. Subjek
penelitian tindakan ini dapat berupa kelas (Sukidin dkk., 2001) maupun
sekelompok orang yang bekerja di industri atau lembaga sosial lain yang
berusaha meningkatkan kualitas kinerja. Penelitian tindakan merupakan
pengembangan penelitian terapan atau applied research, dalam hal ini
peneliti bersifat sebagai: (1) pemeran aktif kegiatan pokok; (2) agen
perubahan atau agent of change ; (3) subjek atau objek yang diteliti
memperoleh manfaat dari hasil tindakan yang diberikan secara terencana
oleh si peneliti.
Butir ketiga ini merupakan butir penting dari perkembangan pene-
litian, karena selama ini bila seorang peneliti melakukan kegiatan
penelitian maka responden hanya digunakan sebagai pemberi informasi
dan tidak tahu hasil penelitian maupun tidak memperoleh manfaat dari
penelitian tersebut. Dilihat dari aspek historis, penelitian tindakan pertama
kali dikembangkan oleh seorang psikolog sosial (Kurt Lewin, 1946). Di
tempat kerjanya, dia mengembangkan model penelitian selama beberapa
tahun yang kemudian terkenal sebagai action research, yaitu serangkaian
eksperimen terhadap kemunitas masyarakat pada waktu itu di negara
Amerika Serikat pada masa pascaperang. Penelitian tindakan dilakukan
Lewin, utamanya berkaitan dengan pekerjaannya dalam bermacam-macam
konteks perumahan terpadu.
Ada dua pemikiran kritis yang pada umumnya muncul dari keber-
adaan bentuk penelitian dengan menggunakan metode tindakan, yaitu ide
yang muncul dari suatu grup dan adanya komitmen dari para peneliti
terhadap peningkatan subjek yang diteliti menjadi lebih baik. Ide yang
muncul berkaitan dengan bagaimana pengembangan pekerjaan dilihat dari
Sukris Sutiyatno
192
si peneliti, sedangkan komitmen yang muncul adalah bagaimana
memperbaiki subjek yang diteliti. Bermula dari keadaan yang ada
kemudian ditingkatkan menggunakan perlakuan yang sesuai agar merjadi
lebih baik pada waktu yang telah direncanakan.
B. Karakteristik Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan dapat menjembatani kesenjangan antara teori
dan praktik. Hal itu dapat terjadi karena setelah meneliti kegiatannya
sendiri di kelas sendiri dengan melibatkan siswanya sendiri, guru
memperoleh balikan yang bagus yang sistematikanya untuk perbaikan
praksis pembelajarannya. Dengan demikian, guru dapat membuktikan
apakah suatu teori belajar mengajar dapat diterapkan dengan baik atau
tidak di kelas yang diajarnya. Guru dapat mengadaptasi atau mengadopsi
teori itu untuk diterapkannya di kelasnya agar pembelajarannya efektif dan
efisien, optimal, dan fungsional (Leo, 2003:6).
Penelitian tindakan mempunyai beberapa karakteristik yang sedikit
berbeda bila dibandingkan dengan penelitian formal lainnya. Beberapa
karakteristik penting tersebut di antaranya, seperti:
1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang
dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.
2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan
yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus
meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh
subjek yang diteliti.
3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk
siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja
kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.
4. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflective thinking dari
peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan. Reflective thinking
ini penting untuk melakukan retrospeksi (kaji ulang) terhadap
tindakan yang telah diberikan dan implikasinya yang muncul pada
subjek yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan.
Metodologi Penelitian
193
Karakteristik penelitian tindakan lainnya adalah sifatnya yang
kolaboratif. Penelitian ini dapat dikerjakan dengan cara kolaborasi dengan
dosen maupun dengan teman sejawat. Guru yang berkolaborasi dengan
dosen akan banyak menerima masukan tentang prosedur penelitian
tindakan kelas yang benar dan mungkin dosen juga sebagai mitra diskusi
yang baik untuk dapat merumuskan masalah yang tepat maupun
menentukan hipotesis tindakan yang baik, serta untuk analisis data
penelitian. Sebaliknya dosen dapat memperoleh masukan yang berharga
dari orang yang benar-benar berkecimpung di kancah yang tahu secara
konkrits tentang permasalahan yang terjadi di kelasnya. Lebih jauh dapat
terbentuk hubungan kesejawatan yang harmonis antara guru dengan guru
ataupun guru dengan dosen. Kehadiran dosen dalam kancah penelitian
tindakan adalah sebagai mitra sejawat dan bukan sang maha tahu yang
akan mendikte guru dalam penelitian.
C. Tujuan Penelitian Tindakan
Tujuan penelitian tindakan tidak lain adalah untuk misalnya dapat
dipergunakan untuk memperbaiki praksis pembelajaran. Dengan penelitian
tindakan diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih baik.
Guru dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanannya dalam mengajar dan
pada gilirannya prestasi atau kinerja siswa akan meningkat. Secara lebih
luas penelitian tindakan juga merupakan instrumen untuk dapat
meningkatkan pelayanan sekolah secara keseluruhan terhadap anak didik
dan masyarakat. Penelitian tindakan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah. Sumardi (2004:94) menyatakan penelitian
tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau
cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan
langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain.
Secara umum penelitian tindakan mempunyai tujuan seperti berikut.
1. Merupakan salah satu cara strategi guna memperbaiki layanan
maupun hasil kerja dalam suatu lembaga.
2. Mengembangkan rencana tindakan guna meningkatkan apa yang
telah dilakukan sekarang.
Sukris Sutiyatno
194
3. Mewujudkan proses penelitian yang mempunyai manfaat ganda baik
bagi peneliti yang dalam hal ini mereka memperoleh informasi yang
berkaitan dengan permasalahan maupun pihak subjek yang diteliti
dalam mendapatkan manfaat langsung dari adanya tindakan nyata.
