METODE MENYIKAT GIGI

16
PERBEDAAN PENGARUH APLIKASI METODE MENYIKAT GIGI HORISONTAL DAN ROLL TERHADAP JUMLAH PLAK PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB-B NEGERI SEMARANG Welly Anggarani Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung ABSTRAK Latar belakang. Plak merupakan salah satu penyebab utama terjadinya karies gigi dan inflamasi penyakit periodontal yang dapat dicegah dengan penghilangan plak secara teratur dan teliti dalam bentuk pencegahan primer dengan cara menyikat gigi. Salah satu yang dapat mempengaruhi keberhasilan penyikatan gigi adalah metode menyikat gigi. Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu) seringkali menimbulkan masalah, terutama dalam pemenuhan kebutuhan. Tujuan. Penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh aplikasi metode menyikat gigi horisontal dan roll terhadap jumlah plak pada anak tunarungu di SLB-B Negeri Semarang. Rancangan penelitian. Quasi experimental dengan menggunakan one group pre test – post test design. Sampel

description

PERBEDAAN PENGARUH APLIKASI METODE MENYIKAT GIGI TERHADAP JUMLAH PLAK

Transcript of METODE MENYIKAT GIGI

Page 1: METODE MENYIKAT GIGI

PERBEDAAN PENGARUH APLIKASI METODE MENYIKAT GIGI

HORISONTAL DAN ROLL TERHADAP JUMLAH PLAK

PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB-B NEGERI SEMARANG

Welly Anggarani

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Islam Sultan Agung

ABSTRAK

Latar belakang. Plak merupakan salah satu penyebab utama

terjadinya karies gigi dan inflamasi penyakit periodontal yang dapat dicegah

dengan penghilangan plak secara teratur dan teliti dalam bentuk pencegahan

primer dengan cara menyikat gigi. Salah satu yang dapat mempengaruhi

keberhasilan penyikatan gigi adalah metode menyikat gigi. Anak dengan

gangguan pendengaran (tunarungu) seringkali menimbulkan masalah,

terutama dalam pemenuhan kebutuhan. Tujuan. Penelitian ini adalah untuk

mengetahui adanya perbedaan pengaruh aplikasi metode menyikat gigi

horisontal dan roll terhadap jumlah plak pada anak tunarungu di SLB-B

Negeri Semarang. Rancangan penelitian. Quasi experimental dengan

menggunakan one group pre test – post test design. Sampel penelitian ini

adalah anak tunarungu usia 6-11 tahun yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 23 orang di SLB-B Negeri Semarang. Prosedur penelitian.

Memberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi, mengajarkan menyikat gigi

sesuai dengan metode yang dianjurkan peneliti dan mengukur indeks plak

sebelum perlakuan, dan 7 hari sesudah perlakuan pada kelompok horisontal

dan roll. Pada kelompok kontrol, anak hanya diinstruksikan untuk menyikat

gigi 2 kali sehari sesuai dengan kebiasaan menyikat gigi di rumah. Hasil

penelitian. Analisis uji paired t-test, ada perbedaan bermakna antara rata-rata

indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan, kelompok roll lebih dapat

Page 2: METODE MENYIKAT GIGI

menurunkan jumlah plak dibandingkan kelompok horisontal. Analisis uji

anova, tidak terdapat perbedaan pengaruh aplikasi metode menyikat gigi roll

dan horisontal terhadap jumlah plak pada anak tunarungu usia 6-11 tahun di

SLB B Negeri Semarang.

Kata kunci : plak, metode horisontal, metode roll, anak tunarungu

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan baik dokter gigi

maupun perawat gigi, Departemen Kesehatan RI Pelita IV menyatakan bahwa

penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia.1

Berdasarkan teori Blum, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan,

lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan.

Penentuan perilaku dalam hal ini adalah dihasilkannya kebiasaan menyikat

gigi pada anak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada

perasaan terpaksa.

Plak merupakan salah satu penyebab utama terjadinya karies gigi dan

inflamasi penyakit periodontal yang dapat dicegah dengan penghilangan plak

secara teratur dan teliti dalam bentuk pencegahan primer dengan cara

menyikat gigi.2 Metode menyikat gigi saat ini banyak dikembangkan oleh

tenaga kesehatan dalam memenuhi keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut. Metode horisontal terbukti merupakan cara yang paling sesuai

