METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

120
(SPESIFIKASI TEKNIS) 1 BAB I DATA PROYEK Pasal 1 : Nama proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini : Pembangunan Mess Sabang di Banda Aceh Pasal 2 : Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini : Banda Aceh Pasal 3 : Item-Iten Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana ditentukan oleh Owner dalam : Kontrak Kerja dan Bill of Quantity Pasal 4 : Sumber Dana Proyek berasal dari : APBK SABANG TAHUN ANGGARAN 2015 (OTSUS) BAB II KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN Pasal 1 : Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana ) 1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik. 2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara seluruhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam Dokumen Kontrak. 3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik. 4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi pelaksana lapangan proyek kepada Owner yang didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan posisi minimal seperti berikut atau sesuai yang diajukan: 1. Project manager 2. Site Manager 3. Quality Engineer 4. Quantity Engineer 5. Arsitek 6. Supervisor Lapangan 7. Surveyor 8. Draftman

Transcript of METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

Page 1: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

1

BAB I DATA PROYEK

Pasal 1 : Nama proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini :

Pembangunan Mess Sabang di Banda Aceh

Pasal 2 : Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini :

Banda Aceh

Pasal 3 : Item-Iten Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Kontraktor

Pelaksana ditentukan oleh Owner dalam :

Kontrak Kerja dan Bill of Quantity

Pasal 4 : Sumber Dana Proyek berasal dari :

APBK SABANG TAHUN ANGGARAN 2015 (OTSUS)

BAB II KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1 : Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana )

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia

Jasa Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana untuk proyek

seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti

yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara seluruhnya

sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.

3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang disebutkan

dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :

332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa

Pelaksana Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali

ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi pelaksana

lapangan proyek kepada Owner yang didalamnya tercantum beberapa

tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan posisi minimal seperti berikut

atau sesuai yang diajukan:

1. Project manager

2. Site Manager

3. Quality Engineer

4. Quantity Engineer

5. Arsitek

6. Supervisor Lapangan

7. Surveyor

8. Draftman

Page 2: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2

9. Administrasi Proyek

10. Operator Computer

5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan

bobot pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi dan Owner.

6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi

lapangan proyek yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada

dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.

7. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses

pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan

Manajemen Konstruksi.

8. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan

diketahui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi serta Konsultan

Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka

waktu lebih dari 3 hari.

9. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner dan Konsultan

Manajemen Konstruksi untuk pengantian tenaga ahli Kontraktor

Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai

menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan

baik.

10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor

Pelaksana harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan

administratif di lokasi pekerjaan.

Pasal 2 : Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor

1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan / Sub Kontraktor hanyalah dapat

dilakukan dengan sepengatahuan dan rekomendasi tertulis dari Konsultan

Manajemen Konstruksi serta mendapat persetujuan dari Owner.

2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua

persyaratan di dalam kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target

prestasi yang harus dicapai pada suatu tahap pekerjaan, maka Konsultan

Supervisi berhak menginstruksikan kepada Kontraktor Pelaksana untuk

menganti Sub Pelaksana pekerjaan tersebut dengan yang lain, dan yang

disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Kontraktor

Pelaksana harus menjalankan instruksi tersebut.

Page 3: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan untuk meninggalkan

kewajibannya dengan cara menyerahkan Kontrak Kerja sebagian atau

seluruhnya kepada pihak lain (Sub Pelaksana Pekerjaan) tanpa seijin atau

persetujuan Owner.

4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Kontraktor

Pelaksana tidak dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian pekerjaan yang

menjadi kewajibanya tanpa persetujuan Owner dan Konsultan

Manajemen Konstruksi.

5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Owner dan Konsultan

Manajemen Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung

jawab penuh atas segala kelalaian dan kesalahan-kesalahan yang dibuat

oleh Sub Kontraktor, sehingga kesalahan dan kelalaian tersebut

merupakan kesalahan dan kelalaian Kontraktor Pelaksana sendiri.

