Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

47
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan Kualiatas Sumber Daya Manusia. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 disebutkan penyelenggaraan kesehatan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik untuk memungkinkan daya manusia yang lebih berkualitas. Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 yang mengatakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), TERIMA KASIH TELAH MENDOWLOAD DARI BLOG KAMI… Jika bermanfaat… dan jika berkenan, sedekahkan pulsa Anda seberapa aja ke nomor kami : 0813 4209 2137 hehehehe.. ajak teman2 anda kunjungi terus http://tugas2kuliah.wordpress.com untuk mendapatkan kebutuhan dokumen anda lainnya secara GRATISS…!!! atau tolong sebarkan website ini… : see u at the top…!!!

Transcript of Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

Page 1: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan

nasional adalah untuk meningkatkan Kualiatas Sumber Daya

Manusia. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992

disebutkan penyelenggaraan kesehatan sekolah dimaksudkan

untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik

untuk memungkinkan daya manusia yang lebih berkualitas.

Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 yang

mengatakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan

pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan

kesehatan (rehabilitative yang dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan. (Depkes, 2000).

Berbicara masalah kesehatan gigi, tingkat kebersihan mulut

mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga dan

mempertahankan kesehatan gigi dan jaringan periodontal, sehingga

TERIMA KASIH TELAH MENDOWLOAD DARI BLOG KAMI… Jika bermanfaat… dan jika berkenan, sedekahkan pulsa Anda seberapa aja ke nomor kami : 0813 4209 2137 hehehehe.. ajak teman2 anda kunjungi terus http://tugas2kuliah.wordpress.com untuk mendapatkan kebutuhan dokumen anda lainnya secara GRATISS…!!! atau tolong sebarkan website ini… : see u at the top…!!!Ingat…!!! Hidup ini adalah memberi… bukan menerima…!!!

Page 2: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

2

peranan kebersihan gigi dan mulut dalam upaya peningkatan

derajat kesehatan yang optimal sangat perluh diperhatikan, sebab

penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit dengan prevalensi

terbesar dari masalah-masalah kesehatan nasional. Saat ini untuk

menjaga kebersihan mulut adalah dengan menyikat gigi yang baik

dan benar (H.Tan 1993).

Pendidikan kesehatan gigi merupakan metode untuk

memotivasi pasien agar membersihkan mulut mereka dengan

efektif. Pendekatan ini sebaiknya tidak dianggap sebagai instruksi

dokter tetapi lebih merupakan dorongan atau ajakan agar pasien

sadar akan pentingnya kebersihan mulut (Donna,2009).

Andlaw berkata bahwa walaupun lebih dari 50% anak-anak

di Inggris menyatakan menggosok giginya sekurang-kurangnya 2

kali sehari, kebanyakan mempunyai debris pada gigi-giginya. Hal ini

menunjukkan bahwa menggosok gigi, biasanya dilakukan dengan

tdk efesien. Dalam mengajar anak untuk menggosok gigi-gigi

mereka, tujuanya haruslah memberi instruksi dan mendorong

semangat mereka untuk mengeluarkan semua debris dan plak dari

semua permukaan gigi yang dapat dijangkau (Todd dan Dodd,

1985).

Page 3: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

3

Kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara

menyikat gigi 2 kali sehari waktu pagi dan sebelum tidur. Dengan

berbagai macam cara tekhnik yang bias digunakan (Ardyan, 2010).

Dalam hal ini perlu pengawasan sedini mungkin, terutama

pada anak yang berusia mudah, mereka belum mengalami

kerusakan lebih lanjut dan masih dalam tafir belajar sehingga

mereka lebih menerima dan mengalami perubahan untuk

berkembang.

Dari uraian diatas kebiasaan menjaga kesehatan mulut

sangat penting dalam kehidupan sehari-hari apa lagi dalam

kalangan anak-anak sekolah dasar sehingga perlu diterapkan

pendidikan kesehatan mulut, maka dari itu penilis berinisiatif untuk

meneliti pengaruh frekuensi menyikat ggigi terhadap tingkat

kebersihan mulut pada kelas IV-V Di SD 277 Palattae.

