METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

233
Prof. Abuzar Asra, B.St. (Akademi Ilmu Statistik), M.Sc. (University of Michigan), Ph.D. (Griffith University) Puguh Bodro Irawan, B.St. (Akademi Ilmu Statistik), M.A. (University of Flinders) Agus Purwoto, B.St. (Akademi Ilmu Statistik), Ir. (Institut Pertanian Bogor), M.Si (Universitas Nasional Jakarta)

Transcript of METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

Page 1: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

Prof. Abuzar Asra, B.St. (Akademi Ilmu Statistik), M.Sc. (University of Michigan), Ph.D. (Griffith University)

Puguh Bodro Irawan, B.St. (Akademi Ilmu Statistik), M.A. (University of Flinders)

Agus Purwoto, B.St. (Akademi Ilmu Statistik), Ir. (Institut Pertanian Bogor), M.Si (Universitas Nasional Jakarta)

Page 2: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEIii

METODOLOGI PENELITIAN SURVEIAbuzar Asra, Puguh Bodro Irawan, dan Agus Purwoto

Hak Cipta ©2015 di Penulis Diterbitkan oleh : Penerbit IN MEDIAEditor Bahasa : Abuzar Asra dan Puguh Bodro Irawan Telp/Faks. : (021) 82425377/(021) 82425377Website : http//www.penerbitinmedia.comE-mail : [email protected]

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau

memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Penerbit In Media, BogorAnggota IKAPI no. 250/JBA/20141 jil.,14,5 x 21 cm, 233 hal.

ISBN : Perpustakaan Nasional : Katalog dalam Terbitan (KDT)

1. Umum 2. Metode Penelitian Survei

Page 3: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah pantas penulis bertiga ucapkan, karena hanya berkat perkenan-Nya jua lah, akhirnya buku ini dapat terselesaikan, walaupun sedikit melewati rencana semula. Hanya Allah SWT-lah yang merupakan penentu terjadinya segala sesuatu di muka bumi ini.

Buku ini awalnya ditulis dalam bentuk modul pelajaran Metode Penelitian yang telah dipergunakan dalam beberapa tahun terakhir di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), Jakarta. Akan tetapi, atas dorongan beberapa teman dosen STIS, serta adanya keperluan untuk menambah ketersediaan buku metode penelitian yang beredar di pasar, terutama metode penelitian survei, maka modul tersebut dijadikan buku dalam bentuk terbitan perdana.

Tentunya, dengan tersedianya lebih banyak pilihan buku teks dalam mata kuliah metode penelitian ini, maka mahasiswa akan mendapat pilihan yang lebih luas dalam mempelajari topik yang merupakan suatu keharusan dalam dunia pendidikan di perguruan tinggi. Dengan demikian, wawasan mahasiswa akan menjadi bertambah, karena setiap buku tentunya mempunyai kelebihan masing-masing.

Page 4: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEIiv

Selain itu, buku ini dapat digunakan oleh para pengajar mata kuliah metode penelitian di berbagai perguruan tinggi, selain buku metode penelitian yang telah ada. Demikian pula para peneliti, terutama yang melakukan penelitian survei, bisa menggunakan buku ini sebagai tambahan referensi didalam melakukan kegiatan penelitian mereka. Buku ini berusaha disajikan secara lebih sederhana, sehingga mudah dipahami, walaupun bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit latar belakang matematika atau statistika.

Tentunya penulis bertiga pantas mengucapkan penghargaan dan terimakasih kepada keluarga penulis yang telah banyak terabaikan di dalam proses pembuatan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan merupakan setitik sumbangan bagi usaha mencerdaskan bangsa. Saran perbaikan untuk edisi revisi amat dihargai. Selamat membaca.

Otto Iskandardinata 64C, April, 2015

Penulis

Abuzar Asra, Puguh Bodro Irawan, Agus Purwoto

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta

Page 5: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

v

KATA SAMBUTAN

Terbitnya buku Metode Penelitian Survei ini merupakan suatu kegembiraan tersendiri bagi saya, dan juga bagi Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Badan Pusat Statistik, Jakarta, tempat ketiga penulis mengampu mata pelajaran metode penelitian. Memang telah beredar di pasar berbagai buku tentang metode penelitian, tetapi saya yakin masih diperlukan buku-buku lain tentang metode penelitian, karena setiap buku mempunyai kelebihan masing-masing.

Dengan terbitnya buku ini, baik mahasiswa maupun pengajar mata pelajaran metode penelitian di berbagai perguruan tinggi, bisa mempelajari metode penelitian dengan lebih baik dan memperoleh wawasan baru yang sangat berguna. Disamping itu, buku ini bermanfaat bagi para peneliti yang melakukan penelitian, terutama penelitian survei.

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap informasi, termasuk informasi statistik, maka penelitian survei semakin banyak digunakan, baik di sektor publik maupun di sektor swasta. Tanpa pengetahuan yang memadai tentang bagaimana sebaiknya suatu penelitian survei dilakukan tentunya sulit diharapkan penelitian

Page 6: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEIvi

tersebut bisa memberikan hasil yang berkualitas yang dapat memenuhi tujuan yang sudah ditentukan.

Saya yakin bahwa buku ini bisa mengisi kebutuhan bahan ajar metode penelitian di berbagai perguruan tinggi, termasuk di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Badan Pusat Statistik, Jakarta. Pengalaman yang luas dari ketiga penulis baik dalam mengajar metode penelitian, maupun dalam melakukan berbagai penelitian survei, memberi keyakinan terhadap kualitas buku ini.

Semoga buku ini bisa mencapai tujuan seperti yang disebutkan oleh para penulis.

Jakarta, April 2015

Dr. Hamonangan Ritonga

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

Page 7: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

vii

Kata Pengantar ....................................................................................... iii

Kata SAMBUTAN .................................................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

BAB 1 KONSEP DASAR PENELITIAN ................................................... 1Tujuan ........................................................................................... 11.1. Arti Penelitian .................................................................................. 11.2. Tujuan Penelitian .......................................................................... 41.3. Unsur-unsur Penelitian ............................................................... 51.4. Proses dan Struktur Penelitian ............................................... 81.5. Jenis-jenis Penelitian .................................................................... 121.6. Ciri-ciri Penelitian Yang Baik ................................................... 17Soal-Soal Latihan: ...................................................................................... 20

BAB 2 MASALAH DAN VARIABEL PENELITIAN .................................. 21Tujuan ............................................................................................................. 21 2.1. Pengertian dan Fungsi Formulasi Masalah Penelitian .. 212.2. Jenis Permasalahan Penelitian ................................................. 242.3. Sumber-sumber Masalah Penelitian ...................................... 252.4. Ciri-ciri Masalah Penelitian yang Baik .................................. 292.5. Pengertian Peubah (Variabel) ................................................... 302.6. Jenis-jenis Peubah .......................................................................... 322.7. Jenis-jenis skala pengukuran (measurement scales)

dari variabel ..................................................................................... 36Soal-Soal Latihan: ...................................................................................... 41

DAFTAR ISI

Page 8: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEIviii

BAB 3 KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ..... 43Tujuan ............................................................................................................. 433.1. Pengertian dan Kegunaan Teori ............................................... 433.2. Pendeskripsian Teori .................................................................... 443.3. Kerangka Berpikir .......................................................................... 483.4. Perumusan Hipotesis ................................................................... 54Soal-soal Latihan: ....................................................................................... 59

BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................... 614.1. Pengertian Metode Penelitian .................................................. 614.2. Penentuan Metode Penelitian ................................................... 634.3. Metode Penelitian Survei ............................................................ 64Soal-Soal Latihan: ...................................................................................... 71

BAB 5 POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN ................................. 735.1. Populasi ............................................................................................. 735.2 Sensus Dan Survei Sampel ......................................................... 765.3. Berbagai Macam Sampling ......................................................... 805.4. Pendugaan Berdasarkan Sampel ............................................. 865.5. Menentukan Ukuran Sampel ..................................................... 90Soal-Soal Latihan: ...................................................................................... 95

BAB 6 PENGUMPULAN DATA .............................................................. 97

6.1 Beberapa Metode Pengumpulan Data .............................. 976.2 Pemilihan Metode Pengumpulan Data .................................. 1026.3 Metode Pengumpulan Data dalam Penelitian Survei ..... 112Soal-Soal Latihan: ...................................................................................... 114

BAB 7 INSTRUMEN PENELITIAN ......................................................... 1157.1 Pengertian Instrumen Penelitian ............................................ 1157.2. Penyusunan Kuesioner ................................................................ 1177.3. Penyusunan Angket. ...................................................................... 1357.4. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. .............. 144Soal-Soal Latihan: ...................................................................................... 156

BAB 8 KELAYAKAN INSTRUMEN PENELITIAN .................................. 1578.1. Ukuran Kelayakan Instrumen Penelitian ............................. 1578.2. Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................... 1588.3. Uji Coba Instrumen Penelitian ................................................ 159

Page 9: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

ix

BAB 9 PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN HASIL PENELITIAN ............ 171Tujuan ............................................................................................................. 1719.1. Tehnik-tehnik Pengolahan Hasil Penelitian ........................ 1719.2 Penyajian Hasil Pengolahan Data ............................................ 176

BAB 10 TEKNIK-TEKNIK ANALISis HASIL PENELITIAN ......................... 18510.1 Dasar Penentuan Teknik Analisis Data yang

Digunakan ......................................................................................... 18510.2 Jenis-jenis Teknik Analisis ......................................................... 18710.3 Ukuran Statistik Dan Metode Statistik Inferensial

Apa yang Digunakan? ................................................................... 187

BAB 11 FORMAT USULAN DAN LAPORAN PENELITIAN ...................... 19911.1. Format Usulan Penelitian (Proposal) .................................... 19911.2. Penyusunan Laporan Hasil Penelitian .................................. 20011.3. Golongan Pembaca Hasil Laporan Penelitian .................... 20111.4. Isi dan bentuk Laporan Hasil Penelitian .............................. 20211.5 Urutan Penulisan Laporan Hasil Penelitian ........................ 20311.6. Pedoman cara penulisan laporan yang baik ....................... 20711.7. Format Laporan Hasil Penelitian ............................................ 208

LAMPIRAN .............................................................................................. 215

Page 10: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEIx

Page 11: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

1

KONSEP DASAR PENELITIAN

Bab 1

Tujuan

Sesudah mempelajari Bab 1 ini pembaca diharapkan dapat: ◙ memahami arti dari penelitian ◙ mengerti tujuan penelitian ◙ menjelaskan unsur-unsur penelitian ◙ menerangkan proses dan struktur penelitian ◙ menjelaskan jenis-jenis penelitian ◙ menguraikan ciri-ciri penelitian yang baik

____________________________________________________

1.1. Arti Penelitian

Salah satu kata penelitian dalam bahasa Inggris adalah research, yang berarti ‘studious, systematic investigation or inquiry to ascertain, uncover, or assemble facts, used as a basis for conclusions or the formulation of theory.’1 Dengan demikian, penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan investigasi atau pencaritahuan yang sistematis dan teliti untuk memastikan, mengungkap, atau merangkai fakta, yang digunakan sebagai dasar pembuatan berbagai kesimpulan atau ‘penurunan’ (formulasi) teori.

1 Webster’s Student Dictionary yang diedit oleh Landau (1996).

Oleh: Abuzar Asra

Page 12: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI2

Kata research sendiri mungkin bisa dipahami sebagai berasal dari kombinasi kata ‘to search’, yang salah satu artinya adalah ‘to look through or explore thoroughly in order to find something’ dan kata ‘re’ yang berarti ‘again, anew, again and again’.2 Ini berarti penelitian adalah suatu usaha pengamatan yang mendalam atau eksplorasi secara menyeluruh dan kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang untuk menemukan sesuatu. Dengan demikian, dari dua cuplikan di atas terlihat bahwa terdapat berbagai pengertian tentang penelitian yang telah dipakai secara luas. Dalam bahasa Indonesia, penelitian biasa juga disebutkan dengan istilah ‘riset’, yang diambil dari kata ‘research’ dalam bahasa Inggris. Grinnel (1993: 4), misalnya, berdasarkan kata “research” yang berasal dari dua suku kata di atas mengartikan penelitian sebagai upaya pencarian kesimpulan tentang suatu fenomena dengan cara meneliti secara mendalam, hati-hati, kemudian menguji kembali kesimpulan tersebut, untuk menghasilkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sejalan dengan ini, Selltiz, Wrightsman, dan Cook (1976: 2) menyebutkan bahwa melakukan penelitian adalah ‘to search again, to take another look, more careful look, to find out more.’ Alasan utama kenapa mesti dilakukan ‘another look’, disebutkan oleh mereka adalah karena ‘something may be wrong what we already know’. Dengan demikian, penelitian atau riset merupakan suatu kegiatan yang terus menerus, karena apa yang telah diketahui, mungkin saja salah. Bahkan, suatu teori atau pandangan yang telah lama diakui, mungkin saja tidak berlaku lagi di masa kini, atau suatu teori atau pandangan bisa saja berlaku untuk suatu tempat tertentu saja, tetapi tidak berlaku di tempat lain. Ini tentu paralel dengan kata ‘research’ yang dalam bahasa Indonesia adalah riset, yang secara harfiah berarti ‘mencari kembali’.

2 Ibid.

Page 13: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 1 : KONSEP DASAR PENELITIAN 3

Sekaran (2000: 2), misalnya, dengan pendekatan bisnis dan praktis, menyebutkan bahwa penelitian adalah suatu ”proses mencari penyelesaian terhadap suatu permasalahan sesudah atau melalui sebuah studi dan analisis yang menyeluruh terhadap faktor-faktor yang ada.” Selanjutnya, dia menyebutkan bahwa penelitian adalah suatu ”penyelidikan ilmiah yang dilakukan secara terorganisir, sistematis, berdasarkan data, kritis, dan objektif, terhadap suatu persoalan spesifik yang dilakukan untuk mencari penyelesaian atau jawaban terhadap persoalan tersebut” (Sekaran, 2000: 4). Pengertian lain dari penelitian adalah sebuah pencarian terstruktur dengan menggunakan metodologi ilmiah yang secara umum diakui untuk menyelesaikan suatu masalah dan atau menciptakan pengetahuan baru yang biasanya dapat diaplikasikan. Kumar (1996: 2) mengartikan penelitian sebagai suatu cara berpikir (a way of thinking). Berawal dari kebiasaan bertanya (a habit of questioning) serta rasa ingin tahu yang tinggi (a high level of curiosity), cara berpikir ini mendorong seseorang untuk meneliti secara kritis tentang berbagai aspek disiplin ilmu, memahami dan memformulasikan prinsip-prinsip tentang suatu prosedur tertentu, dan mengembangkan serta menguji teori-teori baru untuk penyempurnaan suatu disiplin ilmu. Dari pembahasan singkat di atas, maka penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pencarian untuk mendalami suatu permasalahan, baik permasalahan kehidupan dunia nyata maupun permasalahan teori. Kegiatan pencarian ini dilakukan dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang telah diakui, dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi tersebut atau mengembangkan teori yang telah ada. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut maka penelitian dilakukan dengan melalui beberapa tahapan kegiatan, termasuk perumusan masalah, tujuan dan kerangka berpikir penelitian yang jelas dan operasional, pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis data yang relevan dengan tujuan penelitian. Buku ini secara umum membahas setiap tahapan kegiatan penelitian di atas, dan khususnya tahapan dari kegiatan penelitian survei.

Page 14: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI4

1.2. Tujuan Penelitian Terkait dengan berbagai arti dari penelitian di atas, maka berbagai penulis pun telah menjelaskan tujuan penelitian dengan berbagai keragamannya. Seltiz, Wrightsman dan Cook (1976: 7-10), misalnya, menguraikan bahwa penelitian sosial bertujuan untuk:

1) mengembangkan dan mengevaluasi teori hubungan sosial, kebiasaan dan konsep, serta metodologi yang digunakan untuk menguji kebiasaan, konsep dan teori tersebut;

2) meningkatkan kualitas dari kehidupan sosial; dan3) mengembangkan ukuran kualitas hidup, seperti indikator-

indikator sosial.Akan tetapi, Sekaran (2000: 6-7), dengan pendekatan penelitian bisnis (business research) yang diadopsinya, menyatakan bahwa penelitian dilakukan untuk mencapai 2 (dua) tujuan; (i) untuk menyelesaikan masalah yang saat ini dihadapi oleh manajemen (perusahaan) di dalam dunia kerja, dan membutuhkan penyelesaian pada waktunya, dan (ii) untuk menciptakan sekumpulan pengetahuan dengan memahami bagaimana masalah-masalah tertentu yang terjadi di perusahaan dapat diselesaikan.

Sejalan dengan Sekaran (2000), Burns (1994: 2) juga menekankan bahwa penelitian, yang merupakan suatu penyelidikan yang sistematik, semata-mata bertujuan untuk menemukan jawaban atas suatu masalah penelitian (research problem), yang juga didukung oleh Grinnel (1993: 4), yang menyebutkan bahwa penelitian adalah untuk memecahkan masalah-masalah dan menciptakan pengetahuan baru yang umumnya dapat diterima secara umum.

Berdasarkan uraian di atas dapat diringkas bahwa penelitian bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan (problem-solving), baik itu permasalahan bisnis atau permasalahan secara umum, seperti kehidupan (sosial dan ekonomi), serta untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan tujuan ini, maka terdapat 2 (dua) jenis penelitian, yaitu penelitian terapan (applied research) dan penelitian murni atau teori (pure/theoretical research).

Page 15: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 1 : KONSEP DASAR PENELITIAN 5

1.3. Unsur-unsur Penelitian

Di dalam penelitian terdapat berbagai unsur kunci yang harus dipahami, yaitu:

1) Permasalahan Sebagaimana didefinisikan di atas, salah satu tujuan penelitian

adalah untuk menyelesaikan permasalahan. Karena itu permasalahan merupakan salah satu unsur penelitian kunci. Permasalahan dapat diperoleh melalui observasi atau melalui wawancara (interview) dengan beberapa ahli atau berdasarkan studi pustaka (literature review). Dengan pengamatan, misal, terjadinya secara terus menerus kesemrawutan lalu lintas di suatu persimpangan jalan, memberikan indikasi adanya suatu permasalahan yang perlu dicarikan penyelesaiannya (solution).

Bahkan melalui dialog dengan beberapa ahli, misal di bidang perikanan, dapat ditemukan suatu permasalahan yang memerlukan penelitian. Sebagai contoh, tingkat kehidupan para nelayan tradisional yang semakin menurun mungkin merupakan suatu permasalahan penelitian yang pantas untuk diteliti yang berguna untuk menemukan cara memperbaiki taraf hidup mereka.

Berdasarkan studi literatur atau tinjauan pustaka, misalnya, dapat juga diketahui permasalahan apa yang masih menjadi perdebatan sehingga perlu diteliti lebih lanjut, atau bahkan dapat diketahui isu apa yang belum diteliti sehingga diperlukan suatu penelitian. Selain itu, informasi statistik bisa digunakan juga sebagai alat identifikasi permasalahan seperti yang dikatakan oleh Asra (2014a). Misal, informasi statistik yang ada memberikan gambaran bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu wilayah ternyata tidak diikuti dengan menurunnya tingkat kemiskinan. Tentunya ini memberikan indikasi adanya suatu permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi tersebut, yang secara teori diharapkan dapat menurunkan kemiskinan berdasarkan pandangan adanya efek menetes (trickle-down effects).

Page 16: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI6

2) Kerangka Teori atau Kerangka Pikir Sesudah menyatakan permasalahan yang akan diteliti, maka

unsur penelitian selanjutnya yang perlu dibuat adalah kerangka teori atau kerangka pikir. Kerangka teori dapat didefinisikan sebagai suatu model konseptual yang menggambarkan bagaimana hubungan antara berbagai faktor yang dianggap penting dalam mempelajari suatu permasalahan. Biasanya faktor-faktor tersebut masih dalam berbentuk konsep (concept) yang (biasanya) masih bersifat abstrak (dalam pengertian tidak langsung dapat diukur).

Kerangka teori, yang merupakan keterkaitan antar konsep, bisa diperoleh dari berbagai buku teks (textbooks) sedangkan kerangka pikir bisa diturunkan dari kerangka teori tersebut atau bisa juga berdasarkan tinjauan literatur atau tinjauan pustaka terhadap berbagai penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

3) Konsep Dalam ilmu sosial, suatu konsep dapat didefinisikan sebagai

persepsi atau sikap mental, seperti bahagia, sedih, dan keimanan yang tidak atau susah diukur. Sehingga itu, dalam penelitian, suatu konsep perlu diukur dengan menggunakan dimensi dan variabel/indikator. Tetapi dalam bidang ilmu yang lain, seperti ilmu ekonomi, mungkin saja terdapat konsep yang mudah atau langsung dapat diukur.

4) Dimensi dan Variabel/Indikator Mengikuti Sekaran (2000: 178-182), suatu konsep mempunyai

berbagai dimensi dan dari setiap dimensi tersebut pada akhirnya dapat ditentukan berbagai variabel atau peubah yang terukur, dan atau bila variabel tersebut belum terukur maka dapat dibuatkan indikator dari variabel tersebut. Akan tetapi, menurut Kumar (1996), dimensi ini adalah indikator (indicator) dari suatu konsep yang kemudian diukur melalui variabel.

Beberapa penulis juga ada yang menyatakan bahwa dimensi tersebut adalah variabel dan untuk merefleksikan variabel

Page 17: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 1 : KONSEP DASAR PENELITIAN 7

tersebut, dibuatlah indikator yang merupakan variabel yang terukur. Kadang-kadang ada yang menyamakan antara variabel dengan indikator, terutama bila satu variabel mempunyai satu indikator, atau sebaliknya satu indikator mempunyai satu variabel. Variabel yang terukur tersebut menjadi butir-butir pertanyaan dalam suatu penelitian survei.

Berikut ini diberikan sebuah contoh tentang penurunan dimensi serta variabel dan indikator dari suatu konsep (Sekaran, 2000: 178-182). Konsep motivasi pencapaian (achievement motivation) mempunyai 5 (lima) dimensi, yaitu ‘terpacu dengan pekerjaan’ (driven by work); ‘tidak bisa santai (unable to relax); ‘tidak sabar terhadap ketidak-efektifan’; ‘mencari tantangan’; dan ‘mencari umpan-balik (feedback)’.

Kemudian, berdasarkan dimensi yang belum terukur ini maka ditentukan variabel yang merupakan operasionalisasi dari dimensi tersebut. Misalnya, 2 (dua) variabel dari dimensi ‘tidak biasa santai’ adalah (1) selalu memikirkan pekerjaan walaupun berada di rumah, dan (2) tidak mempunyai hobi sama sekali. Kedua variabel ini sudah dapat diukur dalam suatu kegiatan pengumpulan data, misal dengan survei langsung terhadap responden melalui wawancara dengan kuesioner, baik dengan menggunakan kuesioner yang tidak terstruktur maupun yang terstruktur. Variabel yang terukur (measurable variable) ini dapat disebut sebagai indikator.

5) Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep/pikir, hipotesis penelitian

ditentukan untuk dapat diuji (testable hypothesis) dengan menggunakan data empiris. Sebagai contoh, berdasarkan teori tentang hubungan positif antar keimanan dengan kebahagiaan, suatu hipotesis dapat diuji tentang keterkaitan antara “banyaknya buku agama yang dimiliki” dengan “banyaknya senyum’. Diasumsikan bahwa keimanan dapat diukur dengan ‘banyaknya buku agama yang dimiliki’, dan kebahagiaan dapat diukur dengan “banyaknya senyum”.

Page 18: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI8

Contoh lain adalah dari Selltiz, Wrightsman dan Cook (1996) yang menyebutkan adanya teori yang mengaitkan antara ‘exposure’ terhadap media-masa (mass-media), misal TV, dengan ‘keributan’ (riot). Ringkasnya, eksposur terhadap media-masa menyebabkan kelompok miskin menginginkan berbagai barang yang mereka tidak punyai. Teori menyebutkan pula bahwa karena adanya diskriminasi dalam pasar kerja, maka kelompok miskin tersebut tidak dapat mendapatkan pekerjaaan yang ‘layak’ yang dapat memberikan pendapatan yang cukup.

Dengan demikian, pada saat yang bersamaan dengan tidak adanya pekerjaan yang layak bagi kelompok miskin, keinginan mereka terhadap barang konsumsi meningkat, sehingga terjadi kenaikan kesenjangan antara keinginan dengan kemampuan, yang menyebabkan timbulnya rasa frustrasi. Rasa frustrasi pada kelompok miskin ini lah yang kemudian menyebabkan mereka mudah untuk ikut dalam atau membuat keributan.

Berdasarkan teori di atas, maka salah satu hipotesis yang dapat dibuat adalah “eksposur terhadap media-masa berkaitan positif dengan insiden keributan”. Hipotesis ini dapat diukur untuk setiap wilayah, sehingga dapat diuji berdasarkan data empiris (empirical data). Kalau hipotesis tersebut benar, maka tentunya data empiris akan menunjukkan bahwa wilayah-wilayah yang mempunyai kelompok miskin dengan eksposur terhadap media-masa yang tinggi akan mempunyai tingkat insiden keributan yang juga tinggi.

1.4. Proses dan Struktur Penelitian

Penelitian harus dilakukan secara sistematis, terorganisir, dan mencakup beberapa proses. Proses penelitian ini disebut sebagai ‘roda penelitian’ (research wheel) (Rudestam dan Newton, 2001) dengan 6 komponen. Proses ini mirip dengan “kerangka bangunan dari ilmu pengetahuan’ (building blocks of science) (Sekaran, 2000) yang mendasari 11 (sebelas) langkah proses penelitian, dan juga sejalan dengan 8 (delapan) proses penelitian oleh Kumar (1996).

Page 19: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 1 : KONSEP DASAR PENELITIAN 9

Proses penelitian yang bervariasi ini disebabkan oleh berbedanya penekanan pada proses penelitian yang lebih dipentingkan oleh setiap penulis. Tabel 1.1 di bawah ini memberikan ringkasan proses penelitian yang diberikan oleh Sekaran (2000), Rudestam dan Newton (2001), dan Kumar (1996).

Tabel 1.1 .....................................................Tiga Tipe Proses Penelitian

Sekaran (2000) Rudestam dan New-ton (2001) Kumar (1996)

Pengamatan Pengamatan EmpirisIdentifikasi permasala-han Proposisi Identifikasi persoalan pene-

litianPengumpulan Data Awal

Kerangka Pikir (Teori & Literatur)

Konseptualisasi rancangan penelitian

Definisi Permasalahan Pertanyaan Peneli-tian/Hipotesis

Pembuatan instrument un-tuk pengumpulan data

Kerangka Pikir Pemilihan sampelPembuatan HipotesisRancangan Penelitian Ilmiah

Penulisan suatu usulan penelitian

Pengumpulan Data, Analisis, dan Interpre-tasi

Pengamatan empiris/Pengumpulan Data Pengumpulan data

Deduksi Analisis Data dan Proposisi Pengolahan Data

Penulisan LaporanPenyajian Laporan

Pengambilan Keputusan Perbaikan Kerangka Pikir

Penulisan Laporan Peneli-tian

Sumber: Sekaran (2000), Rudestam dan Newton (2001), serta Kumar (1996).

Terlihat bahwa walaupun pada prinsipnya semua penulis tersebut mempunyai pandangan yang sejalan tentang proses kunci dari suatu proses penelitian, tetapi mereka berbeda didalam membuat rincian proses penelitian tersebut. Sekaran (2000), misalnya, membedakan pengamatan dengan identifikasi permasalahan, tetapi Kumar (1996)

Page 20: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI10

hanya mencantumkan identifikasi persoalan penelitian, yang secara implisit mencakup kegiatan pengamatan.

Bila digambarkan dalam bentuk diagram, maka roda penelitian yang disebutkan oleh Rudestam dan Newton (2001: 5) adalah sebagaimana disajikan di bawah ini (Diagram 1.1.). Menurut mereka, yang biasa dilakukan adalah dimulai dengan pengamatan empiris yang kemudian diikuti dengan proses logika induktif (inductive logic) yang menghasilkan proposisi (proposition), yang, misalnya, merupakan pernyataan tentang keterkaitan antara dua variable yang terdapat dalam suatu kerangka konseptual (conceptual framework).

Diagram 1.1 Roda penelitian

9

Diagram 1.1 Roda penelitian

Induktif Deduktif

Sumber: Rudestam dan Newton (1996: 5)

Kemudian tahapan ini diikuti dengan pembuatan hipotesis secara deduksi (deductive

reasoning) dari teori ke pertanyaan penelitian yang spesifik, lalu diikuti dengan pengumpulan

data dan analisis data. Tahapan ini kemudian dilanjutkan dengan proses induktif untuk

melihat kembali kerangka konseptual semula. Dengan demikian, terjadilah yang disebut

dengan istilah roda (wheel) yang menunjukkan bahwa penelitian tidak lah berbentuk garis

lurus (linear) tetapi merupakan suatu lingkaran tahapan membalik (recursive cycle of steps)

yang berulang dengan berjalannya waktu.

Sejalan dengan proses penelitian tersebut di atas, struktur penelitian (research structure),

dikatakan mengikuti bentuk suatu „hourglass‟3, yang dimulai dengan (i) pertanyaan besar

(broad questions), lalu (ii) dipertajam dan difokuskan ke pertanyaan spesifik, yang kemudian

3Yang merupakan suatu peralatan kaca yang terdiri dari 2 (dua) bagian yang dihubungkan dengan suatu jalur kecil seperti leher, yang digunakan untuk mengukur waktu dengan mengalirkan pasir dari bagian atas ke bagian bawah.

Kerangka konseptual (teori, literatur)

Proposisi

Pengamatan empiris

Pengumpulan data

Pertanyaan penelitian/hipotesis

Analisis data

9

Diagram 1.1 Roda penelitian

Induktif Deduktif

Sumber: Rudestam dan Newton (1996: 5)

Kemudian tahapan ini diikuti dengan pembuatan hipotesis secara deduksi (deductive

reasoning) dari teori ke pertanyaan penelitian yang spesifik, lalu diikuti dengan pengumpulan

data dan analisis data. Tahapan ini kemudian dilanjutkan dengan proses induktif untuk

melihat kembali kerangka konseptual semula. Dengan demikian, terjadilah yang disebut

dengan istilah roda (wheel) yang menunjukkan bahwa penelitian tidak lah berbentuk garis

lurus (linear) tetapi merupakan suatu lingkaran tahapan membalik (recursive cycle of steps)

yang berulang dengan berjalannya waktu.

Sejalan dengan proses penelitian tersebut di atas, struktur penelitian (research structure),

dikatakan mengikuti bentuk suatu „hourglass‟3, yang dimulai dengan (i) pertanyaan besar

(broad questions), lalu (ii) dipertajam dan difokuskan ke pertanyaan spesifik, yang kemudian

3Yang merupakan suatu peralatan kaca yang terdiri dari 2 (dua) bagian yang dihubungkan dengan suatu jalur kecil seperti leher, yang digunakan untuk mengukur waktu dengan mengalirkan pasir dari bagian atas ke bagian bawah.

Kerangka konseptual (teori, literatur)

Proposisi

Pengamatan empiris

Pengumpulan data

Pertanyaan penelitian/hipotesis

Analisis data

Sumber: Rudestam dan Newton (1996: 5)

Kemudian tahapan ini diikuti dengan pembuatan hipotesis secara deduksi (deductive reasoning) dari teori ke pertanyaan penelitian yang spesifik, lalu diikuti dengan pengumpulan data dan analisis data. Tahapan ini kemudian dilanjutkan dengan proses induktif untuk melihat kembali kerangka konseptual semula. Dengan demikian,

Page 21: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 1 : KONSEP DASAR PENELITIAN 11

terjadilah yang disebut dengan istilah roda (wheel) yang menunjukkan bahwa penelitian tidak lah berbentuk garis lurus (linear) tetapi merupakan suatu lingkaran tahapan membalik (recursive cycle of steps) yang berulang dengan berjalannya waktu.

Sejalan dengan proses penelitian tersebut di atas, struktur penelitian (research structure), dikatakan mengikuti bentuk suatu ‘hourglass’3, yang dimulai dengan (i) pertanyaan besar (broad questions), lalu (ii) dipertajam dan difokuskan ke pertanyaan spesifik, yang kemudian (iii) dioperasionalisasikan, dan diikuti oleh pengamatan dan pengumpulan data serta analisis data.

Dalam bentuk gambar, metafor struktur penelitian adalah sebagai mana terlihat di diagram di bawah ini (Diagram 1.2), yang menunjukkan bentuk ‘hourglass’.

Diagram 1.2 Metafor struktur penelitian

10

(iii) dioperasionalisasikan, dan diikuti oleh pengamatan dan pengumpulan data serta analisis

data.

Dalam bentuk gambar, metafor struktur penelitian adalah sebagai mana terlihat di

diagram di bawah ini (Diagram 1.2), yang menunjukkan bentuk „hourglass‟.

Diagram 1.2 Metafor struktur penelitian

Dimulai dengan pertanyaan umum ,

Mengerucut, ke pertanyaan spesifik/hipotesis,

Mengoperasionalkan konsep, Pengamatan dan

analisis data

Ditutup dengan penarikan kesimpulan dan

penjawaban pertanyaan umum di awal

Sumber: Diambil dari Structure of Research (tak bertanggal)4

Struktur penelitian di atas yang digambarkan dengan „hourglass‟ berbentuk terbalik

dengan struktur penulisan laporan penelitian yang berbentuk kendi, sebagaimana

ditunjukkan oleh Diagram 1.3 di bawah ini.

Laporan penelitian dimulai dengan penjelasan singkat tentang latar belakang dan

tujuan serta metodologi penelitian, kemudian diikuti dengan pembahasan yang panjang

lebar tentang hasil dan pembahasan. Terakhir, yang juga ringkas, adalah kesimpulan dan

saran (bila ada).

Diagram 1.3. Metafor struktur penulisan laporan penelitian

4www.socialresearchmethods.net/kb/structures.php.

Sumber: Diambil dari Structure of Research (tak bertanggal)4

3 Yang merupakan suatu peralatan kaca yang terdiri dari 2 (dua) bagian yang dihubungkan dengan suatu jalur kecil seperti leher, yang digunakan untuk mengukur waktu dengan mengalirkan pasir dari bagian atas ke bagian bawah.

4 www.socialresearchmethods.net/kb/structures.php.

Page 22: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI12

Struktur penelitian di atas yang digambarkan dengan ‘hourglass’ berbentuk terbalik dengan struktur penulisan laporan penelitian yang berbentuk kendi, sebagaimana ditunjukkan oleh Diagram 1.3 di bawah ini.

Laporan penelitian dimulai dengan penjelasan singkat tentang latar belakang dan tujuan serta metodologi penelitian, kemudian diikuti dengan pembahasan yang panjang lebar tentang hasil dan pembahasan. Terakhir, yang juga ringkas, adalah kesimpulan dan saran (bila ada).

Diagram 1.3. Metafor struktur penulisan laporan penelitian

Dengan kata lain, struktur penulisan laporan adalah mengikuti pola perubahan kendi, yang dimulai dari bagian mulut di atas (yang kecil) ke bagian tengah (yang lebih besar), lalu kembali ke bagian yang lebih kecil. Ini merupakan suatu struktur laporan yang diharapkan, karena yang perlu panjang lebar adalah penyajian hasil dan pembahasannya (seperti bagian tengah kendi yang paling besar), sedangkan pendahuluan dan kesimpulan serta rekomendasi haruslah lebih sedikit dari pada hasil dan pembahasan.

1.5. Jenis-jenis Penelitian

Menurut Kumar (1996: 8) penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 (tiga) perspektif, yaitu menurut:

1) pemanfaatan atau aplikasi dari penelitian;2) tujuan penelitian; dan

Page 23: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 1 : KONSEP DASAR PENELITIAN 13

3) jenis informasi atau data yang dikumpulkan.Berdasarkan perspektif pertama, yaitu aplikasi atau pemanfaatan dari penelitian, maka terdapat penelitian terapan (applied reasearch) dan penelitian murni (pure research). Pandangan ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Sekaran dan Bougie (2009), yang menyebutkan adanya (i) penelitian terapan, dan (ii) penelitian dasar (basic research), walaupun menurut mereka ini adalah pembagian menurut tujuan.

Menurut Sekaran dan Bougie (2009), yang dimaksud dengan penelitian terapan adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan terkini yang sedang dihadapi oleh manajemen, sedangkan penelitian dasar adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dengan memahami bagaimana suatu permasalahan yang terjadi pada suatu organisasi dapat diselesaikan.

Berdasarkan berbagai literatur, maka berbagai jenis/tipe penelitian adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2 Beberapa jenis/tipe penelitian berdasarkan beberapa sudut pandang

Aplikasi/Pemanfaat-

an

Sifat Tingkat Analisis

Perlakuan terhadap

objek pengamatan/ Bagaimana

data diperoleh

Data

Jenis Bentuk Sumber

Terapan Eksploratori Korelasi Korelasi/Studi Lapangan

Kuantitatif Data silang Primer

Dasar/Murni

Deskriptif Kausalitas Percobaan Lapangan

Kualitatif Longitudinal Sekunder

Analitikal Percobaan Laboratorium

Studi Kasus

Sumber: Diolah dari Sekaran dan Bougie (2009) dan Kumar (1996) dan berbagai sumber lain.

Page 24: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI14

Menurut tujuan penelitian, Kumar (1996:8) menyebutkan adanya 4 (empat) kelompok penelitian, yaitu penelitian eksploratori (exploratory research), penelitian deskriptif (descriptive research), penelitian korelasi (correlational research) dan penelitian eksplanatori (explanatory research). Akan tetapi, penelitian korelasi dan eksplanatori dalam Kumar (1996:8) tersebut sebenarnya bisa digabungkan menjadi penelitian korelasi karena kedua-duanya berhubungan dengan mempelajari kaitan antara dua atau lebih aspek dari suatu keadaan atau fenomena.

Pandangan Kumar (1996) di atas juga sejalan dengan pengelompokan penelitian menurut sifat (nature) (Sekaran dan Bougie, 2009: 103-109), yang mengelompokkan penelitian juga kedalam 4 (empat) kelompok, yaitu (i) eksploratori (exploratory), (ii) deskripsi (descriptive), (iii) pengujian hipotesa (yang secara secara umum bisa disebut analisis) (hypothesis testing), dan (iv) studi kasus (case-study).

Penelitian eksplorasi sebagaimana dinyatakan oleh Sekaran dan Bougie (2009) dilakukan dalam kondisi tidak banyak yang diketahui tentang permasalahan yang dihadapi atau ketika tidak tersedia informasi tentang bagaimana permasalahan yang hampir serupa diselesaikan. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian awal atau penjajakan, dan biasanya dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif.

Berbeda dengan penelitian eksplorasi, maka penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran permasalahan yang dihadapi dengan melihat besaran dan ciri-ciri dari berbagai variabel kunci yang dianggap dapat memberikan gambaran yang utuh. Biasanya digunakan beberapa metode statistik deskriptif dalam penelitian jenis ini. Penelitian deskriptif ini biasanya merupakan penelitian survei (survey research), yang bisa dilakukan sekali, atau berkali-kali dengan interval waktu tertentu. Data yang diperoleh biasanya adalah data-silang (cross-section), dan bila survei dilakukan berkali-kali akan diperoleh data gabungan cross-section dan data berkala (time-series data).

Page 25: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 1 : KONSEP DASAR PENELITIAN 15

Penelitian pengujian hipotesis biasanya menerangkan bentuk hubungan antara variabel atau menguji perbedaan (rata-rata atau persentase) antar kelompok dalam suatu fenomena atau permasalahan. Berbagai metode statistik biasanya digunakan dalam penelitian berjenis penelitian pengujian ini. Hipotesis bisa dibentuk berdasarkan teori yang ada atau berdasarkan tinjauan pustaka penelitian sejenis yang relevan.

Penelitian atau studi kasus ditujukan untuk mencari jawaban atau penyelesaian permasalahan bagi kasus tertentu yang spesifik sehingga pada umumnya tidak dapat dilakukan penggambaran umum (generalization) dari hasil-hasil penelitian atau studi kasus ini. Misalnya, studi kasus penggusuran pedagang kaki lima di Pasar Gembrong. Studi ini sangat spesifik sifatnya dan hanya mencakup kasus kaki lima di Pasar Gembrong yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan kaki lima di tempat-tempat lain, misalnya.

Menurut tingkat analisis terdapat 2 (dua) kelompok jenis penelitian: (i) kausalitas dan (ii) korelasi (Sekaran dan Bougie, 2009: 110). Penelitian kausalitas digunakan bila tujuan penelitian adalah untuk menetapkan hubungan kausalitas antar variabel yang diamati, sedangkan penelitian korelasi diperlukan untuk penentuan variabel yang berasosiasi atau berkorelasi dengan variabel dependen. Sedangkan menurut metode penelitian (terutama sejauh mana objek pengamatan diperlakukan) atau bagaimana data diperoleh, terdapat 3 (tiga) jenis penelitian, yaitu (i) penelitian korelasi/penelitian lapangan (correlational study atau field study) atau bisa disebut sebagai penelitian survei; (ii) percobaan lapangan (field experiment), dan (iii) percobaan laboratorium (laboratory experiment) (Sekaran dan Bougie, 2009: 133-134).

Dengan demikian, penelitian kausalitas dapat berbentuk percobaan lapangan (field experiment) atau, idealnya, percobaan laboratorium (laboratory experiment) di mana kendali (control) terhadap lingkungan penelitian dapat dilakukan semaksimum mungkin. Dalam percobaan laboratorium, maka perubahan terhadap variabel independen, misal X, dapat dilakukan dan pada saat bersamaan variabel-variabel lain dikendalikan dalam keadaan tetap

Page 26: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI16

(constant). Dengan demikian, bila variabel dependen juga berubah, maka secara meyakinkan dapat disimpulkan bahwa X-lah yang mempengaruhi Y, karena variabel lain adalah tetap dan perubahan X diikuti dengan perubahan Y.

Sedangkan penelitian korelasi umumnya berbentuk penelitian survei (survey research) yang dilakukan pada suatu waktu tertentu (one-shot) saja, dengan data yang dikumpulkan, biasanya, adalah data silang (cross-section data). Dengan data jenis ini, maka yang dapat dilakukan adalah melakukan analisis korelasi atau asosiasi antara variabel X dan variabel Y. Tetapi karena tidak ada kendali terhadap variabel-variabel lain yang berkorelasi dengan Y, maka perubahan Y tidak bisa disebutkan hanya karena perubahan dari X. Berbagai metode statistik telah dikembangkan untuk dapat digunakan di dalam usaha menjelaskan apakah benar bahwa sesungguhnya X-lah yang mengakibatkan perubahan dari Y.

Di samping pembagian di atas, terdapat 2 (dua) klasifikasi penelitian menurut jenis data yang digunakan (Kumar, 1996: 8), yaitu (i) penelitian kuantitatif, dan (ii) penelitian kualitatif, dengan berbagai tehniknya seperti interview, focus groups dan studi kasus (case studies) sebagaimana dinyatakan oleh Walker (2010). Sesuai dengan istilahnya, penelitian kuantitatif menghasilkan data numerik, sedangkan penelitian kualitatif menghasilkan data bukan numerik, tetapi data yang berbentuk uraian atau atribut (sifat), dan bukan hasil dari pengukuran, tetapi mungkin bisa dikonversi ke numerik.

Demikian pula menurut bentuk data yang digunakan terdapat 2 (dua) kelompok jenis penelitian, yaitu (i) penelitian data silang (cross-sectional study) dan (ii) penelitian longitudinal (longitudinal study) (Sekaran dan Bougie, 2009: 119-120). Data silang merupakan data atau variabel dari sekelompok pengamatan pada suatu waktu tertentu, sedangkan data longitudinal bisa merupakan (i) data cross-section yang dilakukan dalam beberapa waktu tertentu [gabungan data cross-section dan data berkala (time-series)] atau bisa juga (ii) data panel (panel data), dalam pengertian data dari sekelompok unit pengamatan yang sama yang diamati dalam beberapa waktu yang berbeda.

Page 27: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 1 : KONSEP DASAR PENELITIAN 17

Terdapat pula, 2 (dua) kelompok penelitian menurut sumber data yang digunakan, yaitu (i) penelitian yang menggunakan data primer, dan (ii) penelitian yang menggunakan data sekunder, biasa juga disebut dengan penelitian di ‘meja’ (desk research). Penelitian di ‘meja’ tidak memerlukan pengumpulan data primer, seperti melakukan wawancara dengan rumah tangga, tetapi hanya memanfaatkan informasi/data yang telah tersedia di kantor atau data sekunder.

Dengan demikian, keuntungan utama dari penelitian dengan menggunakan data sekunder adalah sumber daya (tenaga dan uang, misalnya) yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan yang diperlukan dalam penelitian dengan menggunakan data primer. Akan tetapi, penelitian dengan data sekunder mempunyai kelemahan utama, yaitu mungkin saja berbagai variabel yang merupakan variabel kunci di dalam menjelaskan variabel dependen (atau menjelaskan suatu fenomena) tidak tersedia.

Dalam hal variabel kunci tidak tersedia pada data sekunder, maka penelitian dengan menggunakan data primer harus dilakukan, seperti dengan melakukan survei terhadap rumah tangga atau terhadap penduduk. Data primer juga bisa diperoleh dengan melakukan pengamatan (observation) atau percobaan (experiment).

1.6. Ciri-ciri Penelitian Yang Baik

Penelitian yang baik adalah mengikuti standar penelitian ilmiah yang telah diakui secara umum di dunia penelitian. Secara rinci, terdapat 7 (tujuh) ciri penelitian yang baik, yaitu:

1) Tujuan penelitian didefinisikan dengan jelas.2) Proses penelitian terinci dan sistematis.3) Disain penelitian terencana secara komprehensif dan sejalan

dengan tujuan penelitian.4) Keterbatasan penelitian disebutkan secara lugas.5) Analisis sesuai dengan kebutuhan pembuat kebijakan dan

pengambil keputusan.

Page 28: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI18

6) Hasil penelitian disajikan secara tidak meragukan dan pembahasan sejalan dengan tujuan dan hasil penelitian tersebut.

7) Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi (bila ada) harus sejalan dengan dan berdasarkan temuan-temuan dari penelitian.

Bahkan, Sekaran (2000: 21) menyajikan 8 (delapan) tanda/ciri utama (hallmarks) dari suatu penelitian ilmiah, yaitu:1) Ada tujuan yang jelas (purposiveness).2) Menggunakan dasar teori yang baik dan metodologi penelitian

yang diakui (rigor).3) Menggunakan pengujian hipotesis dalam penelitian atau

mempunyai hipotesis yang dapat diuji secara statistik atau secara empiris (testability).

4) Dapat diulang (replicability), dengan pengertian sebuah penelitian yang baik adalah penelitian yang dapat dilakukan kembali oleh peneliti lain dengan metode yang sama dalam kondisi yang sama dan akan menghasilkan hasil yang sama (the results are replicated or repeated). Bila ini yang terjadi maka timbul kepercayaan terhadap sifat ilmiah dari penelitian yang dilakukan.

5) Adanya presisi yang tinggi dalam melakukan perkiraan berdasarkan sampel dan tingkat kepercayaan dari perkiraan (precision and confidence). Presisi terkait dengan seberapa dekat hasil (dalam hal ini nilai perkiraan berdasarkan sampel, nilai duga) dari ‘kenyataan’ (dalam hal ini nilai parameter populasi). Dalam bahasa statistik, tingkat presisi yang tinggi terhadap perkiraan dapat diperoleh apabila perbedaan absolut antara t dengan T, atau |t-T| adalah sekecil mungkin. Bertambah tinggi presisi yang dicapai oleh suatu penelitian menunjukkan semakin baiknya penelitian tersebut.

Dengan menggunakan statistika, maka dapat dilakukan perkiraan interval dari parameter dengan menggunakan suatu tingkat kepercayaan bahwa interval yang dibuat akan mencakup nilai sesungguhnya. Penggunaan pemikiran presisi dan pendugaan

Page 29: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 1 : KONSEP DASAR PENELITIAN 19

interval dalam suatu penelitian menunjukkan ciri suatu penelitian yang baik.

6) Penelitian harus bersifat objektif (objectivity). Kesimpulan yang diambil dari penelitian mestilah diambil secara objektif, yaitu berdasarkan fakta dan temuan dari penelitian, bukan berdasarkan subjektivitas si peneliti. Hasil penelitian tidak harus selalu sama dengan apa yang dikehendaki oleh si peneliti atau si pemberi pekerjaan penelitian, tetapi kesimpulan dari hasil penelitian haruslah berdasarkan fakta dan temuan. Dengan kata lain, interpretasi data harus objektif, dan fakta serta temuan tidak boleh “diubah” atau ‘disesuaikan’ dengan kehendak si peneliti untuk mendukung pandangan yang ada sebelum penelitian dilakukan. Berbohong adalah haram dalam penelitian.

7) Hasil penelitian dapat disimpulkan secara lebih luas/umum (generalizability).

Hasil penelitian idealnya harus dapat disimpulkan bahwa mereka berlaku untuk kondisi yang lebih luas, tidak hanya berlaku untuk cakupan penelitian itu sendiri. Dengan demikian, penelitian yang dapat diambil kesimpulan umum untuk keadaan yang lebih luas akan lebih bermanfaat. Dengan demikian, untuk bisa menarik kesimpulan yang lebih luas, maka rancangan sampling penelitian (research sampling design) mesti direncanakan dengan baik serta berbagai prosedur pengumpulan data mesti dilakukan secara teliti.

8) Ringkas (parsimony). Dalam penelitian ilmiah, keringkasan (simplicity) dan ketepatan

sasaran dalam menerangkan suatu fenomena atau permasalahan untuk menghasilkan pilihan penyelesaian adalah lebih disukai dari pada suatu penjelasan yang kompleks dengan berbagai macam variabel. Penentuan beberapa variabel kunci atau penentu lebih disukai oleh manajemen sehingga implementasi intervensi akan lebih mudah dilakukan, dimonitor dan dievaluasi.Ciri-ciri penelitian yang dikehendaki juga disebutkan oleh Kumar

(1996: 7) yang menekankan bahwa penelitian adalah suatu proses

Page 30: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI20

untuk mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data/informasi untuk menjawab pertanyaan, maka untuk memenuhi syarat sebagai suatu penelitian, proses tersebut harus mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut, antara lain, adalah bahwa penelitian tersebut haruslah bersifat relevan, sistematik, masuk akal, dapat diuji/diulang kembali, berbasis data empirik atau fakta-fakta yang ada, dan kritis. Ciri-ciri ini sejalan dengan definisi penelitian bisnis menurut Sekaran dan Bougie (2009: 3), yang telah disebut terdahulu oleh Sekaran (2000: 4), yaitu “an organized, systematic, databased, critical, objective, scientific inquiry or investigation into a specific problem, undertaken with the purpose of finding anwers or solutions to it.”

Dengan demikian, suatu penelitian dapat dikatakan baik jika ciri-ciri tersebut terpenuhi oleh penelitian tersebut. Penelitian yang tidak objektif, misalnya, tidaklah suatu penelitian yang baik. Demikian, juga bila penelitian tersebut tidak dapat diulang oleh orang lain, maka penelitian tersebut tidaklah termasuk penelitian yang baik berdasarkan standar di atas.

