KARIES PADA ANAK YANG MENYIKAT GIGI DI · PDF file40 BAB IV METODE ... Kesehatan gigi dan...
-
Upload
dangnguyet -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of KARIES PADA ANAK YANG MENYIKAT GIGI DI · PDF file40 BAB IV METODE ... Kesehatan gigi dan...
i
KARIES PADA ANAK YANG MENYIKAT GIGI
DI SEKOLAH
(Kajian Di TK Saraswati 2 dan TK Saraswati 4 Denpasar)
Putu Ismayanti Pinatih
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.014
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2014
ii
Lembar Persetujuan Pembimbing
Karies Pada Anak Yang Menyikat Gigi Di Sekolah
(Kajian Di TK Saraswati 2 dan TK Saraswati 4 Denpasar)
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh :
Putu Ismayanti Pinatih
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.014
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
drg. Yudha Rahina, M.Kes., Sert. KGI drg. I Putu Indra Prihanjana, M.Kes
NPK : 826 693 189 NPK. 828 207 372
iii
Lembar Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan
Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara
pembuatan skripsi dengan judul : “Karies Pada Anak Yang Menyikat Gigi Di
Sekolah (Kajian Di TK Saraswati 2 dan TK Saraswati 4 Denpasar)” yang telah
dipertanggung jawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal
20 Februari 2014.
Maka atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.
Denpasar, 14 Februari 2014
Tim Penguji Skripsi
FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar
Ketua,
drg. Yudha Rahina, M.Kes., Sert. KGI
NPK. 826 693 189
Anggota : Tanda Tangan
1. drg. I Putu Indra Prihanjana, M.Kes
NPK. 828 207 372
2. drg. Nyoman Panji Triadnya Palgunadi, M.Kes …………………
NPK. 826 594 196
Mengesahkan
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
P.A Mahendri Kusumawati, drg., M.Kes., FISID
NIP. 19590512 198903 2 001
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karies
Pada Anak Yang Menyikat Gigi Di Sekolah (Kajian Di TK Saraswati 2 dan TK
Saraswati 4 Denpasar)” ini tepat pada waktunya.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar. Skripsi ini juga merupakan kesempatan berharga bagi
penulis untuk dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang diharapkan akan
bermanfaat di bidang kedokteran gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat petunjuk, arahan,
serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. drg. Yudha Rahina, M.kes, selaku doesen pembimbing I dan drg. Indra
Prihanjana, M.kes, selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, membantu dan mengarahkan penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
2. Drg. Nyoman Panji Triadnya Palgunadi, M.kes, karena sudah bersedia
meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji dan membimbing penulis
sehingga membuat skripsi ini menjadi semakin baik.
3. Seluruh siswa TK 2 dan TK 4 Saraswati Denpasar yang telah meluangkan
waktunya dan bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.
v
4. Kepala sekolah dan staf pengajar di TK 2 dan TK 4 Saraswati Denpasar yang
telah mau meluangkan waktunya untuk membantu mengarahkan murid-murid
agar tertib pada saat dilaksanakannya penelitian.
5. Orangtua dan adik tercinta terimakasih atas doa, dukungan baik secara moril
dan material serta nasehatnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
6. Ngurah Teddy Irawan, terimakasih atas doa, perhatian dan semangatnya.
7. Teman-teman penulis, khususnya princess Dian, Wanda, Gek Ayu, Manik,
Ayu Nindia, Benny dan seluruh teman-teman angkatan CRANTER 2010 yang
namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, yang juga telah banyak
membantu penulis secara langsung dalam doa serta semangat yang diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasannya,
untuk itu penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan.
Semua saran dan kritik akan menjadi masukan yang sangat berarti.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa
Kedokteran Gigi dan dokter gigi di fakultas, klinik dan masyarakat.
Denpasar, 14 Februari 2014
Penulis
vi
Karies Pada Anak Yang Menyikat Gigi Di Sekolah
(Kajian Di TK Saraswati 2 dan TK Saraswati 4 Denpasar)
Abstrak
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting, apabila kesehatan gigi
dan mulut ini diabaikan tentu akan menimbulkan masalah yang erat hubungannya
dengan kesehatan umum. Anak-anak dan masyarakat sering mengabaikan
pentingnya kebiasaan menyikat gigi sebagai salah satu cara untuk mencegah
karies gigi dan penyakit mulut lainnya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah perbedaan frekuensi karies antara anak yang menyikat gigi setiap
hari di sekolah dengan yang tidak?. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
frekuensi karies gigi pada anak yang menyikat gigi setiap hari di sekolah.
Responden penelitian berjumlah 424 siswa. Analisis data menggunakan uji
independent t-test. Hasil uji independent t-test menunjukkan nilai t-hitung untuk
kedua kelompok sebesar 2,119 dengan nilai signifikan 0,035 (p < 0,05) yang
artinya terdapat perbedaan frekuensi karies antara kelompok yang menyikat gigi
setiap hari di sekolah dengan kelompok yang tidak menyikat gigi.
Kata kunci : frekuensi karies, menyikat gigi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI DAN PENGESAHAN DEKAN ... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAKSI ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5
2.1 Karies ...................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Karies ........................................................ 5
2.1.2 Etiologi Karies............................................................. 7
2.1.3 Klasifikasi Karies ........................................................ 20
2.1.4 Pencegahan Karies ...................................................... 22
2.2 Menyikat Gigi ......................................................................... 26
2.2.1 Teknik Menyikat Gigi ..................................................... 26
2.2.2 Frekuensi Menyikat Gigi ................................................ 30
2.2.3 Manfaat Menyikat Gigi ................................................... 31
2.3 Pemeriksaan Gigi dan Kebersihan Mulut Anak ...................... 33
2.3.1 Indeks Karies ............................................................... 33
2.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Taman
Kanak-Kanak (TK) .................................................................. 35
2.4.1 Perkembangan Emosi .................................................. 36
2.4.2 Perkembangan Sosial .................................................. 36
2.4.3 Perkembangan Intelektual ........................................... 37
2.4.4 Perkembangan Jasmani ............................................... 37
2.5 Kerangka Konsep .................................................................... 38
viii
BAB III HIPOTESIS ................................................................................... 40
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 42
4.1 Jenis Penelitian ..................................................................... 42
4.2 Identifikasi Variabel ............................................................. 42
4.3 Definisi Operasional ............................................................. 42
4.4 Responden Penelitian ........................................................... 43
4.5 Tempat dan Waktu ............................................................... 43
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................. 43
4.7 Alat dan Bahan ..................................................................... 44
4.8 Jalannya Penelitian ............................................................... 44
4.9 Analisis Data ........................................................................ 45
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 46
5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 46
5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Karies ............. 46
5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Karies ......................... 47
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................... 49
BAB VII PENUTUP ..................................................................................... 52
7.1 Kesimpulan.............................................................................. 52
7.2 Saran ........................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 53
LAMPIRAN .................................................................................................... 56
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Klasifikasi def-t dan DMF-T menurut WHO ................................... 43
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin .............. 46
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan indeks karies .............. 46
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karies .......................... 47
Tabel 5.4 Hasil Uji Independent T-test ............................................................ 47
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Empat Lingkaran Karies. .................................................. 11
Gambar 2.2 Klasifikasi karies menurut G.V.Black.......................................... 21
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ......................................................................... 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi
dan mulut. Apabila kesehatan gigi dan mulut ini diabaikan tentu akan
menimbulkan masalah yang erat hubungannya dengan kesehatan umum.
Menurunnya kesehatan gigi dan mulut dapat mengakibatkan terganggunya fungsi
pengunyahan yang disebabkan kurang berfungsinya gigi. Oleh karena itu adanya
kerusakan gigi merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Salah satu bentuk
kerusakan gigi adalah karies. Karies dapat dialami dan dijumpai pada setiap orang
tanpa memandang umur, jenis kelamin, bangsa, serta status sosial
ekonomi (Rusminah dan Zubaedah 1993).
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal
yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat
bahwa 90% penduduk Indonesia masih menderita penyakit gigi dan mulut.
Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah karies
dan penyakit jaringan penyangga gigi, khusunya peradangan gusi atau
gingivitis (Anitasari dan Liliwati 2005).
Karies gigi merupakan masalah utama bagi kedokteran gigi yang dijumpai
baik pada anak maupun orang dewasa. Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan
bahwa lebih dari 50% dari 6 triliun populasi dunia mengalami karies gigi. Para
2
ahli bedah mulut di Amerika Serikat melaporkan bahwa 1 dari 3 anak mengalami
karies gigi dan sekitar 40 sampai 50% dari gigi yang dicabut berasal dari karies
gigi yang tidak dirawat. Prevalensi karies gigi di Indonesia adalah sebesar 76,92%
dengan angka pengalaman karies 2,21 gigi per anak (Panggabean 2003).
Secara klinis yang disebut dengan karies gigi sampai sekarang adalah
lubang (kavitas) yang sudah dapat dirasakan secara mekanis dengan memakai
sonde. Karies dini dilihat dibawah mikroskop maka akan terlihat pada permukaan
enamel masih utuh, sedangkan pada bagian dalam enamel dijumpai suatu daerah
yang kepadatannya berkurang, ini disebabkan oleh karena adanya
dekalsifikasi (Panjaitan 1997).
Salah satu cara pencegahan penyakit karies gigi dan radang gusi adalah
memelihara hygiene mulut melalui sikat gigi yang baik dan teratur. Kebiasaan
menyikat gigi sebaiknya dimulai sejak kanak-kanak. Anak harus dikenalkan
dengan sikat gigi sejak gigi susunya mulai tumbuh. Mengajarkan anak menggosok
gigi sama halnya dengan mengajarkan mandi. Sejak bayi dilahirkan, ia harus
mandi secara rutin dan teratur, menggosok gigi juga harus sudah dimulai sejak
bayi meskipun saat itu bayi belum mengkonsumsi makanan padat, tapi setelah
menyusui, sebaiknya gusinya harus dibersihkan. Jika dilakukan secara terus-
menerus maka tindakan tersebut akan menetap dan menjadi kebiasaan. Kebiasaan
itulah yang menyebabkan anak terbiasa menjaga kebersihan giginya. Rutinitas ini
juga akan membantu anak untuk terbiasa menyikat gigi dengan baik dan benar,
yaitu gigi bersih dan bebas dari kotoran serta plak, disamping itu proses
pembersihannya harus dijaga agar tidak merusak gusi atau
email gigi (Kristanti dan Rusiawati 2002).
3
Kebiasaan menyikat gigi sejak anak-anak dapat dimulai dari lingkungan
keluarga. Keluarga merupakan lingkungan yang utama bagi pembentukan
kepribadian anak dan orang tua adalah sebagai panutan anak. Umur 2 tahun
adalah umur dimana anak meniru semua hal yang dilakukan orang dewasa yang
ada di sekitarnya. Bila melihat orang tuanya menyikat gigi, suatu hari nanti anak
akan bisa memegang sikat gigi dan mencoba menyikat giginya
sendiri (Gupte 2004).
