Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

19
TUGAS MANDIRI MATA KULIAH METODELOGI PENELITIAN Teknis Analisis Data” Disusun Oleh : Nama : Dwi Shinta Alifyani NIM : 2010050050 Semester : V (lima) A / malam Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen SDM

description

tugas kuliah

Transcript of Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

Page 1: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

TUGAS MANDIRIMATA KULIAH

METODELOGI PENELITIAN”Teknis Analisis Data”

Disusun Oleh :

Nama : Dwi Shinta AlifyaniNIM : 2010050050Semester : V (lima) A / malamFakultas : EkonomiJurusan : Manajemen SDM

UNIVERSITAS PAMULANGJl. Surya Kencana No.1 Pamulang-Tangerang SelatanTelepon :(021) 7412566 Website : www.unpam.ac.id

Page 2: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah ”Teknis Analisis Data”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak

terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

tugas makalah ini sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini. Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing

yang telah membimbing kami.

Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.

Jakarta, 27 Juni 2012

Penyusun

Page 3: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

PEMBAHASAN

A.     Pengertian dan Kegunaan Analisis Data.   

 

  Analisis data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa,

mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang

diperlukan. Selain itu, analisis data dapat digunakan untuk mengindentifikasi ada

tidaknya masalah. Kalau ada, masalah tersebut harus dirumuskan dengan jelas

dan benar. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang

memberikan gambaran dengan jelas dan benar. Teknis analisis yang digunakan

adalah analisis deskriptif yang memberikan gambaran dengan jelas makna dari

indikator-indikator yang ada, membandingkan dan menghubungkan antara

indikator yang satu dengan indikator lain. 

Kegunaan analisis data adalah sebagai bahan masukan untuk pengambilan

keputusan, perencanaan, pemantauan, pengawasan, penyusunan laporan,

penyusunan statistik pendidikan, penyusunan program rutin dan pembangunan,

peningkatan program pendidikan, dan pembinaan sekolah. 

B.    Analisis Deskriptif 

Dalam melaksanakan analisis deskriptif, indikator yang digunakan adalah

indikator nonpendidikan dan pendidikan yang terdiri dari indikator efisiensi

internal.

 Untuk dapat memberikan interpretasi terhadap indikator ini, perlu disajikan

kriteria sebagai standar untuk menentukan atau menginterpretasikan indikator

tersebut. Kriteria ini bisa dirinci dalam dua jenis :

 1.      Kriteria dihasilkan dari angka rata-rata nasional dengan interval antara

tinggi,

       sedang dan rendah untuk profil propinsi dan profil kabupten/kota serta angka

Page 4: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

       rata-rata propinsi untuk profil kabupten/kota. Interval diambil dari nilai yang

       tertinggi dan nilai terendah.

2.        Kriteria dihasilkan dari angka rata-rata nasional atau propinsi untuk profil

       propinsi dan profil kabupten/kota dan angka rata-rata propinsi untuk profil

       kabupten/kota. 

Analisis deskriptif dengan menggunakan kedua kriteria di atas dapat

dilaksanakan melalui beberapa cara yaitu :

1.  Analisis makro untuk indikator kabupaten/kota dan propinsi.

Analisis ini dilaksanakan dengan membandingkan indikator yang ada

dengan rata-rata propinsi atau rata-rata nasional. Misalnya: indikator

APM, rata-rata propinsi atau nasional = 75 persen, maka kabupaten/kota

atau propinsi yang APMnya kurang dari 75 persen terdapat masalah dan

melalui faktor internal dan eksternal agar dicari masalahnya.

2.  Analisis makro antar indikator dan jenjang pendidikan untuk

indikator kabupaten/ kota dan propinsi. Analisis ini digunakan dengan

membandingkan indikator satu dengan indikator lainnya pada jenjang

yang berbeda. Misalnya membandingkan antar indikator yaitu indikator

angka melanjutkan dan tingkat pelayanan sekolah atau membandingkan

satu indikator angka melanjutkan pada jenjang SLTP dengan SM. 

3. Analisis disparitas indikator setiap kecamatan atau kabupaten/kota.

Analisis ini dilaksanakan dengan melihat disparitas antar kecamatan atau

kabupaten/kota. Misalnya, rasio siswa per kelas dibandingkan antar

kecamatan atau kabupaten/kota dengan menggunakan standar adalah

rata-rata angka kabupaten/kota atau propinsi. Bagi kecamatan atau

kabupaten/kota yang berada dibawah rata-rata kabupaten/kota atau

propinsi merupakan kecamatan atau kabupaten/kota tersebut yang perlu

diberi penanganan khusus. 