Soal-Soal Latihan:

1. Jelaskan arti penelitian, dan mengapa penelitian diperlukan!2. Jelaskan unsur-unsur dari suatu penelitian serta proses penelitian

dilakukan!3. Sebutkan, jelaskan dan beri contoh minimal 3 (tiga) jenis

penelitian!4. Jelaskan minimal 3 (tiga) ciri penelitian yang baik.

***************

Page 31: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

21

MASALAH DAN VARIABEL PENELITIAN

Oleh Puguh Bodro Irawan

Tujuan

Sesudah mempelajari Bab 2 ini, pembaca diharapkan dapat: ◙ menjelaskan pengertian dan fungsi formulasi masalah

penelitian ◙ menerangkan jenis- jenis permasalahan penelitian ◙ mengetahui sumber-sumber masalah penelitian ◙ menjelaskan ciri-ciri masalah penelitian yang baik ◙ menjelaskan pengertian dan jenis variabel

________________________________________________________

2.1. Pengertian dan Fungsi Formulasi Masalah Penelitian

Masalah penelitian (research problem) sering diartikan secara beragam antar para ilmuwan, namun begitu, pengertiannya secara prinsip bisa dikatakan serupa. Kumar (1996: 15), misalnya, mendefinisikan masalah penelitian sebagai “A research problem identifies your destination: it should tell you ……what you intend to research.” Kerlinger (1986: 17) berpendapat bahwa “If one wants to solve a problem, one

Bab 2

Page 32: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI22

must generally know what the problem is. It can be said that a large part of the problem lies in knowing what one is trying to do”.

Secara umum, masalah penelitian harus mampu secara jelas menyatakan suatu topik utama yang peneliti ingin cari tahu melalui suatu studi kajian yang terencana secara sistematis dan masalah penelitian tersebut harus dapat dilakukan/diteliti (researchable). Dengan demikian, masalah penelitian dapat didefinisikan sebagai pernyataan tentang suatu permasalahan atau isu tertentu: suatu kondisi yang perlu diperbaiki, atau hambatan yang perlu dihilangkan, atau adanya kemenduaan arti (ambiguities) dari suatu fenomena, atau bahkan tentang suatu pertanyaan yang belum terjawab dari penelitian-penelitian terdahulu.

Penyelesaian masalah penelitian memerlukan suatu pemahaman yang jelas terhadap semua aspek dari permasalahan tersebut melalui suatu penelitian yang sistematis, obyektif dan handal. Untuk memungkinkan pemahaman tersebut, maka sejak awal diperlukan pernyataan masalah (problem statement) penelitian yang jelas, sehingga arah penelitian dapat tergambar dengan baik. Pada disiplin ilmu sosial khususnya, masalah penelitian umumnya dinyatakan dalam bentuk suatu pertanyaan penelitian (research question). Misalnya, “Apa faktor-faktor determinan yang bisa menjelaskan perbedaan insiden kemiskinan antar daerah di Indonesia?” Pertanyaan ini dengan jelas menguraikan adanya isu atau masalah tentang perbedaan tingkat kemiskinan (% penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan yang telah ditentukan) antara daerah-daerah (propinsi, kabupaten/kota) di Indonesia, dan faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut.

Dengan definisi tersebut di atas, maka secara umum tujuan dari suatu pernyataan masalah dalam suatu penelitian adalah untuk:

1) mengenalkan kepada pembaca tentang pentingnya permasalahan yang diteliti;

2) menyajikan secara ringkas, tetapi jelas, pertanyaan-pertanyaan penelitian yang akan dijawab; serta

Page 33: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 2 : MaSaLaH DaN VaRIaBEL PENELITIaN 23

3) menempatkan permasalahan penelitian tersebut pada konteks yang relevan dan ilmiah, serta dengan fokus yang jelas.

Berdasarkan pengertian dan tujuan masalah penelitian serta pernyataan masalah di atas, isu berikutnya adalah bagaimana memformulasikan masalah penelitian dalam suatu penelitian. Memformulasikan masalah penelitian adalah tahapan pertama dan terpenting dalam proses penelitian, karena hasil dari kegiatan ini akan memberikan arahan bagaimana penelitian perlu dilakukan. Dengan formulasi masalah yang jelas maka akan terlihat tujuan dari penelitian.

Dengan perkataan lain, memfomulasikan permasalahan seperti menentukan suatu tujuan sebelum melakukan perjalanan. Ibaratnya: tanpa tujuan yang jelas maka rute jalan yang singkat, aman dan relatif efektif biayanya akan sulit untuk ditentukan. Masalah penelitian juga bisa diilustrasikan seperti fondasi bangunan. Jika fondasi dirancang dengan sangat baik dan kuat, maka dapat diharapkan adanya kualitas bangunan yang baik dan kokoh.

Singkatnya, masalah penelitian berfungsi sebagai dasar dari studi penelitian: bila diformulasikan dengan baik maka dapat diperoleh penelitian yang baik pula. Formulasi masalah juga dapat dianggap seperti masukan (input) dari suatu penelitian, sedangkan keluarannya (output) adalah penelitian yang berkualitas. Jelas bahwa “output” sangat tergantung pada “input”, seperti yang tersirat dalam pemeo “garbage in, garbage out”.

Secara umum, pertanyaan apapun yang ingin dijawab, serta asumsi atau keyakinan apapun yang ingin diteliti, dapat dijadikan sebagai suatu masalah atau topik penelitian. Tetapi, perlu diingat bahwa tidak semua pertanyaan dapat ditransformasikan menjadi masalah penelitian, karena beberapa pertanyaan sangat sulit dijawab atau diteliti, baik dari segi substansi maupun ketersedian sumber daya.

Sebagai contoh, pertanyaan atau isu tentang ‘seberapa besar pengaruh dari kegiatan ekonomi terselubung (hidden economy) terhadap perekonomian dari suatu negara’ tentunya sangat menarik sekali untuk diteliti dan dikaji. Kegiatan-kegiatan dalam

Page 34: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI24

‘hidden economy’ ini termasuk di antaranya kegiatan-kegiatan yang menghasilkan uang secara ilegal, seperti kasus-kasus pencurian, perampokan, penyelundupan, korupsi, penyogokan, perdagangan narkoba dan sejenisnya. Peredaran uang dari kegiatan-kegiatan ini dipercaya berjumlah sangat besar, dan ini menjadi isu kritis di setiap negara, tetapi penelitian tentang isu ini hampir tidak mungkin dioperasionalkan, karena objek penelitian sulit atau tidak bersedia diidentifikasikan dan diteliti.

2.2. Jenis Permasalahan Penelitian

Terdapat 4 jenis konseptualisasi masalah penelitian dalam ilmu sosial, yaitu:

1) Masalah penelitian kasuistis (casuistic research problem) – jenis masalah ini berkaitan dengan istilah hukum pidana atau etika terapan yang merujuk pada pemberian alasan berbasis kasus (case-based reasoning). “Casuistry” biasanya digunakan dalam diskusi hukum dan etika, dan sering dijadikan sebagai kritik terhadap pemberian alasan berbasis prinsip atau aturan (principle-based reasoning). Ketika principle-based reasoning mengklaim bahwa berbohong dianggap salah secara moral, casuist berpendapat bahwa seseorang mungkin dianggap salah jika berbohong di bawah sumpah, akan tetapi berbohong sebenarnya pilihan moral terbaik jika kebohongan dapat menyelamatkan hidupnya. Contoh: “Bagaimana konsep euthanasia bisa diterima baik dari perspektif kemanusiaan, hak hidup pribadi, maupun dari perspektif agama?”

2) Masalah penelitian perbedaan (difference research problem) – Jenis pernyataan masalah ini digunakan ketika seorang peneliti membandingkan dua fenomena. Contoh: “Apakah ada perbedaan antara dua kelompok atau perlakuan?”.

3) Masalah penelitian deskriptif (descriptive research problem) – biasanya mengajukan pertanyaan dengan tujuan utama untuk menguraikan suatu situasi, kondisi, atau keberadaan dari suatu fenomena. Contoh: “Apa ciri-ciri atau latar belakang sosial-

Page 35: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 2 : MaSaLaH DaN VaRIaBEL PENELITIaN 25

demografi dan ekonomi dari pekerja migran di sektor informal di Jakarta?”

4) Masalah penelitian keterkaitan (relational research problem) – mengindikasikan suatu hubungan antara dua atau lebih peubah (variables) untuk diteliti lebih jauh. Tujuan utamanya adalah untuk menelaah kualitas atau karakteristik yang berkaitan satu sama lain dengan pola tertentu. Atau dengan perkataan lain, masalah penelitian keterkaitan ingin melihat pengaruh dari variabel A terhadap B, atau sebaliknya.

2.3. Sumber-sumber Masalah Penelitian

Mengidentifikasikan suatu masalah untuk diteliti tidak selalu mudah seperti yang dibayangkan. Hal ini bukan karena kurangnya masalah yang dapat diteliti, tetapi karena upaya serius perlu dilakukan untuk memformulasikan suatu pernyataan masalah yang relevan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diteliti (socially relevant and researchable problem statement). Masalah-masalah yang bisa diteliti (researchable problems) menunjukkan suatu kemungkinan untuk diobservasi secara empirik. Sedangkan masalah-masalah yang tidak bisa diteliti (non-researchable problems) biasanya hanya berbentuk penjelasan tentang bagaimana melakukan sesuatu, dengan usulan yang kabur, atau berdasarkan penilaian semata (value-based concerns). Lebih dari itu, pernyataan masalah juga sebaiknya unik, bukan sekedar mengulang dari studi-studi penelitian sebelumnya.

Masalah penelitian juga sering kali dibedakan atas masalah-masalah yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Masalah-masalah kuantitatif harus dirumuskan secara spesifik, tertutup, statik, berorientasi hasil dan menggunakan variabel-variabel. Sedangkan masalah-masalah kualitatif bersifat umum, terbuka, sedang berubah dan berorientasi pada proses.

Secara lebih rinci, jenis masalah penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat diuraikan sebagai berikut ini.

Page 36: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI26

1) Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian empirik (berdasarkan bukti-bukti atau data nyata) yang dilakukan secara sistematik tentang fenomena sosial atau alam dengan menggunakan metode atau tehnik statistik, matematik maupun penghitungan lainnya. Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk mengembangkan atau menerapkan model-model statistik/matematik, teori dan atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti tersebut. Proses pengukuran adalah yang terpenting untuk penelitian kuantitatif, karena hasil pengukuran akan membuktikan secara empirik tentang adanya suatu hubungan kuantitatif antara variabel-variabel dari fenomena tersebut. Dalam ilmu social, penelitian kuantitatif secara luas digunakan di psikologi, ekonomi, sosiologi, pemasaran, kesehatan masyarakan, kependudukan, pembangunan manusia, studi jender, politik; dan jarang dimanfaatkan dalam studi antropologi dan sejarah.

2) Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang banyak dilakukan di berbagai disiplin ilmu, tetapi umumnya di ilmu sosial, dan juga di penelitian-penelitian pasar (market research). Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengumpulkan suatu pemahaman melalui studi mendalam (in-depth study) tentang perilaku manusia, atau masyarakat tertentu, dan alasan-alasan yang mempengaruhi perilaku tersebut. Metode ini menelaah mengapa (why) dan bagaimana (how) dari suatu sikap atau proses pengambilan keputusan dari obyek yang diteliti, dan bukan hanya semata-mata tentang apa (what), dimana (where) dan kapan (when). Oleh karena itu, jumlah sampel yang terbatas tetapi terfokus lebih sering digunakan dari pada sampel besar. Metode penelitian kualitatif menghasilkan informasi hanya tentang kasus-kasus tertentu yang diteliti, dan kesimpulan yang lebih umum hanya sebatas hipotesis atau usulan (propositions atau informed insertations). Hasil dari penerapan metode kuantitatif dalam mengkaji fenomena yang sama ini dapat digunakan sebagai dukungan empirik terhadap hipotesis penelitian tersebut.

Page 37: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 2 : MaSaLaH DaN VaRIaBEL PENELITIaN 27

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, setidaknya terdapat beberapa sumber inspirasi dalam memformulasikan masalah penelitian, yaitu: 1) Deduksi dari teori Hal ini berkaitan dengan deduksi yang diperoleh dari filosofi atau

generalisasi kehidupan masyarakat yang sudah dikenal peneliti. Deduksi dari perilaku manusia ini kemudian dirancang ke dalam kerangka pembuktian empirik melalui suatu studi penelitian. Kemudian dengan mendasarkan pada suatu teori, masalah penelitian atau hipotesis diformulasikan, yang menyatakan temuan-temuan yang diharapkan dalam situasi empirik tertentu. Misalnya, studi tersebut mengajukan pertanyaan: “Apa hubungan antara peubah-peubah yang akan diteliti jika suatu teori dianggap benar atau absah?” Dari pertanyaan ini, seseorang dapat merancang suatu investigasi yang sistematis untuk menelaah apakah bukti-bukti atau data empirik yang tersedia dapat mengkonfirmasi atau sebaliknya menolak hipotesis, dan bahkan teori yang terkait.

2) Perspektif antar-disiplin (interdisciplinary perspective) Mengidentifikasikan suatu masalah penelitian dalam bidang

ilmu tertentu dapat juga berasal dari disiplin ilmu lainnya. Kajian buku literatur yang tersedia sebaiknya mencakup penelaahan penelitian-penelitian dari disiplin lain yang terkait, yang dapat menambah wawasan bagi peneliti dalam mengeksplorasi dan menganalisis isu-isu relevan lainnya. Pendekatan antar-disiplin untuk memilih masalah penelitian memberikan kesempatan pada peneliti untuk pemahaman yang lebih komprehensif terhadap suatu isu yang kompleks dibandingkan dengan pendekatan satu disiplin.

3) Diskusi dengan praktisi Diskusi dengan ahli-ahli di bidang penelitian tersebut, seperti

guru, pekerja sosial, dan petugas kesehatan, membuka cakrawala tentang masalah-masalah nyata & praktikal yang mungkin belum dikaji atau terabaikan di dalam dunia akademis. Pendapat dari para praktisi dapat memberikan arah baru tentang perlunya

Page 38: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI28

penelitian di masa mendatang dan bagaimana memanfaatkan hasil penelitian yang relevan untuk memperbaiki praktik-praktik yang dilakukan saat ini. Pendekatan ini juga memberikan pengetahuan praktis bagi peneliti yang berguna dalam proses merancang dan melaksanakan suatu penelitian.

4) Pengalaman pribadi melalui pengamatan langsung terhadap suatu kejadian (visual observations)

Pengalaman sehari-hari dapat menginspirasi peneliti tentang masalah-masalah yang sangat layak untuk diteliti. Berpikir secara kritis tentang pengalaman pribadi bisa diformulasikan menjadi suatu topik penelitian yang unik dengan temuan-temuan baru yang relevan untuk kepentingan umum. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, dengan observasi langsung atas suatu fenomena atau interaksi tertentu yang belum ada penjelasan selama ini.

5) Literatur yang relevan Pemilihan masalah penelitian juga sering diperoleh dari

kajian literatur secara ekstensif yang berkaitan dengan bidang peminatan dari peneliti. Penelitian semacam ini dilakukan untuk: a) mengisi beberapa kekurangan dari penelitian sebelumnya; b) mengevaluasi metodologi pada penelitian sebelumnya untuk digunakan dalam memecahkan masalah-masalah lain; atau, c) mengkaji jika penelitan serupa dapat dilakukan terhadap wilayah atau sampel penelitian yang berbeda. Selain itu, para penulis dari hasil penelitian sering merekomendasikan implikasi-implikasi untuk penelitian lanjutan, yang tentunya menjadi sumber penting dari berbagai masalah yang layak diteliti.

Menurut Kumar (1996: 36-37), banyak penelitian di bidang sosial memfokuskan pada kajian tentang 4 P, yaitu: People (orang), Problems (masalah), Programs (program) dan Phenomena (kejadian atau situasi/kondisi). Keempat P ini dibedakan atas dua aspek penelitian, yaitu aspek populasi penelitian (study population) yang mencakup People, dan aspek bidang peminatan (subject area) yang terdiri dari Problems, Programs dan Phenomena. Secara umum, topik-topik penelitian melibatkan sedikitnya kombinasi dari 2 P –dengan People (orang) sering kali menjadi faktor utama.

Page 39: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 2 : MaSaLaH DaN VaRIaBEL PENELITIaN 29

2.4. Ciri-ciri Masalah Penelitian yang Baik

Suatu pernyataan masalah yang baik biasanya dimulai dengan memperkenalkan bidang penelitian peminatan secara umum, yang kemudian secara bertahap mengarah ke pertanyaan penelitian yang spesifik. Pernyataan ini tidak perlu panjang, tetapi sebaiknya mempertimbangkan ciri-ciri berikut ini: 1) Topik penelitian bermanfaat bagi kepentingan umum (compelling

topic). Sekedar rasa ingin tahu bukan semata-mata alasan untuk

melakukan suatu penelitian terhadap suatu isu atau topik. Masalah yang dipilih untuk diteliti harus bisa memotivasi peneliti untuk menjawabnya melalui suatu penelitian. Masalah yang akan diteliti harus mempunyai nilai kegunaan tertentu, baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan mendatang, rujukan untuk studi-studi lainnya, maupun bermanfaat bagi kepentingan umum. Masalah-masalah yang mempunyai nilai penelitian biasanya mempertimbangkan hal-hal tertentu seperti: a) masalah harus mempunyai keaslian ide (originality) dan

merupakan isu terkini,b) masalah harus mengindikasikan suatu hubungan antara dua

atau lebih variabel,c) masalah harus merupakan suatu hal yang penting,

mempunyai arti dan nilai kegunaan, baik untuk kemajuan bidang ilmu yang diteliti, rujukan dari studi-studi mendatang, dan memberikan kontribusi terhadap isu-isu kebijakan publik & kepentingan masyarakat luas,

d) masalah harus dapat diuji, dan e) masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.

2) Mendukung berbagai perspektif Masalah penelitian harus disusun sedemikian rupa sehingga

menghindari pengertian dikotomi, tetapi justeru sebaiknya mengeksplorasi perspektif ganda. Ini berarti bahwa suatu masalah penelitian dikatakan baik jika mampu menghasilkan keragaman pandangan dari berbagai pihak yang relevan dan handal.

Page 40: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI30

3) Secara realistis dapat diteliti (feasible & researchable). Pemilihan masalah penelitian, baik ditinjau dari segi kompleksitas

masalahnya maupun dari segi cakupannya, harus disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia. Sumber daya ini termasuk dana, waktu, dan keahlian yang dimiliki oleh peneliti. Bersama dengan faktor keamanan dan sensitivitas masalah yang akan diteliti, faktor-faktor ini yang menentukan apakah suatu masalah penelitian dapat atau layak diteliti secara empirik. Fisibilitas (feasibility) dari suatu masalah penelitian harus mempertimbangkan: ketersediaan biaya, waktu dan tenaga peneliti, data dan metode yang memadai, serta tidak bertentangan dengan hukum dan adat yang berlaku di daerah/obyek penelitian.

4) Substansi dan kedalaman dari masalah yang akan diteliti harus sesuai dengan kualifikasi peneliti.

Pemilihan masalah penelitian untuk topik-topik tertentu semestinya disesuaikan dengan kemampuan akademis, keahlian, spesialisasi dan pengalam dari penulis tentang topik-topik tersebut.

2.5. Pengertian Peubah (Variabel)

Dalam memformulasikan suatu masalah penelitian – khususnya penelitian kuantitatif, terdapat dua hal penting yang harus dipertimbangkan, yaitu penggunaan konsep dan konstruksi hipotesis. Ketika suatu konsep ingin diterapkan dalam studi penelitian, maka konsep tersebut harus dapat dioperasionalisasikan untuk bisa diukur. Operasionalisasi konsep adalah suatu proses yang mengaitkan konsep dengan pengamatan. Dengan kata lain, suatu konsep mesti dibuatkan definisi operasionalnya sehingga jelas apa yang akan diukur dan bagaimana mengukurnya.

Menurut (Sekaran, 2000:183) “Operational definition consists in the reduction of the concept from its level of abstraction, by breaking it into its dimensions and elements…”. Dengan perkataan lain, definisi operasional dimaksudkan untuk merubah suatu konsep dari bentuk

Page 41: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 2 : MaSaLaH DaN VaRIaBEL PENELITIaN 31

abstraknya menjadi beberapa dimensi dan elemen yang nantinya bisa diukur.

Proses operasionalisasi dilakukan dengan mengidentifikasikan indikator dari suatu konsep (bila lebih dari satu indikator)1 – yaitu suatu kriteria yang merefleksikan konsep tersebut, yang kemudian dikonversikan menjadi peubah (variable) (bisa lebih dari satu peubah).2 Dengan demikian, peubah atau variabel, merupakan nilai-nilai yang dapat berubah, yang menggambarkan suatu indikator yang merefleksikan suatu persepsi atau konsep yang dapat diukur. Dengan perkataan lain, konsep dapat diartikan sebagai suatu ide, sesuatu yang dipikirkan atau dibayangkan oleh pikiran manusia, tetapi masih bersifat abstrak – atau belum bisa diukur. Misalnya, konsep tentang ‘kaya’ yang tentunya akan diartikan secara beragam oleh orang-orang yang berbeda. Oleh karena itu, konsep ini perlu diubah menjadi sesuatu yang dapat memberikan suatu indikasi yang lebih konkrit dan punya arti tunggal, atau diistilahkan sebagai indikator.

Dalam contoh tentang konsep ‘kaya’, indikator yang dapat mengukur tingkat kekayaan seseorang adalah salah satunya didekati dengan tingkat ‘pendapatan’. Akan tetapi, agar indikator ‘pendapatan’ dapat dibandingkan antara periode waktu atau antara kelompok penduduk, indikator ini perlu diubah menjadi nilai-nilai observasi terukur secara kuantitatif dan dapat berubah atau berbeda antar dimensi waktu dan kategori – dan disebut sebagai peubah atau variabel. Dalam contoh indikator ‘pendapatan’, variabel yang sesuai adalah ‘pendapatan per bulan’, atau ‘pendapatan per kapita/tahun’.

Tabel 2.1 berikut ini menguraikan contoh-contoh dalam mengkonversikan mulai dari konsep menjadi indikator dan kemudian menjadi peubah.

1Dalam beberapa buku lain, indikator ini bisa disebut dengan dimensi (misal, Sekaran, 2000, hal. 179-182).

2 Dalam beberapa buku lain dan penggunaan, istilah indikator dan variabel dipakai sebaliknya, yaitu dari konsep ke variabel terlebih dahulu, lalu variabel dikonversi ke indikator. Dalam bab ini pemakaian istilah mengikuti Kumar (1996).

Page 42: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI32

Tabel 2.1 Mengkonversi konsep menjadi indikator dan peubah.

Konsep Indikator Peubah

Kaya • Pendapatan• Asetyangdimiliki

• Pendapatansebulan• Nilaitotalasset(rumah+tanah+kendaraanbermotor+tabungan)

Pencapaian akademik

• Nilaiujian• Nilailatihan

• Persentasenilaidaritotalnilai• Persentasenilaidaritotalnilai

Efektivitas program kartu sehat

• Jumlahpasien• Angkakematian

• Jumlahpasienyangdirawatselama sebulan/setahun

• Angkakematiankasar

Sumber: Diambil dan dimodifikasi dari Kumar (1996: 50).

2.6. Jenis-jenis Peubah3

Jenis–jenis peubah dalam suatu penelitian dapat ditinjau dari tiga cara pandang yang berbeda (Kumar, 1996: 51), yaitu:1. Dari sudut hubungan sebab-akibat (causal relationship), yang

meliputi antara lain:a. Peubah bebas (independent variables), juga disebut sebagai

variabel perubahan atau penyebab (change or cause variables), adalah variabel yang menyebabkan perubahan pada suatu fenomena. Peubah bebas juga diistilahkan sebagai peubah yang menjelaskan (explanatory variables) keragaman atau perubahan dari peubah tidak bebas (dependent variables).

b. Peubah tidak bebas atau terikat (dependent variables), yang juga disebut sebagai variabel luaran atau akibat (outcome or effect variables), merupakan variabel akibat dari variabel bebas. Peubah tidak bebas ini merupakan fokus dari penelitian dan yang ingin dijelaskan oleh penelitian dengan

3 Sebagian besar diambil dan dimodifikasi dari Kumar (1996: 51-58).

Page 43: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 2 : MaSaLaH DaN VaRIaBEL PENELITIaN 33

menggunakan berbagai variabel lain, terutama dari pengaruh variabel-variabel bebas.

c. Peubah moderasi (moderating variables), yaitu variabel yang mempengaruhi arah dan/atau kekuatan hubungan antara peubah bebas dan tidak bebas. Pengaruh ini bisa merubah arah, atau melemahkan atau memperkuat hubungan tersebut.

d. Peubah antara (intervening atau mediating variables) yaitu peubah yang menghubungkan antara peubah tidak bebas dan peubah bebas. Pada situasi tertentu, hubungan antara peubah bebas dan peubah tidak bebas tidak dapat dijelaskan tanpa melalui peubah lain. Dalam contoh ini variabel penyebab akan dianggap punya akibat hanya jika ada kehadiran peubah antara.

Gambar 2.1 di bawah ini mengilustrasikan keempat peubah di atas dalam konteks hubungan sebab-akibat antara mortalitas dan fertilitas.

Gambar 2.1. Peubah Bebas, Tidak Bebas, Antara dan Moderasi dalam Hubungan antara Mortalitas dan Fertilitas.

29

menghubungkan antara peubah tidak bebas dan peubah bebas. Pada situasi

tertentu, hubungan antara peubah bebas dan peubah tidak bebas tidak dapat

dijelaskan tanpa melalui peubah lain. Dalam contoh ini variabel penyebab akan

dianggap punya akibat hanya jika ada kehadiran peubah antara.

Gambar 2.1 di bawah ini mengilustrasikan keempat peubah di atas dalam konteks

hubungan sebab-akibat antara mortalitas dan fertilitas.

Gambar 2.1. Peubah Bebas, Tidak Bebas, Antara dan Moderasi

dalam Hubungan antara Mortalitas dan Fertilitas.

2. Dari segi rancangan studi (study design), misalnya dalam penelitian yang berbentuk

percobaan terkendali (controlled experiment), terdapat dua jenis peubah, yang terdiri dari:

a) Peubah aktif (active variable), yaitu peubah yang dapat dimanipulasi, diubah atau

dikendalikan.

b) Peubah yang tidak bisa dimanipulasi, diubah atau dikendalikan, dan biasanya

merupakan variabel atribut (attribute variable), yaitu peubah yang merupakan

karakteristik kualitatif, yang jika merupakan karakteristik bawaan dari populasi

Mortalitas sebagai

PEUBAH BEBAS

% Wanita kawin menggunakan

kontrasepsi sebagai

PEUBAH ANTARA

Fertilitas sebagai

PEUBAH TIDAK BEBAS

Perilaku terhadap penggunaan kontrasepsi di antara penduduk; Tingkat pendidikan wanita; Status sosial-ekonomi penduduk; Ketersediaan dan kualitas fasilitas kesehatan; Motivasi individu terhadap ukuran keluarga ideal; Umur; Agama

Sebagai PEUBAH-PEUBAH MODERASI

2. Dari segi rancangan studi (study design), misalnya dalam penelitian yang berbentuk percobaan terkendali (controlled experiment), terdapat dua jenis peubah, yang terdiri dari:a) Peubah aktif (active variable), yaitu peubah yang dapat

dimanipulasi, diubah atau dikendalikan.

Page 44: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI34

b) Peubah yang tidak bisa dimanipulasi, diubah atau dikendalikan, dan biasanya merupakan variabel atribut (attribute variable), yaitu peubah yang merupakan karakteristik kualitatif, yang jika merupakan karakteristik bawaan dari populasi yang diteliti, seperti jenis kelamin, serta variabel yang terjadinya secara sendirinya, seperti umur, maka variabel ini tidak dapat dimanipulasi, diubah atau dikendalikan.

Contoh: Suatu studi untuk mengukur efektivitas dari 3 jenis metode

pengajaran (Model A, B dan C) terhadap mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Tingkat 3. Struktur, isi dan hasil tes dari ketiga model tersebut dapat beragam, dan setiap model dapat diterapkan ke kelas atau kelompok mahasiswa manapun. Peneliti punya kendali untuk merubah ketiga model pengajaran tersebut. Tetapi, peneliti tidak punya kendali apapun terhadap karakteristik bawaan dari mahasiswa tingkat 3 STIS tersebut dalam penelitian tersebut, seperti umur dan jenis kelamin.

3. Dari aspek pengukuran (measurement) Dari aspek ini, terdapat dua cara untuk mengkategorisasikan

peubah, yaitu:1) Apakah peubah tersebut merupakan peubah kualitatif

(qualitative variables), yang biasanya bersifat kategorik (categorical variables), yang berbentuk skala nominal dan ordinal; atau

2) Apakah peubah kuantitatif (quantitative variables) yang berbentuk angka (numeric), yang bisa bersifat diskrit (discrete), yang biasa berasal dari hasil penghitungan, atau kontinyu (continuous variables), yang biasanya berasal dari hasil pengukuran, yang bisa berskala interval dan rasio.

Peubah kategorik dibedakan atas dua jenis, yaitu (antara lain Kumar, 1996: 57):

Page 45: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 2 : MaSaLaH DaN VaRIaBEL PENELITIaN 35

a) Berkategori dua (Binary atau Dichotomous): Peubah kategorik dengan 2 kategori. Contoh: ya/tidak, baik/buruk, dan kaya/miskin.

b) Berkategori lebih dari dua (Polytomous): Peubah kategori dengan lebih dari 2 kategori.

Contoh: agama (Islam, Kristen, Hindu), parpol (Golkar, PDIP,

Demokrat, PPP), dan sikap (sangat suka, suka, tidak yakin, tidak suka, sangat tidak suka).

Berbagai jenis peubah dan contoh diberikan pada Tabel 2.2 di bawah ini.

Peubah kategorik bisa diturunkan dari peubah kualitatif atau bisa juga dari peubah kuantitatif, dengan menyusun kategorisasi atas dasar pengukuran dengan skala diskrit maupun kontinyu, misalnya berdasarkan pengukuran pendapatan dalam Rupiah, dan kemudian mengembangkan beberapa kategori yang relevan, seperti tingkat pendapatan ‘rendah’, ‘sedang’ dan ‘tinggi’.

Tabel 2.2 Jenis-jenis Peubah dan Contoh

Kuantitatif KualitatifDiskrit Kontinyu Binari Polytomous

Banyaknya anak yang dimiliki

Pendapatan (Rp)

Jender:- Laki-Laki- Perempuan

Sikap:- Tidak setuju- Setuju- Setuju sekali

Banyaknya kapal yang bersandar di pelabuhan Belawan

Umur (tahun) Status Ekonomi:- Miskin- Tidak Miskin

Suku:- Jawa- Bugis- Palembang- Lainnya

Banyaknya pohon di kawasan perkebunan

Berat (kg)

Temperatur:- Dingin- Panas

Pilihan partai:- Golkar- PDIP- PAN- Lainnya

Page 46: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI36

Sumber: Dimodifikasi dan diperluas dari Kumar (1996: 57)

Peubah kontinyu punya kesinambungan pada pengukurannya. Contoh: umur, pendapatan, dan skor sikap. Secara matematik, banyaknya nilai yang dapat diambil di antara dua nilai peubah kontinyu adalah tidak berhingga (infinite) atau tidak dapat dihitung (uncountable), seperti banyaknya nilai yang dapat diambil antara 190 cm dan 191 cm adalah tak terhingga, karena peubah kontinyu dapat berbentuk pecahan.

Sebaliknya, banyaknya nilai yang dapat diambil oleh peubah diskrit di antara dua nilai adalah terhingga atau dapat dihitung, misal peubah banyaknya perusahaan, antara nilai 127 perusahaan dengan 130 perusahaan adalah hanya dua, yaitu 128 dan 129, karena peubah disktrit tidak dapat berbentuk pecahan.

2.7. Jenis-jenis skala pengukuran (measurement scales) dari variabel

Pengukuran adalah hal terpenting dalam setiap penelitian ilmiah. Dalam ilmu sosial, khususnya, ketepatan dalam pengukuran beragam secara menyolok dari satu disiplin ke disiplin lainnya. Disiplin antropologi umumnya menggunakan unit pengukuran yang sangat subyektif, sedangkan disiplin ekonomi, demografi atau epidemiologi menekankan pada pengukuran yang lebih obyektif.

Pada dasarnya, terdapat dua sistem klasifikasi utama dalam ilmu sosial untuk mengukur jenis-jenis peubah yang berbeda. Pertama adalah sistem klasifikasi pengukuran peubah yang pertama kali dikembangkan oleh Stevens (1946), yang terdiri dari empat kategori, yaitu: nominal (classificatory), ordinal atau ranking, interval dan rasio. Kedua adalah sistem yang dikembangkan oleh Duncan (1984) yang mengklasikasikan lima jenis pengukuran peubah, yaitu: klasifikasi nominal, skala ordinal, skala kardinal, skala rasio, dan skala probabilita. Akan tetapi dalam buku ini, klasifikasi oleh Stevens akan digunakan, karena lebih mudah dalam penerapannya dibandingkan dengan sistem Duncan.

Page 47: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 2 : MaSaLaH DaN VaRIaBEL PENELITIaN 37

1. Skala NOMINAL (nominal or classificatory scale), yang bercirikan:• Memungkinkan pengelompokkan individu, obyek atau

jawaban, ke dalam beberapa kelompok berdasarkan ciri yang sama.

• Tidak ada urutan/peringkat (rangking) dari berbagaikelompok tersebut karena skala hanya bersifat pengelompokan berdasarkan ciri yang sama. Ini sesuai dengan istilah nominal, yaitu penamaan.

Contoh: Variabel jenis kelamin atau jender, yang mengelompokkan

penduduk ke dalam dua kelompok, yaitu (i) lelaki, atau (ii) perempuan. Tidak ada peringkat antara lelaki dan perempuan. Jadi bila ada dua orang, yang pertama adalah lelaki dan yang kedua adalah perempuan, maka yang bisa dikatakan hanyalah mereka berbeda jenis kelamin.

2. Skala ORDINAL atau RANGKING (ordinal or ranking scale):• Selain mengelompokkan individu ke dalam berbagai

kelompok atas dasar karakteristik yang sama, skala ordinal juga memeringkat kelompok-kelompok tersebut.Contoh:

Variabel pendidikan, dengan kelompok (i) tidak tamat dan tamat SD, (ii) tamat SLTP, (iii) tamat SLTA, dan (iv) tamat lebih dari SLTA. Jadi 2 orang, dengan yang pertama tamat SLTP dan yang kedua tamat SLTA, maka dapat diartikan mereka berdua (i) berbeda pendidikan, dan (ii) yang pertama lebih rendah tingkat pendidikannya. Dengan kata lain, variabel berskala ordinal mempunyai sifat skala nomimal, yaitu penamaan, dan peringkatan.

• Skalaordinaldenganpendekatankualitatifatasvariabelsikapdisebut skala sikap atau perilaku (attitudinal scale), seperti yang dikemukakan oleh Rensis Likert, dan oleh karena itu skala tersebut dinamakan Likert Scale. Skala Likert bisa

Page 48: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI38

mempresentasikan tingkat persetujuan/penolakan dalam suatu skala dari tidak setuju sampai setuju secara simetris. Contoh:

Variabel sikap dapat diuraikan menjadi 5 skala, yaitu:1. Sangat tidak setuju2. Tidak setuju3. Netral4. Setuju5. Sangat setuju

3. Skala INTERVAL (interval scale):• Peubah yang diukur dengan skala interval mempunyai semua

karakteristik dari skala ordinal. Jadi individu dalam satu kelompok yang mempunyai ciri yang sama mempunyai sifat (i) berbeda dengan kelompok yang lain, (ii) bisa diurutkan terhadap kelompok lain, dan (iii) jarak dengan kelompok lain bisa ditentukan.

Contoh:

Nilai peubah berskala interval, misalnya umur (dalam tahun) 0; 1; 2; 3; 4; 5 dan seterusnya. Jadi dua orang yang berbeda, misal si A berumur 20 tahun dan si B berumur 40 tahun, maka dapat dikatakan tiga hal, yaitu (i) A dan B berbeda umur; (ii) A lebih muda dibandingkan B; dan (iii) A dan B berbeda umur 20 tahun (40 tahun – 20 tahun).

• Skala sikap (attitudinal scale) dari peubah berskala interval disebut Thurstone Scale, untuk menghargai pencetusnya yaitu Louis Leon Thurstone.

Contoh: Cara menyusun interval (jarak) kategori jawaban yang sama.

34

Skala sikap (attitudinal scale) dari peubah berskala interval disebut Thurstone

Scale, untuk menghargai pencetusnya yaitu Louis Leon Thurstone.

Contoh: Cara menyusun interval (jarak) kategori jawaban yang sama.

Tidak mendukung Netral Mendukung

4. Skala RASIO (ratio scale):

Peubah yang diukur dengan skala rasio punya semua properti dari skala nominal,

ordinal dan interval, plus karakteristiknya sendiri, yaitu: “the zero point of a ratio

scale is fixed, meaning it has a fixed starting point”. Dengan demikian, karena ada titik

0 maka rasio dari nilai dua variabel yang berskala rasio mempunyai arti.

Contoh: Variabel umur juga merupakan variabel rasio (karena ada titik nol), sehingga

dengan contoh diatas, maka dapat dilanjutkan dengan poin ke (iv) umur B dua kali

lebih daripada umur A (40 tahun/20 tahun = 2 kali).

Attitudinal score berdasarkan skala Guttman (Guttman Scale):

Butir-butir (items) pernyataan harus disusun secara berurutan, sehingga individu

yang setuju dengan suatu butir tertentu juga setuju dengan butir-butir yang

berada di urutan lebih rendah.

Contoh:

1. Apakah anda mengijinkan anak anda menikah dengan imigran?

2. Apakah anda bersedia membolehkan imigran hidup bertetangga sebelahan

dengan anda?

Catatan: Kalau seseorang setuju dengan pernyataan nomor 1, maka tentunya

dia akan setuju dengan pernyataan nomor 2.

3. Apakah anda bersedia membolehkan imigran hidup di kampungmu?

Page 49: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 2 : MaSaLaH DaN VaRIaBEL PENELITIaN 39

4. Skala RASIO (ratio scale):• Peubah yang diukur dengan skala rasio punya semua properti

dari skala nominal, ordinal dan interval, plus karakteristiknya sendiri, yaitu: “the zero point of a ratio scale is fixed, meaning it has a fixed starting point”. Dengan demikian, karena ada titik 0 maka rasio dari nilai dua variabel yang berskala rasio mempunyai arti.

Contoh: Variabel umur juga merupakan variabel rasio (karena ada titik

nol), sehingga dengan contoh diatas, maka dapat dilanjutkan dengan poin ke (iv) umur B dua kali lebih daripada umur A (40 tahun/20 tahun = 2 kali).• Attitudinal score berdasarkan skala Guttman (Guttman

Scale): Butir-butir (items) pernyataan harus disusun secara

berurutan, sehingga individu yang setuju dengan suatu butir tertentu juga setuju dengan butir-butir yang berada di urutan lebih rendah.Contoh:1. Apakah anda mengijinkan anak anda menikah

dengan imigran?2. Apakah anda bersedia membolehkan imigran hidup

bertetangga sebelahan dengan anda? Catatan: Kalau seseorang setuju dengan pernyataan

nomor 1, maka tentunya dia akan setuju dengan pernyataan nomor 2.

3. Apakah anda bersedia membolehkan imigran hidup di kampungmu?

Catatan: Kalau seseorang setuju dengan pernyataan nomor 2, maka tentunya dia akan setuju dengan pernyataan nomor 3.

4. Apakah anda bersedia membolehkan imigran hidup di komunitasmu?

Page 50: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI40

5. Apakah anda bersedia membolehkan imigran hidup di negaramu?

Page 51: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 2 : MaSaLaH DaN VaRIaBEL PENELITIaN 41

Soal-Soal Latihan:

1. Masalah anak jalanan di daerah perkotaan, seperti Jakarta, mencerminkan kemiskinan, isu-isu yang berkaitan dengan pekerja anak, sektor informal, pendidikan dasar & kesehatan anak, lingkungan hunian yang tidak sehat, dan kriminalitas. a. Sebutkan jenis masalah penelitian yang sesuai untuk

menjawab isu ini!b. Formulasikan masalah penelitian dari isu ini!c. Dan berikan aspek-aspek tentang nilai kegunaan dari

penelitian ini, baik untuk bidang ilmu yang relevan maupun kebijakan publik.

2. Dalam masalah ketenagakerjaan, pengangguran terjadi ketika jumlah penduduk usia kerja yang aktif (penawaran tenaga kerja – labour supply) lebih banyak dari jumlah pekerjaan yang mampu diciptakan oleh suatu perekonomian (permintaan tenaga kerja – labour demand). Penawaran tenaga kerja sendiri dipengaruhi terutama oleh pertumbuhan penduduk, dan juga perkembangan penduduk umur dewasa menurut tingkat pendidikan yang dicapai. Sedangkan permintaan tenaga kerja sangat ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, strategi investasi apakah ke arah padat modal atau padat karya, kontribusi sektor pertanian, industri pengolahan, dan jasa-jasa dalam penyerapan tenaga kerja dan dalam pembentukan produk domestik bruto, serta indikator-indikator makro ekonomi lainnya.a. Identifikasikan jenis-jenis variabel dari indikator-indikator

yang sesuai untuk masalah penelitian yang berkaitan dengan isu pengangguran di Indonesia.

b. Gambarkan diagram hubungan sebab-akibat (causal relationship) antara variabel-variabel tersebut.

3. Perkembangan nilai ekspor minyak kelapa sawit – crude palm oil (CPO) Indonesia berfluktuasi sepanjang tahun, mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi penawaran dan permintaan pasar dunia. Selain itu, indikator-indikator lain juga

Page 52: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI42

mempengaruhi ekspor CPO Indonesia, termasuk daya saing pasar ekspor CPO Indonesia, indikator-indikator yang terkait dengan harga, dan indikator-indikator yang terkait dengan kebijakan-kebijakan ekspor Indonesia.a. Apa masalah penelitian yang paling relevan dengan topik di

atas?b. Identifikasikan jenis-jenis variabel dan indikator-

indikatornya dari masalah penelitian tersebut, dan formulasikan hubungan antara variabel-variabel tersebut.

***************

Page 53: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

43

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Oleh Puguh Bodro Irawan

Tujuan

Sesudah mempelajari Bab 3 ini pembaca diharapkan dapat: ◙ menjelaskan pengertian dan kegunaan teori ◙ menerangkan kerangka berpikir ◙ membuat hipotesis dari teori

________________________________________________________

3.1. Pengertian dan Kegunaan Teori

Istilah teori sering digunakan secara umum dalam bahasa sehari-hari. Penggunaannya sering dimaksudkan untuk mengartikan suatu dugaan, firasat atau anggapan. Bahkan, kita sering mengatakan “hanya sekedar teori” untuk menggambarkan suatu konsep atau situasi yang belum pasti terjadi dalam kenyataannya.

Tetapi dalam ilmu pengetahuan, suatu teori bukanlah semata-mata suatu dugaan. Suatu teori adalah suatu kerangka kerja berbasis fakta nyata (fact-based framework) untuk menguraikan suatu

Bab 3

Page 54: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI44

fenomena alam. Teori bisa diturunkan berdasarkan perenungan dan juga bisa didasarkan pada suatu hipotesis yang telah dibuktikan keabsahannya. Hal ini berarti bahwa suatu teori harus bisa diuji atau diulangi keabsahannya (testable) dengan menggunakan bukti-bukti lain, secara lintas waktu, lintas wilayah dan bahkan lintas sektoral. Dalam ilmu sosial, berbagai macam teori yang telah dikemukakan sejauh ini sangat berguna untuk menjelaskan beragam aspek dari perilaku manusia.

Secara spesifik, kegunaan atau fungsi dari teori adalah:1) Untuk memberikan kesimpulan umum (generalisation)

tentang kecenderungan dari suatu interaksi antara berbagai fakta yang dapat diuji berdasarkan data empiris yang dikumpulkan dalam suatu penelitian;

2) Untuk memprediksi perubahan-perubahan yang akan terjadi pada aspek-aspek dari perilaku manusia di masa mendatang berdasarkan data empiris; dan

3) Untuk memberikan pedoman pada penelitian lain, dan mendorong proses berpikir secara konseptual dan berbasis fakta, yang pada gilirannya menstimulasi munculnya penelitian baru.

Seperti yang disebutkan pada butir 3 di atas, teori seringkali dijadikan sebagai pedoman bagi para peneliti untuk memulai proses penelitian mereka secara konseptual berbasis fakta, yang diperlukan untuk mendasari munculnya penelitian baru. Sebagai pedoman, teori diharapkan dapat mempermudah jalannya penelitian. Teori diperlukan, khususnya, untuk memberikan kerangka pikir yang lengkap dalam upaya peneliti untuk menjawab masalah dan tujuan penelitian, serta melakukan analisis dan interpretasi data.

3.2. Pendeskripsian Teori

Teori bisa dideskripsikan dengan berbagai cara, termasuk dengan menggunakan rumus matematika, atau dengan bahasa umum; tetapi yang pasti setiap teori diharapkan untuk mengikuti prinsip-prinsip

Page 55: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 3 : KaJIaN TEORITIS, KERaNGKa BERPIKIR DaN HIPOTESIS 45

logika rasional. Dalam disiplin ilmu sosial, teori dikonstruksikan dalam bentuk beberapa kalimat yang secara keseluruhan berisi pernyataan-pernyatan yang benar (true statements) tentang masalah atau isu tertentu. Akan tetapi, kebenaran dari salah satu pernyataan-pernyataan teori selalu bersifat relatif terhadap teori umum.

Misalnya, dalam ilmu demografi, suatu teori mengatakan adanya hubungan positif antara mortalitas dan fertilitas. Ini berarti bahwa ketika angka kematian anak turun, maka pada gilirannya angka kelahiran bayi juga akan menurun karena berkurangnya efek penggantian (replacement/substituion effect). Dengan perkataan lain, semakin rendah angka mortalitas, semakin rendah pula angka fertilitas. Dan begitu sebaliknya, semakin tinggi angka mortalitas, semakin tinggi pula angka fertilitas.

Teori di atas dianggap berlaku umum, tetapi dengan pengecualian di negara, wilayah atau komunitas tertentu dengan faktor budaya/tradisi yang kuat yang melarang penggunaan kontrasepsi dan menganut pandangan ‘pronatalist’. Penduduk dengan budaya/tradisi seperti ini mungkin sekali mengalami situasi yang tidak berbeda, baik ketika angka kematian anak rendah maupun tinggi, angka fertilitas akan tetap tinggi – yang berarti arah hubungan antara mortalitas dan fertilitas tidak menentu. Hal ini tentunya bertolak belakang atau berbeda dengan teori umum tentang hubungan positif dari kedua variabel tersebut.

Beberapa dari teori-teori yang telah dikemukakan selama ini tetap bertahan absah (valid) berdasarkan pengujian-pengujian yang telah dilakukan untuk mengecek kebenaran mereka. Oleh karena itu, teori-teori yang tahan uji tersebut masih diterima secara luas sampai saat ini. Sedangkan beberapa teori lainnya telah gugur dari uji keabsahan berdasarkan hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukan secara seksama. Teori-teori seperti ini mungkin telah ditolak keabsahannya secara menyeluruh, atau sampai saat ini hanya sebagian yang masih bisa diterima oleh para peneliti.

Ilmu pengetahuan berkembang sepanjang masa, begitu juga dengan teori. Teori-teori lama yang sudah terbukti kurang absah atau tidak relevan lagi diganti dengan teori-teori baru yang lebih

Page 56: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI46

komprehensif dan sesuai dengan kondisi dan bukti-bukti empirik terkini. Oleh karena itu, teori-teori yang baik mesti memenuhi beberapa kriteria, termasuk:

1) mampu menjelaskan fenomena-fenomena penting terkini dalam bidang penelitian yang relevan,

2) penjelasan atau pendeskripsian dari teori diberikan secara jelas, sederhana, dan langsung ke isu utama dari teori tersebut,

3) penjelasan juga mesti logis dan sesuai dengan fakta, atau keyakinan umum tentang isu utama dalam teori tersebut, dan

4) mampu memprediksi dengan logis tentang kemungkinan terjadinya suatu fenomena atau situasi di masa mendatang yang berkaitan dengan masalah utama yang dirujuk dalam teori.

Sebagai contoh, teori ekonomi klasik yang diprakarsai oleh ekonom Skotlandia, Adam Smith (1776), dalam karyanya “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” seringkali diperdebatkan keabsahannya, terutama oleh para ekonom Keynesian yang mengemukakan teori mereka setelah masa Adam Smith. Misalnya, menurut teori ekonomi klasik, pasar bebas akan mengatur sendiri permintaan (supply) dan penawaran (demand) ketika tidak terdapat intervensi apapun. Menurut Adam Smith, terdapat faktor yang tidak terlihat (the invisible hand) yang akan menggerakkan pasar atau ekonomi ke arah keseimbangan semula (natural equilibrium), tanpa memerlukan intervensi apapun dari luar.

Namun pada tahun 1936, teori klasik ditentang oleh teori ekonomi baru yang dikemukakan oleh ekonom Inggris, John Maynard Keynes (1936), dalam bukunya “The General Theory of Employment, Interest and Money”. Menurut teori ekonomi Keynesian, untuk jangka pendek khususnya selama resesi, output dari suatu perekonomian sangat dipengaruhi oleh permintaan total (aggregate demand), yaitu belanja total dalam perekonomian tersebut. Dalam hukum Keynesian, permintaan total tidak selalu sama dengan kapasitas produktif dari perekonomian, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam (negeri)

Page 57: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 3 : KaJIaN TEORITIS, KERaNGKa BERPIKIR DaN HIPOTESIS 47

yang kemudian pada gilrannya akan berpengaruh terhadap produksi, tenaga kerja dan inflasi.

Jelas sekali, teori Keynes bertolak belakang dengan teori ekonomi klasik Adam Smith yang telah muncul jauh sebelumnya, dan yang lebih memfokuskan pada pasokan total (aggregate supply). Para ekonom Keynesian berargumentasi bahwa dominasi sektor swasta terkadang justeru membawa ke kondisi makroekonomi yang kurang efisien. Dan oleh karena itu perlu adanya kebijakan (regulasi/deregulasi) yang aktif oleh sektor publik atau pemerintah, khususnya dari bank sentral dan aksi kebijakan fiskal oleh pemerintah, dalam upayanya untuk menstabilisasikan produksi dalam siklus bisnis. Ringkasnya, teori ekonomi Keynesian menyarankan suatu sistem perekonomian campuran (mixed economy) – sebagian besar digerakkan oleh sektor swasta, tetapi disertai dengan peran pemerintah untuk intervensi ketika terjadi resesi ekonomi.

Dari contoh di atas, suatu teori merujuk pada suatu penjelasan tentang fenomena, masalah atau situasi, yang dikemukakan dengan suatu cara yang konsisten, dengan metode ilmiah yang didukung oleh bukti-bukti empiris. Dan lebih dari itu, suatu teori yang handal harus bisa diuji keabsahannya dengan data terbaru dan lebih lengkap. Keabsahan dari suatu teori sangat potensial untuk gugur secara menyeluruh, artinya tidak berlaku lagi; atau mungkin masih valid untuk beberapa kasus tertentu, tetapi tidak berlaku di semua kasus secara universal.

