BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2...
Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2...
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 – Juli 2018 bertempat di :
1. Laboratorium Pasca Panen dan Teknologi Proses Fakultas Teknologi
Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
2. Laboratorium Aplikasi Kimia dan Pelayanan Jurusan Kimia, Universitas
Padjadjaran.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini beserta dengan
kegunaannya, disajikan dalam Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8. Alat analitik yang akan digunakan pada penelitian
No. Nama Alat Spesifikasi Alat Kegunaan
1. Timbangan Analitik Adventure-pro,
ketelitian 0,0001 g
Mengukur massa bahan
yang membutuhkan
ketelitian tinggi 2. Spektrofotometer Hitachi U-2900,
thermo scientific
Mengukur nilai
konsentrasi dan absorbansi
ekstrak teh 3. Piknometer Pyrex 5 MI Mengukur bobot jenis
maserat dan ekstrak kental
teh putih 4. Gelas ukur Pyrex 500mL Mengukur volume pelarut 5. Spektrofotometer
CM-5
- Mengidentifikasi
Karakterisasi warna pada
ekstrak kental teh putih 6. Timbangan teknis Boeco r-300
Ketelitian 0,01 g
Menimbang massa teh
putih, pelarut, maserat, dan
ekstrak
20
Tabel 9. Alat bantu yang akan digunakan pada penelitian
No. Nama Alat Spesifikasi Alat Kegunaan
1. Alumunium foil - Melindungi ekstrak dari
sinar matahari 2. Kertas saring Whatman no.40 Menyaring larutan
ekstraksi teh putih 3. Rotary Evaporator
Vacuum
Heildolph p/n 562-
01300-00
Memisahkan ekstrak teh
putih dengan pelarut 4. Tyler sieves W.S. Tyler Model
RX-29-10
Mengayak bubuk teh
putih 5. Grinder Philip Menggiling teh putih
kering 6. Breaker Glass Herma 1000 mL Wadah untuk maserasi
teh putih dan pelarut 7. Desikator - Menyimpan sampel agar
kadar airnya tetap 8. Corong kaca Herma 100 mm Memindahkan Ekstrait 9. Oven Memmert Mengeringkan bahan 10. Batang Pengaduk - Mengaduk campuran teh
putih dan pelarut 11. Penyaring Vakum - Memisahkan ampas dan
filtrat ekstrak teh putih 12. Botol vial 10 dan 20 mL Untuk menyimpan
ekstrak 13. Mikropipet Eppendorf
Research plus, 20-
200µL
Mengambil sampel
dalam volume kecil
3.2.2 Bahan
Bahan penelitian yang digunakan sebagai bahan baku adalah bubuk teh
putih dengan kadar air 8% dari Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung,
Bandung. Adapun bahan kimia yang digunakan meliputi pelarut n-heksana, aseton
70%, etanol 96%, aquades, reagen Folin-Ciocalteu 50 %, Na2CO3 75 %, dan asam
galat sebagai standar.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen
laboratorium dengan analisis deksriptif. Ekstraksi ini menggunakan 3 pelarut yang
digunakan pada proses maserasi bertingkat yaitu pelarut n-heksana, aseton 70%,
21
dan etanol 96%. Penelitian pendahuluan dilakukan terlebih dahulu untuk
memperoleh perbandingan terbaik pada pelarut yang paling optimal menghasilkan
nilai kadar polifenolnya dan dijadikan sebagai acuan untuk penelitian utama. Pada
penelitian utama hasil yang paling optimal akan digunakan untuk maserasi
bertingkat dengan tiga kali pengulangan. Selain itu, waktu pengentalan maserat
menggunakan rotary evaporator menjadi salah satu tambahan yang diamati untuk
mengetahui lama proses pengentalan terbaik dari setiap campuran bubuk teh putih
dengan pelarutnya.
