BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2...

19
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 Juli 2018 bertempat di : 1. Laboratorium Pasca Panen dan Teknologi Proses Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. 2. Laboratorium Aplikasi Kimia dan Pelayanan Jurusan Kimia, Universitas Padjadjaran. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini beserta dengan kegunaannya, disajikan dalam Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Alat analitik yang akan digunakan pada penelitian No. Nama Alat Spesifikasi Alat Kegunaan 1. Timbangan Analitik Adventure-pro, ketelitian 0,0001 g Mengukur massa bahan yang membutuhkan ketelitian tinggi 2. Spektrofotometer Hitachi U-2900, thermo scientific Mengukur nilai konsentrasi dan absorbansi ekstrak teh 3. Piknometer Pyrex 5 MI Mengukur bobot jenis maserat dan ekstrak kental teh putih 4. Gelas ukur Pyrex 500mL Mengukur volume pelarut 5. Spektrofotometer CM-5 - Mengidentifikasi Karakterisasi warna pada ekstrak kental teh putih 6. Timbangan teknis Boeco r-300 Ketelitian 0,01 g Menimbang massa teh putih, pelarut, maserat, dan ekstrak

Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2...

Page 1: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 – Juli 2018 bertempat di :

1. Laboratorium Pasca Panen dan Teknologi Proses Fakultas Teknologi

Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.

2. Laboratorium Aplikasi Kimia dan Pelayanan Jurusan Kimia, Universitas

Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini beserta dengan

kegunaannya, disajikan dalam Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Alat analitik yang akan digunakan pada penelitian

No. Nama Alat Spesifikasi Alat Kegunaan

1. Timbangan Analitik Adventure-pro,

ketelitian 0,0001 g

Mengukur massa bahan

yang membutuhkan

ketelitian tinggi 2. Spektrofotometer Hitachi U-2900,

thermo scientific

Mengukur nilai

konsentrasi dan absorbansi

ekstrak teh 3. Piknometer Pyrex 5 MI Mengukur bobot jenis

maserat dan ekstrak kental

teh putih 4. Gelas ukur Pyrex 500mL Mengukur volume pelarut 5. Spektrofotometer

CM-5

- Mengidentifikasi

Karakterisasi warna pada

ekstrak kental teh putih 6. Timbangan teknis Boeco r-300

Ketelitian 0,01 g

Menimbang massa teh

putih, pelarut, maserat, dan

ekstrak

Page 2: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

20

Tabel 9. Alat bantu yang akan digunakan pada penelitian

No. Nama Alat Spesifikasi Alat Kegunaan

1. Alumunium foil - Melindungi ekstrak dari

sinar matahari 2. Kertas saring Whatman no.40 Menyaring larutan

ekstraksi teh putih 3. Rotary Evaporator

Vacuum

Heildolph p/n 562-

01300-00

Memisahkan ekstrak teh

putih dengan pelarut 4. Tyler sieves W.S. Tyler Model

RX-29-10

Mengayak bubuk teh

putih 5. Grinder Philip Menggiling teh putih

kering 6. Breaker Glass Herma 1000 mL Wadah untuk maserasi

teh putih dan pelarut 7. Desikator - Menyimpan sampel agar

kadar airnya tetap 8. Corong kaca Herma 100 mm Memindahkan Ekstrait 9. Oven Memmert Mengeringkan bahan 10. Batang Pengaduk - Mengaduk campuran teh

putih dan pelarut 11. Penyaring Vakum - Memisahkan ampas dan

filtrat ekstrak teh putih 12. Botol vial 10 dan 20 mL Untuk menyimpan

ekstrak 13. Mikropipet Eppendorf

Research plus, 20-

200µL

Mengambil sampel

dalam volume kecil

3.2.2 Bahan

Bahan penelitian yang digunakan sebagai bahan baku adalah bubuk teh

putih dengan kadar air 8% dari Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung,