dengan bentuk anatomis permukaan oklusal. Metode roll merupakan cara yang

paling sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan

di seluruh bagian mulut.3

Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu) seringkali

menimbulkan masalah tersendiri. Gangguan pendengaran merupakan defisit

sensorik yang paling sering terjadi pada populasi manusia, mempengaruhi

Page 3: METODE MENYIKAT GIGI

lebih dari 250 juta orang di dunia. Dari hasil WHO Muliti Center Study pada

tahun 1998, Indonesia termasuk 4 negara di Asia Tenggara dengan prevalensi

tunarungu yang cukup tinggi yaitu 4,6 %, 3 negara lainnya adalah Sri Lanka

(8,8 %), Myanmar (8,4%), dan India (6,3 %).4 Dari hasil penelitian yang

dilakukan sebelumnya mengenai gambaran oral higiene dan karies gigi pada

siswa sekolah tunarungu dan tidak tunarungu kelompok usia 11-12 tahun dan

14-16 tahun menunjukkan indeks oral higiene dan DMF-T rata-rata siswa-

siswi tunarungu lebih tinggi dibandingkan dengan siswa-siswi tidak

tunarungu.5

Perawatan gigi penderita cacat tidak banyak berbeda dari individu

normal, tetapi ketentuan tatalaksana tindakan biasanya lebih sulit. Karena

dasar rasa takut dari ketidakmampuan untuk menghadapi situasi, mendorong

banyak dokter gigi untuk menolak perawatan gigi pada penderita cacat ini.

Bedasarkan pemikiran di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan pengaruh aplikasi metode menyikat gigi horisontal dan roll

terhadap jumlah plak pada anak tunarungu yang mendapatkan pendidikan

formal di SLB-B Negeri di Semarang.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan

menggunakan one group pre test – post test design. Sampel penelitian ini

adalah anak tunarungu usia 6-11 tahun yang berjenis kelamin laki-laki di SLB

B Negeri Semarang. Sampel penelitian ini didapatkan sebanyak 23 orang yaitu

anak tunarungu yang kooperatif dan memberikan surat informed consent yang

telah ditanda tangani oleh orang tua. Teknik pengambilan sampel

menggunakan sampling jenuh, adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila

jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.6 Penelitian ini dilakukan

selama 1 minggu pada bulan Juli 2011.

Page 4: METODE MENYIKAT GIGI

Sampel kemudian dibagi secara acak menjadi tiga kelompok yaitu

kelompok A (metode horisontal) 8 orang, kelompok B (metode roll) 8 orang,

dan kelompok C (plasebo / tanpa perlakuan) 7 orang. Besar sampel penelitian

ini didapatkan karena telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian.

Pengukuran plak gigi dengan menggunakan indeks PHP (Personal

Hygiene Performance) adalah angka yang menunjukkan jumlah total skor plak

pada gigi yang diperiksa dibagi jumlah seluruh permukaan gigi yang

diperiksa.7 Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada permukaan labial

gigi insisif pertama kanan atas, labial gigi insisif pertama kiri bawah, bukal

gigi molar pertama kanan atas, bukal gigi molar pertama kiri atas, lingual gigi

molar pertama kiri bawah, permukaan lingual gigi molar pertama kanan

bawah. Apabila gigi tersebut tidak ada, gigi pengganti di sebelah mesial. Cara

penilaian plak adalah skor 0 tidak ada plak pada permukaan gigi yang

diperiksa dan skor 1 terdapat plak pada satu permukaan yang diperiksa.

Pemeriksaan dilakukan pada permukaan mahkota gigi bagian fasial

atau lingual dengan membagi tiap permukaan mahkota gigi menjadi lima

subdivisi, yaitu : distal (D), 1/3 tengah gingival (G), mesial (M), 1/3 tengah

gigi (C), dan 1/3 tengah insisal/oklusal (I/O)

I O

M C D M C D

G G

Insisivus Molar

Lima Subdivisi Permukaan Gigi dalam Indeks Plak PHP 7

Indeks plak PHP didapatkan dengan cara jumlah total skor plak

seluruh permukaan gigi yang dipeiksa dibagi jumlah gigi yang diperiksa.

Kriteria penilaian tingkat kebersihan mulut berdasarkan IP PHP (Personal

Hygiene Performance), yaitu :

Page 5: METODE MENYIKAT GIGI

Sangat Baik = 0

Baik = 0,1 – 1,7

Sedang = 1,8 – 3,4

Buruk = 3,5 – 5

PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan indeks plak sebelum dan

sesudah perlakuan pada anak tunarungu usia 6 – 11 tahun yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 23 orang di SLB B Negeri Semarang yang

kemudian dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok metode horisontal

sebanyak 8 orang, kelompok metode roll sebanyak 8 orang, dan kelompok

kontrol sebanyak 7 orang. Kelompok horisontal dan roll ini mendapat

perlakuan yang sama yakni dilakukan pemeriksaan indeks plak sebelum

perlakuan yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian penyuluhan

mengenai kesehatan gigi. Setelah penyuluhan, anak diajarkan menyikat gigi

sesuai dengan metode yang dianjurkan. Pada kelompok kontrol, anak hanya

dilakukan pemeriksaan indeks plak sebelum perlakuan dan diinstruksikan

untuk menyikat gigi 2 kali sehari sesuai dengan kebiasaan menyikat gigi di

rumah. Anak diberikan waktu tujuh hari untuk melatih motoriknya dalam

menyikat gigi sesuai dengan metode yang diajarkan. Setelah tujuh hari,

dilakukan kembali pemeriksaan indeks plak sesudah perlakuan pada masing-

masing kelompok.