Teori-teori yang ada saat ini diuraikan sedemikian rupa sehingga peneliti manapun bisa mengerti dan bisa mengujinya apakah hasilnya secara empirik akan mendukung atau sebaliknya bertolak belakang dengan pernyataan dari teori-teori tersebut. Suatu teori juga bisa bersifat normatif atau preskriptif, maksudnya bahwa suatu postulasi atau dalil tentang apa yang seharusnya terjadi atau berlaku di dunia ini. Oleh karena itu, teori semestinya berisi tujuan-tujuan teori, prinsip-prinsip dasarnya, data historikal yang digunakan sebagai dasar teori dan standar metodologi dalam mengeneralisasikan pola dari fenomena yang diteorikan. Dengan begitu, teori bisa menjadi suatu ilmu pengetahuan secara menyeluruh (the body of knowledge).

Page 58: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI48

3.3. Kerangka Berpikir

Setelah menguraikan tentang pengertian, kegunaan dan pendeskripsian teori, bagian ini memfokuskan pada kerangka berpikir dalam studi penelitian. Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran pada dasarnya adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika dari suatu penelitian. Kerangka pemikiran disusun berdasarkan pertanyaan atau masalah penelitian (research question or problem), dan mempresentasikan suatu himpunan dari beberapa konsep dan hubungan antara konsep-konsep tersebut. Dalam laporan studi penelitian, kerangka pemikiran biasanya dipresentasikan setelah tinjauan literatur atau studi pustaka.

Penamaan kerangka pemikiran atau kerangka berpikir dalam studi penelitian cukup beragam, seperti kerangka teoritis, kerangka kerja konseptual atau kerangka kerja teoritis (theoretical/conceptual framework), atau model teoritis. Ada penulis yang membedakan antara kerangka kerja teoritis dengan kerangka kerja operasional/konseptual yang merupakan bagian dari kerangka kerja teoritis atau yang memfokuskan pada aspek tertentu dari kerangka kerja teoritis sebagai dasar penelitian yang akan dilakukan.1

Komponen-komponen utama dalam diagram kerangka pemikiran mencakup keterkaitan antara berbagai konsep (dengan mengilustrasikan arah hubungan antara konsep-konsep tersebut dan disertai dengan berbagai peubah (variable) yang relevan seperti peubah bebas (independent variables), peubah tidak bebas (dependent variable), dan peubah intervening (mediating) dan peubah moderating. Atas dasar ini, tujuan utama dari kerangka pemikiran adalah untuk menggambarkan alur logika dari hubungan-hubungan antara berbagai konsep (dan peubah-peubah) yang akan diteliti.

Satu hal perlu dicatat bahwa penyusunan kerangka pemikiran atau kerangka kerja teori pada umumnya berdasarkan hasil kajian atau studi pustaka (literature review) tentang topik atau masalah penelitian yang diminati. Walaupun kajian pustaka dalam penelitian merupakan

1 Kumar (1996, hal. 32).

Page 59: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 3 : KaJIaN TEORITIS, KERaNGKa BERPIKIR DaN HIPOTESIS 49

bagian kegiatan penelitian yang harus dilakukan secara kontinyu (never-ending research task), tetapi satu hal yang perlu diingat adalah pentingnya menentukan batasan dalam mengkaji berbagai literatur yang hanya berkaitan atau relevan dengan topik riset. Berdasarkan hasil kajian pustaka ini, topik yang akan diteliti umumnya memiliki dasar teori yang telah dikembangkan oleh peneliti-peneliti pendahulu.

Hasil kajian berbagai literatur ini perlu diringkas atas dasar berbagai tema utama dan teori, dan dijelaskan tentang persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan pada aspek-aspek yang dicakup dalam teori-teori tersebut menurut berbagai penelitian tersebut. Begitu juga, hasil kajian literatur juga perlu mengidentifikasikan pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya tidak terjawab dalam perumusan teori-teori tertentu, sebagai implikasi untuk penelitian mendatang. Semua aspek-aspek tersebut dari hasil kajian literatur kemudian dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan kerangka teoritis dari topik penelitian yang akan dilakukan.

Kerangka kerja teoritis bisa diajukan berdasarkan:

a. Kerangka kerja teori yang telah ada,b. Kerangka kerja teori baru, atau hasil modifikasi dari teori

yang telah ada sebelumnya. Penyusunan kerangka kerja teoritis merupakan suatu proses yang

bertahap dan terus menerus (evolving process). Proses ini dimulai dari membaca beberapa tulisan yang relevan tentang topik penelitian, dan dilanjutkan dengan merancang kerangka kerja teori sederhana. Kemudian kegiatan berikutnya adalah membaca dan mempelajari secara cermat literatur lainnya, sampai akhirnya dengan informasi yang terkumpul dapat digunakan untuk menyempurnakan kerangka kerja teori sederhana tersebut untuk bisa diperbaiki menjadi suatu kerangka berpikir yang lengkap dan dapat digunakan (feasible) dalam penelitian. Di samping itu, kerangka berpikir atau kerangka kerja teoritis tersebut harus bisa dioperasionalkan atau diimplementasikan, baik dari segi teknik pelaksanaan maupun dari segi ketersediaan sumberdaya.

Page 60: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI50

Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan contoh penyusunan kerangka kerja teoritis dari penelitian tentang “Hubungan antara Pembangunan Ekonomi (Economic Development) dan Pembangunan Manusia (Human Development) di Indonesia”. Pada bagan alur ini, pembangunan ekonomi, sebagai suatu konsep, dapat diukur dengan satu indikator, seperti tingkat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan konsep pembangunan manusia bisa diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), atau berdasarkan komponen-komponen pembentuk IPM, yaitu pengetahuan (pendidikan), umur panjang yang sehat (angka harapan hidup: kesehatan & gizi anak) dan standar hidup yang layak (pendapatan).

Dalam kerangka kerja teoritis hubungan antara kedua konsep di atas (pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia), sifat hubungan kausal atau sebab-akibat antara kedua konsep itu bersifat tidak langsung, tetapi melalui beberapa indikator/peubah lain, seperti yang dilustrasikan oleh alur hubungan di poros tengah pada Gambar 3.1 di bawah ini. Pembangunan ekonomi - yang bisa diindikasikan oleh pertumbuhan ekonomi, akan mendorong kemampuan sektor publik/pemerintah untuk meningkatkan investasi di pembangunan sosial, termasuk di bidang pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial, yang pada gilirannya akan mempengaruhi peningkatan kualitas pembangunan manusia. Pada saat yang bersamaan, pembangunan ekonomi juga menciptakan kesempatan kerja, sehingga mendorong kenaikan tingkat pendapatan rumahtangga atau daya beli untuk memenuhi kebutuhan dasar pangan, pendidikan dan kesehatan, yang juga pada gilirannya mempengaruhi kualitas pembangunan manusia.

Page 61: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 3 : KaJIaN TEORITIS, KERaNGKa BERPIKIR DaN HIPOTESIS 51

Gambar 3.1. Kerangka kerja teoritis dari hubungan antara pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia

44

kebutuhan dasar pangan, pendidikan dan kesehatan, yang juga pada gilirannya

mempengaruhi kualitas pembangunan manusia.

Gambar 3.1. Kerangka kerja teoritis dari hubungan antara pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia

Sumber: Modifikasi dari Irawan and Suhaimi (1999: 9).

Pada arus balik hubungan kausal di atas, pengaruh dari kualitas pembangunan

manusia terhadap pembangunan ekonomi juga bersifat tidak langsung. Meningkatnya

kualitas pembangunan manusia akan berpengaruh positif terhadap membaiknya kualitas

sumber daya manusia (SDM), khususnya bagi penduduk usia kerja yang siap memasuki

angkatan kerja. Meningkatnya kualitas SDM diharapkan akan mendorong meningkatnya

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Investasi Pemerintah di pembangunan bidang

sosial (pendidikan, kesehatan, jaminan sosial)

Pembangunan Ekonomi

Pembangunan Manusia

Pendapatan Rumahtangga (pemenuhan kebutuhan

dasar pangan, pendidikan & kesehatan)

Kesempatan Kerja

Produktivitas Tenaga Kerja

Sumber: Modifikasi dari Irawan and Suhaimi (1999: 9).

Pada arus balik hubungan kausal di atas, pengaruh dari kualitas pembangunan manusia terhadap pembangunan ekonomi juga bersifat tidak langsung. Meningkatnya kualitas pembangunan manusia akan berpengaruh positif terhadap membaiknya kualitas sumber daya manusia (SDM), khususnya bagi penduduk usia kerja yang siap memasuki angkatan kerja. Meningkatnya kualitas SDM diharapkan akan mendorong meningkatnya produktivitas pekerja, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Kerangka kerja teoritis di atas mencakup beragam isu sosial-ekonomi yang saling berkaitan, dan punya relevansi dengan topik kajian penelitian tentang hubungan antara pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia. Selain itu, kerangka kerja teoritis juga cenderung menggambarkan suatu kerangka hubungan antara beberapa konsep secara komprehensif. Hal ini tentunya tidak mudah

Page 62: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI52

untuk dioperasionalkan dalam suatu studi penelitian dengan fokus spesifik dan biasanya mempunyai beragam keterbatasan untuk melakukan suatu kajian yang komprehensif.

Oleh karena itu, kerangka teoritis seringkali disederhanakan menjadi suatu kerangka kerja operasional (operational framework).

Perbedaan antara kerangka kerja teoritis dan kerangka kerja operasional/konseptual adalah sebagai berikut2:

1. Kerangka teori memuat beberapa isu umum yang berkaitan secara relevan dengan topik kajian penelitiian yang akan dilakukan.

2. Kerangka kerja operasional/konseptual: menguraikan aspek-aspek yang dipilih dari kerangka teoritis untuk dijadikan basis atau fokus dari topik penelitian atau masalah penelitian yang akan dilakukan.

Berdasarkan contoh kerangka teoritis tentang “Hubungan antara Pembangunan Ekonomi dan Pembangunan Manusia”, misalnya topik atau masalah penelitian akan memfokuskan pada isu tentang “Dampak Krisis Ekonomi terhadap Kemiskinan dan Pembangunan Manusia”. Gambar 3.2 di bawah ini mengilustrasikan kerangka kerja operasional atau konseptual dari suatu studi penelitian tentang isu tersebut.

Secara konseptual, dampak krisis ekonomi terhadap kemiskinan dan pembangunan manusia bisa ditinjau dengan memfokuskan pada aspek penurunan tingkat pendapatan penduduk, karena menurunnya kesempatan kerja. Pada saat yang bersamaan, krisis ekonomi umumnya ditandai oleh meroketnya harga-harga sehingga menurunkan daya beli masyarakat, khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan. Kebutuhan dasar bukan makanan di sini termasuk kebutuhan dasar untuk pendidikan dan kesehatan. Kombinasi antara penurunan pendapatan dan meningkatnya harga-harga – sehingga daya beli menurun - secara langsung mempengaruhi kenaikan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pada gilirannya, meningkatnya penduduk

2 Berdasarkan Kumar (1996, hal. 32).

Page 63: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 3 : KaJIaN TEORITIS, KERaNGKa BERPIKIR DaN HIPOTESIS 53

miskin dengan daya beli yang menurun untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka di bidang pangan, pendidikan dan kesehatan akan mempengaruhi pembangunan manusia. Hal ini juga diperburuk dengan menurunnya anggaran pemerintah untuk membiayai pembangunan sosial di bidang pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial. Rendahnya kualitas pembangunan manusia, atau sumber daya manusia (SDM), pada masa mendatang dipercaya mempengaruhi produktivitas tenaga kerja sebagai komponen utama dari setiap pembangunan ekonomi.

Gambar 3.2. Kerangka kerja operasional/konseptual dari dampak krisis ekonomi terhadap kemiskinan dan pembangunan manusia

46

masyarakat, khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan.

Kebutuhan dasar bukan makanan di sini termasuk kebutuhan dasar untuk pendidikan dan

kesehatan. Kombinasi antara penurunan pendapatan dan meningkatnya harga-harga –

sehingga daya beli menurun - secara langsung mempengaruhi kenaikan jumlah penduduk

yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pada gilirannya, meningkatnya penduduk miskin

dengan daya beli yang menurun untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka di bidang

pangan, pendidikan dan kesehatan akan mempengaruhi pembangunan manusia. Hal ini juga

diperburuk dengan menurunnya anggaran pemerintah untuk membiayai pembangunan sosial di

bidang pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial. Rendahnya kualitas pembangunan manusia, atau

sumber daya manusia (SDM), pada masa mendatang dipercaya mempengaruhi produktivitas tenaga

kerja sebagai komponen utama dari setiap pembangunan ekonomi.

Gambar 3.2. Kerangka kerja operasional/konseptual dari dampak krisis ekonomi terhadap kemiskinan dan pembangunan manusia

Kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM)

Investasi Pemerintah di pembangunan

bidang sosial (pendidikan,

kesehatan, jaminan sosial)

Pembangunan Ekonomi

Pembangunan Manusia

Pendapatan Rumahtangga (pemenuhan

kebutuhan dasar pangan, pendidikan

& kesehatan)

Kesempatan Kerja

Produktivitas Tenaga Kerja

Krisis Ekonomi

Harga/Daya Beli Rumahtangga

Kemiskinan Rumahtangga

Sumber: Modifikasi dari Irawan and Suhaimi (1999: 9).

Page 64: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI54

3.4. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah dugaan, asumsi, ide atau keyakinan tentang suatu fenomena, hubungan atau situasi, atau tentang realita yang belum diketahui kebenarannya. Hipotesis dirumuskan untuk memberikan kejelasan dan fokus terhadap suatu masalah penelitian, tetapi tidak selalu setiap penelitian harus mempunyai hipotesis. Seorang peneliti dapat melakukan suatu penelitian yang absah tanpa menyodorkan satupun hipotesis secara eksplisit.

Sebaliknya, peneliti juga dapat mengajukan beberapa hipotesis yang relevan untuk diuji dalam suatu studi penelitian. Pentingnya hipotesis terletak pada kemampuannya untuk memberikan arah, perincian dan fokus kepada studi penelitian. Hipotesis harus bisa memandu peneliti, misalnya tentang informasi spesifik apa yang perlu dikumpulkan, sehingga penelitian tersebut akan lebih fokus.

Secara ringkas, hipotesis dalam suatu studi penelitian mempunyai minimal tiga karakteristik utama3, yaitu:

a. Merupakan suatu proposisi, usulan tentatif atau asumsi yang akan divalidasi atau diuji melalui suatu penelitian;

b. Keabsahannya (validitasnya) belum pasti, karena itu perlu diuji dengan data empiris;

c. Dalam banyak kasus, hipotesis biasanya berbentuk suatu hubungan antara dua atau lebih peubah atau beda antara dua atau lebih kelompok untuk suatu peubah.

Seperti yang disinggung di atas, sementara sebagian peneliti percaya bahwa hipotesis amat diperlukan dalam suatu penelitian, sebagian lainnya mengganggap tidak begitu diperlukan. Akan tetapi, suatu hipotesis tetap penting untuk memberikan kejelasan dalam upaya membuktikan atau mencari jawaban dari masalah penelitian yang diajukan.

3 Diambil dan dimodifikasi dari Kumar (1996: 65)

Page 65: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 3 : KaJIaN TEORITIS, KERaNGKa BERPIKIR DaN HIPOTESIS 55

Secara spesifik, fungsi dari hipotesis menurut Kumar (1996: 66) adalah sebagai berikut:

a. Pengajuan hipotesis akan memberikan suatu fokus yang jelas tentang aspek-aspek spesifik dari masalah penelitian yang perlu diteliti;

b. Hipotesis menjelaskan data apa yang perlu dikumpulkan untuk menjawab masalah penelitian tersebut;

c. Karena hipotesis memberikan fokus yang jelas, ini berarti bahwa perumusan hipotesis menunjukkan obyektivitas dari studi penelitian yang dilakukan;

d. Hipotesis juga diharapkan dapat menjembatani jarak antara keyakinan peneliti dan kenyataan berdasarkan data empirik.

Hipotesis yang akan diuji keabsahan harus mempunyai beberapa persyaratan atau karakteristik, antara lain sebagai berikut (Kumar, 1996: 66):

a. Sederhana, spesifik and jelas secara konseptual, juga berdimensi tunggal (uni-dimensional);

b. Bisa diverifikasi/dicek, dan dioperasionalkan/diukur;c. Relevan dengan pengetahuan atau teori umum;d. Dapat dioperasionalisasikan (operationalisable).Contoh: Rata-rata tingkat pendapatan penduduk di

Kabupaten A diduga lebih tinggi daripada penduduk di Kabupaten B.

Tingkat pencapaian akademik siwa di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik berhubungan positif dengan tingkat perkembangan psikologis siswa, yang berkaitan dengan intensitas belajar.

Dari kedua contoh tersebut, contoh pertama sangat jelas dan berdimensi tunggal yaitu membandingkan rata-rata tingkat pendapatan antara penduduk di Kabupaten A dan B. Sebaliknya, contoh kedua lebih kompleks dengan mengandung dua konsep tentang

Page 66: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI56

pencapaian akademik, perkembangan psikologis dan intensitas belajar, yang tentunya memerlukan prosedur pengukuran yang lebih spesifik, dan pengujian lapangan yang lebih sulit untuk dilakukan.

Secara umum, terdapat dua kategori hipotesis yang sering diterapkan dalam berbagai studi penelitian, yaitu4:

a. Hipotesis penelitian (research hypothesis), yang dipakai sebagai dasar pembuktian dalam penelitian. Biasanya, hipotesis ini berbentuk pernyataan dugaan adanya perbedaan antara dua kelompok, dugaan adanya perubahan (kenaikan, atau penurunan) nilai dari suatu variabel, atau dugaan adanya keterkaitan antara dua variabel. Hipotesis inilah yang menstimulasiatau mendorong dilakukannya penelitian.

b. Hipotesa tandingan (alternate hypothesis), yang merupakan hipotesis yang dianggap benar jika suatu hipotesis penelitian ternyata tidak didukung oleh data yang ada.

Perlu diingat, bahwa dalam pengujian hipotesis secara statistika, hipotesis penelitian, pada umumnya, diletakkan sebagai hipotesis alternatif5 (Ha) atau biasa juga dinotasikan dengan H0, sedangkan hipotesis tandingan dari hipotesis penelitian diletakkan sebagai hipotesa nol (null hypothesis) yang bisa berbentuk hipotesis tidak ada perbedaan (hypothesis of no difference) atau hipotesis tidak ada hubungan (no association).

Hal di atas dilakukan karena dalam pengujian statistika, pengujian hanya bisa dilakukan dengan asumsi bila H0 benar yang berbentuk tidak ada perbedaan, tidak ada perubahan, atau tidak ada asosiasi.6 Tetapi kalau hipotesis penelitian sudah dinyatakan dalam bentuk tidak ada perbedaan atau tidak ada asosiasi, tentunya hipotesis penelitian ini

4 Diambil dan dimodifikasi dari Kumar (1996: 67-69).5 Bedakan antara hipotesis alternatif dalam pengujian secara statistika dengan istilah hipotesis

tandingan (alternate hypotheses) yang digunakan oleh Kumar (1996: 67) yang menyatakan hipotesis lawan dari hipotesis penelitian.

6 Penurunan distribusi sampling dari statistik uji (test statistic) bisa dilakukan jika hipotesis nol dalam bentuk sama dengan atau tidak ada asosiasi (inilah salah satu alasan kenapa disebut hipotesis nol, nol perbedaan atau nol asosiasi).

Page 67: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 3 : KaJIaN TEORITIS, KERaNGKa BERPIKIR DaN HIPOTESIS 57

diletakkan sebagai hipotesis nol dalam pengujian secara statistika. Jadi apakah suatu hipotesis penelitian menjadi hipotesis nol atau menjadi hipotesis alternatif dalam pengujian secara statistika tergantung bagaimana pernyataan dari hipotesis penelitian tersebut ditulis.

Contoh: menguji pengaruh dari kombinasi yang berbeda dari program layanan kesehatan ibu & anak (KIA) dan program nutrisi tambahan (PNT) terhadap angka kematian bayi. Dengan membuat rancangan eksperimental faktorial 2-2 misalnya diperoleh beberapa opsi penulisan hipotesis penelitian, yaitu sebagai berikut:

a. Tidak ada perbedaan pada angka kematian bayi antara program yang beda. Maka dalam contoh ini, hipotesis penelitian ini menjadi hipotesis nol dalam pengujian secara statistika.

b. Kelompok anak yang ikut kedua program tersebut mengalami penurunan angka kematian bayi terbesar. Dalam contoh ini, maka hipotesis penelitian ini diletakkan sebagai hipotesis alternatif dalam pengujian hipotesis secara statistika.

c. Penurunan pada angka kematian bayi akan terjadi 3 kali lebih cepat di antara kelompok anak program KIA daripada program PNT. Dalam contoh ini, maka hipotesis penelitian ini akan diletakkan sebagai hipotesis alternatif dalam pengujian secara statistika.

Beberapa kesalahan dalam menguji suatu hipotesis, yaitu7:a. Rancangan studi yang dipilih salahb. Prosedur sampling yang diadopsi salahc. Metode pengumpulan data tidak akuratd. Analisa salahe. Kesimpulan tidak benarDengan demikian, kesalahan dalam pengujian hipotesis bisa

terjadi ketika peneliti menarik kesimpulan dari suatu hasil penelitian. Secara statistika, terdapat dua jenis kesalahan yang dapat terjadi, yaitu:

7 Kumar (1996: 69).

Page 68: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI58

a) Menolak hipotesis nol ketika hipotesis nol tersebut ternyata benar,disebutkesalahantipeIatauαerror(karenabiasanyapelung melakukan kesalahan tipe ini secara statistika dinotasikandenganα);

b) Menerima hipotesis nol tersebut ternyata salah, disebut kesalahan tipe II atau β error ((karena biasanya peluangmelakukan kesalahan tipe ini secara statistika dinotasikan denganβ).

Page 69: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 3 : KaJIaN TEORITIS, KERaNGKa BERPIKIR DaN HIPOTESIS 59

Soal-soal Latihan:

1. Suatu studi kasus memfokuskan pada pengaruh latar belakang sosial-ekonomi dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal terhadap insiden putus sekolah (drop out) di antara eks siswa SMP dan SMA selama tahun 2013 di Kelurahan Manggarai Selatan, Kecamatan Tebet, Kota Jakarta Selatan.a. Identifikasikan variabel tidak bebas dan bebas dari topik

penelitian di atas.b. Formulasikan secara umum kerangka kerja operasional/

konseptual yang menggambarkan hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel tidak bebas tersebut.

c. Formulasikan hipotesis-hipotesis yang relevan dari hubungan-hubungan antar variabel tersebut.

2. Harga minyak mentah di dunia berfluktuasi setiap hari sepanjang waktu mengikuti pola perkembangan pasokan minyak mentah (oil supply) di negara-negara produsen utama dan permintaan produk minyak (oil demand) di negara-negara konsumen utama. Kedua faktor fundamental pasar minyak ini sangat dipengaruhi oleh 1) keamanan pasokan karena masalah geopolitik & perang, 2) cadangan strategis dan komersial dari negara-negara maju OECD, terutama AS, 3) pasar spekulasi minyak mentah (paper oil market) di pasar bursa & komoditas dunia di New York, London, Singapura dan Dubai.a. Buatkan kerangka hubungan konseptual antara variabel-

variabel tersebut.b. Susunlah beberapa hipotesis yang relevan dengan hubungan-

hubungan tersebut.

***************

Page 70: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI60

Page 71: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

61

METODE PENELITIANOleh Abuzar Asra

Tujuan

Sesudah mempelajari Bab 4 ini pembaca diharapkan dapat: ◙ mengerti arti metode penelitian ◙ memilih metode penelitian yang sesuai dengan tujuan

penelitian ◙ memahami prinsip dasar metode penelitian survei

____________________________________________________

4.1. Pengertian Metode Penelitian

Terdapat berbagai pengertian dari metode penelitian, dan salah satunya adalah sebagai berikut "Research methods are the particular strategies researchers use to collect the evidence necessary for building and testing theories" (Frey, Botan, Friedman, & Kreps, 1991).1 Dengan demikian metode penelitian adalah strategi yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan untuk membuat dan menguji teori.

1 Diambil dari www.uky.edu/~drlane/capstone/trmdef.htm.

Bab 4

Page 72: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI62

Metode penelitian dapat juga diartikan sebagai cara atau prosedur yang ditempuh peneliti dalam mencapai tujuan penelitian, yaitu untuk menjawab pertanyaan penelitian (research questions) atau hipotesis penelitian (research hypothesis). Cara atau prosedur yang sistematis dan logis tersebut termasuk, antara lain, kerangka pikir yang digunakan, proses pengumpulan data yang dipakai, serta alat analisis. Jadi metode penelitian tidak hanya mencakup alat (statistik) yang digunakan, seperti analisis regresi atau pengujian dua rata-rata populasi, tetapi jauh lebih luas dari hanya sekedar alat (atau ‘pisau’) analisis.

Ringkasnya, metode penelitian dapat diartikan sebagai prosedur dan tata cara yang digunakan dalam penelitian untuk mencapai tujuannya, termasuk berbagai metode statistika (statistical methods) sebagai alat penelitian (research tools). Eratnya kaitan antara penelitian dengan statistik adalah seperti yang disebutkan oleh Walker (2010: 10) bahwa ‘research design and statistics go together like salt and pepper,......' Artinya, garam dan merica sebaiknya dan biasanya selalu bersama. Garam tanpa merica, atau merica tanpa garam, tentunya ' kurang pas'.

Dalam setiap tahapan penelitian terdapat berbagai metode yang digunakan dan itu semua dimaksudkan untuk membantu proses penelitian dalam mencapai tujuannya. Perlu ditekankan bahwa metoda penelitian bersifat ilmiah dan bebas nilai.

Metode penelitian ilmiah mencari penjelasan terhadap suatu fenomena atau permasalahan berdasarkan fakta yang dikumpulkan, pengukuran dan pengamatan, tidak hanya berdasarkan pemikiran logika semata. Kesimpulan penelitian ilmiah hanya dapat diterima jika dapat diverifikasi berdasarkan data empiris atau dengan percobaan.

Singkatnya, prosedur atau tehnik yang diikuti oleh suatu penelitian untuk menjelaskan, menerangkan dan memprediksi suatu fenomena dapat disebut metode penelitian. Tujuan metode penelitian adalah untuk memberikan arah bagaimana suatu penelitian perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Page 73: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 4 : METODE PENELITIaN 63

Johnson (1986) membedakan istilah metode penelitian (research methods/techniques) dengan metodologi penelitian (research methodology). Metodologi penelitian, menurutnya, adalah ilmu pengetahuan dari metode (the science of methods). Jadi metodologi penelitian menekankan kepada pemahaman yang mendalam tentang yang mendasari metode/tehnik penelitian (research methods/techniques) yang digunakan. Dengan demikian, dalam buku ini yang dibahas adalah metode penelitian, bukan metodologi penelitian.

4.2. Penentuan Metode Penelitian

Dalam menentukan metode penelitian yang akan digunakan maka salah satu pertimbangan adalah tujuan penelitian itu sendiri. Tetapi dalam prakteknya, metode penelitian yang ideal untuk digunakan mungkin saja tidak mungkin dilakukan karena ada kendala dalam penggunaannya. Misalnya, tujuan penelitian adalah untuk membuktikan hubungan sebab-akibat yang memerlukan penelitian laboratorium (laboratory research) atau percobaan laboratorium (laboratory experiment), tetapi karena penelitian percobaan tersebut tidak mungkin dilakukan, maka penelitian mesti menggunakan metode lain seperti percobaan lapangan (field experiment), atau bahkan penelitian survei (survey research).

Untuk menentukan metode penelitian yang perlu digunakan, tentunya perlu juga diketahui berbagai sifat dari berbagai metode penelitian serta kelemahan masing-masing. Penelitian survei, misalnya, yang menghasilkan data silang-waktu (cross-section) tentunya hanya bisa digunakan untuk melakukan analisis deskriptif, atau paling-paling untuk melakukan analisa keterkaitan (correlation analysis) dengan analisis tabel atau koefisien korelasi atau analisis regresi sebagai pendekatan dari studi pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independent variables) terhadap sebuah variabel terikat (dependent variable).

Akan tetapi, penelitian survei bisa dikembangkan untuk mencakup analisis yang lebih lanjut, misalnya, bila dilakukan secara berulang antar waktu, sehingga diperoleh data gabungan (cross-section

Page 74: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI64

dan time-series). Kajian data panel pun bisa dibuat bila dilakukan pengumpulan data dari waktu ke waktu terhadap sekelompok unit pengamatan yang sama.

Jika tujuan penelitian adalah, misalnya, untuk memperoleh informasi awal tentang permasalahan yang dihadapi maka metode penelitian yang perlu dilakukan adalah penelitian eksplorasi (exploratory research), sedangkan bila tujuan penelitian sudah lebih meningkat, misalnya untuk menggambarkan secara akurat dan tepat tentang karakteristik dari suatu kelompok atau sebuah permasalahan maka penelitian deskriptif (descriptive research) yang perlu digunakan. Untuk penelitian deskriptif ini maka biasanya dilakukan penelitian survei (survey research), dan data yang diperoleh biasanya data silang (cross-section) sehingga dalam penelitian survei biasa juga dilakukan penelitian korelasi.

Bab 4 ini menyajikan dan membahas secara ringkas tentang metode penelitian survei (survey research method).

4.3. Metode Penelitian Survei2

Penelitian survei telah semakin banyak digunakan dalam mempelajari berbagai aspek atau fenomena kehidupan. Secara historis, penggunaan penelitian survei, bisa dianggap sama dengan penggunaan sensus yang telah digunakan sejak zaman peradaban Mesir dan penggunaan penelitian survei telah digunakan pada tahun 1880 oleh Karl Marx untuk mempelajari sejauh mana telah terjadi eksploitasi oleh majikan (Babbie, 1973: 41-42). Disebutkan pula bahwa pelopor penggunaan penelitian survei, antara lain, adalah Stouffer dan Lazarsfeld (Babbie, 1973: 43).

Apakah penelitian survei adalah penelitian ilmiah?

2 Buku klasik dan standar untuk topik ini adalah Survey Research Methods oleh Babbie (1973) dan untuk analisis dari hasil survei dapat dibaca terlebih dahulu The Logic of Survey Analysis oleh Rosenberg (1968).

Page 75: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 4 : METODE PENELITIaN 65

Secara panjang lebar Babbie (1973: 45-49) menjelaskan berbagai sifat ilmiah dari penelitian survei, yaitu penelitian survei adalah:

(i) masuk akal (logical), karena format dari penelitian survei memungkinkan dilakukannya pengembangan suatu penjelasan logis terhadap suatu fenomena secara tahap demi tahap dan secara rigorous, serta terdapat pengujian terhadap penjelasan tersebut,

(ii) menentukan (deterministic), dengan pengertian penelitian survei memungkinkan elaborasi proses sebab-akibat, tidak hanya sekedar korelasi,

(iii) mampu memberikan kesimpulan umum (‘generalisasi’) dari survei sampel yang dilakukan,

(iv) mampu memberikan berbagai pilihan penjelasan dan memilih yang terbaik (parsimonious), dan

(v) mempunyai metode yang spesifik (survey research is specific).

Apakah tujuan dari penelitian survei? Babbie (1973: 56-59) menjelaskan terdapatnya 3 (tiga)

tujuan umum dilakukannya penelitian survei, yaitu (i) eksplorasi (exploration); (ii) deskripsi (description), dan (iii) penjelasan (explanation). Pada awal penelitian dimana si peneliti baru memulai proses pencarian terhadap suatu topik penelitian tertentu maka penelitian survei bisa merupakan ‘alat’ untuk memperoleh informasi awal. Tahap selanjutnya, baru penelitian bisa lebih terarah dengan tujuan untuk memberikan gambaran (deskripsi) tentang suatu populasi, seperti sebaran unit pengamatan (observation unit) menurut berbagai ciri atau karakteristik atau atribut (traits, characteristics atau attributes).

Penelitian survei juga memungkinkan dilakukannya berbagai penjelasan tentang populasi, terutama yang berkaitan dengan hubungan antara dua atau lebih variabel serta penjelasan mengapa

Page 76: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI66

suatu fenomena terjadi. Usaha ini hampir selalu membutuhkan analisis multivariat (multivariate analysis).3

Rancangan dasar dari penelitian survei

Terdapat 3 (tiga) rancangan penelitian survei, yaitu (i) survei data silang (cross-sectional survey), (ii) survei longitudinal, dan (iii) survei ‘pendekatan’ survei longitudinal, sebagaimana dijelaskan oleh Babbie (1973: 62-66).

Secara ringkas, ketiga rancangan penelitian survei tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Survei data silang (cross-sectional survey) merupakan rancangan penelitian survei yang paling sering digunakan. Badan Pusat Statistik, misalnya, melakukan berbagai survei dan sensus, baik rumah tangga maupun perusahaan, dengan rancangan survei cross-section.

Dalam penelitian survei jenis ini, maka data dikumpulkan pada suatu waktu tertentu dari sekelompok pengamatan (bisa mencakup populasi atau sebagian populasi) untuk menggambarkan populasi tersebut pada waktu tersebut. Dengan kata lain, pada umumnya, data yang dihasilkan memberikan gambaran sesa'at (snapshot).Keterkaitan antar variabel pada waktu tersebut juga bisa dilihat dengan menggunakan analisis korelasi atau asosiasi.

Selanjutnya adalah penelitian survei longitudinal dimana rancangan survei memungkinkan analisis terhadap data berkala (time-series data). Data dikumpulkan pada beberapa waktu yang berbeda, sehingga diperoleh data yang bisa menunjukkan dan menjelaskan perubahan. Data berkala yang dipunyai bisa untuk sekelompok pengamatan yang persis sama yang diamati dari waktu ke waktu (penelitian data panel) (panel data), atau data dari waktu ke waktu dari sekelompok pengamatan (misal perusahaan kecil) tetapi tidak harus merupakan perusahaan yang sama [bukan data panel, tetapi data cross-section yang tersedia dari waktu ke waktu, atau data

3 Secara sederhana logika analisis hasil survei dalam bentuk elaborasi tabel, bisa lihat Rosenberg (1968) atau Asra dan Rudiansyah (2013).

Page 77: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 4 : METODE PENELITIaN 67

gabungan (pooled-cross section), yaitu data cross-section yang tersedia dalam beberapa waktu].

Rancangan penelitian survei yang ketiga adalah penggunaan survei cross-section sebagai pendekatan dari survei longitudinal, yaitu dengan menanyakan kepada responden tentang informasi masa lalu, serta menggunakan pembandingan kelompok umur tertentu atau cohort sebagai pendekatan sebuah penelitian antar waktu (longitudinal). Misal, dalam suatu penelitian survei cross-section, ternyata kelompok muda ternyata rendah taraf keagamaan dibanding kelompok tua, dan peneliti bisa menginterpretasikan ini sebagai sebuah penurunan tingkat keagamaan antar waktu di populasi tersebut (Babbie, 1973: 65). Akan tetapi, sebagaimana dijelaskan oleh Babbie (1973: 65) bahwa pengambilan kesimpulan ini haruslah dilakukan secara hati-hati, karena orang bisa saja menjadi semakin tinggi tingkat keagamaannya, begitu dia menjadi semakin tua, sehingga inilah yang mungkin menjelaskan perbedaan yang teramati di atas.

Tahapan kegiatan penelitian survei

Berbagai tahapan kegiatan penelitian survei (biasanya adalah survei sampel) serta keterkaitan (linkages) mereka diberikan oleh Warwick dan Lininger (1975) sebagai berikut (Diagram 4.1 di bawah ini).

Page 78: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI68

Diagram 4.1 Forward dan Backward Linkages dari berbagai tahapan kegiatan survei sampel

58

Tahapan kegiatan penelitian survei

Berbagai tahapan kegiatan penelitian survei (biasanya adalah survei sampel) serta

keterkaitan (linkages) mereka diberikan oleh Warwick dan Lininger (1975) sebagai berikut

(Diagram 4.1 di bawah ini).

Diagram 4.1 Forward dan Backward Linkages dari berbagai tahapan kegiatan survei sampel

Forward Linkage

Backward Linkage

Sumber: Dimodifikasi dari Warwick dan Lininger (1975).

Perencanaan isi Penyusunan biaya Review literatur Pembuatan hipotesis

Disain sampling Pengambilan sampel

Pembuatan daftar isian Pre-test Pembuatan buku pedoman

Pemilihan petugas Pelatihan petugas

Perancangan kode dan tata cara editing Latihan pembuatan kode dan melakukan editing Persiapan pengolahan

Pengolahan data

Pengumpulan data

Pembuatan Analisis dan Laporan Penjawaban pertanyaan awal survei

58

Tahapan kegiatan penelitian survei

Berbagai tahapan kegiatan penelitian survei (biasanya adalah survei sampel) serta

keterkaitan (linkages) mereka diberikan oleh Warwick dan Lininger (1975) sebagai berikut

(Diagram 4.1 di bawah ini).

Diagram 4.1 Forward dan Backward Linkages dari berbagai tahapan kegiatan survei sampel

Forward Linkage

Backward Linkage

Sumber: Dimodifikasi dari Warwick dan Lininger (1975).

Perencanaan isi Penyusunan biaya Review literatur Pembuatan hipotesis

Disain sampling Pengambilan sampel

Pembuatan daftar isian Pre-test Pembuatan buku pedoman

Pemilihan petugas Pelatihan petugas

Perancangan kode dan tata cara editing Latihan pembuatan kode dan melakukan editing Persiapan pengolahan

Pengolahan data

Pengumpulan data

Pembuatan Analisis dan Laporan Penjawaban pertanyaan awal survei

58

Tahapan kegiatan penelitian survei

Berbagai tahapan kegiatan penelitian survei (biasanya adalah survei sampel) serta

keterkaitan (linkages) mereka diberikan oleh Warwick dan Lininger (1975) sebagai berikut

(Diagram 4.1 di bawah ini).

Diagram 4.1 Forward dan Backward Linkages dari berbagai tahapan kegiatan survei sampel

Forward Linkage

Backward Linkage

Sumber: Dimodifikasi dari Warwick dan Lininger (1975).

Perencanaan isi Penyusunan biaya Review literatur Pembuatan hipotesis

Disain sampling Pengambilan sampel

Pembuatan daftar isian Pre-test Pembuatan buku pedoman

Pemilihan petugas Pelatihan petugas

Perancangan kode dan tata cara editing Latihan pembuatan kode dan melakukan editing Persiapan pengolahan

Pengolahan data

Pengumpulan data

Pembuatan Analisis dan Laporan Penjawaban pertanyaan awal survei

58

Tahapan kegiatan penelitian survei

Berbagai tahapan kegiatan penelitian survei (biasanya adalah survei sampel) serta

keterkaitan (linkages) mereka diberikan oleh Warwick dan Lininger (1975) sebagai berikut

(Diagram 4.1 di bawah ini).

Diagram 4.1 Forward dan Backward Linkages dari berbagai tahapan kegiatan survei sampel

Forward Linkage

Backward Linkage

Sumber: Dimodifikasi dari Warwick dan Lininger (1975).

Perencanaan isi Penyusunan biaya Review literatur Pembuatan hipotesis

Disain sampling Pengambilan sampel

Pembuatan daftar isian Pre-test Pembuatan buku pedoman

Pemilihan petugas Pelatihan petugas

Perancangan kode dan tata cara editing Latihan pembuatan kode dan melakukan editing Persiapan pengolahan

Pengolahan data

Pengumpulan data

Pembuatan Analisis dan Laporan Penjawaban pertanyaan awal survei

Sumber: Dimodifikasi dari Warwick dan Lininger (1975).

Penelitian survei sampel dimulai dengan tahapan kelompok pertama, yang terdiri dari perencanaan isi penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau permasalahan yang dihadapi, serta penyusunan biaya yang diperlukan dan tinjauan pustaka, yang dilanjutkan dengan pembuatan hipotesis/pertanyaan penelitian berdasarkan kerangka konseptual (termasuk teori).

Page 79: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 4 : METODE PENELITIaN 69

Kemudian, tahapan ini dilanjutkan dengan tahapan kelompok kedua, yaitu disain (rancangan) pengambilan sampel dan pengambilan sampel itu sendiri, dan diikuti dengan kelompok tahapan pembuatan daftar isian, pre-test (uji coba kuesioner) dan penyusunan buku pedoman. Tahapan ini dilanjutkan dengan kelompok tahapan pemilihan petugas lapangan dan pelatihan, baik petugas lapangan maupun pengawas lapangan.

Tahapan yang selanjutnya adalah pengumpulan data, yang merupakan tahapan sangat penting karena bila diperoleh ‘sampah’ maka tentunya informasi statistik yang dihasilkan adalah juga ‘sampah’ (garbage in, garbage out). Pada saat yang hampir bersamaan bisa dilakukan penyusunan kode dan tata cara editing, latihan petugas pengolahan dan persiapan pengolahan.

Tahapan selanjutnya adalah pengolahan data, yang menghasilkan berbagai tabel dan bentuk penyajian data yang lain, seperti diagram batang, diagram lingkaran, diagram pencar atau grafik atau gambar, yang semuanya disesuaikan dengan tujuan penelitian survei. Selain itu, berbagai angka ringkasan dan ukuran statistik, seperti rata-rata, ukuran keragaman, dan ukuran korelasi dan asosiasi dapat juga disajikan. Bahkan dapat dibuat dan disajikan berbagai pendugaan interval dengan suatu tingkat keyakinan tertentu untuk berbagai parameter populasi.

Kelompok tahapan terakhir adalah analisis dan laporan, serta penjawaban pertanyaan awal. Hasil-hasil yang disajikan di atas kemudian dianalisis (dibahas) dan dibuatkan sebuah laporan yang pada akhirnya memberikan jawaban terhadap permasalahan penelitian (research problem) atau pertanyaan dan hipotesis penelitian (research questions dan hypotheses) yang merupakan tujuan dari penelitian yang dilakukan.

Dalam melakukan tahapan-tahapan tersebut, keterkaitan yang ada bisa dilihat secara keterkaitan kedepan (forward linkages), atau keterkaitan kebelakang (backward linkages). Terlihat bahwa seorang peneliti dapat saja melakukan perencanaan kegiatan penelitian survei dengan merencanakan mulai dari bagian ujung penelitian, yaitu

Page 80: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI70

analisis dan laporan, lalu bergerak kebelakang (backward linkages) ke tahapan pengolahan data (bagaimana dan bentuk apa pengolahan yang sesuai) dan seterusnya.

Sebaliknya, si peneliti bisa saja melakukan perencanaan dengan melihat dari titik awal, yaitu tahapan perencanaan isi, penyusunan biaya, tinjauan pustaka dan penurunan hipotesis, dan kemudian bergerak ke depan (forward linkages), yaitu membuat rancangan sampling dan pengambilan sampel dan seterusnya.

Berbagai tahapan dari penelitian survei (sampel) di atas dibahas dalam berbagai Bab yang ada di buku ini. Misal, tahap pertama sebagian besar sudah dibahas di Bab 2 dan 3 mengenai permasalahan dan variabel penelitian yang berkaitan dengan isi penelitian survei dan teori serta pembuatan hipotesis.

Tahapan rancangan atau disain pengambilan sampel dibahas dalam Bab 5 dan metode pengumpulan data dalam penelitian survei disajikan di Bab 6, sedangkan pembuatan daftar isian diberikan dalam Bab 7 dan Bab 8 tentang instrumen penelitian. Pengolahan, termasuk pembuatan kode dan tata cara editing dibahas dalam Bab 9, sedangkan berbagai teknik analisis penelitian disajikan dalam Bab 10. Laporan penelitian dibahas dalam bab terakhir, yaitu Bab 11.

Dengan demikian, diharapkan pembaca dapat memahami sebagian besar dari tahapan kegiatan penelitian survei sebagaimana ditunjukkan di atas (Diagram 4.1).

Page 81: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 4 : METODE PENELITIaN 71

Soal-Soal Latihan:

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode penelitian!2. Jelaskan bagaimana menentukan metode yang harus digunakan

dalam penelitian!3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penelitian survei!4. Jelaskan beberapa ciri ilmiah dari penelitian survei!

***************

Page 82: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI72

Page 83: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

73

TujuanSesudah membaca Bab 5 ini pembaca diharapkan dapat:

◙ memahami yang disebut dengan populasi dan jenis-jenisnya ◙ menjelaskan beda sensus dan survei sampel ◙ menerangkan apa yang disebut dengan sampel ◙ menjelaskan mengapa perlu dilakukan survei sampel ◙ menjelaskan berbagai cara pengambilan sampel ◙ menerangkan cara pendugaan rata-rata dan proporsi

populasi berdasarkan pengambilan sampel acak sederhana (PSAS)

◙ memahami cara penentuan ukuran sampel dalam PSAS____________________________________________________

5.1. Populasi1

Dalam penelitian survei, istilah populasi dan sampel merupakan istilah yang harus dipahami oleh peneliti dan pengguna hasil penelitian. Mengapa demikian?

1 Diambil dan direvisi dari Asra dan Rudiansyah (2013).

POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN

Bab 5

Oleh: Abuzar Asra

Page 84: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI74

Ada sekurang-kurangya satu alasan utama mengapa istilah tesebut di atas harus dimengerti oleh mereka. Alasan tersebut adalah kalau data berasal dari populasi, maka kesalahan (error) yang terjadi pada angka ringkasan, yang menggambarkan ciri dari populasi tersebut (yang biasa disebut parameter), hanya disebabkan oleh non-sampling error, sedangkan bila angka ringkasan dihitung berdasarkan sampel, yang merupakan sebagian dari populasi, maka kesalahan yang terjadi bisa dari dua sumber, yaitu non-sampling error dan sampling error. Dengan demikian, seorang peneliti mesti memahami apakah informasi yang diperoleh adalah dari populasi atau dari sampel, sehingga pengambilan kesimpulan bisa dilakukan dengan tepat.

5.1.1 Apa Itu Populasi?

Secara sederhana, sebuah populasi adalah kumpulan dari seluruh unsur atau elemen atau unit pengamatan (observation unit) yang akan diteliti, sedangkan sebuah sampel adalah sebagian dari unsur atau elemen atau unit pengamatan dari populasi yang sedang dipelajari tersebut.

Contoh:Di bawah ini contoh beberapa populasi:

- Seluruh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik pada bulan Oktober 2014.

- Seluruh sapi yang ada di peternakan Maunya Jaya pada bulan November 2013.

- Seluruh pedagang tekstil di pasar Tanah Abang pada bulan Januari 2012.

Sedangkan, contoh sampel adalah:- Sepuluh persen dari seluruh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Statistik pada bulan Oktober 2014.- Seperlima dari seluruh sapi yang ada di peternakan Maunya

Jaya bulan November 2013.- Lima persen dari seluruh pedagang tekstil di pasar Tanah

Abang pada bulan Januari 2012.

Page 85: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 5 : POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN 75

5.1.2 Bagaimana Mendefinisikan Sebuah Populasi?

Terdapat minimal tiga unsur pokok dalam mendefinisikan sebuah populasi. Pertama, unit pengamatan yang akan diamati harus terdefinisikan dengan jelas, misal rumah tangga, anggota rumah tangga atau perusahaan. Karena itu di dalam berbagai penelitian survei, biasanya didefinisikan terlebih dahulu, unit pengamatan yang akan diambil informasinya. Misal, kalau unit pengamatan adalah perusahaan industri kecil, maka harus jelas dengan apa yang dimaksud dengan ‘perusahaan’, yang dimaksud dengan ‘industri’, dan yang dimaksud dengan ‘kecil’. Kedua, cakupan daerah penelitian survei harus mempunyai batas daerah yang jelas, misal Kabupaten Bandung, atau provinsi Jawa Timur, dan yang ketiga adalah periode referensi, misal Maret 1994, atau Januari 2014.

5.1.3 Jenis-Jenis Populasi

Dalam penelitian survei, populasi yang akan disurvei (baik secara lengkap, maupun secara sampel), biasanya adalah populasi yang terbatas (finite population), yang merupakan suatu populasi yang banyaknya unsur atau elemen atau unit pengamatan yang terdapat dalam populasi tersebut adalah terbatas dan dapat dihitung. Misal sebuah populasi adalah populasi murid di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) pada bulan Maret 2013.

Jelas bahwa banyaknya mahasiswa yang ada di STIS pada bulan Maret 2013 tersebut dapat dihitung dan jumlahnya tertentu. Banyaknya unit dalam populasi terhingga biasa dinotasikan dengan N. Daftar yang mencakup semua unit pengamatan serta informasi tambahan, seperti alamat, dapat dibuat dan ini merupakan salah satu bentuk kerangka sampel (sampling frame), yang diperlukan dalam melakukan pengambilan sampel.

Dalam penelitian survei, maka populasi tersebut di atas merupakan populasi sasaran (target population), yang merupakan kumpulan unit pengamatan yang menjadi sasaran suatu kegiatan pengumpulan data. Misal, semua rumahtangga di Indonesia merupakan populasi sasaran dalam suatu kegiatan Sensus Penduduk.

Page 86: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI76

Akan tetapi, bisa saja karena berbagai hal (seperti alasan keamanan, misalnya), maka sebagian dari populasi sasaran tidak bisa disurvei, sehingga, populasi sasaran dimodifikasi menjadi populasi yang disurvei (surveyed population). Tentunya, populasi ini berbeda dengan populasi sasaran. Ada pula yang disebut dengan populasi yang disampel (sampled population), yaitu populasi dari mana sampel diambil. Populasi ini bisa merupakan populasi sasaran atau populasi yang disurvei.

Dalam berbagai penelitian lain, dikenal juga dengan istilah populasi yang tak terhingga/terbatas (infinite population), yang merupakan suatu populasi dengan banyaknya unsur atau elemen atau unit pengamatan yang tak terhingga banyaknya atau tak mungkin dihitung. Misal dari populasi tipe ini adalah kumpulan ikan di Samudera Indonesia, yang hampir tidak mungkin untuk dihitung. Dalam suatu percobaan pun, misalnya, maka populasi dari unit percobaan bisa dikatakan tak terhingga bila percobaan itu bisa diulang secara terus menerus berkali-kali secara tak terbatas.

Populasi jenis yang terakhir adalah apa yang disebut dengan populasi hipotetis atau konseptual (hypothetical atau conceptual population), yang dapat diartikan sebagai populasi yang secara fisik tidak ada, tetapi ada secara hipotetikal (khayal). Populasi ini biasanya timbul dalam suatu percobaan dimana populasi dari suatu percobaan tersebut adalah populasi yang ada secara hipotetikal atau secara konsep saja. Misal, suatu percobaan menguji sebuah mesin baru maka mesin baru ini dapat dianggap sebagai sampel dari suatu populasi mesin sejenis di masa mendatang.

5.2 Sensus Dan Survei Sampel2

Jika seorang manajer meneliti seluruh konsumen yang menggunakan produk perusahaannya pada bulan November 2014, maka dikatakan bahwa manajer tersebut melakukan pendekatan sensus (pengamatan lengkap) (complete enumeration). Sebaliknya,

2 Diambil dan direvisi dari Asra (2013).

Page 87: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 5 : POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN 77

bila yang diteliti adalah sebagian dari konsumen tersebut (misal 10 persennya), berarti manajer tersebut melakukan pendekatan pengamatan sampel atau pengamatan sebagian.