4. Tercapainya konteks pembelajaran dari pihak yang terlibat, yaitu
peneliti dan para subjek yang diteliti
5. Timbulnya budaya meneliti yang terkait dengan prinsip sambil
bekerja dapat melakukan penelitian di bidang yang ditekuninya.
6. Timbulnya kesadaran pada subjek yang diteliti sebagai akibat
adanya tindakan nyata untuk meningkatkan kualitas.
7. Diperolehnya pengalaman nyata yang berkaitan erat dengan usaha
peringkatan kualitas secara profesional maupun akademik.
Penelitian tindakan mempunyai fungsi pengembangan nilai-nilai
yang lebih luas. Stringer 1993 (Nana Syaodih 2005:143) mengemukakan
empat nilai dasar yang dikembangkan melalui penelitian tindakan yaitu:
(1) Demorcatic—enabling participation of people; (2) Equitable—
acknowledging people quality of worth; (3) Liberating—providing freedom
from oppressive, debilitating conditions; and (4) Enhancing—enabling the
expression of people full human potential.
D. Langkah-langkah Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan secara garis besar, peneliti pada umumnya
mengenal adanya empat langkah penting, yaitu pengembangan Plan
(Perencanaan), Act (Tindakan), Observe (Pengamatan), dan Reflect
(Perenungan), atau disingkat PAOR yang dilakukan secara intensif dan
sistematis atas seseorang yang mengerjakan pekerjaan sehari-harinya.
Keempat langkah penting tersebut dapat diuraikan secara singkat seperti
berikut:
1. Rencana
Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk
meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan,
rencana tindakan harus berorientasi ke depan. Di samping itu,
Metodologi Penelitian
195
perencana harus menyadari sejak awal bahwa tindakan sosial pada
kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan mempunyai risiko. Oleh
karena itu, perencanaan yang dikembangkan harus fleksibel untuk
mengadopsi pengaruh yang tidak dapat dilihat dan rintangan yang
tersembunyi. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya
lebih menekankan pada sifat-sifat strategik yang mampu menjawab
tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal
rintangan yang sebenarnya.
2. Tindakan
Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan
yang terkontrol secara saksama. Tindakan dalam penelitian tindakan
harus hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini
dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada
rencana yang rasional dan terukur. Tindakan yang baik adalah
tindakan yang mengandung tiga unsur penting, yaitu perbaikan
praktik, perbaikan pemahaman baik secara individu maupun
kolaborasi, dan perbaikan situasi di mana suatu kegiatan
berlangsung.
3. Observasi
Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi
mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek.
Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam
unggulan seperti: memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-
dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang.
Observasi yang hati-hati dalam hal ini sangat diperlukan untuk
mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil peneliti, yang
disebabkan oleh adanya keterbatasan menembus rintangan yang ada
di lapangan. Seperti dalam perencanaan, observasi yang baik adalah
observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala
yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.
Sukris Sutiyatno
196
4. Reflektif
Langkah keempat adalah langkah reflektif. Langkah ini merupakan
sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah
dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam
observasi. Langkah reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran
yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu, dan hambatan
yang muncul dalam perencanaan tindakan strategik. Langkah
reflektif ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi situasi
sosial dan isu sekitar yang muncul sebagai konsekuensi adanya
tindakan terencana.
Langkah reflektif ini dalam praktis biasanya direalisasi melalui
diskusi sesama partisipan, seminar antara partisipan maupun antara
para peneliti dengan partisipan. Hasil reflektif ini penting untuk
melakukan tiga kemungkinan yang terjadi terhadap perencanaan
semula terhadap suatu subjek penelitian, yaitu diberhentikan,
modifikasi atau dilanjutkan ke tingkatan atau daur selanjutnya. Di
samping itu, langkah reflektif juga berguna untuk melakukan
peninjauan, membuat gambaran kerja yang hidup dalam situasi
proses penelitian, hambatan yang muncul dalam tindakan dan
kemungkinan lain yang muncul selama proses penelitian. Keempat
langkah tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 13.1. Empat Langkah dalarn Penelitian Tindakan
Rekonstruktif Konstruktif
Discourse
(antar partisipan)
1. Reflektif guna Penilaian
atas observasi
1. Rencana yang terhadap
tindakan dan
berorientasi ke depan
Praktis
(dalam konteks
sosial)
2. Observasi melakukan
dokumentasi atas
pengaruh tindakan
2. Tindakan melaksanakan
Kegiatan atas dasar
rencana
Metodologi Penelitian
197
E. Manfaat Penelitian Tindakan
Manfaat penelitian tindakan kelas adalah (1) inovasi pembelajaran,
(2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, (3) penigkatan
profesionalitas guru (Suyanto, 1997). PTK akan sangat bermanfaat untuk
mengembangkan proses belajar mengajar di kelas. Sebuah teknik, metode,
atau pendekatan yang dikembangkan oleh guru berdasarkan
pengetahuannya tentang teori belajar dan mengajar yang sesuai dengan
bidang studinya terus dikaji oleh guru untuk dapat dilihat efektifitasnya
dikelas tempat guru itu mengajar. Hal itu akan terus dilakukan oleh guru
yang setiap tahun akan berhadapan dengan anak-anak yang berbeda, baik
tingkat kelas, tingkat umur, latar sosial budayanya, maupun latar
kecerdasannya. Dengan demikian, guru akan dapat mengembangkan
proses belajar mengajar yang optimal bagi anak didiknya yang ada di kelas
yang diasuhnya. Proses belajar mengajar terus-menerus dikembangkan dan
terjadilah inovasi dalam proses belajar mengajar.