.B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka disusun suatu

permasalahan:

“ Bagaimana pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap kebersihan

mulut pada kelas 4-5 DI SD 277 Palattae Kabupaten Bone”.

Page 4: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

4

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh menyikat gigi terhadap tingkat

kebersihan mulut.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui frekuensi menyikat gigi murid SD kelas

4-5 277 Palattae Kabupaten Bone.

b. Untuk mengetahui tingkat kebersihan mulut murid SD.

kelas 4-5 277 Palattae Kabupaten Bone .

D. Manfaat Penulisan

1. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang

kesehatan gigi dan mulut dalam mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh selama menyusun karya tulis ilmiah ini.

2. Sebagai bahan informasi bagi murid SD supaya tetap menjaga

kebersihan mulutnya dengan memperhatikan frekuensi

menyikat gigi.

3. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan tentang betapa

pentingnya menjaga kebersihan mulut dalam kehidupan sehari-

hari.

4. Untuk menambah referensi serta koleksi buku bacaan

diperpustakaan Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan

Page 5: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

5

Kesehatan Gigi” dan sebagai bahan acuan penelitian

selanjutnya.

5. Untuk masyarakat agar dapat dijadikan sebagai pengetahuan

tambahan.

Page 6: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Frekuensi Menyikat Gigi

1. Definisi Standar

Standar adalah sesuatu yang dipakai contoh atau dasar

yang sah bagi ukuran, takaran, timbangan. Secara luas standar

didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau harapan mengenai

input, proses, prilaku, dan outcome pada sistem kesehatan.

Secara sederhana standar menyatakan apa yang kita harapkan

terjadi dalam perjalanan kita untuk mencapai layanan kesehatan

yang bermutu tinggi. Standar penting karena mereka

merupakan alat organisasi untuk menerjemahkan mutu ke

dalam istilah operasional dan menjaga setiap orang dalam

sistem ( pasien , penyedia layanan, tenaga pendukung,

pimpinan ) agar dapat mempertanggung jawabkan perannya

masing-masing. Standar juga membuuat organisasi dapat

mengukur tingkat mutunya. Standar, indicator, batas merupakan

elemen yang membuat suatu system jaminan mutu bekerja

dalam suatu cara yang terukur, objektif, dan kualitatif.

Dikalangan professional layanan kesehatan, terdapat

banyak definisi dan penggunaan kata “standar”. Istilah standar

Page 7: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

7

terkadang digunakan untuk menggambarkan protocol, standard

operating procedurs ( SOP ), spesifikasi, criteria praktik, dan

pedoman praktik klinis. Pedoman adalah pernyataan para ahli

yang menggambarkan prosedur yang direkomendasikan atau

dianjurkan ( Eddy dan Couch, 1991 ). Pedoman berfungsi

sebagai referensi tekhnis yang dapat disesuaikan dari

menggambarkan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh

penyedia layanan kesehatan pada kondisi tertentu. Sebuah

protocol berisi persyaratan yang lebih ketat dibandingkan

pedoman, misalnya protocol WHO untuk menajemen kasus

diare. SOP merupakan sebuah pernyatan mengenai sebuah

cara yang seharusnya dilakukan oleh staf suatu organisasi

dalam melaksanakan aktifitas tertentu. Kesimpulannya semua

itu ( pedoman, protocol, SOP ) merupakan standar. Ada

berbagai macam cara agar suatu organisasi dapat secara jelas

mendefinisikan apa yang diharapkannya pada : (1.) Input

( Sumber daya ), seprti material, obat-obatan, perlengkapan,

tenaga ; (2.) Proses pemberian layanan, aktifitas, tugas dan

prosedur ; (3.) Outcome yang diinginkan ( hasil ) dari proses itu.

( Donabedian, 1980 ).

Walupun terdapat banyak sumber mengenai berbagai

standar yang saat ini digunakan untuk disesuaikan menurut

Page 8: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

8

kebutuhan tertentu dan adanya peningkatan minat dalam

membuat standar pada organisasi layanan kesehatan, masih

terdapat beberapa tantangan terhadap proses ini :

a. Kebergantungan pada criteria eksplisit.