Bandung. Adapun bahan kimia yang digunakan meliputi pelarut n-heksana, aseton

70%, etanol 96%, aquades, reagen Folin-Ciocalteu 50 %, Na2CO3 75 %, dan asam

galat sebagai standar.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen

laboratorium dengan analisis deksriptif. Ekstraksi ini menggunakan 3 pelarut yang

digunakan pada proses maserasi bertingkat yaitu pelarut n-heksana, aseton 70%,

Page 3: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

21

dan etanol 96%. Penelitian pendahuluan dilakukan terlebih dahulu untuk

memperoleh perbandingan terbaik pada pelarut yang paling optimal menghasilkan

nilai kadar polifenolnya dan dijadikan sebagai acuan untuk penelitian utama. Pada

penelitian utama hasil yang paling optimal akan digunakan untuk maserasi

bertingkat dengan tiga kali pengulangan. Selain itu, waktu pengentalan maserat

menggunakan rotary evaporator menjadi salah satu tambahan yang diamati untuk

mengetahui lama proses pengentalan terbaik dari setiap campuran bubuk teh putih

dengan pelarutnya.

Setelah proses pengentalan maserat selesai, akan dilakukan analisa

deskriptif terhadap mutu ekstrak kental teh putih yang dihasilkan. Pengujian mutu

ekstrak teh putih yang dihasilkan meliputi bobot jenis, warna, kadar sisa pelarut

dan kadar polifenol. Perhitungan rendemen ekstraksi dan rendemen total juga

dilakukan untuk mengetahui teh tersebut terekstrak atau tidak dengan pelarut yang

digunakan.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu mencoba melakukan proses

ekstraksi dengan perbedaan perbandingan pada aseton 70% yang hasilnya akan

diuji kadar polifenolnya. Perbedaan yang digunakan pada penelitian pendahuluan

terletak pada perbandingan aseton 70% yang dibagi menjadi dua, yaitu :

Perlakuan A bubuk teh putih : aseton 70% = 1 : 9 (b/v)

Perlakuan B bubuk teh putih : aseton 70% = 1 : 15 (b/v)

Perbedaan kedua perbandingan didasarkan pada penelitian Ekatama (2015)

yang menyatakan bahwa 1 : 9 (b/v) adalah rasio terbaik dan penelitian Shabri

(2016) bahwa 1 : 15 (b/v) adalah rasio terbaik pencampuran antara bahan dan

larutan untuk menghasilkan kandungan polifenol yang tinggi. Dari kedua

perbandingan tersebut akan dilihat hasil ekstraksi mana yang memiliki nilai

rendemen dan ksp terbaik untuk digunakan. Hasil ekstraksi (filtrat) teh putih

dikentalkan menggunakan rotary evaporator vacuum untuk mendapatkan ekstrak

kental teh putih. Pada proses ini suhu yang digunakan adalah 40 °C untuk

Page 4: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

22

menjaga agar kandungan polifenolnya tidak rusak. Berdasarkan hasil penelitian

pendahuluan, didapatkan waktu yang optimum untuk proses pengentalan maserat

pada setiap pelarut. Berdasarkan hasil penguapan yang telah dilakukan waktu dari

ketiga pelarut yang dibutuhkan, yaitu :

N-heksana (1 : 9) (b/v) = tidak di rotary evaporator vacuum

Aseton 70% (1 : 9) (b/v) = 5 jam

Aseton 70% (1 : 15) (b/v) = 5 jam

Etanol 96% (1 : 9) (b/v) = 5 jam

Perhitungan yang dilakukan pada tahap penelitian pendahuluan yaitu

mencakup kadar air peko teh putih kering dan bubuk teh putih, rendemen parsial

(rendemen penggilingan, pengayakan dan ekstraksi), serta kadar sisa pelarut.

Berdasarkan dari hasil penelitian pendahuluan, pada penelitian utama akan

dilakukan menggunakan perbandingan 1 : 9 (b/v). Perbandingan ini memiliki hasil

terbaik dari rasio 1 : 5 (b/v), selain itu pemilihan perbandingan ini digunakan

untuk menghindari penggunaan aquades yang terlalu banyak sehingga

memperbesar nilai rendemen dan KSP pada masing-masing sampel.

