Survei pendahuluan

50
SURVEY PENDAHULUAN INTERNAL AUDIT BAB VII A. Preliminary Survey: Survey Pendahuluan berguna untuk mendapatkan informasi mengenai objek yang diteliti. Hiro Tugiman (2003 : 56) mengemukakan bahwa : “Survei merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi, tanpa melakukan verifikasi secara terperinci, tentang kegiatan yang akan di audit”. Survey pendahuluan merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa. Oleh karena itu survey pendahuluan di sini meliputi langkah-langkah analisis terhadap risiko mikro yang terkait dalam suatu unit yang akan diaudit. Survey pendahuluan dapat dilakukan dengan sejumlah teknik audit. Penggunaan berbagai teknik audit tersebut dimaksudkan agar tercapai kombinasi optimal dari berbagai upaya untuk memperoleh dan menganalisis informasi yang relevan dengan penilaian risiko secara efisien dan efektif. Terdapat dua klasifikasi utama dari teknik-teknik audit pada tahap survey pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan langkah-langkah survey pendahuluan di kantor unit auditor internal (on desk/off site audit), dan di lokasi unit yang diaudit (on site audit). 1. The Opening Conference During this opening conference meeting, the client describes the unit or system to be reviewed, the organization, available resources (personnel, facilities, equipment, finds), and other relevant information. It is important that the client identify issues or areas of special concern that should be addressed.

description

audit

Transcript of Survei pendahuluan

Page 1: Survei pendahuluan

SURVEY PENDAHULUAN INTERNAL AUDIT

BAB VII

A. Preliminary Survey:

Survey Pendahuluan berguna untuk mendapatkan informasi mengenai objek yang diteliti. Hiro Tugiman (2003 : 56) mengemukakan bahwa :

“Survei merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi, tanpa melakukan verifikasi secara terperinci, tentang kegiatan yang akan di audit”.

Survey pendahuluan merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa. Oleh karena itu survey pendahuluan di sini meliputi langkah-langkah analisis terhadap risiko mikro yang terkait dalam suatu unit yang akan diaudit.

Survey pendahuluan dapat dilakukan dengan sejumlah teknik audit. Penggunaan berbagai teknik audit tersebut dimaksudkan agar tercapai kombinasi optimal dari berbagai upaya untuk memperoleh dan menganalisis informasi yang relevan dengan penilaian risiko secara efisien dan efektif. Terdapat dua klasifikasi utama dari teknik-teknik audit pada tahap survey pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan langkah-langkah survey pendahuluan di kantor unit auditor internal (on desk/off site audit), dan di lokasi unit yang diaudit (on site audit).

1. The Opening Conference

During this opening conference meeting, the client describes the unit or system to be reviewed, the organization, available resources (personnel, facilities, equipment, finds), and other relevant information. It is important that the client identify issues or areas of special concern that should be addressed.

The opening Conference (Pertemuan Pendahuluan)dilakukan antara anggota tim audit internal dengan manajemen perusahaan. Pertemuan ini biasanya diselenggarakan ditempat kerja auditee.

2. On-Site Tour

On-site tour merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk meninjau lokasi atau tempat dilakukan audit. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suatu gambaran luas mengenai operasional perusahaan. Namun demikian, auditor internal harus mengamati aktivitas

Page 2: Survei pendahuluan

operasional yang tidak biasa atau indikasi penyalahgunaan fasilitas serta melihat sikap karyawan terhadap pekerjaannya.

Dalam hali ini, auditor internal dapat melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait untuk memperoleh informasi secara jelas dan efektif. Untuk memastikan bahwa wawancara merupakan bentuk komunukasi yang efektif, yayasan Pendidikan internal Audit (2003 :16) mengemukakan bahwa :

“Salah satu bentuk komunikasi auditor dengan auditee adalah melalui wawancara. Teknik wawancara yang efektif akan menciptakan komunikasi yang baik antara auditor dan auditee”.

Dengan demikian, jelas bahwa wawancara merupakan alat komunikasi yang sangat efektif dilakukan antara auditor dan objek yang diaudit, sehingga auditor memperoleh informasi dengan cepat karena terciptanya hubungan yang baik antara kedua belah pihak.

3. Study Of Documents

Study of Documents (Mempelajari Dokumen) yang dipilih memberikan dasar untuk deskripsi tertulis dari kegiatan audit yang tercakup dalam file audit, Arens, Elder and Beasley (2006:170) mengatakan bahwa :

“The Documents examined by the auditor are the records used by the client to provide information for conducting its business in an organized minner”.

Dari pernyataan di atas, jelas bahwa dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah dokumen yang digunakan klien dalam menyediakan informasi untuk menuntun bisnis dalam suatu organisasi. Auditor internal akan mempelajari dokumen tentang grafik organisasi, pernyataan tujuan organisasi, gambaran kerja, dokumen kegiatan lain serta laporan-laporan relevan. Kunci dari kegiatan ini dalah auditor internal dapat mengetahui bagaimana dokumen tersebut, bagaimana cara menyimpannya dan bagaimana cara pengamanannya.

4. Written Description Of The Auditee

Auditor internal harus meengerti tentang kegiatan auditee dalam hal mengevaluasi sistem pengendalian internal yang memadai. Written Description of the auditee disimpan dalam file permanen yang dapat dimengerti dan memberikan referensi untuk mengevaluasi sistem pengendalian internal dan prosedur audit.

Deskripsi dari sistem informasi Dan kegiatan mencakup flow chart, struktur organisasi, informasi financial dan operasi perusahaan.

5. Analytical Procedures

Analitycal Procedures (Prosedur Analitis) memberikan analisis laporan Singkat dari rangkuman data kuantitatif yang mencakup laporan keuangan dan laporan kegiatan lainnya.

Page 3: Survei pendahuluan

Saat pelaksanaan tinjauan prosedur analitis, auditor internal membandingkan hasil nyata untuk aktivitas audit dari tahun ke tahun, contohnya membandingkan hasil operasi dengan anggaran.

Arens, Elder and Beasley (2006:170) menyatakan bahwa :

“Analitycal Procedures use comparisons and relationship to assess whether account balances or other data appear resonable”.

Dari pernyataan di atas, jelas bahwa prosedur analitis digunakan untuk membandingkan dan menghubungkan apakah account balances atau data yang lain relevan.

B. Internal Control Review:

1. Konsep Pengendalian Internal

Pengertian Pengendalian Intern

Menurut Michael P. Cangemi dan Tommie Singleton (2002, p.66), pengendalian internal adalah aturan, praktek, prosedur, dan peralatan yang dirancang untuk :

a) Keamanan asset yang berhubungan dengan badan hukum.

b) Meyakinkan akurasi dan kepercayaan perolehan data dan informasi produk.

c) Mendapatkan efisiensi.

d) Mengukur pemenuhan dengan aturan yang berhubungan dengan badan hukum.

e) Mengukur pemenuhan dengan regulasi-regulasi.

f) Mengatur kejadian-kejadian negatif dan pengaruh dari penyuapan, kejahatan dan aktivitas pengrusakan.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal meliputi metode dan kebijakan yang terkoordinasi di dalam perusahaan untuk mengamankan kekayaan perusahaan, menguji ketepatan, ketelitian dan keandalan catatan / data akuntansi serta untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen.

Tujuan Pengendalian Intern

Menurut Anomymous 1 (2007, http://id.wikipedia.org/wiki/ Pengendalian_intern), tujuan pengendalian intern adalah menjamin manajemen perusahaan agar :

a) Tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai.

b) Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya.

c) Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Page 4: Survei pendahuluan

Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.

Komponen Pengendalian Intern

Menurut Weber (1999, p.49), pengendalian internal terdiri dari lima unsur / komponen yang saling berintegrasi, antara lain:

a) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Komponen ini diwujudkan dengan cara pengoperasian, cara pembagian wewenang dan tanggung jawab yang harus dilakukan, cara komite audit berfungsi, dan metode-metode yang digunakan untuk merencanakan dan memonitor kinerja.

b) Penilaian Resiko (Risk Assessment)

Komponen untuk mengidentifikasi dan menganalisa resiko yang dihadapi oleh perusahaan dan cara-cara untuk menghadapi resiko tersebut.

c) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Komponen yang dioperasikan untuk memastikan transaksi telah terotorisasi, adanya pembagian tugas, pemeliharaan terhadap dokumen dan record, perlindungan asset dan record, pengecekan kinerja dan penilaian dari jumlah record yang terjadi.

d) Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)Komponen dimana informasi digunakan untuk mengidentifikasi, mendapatkan, dan menukarkan data yang dibutuhkan untuk mengendalikan dan mengatur operasi perusahaan.

e) Pemantauan (Monitoring)

Komponen yang memastikan pengendalian internal beroperasi secara dinamis.

Unsur-unsur sistem pengendalian intern sangat penting karena sistem mempunyai beberapa unsur dan sifat-sifat tertentu yang dapat meningkatkan kemungkinan dapat dipercayainya data-data akuntansi serta tindakan pengamanan terhadap aktiva dan catatan perusahaan.

Sistem pengendalian intern merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem informasi akuntansi. Tanpa dukungan sistem pengendalian intern yang memadai sistem informasi akuntansi tidak akan dapat menghasilkan informasi yang handal untuk pengambilan keputusan. Sistem pengendalian intern yang diterapkan pada sistem informasi akuntansi

Page 5: Survei pendahuluan

sangat berguna untuk mencegah dan menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Sistem pengendalian intern juga dapat digunakan untuk mengecek kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga dapat dikoreksi.

1) Pengertian Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan dapat dipercaya tidaknya data akuntansi mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen.