Seperti area lainnya pada tubuh, rongga mulut merupakan salah satu dari
bagian tubuh kita yang penuh dengan bakteri, baik itu bakteri yang berpotensi
merusak maupun tidak. Pada keadaan normal, tubuh secara alami memiliki sistem
pertahanan tubuh termasuk di dalam rongga mulut kita dan kebiasaan kita
menjaga kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut seperti menyikat gigi,
membersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi, berkumur dengan mouthwash,
banyak minum air mineral dan sebagainya dapat membuat koloni bakteri dapat
terkontrol. Infeksi yang terjadi tidak hanya berhenti sampai rongga mulut saja,
melainkan tubuh juga akan terkena dampaknya. Penyakit yang dapat diderita bila
tidak rajin menyikat gigi adalah penyakit endokarditis dan penyakit
kardiovaskular karena penyakit tersebut berkaitan dengan perkembangbiakan dan
penyebaran bakteri yang berasa dari rongga mulut (Angela 2005).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan permasalahan
apakah terdapat perbedaan karies pada anak yang menyikat gigi di sekolah?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
frekuensi karies pada anak yang menyikat gigi setiap hari di sekolah.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti dalam
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan
menginformasikan data temuan di bidang kedokteran gigi.
2. Dapat memberikan informasi kepada pembaca bahwa rajin menyikat gigi
dapat mencegah karies gigi dan dapat terhindar dari penyakit mulut lainnya.
3. Dapat menambah pengetahuan orang tua agar mengajarkan kebiasaan
menyikat gigi yang bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut anaknya sejak
usia dini.
4. Dapat menambah pengetahuan anak sehingga anak akan lebih termotivasi
untuk lebih rajin menyikat gigi agar terhindar dari karies dan penyakit mulut
lainnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
2.1.1 Pengertian Karies
Karies berasal dari bahasa latin yaitu caries yang artinya kebusukan.
Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya
mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan
sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari
substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang
akhirnya terjadi kavitas. Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi
terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk
lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses
penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh
adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan
waktu (Fitriani 2009).
Karies gigi merupakan proses infeksi yang memiliki keterkaitan dengan
kesehatan dan status gizi, serta dapat bertindak sebagai fokal infeksi yang
dapat menimbulkan penyakit di organ tubuh lainnya (Axelsson 2002). Infeksi
oral dapat berpengaruh pada kesehatan sistemik (Anitasari 2005). Karies gigi
juga dapat dialami oleh setiap orang serta dapat timbul pada satu permukaan
gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam, misalnya dari
email ke dentin atau ke pulpa (Tarigan 1995).
6
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin
dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya,
akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya
ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Kidd and Bechal 1991).
Karies gigi dapat terjadi dengan diawali oleh proses pembentukan plak
secara fisiologis pada permukaan gigi. Plak terdiri dari komunitas
mikroorganisme atau bakteri yang dapat bekerja sama serta memiliki sifat
fisiologi kolektif. Beberapa bakteri mampu melakukan fermentasi terhadap
substrat karbohidrat (seperti sukrosa gula dan glukosa) untuk menghasilkan
asam, menyebabkan pH plak akan turun menjadi dibawah 5 dalam 1-3 menit.
Penurunan pH plak secara berulang-ulang akan mengakibatkan demineralisasi
pada permukaan gigi. Namun asam yang diproduksi dapat dinetralkan oleh
saliva sehingga akan meningkatkan pH dan pengambilan mineral dapat
berlangsung dan keadaan ini disebut dengan remineralisasi. Hasil kumulatif
dari proses demineralisasi dan remineralisasi dapat menyebabkan kehilangan
mineral sehinnga lesi karies dapat terbentuk (Narendra dkk. 2002).
Perkembangan karies dapat berbeda antara satu orang dengan orang
lainnya dan antara populasi satu dengan populasi lainnya. Apabila
perkembangannya lambat, mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun
lamanya sehingga karies menjadi kavitas besar. Akan tetapi proses yang sama
hanya membutuhkan waktu beberapa bulan saja jika perkembangannya cepat.
7
Karies yang berkembang cepat biasanya berwarna agak terang, sedangkan
karies yang berkembang lambat biasanya berwarna agak gelap, tetapi pit
(lekukan pada email gigi) dan fisur (bentuk lekukan email gigi pada gigi molar
dan pre molar) kadang-kadang berwarna tua, bukan karena karies gigi, tetapi
karena noda akibat beberapa makanan. Karbohidrat yang tertinggal di dalam
mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab karies gigi, penyebab karies
gigi tidak langsung adalah permukaan dan bentuk gigi tersebut. Gigi dan fisur
yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan
sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan
menimbulkan karies gigi (Kristanti dan Rusiawati 1995).
Dari uraian tersebut menjadi jelas bahwa proses karies dapat terjadi di
seluruh permukaan gigi dan merupakan proses alami. Pembentukan biofilm
dan aktivitas metabolik oleh mikroorganisme tidak dapat dicegah, akan tetapi
perkembangan penyakit dapat dikendalikan sehingga lesi klinis yang
terbentuk tidak terlihat. Perkembangan lesi ke dalam dentin bisa
mengakibatkan invasi bakteri dan mengakibatkan kematian pulpa dan
penyebaran infeksi ke dalam jaringan periapikal sehingga menyebabkan rasa
sakit (Kidd 2005).
2.1.2 Etiologi Karies
2.1.2.1 Etiologi Karena Plak
Sejumlah mikroflora mulut yang memiliki kemampuan
berkolonisasi pada gigi dapat menurunkan pH sampai kira-kira 4,1
8
dengan adanya lingkungan gula yang menguntungkan. Diantara
mikroflora tersebut, streptococcus mutans tampak merupakan
organisme kariogenik yang paling efisien dalam menyebabkan karies
gigi. Adanya mikroflora mulut dalam bentuk plak merupakan syarat
utama bagi terbentuknya karies. Plak gigi merupakan lengketan yang
berisi bakteri beserta produk-produknya yang terbentuk pada semua
permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini terjadi melalui serangkaian
tahapan (Lehner 1995).
Plak adalah lapisan tipis dari mikroorganisme, sisa makanan
dan bahan organik yang terbentuk di gigi, kadang-kadang juga
ditemukan pada gusi dan lidah. Plak merupakan agregat sejumlah besar
dan berbagai macam mikroorganisme pada permukaan gigi mulai
erupsi dengan cepat akan dilindungi lapisan tipis glikoprotein yang
disebut aequired pellicle. Glikoprotein di dalam air ludah akan diserap
dengan spesifik pada hidroksiaptit dan melekat erat pada permukaan
gigi (Roeslan 2002).
Plak adalah lapisan tipis yang tak berwarna (transparan) tidak
dapat dilihat dengan mata biasa, melekat pada gigi dan membentuk
koloni atau kumpulan yang terdiri dari air liur, sisa-sisa makanan,
jaringan mati, fibrinogen, mikroorganisme dan lain sebagainya. Untuk
melihat plak digunakan zat pewarna yaitu disclosing
agent (Dewi 2003).
9
Langkah pertama pembentukan plak adalah absorbsi
glikoprotein saliva pada permukaan gigi, lapisan ini disebut pelikel.
Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas kuman dan terbentuk
segera setelah penyikatan gigi. Bersifat sangat lengket dan mampu
melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi.
Mikroorganisme tersebut melekat pada gigi di atas pelikel karena
adanya matriks dari mikroorganisme yang adhesif dan afinitas
hidroksiapatit enamel terhadap glikoprotein saliva. Plak gigi mulai
terbentuk sebagai tumpukan dan kolonisasi mikroorganisme pada
permukaan enamel dalam 3-4 jam sesudah gigi dibersihkan dan
mencapai ketebalan maksimal pada hari ketiga puluh. Komposisi
mikroorganisme di dalam plak umumnya berbeda-beda. Pada awal
pembentukan plak, jenis kokus gram positif, terutama streptococcus
merupakan jenis yang paling banyak dijumpai. Setelah kolonisasi
pertama oleh streptokokus, berbagai jenis mikroorganisme lainnya
memasuki plak gigi, hal ini disebut “Phenomena of
Cession” (Pandjaitan 1997).
Kecepatan pembentukan plak tergantung dari konsistensi,
macam, dan keras lunaknya makanan. Makanan lunak yang tidak
memerlukan pengunyahan, mempunyai sedikit atau sama sekali tidak
mempunyai efek pembersihan terhadap gigi-geligi. Jika diet berasal dari
sukrosa, plak ini akan menjadi tebal dan melekat. Hal ini disebabkan
adanya pembentukan polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang lebih
10
banyak dihasilkan dari pemecahan sukrosa. Dengan bantuan
streptokokus mutans, sukrosa ini akan membentuk dekstran dan levan.
Dekstran merupakan bahan penting karena merupakan prekursor plak
gigi, sebagai mediator kolonisasi dan agregasi kuman asidogenik, serta
tahan terhadap destruksi mikroorganisme. Dengan demikian, makanan
dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak
dengan cepat sampai pada level yang menyebabkan demineralisasi
email (Roeslan 2002).
2.1.2.2 Etiologi Karena Multifaktorial
Proses terjadinya karies gigi merupakan fenomena multifaktor,
yaitu faktor host, mikroflora mulut, substrat dan waktu. Karies terjadi
karena interaksi antara gigi, bakteri dan gula. Dilain pihak terdapat satu
faktor penghambat karies, yaitu antibodi. Beberapa faktor yang saling
berinteraksi pada patogenesis karies gigi dapat digambarkan sebagai
beberapa lingkaran yang tumpang tindih sebagai deskripsi daerah karies
dan non karies. Dengan memperluas lingkaran antibodi, diharapkan
daerah karies dapat diperkecil (Lehner 1995).
Karies gigi memiliki faktor penyebab multifaktorial, yaitu
adanya 4 faktor utama yang saling mempengaruhi. Keempat
faktor tersebut adalah (a) Tuan rumah (host): gigi dan saliva;
(b)Substrat: lingkungan; (c)Agen (agent): mikroorganisme; (d)Waktu.
Kesimpulannya adalah karies terjadi bukan disebabkan karena satu
kejadian saja seperti penyakit menular lainnya, tetapi disebabkan oleh
11
serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.
Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa,
dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH
plak akan menurun sampai di bawah 5 menit dalam tempo 1-3 menit.
Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan
mengakibatkan demineralisasai permukaan gigi yang rentan dan proses
kariespun dimulai (Kidd and Bechal 2012). Secara lebih jelas, faktor
etiologi karies gigi adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Empat Lingkaran Karies (Kidd and Bechal 2012)
Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus
saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang
Mikroorganisme
Substrat
Waktu
Hostkaries
12
lama (Kidd and Bechal 2012). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
karies adalah:
A. Host (Gigi Dan Saliva)
Untuk terjadinya karies gigi antara lain dibutuhkan gigi (host) yang
rentan. Lapisan keras gigi terdiri dari enamel dan dentin, enamel adalah
lapisan yang paling luar, dan seperti diketahui, karies selalu dimulai dari
lapisan luar, oleh karena itu enamel sangat menentukan proses terjadinya
karies. Enamel lebih tahan terhadap karies dibandingkan lapisan
dibawahnya (Panjaitan 1997).
Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks
yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, flour), air 1% dan
bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih
sempurna dan mengandung banyak flour, fosfat dan sedikit karbonat dan air.
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin
banyak enamel mengandung mineral, maka kristal enamel semakin padat dan
enamel akan semakin resisten (Pintauli dan Hamada 2008).
Karies yang mula-mula terjadi pada permukaan enamel disebut karies
awal, karies dini atau white spot. Karies awal ditandai dengan permukaan
yang putih dan buram serta kasar, tetapi pada rabaan dengan menggunakan
sonde belum terdapat tahanan. Bila proses karies berlangsung lebih lanjut
maka proses karies akan berlangsung lebih cepat karena lapisan yang terdapat
di bawah enamel kurang tahan terhadap asam penyebab karies (Suwelo 1988).
13
Menurut Panjaitan (1997) kawasan-kawasan yang mudah diserang
karies merupakan daerah yang rentan karena memudahkan perlekatan plak,
daerah rentan karies adalah: (a) Pit dan fisur permukaan oklusal molar dan
premolar, pit bukal molar dan pit palatal insisivus; (b) Permukaan halus di
daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak; (c) Enamel pada tepian di
daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva; (d) Permukaan akar yang
terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan
resesi gingiva karena penyakit periodontium; (e) Tepi tumpatan terutama yang
kurang; (f) Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.
Proses karies dan faktor-faktor resiko terjadinya karies gigi tetap dan
gigi sulung tidak berbeda. Namun demikian proses kerusakan pada gigi sulung
lebih cepat menyebar, meluas dan lebih parah dibanding dengan gigi tetap, hal
ini disebabkan karena adanya beberapa faktor antara lain struktur enamel gigi
sulung kurang solid dan lebih tipis, morfologi luar gigi sulung lebih
memungkinkan retensi makanan dibandingkan dengan gigi tetap, disamping
itu kebersihan mulut anak pada umumnya lebih buruk dan anak suka makanan
yang kariogenik dibandingkan orang dewasa (Suwelo 1988).
Di dalam mulut saliva merupakan cairan protektif. Rendahnya
pengeluaran saliva dan kapasitas bufer menyebabkan berkurangnya
kemampuan membersihkan sisa makanan dan mematikan kuman, mengurangi
kemampuan menetralkan asam serta kemampuan menimbulkan remineralisasi
lesi enamel. Suatu penurunan kecepatan sekresi saliva bisa diikuti oleh
peningkatan jumlah streptokokus mutans dan laktobasilus, dengan demikian,
14
aktivitas karies yang tinggi dapat dijumpai pada orang-orang yang kecepatan
sekresi salivanya berkurang (Kidd et al 1991).
Pada anak, sekresi kelenjar-kelenjar saliva serta sifat-sifat saliva masih
belum konstan karena masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan,
sehingga jumlah dan sifat saliva pada anak bervariasi dan akan mempengaruhi
keadaan kesehatan mulutnya (Suwelo 1998).
B. Substrat
Substrat adalah campuran makanan yang halus dan minuman yang
dimakan sehari-hari yang menempel pada permukaan gigi. Telah diketahui
bahwa orang-orang yang banyak memakan makanan yang mengandung
karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan
pada`permukaan giginya. Sebaliknya orang-orang dengan diet yang banyak
mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak
mempunyai karies gigi. Hal ini menunjukkan bahwa karbohidrat sangat
memegang peranan penting dalam terjadinya karies (Panjaitan 1997).
Karbohidrat yang paling kariogenik yaitu sukrosa, menyediakan energi
bagi pembentukan asam sebagai hasil metabolisme mikroorganisme dengan
pH di bawah 5. Metabolisme mikroorganisme akan terjadi bila terdapat
banyak mikroorganisme dan cukup sukrosa. Bila sukrosa yang terdapat dalam
mulut hanya sedikit dan terbatas maka hanya terjadi metabolisme intraseluler
pada mikroorganisme saja tanpa adanya pembelahan sel. Asam yang
dihasilkan hanya sedikit dibandingkan dengan terdapatnya sukrosa yang lebih
banyak. Sukrosa yang banyak mengakibatkan lebih banyak makanan dan
15
energi yang diserap sehingga mikroorganisme tidak hanya melakukan
metabolisme intraseluler saja tetapi dapat melakukan pembelahan dan
memperbanyak diri, menyebabkan asam yang dihasilkan lebih banyak
sehingga mempercepat larutnya email dan dentin (Kidd et al 1991).
Karbohidrat menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri
dan sintesa polisakarida ekstra seluler. Walaupun demikian tidak semua jenis
karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks misalnya
pati, relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di dalam
mulut sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula
akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh
bakteri. Dengan demikian, makanan dan minuman yang mengandung gula
akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat
menyebabkan demineralisasi email. Sintesa polisakarida ekstra seluler dari
sukrosa lebih cepat daripada glukosa, fruktosa dan laktosa. Oleh karena itu
sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik walaupun gula lainnya tetap
berbahaya. Selain itu sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi
sehingga sukrosa merupakan penyebab karies utama (Kidd and Bechal 1991).
Perlu diingat bahwa bukan saja tipe makanan yang penting, kadar
konsumsi juga berperan penting dalam pembentukan karies. Pemaparan yang
lama dan berulang kepada karbohidrat dapat meningkatkan resiko karies.
Streptococcus mutans akan meragi semua jenis karbohidrat, tetapi
mikroorganisme tersebut paling efisien dalam menghasilkan asam dari gula
jenis sukrosa. Gula dapat membantu perlekatan plak dan merupakan sumber
16
energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi bakteri-bakteri
tersebut. Sukrosa, glukosa dan fruktosa dapat dijumpai di kebanyakan
makanan dan minuman seperti minuman manis serta susu formula. Laktosa
yang terkandung di dalam susu sapi merupakan salah satu gula yang kurang
kariogenik. Penelitian Roberts pada anak pra-sekolah dengan penyakit kronis
yang sering diberi obat sirup dengan kandungan sukrosa yang tinggi, telah
ditemukan peningkatan empat kali lipat pada jumlah karies mereka
dibandingkan dengan anak-anak sehat (Vadiakas 2008).
C. Mikroorganisme
Karies gigi salah satunya disebabkan oleh hasil dari perkembangan
beberapa organisme spesifik yang berlebih dan merupakan bagian dari flora
normal pada mulut. Mikroorganisme di dalam mulut yang berhubungan
dengan karies antara lain adalah berbagai strain streptococcus, lactobasillus,
actynomises dan lain-lain. Streptococcus mutans sangat berperan terhadap
karies pada gigi yang berhubungan dengan karbohidrat, plak gigi dan saliva di
dalam mulut (Kash 2003).
Individu yang terinfeksi oleh streptokokus mutans dalam jumlah
banyak merupakan individu yang berisiko terserang karies, disebabkan sifat
streptokokus mutans yang dapat memfermentasi berbagai jenis karbohidrat
menjadi asam dan menurunkan pH, menambah sifat adhesif dan kohesif plak
pada permukaan gigi. Karies terjadi karena asam yang dihasilkan
mikroorganisme yang difermentasi dari karbohidrat. Asam ini menghancurkan
dengan cepat bagian anorganik gigi. Kemudian mikroorganisme yang sama
17
maupun berbeda menghancurkan bagian organik gigi. Kombinasi kedua
proses perusakan ini dapat menimbulkan karies (Fayle 2001).
Pada penderita karies yang aktif dijumpai jumlah streptococcus dan
lactobasillus yang besar pada plak gigi. Pada bebrapa kasus seperti karies
rampan dan karies botol ditemukan bakteri spesifik yang berbeda dalam
jumlah banyak, pada karies rampan ditemukan lebih banyak streptococcus
sobrinus, sedangkan pada karies botol dijumpai lebih banyak streptococcus
mutans (Avery et al 2006).
Sejumlah bakteri beserta produk-produknya yang melekat dan
terbentuk pada seluruh permukaan gigi disebut plak. Bakteri-bakteri tersebut
mampu melekatkan diri pada permukaan gigi oleh karena adanya glikoprotein
yang diendapkan oleh saliva. Bakteri yang paling banyak muncul pada tahap
awal adalah streptococcus. Organisme ini tumbuh, berkembang biak dan
mengeluarkan gel ekstra seluler yang lengket dan akan menjerat berbagai
bentuk bakteri yang lain (Panjaitan 1997).
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya
karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk
dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda.
Pada awal pembentukan plak, bakteri yang paling banyak dijumpai adalah
streptococcus mutans, streptococcus sanguis, streptococcus mitis dan
streptococcus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, dijumpai
18
juga Lactobacillus dan beberapa spesies Actinomyces. Mikroorganisme
menempel di gigi bersama plak sehingga plak terdiri dari mikroorganisme
adalah sebesar (70%) dan bahan antar sel (30%). Karies akan terbentuk
apabila terdapat plak dan karbohidrat (Pintauli dan Hamada 2008).
Plak tampak sebagai massa globular berwarna putih, keabu-abuan atau
kuning. Plak gigi mulai terbentuk sebagai kolonisasi mikroorganisme pada
permukaan enamel dan mencapai ketebalan pada hari ketiga puluh. Penelitian-
penelitian membuktikan bahwa penambahan karbohidrat pada makanan hanya
menyebabkan akumulasi plak yang sangat tebal. Penumpukan plak sudah
dapat terlihat dalam waktu 1-2 hari setelah seseorang tidak melakukan
prosedur kebersihan mulut, sedangkan waktu yang dibutuhkan suatu karies
berkembang menjadi suatu lubang pada gigi cukup bervariasi, diperkirakan
antara 6-48 bulan (Anitasari dan Liliwati 2005).
Streptokokus mutans dan beberapa strain lactobasillus serta
actinomyces sangat relevan dalam menyebabkan karies baik pada manusia
maupun pada binatang. Streptococcus mutans dan lactobasillus merupakan
kuman yang kariogenik karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang
dapat diragikan dan kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam
suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena
kemampuannya membuat polisakarida ekstra seluler dari karbohidrat
makanan (Kidd and Joyston-Bechal 1991).
19
D. Waktu
Interaksi antara ketiga faktor tersebut selama suatu periode akan
merangsang pembentukan karies, yang dimulai dengan munculnya white spot
pada permukaan gigi tanpa adanya kavitas akibat proses demineralisasi pada
bagian enamel. Faktor waktu yang dimaksudkan adalah lamanya pemaparan
gigi terhadap penyebab-penyebab di atas yang menyebabkan terjadinya karies
dan bervariasi pada setiap orang. Secara umum, lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan
yang baik untuk menghentikan penyakit ini (Pinkham et al 2005).
Menurut Welbury (2005) seecara singkat proses terjadinya karies
adalah: (1)Fermentasi karbohidrat menjadi asam organik oleh mikroorganisme
dalam plak pada permukaan gigi; (2)Pembentukan asam yang cepat, yang
menurunkan pH pada permukaan email di bawah tingkat pH kritis dimana
email akan semakin larut; (3)Ketika karbohidrat tidak lagi tersedia pada plak
mikroorganisme, pH dalam plak akan naik karena difusi asam dari sebelah
luar dan juga diakibatkan metabolisme mikroorganisme sehingga
demineralisasi email gigi dapat terjadi; (4)Karies gigi berlangsung hanya bila
demineralisasi lebih sering terjadi daripada remineralisasi.