Dokter, perawat, dan professional lainnya dapat menolak

standar dengan alasan bahwa standar bertentangan dengan

penilaian subjektif mereka yang telah terbentuk selama

mereka melakukan praktik. Beberapa professional

berpendapat bahwa pengobatan adalah bagian dari seni,

dan bagian dari ilmu pengetahuan, serta standar

mengharuskan mereka mendiagnosis dan memberikan

pengobatan tanpa membiarkan mereka menggunakan

penilaian profesionalnya. Professional lainnya merasa takut

jika standar akan digunakan sebagai suatu hukuman, untuk

mengidentifikasi dan menghukum profesional yang dalam

pekerjaannya tidak memenuhi batasan tegas yang

ditetapkan dalam standar. Selain itu, yang lainnya merasa

keberadaan standar membuat praktik pengobatan seperti “

buku petunjuk langkah-langkah pengobatan” dan

menghalangi kemampuan berkreativitas dalam

mendiagnosis dan mengobati pasien. Tentu saja masalah

Page 9: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

9

lainnya adalah standar yang memiliki atau dianggap memiliki

dampak nyata yang berpengaruh pada praktik pengobatan.

Hal-hal seperti itu merupakan masalah yang wajar terjadi

dan mengharuskan organisasi untuk mengatasinya dengan

cara yang positif sebelum menyusun atau menerapkan

standar.

b. Mengidentifikasi sumber daya manusia. Fisik, dan keuangan

yang tepat, penyusunan atau penyesuaian standar

membutuhkan waktu dan tenaga. Terkadang hal tersebut

mengharuskan organisasi mencari para ahli bidang tertentu

diluar sumber daya manusia yang dimiliki organisasi

tersebut. Dengan mempertimbangkan semua itu organisasi

akan membutuhkan biaya tertentu yang harus dievalluasi

sebelum menentukan apakah upaya-upaya yang dilakukan

sesuai denagn biaya yang dianggarkan. Proses penyusunan

standar merupakan bagian penting dalam siklus perbaikan

mutu. Proses itu biasanya diikuti dengan pengomunikasian

standar, kemudian pemantauan kepatuhan terhadap standar

melalui berbagai indicator. Melalui proses pemantauan,

dapat diidentifikasi kesenjangan antara yang diharapkan

terjadi dalam layanan kesehatan sesuai ketetapan standar

Page 10: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

10

dan apa yang terjadi dalam kenyataan. Standar

membutuhkan modifikasi, peningkatan atau pembaruan

sehingga harapan organisasi terhadap mutu dapat dipenuhi.

Standar harus secara periodic dinilai voliditas, reabilitas,

kejelasan, kemudahan dalam penerapannya. Penyusunan

standar adalah sebuah komponen penting dalam

pendefinisian dan perbaikan mutu pelayanan. Melalui

standar, sebuah organisasi mendefinisikan apa yang

diharapkannya pada input, proses dan outcome layanan

yang disediakan.

Melalui indikator mereka, standar menjadi suatu bagian

alat pemantauan mutu layanan, alat identifikasi masalah dan

alat ukur perbaikan jasa layanan kesehatan yang diberikan.

Penyusunan standar dapat dilakukan dengan pendekatan

metodologi tujuh langkah : mengidentifikasi sebuah system atau

fungsi yang membutuhkan standar; mengidentifikasi sebuah tim

untuk menyusun standar ; mengidentifikasi input, proses dan

outcome fungsi atau system; mendefinisikan karakter mutu ;

menyusun atau menyesuaikan standar; menyusun indikator;

dan menilai kesesuaian standar.

Page 11: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

11

Tujuan menyusun standar adalah untuk menjamin mutu

pemberian perawatan pasien. Supaya ketetapan standar

berhasil diterapkan, standar tersebut harus dikomunikasikan

kepada mereka yang bertanggung jawab untuk

menerapkannya. Keberhasilan dalam mengomunikasikan

standar berarti bahwa para sasaran komunikasi benar-benar

memahami pesan yang disampaikan, menerimanya, dan

melaksanakan tanggung jawabnya dengan tepat. ( A.F. Al-

Assaf, 2003 )

2. Definisi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang

terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang

lain atau mesin secara fisik, menyediakan kepuasan langganan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan

sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Pengertian

pelayanan kesehatan banyak macamnya. Menurut Levey dan

Loomba ( 1973 ), yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan

ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok

ataupun masyarakat.