Setelah proses pengentalan maserat selesai, akan dilakukan analisa
deskriptif terhadap mutu ekstrak kental teh putih yang dihasilkan. Pengujian mutu
ekstrak teh putih yang dihasilkan meliputi bobot jenis, warna, kadar sisa pelarut
dan kadar polifenol. Perhitungan rendemen ekstraksi dan rendemen total juga
dilakukan untuk mengetahui teh tersebut terekstrak atau tidak dengan pelarut yang
digunakan.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu mencoba melakukan proses
ekstraksi dengan perbedaan perbandingan pada aseton 70% yang hasilnya akan
diuji kadar polifenolnya. Perbedaan yang digunakan pada penelitian pendahuluan
terletak pada perbandingan aseton 70% yang dibagi menjadi dua, yaitu :
Perlakuan A bubuk teh putih : aseton 70% = 1 : 9 (b/v)
Perlakuan B bubuk teh putih : aseton 70% = 1 : 15 (b/v)
Perbedaan kedua perbandingan didasarkan pada penelitian Ekatama (2015)
yang menyatakan bahwa 1 : 9 (b/v) adalah rasio terbaik dan penelitian Shabri
(2016) bahwa 1 : 15 (b/v) adalah rasio terbaik pencampuran antara bahan dan
larutan untuk menghasilkan kandungan polifenol yang tinggi. Dari kedua
perbandingan tersebut akan dilihat hasil ekstraksi mana yang memiliki nilai
rendemen dan ksp terbaik untuk digunakan. Hasil ekstraksi (filtrat) teh putih
dikentalkan menggunakan rotary evaporator vacuum untuk mendapatkan ekstrak
kental teh putih. Pada proses ini suhu yang digunakan adalah 40 °C untuk
22
menjaga agar kandungan polifenolnya tidak rusak. Berdasarkan hasil penelitian
pendahuluan, didapatkan waktu yang optimum untuk proses pengentalan maserat
pada setiap pelarut. Berdasarkan hasil penguapan yang telah dilakukan waktu dari
ketiga pelarut yang dibutuhkan, yaitu :
N-heksana (1 : 9) (b/v) = tidak di rotary evaporator vacuum
Aseton 70% (1 : 9) (b/v) = 5 jam
Aseton 70% (1 : 15) (b/v) = 5 jam
Etanol 96% (1 : 9) (b/v) = 5 jam
Perhitungan yang dilakukan pada tahap penelitian pendahuluan yaitu
mencakup kadar air peko teh putih kering dan bubuk teh putih, rendemen parsial
(rendemen penggilingan, pengayakan dan ekstraksi), serta kadar sisa pelarut.
Berdasarkan dari hasil penelitian pendahuluan, pada penelitian utama akan
dilakukan menggunakan perbandingan 1 : 9 (b/v). Perbandingan ini memiliki hasil
terbaik dari rasio 1 : 5 (b/v), selain itu pemilihan perbandingan ini digunakan
untuk menghindari penggunaan aquades yang terlalu banyak sehingga
memperbesar nilai rendemen dan KSP pada masing-masing sampel.