3.4.2 Penelitian Utama

Penelitian ini terbagi menjadi 4 tahapan yaitu persiapan bahan baku,

proses ekstraksi, analisis hasil ekstraksi, dan analisis deskriptif. Diagram proses

tahapan penelitian disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3. Diagram Alir Tahapan Penelitian Ekstraksi Teh Putih

Peko Teh Putih

Penggilingan dengan Grinder dan

Pengayakan dengan Tyler Sieves

A

Tahap 1 :

Persiapan Bahan Baku

Page 5: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

23

Gambar 4. Diagram Alir Tahapan Penelitian Ekstraksi Teh Putih

A

Bubuk Teh Putih Lolos Mesh 18

Ekstraksi dengan Metode Maserasi

Bertingkat Menggunakan n-Heksana,

Aseton 70% dan Etanol 96%

Penyaringan Secara Vakum

Menggunakan Kertas Saring Whatman

no.42

Filtrat Ekstrak Teh Putih

Penguapan Menggunakan Rotary

Evaporator Vacuum

Ekstrak Kental Teh Putih

Perhitungan Rendemen dan Pengujian

Mutu Ekstrak Teh Putih

Analisis Data Menggunakan Metode

Deskriptif

Tahap 2 :

Ekstraksi

Tahap 4 :

Analisis Data

Tahap 3 :

Perhitungan dan Pengujian

Page 6: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

24

3.4.2.1 Persiapan Bahan Baku

Gambar 5. Diagram Alir Tahapan Persiapan Bahan Baku

Tahapan-tahapan persiapan bahan baku yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah :

1. Menimbang dan mengukur kadar air teh putih kering;

2. Menggiling teh putih kering menggunakan grinder;

3. Mengayak bubuk teh putih kering menggunakan tyler sieves dengan

ukuran mesh 18;

4. Menimbang bubuk teh putih yang lolos dan tidak lolos mesh 18;

5. Mengayak kembali bubuk teh putih yang tidak lolos mesh 18;

6. Bubuk teh putih yang lolos mesh 18 digunakan untuk bahan ekstraksi.

3.4.2.2 Persiapan Pelarut

Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi bertingkat dilakukan

dengan mengekstrak teh putih menggunakan pelarut-pelarut yang memiliki

kepolaran yang berbeda secara bertahap. Pada penelitian ini disiapkan beberapa

pelarut yang terbagi menjadi pelarut utama untuk proses ekstraksi dan pelarut

Pengecilan Ukuran

Pengayakan Menggunakan

Menggunakan Tyler Sieves

Pekoe Teh Putih

Bubuk Teh Putih

Bubuk Teh Putih Lolos

Kadar Air Peko

Teh Putih

Rendemen Pengayakan

Kadar Air Bubuk Teh Putih

Rendemen Penggilingan

Analisa Data

Page 7: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

25

pendukung untuk proses pengujian. Pelarut utama yang digunakan pada penelitian

ini adalah n-heksana yang bersifat non-polar, aseton 70% yang bersifat semipolar

dan etanol 96% yang bersifat polar. Aseton 70% didapatkan dengan cara

mengencerkan aseton 99,5% dengan aquades. Pengenceran adalah sebuah proses

yang dilakukan dengan mencampurkan pelarut yang lebih ukurannya dari suatu

zat yang dilarutkannya (Apipah. 2017). Proses pengenceran aseton 70%

menggunakan persamaan (1).

M1 x V1 = M2 x V2 …………………………………………………….(1)

Keterangan :

M1 = Konsentrasi larutan awal (%)

V1 = Volume larutan awal (ml)

M2 = Konsentrasi larutan akhir (%)

V2 = Volume larutan akhir (%)

3.4.2.3 Ekstraksi Teh Putih

Proses pembuatan ekstraksi teh putih dilakukan menggunakan metode

maserasi bertingkat. Pada tahapan ini bubuk teh putih yang lolos mesh 18

diekstraksi menggunakan tiga jenis pelarut yaitu n-heksana, aseton 70% dan

etanol 96%. Pada Gambar 6 dan 7 dapat dilihat alur proses ekstraksi teh putih.