PTK merupakan media refleksi bagi setiap guru untuk
mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah atau kelas yang mereka
ampu. Pemilihan tujuan yang tepat, materi yang sesuai, serta metode
ataupun teknik serta media yang tepat adalah sasaran yang dapat
dicapainya. Guru professional adalah guru yang secara terus menerus mau
belajar untuk menjadi guru yang terbaik bagi anak didiknya. Oleh karena
itu, perubahan yang terus menerus harus dikembangkannya. Dengan
penelitian tindakan kelas, guru pada hakikatnya akan semakin bertambah
profesional karena guru akan terus melakukan refleksi proses belajar
mengajarnya.
F. Beberapa Model Penelitian Tindakan
Dalam perkembangannya, penelitian tindakan berkembang sesuai
dengan sasaran dan keadaan tempat yang menjadi objek penelitian. Ada
beberapa model penelitian tindakan. Keempat model tersebut sesuai
dengan nama pengembangnya, yaitu model Kemmis dan Taggart, model
Ebbut, model Elliot, model McKernan dan model Hopkins
Sukris Sutiyatno
198
1. Model Kemmis
Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin
Me Taggart tahun 1988. Mereka menggunakan empat komponen
penelitian tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi)
dalam suatu sistem spiral yang paling terkenal. Antara langkah satu
dengan langkah berikutnya yang secara singkat akan dapat
digambarkan seperti berikut:
Gambar 13.1 Siklus Model Kemmis
2. Model Ebbut
Model ini terdiri dari tiga tingkatan atau daur. Pada tingkat
pertama, ide awal dikembangkan menjadi langkah tindakan pertama,
kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor implementasi
pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat
secara sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi.
Catatan monitoring tersebut digunakan sebagai bahan revisi rencana
umum tahap kedua.
Pada tingkat kedua ini, rencana umum hasil revisi dibuat
langkah tindakannya, dilaksanakan, monitoring efek tindakan yang
terjadi pada subjek yang diteliti, dokumentasikan efek tindakan
tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk ke
tingkat ketiga.
Metodologi Penelitian
199
Pada tingkatan ini, tindakan seperti yang dilakukan pada
tingkat sebelumnya, dilakukan, didokumentasi efek tindakan,
kemudian kembali ke tujuarn umum penelitian tindakan untuk
mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat
terpecahkan. lihat label siklus seperti di bawah in
Tabel 13.2. Siklus Model Ebbut
Tingkat I Tingkat 2 Tingkat 3
- Ide awal identifikasi
permasalahan tujuan
dan manfaat.
- Langkah tindakan
Monitoring efek
tindakan
- Revisi rencana
umum
- Langkah tindakan
Monitor efek
tindakan sebagai
bahan untuk masuk
ke tingkatan ketiga
- Revisi ide umum
Rencana diperbaiki
Langkah tindakan
- Monitor efek tindakan
sebagai bahan evaluasi
tujuan penelitian.
3. Model Elliot
Model ini dikembangkan oleh dua orang sahabat, yaitu Elliot
dan Edelman. Mereka mengembangkan dari model Kemmis dibuat
dengan lebih rinci pada setiap tingkatannya, agar lebih memudahkan
dalam tindakannya. Proses yang telah dilaksanakan dalam semua
tingkatan tersebut digunakan untuk menyusun laporan penelitian.
Gambar 13.2.Siklus Model Elliot
Peninjauan Ide Utama Perencanaan
Tindakan 2 Tindakan 1 Monitor
Sukris Sutiyatno
200
Dalam penelitian tindakan model Elliot ini, setelah
ditemukannya ide dan permasalahan yang menyangkut dengan
peningkatan praktis maka dilakukan tahapan peninjauan ke
lapangan. Tujuan peninjauan adalah untuk melakukan semacam
studi kelayakan untuk mensinkronkan antara ide utama dan
perencanaan dengan kondisi lapangan, sehingga diperoleh
perencanaan yang lebih efektif dan dibutuhkan subjek yang diteliti.
Setelah diperoleh perencanaan yang baik sesuai dengan
keadaan lapangan maka tindakan yang terencana dan sistematis
dapat diberikan kepada subjek yang diteliti. Pada akhir tindakan,
peneliti melakukan kegiatan monitoring terhadap efek tindakan yang
mungkin berupa keberhasilan dan hambatan disertai dengan faktor-
faktor penyebabnya.
Atas dasar hasil monitoring tersebut, peneiliti dapat
menggunakannya sebagai bahan perbaikan yang dapat diterapkan
pada langkah tindakan kedua dan seterusnya sampai diperoleh
informasi atau kesimpulan tentang apakah permasalahan yang telah
dirumuskan dapat dipecahkan.
4. Model McKernan
Pada model McKernan, ide umum telah dibuat lebih rinci,
yaitu dengan diidentifikasinya permasalahan, pembatasan masalah
dan tujuan, penilaian kebutuhan subjek, dan dinyatakannya hipotesis
atau jawaban sementara terhadap masalah di dalam setiap tingkatan
atau daur, yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa pada setiap
daur tindakan yang ada setelah dievaluasi guna melihat hasil
tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat
dicapai. Jika ternyata tindakan yang diberikan sudah dapat
memecahkan masalah maka penelitian dapat diakhiri. Apabila hasil
penelitian belum dapat memecahkan permasalahannya maka peneliti
dapat hasil pada tingkatan berikutnya. Siklus model McKernan
tersebut dapat dilihat seperti berikut:
Metodologi Penelitian
201
Gambar 13.3.Siklus Model McKerman
5. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1992)
Model yang dikembangkan oleh Hopkins 1985 siklus PTK
yang bersifat spiral menggunakan empat komponen penelitian
tindakan (perencanaan tindakan perbaikan, pelaksanaan tindakan
dan observasi, dan melakukan refleksi terhadap tindakan dan
perencanaan tindak lanjut). Siklus akan berakhir apabila target
perbaikan telah tercapai
Redifinisi
Permasalahan
Penetapan
Hasil 2
Identifikasi permasalaha
n
Hasil
Daur Daur 2 Daur 1
Evaluasi tindakan
1
Implikasi tindakan
1
Penilaian
Kebutuhan
Tindakan 2
Hipotesis ide Implikasi tindakan 2
Penilaian kebutuhan
Reevaluasi tindakan
2
Tindakan 1
Hipotesis ide
Sukris Sutiyatno
202
.Gambar 13.4 Spiral Penelitian Tindakan Model Hopkins
6. Perbandingan PTK dengan Penelitian Formal
Berdasarkan pengalaman beberapa guru yang melaksanakan
PTK dan berkolaborasi dengan dosen LPTK masih sering terjadi
kesenjangan persepsi. Dosen kadang masih sering menempatkan
dirinya sebagai seorang pakar dengan berbagai penguasaan
metodologi penelitian yang harus mengarahkan bahkan kadang
mendikte gagasannya kepada guru pelaksana PTK. Dampaknya
permasalahan akhirnya tidak berakar di kelas di mana guru
melaksankan tugasnya. Guru sering kurang memahami
permasalahan yang dilontarkan oleh dosen. Hal tersebut terjadi
berhubungan dengan pendekatan penelitian yang diterapkannya,
yaitu penelitian formal. Oleh karena itu, untuk menghindari salah
persepsi pada waktu kolaborasi harus memahami perbedaan
penelitian formal dan penelitian yang berbasis PTK.