3.4.2 Penelitian Utama
Penelitian ini terbagi menjadi 4 tahapan yaitu persiapan bahan baku,
proses ekstraksi, analisis hasil ekstraksi, dan analisis deskriptif. Diagram proses
tahapan penelitian disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3. Diagram Alir Tahapan Penelitian Ekstraksi Teh Putih
Peko Teh Putih
Penggilingan dengan Grinder dan
Pengayakan dengan Tyler Sieves
A
Tahap 1 :
Persiapan Bahan Baku
23
Gambar 4. Diagram Alir Tahapan Penelitian Ekstraksi Teh Putih
A
Bubuk Teh Putih Lolos Mesh 18
Ekstraksi dengan Metode Maserasi
Bertingkat Menggunakan n-Heksana,
Aseton 70% dan Etanol 96%
Penyaringan Secara Vakum
Menggunakan Kertas Saring Whatman
no.42
Filtrat Ekstrak Teh Putih
Penguapan Menggunakan Rotary
Evaporator Vacuum
Ekstrak Kental Teh Putih
Perhitungan Rendemen dan Pengujian
Mutu Ekstrak Teh Putih
Analisis Data Menggunakan Metode
Deskriptif
Tahap 2 :
Ekstraksi
Tahap 4 :
Analisis Data
Tahap 3 :
Perhitungan dan Pengujian
24
3.4.2.1 Persiapan Bahan Baku
Gambar 5. Diagram Alir Tahapan Persiapan Bahan Baku
Tahapan-tahapan persiapan bahan baku yang akan digunakan pada
penelitian ini adalah :
1. Menimbang dan mengukur kadar air teh putih kering;
2. Menggiling teh putih kering menggunakan grinder;
3. Mengayak bubuk teh putih kering menggunakan tyler sieves dengan
ukuran mesh 18;
4. Menimbang bubuk teh putih yang lolos dan tidak lolos mesh 18;
5. Mengayak kembali bubuk teh putih yang tidak lolos mesh 18;
6. Bubuk teh putih yang lolos mesh 18 digunakan untuk bahan ekstraksi.
3.4.2.2 Persiapan Pelarut
Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi bertingkat dilakukan
dengan mengekstrak teh putih menggunakan pelarut-pelarut yang memiliki
kepolaran yang berbeda secara bertahap. Pada penelitian ini disiapkan beberapa
pelarut yang terbagi menjadi pelarut utama untuk proses ekstraksi dan pelarut
Pengecilan Ukuran
Pengayakan Menggunakan
Menggunakan Tyler Sieves
Pekoe Teh Putih
Bubuk Teh Putih
Bubuk Teh Putih Lolos
Kadar Air Peko
Teh Putih
Rendemen Pengayakan
Kadar Air Bubuk Teh Putih
Rendemen Penggilingan
Analisa Data
25
pendukung untuk proses pengujian. Pelarut utama yang digunakan pada penelitian
ini adalah n-heksana yang bersifat non-polar, aseton 70% yang bersifat semipolar
dan etanol 96% yang bersifat polar. Aseton 70% didapatkan dengan cara
mengencerkan aseton 99,5% dengan aquades. Pengenceran adalah sebuah proses
yang dilakukan dengan mencampurkan pelarut yang lebih ukurannya dari suatu
zat yang dilarutkannya (Apipah. 2017). Proses pengenceran aseton 70%
menggunakan persamaan (1).
M1 x V1 = M2 x V2 …………………………………………………….(1)
Keterangan :
M1 = Konsentrasi larutan awal (%)
V1 = Volume larutan awal (ml)
M2 = Konsentrasi larutan akhir (%)
V2 = Volume larutan akhir (%)
3.4.2.3 Ekstraksi Teh Putih
Proses pembuatan ekstraksi teh putih dilakukan menggunakan metode
maserasi bertingkat. Pada tahapan ini bubuk teh putih yang lolos mesh 18
diekstraksi menggunakan tiga jenis pelarut yaitu n-heksana, aseton 70% dan
etanol 96%. Pada Gambar 6 dan 7 dapat dilihat alur proses ekstraksi teh putih.
Tahapan-tahapannya sebagai berikut :
1. Bubuk teh putih lolos mesh 18 ditimbang sebanyak 100 gram, kemudian
dimasukkan kedalam breaker glass;
2. 100 gram bubuk teh putih dalam breaker glass dilarutkan dalam pelarut
heksana 900 ml. Perbandingan yang digunakan adalah 1 : 9 (b/v). Breaker
glass ditutupi alumunium foil agar tidak terkena sinar matahari dan
dilakukan pengadukan sebanyak dua kali selama 24 jam.