Tahapan-tahapannya sebagai berikut :

1. Bubuk teh putih lolos mesh 18 ditimbang sebanyak 100 gram, kemudian

dimasukkan kedalam breaker glass;

2. 100 gram bubuk teh putih dalam breaker glass dilarutkan dalam pelarut

heksana 900 ml. Perbandingan yang digunakan adalah 1 : 9 (b/v). Breaker

glass ditutupi alumunium foil agar tidak terkena sinar matahari dan

dilakukan pengadukan sebanyak dua kali selama 24 jam.

3. Campuran bubuk teh putih dan pelarut n-heksana disaring sebanyak dua

kali menggukan kertas Whatman no.42. Hasil saringan ini berupa ampas

dan filtrat dari pelarut n-heksana. Ampas ditimbang dan filtrat diukur

volumenya;

Page 8: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

26

4. Ampas hasil pelarut n-heksana kemudian dikeringkan menggunakan oven

sampai kadar airnya konstan seperti diawal;

5. Ampas dari pelarut n-heksana dimaserasi kembali menggunakan 900 ml

aseton 70% didalam breaker glass. Breaker glass ditutupi alumunium foil

agar tidak terkena sinar matahari dan dilakukan pengadukan sebanyak dua

kali selama 24 jam.

6. Campuran bubuk teh putih dan pelarut aseton 70% disaring sebanyak dua

kali menggukan kertas Whatman no.42. Hasil saringan ini berupa ampas

dan filtrat dari seton 70%. Ampas ditimbang dan filtrat diukur volumenya;

7. Ampas hasil pelarut aseton 70% kemudian dikeringkan kembali

menggunakan oven sampai kadar airnya konstan seperti diawal;

8. Ampas dari pelarut aseton 70% dimaserasi kembali menggunakan 900 ml

etanol 96% didalam breaker glass. Breaker glass ditutupi alumunium foil

agar tidak terkena sinar matahari dan dilakukan pengadukan sebanyak dua

kali selama 24 jam.

9. Campuran bubuk teh putih dan pelarut etanol 96% disaring sebanyak dua

kali menggukan kertas Whatman no.42. Hasil saringan ini berupa ampas

dan filtrat dari Etanol 96%. Ampas ditimbang dan filtrat diukur

volumenya;

10. Ampas hasil pelarut etanol 96% kemudian dikeringkan kembali

menggunakan oven sampai kadar airnya konstan seperti diawal;

11. Filtrat ekstrak dari aseton 70% dan etanol 96% diuapkan dengan

menggunakan rotary vacuum evaporator dengan suhu ± 40ºC dengan

waktu 5 jam, sedangkan filtrat dari n-heksana hanya dibiarkan menguap

secara manual atau menguap ke lingkungan pada botol dengan tutup

terbuka selama 2 bulan.

Page 9: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

27

Gambar 6. Diagram Alir Tahapan Ekstraksi Teh Putih

Pengeringan Ampas Sampai Kadar Air Konstan

Maserasi (Selama 24 jam dan 2x Pengadukan)

Ampas Aseton 70% Filtrat Aseton 70%

Maserasi (Selama 24 jam dan 2x Pengadukan)

Ampas n-Heksana + 900 ml Aseton 70%

Ampas Aseton + 900 ml Etanol 96%

Penyaringan Secara Vakum

100 gram Bubuk Teh Putih + 900 m n-Heksana

Maserasi (Selama 24 jam dan 2x Pengadukan)

Penyaringan Secara Vakum

Filtrat n-Heksana Ampas n-Heksana

Pengeringan Ampas Sampai Kadar Air Konstan

Ampas n-Heksana + 900 ml Aseton 70%

Penyaringan Secara Vakum

Ampas Etanol 96% Filtrat Etanol 96%

B A

Page 10: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

28

k

Gambar 7. Diagram Alir Tahapan Ekstraksi Teh Putih (Lanjutan)

3.4.2.4 Analisis Mutu Hasil Ekstrak Teh Putih

1. Kadar Air Peko Teh Putih dan Bubuk Teh Putih (AOAC, 1990)

Prinsip pengukuran kadar air dengan menggunakan oven adalah dengan

cara mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan energi panas dan didasarkan

atas massa bahan yang hilang. Langkah-langkah pengukuran kadar air dengan

oven adalah sebagai berikut:

1. Menimbang peko atau bubuk teh putih sebanyak 5 gram.

2. Memanaskan cawan kosong pada suhu 105 selama 30 menit.

3. Mengeluarkan cawan kosong dan mendinginkannya di dalam desikator

selama 15 menit.