Data yang di dapat dari hasil penelitian, dianalisis dengan

menggunakan uji anova untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan mean

antara kelompok A, B, dan C. Kemudian dilanjutkan dengan uji Paired T Test

untuk mengetahui perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah perlakuan pada

sampel berpasangan

Page 6: METODE MENYIKAT GIGI

HASIL PENELITIAN

Uji normalitas data sebelum dan sesudah perlakuan antar kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran data semua kelompok

adalah normal, hal ini menunjukkan probability dari kelompok sebelum dan

sesudah pada kelompok horisontal, roll, dan kontrol masing-masing lebih

besar dari 0,05 (P > 0,05). (Tabel 1)

KELOMPOK

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statist

ic

df Sig.

SEBELUM HORISONTAL 0,206 8 0,200* 0,926 8 0,480

ROLL 0,182 8 0,200* 0,974 8 0,928

KONTROL 0,251 7 0,200* 0,896 7 0,308

SESUDAH HORISONTAL 0,221 8 0,200* 0,878 8 0,182

ROLL 0,208 8 0,200* 0,873 8 0,163

KONTROL 0,193 7 0,200* 0,948 7 0,711

Uji homogenitas data sebelum dan sesudah perlakuan antar kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran data semua kelompok

adalah homogen, hal ini menunjukkan probability dari kelompok sebelum dan

sesudah pada kelompok horisontal, roll, dan kontrol masing-masing lebih

besar dari 0,05 (P > 0,05). (Tabel 2)

Levene Statistic df1

df2 Sig.

SEBELUM Based on Mean 0,078 2 20 0,925

SESUDAH Based on Mean 0,910 2 20 0,419

Page 7: METODE MENYIKAT GIGI

Hasil perbedaan rata-rata indeks plak sebelum perlakuan antara 2

kelompok

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata indeks plak sebelum perlakuan

pada anak tunarungu usia 6 – 11 tahun yang berjenis kelamin laki-laki antara

kelompok horisontal, roll, dan kontrol terlihat tidak adanya perbedaan yang

bermakna (P > 0,05). (Tabel 3)

KELOMPOK NINDEKS PLAK

SEBELUM PERLAKUAN PX ± SD

HORISONTAL 8 2,12 ± 1,05 0,50

ROLL 8 2,47 ± 1,01HORISONTA

L 8 2,12 ± 1,050,45

KONTROL 7 1,73 ± 0,83ROLL 8 2,47 ± 1.01

0,15KONTROL 7 1,73 ± 0,83

Hasil pengukuran indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan

Hasil analisis statistik dengan uji paired t-test, indeks plak sebelum

dan sesudah perlakuan pada anak tunarungu dengan kelompok horisontal

menunjukkan perbedaan yang bermakna (P < 0.05), demikian juga pada

indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan pada anak tunarungu dengan

kelompok roll menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna (P< 0,05).

Pada kelompok kontrol menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna

pada indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan (P > 0,05). (Tabel 4)

KELOMPOK NINDEKS PLAK

PSEBELUM SESUDAHX ± SD X ± SD

HORISONTAL 8 2,12 ± 1,05 1,25 ± 0,73 0,034*ROLL 8 2,47 ± 1,01 1,25 ± 0,46 0,006*

KONTROL 7 1,74 ± 0,83 1,64 ± 0,85 0,755 * Terdapat perbedaan yang bermakna pada P < 0,05

Page 8: METODE MENYIKAT GIGI

Hasil perbedaan penurunan indeks plak antara kelompok horisontal, roll,

dan kontrol

Hasil analisis statistik dengan uji anova menunjukkan tidak terdapat

perbedaan penurunan indeks plak yang bermakna antara kelompok horisontal,

roll, dan kontrol pada anak tunarungu (P > 0,05). (Tabel 5)

KELOMPOK NSELISIH MEAN INDEKS PLAK

PX ± SD

HORISONTAL 8 0,87 ± 0,94

0,061ROLL 8 1,23 ± 0,88

KONTROL 7 0,09 ± 0,77

PEMBAHASAN

Gambaran indeks plak sebelum perlakuan pada anak tunarungu usia 6-

11 tahun di SLB B Negeri Semarang

Hasil perhitungan rata-rata indeks plak sebelum perlakuan pada tabel 3

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai P lebih

besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa populasi yang homogen,

mempunyai indeks plak awal yang sama sehingga syarat untuk dilakukan

penelitian terpenuhi. Menurut Hojo et al proses terjadinya plak gigi dimulai

dari pembentukan pellicle gigi yang melapis tipis pada permukaan email yang

dengan cepat terbentuk kembali setelah permukaan gigi dibersihkan. Pellicle

gigi ini dapat terbentuk dengan atau tanpa adanya bakteri.