Salah satu pencegahan terjadinya karies gigi anak adalah dengan
pengurangan pemasukan karbohidrat pada rongga mulut yang dapat
menyebabkan penurunan asam yang disebabkan oleh bakteri pembentuk plak.
Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH
20
normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi
gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah
normal dan menyebabkan demineralisasi email (Kidd and Bechal 1991).
Plak yang bersifat asam dan terletak di daerah interproksimal, yang
umumnya hanya terkena sedikit aliran saliva, akan tetap berada pada pH yang
kritis dalam waktu dua jam setelah pemasukan. Karena makanan yang
mengandung larutan gula dapat menghasilkan asam yang dihasilkan oleh
bakteri lebih besar bila semakin lama sukrosa di dalam mulut, sebab aktivitas
juga bakteri pembentuk plak. Disamping itu aktivitas karies akan bergantung
pada frekuensi konsumsi sukrosa sehingga didapatkan adanya hubungan yang
pasti antara frekuensi makanan tambahan diantara jam-jam makan dengan
frekuensi gigi (Avery et al 2006).
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral
selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies
tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh
karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak
menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam
hitungan bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan
yang baik untuk menghentikan penyakit ini (Kidd and Bechal 1991).
2.1.3 Klasifikasi Karies
2.1.3.1 Menurut Kedalamannya
Menurut Herijulianti dkk. (2002) berdasarkan stadium karies
(dalamnya karies gigi) dapat dibagi menjadi: (1) Karies superfisial
21
yaitu dimana karies baru mengenai enamel saja (sampai dentino
enamel junction), sedangkan dentin belum terkena; (2) Karies media
yaitu dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin; (3) Karies profunda yaitu dimana karies sudah
mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa.
2.1.3.2 Menurut Klasifikasi Kavitas
G.V.Black mengklasifikasi kavitas atas 5 bagian dan diberi
tanda dengan nomor romawi, dimana kavitas diklasifikasi berdasarkan
permukaan gigi yang terkena karies. Adapun gambar dari klasifikasi
tersebut adalah:
Gambar 2.2 Klasifikasi karies menurut G.V.Black.
Berikut ini adalah penjelasan klasifikasi karies menurut G.V.Black:
a. Klas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pit and fissure) dari gigi
premolar dan molar (gigi posterior). Terdapat pada gigi anterior di
foramen caecum.
22
b. Klas II
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-gigi molar
atau premolar yang umumnya meluas sampai bagian ke oklusal.
c. Klas III
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi posterior,
tetapi belum mencapai 1/3 incisal gigi.
d. Klas IV
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-gigi
posterior dan sudah mencapai 1/3 incisal dari gigi.
e. Klas V
Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi posterior dan
anterior pada permukaan labial, lingual, palatal maupun bukal.
2.1.4 Pencegahan Karies
2.1.4.1 Secara Mekanis
a. Menyikat Gigi
Penyikatan gigi bertujuan untuk menghindari plak. Plak dapat
menyebabkan kerusakan gigi, misalnya gigi berlubang. Waktu
menyikat gigi minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan
dan malam sebelum tidur. Menurut Sondang (2008) untuk menyikat
gigi secara benar sebaiknya dilakukan lebih dari dua menit.
23
b. Pembersihan Interdental
Permukaan aproksimal dan daerah yang giginya tidak beraturan
tidak dapat dicapai dengan sikat gigi biasa. Oleh karena itu alat bantu
seperti benang gigi dapat digunakan untuk daerah seperti itu. Menurut
Sondang (2008) dental floss atau benang gigi dilakukan untuk
membantu membersihkan sisa makanan yang ada di daerah yang sulit
dijangkau oleh sikat gigi, yaitu didaerah proksimal atau diantara gigi.
Flossing dapat dilakukan setiap hari atau minimal dua kali dalam satu
minggu.
c. Penggunaan Alat Pembersih Lidah
Menurut Sondang (2008) alat pembersih lidah berfungsi untuk
membersihkan permukaan lidah pada saat setelah menyikat gigi,
biasanya orang sering mengabaikan lidah. Sisa susu pada balita sering
menempel di lidah sehingga lidah pun perlu dibersihkan.
2.1.4.2 Secara Kimiawi
a. Pemberian Flour
Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies.
Penggunaan fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta
gigi dan obat kumur mengandung fluor, pemberian tablet fluor, topikal
varnish (Angela 2005). Fluoridasi air minum merupakan cara yang
paling efektif untuk menurunkan masalah karies pada masyarakat
secara umum. Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air
minum adalah 0,7–1,2 ppm. Bila air minum masyarakat tidak
24
mengandung jumlah fluor yang optimal, maka dapat dilakukan
pemberian tablet fluor pada anak terutama yang mempunyai risiko
karies tinggi (Varsio 1999).
Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies
tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang
optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per
hari). Jumlah fluor yang dianjurkan untuk anak di bawah
umur 6 bulan sampai dengan usia 3 tahun adalah 0,25 mg, sedangkan
usia 3 sampai dengan 6 tahun adalah 0,5 mg dan untuk anak umur 6
tahun ke atas diberikan dosis sebanyak 0,5–1 mg (Welbury et al 2004).
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi
yang mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies. Obat kumur
yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 20–50%.
Seminggu sekali berkumur dengan 0,2% NaF dan setiap hari berkumur
dengan 0,05% NaF dipertimbangkan menjadi ukuran kesehatan
masyarakat yang ideal. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak
yang berisiko karies tinggi atau selama terjadi kenaikan karies. Obat
kumur ini tidak disarankan untuk anak berumur di bawah 6 tahun.
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi
mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk
mencegah atau menghambat perkembangan karies. Pemberian varnish
fluor diberikan setiap empat atau enam bulan sekali pada anak yang
mempunyai risiko karies tinggi. Varnish dilakukan pada anak umur 6
25
tahun ke atas karena anak di bawah umur 6 tahun belum dapat
meludah dengan baik sehingga dikhawatirkan varnish dapat tertelan
dan dapat menyebabkan fluorosis enamel. Sediaan fluor lainnya adalah
dalam bentuk gel dan larutan seperti larutan 2.2% NaF, SnF,
gel APF (Fitriani 2007).
b. Berkumur
Mencegah karies secara mekanis masih menjadi metode utama
yang digunakan, akan tetapi makin berkembangnya pemahaman akan
infeksi penyakit, maka pencegahan karies secara kimia semakin
diminati. Berikut ini adalah empat jenis bahan kumur yang biasa
digunakan (Fitriani 2007):
a) Listerin
Listerin dipasarkan dengan merek dagang Listerin,
merupakan antiseptik yang efektif sebagai anti plak. Uji coba klinis
antara 7-60 hari menunjukkan adanya hambatan pembentukan plak
dan radang gingiva bila digunakan untuk membantu kontrol plak
secara mekanis. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
selama 6 bulan, yang menunjukkan bahwa listerin dapat
mengurangi penimbunan plak dan menurunkan derajat keradangan
gingival.
b) Povidone Iodine
Povidone Iodine 1 % sebagai obat kumur yang dipasarkan
dengan merek dagang Betadine sebagai antiseptik mempunyai sifat
26
antibakteri. Obat kumur ini dapat dipakai untuk mengurangi
bakteri setelah pencabutan gigi atau setelah perawatan bedah. Efek
betadine terhadap bakteri rongga mulut sangat cepat dan pada
konsentrasi yang tinggi dapat mematikan bakteri rongga mulut.
c) Hexetidine
Hexetidine sebagai obat kumur termasuk golongan
antiseptik dan merupakan derivat piridin. Mempunyai sifat
antibakteri, bermanfaat untuk bakteri Gram positif dan Gram
negatif dan dapat digunakan untuk mengurangi terjadinya
keradangan. Hexetidine merupakan antibakteri dengan spektrum
luas dengan konsentrasi rendah bermanfaat untuk mikroorganisme
rongga mu1ut.
d) Hidrogen peroxide
Hidrogen peroxide merupakan antiseptik karena dapat
melepaskan oksigen sebagai zat aktif. Sebagai obat kumur
biasanya dipakai konsentrasi 3%. Pemakaian hidrogen peroksida
sebagai obat kumur dapat mencegah dan menghambat
pertumbuhan bakteri plak.
2.2 Menyikat Gigi
2.2.1 Teknik Menyikat Gigi
Banyak metode atau teknik menyikat gigi yang diperkenalkan oleh
para ahli, tetapi pada prinsipnya terdapat empat pola dasar gerakan, yaitu
27
metode vertikal, horizontal, berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi). Macam-
macam metode menyikat gigi adalah:
2.2.1.1 Teknik Horizontal
Menyikat gigi dengan teknik horizontal merupakan gerakan
menyikat gigi ke depan dan ke belakang dari permukaan bukal dan
lingual. Letak bulu sikat tegak lurus pada permukaan labial, bukal,
palatinal, lingual, dan oklusal dikenal sebagai scrub brush. Caranya
mudah dilakukan dan sesuai dengan bentuk anatomi permukaan
kunyah. Abrasi yang disebabkan oleh penyikatan gigi dengan arah
horizontal dan dengan penekanan berlebih adalah bentuk yang paling
sering ditemukan (Ginandjar 2007).
2.2.1.2 Teknik Vertikal
Menyikat gigi dengan metode teknik vertikal merupakan cara
yang mudah dilakukan, sehingga orang-orang yang belum diberi
pendidikan bisa menyikat gigi dengan teknik ini. Arah gerakan
menyikat gigi ke atas ke bawah dalam keadaan rahang atas dan bawah
tertutup. Gerakan ini untuk permukaan gigi yang menghadap ke bukal
atau labial, sedangkan untuk permukaan gigi yang menghadap lingual
atau palatal, gerakan menyikat gigi ke atas ke bawah dalam keadaan
mulut terbuka. Cara ini terdapat kekurangan yaitu bila menyikat gigi
tidak benar dapat menimbulkan resesi gusi sehingga akar gigi
terlihat (Ginandjar 2007).
28
2.2.1.3 Teknik Roll
Menyikat gigi dengan teknik roll merupakan gerakan sederhana,
paling dianjurkan, efisien, dan menjangkau semua bagian mulut. Bulu
sikat ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari permukaan oklusal.
Ujung bulu sikat mengarah ke apex. Gerakan perlahan-lahan melalui
permukaan gigi sehingga permukaan bagian belakang kepala sikat
bergerak dalam lengkungan. Waktu bulu sikat melalui mahkota gigi,
kedudukannya hampir tegak terhadap permukaan email. Ulangi gerakan
ini sampai ±12 kali sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini dapat
menghasilkan pemijatan gusi dan membersihkan sisa makanan di
daerah interproksimal. Menyikat gigi dengan roll teknik untuk
membersihkan kuman yang menempel pada gigi. Teknik roll adalah
menggerakan sikat seperti berputar (Pratiwi 2009).