Pengawasan intern (Internal Control) dalam arti sempit, pengawasan intern merupakan pengecekan penjumlahan mendatar (crossfooting) maupun penjumlahan menurun (footing). Dalam artian luas, pengawasan intern tidak hanya meliputi pekerjaan pengecekan tetapi meliputi semua alat-alat yang digunakan manajemen untuk mengadakan pengawasan. Pengawasan intern itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat yang dikoordinasikan yang digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi, dan membantu dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Berdasarkan dari beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah suatu rancangan prosedur organisasional yang mendorong terciptanya kebijakan manajemen untuk menciptakan efisiensi operasional, melindungi aktiva, serta yang terpenting untuk mencegah penyelewengan terhadap aktiva perusahaan.

2) Fungsi Pengendalian Intern

Dengan melihat definisi sistem pengendalian intern di atas maka fungsi pengendalian intern dapat dibagi atas:

a) Melindungsi harta perusahaan dari tindakan dan keadaan yang merugikan, misalnya pencurian, kerugian dan kerusakan.

b) Mengecek kerusakan data akuntansi, sehingga dapat menghasilkan data yang dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan.

c) Meningkatkan efisiensi usaha dalam beroperasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengulangan kerja yang tidak perlu dan merupakan pemborosan dalam seluruh aspek usaha.

d) Mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Manajemen membuat berbagai peraturan dan prosedur untuk pencapaian tujuan perusahaan.

Page 6: Survei pendahuluan

3) Unsur-unsur Pengendalian Intern yang Berbasis Komputer.

Suatu pengendalian intern yang baik tidak luput dari berbagai unsur-unsur yang mendukung. Unsur-unsur pengendalian intern yang berbasis komputer terdiri dari:

a) Pengendalian umum

Pengendalian umum bukan merupakan subtitusi pengendalian aplikasi. Pengendalian umum dipandang perlu tetapi tidak mencukupi bagi pengendalian transaksi. Pengendalian umum merupakan suatu standar dan paduan yang digunakan karyawan dalam melaksanakan fungsinya yaitu:

· Pengendalian organisasi, ditujukan untuk melakukan pemisahan secara jelas antara fungsi pengolahan data elektronik (EDP) dengan fungsi-fungsi lainnya dalam organisasi. Di dalam fungsi EDP itu sendiri perlu diadakan pemisahan antara fungsi perencanaan sistem dan penyusunan program, fungsi operasi fasilitas pengolahan data, serta fungsi penyimpanan program dan library. Hal ini dimaksud untuk:

1. Menciptakan pengecekan silang terhadap ketelitian dan kewajaran perubahan yang dimaksud dalam sistem.

2. Mencegah operator komputer melakukan perubahan terhadap program tanpa ijin dan tanpa pengujian terlebih dahulu.

3. Mencegah akses terhadap komputer oleh pihak yang tidak berwenang.

4. Mendorong efisiensi karena tiap fungsi memerlukan kemampuan serta keahlian yang berbeda dalam melaksanakan kegiatannya.

· pengendalian terhadap:

1. Prosedur penelaahan dan pengesahan sistem baru yang dilaksanakan oleh komisi yang berwenang.

2. Prosedur pengujian program yang dilakukan untuk memperoleh keyakinan bahwa program sesuai dengan spesifikasi dan rancangan serta mencakup logika pengambilan keputusan dan pengolahan data.

3. Prosedur perubahan program yang dilaksanakan oleh fungsi perancangan sistem dan program. Prosedur ini harus dirumuskan dengan baik untuk tujuan yang tidak diotorisasi.

4. Dokumentasi merupakan sarana yang penting untuk memahami dan mengevaluasi program dan merupakan catatan historis terhadap semua perubahan pada program.

b) Pengendalian Transaksi:

Page 7: Survei pendahuluan

· Pengendalian Input:

Pengendalian masukan yang dimaksud untuk meyakinkan bahwa semua data transaksi telah dicatat dengan teliti, lengkap dan tepat waktu. Ada beberapa langkah pengumpulan data yaitu:

1. Otorisasi transaksi penjualan yang terkomputerisasi secara tumpuk dilakukan dengan memeriksa tumpukan dokumen sedangkan secara online verifikasi dilakukan dengan menggunakan kata sandi. Jika seseorang pengguna memberikan kata sandi yang benar maka dianggap oleh sistem memiliki otorisasi untuk masuk ke dalam sistem. Prosedur otorisasi umum dapat diperketat dengan membatasi jenis data yang boleh diterima dan mencatat upaya akses ke dalam sistem oleh pengguna.

2. Pendesainer screen data entry, harus terprogram dengan baik sehingga memudahkan dalam proses pencatatan data transaksi secara online. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rancangan tampilan layar monitor yaitu: tersedianya layar monitor yang menampilkan format dokumen masukan yang merupakan faktur penjualan pada sistem online, penyesetan tanggal dan waktu transaksi secara otomatis pada tanggal transaksi, adanya kode rekening atau kode produk yang dapat diinput ke dalam komputer.

3. Validasi terhadap data input dilakukan dengan melakukan cek validitas yang memeriksa apakah data yang dimaksudkan sudah ada dalam sistem komputer, malekukan cek field (data item) yang memeriksa apakah data yang dimasukkan ke dalam suatu field sudah sesuai, mencek batas untuk memeriksa apakah data kuantitatif yang dmasukkan tidak melewati batas meksimum yang telah ditetapkan, melakukan cek logika untuk memeriksa apakah data input tersebut sudah logis, mencek digit untuk memeriksa apakah kode yang dimasukkan susunannya sudah benar.

4. Pengiriman data transaksi dapat dilakukan dengan cek pantulan (echo check) yang dilakukan dengan pengiriman kembali data ke terminal untuk dibandingkan dengan data yang dikirimkan, cek ganda yang dilakukan dengan manambah item data (field) agar akurasi data yang dikirimkan dapat di cek, cek kelengkapan yang dilakukan dengan memeriksa apakah semua data yang diinput telah sesuai. Bila ada data yang belum terkirim maka komputer akan memberikan tanda dengan menampilkan pesan dilayar monitor.

· Pengendalian Proses

Pengendalian proses merupakan pengendalian yang dirancang sesuai dengan aplikasi-aplikasi tertentu. berikut ini kategori pengendalian proses, yaitu:

1. Total check dipergunakan untuk mendeteksi apakah semua data yang dioleh sudah lengkap dan telah benar, kontrol check dihitung oleh komputer sewaktu proses pengolahan data dicetak mesin printer dan hasilnya dibandingkan dengan total yang seharusnya.

Page 8: Survei pendahuluan

Pengecekan total hasil penginputan dapat digunakan untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan seperti hilang atau rusaknya data.

2. Cek logika proses dilakukan untuk mengetahui kesalahan secara logika data yang dihasilkan oleh proses komputer.

3. Pengendalian setiap proses dilakukan dengan mencetak laporan setiap kali selesai menjalankan suatu proses. Pengendalian ini sangat tepat untuk pengolahan data secara batch sedangkan untuk pengolahan data secara online dapat dibuatkan pada akhir setiap hari.

· Pengendalian Output

Pengendalian output dirancang untuk menjamin bahwa output yang dihasilkan oleh sistem sudah lengkap, akurat, dan didistribusikan kepada pemakai yang tepat. Pengendalian output meliputi:

1. Pengendalian Pendesainan Format Laporan. Laporan yang merupakan hasil output dari suatu sistem informasi yang baik memudahkan pemakai untuk memahami lebih baik isi laporan tersebut. Ada bebrapa hal penting dalam pendesainan laporan yang baik yaitu: nama laporan merupakan judul halaman dari suatu laporan yang dimaksudkan untuk melakukan identifikasi laporan. Waktu dan tanggal laporan dibuat yang dimaksudkan untuk melakukan pengendalian terhadap berbagai laporan yang dihasilkan selama sehari, jumlah halaman beserta kopiannya dibuat untuk mencegah halaman yang hilang pada saat pendistribusian.

2. Pengendalian Distribusi Laporan Secara Online.Pengendalian distribusi laporan secara online dibutuhkan perusahaan untuk mencegah kemudahan akses oleh pihak yang tidak berhak mendapatkan laporan tersebut. Pengendalian distribusi laporan ini ditujukan kepada sistem jaringan komputer baik pemakai yang dituju maupun pihak EDP sebagai pengelola laporan. Selain itu, sistem jaringan dapat dilengkapi dengan menggunakan perlindungan password. Orang-orang berhak saja dapat mengetahui kata kunci password tersebut.

2. Description And Analysis Of Intenal Control

Internal Control: Sebuah Tinjauan Teoritis

Konsep Internal Control telah bergulir sejak tahun 1930-an. Untuk pertama kali, George E. Bennet menyebutkan definisi Internal Control. Namun istilah tersebut baru dinyatakan secara institutional oleh AICPA pada tahun 1949 melalui laporan khusus yang berjudul “Pengendalian Internal – Elemen-elemen Sistem yang Terkoordinasi dan Pentingnya Pengendalian bagi Manajemen dan Akuntan Independen”. Selanjutnya konsep tersebut

Page 9: Survei pendahuluan

berkembang pesat dengan yang kita kenal 8 (delapan) unsur Pengendalian Internal. Perkembangan berikutnya, pada awal tahun 80-an konsep tersebut dinilai banyak pihak sudah tidak aplicabel lagi. Semakin kompleksnya dunia bisnis dan teknologi membuat konsep pengendalian internal tersebut tidak efektif dalam mendorong tercapainya tujuan perusahaan. Semakin banyak keluhan dari perusahaan dan institusi yang telah menerapkan konsep internal control sebagaimana dikembangkan oleh American Institute of Certified Public Accountant (AICPA), namun masih mengalami kegagalan.

Pada tahun 1992, The Commitee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO) menerbitkan laporan yang berjudul “Internal Control-Integrated Framework”. Laporan COSO tersebut memberikan suatu pandangan baru tentang konsep Internal Control yang lebih luas dan terintegrasi serta sesuai dengan perkembangan dunia usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan .Jika pada konsep sebelumnya hanya menekankan pada proses penyusunan laporan keuangan saja, maka konsep COSO memiliki pandangan yang lebih luas yaitu dengan melakukan pengendalian atas perilaku seluruh komponen organisasi. Konsep ini mendapat akseptasi yang luas dari berbagai pihak.