4. Menimbang cawan kosong yang sudah didinginkan tersebut.

5. Memasukkan peko atau bubuk teh putih yang sudah ditimbang ke dalam

cawan kosong dan ditimbang kembali sehingga diperoleh massa cawan

dan sampel.

6. Memanaskan atau mengeringkan cawan berisi sampel ke dalam oven pada

suhu 105 selama 3 jam.

7. Mengeluarkan cawan kosong dan mendinginkannya di dalam desikator

selama 15 menit.

8. Melakukan perhitungan untuk menentukan nilai kadar air dengan

menggunakan Persamaan 2.

Kadar air (%) =

x 100 % ……………………………….(2)

Penguapan secara manual Penguapan menggunakan Rotary

Evaporator Vacuum dengan suhu ± 40ºC

Ekstrak Kental Teh Putih

A B

Page 11: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

29

Keterangan:

W0 = massa cawan kosong (g)

W1 = massa cawan + sampel awal (sebelum pemanasan dalam oven) (g)

W2 = massa cawan + sampel awal (setelah pendinginan di desikator) (g)

2. Kadar Serat Kasar Teh Putih (RSNI. 2014)

Serat kasar adalah zat sisa asal tanaman yang biasa dimakan yang masih

tertinggal setelah bertutut-turut diekstraksi dengan zat pelarut, asam encer dan

alkali. Pengujian kadar serat pada teh putih dilakukan dengan menambahkan 50

ml larutan H2SO4 1,25% (v/v) kemudian didihkan selama 30 menit dengan

menggunakan pendingin tegak. Kemudian menambahkan 50 ml larutan NaOH

3,25% (w/v), kemudian didihkan selama 30 menit menggunakan pendingin tegak.

Dalam keadaan panas, saring dengan menggunakan corong Buchner yang berisi

kertas saring kering yang telah diketahui bobotnya. Endapan yang terdapat pada

kertas saring dicuci berturut-turut dengan H2SO4 1,25% panas, air panas dan

etanol 96% dan dikeringkan pada suhu 105 hingga massa tetap (W1). Jika

ternyata kadar serat kasar lebih dari 1%, abukan kertas saring beserta isinya,

timbang sampai bobot tetap (W2). Menghitung kadar serat dengan menggunakan

persamaan 3.

Serat kasar (%) =

x 100% ……….…………………………..(3)

Keterangan:

W = massa awal sampel (g)

a = massa sampel konstan (g)

b = massa abu (g)

3. Ekstrak dalam Air Teh Putih

Kadar ekstrak dalam air adalah banyaknya ekstrak yang didiperoleh dari

ekstraksi teh putih air pada bahan. Pengujiannya menggunakan metode gravimetri

dengan prosedur kerja sebagai berikut :

1. Melarutkan analat

Page 12: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

30

Analat yang diendapkan haruslah berupa suatu larutan atau campuran yang

homogen,sehingga sejumlah tertentu analat yang berupa padatan atau cairan

keruh perlu dilarutkan dalam sejumlah pelarut yang sesuai

2. Membentuk endapan

Proses pengendapan ini dilakukan dengan jalan larutan zat yang diuji

dimasukan ke dalam breaker glass, kemudian larutan yang dipakai untuk

mengendapkan ditambahkan pelan-pelan sambil mengaduknya pelan-pelan dan

kontinyu.Penambahan larutan pengendapan ini dilakukan terus sampai tidak

terjadi endapan lagi (telah terbentuk endapan sempurna).

3. Menyaring endapan

Memisahkan endapan dari cairannya melalui suatu dinding yang poreous

yang dapat menahan endapannya. Penyaringan yang dipakai biasanya disesuaikan

dengan keadaan endapan itu sendiri.