Page 12: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

12

Untuk dapat disebut sebagai suatu layanan kesehatan yang baik,

maka harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok

yang dimaksud adalah :

a. Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah

pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat

serta bersifat kesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan,

serta keberadaan nya dalam masyarakat adalah pada setiap

saat yang dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan Wajar

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat

diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya

pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan

keyakinan dan dengan kepercayaan masyarakat. Pelayanan

kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat,

kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat, bersifat

tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.

c. Mudah dicapai

Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah

yang mudah dicapai oleh masyarakat. Pengertian letercapaian

yang dimaksudkan disini terutama dari sudut lokasi. Dengan

Page 13: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

13

demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang

baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi

sangat penting.

d. Mudah dijangkau

Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah

mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkaun

yang dimaksudkan disini dari sudut biaya. Untuk mewujudkan

keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya

pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan

ekonomi masyarakat.

e. Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah

yang bermutu. Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah

yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan, yang disuatu pihak dapat

memuaskan para pemakai jasa pelayanan.

Keberhasilan suatu kegiatan banyak tergantung kepada

sumber daya manusianya. Didalam bidang kesehatan gigi, sumber

daya manusia memegang peranan penting. Sumber daya manusia

didalam kegiatan kesehatan gigi adalah dokter gigi, perawat gigi,

tekhniker gigi dan tenaga lainnya yang terkait. Bagi perawat gigi

adalah salah satu sumber daya manusia dibidang kesehatan gigi.

Page 14: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

14

Didalam melakukan kegiatannya baik secara langsung maupun

tidak langsung perawat gigi akan bersentuhan dengan segala

persoalan yang berkaitan dengan sumber daya manusia dan juga

didalam pengembangan tugasnya,ia memungkinkan dapat

berkesempatan berperan sebagai salah satu unsur dalam bidang

sumber daya manusia.( Syahlan, 1999 )

Standar pelayanan kesehatan adalah ukuran yang

ditetapkan dan disepakati bersama, merupakan tingkat kinerja

pelayanan kesehatan yang diharapkan. Standar pelayanan

kesehatan adalah patok duga pencapaian yang didasarkan pada

tingkat keprimaan yang diinginkan. Standar dapat dijadikan model

pelayanan kesehatan untuk dicontoh dan digunakan sebagai dasar

studi banding (WHO). Standar pelayanan kesehatan yang tidak

didasarkan oleh bukti atau disusun dengan interpretasi yang salah

terhadap bukti dapat merugikan pasien/klien. Diterapkannya standar

kadang-kadang mengabaikan kompleksitas pelayanan maupun

variabilitas yang dimiliki oleh pasien/klien. Selanjutnya, penilaian

yang tidak adil terhadap mutu pelayanan kesehatan dapat terjadi

akibat digunakannya standar yang tidak tepat. Selain itu, dapat

terjadi juga ketidakcocokan standar yang dikeluarkan oleh berbagai

lembaga.

Page 15: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

15

Terdapat tiga jenis standar pelayanan kesehatan  yang kita

kenal baik, yakni : 1. Standar struktur, yaitu bersumber daya

manusia, uang, material, peralatan dan mesin. 2. Standar proses

pelayanan kesehatan, yakni tahapan kegiatan yang dilakukan

dalam pelayanan kesehatan. 3. Standar hasil pelayanan kesehatan,

yakni hasil-hasil (outcome) yang diharapkan. Sementara itu,

beberapa ahli membedakan standar menjadi dua, yaitu standar

eksternal yang disusun oleh pihak diluar organisasi pelayanan

kesehatan  dan standar internal yang disusun sendiri oleh

organisasi pelayanan kesehatan. Selain itu, dikenal juga adanya

standar minimal (minimal standar), yakni standar yang tidak dapat

ditawar. Pencapaian pelayanan kesehatan tidak boleh berada di

bawah standar tersebut. Sebaliknya, standar optimal (optimal

standar) merupakan tingkat terbaik yang dapat dicapai (achievable

standar), yakni tingkat kinerja yang dapat dicapai oleh top quartile

dari pelayanan kesehatan. ( Nurhasyimadunair, 2008 ; waspada,

2010.)

B. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut Hafizurrahman ( 2004 ), kepuasan pasien dari

pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat dilihat dari lima

dimensi, yaitu meliputi :

Page 16: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

16

1. Sarana Fisik

Pasien akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai

pelayanan, seperti menilai gedung, peralatan, kebersihan.

kerapian.

2. Kehandalan

Dimensi yang mengukur kehandalan pelayanan yang diberikan

kepada pasien. Pertama, kemampuan dalam memberikan

pelayanan seperti yang dijanjikan. Kedua, seberapa jauh dan

mampu memberikan pelayanan yang akurat.

3. Ketanggapan

Dimensi ketanggapan merupakan dimensi yang paling dinamik.

Harapan pasien akan kecepatan pelayanan hampir dapat

dipastikan akan berubah dengan kecenderungan naik dari

waktu ke waktu.

4. Jaminan / keyakinan

Dimensi jaminan atau keyakinan merupakan dimensi yang

berhubungan dengan kemampuan pelayanan dan prilaku

dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan pada

pasiennya.

Keramahan atu kenikmatan berkaitan dengan pelayanan

kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas

klinik, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan

Page 17: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

17

kebersediannya untuk kembali kefasilitas kesehatan untuk

memperoleh pelayanan berikutnya.

5. Kepedulian

Perlakuan yang bersifat pribadi pada pengguna jasa layanan,

seperti kemampuan untuk memahami keinginan dan

kebutuhan pasien atau pengguna jasa layanan.

Faktor utama yang mempengaruhi prilaku pengguna jasa

pelayanan kesehatan adalah faktor budaya yang terdiri atas budaya

khusus, kelas social, kelompok social, serta keluarga. Faktor kedua

adalah faktor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses

belajar, kepercayaan dan sikap. ( Hafizurrahman, 2004 ).

Dalam memberikan pelayanan diperlukan tenaga kesehatan.

Adapun tenaga kesehatan gigi dan mulut yang terdapat disuatu tim

kesehatan yaitu dokter gigi dan perawat gigi, dimana masing-masing

mempunyai peran dan fungsi yang berbeda. Didalam tim kesehatan

gigi dan mulut, dokter gigi bertindak sebagai pemimpin. Dokter gigi

adalah tenaga kesehatan akademik professional sesuai dengan

pendidikannya. Perawat gigi sesuai dengan pengetahuannya dan

kemampuan profesionalnya berfungsi memberikan pelayanan

Page 18: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

18

asuhan kesehatan 9 perawatan ) gigi dan mulut kepada individu,

keluarga dan masyarakat.

Tindakan yang dilakukan oleh tenaga perawat gigi adalah

dalam bentuk upaya promotif dan preventif serta membantu upaya

kuratif dan rehabilitative. Didalam tim kesehatan gigi, tenaga ini

bertindak sebagai mitra dokter gigi. Sedangkan didalam tim

keperawatan gigi, tenaga ini dapat berperan sebagai pemimpin tim.

( Syahlan, 1999 ).

Seperti yang dijelaskan dalam Peraturan perundang-

undangan No. 32 Tahun 1996 tenaga kesehatan terdiri dari tenaga

medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan

masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga

keteknisian medis. Jika diperhatikan, peraturan ini kurang rinci

menyebutkan tenaga kesehatan yang ada. Seperti tenaga perawat

gigi tidak jelas letaknya apakah pada kelompok tenaga keperawatan

atau kelompok tenaga keterapian fisik. Disamping itu, peraturan ini

tidak cukup prediktif untuk menampung tenaga kesehatan baru yang

akan berkembang dimasa depan seperti ahli asuransi kesehatan, ahli

perencanaan kesehatan, serta ahli kesehatan dan keselamatan

kerja.( Wiku Sasmito, 2007 )

Page 19: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

19

C. PUSKESMAS

1. Pengertian Puskesmas

Menurut Azwar ( 1996 ), puskesmas ialah suatu unit

pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat

pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta

masyarakat dalm bidang kesehatan serta pusat pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan

kegiatannya secara menyeluruh, terpadu serta

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat

tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang

langsung memberikan pelayanan kesehatan secara

meyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja

tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.