6. Sub Kontraktor adalah pihak-pihak yang mempunyai Kontrak Kerja

langsung dengan Kontraktor Pelaksana, yaitu dalam menyediakan dan

mengerjakan bagian-bagian pekerjaan khusus sesuai dengan keahliannya.

7. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil

pekerjaan Sub Kontraktor.

Pasal 3 : Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Pelaksanaan

(Shop Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya,

terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang Gambar Detailnya tidak

dijelaskan dalam Gambar Bestek.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan oleh

Konsultan Supervisi dalam masa konstruksi.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum

Shop Drawing yang menjadi kewajibannya di setujui oleh Konsultan

Supervisi.

4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Bestek kecuali atas

persetujuan Konsultan Perencana.

5. Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan memperkecil

kuantitas maupun kualitas pekerjaan.

Page 4: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

4

Pasal 4 : Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek

/Gambar Revisi dalam format kertas A2, kertas A3 (sementara), satu set

Shop Drawing, satu set Spesifikasi Teknis dan satu set Bill of Quantity

dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan.

2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan

Bill of Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan

yang rapi.

Pasal 5 : Buku Instruksi dan Buku Tamu

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan

Buku Tamu dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan

ditempatkan pada tempat yang baik.

2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang

dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi dan Owner untuk dilaksanakan

oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan pelaksanaan

pekerjaan.

3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi,

nama dan jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang

memberi instruksi.

4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku

Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor Pelaksana

minimal Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.

5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di kantor

lapangan yang diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang

berkunjung ke lokasi pekerjaan harus terdata dan mengisi buku tamu ang

telah disediakan oleh Kontraktor Pelaksana.

Pasal 4 : Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil

Pelaksanaan (Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan

pekerjaan dilapangan sebelum serah terima tahap pertama dilakukan.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah

pekerjaan Mekanikal, Elektrikal, Site Plan, Landscaping dan pekerjaan –

pekerjaan lain yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui

oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.

Page 5: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

5

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing

yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi, Owner dan Konsultan

Perencana kepada Owner.

5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat

yang baik pada bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.

Pasal 5 : Rencana Waktu Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian

pekerjaan (time schedule) keseluruhan kepada Konsultan Manajemen

Konstruksi dan Owner sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan

kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai dengan

rencana waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui

oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner kecuali ditentukan

lain dalam Kontrak Kerja.

3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian

pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi dan Owner kepada Konsultan Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu

penyelesaian pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan pekerjaan

kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan diketahui oleh Konsultan

Supervisi.

5. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak untuk tidak menyetujui

rencana penyelesaian pekerjaan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor

Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung

jawabkan secara teknis.

6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan

karena kesalahan dalam menyusun waktu pemnyelesaian pekerjaan

sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan

karena factor cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari kerja dan

dibuktikan dengan catatan cuaca dalam Laporan Harian yang disetujui

oleh Konsultan Supervisi harus diperhitungkan untuk penambahan waktu

pelaksanaan pekerjaan.

Page 6: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

6

8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan

karena factor-factor non teknis yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui

oleh Konsultan Supervisi seperti permasalahan dengan tanah/lahan

pekerjaan sehingga Kontraktor pelaksanan tidak bisa memasuki dan

memulai pekerjaan, ganguan keamanan dari masyarakat setempat harus

diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan

karena permasalahan yang berhubungan dengan Spesifikasi Teknis,

Gambar Disain, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak ada

keputusan yang pasti dari Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan

Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner lebih dari 3 hari kerja harus

diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan

yang disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang disebutkan dalam point

6, point 7 dan point 8 tidak boleh diperhitungkan untuk penambahan

waktu pelaksanaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan

persetujuan Konsultan Manajemen dan Owner.

11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang

diberikan kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang

disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah menurut keputusan

Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.

Pasal 6 : Request Material Dan Request Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan

semua material bangunan (request material) sebelum material bangunan

tersebut dipakai dan dimasukan kelokasi pekerjaan.