4. Mencuci endapan

Kebanyakan endapan yang disaring juga mengandung satu atau lebih zat

lain yang bercampur didalamnya.

5. Mengeringkan, memijarkan dan menimbang

Endapan yang akan ditimbang harus dikeringkan dahulu agar zat yang

ditimbang konstan. Pemijaran juga bertujuan untuk mendapatkan berat yang

konstan.

6. Menghitung kadar ekstrak dalam air dengan menggunakan persamaan 4.

Ekstrak dalam air =

100%………......(4)

Keterangan:

W0 = massa cawan kosong (g)

W1 = massa cawan kosong dan bahan (g)

W2 = massa cawan kosong dan sampel terekstrak (g)

4. Kadar Abu Teh Putih (RSNI. 2014)

Kadar abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau

oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari bahan menunjukkan

kadar mineral, kemurnian dan kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Prosedur

Page 13: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

31

pengujian kadar abu teh putih dengan cara memanaskan sampel kering

menggunakan tanur pada suhu 525°C hingga terbentuk abu putih. Menambahkan

air ke dalam abu, keringkan dalam pemanas air kemudian lanjutkan pada pemanas

listrik kemudian abukan kembali pada suhu 525°C sampai mencapai massa

konstan. Menghitung kadar abu sampel menggunakan persamaan 5.

Kadar abu total =

x 100% ……………..………………….....(5)

Keterangan:

Ba = massa cawan kosong (g)

Bb = massa cawan kosong dan sampel sebelum diabukan (g)

Bc = massa cawan kosong dan sampel setelah diabukan (g)

5. Rendemen Ekstraksi Teh Putih (Sudarmadji, dkk. 1989)

a. Rendemen Parsial

Perhitungan parsial dilakukan pada tahapan persiapan bahan baku dan

tahapan ekstraksi. Pada tahap persiapan bahan baku dilakukan perhitungan

rendemen penggilingan, dan rendemen pengayakan (Persamaan 6 dan 7). Pada

tahap ekstraksi dilakukan perhitungan rendemen ekstraksi, rendemen filtrasi,

rendemen evaporasi ekstrak kental teh putih (Persamaan 8, 9 dan 10).

Rendemen penggilingan (%) =

................................(6)

Rendemen pengayakan (%) =

……………………(7)

Rendemen ekstraksi (%) =

………..…………..(8)

Rendemen filtrasi (%) =

……………………….(9)

Rendemen evaporasi (%) =

………………(10)

b. Rendemen Total

Rendemen total merupakan perbandingan massa ekstrak teh putih yang

dihasilkan dengan massa bahan baku (teh putih) yang diekstraksi. Perhitungan

rendemen total menggunakan persamaan 11.

Page 14: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

32

Rendemen total (%) =

……………………..(11)

Keterangan :

Ma = Massa awal teh putih kering (g)

Mb = Massa bubuk teh putih kering setelah digiling (g)

Mc = Massa bubuk teh putih kering setelah diayak (g)

Md = Massa ekstraksi awal (g)

Me = Massa ekstraksi akhir (g)

Mh = Massa labu awal + filtrat (g)

Mi = Massa labu akhir + ekstrak (g)

Mj = Massa ekstrak (g)

Mk = Massa ekstrak x kadar sisa pelarut (g)

6. Bobot Jenis Filtrat dan Ekstrak Teh Putih

Bobot jenis dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat kemurnian

ekstrak yang dihasilkan. Bobot jenis adalah perbandingan massa suatu zat dengan

massa air pada volume dan suhu yang sama. Prosedur pengukuran bobot jenis

ekstrak teh putih adalah sebagai berikut:

1. Piknometer dicuci dan dibilas dengan alkohol. Bagian dalam piknometer

dikeringkan sampai benar-benar kering;

2. Piknometer kosong diletakkan pada timbangan analitik selama 30 menit,

kemudian piknometer kosong tersebut ditimbang;

3. Piknometer kosong diisi dengan aquades, selama pengisian dihindari

terjadinya gelembung udara. Kemudian piknometer yang berisi aquades

dipanaskan pada suhu 25°C selama 30 menit;