4.  Analisis disparitas indikator setiap kecamatan atau kabupaten/kota.

Analisis ini dilaksanakan dengan memberikan bobot untuk setiap indikator

di mana bobot yang besar diberikan pada indikator yang dianggap paling

Page 5: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

menentukan sehingga dapat diperoleh nilai di setiap kecamatan. Nilai

yang paling tinggi menunjukkan kecamatan atau kabupaten/kota yang

tidak bermasalah dan perlu dipertahankan, sedangklan nilai yang rendah

adalah kecamatan atau kabupaten/kota yang bermasalah sehingga perlu

diberi penanganan khusus. 

Analisis Nonpendidikan dan Pendidikan diuraikan berikut ini : 

1. Analisis Nonpendidikan dilaksanakan untuk mengetahui apakah terdapat

permasalahan dalam kegiatan yang menyangkut penduduk dilihat dari indikator-

indikator berikut ini. 

a.  Persentase penduduk menurut tingkat pendidikan (% PTP),

indikator ini menunjukkan bahwa penduduk yang bermutu dapat dilihat

dari tingginya persentase penduduk yang memiliki pendidikan sarjana ke

atas.         Kriteria : Rata-rata nasional atau propinsi, bila lebih kecil dari

angka nasional atau propinsi berarti masih ada permasalahan kecilnya

penduduk yang berpendidikan tinggi sehingga perlu dicari jalan keluarnya,

misalnya dengan memberikan penyuluhan bahwa pendidikan sangat

penting bagi peningkatan sumber daya manusia.

b.  Angka buta huruf (ABH), indikator ini menunjukkan bahwa masyarakat

yang bermutu dapat dilihat dari rendahnya ABH. Kriteria : Rata-rata

nasional atau propinsi, bila lebih besar dari angka nasional atau propinsi

berarti masih ada permasalahan sehingga perlu dicari jalan keluarnya,

misalnya dengan meningkatkan program Kejar Paket A PBH.

c.  Angka melek huruf (AMH), indikator ini menunjukkan kebaikan dari

indikator ABH, bahwa masyarakat yang bermutu dapat dilihat dari

tingginya AMH penduduk. Kriteria : Rata-rata nasional atau propinsi, bila

lebih rendah dari angka nasional berarti masih ada permasalahan

banyaknya penduduk buta huruf sehingga perlu dicari jalan keluarnya,

misalnya dengan meningkatkan program Kejar Paket A PBH.

d.  Persentase penduduk miskin (% PM), indikator ini menunjukkan

bahwa masyarakat yang bermutu dapat dilihat dari rendahnya % PM.

Page 6: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

Kriteria : Rata-rata nasional atau propinsi, bila lebih besar dari angka

nasional berarti masih ada permasalahan banyaknya penduduk miskin

sehingga perlu dicari jalan keluarnya, misalnya dengan meningkatkan

program Jaringan Pengaman Sosial (JPS) 

2.      Analisis Pendidikan dilaksanakan untuk mengetahui apakah terdapat

permasalahan dalam kegiatan pendidikan yang menyangkut pemerataan, mutu,

relevansi dan efesiensi internal yang dilihat dari indikator-indikator yang ada. 

Contoh analisis di bawah ini menggunakan indikator pemerataan, namun hal

yang sama juga bisa dilakukan untuk indikator mutu, relevansi dan efesiensi

internal. 

Penjelasan indikator pemerataan dengan menggunakan kedua kriteria di atas. 

APK, APM, Perbandingan Antar jenjang, Siswa per Sekolah, Siswa per Kelas,

Siswa per Guru, Kelas per Ruang Kelas, Kelas per Guru, Angka Melanjutkan,

dan Tingkat Pelayanan Sekolah. 

Analisis makro untuk tiap indikator kabupaten/kota dan propinsi. 

Indikator untuk pemerataan yang ada dibandingkan dengan angka rata-rata

nasional atau angka rata-rata propinsi. Bila nilai masing-masing indikator yang

ada kurang dari rata-rata tersebut, maka daerah atau propinsi atau

kabupaten/kota tersebut mempunyai masalah dan harus diberi penanganan

khusus. 

Analisis makro antar indikator dan jenjang pendidikan untuk

kabupaten/kota dan propinsi. 

Indikator untuk pemerataan yang ada, misalnya APM dan Tingkat Pelayanan

Sekolah (TPS) dibandingkan dengan rata-rata nasional atau rata-rata propinsi.