3. Campuran bubuk teh putih dan pelarut n-heksana disaring sebanyak dua
kali menggukan kertas Whatman no.42. Hasil saringan ini berupa ampas
dan filtrat dari pelarut n-heksana. Ampas ditimbang dan filtrat diukur
volumenya;
26
4. Ampas hasil pelarut n-heksana kemudian dikeringkan menggunakan oven
sampai kadar airnya konstan seperti diawal;
5. Ampas dari pelarut n-heksana dimaserasi kembali menggunakan 900 ml
aseton 70% didalam breaker glass. Breaker glass ditutupi alumunium foil
agar tidak terkena sinar matahari dan dilakukan pengadukan sebanyak dua
kali selama 24 jam.
6. Campuran bubuk teh putih dan pelarut aseton 70% disaring sebanyak dua
kali menggukan kertas Whatman no.42. Hasil saringan ini berupa ampas
dan filtrat dari seton 70%. Ampas ditimbang dan filtrat diukur volumenya;
7. Ampas hasil pelarut aseton 70% kemudian dikeringkan kembali
menggunakan oven sampai kadar airnya konstan seperti diawal;
8. Ampas dari pelarut aseton 70% dimaserasi kembali menggunakan 900 ml
etanol 96% didalam breaker glass. Breaker glass ditutupi alumunium foil
agar tidak terkena sinar matahari dan dilakukan pengadukan sebanyak dua
kali selama 24 jam.
9. Campuran bubuk teh putih dan pelarut etanol 96% disaring sebanyak dua
kali menggukan kertas Whatman no.42. Hasil saringan ini berupa ampas
dan filtrat dari Etanol 96%. Ampas ditimbang dan filtrat diukur
volumenya;
10. Ampas hasil pelarut etanol 96% kemudian dikeringkan kembali
menggunakan oven sampai kadar airnya konstan seperti diawal;
11. Filtrat ekstrak dari aseton 70% dan etanol 96% diuapkan dengan
menggunakan rotary vacuum evaporator dengan suhu ± 40ºC dengan
waktu 5 jam, sedangkan filtrat dari n-heksana hanya dibiarkan menguap
secara manual atau menguap ke lingkungan pada botol dengan tutup
terbuka selama 2 bulan.
27
Gambar 6. Diagram Alir Tahapan Ekstraksi Teh Putih
Pengeringan Ampas Sampai Kadar Air Konstan
Maserasi (Selama 24 jam dan 2x Pengadukan)
Ampas Aseton 70% Filtrat Aseton 70%
Maserasi (Selama 24 jam dan 2x Pengadukan)
Ampas n-Heksana + 900 ml Aseton 70%
Ampas Aseton + 900 ml Etanol 96%
Penyaringan Secara Vakum
100 gram Bubuk Teh Putih + 900 m n-Heksana
Maserasi (Selama 24 jam dan 2x Pengadukan)
Penyaringan Secara Vakum
Filtrat n-Heksana Ampas n-Heksana
Pengeringan Ampas Sampai Kadar Air Konstan
Ampas n-Heksana + 900 ml Aseton 70%
Penyaringan Secara Vakum
Ampas Etanol 96% Filtrat Etanol 96%
B A
28
k
Gambar 7. Diagram Alir Tahapan Ekstraksi Teh Putih (Lanjutan)
3.4.2.4 Analisis Mutu Hasil Ekstrak Teh Putih
1. Kadar Air Peko Teh Putih dan Bubuk Teh Putih (AOAC, 1990)
Prinsip pengukuran kadar air dengan menggunakan oven adalah dengan
cara mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan energi panas dan didasarkan
atas massa bahan yang hilang. Langkah-langkah pengukuran kadar air dengan
oven adalah sebagai berikut:
1. Menimbang peko atau bubuk teh putih sebanyak 5 gram.
2. Memanaskan cawan kosong pada suhu 105 selama 30 menit.
3. Mengeluarkan cawan kosong dan mendinginkannya di dalam desikator
selama 15 menit.
4. Menimbang cawan kosong yang sudah didinginkan tersebut.
5. Memasukkan peko atau bubuk teh putih yang sudah ditimbang ke dalam
cawan kosong dan ditimbang kembali sehingga diperoleh massa cawan
dan sampel.