4. Piknometer berisi aquades (m1) ditempatkan di dalam timbangan analitik,

lalu didiamkan selama 30 menit kemudian piknometer berisi aquades

tersebut ditimbang;

5. Piknometer kosong diisi dengan ekstrak teh putih (m2), selama pengisian

dengan ekstrak hindari terjadinya gelembung udara. Kemudian piknometer

dipanaskan pada suhu 25°C selama 30 menit;

Page 15: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

33

6. Piknometer berisi ekstrak teh putih (m2), ditempatkan di dalam timbangan

analitik, didiamkan selama 30 menit kemudian piknometer berisi ekstrak

tersebut ditimbang;

7. Perhitungan bobot jenis filtrat dihitung menggunakan Persamaan 12 .

Bobot jenis =

………………………………………………..(12)

Keterangan :

m = Bobot piknometer kosong (g)

m1 = Bobot piknometer + aquades (g)

m2 = Bobot piknometer + filtrat (g)

8. Perhitungan bobot jenis ekstrak dihitung menggunakan Persamaan 13 :

Bobot jenis =

………………………………………………..(13)

Keterangan :

m = Bobot piknometer kosong (g)

m1 = Bobot piknometer + aquades (g)

m2 = Bobot piknometer + ekstrak (g)

7. Warna

Penentuan warna ekstrak teh putih dilakukan dengan pengolahan citra

yang dilanjutkan dengan analisis warna menggunakan Spektrofotmeter CM-5.

Prosedur penentuan warna ekstrak teh putih adalah sebagai berikut :

1. Mengukur karakterisasi warna L*, a*, b* sampel ekstrak teh putih dalam

kuvet menggunakan kromameter; Menyambungkan alat spektrofotometer

dan komputer dengan menggunakan kabel yang tersedia.

2. Menyambungkan alat spektrofotometer dan komputer dengan arus listrik

menggunakan adaptor yang tersedia

3. Mengaktifkan komputer dengan menekan tombol power pada bagian atas

CPU.

4. Mengaktifkan alat spektrofotometer dengan menekan tombol On/Off

pada bagian kanan bawah alat.

Page 16: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

34

5. Membuka program Spektra Magic NX pada desktop. Memilih Yes untuk

membuka program.

6. Memilih menu bar instrument, memilih connect untuk menghubungkan

alat spektrofotometri dengan program.

7. Memilih instrument setting lalu pilih jenis pengukuran “Petri Dish” sesuai

Karakterisasi sampel pada menu bar instrument

8. Mengkalibrasikan alat setiap pengujian sampel dengan memilih

Calibration Pada menubar instrument.

9. Melakukan zero calibration dan white calibration sesuai perintah program

yang muncul pada dekstop.

10. Menempatkan target (bila ada standar yang digunakan) pada

spektrofotometer sesuai jenis program yang dipilih

11. Memilih menu bar instrument, kemudian memilih measure target. Dan

mengisi identitas target.

12. Mengganti standar/target dengan sampel setelah target terukur (bila ada

standar yang digunakan)

13. Memilih menu bar instrument, meilih measure sample. Kemudian mengisi

identitas sampel

14. Menyimpan hasil setelah pengukuran selesai dilakukan.

15. Mengolah data yang diperoleh dengan menghitung nilai Chroma (C) dan

derajat Hue (H) dengan menggunakan persamaan 14 dan 15;

[( ) ( ) ] …………………………………….……(14)

(

) …………….…………………………………..(15)

16. Menyesuaikan nilai derajat Hue (H) dengan kisaran warna kromatisitas

pada Tabel 10 dan Tabel 11.