Dari perbandingan dua indikator tersebut dapat disimpulkan daerah atau

kabupaten/kota atau propinsi mana yang ada masalah, masalah dapat berupa

kekurangan gedung sekolah atau kurangnya kesadaran masyarakat tentang

pentingnya pendidikan. Bila digambarkan dalam diagram dapat dilihat sebagai

berikut : 

Page 7: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

Diagram tersebut terbagi dalam 4 zona yaitu 1, zona 2, zona 3 dan

zona 4. Zona tersebut dibentuk dari APM dan TPS dengan menggunakan rata-

rata nasional yaitu APM SD sebesar 95 % dan TPS SD sebesar 134. 

Zona 1 : Daerah yang menunjukkan tingkat pelayanan sekolah lebih rendah dari

angka nasional (134) misalnya 150 namun telah mencapai angka partisipasi

murni sekitar atau lebih tinggi dari angka nasional (95 %), misalnya 96 %. Hal ini

berarti, walaupun daerah tersebut masih kekurangan sekolah namun angka

partisipasi murni cukup tinggi. Saran : Perlu pembangunan UGB atau RKB.

Zona 2 : Daerah yang menunjukkan tingkat pelayanan sekolah lebih tinggi

dari angka nasional (134) misalnya 125 namun telah mencapai angka partisipasi

murni sekitar atau lebih tinggi dari angka nasional (95 %), misalnya 97 %. Hal ini

berarti, daerah tersebut telah cukup sekolah dan angka partisipasi murni juga

cukup tinggi. Saran : Karena kondisi pendidikan daerah ini cukup baik maka

perlu dipertahankan.

Zona  3 : Derah yang menunjukkan tingkat pelayanan sekolah lebih rendah dari

angka nasional (134) misalnya 150 dan pencapaian angka partisipasi murni jauh

dibawah angka nasional (95 %), misalnya 85 %. Hal ini berarti, daerah tersebut

kekurangan sekolah dan juga angka partisipasi murnimasih rendah. Saran :

Perlu pembangunan UGB atau RKB, pelaksanaan berbagai pola wajar seperti

Paket A, dsb.

Zona 4 : Daerah yang menunjukkan tingkat pelayanan sekolah lebih besar dari

angka nasional (134) misalnya 125 tetapi pencapaian angka partisipasi murni

jauh dibawah dari angka nasional (95 %), misalnya 85 %. Hal ini berarti, daerah

tersebut telah mencukupi sekolah namun angka partisipasi murni masih rendah.

Saran : Pemberian beasiswa, Jaring Pengaman Sosial (JPS), Orang Tua Asuh

dan penyuluhan berbagai pola wajar Paket A, dsb. 

Analisis makro untuk antar jenjang-pendidikan untuk indikator

kabupaten/kota dan propinsi. 

Page 8: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

Indikator untuk pemerataan, misalnya dibandingkan antara Angka Melanjutkan

ke SLTP dan SM, antara APK SD dengan SLTP dan SM, antara rasio siswa per

kelas SD dengan SLTP dan SM. Contoh : 

a.      Angka melanjutkan ke SLTP = 75,0%, ke SM = 60,0%, bila pemerataan di

semua jenjang, maka yang perlu ditangani adalah angka melanjutkan ke SM

sehingga mendekati angka melanjutkan ke SLTP.

b.      APK SD = 95,0%, SLTP = 65,0 % dan SM = 45,0%, bila pemerataan di semua

jenjang, maka yang perlu ditangani adalah APK di SM dibandingkan dengan

SLTP dan SD, tetapi bila prioritasnya adalah wajar diknas 9 tahun, maka yang

perlu ditangani adalah peningkatan APK di SLTP.

c.      Rasio siswa per kelas SD = 25, SLTP = 35 dan SM = 40, bila pemerataan di

semua jenjang maka yang perlu ditangani adalah rasio siswa per kelas di SM,

tetapi bila prioritasnya adalah wajar diknas 9 tahun, maka yang perlu ditangani

adalah penurunan rasio siswa per kelas di SLTP. 