6. Memanaskan atau mengeringkan cawan berisi sampel ke dalam oven pada
suhu 105 selama 3 jam.
7. Mengeluarkan cawan kosong dan mendinginkannya di dalam desikator
selama 15 menit.
8. Melakukan perhitungan untuk menentukan nilai kadar air dengan
menggunakan Persamaan 2.
Kadar air (%) =
x 100 % ……………………………….(2)
Penguapan secara manual Penguapan menggunakan Rotary
Evaporator Vacuum dengan suhu ± 40ºC
Ekstrak Kental Teh Putih
A B
29
Keterangan:
W0 = massa cawan kosong (g)
W1 = massa cawan + sampel awal (sebelum pemanasan dalam oven) (g)
W2 = massa cawan + sampel awal (setelah pendinginan di desikator) (g)
2. Kadar Serat Kasar Teh Putih (RSNI. 2014)
Serat kasar adalah zat sisa asal tanaman yang biasa dimakan yang masih
tertinggal setelah bertutut-turut diekstraksi dengan zat pelarut, asam encer dan
alkali. Pengujian kadar serat pada teh putih dilakukan dengan menambahkan 50
ml larutan H2SO4 1,25% (v/v) kemudian didihkan selama 30 menit dengan
menggunakan pendingin tegak. Kemudian menambahkan 50 ml larutan NaOH
3,25% (w/v), kemudian didihkan selama 30 menit menggunakan pendingin tegak.
Dalam keadaan panas, saring dengan menggunakan corong Buchner yang berisi
kertas saring kering yang telah diketahui bobotnya. Endapan yang terdapat pada
kertas saring dicuci berturut-turut dengan H2SO4 1,25% panas, air panas dan
etanol 96% dan dikeringkan pada suhu 105 hingga massa tetap (W1). Jika
ternyata kadar serat kasar lebih dari 1%, abukan kertas saring beserta isinya,
timbang sampai bobot tetap (W2). Menghitung kadar serat dengan menggunakan
persamaan 3.
Serat kasar (%) =
x 100% ……….…………………………..(3)
Keterangan:
W = massa awal sampel (g)
a = massa sampel konstan (g)
b = massa abu (g)
3. Ekstrak dalam Air Teh Putih
Kadar ekstrak dalam air adalah banyaknya ekstrak yang didiperoleh dari
ekstraksi teh putih air pada bahan. Pengujiannya menggunakan metode gravimetri
dengan prosedur kerja sebagai berikut :
1. Melarutkan analat
30
Analat yang diendapkan haruslah berupa suatu larutan atau campuran yang
homogen,sehingga sejumlah tertentu analat yang berupa padatan atau cairan
keruh perlu dilarutkan dalam sejumlah pelarut yang sesuai
2. Membentuk endapan
Proses pengendapan ini dilakukan dengan jalan larutan zat yang diuji
dimasukan ke dalam breaker glass, kemudian larutan yang dipakai untuk
mengendapkan ditambahkan pelan-pelan sambil mengaduknya pelan-pelan dan
kontinyu.Penambahan larutan pengendapan ini dilakukan terus sampai tidak
terjadi endapan lagi (telah terbentuk endapan sempurna).
3. Menyaring endapan
Memisahkan endapan dari cairannya melalui suatu dinding yang poreous
yang dapat menahan endapannya. Penyaringan yang dipakai biasanya disesuaikan
dengan keadaan endapan itu sendiri.
4. Mencuci endapan
Kebanyakan endapan yang disaring juga mengandung satu atau lebih zat
lain yang bercampur didalamnya.
5. Mengeringkan, memijarkan dan menimbang
Endapan yang akan ditimbang harus dikeringkan dahulu agar zat yang
ditimbang konstan. Pemijaran juga bertujuan untuk mendapatkan berat yang
konstan.