Metodologi Penelitian
203
Menurut Nana Syaodih (2005:141) ada beberapa perbedaan
penelitian biasa dengan penelitian tindakan yang dapat dilihat pada table di
bawah ini:
Tabel 13.3 Perbedaan Penelitian Biasa dan Penelitian Tindakan
Apa Penelitian Biasa Penelitian Tindakan
Siapa Dilakukan oleh para
professor, ahli, dan peneliti
khusus
Dilakukan oleh para pelaksana
dalam kegiatan yang menjadi
tugasnya
Di Mana Dalam lingkungan di mana
variabel dapat dikontrol
Di dalam lingkungan kerja atau
lingkungan tugasnya sendiri
Bagaimana Menggunakan pendekatan
kuantitatif, menguji
signifikansi statistik,
hubungan sebab akibat
antar variabel
Menggunakan pendekatan
kualitatif menggambarkan apa
yang sedang berjalan dan
ditujukan untuk mengetahui
dampak dari kegiatan tersebut
Mengapa Menemukan kesimpulan yang dapat digeneralisasi
Melakukan tindakan dan mendapatkan hasil positif dari
perubahan yang dilakukan dalam
lingkungan kerja atau tugasnya
Sementara itu, Leo (2003:10) menyatakan perbandingan
karakteristik penelitian tindkan kelas dan penelitian formal dijelaskan
dalam table di bawah ini:
Tabel 13.4 Perbandingan Karakteristik PTK dan Penelitian Formal
Dimensi PTK Penelitian Formal
Motivasi
Tindakan Kebenaran
Sumber Masalah
Diagnosis status Induksi-deduksi
Tujuan Mengembangkan praksis
pembelajaran
Verifikasi dan
menemukan
pengetahuan yang dapat
digeneralisasi
Keterlibatan peneliti Oleh pelaku dari dalam Oleh orang luar
Sampel Kasus khusus Sampel representative
Sukris Sutiyatno
204
Metodologi Longgar, tetapi berusaha
objektif
Baku objektif yang
melekat
Tafsiran temuan Memahami praksis melalui refleksi dan
penteorian oleh praktisi
Memerikan, mengabstrakkan
membangun teori oleh
ilmuwan
Hasil akhir Pembelajaran yang lebih
baik bagi siswa (proses
dan produk)
Menguji pengetahuan,
prosedur, dan material
G. Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas
secara professional. Penelitian tindakan bersifat reflektif. Artinya, dalam
proses penelitian guru sebagai peneliti selalu memikirkan apa dan
mengapa suatu dampak tindakan terjadi di kelas. Dari pemikiran tersebut,
guru kemudian mencari pemecahannya dengan melakukan tindakan-
tindakan pembelajaran tertentu. Secara garis besar penelitian tindakan
biasannya mencakup empat langkah penting, yaitu pengembangan Plan
(Perencanaan), Act (Tindakan), Observe (Pengamatan), dan Reflect
(Perenungan), atau disingkat PAOR yang dilakukan secara intensif dan
sistematis atas seseorang yang mengerjakan pekerjaan sehari-harinya
PTK akan sangat bermanfaat untuk mengembangkan proses belajar
mengajar di kelas. Sebuah teknik, metode, atau pendekatan yang
dikembangkan oleh guru berdasarkan pengetahuannya tentang teori belajar
dan mengajar yang sesuai dengan bidang studinya terus dikaji oleh guru
untuk dapat dilihat efektifitasnya dikelas tempat guru itu mengajar.
Ada beberapa model penelitian tindakan. Model-model tersebut
sesuai dengan nama pengembangnya, yaitu model Kemmis dan Taggart,
model Ebbut, model Elliot, model McKernan dan model Hopkins.
Metodologi Penelitian
205
BAB XIV
MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
Tujuan Pembelajaran: Setelah membaca Bab ini anda diharapkan
akan dapat:
1. Menjelaskan pentingnya laporan penelitian
2. Memahami berbgai macam format/sistematika laporan penelitian
3. Memahami cara penulisan daftar pustaka
A. Tujuan
Laporan suatu penelitian ilmiah ditulis setelah seluruh proses
kegiatan penelitian termasuk pembahasan hasil penelitian telah selesai
dilakukan. Jadi laporan penelitian ditulis agar peneliti dapat
mengkomunikasikan pikiran berdasarkan penemuan-penemuan baik yang
berupa pengetahuan baru, teori baru maupun teknologi baru yang
dihasilkan melalui proses ilmiah. Demikian pula laporan penelitian
dimaksudkan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan baru agar orang
lain dalam hal ini pembaca dapat mengetahui, memahami, dan diharapkan
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif terhadap
hasil penelitian.