2.2.1.4 Teknik Charter„s
Teknik menyikat gigi ini dilakukan dengan meletakkan bulu
sikat menekan pada gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan
kunyah atau oklusal gigi. Arahkan 45º pada daerah leher gigi. Tekan
pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal 10
kali pada tiap-tiap area dalam mulut. Gerak berputar dilakukan terlebih
dulu untuk membersihkan daerah mahkota gigi. Metode ini baik untuk
membersihkan plak di daerah sela-sela gigi, pada pasien yang
memakai orthodontic cekat atau kawat gigi dan pada pasien dengan gigi
tiruan yang permanen (Pratiwi 2009).
29
2.2.1.5 Teknik Bass
Teknik penyikatan ini ditujukan untuk membersihkan daerah
leher gingival dan untuk ini, ujung sikat dipegang sedemikian rupa
sehingga bulu sikat terletak 45º terhadap sumbu gigi geligi. Ujung bulu
sikat mengarah ke leher gingiva. Sikat kemudian ditekan
kearah gingiva dan digerakkan dengan gerakan memutar yang kecil
sehingga bulu sikat masuk ke daerah leher gingiva dan juga terdorong
masuk diantara gigi geligi. Teknik ini dapat menimbulkan rasa sakit
bila jaringan terinflamasi dan sensitif. Bila gingiva dalam keadaan
sehat, teknik bass merupakan metode penyikatan yang baik, terbukti
teknik ini merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan
plak (Ginandjar 2007).
2.2.1.6 Teknik Stillman
Teknik ini mengaplikasikan dengan menekan bulu sikat dari
arah gusi ke gigi secara berulang-ulang. Setelah sampai di permukaan
kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada area
batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45º dengan sumbu tegak
gigi seperti pada metode bass (Pratiwi 2009).
2.2.1.7 Teknik Fones atau Teknik Sirkuler
Metode gerakkan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan
pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan
mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah (Pratiwi 2009).
30
2.2.1.8 Teknik Fisiologis
Teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu sikat yang
lunak. Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa penyikatan gigi
menyerupai jalannya makanan, yaitu dari mahkota kearah gusi. Letak
bulu sikat tegak lurus pada permukaan gigi, sedangkan tangkai sikat
gigi dipegang horizontal (Pratiwi 2009).
2.2.1.9 Teknik Kombinasi
Teknik ini menggabungkan teknik menyikat gigi horizontal
(kiri-kanan), vertical (atas-bawah) dan sirkular (memutar), setelah itu
dilakukan penyikatan pada lidah di seluruh permukaannya, terutama
bagian atas lidah. Gerakan pada lidah tidak ditentukan, namun
umumnya adalah dari pangkal belakang lidah sampai ujung
lidah (Pratiwi 2009).
2.2.2 Frekuensi Menyikat Gigi
Frekuensi menyikat gigi adalah banyak sedikitnya atau beberapa kali
menggosok gigi dalam 1 hari. Anak-anak menyikat giginya minimal sekali
dalam sehari dan tidak jarang pula dua kali dalam sehari yaitu setiap mandi.
Pernyataan tersebut berpengaruh terhadap masukan flour kedalam tubuh anak
karena refleks menelan pada anak. Anak cukup menyikat giginya dua kali
sehari, yaitu setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Lamanya waktu yang
diperlukan anak saat menyikat gigi adalah 2-3 menit untuk mencegah anak
menelan lebih banyak pasta gigi dan menghindari rasa bosan pada
anak (Bentley et al 2000).
31
2.2.3 Manfaat Menyikat Gigi
Menurut Anitasari dan Liliwati (2005) dengan menggosok gigi secara
rutin dan benar, kita akan mendapatkan manfaat menggosok gigi di antaranya
sebagai berikut :
2.2.3.1 Gigi yang putih dan bersih
Dengan memiliki gigi yang putih dan bersih akan ada banyak
keuntungan yang kita dapat. Kesehatan dan kebersihan gigi bisa
menjadi nilai tambah dalam setiap penampilan kita. Dengan gigi yang
putih dan bersih, kita akan semakin percaya diri saat berkomunikasi
dengan orang lain. Lain halnya jika gigi kita kuning karena jarang
menggosok gigi. Rasa percaya diri kita pasti akan berkurang.
2.2.3.2 Mencegah halitosis
Halitosis atau bau mulut pasti membuat kita tersiksa. Banyak
orang akan memilih menghindar saat kita sedang bicara. Sebetulnya,
ada banyak hal yang bisa menyebabkan halitosis. Salah satu
penyebabnya adalah dari makanan yang kita makan. Sisa-sisa makanan
yang tertinggal di sela-sela gigi akan menyebabkan bau busuk dan
membuat napas kita jadi bau. Oleh karena itu, menyikat gigi dengan
benar ditambah berkumur dapat mengatasi bau pada mulut. Karena
sikat dan pasta gigi akan membantu kita menghilangkan sisa-sisa
makanan tersebut.
32
2.2.3.3 Mencegah karies
Penyebab karies dikarenakan adanya pertemuan antara bakteri
dan gula. Bakteri tersebut akan mengubah gula dari sisa makanan
menjadi asam. Hal ini akan membuat lingkungan sekitar gigi menjadi
asam. Asam inilah yang akan membuat karies pada email gigi. Jika
tidak dicegah, maka karies akan semakin membesar. Untuk mencegah
terjadinya karies, sebaiknya menggosok gigi 2 kali sehari sekitar 2 atau
3 menit setelah makan agar pH dalam rongga mulut kembali normal.
Jika terdapat kondisi yang tidak memungkinkan kita untuk menggosok
gigi, kita bisa menggantinya dengan cara berkumur dengan air bersih.
2.2.3.4 Mencegah sakit gigi
Sakit gigi tidak hanya dialami oleh anak-anak, namun orang
dewasa, remaja, bahkan orang tua pun bisa mengalami sakit gigi. Sakit
gigi bisa disebabkan oleh berbagai hal dengan penyakit yang
bervariasi. Sayangnya, masih banyak orang yang kurang menyadari
bahaya dari penyakit gigi yang ternyata bisa menyebabkan penyakit-
penyakit berat hingga kematian. Dalam sebuah media massa di
Amerika, diberitakan seorang anak berusia 12 tahun meninggal karena
penyakit pada giginya (salah satu giginya bernanah). Hal ini
disebabkan karena si anak tidak pernah mendapat perawatan pada
giginya karena berasal dari keluarga miskin. Beberapa penyakit gigi
dapat menimbulkan komplikasi, di mana kuman-kuman dari gigi
menjalar ke otak, efek yang dirasakan umumnya membuat rasa sakit di
kepala. Beberapa juga menimbulkan penyakit pada pembuluh darah
33
yang jika terjadi penggumpalan darah di daerah otak maka akan
mengakibatkan stroke dan serangan jantung. Dengan menggosok gigi
secara rutin, setidaknya kita dapat membantu diri sendiri agar terhindar
dari penyakit-penyakit berbahaya.
2.3 Pemeriksaan Gigi dan Kebersihan Mulut Anak
2.3.1 Indeks Karies
Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan
suatu kelompok terhadap suatu penyakit tertentu. Ukuran-ukuran ini dapat
digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari
yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies
seseorang, digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa
sama atau seragam. Ada beberapa indeks karies yang biasa digunakan seperti
indeks Klein dan indeks WHO dan belakangan ini diperkenalkan
indeks Significant Caries (SiC) untuk melengkapi indeks WHO
sebelumnya (Pintauli dan Hamada 2008).
Menurut Klein H et al (1983) indeks Klein digunakan untuk mengukur
pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaannya meliputi
pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi (DMFS). Semua gigi
diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh,
sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor, pada
kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang
hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode.
34
Untuk gigi permanen dan gigi susu hanya dibedakan dengan pemberian kode
DMFT (Decayed Missing Filled Tooth) atau DMFS (Decayed Missing Filled
Surface), sedangkan deft (decayed extracted filled tooth) dan defs (decayed
extracted filled surface) digunakan untuk gigi susu. Rata-rata DMF adalah
jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa. Indeks
DMF terdiri atas:
2.3.1.1 DMF-T (Decayed Missing Filled Teeth)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: (1) Semua gigi yang
mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D; (2) Karies sekunder yang
terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan ke dalam
kategori D; (3) Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan ke dalam
kategori D; (4) Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan
ke dalam kategori M; (5) Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal,
dicabut untuk kebutuhan perawatan ortodonti tidak dimasukkan ke dalam
kategori M; (6) Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan ke
kategori F; (7) Gigi sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan ke
dalam kategori F; (8) Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi
tidak dimasukkan ke dalam kategori M.
2.3.1.2 DMF-S (Decayed Missing Filled Surface)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: (1) Permukaan gigi yang
diperiksa adalah gigi anterior dengan empat permukaan, fasial, lingual, distal
dan mesial, sedangkan gigi posterior dengan lima permukaan yaitu fasial,
lingual, distal, mesial dan oklusal; (2) Kriteria untuk D sama dengan
35
DMFT; (3) Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu
menghitung permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan sehingga untuk
gigi posterior dihitung 4 permukan dan 3 permukaan untuk gigi anterior; (4)
Kriteria untuk F sama dengan DMFT.
2.3.1.3 def-t (decayed extracted filled teeth) dan def-s (decayed extracted
filled surface)
Indeks ini sama dengan indeks DMF-T hanya saja indeks def-t dan def-
digunakan untuk gigi sulung. Pengukuran ini digunakan untuk gigi susu,
dihitung bila gigi susu dicabut karena karies. Pada gigi sulung sering kali gigi
hilang karena faktor resorbsi fisiologis atau trauma (Pintauli dan Hamada 2008).
2.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak (TK)
Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang
usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan. Perkembangan anak menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu
suatu proses yang menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam
perkembangan anak terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat
tetap dan tidak dapat diulang. Sedangkan pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan
dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak.
Dari sempit menjadi luas dan sebagainya (Ahmadi dkk. 2005).
36
Sebenarnya istilah perkembangan dan pertumbuhan ada kesamaannya,
yaitu setidak-tidaknya kedua istilah tersebut menunjukkan adanya proses tertentu
dan terjadinya perubahan-perubahan menuju ke depan (taraf yang lebih tinggi),
serta tidak dapat begitu saja diulang kembali. Di bawah ini akan dijelaskan
tentang ciri-ciri perkembangan anak (Setiawani 2003):
2.4.1 Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi yang muncul adalah pertama anak akan dengan
cepat belajar marah karena marah merupakan cara yang sederhana dan mudah
untuk memuaskan kebutuhannya. Kedua, anak dapat menyadari bahaya yang
dahulu belum diketahuinya. Sedangkan yang ketiga adalah ketika perhatian
orang tua dialihkan kepada orang lain anak mulai merasakan kedudukannya
sebagai anak yang dikasihi mulai terancam. Keempat, yaitu masa yang paling
menyenangkan bagi anak ialah senang akan keberhasilan. Sedangkan ciri
yang kelima adalah rasa ingin tahu anak akan segala hal besar. Selanjutnya
ditandai dengan adanya keinginan anak untuk selalu menang dari seorang
anak sangat besar, yang dinyatakan melalui perilaku selalu ingin mendapat
pujian.