6. Menghitung kadar ekstrak dalam air dengan menggunakan persamaan 4.
Ekstrak dalam air =
100%………......(4)
Keterangan:
W0 = massa cawan kosong (g)
W1 = massa cawan kosong dan bahan (g)
W2 = massa cawan kosong dan sampel terekstrak (g)
4. Kadar Abu Teh Putih (RSNI. 2014)
Kadar abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau
oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari bahan menunjukkan
kadar mineral, kemurnian dan kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Prosedur
31
pengujian kadar abu teh putih dengan cara memanaskan sampel kering
menggunakan tanur pada suhu 525°C hingga terbentuk abu putih. Menambahkan
air ke dalam abu, keringkan dalam pemanas air kemudian lanjutkan pada pemanas
listrik kemudian abukan kembali pada suhu 525°C sampai mencapai massa
konstan. Menghitung kadar abu sampel menggunakan persamaan 5.
Kadar abu total =
x 100% ……………..………………….....(5)
Keterangan:
Ba = massa cawan kosong (g)
Bb = massa cawan kosong dan sampel sebelum diabukan (g)
Bc = massa cawan kosong dan sampel setelah diabukan (g)
5. Rendemen Ekstraksi Teh Putih (Sudarmadji, dkk. 1989)
a. Rendemen Parsial
Perhitungan parsial dilakukan pada tahapan persiapan bahan baku dan
tahapan ekstraksi. Pada tahap persiapan bahan baku dilakukan perhitungan
rendemen penggilingan, dan rendemen pengayakan (Persamaan 6 dan 7). Pada
tahap ekstraksi dilakukan perhitungan rendemen ekstraksi, rendemen filtrasi,
rendemen evaporasi ekstrak kental teh putih (Persamaan 8, 9 dan 10).
Rendemen penggilingan (%) =
................................(6)
Rendemen pengayakan (%) =
……………………(7)
Rendemen ekstraksi (%) =
………..…………..(8)
Rendemen filtrasi (%) =
……………………….(9)
Rendemen evaporasi (%) =
………………(10)
b. Rendemen Total
Rendemen total merupakan perbandingan massa ekstrak teh putih yang
dihasilkan dengan massa bahan baku (teh putih) yang diekstraksi. Perhitungan
rendemen total menggunakan persamaan 11.
32
Rendemen total (%) =
……………………..(11)
Keterangan :
Ma = Massa awal teh putih kering (g)
Mb = Massa bubuk teh putih kering setelah digiling (g)
Mc = Massa bubuk teh putih kering setelah diayak (g)
Md = Massa ekstraksi awal (g)
Me = Massa ekstraksi akhir (g)
Mh = Massa labu awal + filtrat (g)
Mi = Massa labu akhir + ekstrak (g)
Mj = Massa ekstrak (g)
Mk = Massa ekstrak x kadar sisa pelarut (g)
6. Bobot Jenis Filtrat dan Ekstrak Teh Putih
Bobot jenis dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat kemurnian
ekstrak yang dihasilkan. Bobot jenis adalah perbandingan massa suatu zat dengan
massa air pada volume dan suhu yang sama. Prosedur pengukuran bobot jenis
ekstrak teh putih adalah sebagai berikut:
1. Piknometer dicuci dan dibilas dengan alkohol. Bagian dalam piknometer
dikeringkan sampai benar-benar kering;
2. Piknometer kosong diletakkan pada timbangan analitik selama 30 menit,
kemudian piknometer kosong tersebut ditimbang;
3. Piknometer kosong diisi dengan aquades, selama pengisian dihindari
terjadinya gelembung udara. Kemudian piknometer yang berisi aquades
dipanaskan pada suhu 25°C selama 30 menit;
4. Piknometer berisi aquades (m1) ditempatkan di dalam timbangan analitik,
lalu didiamkan selama 30 menit kemudian piknometer berisi aquades
tersebut ditimbang;
5. Piknometer kosong diisi dengan ekstrak teh putih (m2), selama pengisian
dengan ekstrak hindari terjadinya gelembung udara. Kemudian piknometer
dipanaskan pada suhu 25°C selama 30 menit;
33
6. Piknometer berisi ekstrak teh putih (m2), ditempatkan di dalam timbangan
analitik, didiamkan selama 30 menit kemudian piknometer berisi ekstrak
tersebut ditimbang;