Hasil pengukuran indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan pada anak

tunarungu usia 6-11 tahun di SLB B Negeri Semarang

Hasil analisis statistik dengan uji paired t-test pada tabel 4 menunjukkan

adanya perbedaan yang bermakna antara rata-rata indeks plak sebelum dan

sesudah perlakuan baik pada metode horisontal maupun roll pada anak

tunarungu (P < 0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua metode tersebut

Page 9: METODE MENYIKAT GIGI

memiliki pengaruh dalam menghilangkan plak, namun metode menyikat gigi

roll lebih dapat menurunkan jumlah plak dibandingkan metode horisontal.

Hal ini dapat dilihat dari indeks plak metode horisontal sebelum perlakuan

adalah 2,12 dengan standar deviasi sebesar 1,05 dan indeks plak sesudah

perlakuan adalah 1,25 dengan standar deviasi sebesar 0,73 sedikit lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok metode roll yang memiliki indeks plak

sebelum perlakuan adalah 2,47 dengan standar deviasi sebesar 1,01 dan indeks

plak sesudah perlakuan adalah 1,25 dengan standar deviasi 0,46.

Hasil uji statistik ini sesuai dengan pendapat Ariningrum yang menyatakan

bahwa pada metode roll, ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah

ke apeks sehingga sebagian bulu sikat menekan gingiva dan digerakkan

berputar membentuk lengkungan melalui permukaan email gigi. Metode roll

adalah cara yang paling sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien

dalam membersihkan permukaan mahkota klinis dan gingiva dari sisa

makanan.

Perbedaan pengaruh aplikasi metode menyikat gigi horisontal dan roll

terhadap penurunan indeks plak pada anak tunarungu di SLB B Negeri

Semarang

Hasil analisis statistik dengan uji anova pada tabel 5 menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada penurunan indeks plak antara

kelompok horisontal dan roll (P > 0,05). Hasil penelitian ini berbeda dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayudia Rifki pada tahun 2010 di Medan

yang menunjukkan bahwa penurunan indeks plak pada menyikat gigi dengan

metode horisontal lebih besar dibandingkan dengan metode roll dan secara

statistik bermakna. Metode horisontal dianggap sebagai metode yang

sederhana, mudah ditiru dan dilatih pada anak.

Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan karena perbedaan subjek yang

dijadikan sampel penelitian, pada penelitian sebelumnya sampel yang diambil

berusia 8 dan 10 tahun di SDN 060880 Medan. Kemampuan motorik dan

Page 10: METODE MENYIKAT GIGI

kemampuan dalam menerima informasi antara anak normal tentunya lebih

baik dibandingkan anak tunarungu. Anak tunarungu memiliki

ketidakmampuan memusatkan perhatian bila diajak bicara, sehingga

mengalami kesulitan dalam memberikan penyuluhan dan mengajarkan cara

menyikat gigi.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan selain metode menyikat gigi dapat

berpengaruh dalam menurunkan jumlah plak, faktor usia juga sangat

berpengaruh terhadap kemampuan anak dan penyikatan gigi. Menurut

psikologi perkembangan anak, semakin meningkat umur anak semakin baik

kemampuan motoriknya dan semakin baik pula gerakan dalam penyikatan

gigi. Namun demikian, subjek penelitian ini memiliki kemampuan motorik

dibawah dari kemampuan motorik subjek penelitian pada penelitian yang

dilakukan oleh Ayudia Rifki pada tahun 2010 di Medan. Oleh karena itu

pemilihan metode menyikat gigi perlu diketahui, sesuai dengan kemampuan

motorik dan umur anak sehingga dengan pemilihan metode yang tepat hasil

penurunan jumlah plak dapat lebih optimal.

Selain faktor usia dan kemampuan pendengaran, faktor dari respon orangtua

juga dapat mempengaruhi perbedaan hasil penelitian sekarang dengan

sebelumnya. Pada orangtua kemungkinan yang terjadi adalah adanya

perubahan perilaku dari orangtua yang mewajibkan si anak untuk lebih rajin

dan lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan gigi karena orangtua

mengetahui bahwa si anak ikut dalam populasi sampel pengukuran indeks

plak.