METODOLOGI PENELITIAN 3.1 .Tempat dan Waktu penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1...
Transcript of METODOLOGI PENELITIAN 3.1 .Tempat dan Waktu penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1...
19
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 .Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan dan Rekayasa
Pangan, Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan dan Hasil Pertanian, dan
Laboratorium BioSains Universitas Brawijaya selama ± 7 bulan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk ekstraksi adalah rotary evaporator,
thermometer digital, sentrifuse, blender, timbangan analitik, gelas ukur, beaker
glass, pipet tetes, pipet volume, Erlenmeyer, spatula, kain saring, pisau, baskom,
kantong plastik, toples, bola hisap. Alat yang digunakan untuk uji aktivitas
antioksidan, betasianin, dan total fenol adalah spektofotometer. Alat yang
digunakan untuk mengukur warna adalah Colour Reader.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk ekstraksi adalah kulit buah naga merah yang
didapatkan dari Pasar Besar Kota Malang. Pelarut aquades dan asam sitrat.
Bahan yang digunakan untuk analisa antioksidan adalah DPPH dan etanol. Bahan
yang digunakan untuk analisis total fenol adalah Na2CO3 dan reagen Follin-
Ciocalteau. Bahan yang digunakan untuk analisa kadar betasianin adalah buffer
sitrat pospat pH 5.
3.3 Metode Penelitian
Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor
pertama terdiri dari 2 level yaitu suhu ektraksi 30°C;40°C;50C. Faktor kedua
adalah perbandingan pelarut aquades:asam sitrat yang terdiri dari 3 level yaitu
(v/v). Perlakuan dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga didapat
27 satuan percobaan.
20
Faktor I adalah konsentrasi asam sitrat (F) dengan 3 level yaitu :
F1 : konsentrasi asam sitrat 5% (b/v) yaitu 5 gram asam sitrat dilarutkan ke
dalam pelarut aquades 100 ml.
F2 : konsentrasi asam sitrat 10% (b/v) yaitu 10 gram asam sitrat dilarutkan ke
dalam pelarut aquades 100 ml
F3 : konsentrasi asam sitrat 15% (b/v) yaitu 15 gram asam sitrat dilarutkan ke
dalam pelarut aquades 100 ml
Faktor II adalah suhu ekstraksi (P) dengan 3 level yaitu :
P1 : suhu ekstraksi 30°C
P2 : suhu ekstraksi 40°C
P3 : suhu ekstraksi 50°C
Dari kedua faktor tersebut diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut seperti
ditunjukan pada Tabel 3.1:
Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan Penelitian
Konsentrasi Asam
Sitrat (F)
Suhu Ekstraksi (P)
P1 P2 P3
F1 F1P1 F1P2 F1P3
F2 F2P1 F2P2 F2P3
F3 F3P1 F3P2 F3P3
Keterangan:
F1P1 : konsentrasi asam sitrat 5% dengan suhu ekstraksi 30°C
F1P2 : konsentrasi asam sitrat 5% dengan suhu ekstraksi 40°C
F1P3 : konsentrasi asam sitrat 5% dengan suhu ekstraksi 50°C
F2P1 : konsentrasi asam sitrat 10% dengan suhu ekstraksi 30°C
F2P2 : konsentrasi asam sitrat 10% dengan suhu ekstraksi 40°C
F2P3 : konsentrasi asam sitrat 10% dengan suhu ekstraksi 50°C
F3P1 : konsentrasi asam sitrat 15% dengan suhu ekstraksi 30°C
F3P2 : konsentrasi asam sitrat 15% dengan suhu ekstraksi 40°C
F3P3 : konsentrasi asam sitrat 15% dengan suhu ekstraksi 50°C
21
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Proses Ekstraksi Betasianin Kulit Buah Naga Merah
1. Kulit buah naga merah disortasi dan dicuci bersih dengan menggunakan air.
2. Diblansing dengan suhu 100°C selama 5 menit.
3. Ditimbang sebanyak 25 gram.
4. Dimasukan ke dalam blender dengan menambahkan pelarut aquades-asam
sitrat sesuai perlakuan. Diblender berguna untuk mengecilkan ukuran selama
5 menit.
5. Ekstraksi di Erlenmeyer dengan suhu perlakuan (30°C; 40°C; 50°C) di shaker
waterbach selama 50 menit.
6. Disentrifugasi dengan kecepatan 5500 rpm selama 20 menit untuk
mengendapkan pengotor yang terikut dan memisahkan pektin dari ekstrak.
7. Ekstrak disaring dengan kain saring sampai diperoleh filtrat dan residu.
8. Dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50°C selama
20 menit untuk memisahkan ekstrak dengan pelarut. Hal ini berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Giusti dan Wrolstad (2002) yaitu sampai
adanya jumlah tetesan yang terkecil.