Di Indonesia, perkembangan menarik terjadi dengan terbitnya Undang-undang nomor 1 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2006. Pada ketentuan tersebut, ditetapkan bahwa setiap instansi pemerintah harus mengembangkan Sistem Pengendalian Intern. Penjelasan dan ketentuan lain yang menjabarkan menyebutkan bahwa Sistem Pengendalian Intern terdiri dari 5 komponen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta monitoring. Hal ini mengandung arti bahwa konsep Internal Control versi COSO diterapkan pada sektor pemerintahan di Indonesia. Sebuah langkah maju dan berani serta menjadi tantangan yang tidak mudah bagi para auditor internal pemerintah. Tulisan ini akan membahas secara umum konsep tersebut.

Definisi Internal Control

Pada tahun 1949, AICPA mendefinisikan Internal Control (IC) sebagai rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, meyakini keandalan dan akurasi data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan. Definisi ini diinteprestasikan oleh banyak pihak terdiri atas dua kelompok yaitu pengendalian administatif dan pengendalian akuntansi. Pengendalian administratif yang berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan sedangkan pengendalian akuntansi terkait dengan penyajian laporan keuangan.

Perluasan atas definisi IC dilakukan oleh AICPA berlaku mulai 1 Januari 1997. Redefinisi ini dipengaruhi oleh Laporan COSO sebagaimana disebutkan sebelumnya (1992). Laporan COSO menyatakan definisi Internal Control sebagai berikut :

Page 10: Survei pendahuluan

“Internal control is broadly defined as a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories:

l Effectiveness and efficiency of operations.

l Reliability of financial reporting.

l Compliance with applicable laws and regulations”

Melalui Statement of Auditing Standar (SAS), AICPA mendefinisikan Internal Control sama dengan definisi COSO, yaitu suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas Dewan Komisaris, Manajemen dan Pegawai, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar atas (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Berbeda dengan definisi pertama yang hanya mengaitkan pengendalian hanya dengan perencanaan, metode dan pengukuran, pada definisi berikutnya terkait dengan “proses yang dipengaruhi oleh aktivitas seluruh komponen organisasi”. Definisi ini mengandung makna yang lebih luas dari definisi sebelumnya.

Dengan perluasan definisi ini, IC terdiri atas 5 komponen, meliputi :

a) Lingkungan Pengendalian.

b) Penilaian Risiko.

c) Aktivitas Pengendalian.

d) Informasi dan Komunikasi

e) Monitoring.

Sesuai dengan definisi IC menurut COSO, komponen-komponen tersebut mencerminkan adanya perubahan pengertian yang cukup signifikan. IC bukan hanya meliputi komponen-komponen organisasi yang bersifat statis, tetapi meliputi juga hal-hal yang bersifat dinamis. Tidak hanya terkonsentrasi pada penyusunan laporan keuangan saja, namun meliputi juga pencapaian tujuan organisasi. Tidak hanya memperhatikan tingkatan manajerial dan operasional organisasi, namun juga meliputi tingkatan strategis pada organisasi.

Kelima komponen IC di atas memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Larry F Konrath (1999) menggambarkan kelima komponen tersebut bagaikan sebuah bangunan rumah dimana Lingkungan Pengendalian menjadi pondasinya. Penilaian risiko, aktivitas pengendalian dan informasi dan komunkasi menjadi pilar-pilarnya. Sedangkan Monitoring menjadi atapnya. Dengan demikian, sebuah IC akan berjalan secara efektif jika kelima unsur tersebut terbangun dengan baik dan beroperasi sesuai proporsinya masing-masing.

Page 11: Survei pendahuluan

3. Preliminary Evaluation Of Internal Control

Tahap perencanaan evaluasi merupakan langkah awal evaluasi sekaligus Merupakan tahap paling penting yang dilakukan untuk mempermudah dan mengarahkan proses kerja evaluasi sehingga lebih efektif, efisien dan ekonomis. Dalam tahap ini ditentukan ruang lingkup pelaksanaan evaluasi serta tujuan dilaukannya evaluasi pada ruang lingkup yang ditetapkan. Selanjutnya, menyiapkan penelitian di lapangan menggunakan instrumen evaluasi yang berupa checklist, wawancara danpengamatan.

4. Reassessment Of Auditee Risk

Penilaian Kembali Risiko Audit

Resiko audit adalah adanya ketidakpastian tentang kompetensi bukti, ketidakpastian tentang evektivitas dali pengendalian intern yang dimiliki klien, serta ketidakpastian tentang kebenaran dan kewajaran penyajian laporan keuangan.Konsep keseluruhan audit mengenai resiko audit merupakan kebalikan dari konsep keyakinan yang memadai. Semakin tinggi kepastian yang ingin diperoleh audit dalam menyatakan pendapat yang benar, semakin rendah resiko audit yang akn diterima. Sedangkan jika 99% kepastian diinginkan, maka resiko audit adalah 1%.

Model Resiko audit (Audit Risk Model) mengekspresikan hubungan antara komponen-komponen resiko audit sebagai berikut :

AR = IR × CR × DR

Simbol tersebut mewakili resiko audit, resiko bawaan (IR), resiko pengendalian (CR), dan resiko deteksi (DR), secara berurutan.

Dalam rangka untuk mengimplementasikan model ini auditor harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi penilian resiko bawaan, resiko pengendalian, dan resiko deteksi. Faktor-faktor tersebut adalah :

a) Resiko Bawaan (Inherent Risk)

Resiko bawaan adalah Kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan mengasumsikan tidak terdapat pengendalian. Penilaian resiko bahwa memerlukan pertimbangan mengenai hal-hal yang mungkin memiliki dampak yang mendalam terhadap asersi-asersi untuk semua atau banyak akun dal hal-hal yang hanya berkaitan dengan asersi spesifik untuk suatu akun yang spesifik.

Page 12: Survei pendahuluan

b) Resiko Pengendalian (Control Risk)

Resiko pengendalian adalah resiko bahwa salah saji meterial yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pegendalian intern entitas. Pengendalian intern yang efektf atas suatu asersi akan mengurangi resiko pengendalian , sementara pengendalian intern yang tidak efektif meningkatkan resiko pengendalian.

c) Resiko Deteksi (Detection Risk)

Resiko deteksi adalah resiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi. Resiko deteksi dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi dari resiko prosedur analitis dan resiko pengujian terinci. Resiko prosedur analitis dan resiko pengujian terinci merupakan fungsi dari efektifitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.

Jenis-jenis Resiko Auditor :

a) Resiko Deteksi Rencana ( Plenned Detection risk)

Ukuran resiko bahwa bukti audit dalam suatu segmen akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi.

b) Resiko Bawaan (inherent risk)

Merupakan ukuran atas penilaian auditor terhadap kemungkinan terdapat suatu salah saji yang material dalam suatu segmen sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian intern.

c) Resiko pengendalian (control Risk)

Suatu ukuran atas penilaian auditor akan kemungkinan terdapatnya suatu salah saji yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat diterima pada suatu segmen yang akan tidak tercegah atau terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimiliki klien.

d) Resiko Akseptibilitas Audit (accepteable audit risk)

Suatu ukuran atas seberapa besar kesediaan auditor untuk menerima bahawa laporan keuangan mengandung suatu kesalahan penyaajian yang material setelah suatu proses audit dinyatakan selesai dan suatu pendapat wajar tanpa syarat yang diterbitkan, juga lihat assurance.

e) Resiko perjanjian (engagement risk)

Page 13: Survei pendahuluan

Resiko bahwa auditor atau kantor akuntan akan menderita sejumlah kerugian akibat hubungannya dengan klien, walaupun laporan audit yang disampaikan bagi klien tersebut sudah benar.

Penilaian Risiko dalam Perencanaan Penugasan

Dalam Standar 2210.A1 disebutkan bahwa auditor internal harus melakukan penilaian awal terhadap risiko-risiko yang relevan dengan kegiatan yang sedang diperiksa.Tujuan penugasan harus mencerminkan hasil dari proses penilaian ini.

a) Auditor internal mempertimbangkan penilaian risiko yang telah dilakukan oleh manajemen terhadap risiko-risiko yang relevan dengan kegiatan yang sedang diperiksa. Auditor internal juga mempertimbangkan:

1) Keandalan dari penilaian risiko oleh manajemen.

2) Proses manajemen dalam pemantauan, pelaporan, dan penyelesaian masalah-masalah risiko dan pengendalian.

3) Pelaporan manajemen atas kejadian-kejadian yang melampaui batas risk appetite organisasi dan respons manajemen terhadap laporan tersebut.

4) Risiko-risiko dalam kegiatan lain yang terkait dengan kegiatan yang sedang diperiksa.

b) Auditor internal mendapatkan atau memperbarui informasi mengenai latar belakang dari kegiatan yang sedang diperiksa untuk menentukan dampak terhadap tujuan dan ruang lingkup penugasan.

c) Selayaknya auditor internal melakukan survei untuk familiariasi dengan kegiatan yang diperiksa, risiko-risiko beserta pengendaliannya untuk mengidentifikasi area-area penekanan penugasan, serta meminta komentar/saran dari klien penugasan bila ada.

d) Auditor internal merangkum hasil dari review atas penilaian risiko yang dilakukan oleh manajemen tersebut, termasuk informasi latar belakang dan hasil survei. Ringkasan tersebut mencakup:

1) Isu-isu signifikan yang akan ditelusuri lebih mendalam dalam pekerjaan lapangan, beserta alasan-alasannya.

2) Tujuan dan prosedur penugasan .

3) Metodologi yang akan digunakan, seperti teknik audit berbasis teknologi dan teknik sampling.