Tabel 10. Nilai Hue dan Daerah Kisaran Warna Kromatisitas

Nilai Hue Daerah Kisaran Warna Kromatisitas

342 – 18 Red Purple (RP)

18 – 54 Red (R)

54 – 90 Yellow Red (YR)

Page 17: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

35

90 – 126 Yellow (Y)

126 – 162 Yellow Green (YG)

162 – 198 Green (G)

198 – 234 Blue Green (BG)

Tabel 11. Nilai Hue dan Daerah Kisaran Warna Kromatisitas (Lanjutan)

Nilai Hue Daerah Kisaran Warna Kromatisitas

234 – 279 Blue (B)

279 – 306 Blue Purple (BP)

306 – 342 Purple (P) Sumber : Hutching (1999)

17. TCD dihitung berdasarkan nilai L*, a*, b* yang diperoleh dari hasil

pembacaan chromameter dengan menggunakan persamaan 16

TCD = √( ) ( ) ( ) ……………………………………….(16)

18. Menyesuaikan nilai TCD yang diperoleh dengan perbedaan pada Tabel 12.

Tabel 12. Ukuran Skala Perbedaan Nilai TCD

Nilai TCD Perbedaan

< 0,5 Kurang jelas (trace)

0,5 – 1,5 Sedikit/tipis (slight)

1,5 – 3,0 Agak terlihat (noticeable)

3,0 – 6,0 Terlihat (appreciable)

6,0 - 12 Banyak (much)

>12 Sangat banyak (very much) Sumber : Widyasanti (2010)

8. Kadar Sisa Pelarut (Ketaren. 1986)

Analisis ini menggambarkan sisa pelarut dalam ekstrak yang dihitung

berdasarkan berat pelarut yang diuapkan dari setiap satuan berat bahan yang

diuapkan. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut (Guenther, 1987):

1. Membersihkan labu evaporator menggunakan etanol

2. Mengeringkan labu evaporator menggunakan aliran udara kering

3. Menimbang labu evaporator menggunakan timbangan analitik (a)

Page 18: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

36

4. Memasukkan 2 gram ekstrak teh putih ke dalam labu evaporator (b)

5. Ekstrak teh putih dalam labu evaporator dievaporasi pada suhu 50°C, pada

kondisi vakum selama 1 jam.

6. Setelah satu jam, labu evaporator ditimbang kembali (c)

7. Menghitung kadar sisa pelarut dengan Persamaan 16.

Kadar sisa pelarut =

…………………………………(16)

Keterangan :

a = massa labu evaporator kosong (g)

b = massa awal labu dan ekstrak teh putih (g)

c = massa akhir labu dan ekstrak teh putih (g)

9. Kadar Polifenol Ekstrak Teh Putih (Shahidi and Nazck. 2004)

Analisis senyawa polifenol dilakukan pada bubuk teh putih dan ekstrak

kental teh putih. Proses pengukuran kandungan polifenol, yaitu :

1. Memasukkan sebanyak 0,05 gram sampel ekstrak teh putih ke dalam

tabung mikro

2. Menambahkan 2 ml metanol ke dalam tabung mikro

3. Campuran dihomogenkan dengan vortex.

4. Sampel yang sudah diencerkan diambil 25µL dan dimasukkan ke tabung

reaksi dan ditambahkan 25µL metanol.

5. Menambahkan 2,5 ml reagen Folin-Ciocalteu 50 % (v/v).

6. Menambahkan 2 ml Na2CO3 7,5 % (w/v).

7. Campuran diinkubasi selama 15 menit pada suhu 45°C.

8. Absorbansinya diukur pada λ 765 nm dengan menggunakan

spektrofotometer. Blanko dibuat dengan mengganti sampel dengan

metanol.

9. Membuat standar asam galat sebagai pembanding yaitu dengan cara

membuat larutan dengan konsentrasi 0,1 ; 0,2 ; 0,4 ; 0,8 ; 1,6 mg/g.

10. Menguji Larutan asam galat untuk mendapatkan nilai absorbansinya.

11. Membuat grafik dengan sumbu X yaitu konsentrasi asam galat (mg/g) dan

sumbu Y yaitu absorbansi. Dari grafik tersebut dibuat persamaan linier

Page 19: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130083_3_3170.pdf · 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang akan digunakan

37

yang menghubungan sumbu X dan Y yaitu y = ax + b. Berdasarkan

persamaan linier dari kurva asam galat (y = ax + b) maka dicari nilai

kandungan total polifenol (x) dengan y adalah absorbansi sampel ekstrak

teh putih dalam satuan mg/g.