Lembaga resmi perstatistikan di Indonesia, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), secara rutin/berkala melakukan pengumpulan data dengan pendekatan sensus secara nasional seperti Sensus Penduduk, Sensus Pertanian, Sensus Industri, dan Sensus Ekonomi. Lembag ini juga melakukan pengumpulan data dengan pendekatan sampel, juga secara berkala, seperti Survei Sosial Ekonomi Nasional, Survei Penduduk Antar Sensus, dan Survei Angkatan Kerja Nasional.

Singkatnya, data dapat dikumpulkan melalui 2 (dua) pendekatan yaitu:

(i) sensus (census) atau pengumpulan data lengkap (complete enumeration) atau survei lengkap (complete survey), yaitu pengambilan data terhadap keseluruhan unit pengamatan (observation unit) atau penelitian yang ada di dalam populasi dan

(ii) survei sampel (sample survey), yaitu pengambilan data terhadap sebagian unit pengamatan atau penelitian. Biasanya, survei sampel disebut dengan istilah survei, sehingga kalau ada yang mengatakan survei, maka biasanya maksudnya adalah survei sampel.

5.2.1 Sampel

Dalam penelitian, data yang ada bisa juga berasal dari sampel yang merupakan sebagian dari populasi. Dalam contoh di atas, dalam menyelidiki pendapat konsumen yang menggunakan produk perusahaan tersebut di atas, karena banyaknya konsumen yang menggunakan produk tersebut maka tidak praktis dan tidak ekonomis untuk menanyai setiap konsumen. Pendekatan yang paling logis dilakukan oleh manajer tersebut adalah memilih sejumlah konsumen yang menggunakan produk tersebut untuk ditanyai pendapat mereka tentang berbagai aspek produk itu. Dengan demikian, sebuah sampel adalah sebagian dari unit pengamatan (dengan ukuran tertentu,

Page 88: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI78

biasanya dinotasikan dengan n) dari suatu populasi, yang diambil dengan metode tertentu untuk membuat kesimpulan tentang populasi tersebut.

Ada 4 pertanyaan pokok yang berkenaan dengan pengambilan sampel (sampling) yaitu:

a. kenapa kita mengambil sampel (why), b. bagaimana sampel diambil (how), c. berapa banyak sampel yang harus diambil (how many), dand. bagaimana pengambilan kesimpulan dari sampel ke populasi

(how to infer from sample to population).Di bawah ini akan dibahas semua pertanyaan di atas, yaitu

mengapa perlu dilakukan survei sampel, bagaimana sampel diambil, berapa banyak yang harus diambil, dan bagaimana dilakukan pendugaan parameter populasi berdasarkan sampel.

D

5.2.2 Beberapa Alasan Penggunaan Pendekatan Survei Sampel3

Terdapat sekurang-kurangnya enam alasan mengapa perlu dilakukan pengambilan sampel dalam suatu usaha pengumpulan data, antara lain sebagai berikut. 1) Sumber daya dalam pengumpulan data dan penyediaan

informasi statistik akan lebih rendah Tidak bisa diragukan lagi bahwa jika data diperoleh dari

sebagian unit yang ada dalam populasi maka sumber daya yang akan dikeluarkan dalam menghasilkan data dan informasi statistik cenderung akan jauh lebih sedikit daripada sensus. Kebutuhan tenaga serta biaya berbanding langsung dengan banyaknya unit pengamatan.

3 Disarikan dari Asra dan Rudiansyah (2013). Uraian yang lebih lengkap lihat Asra dan Rudiansyah (2013) serta Asra dan Prasetyo (2014).

Page 89: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 5 : POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN 79

2) Waktu untuk penyediaan informasi statistik akan lebih singkat, sehingga manfaat informasi statistik akan lebih tinggi

Salah satu syarat dari informasi statistik yang baik adalah ‘tepat waktu’ (timely). Dengan dilakukan survei sampel maka waktu penyediaan informasi statistik akan bisa dipersingkat karena lamanya waktu pelaksanaan kegiatan statistik berhubungan langsung dengan banyaknya unit pengamatan, terutama waktu untuk pengumpulan data. Dengan demikian, supaya bisa diperoleh informasi statistik dalam waktu yang singkat, maka survei sampel dilakukan, bukan survei lengkap.

3) Data dan informasi statistik yang diperoleh akan lebih banyak

Bila dilakukan survei sampel, maka jenis data mentah yang dikumpulkan dapat lebih banyak diperoleh karena biaya yang terhemat dari tidak dilakukannya survei lengkap bisa digunakan untuk menambah butir-butir pertanyaan dalam survei. Demikian juga, petugas yang lebih terampil dapat digunakan, sehingga pertanyaan yang lebih rinci dapat dimasukkan dalam kuesioner survei. Dengan demikian, nilai guna informasi statistik juga akan meningkat.

4) Ketelitian informasi dan data statistik akan lebih baik Dengan menggunakan petugas survei yang lebih sedikit,

maka petugas yang dipakai bisa yang lebih berkualitas. Dengan demikian, data yang dikumpulkan akan bisa lebih tinggi mutunya, sehingga informasi statistik yang dihasilkan akan juga sangat bernilai.

5) Dalam hal-hal tertentu yang bersifat "merusak" (Destructive cases).

Dalam berbagai penelitian ada kemungkinan unit penelitian akan mengalami ‘kerusakan’, seperti penelitian kesehatan untuk menguji manfaat obat baru terhadap pasien. Karena belum jelasnya efek positif atau bahkan mungkin ada efek

Page 90: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI80

samping yang negatif, maka bila obat tersebut akan diuji cobakan, tentunya sangat beralasan untuk melakukan penelitian hanya kepada beberapa orang pasien saja yang perlu dijadikan semacam ‘kelinci percobaan’.

6) Tidak memungkinkan untuk melakukan pengamatan keseluruhan

Terdapat beberapa kasus di mana memang tidak memungkinkan sama sekali untuk melakukan penelitian atau survei secara lengkap, karena sifat (nature) dari populasi penelitian yang menyulitkan untuk dicakup seluruhnya. Contoh yang klasik adalah penelitian terhadap binatang di hutan, sehingga pada kasus ini dilakukan penelitian sampel dengan prosedur capture dan recapture sampling.

5.3. Berbagai Macam Sampling4

Cara mengambil sampel dari populasi agar sampel tersebut representatif dipelajari dalam teori sampling (sampling theory). Terdapat dua cara pengambilan sampel yaitu:

(i) yang tidak berdasarkan teori peluang (nonprobability sampling) dan

(i) yang berdasarkan teori peluang (probability sampling). Ringkasan dari berbagai metode yang digunakan dalam kedua

jenis sampling tersebut diberikan di bawah ini. Untuk pembahasan lebih mendalam disarankan membaca buku Sampling Techniques oleh G. Cochran (1977).

1) Non Probability Sampling Cara pengambilan sampel dari suatu populasi ini adalah cara

pengambilan sampel dengan tidak menggunakan teori peluang (probability theory). Dalam metode penarikan sampel ini maka

4 Disarikan dari Asra dan Rudiansyah (2013) dan Asra dan Prasetyo (2015).

Page 91: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 5 : POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN 81

peluang terpilihnya suatu sampel atau suatu unit sebagai sampel tidak diketahui.

Terdapat beberapa metode dari nonprobability sampling yang dapat digunakan, antara lain sebagai berikut:

a. Pengambilan sampel sedapatnya (Haphazard atau convenience sampling)

Metode haphazard (atau bisa juga disebut convenience) sampling ini merupakan cara pengambilan sampel yang dilakukan secara sangat sederhana yaitu dengan mengambil unit pengamatan yang dijumpai atau yang sedapatnya saja. Misal, dalam pengumpulan data rumah tangga, maka diambil sampel rumah tangga sedapatnya saja sebanyak yang telah ditentukan.

b. Pengambilan sampel dengan pertimbangan (Judgment sampling)

Dalam judgment sampling, sebuah sampel dengan ukuran tertentu dipilih berdasarkan judgment atau pertimbangan tertentu sedemikian rupa sehingga sampel bisa merefleksi populasi. Dalam pengambilan sampel seperti ini keterwakilan sebuah sampel sangat tergantung kepada kemampuan seorang peneliti dalam menentukan unit pengamatan yang dapat mewakili populasi darimana sampel diambil.

c. Pengambilan sampel secara kuota (Quota sampling) Dalam quota sampling, petugas pengumpul data diberikan

sejumlah kuota (quota) sampel yang harus diinterview. Kriteria dari sampel yang tercakup dalam survei diberikan, misal sampel harus mahasiswi, berkaca mata, dan umur antara 23 sampai dengan 25 tahun. Dengan kuota jumlah dan karakteristik tersebut, maka petugas lapangan bisa mengambil sampel sesuai dengan kuota tersebut.

d. Pengambilan sampel sesuai tujuan (Purposive sampling) Dalam purposive sampling, sampel diambil berdasarkan

tujuan tertentu sehingga tujuan tersebut bisa terpenuhi.

Page 92: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI82

Misal, survei bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pandangan ibu rumah tangga terhadap suatu produk baru. Maka, dalam survei ini secara purposive, tentunya diambil sampel yang merupakan para ibu rumah tangga dengan sejumlah tertentu.

2) Probability Sampling Berbeda dengan Non Probablity Sampling, dalam Probability

sampling besarnya peluang unit pengamatan akan terambil sebagai sampel diketahui (atau bisa dihitung). Yang termasuk dalam kelompok probability sampling, antara lain adalah Pengambilan Sampel Acak Sederhana atau Simple Random Sampling (SRS), Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Systematic Sampling), dan Pengambilan Sampel Secara Klaster (Cluster Sampling).

Pengambilan sampel di atas bisa dikombinasikan dengan prinsip stratifikasi, sehingga, misalnya, menjadi Stratified SRS atau Stratified Systematic Sampling, yaitu dengan membuat beberapa sub-populasi (sub-population) atau lapisan (stratum), sehingga variasi di dalam sub-populasi sehomogen mungkin dan variasi antar sub-populasi seheterogen mungkin. Jika ingin menggunakan Stratified Sampling, maka informasi yang harus tersedia untuk populasi adalah adanya suatu variabel (stratifying variable) yang dapat digunakan untuk mengelompokkan populasi ke dalam lapisan-lapisan (strata) yang relatif homogen. Stratifying variable tersebut haruslah berkorelasi erat dengan variabel yang nilainya akan diperkirakan, karena kalau tidak maka manfaat stratifikasi akan berkurang.Pada bagian di bawah ini akan dibahas secara singkat mengenai

metode Simple Random Sampling dan Systematic Sampling serta Cluster Sampling. Kemudian, dengan penambahan prinsip lapisan, ketiga metode sampling tersebut bisa dikombinasikan dengan pelapisan (stratification). Pembahasan secara lebih rinci dari berbagai metode sampling di atas bisa dibaca dalam Asra dan Prasetyo (2015).

Page 93: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 5 : POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN 83

a. Simple Random Sampling Simple Random Sampling (SRS) atau penarikan sampel acak

sederhana adalah suatu metode pengambilan sebuah sampel terdiri dari n unit yang diambil dari populasi sebanyak N unit secara acak sedemikian rupa sehingga setiap kemungkinan sampel yang terdiri dari n unit mempunyai peluang yang sama untuk terambil, serta setiap unit yang ada dalam populasi mempunyai kemungkinan yang juga sama untuk terpilih kedalam sampel.

Metode ini adalah metode sampling yang paling sederhana, dimana unit sampling juga adalah biasanya unit pengamatan itu sendiri. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil satu per satu dari unit yang ada (biasanya dengan menggunakan tabel angka random) sampai jumlah sampel yang diinginkan diperoleh.

Pengambilan sampel secara SRS terbagi dua, yaitu dengan pengembalian (with replacement) (SRS-WR) atau tanpa pengembalian (without replacement) (SRS-WOR). Dalam SRS-WR, maka dimungkinkan sebuah unit sampling terpilih lebih dari satu kali sebagai sampel, sedangkan dalam SRS-WOR, semua unit sampling dalam sampel merupakan unit sampling yang berbeda.

Secara teori, SRS-WOR dapat dibuktikan adalah lebih baik daripada SRS-WR, karena varians dari penduga berdasarkan SRS-WOR lebih kecil dari varians dari penduga yang sama berdasarkan SRS-WR. Akan tetapi, dalam prakteknya, bila N adalah sangat besar relatif terhadap n, maka kedua metode sampling ini cenderung memberikan hasil pendugaan yang sama baiknya.

Bagaimana mengambil sebuah sampel acak sederhana (simple random sample)? Ini dapat dilakukan sebagai berikut:• Tahappertamaadalahmemberinomordari1sampaidengan

N untuk setiap unit sampling di populasi.• Tahap kedua adalah mengambil sebuah sampel dengan

ukuran n dari N unit tersebut dengan menggunakan, antara

Page 94: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI84

lain, tabel angka random. Contoh salah satu halaman TAR adalah sebagai di bawah ini.

Misal ada N=90, dan mau diambil n =3. Maka ambil angka random sebanyak 3 dan nilainya harus

yang lebih kecil atau sama dengan N, dalam hal ini N=90. Karena N =30, berarti dua dijit, maka bisa diambil dua

kolom secara bebas. Misal dipakai baris 3 dan kolom 6 dan 7, diperoleh angka 31, yang dipakai karena angka ini lebih kecil dari 90. Kemudian angka berikutnya (kolom yang sama tetapi baris berikutnya, baris 4), dan diperoleh angka 98, yang tidak bisa dipakai, karena lebih besar dari N=90. Lalu ke baris berikutnya, diperoleh angka 42, dan kemudian 04.

Dengan demikian, sampel terdiri dari unit nomor 04; 31; dan 42, yang merupakan sampel.

Baris/Kolom 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 7 9 0 9 6 3 5 2 5 7 9 0

2 7 0 6 4 7 4 0 5 3 5 8 9

3 8 5 0 5 7 3 1 7 7 3 0 4

4 2 4 3 7 0 9 8 6 8 9 3 2

5 5 6 9 0 8 4 2 0 6 5 5 8

6 5 1 2 8 5 0 4 1 4 6 3 4

7 8 6 0 3 3 9 2 5 2 9 0 1

8 7 9 1 0 3 5 4 0 1 2 0 9

b. Systematic Sampling Systematic Sampling atau pengambilan sampel secara sistematik

lebih sederhana daripada Simple Random Sampling. Dalam SRS, jika sebuah sampel dengan ukuran sampel sebesar 5.000 maka

Page 95: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 5 : POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN 85

harus dicari angka random yang memenuhi syarat sebanyak 5.000 kali, dan hal ini akan memerlukan banyak waktu. Dapat dibayangkan betapa melelahkan untuk mencari 5.000 angka random yang memenuhi syarat. Sebaliknya, dalam systematic sampling diperlukan hanya satu angka random saja, sebagai random start, dan sampel berikutnya diperoleh dengan menambahkan interval sampling (yaitu N/n) berkali-kali sehingga diperoleh sampel sebanyak yang dibutuhkan (n).

Contoh, bila N = 80 dan mau diambil sebuah sampel dengan ukuran n= 4, maka interval, I, adalah N/n, yaitu (80/4) = 20. Lalu ambil satu angka random (dari contoh tabel di atas), yang lebih kecil atau sama besar dengan I = 20, maka misal diperoleh angka 12 (baris 8, kolom 9 dan 10). Maka sampel terdiri dari unit sampling nomor:

12; (12 + I = 12 +20) = 32; 32 +20 = 52; dan terakhir adalah 52 + 20 = 72.

Dengan menggunakan batas I di atas untuk memperoleh angka random pertama (random start), maka pengambilan sampel di atas disebut dengan sistematik linear (linear systematic).

Apabila digunakan batas N untuk memperoleh angka random pertama, maka pengambilan sampel adalah berbentuk sistematik sirkuler (circuler systematik).

c. Pengambilan Sampel Klaster (Cluster Sampling) Bila sampel diambil secara tidak langsung ke unit pengamatan,

akan tetapi dilakukan melalui pengambilan sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit pengamatan (clusters of observation unit) yang ada, maka metode pengambilan sampel tersebut bisa merupakan Cluster Simple Random Sampling (Cluster SRS) atau Cluster Systematic Sampling.

Sebagai contoh, dalam memilih pekerja pabrik sepatu usaha menengah (UM) di suatu wilayah sebagai sampel (misalnya n = 200 pekerja), kita tidak perlu secara langsung memilih 200 pekerja, tetapi dengan mengambil dua pabrik sepatu UM (berdasarkan daftar pabrik di kabupaten tersebut) yang masing-

Page 96: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI86

masing berukuran 100 pekerja, sebagai sampel, sehingga diperoleh 200 pekerja pabrik. Sebagaimana disebutkan di atas, ke tiga cara pengambilan sampel

di atas bisa dikombinasikan dengan prinsip pelapisan (stratification principle) yang bertujuan, sekurang-kurangnya 2 (dua), yaitu:

(i) memungkinkan perkiraan atau analisis untuk berbagai lapisan sebagai sub-populasi, dan perbandingan antar sub-populasi; dan

(ii) memperoleh sampel yang mewakili (representative), karena sampel akan terambil dari setiap lapisan (sub-populasi), dengan demikian rancangan sampel akan menjadi lebih baik.

Dengan demikian terdapat Stratified SRS, atau Stratified Systematic Sampling, atau Stratified Cluster Sampling. Disamping itu, ada juga sampling bertahap (multi-stage sampling). Bagi yang berminat mendalami teknik sampling bisa membacanya dari berbagai buku yang tertulis di Daftar Pustaka, seperti Asra dan Prasetyo (2015).

5.4. Pendugaan Berdasarkan Sampel5

Pertanyaan terakhir yang berkaitan dengan sampel adalah bagaimana pendugaan nilai parameter berdasarkan sampel. Sesudah sampel kita peroleh maka beberapa karakteristik dari setiap unit yang terambil dalam sampel tersebut diukur dan dicatat.

Nilai yang diperoleh untuk karakterisitik tertentu, misal Y, untuk semua unit yang ada dalam populasi dinyatakan dengan Y1, Y2, Y3, …, YN , sedangkan nilai yang diperoleh di dalam sampel y1, y2, y3, …, yn. Parameter adalah angka ringkasan berdasarkan nilai-nilai dalam populasi,secaraumumdinotasikandenganθ(dibaca:theta)=f(Y1, Y2, Y3, …, YN), yang biasanya tidak diketahui, dan akan diduga dengan angka ringkasan berdasarkan sampel, yaitu secara umum dapat dinotasikan dengan t = g(y1, y2, y3, …, yn). Jadi t adalah penduga dari θ,yaitut=θ‘.

5 Diambil dan direvisi dari Asra dan Prasetyo, 2015.

Page 97: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 5 : POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN 87

Beberapa notasi untuk berbagai parameter dan penduga yang biasa digunakan adalah sebagai berikut ini:

Parameter Penduga

Total T T’

Rata-rata = µ Persentase P = π p

Dalam pendugaan interval ini hanya akan dibicarakan pendugaan untuk rata-rata dan proporsi atau persentase populasi. Disamping itu pendugaan interval disini hanya pendugaan interval bila pengambilan sampel dilakukan secara SRS-WOR dan SRS-WR. Bagi yang berminat untuk mempelajari cara pendugaan untuk parameter lain serta dengan yang berdasarkan metode pengambilan sampel lain dianjurkan untuk mempelajari dari buku-buku metode sampling.

Pendugaan Rata-Rata Populasi, µ atau Y

Misalkan elemen-elemen populasi yang terpilih secara PSAS-TP (SRS-WOR) ataupun PSAS-DP (SRS-WR) yang berukuran n ialah u1 ,u2 , . . . , un dengan variabel, Y, sehingga sampel yang diperoleh yang mengandung nilai y1 , y2 , . . . , yn. Rata-rata dan varians yang didasarkan pada data sampel adalah merupakan nilai penduga bagi rata-rata dan varians populasi dari mana sampel tersebut diambil.

Penduga unbiased bagi rata-rata, µ, adalah sebagai berikut:

∑=

=n

iiy

ny

1

1

dengan perkiraan variansnya (karena σ2 tidak diketahui) adalah:

ns

NnNyv

2)()( −= untuk PSAS-TP (SR- WOR)6

6 Lebih tepatnya perkiraan varians untuk y dalam PSAS-TP adalah Var(y )= (N-n)/(N-1). σ2/n, tetapi karena bila N sangat besar maka (N-n)/(N-1) akan sama dengan (N-n)/(N).

Page 98: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI88

nsyv

2

)( = untuk PSAS-DP ( SRS-WR)

dimana

( )∑=

−−

=n

ii yy

ns

1

22

11

dan perkiraan Standard Error (SE)-nya adalah:

( )yvyse =)(se

Dengan demikian, berdasarkan asumsi bahwa populasi berdistribusi Normal7denganrata-rataµdandeviasistandarσ,maka

dapat diturunkan pendugaan interval (confidence interval) untuk y dengantingkatkeyakinan(1-α)%adalah:

75

n

ii yy

ns

1

22

11

dan perkiraan standard error-nya adalah:

yvyse )(

Dengan demikian, berdasarkan asumsi bahwa populasi berdistribusi Normal24 dengan

rata-rata dan deviasi standar , maka dapat diturunkan pendugaan interval (confident

interval) untuk y dengan tingkat keyakinan (1-)% adalah:

y - z/2. )(yse < < y + z/2. )(yse

dengan z/2 adalah nilai dari tabel Normal Baku sehingga luas antara – z/2 dan + z/2

adalah (1-)%.

Contoh25:

Suatu biro pariwisata di Jakarta mengadakan suatu penelitian mengenai pengeluaran rata-

rata turis asing di Indonesia. Untuk maksud tersebut, secara acak 100 turis asing

diwawancarai; kemudian dari penelitian ini diketahui bahwa rata-rata pengeluaran mereka

per kunjungan adalah sebesar $800 per turis asing dengan deviasi standar adalah $120.

Dugalah rata-rata pengeluaran (populasi) turis asing per kunjungan di Indonesia dengan

selang kepercayaan 95%. Asumsikan bahwa populasi berdistribusi Normal dan pengambilan

sampel dengan cara SRS-WR.

Jawab:

Besarnya y = $800 diketahui dari data sampel; sedangkan )(yse dapat dihitung

sebagai berikut:

)(yse = s/√n = √ = $12

24Bahkan bila asumsi distribusi Normal ini tidak dipenuhi, tetapi ukuran sampel amat besar, berdasarkan Central Limit Theorem, maka pendugaan interval tersebut masih dapat dilakukan. 25Diambil dan direvisi dari Asra dan Sutomo (2014).

dengan zα/2adalah nilai dari tabel Normal Baku sehingga luas antara – zα/2 dan + zα/2adalah(1-α)%.

Contoh8:

Suatu biro pariwisata di Jakarta mengadakan suatu penelitian mengenai pengeluaran rata-rata turis asing di Indonesia. Untuk maksud tersebut, secara acak 100 turis asing diwawancarai; kemudian dari penelitian ini diketahui bahwa rata-rata pengeluaran mereka per kunjungan adalah sebesar $800 per turis asing dengan deviasi

Biasanya (N-n)/(N) dituliskan dalam bentuk (1-n/N)= 1-f, dimana f= n/N adalah sampling fraction. Dapat dibuktikan bahwa s2 adalah

penduga tidak bias untuk σ2 = (1/N) Σ (Yi –µ)2.7 Bahkan bila asumsi distribusi Normal ini tidak dipenuhi, tetapi ukuran sampel amat

besar, berdasarkan Central Limit Theorem, maka pendugaan interval tersebut masih dapat dilakukan.

8 Diambil dan direvisi dari Asra dan Sutomo (2014).

Page 99: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 5 : POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN 89

standar adalah $120. Dugalah rata-rata pengeluaran (populasi) turis asing per kunjungan di Indonesia dengan selang kepercayaan 95%. Asumsikan bahwa populasi berdistribusi Normal dan pengambilan sampel dengan cara SRS-WR.Jawab:• Besarnya y = $800 diketahui dari data sampel; sedangkandapat

dihitung sebagai berikut:

75

n

ii yy

ns

1

22

11

dan perkiraan standard error-nya adalah:

yvyse )(

Dengan demikian, berdasarkan asumsi bahwa populasi berdistribusi Normal24 dengan

rata-rata dan deviasi standar , maka dapat diturunkan pendugaan interval (confident

interval) untuk y dengan tingkat keyakinan (1-)% adalah:

y - z/2. )(yse < < y + z/2. )(yse

dengan z/2 adalah nilai dari tabel Normal Baku sehingga luas antara – z/2 dan + z/2

adalah (1-)%.

Contoh25:

Suatu biro pariwisata di Jakarta mengadakan suatu penelitian mengenai pengeluaran rata-

rata turis asing di Indonesia. Untuk maksud tersebut, secara acak 100 turis asing

diwawancarai; kemudian dari penelitian ini diketahui bahwa rata-rata pengeluaran mereka

per kunjungan adalah sebesar $800 per turis asing dengan deviasi standar adalah $120.

Dugalah rata-rata pengeluaran (populasi) turis asing per kunjungan di Indonesia dengan

selang kepercayaan 95%. Asumsikan bahwa populasi berdistribusi Normal dan pengambilan

sampel dengan cara SRS-WR.

Jawab:

Besarnya y = $800 diketahui dari data sampel; sedangkan )(yse dapat dihitung

sebagai berikut:

)(yse = s/√n = √ = $12

24Bahkan bila asumsi distribusi Normal ini tidak dipenuhi, tetapi ukuran sampel amat besar, berdasarkan Central Limit Theorem, maka pendugaan interval tersebut masih dapat dilakukan. 25Diambil dan direvisi dari Asra dan Sutomo (2014).

• Dengan(1-α)%=95%,maka,nilaizα/2 = 1,96, sehingga pendugaan interval untuk µ adalah:

800 – (1,96) (12) < µ < 800 + (1,96) (12) 776,48 < µ < 823,53

• Artinya:Dengan keyakinan 95%, kita percaya bahwa selang interval $776,48 sampai dengan $823,53 per kunjungan akan mencakup nilai rata-rata pengeluaran sesungguhnya (rata-rata populasi).

Pendugaan Proporsi atau Persentase Populasi9

Dalam menduga proporsi atau persentase populasi biasa diasumsikan bahwa ukuran sampel cukup besar (ada yang menyarankan minimal 30 atau minimal 50), sehingga pendekatan dengan distribusi Normal bisa dilakukan.

Dalam pembahasan disini dianggap asumsi di atas terpenuhi, sehingga pendugaan interval untuk P dengan tingkat keyakinan (1-α)%adalah:

Contoh:

9 Diambil dari Asra dan Rudiansyah (2014).

Page 100: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI90

Berdasarkan suatu survei sampel acak (diperoleh dengan cara pengambilan sampel dengan SRS-WR) dengan n = 100 diperoleh proporsi wanita yang berpartisipasi dalam suatu program pembangunan adalah 0,35. Dengan menggunakan tingkat keyakinan

atau maka dari tabel distribusi normal baku diperoleh nilai

Maka estimasi selang untuk proporsi wanita yang berpartisipasi dalam program pembangunan tersebut adalah:

04770,302 <P<0,398

Dengan demikian, berdasarkan perhitungan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan tingkat keyakinan 95%, estimasi selang nilai proporsi wanita yang berpartisipasi dalam program pembangunan adalah antara 30 % sampai dengan 40 %.

5.5. Menentukan Ukuran Sampel

Tahapan yang penting didalam penelitian survei adalah penentuan ukuran sampel (sample size). Secara prinsip dasar, ada banyak hal yang perlu diperhatikan di dalam menentukan ukuran sample (sample size), antara lain seberapa pentingnya keputusan yang akan diambil, sifat dari penelitian yang dilakukan, banyaknya variabel yang akan dianalisis, metode analisis yang akan digunakan, serta keterbatasan sumber daya, baik tenaga maupun uang (resource constraints).

Pendekatan statistik dalam penentuan ukuran sampel adalah berdasarkan teori inferensia statistik, yaitu salah satunya berdasarkan pendekatan interval keyakinan untuk estimasi (confidence interval approach of estimation). Satu hal utama yang perlu diperhatikan

Page 101: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 5 : POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN 91

dalam menentukan besarnya sampel dalam penelitian survei adalah penentuan sampai seberapa jauh ketepatan perkiraan yang diinginkan, atau sebaliknya kesalahan (error) yang bisa ditolerir (tolerable error), yang disebut dengan Marjinal Kesalahan Absolut (MKA) (Absolute Margin of Error).

Beberapa rumus untuk penentuan ukuran sampel bila pengambilan sampel adalah10:(1) Untuk memperkirakan rata-rata satu populasi, µ Asumsikan pengambilan sampel dengan ukuran n dari sebuah

populasi berukuran N dilakukan secara pengambilan sampel acak sederhana dengan pengembalian (ini sama saja dengan pengamatan atau percobaan sebanyak n kali secara independen sehingga populasi dapat diasumsikan adalah populasi tak terhingga).

Dengan asumsi di atas dan bila pengambilan sampel adalah secara SRS-WR, untuk pendugaan rata-rata populasi ( µ) dari populasi Normal dengan deviasi standar yang diketahui(σ),maka MKA,

yang diberi notasi E, adalah n

ZE

σα2= .

Dengan demikian, bila:

- E dan σ diketahui, dan- Z adalah nilai tabel Normal Baku yang diperoleh

berdasarkan tingkat kepercayaan yang ditentukan, maka n, yaitu ukuran sampel, bisa dihitung, berdasarkan,

n

ZE

22

22σα

= , yaitu 2

22

2

E

Zn

σα=

10 Bagian ini semua diambil dari Asra (2014b).

Page 102: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI92

Contoh:11 Ingin diperkirakan rata-rata berat badan mahasiswa, yang

diasumsikan berdistribusi Normal, di Universitas PQR dengan tingkat keyakinan 95%. Deviasi standar berat badan mahasiswa diasumsikan sebesar 12 kg. Dengan asumsi akan dilakukan pengambilan sampel acak sederhana dengan pengembalian (SRS-WR), berapa ukuran sampel jika E yang yang ditolerir adalah

4 kg.

Jawab: Dengan tingkat keyakinan 95% maka Z tabel = Z 0,025 = 1,96, dan s

= 12 kg dan E = = 4 kg, maka:

78

Dengan asumsi di atas dan bila pengambilan sampel adalah secara SRS-WR, untuk

pendugaan rata-rata populasi ( µ) dari populasi Normal dengan deviasi standar yang

diketahui ( ), maka MKA, yang diberi notasi E, adalah n

ZE

2 .

Dengan demikian, bila:

- E dan diketahui, dan

- Z adalah nilai tabel Normal Baku yang diperoleh berdasarkan tingkat kepercayaan yang

ditentukan, maka n, yaitu ukuran sampel, bisa dihitung, berdasarkan,

n

ZE

22

22

, yaitu 2

22

2

E

Zn

Contoh:28

Ingin diperkirakan rata-rata berat badan mahasiswa, yang diasumsikan berdistribusi

Normal, di Universitas PQR dengan tingkat keyakinan 95%. Deviasi standar berat badan

mahasiswa diasumsikan sebesar 12 kg. Dengan asumsi akan dilakukan pengambilan sampel

acak sederhana dengan pengembalian (SRS-WR), berapa ukuran sampel jika E yang yang

ditolerir adalah 4 kg.

Jawab:

Dengan tingkat keyakinan 95% maka Z tabel = Z 0,025 = 1,96, dan s = 12 kg dan E = = 4

kg, maka:

354

1296,12

22

2

22

2 E

Zn

orang mahasiswa.

Bagaimana kalau deviasi standar populasi, tidak diketahui?

Ada minimal tiga cara yang bisa digunakan untuk memperkirakan nilai, yaitu:

(i) Ambil dari hasil penelitian atau survei terdahulu; atau

(ii) Lakukan semacam pilot study (dengan sampel yang kecil), untuk digunakan dalam

memperkirakan deviasi standar populasi, , dengan deviasi standar dari sampel ini;

atau

28Diambil dari Asra dan Sutomo (2014).

Bagaimana kalau deviasi standar populasi, σtidakdiketahui? Ada minimal tiga cara yang bisa digunakan untuk memperkirakan

nilai,σyaitu:(i) Ambil dari hasil penelitian atau survei terdahulu; atau(ii) Lakukan semacam pilot study (dengan sampel yang kecil),

untuk digunakan dalam memperkirakan deviasi standar populasi,σ,dengandeviasistandardarisampelini;atau

(iii) Dengan ‘akal sehat’ perkirakan nilai minimum dan maksimum dari variabel yang akan diperkirakan rata-ratanya. Bila ini bisa diasumsikanmaka perkiraan dari σ, yaitu σ’ adalah(Maksimum-Minimum)/4 (walaupun ada yang menyarankan dibagi dengan 6, bukan 4).

Untuk rumus n bila sampel diambil secara SRS-WOR, bisa dilihat di beberapa buku metode pengambilan sampel (misal, Asra dan Prasetyo, 2015).

11 Diambil dari Asra dan Sutomo (2014).

Page 103: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 5 : POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN 93

(2)Untukmendugaproporsi/persentasepopulasiPatauπ Penentuan besarnya n juga bisa dibuat berdasarkan apakah

pengambilan sampel adalah secara SRS-WOR atau SRS-WR.(i) Bila pengambilan sampel adalah secara SRS-WOR adalah

sebagai berikut:

n = [N.Z2. P(1-P)/[N.E2 + Z2. P(1-P)]

Karena P tidak diketahui, maka bisa diasumsikan, misal P=0,3, atau bisa diambil P=0,5 sehingga P(1-P) menjadi maksimum, dan rumus di atas menjadi nmaksimum, yaitu

nmaksimum = NZ2/(4NE2 + Z2)

Bila digunakan tingkat keyakinan sebesar 95% maka nilai Z = 1,96 yang mendekati 2, maka rumus di atas menjadi:

nmaksimum= N/(NE2 + 1),

inilah rumus Slovin yang sering dipakai oleh berbagai peneliti tanpa menyadari apa dibalik rumus ini. Berbagai kesalahan penggunaan rumus Slovin dapat dibaca dalam Tejada dan Punzalan (2012).12

Dalam rumus di atas:N = ukuran populasi; n= ukuran sampel; Z adalah nilai dari tabel Normal Baku berdasarkan tingkat

keyakinan yang digunakan dalam pendugaan yang akan dilakukan (misal bila tingkat keyakinan adalah 95% maka Z =1,96; bila tingkat keyakinan adalah 90% maka Z = 1,64; dan bila tingkat keyakinan adalah 99% maka Z = 2,58); dan

E adalah kesalahan yang bisa diabaikan (tolerable error), biasanya secara mutlak (absolute), yang untuk memperkirakan proporsi (atau persentase) populasi

12 Tejada, J.J., dan J.R.B. Punzalan, 2012. “On the Misuse of Slovin’s Fromula”.

Page 104: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI94

P atau π, adalah kurang/lebih (plus/minus) K butirpersentase (K percentage points).

Contoh:

Kalau ditentukan E kurang lebih 10 butir persentase (10 percentage points) atau kurang lebih 0,1 dalam memperkirakan persentase dalam suatu populasi yang berukuran N = 800, dengan tingkat keyakinan 95%, sehingga Z = 1,96 atau mendekati 2, maka ukuran sampel yang diperlukan adalah:

n = 800/[(800)(0,1)2 + 1] = 89.(ii) Bila pengambilan sampel adalah secara SRS-WR, rumus yang dapat digunakan adalah:

n = [(Z2). P(1-P)]/(E2), dan P mesti diasumsikan mengambil nilai tertentu. Bila P diambil sama dengan 0,5, maka P(1-P) menjadi maksimum, yaitu (0,5)(0,5) = 1/4, sehingga: nmaksimum = Z2/(4E2).Contoh di atas adalah untuk menduga proporsi atau persentase dalam suatu populasi, sedangkan untuk menguji hipotesis diperlukan rumus ukuran sampel yang berbeda.13

13Untuk pembahasan yang lebih rinci tentang ukuran sampel, lihat berbagai buku statistik yang ada di Daftar Pustaka, seperti Asra dan Rudiansyah (2013) atau Asra dan Prasetyo (2015).

Page 105: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BAB 5 : POPULASI, SAMPEL, DAN PENDUGAAN 95

Soal-Soal Latihan:1. Jelaskan apa yang disebut dengan populasi dan beri 2 (dua)

contoh)!2. Apa yang dimaksud dengan sampel? Beri contoh!3. Jelaskan mengapa perlu dilakukan survei sampel, kenapa tidak

survei lengkap!4. Sebutkan dan jelaskan minimal 3 (tiga) jenis probability sampling!5. Jelaskan bagaimana suatu pendugaan interval dengan suatu

tingkat keyakinan tertentu untuk proporsi atau persentase bisa dilakukan! Beri contoh!

6. Jelaskan bagaimana ukuran sampel bisa ditentukan bila pengambilan sampel adalah secara SRS-WR untuk menduga rata-rata satu populasi.

Page 106: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI96

Page 107: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

97

Tujuan

Sesudah mempelajari Bab 6 ini pembaca diharapkan dapat: ◙ menjelaskan beberapa metode pengumpulan data, serta

keuntungan dan kekurangan masing-masing ◙ menjelaskan secara rinci metode pengumpulan data dalam

penelitian survei

____________________________________________

6.1 Beberapa Metode Pengumpulan Data

Sesudah pembahasan tentang latar belakang, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, kajian teori dan literatur, kerangka pikir atau teori, rancangan penelitian, rancangan sampling dan pengambilan sampel, maka tahapan selanjutnya adalah bagaimana data dikumpulkan. Pengumpulan data adalah proses memperoleh dan mengukur berbagai informasi tentang variabel yang diteliti dengan suatu cara yang sistematis. Cara yang sistematis ini memungkinkan seorang peneliti untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dinyatakan sebelumnya, kemudian menguji hipotesis,

PENGUMPULAN DATA

Bab 6

Oleh Abuzar Asra dan Puguh Bodro Irawan

Page 108: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI98

dan mengevaluasi hasil-hasil kajiannya berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut.

Kegiatan pengumpulan data sebagai salah satu komponen penting dari suatu penelitian adalah umum dilakukan di semua bidang studi termasuk fisika, ilmu sosial dan politik, serta bisnis & ekonomi. Walaupun metode pengumpulan data yang digunakan beragam antar disiplin ilmu tersebut, tetapi penekanannya untuk mendapatkan data yang akurat dan objektif tetap sama.

Tujuan dari semua pengumpulan data adalah untuk memperoleh bukti-bukti yang nyata dan benar (quality data/evidence), yang kemudian dapat digunakan untuk analisis data. Berdasarkan analisis tersebut dimungkinkan didapatkannya suatu jawaban yang meyakinkan dan terpercaya atas pertanyaan-pertanyaan riset yang dipunyai. Terlepas dari bidang studi apapun atau jenis data yang dikumpulkan (kuantitatif atau kualitatif), pengumpulan data yang akurat adalah suatu hal terpenting untuk menjaga integritas dari hasil riset.

Kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan (errors) dalam pengumpulan data bisa dihindari sejak awal melalui: 1) pemilihan instrumen pengumpulan data yang tepat, 2) pedoman instruksi yang jelas tentang bagaimana menggunakan instrumen tersebut, dan 3) pemilihan dan pelatihan petugas pengumpul data yang baik.

Sebaliknya apabila proses pengumpulan data dilakukan dengan tidak benar – instrumen tidak sistematis untuk digunakan menjawab pertanyaan-pertanyaan riset dan instruksi penggunaannya juga tidak jelas, atau petugas pengumpul data yang tidak sesuai (tidak capable), maka konsekuensinya antara lain adalah: 1) hasil pengumpulan data tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dengan akurat, dan 2) hasil penelitian tidak mungkin atau sulit untuk diulang kembali untuk divalidasi keabsahannya.

Temuan-temuan studi yang menyimpang atau tidak masuk akal (distorted study findings) merupakan pemborosan waktu, biaya dan tenaga. Dan temuan-temuan seperti ini akan membingungkan atau ’mengelabui’ (mislead) peneliti-peneliti lain dalam melakukan riset

Page 109: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 6 : PENGUMPULaN DaTa 99

mereka. Lebih dari itu, temuan-temuan dari hasil pengumpulan data yang salah atau tidak akurat juga akan membahayakan kepentingan umum, jika temuan-temuan tersebut digunakan untuk mengevaluasi suatu program bantuan atau kondisi masyarakat, yang kemudian nantinya dijadikan basis untuk proses pengambilan keputusan dalam penyusunan suatu kebijakan publik tertentu.

Idealnya, temuan-temuan dari setiap studi penelitian semestinya menghasilkan data atau informasi yang benar sesuai kenyataan (accurate), terpercaya karena sudah melalui proses perumusan metodologi penelitian yang benar (methodologically sound) dan terkini (up to date). Temuan-temuan studi seperti ini tentunya akan sangat bermanfaat sebagai dasar pembuatan kebijakan yang relevan untuk nantinya dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan yang berbasis data yang berkualitas (informed-decision/policy-making process).

Data dikatakan mempunyai kualitas tinggi, apabila data tersebut sesuai dan relevan dengan penggunaannya atau kebutuhannya dalam kegiatan-kegiatan di tingkat perencanaan, pelaksanaan, pengambilan keputusan dan monitoring & evaluasi. Oleh karena itu, pengumpulan data yang berkualitas harus dengan tepat mempresentasikan kenyataan atau kondisi yang sebenarnya terjadi. Perlu juga menjaga konsistensi antar informasi tentang beragam variabel yang dikumpulkan dalam satu instrumen (internal consistency).

Misalnya, umur anggota rumah tangga mesti konsisten dengan pendidikan yang ditamatkan. Tentunya, informasi terlihat meragukan bila ada seorang anggota rumahtangga yang berusia 10 tahun tetapi berpendidikan yang ditamatkan adalah S1. Demikian juga antara variabel status perkawinan dengan banyaknya anak yang dimiliki dapat digunakan dalam melihat konsistensi internal (internal consistency) dari data yang dikumpulkan. Pemeriksaan konsistensi internal (Internal consistency checking) merupakan suatu sistem melekat untuk memastikan kecocokan antar informasi terkait dalam upaya untuk mengelola data yang berkualitas dan terpercaya (reliable & credible data).

Page 110: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI100

Sebagaimana telah dibahas terdahulu, dalam penelitian terdapat dua pendekatan utama untuk mengumpulkan data. Pendekatan pertama adalah menggunakan data atau informasi yang sudah tersedia dari pihak lain (secondary data sources). Data dari pihak lain tersebut disebut data sekunder (secondary data). Penelitian ini biasa disebut penelitian ’meja’ (desk-research atau desk-study). Pendekatan ini dikenal juga dengan istilah kajian literatur (literature review) yang tidak saja memperoleh data sekunder, tetapi juga memungkinkan memperoleh pemahaman tentang kerangka pikir, teori serta konsep dan definisi yang telah digunakan oleh peneliti terdahulu, sebagaimana yang telah dibahas dalam bab terdahulu.

Sumber data sekunder ini amatlah banyak, tidak hanya mencakup penelitian sejenis dan yang relevan, tetapi juga mencakup berbagai publikasi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Publikasi ini mencakup dokumentasi resmi dari pemerintah, terutama dari kantor statistik nasional (nasional statistics office, NSO), yang menyajikan data statistik nasional dan regional untuk berbagi sektor ekonomi dan bidang kehidupan, serta dari kementerian dan instansi pemerintah lain, yang memberikan statistik sektoral, seperti statistik pendidikan dan statistik perdagangan.

Publikasi data pada tingkat internasional antara lain, seperti World Development Report dari Bank Dunia (World Bank) dan Key Indicators for Asia and the Pacific dari Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank). Terdapat pula publikasi dari lembaga internasional yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations), antara lain seperti Human Development Report dari UNDP, dan juga publikasi data statistik berbagai negara di berbagai bidang dari lembaga internasional tersebut, seperti WHO, ILO dan FAO.

Penelitian atau kajian yang menggunakan sumber data sekunder yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi pemerintah lainnya di Indonesia termasuk, antara lain, penelitian yang menggunakan data sensus penduduk untuk meneliti perubahan struktur umur dan jenis kelamin penduduk; data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) untuk mengkaji profil dan determinan dari

Page 111: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 6 : PENGUMPULaN DaTa 101

setengah pengangguran; publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk melihat pertumbuhan ekonomi nasional dan regional, serta pergeseran kontribusi sektoral terhadap PDRB sepanjang waktu; publikasi tentang harga bahan bakar minyak (BBM), konsumsi BBM, dan tingkat inflasi untuk menganalisis dampak pengurangan subsidi BBM terhadap konsumsi BBM dan tingkat inflasi. Dengan semakin banyaknya data sekunder yang tersedia, maka semakin berkembang pula penelitian yang menggunakan data sekunder.

Pendekatan kedua adalah kegiatan penelitian lapangan atau survei (field research atau suvey research) yang, biasanya, dilakukan dengan pengumpulan data melalui observasi atau wawancara langsung terhadap obyek penelitian. Penelitian lapangan seperti ini berarti berdasarkan sumber utama atau primer (primary data sources). Data yang diperoleh secara langsung dari sumber data ini dikenal dengan istilah data primer (primary data).

Pengumpulan data primer juga bisa dilakukan melalui sistem administrasi pemerintahan, seperti registrasi penduduk, atau melalui diskusi kelompok (focus group discussion, FGD). Bahkan, data primer dapat juga diperoleh melalui pengisian kuesioner secara sendiri oleh responden (self-administered questionnaire), yang bisa dikirim melalui pos atau, akhir-akhir ini, melalui surat elektronik (surel atau email) dan situs (website)

Di samping itu, data primer dapat juga diperoleh melalui percobaan, baik percobaan laboratorium (laboratory experiment) atau percobaan lapangan (field experiment). Pada percobaan, berbeda dengan metode yang lain, obyek penelitian diberikan perlakuan (treatment), dan biasanya digunakan dalam penelitian yang bertujuan melihat kausalitas (causality), yaitu dengan melakukan perubahan-perubahan tingkat dari variabel bebas (X) dan melihat apa yang terjadi pada variabel terikat (Y). Dalam percobaan, maka diusahakan pengendalian (control) terhadap variabel-variabel lain, yang terutama dimungkinkan di percobaan laboratorium. Dengan demikian, bila perubahan dari variabel bebas diikuti oleh perubahan variabel terikat, maka dapat disimpulkan dengan tingkat keabsahan internal (internal validity) yang tinggi bahwa variabel bebas tersebutlah (variabel X,

Page 112: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI102

misalnya) yang menyebabkan terjadinya perubahan variabel terikat (misal variabel Y).

Penelitian dengan menggunakan data primer termasuk, antara lain, penelitian tentang keterkaitan antara pekerja anak dan kemiskinan sebagai suatu studi kasus di Kecamatan Bidaracina, Jakarta Timur oleh mahasiswa STIS; perilaku masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan di sepanjang Sungai Ciliwung; penurunan kemiskinan antar generasi di kantong-kantong kemiskinan perkotaan dan pantai di Jakarta; ketimpangan pendapatan, kemiskinan dan pola hidup konsumptif di daerah pemukiman padat dan kumuh di Jakarta. Walaupun data sekunder telah semakin banyak tersedia, tetapi semakin kompleksnya kehidupan masyarakat dan semakin dibutuhkannya informasi terkini, maka penelitian dengan menggunakan data primer juga semakin meningkat.

Beberapa metode pengumpulan data yang disebutkan di atas, baik yang menggunakan sumber primer maupun sekunder, dipresentasikan pada Gambar 6.1 berikut ini.

6.2 Pemilihan Metode Pengumpulan Data

Setiap metode pengumpulan data di atas memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode pengumpulan data dalam suatu penelitian. Keputusan dalam pemilihan metode pengumpulan data secara teknis sangat ditentukan oleh beberapa hal.

Pertama, penentuan metode tergantung pada tujuan studi penelitian, sumber data yang tersedia, sumber daya yang dimiliki (biaya dan tenaga), dan tingkat keahlian dari peneliti. Kedua, pemilihan metode pengumpulan data juga harus mempertimbangkan kondisi obyek penelitian. Misal, responden dengan tingkat pendidikan rendah mungkin mempunyai reaksi atau tanggapan yang berbeda terhadap metode pengumpulan data tertentu dibandingkan dengan penduduk yang berpendidikan lebih tinggi. Ketiga, metode yang digunakan harus mampu mencakup variabel yang sensitif terhadap hipotesis-hipotesis yang digunakan dalam penelitian. Keempat, metode dengan instrumen

Page 113: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 6 : PENGUMPULaN DaTa 103

penelitian tertentu yang dipilih harus memiliki tingkat kualitas yang tinggi yang bisa diukur dengan uji validitas dan reliabilitas yang baku.

Gambar 6.1 Beberapa Metode Pengumpulan Data

84

Pertama, penentuan metode tergantung pada tujuan studi penelitian, sumber data

yang tersedia, sumber daya yang dimiliki (biaya dan tenaga), dan tingkat keahlian dari

peneliti. Kedua, pemilihan metode pengumpulan data juga harus mempertimbangkan

kondisi obyek penelitian. Misal, responden dengan tingkat pendidikan rendah mungkin

mempunyai reaksi atau tanggapan yang berbeda terhadap metode pengumpulan data

tertentu dibandingkan dengan penduduk yang berpendidikan lebih tinggi. Ketiga, metode

yang digunakan harus mampu mencakup variabel yang sensitif terhadap hipotesis-hipotesis

yang digunakan dalam penelitian. Keempat, metode dengan instrumen penelitian tertentu

yang dipilih harus memiliki tingkat kualitas yang tinggi yang bisa diukur dengan uji

validitas dan reliabilitas yang baku.

Gambar 6.1 Beberapa Metode Pengumpulan Data

Sumber: Dimodifikasi dari Kumar (1996: 104) berdasarkan sumber-sumber lain, seperti Sekaran (2000, Bab 6, 7 dan 10) dan Babbie (1974, Bab 8 dan 9).

Metode Pengumpulan Data

Sumber Data Sekunder

Sumber Data Primer

Kajian literatur: Publikasi data

sensus dan survei nasional, publikasi

pemerintah lainnya, dan hasil

riset-riset sebelumnya

Observasi Metode lainnya Wawancara

Dengan partisipasi

Tanpa partisipasi

Ter-struktur

Tidak ter-struktur

Sistem ad-ministrasi

Mengisi sendiri

Percobaan

Sumber: Dimodifikasi dari Kumar (1996: 104) berdasarkan sumber-sumber lain, seperti Sekaran (2000, Bab 6, 7 dan 10) dan Babbie (1974, Bab 8 dan 9).

Keuntungan dan kelemahan berbagai metode pengum-pulan data

Di bawah ini diuraikan beberapa metode pengumpulan data di atas serta keuntungan dan kelemahan masing-masing. Dengan demikian, seorang peneliti dapat memilih metode pengumpulan data yang cocok

Page 114: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI104

dalam penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan beberapa aspek yang disebutkan di atas.