Page 14: Survei pendahuluan

4) Potensi titik-titik pengendalian yang kritikal, baik karena pengendalian yang kurang dan/atau berlebih.

5) Alasan untuk tidak melanjutkan penugasan atau untuk mengubah tujuan penugasan secara signifikan (jika ada).

Menilai Resiko Pengendalian

Empat penilaian yang spesifik harus dibuat untuk tiba dipenilaian awal :

a) Menilai apakah laporan keuangan bisa diaudit.

b) Menentukan resiko kendali yang telah dinilai didukung oleh pemahaman yang diperoleh.

c) Menilai apakah mungkin bahwa resiko kendali yang dinilai lebih rendah bisa didukung.

d) Menentukan resiko pengendalian yang sesuai yang telah dinilai

Memutuskan Rencana Resiko Pendeteksian Dan Merancang Ujian Substantif

Untuk melakukan hal itu Auditor menggunakan hasil dan proses penilaian resiko kendali dan ujian pengendalian.

SUMMARY :

Suatu paragraf pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen jaminan yang wajar bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Pemahaman akan pengendalian internal terutama pemahaman yang berkaitan dengan keandalan dari pelaporan keuangan.

Pengendalian internal memiliki lima kategori pengendalian yang direncanakan dan diimplementasikan oleh manajemen untuk memberikan jaminan bahwa sasaran hasil pengendalian manajemen akan terpenuhi. Kelima kategori tersebut adalah:

a) Lingkungan Kendali terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan keseluruhan sikap dari manajemen puncak, para direktur, dan pemilik dari suatu entitas mengenai pengendalian internal dan arti pentingnya bagi entitas itu.

b) Penilaian Resiko adalah identifikasi manajemen dan analisis resiko yang relevan dengan persiapan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP/PSAK.

c) Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan bahwa tindakan yang perlu telah diambil untuk mengatasi resiko dalam pencapaian sasaran hasil entitas itu.

d) Informasi dan komunikasi bertujuan untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas asset yang terkait.

Page 15: Survei pendahuluan

e) Pengawasan adalah aktivitas penilaian berkala atau berkelanjutan dari mutu penampilan/ prestasi pengendalian internal oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian itu beroperasi seperti yang diharapkan.

Tugas auditor dalam memperoleh pemahaman dari pengendalian internal adalah untuk mengetahui tentang masing-masing dari kelima komponen pengendalian internal. Dalam memperoleh pemahaman tersebut, auditor perlu mempertimbangkan dua aspek yakni aspek perancangan berbagai kendali di masing-masing komponen dan aspek apakah mereka telah ditempatkan dalam operasional.

Dallam memperoleh pemahaman dari pengendalian internal terdapat lima prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor akan pengendalian internal yakni sebagai berikut:

a) Memperbaharui dan mengevaluasi pengalaman auditor yang sebelumnya auditor dengan entitas itu.

b) Meminta keterangan dari personil klien.

c) Menguji dokumen dan arsip.

d) Mengamati aktivitas dan operasional entitas.

Tiga metode yang biasanya digunakan untuk mengdokumentasikan pemahaman pengendalian internal adalah naratif, bagan alur, dan daftar pertanyaan. Naratif adalah suatu uraian tertulis tentang pengendalian internal klien, bagan alur adalah perwujudan simbolis berbentuk diagram dari dokumen klien dan aliran berurut mereka dalam organisasi, sedangkan daftar pertanyaan merupakan serangkaian pertanyaan tentang pengendalian pada setiap area audit sebagai sebuah cara untuk menunjukkan kepada auditor aspek-aspek dari pengendalian internal yang mungkin tidak memadai.

Suatu penggunaan utama dari pemahaman auditor akan pengendalian internal adalah untuk menilai risiko pengendalian untuk masing-masing sasaran audit yang terkait dengan transakasi. Namun dalam membuat risiko penilaian ini, risiko pengendalian yang dinilai harus dibatasi pada tingkatan yang didukung oleh bukti. Prosedur yang digunakan untuk memperoleh bukti demikian disebut pengujian pengendalian. Dalam melakukan uji pengendalian terdapat beberapa prosedur yang dilakukan yaitu:

a) Meminta keterangan dari personil klien yang sesuai.

b) Menguji dokumen, arsip, dan laporan.

c) Mengamati aktivitas yang terkait dengan pegendalian.

d) Melaksanakan kembali prosedur klien

Page 16: Survei pendahuluan

http://anhyfreedom.blogspot.co.id/2013/01/survey-pendahuluan-internal-audit.html

Tujuan Survey Pendahuluan

Kompleksitas operasi pada suatu perusahaan mungkin akan membuat auditor menemui kesulitan pada saat akan melakukan pemeriksaan. Survei pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi dan persektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit. Audit bisa juga merupakan bagian dari penugasan rituin yang memiliki standar dan proses tertentu atau bisa juga merupakan respons atas masalah yang berkembang yang membutuhkan pengetahuan akan hal baru atau tehnik pemeriksaan yang berbeda. Beberapa praktisi audit internal telah mengembangkan pendekatan ”tepat pada waktunya” untuk penjadwalan audit untuk memastikan bahwa jasa audit siap tersedia sesuai waktu yang dijadwalkan. Survei pendahuluan dapat membantu auditor menentukan jenis audit paling efektif terutama dengan adanya paradigma baru bahwa auditor harus dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan bahwa perusahaan adalah pelanggan/klien dari auditor.

Tahap-tahap Pelaksanaan SurveyTahap-tahap pelaksanaan survey terdiri dari 7 langkah dasar :

1. melakukan studi awal

2. mendokumentasikan

3. bertemu klien

4. mendapatkan informasi

5. mengamati

6. membuat bagan alir/flow chart

7. melaporkan

1. melakukan studi awal

Studi awal mencakup :

Penelaahan : kertas kerja tahun sebelumnya

Temuan-temuan audit

Bagan organisasi

Page 17: Survei pendahuluan

Dokumen-dokumen lain yang dapat membantu pemahaman

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila audit yang dilakukan adalah audit berulang (repeat audit) adalah mempelajari permanent file yang berisi laporan audit terdahulu, informasi lainnya yang relevan dengan penugasan berikutnya.

Auditor perlu menelaah literature-literatur yang terkait agar pengetahuan audit dapat

selalu ter-update dengan memakai referensi dari situs dari IIA yaitu www.theiia.org atau jurnal Internal Auditor yaitu jurnal profesi yang diterbitkan IIA.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan studi awal:

1. Pendokumentasian

Dokumentasi berupa kuestioner penting untuk bahan wawancara/diskusi

2. Daftar pengingat

Catatan yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan auditor mulai

perencanaan, pekerjaan lapangan sampai penyelesaian agar auditor tidak

bingung pada saat akan memeriksa.

3. Daftar isi

Berisi daftar masalah yang harus ditangani auditor seiring dengan kemajuan

penugasan dan membuat acuan kertas kerja.

4. Pengurangan biaya

Manajemen mengharapkan hasil pemeriksaan dari audit internal menghasilkan saran-saran yang menghasilkan pengurangan biaya maupun peningkatan operasi. Pengurangan biaya secara langsung akan mempengaruhi laba perusahaan.

5. Catatan kesan

Catatan yang berisi pengamatan dan kesan auditor selama audit misal moral

karyawan, kebiasaan kerja, organisasi dan penugasan staf, supervisi, hubungan

dengan organisasi lain, daerah kerja.

6. Kuesioner

Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan untuk memenuhi

tujuan audit, bertemu manajer klien pada pertemuan awal.

Page 18: Survei pendahuluan

2. Bertemu Klien

Dalam tahapan ini internal auditor mendapatkan peluang untuk menjelaskan kepada klien tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan, peran audit internal dalam organisasi.

Internal auditor dalam melakukan wawancara harus memiliki keahlian yang cukup agar orang yang diwawancara memiliki rasa nyaman, mau memberikan informasi, mau bekerjasama sehingga penugasan keseluruhan audit bisa berhasil. Sebaliknya, tehnik tanya jawab yang tidak baik menciptakan sikap permusuhan, menyebabkan orang menahan informasi/memberi informasi yang salah dan kemungkinan menyebabkan kegagalan audit.

3. Mengumpulkan bahan bukti :

Survei pendahuluan akan berlangsung lancar dan sistematis jika auditor internal memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyakan audit, informasi penting dapat diklasifikasikan kedalam empat fungsi dasar manajemen: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan control.

4. Pengamatan (observing)

Pengamatan dalam arti umum terus dilakukan selama survey pendahuluan. Melalui pengamatan dan tanya jawab yang yang efektif, auditor internal mampu untuk :

· Menentukan tujuan, sasaran dan standar

· Menilai control untuk mencapai tujuan

· Mengevaluasi resiko

· Menentukan control untuk meminimalkan resiko

· Menentukan penentuan resiko secara statistik

· Menilai gaya manajemen dan aspek perilaku manusia

Tujuan, sasaran dan standar

Selama survey pendahuluan, auditor internal harus menentukan aktivitas yang diaudit-bukan tujuan audit yang akan ditetapkan selanjutnya melainkan tujuan aktivitas itu sendiri. Jika tujuan-tujuan itu tidak dipahami dengan baik, maka audit bisa kehilangan manfaatnya, Mendapatkan gambaran tujuan aktivitas yang tepat dan kesesuaian misinya dengan sasaran strategis perusahaan (disebut audit berorientasi manajemen yang efektif / effective management oriented audit) merupakan cerminan profesionalisme auditor internal.

Kontrol-kontrol untuk mencapai tujuan

Page 19: Survei pendahuluan

Kontrol digunakan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai. Cara paling produktif untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi control adalah dengan mengenali masalah dan kemudian mencari control yang bisa mengidentifikasi atau mencegah masalah tersebut atau mencari control yang seharusnya bisa mengurangi resiko.