( Entjang, 2000 ).

2. Fungsi Puskesmas

Sebagai pusat pengembangan kesehatan, pembinaan peran

serta masyarakat serta pelayanan kesehatan masyarakat.

Puskesmas berfungsi melakukan kegiatan sebagai berikut :

Mendorong masyarakat untuk mengenal masalah

kesehatan.

Page 20: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

20

Member petunjuk kepada masyarakat tentanng cara

memanfaatkan sumber daya setempat yang ada secara

berdaya guna dan berhasil guna.

Member bantuan yang bersifat tekhnis, bahan-bahan

serta rujukan kepada masyarakat.

Mengadakan kerja sama dengan sektor lain yang terkait.

Memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat

dalam bentuk kegiatan pokok. ( Herijulianti, 2002 ).

3. Tujuan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

a. Terhindarnya dan berkurangnya gangguan fungsi kunyah

akibat kerusakan fungsi gigi.

b. Meningkatkan kesadaran sikap dan prilaku masyarakat

dalam kemampuan pelihara diri dibidang kesehatan gigi

dan mulut.

c. Menurunkan prevalensi penyakit gigi dan mulut yang

banyak diderita masyarakat ( karies dan penyakit

periodontal ) dengan upaya perlindungan khusus tanpa

mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan

terutama pada kelompok yang renan terhadap karies.

( Herijulianti, 2002 ).

Page 21: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

21

Kegiatan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas pada

dasarnya dibagi tiga kegiatan, yaitu :

1. Kegiatan Promotif

Kegiatan promotif adalah salah satu kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan pelihara diri masyarakat dibidang

kesehatn gigi dalam rangka tercapainya perilaku hidup

sehat, misalnya dengan jalan memberikan penyuluhan

kesehatan gigi.

2. Kegiatan Preventif

Kegiatan preventif yaitu suatu usaha kegiatan untuk

memberikan perlindungan khusus untuk memperkuat gigi

dan jaringan penyangga.

Misalnya : - Menyikat Gigi

- Pembersihan karang gigi

- Pemberian fluor

3. Kegiatan Kuratif

Kegiatan kuratif adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

dapat menyembuhkan orang sakit.

Misalnya : - Penambalan

- Pencabutan

Page 22: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

22

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi

dipuskesmas merupakan upaya kesehatan yang diselenggarakan

secara meneluruh, terpadu, merata dan meliputi upaya

peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan, yang

ditujukan pada semua golongan umur maupun jenis kelamin

dengan menitikberatkan pada pelayanan untuk masyarakat luas,

guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa

mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. ( Herijulianti,

2002 ).

Page 23: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

23

BAB Ill

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian adalah metode observasi dengan desain

cross sectional atau seksional silang dengan mengadakan pengamatan

secara langsung.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Puskesmas Pattallassang Kab. Takalar

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada tanggal 10-15 Agustus 2010

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah pasien pelayanan kesehatan gigi

dan mulut yang datang berkunjung ke Puskesmas Pattallassang

Kab. Takalar.

2. Sampel Penelitian

Sampelnya diambil dari pasien dua kali kunjungan atau pasien lama

sebanyak 20 orang.

3. Metode Pengambilan Sampel

Metode penelitian dilakukan dengan cara total sampling.

Page 24: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

24

D.Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diambil langsung pada sampel penelitian berupa

kepuasan pasien.

2. Data Sekunder

Data yang diambil dari pihak Puskesmas berupa nama, umur, jenis

kelamin, alamat dan sebagainya.

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas : Standar Pelayanan Kesehatan

2. Variabel Terikat : Pelayanan Kesehatan Gigi

3. Variabel Pengganggu : Sarana fisik dan Sumber daya manusia

Kerangka Konsep

Standar Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

- Sarana Fisik

- Sumber Daya

Page 25: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

25

Keterangan : Jika standar pelayanan kesehatan terpenuhi maka akan

meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Hubungan oleh

kedua variable tersebut sangat dipengaruhi oleh sarana fisik dan

sumber daya manusia dari penyelenggara pelayanan kesehatan gigi

dan mulut dalam hal ini adalah Puskesmas.