Analisis disparitas indikator setiap kecamatan atau kabupaten / kota

Indikator untuk pemerataan dilakukan dengan membandingkan disparitas antar

kecamatan atau kabupaten/kota satu dengan kabupaten/kota lainnya dengan

menggunakan angka rata-rata nasional sehingga akan diketahui kecamatan atau

kabupaten/kota mana yang angkanya lebih kecil dari rata-rata nasional sehingga

APM SD kecamatan-kecamatan yang kecil itu yang perlu diketahui

permasalahannya dan menjadi prioritas penanganan lebih dulu. Contoh : 

Kecamatan 1 : 50,0%, kecamatan 2 : 65,0%, kecamatan 3 : 75,0%,kecamatan

4 : 55,0%, kecamatan 5 : 72,0% kecamatan 6 : 77,0% sedangkan rata-rata

kabupaten/kota : 70,0%, maka yang perlu ditangani terlebih dahulu adalah

kecamatan 1, kemudian kecamatan 4 dan kecamatan 2. 

Page 9: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

Analisis disparits indikator dengan memberikan bobot untuk setiap kecamatan

atau kabupaten/kota  

Indikator untuk pemerataan disatukan, kemudian masing-masing indikator

diberikan bobot sesuai dengan penting tidaknya indikator tersebut. Misalnya

APM diberikan bobot yang lebih banyak dibandingkan dengan angka

melanjutkan dan angka melanjutkan diberi bobot lebih besar dibandingkan

dengan rasio siswa per sekolah, karena APM lebih menentukan pemerataan

pendidikan dibandingkan rasio lainnya, sehingga setiap kecamatan atau

kabupaten/kota akan mempunyai nilai masing-masing. Jumlah nilai yang terkecil

menunjukkan kecamatan atau kabupaten/kota tersebut bermasalah sehingga

perlu ditangani lebih lanjut. Contoh :

Kecamatan 1 memiliki APM = 60,0%, AM – 50,0% dan S/Sek = 240

Kecamatan 2 memiliki APM = 70,0%, AM = 60,0% dan S/Sek = 120

APM diberi bobot 50% AM diberi bobot 30% dan S/Sek diberi bobot 20%

kemudian perhitungan nilainya menjadi : 

Nilai kecamatan 1 adalah :   (0,5*60)+(0,3*50)+(0,2*240) = 

30+15+120 = 165

Nilai kecamatan 2 adalah :   (0,5*70)+(0,3*60)+(0,2*120) =

35+20+60 = 115 

Dengan melihat nilai kedua kecamatan tersebut, berarti kecamatan 1 memiliki

nilai yang lebih baik dibandingkan dengan kecamatan 2, maka yang perlu dicari

masalahnya adalah kecamatan 2. 

Untuk menentukan bobot masing-masing indikator belum disertakan dalam

analisis ini, namun diserahkan pada masing-masing daerah. Jadi contoh diatas

belum ketentuan baku. 

Page 10: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

Analisis indikator pemerataan dan mutu menggunakan cara yang lain : 

Pemerataan 

APK/APM

a.      Berapa APK dan APM Kabupaten/Kota

b.      Seberapa jauh angka-angka tersebut dari pencapaian target Wajar Diknas 9

thn

c.      Lakukan hal yang sama untuk tingkat kecamatan

d.      Identifikasi kecamatan-kecamatan yang APK atau APM SD/MI melebihi

100%

      dari jelaskan mengapa terjadi keadaan seperti itu (apa ada kemungkinan

      indikator eksternal yang mempengaruhinya).

e.      Identifikasi kecamatan-kecamatan yang APK dan/atau APM paling rendah

dan

      jelaskan mengapa terjadi keadaan seperti itu (apa ada kemungkinan

      indikator-indikator eksternal yang mempengaruhinya).

f.        Identifikasi kecamatan-kecamatan yang APK dan/atau APM paling tinggi dan

      jelaskan mengapa terjadi keadaan seperti itu (apa ada kemungkinan

      indikator-indikator eksternal yang mempengaruhinya).

g.      Lakukan/amati apakah ada perbedaan antara APK dan APM. Jelaskan apa

arti

      perbedaan tersebut dilihat dari : (1) over aget; (2) Underget.

h.      Sebutkan indikator-indikator internal yang dapat menyebabkan besar

kecilnya

      APK/APM.

i.        Amati apakah APK/APM SD/MI yang tinggi disuatu kecamatan diikuti pula

      dengan APK/APM yang tinggi pada jenjang berikutnya.

j.         Sebutkan indikator-indikator eksternal apa yang mungkin dapat menjelaskan

      besar kecilnya APK/APM. 

Page 11: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

Analisa ini dilkukan baik untuk tingkat kabupaten dan/atau kecamatan. 