Laporan hasil penelitian menjelaskan permasalahan yang diteliti,
mengapa hal tersebut perlu diteliti, bagaimana proses dan langkah-langkah
penelitian dilakukan dan diakhiri dengan kesimpulan dan rekomendasi
peneliti. Dengan pemaparan yang obyektif terperinci dan sistematis maka
pembaca dapat memahami secara mudah hasil penelitian. Oleh karena itu,
penulisan laporan hasil penelitian dilakuan dengan menggunakan cara-cara
yang sudah lazim mengacu pada tradisi ilmiah.
B. Sistematika Laporan Penelitian
Di bawah ini disajikan penyusunan laporan penelitian kualitatif,
kuantitatif, penelitian pengembangan, dan penelitian dengan metode
campuran kuantitatif dan kualitatif, action research dan penelitian system
Sukris Sutiyatno
206
informasi dan teknologi informasi yang secara garis besar sistematikanya
dapat dijelakan sebagai berikut:
1. Penelitian kuantitatif
Laporan penelitian kuantitatif mencakup: apa yang diteliti, alasan
hal tersebut diteliti, cara melaksanakan penelitian, hasil-hasil yang
diperoleh, dan kesimpulan penelitian. Laporan hasil penelitian
kuantitatif disajikan menggunakan sistematika/struktur sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
B. Kajian Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Pikir
D. Hipotesis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis atau Desain Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan SampelPenelitian
D. Variabel Penelitian
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
G. Teknik Analisis Data
Metodologi Penelitian
207
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
B. Analisis Data
C. Pembahasan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Implikasi
C. Keterbatasan Penelitian
D. Saran
2. Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki fokus yang jelas. Fokus dapat berupa
masalah, objek evaluasi, atau pilihan kebijakan, yang tercermin
dalam laporan penelitian yang memiliki struktur dan bentuk koheren
dengan maksud penelitian. Laporan hasil penelitian kualitatif
disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam.
Sistematika laporan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah dan atau Fokus Penelitian
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
B. Kajian Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Pikir
D. Pertanyaan Penelitian
Sukris Sutiyatno
208
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Subjek dan Objek Penelitian
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
E. Keabsahan Data
F. Teknik Analisis Data
BAB IV HASILPENELITIAN
A. Deskripsi dan Analisis Data
B. Pembahasan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Implikasi
C. Keterbatasan Penelitian
D. Saran
3. Penelitian pengembangan
Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tersebut. Sistematika laporan hasil penelitian pengembangan
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah dan atau Fokus Penelitian
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Pengembangan
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
G. Manfaat Pengembangan
H. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian
Metodologi Penelitian
209
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
B. Kajian Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Pikir
D. Pertanyaan Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
B. Prosedur Penelitian
C. Uji Coba Produk
D. Desain Uji Coba
E. Subjek Coba
F. Jenis Data
G. Instrumen Pengumpulan Data
H. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Uji Coba
B. Analisis Data
C. Revisi Produk
D. Kajian Produk Akhir
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan tetang Produk
B. Keterbatasan Penelitian
C. Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan
Produk Lebih Lanjut
4. Penelitian campuran kuantitatif dan kualitatif
Pada penelitian mix research atau penelitian dengan metode
campuran kuantitatif dan kualitatif, harus dijelaskan kedudukan
penggunaan setiap metode, apakah metode kuantitatif digunakan
untuk memperoleh hasil yang digunakan sebagai landasan untuk
Sukris Sutiyatno
210
melakukan penelitian lebih mendalam secara kualitatif, ataukah
metode kualitatif digunakan untuk memperoleh landasan yang kuat
dalam penelitian secara kualitatif, Laporan penelitian dengan mix
research harus memiliki fokus yang jelas, dan memenuhi kaidah
penggunaan metode kualitatif kuantitatif. Sistematika yang
digunakan adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah dan atau Fokus Penelitian
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Pikir
D. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
C. Lokasi Penelitian
D. Populasi dan Sampel Penelitian
E. Variabel Penelitian
F. TeknikPengumpulan Data
G. Instrumen Penelitian
H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
I. Teknik Analisis Data
Metodologi Penelitian
211
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
B. Analisis Data
C. Pembahasan atau Diskusi Temuan dan Hasil Analisis
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Implikasi
C. Keterbatasan Penelitian
D. Saran
5. Penelitian Tindakan Kelas (Action Research)
Penelitian Tindakan kelas adalah penelitian yang dimaksudkan
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Sistematika laporan
penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah dan atau Fokus Penelitian
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
B. Kajian Teori
C. Hasil Penelitian yang relevan
D. Kerangka Pikir
E. Hipotesis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Sukris Sutiyatno
212
C. Subjek Penelitian
D. Jenis Tindakan
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur dan Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V SARAN DAN SIMPULAN
A. Simpulan
B. Implikasi
C. Keterbatasan Penelitian
D. Saran
6. Penelitian Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
Struktur laporan penelitian atau proyek dalam penelitian sistem
informasi yang berhubungan dengan pengembangan sistem
perangkat lunak menurut Dawson (2009:189) struktur laporannya
adalah sebagai berikut:
BAB I INTRODUCTION (PENDAHULUAN)
BAB II LITERATURE REVIEW (KAJIAN PUSTAKA)
BAB III REQUIREMENTS (PERSYARATAN)
BAB IV DESIGN (RANCANGAN)
BAB V IMPLEMENTATION AND TEST (IMPLEMENTASI
DAN UJICOBA)
BAB VI EVALUATION (EVALUASI)
BAB VII CONCLUSION (KESIMPULAN)
Berdasarkan struktur laporan penelitian atau proyek tersebut di atas
dapat diperjelas dengan gambar di bawah ini yang menjelaskan relasi antar
bab:
Metodologi Penelitian
213
Gambar 14.1 Struktur hubungan antar bab pada laporan penelitian
Gambar 14.1 di atas menjelaskan bagaimana bab-bab dalam struktur
laporan pengembangan sistem berkaitan satu dengan yang lain. Contoh,
bab kesimpulan mengevaluasi keseluruhan proyek, bagaimana baik
kesimpulan tersebut mencapai dan dapat memenuhi tujuan dan sasaran
dan bagaimana kesimpulan sesuai dan mendukung kebutuhan kerja di
lapangan yang tercakup dalam kajian teori. Pada bab evaluasi menilai
system yang dikembangkan dengan persyaratan-persyaratan yang original
dan mengevaluasi apakah persyaratan-persyaratan tersebut tepat; pada bab
implementasi membahas bagaimana software diimplementasikan dan
bagaimana implementasi mengikuti rancangan yang telah disajikan pada
bab-bab sebelumnya.