F. Definisi Operasional

1. Standar Pelayanan Kesehatan

Adalah sesuatu yang dipakai sebagai takaran, tolak ukur, timbangan

dalam memberikan pelayanan kesehatan. Terdapat tiga jenis standar

pelayanan kesehatan  yang kita kenal baik, yakni : 1. Standar

struktur, yaitu bersumber daya manusia, uang, material, peralatan

dan mesin. 2. Standar proses pelayanan kesehatan, yakni tahapan

kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. 3. Standar

hasil pelayanan kesehatan, yakni hasil-hasil (outcome) yang

diharapkan

2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dinilai baik apabila memenuhi

persyaratan pokok yaitu : tersedia dan berkesinambungan, dapat

Page 26: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

26

diterima dengan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau,dan

bermutu.

3. Sarana Fisik

Pasien akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai

pelayanan, seperti menilai gedung, peralatan, kebersihan.

kerapian.

4. Sumber Daya Manusia

Tenaga yang memberikan pelayanan kesehatan harus

mempunyai pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan di

bidang mereka masing-masing.

G. Pengolahan dan Penyajian Data

Untuk mengetahui bagaimana standar pelayanan kesehatan gigi,

maka data yang diperoleh selanjutnya diolah secara manual dan

disajikan dalam bentuk table disertai penjelasan-penjelasan.

Data dihitung dengan rumus : P = FN

X 100%

Keterangan :

P = Persentasi yang dicari

F = Jumlah pengamatan (Observasi)

N = Jumlah sampel (Populasi)

Page 27: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

27

H. Cara Kerja

1. Mengambil data dari pasien dua kali kunjungan atau pasien lama

2. Memberikan kuesioner kepada pasien dua kali kujungan atau pasien

lama

3. Mengolah data dan menyajikan dalam bentuk table distribusi

Page 28: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian mengenai standar pelayanan kesehatan gigi dan

mulut di Puskesmas Pattalassang Kec. Pattallassang Kab. Takalar yang

dilakukan tanggal 10-15 Agustus 2010 dengan pemberian kuosioner

pada pasien lama dan pasien dua kali kunjungan poli gigi dengan jumlah

sampel sebanyak 20 orang, maka diperoleh data kemudian data

tersebut di distribusikan dan disajikan sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi faktor yang mendukung tercapainya standar

pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Pattallassang

Kab. Takalar

No. Sarana dan Prasarana Ada Tidak Keterangan

1. Alat Diagnostik - Lengkap

2. Alat Konservasi - Lengkap

3. Alat Exodontia - Lengkap

4. Alat Scaling - Lengkap

5. Alat Sterilisasi - Lengkap

6. Dental Unit - Lengkap

Page 29: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

29

7. Dokter Gigi - 2 orang

8. Perawat Gigi - 3 orang

9. Ruang Pemeriksaan - Luas 25 m

10. Ruang Tunggu - -

Sumber Data Poli Gigi Puskesmas Pattallassang.

Berdasarkan standar minimal yang harus dimiliki Puskesmas,

maka tabel diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada

diPoli Gigi Puskesmas Pattallassang sudah lengkap, dilihat juga dari

daftar distribusi jawaban responden dibawah ini :

Tabel 2. Distribusi Tanggapan Responden Tentang Standar

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Pattallassang

Kab. Gowa

No

.