2.4.2 Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial yang dimiliki anak adalah anak-anak senang
bermain dengan teman-teman. Ciri yang lain adalah sifat anak-anak sangat
egois, suka bertengkar dan jarang bisa bermain bersama. Selanjutnya, adalah
ketika bertengkar, anak biasanya mengambil barang yang sedang dipegang
temannya, atau merusak barang atau pekerjaan temannya. Berteriak dengan
37
keras, menangis, menendang, marah, tetapi hanya dalam waktu singkat,
pertengkaran itu segera terlupakan dan tidak menaruh dendam, bahkan sudah
berdamai lagi.
2.4.3 Perkembangan Intelektual
Konsep yang dimiliki oleh anak-anak adalah konsep tentang mati dan
hidup yaitu bahwa barang dan manusia itu sama, memiliki nyawa atau hidup.
Anak-anak suka memanusiakan barang-barang, menganggap mereka “hidup”,
jadi sulit bagi anak-anak untuk mengerti tentang kematian. Selain itu, adalah
konsep tentang ruang, melalui bermain anak belajar mengenal jarak, kanan
dan kiri, serta mampu membedakan bentuk besar atau kecil. Sedangkan
mengenai konsep tentang angka yaitu bagi anak-anak, angka tidak memunyai
arti yang besar. Anak di Taman Kanak-Kanak memang mengenal arti angka
satu hingga sepuluh tetapi masih kabur tentag konsep angka. Selain itu,
konsep tentang diri yaitu anak akan merasa tertarik akan dirinya sendiri dan
dapat membedakan dirinya laki-laki atau perempuan, bahkan mengenal nama-
nama organ tubuhnya.
2.4.4 Perkembangan Jasmani
Perkembangan anak umur 4-6 tahun mempunyai ciri-ciri tubuh
menjadi besar, sehat dan dapat mengikuti lebih banyak aktivitas serta tidak
mudah lelah. Pertumbuhan gigi susu mulai tanggal, lalu tumbuh gigi baru dan
anak mudah terserang penyakit. Dalam perkembangan motoriknya anak juga
mengalami perkembangan yaitu dalam keterampilan tangan anak sudah
dapat untuk makan sendiri, berpakaian, merawat diri sendiri, menulis,
menjiplak, menangkap, dan melempar bola, serta membuat konstruksi rumit.
38
Sedangkan untuk keterampilan kaki anak dapat berlari, melompat tinggi,
meluncur, melompat jauh, mendaki, berenang, mengendarai sepeda roda tiga
dan roda dua (Setiawani 2000).
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan referensi-referensi di atas tentang karies pada anak yang
menyikat gigi di sekolah, yang bertujuan untuk mengetahui kebiasaan menyikat
gigi dan perbedaan karies anak di TK Saraswati 2 dan TK Saraswati 4 Denpasar,
maka dalam penelitian ini dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Karies Pada Anak Yang Menyikat Gigi Di
Sekolah (Kajian Di TK Saraswati 2 dan TK Saraswati 4 Denpasar)
Populasi
Responden
Pengukuran
indeks karies
Ada/tidaknya
perbedaan karies
Kelompok anak
yang menyikat gigi
setiap hari di sekolah
Kelompok anak yang
tidak menyikat gigi
setiap hari di sekolah
39
Keterangan :
: Arah hubungan penelitian
: Hal yang diteliti
Gambar 2.3 menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan adalah dimulai
dari suatu populasi. Populasi yang digunakan di penelitian ini adalah anak-anak
TK yang berusia 4 sampai 6 tahun. Penulis memilih anak-anak TK sebagai
populasi dari penelitian ini karena kebiasaan menyikat gigi untuk menghindari
karies dan penyakit mulut lainnya harus dimulai sejak dini. Setelah didapatkan
suatu populasi, penulis menentukan responden sebagai sampel penelitian. Penulis
menjadikan semua anak-anak TK 2 dan TK 4 Saraswati Denpasar yang hadir pada
saat dilakukannya penelitian sebagai sampel penelitian.
Responden yang didapat kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok menyikat gigi setiap hari di sekolah pada TK 2 dan kelompok tidak
menyikat gigi setiap hari di sekolah pada TK 4. Menyikat gigi setiap hari di
sekolah merupakan aturan atau kebijakan yang memang dibuat oleh TK 2 itu
sendiri, sedangkan di TK 4 tidak ada aturan untuk menyikat gigi setiap hari di
sekolah.
Pengukuran indeks karies selanjutnya dilakukan pada dua kelompok
tersebut. Indeks karies yang digunakan adalah DMF-T dan def-t. Setelah di
dapatkan hasilnya lalu dilakukan perbandingan indeks karies pada kedua
kelompok untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya perbedaan karies di antara
kedua kelompok tersebut.
40
BAB III
HIPOTESIS
Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan
larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email
dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari
substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya
terjadi kavitas. Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke
bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat
diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini
terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat
yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu (Hasibuan 2011).
Salah satu cara pencegahan penyakit karies dan radang gusi adalah
memelihara hygiene mulut melalui sikat gigi yang baik dan teratur. Kebiasaan
menyikat gigi sebaiknya dimulai sejak kanak-kanak. Anak harus dikenalkan
dengan sikat gigi sejak gigi susunya mulai tumbuh. Jika dilakukan secara terus-
menerus maka tindakan tersebut akan menetap dan menjadi kebiasaan. Kebiasaan
itulah yang menyebabkan anak terbiasa menjaga kebersihan giginya. Rutinitas ini
juga akan membantu anak untuk terbiasa menyikat gigi dengan baik dan
benar, yaitu gigi bersih dan bebas dari kotoran serta plak, disamping itu
proses pembersihannya harus dijaga agar tidak merusak gusi atau email
gigi (Kristanti dan Rusiawati 2002).
41
Berdasarkan data di atas dapat diambil hipotesis bahwa anak yang
menyikat gigi setiap hari lebih rendah frekuensi kariesnya dibandingkan dengan
anak yang tidak menyikat gigi setiap hari.
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu penelitian
analitik observational dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu jenis
rancangan yang hanya menganalisis suatu keadaan dalam satu waktu tertentu
untuk mencari hubungan dengan faktor resiko yaitu menyikat gigi dan
akibatnya adalah frekuensi karies, tanpa melakukan intervensi pada variabel
yang akan diteliti.
4.2 Identifikasi Variabel
Ada dua macam variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
Variabel pengaruh : Kebiasaan menyikat gigi setiap hari di sekolah.
Variabel terpengaruh : Frekuensi karies gigi.
4.3 Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Kebiasaan menyikat gigi setiap hari di sekolah adalah kegiatan yang
dilakukan di TK 2 Saraswati Denpasar sedangkan pada di TK 4 Saraswati
Denpasar tidak dilakukan kebiasaan menyikat gigi setiap hari di sekolah.
2. Frekuensi karies gigi adalah tingkat keparahan karies gigi yang dinilai
dengan memeriksa secara langsung kondisi gigi responden serta
menggunakan indeks karies gigi def-t (decayed extracted filled teeth) dan
DMF-T (Decayed Missing Filled Teeth).
43
4.4 Responden Penelitian
Responden penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
seluruh siswa yang hadir pada saat dilakukan penelitian yang berjumlah 424
orang.
4.5 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di TK 2 Saraswati Jl. Prof M. Yamin IV 1,
Sumerta Klod, Denpasar Timur dan TK 4 Saraswati Jl. Kenyeri Gg.
Kemoning, Sumerta Kaja, Denpasar Timur dan dilaksanakan pada tanggal
12 Agustus – 14 Agustus 2013 pada pukul 09.00 WITA sampai selesai.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks def-t
dan DMF-T (WHO) yang diperoleh dari jumlah rata-rata gigi yang
berlubang oleh karena karies, gigi yang hilang dan gigi yang ditumpat pada
setiap responden.
Tabel 4.1 Klasifikasi def-t dan DMF-T menurut WHO
Nilai def-t dan DMF-T Kriteria
0,0 – 1,1 Sangat rendah
1,2 – 2,6 Rendah
2,7 – 4,4 Sedang
4,5 – 6,6 Tinggi
> 6,6 Sangat tinggi
44
Keterangan def-t:
d = decayed (rusak)
e = indicated for extracted (indikasi untuk pencabutan)
f = filled (tumpat)
t = teeth
Keterangan DMF-T:
D = Decay atau rusak yaitu jumlah gigi karies yang tidak ditambal atau
yang masih dapat ditambal.
M = Missing atau hilang yaitu jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut
atau gigi yang telah hilang karena karies.
F = Filling atau tumpat yaitu jumlah gigi yang telah ditambal dan masih
baik.
4.7 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
Alat : Kaca mulut, pinset, sonde lurus, sonde bengkok, neerbecken,
masker, handscoone dan alat tulis.
Bahan : Alkohol 95% dan kapas.
4.8 Jalannya Penelitian
Proses jalannya penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap
sebagai berikut:
1. Peneliti memperkenalkan diri dan menginformasikan tujuan dilakukannya
penelitian.
2. Memilih kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
45
3. Mempersiapkan alat dan bahan serta instrumen penelitian.
4. Menjelaskan kepada responden mengenai penelitian yang akan dilakukan.
5. Responden diinstruksikan untuk membuka mulut kemudian dilakukan
pemeriksaan karies.
6. Mencatat hasil penelitian.
7. Mengumpulkan seluruh data jumlah siswa yang menyikat gigi dan yang
tidak serta menganalisa data tersebut.
4.9 Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan
karies pada dua perlakuan menyikat gigi yang berbeda. Pada penelitian ini
menggunakan uji independent t-test.
46
BAB V
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berikut ini adalah daftar distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
pada TK 2 dan TK 4 Saraswati Denpasar:
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 246 58,1%
Perempuan 178 41,9%
TOTAL 424 100%
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan distribusi jumlah responden
berdasarkan jenis kelamin pada responden di TK Saraswati 2 dan TK Saraswati 4
Denpasar paling banyak responden berjenis kelamin laki-laki yaitu adalah
sebanyak 58,1% atau sebanyak 246 responden.
5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Karies
Berikut ini adalah daftar tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan indeks
karies pada TK 2 dan TK 4 Saraswati Denpasar:
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan indeks karies
Kelompok Karies yang paling
rendah
Karies yang paling
tinggi
TK 2 Saraswati Denpasar 0 15
TK 4 Saraswati Denpasar 0 10
47
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan distribusi jumlah responden
berdasarkan indeks karies pada responden di TK Saraswati 2 Denpasar dan TK
Saraswati 4 Denpasar, di TK 2 Saraswati mempunyai karies paling rendah adalah
sebanyak 0 dan karies paling tinggi adalah 15, sedangkan di TK 4 Saraswati
Denpasar mempunyai karies paling rendah 0 dan karies paling tinggi 10.