Penggunaan data sekunder

Dalam banyak kasus, penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang telah tersedia, seperti data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) dan SAKERNAS (Survei Angkatan Kerja Nasional), apalagi bila bisa diperoleh data mentah (raw data) dari survei-survei tersebut. Keuntungan utama menggunakan data tersebut adalah antara lain, survei tersebut berskala nasional sehingga analisis dapat mencakup wilayah yang luas dan pembandingan bisa dilakukan antar wilayah. Keuntungan lain adalah dengan menggunakan data tersebut maka sumber daya penelitian yang dibutuhkan akan menjadi rendah, karena tidak diperlukan lagi berbagai pengeluaran, terutama untuk biaya pengumpulan data yang biasanya merupakan komponen terbesar dari suatu penelitian berskala besar. Disamping itu, hasil penelitian dapat disajikan dengan lebih cepat, karena yang dibutuhkan hanyalah beberapa variabel yang diperlukan sesuai dengan tujuan studi penelitian, sehingga proses pengolahan data dan analisis dapat dilakukan secara terfokus.

Akan tetapi, kelemahan utama dalam melakukan penelitian dengan data sekunder adalah variabel yang kunci yang berkenaan dengan hipotesis penelitian mungkin tidak dicakup dalam survei-survei terdahulu, seperti Susenas dan SAKERNAS tersebut. Dengan demikian, yang mungkin dilakukan adalah menggunakan variabel proksi (pendekatan) yang mungkin tidak dapat menggambarkan yang sesungguhnya hendak digambarkan. Misalnya, ingin dipelajari distribusi pendapatan, tetapi yang tersedia hanya data pengeluaran, sehingga pengeluaran dianggap proksi untuk pendapatan, padahal bisa saja distribusi pengeluaran tidak merefleksikan dengan baik distribusi pendapatan yang hendak dipelajari. Kelemahan lain adalah bisa saja data sekunder yang tersedia sudah kedaluwarsa sehingga tidak mampu menggambarkan kondisi terkini, misal data sekunder yang tersedia adalah data empat atau lima tahun yang lalu, sedangkan yang ingin dipelajari adalah kondisi terkini, misal kondisi tahun 2015.

Page 115: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 6 : PENGUMPULaN DaTa 105

Selain kelemahan-kelemahan di atas, terdapat pula kelemahan lain, yaitu yang berkaitan dengan kualitas dari data sekunder. Misalnya, data sekunder yang dihasilkan oleh instansi yang berkepentingan, cenderung akan memberikan data yang ‘bias’, karena mencakup kepentingan instansi tersebut. Misal, data produksi yang dihasilkan oleh suatu instansi X, bisa saja ‘overestimate’, karena instansi tersebut mempunyai kepentingan dengan rendah atau tingginya nilai produksi tersebut. Dengan demikian, bisa saja seorang peneliti tidak mempercayai data tersebut, sehingga dia harus melakukan pengumpulan data primer dalam penelitiannya, untuk meyakinkan bahwa dia menggunakan data yang bisa dipercaya dan menghasilkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penggunaan data primer

Sebagaimana telah disebutkan terdahulu, terdapat berbagai metode pengumpulan data primer, antara lain observasi, wawancara, dan metoda lain, yang mencakup sistem administrasi (administration system), sistem memberikan informasi sendiri melalui kuesioner (self-administered questionnaire), atau percobaan (mencakup percobaan laboratorium dan percobaan lapangan).

Di bawah ini diuraikan beberapa dari metode pengumpulan data tersebut.

1) Observasi (observation) atau pengamatan1

Observasi adalah suatu cara pengamatan yang sistematik dan selektif terhadap suatu interaksi atau fenomena yang sedang terjadi. Dalam beberapa situasi, observasi dianggap sebagai metode pengumpulan data yang paling tepat, misalnya, penelitian tentang interaksi dari suatu kelompok, penelitian tentang pola diet dari suatu populasi, penelitian tentang perilaku dan fungsi individu pekerja di suatu perusahaan. Metode ini juga diterapkan ketika informasi yang akurat tidak dapat diperoleh dengan cara

1 Dimodifikasi dari Kumar (1996: 105-106).

Page 116: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI106

bertanya, karena responden tidak mau bekerjasama atau tidak tahu apa jawaban-jawaban dari berbagai pertanyaan mengingat mereka tidak bisa memisahkan sikapnya dari kelompoknya.

Metode ini juga dapat dilakukan kalau memang tidak diperlukan wawancara terhadap obyek penelitian untuk memperoleh data. Misalnya, penelitian tentang jenis dan banyaknya kendaraan yang melintasi suatu persimpangan jalan, maka tidak diperlukan wawancara. Si peneliti cukup melakukan obervasi pada waktu-waktu tertentu dan mencatat jenis dan banyaknya kendaraan yang melintasi persimpangan jalan tersebut.

Ketika seorang peneliti lebih tertarik pada perilaku daripada persepsi individu, maka observasi adalah metode terbaik untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Terdapat dua jenis observasi, yaitu observasi partisipan (participant observation) dan observasi bukan partisipan (non-participant observation).

Observasi partisipan dilakukan ketika peneliti ikut terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati dan diperlakukan sama dengan anggota kelompok lainnya, baik dengan atau tanpa sepengetahuan mereka bahwa mereka sedang diobservasi. Misalnya, penelitian tentang persepsi orang kebanyakan terhadap orang yang menggunakan kursi roda dapat diamati reaksi mereka secara langsung dengan cara peneliti juga duduk di kursi roda, atau studi tentang kehidupan narapidana dapat diobservasi dengan peneliti berpura-pura (menyamar) menjadi narapidana.

Sedangkan observasi bukan partisipan dilakukan ketika si peneliti tidak terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati, atau sebagai pengamat pasif, mengamati dan mendengarkan aktivitas yang terjadi dan menarik kesimpulan dari pengamatan tersebut. Misal, untuk memperoleh data primer tentang kegiatan pedagang di pasar, si peneliti melakukan observasi di sebuah pasar dan mengamati perilaku beberapa orang pedagang dalam suatu periode waktu tertentu.

Beberapa masalah yang tidak terhindarkan untuk terjadi dalam penggunaan observasi sebagai metode pengumpulan data.

Page 117: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 6 : PENGUMPULaN DaTa 107

Ini merupakan kelemahan yang harus diwaspadai oleh seorang peneliti, antara lain: (i) ketika individu atau sekelompok orang menyadari bahwa mereka sedang diamati, mereka mungkin merubah perilaku, sehingga informasi yang diperoleh tidak menggambarkan kenyataan yang sesungguhnya2; (ii) kesalahan atau bias yang bisa saja dilakukan oleh si peneliti dalam mencatat kegiatan-kegiatan yang diamatinya, (iii) kemungkinan terjadi pencatatan observasi yang tidak lengkap karena berbedanya metode pencatatan pengamatan dengan perhatian sepenuhnya dengan pencatatan yang rinci, dan (iv) interpretasi bisa beragam antar peneliti.

2) Wawancara (interview)3

Metode ini adalah cara umum untuk mengumpulkan informasi dari orang. Dilihat dari tingkat fleksibilitas untuk menyampaikan pertanyaan, wawancara diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (i) wawancara tidak terstruktur dan (ii) wawancara terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur (unstructured interviews) atau juga dikenal sebagai wawancara mendalam (in-depth interviews) dilakukan ketika pewawancara melakukan tanya-jawab secara spontan dengan responden, berdasarkan pedoman topik-topik kunci yang telah diformulasikan sebelumnya. Instrumen yang biasa digunakan adalah hanya daftar pertanyaan (list of questions) atau daftar wawancara (unstructured questionnaire), yang biasanya berupa beberapa pertanyaan terbuka (open questions).

Penelitian seperti ini biasa dilakukan bila jumlah pengamatan sedikit sehingga si peneliti sendiri bisa melakukan pengumpulan data sehingga daftar wawancara saja cukup untuk digunakan. Penelitian ini biasanya tidak menggunakan banyak petugas pewawancara, yang selalu dilakukan bila sampel amat banyak dan lokasi penelitian yang tersebar serta waktu yang terbatas. Dengan demikian, keuntungan dari penelitian dengan wawancara tidak terstruktur adalah dimungkinkannya

2 Dalam metode penelitian, ini biasa disebut sebagai Hawthorne effect.3 Dimodifikasi dari Kumar (1996: 109).

Page 118: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI108

memperoleh informasi yang jauh lebih luas dan mendalam karena adanya fleksibilitas dalam wawancara dan penggunaan metode ini adalah dalam hal pengetahuan awal tentang topik penelitian masih sedikit diketahui.

Penggalian informasi yang ‘kaya’ tersebut di atas bisa dilakukan karena, biasanya, penelitian dengan wawancara tidak terstruktur ini dilakukan oleh si peneliti sendiri yang sudah mendalami apa yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut. Di samping itu, karena wawancara tidak terstruktur ini memberikan informasi yang ‘kaya’, maka biasa digunakan dalam penelitian eksploratori, terutama dalam mengumpulan informasi untuk pembuatan instrument penelitian, seperti kuesioner, yang lebih terstruktur.

Wawancara dengan sumber data primer ini bisa dilakukan secara tatap muka dengan responden secara individu, dan juga bisa dengan kelompok responden secara kolektif – dengan sedikit modifikasi cara pengumpulan datanya. Kegiatan yang terakhir ini dikenal dengan istilah diskusi kelompok terfokus (focus group discussion – FGD), yang semakin lama semakin banyak digunakan, khususnya dalam pencarian informasi secara partisipatori (participatory approach) untuk menyusun berbagai alternatif kebijakan.

Namun begitu, tehnik ini juga punya kelemahan-kelemahan, seperti karena tidak digunakannya daftar pertanyaan yang spesifik, maka keterbandingan pertanyaan dan jawabannya yang dihasilkan oleh berbagai petugas pewawancara (bila dilakukan tidak secara sendiri oleh si peneliti) menjadi masalah. Kebebasan atau spontanitas pewawancara dalam mengajukan pertanyaan juga bisa menyebabkan bias dalam menyimpulkan jawaban-jawaban responden.

Kelemahan lain dari wawancara tidak terstruktur ini adalah karena pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan terbuka maka dalam mengolah data, apalagi kalau jumlah responden amat banyak, maka diperlukan usaha pengkodean atau pengklasikasian yang membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang juga amat

Page 119: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 6 : PENGUMPULaN DaTa 109

banyak. Dengan demikian, biasanya metode ini digunakan bila sampel tidak terlalu besar, yaitu dengan jumlah responden yang tidak terlampau banyak.

Dalam wawancara terstruktur (structured interviews), peneliti bertanya kepada responden atas dasar satu set pertanyaan-pertanyaan spesifik yang telah disiapkan sebelumnya, menggunakan kalimat-kalimat dan urutan pertanyaan-pertanyaan yang sama sebagaimana yang disebutkan dalam suatu rancangan atau daftar wawancara (interview schedule), tetapi biasanya dengan pilihan jawaban (closed questions).

Keuntungan dari wawancara terstruktur adalah metode ini memberikan informasi yang cenderung seragam, sehingga memastikan adanya keterbandingan data. Metode ini juga memerlukan keahlian berwawancara yang relatif rendah dibandingkan dengan metode wawancara tidak terstruktur. Keuntungan lain adalah dengan penggunaan pertanyaan tertutup maka, pengolahan data dapat dilakukann dengan lebih cepat.

Instrumen yang digunakan dalam wawancara terstruktur adalah kuesioner yang merupakan daftar tertulis yang berisi pertanyaan-pertanyaan rinci dan spesifik untuk diajukan ke responden sasaran (structured questionnaire). Pewawancara menyodorkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner, dan jika perlu menjelaskannya, kemudian mencatat jawaban-jawaban responden ke dalam kuesioner tersebut. Kadang-kadang, kuesioner terstruktur ini juga menyediakan ruang pilihan jawaban seperti pertanyaan terbuka, sehingga informasi tambahan dapat diperoleh. Dengan kata lain, pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan tertutup dan terbuka.

Metode wawancara dengan kuesioner terstruktur ini banyak dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sampai saat ini. Wawancara atau tanya-jawab langsung dengan responden dilakukan oleh petugas lapangan dalam kegiatan pengumpulan data di berbagai sensus dan survei nasional, seperti Sensus Penduduk, Sensus Ekonomi, Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Biaya Hidup (SBH), serta Survei Demografi dan

Page 120: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI110

Kesehatan Indonesia (SDKI). Dalam kegiatan pengumpulan data ini, petugas lapangan sensus/survei mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tertulis di kuesioner, menjelaskan maksudnya, mengisikan jawaban responden ke kuesioner, dan juga menggali informasi untuk memperoleh jawaban-jawaban yang benar dan apa adanya dari responden.

Penentuan apakah akan menggunakan kuesioner terstruktur atau daftar wawancara/pertanyaan sebagai instrument wawancara harus mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan masing-masing di atas.

3) Metode lain Sistem administrasi Data primer juga dapat diperoleh melalui sistem

administrasi pemerintahan atau swasta (seperti rumah sakit). Peneliti bisa memasukkan pertanyaan tertentu di dalam sisten administrasi, misal administrasi kependudukan, atau di dalam sistem administrasi pendaftaran pasien rumah sakit. Kelemahan utama dari sistem ini adalah keterbatasan banyaknya variabel yang dapat dimasukkan di dalam sistem administrasi tersebut. Keuntungan utama dari metode ini adalah dari segi biaya akan lebih murah dibandingkan metode lain serta informasi bisa diperoleh secara regular.

Mengisi sendiri kuesioner (self-administered questionnaire) Dalam metode ini, setiap responden diminta untuk membaca

dan mengartikan sendiri pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner (biasanya) terstruktur, kemudian menuliskan jawaban-jawabannya. Hal ini berbeda dengan dalam metode wawancara di mana pewawancara menyodorkan pertanyaan-pertanyaan, dan jika perlu menjelaskan, kemudian mencatat jawaban-jawaban responden ke dalam (i) daftar wawancara/kuesioner tak terstruktur atau (ii) kuesioner terstruktur.

Sebaliknya, dalam metode ini, responden harus mengartikan sendiri arti dari pertanyaan yang ada di kuesioner terstruktur tersebut. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan dalam

Page 121: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 6 : PENGUMPULaN DaTa 111

kuesioner terstruktur mesti amat jelas dan mudah dimengerti (self-explanatory), dan urutan pertanyaan juga mudah diikuti. Bila ada pertanyaan-pertanyaan yang sensitif maka mesti diberikan penjelasan pengantar dengan menjelaskan maksud dan relevansi dari pertanyaan tersebut.

Kuesioner tersebut bisa dikirim melalui pos, dan dengan perkembangan teknologi informasi, maka kuesioner terstruktur tersebut bisa dikirim melalui email atau diletakkan di website. Responden kemudian dapat dengan mudah mengirimkan kembali jawaban mereka, bisa dengan amplop yang sudah berperangko bila melalui pos, atau dengan mengetik tombol ‘reply’ atau ‘send’ bila melalui email atau website.

Untuk memilih antara metode wawancara atau metode pengisian sendiri perlu dlakukan berbagai pertimbangan. Pertimbangan pertama adalah berkaitan dengan sifat dari penelitian. Jika studi tentang masalah di mana responden mungkin khawatir atau ragu-ragu untuk langsung berdiskusi dengan peneliti, metode pengisian sendiri adalah metode yang tepat untuk dipilih karena bisa secara bebas memberikan responnya. Misalnya, studi tentang penggunaan narkoba, perilaku seks, kegiatan-kegiatan kriminal dan sejenisnya akan lebih tepat dilakukan dengan pendekatan ini dimana jawaban terhadap pertanyaan yang ada diisi sendiri oleh responden tanpa kehadiran si peneliti atau si pengumpul data.

Kedua berkaitan dengan sebaran wilayah dari populasi yang akan diteliti. Jika responden-responden terpilih berada di suatu wilayah geografis yang luas, dan amatlah mahal untuk mengirim petugas pengumpul data untuk melakukan wawancara langsung, maka tidak ada pilihan selain menggunakan metode mengisi sendiri dengan kuesioner yang dikirim baik melalui pos, email atau website. Ketiga adalah kondisi populasi yang diteliti. Jika populasi, dalam hal ini penduduk, yang diteliti buta huruf, usia sangat muda atau sangat tua, atau bahkan cacat fisik, maka tidak ada opsi lain kecuali dengan metode wawancara.

Page 122: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI112

6.3 Metode Pengumpulan Data dalam Penelitian Survei

Dalam penelitian survei, yang merupakan, metode penelitian yang menjadi fokus dalam buku ini, maka metode pengumpulan data yang paling sering digunakan, terutama di negara sedang berkembang, adalah wawancara langsung (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner terstruktur (umumnya dengan pertanyaan tertutup, dan pada beberapa butir pertanyaan diberikan pilihan jawaban Lainnya dengan bentuk pertanyaan terbuka sebagai pilihan terakhir dan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam). Akan tetapi, di negara yang sudah maju, telah semakin banyak dilakukan pengisian kuesioner terstruktur dengan cara mengisi sendiri (self-administered questionnaire) yang dikirimkan ke responden, terutama melalui pos (postal survey).

Mutu data yang diperoleh dengan metode pengumpulan data secara wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur, yang banyak dipakai oleh kantor statistik nasional (national statistics office) di masing-masing negara, sangat tergantung kepada 3 (tiga) faktor, yaitu (i) kualitas pewawancara, (ii) mutu instrument yang digunakan, serta (iii) kualitas serta partisipasi dari responden (baik rumah tangga maupun perusahaan). Karena itu dapat dipahami dalam penelitian survei, kegiatan pemilihan petugas serta pelatihan petugas tentang survei yang dilakukan merupakan suatu tahapan kegiatan yang amat penting. Tanpa petugas yang bermutu dan berdedikasi dalam pelaksanaan survei maka sulit diharapkan mutu data yang dihasilkan akan seperti yang diharapkan.

Mutu petugas pengumpul data terutama yang terkait dengan pemahaman terhadap semua konsep dan definisi yang digunakan dalam survei. Disamping itu, kemampuan berwawancara (interviewing technique) yang dimiliki merupakan komponen penting yang harus ada dalam diri petugas lapangan sehingga dia bisa memperoleh data yang bermutu, antara lain kemampuannya untuk melakukan penggalian lebih jauh (probing) bila terdapat jawaban responden yang meragukan. Karena itulah, pelatihan petugas pengumpul data penting untuk dilakukan, disamping supaya data yang dikumpulkan

Page 123: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 6 : PENGUMPULaN DaTa 113

terjamin menggunakan konsep dan definisi yang sama antar petugas pengumpul data.

Kualitas instrumen survei yang digunakan, dalam hal ini, kuesioner terstruktur, merupakan faktor yang juga penting diperhatikan dalam penelitian survei. Pembahasan terhadap instrumen ini disajikan dalam Bab 7.

Hal yang terakhir adalah kualitas dan partisipasi responden yang dikunjungi oleh petugas pengumpul data. Kualitas responden tentunya merupakan suatu hal yang harus diterima apa adanya (given), tetapi tingkat partisipasinya dalam memberikan respon yang apa adanya perlu ditingkatkan.

Tingkat partisipasi responden bisa ditingkatkan oleh pelaksana survei dengan, antara lain, melakukan berbagai usaha sosialisasi survei sehingga para responden mengetahui manfaat dari survei yang dilakukan. Selain itu, petugas pengumpul data bisa juga melakukan motivasi kepada responden sehingga responden bersedia diwawancarai dan memberikan informasi yang benar.

Giuseppe (2006: 147) menyebutkan ada 3 (tiga) faktor utama dalam menentukan tingkat partisipasi responden, terutama dalam survei perusahaan, yaitu lingkungan sosial (social environment), rancangan survei (survey design) dan faktor kejiwaan responden (respondent psychology). Lingkungan sosial mencakup, misalnya, rasa tanggung jawab sosial dari manajer perusahaan ketika diminta sebagai responden dalam suatu survei perusahaan menentukan tingkat partisipasinya.

Dalam rancangan survei terdapat berbagai variabel yang berkaitan dengan tingkat partisipasi responden, misalnya panjangnya kuesioner yang digunakan; topik survei; karakteristik responden, seperti umur dan pendidikan serta pengalaman dalm survei-survei sebelumnya; dan karakteristik serta perilaku pewawancara/petugas pengumpul data. Faktor kejiwaan responden merupakan faktor yang susah diketahui, tetapi penting dipahami oleh petugas pengumpul data sebelum proses wawancara dilakukan. Disinilah perlunya pelatihan tehnik wawancara

Page 124: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI114

(interviewing technique) terhadap petugas pengumpul data dalam suatu penelitian survei.

Dalam penelitian survei yang berskala besar, misal secara nasional, maka tidak bisa terhindarkan perlunya suatu organisasi survei yang melakukan manajemen survei (survey management) terhadap seluruh kegiatan penelitian survei, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan hasil survei serta pembahasan, seperti yang telah disajikan dalam Bab 1. Dalam kaitan dengan mutu data dari responden, maka peranan dari pengawas lapangan (field supervisors), amatlah penting sehingga perlu dipersiapkan organisasi lapangan (field organisation) yang baik dan yang didukung dengan sumber daya dan dana yang memadai.

Soal-Soal Latihan:

1. Jelaskan beberapa metode pengumpulan data yang ada!2. Uraikan kelebihan serta kelemahan masing-masing metode

pengumpulan data di atas!3. Jelaskan secara rinci metode pengumpulan data dalam penelitian

survei!

**********

Page 125: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

115

TujuanSesudah mempelajari Bab 7 ini pembaca diharapkan dapat:

◙ menjelaskan pengertian instrumen penelitian ◙ menyusun kuesioner dalam penelitian survei ◙ memahami validitas dan reliabilitas dari instrumen

penelitian

____________________________________________

7.1 Pengertian Instrumen Penelitian

Salah satu kegiatan penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Karena itu, di dalam penelitian, baik penelitian ekonomi maupun penelitian sosial, disamping terdapat beberapa metode pengumpulan data, juga terdapat beberapa alat atau instrumen (instrument) yang digunakan dalam mengumpulkan data. Sebagai contoh, metode yang digunakan, misalnya, adalah wawancara (interview), dan alat yang pakai misalnya, adalah kuesioner terstruktur (structured questionaire) dengan menggunakan pertanyaan tertutup (closed questions).

INSTRUMEN PENELITIANOleh Agus Purwoto

Bab 7

Page 126: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI116

Setiap alat pengumpulan data tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menyusun alat pengumpul data. Keputusan pemilihan alat pengambilan data secara teknis sangat ditentukan oleh variabel atau data yang dipelajari. Misal, alat yang digunakan harus mampu mencakup variabel yang juga harus sensitif terhadap hipotesis ataupun dugaan yang digunakan dalam penelitian. Pertimbangan lain adalah tingkat kualitas alat yang digunakan, yang biasa diukur dengan ukuran validitas dan reliabilitas. Namun demikian, dalam sudut praktis, pertimbangan penggunaan alat juga didasarkan pada biaya, tenaga, dan waktu yang dimiliki.

Sebelum memahami lebih jauh tentang instrumen yang diperlukan dalam pengumpulan data, perlu dibedakan tahapan-tahapan antara kegiatan statistik dan penelitian. Walaupun kedua jenis kegiatan ini mempunyai banyak kesamaan, tetapi kegiatan penelitian mengharuskan adanya analisis, sedangkan bagi kegiatan statistik, tahapan analisis substansi (bukan analisis statistik) merupakan pilihan (optional). Dengan kata lain, dalam kegiatan statistik, tahapan yang dilalui antara lain menentukan tujuan, merumuskan informasi yang perlu dikumpulkan dan cara mengumpulkannya, merancang instrumen pengumpulan data, melakukan pengolahan, serta melakukan penyajian data. Bagi kegiatan penelitian, setelah data diolah dan disajikan, maka analisis yang bersifat substantif perlu dilakukan.

Instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data dengan pendekatan sensus atau survei pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kuesioner dan angket. Kedua istilah ini sering dirancukan pengertian mereka. Para ahli menggunakan istilah kuesioner umumnya untuk memperoleh data dari variable-variabel yang langsung terukur, sedangkan istilah angket sering digunakan untuk mengukur variable yang tidak langsung terukur.

Instrumen penelitian survei (survey research instruments) tergantung pada teknik jenis kegiatan penelitian yang hendak dilakukan. Penelitian kualitatif, misalnya, memerlukan instrumen pendukung seperti foto dan instrumen perekam suara (seperti

Page 127: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 117

tape recorder). Instrumen utama pada penelitian kuantitatif adalah kuesioner. Dalam penelitian gabungan, kualitatif dan kuantitatif, maka instrumen yang diperlukan tergantung pada inti (core) penelitian tersebut. Namun demikian sebagian besar penelitian survei dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner.

7.2. Penyusunan Kuesioner

Satu hal yang penting diperhatikan bahwa beberapa tahapan harus dilakukan oleh peneliti dalam menyusun kuesioner. Tahapan-tahapan itu adalah:

1) Penentuan topik dan judul penelitian. Dengan mengetahui topik serta judul suatu penelitian tentunya diharapkan bisa diketahui apa yang sebenarnya ingin diteliti.

2) Perumusan permasalahan penelitian. Dalam tahapan ini tentunya peneliti harus menjawab apa yang menjadi pertanyaan dalam penelitiannya.

3) Penentuan tujuan penelitian. Tujuan penelitian inilah pada hakekatnya yang merangkum isi dari topik dan judul serta rumusan masalah. Dalam upaya menjawab permasalahan dan tujuan penelitian peneliti harus mengetahui indikator-indikator apa saja yang akan digunakan. Untuk menggambarkan seluruh indikator yang bisa digunakan untuk menjawab seluruh tujuan penelitian maka disusunlah suatu pembuatan rencana tabel (Tabulation Plan).

4) Rencana tabel memuat seluruh bentuk tabel (dalam bentuk tabel kosong atau dummy tables) yang akan dipergunakan oleh peneliti untuk menjawab permasalahan dan tujuan suatu penelitian. Tabel-tabel tersebut memuat seluruh variabel yang diinginkan oleh peneliti. Dengan demikian sel-sel yang ada dalam semua tabel pada hakekatnya menggambarkan seluruh informasi dari seluruh variabel yang akan digunakan dalam menjawab permasalahan dan tujuan suatu penelitian. Selanjutnya, untuk bisa mengisi informasi dalam sel-sel tabulasi maka diperlukan langkah selanjutnya yaitu

Page 128: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI118

menyusun berbagai bentuk pertanyaan (tahapan ke 5) untuk mengumpulkan data.

5) Dari berbagai bentuk pertanyaan tersebut dapat disusun secara sistematik sebuah kuesioner. Dengan kata lain, seluruh pertanyaan yang tersusun dengan rapi dan baik dalam satu kesatuan yang disebut sebagai kuesioner.

Tiga petunjuk dalam pembuatan kuesioner

Dalam menyusun kuesioner yang harus diketahui secara detail adalah data ideal yang dibutuhkan dari jawaban pertanyaan. Setidaknya terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam merancang kuesioner, yaitu:

1) Disarankan supaya jangan terlalu banyak pertanyaan yang diajukan. Terlampau banyaknya pertanyaan dapat membuat responden bosan untuk memberikan respon, dan ini dapat menimbulkan jawaban-jawaban yang tidak diharapkan (response bias).

2) Pertanyaan disarankan harus pendek, sederhana, mudah dan tidak membingungkan. Perlunya pertanyaan yang seperti ini terkait dengan beberapa faktor, baik yang berkaitan dengan responden maupun petugas. Salah satu contoh adalah tingkat pendidikan petugas dan responden. Semakin rendah tingkah pendidikan responden akan semakin sulit untuk memahami pertanyaan yang panjang, yang bahkan sering membingungkan.

3) Pertanyaan sebaiknya disusun secara logis, biasanya dari yang paling mudah, misal nama dan jenis kelamin, ke pertanyaan yang semakin membutuhkan pemikiran untuk menjawab. Urutan pertanyaan yang tidak logis akan mempersulit responden dalam memberikan jawaban, demikian pula bagi petugas pencacah (interviewer) dalam menggunakannya. Pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan suatu aspek tertentu perlu diletakkan berdekatan, ke dalam suatu blok,

Page 129: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 119

misal blok ketenagakerjaan dan blok kondisi bangunan tempat tinggal.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut disarankan untuk diperhatikan dalam perencanaan kegiatan penyusunan kuesioner. Sementara itu, dalam rangkaian perencanaan juga diperlukan adanya pembicaraan khusus tentang tahapan dan bagaimana setiap kegiatan akan dilakukan dan juga bagaimana cara untuk mengumpulkan fenomena yang ada di masyarakat.

Kegunaan Kuesioner

Kuesioner merupakan salah satu bentuk alat yang digunakan untuk menjembatani peneliti atau pelaku penelitian dengan responden dalam mencapai tujuan pengumpulan data. Dengan kata lain, kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi yang memiliki reliabilitas (reliability) dan validitas (validity) semaksimal mungkin; sehingga dapat dilakukan analisis terhadap permasalahan yang diteliti, baik bagi penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif.

Isi Kuesioner

Pada umumnya kuesioner memuat pertanyaan yang berkaitan dengan fakta, pendapat dan sikap, serta persepsi diri. Kuesioner yang memuat pertanyaan tentang fakta antara lain yang berkaitan dengan umur, status perkawinan, pendidikan, dan pendapatan. Kuesioner yang memuat pertanyaan tentang pendapat dan sikap serta pengetahuan responden tentang sesuatu hal berisi pertanyaan yang menyangkut perasaan dan sikap responden, serta informasi yang diketahui oleh responden tentang suatu keadaan atau kondisi (misal kondisi masyarakat di sekitar tempat tinggal responden). Sementara itu, kuesioner yang memuat pertanyaan tentang persepsi diri berkaitan dengan bagaimana responden menilai perilakunya sendiri dalam kegiatan sehar-hari atau dalam hubungannya dengan orang lain atau masyarakat di sekitarnya. Misalnya, apakah membaca koran tiap hari, atau frekuensi membaca koran dalam tiga hari terakhir, atau frekuensi menonton TV selama seminggu yang lalu.

Page 130: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI120

Contoh:

Di bawah ini adalah sebagian pertanyaan persepsi pada kuesioner Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas 2001) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.

Pertanyaan nomor 13. Keadaan sekarang dibandingkan setahun yang lalu.

Karakteristik Lebih Baik

Sama Baik

Sama buruk

Lebih buruk

Tidak tahu

Pendapatan 4 3 2 1 0Fasilitas tempat kerja 4 3 2 1 0Jaminan Kesehatan 4 3 2 1 0Fasilitas Keselamatan Kerja 4 3 2 1 0Fasilitas Transportasi 4 3 2 1 0Keadaan Secara Keseluruhan 4 3 2 1 0

Cara pemakaian Kuesioner

Kuesioner dapat digunakan pada beberapa jenis kegiatan pengumpulan data, yaitu sebagai berikut.

Pertama, kuesioner dapat digunakan dalam wawancara langsung (tatap muka). Kuesioner akan membantu petugas agar lebih fokus dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menghindari terjadinya adanya pertanyaan yang tidak ditanyakan karena petugas terlupa. Selain itu, dengan pertanyaan yang seragam maka diharapkan adanya konsistensi jawaban antar responden dan antar petugas, karena cara bertanya yang berbeda dapat memberikan respon yang berbeda pula, sehingga perlu adanya keseragaman cara bertanya antar petugas pengumpul data di lapangan.

Kedua, kuesioner dapat digunakan pada pengumpulan data yang dilakukan secara pengisian dilakukan oleh responden sendiri (self-enumeration). Pengisian kuesioner ini dapat dilakukan sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Untuk kegiatan ini, kuesioner perlu disusun dengan baik dan pertanyaan harus dibuat sejelas mungkin

Page 131: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 121

dan tidak membingungkan responden, karena berbeda dengan dalam wawancara yang memungkinkan petugas pencacah untuk menerangkan bila terjadi kebingungan, maka dalam pengisian sendiri hal ini tidak dimungkinkan.

Ketiga, kuesioner juga dapat digunakan dalam wawancara dengan telepon. Seperti halnya dalam wawancara langsung, kuesioner yang digunakan dalam wawancara dengan telpon juga dimaksudkan untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas wawancara. Berdasarkan kuesioner tersebut, maka pertanyaan akan lebih fokus dan terarah serta tidak akan ada pertanyaan yang terlewat. Namun demikian, pertanyaan yang digunakan dalam wawancara melalui telpon akan memperoleh respon yang berbeda dengan dalam wawancara langsung.

Keempat, kuesioner dapat digunakan untuk pengumpulan data melalui pos. Cara ini merupakan pengembangan dari seft-enumeration. Sehingga bentuk kuesioner yang dikembangkan mirip dengan pengisian sendiri. Dalam beberapa kasus, pengisian sendiri (self-enumeration) biasanya, bisa juga didampingi oleh satu atau beberapa petugas, sedangkan pada pengumpulan data melalui pos sama sekali tidak didampingi oleh petugas. Dengan demikian, maka bentuk kuesioner untuk pengumpulan data melalui pos perlu disertakan petunjuk pengisian dan konsep-definisi dari berbagai pertanyaan yang ada dalam kuesioner.

Susunan Pertanyaan

Sebagaimana telah disebutkan terdahulu, pertanyaan dalam kuesioner dapat dikelompokkan sesuai dengan berbagai aspek dari informasi yang dikumpulkan dalam penelitian. Pengelompokan ini sering dikenal dengan istilah blok-blok (bab-bab) pertanyaan. Pada umumnya, blok I digunakan untuk Identitas Responden, meliputi item-item pertanyaan tentang: 1. Nama responden, 2. Alamat responden, 3. Identitas petugas, 4. Tanggal pelaksanaan wawancara. Setelah itu baru diikuti dengan blok-blok pertanyaan yang sesuai dengan kebutuhan dan sebaiknya dikelompokkan sesuai dengan aspek yang dicakup dalam penelitian.

Page 132: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI122

Contoh:

Di bawah ini disajikan contoh berbagai blok yang ada dalam kuesioner Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2000-KOR. Terlihat adanya berbagai blok pertanyaan yang mencakup berbagai pertanyaan terkait dalam setiap blok. Blok I Pengenalan tempat (antara lain: Propinsi, Kabupaten/Kota,

Kecamatan, Desa/Kelurahan, NKS, NURT).Blok II Keterangan rumah tangga (antara lain: Nama kepala rumah

tangga, banyaknya anggota rumah tangga, Jumlah ART).Blok III Keterangan Pencacahan (Nama dan NIP pencacah, Jabatan

Pencacah, tanggal pencacahan, tanda tangan pencacah, nama dan NIP pengawas/pemeriksa, jabatan pengawas/pemeriksa, tanggal pengawasan/ pemeriksaan, dan tanda tangan pemeriksa).

Blok IV Keterangan Anggota Rumah Tangga dan Kejadian Mortalitas.Blok V Keterangan Perorangan, kesehatan, dan pendidikan.Blok VI Kegiatan ART berumur 10 tahun ke atas.Blok VII Fertilitas dan Keluarga Berencana.Blok VIII Perumahan dan Pemukiman.Blok IX Pengeluaran Rumah Tangga.Blok X Keterangan Sektor Pertanian.Blok XI Catatan.

Contoh:

Di bawah ini disajikan berbagai blok pada kuesioner SAKERNAS 2001.

Blok I Pengenalan tempat (antara lain: Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, NKS, NURT)

Blok II Keterangan Pencacahan (Nama dan NIP pencacah, tanggal pencacahan, tanda tangan pencacah, nama dan NIP pengawas/pemeriksa, tanggal pengawasan/pemeriksaan, dan tanda tangan pemeriksa)

Page 133: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 123

Blok III Keterangan Anggota Rumah TanggaBlok IV Keterangan Anggota Rumah Tangga Berumur 10 Tahun ke

atasBlok V Catatan

Pengelompokan pertanyaan tentunya ditentukan sendiri oleh peneliti, namun demikian yang perlu diperhatikan adalah bahwa pertanyaan yang disusun harus runtun. Sedangkan pertanyaan yang bersifat sensitif (misal mengenai hubungan dengan tetangga) sebaiknya tidak diletakkan pada bagian awal. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga suasana wawancara. Pertanyaan yang sensitif biasanya diletakkan di bagian agak belakang, tetapi tentunya bukan sebagai penutup. Hal ini dilakukan untuk menghindari suasana tidak enak diakhir wawancara.

Jenis Pertanyaan.

Jenis pertanyaan dapat dibedakan dalam minimal empat kelompok. Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan pengajuan pertanyaan tersebut. Setiap jenis pertanyaan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Di bawah ini diuraikan ke empat jenis pertanyaan yang biasa digunakan dalam penelitian survei (survey research).a. Pertanyaan tertutup (closed-ended questions) Jenis pertanyaan tertutup memberikan semua kemungkinan

jawaban atau pilihan jawaban, sehingga jawaban responden hanya terbatas pada pilihan jawaban yang ada. Dengan demikian, jenis pertanyaan ini tidak mampu memuat alternatif respon. Kelemahan lain yang terjadi pada jenis pertanyaan tertutup adalah responden akan cenderung memilih jawaban yang ada walaupun tidak sesuai dengan kenyataan. Namun demikian keuntungannya adalah dengan menggunakan jenis pertanyaan ini maka pengolahan data akan dapat dilakukan dengan mudah. Pilihan jawaban yang diberikan bisa dua atau lebih sehingga jenis pertanyaan ini disebut juga dengan pertanyan jawaban berganda (multiple-choice questions).

Page 134: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI124

Contoh:

Apakah anda mengikuti pemilihan umum yang lalu ? 1. Ya 2. Tidak

b. Pertanyaan terbuka (open-ended questions) Berbeda dengan jenis pertanyaan tertutup, jenis pertanyaan

terbuka tidak memberi kemungkinan jawaban, tetapi memberikan kesempatan yang luas bagi responden untuk memberikan jawabannya. Dengan demikian, jenis pertanyaan ini akan menyulitkan pengolahan data, karena jawaban responden akan sangat beragam, sehingga perlu pengelompokan untuk dimungkinkannya pengolahan data tersebut. Selain itu, pada pelaksanaan di lapangan, jenis pertanyaan ini seringkali membuat responden kesulitan dalam menentukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Namun demikian, keuntungan jenis pertanyaan ini adalah kemampuannya untuk memuat seluruh alternatif respon dari responden.

Contoh: Menurut pendapat Saudara, apa masalah yang terpenting dalam

pemilu 2004 ini ?

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………....……………………………………………....…………………………………………………………………………………………………………………………

c. Pertanyaan tertutup dan terbuka Pertanyaan terbuka tertutup merupakan pertanyaan yang

berantai, dengan alternatif jawaban sudah ditentukan, seperti dalam jenis pertanyaan tertutup, tetapi disusul dengan pertanyaan terbuka. Sebelum mendapat jawaban yang diinginkan perlu adanya pertanyaan pendahuluan. Keuntungan dari jenis pertanyaan ini adalah dapat menghindarkan terjadinya kesalahan

Page 135: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 125

dalam jawaban responden. Jenis pertanyaan ini akan sangat membantu dalam melakukan pengecekan kekonsistenan jawaban responden.Contoh:

Apakah Saudara pernah mendengar nama-nama calon Presiden tahun 2004 ?

1. Pernah 2. Tidak Pernah (JIKA PERNAH) Siapakah yang paling mendengarkan pendapat

masyarakat menurut Saudara ?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Pertanyaan semi tertutup (semi-closed question) atau semi terbuka (semi-open question)

Pertanyaan yang semi terbuka memberikan alternatif jawaban telah tersusun, seperti pertanyaan tertutup, tetapi masih ada kemungkinan tambahan alternatif jawaban. Jenis pertanyaan ini merupakan salah satu alternatif pemecahan untuk mengatasi kelemahan yang ada dalam jenis pertanyaan tertutup maupun terbuka. Salah satu keuntungan yang dapat diperoleh dengan sistem pertanyaan semi terbuka ini adalah tersedianya alternatif jawaban. Bahkan dengan melihat jawaban responden dapat diketahui apakah alternatif jawaban yang tersedia sudah cukup mewakili jawaban responden atau belum. Salah satu indikasi kurang baiknya sebuah instrumen adalah jika jawaban responden justru mengumpul pada jawaban “lainnya”.

Contoh:

Jenis kontrasepsi yang dipakai:

Page 136: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI126

IUD 1 Pil 2 Kondom 3 Suntik 4 Sterilisasi 5 Lainnya: ……………… (sebutkan)

Penggunaan Bahasa (Susunan Kata).

Penyusunan kuesioner perlu memperhatikan penggunaan bahasa yang benar. Pada umumnya bahasa yang digunakan dalam survei di Indonesia adalah bahasa Indonesia. Namun demikian, pada kondisi tertentu, dimana responden tidak bisa berbahasa Indonesia, perlu diperhatikan penggunaan bahasa. Bahkan dalam kondisi sosial budaya yang berbeda juga perlu memperhatikan etika masyarakat yang ada. Misalnya, terdapat ketertutupan masyarakat dalam mengungkapkan umur untuk kelompok wanita lajang. Untuk itu perlu adanya penggunaan bahasa yang baik. Singkat kata, pemilihan kata perlu juga memperhatikan etika dan budaya yang berlaku dilingkungan responden.Penyebab kesalahan dan ketidaktepatan isian:1. Penggunaan kata “jika”

Contoh: Jika gaji naik, apa yang akan Saudara lakukan ?

(biasanya jawaban hanya berupa khayalan bukan kenyataan dan sewaktu-waktu mudah berubah)

Solusi: pertanyaan diajukan untuk waktu yang lalu dimana responden telah mengalami kenaikan gaji. Hal ini cenderung lebih realistis.

2. Pertanyaan yang mengandung pengarahan (leading question)

Contoh:

Page 137: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 127

Dapatkah Saudara berjanji untuk tidak akan keluar dari kantor ini, apabila gaji Saudara dinaikkan?

(Jawaban responden cenderung untuk tidak keluar, tetapi belum tentu dilakukan)

3. Pertanyaan dengan jawaban “setuju” dan “tidak setuju”.

Responden cenderung memilih jawaban “setuju” (mungkin hanya untuk menyenangka hati si pewawancara). Dan seringkali responden tidak dapat memberikan jawaban walaupun telah diberikan alternatif pertanyaan.

Contoh: (i ) Apakah ‘A’ adalah favorit Saudara?(tidak senang ‘B’) (ii) Apakah ‘B’ adalah favorit Saudara? (tidak senang ‘A’)

Petunjuk Umum pembuatan pertanyaana. Kata-kata sederhana dan mudah dimengerti oleh responden

Contoh: Bagaimana status perkawinan Bapak ? Lebih baik digunakan pertanyaan Apakah Bapak beristri ?

(Penggunaan kata status perkawinan dalam pertanyaan terbuka seperti ini tidak jelas, sehingga perlu dilihat alternatif jawabannya. Jika tidak ada alternatif jawaban maka status perkawinan dapat direspon dengan baik dan tidak baik, kawin dan tidak kawin, dan alternatif jawaban lainnya. Perlu ditegaskan dan dimengerti oleh responden adalah apa yang dimaksud dengan status perkawinan itu).

b. Pertanyaan jelas dan khususContoh:

Berapa orang yang tinggal di sini ? Akan lebih baik digunakan pertanyaan berikut ini. Ada berapa orang yang tinggal di rumah ini ?

Page 138: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI128

(Kata di sini harus jelas, apakah itu bangunan rumah, bagian dari rumah atau wilayah. Selain harus jelas maka penggunaan kata juga perlu konsisten. Kata ‘di sini’, bisa berubah-ubah bentuknya, dengan kata lain apa yang dimaksud dengan ‘di sini’ bisa berbeda-beda tergantung pengertian orang per orang)

c. Hindari pertanyaan yang memiliki lebih dari satu pengertianContoh: Apakah Saudara mau mencari pekerjaan di kota ?

Pertanyaan ini mengandung dua pengertian yaitu ‘mencari pekerjaan’ dan ‘pekerjaan dikota’. Permasalahan akan muncul jika responden ingin mencari pekerjaan tetapi tidak di kota. Sehingga lebih baik digunakan dua pertanyaan untuk menghindari kebingungan responden. Misal, akan lebih baik digunakan pertanyaan berikut ini:

Apakah Saudara mencari pekerjaan ? 1. Ya 2. Tidak Untuk mendapatkan informasi tambahan dimana responden

tersebut hendak mencari pekerjaan dapat ditambahkan satu pertanyaan lagi, yaitu:

(JIKA ‘YA’) Dimana Saudara ingin bekerja ? ………………………………………………

d. Hindari pertanyaan yang mengandung pengarahan (leading question)Contoh:

Pada waktu senggang, apakah Saudara membaca koran atau melakukan yang lain ?

Pertanyaan ini memberikan arah jawaban responden kepada jawaban tertentu, yaitu membaca koran. Bahkan bisa saja responden menjawab ‘ya’, yang menyebabkan sulit untuk menyimpulkan bahwa responden dalam waktu senggang itu membaca koran saja atau melakukan hal lain tetapi tidak membaca koran)

Akan lebih baik pertanyaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Page 139: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 129

Apakah yang Saudara lakukan pada waktu senggang ?

e. Pertanyaan harus berlaku bagi semua respondenContoh: Apa pekerjaan Saudara sekarang ?

Pertanyaan ini tidak berlaku pada semua responden, khususnya untuk responden yang ternyata sedang menganggur. Untuk menghindari kesalahpahaman, sebaiknya terlebih dahulu diberikan pertanyaan pendahuluan seperti berikut ini. Apakah Saudara bekerja ? 1. Ya 2. Tidak Jika jawabannya ‘Ya’ baru kemudian ditanyakan: Apa pekerjaan Saudara sekarang ?

Konsistensi dan Urutan Pertanyaan.

Konsistensi pertanyaan dan urutan pertanyaan pada dasarnya memiliki 2 tujuan. Pertama, memberikan fasilitas agar responden mudah memahami pertanyaan yang diajukan. Urutan pertanyaan yang sistematis akan memudahkan responden untuk memberikan respon. Selain itu akan membantu petugas untuk melakukan pemeriksaan informasi yang diberikan responden. Namun demikian, dalam kasus-kasus tertentu dapat saja terjadi pertanyaan yang berurutan justru dihindari. Misalnya dalam pengumpulan data dengan cara eksperimen. Kedua, penggunaan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diperiksa konsistensi jawabannya dapat meningkatkan kualitas data yang dikumpulkan. Contoh:

Di bawah ini disajikan konsistensi dan urutan pertanyaan dalam Susenas yang berkenaan dengan pendidikan. Terlihat misalnya, bila jawaban pertanyaan 14 adalah (1) maka pertanyaan langsung ke pertanyaan 18 (pertanyaan 15 sampai dengan 17 yang ada di bawah ini tidak perlu ditanyakan).

Page 140: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI130

Dari segi konsistensi, misalnya, bila ada kuesioner yang terisi jawabannya pada pertanyaan nomor 15, sedangkan jawaban pertanyaan nomor 14 adalah (1), maka terjadi ketidak konsistenan jawaban, yang berarti perlu perbaikan, sebaiknya dilakukan pada waktu di lapangan (field-editing).

14.Partisipasisekolah:Tidak/belumpernahsekolah (1)R.18

Masih Bersekolah (2)

Tidak Bersekolah lagi (3)

15. Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki

SD 1 Diploma I/II 6

SMTP Umum 2

SMTP Kejuruan 3 Diploma III/Akademi 7

SMTA Umum 4

SMTA Kejuruan 5 Diploma IV/Universitas 8

16. Tingkat/kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki

1 2 3 4 5 6 7 8 (tamat)

17. Jenjang pendidikan yang ditamatkan

SD 1 Diploma I/II 6

SMTP Umum 2

SMTP Kejuruan 3 Diploma III/Akademi 7

SMTA Umum 4

SMTA Kejuruan 5 Diploma IV/Universitas 8

Contoh:

Di bawah ini disajikan konsistenti dan urutan pertanyaan yang berkenaan dengan pengeluaran.

Page 141: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 131

1. Berapa belanja rumah tangga saudara untuk keperluan makan selama seminggu yang lalu ? Rp……… seminggu

2. Apakah ada makanan yang diberi orang lain yang tidak termasuk pengeluaran di atas ?

Ya 1 Tidak 2langsungpertanyaanno.43. Jika ‘ya’, berapa besarnya ? Rp ……………. Seminggu4. Apakah ada anggota rumah tangga yang merokok ? Ya 1 Tidak 2langsungpertanyaanno.75. Berapa pengeluaran rumah tangga untuk rokok selama seminggu

? Rp. ………….. seminggu6. Apakah pengeluaran untuk rokok ini sudah termasuk pada belanja

rumah tangga ? Ya 1 Tidak 27. Dst

Alternatif Pemberian kode Jawaban/Isian.

Untuk memudahkan pengolahan, jawaban-jawaban yang ada perlu diberikan kode-kode, terutama pada pertanyaan terbuka. Istilah yang biasa digunakan adalah coding. Dalam pengkodean tersebut perlu memperhatikan sifat jawaban dalam satu pertanyaan. Jika pilihan jawaban tunggal maka mudah dilakukan pengolahannya. Namun demikian, kenyataan di lapangan sering kali jawaban yang sesuai justru tidak cukup dengan satu jawaban. Pada kasus-kasus yang memiliki jawaban lebih dari satu, maka sistem pemberian kode dilakukan dengan multi-entry. Dalam sistem multi-entry ini kode jawaban harus mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, dan seterusnya)

Contoh:

Di bawah ini disajikan isian multi-entry kuesioner Sensus Pertanian (ST) 2003- Potensi Desa (PODES), untuk pertanyaan 806.

Page 142: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI132

806. Pemeluk agama/kepercayaan apa saja yang ada di desa/kelurahan ini:Islam 1 Kristen 2 Katolik 4 Hindu 8Budha 16 Konghuchu 32 Lainnya 64

Dalam contoh di atas, bila di suatu desa/kelurahan ada yang beragama Islam dan ada yang beragama Kristen maka kode jawaban pertanyaan 806 adalah 1 + 2 = 3. Bila di suatu kelurahan ada yang beragama Islam, Kristen, dan Katolik, maka kode jawaban pertanyaan 8o6 adalah 1 +2 + 3 = 6, dan demikian seterusnya.

Bentuk Fisik dan Layout Kuesioner.

Penyusunan kuesioner yang rapi, jelas, dan mudah digunakan memang memerlukan waktu. Namun demikian, bila penyusunan dilakukan dengan baik maka akan banyak waktu yang terhepat pada saat pencacahan dan pengolahan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kuesioner secara fisik antara lain:1. Ukuran dan jenis kertas (Sebaiknya tidak terlalu lebar dan tidak

terlalu kecil. Biasanya dipakai ukuran duplikat folio)2. Untuk pengisian yang bolak-balik diperlukan kertas yang lebih

tebal untuk menghindari tertembusnya tulisan.3. Pembagian ruangan tidak terlalu sempit baik sisi kiri maupun

kanan.4. Menggunakan nomor urut pertanyaan (dapat menurut blok atau

mulai dari awal sampai akhir)5. Perlu diperhatikan penggunaan huruf besar, huruf kecil, dan huruf

miring (italic) (jika diperlukan).6. Perlu diperhatikan penggunaan tanda panah (untuk mengatur

urutan pertanyaan) yang tidak berurutan langsung) dan kotak pertanyaan.

7. Perlu adanya kotak kolom (hal ini diperlukan untuk memudahkan pada tahap pemeriksaan dan pengolahan. Sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga).

Page 143: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 133

8. Untuk menghidari kesalahan dalam mengambil kuesioner, perlu dilakukan pembedaan warna atau pemberian kode. Proses ini akan memudahkan pengolahan. Dan biasanya dilakukan pengelompokan kuesioner yang sudah terjawab dalam kelompok-kelompok tertentu, berdasarkan wilaya misalnya (batching)sebelum diperiksa ataupun dilakuka pemasukan data (data entry).Setelah menyusun kuesioner, perlu adanya pedoman pengisian

kuesioner untuk memudahkan petugas dilapangan. Selain itu juga perlu adanya penekanan konsep dan definisi yang digunakan dalam penelitian survei yang sedang dilakukan.