Pertanyaan Tanggapan Responden Jumlah

RespondenPuas Sedang Tidak Puas

F % F % F % F %

1. Keadaan ruangan dan

Lingkungan Puskesmas

10 50 10 50 0 0 20 100

2. Kebersihan dan

kelengkapan alat dan

bahan pelayanan

16 80 3 15 1 5 20 100

Page 30: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

30

kesgilut diPuskesmas

3. Ketanggapan dan

ketepatan dokter dan

perawat dalam

melayani pasien

18 90 2 10 0 0 20 100

4. Kenyamanan berada

diruang Pemeriksaan

gigi

18 90 1 5 1 5 20 100

5. Jadwal pelayanan

pasien

17 85 3 15 0 0 20 100

6. Kepuasan pasien gigi

atas pelayanan

Puskesmas

18 90 2 10 0 0 20 100

7. Jumlah petugas pada

Poli Gigi Puskesmas

14 70 4 20 2 10 20 100

8. Informasi yang

diberikan oleh dokter

atau perawat gigi

18 90 2 10 0 0 20 100

Tabel diatas menggambarkan bahwa dari 20 jumlah

responden, tanggapan mereka tentang ruangan dan Lingkungan

Page 31: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

31

Puskesmas adalah Ya (50%), Sedang (50%), Tidak (0%), Alat dan

bahan pelayanan kesgilut diPuskesmas lengkap dan bersih yaitu Ya

(80%), Sedang (15%), Tidak (5), Dokter dan perawat tepat, cepat

tanggap melayani pasien sebanyak Ya (90%), Sedang (10%), Tidak

(0%), Kenyamanan berada diruang Pemeriksaan gigi adalah Ya (90%),

Sedang (5%), Tidak (5%), Jadwal pelayanan pasien yaitu Ya (85%),

Sedang (15%), Tidak (0%), Kepuasan pasien gigi atas pelayanan

Puskesmas sebanyak Ya (90%), Sedang (10%), Tidak (0%), Jumlah

petugas pada Poli Gigi Puskesmas yaitu Ya (70%), Sedang (20%),

Tidak (10%), Informasi yang diberikan oleh dokter atau perawat gigi

sebanyak Ya (90%), Sedang (10%), Tidak (0%). Dari semua hasil

persentasi maka dapat dilihat bahwa persentasi yang menjawab Ya

lebih banyak.

B. Pembahasan

Dari 20 orang yang mengisi kuisioner tentang standar

pelayanan kesehatan gigi dan mulut, kita bisa melihat bahwa

pelayanan kesehatan gigi dan mulut diPuskesmas Pattallassang Kec.

Pattallassang Kab. Takalar bisa dikatakan sudah 95 % memenuhi

standar. Hal tersebut dipengaruhi juga oleh sarana dan prasarana

yang mendukung terlaksananya pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Page 32: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

32

Dari standar minimal yang harus dimiliki oleh Puskesmas

dapat dilihat dari table sarana dan prasarana yang sudah lengkap.

Pada table pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat pula dilihat

bahwa persentasi jawaban Ya lebih banyak. Hal tersebut selain

dipengaruhi oleh sarana dan prasarana maka dipengaruhi juga oleh

sumber daya menusia yang dimiliki oleh Puskesmas. Pada

Puskesmas Pattallassang ditinjau dari standar minimal yang harus

dimiliki maka tenaga kesehatan gigi yang ada diPuskesmas

Pattallassang bisa dikatakan memadai dengan jumlah dokter gigi 2

orang dan 3 orang perawat gigi. Oleh karena itu Puskesmas

Pattallassang dilihat dari profil nya bisa dikatakan memenuhi kriteria

untuk menjadi Rumah Sakit tipe D.

Dari penelitian yang dilakukan jelaslah bahwa untuk

mencapai standar dapat dipenuhi dengan melengkapi sarana dan

prasarana Puskesmas serta memperhatikan pelayanan kesehatan

dalam hal ini pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Walaupun biaya

dan keadaan tempat Puskesmas berada sering menjadi hambatan tapi

itu tergantung pada manajemen Puskesmas.

Page 33: Kti Jkg Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Mulut

33

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa :

1. Untuk memenuhi standar pelayanan kesehatan khususnya

kesehatan gigi maka kelengkapan sarana dan prasana serta

tenaga kesehatan merupakan hal utama

2. Perhatian terhadap pelayanan kesehatan serta mengutamakan

kepuasan pasien merupakan hal penting, disertai dengan

dukungan dari sumber daya manusianya.

B. Saran

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Pattallassang Kec. Pattallassang Kab. Takalar terhadap alat-alat

pelayanan kesehatan gigi perlu ditingkatkan begitupun dengan

ruangan poli gigi harus lebih diperluas agar ruang gerak bias lebih

bebas ditinjau dari kunjungan pasien yang banyak.

2. Mengingat pentingnya sarana dan prasana serta pelayanan

kesehatan untuk memenuhi standar pelayanan kesehatan gigi,

maka semuanya perlu ditingkatkan agar menjadi lebih baik dari

yang ada sekarang dan memberikan kepuasan pada pasien.