Model-model lain struktur penulisan laporan penelitian/proyek
sistem informasi Berndtsson et al. (2008:128-131) menyarankan struktur
laporan penelitian/proyek sebagai berikut:
CHAPTER I INTRODUCTION (PENDAHULUAN)
CHAPTER II BACKGROUND (LATAR BELAKANG)
CHAPTER III PROBLEM DESCIPTION AND PROBLEM
STATEMENTS (GAMBARAN MASALAH DAN
PERNYATAAN MASALAH)
CHAPTER IV THEORY (TEORI)
CHAPTER V METHODS (METODE)
Sukris Sutiyatno
214
CHAPTER VI RESULTS (HASIL)
CHAPTER VII RELATED WORK (PEKERJAAN TERKAIT)
CHAPTER VIII CONCLUSION (KESIMPULAN)
Sementara itu Bell (2005: 234-238) menyatakan sistematika laporan
proyek penelitian adalah sebagai berikut:
CHAPTER I AIMS AND PURPOSE (MAKSUD DAN
TUJUAN)
CHAPTER II LITERATURE REVIEW (KAJIAN PUSTAKA)
CHAPTER III METHODS OF DATA COLLECTION (METODE
PENGUMPULAN DATA)
CHAPTER IV STATEMENTS OF RESULTS (PERNYATAAN
HASIL)
CHAPTER V ANALYSIS AND DISCUSSION (ANALISIS DAN
PEMBAHASAN)
CHAPTER VI SUMMARY AND CONCLUSSIONS
(KESIMPULAN)
Namun demikian biasannya setiap perguruan tinggi telah
mempunyai sistematika penulisan laporan penelitian yang disesuaikan
dengan kepentingan, kebutuhan dan kondisi perguruan tinggi masing-
masing. Model-model sistematika atau struktur penulisan laporan tersebut
di atas dapat dijadikan sebagai rujukan yang mungkin diperlukan.
C. Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat identitas semua buku, journal, laporan
penelitian, referensi dari internet, dan sumber-sumber yang diacu. Sumber
yang dicantumkan di daftar pustaka adalah semua sumber yang
dicantumkan di dalam laporan penelitian. Cara penulisan daftar pustaka,
ada bermacam-macam misalnya APA (American Psychological
Association), AMA (American Medical Association), IEEE (Institute of
Metodologi Penelitian
215
Electrical and Electronics Engineers), dan MLA style di bawah ini
diberikan contoh-contoh penulisan daftar pustaka:
1. APA Style (psikologi, pendidikan, dan ilmu-ilmus sosial)
diurutkan berdasarkan alfabetis dari A-Z ke bawah. Sedangkan
urutan penulisan setiap buku adalah: nama pengarang, tahun
penerbitan, judul, kota penerbit dan penerbit, contoh dapat dilihat di
bawah ini:
Avery, G.C.(2004). Understanding leadership. London: Sage
Publications.
Bailey, T.R., Hughes, K.L. & Moore,D.T.(2004). Working
knowledge: Work-based learning and education reform.
Newyork: Routledge-Falmer.
Cosner, S. & Peterson, K. (2003). Building a learning community.
Leadership, 32 (5), 12-15.
Dinham, S., Anderson, M., & Caldwell, B. (2011). Breaktroughs in
school leadership development in Australia. Journal of school
leadership and management, 31, 139-154.
2. AMA Style (keperawatan, kesehatan, biologi)
Avery, G.C. Understanding leadership. London: Sage Publications.
2004
Bailey, T.R., Hughes, K.L. & Moore,D.T. Working knowledge:
Work-based learning and education reform. Newyork:
Routledge-Falmer. 2004
Cosner, S. & Peterson, K. Building a learning community.
Leadership, 32 (5), 12-15. 2003
Sukris Sutiyatno
216
Dinham, S., Anderson, M., & Caldwell, B. Breaktroughs in school
leadershipdevelopment in Australia. Journal of school
leadership and management, 31, 139-154. 2011
3. IEEE Style (Institute of Electrical and Electronics Engineers)
Setiap referensi diberi nomor berdasarkan urutan kemunculan yang
ada pada dokumen. Ketika mengacu suatu referensi dalam tulisan,
digunakan nomor referensi yang diapit kurung siku.
[1] Avery, G.C. Understanding leadership. London: Sage
Publications. 2004
[2] Bailey, T.R., Hughes, K.L. & Moore,D.T. Working knowledge:
Work-based learning and education reform. Newyork:
Routledge-Falmer. 2004
[3] Cosner, S. & Peterson, K. Building a learning community.
Leadership, 32(5), 12-15. 2003
[4] Dinham, S., Anderson, M., & Caldwell, B. Breaktroughs in
school leadershipdevelopment in Australia. Journal of school
leadership and management, 31, 139-154. 2011
4. MLA Style (keperawatan, kesehatan, biologi)
Bailey, T.R., Hughes, K.L. & Moore,D.T. Working knowledge:
Work-based learning and education reform. Newyork: Routledge-
Falmer. 2004
Cosner, S. & Peterson, K. Building a learning community.