Buku Pedoman.

Dalam menyusun daftar isian/kuesioner perlu memperhatikan tujuan survei, obyek khusus dan rencana analisis, serta spesifikasi data. Ketiga aspek tersebut sangat terkait dengan penyusunan kuesioner. Pertama, pertanyaan yang disusun dalam instrumen pengumpulan data (kuesioner) harus sesuai dengan tujuan survei. Sehingga variabel yang dikumpulkan harus mampu menjawab tujuan survei. Kedua, dalam penyusunan instrumen juga perlu memperhatikan obyek yang hendak disurvei dan juga rencana analisis. Perancangan analisis sangat disarankan sudah disiapkan sejak dalam perencanaan kegiatan. Dengan adanya rencana analisis maka dapat ditentukan bagaimana spesifikasi data yang hendak dikumpulkan. Spesifikasi data ini merupakan aspek ketiga.

Berdasarkan ketiga aspek tersebut, maka penyusunan kuesioner juga perlu dilengkapi dengan buku pedoman. Dalam buku pedoman tersebut, setidaknya perlu dijelaskan tujuan survei itu sendiri. Selain itu, buku pedoman juga membantu usaha penyamaan persepsi dan cara pengisian kuesioner. Buku pedoman sangat disarankan sedikitnya memuat dua penjelasan pokok, yaitu penjelasan umum dan penjelasan khusus.

Pada penjelasan umum, perlu diuraikan dengan baik tujuan survei yang dilakukan. Hal ini membantu petugas untuk menjelaskan kepada

Page 144: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI134

responden apa yang dihasilkan dari survei tersebut. Selain itu juga perlu dijelaskan ruang lingkup survei maupun obyek survei. Ruang lingkup dapat menghindarkan kesalahan cakupan survei, sedangkan obyek survei akan membantu petugas untuk mengenal jenis atau kelompok responden yang perlu disurvei.

Penjelasan khusus, lebih ditekankan pada hal teknis pelaksanaan survei. Hal-hal yang perlu dimasukkan dalam penjelasan khusus ini antara lain konsep dan definisi yang digunakan dalam survei. Perbedaan konsep dan definisi akan memberikan hasil yang berbeda. Penjelasan khusus perlu pula memuat tata cara pengisian kuesioner. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pengisian. Bahkan sangat disarankan, untuk menyertakan contoh kuesioner yang terisi dengan benar. Selain itu, dalam penjelasan khusus juga disarankan adanya pedoman wawancara yang baik. Bagaimana wawancara dilakukansangat menentukan antusiasme responden untuk memberikan respon.

Buku pedoman dapat disusun sesuai dengan keperluan dan pekerjaan yang dilaksanakan. Sehingga, buku pedoman dapat terdiri dari beberapa buku seperti pedoman lapangan, pedoman pengawas, dan pedoman pengolahan. Pedoman lapangan sebaiknya dilengkapi pula dengan data-data tertentu yang dapat digunakan untuk referensi. Misalnya, tahun dan rangkaian peristiwa yang terjadi, atau kode kelompok lapangan usaha, dan kode klasifikasi komoditi tertentu. Pedoman pengawas atau editor maupun pedoman pengolahan perlu dilengkapi dengan aturan validasi maupun kode yang digunakan untuk proses coding dalam pengolahan data.

Pretest /Uji coba Kuesioner.

Pretest kuesioner sebaiknya dilakukan dalam sebuah uji coba (pilot survey). Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh melalui pretest antara lain:

1. Memberikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk wawancara;2. Dapat diketahui pertanyaan yang sebaiknya dibuang atau yang

perlu ditambahkan;

Page 145: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 135

3. Dapat diketahui tingkat kesulitan pemahaman responden terhadap pertanyaan;

4. Dapat diketahui tingkat kemampuan petugas yang diperlukan dalam pengumpulan data agar informasi yang baik dapat diperoleh;

5. Untuk melihat urutan pertanyaan, apakah perlu mengalami perubahan atau tetap;

6. Untuk mengidentifikasi pertanyaan yang sensitif sehingga dapat diketahui perlu tidaknya mengubah bahasa yang digunakan; dan

7. Membantu melihat tingkat reliabilitas (sejauh mana kuesioner tersebut dapat dipercaya atau diandalkan) dan tingkat validitas (sejauh mana alat ukur tersebut mampu mengukur yang ingin diukur).

7.3. Penyusunan Angket.

Untuk mengukur suatu variabel yang tak langsung terukur maka diperlukan suatu instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengukuran variabel ini sering disebut dengan nama Angket/Instrumen Skala Sikap. Penyusunan angket berbeda dengan penyusunan dalam kuesioner. Dalam angket hanya dipergunakan untuk mengukur sebuah variabel, sehingga kalau di inginkan untuk mengukur beberapa variabel maka diperlukan beberapa angket.

Dengan demikian, angket berbeda dengan kuesioneir, karenasebuah kuesioner dapat dipergunakan untuk mengukur beberapa variabel. Oleh karena itu dalam penyusunan angket diperlukan beberapa langkah yang perlu dipahami oleh seorang peneliti. Langkah-langkah tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut: 1) Nama variabel yang akan diukur. Karena angket dipergunakan

untuk mengukur sebuah variabel, berarti untuk mengukur beberapa variabel diperlukan beberapa angket.

Page 146: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI136

2) Definisi konseptual variabel yang akan di ukur. Definisi ini merupakan definisi yang merunjuk pada definisi yang dihasilkan dari kajian teori atau definisi secara teoritis.

3) Definisi operasional, yaitu definisi yang dipergunakan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional ini tergantung sumber datanya, apakah data sekunder apakah data primer. Misal kualitas hasil belajar si Alin. Data sekunder telah tersedia di Bagian Administrasi Kepegawaian (BAK). Maka definisi operasional untuk data sekunder si Alin bisa diyatakan bahwa nilai variabel kualitas untuk si Alin tersebut merupakan nilai/angka yang terdapat dalam transkrip tingkat I. Sedangkan kalau data tersebut belum ada, berarti si peneliti perlu melakukan pengukuran sendiri, maka definisi operasional dari data tersebut dapat dinyatakan sebagai total skor yang yang menggambarkan kualitas hasil belajar si Alin dihasilkan dari seluruh variabel yang diukur oleh si peneliti. Selanjutnya langkah ke 4 adalah di bawah ini.

4) Menyusun kisi-kisi intrumen. Kisi-kisi ini menggambarkan seluruh demensi dan indikator (kadang-kadang ada yang menyamakan dengan variabel)1 serta butir pertanyaan yang dipergunakan untuk mengukur suatu konsep (misal dalam contoh si Alin di atas adalah ’kualitas’ belajar). Dimensi atau indikator yang diturunkan harus merujuk berdasarkan teori yang telah dikajinya. Kisi-kisi instrumen ini lebih dikenal dengan nama kisi-kisi intrumen, yaitu berupa tabel informasi yang berisi sebagai berikut ini (Tabel 7.1). Tabel 7.1 di bawah ini menyajikan suatu konsep X yang

mempunyai dua dimensi (A dan B), dan dimensi A mempunyai dua

1 Beberapa penulis ada yang membuat urutan dari konsep, dimensi atau aspek, dan variabel. Tetapi ada pula yang membuat urutannya mulai dari konsep, dimensi atau aspek, indikator, serta variabel, atau konsep, dimensi atau aspek, variabel, serta indikator. Ada pula yang tidak menggunakan aspek atau dimensi, dari konsep langsung ke indikator atau langsung ke variabel. Bahkan dalam banyak tulisan indikator disamakan dengan variabel, dan ini tentunya dapat dimengerti, terutama bila terdapat hanya satu indikator untuk satu variabel atau hanya satu variabel untuk satu indikator.

Page 147: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 137

indikator, dan indikator pertama akan diperoleh melalui empat butir pertanyaan. Konsep Y hanya mempunyai satu dimensi (C) dan mempunyai satu indikator dan indikator tersebut hanya mempunyai satu butir pertanyaan. Kisi-kisi instrumen ini juga dapat digunakan dalam membuat suatu kuesioner.

Tabel 7.1. Kisi-Kisi Intrumen Konsep X dan Konsep Y

No. Konsep Dimensi yang diukur

Indikator yang diukur

Banyaknya Butir Pertanyaan

1

2.

X

Y

A.

B.

C

1.2.

1.2.3.

1

46

3511

Berdasarkan kisi-kisi yang telah di buat di atas, misalnya, selanjutnya perlu dibuat suatu pertanyaan yang menggambarkan indikator-indikator yang telah disusun. Bagaimana syarat-syarat membuat pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah dijelaskan pada pembahasan terdahulu. Setiap butir pernyataan yang dibuat harus memberikan suatu skor butir pertanyaan yang disusun berdasarkan skala pengukuran yang ditetapkan oleh sipeneliti. Total dari seluruh skor-skor butir inilah yang nantinya dipergunakan untuk menggambarkan variabel yang di ukur tersebut. Ada beberapa macam skala-skala pengukuran yang bisa digunakan untuk menyusun angket, namun dalam tulisan ini hanya dibahas beberapa saja yang umumnya banyak digunakan.

Page 148: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI138

Metode Pembuatan Skala Pengukuran.

Pada bab 2, pengertian dan jenis-jenis skala pengukuran dari variabel atau indikator telah diuraikan secara rinci. Pada bagian di sini, metode pembuatan skala pengukuran dibahas untuk membantu pembaca dalam mempersiapkan daftar pertanyaan atau kuesioner – khususnya dalam memberikan kode-kode jawaban dalam bentuk skala terhadap sikap dari responden (attitude). Penggunaan 2 (dua) kategori skala pengukuran sikap ini diperlukan khususnya untuk mengkuantifikasi jawaban-jawaban atas pertanyaan yang bersifat kualitatif.

Para ahli dalam bidang sosial membedakan skala pengukuran sikap dan perilaku2 dalam dua ukuran, yaitu:

1) Skala pengukuran untuk mengukur perilaku sosial dan kepribadian, seperti skala sikap, moral, test karakter, dan partisipasi sosial.

2) Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya/lingkungan sosial, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, lembaga sosial kemasyarakatan dan kondisi rumah tangga.

Berbagai skala pengukuran yang sering digunakan adalah : 1). Skala Likert 2). Skala Semantik Deferensial 3). Skala Rating 4). Skala Guttman dan 5). Skala Thurstone.

1. Skala Likert. Skala Likert adalah salah satu skala yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial.

Skala Likert ini mempunyai gradasi atau tingkatan jawaban dari sangat positif sampai sangat negatif atau sebaliknya, yang dapat berupa kata-kata antara lain:1. Sangat setuju SS 5

2 Ini berbeda dengan empat skala pengukuran dari variabel atau indikator, yaitu (i) nominal, (ii) ordinal, (iii) interval, dan (iv) rasio yang dibahas di Bab 2.

Page 149: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 139

2. Setuju S 43. Ragu-Ragu RG 34. Tidak Setuju TS 25. Sangat Tidak Setuju STS 1

Skala Likert ini bersifat tertutup dan responden sudah diarahkan untuk memilih salah satu opsi yang ada. Pertanyaan yang menggunakan skala ini tentunya akan lebih mudah dijawab, oleh karena itu responden yang tidak berpendidikan tinggipun dapat mengisi pertanyaan dari angket yang menggunakan skala ini. Hal inilah yang mendasari banyak peneliti menggunakan skala Likert untuk menyusun angket.

Banyaknya opsi yang digunakan dalam Skala likert minimum 3 (tiga) dan maksimum tergantung sipeneliti. Tentu semakin banyak opsi yang dibuat semakin baik tapi akan semakin sulit bagi responden untuk memilih jawaban, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil. Dalam prakteknya jumlah opsi yang dibuat disarankan jumlahnya ganjil, walaupun ada juga yang menyarankan genap.

Namun dalam aspek ilmiah, penentuan jumlah opsi diserahkan kepada peneliti itu sendiri. Contoh interpretasi dalam penggunakan skala Likert, misalnya untuk mengukur variable tentang sikap karyawan terhadap metode penggajian yang baru diterapkan oleh suatu lembaga tempat mereka bekerja.

2. Skala Semantik Diferensial Skala Sematik Diferensial ini adalah skala untuk mengukur

sikap seperti pada skala Likert hanya bentuknya tidak pilihan ganda, tetapi tersusun dalam satu garis kontinyu yang merefleksi jawaban dari sangat positif yang terletak disebelah kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Pada skala ini jawaban bersifat tertutup hanya pada sisi kiri dan kanan. Namun opsi jawaban diantara opsi kiri dan kanan bersifat terbuka terserah si peneliti untuk menentukan sendiri.

Page 150: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI140

Sepintas skala ini sama dengan Likert, namun jika dicermati akan berbeda dengan Likert. Pada skala ini si responden diajak untuk berpikir dalam mengambil sikap, sehingga skala ini tentunya agak lebih sulit diaplikasikan dibandingkan skala Liakert. Pemilihan skor 4, 3 dan 2 responden perlu memperhatihan respon di masing-masing ujungnya.

Contoh:Beri penilaian terhadap gaya kepemimpinan Atasan anda.

1. Bersahabat 5 4 3 2 1 1.Tdk.Bersahabat

2. Tepat janji 5 4 3 2 1 2. Lupa janji

3. Merangkul 5 4 3 2 1 3. Memusuhi

4. Bersahabat 5 4 3 2 1 4. Suka Marah

5.Memberi kepercayaan

5 4 3 2 1 5.Mendominasi bawahan

3. Skala Guttman Skala Guttman adalah skala untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial dengan jawaban yang sangat jelas dimana respon yang terjadi bersifat dikotomi. Misalnya, respon yang hanya memberikan jawaban Ya atau Tidak; Setuju atau Tidak Setuju, Menang atau Kalah, Mati atau Hidup. Skala Guttman ini umumnya dipergunakan untuk mengukur sesuatu yang berbahaya dimana diperlukan akurasi yang tinggi

Contoh: 1. Sebagai seorang pilot yang menerbangkan pesawat tipe baru,

apakah saudara mengetahui fungsi dari panel-panel yang ada dalam ruang kopit ?

a. Tahu b. Tidak Tahu 2. Sebagai seorang calon dokter, apakah saudara bisa melakukan

penyuntikan dengan benar terhadap pasien saudara ?

Page 151: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 141

a. Bisa b. Tidak Bisa 3. Bagaimana Pendapat anda jika orang itu akan menjadi

pimpinan perusahaan ini? a. Setuju b. Tidak Setuju 4. Pernahkah pimpinan saudara melakukan pemeriksaan

diruang kerja saudara ? a. Tidak Pernah b. Pernah

4 Skala Rating Jika pada skala sebelumnya datanya berbentuk kualitatif,

kemudian di kuantitatifkan, maka pada skala rating ini datanya kuantitatif kemudian ditafsirkan menjadi kualitatif. Sehingga pada skala ini responden hanya mengetahui secara numerik saja.Contoh: Seberapa baik data ruang kerja yang ada di Perusahaan anda ?Beri jawaban dalam angka:a. Angka 4 bila tata ruang itu sangat baikb. Angka 3 bila tata ruang itu cukup baikc. Angka 2 bila tata ruang itu kurang baikd. Angka 1 bila tata ruang itu sangat tidak baik

Contoh Penyusunan Angket Variabel Kommitment Organisasional

Untuk menyusun instrumen dari variabel tersebut maka langkah – langkah yang harus dilakukan sebagai berikut :1) Nama Konsep : Kommitment Organisasional2) Definisi Konseptual Kommitment Organisasional adalah

Kemampuan individu untuk mengidentifikasi, terlibat dan menyesuaikan diri dengan tujuan-tujuan dan nilai organisasi, sehingga terciptalah rasa percaya dan loyal pada organisasi.

3) Definisi Operasional Kommitment Organisasional: yaitu skor total yang diperoleh dari faktor personal,

Page 152: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI142

faktor organisasional dan faktor non organisasional dalam mengukur komitmen organisasional.

4) Berdasarkan definisi operasional dari variable tersebut maka dapat disusun kisi-kisi untuk penyusunan angket seperti tersaji pada Table berikut ini:

Table 7.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Konsep Dimensi Indikator Nomor Butir-Butir Pertanyaan

Komitmen Organisasional

• FaktorPersonal • HarapanPekerjaan

• KarakteristikPersonal

• FaktorPilihanPekerjaan

1,2,3

4,5,6

7,8,9

• FaktorOrganisasional

• Pengalamankerjaterdahulu

• Lingkuppekerjaan

• Supervisi

• KonsistensiTujuan

10,11,12

13,14,15

16,17,18

19,20,21

• FaktorNon-organisasional

• Ketersediaanpekerjaan alternatif

22,23,24

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur konsep komitmen organisasional adalah skala Likert dengan lima pilihan yaitu:

5. Sangat setuju4. Setuju3. Ragu-ragu2. Tidak Setuju1. Sangat Tidak Setuju.

Page 153: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 143

Contoh di bawah ini menyajikan penggunaan skala Likert untuk menangkap informasi dari komitmen organisaonal berdasark beberapa faktor dan pernyataan.

5) Angket komitmen organisasional

NoButir Pertanyaan Pilihan Jawaban

Faktor Personal SS S R TS STS

1 Keinginan anda adalah mendapat dukungan dari atasan dan rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan

         

2 Harapan anda pekerjaan anda sekarang memberi pengalaman berguna dan kemajuan karir di masa depan

         

3 Anda sangat mengutamakan sikap yang baik dalam bekerja sebagai karyawan yang profesional bekerja sebagai karyawan yg professional

         

No. Faktor Organisasional          

10 Anda mengharapkan pengalaman anda di masa lalu sangat berguna untuk peningkatan kinerja di saat ini

         

11 Anda sangat menginginkan dapat bekerja dalam bidang yang sama pada perusahaan lain

         

No Faktor Non-organisasional          

22 Ketersediaan pekerjaan diluar pekerjaan utama sangat baik untuk memperkaya pengalaman dan pengetahuan

         

Page 154: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI144

  yang anda miliki sekarang          

23 Selain pekerjaan utama di kantor anda memiliki usaha sendiri

         

7.4. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian.

Dalam suatu penelitian, kita sering dihadapkan pada persoalan bagaimana cara mengumpulkan data di lapangan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pengumpulan data lapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui penggunaan instrumen, seperti kuesioner. Instrumen penelitian yang disusun sendiri oleh peneliti merupakan instrumen yang belum memiliki standar sebagai alat ukur yang memiliki tingkat kehandalan yang dapat dipertangungjawabkan. Kriteria kehandalan alat ukur yang dapat dipertanggungjawabkan adalah berupa pengukuran indeks kehandalan yang berupa validitas dan reliabilitas instrumen.

Validitas

Suatu instrumen penelitian dianggap dapat menghasilkan data yang valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yg seharusnya diukur. Contoh:

Untuk mengukur panjang/tinggi/lebar tentu alat ukur yang akan digunakan berupa meteran. Meteran akan dikatakan sebagai alat ukur yg absah (valid), karena meteran dapat digunakan untuk mengukur panjang.

Reliabilitas

Sedangkan instrumen yg reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur suatu obyek yang sama, akan menghasilkan data yg sama.

Page 155: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 145

Contoh:

Alat ukur panjang/meteran yg terbuat dari karet merupakan alat ukur yg tidak reliabel (hasil berubah-ubah) tergantung kemampuan yang mengukurnya. Sedangkan alat ukur yang terbuat dari lempengan logam baja dikatakan handal, karena tidak mudah berubah bentuk.

Perbedaan antara hasil penelitian yang Valid dan Reliabel dengan Instrumen yang Valid dan Reliabel

Hasil Penelitian yang Valid, jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Contoh:

Suatu obyek berwarna merah, data yang terkumpul menunjukkan obyek adalah berwarna hijau, maka hasil penelitian tidak valid.

Hasil Penelitian yang Reliabel, jika terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

Contoh:

Kemarin warna suatu obyek adalah berwarna merah, maka jika sekarang dan besok data yang terkumpul tetap berwarna merah, maka hasil penelitian reliabel.

Dengan demikian jika digunakan instrumen yang valid dan reliabel, maka diharapkan akan menghasilkan hasil penelitian yang valid dan reliabel pula. Tetapi tidak berarti dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya otomatis menghasilkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Karena ada faktor lain yg mempengaruhi, lingkungan dan kemampuan orang yg menggunakan instrumen tersebut.

Dengan kata lain instrumen yang reliabel belum tentu valid.

Page 156: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI146

Contoh:

• Meteran yang putus dibagian ujungnya, bila digunakanberkali-kali akan menghasilkan data yang sama, tetapi selalu tidak valid (instrumen rusak).

• Penjualjamuberbicaradimana-manakalauobatnyamanjur(reliabel), tetapi selalu tidak valid, karenakenyataannya jamunya tidak manjur.

Riduwan dan Kuncoro (2009), misalnya, menyatakan validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Selain itu menurut mereka validitas pada hakikatnya adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Azwar dalam Yamin & Kurniawan(2009:7) mengistilahkan valid atau validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya dan Singarimbun dan Effendi (1989:124) menyatakan bahwa “Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur”.

Kerlinger (1973) membagi validitas atas tiga jenis, yaitu: validitas isi, validitas yang berhubungan dengan kriteria, dan validitas konstrak (construct validity). Validitas isi secara mendasar adalah merupakan suatu pendapat, baik pendapat sendiri, maupun pendapat orang lain. Validitas yang berhubungan dengan kriteria adalah validitas yang dilihat dengan membandingkan dengan suatu kriteria atau variabel yang diketahui atau yang dipercaya dapat digunakan untuk mengukur suatu atribut tertentu. Segala jenis validitas dengan tujuan mengadakan prediksi dengan kriteria luar adalah validitas yang berhubungan dengan kriteria.

Konstrak (construct) adalah suatu abstraksi atau generalisasi khusus dan merupakan suatu konsep yang diciptakan khusus untuk kebutuhan ilmiah dan mempunyai pengertian terbatas. Konstrak tersebut diberi definisi sehingga dapat diamati dan diukur. Validitas konstrak bukan saja mengadakan validasi terhadap alat ukur, tetapi

Page 157: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 147

juga mengadakan validasi terhadap teori di belakang alat ukur tersebut (Nazir, 2003).

Validasi internal instrumen yang berupa test harus memnuhi construct validity (validitas konstruk) dan content validity (validasi isi). Sedangkan untuk instrumen yang nontest yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi (construct). Hadi (1986) menyamakan construct validity sama dengan logical validity atau validity by definition. Instrumen memiliki validitas kostruk, jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan.

Untuk melahirkan definisi maka diperlukan teori-teori. Dalam hal ini Sutrisno Hadi menyatakan bahwa “bila bangunan teori sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid”. Instrumen yang harus mempunyai validasi isi (content validity) adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement) dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun prestasi belajar yang mempunyai validasi isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan maka instrumen harus disusun berdasarkan tujuan-tujuan yang telah dirumukan.

Validitas konstrak merujuk pada sejauh mana suatu instrumen mampu mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang akan diukur (Uno,dkk dalam Yusrizal, 2008). Menurut Suryabrata (dalam Yusrizal, 2008) validitas konstrak mempersoalkan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan suatu instrumen merefleksikan konstrak teoritik yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut.

Instrumen non tes mempunyai validitas konstrak, jika instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur konsep sesuai dengan yang didefinisikan. Palmer dan Groot (1981) menyatakan bahwa validitas konstruk adalah suatu proses pengujian yang dilaksanakan pada suatu

Page 158: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI148

perangkat tes untuk melihat apakah perangkat tes yang disusun atas landasan teoritis tersebut telah benar-benar mengukur konsep/konstruk yang ingin diukur. Validitas konsep/konstruk ini bersifat komprehensif, yang berarti dalam proses pengujiannya, validitas ini sekaligus mencakup proses pengujian bentuk validitas lainnya. Melalui pengujian validitas konstruk, dapat sekaligus membuktikan bahwa suatu perangkat tes sesuai dengan suatu kriteria tertentu seperti kegunaan dari pengujian validitas isi atau memprediksi apakah suatu tes mempunyei kegunaan yang sama dengan tes lainnya sesuai dengan kegunaan dari validitas konkuren.

Uji Validitas dan Reliabilitas.

Pengujian validitas isi atau lebih dikenal dengan istilah validitas butir instrumen adalah berkaitan dengan definisi bahwa ”Suatu butir instrumen penelitian dapat dikatakan valid bilamana instrumen tersebut dapat mengukur variabel yang diteliti secara tepat atau dengan kata lain ada kecocokan diantara apa yang diukur dengan tujuan pengukuran”.

Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas butir menggunakan korelasi product moment untuk data yang non-dikotomi yang dinyatakan sebagai berikut:

125

teoritis tersebut telah benar-benar mengukur konsep/konstruk yang ingin diukur. Validitas

konsep/konstruk ini bersifat komprehensif, yang berarti dalam proses pengujiannya,

validitas ini sekaligus mencakup proses pengujian bentuk validitas lainnya. Melalui

pengujian validitas konstruk, dapat sekaligus membuktikan bahwa suatu perangkat tes

sesuai dengan suatu kriteria tertentu seperti kegunaan dari pengujian validitas isi atau

memprediksi apakah suatu tes mempunyei kegunaan yang sama dengan tes lainnya sesuai

dengan kegunaan dari validitas konkuren.

Uji Validitas dan Reliabilitas.

Pengujian validitas isi atau lebih dikenal dengan istilah validitas butir instrumen

adalah berkaitan dengan definisi bahwa ”Suatu butir instrumen penelitian dapat dikatakan

valid bilamana instrumen tersebut dapat mengukur variabel yang diteliti secara tepat atau

dengan kata lain ada kecocokan diantara apa yang diukur dengan tujuan pengukuran”.

Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas butir menggunakan korelasi

product moment untuk data yang non-dikotomi yang dinyatakan sebagai berikut:

dimana:

rxy = koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total.

n = jumlah responden

Xi = skor butir pada nomor butir ke-i

Yi = skor total responden ke -i

Mekanisme pengujian validitas butir dilakukan dengan cara membandingkan nilai

korelasi skor butir ke-i ( nilai rxy ) dibandingkan dengan r tabel product moment pada α dan n

tertentu. Jika nilai koefisien korelasi ( nilai rxy ) yang diperoleh ≥ daripada koefisien (r) di

tabel maka butir instrument yang di uji tersebut dinyatakan valid, demikian pula sebaliknya.

Sedangkan untuk penghitungan nilai validitas untuk data yang bersifat dikotomi

digunakan nilai korelasi biserial yang dinyatakan sebagai berikut:

])Y(-Y][n)X(-X[n

)Y).(X(-YXn2

i22

i2i

iiii

i

xyr

dimana:rxy = koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total. n = jumlah responden Xi = skor butir pada nomor butir ke-i Yi = skor total responden ke -i

Page 159: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 149

Mekanisme pengujian validitas butir dilakukan dengan cara membandingkan nilai korelasi skor butir ke-i ( nilai rxy ) dibandingkan

dengan r tabel product moment pada αdan n tertentu. Jika nilai koefisien korelasi ( nilai rxy )yangdiperoleh≥daripadakoefisien(r)di tabel maka butir instrument yang di uji tersebut dinyatakan valid, demikian pula sebaliknya.

Sedangkan untuk penghitungan nilai validitas untuk data yang bersifat dikotomi digunakan nilai korelasi biserial yang dinyatakan sebagai berikut:

126

Keterangan :

= Rata-2 butir yang bernilai 1; p = Proporsi butir yang bernilai 1

= Rata-2 butir yang bernilai 0; p = Proporsi butir yang bernilai 0

Kriteria pengujian sama seperti data yang non dikotomi, yaitu nilai validitas butir

diuji dengan membandingkan antara r korelasi biserial dengan r tabel. Selain itu uji validitas

butir dilakukan juga dengan melihat sejauh mana butir tes telah memuat materi sesuai

variabel bahasan dan subpokok bahasan yang ada serta kaitan antar variabel. Untuk

keperluan ini, instrumen (tes) yang akan di ujicoba dinilai, biasanya, oleh 3 orang yang

dianggap memiliki kompetensi dalam bidang evaluasi.

Sedangkan untuk menilai apakah suatu instrumen yang disusun dapat dikatakan

reliabel dapat diukur berdasarkan nilai-nilai reliabilitas yang ada. Penentuan nilai koefisien

reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan berbagai formula yang ada seperti formula:

KR-20 yang dapat digunakan pada setiap bentuk tes yang menggunakan skor dikhotomi

(Lisa Friedenberg, 1995: 198). Selain KR-20, kita juga dapat menggunakan formulasi KR-21,

Spearman Brown, Flanagan, Rulon, Hoyt. Sedangkan bila skala yang digunakan merupakan

skala bukan dikotomi digunakan formulasi Alpha Cronbach.

Di bawah ini diberikan beberapa rumus dari berbagai formula tersebut.

a. Spearman Brown

Keterangan :

rsb = reliabilitas instrument; rxy = yaitu korelasi belah dua atau ganjil genap

b. Flanagan

)1(. ppS

rt

AqAppbis

Ap

Aq

)1(.2

xy

xysb r

rr

126

Keterangan :

= Rata-2 butir yang bernilai 1; p = Proporsi butir yang bernilai 1

= Rata-2 butir yang bernilai 0; p = Proporsi butir yang bernilai 0

Kriteria pengujian sama seperti data yang non dikotomi, yaitu nilai validitas butir

diuji dengan membandingkan antara r korelasi biserial dengan r tabel. Selain itu uji validitas

butir dilakukan juga dengan melihat sejauh mana butir tes telah memuat materi sesuai

variabel bahasan dan subpokok bahasan yang ada serta kaitan antar variabel. Untuk

keperluan ini, instrumen (tes) yang akan di ujicoba dinilai, biasanya, oleh 3 orang yang

dianggap memiliki kompetensi dalam bidang evaluasi.

Sedangkan untuk menilai apakah suatu instrumen yang disusun dapat dikatakan

reliabel dapat diukur berdasarkan nilai-nilai reliabilitas yang ada. Penentuan nilai koefisien

reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan berbagai formula yang ada seperti formula:

KR-20 yang dapat digunakan pada setiap bentuk tes yang menggunakan skor dikhotomi

(Lisa Friedenberg, 1995: 198). Selain KR-20, kita juga dapat menggunakan formulasi KR-21,

Spearman Brown, Flanagan, Rulon, Hoyt. Sedangkan bila skala yang digunakan merupakan

skala bukan dikotomi digunakan formulasi Alpha Cronbach.

Di bawah ini diberikan beberapa rumus dari berbagai formula tersebut.

a. Spearman Brown

Keterangan :

rsb = reliabilitas instrument; rxy = yaitu korelasi belah dua atau ganjil genap

b. Flanagan

)1(. ppS

rt

AqAppbis

Ap

Aq

)1(.2

xy

xysb r

rr

Kriteria pengujian sama seperti data yang non dikotomi, yaitu nilai validitas butir diuji dengan membandingkan antara r korelasi biserial dengan r tabel. Selain itu uji validitas butir dilakukan juga dengan melihat sejauh mana butir tes telah memuat materi sesuai variabel bahasan dan subpokok bahasan yang ada serta kaitan antar variabel. Untuk keperluan ini, instrumen (tes) yang akan di ujicoba dinilai, biasanya, oleh 3 orang yang dianggap memiliki kompetensi dalam bidang evaluasi.

Sedangkan untuk menilai apakah suatu instrumen yang disusun dapat dikatakan reliabel dapat diukur berdasarkan nilai-nilai reliabilitas yang ada. Penentuan nilai koefisien reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan berbagai formula yang ada seperti formula: KR-20 yang dapat digunakan pada setiap bentuk tes yang menggunakan skor dikhotomi (Lisa Friedenberg, 1995: 198). Selain KR-20, kita juga dapat menggunakan formulasi KR-21, Spearman Brown, Flanagan, Rulon, Hoyt. Sedangkan bila skala yang digunakan

Page 160: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI150

merupakan skala bukan dikotomi digunakan formulasi Alpha Cronbach.

Di bawah ini diberikan beberapa rumus dari berbagai formula tersebut.a. Spearman Brown

126

Keterangan :

= Rata-2 butir yang bernilai 1; p = Proporsi butir yang bernilai 1

= Rata-2 butir yang bernilai 0; p = Proporsi butir yang bernilai 0

Kriteria pengujian sama seperti data yang non dikotomi, yaitu nilai validitas butir

diuji dengan membandingkan antara r korelasi biserial dengan r tabel. Selain itu uji validitas

butir dilakukan juga dengan melihat sejauh mana butir tes telah memuat materi sesuai

variabel bahasan dan subpokok bahasan yang ada serta kaitan antar variabel. Untuk

keperluan ini, instrumen (tes) yang akan di ujicoba dinilai, biasanya, oleh 3 orang yang

dianggap memiliki kompetensi dalam bidang evaluasi.

Sedangkan untuk menilai apakah suatu instrumen yang disusun dapat dikatakan

reliabel dapat diukur berdasarkan nilai-nilai reliabilitas yang ada. Penentuan nilai koefisien

reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan berbagai formula yang ada seperti formula:

KR-20 yang dapat digunakan pada setiap bentuk tes yang menggunakan skor dikhotomi

(Lisa Friedenberg, 1995: 198). Selain KR-20, kita juga dapat menggunakan formulasi KR-21,

Spearman Brown, Flanagan, Rulon, Hoyt. Sedangkan bila skala yang digunakan merupakan

skala bukan dikotomi digunakan formulasi Alpha Cronbach.

Di bawah ini diberikan beberapa rumus dari berbagai formula tersebut.

a. Spearman Brown

Keterangan :

rsb = reliabilitas instrument; rxy = yaitu korelasi belah dua atau ganjil genap

b. Flanagan

)1(. ppS

rt

AqAppbis

Ap

Aq

)1(.2

xy

xysb r

rr

Keterangan : rsb = reliabilitas instrument; rxy = yaitu korelasi belah dua

atau ganjil genap

b. Flanagan

127

Keterangan :

rf = reliabilitas instrumen

V1 = yaitu Varian skor butir belahan pertama

V2 = yaitu Varian skor butir belahan kedua

c. Rulon

Keterangan :

rr = reliabilitas instrumen

Vd = yaitu Varian skor butir beda belahan pertama dan kedua

Vt = yaitu Varian skor butir total

d. KR-20

Keterangan :

rkr-20 = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

Vt = yaitu varian skor butir total

p = proporsi skor yang bernilai 1

q = proporsi skor yang bernilai 0

e. KR-21

)1.(2 21

tf V

VVr

)1(t

dr V

Vr

).

).(1

(20t

t

kr V

qpV

kkr

Keterangan :rf = reliabilitas instrumenV1 = yaitu Varian skor butir belahan pertamaV2 = yaitu Varian skor butir belahan kedua

c. Rulon

127

Keterangan :

rf = reliabilitas instrumen

V1 = yaitu Varian skor butir belahan pertama

V2 = yaitu Varian skor butir belahan kedua

c. Rulon

Keterangan :

rr = reliabilitas instrumen

Vd = yaitu Varian skor butir beda belahan pertama dan kedua

Vt = yaitu Varian skor butir total

d. KR-20

Keterangan :

rkr-20 = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

Vt = yaitu varian skor butir total

p = proporsi skor yang bernilai 1

q = proporsi skor yang bernilai 0

e. KR-21

)1.(2 21

tf V

VVr

)1(t

dr V

Vr

).

).(1

(20t

t

kr V

qpV

kkr

Keterangan :rr = reliabilitas instrumenVd = yaitu Varian skor butir beda belahan pertama dan kedua Vt = yaitu Varian skor butir total

Page 161: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 151

d. KR-20

127

Keterangan :

rf = reliabilitas instrumen

V1 = yaitu Varian skor butir belahan pertama

V2 = yaitu Varian skor butir belahan kedua

c. Rulon

Keterangan :

rr = reliabilitas instrumen

Vd = yaitu Varian skor butir beda belahan pertama dan kedua

Vt = yaitu Varian skor butir total

d. KR-20

Keterangan :

rkr-20 = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

Vt = yaitu varian skor butir total

p = proporsi skor yang bernilai 1

q = proporsi skor yang bernilai 0

e. KR-21

)1.(2 21

tf V

VVr

)1(t

dr V

Vr

).

).(1

(20t

t

kr V

qpV

kkr

127

Keterangan :

rf = reliabilitas instrumen

V1 = yaitu Varian skor butir belahan pertama

V2 = yaitu Varian skor butir belahan kedua

c. Rulon

Keterangan :

rr = reliabilitas instrumen

Vd = yaitu Varian skor butir beda belahan pertama dan kedua

Vt = yaitu Varian skor butir total

d. KR-20

Keterangan :

rkr-20 = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

Vt = yaitu varian skor butir total

p = proporsi skor yang bernilai 1

q = proporsi skor yang bernilai 0

e. KR-21

)1.(2 21

tf V

VVr

)1(t

dr V

Vr

).

).(1

(20t

t

kr V

qpV

kkr

e. KR-21

128

Keterangan :

rkr-21 = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

Vt = yaitu varian skor butir total

M = Skor rata-rata

f. Hoyt

Keterangan :

rh = reliabilitas instrumen

Vs = yaitu Varian Sisa

Vr = yaitu Varian Responden

g. Alpha Cronbach

Keterangan :

rac = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

= yaitu Varian skor total

= Jumlah Varian butir

Kriteria Nilai reliabilitas.

).

)(1).(1

(21t

kr VkMkM

kkr

).1(r

sh V

Vr

)1).(1

( 2

2

t

butirac S

Sk

kr

2tS

2butirS

128

Keterangan :

rkr-21 = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

Vt = yaitu varian skor butir total

M = Skor rata-rata

f. Hoyt

Keterangan :

rh = reliabilitas instrumen

Vs = yaitu Varian Sisa

Vr = yaitu Varian Responden

g. Alpha Cronbach

Keterangan :

rac = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

= yaitu Varian skor total

= Jumlah Varian butir

Kriteria Nilai reliabilitas.

).

)(1).(1

(21t

kr VkMkM

kkr

).1(r

sh V

Vr

)1).(1

( 2

2

t

butirac S

Sk

kr

2tS

2butirS

f. Hoyt

128

Keterangan :

rkr-21 = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

Vt = yaitu varian skor butir total

M = Skor rata-rata

f. Hoyt

Keterangan :

rh = reliabilitas instrumen

Vs = yaitu Varian Sisa

Vr = yaitu Varian Responden

g. Alpha Cronbach

Keterangan :

rac = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

= yaitu Varian skor total

= Jumlah Varian butir

Kriteria Nilai reliabilitas.

).

)(1).(1

(21t

kr VkMkM

kkr

).1(r

sh V

Vr

)1).(1

( 2

2

t

butirac S

Sk

kr

2tS

2butirS

Page 162: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI152

128

Keterangan :

rkr-21 = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

Vt = yaitu varian skor butir total

M = Skor rata-rata

f. Hoyt

Keterangan :

rh = reliabilitas instrumen

Vs = yaitu Varian Sisa

Vr = yaitu Varian Responden

g. Alpha Cronbach

Keterangan :

rac = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

= yaitu Varian skor total

= Jumlah Varian butir

Kriteria Nilai reliabilitas.

).

)(1).(1

(21t

kr VkMkM

kkr

).1(r

sh V

Vr

)1).(1

( 2

2

t

butirac S

Sk

kr

2tS

2butirS

g. Alpha Cronbach

128

Keterangan :

rkr-21 = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

Vt = yaitu varian skor butir total

M = Skor rata-rata

f. Hoyt

Keterangan :

rh = reliabilitas instrumen

Vs = yaitu Varian Sisa

Vr = yaitu Varian Responden

g. Alpha Cronbach

Keterangan :

rac = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

= yaitu Varian skor total

= Jumlah Varian butir

Kriteria Nilai reliabilitas.

).

)(1).(1

(21t

kr VkMkM

kkr

).1(r

sh V

Vr

)1).(1

( 2

2

t

butirac S

Sk

kr

2tS

2butirS

128

Keterangan :

rkr-21 = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

Vt = yaitu varian skor butir total

M = Skor rata-rata

f. Hoyt

Keterangan :

rh = reliabilitas instrumen

Vs = yaitu Varian Sisa

Vr = yaitu Varian Responden

g. Alpha Cronbach

Keterangan :

rac = reliabilitas instrumen

k = yaitu banyaknya butir pertanyaan

= yaitu Varian skor total

= Jumlah Varian butir

Kriteria Nilai reliabilitas.

).

)(1).(1

(21t

kr VkMkM

kkr

).1(r

sh V

Vr

)1).(1

( 2

2

t

butirac S

Sk

kr

2tS

2butirS

Kriteria Nilai reliabilitas.

Penentuan kriteria tinggi rendahnya nilai koefisien reliabilitas, digunakan aturan sebagai berikut:

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91 - 1,00 Sangat Tinggi 0,71 - 0,90 Tinggi 0,41 - 0,70 Cukup 0,21 - 0,40 Rendah dan negatif - 0,20 Sangat Rendah

Sedangkan pengujian validitas konstrak dapat dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Dalam analisis faktor diuji apakah item yang membentuk variabel memiliki keeratan satu sama lain. Di

Page 163: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 153

sini akan diperoleh hasil bahwa variabel yang memiliki kemiripan akan membentuk satu variabel, sedangkan item yang tidak memiliki kemiripan akan membentuk variabel yang lain (Suliyanto, 2005).

Dua pendekatan yang sering digunakan dalam analisis faktor yaitu: pendekatan eksploratori (exploratory factor analysis) dan pendekatan konfirmatori (confirmatory factor analysis). Analisis faktor eksploratori digunakan untuk suatu penyelidikan data dalam menentukan jumlah atau hakikat faktor yang terdiri dari kovariasi antara variabel ketika peneliti apriori, tidak memiliki dasar yang cukup untuk membuat hipotesis tentang sejumlah faktor berdasarkan data. Analisis faktor konfirmatori merupakan model pengujian teori, peneliti memiliki dasar yang cukup tentang sejumlah faktor (Khumaedi, 2005). Validitas konstrak menggunakan pendekatan konfirmatori (confirmatory factor analysis).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis faktor adalah sebagai berikut:1. Memilih variabel yang layak. Metode yang digunakan untuk mengukur kelayakan data (item)

untuk dianalisis faktor adalah dengan statistik KMO MSA (Keiser Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy dan Bartlett’s Test) dan Anti Image Correlation.

KMO MSA mempergunakan hipotesis berikut untuk menentukan Item yang layak dianalisis:H0 = Item belum layak dianalisisH1 = Item layak dianalisis

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kelayakan dari item adalah sebagai berikut (tabel 7.4 di bawah).

2. Ekstraksi faktor dan penentuan jumlah faktor Untuk melakukan ekstraksi faktor, ada beberapa metode yang

biasa digunakan, yaitu: maximum likelihood, principal factors, weighted least square, unweighted least square, generalized least square, imaging analysis, minimum residual analisis, dan alpha factoring. Metode yang paling sering digunakan adalah

Page 164: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI154

metode maximum likelihood dan principal factors. Keuntungan dari metode maximum likelihood adalah memungkinkan untuk evaluasi statistik, seberapa baik solusi faktor mampu mereproduksi hubungan antara indikator dalam data masukan, yaitu seberapa dekat melakukan korelasi antara indikator yang diperkirakan oleh parameter analisis faktor.

Tabel 7.4 . Ukuran Ketepatan Kaiser-Mayer-Olkin

Ukuran KMO Rekomendasi

(1) (2)

0,9 Baik sekali

0,8 Baik

0,7 Sedang/ agak baik

0,6 Cukup

0,5 Kurang

< 0,5 Ditolak

Sumber: Subhas Sharma dalam Suliyanto (2005).

Metode ini sangat membantu untuk menentukan jumlah faktor yang sesuai. Namun metode ini membutuhkan asumsi distribusi normal multivariat dari variabel-variabel. Jika input data secara substansial berangkat dari distribusi normal multivariat, aspek penting dari hasil estimasi maximum likelihood diperkirakan dapat terdistorsi, dan tidak dapat dipercaya. Kelemahan lain dari estimasi maximum likelihood adalah kecenderungan untuk menghasilkan solusi yang tidak benar/ tidak tepat, ada solusi ketika model faktor tidak bertemu pada set akhir dari estimasi parameter. Berbeda dengan maksimum likelihood, metode principal factors memiliki keuntungan yang kuat, yaitu bebas dari asumsi distribusi dan memiliki kemungkinan yang kecil terhadap solusi yang tidak tepat (Fabrigar et al., 1999 dalam Brown, 2006).

Page 165: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 7 : INSTRUMEN PENELITIaN 155

3. Rotasi faktor dan penamaan faktor Untuk lebih memperjelas dan menyederhanakan struktur faktor

yang ada sehingga mudah ditafsirkan, dilakukan rotasi faktor. Terdapat dua metode rotasi, yaitu: orthogonal dan oblique. Metode orthogonal rotation yaitu metode rotasi dengan cara memutar sumbu ke kanan sampai 900. Dalam rotasi ortogonal, faktor-faktor yang dibatasi akan berkorelasi, yaitu faktor-faktor yang berorientasi pada sudut 900 di ruang multidimensi. Metode ini menggunakan asumsi bahwa hubungan antarvariabel tidak ada atau korelasi antarfaktor adalah nol. Dalam rotasi oblique, faktor-faktor diijinkan untuk intercorrelate, yaitu ijin orientasi sumbu faktor kurang atau lebih dari 900. Sehingga menghasilkan korelasi faktor antara 0 sampai 1. Dalam penelitian terapan ilmu sosial, rotasi ortogonal paling sering digunakan, karena lebih mudah ditafsirkan (Brown, 2006).

Prosedur untuk pembakuan tes yang dikembangkan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut (Khumaedi, 2005):

Nilai Keiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling (KMO) sekurang-kurangnya 0,5 (Nurosis, 1986: B-43).a) Nilai Measure of Sampling Adequecy (MSA) pada Anti Image

Correlation yang membentuk diagonal bertanda 'a' tidak dibawah 0,5 (Santoso dan Tjiptono, 2001: 254).

b) Penentuan banyaknya faktor didasarkan pada jumlah variansi setiap faktor (eigenvalue) yang nilainya lebih besar dari 1,00 (Child, 1969:43).

c) Penentuan masuknya butir ke dalam faktor tertentu adalah dengan melihat muatan faktor pada component matrix atau rotated component matrix, nilai muatan faktor yang kurang dari 0,30 tidak dapat digunakan (Child, 1969: 45).

Page 166: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI156

Soal-Soal Latihan:1. Jelaskan tentang dua pendekatan utama dalam kegiatan

penelitian untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai obyek penelitian, dan sebutkan jenis-jenis instrumen yang digunakan dari setiap pendekatan tersebut, serta kelebihan dan kelemahannya?

2. Sebutkan jenis-jenis skala pengukuran dan uraiakan fungsi dari skala-skala tersebut?

3. Dalam menilai apakah suatu instrumen yang disusun dapat dikatakan reliabel, sebutkan jenis-jenis formula pengukuran reliabilitas jika bentuk tes menggunakan skala dikhotomi dan skala bukan dikotomi, serta bagaimana penentuan kriteria tinggi rendahnya nilai koefisien reliabilitas?

***************

Page 167: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

157

Tujuan

Sesudah membaca Bab 8 ini diharapkan pembaca dapat: ◙ memahami berbagai ukuran kelayakan instrumen penelitian ◙ menjelaskan bagaimana menguji instrumen penelitian

___________________________________________________

8.1. Ukuran Kelayakan Instrumen Penelitian

Kelayakan instrumen penelitian dapat dilihat dari indikator hasil validitas dan reliabilitas instrumen tersebut apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti sebagai alat pengukuran dari variabel yang diharapkan. Suatu alat pengukur yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang baik, tentunya diharapkan akan dapat menghasilkan data atau informasi yang baik pula.

Oleh karena itu, penyusunan instrumen penelitian yang disusun oleh para peneliti wajib dilakukan pengujian terlebih dahulu agar diperoleh alat ukur yang memiliki tingkat kehandalan yang dapat dipertangungjawabkan dalam kaidah ilmiah.

KELAYAKAN INSTRUMEN PENELITIAN

Bab 8

Oleh Agus Purwoto

Page 168: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI158

8.2. Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen yang di ujicoba Instrumen yang akan di ujicoba berkenaan dengan variabel suatu

penelitian yang hendak diukur. Ujicoba dilaksanakan dengan maksud untuk memvalidasi instrumen guna memperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai alat mengumpulkan data penelitian dalam rangka penelitian/penulisan skripsi/tesis atau desertasi. Uji coba ini wajib dilaksanakan dalam penelitian yang ilmiah sebagai bukti bahwa alat ukur yang disusun sendiri oleh peneliti telah memiliki tingkat kehandalan yang dapat dipertanggung jawabkan pada seluruh instrument yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

Tujuan Uji Coba Ujicoba dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

reliabilitas dan validitas instrumen. Apakah instrument yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian telah memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang disayaratkan dalam suatu kaidah penelitian ilmiah.

Sampel Uji Coba. Sampel uji coba diambil secara acak dari seluruh unit

penelitian. Sampel yang digunakan sebagai subyek ujicoba instrumen diasumsikan mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan populasi penelitian. Besarnya ukuran sampel diambil sebanyak-banyaknya agar representatif.

Pelaksanaan. Dalam pelaksanaan Ujicoba sebaiknya dilakukan dengan langkah-

langkah yang benar. Adapun langkah-langkah pelaksanaan ujicoba tersebut dapat disusun sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan terlebih dahulu seperlunya tentang maksud pelaksanaan ujicoba pada obyek yang dijadikan

Page 169: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 8 : KELaYaKaN INSTRUMEN PENELITIaN 159

sasaran ujicoba, dilanjutkan dengan mengedarkan instrumen kepada para responden yang menjadi anggota sampel.

b. Mengawasi pelaksanaan ujicoba.c. Mengumpulkan hasil isian yang selanjutnya diolah sesuai

dengan kebutuhan.

PengolahanDari hasil pelaksanaan ujicoba selanjutnya dilakukan pengolahan,

jika ternyata dari pengolahan ditemukan berbagai permasalahan berkaiatan dengan instrument penelitian maka dilakukan perbaikan dan di lakukan uji coba kembali (untuk kuesionaire). Sedangkan untuk instrumen yang berbentuk Angket pengolahan dilakukan dengan jalan menyusun dalam bentuk matrik skor butir dan skor responden. Teknik pemberian skor tergantung dari jenis skala yang dibuat, apakah skala pengukuran yang digunakan menggunakan skala Likert, Sematik Differensial, Rating atau skala Guttman dll. Bentuk skala yang digunakan akan mempengaruhi formula yang digunakan seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Dengan semakin majunya teknologi, pengolahan dapat dilakukan dengan menggunakan sofware yang telah tersedia.

Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Hasil ujicoba instrumen penelitian harus dapat memberikan

rekomendasi apakah instrument sebagai alat pengukur variable dapat diperngukan dengan baik apa tidak dengan memberikan suatu kesimpulan dari hasil ujicoba tersebut. Dalam contoh uji instrumen ini akan di gunakan dua contoh, yaitu contoh untuk uji validitas isi dan konstruk.