5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Karies
Berikut ini adalah daftar tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan karies
pada TK 2 Saraswati Denpasar:
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karies di TK 2 dan TK 4
Kategori Menyikat Tidak
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Bebas Karies 96 36,1% 44 27,8%
Karies 170 63,9% 114 72,2%
TOTAL 266 100% 158 100%
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan Karakteristik karies pada responden di TK
Saraswati 2 Denpasar paling banyak responden berkategori karies yaitu
sebanyak 63,9% atau sebanyak 170 resoponden, sedangkan karakteristik karies
pada responden di TK Saraswati 4 Denpasar paling banyak responden berkategori
karies yaitu sebanyak 72,2% atau sebanyak 114 resoponden
Analisis Statistik
1. Independent sample test berdasarkan karies
Tabel 5.4 Hasil Uji Independent T-test
Kelompok Mean N Std. Deviation t Sig.
Menyikat gigi 2.48 266 2.76 -2.119 0.035
Tidak menyikat
gigi
3.06 158 2.68
48
Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan kelompok menyikat gigi setiap hari
memiliki rata-rata karies sebanyak 2,48 sedangkan untuk kelompok yang tidak
menyikat gigi setiap hari memiliki rata-rata karies lebih besar yaitu 3,06.
Responden untuk kelompok menyikat gigi setiap hari sebanyak 266
responden sedangkan untuk kelompok yang tidak menyikat gigi setiap hari
sebanyak 158 responden.
Hasil uji independent t-test menunjukkan nilai t-hitung untuk kedua
kelompok sebesar 2,119 dengan nilai signifikan 0,035 < 0,05 yang artinya
terdapat perbedaan jumlah karies antara kelompok yang menyikat gigi setiap hari
dengan kelompok yang tidak menyikat gigi setiap hari pada TK 2 dan TK 4
Saraswati Denpasar.
49
BAB VI
PEMBAHASAN
Data pada penelitian ini diperoleh dari murid-murid TK Saraswati 2
Denpasar dan TK Saraswati 4 Denpasar. Siswa di TK Saraswati 2 Denpasar
mempunyai aturan dari sekolah untuk dibiasakan menyikat gigi setiap hari di
sekolah, sedangkan siswa di TK Saraswati 4 Denpasar tidak dibiasakan untuk
menyikat gigi setiap hari di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian kepada 424 responden dengan dua perlakuan
berbeda yang memang sesuai dengan aturan di sekolah masing-masing,
menunjukkan bahwa kelompok menyikat gigi setiap hari di sekolah memiliki rata-
rata karies sebanyak 2,48 per anak sedangkan untuk kelompok yang tidak
menyikat gigi setiap hari di sekolah memiliki rata-rata karies lebih besar yaitu
sebesar 3,06 per anak. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok yang menyikat gigi
setiap hari di sekolah mempunyai prevalensi karies yang lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok yang tidak menyikat gigi setiap hari di sekolah.
Hasil uji independent t-test menunjukkan nilai t-hitung untuk kedua
kelompok yaitu 2,119 dengan nilai signifikan 0,035 < 0,05 yang artinya terdapat
perbedaan jumlah karies antara kelompok yang menyikat gigi setiap hari di
sekolah dengan kelompok yang tidak menyikat gigi setiap hari di sekolah.
Hal ini di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyanti (2005)
di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Imam Bukhari kecamatan Jatinangor,
kabupaten Sumedang, Jawa Barat yang menyatakan bahwa kemampuan menyikat
gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk
50
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta untuk mengindari karies dan
penyakit mulut lainnya. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga
dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi
dan waktu penyikatan yang tepat.
Penyebab prevalensi karies di TK Saraswati 2 Denpasar lebih rendah
adalah karena anak-anak pada TK Saraswati 2 Denpasar dibiasakan menyikat gigi
setiap hari di sekolah setelah mereka makan snack, sedangkan di TK Saraswati 4
Denpasar tidak dibiasakan menyikat gigi setelah makan snack yang membuat sisa
makanan di dalam mulut yang tidak dibersihkan sebagai salah satu penyebab
karies.
Hal yang juga mempengaruhi prevalensi karies pada masing-masing
sekolah adalah pengetahuan guru-guru di sekolah tersebut. Guru dengan
pengetahuan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) tentu akan lebih sadar
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut murid-muridnya
dibandingkan dengan guru yang tanpa latar UKGS. Guru dengan latar UKGS
akan terus memotivasi dan mengarahkan murid-muridnya tentang pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga frekuensi karies menjadi lebih rendah
dan penyakit mulut lainnya dapat dicegah.
Menurut Anitasari (2005) perawatan gigi secara rutin dan teliti merupakan
salah satu cara untuk mencegah masalah gigi dan mulut. Menyikat gigi
merupakan cara umum yang dianjurkan untuk membersihkan berbagai kotoran
yang melekat pada permukaan gigi dan gusi. Untuk memperoleh hasil yang
optimal dalam menyikat gigi adalah dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu teknik menyikat gigi, waktu, alat yang digunakan,
frekuensi dan tekanan dalam menyikat gigi. Menurut Ginandjar (2007) frekuensi
menyikat gigi minimal dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum
51
tidur. Idealnya sikat gigi setiap habis makan, tetapi yang paling penting adalah
pada malam hari sebelum tidur.
Menurut Pratiwi (2009) upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Peran sekolah sangat diperlukan dalam
proses menciptakan kebiasaan menyikat gigi pada anak. Usia sekolah dasar
merupakan saat ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk
menyikat gigi. Pendidikan cara menyikat gigi bagi anak-anak sebaiknya
menggunakan model dan dengan teknik sesederhana mungkin, disampaikan
dengan cara menarik dan atraktif tanpa mengurangi isi, misalnya demonstrasi
secara langsung, program audio visual, atau melalui sikat gigi massal yang
terkontrol.
Menurut Notoadmojo (2003) status kesehatan gigi dan mulut seseorang
atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan,
lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan. Dari
keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam
mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Di samping mempengaruhi status
kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat juga mempengaruhi
faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Sehubungan dengan pendapat
tersebut, maka frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku
akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut, di mana akan
mempengaruhi juga angka karies dan penyakit mulut lainnya.
52
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan bahwa
terdapat perbedaan karies antara anak yang menyikat gigi setiap hari di sekolah
dengan anak yang tidak menyikat gigi setiap hari di sekolah. Kelompok yang
menyikat gigi setiap hari di sekolah mempunyai frekuensi karies lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok yang tidak menyikat gigi setiap hari di sekolah.
Berdasarkan hasil uji independent t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
jumlah karies antara kelompok yang menyikat gigi setiap hari di sekolah dengan
kelompok yang tidak menyikat gigi setiap hari di sekolah.
7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini ada beberapa saran yang
dapat diberikan antara lain:
1. Untuk mencegah karies dan penyakit mulut lainnya, sebaiknya menjaga
kebersihan gigi dan mulut diterapkan sejak dini dengan cara menyikat gigi
setiap hari di sekolah setelah makan pagi dan sebelum tidur dimalam hari.
2. Kepada TK Saraswati 4 Denpasar untuk menerapkan aturan untuk menyikat
gigi setelah makan pagi di sekolah sehingga dapat mengurangi terjadinya
karies dan penyakit mulut lainnya.
3. Diharapkan dalam pembagian snack dan makanan diusahakan agar sugar free
atau jumlah kadar gula yang rendah, karena glukosa yang tinggi merupakan
faktor penyebab terjadinya karies.
53
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, dkk. 2005. Psikologi Perkembangan, Alfabeta: Jakarta.
Angela A, 2005. Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi.
Maj Ked Gigi (Dent J).
Anitasari S, Liliwati, 2005. Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat
Kebersihan Gigi dan Mulut. Dentika Dent J.
Avery. J.K, Chiego, D.J. 2006. Essential of Oral Histology and Embryology A
Clinical Approach. Third Edition. Michigan.
Avery DR, Mc Donald ER, Dean JA., 2004. Dentistry For The Child and
Adolescent. 8th ed. USA. Mosby.
Axelsson. 2002. Diagnosis Oral Risk Prediction of Priodontal Diseases.
Quintessence, Sweden.
Bentley EM, Ellwood RP, Davies RM. 2000. Flouride Ingestion From Toothpaste
by Young Children. ADA
Fayle SA, 2001. Treatment of Dental Caries in Preschool Child. In : Welbury RR.
Eds. Pediatric Dentistry. Oxford : Oxford University Press.
Fitriani, 2009. Faktor Resiko Karies Gigi Sulung Anak (study kasus anak TK
Islam Pangeran Diponegoro Semarang). Tesis. Semarang : Universitas
Diponegoro, 2007 (abstrak).
http://www.Fkmunidip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3186
Ginandjar R, 2007. Cara Menyikat Gigi Yang Benar. www.pikiran-rakyat.com
Gupte S, 2004. Panduan Perawatan Anak. Alih Bahasa: Herlina. Jakarta:Pustaka
Populer Obor.
Herijulianti, E Indriani, T.S. Artini, 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi.
EGC:Jakarta.
Kash IJ, 2003. Oral Health Risk Assesment Timing and Establishment of The
Dental Home. J Am Ac Ped.
Kidd EAM, Joyston-Bechal S., 1992. Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan
Penanggulangannya. Alih bahasa Narlan Sumawinata, Safrida Faruk.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
54
Kristanti CM, Rusiawati Y., 1995. Gigi Sehat Tahun 2000 dan Tinjauan Profil
Kesehatan Gigi 1995. J Kedokteran Gigi UI.
Lehner T., 1995. Imunologi Pada Penyakit Mulut. Alih bahasa: Ratna Farida, NG
Suryadhana. Jakarta : EGC.
Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih Suyitno H, Ranuh G, Wiradisuria S.,
2002 Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Jakarta: Sagung Seto.
Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka
Cipta: Jakarta
Panggabean SP., 2003. Pencegahan Karies Gigi Dengan Imunisasi. Dentika
Dental Jurnal 2003.
Panjaitan Monang.1997. Etiologi Karies Gigi dari Penyakit Periodontal cetakan
I. Medan : USU Press.
Panjaitan Monang., 1997. Ilmu Pencegahan Karies Gigi cetakan I. Medan : USU
Press
Pinkham JR, Casamassimo P, McTigue D, Fields H, Nowak A., 2005. Pediatric
Dentistry. Infancy through asolescene. 4th ed. New Delhi:Elsevier.
Pintauli S, Hamada T., 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat, Pencegahan dan
Pemeliharaan. Medan : USU Press.
Pratiwi D. 2009. Gigi Sehat Dan Cantik. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Riyanti, Eriska. 2005. Skripsi. Hubungan Pendidikan Menyikat Gigi Dengan
Tingkat Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa-Siswi Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Imam Bukhari. Universitas Padjadjaran Fakultas
Kedokteran Gigi. Bandung
Roeslan BO., 2002. Imunologi oral : Kelainan di dalam rongga mulut. Jakarta :
Fakultas Kedokteran UI.
Rusminah N, Zubaedah C., 1993. Hubungan Frekuensi Penyikatan Gigi dengan
Indeks Gingivitis pada Ibu Rumah Tangga di Perkebunan Purbasari
Pangalengan Bandung. Majalah Ilmu Kedokteran Gigi Universitas
Trisakti.