Mengevaluasi resiko

Titik awal perencanaan audit haruslah resiko-resiko organisasional atau ancaman bagi pencapaian tujuan usaha. Kecermatan professional mencakup pertimbangan atas ketidakwjaran dan ketidakpatuhan yang material. Kapanpun auditor internal melakukan audit mereka harus menyadari resiko, jebakan-jebakan potensial-ibarat batu-batu yang dibawahnya terdapat kalajengking berbisa yang siap menerkam. Yang dibutuhkan adalah kompetensi professional. Orang awam mungkin merasa tidak ada masalah bila pemesanan dan penerimaan persediaan dilakukan oleh orang yang sama, tetapi auditor internal yang professional harus segera menyadari adanya resiko bawaan dibaliknya.

Mengidentifikasi semua resiko yang ada akan sulit khususnya karena resiko sering muncul seiring dengan perubahan praktik bisnis. Namun banyak resiko-resiko umum yang telah didefinisikan dalam buku standar akuntansi, auditing dan manajemen.

Menentukan control untuk meminimalkan resiko

Ketika auditor telah mengenali resiko mereka harus mencari control yang dirancang untuk menghadapinya. Kontrol yang tidak memadai atau tidak efektif harus didiskusikan dengan manajer. Jika manajer tidak bisa diyakinkan untuk melakukan perbaikan maka auditor harus membuat program pengujian purposive-bukan pengujian berdasarkan sampel untuk mendukung bukti dan signifikansi risiko.

Survei pendahuluan memberi perusahaan fondasi untuk penyiapan program audit yang berkonsentrasi pada masalah-masalah penting bagi manajemen. Apakah resiko kunci telah diidentifikasi? Apakah sudah diawasi? Apakah control yang tidak memadai telah disadari dan diperbaiki? Apakah kelemahan yang harus diaudit lebih dalam.

Menentukan penentuan resiko secara statistic

Auditor internal tidak dapat menuntut diterapkannya control yang bianyanya melebihi resiko yang harus dihadapi. Konsep ini disebut “keyakinan yang wajar” oleh AICPA (American Institute of Certified Public accountants). Suatu control yang memakan biaya $1.000.000 setahun seharusnya tidak direkomendasikan untuk mencegah kecurangan yang tidak melebihi $10.000 setahun.

Menilai gaya manajemen dan perilaku manusia

Page 20: Survei pendahuluan

Internal auditor dapat melakukan penilaian perilaku manajer selama wawancara. Tidak ada control yang lebih baik daripada manajemen yang memiliki pengetahuan, gampang ditemui, berpandangan luas sehingga manajer itu sendiri dapat dianggap berperilaku seperti auditor internal. Jika manajemen efektif, auditor internal dapat mengurangi cakupan audit.

Menilai aspek manusia

Pegawai merupakan urat nadi perusahaan. Kontrol yang baik tidak dapat menjamin bahwa semua aktivitas akan dilaksanakan dengan baik kecuali terdapat pegawai yang kompeten. Cara menilai aspek manusia ini dengan menelaah catatan dan praktik-praktik pegawai. Penelaahan bisa jadi tidak memungkinkan auditor membuat penentuan definitive, namun bisa memberikan sinyal bahaya dan mempengaruhi program audit. Auditor bisa mengajukan beberapa pertanyaan berikut :

- Apakah terdapat perputaran pegawai yang cepat

- Apakah organisais memiliki pegawai baru dan kurang berpengalaman

- Apakah setiap posisi kunci, termasuk posisi manajer, memiliki cadangan orang bila terjadi ketidakmampuan atau berhenti kerja?

- Apakah terdapat tingkat lembur yang tidak biasa?

Hasil pengamatan ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada ukuran sample yang diperiksa auditor.

5. Pengamatan Fisik

Hal-hal yang abstrak sulit dipahami dan digambarkan. Auditor harus keluar sendiri dan melihat sendiri fasilitas, tata letak fisik, proses, aliran bahan baku dan dokumen. Pengamatan pribadi menggambarkan apa yang terjadi dan bagaimana terjadinya.

Pengamatan fisik selayaknay berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama, auditor internal harus berkeliling fasilitas perusahaan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai lokasi, kondisi dan tata letak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kebijakan, prosedur dan bagan organsasi. Pasa saat bertemu karyawan,auditor dapat menanyakan :

- Apakah pekerjaan datang ke anda tepat waktu, dan apakah kualitasnya bagus?

- Apakah tindakan perbaikan sudah diambil untuk masalah-masalah.

- Bagaimana kondisi peralatan

Page 21: Survei pendahuluan

- Apakah alur kerja dan dokumen dokumen cukup wajar dan efisien.

Pada operasi yang kompleks, mungking auditor perlu melakukan tahap selanjutnya yang sering disebut “penelusuran”.Selama penelusuran, auditor mungkin menelaah beberapa aktivitas kerja dari awal sampai akhir, dan menyiapkan bagan alir. Penelusuran membantu auditor menilai ketaatan dengan kebijakan dan prosedur serta menentukan apakah control memang berfungsi. Langkah ini tidak akan mengungkapkan seberapa baik transaksi diproses, hal ini membutuhkan pengujian substantive.

Menyiapkan Flowchart Dengan menyampaikan Flow chart suatu proses dapat dipotret dan dapat memberikan gambaran system dan merupakan sarana untuk menganalisa operasi yang kompleks - analisa yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci. Pembuatan flow chart sudah dipelajari pada kuliah Sistem Informasi Akuntansi.

Pelaporan Survei yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan sejumlah informasi yang bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi hal-hal penting dan masalah yang ada serta membantu auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan diperlukan. Hasil survey ini perlu dibuatkan laporan dengan fokus pada kecukupan control bukan efektivitas kontrol dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus melakukan audit.

Selama penelaahan hasil-hasil survey dengan manajemen, pelaporan temuan positif dan negative bisa jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien, Pendekatan ini mengkomunikasikan apa yang dicari auditor internal, kerja sama yang sehat, objektif, tidak bias terhadap penilaian operasi.

Membuat Anggaran Survey Anggaran dibuat dengan berpatokan pada perkiraan waktu yang dibutuhkan auditor. Tidak ada standar untuk anggaran survey pendahuluan. Jika audit yang dilakukan merupakan audit rutin maka perkiraan waktu dapat segera ditentukan. Jika terjadi perubahan signifikan dalam tujuan, prosedur, system operasi, otomatisasi, organisasi, manajemen, dan karyawan akan mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah. Semua faktor harus dipertimbahkan dalam membuat anggran survey. Tetapi bahkan jika auditor merasa cukup memahami aktivitas, mereka harus selalu waspada akan dua faktor yang dapat berubah yaitu orang dan perilaku mereka, Tidak ada jaminan bahwa baik orang maupun tingkah laku mereka akan sama dari tahun ke tahun.

Estimasi biaya yang wajar adalah berkisar 10 hingga 20 persen dari total anggaran untuk proyek audit.

http://subektihandiyati.blogspot.co.id/2014/09/survey-pendahuluan.html

SURVEI PENDAHULUAN

BAB IPENDAHULUAN

Page 22: Survei pendahuluan

1.1.Latar BelakangAdanya pertumbuhan dan perkembangan pada suatu perusahaan dewasa ini yang

semakin membuat sulit dan frustasi untuk dipelajari. Banyak auditor sangat berharap dapat mengetahui kerumitan operasi yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana yang kemudian mereka ketahui pada saat audit telah selesai. Survey pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit.

Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survei pendahuluan bisa produktif . survey pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit. Jadi, keberhasilan atau kegagalan audit bisa jadi sangat tergantung pada survei. Jika survey pendahuluan direncanakan dan dilaksanakan dengan baik maka survei tersebut akan menjadi lebih dari sekedar cara untuk mendapatkan pemahaman yang efektif ; melainkan juga menjadi penentu keberhasilan audit.

1.2.Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini, antara lain :

1. Apa pengertian survei pendahuluan dalam audit internal ?2. Apa saja langkah- langkah dalam survey pendahuluan ?3. Apa tujuan, sasaran dan standar dalam survey pendahuluan ?

Page 23: Survei pendahuluan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dalam audit internal adalah suatu cara yang digunakan untuk dapat mengetahui kerumitan operasi yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana yang kemudian mereka ketahui pada saat audit telah selesai. Secara sederhana survey pendahuluan dapat dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai objek tertentu tanpa melakukan verifikasi secara rinci.

2.2. Langkah Dasar Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis karyawan dan system, namun bias juga menjadi sebuah pencarian yang tidak beraturan. Auditor Internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survey pendahuluan bias produktif. Keberhasilan atau kegagalan audit bias jadi sangat tergantung pada survey. Auditor sebaiknya melakukan survey dengan delapan langkah dasar;

1. Melakukan Studi Awal

Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan audit, bagan organisasi dan dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subjek audit. Studi awal dilakukan dikator pusat, meskipun banyak auditor internal saat ini dapat mengakses informasi secara elektronik dari lokasi yang jauh. Kertas kerja penugasan sebelumya dapat menunjukkan pendekatan yang dilakukan auditor lain atas penugas tersebut, meskipun pendekatan ini mingkin tidak lagi layak atau tidak diinginkan untuk di audit tahun ini.

2. Pendokumentasian

Pendokumentasian mencakup beberapa langkah yang akan mengarah pada pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien. Pembuatan daftar pengingat dan daftar isi awal untuk kertas kerja merupakan beberapa hal yang dilakukan saat pendokumentasian. Auditor juga membuat kuesioner yang akan digunakan dalam wawancara dan diskusi dengan manajer klien dan lainnya.

3. Bertemu Klien

Pertemuan auditor dengan manajer klien member peluang bagi auditor untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Dalam beberapa situasi, auditor justru ingn membahas keseluruhan peran audit internal dan organisasi. Dalam pembahasan

Page 24: Survei pendahuluan

dengan manajer dan supervisor, auditor menjelaskan tujuan, sasaran dan standar operasi serta resiko bawaannya. Auditor juga ingin mengenali gaya manajemen yang diterapkan.