8.3. Uji Coba Instrumen Penelitian

8.3.1. Contoh Uji Validitas Isi Dalam contoh uji coba instrument ini kita akan menggunakan uji

untuk validitas isi dan validitas konstruk. Sebagai contoh instrument untuk mengukur Budaya Organisasi dengan menggunakan sebanyak 30 butir pertanyaan dengan menggunakan skala pengukurannya skala Likert dengan banyaknya opsi sebanyak 5 (Lampiran 8.1). Dalam uji

Page 170: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI160

coba ini sampel uji coba yang digunakan sebanyak 50 yang dipilih secara acak. Hasil uji coba memberikan hasil yang di sajikan dalam bentuk matrik skor butir dan skor responden seperti terlihat pada Lampiran 8.2

Tabel 8.1. Daftar Uji Validitas Butir Instrumen Budaya Organisasi Nomor-

ButirKorelasi Skor Butir Dengan Skor Total

Nilai r Kritis α = 5 %  Keputusan

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 )1 0.157 0.297 Butir Tidak Valid2 0.171 0.297 Butir Tidak Valid3 0.37 0.297 Butir Valid4 0.101 0.297 Butir Tidak Valid5 0.157 0.297 Butir Tidak Valid6 0.864 0.297 Butir Valid7 0.896 0.297 Butir Valid8 0.748 0.297 Butir Valid9 0.819 0.297 Butir Valid

10 0.646 0.297 Butir Valid11 0.864 0.297 Butir Valid12 0.896 0.297 Butir Valid13 0.748 0.297 Butir Valid14 0.819 0.297 Butir Valid15 0.896 0.297 Butir Valid16 0.748 0.297 Butir Valid17 0.819 0.297 Butir Valid18 0.558 0.297 Butir Valid19 0.761 0.297 Butir Valid20 0.137 0.297 Butir Tidak Valid21 0.133 0.297 Butir Tidak Valid22 0.387 0.297 Butir Valid23 0.064 0.297 Butir Tidak Valid24 0.194 0.297 Butir Tidak Valid25 0.856 0.297 Butir Valid26 0.896 0.297 Butir Valid27 0.661 0.297 Butir Valid

Page 171: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 8 : KELaYaKaN INSTRUMEN PENELITIaN 161

28 0.875 0.297 Butir Valid29 0.696 0.297 Butir Valid30 0.558 0.297 Butir Valid

Sumber: Diolah dari Lampiran 7.1. Reliability Coefficients Produktivitas Alpha Cronbach = 0 ,942

Hasil pengolahan dengan menggunakan software SPSS di peroleh output seperti terlihat pada Lampiran 8.3. Hasil tersebut selanjutnya dapat dioleh dan disajikan seperti yang terlihat pada Tabel 3.4. Informasi pada kolom-kolom Tabel tersebut sebagai berikut :• Kolom(1)menunjukkanbutir-butirinstrumenyangdigunakan.• Kolom(2)menunjukkannilaikorelasibutirdengan total skor

responden yang di ambil pada output hasil run pada Lampiran 8.3 yang dipindahkan pada Tabel 3.4.

• Kolom (3) menunjukkan nilai Korelasi Product Momentberdasarkandengann=50danα=5%berdasarkanpadaTabelProduct Moment Lampiran 7.

• Kolom(4)menunjukkanKeputusanapakahbutir-butirinstrumentyang digunakan valid ataukah tidak. Kriteria butir dikatakan valid jika nilai pada kolom ( 2 ) > kolom ( 3 ).Berdasarkan pada Tabel 8.1 selanjutnya dilakukan analisis butir

dengan memuat berbagai informasi yang akan digunakan dalam membuat keputusan apakah instrument tersebut layak atau tidak digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian.

Analisis Butir Intrumen.

Instrumen Budaya Organisasi yang akan kita uji validitasnya terdiri dari 30 butir pertanyaan. Adapun jumlah sampel uji coba sebanyak 50 responden yang dipilih secara acak dari populasi

penelitiankita.Denganmenggunakan tingkatsignifikansi α=5% berdasarkan table product moment di dapat r table sebesar 0,297. Berdasarkan Tabel 7.1 di atas terlihat bahwa butir-butir yang tidak valid ada sebanyak 8 butir pertanyaan yang terdiri dari butir 1, 2, 4, 5, 20, 21, 23 dan 24. Butir- butir yang tidak valid tersebut selanjutnya di

Page 172: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI162

buang, ini berarti ada sebanyak 22 butir sisanya yang valid yang akan digunakan untuk mengukur variable Budaya Organisasi.

Berdasarkan nilai koefisien reliabilitas pada table tersebut di atas dengan nilai sebesar 0,942, hal ini memberikan kriteria bahwa instrument budaya organisasi sangat reliable sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian budaya organisasi. Oleh karena itu berdasarkan hasil pengujian instrument budaya organisasi dengan melihat uji validitas dan nilai reliabilitas maka dapat disimpulkan bahwa Intrumen Budaya Organisasi layak untuk dipergunakan sebagai pengumpul data penelitian.

8.3.1. Contoh Uji Validitas Konstruk

Untuk contoh dalam uji validitas konstruk ini digunakan instrument interaksi guru yang terdiri dari sebanyak 24 butir pertanyaan dengan kisi-kisi instrumen yang disusun dari referensi-referensi penelitian terkait dengani variabel yang digunakan. Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variable interaksi guru seperti ditunjukkan oleh tabel berikut:

Tabel 8.2. Kisi-kisi instrumen penelitian Interaksi Guru

Variabel IndikatorButir Pertanyaan

JumlahPositif Negatif

Interaksi Guru

Leadership 3, 5, 9 - 3

Helping/Friendly 14, 21, 23 - 3

Understanding 6, 10, 12 - 3

Student Responsibility/Freedom

13, 15, 22 - 3

Uncertain - 1, 4, 11 3

Dissatisfaction - 16, 18, 19 3

Admonishing - 2, 7, 8 3

Strict - 17, 20, 24 3

Total 12 12 24

Page 173: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 8 : KELaYaKaN INSTRUMEN PENELITIaN 163

Dari kisi-kisi tersebut instrumen yang telah disusun seperti terlihat pada lampiran 7.4. Untuk melakukan uji validitas konstrak alat analisis yang akan digunakan adalah analisis factor dengan jenis pendekatan confirmatory factor analysis. Dalam penelitian ini digunakan confirmatory factor analysis dikarenakan faktor yang terbentuk telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori yang sudah ada seperti yang terlihat dalam kisi-kisi instrument ( Tabel 8.2 ). Dengan analisis faktor, dilakukan pengujian apakah item-item pernyataan sudah tepat mengelompok berdasar indikatornya. Begitu juga dengan indikator apakah sudah tepat mengukur variabelnya.

Berikut langkah-langkah dalam pengujian validitas konstrak menggunakan analisis faktor:1. Langkah awal yaitu membentuk variabel yang disusun dari

indikator. Indikator disusun berdasarkan definisi dari teori-teori maupun penelitian sebelumnya. Variabel-variabel tersebut harus diukur dalam skala interval atau rasio.

2. Pengujian kelayakan data untuk dilakukan analisis faktor. Untuk menguji kelayakan model faktor dapat dilakukan melalui uji Bartlett test of sphericity atau Keiser-Meyer_Olkin (KMO).

• Bartlett test of sphericity adalah sebuah uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bahwa matriks korelasi merupakan matriks identitas atau bukan. Uji ini digunakan pendekatan chi-square dan dibutuhkan data dari populasi normal multivariat.suatu ketentuan bahwa bila matriks korelasi merupakan matriks identitas maka tidak dapat digunakan analisis faktor, sebaliknya bila matriks korelasi bukan matriks identitas maka digunakan analisis faktor.

• Keiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) adalah indeks yang digunakan untuk menguji ketepatan analisis faktor. Nilai yang tinggi (antara 0,5-1,0) mengindikasikan bahwa penggunaan analisis faktor adalah tepat, sedangkan bila nilai berada dibawah

Page 174: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI164

kisaran tersebut maka penggunaan analisis faktor dianggap tidak bisa dilanjutkan.

Rumusan KMO MSA tersebut sebagai berikut (Rosiatun, et.al., 2010):

139

Berikut langkah-langkah dalam pengujian validitas konstrak menggunakan analisis

faktor:

1. Langkah awal yaitu membentuk variabel yang disusun dari indikator. Indikator

disusun berdasarkan definisi dari teori-teori maupun penelitian sebelumnya.

Variabel-variabel tersebut harus diukur dalam skala interval atau rasio.

2. Pengujian kelayakan data untuk dilakukan analisis faktor. Untuk menguji

kelayakan model faktor dapat dilakukan melalui uji Bartlett test of sphericity atau

Keiser-Meyer_Olkin (KMO).

Bartlett test of sphericity adalah sebuah uji statistik yang digunakan untuk menguji

hipotesis bahwa matriks korelasi merupakan matriks identitas atau bukan. Uji ini

digunakan pendekatan chi-square dan dibutuhkan data dari populasi normal

multivariat.suatu ketentuan bahwa bila matriks korelasi merupakan matriks

identitas maka tidak dapat digunakan analisis faktor, sebaliknya bila matriks

korelasi bukan matriks identitas maka digunakan analisis faktor.

Keiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) adalah indeks yang

digunakan untuk menguji ketepatan analisis faktor. Nilai yang tinggi (antara 0,5-

1,0) mengindikasikan bahwa penggunaan analisis faktor adalah tepat, sedangkan

bila nilai berada dibawah kisaran tersebut maka penggunaan analisis faktor

dianggap tidak bisa dilanjutkan.

Rumusan KMO MSA tersebut sebagai berikut (Rosiatun, et.al., 2010):

∑ ∑

∑ ∑

∑ ∑

dengan:

rij = koefisien korelasi antara indikator i dan j, dengan i<j

ρij = koefisien korelasi parsial antara i dan j, dengan i<j

3. Menentukan jumlah faktor. Banyak faktor ditetapkan berdasarkan aturan yang

dikemukakan oleh Kaiser-Gutman bahwa jumlah faktor harus diekstraksi sama

dengan jumlah faktor yang mempunyai variansi (eigen value) lebih besar dari 1,0 dan

dengan: rij = koefisien korelasi antara indikator i dan j, dengan i<j ρij = koefisien korelasi parsial antara i dan j, dengan i<j

3. Menentukan jumlah faktor. Banyak faktor ditetapkan berdasarkan aturan yang dikemukakan oleh Kaiser-Gutman bahwa jumlah faktor harus diekstraksi sama dengan jumlah faktor yang mempunyai variansi (eigen value) lebih besar dari 1,0 dan keseluruhan faktor yang memiliki variansi lebih dari 1,0 harus mengukur minimal 65% dari variansi total (Total Variance Explained).

4. Melakukan ekstraksi faktor. Tujuan dari ekstraksi faktor adalah untuk mendapatkan nilai loading factor. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian adalah Principal Component Analysis. Dasar dari metode ini adalah memaksimalkan kontribusi dari indikator-indikator pada faktor yang terbentuk. Penentuan masuknya indikator pada faktor yang terbentuk adalah dengan melihat muatan faktor (factor loading) pada component matrix atau rotated component matriks. Factor loading merupakan korelasi antara indikator terhadap variabel. Hair et.al (2010) memberikan batas signifikansi sebesar 0,30 untuk sampel lebih dari 350 sedangkan nilai loading 0,35 untuk sampel minimal 250. Apabila indikator tersebut memiliki nilai loading diatas nilai tersebut maka dapat dinyatakan bahwa indikator tersebut dapat dimasukkan suatu variabel.

Page 175: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 8 : KELaYaKaN INSTRUMEN PENELITIaN 165

5. Merotasikan faktor. Dalam merotasikan faktor-faktor, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Dalam uji coba ini, peneliti menggunakan metode varimax, suatu metode yang meminimalisasi jumlah variabel yang memiliki loading factor yang tinggi pada setiap faktornya. Cara ini akan memudahkan dalam menginterpretasikan faktor.Hasil pengolahan dengan menggunakan software SPSS uji

validitas konstrak tentang instrument Interaksi Guru di peroleh output seperti terlihat pada Lampiran 8.5 Hasil tersebut selanjutnya dilakukan analisis dan akan dimulai penjelasan proses terbentuknya faktor dengan menggunakan teknik CFA (Confirmatory Factor Analysis) berdasarkan hasil output SPSS Lampiran 8.5.

Misal untuk variabel interaksi guru :1. Tahap pertama yaitu melihat nilai output KMO and Bartlett’s Test,

untuk nilai KMO diatas 0,5 atau signifikansi (p-value) bartlett’s test kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa analisis faktor tepat digunakan atau analisis faktor bisa digunakan lebih lanjut.

2. Tahap kedua yaitu dengan melihat nilai communalities, dikatakan memiliki korelasi yang tinggi apabila nilainya berkisar diatas 0,400. Untuk nilai communalities yang masih berada dibawah 0,400 maka butir pernyataan tersebut dipertimbangkan untuk dihilangkan atau direduksi. Pada tahap ini disarankan mereduksi satu per satu butir item pernyataan yang memiliki nilai communalities terendah. Proses pereduksian ini akan meningkatkan nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) dan nilai Total Variance Explained.

Page 176: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI166

3. Tahap ketiga ialah melihat nilai MSA dan Total Variance Explained. Apabila nilai diagonal MSA sudah lebih dari 0,5 maka butir-butir pernyataan dikatakan memenuhi syarat untuk pembentukan faktor. Apabila nilai Total Variance Explained sudah lebih dari 60% maka sudah dikatakan cukup baik untuk mengukur variabel sosial yang sulit diukur.

Page 177: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 8 : KELaYaKaN INSTRUMEN PENELITIaN 167

Page 178: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI168

4.

Dan yang terakhir yaitu melihat output component matrix atau rotated component matrix. Pengelompokkan faktor yang terbentuk berdasarkan nilai factor loading yang memiliki kontribusi terbesar.

Page 179: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 8 : KELaYaKaN INSTRUMEN PENELITIaN 169

Dari hasil uji validitas konstrak di atas, kisi-kisi instrumen yang terbentuk sebelumnya, dapat diketahui bahwa terdapat pengurangan butir-butir pernyataan dari indikator yang ada. Juga dapat diketahui bahwa butir-butir pernyataan yang valid mengalami perubahan pengelompokkan dari faktor awal yang berdasarkan teori. Kisi-kisi yang terbentuk seperti terlihat pada Tabel 8.3 berikut ini.

Page 180: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI170

Tabel 8.3. Kisi-kisi instrumen hasil validasi

Variabel Indikator Butir Pertanyaan JumlahPositif Negatif

Interaksi Guru

Dissatisfaction 16, 18, 19 - 3Understanding 3, 6, 12 - 3Uncertain - 1, 4, 8 3Admonishing 10 2, 20 3Helping/Friendly 14, 21, 22 - 3Leadership 9, 13 - 2Student Responsibility/Freedom

15 11 2

Strict - 17, 24 2Total 13 8 21

***************

Page 181: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

171

Tujuan

Sesudah mempelajari Bab 9 ini pembaca diharapkan dapat: ◙ menjelaskan beberapa tehnik pengolahan hasil penelitian ◙ menyajikan hasil pengolahan data. ◙ memahami validitas dan reliabilitas dari instrument penelitian

___________________________________________________

9.1. Tehnik-tehnik Pengolahan Hasil Penelitian

Setelah kegiatan pengumpulan data selesai dilakukan, baik dengan cara mengkompilasi data sekunder maupun dengan langsung mengumpulkan data primer di lapangan, tahap berikutnya dalam suatu studi penelitian adalah apa yang harus dilakukan dengan data tersebut. Bagaimana peneliti mengolah data yang telah dikumpulkan sehingga data tersebut dapat memberikan informasi yang mempunyai makna yang masuk akal dan mudah dimengerti? Kemudian, bagaimana informasi tersebut dianalisis untuk menjawab tujuan-tujuan dari penelitian?

PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

Bab 9

Oleh Puguh Bodro Irawan

Page 182: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI172

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, seorang peneliti perlu untuk meninjau tahapan dari kegiatan pengolahan data, seperti yang dipresentasikan pada Gambar 8.1.1

Terlepas dari metode apapun yang diterapkan dalam pengumpulan data, informasi yang dikumpulkan tersebut disebut data mentah (raw data), atau cukup dengan data. Tahap pertama dalam memproses data adalah untuk memastikan bahwa datanya harus sudah “bersih”, yaitu bebas dari ketidakkonsistenan dan ketidaklengkapan. Proses membersihkan data (data cleaning) ini dikenal dengan istilah editing.

Gambar 9.1. Tahapan dalam pengolahan data

Sumber: Kumar (1996, hal. 201).

Kegiatan mengedit atau editing adalah kegiatan memeriksa instrumen penelitian (termasuk kuesioner survei) yang sudah terisi. Tujuan editing adalah untuk mengidentifikasikan dan meminimalisir kesalahan-kesalahan isi (content errors), ketidaklengkapan (incompleteness), kesalahan pengklasifikasian (misclassification), dan perbedaan-perbedaan pada informasi yang diperoleh dari responden. Berbagai kesalahan ini biasanya disebabkan antara lain karena peneliti/pewawancara lupa mengajukan pertanyaan pada responden,

1 Diambil dari Kumar (1996, hal. 201).

146

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, seorang peneliti perlu untuk

meninjau tahapan dari kegiatan pengolahan data, seperti yang dipresentasikan pada Gambar

8.1.6

Terlepas dari metode apapun yang diterapkan dalam pengumpulan data, informasi

yang dikumpulkan tersebut disebut data mentah (raw data), atau cukup dengan data. Tahap

pertama dalam memproses data adalah untuk memastikan bahwa datanya harus sudah

“bersih”, yaitu bebas dari ketidakkonsistenan dan ketidaklengkapan. Proses membersihkan

data (data cleaning) ini dikenal dengan istilah editing.

Kegiatan mengedit atau editing adalah kegiatan memeriksa instrumen penelitian

(termasuk kuesioner survei) yang sudah terisi. Tujuan editing adalah untuk

mengidentifikasikan dan meminimalisir kesalahan-kesalahan isi (content errors),

ketidaklengkapan (incompleteness), kesalahan pengklasifikasian (misclassification), dan

perbedaan-perbedaan pada informasi yang diperoleh dari responden. Berbagai kesalahan ini

biasanya disebabkan antara lain karena peneliti/pewawancara lupa mengajukan pertanyaan

pada responden, lupa mencatat jawaban responden, salah mengklasifikasikan jawaban,

menuliskan jawaban secara tidak lengkap, dan menulis dengan tidak jelas. 6 Diambil dari Kumar (1996, hal. 201).

G amb ar 9.1. T a ha pa n da l a m pe ngol a ha n da t a

Sumber : K um ar (19 9 6, hal. 201).

D a t a m e n t a h ( r a w d a t a )

A n a l i s i s d a t a P e m b e r i a n

K o d e ( C o d i n g ) E d i t i n g

W a w a n c a r a K u e s i o n e r O b s e r v a s i D a t a s e k u n d e r

M e m b u a t p e d o m a n c o d i n g

U j i c o b a p e d o m a n c o d i n g

M e n g e m b a n g k a n k e r a n g k a a n a l i s i s

T a b u l a s i d a t a

C o d i n g d a t a

V e r i f i k a s i d a t a y a n g s u d a h d i - c o d i n g

D e n g a n k o m p u t e r

S e c a r a m a n u a l

Page 183: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 9 : PENGOLaHaN DaN PENYaJIaN HaSIL PENELITIaN 173

lupa mencatat jawaban responden, salah mengklasifikasikan jawaban, menuliskan jawaban secara tidak lengkap, dan menulis dengan tidak jelas.

Pada umumnya terdapat dua cara untuk mengurangi kesalahan-kesalahan seperti ini, yaitu:

1) dengan mengecek kelengkapan isian dari kuesioner secara menyeluruh,

2) dengan mengecek konsistensi internal (internal inconsistency checking) antar jawaban-jawaban yang yang secara konseptual berkaitan satu sama lain.

Bila ternyata ada beberapa bagian yang belum lengkap isiannya, maka petugas lapangan dapat diminta utuk kembali memperoleh ketersediaan infomasi tersebut dari responden yang diamati.

Pengecekan konsistensi internal seringkali menggunakan jawaban dari satu atau beberapa pertanyaan tertentu sebagai data rujukan, misalnya data tentang umur responden. Umur dari seorang responden semestinya konsisten dengan informasi lainnya yang terkait dari responden tersebut, seperti status perkawinan, dan tingkat pendidikan yang telah ditamatkan. Tentunya, bila pendidikan yang ditamatkan seseorang adalah S1 maka tentunya umur yang bersangkutan tidak mungkin (atau sangat kecil kemungkinannya) adalah 13 tahun (berkemungkinan yang semestinya 23 tahun, tetapi tertulis 13 tahun). Begitu juga, hubungan antara umur dan status perkawinan harus konsisten dari jawaban responden. Sebagai contoh, jika responden berusia kurang dari 10 tahun, tentunya status perkawinan yang masuk akal adalah ‘belum kawin’.

Setelah data bersih dari ketidaklengkapan dan ketidak-konsistensian, tahap kedua adalah melakukan pemberian kode (coding) Tingkat kesulitan dalam melakukan pengkodean sangat tergantung pada apakah jawaban-jawaban berasal dari pertanyaan-pertanyaan dengan kategori jawaban terbuka (open-ended questions) atau pertanyaan dengan kategori jawaban tertutup (closed-ended questions). Jika suatu pertanyaan bersifat tertutup, pola jawaban sudah disediakan dengan mencantumkan angka pada setiap kategori jawaban.

Page 184: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI174

Untuk kategori jawaban ‘Lainnya’, informasi tambahan biasanya ditambahkan dengan ‘sebutkan ……..’. Kategori ‘Lainnya’ dan ‘Tidak ada jawaban’ diberikan kode 9, untuk memudahkan dalam pengkodean.

Misalnya, status perkawinan:Belum kawin - 1Kawin - 2Cerai - 3Janda/duda - 4Tidak ada jawaban - 9 (sebutkan ...............................)

Pengkodean pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka lebih sulit untuk dilakukan. Pengkodean di sini memerlukan kategori-kategori jawaban untuk disusun lebih dahulu melalui suatu analisis isian (content analysis). Analisis isian ini dapat dilakukan dengan mengecek pertanyaan-pertanyaan terbuka pada sebagian dari kuesioner-kuesioner yang sudah terisi.

1) Pertama yang dilakukan adalah tuliskan jawaban-jawaban dari pertanyaan terbuka.

2) Kedua adalah dengan membandingkan jawaban-jawaban tersebut antara yang terisi di satu kuesioner dengan kuesioner lainnya, untuk melihat kesamaan-kesamaannya dan perbedaan-perbedaannya. Jika dua atau lebih jawaban ditemukan serupa dalam arti, walaupun mungkin berbeda dalam kata-kata, jawaban-jawaban tersebut bisa dikelompokkan dalam satu kategori; dan kemudian berikan nama/label yang mendeskripsikan jawaban-jawaban tersebut.

Satu hal perlu diingat bahwa mengkoding data dari pertanyaan-pertanyaan terbuka bukan dimaksudkan untuk mengkoding jawaban-jawaban secara satu persatu dan langsung, tetapi tepatnya adalah memasukkan jawaban-jawaban tersebut ke dalam kode-kode kategori yang sesuai yang telah disusun sebelumnya.

Page 185: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 9 : PENGOLaHaN DaN PENYaJIaN HaSIL PENELITIaN 175

Dalam menyusun kategori-kategori berdasarkan jawaban-jawaban serupa dari pertanyaan-pertanyaan terbuka, beberapa hal perlu dipertimbangkan:

1) Kategori-kategori tersebut harus unik, atau mutually exclusive. Ini berarti bahwa suatu jawaban tidak mungkin ditempatkan dalam dua kategori yang berbeda.

2) Kategori-kategori tersebut harus mencakup sebanyak mungkin kategori jawaban yang bisa disusun, atau exhaustive. Ini berarti hamper setiap jawaban harus bisa ditempatkan dalam salah satu kategori-kategori tersebut. Jika terlalu banyak jawaban yang tidak dapat dikategorisasikan, hal ini mengindikasikan pengkategorisasian yang tidak efektif.

3) Penggunaan kategori ‘Lainnya’ secara efektif berfungsi sebagai penampung sisa–sisa jawaban, atau ‘waste basket’, yaitu untuk jawaban-jawaban janggal yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori manapun. Kategori ‘Lainnya’ ini harus diusahakan sampai batas minimum, karena jika frekuensi jawaban cukup tinggi berarti merefleksikan kegagalan dari system klasifikasi. Kategori sebaiknya mencakup tidak boleh melebihi 5% dari total jawaban, dan juga tidak melebihi dari kategori lainnya.

Ketika pengkodean jawaban-jawaban selesai dilakukan, tahap ketiga adalah kegiatan analisis data berdasarkan hasil pengolahan data. Pada tahapan ini, peneliti perlu menyusun lebih dahulu suatu kerangka analisis (analytical framework).

Sebagaimana dinyatakan oleh Kumar (1996, hal. 219), sebaiknya suatu kerangka analisis disusun sebelum kegiatan analisis data dilakukan. Akan tetapi, kerangka analisis tersebut bisa dikembangkan secara terus menerus sementara penulisan laporan dilakukan.

Secara umum, suatu kerangka analisis sebaiknya meliputi2:

1) Variabel-variabel mana yang direncanakan untuk dianalisis

2 Kumar (1996, hal. 219).

Page 186: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI176

2) Bagaimana variabel-variabel tersebut dianalisis3) Tabulasi-tabulasi silang mana yang diperlukan untuk analisis

data. Tabulasi silang yang masih belum ada isian sering kali juga disebut sebagai dummy tables

4) Variabel-variabel mana yang perlu digabung untuk mengkonstruksi konsep-konsep utama atau untuk menyusun indikator-indikator, dalam upayanya untuk menjawab pertanyaan atau tujuan studi penelitian

5) Variabel-variabel mana yang akan dimasukkan dalam prosedur atau modeling statistik.

9.2 Penyajian Hasil Pengolahan Data

Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam berbagai macam metode analisis data. Hal ini termasuk di antaranya: distribusi frekuensi, tabulasi silang, dan prosedur atau aplikasi analisis statistik. Pengolahan data bisa dilakukan dengan cara manual jika jumlah sampelnya tidak banyak, atau umumnya dengan menggunakan program pengolahan dengan komputer apabila jumlah sampelnya cukup besar dan dengan jumlah variabel yang dicakup dalam analisis cukup banyak.

Berikut ini adalah uraian dari masing-masing metode penyajian hasil pengolahan data, yang meliputi penyajian data dengan menggunakan tabel ringkasan distribusi frekuensi data, tabulasi silang untuk melihat hubungan antara dua peubah, dan aplikasi prosedur penghitungan ukuran-ukuran statistik.

1) Distribusi frekuensi Distribusi frekuensi (frequency distribution) menyajikan sebaran

unit pengamatan menurut kategori-kategori jawaban responden. Distribusi frekuensi sebaiknya dilakukan untuk semua variabel atau pertanyaan (menurut jawaban-jawabannya) dari responden, seperti yang tertulis pada kuesioner, atau untuk variabel-variabel kunci saja.

Page 187: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 9 : PENGOLaHaN DaN PENYaJIaN HaSIL PENELITIaN 177

Dalam statistik, distribusi frekuensi adalah suatu tabel yang menunjukkan frekuensi dari berbagai keluaran dalam suatu sampel. Setiap angka dalam tabel berisi frekuensi atau jumlah hitungan dari kejadian-kejadian dalam satu kelompok tertentu. Oleh karena itu, distribusi frekuensi menunjukkan kepada kita suatu pengelompokan data yang terbagi ke dalam kelas-kelas yang bebas satu sama lain (mutually exclusive grouping of data values), yang berisi jumlah kejadian untuk setiap kelas/kelompok data.

Dengan perkataan lain, distribusi frekuensi dimaksudkan untuk membantu peneliti dan analis meringkas dari data mentah yang berisi hasil-hasil observasi individual dan belum tersusun secara rapi (unorganized data) menjadi suatu tabel ringkasan yang telah mengelompokkan data individual menjadi kelas-kelas data dengan kategori tertentu. Sebagai contoh, data individual tentang seluruh mahasiswa STIS yang dirinci menurut daerah asal akan lebih bermanfaat bila ditransformasi menjadi suatu tabel distribusi frekuensi yang meringkas ‘jumlah mahasiswa STIS menurut daerah asal dan tingkat/tahun masuk’.

Tabel 9.1. Distribusi frekuensi dari 1200 rumah tangga

............sampel di lokasi X menurut kelas pendapatan per bulan pada tahun 2013.

Kelas pendapatan per bulan Frekuensi %

Kurang dari 1 juta 250 22,0

1 juta – 1,999 juta 450 39,3

2 juta – 2,999 juta 200 17,0

3 juta – 3,999 juta 150 12,2

4 juta – 4,999 juta 100 6,6

Lebih dari 5 juta 50 3,0

TOTAL 1200 100,0

Sumber: Survei pendapatan di Lokasi X, 2013.

Page 188: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI178

Contoh 9.1 di atas ini menunjukkan distribusi frekuensi responden di lokasi X menurut kelas pendapatan per bulan pada tahun 2013. Terlihat bahwa terdapat 250 resonden dengan pendapatan per bulan kurang dari 1 juta rupiah, dan ada 50 responden yang mempunyai pendapatan per bulan lebih dari 50 juta rupiah.

Informasi dalam bentuk tabel tersebut bisa disajikan dalam bentuk gambar, separti gambar 9.2 di bawah ini.

Gambar 9.2. Distribusi frekuensi responden menurut kelas pendapatan.

1. Hal. 2232. Mohon 3. Pada LAnomor hal 

Kelas peper bula< 1 juta 1 ‐ 1,9 ju2 ‐ 2,9 ju3 ‐ 3,9 ju4 ‐ 4,9 ju≥ 5 juta 

 

 

 

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

3: LAMPIRANGambar 9.2 dAMPIRAN, moamannya.

endapatan an 

uta uta uta uta 

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

dipindah setediganti denganohon diinsert L

Jumlah rumahtan

elah akhir dari file terlampir.

Lampiran 1. C

ngga 25045020015010050

halaman DAF

ontoh Usulan/

FTAR PUSTAK

/Proposal Pen

KA.

nelitian (terlam

<

1

2

3

4

mpir), dan sesu

< 1 juta

1 ‐ 1,9 juta

2 ‐ 2,9 juta

3 ‐ 3,9 juta

4 ‐ 4,9 juta

≥ 5 juta

uaikan

Sumber: Survei pendapatan di Lokasi X, 2013.

Tabel distribusi frekuensi berisi frekuensi atau banyaknya kejadian-kejadian menurut kategori-kategori tertentu. Atau dengan perkataan lain, tabel tersebut meringkas distribusi data atau nilai-nilai dari suatu sampel populasi yang diteliti, ke dalam kategori-kategori pengelompokkan tertentu secara eksklusif dan menurut jumlah kejadian-kejadian di setiap kategori tersebut. Ini adalah suatu cara untuk mempresentasikan data yang tidak terorganisir, seperti hasil pemilihan umum menurut partai/kandidat, pendapatan penduduk di suatu daerah, jumlah penjualan produk, dan lain-lain. Beberapa grafik yang biasa digunakan untuk mengilustrasikan hasil distribusi frekuensi

Page 189: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 9 : PENGOLaHaN DaN PENYaJIaN HaSIL PENELITIaN 179

adalah grafik garis (line charts), histogram, grafik balok (bar charts) dan pie charts. Distribusi frekuensi dapat digunakan baik untuk data kualitatif maupun data kuantitatif.

2) Tabulasi silang Tabulasi silang menyajikan sebaran unit pengamatan menurut

kategori dari dua variabel, biasanya kedua variabel tersebut merupakan variabel bebas dan variabel tidak bebas. Tabel dua-arah ini bisa digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut.

Kategori-kategori dari kedua variabel ditabulasikan secara silang – baris lawan kolom, dan unit pengamatan didistribusikan menurut nilai baris dan kolom tersebut. Pada umumnya persentase sejajar menurut baris atau kolom, akan memberikan indikasi tentang kemungkinan adanya suatu asosiasi antara kedua variabel tersebut.

Tabel 8.2 dan 8.3 mengilustrasikan contoh tabulasi silang untuk menganalisis hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan pekerja. Tingkat pendapatan merupakan variabel tidak bebas atau terikat (dependent variable), sedangkan tingkat pendidikan dianggap sebagai variabel bebas (independent variable). Karena jumlah sampel atau banyaknya pengamatan dari setiap kelompok variabel bebas tidak sama besar, maka perbandingan harus dilakukan dengan menggunakan persentase. Ingat untuk melihat kaitan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas (tidak terikat), maka persentase harus dihitung dengan 100 persen searah dengan variabel bebas.

Tabel 9.2 menyajikan banyaknya pekerja menurut kategori kedua variabel bebas tersebut, sedangkan tabel 9.3 memberikan distribusi tersebut dalam persentase dengan 100 persen di setiap kategori variabel bebas menurut kolom. Hubungan antara pendapatan sebagai variabel terikat dan pendidikan sebagai variabel bebas adalah dengan membandingkan antara subkategori-subkategori dari variebel bebas (tidak tamat SD vs.

Page 190: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI180

Tamat SD vs. Tamat SLTP, dstnya) untuk setiap subkategori dari variabel terikat (misalnya, tingkat/kelas pendapatan < Rp. 1 juta).

Tabel 9.2. Banyaknya pekerja (orang) menurut tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan dari pekerja.

TotalTidak

tamat SD Tamat SDTamat SLTP

Tamat SLTA Sarjana+

< Rp. 1 juta 126 86 32 18 2 264Rp. 1 - 1,999 juta 100 168 150 35 18 471Rp. 2 - 2,999 juta 15 48 95 36 10 204Rp. 3 - 3,999 juta 8 15 30 69 24 146Rp. 4 - 4,999 juta 2 4 9 18 46 79

≥ Rp. 5 juta 1 1 3 10 21 36Total 252 322 319 186 121 1200

Tingkat pendidikan pekerjaTingkat pendapatan

Tabel 9.3. Persentase pekerja menurut tingkat pendapatan untuk setiap tingkat pendidikan dari pekerja

Tidak tamat SD Tamat SD

Tamat SLTP

Tamat SLTA Sarjana+

< Rp. 1 juta 50.0 26.7 10.0 9.7 1.7Rp. 1 - 1,999 juta 39.7 52.2 47.0 18.8 14.9Rp. 2 - 2,999 juta 6.0 14.9 29.8 19.4 8.3Rp. 3 - 3,999 juta 3.2 4.7 9.4 37.1 19.8Rp. 4 - 4,999 juta 0.8 1.2 2.8 9.7 38.0

≥ Rp. 5 juta 0.4 0.3 0.9 5.4 17.4Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Tingkat pendapatanTingkat pendidikan pekerja

Tabel di atas memperlihatkan suatu pola cukup jelas pada hubungan antara kedua variabel. Pada tingkat pendapatan yang

Page 191: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 9 : PENGOLaHaN DaN PENYaJIaN HaSIL PENELITIaN 181

relatif rendah, Tabel 9.3 mengindikasikan bahwa persentase pekerja dengan tingkat pendidikan terendah yang mempunyai pendapatan tinggi (sama atau lebih dari 5 juta rupiah per bulan) jauh lebih kecil dibandingkan persentase pekerja dengan pendidikan tertinggi yang mempunyai pendapatan tinggi, yaitu 0,4 persen berbanding 17,4 persen. Secara umum terlihat bahwa hubungan antara pendapatan dan pendidikan pekerja cenderung bersifat positif, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan pekerja, semakin tinggi pula tingkat pendapatan mereka (Tabel 9.3).

Dalam membaca tabulasi silang, seperti yang diilustrasikan di atas, satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan – khususnya dalam upaya untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, yaitu hitung persentase per kategori dari variabel bebas, dan perbandingan dilakukan antar kategori dari variable tidak bebas. Dalam contoh di atas, analisis perbandingan di sini dilakukan antar kolom (variable tidak bebas), atau antar kategori/tingkat pendidikan pekerja pada contoh Tabel 9.3, dengan tahapan sebagai berikut:

a) Untuk setiap baris pada tabulasi silang – yang tentunya mewakili kategori kelas pendapatan, kita bisa mengkaji arah perubahan dari angka persentase pekerja di setiap kelas pendapatan menurut tingkat pendidikan. Jika pada kategori atau kelas bawah dari peubah pendapatan (sebagai peubah tidak bebas), angka persentase pekerja cenderung menurun menurut kategori/tingkat pendidikan (sebagai peubah bebas), maka hal ini berarti ada indikasi hubungan positif antara kedua peubah.

b) Kemudian untuk memastikan arah hubungan ini, kajian data dilanjutkan dengan melihat pada kategori pendapatan yang lebih tinggi. Dan jika persentase pekerja untuk kategori pendapatan tinggi antar kelas pendidikan cenderung bertambah, maka kita bisa simpulkan bahwa hubungan antara pendidikan

Page 192: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI182

dan pendapatan pekerja adalah positif. Atau dengan perkataan lain, pengaruh pendidikan sebagai peubah bebas terhadap pendapatan sebagai peubah tidak bebas adalah bersifat positif, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan pekerja, maka semakin tinggi pula tingkat pendapatannya.

3) Presentasi data dalam grafik

Data statistik tidak hanya memerlukan analisis yang seksama, tetapi juga tampilan yang menarik untuk pemahaman yang lebih mudah bagi pembaca. Presentasi data hasil pengolahan dalam bentuk grafik seringkali lebih efektif daripada dalam bentuk tabel atau pernyataan dalam kalimat. Tujuan dari presentasi data dalam bentuk grafik adalah untuk membuat presentasi data mudah untuk dimengerti dan diinterpretasikan, dan juga menarik untuk dilihat.

Grafik dapat dirancang baik untuk mengkaji data kuantitatif maupun kualitatif, dan juga untuk jenis peubah apapun – baik yang diukur dengan skala nominal, ordinal, interval atau rasio. Akan tetapi, jenis grafik yang mana yang akan dipilih tetap tergantung pada jenis datanya. Untuk peubah kategorikal yang diukur dengan skala nominal dan ordinal, jenis grafik yang sesuai adalah bar charts, histograms, atau pie charts. Sedangkan untuk peubah kontinyu yang diukur dengan skala interval dan rasio, jenis grafik yang sesuai adalah selain ketiga grafik-grafik tersebut, juga bisa menggunakan grafik garis (line charts).

Jenis grafik lain yang juga sering digunakan untuk memamerkan analisis data adalah diagram acak atau ‘scatter diagram’. Diagram acak berguna ketika kita ingin menunjukkan bagaimana perubahan pada satu peubah akan berkaitan denga perubahan pada peubah lainnya, dengan menganalisi data menurut pasangannya. Pada diagram acak, kedua peubah harus diukur baik dengan skala interval maupun rasio.

Page 193: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 9 : PENGOLaHaN DaN PENYaJIaN HaSIL PENELITIaN 183

4) Prosedur atau aplikasi analisis statistik Data yang diperoleh dari hasil penelitian juga seringkali diolah

dengan menggunakan beragam prosedur atau aplikasi metode analisis statistik. Untuk analisis sederhana, pengolahan untuk analisis data bisa dilakukan cukup dengan menggunakan Excel, khususnya bila terbatas dengan presentasi distribusi frekuensi, tabel-tabel deskriptif dan beberapa ukuran tendensi (rata-rata/mean, median, modus) serta dispersi (standar deviasi, variasi). Untuk analisis yang lebih kompleks, seperti tabulasi silang dan aplikasi analisis statistik untuk melihat asosiasi, model prediksi atau proyeksi dari asosiasi tersebut, metode pengolahan data biasanya menggunakan berbagai program perangkat lunak (software) yang berlisensi, seperti SPSS, ISSA, SAS dan sebagainya.

SPSS, awalnya dinamakan Statistical Package for Social Sciences, tapi kemudian dimodifikasi menjadi Statistical Product and Service Solution, dianggap sebagai program yang paling banyak digunakan untuk analisis statistik di bidang ilmu sosial. Program ini juga juga digunakan oleh para peneliti di bidang pemasaran, kesehatan, lembaga-lembaga pooling dan survei, pemerintah, dan sebagainya. Program SPSS dengan buku manualnya memungkinkan para peneliti, tanpa melihat tingkat keahliannya, untuk melakukan sendiri analisis statistik dalam studi penelitiannya. Prosedur statistik yang dicakup dalam program SPPS termasuk statistik deskriptif, bivariate statistics (means, t-test, ANOVA, correlation, non parametric test), analisis multivariate, analisis factor, cluster analysis, discriminant analysis.

***************

Page 194: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI184

Page 195: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

185

TEKNIK-TEKNIK ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab 10

Oleh: Abuzar Asra

Tujuan

Setelah membaca Bab 10 ini pembaca diharapkan dapat: ◙ memahami cara menentukan teknik analisis ◙ memilih teknik analisis

___________________________________________________

10.1 Dasar Penentuan Teknik Analisis Data yang Digunakan

Analisis data adalah suatu proses mengolah, mengevaluasi, dan mentransformasi data mentah ke statistik dan ke informasi statistik1, serta memahami dan mengkaji serta menginterprestasikan informasi statistik tersebut, kemudian mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berguna untuk pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan.

1 Transformasi dari data ke statistik dan lalu ke informasi statistik adalah sesuai dengan yang digunakan oleh Statistics Canada yang dibahas dalam Asra (2014b).

Page 196: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI186

Dengan demikian melalui pengolahan data dan analisis informasi statistik dan hasil lain dari penelitian dengan metode atau tehnik yang benar, peneliti diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan atau masalah penelitian, menguji hipotesis, dan mengemukakan implikasi atau rekomendasi berdasarkan temuan-temuan untuk mendukung proses pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan.

Tehnik analisis data yang digunakan sangat tergantung, antara lain, kepada tujuan penelitian (apakah eksplorasi, deskriptif, atau analitikal) serta jenis data yang dikumpulkan (kualitatif atau kuantitatif serta skala pengukurannya) serta ketersediaan prasarana pengolahan data (tersedianya software, misalnya).

10.1.1 Tujuan Analisis

Sebagaimana disebutkan di atas, tehnik analisis yang perlu digunakan dalam suatu penelitian tergantung kepada tujuan analisis. Bila tujuan yang hendak dicapai dari suatu penelitian, misalnya, hanya sampai pada tahap penggambaran fenomena yang sedang dipelajari maka tehnik statistik deskriptif cukup untuk diaplikasikan.

Akan tetapi, bila penelitian tersebut menghendaki adanya pendugaan dan pengujian hipotesis secara statistik, maka statistika inferensia perlu digunakan. Dalam statistika deskriptif dan inferensia, tehnik statistik yang dapat digunakan tergantung kepada skala pengukuran variabel yang datanya dikumpulkan (rasio, interval, ordinal atau nominal).

10.1.2 Jenis Data yang Dikumpulkan

Apakah data yang dikumpulkan adalah data kualitatif atau kuantitatif maka pilihan teknik analisis yang dapat digunakan berbeda. Demikian pula, skala pengukuran variabel yang datanya dikumpulkan menentukan tehnik analisis yang dapat dipakai, baik untuk penelitian yang bersifat deskriptif maupun inferensia. Demikian pula, jumlah variabel yang digunakan dalam analisis serta apa yang

Page 197: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 10 : TEKNIK-TEKNIK aNaLISIS HaSIL PENELITIaN 187

akan diperkirakan atau diuji secara statistik berkaitan erat dengan tehnik analisis statistik yang akan digunakan.

10.2 Jenis-jenis Teknik Analisis

Dalam pembahasan ini, penjelasan dibatasi hanya pada tehnik analisis kuantitatif, yang terdiri dari:

a. Tehnik Analisis Statistik Deskriptif Tujuan analisis statistik deskriptif adalah untuk mendapatkan

gambaran umum tentang berbagai karakteristik dari fenomena atau populasi atau masalah yang dipunyai. Biasanya dalam analisis ini disajikan berbagai angka ringkasan statistik, seperti rata-rata, median, modus dan deviasi standar. Di samping itu bisa digunakan juga berbagai penggambaran dengan gambar, grafik, dan diagram, seperti diagram batang dan diagran lingkaran, serta stem and leaf plot.

Pembahasan dalam Bab 10 ini menyajikan angka ringkasan yang bisa dihitung serta dibahas dalam analisis statistik deskriptif, sesuai dengan skala pengukuran dari sebuah variabel (single variable) serta antara variabel yang datanya dikumpulkan.

b. Tehnik Analisis Statistik Inferensia Tujuan analisis statistik inferensia pada prinsipnya adalah

melakukan pengujian hipotesa berdasarkan sampel apakah suatu hipotesa tentang nilai suatu parameter, seperti rata-rata hitung, proporsi serta koefisien korelasi hubungan antara 2 variabel secara statistik berbeda nyata dari nol (statistically significantly different from zero) atau beda dari lebih dari satu rata-rata hitung atau proporsi populasi berbeda nyata secara statistik.

10.3 Ukuran Statistik Dan Metode Statistik Inferensial Apa yang Digunakan?

Untuk menggambarkan populasi melalui ciri setiap variabel penelitian maka digunakan sekelompok ukuran statistik yang, antara

Page 198: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI188

lain, ukuran kecenderungan pusat (measures of central tendency) atau ukuran lokasi (measures of location) dan ukuran keragaman (measures of dispersion atau measures of variation). Ukuran yang mana yang digunakan dari setiap kelompok ukuran statistik tersebut tentunya tergantung kepada skala pengukuran masing-masing variabel.2

Seperti telah disebutkan di atas, metode inferensial statistik yang digunakan juga tergantung kepada skala pengukuran variabel serta apakah dilakukan secara terpisah masing-masing variabel (satu persatu) (univariate analysis) atau dilakukan analisis dua variabel (bivariate analysis) atau lebih dari dua variabel (multivariate analysis) secara sekaligus.

10.3.1 Analisis Satu Variabel (Univariate Statistical Analysis)

Dalam suatu penelitian, biasanya sebelum dilakukan analisis statistik yang bersifat inferensial (analisis statistik inferensial), digunakan dulu beberapa ukuran statistik untuk memberikan gambaran tentang berbagai variabel yang dicakup dalam penelitian secara satu persatu. Penggambaran populasi atau sampel dengan mempelajari berbagai ciri dari setiap variabel penelitian biasa disebut dengan analisis statistik deskriptif.

Karena penggambaran populasi dan analisis statistik inferensial dilakukan dengan melihat setiap variabel secara satu persatu secara terpisah maka analisis ini disebut juga dengan analisis satu variabel (univariate statistical analysis).

Di bawah ini diuraikan secara singkat ukuran statistik yang dapat digunakan, bentuk penyajian data yang bisa dipakai, serta metode inferensial statistik yang dapat diaplikasikan, dikaitkan dengan skala pengukuran variabel.

2 Lihat Bab 1 untuk penjelasan yang lebih lengkap.

Page 199: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 10 : TEKNIK-TEKNIK aNaLISIS HaSIL PENELITIaN 189

Skala Nominal

Bila variabel tersebut berskala nominal, yang merupakan variabel atribut (attribute) sehingga termasuk sebagai data kategori, misalnya variabel jender yang terdiri dari (i) Laki-Laki, dan (ii) Perempuan, atau variabel suku yang terdiri dari (i) Sunda, (ii) Jawa, (iii) Palembang, (iv) Aceh, dan (vi) Lainnya, maka ukuran statistik yang bisa digunakan, antara lain adalah:(1) Banyaknya dan Persentase: Misal, dari 124 responden, terdapat 62 responden Laki-Laki.

Dengan demikian, bisa disajikan informasi banyaknya responden menurut jender, dan bisa juga disertai dengan informasi persentase responden yang berjenis kelamin Laki-Laki. Bila ada informasi tentang suku, maka bisa disajikan banyaknya dan persentase responden yang bersuku Sunda. Dengan demikian, bila dihitung persentase responden menurut setiap kategori (menurut jender atau menurut suku), maka jumlah persentasenya akan bernilai 100 persen.

(2) Modus atau mode, yaitu kategori yang mempunyai frekuensi terbanyak:

Misalnya, dari 87 responden, terdapat 75 responden yang berjenis kelamin Laki-Laki dan 12 responden yang berjenis kelamin Perempuan, maka Modus atau Mode adalah Laki-Laki, maksudnya ‘pada umumnya responden penelitian berjenis kelamin Laki-Laki.” Ingat bahwa Modus atau Mode adalah salah satu dari ukuran lokasi, yang secara mudahnya menunjukkan nilai ‘pada umumnya.” (atau bahasa lainnya: rata-rata).

Data juga dapat disajikan dalam bentuk penyajian visual, seperti dengan diagram batang (bar-diagram atau bar-chart) atau diagram lingkaran (pie-chart).

Bila pengamatan merupakan sebuah sampel acak (diambil dengan prosedur Simple Random Sampling With Replacement dengan ukuran sampel (sample size) n dari suatu populasi, atau dengan prosedur Simple Random Sampling Without Replacement (tetapi dengan ukuran populasi N yang sangat besar relatif terhadap n)

Page 200: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI190

maka dapat dilakukan inferensial statistik, dengan pendekatan3, seperti:1) pendugaan terhadapproporsipopulasi (Patauπ)dengan

menggunakan tabel Normal Baku (Standard Normal), misal proporsi populasi yang berjenis kelamin laki-laki, dengan suatu tingkat keyakinan (confidence coefficient atau confidence level) tertentu; atau

2) pengujian hipotesis terhadap proporsi populasi tersebut (P atauπ)denganstatistik-uji(test-statistic) Z, dengan tingkat signifikansi tertentu, misal proporsi responden di suatu wilayah yang setuju terhadap suatu program pemerintah.

Skala Ordinal

Bila variabel tersebut berskala ordinal, yang merupakan variabel atribut (attribute) sehingga termasuk sebagai data kategori, misalnya variabel pendidikan yang terdiri dari lima kategori, yaitu (i) Tidak sekolah/tidak tamat SD, (ii) Tamat SD, (iii) Tamat SLTP/Setingkat, (iv) Tamat SLTA/Setingkat, dan (v) Tamat D1/D2/D3/S1 atau lebih, maka karena variabel berskala ordinal juga mempunyai ciri dari variabel berskala nominal, maka ukuran statistik yang bisa digunakan untuk variabel berskala nominal di atas bisa digunakan.

Selain itu bisa digunakan Median, yaitu nilai atai atribut yang berada ditengah setelah data disusun dari terendah ke tertinggi (atau sebaliknya). Misal, variabel pendidikian yang berskala ordinal maka responden bisa diurutkan dari yang berpendidikan rendah sampai ke yang berpendidikan tinggi. Kemudian dilihat nilai yang berada di tengah (dalam hal ini adalah tingkat pendidikan responden), dan atribut yang berada di tengah inilah nilai Median. Misal kalau ada 7 orang dengan pendidikan sebagai berikut, yang telah diurutkan: Tidak tamat SD; Tamat SD; Tamat SD; Tamat SLTP; Tamat SLTP; Tamat SLTA +; Tamat SLTA +, maka Median adalah Tamat SLTP, yaitu nilai dari data

3 Berdasarkan Central Limit Theorem (lihat buku –buku tentang statistik di Daftar Pustaka, bagi yang berminat).

Page 201: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 10 : TEKNIK-TEKNIK aNaLISIS HaSIL PENELITIaN 191

yang berada di tengah yaitu di urutan ke (n+1)/2, yaitu di urutan ke (7+1)/2, yaitu di urutan ke 4.