7. Perhitungan bobot jenis filtrat dihitung menggunakan Persamaan 12 .
Bobot jenis =
………………………………………………..(12)
Keterangan :
m = Bobot piknometer kosong (g)
m1 = Bobot piknometer + aquades (g)
m2 = Bobot piknometer + filtrat (g)
8. Perhitungan bobot jenis ekstrak dihitung menggunakan Persamaan 13 :
Bobot jenis =
………………………………………………..(13)
Keterangan :
m = Bobot piknometer kosong (g)
m1 = Bobot piknometer + aquades (g)
m2 = Bobot piknometer + ekstrak (g)
7. Warna
Penentuan warna ekstrak teh putih dilakukan dengan pengolahan citra
yang dilanjutkan dengan analisis warna menggunakan Spektrofotmeter CM-5.
Prosedur penentuan warna ekstrak teh putih adalah sebagai berikut :
1. Mengukur karakterisasi warna L*, a*, b* sampel ekstrak teh putih dalam
kuvet menggunakan kromameter; Menyambungkan alat spektrofotometer
dan komputer dengan menggunakan kabel yang tersedia.
2. Menyambungkan alat spektrofotometer dan komputer dengan arus listrik
menggunakan adaptor yang tersedia
3. Mengaktifkan komputer dengan menekan tombol power pada bagian atas
CPU.
4. Mengaktifkan alat spektrofotometer dengan menekan tombol On/Off
pada bagian kanan bawah alat.
34
5. Membuka program Spektra Magic NX pada desktop. Memilih Yes untuk
membuka program.
6. Memilih menu bar instrument, memilih connect untuk menghubungkan
alat spektrofotometri dengan program.
7. Memilih instrument setting lalu pilih jenis pengukuran “Petri Dish” sesuai
Karakterisasi sampel pada menu bar instrument
8. Mengkalibrasikan alat setiap pengujian sampel dengan memilih
Calibration Pada menubar instrument.
9. Melakukan zero calibration dan white calibration sesuai perintah program
yang muncul pada dekstop.
10. Menempatkan target (bila ada standar yang digunakan) pada
spektrofotometer sesuai jenis program yang dipilih
11. Memilih menu bar instrument, kemudian memilih measure target. Dan
mengisi identitas target.
12. Mengganti standar/target dengan sampel setelah target terukur (bila ada
standar yang digunakan)
13. Memilih menu bar instrument, meilih measure sample. Kemudian mengisi
identitas sampel
14. Menyimpan hasil setelah pengukuran selesai dilakukan.
15. Mengolah data yang diperoleh dengan menghitung nilai Chroma (C) dan
derajat Hue (H) dengan menggunakan persamaan 14 dan 15;
[( ) ( ) ] …………………………………….……(14)
(
) …………….…………………………………..(15)
16. Menyesuaikan nilai derajat Hue (H) dengan kisaran warna kromatisitas
pada Tabel 10 dan Tabel 11.