4. Mendapatkan Informasi melalui :

Wawancara : Wawancara yang sukses didasarkan pada penerapan saksama enam langkah penting; persiapan, penjadwalan, pembukaan, pelaksanaan, penutupan dan pencatatan.

Mengumpulkan bahan bukti : Survei pendahuluan akan berlangsung lancer dan sistematis jika auditor internal memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyakan audit informasi penting dapat diklasifikasikan kedalam empat fungsi dasar manajemen;

Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan control.

5. Pengamatan

Pengamatan dalam arti umum terus dilakukan selama survey pendahuluan. Melalui pengamatan yang gigih dan Tanya jawab yang cerdas, auditor internal mampu untuk;

· Menemukan tujuan, sasaran dan standar

· Menilai control untuk mencapai tujuan-tujuan ini.

· Mengevaluasi risiko

· Menetukan control untuk meminimalkan risiko

· Membuat penentuan risiko secara sistematik

· Menilai gaya manajemen

6. Penentuan Resiko

7. Pembuatan Bagan Alir

Bagan Alir memotret suatu proses. Meskipun pembuatan bagan alir mencakup hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan seni, namun umumnya lebih bersifat seni. Pembuangan bagan alir yang formal seharusnya distandardisasi dalam departemen audit. Semua auditor harus menggunakan bentuk yang sama dan mengikuti instruksi dasar yang sama. Tidak semua bagan alir terperinci, formal atau ektensif.

8. Pelaporan.

Selama penelaahan hasil-hasil survey dengan manajemen, pelaporan temuan positif dan negative bias jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien.Estimasi awal untuk waktu dan kebutuhan sumber daya harus dilakukan, bersama dengan target tanggal pekerjaan lapangan dan fase pelaporan audit.

Page 25: Survei pendahuluan

2.3. Tujuan, Sasaran, dan Standar

Selama survei pendahuluan, auditor internal harus menentukan tujuan aktivitas yang diatadi tujuan audit, yang akan ditetapkan selanjutnya, melainkan tujuan aktivitas itu sendiri. Jika tn ini tidak dipahami dengan baik, maka audit bisa kehilangan manfaatnya. Mendapatkan gambaran aktivitas yang tepat dan kesesuaian misinya dengan sasaran strategis perusahaan merupakanprofesionalisme auditor internal.

Gambaran yang dimiliki auditor tidak akan dipengaruhi oleh deskripsi pernyataantanggung jawab. Dokumen tersebut bisa jadi usang atau merupakan pernyataan yang dirancang untuk meningkatkan status. Akibatnya auditor tidak benar-benar memahami aktivitas tersebut.

Auditor internal harus membedakan tujuan, sasaran, dan standar. Tujuan berasal dariobjectum, yang secara harfiah berarti sesuatu yang dilontarkan sebelum (pikiran). Yaitu ditujukan, tujuan, atau akhir. Turunan dari istilah ini tidak memiliki makna kuantitatif.

Di sisi lain, sasaran berasal dari bahasa Prancis gaule yang berarti tonggak. Hal ini seperti tcrai dipancangkan di lapangan bermain, untuk melontarkan suatu objek di antara dua titik. Sasaran memiliki makna kuantitatif. Di bidang olahraga, tujuannya adalah memenangkan pertandingan adalah menghadapi rintangan-rintangan yang ada di sepanjang jalan menuju final.

Standar bersifat otoritatif, contoh yang diakui untuk kebenaran, kesempurnaan, kuantitas.kualitas yang jelas. Standar memberikan tingkat pencapaian, target yang telah ditetapkar atau ukuran kecukupan untuk beberapa tujuan. Standar kadang-kadang bisa memiliki sebagai sasaran yang akan dicapai dan sebagai ukuran keberhasilan.

Tujuan lebih sulit diidentifikasikan dibandingkan sasaran atau standar. Misalnya, sebuah penn tentang fungsi dan tanggung jawab bisa menyatakan bahwa departemen utang usaha harus men-, faktur pembayaran. Jika pernyataan tersebut benar, hal itu belum cukup. Yang lebih penting bahwa faktur tersebut didukung oleh bahan bukti seperti kontrak atau pesanan pembelian dan bukan bukti penerimaan atau kualitas, melalui nota atau tanda persetujuan yang ditandatangani.

Auditor internal harus ingat bahwa mereka adalah staf, tidak memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk menetapkan tujuan, sasaran, atau standar untuk karyawan operasional. Tanpa pemahaman yang jelas dan kesepakatan tentang aspek manajerial ini, sebuah audit bisa jadi

Kecermatan profesional mencakup evaluasi standar operasi yang ada dan menentukan apakah standar tersebut dapat diterima dan dicapai. Jika standar tersebut tidak jelas, harus yang sah. Jika auditor internal diminta untuk menginterpretasikan atau

Page 26: Survei pendahuluan

memilh mereka harus mencari kesepakatan dengan klien mengenai standar yang dibutuhkan untuk mengukur kinerja operasi.

Pedoman audit menyarankan bahwa pekerjaan auditor internal harus melibatkansasaran dan standar dan mengupayakan agar bisa diterima, daripada memaksakannya. Jika klien menyetujuinya, maka sasaran dan standar tersebut akan menjadi milik klien dan bukan milik auditor.

Jika sasaran dan standar belum ditetapkan dan tidak ada kesepakatan yang bisamerupakan kelemahan. Penetapan sasaran dan standar yang dapat diukur manajemenatau menjadi alat ukur kinerja manajemen itu sendiri merupakan dasar bagi praktik bisnis yang baik dan bagi prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterima. Manajer memiliki tanggung jawab untuk dan standar untuk mereka sendiri serta karyawannya.

Saat melakukan survei, auditor internal akan senantiasa mengingat dengan tepat tujuan, sasara, dan standar yang seharusnya atau sedang diupayakan untuk dimiliki organisasi kilen. Auditor harus mencoba untuk menentukan apakah:

· Pernyataan formal tentang tujuan telah disiapkan untuk organisasi ldien.

· Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi—suatu rancangan besar perusahaan.

· Orang-orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran, dan standar berpartisipasi dalam penetapannya.

· Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam pencapaiannya.

· Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya yang tersedia bagi aktivitas.

· Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan kendali eksternal.

· Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk mencapai lebih dari apa yang bisa mereka capai.

· Laporan formal dan periodic disiapkan untuk menunjukan tingkat pencapaian tujuan dan terpenuhinya sasaran dan standar.

· Tujuan, sasaran, dan standar secara periodik dievaluasi ulang dan didefinisikan ulang.

2.4. Kontrol-kontrol untuk Mencapai Tujuan

Jika tujuan, sasaran, dan standar telah diidentifikasi dan disepakati selama survei pendahuluan, langkah selanjutnya adalah menentukan kontrol apa, atau yang seharusnya, diterapkan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai.

Page 27: Survei pendahuluan

Auditor internal dihadapkan pada sejumlah kontrol potensial ketika mereka melakukan survey pendahuluan kebijakan organisasi atau agensi, prosedur, manual, instruksi-instruksi khusus, laporan daftar, registrasi formulir, pembagian tugas, sistem persetujuan, pengawasan, dan lainnya. Mencobauntuk membaca dan memahami semuanya dapat mengaburkan mata dan melelahkan otak. Mencoba menyerap literatur mengenai sejumlah kontrol sering kali membuang waktu. Jika kita membaca relevansinya dengan masalah tertentu, semua kontrol ini kelihatan tidak berkaitan dengan kenyataan.

2.5. Aspek Manusia

Pegawai merupakan urat nadi perubahan. Kontrol yang baik tidak dengan sendirinya dapat menjamin bahwa suatu aktivitas akan dilaksanakan dengan baik kecuali terdapat sejumlah orang yang kompeten untuk melakukannya. Auditor internal berupaya obyektif dalam menyatakan pendapatnya, namun ketika melakukan survey harus mempertimbangkan orang yang terlibat dalam aktivitas.Untuk itu, survei pendahuluan harus mencakup, jika layak, penelaahan catatan dan praktik pegawai. Penelaahan tersebut bisa jadi tidak memungkinkan auditor membuat penentuan yang bisa memberikan sinyal bahaya dan memprengaruhi program audit.

2.6. Pembuatan Bagan Alir

Bagan alir memotret suatu proses. Meskipun pembuatan bagan alir mencakup hal-hal yang dengan ilmu pengetahuan dan seni, namun umumnya lebih bersifat seni. Seperti kebanyakan lain, pembuatan bagan alir memakan waktu lama. Melalui latihan, bagan alir dapat menjadi alat yang berguna bagi semua auditor. Bagan alir memberikan gambaran sistem dan merupakan sarana untuk menganalisis operasi yang kompleks, analisis yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci.

Pembuatan bagan alir yang formal seharusnya distandardisasi dalam departemen audit. Semua auditor harus menggunakan bentuk yang sama dan mengikuti instruksi dasar yang sama. Biasanya akan sangat membantu bila bagan alir dikoordinasikan dengan auditor eksternal—akuntan independen, sehingga masing-masing dapat menggunakan hasil pekerjaan satu sama lain.

Page 28: Survei pendahuluan

2.7. Pelaporan

Survei yang dilakukan dengan baik biasanya menghasilkan sejumlah informasi yang Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi hal-hal penting dan masalah-masalah yang membantu auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan diperlukan.

Jika survei memberi keyakinan adanya sistem, kontrol, pengawasan, dan manajemen yar bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya audit. Sumber daya audit biasanya kebanyakan organisasi audit internal memiliki lebih banyak proyek audit dibandingkan auditor yang akan melakukannya. Tidak masuk akal untuk menghabiskan waktu audit yang berharga hanya untuk mengejar pengujian transaksi jika kelihatannya sistem kontrol itu sendiri akan menunjukan semuatransaksi yang memiliki kelemahan material.