Skala Interval

Bila data berskala interval, yang merupakan data numerik, maka apa yang digunakan untuk data berskala ordinal dapat digunakan, bahkan untuk data berskala interval, jarak antara nilai dua data mengandung makna. Dengan demikian, rata-rata hitung bisa dihitung, demikian pula kisaran (range), dan varians (variance) serta deviasi standar (standard deviation).

Penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan, selain yang dapat digunakan untuk variabel berskala ordinal, diagram pencar (scatter-plot atau scatter-diagram), atau dengan menggunakan Tukey’s box-and whisker plot.

Pendugaan dan pengujian hipotesis dapat dilakukan, misalnya pendugaan dan pengujian hipotesis untuk rata-rata populasi berdasarkan data sampel. Berbagai prosedur pendugaan dan perkiraan dapat dipelajari dari berbagai buku statistik yang ada di Daftar Pustaka.

Skala Rasio

Bila data berskala rasio, yang merupakan data numerik, maka semua yang dilakukan untuk data berskala interval (ukuran, penyajian dan inferensial statistik) juga bisa dilakukan. Selain itu, untuk ukuran statistik, rata-rata geometris dapat dihitung, selain modus/mode, median dan rata-rata hitung.

Tabel Lampiran 10.1 memberikan ringkasan ukuran statistik yang bisa digunakan sesuai dengan skala pengukuran dari variabel yang bersangkutan. Demikian pula, bentuk penyajian data yang biasa dilakukan juga diberikan pada tabel tersebut.

Perlu dicatat bahwa metode analisis yang bisa digunakan oleh variabel berskala nominal, bisa digunakan juga untuk variabel berskala ordinal, interval dan rasio. Demikian juga, metode analisis yang bisa digunakan untuk variabel berskala ordinal, bisa juga dipakai

Page 202: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI192

untuk variabel berskala interval dan rasio. Metode analisis yang bisa dipakai oleh variabel yang berskala interval dapat dipakai untuk variabel berskala rasio. Akan tetapi, tidak sebaliknya, yaitu, misalnya, ada metode analisis yang hanya bisa dipakai oleh variabel berskala rasio saja, dan ada juga yang hanya bisa dipakai oleh yang berskala interval saja, tidak oleh variable yang berskala ordinal atau interval.

10.3.2 Analisis Dua Variabel (Bivariate Statistical Analysis)

Analisis bivariate yang digunakan tergantung kepada skala pengukuran variabel dependen dan skala pengukuran variabel independen. Di bawah dijelaskan beberapa metode analisis yang bisa dilakukan. Berbagai metode analisis dua variable (bivariate analysis) selengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 10.1.

Kedua variabel berskala nominal

Bila kedua-dua variabel, yaitu variable bebas dan variabel tidak bebas atau variable terikat berskala nominal, maka dapat dibuat:1) Tabel dua arah (two-way table), yang biasa disebut tabel

kontingensi (contingency table), dan bisa dilakukan analisis tabel secara sederhana dengan melihat perbedaan persentase untuk satu kategori variabel dependen dari beberapa kategori variabel independen. Misalnya, variabel terikat adalah pilihan partai (P7, PKK, dan Lainnya) dan variabel independen adalah jender, dan diperoleh tabel 10.1 sebagai berikut.

Standar pembuatan persentase: Bila ingin dianalisis hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen maka persentase harus dibuat sejajar dengan variabel independen. Ingat bahwa penghitungan persentase bukan harus menurut kolom atau baris, tetapi harus menurut mana yang independen veriabel, karena independen variabel bisa diletakkan sebagai kolom atau sebagai baris, sesuai dengan selera si peneliti.

Dalam contoh ini, maka penghitungan persentase adalah sejajar dengan baris (variabel independen), yaitu menurut

Page 203: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 10 : TEKNIK-TEKNIK aNaLISIS HaSIL PENELITIaN 193

setiap kelompok jender. Lalu, yang perlu dibandingkan adalah persentase sejajar dengan kolom (variabel dependen), karena itu lah istilahnya tabel silang (cross-tabulation), karena pembandingan bersilangan dengan penghitungan persentase.

Dengan demikian, dalam contoh ini, maka perbandingan adalah persentase laki-laki yang memilih P7 dengan persentase perempuan yang memilih P7, persentase laki-laki yang memilih PKK dengan perempuan yang memilih PKK, dan seterusnya.

Tabel 10.1 Banyaknya dan persentase responden menurut jender and pilihan partai

Jender Pilihan partai JumlahP7 PKK Lainnya

Laki-laki 189 (70%) 81 (25%) 13 (5%) 270 (100%)Perempuan 23 (10%) 92 (40%) 115 (50%) 230 (100%)

Dalam contoh ini, terlihat bahwa 70% laki-laki memilih P7 sedangkan perempuan yang memilih P7 hanya 10%, dengan kata lain pengamatan yang dipunyai menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung memilih P7 dibandingkan perempuan. Terlihat bahwa perempuan adalah lebih cenderung memilih partai Lainnya (ada 50% perempuan yang memilih Lainnya) dibandingkan laki-laki (hanya 5% laki-laki yang memilih Lainnya). Informasi ini memberikan indikasi adanya hubungan antara jender dengan pilihan partai, karena kalau tidak ada hubungan maka diharapkan persentase pilihan partai di setiap jender adalah (kurang lebih) sama besar (dan ternyata tidak).

2) Pengujian saling bebas (test of independence) dengan uji Kai-Kwadrat (Chi-square test), yang sama juga dengan pengujian homogenitas beberapa proporsi.

3) Kekuatan hubungan (strength of relationship) yang secara sederhana bisa diukur dengan perbedaan persentase (percentage difference). Misal, diberikan tabel 10.2 di bawah ini yang menyajikan banyaknya penumpang bus Transjakarta menurut (i) apakah mereka merupakan penumpang regular (sebagai variabel

Page 204: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI194

terikat) dengan (ii) mengetahui tentang adanya Transjakarta melalui iklan (sebagai variabel bebas), dan tabel 10.3 yang menyajikan banyaknya penumpang bus TransJakarta menurut (i) apakah mereka merupakan penumpang regular (sebagai variabel terikat) dengan (ii) kedekatan dengan tempat tinggal (accessibility) (sebagai variabel bebas).4

Tabel 10.2 Banyaknya dan persentase penumpang bus Trans Jakarta menurut cara mengetahui adanya

TransJakarta dan tipe penumpang

Iklan Penumpang reguler JumlahYa Tidak

Ya 33% 67% 100% (n=200)Tidak 25% 75% 100% (n=300)

Ternyata iklan berhubungan positif dengan tipe penumpang (ridership), dari yang mendengar iklan (sebanyak 200 orang), 33% naik bus Transjakarta secara regular, sedangkan dari yang tidak mendengar iklan (ada 300 orang), hanya 25% yang naik bus Transjakarta secara regular. [Catatan: perbedaan absolut dari persentase ini adalah 8 butir persentase (eight percentage points)]

Tabel 10.3 Banyaknya dan persentase penumpang bus Trans Jakarta menurut akses ke TransJakarta dan tipe penumpang

Dekat HaltePenumpang regular

JumlahYa Tidak

Ya 40% 60% 100% (n=150)Tidak 23% 77% 100% (n=350)

Informasi di atas menunjukkan bahwa kedekatan (jarak) dengan halte Transjakarta berhubungan positif dengan tipe penumpang (ridership), dari 150 responden yang dekat ke halte TransJakarta, 40% diantara mereka yang naik bus TransJakarta secara regular,

4 Diambil dan dimodifikasi dari Meir dan Brudney, 1997, hal. 239-240.

Page 205: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 10 : TEKNIK-TEKNIK aNaLISIS HaSIL PENELITIaN 195

sedangkan dari 350 responden yang tinggal tidak dekat halte, hanya 23% diantara mereka yang naik bus TransJakarta secara regular. [Catatan: perbedaan absolut dari persentase ini adalah 17 butir persentase (seventeen percentage points)]

Lalu mana yang lebih ‘kuat’ kaitannya dengan (atau dampak terhadap) tipe penumpang (ridership), variabel iklan atau variabel jarak ke halte TransJakarta? Karena ‘kedekatan (jarak) ke halte’ membuat sebuah perbedaan sebesar 17 butir persentase terhadap ridership, dan iklan hanya membuat perbedaan sebesar delapan butir persentase terhadap ridership; maka ‘kedekatan (jarak) ke halte’ mempunyai keterkaitan dengan (atau dampak terhadap) ridership yang lebih tinggi atau besar.

4) Ukuran asosiasi, yang juga mengukur kekuatan hubungan, selain perbedaan persentase di atas, yang bisa digunakan adalah Lambda, atau berbagai ukuran yang berdasarkan Chi-Square yaitu Pearson’s contingency coefficient C, phi-square, Tschuprow’s T, dan Cramer’s V.5

Catatan: Analisis asosiasi atau korelasi hanya dengan menggunakan dua

variabel, perlu berhati-hati karena bisa saja tersesat (lihat uraian dalam Asra, 2014b).

Kedua variabel berskala ordinal

Bila dependen variabel berskala ordinal dan demikian juga independen variabel, maka dapat dilakukan:

1) Berbagai analisis yang bisa dilakukan untuk kedua-duanya nominal; serta

2) Bila data dalam bentuk tabel dua-arah, maka bisa dihitung ukuran asosiasi Gamma, Kendal’s tau-b dan tau-c, atau Somer’s dyx dan dxy;

5 Pembaca harus mencari sendiri ke berbagai buku Statistik (lihat Daftar Pustaka) mengenai rumus dan interpretasi dari ukuran-ukuran ini.

Page 206: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI196

3) Analisis korelasi Spearman serta pengujiannya.

Kedua variabel berskala interval

Bila dependen variabel berskala interval dan demikian juga independen variabel, maka dapat dilakukan:

1) Berbagai analisis yang dilakukan untuk kedua-duanya berskala ordinal; serta

2) Analisis korelasi Pearson serta pengujiannya saling bebas;3) Analisis regresi.

Kedua variabel berskala rasio

Bila variabel terikat berskala rasio dan demikian juga variabel bebas, maka dapat dilakukan berbagai analisis yang dilakukan juga untuk kedua-duanya berskala interval.

Untuk analisis bila kedua variabel berbeda skala pengukuran mereka bisa dilihat pada Tabel Lampiran 10.1.

10.3.3 Analisis Multi Variabel (Multivariate Statistical Analysis)10.3.

Berbagai metode statistik untuk analisa multi variabel tersedia. Biasanya topik statistik disajikan pada tingkat lanjut (advanced statistics) dan penghitungan tidak terhindarkan harus menggunakan berbagai software seperti Statistical Package for Social Sciences (SPSS) atau Statistical Analysis System (SAS) atau paket program spesifik, seperti Lisrel dan AMOS.• Bila satu variabel terikat berskala nominal dan semua

variabel bebas berskala interval. Bila satu variable terikat berskala nominal, dan semua variabel

bebas berskala interval, maka analisis bisa dilakukan dengan discriminant analysis.

• Bila satu variabel terikat berskala ordinal dan semua variabel bebas berskala ordinal.

Page 207: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 10 : TEKNIK-TEKNIK aNaLISIS HaSIL PENELITIaN 197

Bila satu variable terikat berskala ordinal, dan semua variabel bebas juga berskala ordinal, maka analisis bisa dilakukan dengan log-linear model/count regression.

• Bila satu variabel terikat berskala ordinal dan semua variabel bebas berskala ordinal.

Bila satu variable terikat berskala ordinal, dan semua variabel bebas juga berskala ordinal, maka analisis bisa dilakukan dengan log-linear model/count regression.

• Bila satu variable terikat berskala interval dan semua variable bebas juga berskala interval.

Bila satu variable terikat berskala interval dan semua variabel bebas juga berskala interval, maka analisis bisa menggunakan multiple regression analysis.

Variasi lain dari berbagai kemungkinan dan teknik analisis yang relevan bisa dilihat pada Lampiran 10.2.

***************

Page 208: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI198

Page 209: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

199

FORMAT USULAN DAN LAPORAN PENELITIAN

Bab 11

Oleh Agus Purwoto

Tujuan

Sesudah membaca Bab 11 ini pembaca diharapkan dapat:

◙ mengetahui format usulan penelitian ◙ mengetahui format laporan penelitian

___________________________________________________

11.1. Format Usulan Penelitian (Proposal)

Bentuk format usulan penelitian setiap institusi bisa berbeda-beda sesuai dengan buku pedoman yang dimilikinya. Namun secara umum bentuk format usulan penelitian (proposal) pada hakikatnya sama dengan format laporan hasil penelitian yang hanya terdiri dari Bab 1, 2 dan 3 serta daftar pustaka dan lampiran. Perbedaannya dengan laporan hasil penelitian adalah penjelasan pada proposal lebih singkat dan ringkas tapi jelas.

Adapun bentuk umum dari format proposal dapat disusun sebagai berikut :

Page 210: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI200

Judul PenelitianDaftar IsiBab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.3. Perumusan Masalah Penelitian 1.4. Tujuan dan Kegunaan PenelitianBab II. Kajian Teori, Kerangka Berpikir dan Perumusan Hipotesis 2.1. Hakikat/Pengertian Variabel 1 2.2. Hakikat/Pengertian Variabel. 2 2.3. Hakikat/Pengertian Variabel …….. 2.4. Penelitian Yang relevan 2.5. Kerangka Berpikir 2.6. Perumusan Hipotesis PenelitianBab III. Metodologi Penelitian 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Populasi dan Sampel 3.3. Jenis Penelitian 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.5. Metode Analisis Data 3.6. Teknik Pengolahan DataDaftar PustakaLampiran

11.2. Penyusunan Laporan Hasil Penelitian

Langkah terakhir dan yang sangat penting dalam suatu penelitian adalah menulis laporan. Betapapun pentingnya teori dan hipotesis suatu penelitian, atau betapapun hati-hati serta telitinya rencana maupun pelaksanaan penelitian, atau bagaimanapun hebatnya

Page 211: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 11 : FORMaT USULaN DaN LaPORaN PENELITIaN 201

penemuan, semuanya itu tidak akan ada manfaatnya apabila tidak kita laporkan secara baik dalam bentuk tulisan. Bentuk, isi dan cara melaporkan akan menentukan bagaimana proses penyebaran pengalaman penelitian dan hasil-hasilnya itu dapat berlangsung dengan semestinya di dalam masyarakat. Untuk berhasilnya proses penyebaran hasil-hasil penelitian itu perlu adanya cara-cara khusus yang harus diikuti. Pertama kali harus dipertimbangkan siapa yang akan menjadi penerima laporan hasil penelitian itu. Begitu pula bentuk, bahasa dan cara melaporkan harus diarahkan untuk memudahkan dimengertinya laporan tersebut. Dalam membuat laporan hasil penelitian, tabel dan diagram sangat berguna untuk menyajikan data yang dikumpulkan. Selanjutnya penelitian itu akan dianggap penting tergantung pada cara interpretasi dari penemuan-penemuannya.

11.3. Golongan Pembaca Hasil Laporan Penelitian

Pembaca laporan hasil suatu penelitian dapat di kategorikan ada tiga golongan pembaca atau penerima laporan penelitian, yaitu :a. Kalangan Akademisi Seorang mahasiswa yang menulis paper/skripsi/disertasi yang

didasarkan pada penelitiannya, sudah tentu yang akan menjadi pembaca utamanya adalah para dosen pembimbingnya. Oleh karena itu bentuk dan cara penulisan (skripsi dsb) harus sesuai dengan norma-norma dan syarat-syarat yang diharuskan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.

b. Sponsor dari Penelitian (Client) Apabila seseorang bekerja pada suatu lembaga penelitian atau

pada suatu universitas diharapkan untuk membuat laporan bagi pemberi dana, maka lembaga pemberi dana itulah yang akan bertindak sebagai konsumen atau pembaca utama dari penelitian yang bersangkutan. Mereka mungkin pemerintah, lembaga swasta. Yang jelas bahwa kepentingan mereka berbeda dengan kepentingan kelompok akademis. Bentuk laporan hasil penelitian

Page 212: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI202

itu tentu harus sesuai dengan keinginan atau petunjuk-petunjuk dari lembaga atau badan sponsor tersebut.

c. Umum Para peneliti ataupun para sponsor penelitian mungkin ingin

menulis ikhtisar atau makalah yang dapat dibaca oleh siapa saja. Dalam hal ini maka hal-hal yang bersifat teknis harus dihindarkan. Tulisan harus bersifat populer dan mudah dimengerti oleh siapa saja yang membacanya.

Pada umumnya penulisan laporan yang berhasil selalu diarahkan pada pihak tertentu apakah untuk para akademisi, para praktisi atau para pemberi dana. Laporan yang dimaksudkan untuk memuaskan semua pihak umumnya tidak dapat berhasil baik.

11.4. Isi dan bentuk Laporan Hasil Penelitian

Dalam membuat laporan hasil suatu penelitian perlu diperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan laporan hasil penelitian, yaitu :1) Laporan adalah suatu usaha yang untuk menceritakan proses dan

pengalaman penelitian. Hendaknya data yang dianalisis dipilih dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga merupakan cerita yang teratur dan berjalan lancar.

2) Tujuan utama dari suatu laporan adalah komunikasi dengan pihak pembaca dan bukannya dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu harus diingat pengetahuan dan kemampuan pembaca. Haruslah diketahui terlebih dahulu tentang apa yang ingin diketahui oleh pembaca mengenai penelitian itu. Dengan demikian dapatlah kita mengorganisasikan bahan-bahan yang ada sehingga cerita yang kita tulis itu jelas dan berhubungan satu sama lain.

3) Laporan harus menceritakan apa yang diharapkan akan terjadi. Sedapat mungkin diceritakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam rencana penelitian demikian pula sebab-sebab adanya perubahan tersebut.

4) Penemuan dan pengalaman penelitian yang nampak tidak ada hubungannya dengan tujuan-tujuan penelitian jangan tergesa-

Page 213: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 11 : FORMaT USULaN DaN LaPORaN PENELITIaN 203

gesa dibuang. Apa yang mula-mula dianggap informasi tambahan, suatu ketika dapat merupakan kunci pembicaraan dalam memahami situasi yang sulit.

5) Laporan yang dibuat jangan hanya merupakan cerita hal-hal yang kita anggap sukses. Hendaknya dilaporkan juga tentang kegagalan-kegagalan ataupun keterbatasan dari penelitian kita. Bila mungkin, hendaknya dilaporkan juga pendapat kita mengapa sampai terjadi kegagalan-kegagalan yang dilaporkan itu mungkin akan sangat berguna sebagai peringatan bagi para peneliti lain untuk penelitian-penelitian yang akan dijalankannya.

6) Adalah sangat mudah untuk mengganti rencana penulisan daripada mengganti seluruh laporan. Oleh karena itu lebih efisien untuk pertama-tama membuat garis besar (outline) yang baik, kemudian mengikutinya dengan membuat konsep tulisan yang lebih terinci.

7) Akhirnya kita hendaknya jangan mengharap bahwa para pembaca akan mempunyai waktu dan minat untuk membaca seluruh laporan. Oleh karena itu suatu laporan harus diorganisir dan dibagi-bagi menjadi beberapa bab dan sub-bab dengan masing-masing diberi judul yang tepat. Sehingga dengan demikian para pembaca akan banyak ditolong dalam mencari bagian-bagian yang dibutuhkannya.

11.5 Urutan Penulisan Laporan Hasil Penelitian

Dalam membuat laporan penulisan maka perlu di perhatikan urutan-urutannya atau pembabakannya. Hal ini tentunya agar laporan yang kita susun memiliki norma ilmiah yang dipersyaratkan dalam suatu karya ilmiah. Berikut ini adalah urutan-urutan isi laporan yang umumnya sering dilakukan dalam suatu penyusunan laporan hasil penelitian:

a. Halaman Judulb. Kata Pengantar. Pada umumnya kata pengantar ini meliputi

separuh sampai satu halaman, dan kata pengantar ini

Page 214: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI204

merupakan uraian singkat terhadap permasalahan utama, tujuan, lembaga yang mensponsori dan lain-lain.

c. Daftar Isi. Kegunaan dari daftar isi ini adalah untuk membantu dan memudahkan para pembaca laporan mengindentifikasi bagian-bagian laporan dan juga melihat hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain secara cepat.

d. Pendahuluan. Dalam pendahuluan ini harus berisi beberapa hal yang menguraikan secara singkat kepada pembaca mengenai 1). Latar belakang permasalahan penelitian. Dalam bagian ini harus dijelaskan secara singkat dan jelas tentang hal-hal menguatkan permasalahan tersebut perlu untuk diteliti. 2). Identifikasi dan Pembatasan Permasalahan Penelitian. Dalam bagian ini kita harus menjelaskan kepada pembaca bagaimana dan mengapa kita mengidentifikasi bidang penelitian yang kita miliki dalam studi. Masalah-masalah apa yang menjadi perhatian dalam penelitian itu ? Dan hal-hal apa yang kita duga menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut ? Dalam masalah apa kita lebih menekankan perhatian dalam penelitian ini ? Selain itu dari hasil identifikasi bagaimana ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan sehingga memerlukan pembatasan baik pembatasan berkaitan dengan variabel, teori, wilayah, waktu maupun objek yang diteliti perlu dijelaskan dalam bagian ini. 3). Perumusan Permasalahan Penelitian. Bagian ini dapat dikatakan sebagai pertanyaan penelitian. Yaitu hal yang perlu ditanyakan sendiri berdasarkan identifikasi dan pembatasan permasalahan apa-apa yang ingin diketahui oleh peneliti. Dalam pertanyaan penelitian ini apakah kita memerlukan jawaban – jawaban yang bersifat deskriptif ataukah memerlukan jawaban-jawaban yang bersifat inferensial atau pengujian ? Pertanyaan-pertanyaan semacam itulah yang biasanya diinginkan jawabannya bagi setiap pembaca yang mengamati laporan tersebut. Akhirnya menyebutkan secara eksplisit masalah utama penelitian. 4). Tujuan dan Kegunaan Penelitian. Dalam bagian ini peneliti perlu menjelaskan apa

Page 215: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 11 : FORMaT USULaN DaN LaPORaN PENELITIaN 205

yang menjadi tujuan dari penelitian dan apa kegunaan dari penelitian ini untuk peneliti, lembaga/institusi, pemerintah maupun masyarakat.

e. Kajian Teori,Kerangka Berpikir dan Perumusan Hipotesis. Dalam bagian ini harus memuat hal-hal yang berkaitan dengan 1). Kajian Teori, dimana peneliti harus mampu menjelaskan berbagai teori yang digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Dari hasil kajian teori ini dan didukung oleh adanya penelitian-penelitian lain yang relevan peneliti harus mampu melakukan kesimpulan atau sintesa dari kajian teori yang telah dilakukannya sehingga dari sini peneliti harus dapat menyusun difinisi konseptual dari seluruh variabel-variabel penelitiannya. 2). Kerangka Berpikir, dengan menggunakan difinisi konseptual yang telah tersusun dan dengan menggunakan logika peneliti, maka pada bagian ini peniliti harus dapat menjelaskan keterkaitan antara variabel-variabel independent dengan variabel dependent secara jelas. Penjelasan keterkaitan tersebut harus dapat memberikan kesimpulan bagaimana bentuk hubungan, bagaimana bentuk pengaruh dan bagaimana bentuk komparasinya yang sesuai dengan permasalahan penelitiannya. Selanjutnya bentuk keterkaian ini dapat disederhanakan dalam bentuk diagram kerangka berpikir. 4). Perumusan Hipotesis Penelitian. Bagian ini peneliti memberikan perumusan hipotesis penelitiannya berdasarkan kerangka berpikir yang telah disusun dan digambarkan dalam bentuk diagram sesuai dengan permasalahaan penelitian.

f. Metodologi Penelitian. Dalam bagian ini harus diuraikan secara jelas semua hal yang ada kaitannya dengan desain penelitian, seperti waktu dan tempat penelitian, populasi dan besar sampel serta cara pengambilan sampel yang benar, prosedur pengumpulan data, alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data, definisi operasional variabel dan cara mendapatkan data serta sumber-sumber data tambahan

Page 216: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI206

lainnya. Selain itu pada bagian ini peneliti harus juga menjelaskan metoda analisis apa yang akan digunakan dan kenapa alat-alat statistik tersebut digunakan dalam analsis.

g. Pembahasan dan Analisis DataHasil Penelitian. Dalam bagian ini, peneliti mulai melakukan pengolahan data yang didapat dan menganalisis hasil olahan tersebut sesuai dengan permasalahan, tujuan dan hipotesis yang telah diajukan. Pembahasan dan analisis data hasil penelitian harus dapat menjelaskan apa yang menjadi permasalahan, tujuan dan hipotesis penelitian yang telah di ajukan seseuai dengan kaidah-kaidah keilmuan bagaimana prosedur alat statistik apa yang digunakan? Berapa jumlah responden yang tidak bersedia menjawab? Bagaimana mengatasi masalah data yang tidak dapat terkumpul? Bagaimana cara kita menghitung nilai-nilai statistik yang digunakan ? Bagaimana cara yang kita lakukan dalam memperkirakan variabel-variabel yang kita analisis dan lain sebagainya.. Pada bagian ini juga bisa menghasilkan beberapa penemuan. Peneliti menemukan sesuatu penemuan di bidang yang diteliti seperti, apa yang telah kita pelajari dalam penelitian ini ? Bagaimana penemuan-penemuan yang kita peroleh dihubungkan dengan beberapa pertanyaan yang diformulasikan pada bagian pendahuluan.

h. Kesimpulan. Arti pentingnya kesimpulan ditulis adalah untuk membantu para pembaca yang ingin mendapatkan hasil-hasil penelitian kita secara cepat. Apabila dari hasil pengamatan yang secara cepat dapat menimbulkan minat bagi pembaca untuk mengetahui lebih lanjut lagi, maka ia dapat membacanya sendiri secara lebih lengkap pada bagian-bagian penelitian yang sebelumnya. Pada bagian ini juga harus dapat merefleksikan dari jawaban pertanyaan, tujuan dan hipotesis penelitian dan rekomendasi apa yang bisa diberikan oleh peneliti.

i. Daftar Kepustakaan. Semua dokumen baik yang dipublikasikan maupun yang tidak, yang kita gunakan

Page 217: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 11 : FORMaT USULaN DaN LaPORaN PENELITIaN 207

sebagai landasan teoritis penelitian kita harus muat pada daftar kepustakaan yang pada umumnya diletakkan pada bagian terakhir dari suatu laporan. Dalam menyusun daftar kepustakaan ini haruslah diikuti gaya standar (biasanya harus dibuat secara berurutan alfabet berdasarkan nama pengarangnya).

j. Lampiran. Lampiran pada umumnya berisi angka-angka atau teknik perhitungan statistik/matematis yang terlihat sangat memakan tempat apabila diletakkan pada tubuh laporan. Bagian ini dapat diabaikan bagi pembaca yang memang tidak tertarik untuk melihatnya lebih lanjut tanpa harus kehilangan arah pada waktu membaca laporannya itu sendiri.

11.6. Pedoman cara penulisan laporan yang baik

Ukuran baik buruknya suatu laporan sebenarnya terutama ditentukan oleh ketepatan dan ketajaman analisis yang ada dalam laporan itu sendiri. Sedangkan mengenai penampilan laporan itu sendiri (bentuk, gaya bahasa, cara penyajian tabel dsb) jatuh nomor dua. Penampilan suatu laporan yang baik dapat diusahakan dengan memperhatikan pedoman-pedoman sebagai berikut :

a. Buatlah kalimat sejelas mungkin. Setiap kalimat haruslah diusahakan dalam bentuk kalimat tunggal yang sempurna. Penggabungan dari dua atau tiga kalimat sekaligus, mungkin akan mengaburkan ide-ide yang sebenarnya ingin diungkapkan oleh penulis. Usahakan pula setiap paragraf jangan terlalu panjang.

b. Berhati-hatilah dalam mengemukakan setiap istilah (therminology). Terlebih-lebih dalam suatu penelitian ilmu sosial, sikap berhati-hati dalam setiap mengemukakan istilah-istilah tersebut harus tinggi. Kalau tidak berhati-hati, mungkin dapat menimbulkan sebagai macam kesalahpahaman. Setiap istilah haruslah didefinisikan secara jelas dan konsisten.

Page 218: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI208

c. Gunakan tata bahasa, ejaan, dan tanda-tanda kalimat (koma, seru, titik dua dsb) yang baku. Dengan demikian, adanya kemungkinan salah pengertian antara penulis dan pembaca dapat dihindari.

d. Usahakanlah menggunakan kalimat langsung dan positif, serta hindarkan penggunaan kalimat yang kompleks. Jangan menggunakan kata-kata yang tidak berguna dan hindarkan penggunaan istilah yang bersifat lokal.

e. Berilah nomor urut untuk setiap bab, sub-bab, tabel dan diagram secara konsisten dan memadai.

f. Gunakan catatan kaki (footnotes) secara konsisten, dan beri nomor secara berurutan dan letakkan setiap catatan kaki pada bagian bawah di masing-masing halaman yang bersangkutan. Dapat pula kita mengelompokkan catatan kaki itu dibagian belakang pada akhir laporan asal saja nomor urutnya tetap konsisten.

Pedoman tersebut di atas sebenarnya hanyalah merupakan sebagian saja dari apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh setiap penulis dalam menulis laporannya, tetapi apabila dapat diikuti secara benar, maka laporan tersebut akan sangat bermanfaat dan menyenangkan bagi para pembaca. Namun pedoman penyusunan laporan penelitian yang berupa Skripsi, Sesis dan Desertasi unmumnya setiap isntitusi pendidikan telah memiliki aturan-aturannya sendiri.

11.7. Format Laporan Hasil Penelitian1

Tahap akhir dari proses riset adalah penulisan laporan penelitian. Tahap ini adalah yang paling penting, karena melalui laporan, temuan-temuan studi dan implikasinya dikomunikasikan oleh peneliti kepada pembacanya. Sepenting apapun topik studi yang diteliti dan sebaik apapun metodologi riset yang digunakan, hasil penelitian tidak bisa dikomunikasikan dengan baik kepada

1 Bagian ini ditulis oleh Puguh Bodro Irawan dan Agus Purwoto.

Page 219: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 11 : FORMaT USULaN DaN LaPORaN PENELITIaN 209

pembaca jika penulisan laporannya tidak ditulis dengan baik. Kualitas laporan hasil penelitian sangat tergantung pada:

1) Kemampuan peneliti untuk berkomunikasi melalui tulisannya, dengan bahasa sederhana – langsung ke pokok masalah yang ingin dikemukakan,

2) Kejelasan dalam mengekspresikan pikiran dan argumen peneliti/penulis secara logis dan sistematis,

3) Dasar pengetahuan dari peneliti pada isu yang diteliti, dan yang sesuai dengan bidang ilmu keahliannya.

Selain ketiga faktor tersebut, kualitas dari laporan hasil penelitian juga tergantung pada pengalaman peneliti dalam penulisan hasil riset (research writing), aplikasi prosedur statistik yang efektif, penggunaan tabel & grafik yang ‘bisa menjelaskan sendiri’ (self-explanatory), sehingga kesemuanya ini memudahkan bagi pembaca untuk memahaminya. Perbedaan utama antara tulisan hasil riset dengan jenis tulisan lainnya terletak pada tingkat kontrol, ketelitian dan kecermatan intelektual yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan atau tujuan tulisan tersebut.

Berikut ini adalah beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam menyusun penulisan hasil dari suatu studi penelitian atau riset.1. Penggunaan referensi. Penulisan laporan harus mengikuti kaidah akademik untuk

penggunaan referensi. Ada 4 sistem referensi, dengan penggunaannya disesuaikan dengan disiplin akademik dan universitas, yaitu:1) Short-title catalogue system. Short title catalogue (atau diringkas sebagai catalog) adalah

daftar pustaka (bibliographical resource) yang menyusun karya-karya tulis cetak dengan cara disingkat, menuliskan hanya kata-kata terpenting dari judulnya. Sistem ini umum digunakan dalam konteks buku-buku yang dipublikasikan di jaman awal modernitas (sekitar sebelum abad 20), yang

Page 220: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI210

mana saat itu judul-judul buku cenderung diuraikan secara panjang.

2) Author-date style Pencantuman rujukan dalam Author-Date Style berisi nama

terakhir dari pengarang diikuti dengan tahun publikasi dari karangan tersebut. Tidak ada tanda apapun digunakan antara nama pengarang dan tahun publikasi. Contoh: Dalam teks dituliskan: Menurut Geis and Bunn (1997:23),

“…………………”.Dalam Daftar Pustaka atau Bibliografi, dituliskan:

Geis, Gilbert, and Ivan Bunn. 1997. A Trial of Witches: A Seventeenth-Century Witchcraft Prosecution. London: Routledge.

3) Reference by number system Pencantuman rujukan dalam Reference Number citations

system adalah suatu metode mendokumentasikan sumber-sumber referensi dengan menggunakan nomor-nomor pada teks dokumen yang merujuk pada daftar pustaka yang bernomor.Contoh:

Dalam teks dituliskan sebagai berikut: “Tampaknya tidak ada bukti yang pasti dari hasil studi-studi sebelumnya (2). Akan tetapi, untuk tingkat kepastian tertentu, beberapa tantangan muncul tentang perlunya terobosan tehnik-tehnik pengolahan dan analisis data di saat mendatang (1).

Pada Daftar Pustaka dituliskan:1. Jones, M.R. Cooking the data? Science News 8 (1990)

878-891. 2. Smith, J.P. Studying certainty. Science and Culture 9

(1989) 442-463.

Page 221: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 11 : FORMaT USULaN DaN LaPORaN PENELITIaN 211

4) Author-number system. Pada author-number system atau juga disebut Vancouver

Style, suatu nomor diberikan untuk setiap referensi yang digunakan. Bahkan jika seorang pengarang sudah dituliskan dalam teks, nomor referensinya tetap harus dicantumkan.Contoh:

John Sulston mengatakan “Sumber-sumber kekayaan alam mesti digunakan dengan seadil dan semerata mungkin untuk keuntungan semua orang, bukan saja untuk kepentingan-kepentingan pengusaha yang menguntungkan tetapi juga riset-rieset tentang penyakit yang dialami oleh orang miskin” (h.400) (1).Dalam Daftar Pustaka, dituliskan: (1) Sulston J. Beyond release: the equitable use of genomic

information. Lancet 2003 Aug 2; 362(9381): 400-402.

2. Penulisan bibliografi Terdapat beberapa sistem untuk menuliskan bibliografi, dan

pilihan peneliti tergantung pada preferensi dari disiplin akademik dan universitasnya. Dalam ilmu sosial, sistem yang paling banyak digunakan adalah:1) Harvard system. Harvard system dikenal juga sebagai Author-Date style, seperti

yang diuraikan di atas. Semua pencantuman rujukan dalam teks mesti dimasukkan dalam Daftar Pustaka (bibliografi) dan dipresentasikan menurut urutan nama belakang pengarang secara alfabet.Contoh:Global Environment Coordination. 1994. Facing the Global

Environment Challenge: A Progress Report on World Bank Global Environmental Operations. Washington, DC: Global Environment Coordination Division, Environment Dept., The World Bank.

Page 222: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI212

Roell, Craig H. 1994. "The Piano in the American Home." In The Arts and the American Home, 1890 - 1930, ed. Jessica H. Foy and Karal Ann Marling, 193-204. Knoxville, TN: University of Tennessee Press.

2) McGraw-Hill systemContoh:

Fowler, Susan L. (1997): GUI Design Handbook. New York, McGraw-Hill.

Guilford, J. P. and Fruchter, B. (1978): Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York, McGraw-Hill.

3) Modern Languages Association systemContoh: Dua artikel yang ditulis oleh satu pengarang.Jacobi, Tobi. "Speaking Out for Social Justice: The Problems

and Possibilities of US Women's Prison and Jail Writing Workshops." Critical Survey, 23.3 (2011): 41-54. Print.

---. "Writing for Change: Engaging Juveniles through Alternative Literacy Education." Journal of Correctional Education 59.2 (2008): 71-93. Print.

4) Catatan kaki (footnotes) Catatan kaki umumnya digunakan untuk: rujukan untuk

sumber-sumber bibliografi terpercaya, informasi tambahan, dan sumber data untuk tabel-tabel atau elemen lain yang dirujuk dalam teks karya tulis. Penggunaan catatan kaki merupakan salah satu opsi untuk memberikan sumber informasi dalam artikel. Sistem lainnya yaitu pencantuman dalam teks (inline citations), termasuk shortened footnotes dan parenthetical referncing.

3. Penyusunan garis besar penulisan hasil penelitian (outline) Dalam menyusun garis besar penulisan dari hasil studi penelitian

(outline), pembagian bab dan sub-bab sebaiknya merujuk pada tujuan-tujuan umum dan spesifik dari studi penelitian. Judul dari setiap bab harus deskriptif atau uraian dari tema utama studi,

Page 223: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

BaB 11 : FORMaT USULaN DaN LaPORaN PENELITIaN 213

yang mampu mengkomunikasikan substansi atai isi utamanya, dan juga bahasanya jelas serta singkat. 1) Bab 1 umumnya adalah “Pendahuluan”, yang berisi latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan-tujuan studi penelitian, dan organisasi penulisan dari laporan studi.

2) Bab 2 bisa berjudul “Kajian Literatur dan Kerangka Analisis Studi”, yang mencakup evaluasi dari berbagai literatur yang relevan, yang kemudian diikuti dengan perumusan kerangka teori dan konseptual/analisis dari studi, dan juga hipotesis-hipotesi jika diperlukan.

3) Kemudian Bab 3 biasanya tentang “Metodologi Penelitian”, yang memuat tentang metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, jenis-jenis instrumen survey yang digunakan, yang kemudian dilanjutkan dengan sub-bab tentang metode pengolahan data dan analisis data.

4) Bab 4 merupakan penyajian hasil pengolahan data dan pembahasan serta analisis, yang juga berfungsi untuk menjawab tujuan-tujuan dan atau hipotesis-hipotesis dari studi.

5) Bab 5 adalah “Kesimpulan dan Rekomendasi”, yang biasanya berisi ringkasam dari temuan-temuan studi pada bab-bab pembahasan – dan dicocokkan atau dikonfrontasikan dengan tujuan-tujuan dan atau hipotesis-hipotesis studi. Di bab akhir, implikasi-implikasi dari temuan-temuan studi juga dikemukakan untuk merekomendasikan kebijakan-kebijakan atau perbaikan-perbaikan yang relevan dengan topik studi di masa mendatang. Implikasi terhadap kekurangan atau kelemahan dari studi ini juga perlu dikemukakan sebagai dasar dari rekomendasi untuk perbaikan-perbaikan melalui riset-riset mendatang.

Bentuk format laporan hasil penelitian setiap institusi bisa berbeda-beda sesuai dengan buku pedoman yang dimilikinya, namun secara umum bentuk laporan hasil penelitian dapat disusun sebagai berikut :

Page 224: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI214

Judul PenelitianKata PengantarDaftar IsiBab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah 1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.3. Perumusan Masalah Penelitian 1.4. Tujuan dan Kegunaan PenelitianBab II. Kajian Teori, Kerangka Berpikir dan Perumusan Hipotesis 2.1. Hakikat/Pengertian Variabel 1 2.2. Hakikat/Pengertian Variabel. 2 2.3. Hakikat/Pengertian Variabel …….. 2.4. Penelitian Yang relevan 2.5. Kerangka Berpikir 2.6. Perumusan Hipotesis PenelitianBab III. Metodologi Penelitian 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Populasi dan Sampel 3.3. Jenis Penelitian 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.5. Metode Analisis Data 3.6. Teknik Pengolahan DataBab IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Objek Penelitian 4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Analisis Secara Deskriptif 4.2.3. Analisis Secara Inferensial 4.3. Temuan dari penelitianBab V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.2. SaranDaftar PustakaLampiran

Page 225: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

LAMPIRAN 215

LAMPIRAN

Page 226: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI216

Alphonsa, M. J. 1994. Educated Unemployment in Kerala. [Thesis]. Kochi: Cochin University of Science and Technology.

Asra, A. 2014a. Esensi Statistik Bagi Kebijakan Publik. Jakarta: In Media.-----------. 2014b. Cerdas Menggunakan Statistik. Jakarta: In Media.Asra, A. dan S. Sutomo. 2014. Statistika II: Panduan Bagi Pengajar dan

Mahasiswa. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.Asra, A. dan A. Prasetyo. 2015. Pengambilan Sampel Untuk Penelitian

Survei. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.Asra, A. dan Rudiansyah. 2013. Statistika Terapan Untuk Pembuat

Kebijakan dan Pengambil Keputusan. Jakarta: In Media.Badan Pusat Statistik. 2006. Analisis Pengangguran Terdidik. Jakarta:

BPS. -------. 2012. Indikator Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-

Provinsi di Indonesia menurut Lapangan Usaha 2007-2011. Jakarta: BPS.

-------. 2012. Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia: Februari 2012. Jakarta: BPS.

-------. 2002. Publikasi Angkatan Kerja di Indonesia. Jakarta: BPS. Juga untuk tahun-tahun berikutnya.

-------. 2002. Publikasi PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi-Provinsi di Indonesia. Jakarta: BPS. Juga untuk tahun-tahun berikutnya.

-------. 2002-201. Publikasi PDRB Menurut Penggunaan Provinsi-Provinsi di Indonesia. Jakarta: BPS. Juga untuk tahun-tahun berikutnya.

Babbie, E.R. 1973. Survey Research Methods. California: Wadsworth Pub. Co., Inc.

Baltagi, Badi. H. 2008. Econometrics: Fourth Edition. Leipzig: Springer.

DAFTAR PUSTAKA

Page 227: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

LAMPIRAN 217

Blomm, E. David dan Richard B. Freeman. 1986. The Effects of Rapid Population Growth on Labor Supply and Employment in Developing Countries. Population and Development Review, 12, No. 3. September 1986.

Boediono. 1982. Ekonomi Makro Edisi Ke-Empat. BPFE: Yogyakarta.Burns, Robert B. 1994. Introduction to Research Methods, (2nd ed.).

Melbourne: Longman Cheshire.David, K.R. 1993. Method of Educational and Sosial Science Research.

Longman Publishing.Duncan, Otis Dudley. 1984. Notes on Social Measurement – Historical

and Critical, New York: Russel Sage Foundation.Grinnel, Richard Jr. (ed.). 1993. Social Work, Research and Evaluation,

(4th ed.), Illinois: F.E. Peacock Publisher.Greene, William H. 2003. Econometric Analysis: Fifth Edition. New

Jersey: Prentice Hall.Guiseppe, I. 2006. The Power of Survey Design. Washington, D.C: World

BankGujarati, D. N. 2004. Basic Econometrics. Fourth Edition. New York:

The Mc-Graw Hill Companies. Holle, M. Hanafi. 2012. Maluku no. 1 pengangguran di KTI. Detik.

Diakses tanggal 8 Juli 2014 melalui http://news.detik.com/Indrianto, N. dan Bambang Supomo. 1999. Yogyakarta: Metodologi

Penelitian Bisnis.Irawan, Puguh B. and U. Suhaimi. 1999. Crisis, Poverty and Human

Development in Indonesia 1998, Jakarta: BPS & UNDP.Irawan, Puguh, Iftikhar Ahmed, dan Iyanatul Islam. (2000). Labour

Market Dynamics in Indonesia: Analysis of 18 Key Indicators of The Labour Market (KILM) 1986-1999. Jakarta: International Labour Office.

Kerlinger, Fred N. 1986. Foundation of Behavioral Research, (3rd ed.), New York: Holt, Rinehart and Winston.

Page 228: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI218

Keynes, John Maynard. 1936. The General Theory of Employment, Interest and Money, Cambridge: Macmillan Cambridge University Press, for Royal Economic Society.

Kumar, R. 1996, Research Methodology: A step-by-step guide for beginners, Melbourne: Addison Wesley Longman Australia Pty Limited.

Kuntjaraningrat, . Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Litbang Kompas. 2012. Investasi dorong dorong padat karya.

Kompas. Diakses tanggal 27 Agustus 2014 melalui http://Indonesiacompanynews.wordpress.com.

Mankiw, N. Gregory. 2006. Macroeconomics. Seventh Edition. New York: Worth Publishers.

Manning, Chris and P.N. Junankar. 1998. Choosy Youth or Unwanted Youth? A Survey of Unemployment. Bulletin of Indonesian Economics Studies, Vol. 34 No. 1, April 1998, pp. 55-93.

Mazumdar, Dipak. 1981. The Urban Labor Market and Income Distribution, A Study of Malaysia. Oxford: Oxford University Press.

Moleong LJ. 1989. Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia.Omolo, Jacob. 2010. Youth Unemployment in Kenya. (April 2010). FES

Kenya. Diakses tanggal 16 Agustus 2014 melalui http://www.fes-kenya.org/pages/publications/

Prasaja, Mukti Hadi. 2013. Pengaruh Investasi Asing, Jumlah Penduduk, dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terdidik di Jawa Tengah Periode Tahun 2008-2011. Economics Development Analysis Journal, EDAJ 2 (3) 2013 P. 72-84. Diakses tanggal 16 Agustus 2014 melalui http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

Rosenberg, M. 1968. The Logic of Survey Analysis. New York: Russel Sage Foundation.

Sekaran, U. 2000. Research Methods for Business. Third edition. USA: John Wiley & Sons.

Sekaran, U. dan R. Bougie. 2009. Research Methods for Business. Fifth edition. USA: John Wiley & Sons

Page 229: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

LAMPIRAN 219

Singarimbun, M. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: IP3S.Smith, Adam. [1776] 1937. An Inquiry into the Nature and Causes of

the Wealth of Nations. New York: Random House.Soeratno & Arsyad Lincoln. 1999. Metodologi Penelitian Ekonomi dan

Bisnis. Yogyakarta: UPPAMYKPN.Stevens, S. S. 1946. ‘Mathematics, Measurements and Psychophysics’,

in Handbook of Experimental Psychology, S. S. Stevens (ed.). New York: Wiley.

Supranto, J. 1988.. Metode Riset dan Aplikasinya. Jakarta: CV Radjawali.Suryabrata, S. 1992. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Radjawali. Tuwu, A. 1993. Pengantar Metode Penelitian, Terjemahan. Jakarta:

UI-Press.Warwick, D.P. dan C.A. Lininger. 1975. The Sample Survey: Theory and

Practice. New York: McGraw-Hill Book Company.Syafputri, Ella. 2012. Realisasi investasi 2012 tembus Rp 313,2 triliun.

Antara news. Diakses tanggal 27 Agustus 2014 melalui http://www.antaranews.com/berita/chatib-realisasi-investasi-2012

Suryadarma, Daniel, Asep Suryahadi, dan Sudarno Sumarto. 2007. Reducing Unemployment in Indonesia: Result from a Growth-Employment Elasticity Model. SMERU Working Paper, January 2007.

Suryadi, Ace. 1996. “Apakah Pendidikan Dengan Sendirinya Dapat Menjawab Masalah Pengangguran Terdidik?”, Kajian Dikbud No.004, Tahun 1, Maret 1996.

Suryahadi, Asep et. al. (2003). Minimum Wage Policy and It’s Impact on Employment in The Urban Formal Sector. Bulletin of Indonesian Studies, Vol. 39, No. 1, 2003: 29-50.

Tjipoherijanto, Prijono. 1996. Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Wirosardjono, Soetjipto. 2007. Angka-Angka Berbicara, Perbandingan Tentang Statistik di Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Page 230: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI220

DAFTAR ISTILAH

BAHASA INDONESIA BAHASA INGGRISagregat aggregateanalisis analysisangka ringkasan summary figuresasosiasi, hubungan, korelasi association, relationship, correlationcontoh, sampel sampledata berkelompok grouped-dataestimasi, perkiraan, pendugaan estimationgaris kemiskinan poverty linehipotesis hypothesisinformasi statistik, data statistik statistical information, statistical datainsiden incidencekeragaman variationkesalahan sampling sampling errorkesalahan bukan-sampling non-sampling errorketimpangan inequalitymasukan inputmultikolinearitas multicollinearitypencilan outlierperingatan cautions, warningsproksi, pendekatan proxysebab-akibat, kausalitas causalitysignifikan, kebermaknaan significance

Page 231: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

LAMPIRAN 221

statistik statisticstingkat kepercayaan, confidence leveltingkat keyakinan tingkat pengangguran terbuka open unemployment ratetingkat/derajat signifikansi significance level

Page 232: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

METODE PENELITIAN SURVEI222

INDEKS

A L

B

Page 233: METODE PENELITITAN SURVEI REVISI 24 April 2015

LAMPIRAN 223

TENTANG PENULIS

Abuzar Asra, B.St. (Akademi Ilmu Statistik, Jakarta), M.Sc. (University of Michigan, USA), dan Ph.D. (Griffith University, Australia). Bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) sejak 1976; Ahli Peneliti Utama (APU) pada 1994, merangkap Kepala Bagian Analisa dan Pengembangan Statistik

Kependudukan, BPS. Pernah bekerja di Asian Development Bank, Manila, Filipina dan di Islamic Development Bank, Jeddah, Saudi Arabia, dan di Munich Center for Advanced Training, Munich, Jerman. Pernah sebagai Ketua Sekolah Tinggi Manajemen dan Informasi Komputer Muhammadiyah, Jakarta, dan Kepala Laboratorium Statistik di Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila dan Tarumanagara, dan konsultan ADB, IDB, USAID dan ILO. Sekarang sebagai Profesor Riset di BPS dan pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik serta dosen tidak tetap di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Indonesia dan di School of Government and Public Policy. E-mail: [email protected].

Puguh Bodro Irawan, M.A dari Flinders University, Australia. Bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) sejak 1982; menjabat sebagai Kepala Bagian Analisa dan Evaluasi Data, BPS (2001-2). Pernah bekerja di United Nations Development Program - UNDP Jakarta, Indonesia (2002-3, 2004-5) dan

UNDP East Timor (2004), Organization of Petroleum Exporting Countries - OPEC (2005-2013). Pernah sebagai pengajar tidak tetap untuk materi metode penelitian, ekonomi makro, statistik bisnis di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia dan Universitas Trisakti. Konsultan kajian kebijakan publik di ADB, ILO, WHO, UNICEF, UNESCAP, GTZ, JBIC, IHS dan Australian AID. Saat ini sebagai pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, narasumber di Kementerian ESDM, dan konsultan independen di beberapa lembaga pembangunan internasional. Email: [email protected].

Agus Purwoto, Menyelesaikan pendidikan di Akademi Ilmu Statistik, Jakarta tahun 1984, selanjutnya melanjutkan pendidikan dalam bidang Statistik di Institut Pertanian Bogor dan program doktoral dalam bidang penelitian dan evaluasi di Universitas Negeri Jakarta. Bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) sejak 1984 dan di tempatkan pada Pusat Pendidikan

dan Latihan Statistik (PPLS) sebagai staf pengajar Akademi Ilmu Statistik (AIS); pernah menduduki jabatan struktural di PPLS/AIS dan BPS mulai tahun 1991 sd tahun 2000. Semenjak tahun 1991 menjadi Dosen tidak Tetap di berbagai Perguruan Tinggi Swasta diantaranya di ABFII Perbanas sampai sekarang dalam bidang Statistik dan Metodologi Penelitian dan juga sebagai Koordinator Mata Kuliah. Semenjak tahun 2000 menjadi Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik dalam bidang Statistika dan Metodologi Penelitian. E-mail: [email protected].