Setiawani, M. Go, 2003. Menerobos Dunia Anak. Tarsito: Bandung.
Sondang P, T. Hamada. Menuju Gigi dan Mulut Sehat: Pencegahan dan
Pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008.
55
Sutadi H., 2002. Penanggulangan Karies Rampan Serta Keluhannya Pada Anak.
J Kedokteran Gigi UI.
Suwelo IS.1988. Karies Gigi Sulung dan Urutan Besar Peranan Faktor Resiko
Terjadinya Karies. Disertasi. Yogyakarta:Universitas Gajah Mada.
Tarigan R., 1995. Karies Gigi cetakan IV. Medan. Diktat Kuliah Bagian
Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Tarigan R., 1995. Karies Gigi. Jakarta ; Hipokrates.
Vadiakas G. Case Definiton, 2008. Aetiology And Risk Asessment Of Early
Childhood Caries (ECC): a revisited review eur arch pediatr Dent.
Varsio S., 1999. Caries Preventive Treatment Approaches for Child and Youth at
Two Extremes at Dental Health in Helsinki, Finland. Academic
Dissertation. Finland:University of Helsinki.
Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT., 2005. Pediatric Dentistry. 3rd ed, New
York : Oxford University Press
56
Data Penelitian TK Saraswati 2 Denpasar
NO JENIS KELAMIN USIA def-t
1 L 6 6
2 P 5 0
3 L 5 8
4 L 6 1
5 L 5 3
6 P 5 2
7 L 5 0
8 L 5 6
9 P 5 0
10 L 5 0
11 L 5 0
12 L 5 0
13 L 5 0
14 L 5 0
15 P 5 1
16 L 5 1
17 L 5 2
18 P 5 4
19 P 5 4
20 L 5 0
21 P 5 9
22 L 5 0
23 L 5 2
24 P 5 0
25 P 5 2
26 P 5 1
27 L 5 3
28 P 5 6
29 L 6 2
30 P 5 6
31 L 5 0
32 P 5 0
33 L 5 2
34 P 6 0
35 P 5 6
36 P 6 4
37 L 5 0
38 L 5 0
39 L 6 0
57
NO JENIS KELAMIN USIA def-t
40 P 6 0
41 P 5 0
42 L 5 4
43 P 5 2
44 L 5 4
45 L 5 0
46 L 6 0
47 L 6 0
48 L 6 4
49 P 6 0
50 P 5 2
51 P 6 0
52 P 6 4
53 L 6 6
54 L 6 1
55 L 6 0
56 L 6 0
57 L 5 0
58 P 6 1
59 P 6 0
60 L 5 7
61 P 5 3
62 P 6 0
63 L 6 5
64 L 5 0
65 P 6 0
66 L 5 2
67 P 6 1
68 P 5 0
69 L 5 0
70 L 5 0
71 L 5 3
72 P 5 0
73 L 5 7
74 P 5 2
75 L 6 0
76 P 5 7
77 L 5 9
78 L 6 4
79 P 6 9
80 L 6 2
58
NO JENIS KELAMIN USIA def-t
81 P 6 1
82 L 6 2
83 L 6 0
84 P 4 0
85 L 4 0
86 P 4 1
87 L 5 4
88 L 4 2
89 L 5 1
90 P 4 4
91 L 5 4
92 P 4 0
93 L 5 0
94 L 5 4
95 P 5 0
96 L 4 2
97 P 4 0
98 P 4 0
99 L 5 4
100 L 4 7
101 L 4 2
102 L 5 3
103 P 4 0
104 L 5 0
105 P 5 2
106 P 4 0
107 P 5 8
108 L 4 0
109 P 4 0
110 L 5 10
111 P 5 0
112 L 5 2
113 L 4 0
114 L 4 10
115 P 5 8
116 P 4 4
117 L 5 0
118 P 4,5 3
119 L 4 0
120 L 4 2
121 L 4 3
59
NO JENIS KELAMIN USIA def-t
122 L 4 0
123 L 4 0
124 L 4 0
125 P 4 2
126 L 4 1
127 L 4 0
128 L 4 1
129 L 4 0
130 L 5 5
131 L 4 0
132 L 4 5
133 L 4 4
134 P 4 0
135 P 4 0
136 P 4 0
137 L 5 0
138 L 4 1
139 L 4 0
140 L 5 0
141 P 5 9
142 L 4 2
143 L 4 10
144 P 4 3
145 L 4 0
146 P 4 4
147 L 4 7
148 L 5 0
149 P 4 2
150 P 4 5
151 P 4 4
152 P 4 0
153 L 4 5
154 P 5 0
155 L 4 9
156 P 5 7
157 P 4 2
158 P 4 4
159 P 4 0
160 L 4 5
161 P 4 8
162 P 4 1
60
NO JENIS KELAMIN USIA def-t
163 P 5 7
164 L 5 2
165 P 4 3
166 P 4 4
167 L 4 2
168 L 4 2
169 P 4 7
170 P 4 0
171 L 5 7
172 P 4 0
173 L 4 5
174 L 4 2
175 P 4 2
176 L 4 2
177 L 4 2
178 P 4 4
179 L 4 2
180 L 5 7
181 L 5 2
182 L 4 6
183 L 5 2
184 L 5 1
185 L 4 9
186 P 4 1
187 P 4 3
188 P 4 0
189 P 5 6
190 L 5 3
191 P 4 6
192 L 5 5
193 L 4 4
194 L 4 0
195 L 4 0
196 L 4 0
197 L 4 5
198 P 4 2
199 P 4 5
200 P 4 4
201 P 5 5
202 P 4 2
203 P 5 15
61
NO JENIS KELAMIN USIA def-t
204 L 4 0
205 L 4 0
206 P 4 0
207 L 4 2
208 P 4 1
209 L 5 1
210 L 5 6
211 L 5 3
212 L 5 0
213 L 5 1
214 L 5 9
215 L 5 0
216 L 5 1
217 L 5 1
218 L 5 4
219 L 5 4
220 L 5 2
221 L 5 0
222 L 5 1
223 L 5 0
224 L 5 2
225 L 5 0
226 L 5 0
227 L 5 2
228 L 5 0
229 L 6 5
230 L 6 0
231 L 6 1
232 L 6 7
233 L 6 0
234 P 5 0
235 P 5 3
236 P 5 1
237 P 5 0
238 P 5 4
239 P 5 6
240 P 5 3
241 P 5 2
242 P 5 4
243 P 5 5
244 P 5 5
62
NO JENIS KELAMIN USIA def-t
245 P 5 0
246 P 5 0
247 P 5 5
248 P 6 2
249 P 6 0
250 L 6 0
251 L 6 7
252 L 6 4
253 P 5 2
254 L 6 8
255 P 5 3
256 L 5 8
257 L 5 5
258 L 6 4
259 L 6 0
260 L 6 1
261 P 5 2
262 P 5 3
263 P 5 0
264 P 5 0
265 P 5 4
266 P 6 1
63
Data Penelitian TK Saraswati 4 Denpasar
NO JENIS KELAMIN USIA def-t
1 P 5 1
2 L 5 10
3 P 5 6
4 P 5 7
5 P 5 0
6 P 5 0
7 L 5 2
8 L 5 5
9 L 5 6
10 L 5 8
11 L 5 0
12 L 5 0
13 L 5 2
14 L 5 0
15 P 5 5
16 L 5 4
17 L 5 0
18 P 5 2
19 P 4 3
20 P 5 0
21 L 5 5
22 L 5 4
23 L 5 9
24 L 5 8
25 P 4 0
26 L 5 0
27 P 5 0
28 P 5 0
29 L 5 0
30 P 5 7
31 P 5 3
32 L 5 3
33 P 5 0
34 L 6 0
35 L 6 6
36 L 5 0
37 L 5 6
38 P 6 8
39 L 5 5
40 L 6 5
64
NO JENIS KELAMIN USIA def-t
41 L 6 0
42 P 6 0
43 L 6 0
44 P 6 1
45 L 6 0
46 P 6 1
47 P 6 0
48 P 6 0
49 L 6 4
50 L 6 8
51 L 6 2
52 L 5 4
53 L 6 0
54 L 6 4
55 L 5 6
56 L 5 7
57 L 5 2
58 L 6 3
59 L 6 2
60 L 6 1
61 L 6 7
62 P 5 0
63 L 6 3
64 P 5 4
65 P 5 0
66 P 5 2
67 L 6 0
68 L 5 6
69 P 6 2
70 L 6 4
71 L 6 0
72 P 5 6
73 L 6 3
74 L 5 5
75 L 6 9
76 L 6 2
77 L 6 6
78 P 5 0
79 P 5 4
80 L 5 0
81 P 6 0
65
NO JENIS KELAMIN USIA def-t
82 P 5 7
83 P 6 1
84 P 6 1
85 P 6 3
86 L 5 5
87 P 4 3
88 L 4 2
89 P 4 5
90 L 4 3
91 L 5 3
92 L 4 6
93 L 5 3
94 L 5 0
95 L 5 5
96 L 5 7
97 L 5 4
98 L 5 5
99 P 5 4
100 L 5 3
101 L 5 7
102 L 5 3
103 L 5 5
104 P 5 2
105 P 5 0
106 P 5 2
107 L 5 0
108 P 5 3
109 L 4 0
110 P 5 5
111 L 5 1
112 P 5 1
113 L 5 5
114 P 5 6
115 P 5 9
116 L 5 5
117 P 5 1
118 L 5 0
119 L 5 4
120 L 5 6
121 L 5 0
122 L 5 3
66
NO JENIS KELAMIN USIA def-t
123 P 5 0
124 L 5 0
125 L 6 6
126 P 6 4
127 P 6 0
128 L 6 0
129 P 6 2
130 L 6 0
131 L 6 2
132 L 6 2
133 P 6 2
134 L 6 4
135 L 6 2
136 P 6 7
137 P 6 1
138 L 6 0
139 P 6 7
140 L 6 4
141 L 6 2
142 P 6 2
143 P 6 1
144 L 6 5
145 P 6 5
146 L 5 4
147 L 6 10
148 P 5 0
149 P 6 4
150 P 5 6
151 L 6 5
152 L 6 7
153 L 5 2
154 P 6 4
155 L 6 0
156 L 5 5
157 L 5 3
158 P 6 0
67
T-Test
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Hasil TK 2 Saraswati 266 2.4812 2.76392 .16947
TK 4 Saraswati 158 3.0633 2.68443 .21356
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. T df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference Lower Upper
Hasil Equal variances assumed
.025 .874 -2.119 422 .035 -.58209 .27467 -1.12198 -.04220
Equal variances not assumed
-2.135 337.654 .033 -.58209 .27263 -1.11836 -.04582
68
69
Foto 1. Alat dan Bahan yang digunakan
70
Foto 2. Siswa TK Saraswati 2 Denpasar
Foto 3. Pemeriksaan Karies Siswa TK Saraswati 2 Denpasar
71
Foto 4. Siswa TK Saraswati 4 Denpasar
Foto 5. Observasi awal responden penelitian