Pada saat yang sama, kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan audit walaupun hanya survei yang dilakukan. Dengan informasi yang dikumpulkan selama survei, mungkin laporan berharga bisa disiapkan. Namun akan menjadi lebih bijak untuk secara hati-hati menguraikan lingkup audit yang terbatas, dengan berkonsentrasi pada kecukupan—bukan pada efektivitas control dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus melakukan audit.

Bahkan dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan lapangan akan dilakukan mungkin berguna untuk membuat ringkasan basil survei dan melaporkannya secara informal ke manajemen. Kadang-kadang, informasi yang mencukupi akan diperoleh selama survei untuk merekomendasikan perbaikan bahkan sebelum pengujian substantif dilakukan. Dalam kasus ini, pengamatar.internal harus dibahas dengan manajer klien sebelum program audit disiapkan. Jika m puas dengan analisis auditor dan bersedia mengambil tindakan perbaikan, hasil survei final, tergantung pada tindak lanjut normal atas tindakan perbaikan yang dilakukan.

Selama penelaahan hasil-hasil survei dengan manajemen, pelaporan temuan positif dam jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien. Pendekatan ini mengomunikasikan apa yang internal: kerja sama yang sehat, objektif, tidak bias terhadap penilaian operasi.

Jika hasil-hasil survei kemudian membutuhkan audit, ringkasan audit seharusnya men langkah audit yang disarankan dan rasional bagi mereka. Auditor juga harus mengiden tifikasi aktivitas yang tidak akan diaudit dan menjelaskan alasannya. Estimasi awal untuk

Page 29: Survei pendahuluan

waktu dan kebutuhan sumber daya harus dilakukan, bersama dengan target tanggal pekerjaan lapangan dan audit.

2.8. Membuat Anggaran Survei

Memperkirakan waktu yang dibutuhkan auditor merupakan faktor kunci dalam survei pendahuluan. Waktu yang akan dialokasikan akan tergantung pada sejumlah factor. Tujuan survei adalah agar lebih mengenal. Makin kenal auditor dengan aktivitas yang ada, maka makin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survei. Juga, jika audit bersifat rotasional dan kertas kerja sebelumnya memberikan gambaran yang jelas tentang tujuan, sasaran, standar, dan kontrol operasi, bersama dengan bagan alir, bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lainnya, yang dibutuhkan untuk memperbarui informasi tersebut.

Perubahan-perubahan signifikan dalam tujuan, prosedur, sistem operasi, otomatisasi, organisasi, manajemen dan pegawai juga akan memengaruhi waktu yang diperlukan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah. Orang akan lebih nyaman dengan rutinitas; perubahan signifikan akan membuat mereka kecewa karena perubahan selalu menghadirkan risiko.

Semua faktor harus dipertimbangkan dalam membuat anggaran survei. Tetapi bahkan jika auditor - iami aktivitas, mereka harus selalu waspada akan dua faktor yang dapat berubah, yaitu orang dan perilaku mereka. Tidak ada jaminan bahwa baik orang ataupun tingkah laku mereka akan tetap sama dari ke tahun. Jadi pemahaman bisa saja hanya ilusi.

Tidak ada alasan untuk menggali verifikasi pekerjaan setiap operasi tanpa survei pendahuluan, bahkan jika hanya menanyakan perubahan apa yang telah terjadi sejak audit terakhir. Tidak ada standar untuk anggaran survey pendahuluan. Berdasarkan survei informasi dari praktisi, estimasi yang wajar mungkin 10 persen hingga 20 persen dari total anggaran untuk proyek audit.

BAB III

SIMPULAN

3.1. Simpulan

Survei pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis karyawan dan system, namun bias juga menjadi sebuah pencarian yang tidak beraturan. Auditor Internal

Page 30: Survei pendahuluan

harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survey pendahuluan bias produktif. Keberhasilan atau kegagalan audit bias jadi sangat tergantung pada survey. Auditor sebaiknya melakukan survey dengan delapan langkah dasar;

- Melakukan Studi Awal

- Pendokumentasian

- Bertemu Klien

- Mendapatkan Informasi melalui Wawancara dan Mengumpulkan bahan bukti

- Pengamatan

- Penentuan Resiko

- Pembuatan Bagan Alir

- Pelaporan.

http://wonderwall92.blogspot.co.id/2012/12/survei-pendahuluan.html

Survei Pendahuluan Pada Audit Internal

Survey pendahuluan adalah kegiatan untuk mendapatkan informasi (tanpa melakukan

verifikasi secara rinci) mengenai bagian/fungsi yang akan diaudit dengan tujuan untuk :

1)             Lebih memahami akivitas auditee ;

2)             Mengidentifikasi area/bidang yang memerlukan penekanan khusus dalam audit ;

3)             Memperoleh informasi awal sebagai bahan untuk melaksanakan pekerjaan lapangan

(field work) ;

4)             Menentukan apakah perlu melakukan audit lebih lanjut.

Dengan kata lain, survey pendahuluan berguna untuk memahami lebih baik mengenai tujuan,

proses, risiko dan pengendalian dari bagian/fungsi yang diaudit

Langkah/Kegiatan Pokok

Survey pendahuluan meliputi langkah/kegiatan pokok, yaitu :

1)   Penyelidikan awal.

Page 31: Survei pendahuluan

      Meliputi kegiatan review atas kertas kerja audit terdahulu, temuan audit sebelumnya

(yang relevan), bagan organisasi dan permanent file.

2)   Pertemuan terbuka dengan manajemen auditee.

      Bertujuan untuk :

      (1) menyampaikan informasi bagaimana audit akan dilakukan;

      (2) mendapatkan respon dalam bentuk kerjasama ;

      (3) memperoleh informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan audit, dan ; (4)

membangun kredibilitas auditor.

      Dalam pertemuan tersebut, auditor tidak membicarakan prosedur audit dengan auditee.

3)   Penelaahan atas dokumen yang ada pada auditee.

      Diperlukan untuk memperoleh informasi yang telah dimutakhirkan yang mengindikasikan

adanya perubahan-perubahan pada bagian/fungsi yang akan diaudit.

4)   Observasi.

      1. Pengamatan lapangan (on site tour).

      Hal-hal yang perlu diperhatikan auditor pada saat pengamatan lapangan al :

      (a) aktivitas yang tidak biasa ;

      (b) indikasi inefisiensi ;

      (c) fasilitas yang tidak digunakan ;

      (d) sikap pegawai terhadap pekerjaannya ;

      (e) hubungan antara pegawai dengan manajemen ;

      (f) pegawai yang menganggur ;

      (g) indikasi buruknya pemeliharaan peralatan dan fasilitas.

      2. Review atas kegiatan tertentu secara bertahap (walk-throughs).

      Guna mengetahui :

      (a) bagaimana program/aktivitas dilaksanakan ;

      (b) manfaat/guna dari setiap tahapan proses/kegiatan ;

      (c) hasil dari suatu proses/kegiatan,

      (d) kekuatan dan kelemahan pengendalian

5)   Penyiapan Bagan Arus.

       Bertujuan untuk mendeskripsikan auditee secara komprehensif dalam bentuk analisis

visual.

6)   Review Analitis.

Page 32: Survei pendahuluan

       Menggunakan analsis rasio dan trend atas data keuangan dan membandingkannya dengan

data periode sebelumnya/rata-rata industri/ kriteria lain yang relevan.

       Tujuan dilakukannya review analitis adalah untuk :

       (a) Memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai operasi auditeedalam bentuk

kuantitatif.

       (b) Menandai variasi dan trend yang signifikan

       (c) Menandai area spesifik yang mengandung potensi masalah

       (d) Mengarahkan audit pada area yang perlu mendapatkan perhatian

             khusus dan memiliki tingkat risiko yang tinggi.

7)   Pembuatan laporan/risalah survey.

      Laporan/risalah survey pendahuluan berisi mengenai informasi yang menunjukkan

identifikasi mengenai :

      (a) Persoalan/masalah yang harus ditindak lanjuti dengan melakukan pekerjaan lapangan

(field work) guna memecahkan persoalan/masalah tersebut. Informasi yang terkandung

didalamnya merupakan bahan untuk menyusun/ mengembangkan program audit.

      (b) Informasi mengenai temuan audit yang dapat ditindak lanjuti oleh manajemen

meskipun pengujian subtantif belum dilakukan. Informasi demikian umumnya diringkas dan

dibicarakan dengan manajemen auditee, dan bila manajemen auditee menganggap bahwa

berdasarkan informasi tersebut suatu perbaikan/penyempurnaan dapat langsung dilakukan,

maka auditor menyusun laporan yang berkenaan dengan hal tersebut.

      (c) Informasi mengenai estimasi waktu dan sumberdaya (staf auditor dan anggaran) yang

diperlukan bila pekerjaan lapangan (field work) harus dilakukan.

Informasi Yg Diperlukan

Informasi yg diperlukan diklasifikasikan berdasarkan fungsi manajemen :

1)Informasi yang berkenaan dengan Perencanaan :

     (a) Tujuan suatu aktifitas/bagian.

     (b) Kebijakan, petunjuk/instruksi, prosedur.

     (c) Anggaran.

     (d) Program/proyek/penelitian khusus yang akan dilaksanakan.

     (e) Perencanaan khusus yang sedang disusun.

     (f) Gagasan penyempurnaan yang belum dioperasionalisasikan.

     (g) Mekanisme Penetapan tujuan, dan pihak yg terlibat didalamnya.

Page 33: Survei pendahuluan

2)                  Informasi yang berkenaan dengan Pengorganisasian :

     (a) Bagan/struktur organisasi

     (b) Deskripsi dan spesialisasi pekerjaan

     (c) Hubungan kerja diantara bagian-bagian organisasi

     (d) Lay out fasilitas, penempatan dan catatan aktiva berikut kondisinya.