Angka Melanjutkan

a.      Berapa angka melanjutkan SD/MI SLTP/MTs, SMU/MA pada tingkat

kabupaten

b.      Tentukan seberapa jauh angka tersebut dari 100%. Jelaskan sebab-

sebabnya.

c.      Identifikasi kecamatan yang angka melanjutkannya lebih kurang 100% dan

      jelaskan apa penyebabnya.

d.      Identifikasi kecamatan-kecamatan dengan angka melanjutkan yang rendah

dan

      jelaskan kemungkinan sebabnya. Demikian pula dengan kecamatan-

kecamatan

      yang angka melanjutkannya tinggi.

e.      Apakah tinggi rendahnya angka melanjutkan kecamatan di suatu jenjang,

diikuti

      pula dengan tinggi rendahnya angka melanjutkan pada jenjang yang lebih

tinggi

f.        Sebutkan indikator-indikator eksternal yang mungkin dapat menjelaskan

besar

      kecilnya angka melanjutkan tersebut.

g.      Sebutkan indikator-indikator eksternal yang mungkin dapat menjelaskan

besar

      angka melanjutkan tersebut 

Tingkat Pelayanan Sekolah

a.      Berapa tingkat pelayanan sekolah pada tingkat kabupaten dan jelaskan

      maknanya

b.      Identifikasi kecamatan yang tinggi tingkat pelayanan sekolahnya, jelaskan

      sebab dan maknanya.

Page 12: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

c.      Identifikasi kecamatan yang rendah tingkat pelayanan sekolahnya, jelaskan

      sebab dan maknanya

d.      Amati apakah tingkat pelayanan yang tinggi diikuti dengan APK/APM yang

      tinggi pula atau diikuti dengan Rasio Siswa kelas yang tinggi

e.      Amati bagaimana tingkat kesenjangan tingkat pelayanan antar kecamatan

dan

      jelaskan sebab-sebabnya. 

Rasio Siswa Kelas

a.      Berapa besar rasio kelas pada tingkat kabupaten dan jelaskan makna rasio

      tersebut

b.      Identifikasi kecamatan-kecamatan yang rasio siswa kelasnya melebihi rasio

      kabupaten, mengapa terjadi demikian ?

c.      Identifikasi kecamatan-kecamatan yang rasio siswanya mencolok rendah

dan

      jelaskan sebabnya

d.      Sebutkan indikator-indikator eksternal yang mungkin dapat menjawab tinggi

atau

      rendahnya rasio tersebut

e.      Melakukan hal yang sama untuk setiap jenjang pendidikan 

Peningkatan Mutu 

Nilai Ebtanas Murni (NEM) Lulusan

a.      Identifikasi besarnya NEM lulusan pada tingkat kabupaten dan beri makna

      terhadap angka tersebut

b.      Identifikasi kecamatan-kecamatan yang secara mencolok melebihi dan

kurang

      dari NEM rata-rata kabupaten jelaskan mengapa terjadi demikian

c.      Temukan faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat menjelaskan

Page 13: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

      besar/kecilnya NEM tersebut.

d.      Lakukan analisa ini untuk semua jenjang pendidikan (SD/MI, SLTP/MTs dan

      SMU/SM)

e.      Berapa % guru yang layak mengajar pada tingkat kabupaten

f.        Identifikasi kecamatan-kecamatan yang secara mencolok lebih tinggi dan

lebih

      rendah dari angka kabupaten

g.      Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat menjelaskan

terjadinya

      perbedaan-perbedaan tersebut

h.      Lakukan analisis yang sama untuk semua jenjang pendidikan 

Kondisi Ruang Belajar

a.      Berapa % ruang belajar yang berkondisi baik, rusak berat, rusak ringan tingkat

kabupaten

a.    Identifikasi kecamatan-kecamatan yang mempunyai % tinggi dalam kondisi

       rusak berat dan rusak ringan

b.      Lakukan analisis ini untuk semua jenjang pendidikan 

Ketersediaan Fasilitas Pendidikan Lainnya

a.      Berapa % ketersediaan fasilitas belajar (perpustakaan, lapangan olahraga

dan

      UKS) dimiliki sekolah pada tingkat kabupaten

b.      Identifikasi kecamatan-kecamatan yang punya % tinggi dan rendah

      dibandingkan kabupaten.

c.      Lakukan analisis ini untuk semua jenjang pendidikan 

Angka Putus Sekolah Mengulang

a.      Berapa % angka putus sekolah, mengulang tingkat kabupaten

b.      Identifikasi kecamatan-kecamatan yang punya % tinggi dan rendah

      dibandingkan kabupaten

Page 14: Metodelogi Penelitian Teknik Analisis Data Dwi (Soft Copy)

c.      Lakukan analisis ini untuk semua jenjang pendidikan