Leadership, 32 (5), 12-15. 2003
Metodologi Penelitian
217
Dinham, S., Anderson, M., & Caldwell, B. Breaktroughs in school
leadershipdevelopment in Australia. Journal of school leadership
and management, 31, 139-154. 2011
Metodologi Penelitian
219
GLOSSARIUM
Evaluasi berorientasi pengguna (consumer-oriented approaches)
yaitu evaluasi yang menekankan pada hasil atau produk, yaitu hasil
yang dapat memenuhi harapan atau sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu
permasalahan
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau
lebih yang kebetulan munculnya bersama.
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi
disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan
dependen (dipengaruhi)
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen
Instrumen merupakan alat atau piranti yang digunakan untuk
mengukur informasi atau melakukan pengukuran.
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana suatu teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah yang
dilakukan secara sistematis dalam memperoleh pengetahuan ilmiah
atau ilmu
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang
seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan
Sukris Sutiyatno
220
praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan
pelaksanaan
Metodologi system informasi sebagai sekumpulan dasar
pemikiran, fase, prosedur, aturan, tehnik, piranti/alat,
pendokumentasian, manajemen, dan pelatihan yang berhubungan
dengan system informasi
Metode penelitian eksperimen (experiemental research)
merupakan metode penelitian yang dapat dipergunakan untuk
menguji hipotesis hubungan sebab akibat dan dapat digunakan
untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan. Suatu
penelitian yang dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol
dengan teliti.
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa
Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut. Penelitian dan pengembangan adalah
suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu
produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada. Produk
tersebut dapat berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software).
Objektivitas menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari
prosedur yang digunakan yang dikontrol dari bias dan subjektivitas
Penalaran deduktif, merupakan Penalaran deduktif, penarikan
kesimpulan dari umum ke khusus. Dalam penalaran deduktif, bila
premisnya benar maka kesimpulan otomatis benar.
Penalaran induktif peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil
sejumlah pengamatan kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa),
kemudian peneliti membuat kesimpulan yang bersifat umum.
Metodologi Penelitian
221
Kesimpulan dibatasi oleh jumlah dan karakteristik dari kasus yang
diamati.
Penelitian korelasi adalah penelitian yang dapat digunakan untuk
menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau
lebih dan seberapa besar tingkat hubungannya
Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian yang berusaha
untuk menentukan penyebab atau alasan dari perbedaan yang ada
pada tingkah laku atau status kelompok atau individual (kausal
komparatif dalam bahasa latin ex post facto artinya after the fact).
Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu agar
dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara professional
Penelitian tindakan secara garis besar, peneliti pada umumnya
mengenal adanya empat langkah penting, yaitu pengembangan plan
(perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect
(perenungan).
Penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi
dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik
untuk menentukan nilai atau manfaat (worth) dari suatu praktik
(pendidikan).
Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan faktor-
faktor, atau variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah.
Perumusan masalah dibuat dalam bentuk suatu pertanyaan yang
akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data
Quasi experimental design: Desain ini mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Sukris Sutiyatno
222
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri,
baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri
sendiri).
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian
yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua
atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda
Rumusan masalah assosiatif adalah suatu rumusan masalah
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel
atau Iebih
Scientific inquiry adalah suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan dengan menggunakan metode-metode yang
diorganisasikan secara sistematis, dalam mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasikan data
Studi kepustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori-teori
yang mendasari penelitian, baik teori yang berkenaan dengan bidang
ilmu yang diteliti maupun metodologi.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan
seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara
sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk
menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan
pengendalian (control) suatu gejala
True experimental dalam eksperimen murni pengujian variabel
bebas dan variabel terikat dilakukan terhadap sampel kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, disebut true experimental
(eksperimen murni), karena dalam desain ini, peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen.
Metodologi Penelitian
223
Reliablilitas berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama.
Reflektif merupakan langkah keempat dalam penelitian tindakan
yang digunakan sebagai sarana untuk melakukan pengkajian
kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian
dan telah dicatat dalam observasi
SDLC mewakili model generik untuk pengembangan perangkat
lunak dan terdiri atas sejumlah tahapan. Tahapan-tahapan tersebut
mencakup: requirements (persyaratan-persyaratan), design
(rancangan), build (membangun), test (uji coba), dan implement
(melaksanakan)
Testing mengacu pada ujicoba program itu sendiri untuk melihat
apakah sistem tersebut bekerja atau masih ada kekurangan atau
kesalahan dalam sistem tersebut
Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek,
yang mernpunyai "variasi" antara satu orang dengan yang lain atau
satu obyek dengan obyek yang lain
Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel
stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering
disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output,
kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Sukris Sutiyatno
224
Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi
(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel
independen dengan dependen
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan
dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat
diamati dan diukur
Validitas berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur
Verification adalah proses pengecekkan yang sedang kita
pertunjukkan pengembangan kita dengan benar atau mengecek
bahwa anda sedang mengembangkan sistem anda dengan benar.
Dengan kata lain, apakah kita berpegang pada rencana proyek dan
apakah yang sedang kita pertunjukkan sesuai dengan tahapan
dengan tepat?.
Validation adalah mengecek untuk melihat apakah suatu sistem
benar-benar sesuai dengan apa yang client/user butuhkan.
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah
rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional
akan lebih efektif dari yang lama atau tidak
Metodologi Penelitian
225
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, Z. & Noehi, N. (2005). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: DIKTI
Avison, D. & Fitzgerald, G. (2006). Information systems development.
New York: McGraw-Hill Deducation
Baskerville, R.L., & Myers, M.D. (2002). Information Systems as A
Reference Discipline. MIS Quarterly, 26 (1), 1-14
Bell, J. (2005). Doing your research project: a guide for first time
researchers in education, health, and social science. Maidenhead:
Open University Press
Berndtsson, M.H, J. Olson, B. & Lundell, B. (2008). Thesis projects A
guide for students in Computer Science and Information Systems.