     (e) Perubahan organisasional yang dilakukan.

     (f) Penetapan mengenai pendelegasian wewenang dan tanggungjawab.

     (g) Lokasi/fungsi/luas ruang (terutama kantor) yang digunakan.

3)                  Informasi yang berkenaan dengan Pengarahan/Pengaturan :

      (a) Instruksi operasi (apakah jelas/dpt dipahami).

      (b) Keseimbangan wewenang dan tanggungjawab.

      (c) Restriksi kemampuan organisasional dalam penetapan tugas.

4)                  Informasi yang berkenaan dengan Pengendalian :

      (a) Standar, dan pedoman kinerja

      (b) Signal/tanda-tanda yang mengindikasikan adanya pemborosan, kemewahan, pekerjaan

yang belum diselesaian, kelebihan peralatan atau bahan baku, pegawai yang menganggur,

perbaikan atau pengerjaan kembali yang signifikan, limbah yang berlebihan, dan kondisi

kerja yang buruk.

      (c) Laporan Keuangan dengan fokus : identifikasi kecenderungan, perbandingan anggaran

dan realisasinya, kemajuan yang mempertimbangkan batas waktu dan biaya, serta

peningkatan atau penurunan produktivitas.

      (d) Aktivitas dan prosedur yang bersifat khusus : kontrak, penilaian aplikasi

pinjaman/utang berikut mekanisme persetujuannya, penjualan aktiva perusahaan, penggunaan

jasa leasing/pembiayaan aktiva, dan dengar-pendapat dengan pegawai.

Fokus Perhatian

1)                  Duplikasi pekerjaan/usaha, dan duplikasi catatan.

2)                  Pembelian/pembelanjaan yang tidak dianggarkan.

3)                  Pertanggungjawaban yang tidak diterima atas tugas yang telah ditetapkan.

4)                  Pekerjaan/aktivitas yang tidak diotorisasi.

5)                  Pengendalian yang tidak dilaksanakan atas suatu pekerjaan/aktivitas.

6)                  Pola organisasional yang tidak praktis dan manajemennya bergaya mewah (dalam

mengelola perusahaannya).

Page 34: Survei pendahuluan

7)                  Pegawai yang tidak kompeten.

8)                  Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang tidak efektif.

9)                  Catatan dan laporan yang jarang dikonsultasikan, tujuannya tidak jelas, pelaporan

yang tidak diperlukan.

10)              Pekerjaan yang belum deselesaikan  dengan volume yang berlebihan.

11)              Standar dan anggaran yang digunakan sebagai pedoman kerja.

12)              Instruksi yang tidak jelas.

13)              Keberatan yang diajukan oleh konsumen.

14)              Material handling yang buruk.

15)              Peningkatan dalam retur penjualan.

16)              Biaya perbaikan atau pengerjaan kembali yang berlebihan.

A.    Lapangan Kerja

Pekerjaan lapangan adalah proses yang dilakukan secara sistematis dalam

mengumpulkan bukti audit yang objektif mengenai operasi yang diaudit, kemudian

mengevaluasinya untuk :

(1) memastikan  bahwa operasi yang dimaksud sesuai dengan standar/kriteria yang dapat

diterima dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta

(2) menyediakan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh manajemen.

Secara umum, auditor dapat mengaplikasikan 3 (tiga) langkah

dalam melaksanakan pekerjaan lapangan, yaitu :

(1) Penegasan,

(2) Evaluasi, dan

(3) Pengujian.

Penegasan

Menegaskan/memastikan lebih dalam/jauh mengenai informasi yang telah diperoleh

untuk mengetahui :

1)        Tujuan operasional secara rinci, strategi dan program.

2)        Kesesuaian tujuan pengendalian dengan tujuan operasional.

3)        Risiko yang paling tinggi yang melekat pada sistem.

4)        Bagaimana sistem bekerja pada blok input, proses, dan output.

5)        Prosedur dan pelaksanaan pekerjaan.

6)        Kelayakan/kecocokan sistem dalam organisasi.

Page 35: Survei pendahuluan

7)        Perubahan strategi yang berdampak terhadap kinerja sistem

Evaluasi

Faktor yang perlu dipertimbangkan :

1)        Evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi pengendalian dimaksudkan untuk

mendorong/membantu dalam memperbaiki pengendalian yang ada.

2)        Evaluasi terhadap pengendalian bergantung kepada kriteria yang ditetapkan.

3)        Evaluasi atas pengendalian menggunakan instrumen kuesioner.

4)        Evaluasi berdasarkan kepada batasan ekspektasi pada bidang yang diaudit.

5)        Evaluasi dapat dilakukan dengan metode analytical review.

6)        Evaluasi atas pengendalian dirancang untuk menandai aspek dari sistem yang rentan

(memiliki risiko yang tinggi).

7)        Evaluasi harus mempertimbangkan keberadaan compensating control.

Pengujian

       Fokus audit internal secara tradisional :

pengujian-pengujian secara rinci yang dirancang guna menemukan kesalahan atau

ketidakteraturan/ketidaksesuaian dengan aspek legal/kebijakan.

       Fokus audit internal berbasis risiko :

upaya bagaimana suatu risiko dikelola dalam sistem organisasi.

Pandangan/penilaian auditor mengenai kelayakan/kecukupan pengelolaan risiko oleh

manajemen didasarkan kepada pertimbangan dan hasil evaluasi yang merujuk kepada bukti

audit yang dapat diandalkan.

Pengujian digunakan untuk mendukung pandangan/penilaian auditor terhadap tingkat

keefektifan pengendalian dalam mencegah/mengantisipasi/menekan risiko tertentu, dan

memastikan bahwa pengendalian tersebut bekerja/berjalan sebagaimana mestinya.

Faktor perlu diperhatikan dalam melakukan pengujian :

1)      Pengujian terdiri atas dua tipe, yaitu :

(a) Pengujian Kepatuhan (Complience Tests), yaitu menguji apakah keandalan pengendalian

dalam mengelola risiko secara aktual berjalan sesuai dengan yang ditetapkan.

(b) Pengujian Substantif (Substantive Tests), yaitu pengujian terhadap implikasi

dari  kesenjangan pengendalian internal dalam perancangan dan implementasinya.

Page 36: Survei pendahuluan

1)      Bukti audit yang diperoleh selama tahap pengujian harus mendukung pendapat auditor

mengenai hasil auditnya.

2)      Pengujian harus dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan waktu, sebab pengujian

yang diperluas umumnya memerlukan biaya yang besar dan waktu yang relatif lama. Oleh

karena itu, umumnya pengujian dilakukan atas suatu sampel yang dipilih dengan teknik

sampling yang representatif.

3)      Pengujian dimungkinkan untuk menggunakan perangkat lunak audit dan memanfaatkan

database, sehingga teknik-teknik pengujian dengan statistika, atau analisis kuantitatif lainnya

dapat dilakukan dengan cepat dan akurat, terutama untuk melihat kesalahan,

ketidaklengkapan, duplikasi, dan inkonsistensi, yang mungkin sebagai dampak dari lemahnya

pengendalian internal.

4)      Informasi yang berkenaan dengan pengujian harus didokumentasikan dengan baik, yang

meliputi informasi mengenai tujuan pengujian, tipe pengujian, ruang lingkup pengujian,

teknik/prosedur pengujian, staf pelaksana, hasil pengujian, dan referensi silang pada evaluasi

pengendalian, serta draft laporan audit.

Pengujian Yang Diperluas

Secara teknis, pekerjaan lapangan merupakan upaya untuk memperoleh informasi

tambahan/informasi yang lebih lengkap guna memberikan keyakinan yang lebih baik dalam

penarikan kesimpulan atas hasil auditnya.

Oleh karena itu, pekerjaan lapangan ini merupakan proses        pengujian yang diperluas

(expanded testing).

Pengujian yang diperluas tersebut dapat dilakukan dengan cara :

(1) Melakukan pengujian/pemeriksaan yang lebih rinci atas bukti audit yang sebelumnya

telah diperoleh.

(2) Menambah jumlah item yang sebelumnya telah diuji/diperiksa.

(3) Menambah ruang lingkup pengujian berdasarkan bukti audit tertentu/spesifik yang

sebelumnya telah diperoleh.

Kriteria pengujian yang diperluas :

1)      Bersifat langsung, artinya pengujian tersebut harus berkenaan langsung dengan risiko yang

sedang diuji/diperiksa.

2)      Efisien, artinya pengujian yang dilakukan mempertimbangkan faktor tambahan waktu dan

biaya yang harus seimbang dengan manfaatnya.

Page 37: Survei pendahuluan

3)      Fisibel, artinya memungkinkan untuk dilaksanakan berdasarkan kemampuan auditor dan atau

konsultan yang ditugaskan (untuk memberikan asistensi).

B.     Kertas Kerja

Kertas kerja adalah catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur

audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan

simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Kertas kerja merupakan mata rantai

yang menghubungkan catatan akuntansi klien dengan laporan audit yang dihasilkan oleh

auditor. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan :

a.       Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah

direncanakan dan disupevisi dengan baik.

b.      Telah dilaksanakannnya stantar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai ats

pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,

dan lingkup pengujianyang telah dilakukan.

c.       Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh,

prosedur pemeriksaan telah diterapkan, dan pengujian telah dilaksanakan, yang memberikan

bukti komponen yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat  atas

laporan keuangan auditan.

Empat tujuan terpenting pembuatan kertas kerja adalah :

1.      Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.

2.      Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.

3.      Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.

4.      Memberikan pedoman dalam audit tahun berikutnya.

Ada lima tipe kertas kerja :

1.      Program audit

2.      Working trial balance

3.      Ringkasan jurnal adjustment

4.      Skedul utama

5.      Skedul pendukung

http://hananurwakhidah.blogspot.co.id/2014/10/survei-pendahuluan-pada-audit-internal.html

Page 38: Survei pendahuluan