Tabel 10. Nilai Hue dan Daerah Kisaran Warna Kromatisitas
Nilai Hue Daerah Kisaran Warna Kromatisitas
342 – 18 Red Purple (RP)
18 – 54 Red (R)
54 – 90 Yellow Red (YR)
35
90 – 126 Yellow (Y)
126 – 162 Yellow Green (YG)
162 – 198 Green (G)
198 – 234 Blue Green (BG)
Tabel 11. Nilai Hue dan Daerah Kisaran Warna Kromatisitas (Lanjutan)
Nilai Hue Daerah Kisaran Warna Kromatisitas
234 – 279 Blue (B)
279 – 306 Blue Purple (BP)
306 – 342 Purple (P) Sumber : Hutching (1999)
17. TCD dihitung berdasarkan nilai L*, a*, b* yang diperoleh dari hasil
pembacaan chromameter dengan menggunakan persamaan 16
TCD = √( ) ( ) ( ) ……………………………………….(16)
18. Menyesuaikan nilai TCD yang diperoleh dengan perbedaan pada Tabel 12.
Tabel 12. Ukuran Skala Perbedaan Nilai TCD
Nilai TCD Perbedaan
< 0,5 Kurang jelas (trace)
0,5 – 1,5 Sedikit/tipis (slight)
1,5 – 3,0 Agak terlihat (noticeable)
3,0 – 6,0 Terlihat (appreciable)
6,0 - 12 Banyak (much)
>12 Sangat banyak (very much) Sumber : Widyasanti (2010)
8. Kadar Sisa Pelarut (Ketaren. 1986)
Analisis ini menggambarkan sisa pelarut dalam ekstrak yang dihitung
berdasarkan berat pelarut yang diuapkan dari setiap satuan berat bahan yang
diuapkan. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut (Guenther, 1987):
1. Membersihkan labu evaporator menggunakan etanol
2. Mengeringkan labu evaporator menggunakan aliran udara kering
3. Menimbang labu evaporator menggunakan timbangan analitik (a)
36
4. Memasukkan 2 gram ekstrak teh putih ke dalam labu evaporator (b)
5. Ekstrak teh putih dalam labu evaporator dievaporasi pada suhu 50°C, pada
kondisi vakum selama 1 jam.
6. Setelah satu jam, labu evaporator ditimbang kembali (c)
7. Menghitung kadar sisa pelarut dengan Persamaan 16.
Kadar sisa pelarut =
…………………………………(16)
Keterangan :
a = massa labu evaporator kosong (g)
b = massa awal labu dan ekstrak teh putih (g)
c = massa akhir labu dan ekstrak teh putih (g)
9. Kadar Polifenol Ekstrak Teh Putih (Shahidi and Nazck. 2004)
Analisis senyawa polifenol dilakukan pada bubuk teh putih dan ekstrak
kental teh putih. Proses pengukuran kandungan polifenol, yaitu :
1. Memasukkan sebanyak 0,05 gram sampel ekstrak teh putih ke dalam
tabung mikro
2. Menambahkan 2 ml metanol ke dalam tabung mikro
3. Campuran dihomogenkan dengan vortex.
4. Sampel yang sudah diencerkan diambil 25µL dan dimasukkan ke tabung
reaksi dan ditambahkan 25µL metanol.
5. Menambahkan 2,5 ml reagen Folin-Ciocalteu 50 % (v/v).
6. Menambahkan 2 ml Na2CO3 7,5 % (w/v).
7. Campuran diinkubasi selama 15 menit pada suhu 45°C.
8. Absorbansinya diukur pada λ 765 nm dengan menggunakan
spektrofotometer. Blanko dibuat dengan mengganti sampel dengan
metanol.
9. Membuat standar asam galat sebagai pembanding yaitu dengan cara
membuat larutan dengan konsentrasi 0,1 ; 0,2 ; 0,4 ; 0,8 ; 1,6 mg/g.
10. Menguji Larutan asam galat untuk mendapatkan nilai absorbansinya.
11. Membuat grafik dengan sumbu X yaitu konsentrasi asam galat (mg/g) dan
sumbu Y yaitu absorbansi. Dari grafik tersebut dibuat persamaan linier
37
yang menghubungan sumbu X dan Y yaitu y = ax + b. Berdasarkan
persamaan linier dari kurva asam galat (y = ax + b) maka dicari nilai
kandungan total polifenol (x) dengan y adalah absorbansi sampel ekstrak
teh putih dalam satuan mg/g.