London: Springer-Verlag.
Blaxter, L. Hughes, C and Tight, M.(2006). How to research. Maidenhead:
Open University Press
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1989). Educational Research. New York:
Longman
Borg, W.R. & Gall, M.D. (2003). Educational Research: An Introduction.
New York: Longman
Cresswell, J.W. (2003). Research Design. Qualitatitive, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches. London: Sage Publications
Davis, G. (2000). Information Systems Conceptual Foundation. Looking
Backward and Forward. Dalam R. Baskerville, J. Stage & J.
DeGross (Eds), Organizational and Social Perspective on
Iformation Technology (pp.61-82). Boston: Kluwer
Davis, G. et.all. (1997). Model Curriculum and Guidelines for
Undergraduate Degree Programs in Information Systems.
Association for computing Machinery, Association for Information
Sukris Sutiyatno
226
Systems, Association of Information Technology Professionals.
Dawson, C.W. (2009). Projects in Computing and Information Systems.
England: Addison Wesley
Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (1993). How to Design and Evaluate
Research in Education. New York: McGraw Hill Inc.
Gall, M.D., Gall, J.P. & Borg W.R. (2003). Educational Research. Boston:
Pearson Education.
Godfrey, R. (1995). ―New Wine in Old Bottle: Multimedia Design
Methodology‖, ASCILITE ‟95, Melbourne, Australia
Goldman,J.E., Rawles, P.T. (2001). Applied Data Communications, A
business-Oriented Approach. John Wiley & Sons
Guba, E.G & Lincoln, Y.S. (1989). Fourth Generation Evaluation.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Gulo, W. (2005). Metodologi penelitian. Jakarta:PT. Gramedia
Hamid, D. (2011). Metode penelitian pendidikan. Jakarta: Alfabeta
Herbert, M. (1990). Planning a research project. London: Cassel
Educational
Kerlinger, F.N. (1973). Foundation of Behavioral Research. London: Holt,
Rinehart and Winston
Knot, R.P. & Dawson, R.J. (1999). Software Project Management.
Loughborough: Group D Publication
Krathwehl, D. R. (1993). Methods of Educational and Social Science
Research. New York: Longman.
Lee, A.S. (1991).Architecture as A Reference Discipline for MIS. In H.E.
Nissen, H.K. Klein & R.A. Hirschheim (Eds), Information System
Research: Contemporary Approach and Emergent Traditions (573-
592). Amsterdam: North Holland
Metodologi Penelitian
227
Leo, I.A. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas
Luther, Arc C. 1994. Authoring Interactive Multimedia. Boston: AP
Professional.
McMillan J.H. & Schumacher, Sally. (2001). Research in Education. New
York: Longman.
Moh. Nasir. (2013). Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Mohamad Ali. (1987). Penelitian Kependidikan: Prosedur & Strategi.
Bandung: Penerbit Angkasa, him. 83.
Moleong, L.J. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Rosdakarya
Moleong.(2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Nan Lin. (1976). Foundations of Social Research. New York: McGraw
Nana Syaodih, S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda
Neuman, W. L.(2003). Social Research Method, Qualitative &
Quantitative. Newyork: AB. Boston
Pedoman Tesis dan Disertasi Program Pasca Sarjana UNY 2010
Philip, E.M. & Pugh, D. S. (2005). How to get a PhD a handbook for
students and their supervisors. Buckingham: Open University
Press
Pressman, R.S. & Maxim, B.R. (2015). Software Engineering. A
Practitioner‟s Approach. New York: McGraw
Pressman, R.S. (2002). Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan
Praktis.Yogyakarta: Andi Offset
Saifuddin, A. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Saunders, M.L, Lewis, P. & Thornhill, A. (2007). Methods for Business
Students. Essex: Prentice-Hall
Sukris Sutiyatno
228
Sharp, J.A. Peters, J. and Howard, K. (2002). The management of a student
research project. United Kingdom: Gower, Aldershot
Sherwood, C. & Rout, T. ( 1998). ―A Structured Methodology for
Multimedia Product and Systems Development‖, ASCILITE ‟98,
Wollongong, Australia.
Soetriono & Rita, H. (2007). Filsafat Ilmu dan Metodolgi Penelitian.
Yogyakarta: Andi Offset
Sommervile, I. (2011). Software Engineering. Boston: Addison-Wesley
Struening, Elmer L. & Brewer, Marilyn B. (Ed). (1983). Handbook of
Evaluation Research. Beverly Hills: Sage Publication.
Sugiyono. (2008). Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Jakarta: Alfabeta
Sugiyono. (2011). Metodologi Penelitian Kombinasi (Mixed Research).
Jakarta: Alfabeta
Sukardi. (2003). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sukardi. (2006). Penelitian Kualitatif-Naturalistik. Yogyakarta: Penerbit
Usaha Keluarga
Sukardi. (2008). Evaluasi pendidikan. PT. Bumi Aksara: Jakarta
Sumardi. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sutrisno Hadi. (1987). Metodologi Research. Jilid II. Yogyakarta: Yayasan
Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Swanson, E. B., & Ramiller, N.C. (1993).Information System Research
Thematic: Submissions to a New Journal, 1987-1992. Information
System Research, 4 (4), 299-300
Syamsuddin & Vismia. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.
Bandung: Rosda
Turner, J.R.(1993). The Hand Book of Project-Based-Management.
Metodologi Penelitian
229
London: McGraw-Hill
Villamil, J., Molina, L. (1997). Multimedia: Production, Planning, and
Delivery. Que Education & Training:
Wiesma, W. (1986). Research Methods in Education. London: Allyn dan
Bacon Inc
Zainal, A. H. (2007). Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer
dan Teknologi Informasi. Depok: Universitas Indonesia