9. Kemudian didapatkan ekstrak dan dianalisa. Setelah dianalisa didapatkan
perlakuan terbaik. Setelah itu di uji stabilitas terhadap suhu, cahaya, dan
oksigen.
3.4.2 Pemilihan Perlakuan Terbaik (Zeleny, 1982)
Untuk menentukan kombinasi perlakuan terbaik digunakan metode
multiple atribut dengan prosedur pembobotansebagai berikut:
Menentukan nilai ideal pada masing-masing parameter
Nilai ideal adalah nilai yang sesuai dengan pengharapan yaitu nilai
maksimal atau nilai minimal dari setiap parameter.Untuk parameter dengan
22
rerata semakin tinggi semakin baik, maka nilai terendah sebagai nilai
terjelek dan nilai tertinggi sebagai nilai terbaik. Begiitu sebaliknya
Menghitung derajat kerapatan (dk)
Derajat kerapatan dihitung berdasarkan nilai ideal dari masing-masing
parameter.
Bila nilai ideal minimal maka:
dk = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑒𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡𝑖 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔−𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑙𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑡𝑖𝑓
Bila nilai ideal maksimal maka :
dk = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔−𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑙𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑡𝑖𝑓
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡𝑖 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
Menghitung jarak kerapatan (L)
Dengan asumsi bahwa semua parameter penting jarak kerapatan (ʎ)
dihitung berdasarkan jumlah parameter pada masing-masing perlakuan.
ʎ=1/jumlah parameter
L1= 1 – Σ (ʎ x dk)
L2 = Σ [ ʎ2 x (1-dk )2 ]
L∞ = nilai maks [ x (1-dk)]
Perlakuan terbaik dipilih dari perlakuan yang mempunyai nilai L1, L2, L∞
maksimal.
3.4.3 Uji Stabilitas Betasianin
Uji stabilitas betasianin yang dilakukan meliputi stabilitas terhadap suhu,
cahaya, dan keberadaan oksigen:
Uji stabilitas terhadap suhu (Wang et al., 2006) dilakukan dengan cara hasil
ekstraksi dilakukan pemanasan dengan menggunakan shaker waterbath.
Suhu dilakukan pada suhu 40⁰C, 60⁰C, 80⁰C, 100⁰C selama 15, 30, dan
45 menit. Perubahan nilai absorbansi akibat perlakuan suhu diukur dengan
spetrofotometer pada panjang gelombang 537 nm yang merupakan
panjang gelombang maksimum (ʎmax) pigmen betasianin.
Uji stabilitas terhadap cahaya lampu (Wijaya, 2001) dilakukan dengan 2
perlakuan. Perlakuan pertama hasil ekstraksi dilakukan penyinaran
terhadap lampu selama 12 jam dan 24 jam pada suhu ruang ± 25°C.
Perlakuan dilakukan adalah hasil ekstraksi diletakan dalam kondisi tanpa
23
cahaya (gelap). Perubahan nilai absorbansi akibat perlakuan terhadap
cahaya diukur dengan spetrofotometer pada panjang gelombang 537 nm
yang merupakan panjang gelombang maksimum (ʎmax) pigmen betasianin.
Uji stabilitas terhadap oksigen dilakukan dengan 2 perlakuan. Hasil
ekstraksi akan diletakan di tempat dimana oksigen dapat terpapar bebas,
sedangkan yang lain diletakan ditempat tertutup (oksigen minimal) selama
12 jam dan 24 jam. Perubahan nilai absorbansi akibat perlakuan
perbedaan oksigen diukur dengan spetrofotometer pada panjang
gelombang 537 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum (ʎmax)
pigmen betasianin.
24
Diagram Alir Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah
Kulit buah Naga Merah
Disortasi
Dibersihkan
Ditimbang sebanyak 25g
Dihaluskan dengan blender selama 5 Menit
Ekstraksi dalam shaker
waterbath
Suhu (30°C, 40°C, 50°C)
Waktu 50 menit
Filtrat
Analisa : - Kadar air (%) - Kadar betasianin (mg/100 gram) - Aktivitas antioksidan - Total fenol - pH - Warna
Diblansing dengan suhu 100°C selama 5 menit
Ditambahkan
pelarut aquades-
asam sitrat dengan
konsentrasi
5%;10%;15%
25
Diagram Alir Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah (Lanjutan)
Sentrifugasi (5500rpm, 10 menit)
Supernatan
Endapan
Ekstrak kulit buah Naga
Analisa : - Kadar betasianin (mg/100 gram) - Aktivitas antioksidan - Total fenol - pH - Warna
Perlakuan terbaik
Analisa: - uji stabilitas terhadap cahaya - uji stabilitas terhadap suhu - uji stabilitas terhadap oksigen
Filtrat
Dipekatkan rotary evaporator suhu 50°C waktu
20 menit
Gambar 3.1 Diagram Alir Ekstraksi Kulit Buah Naga dengan modifikasi
(Khuluq, 2007; Wisesa, 2014 )