2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai

dengan contoh material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan

Owner.

3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana

dianggap sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan

Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set

contoh material yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi.

5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi,

Konsultan Perencana, dan Owner tidak boleh dipakai sebagai material

bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

Page 7: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

7

6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request

pekerjaan) untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.

7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa

Request Material atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan

oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 7 : Metode Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap

pekerjaan Pembesian Plat Lantai, Pengecoran Plat Lantai, Pembesian

Poor, Pengecoran Poor, ( Beton Bertulang lainnya ) Konstruksi Kuda-

Kuda serta pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukanya.

2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode

Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan

oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 8 : Rencana Material Dan Peralatan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan

mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap

minggu kepada Konsultan Supervisi.

2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan

peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus

berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan

peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan

memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara

teknis.

Page 8: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

8

Pasal 9 : Rencana Tenaga Kerja

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja

mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap

minggu kepada Konsultan Supervisi.

2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang

diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan

tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan

memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara

teknis.

Pasal 10 : Pekerjaan Diluar Jam Kerja

1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh

Kontraktor Pelaksana dengan alasan mempercepat proses penyelesaian

pekerjaan harus diketahui oleh Konsultan Supervisi.

2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi

untuk pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan

oleh Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas

pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

Pasal 11 : Laporan Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan,

dan laporan bulanan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan

diketahui serta diperiksa oleh Konsultan Supervisi tentang kemajuan

pelaksanaan pekerjaan.

2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang

dibuat oleh Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh Konsultan

Manajemen Konstruksi.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung

kelapangan akan kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan

mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.

4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam

rangkap 4 (empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan

mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan.

Masing-masing Laporan harian, laporan mingguan dan bulanan harus

Page 9: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

9

diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan

Supervisi dan Owner.

Pasal 12 : Surat Menyurat Dan Komunikasi

1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang

berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif

harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi

juga diketahui oleh Konsultan Supervisi serta Owner.

2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang

berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus

melalui dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi juga diketahui oleh

Konsultan Manajemen Konstruksi serta Owner.

3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di

luar proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi. Kontraktor Pelaksana tetap wajib memberikan informasi

tentang hal tersebut kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.

Pasal 13 : Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)

1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali

setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili

minimal oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.

3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana

kecuali ditentukan lain oleh Owner.

4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1

(satu) kali setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili

minimal oleh Supervisor lapangan.

6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana

kecuali ditentukan lain oleh Owner.

Pasal 14 : Wewenang Owner (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi Pekerjaan

1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk

memasuki lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lain

dimana Kontraktor Pelaksana melaksanakan pekerjaan untuk Kontrak.

Page 10: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

10

2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh

Sub Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan,

maka Kontraktor Pelaksana harus memberikan jaminan agar supaya

Owner dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki

bengkel kerja dan tempat-tempat lain kepunyaan Sub Pelaksana

pekerjaan.

3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi

langsung dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan

Supervisi untuk suatu perbaikan atau perubahan jika dalam proses

pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan

Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.

4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan Konsultan

Supervisi secara tertulis untuk menghentikan proses pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sementara waktu

jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek,

Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.

5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan

keselamatan Owner dan para wakilnya selama berada dilokasi pekerjaan.

Pasal 15 : Progress Payment

1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Hasil Pekerjaan

Kontraktor Pelaksana di bayar berdasarkan metode Progress Payment.

Artinya Tagihan Kontraktor Pelaksana dibayar berdasarkan Progress

Realisasi Pekerjaan yang telah diselesaikan dilapangan.

2. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada Konsultan

Manajemen Konstruksi dan diperiksa kebenaran realisasi pekerjaan

dilapangannya oleh Konsultan Supervisi.

3. Konsultan Manajemen Konstruksi dapat menunda atau membatalkan

Progress Payment Kontraktor Pelaksana jika berdasarkan pengamatan

sendiri atau laporan/rekomendasi Konsultan Supervisi tentang adanya

pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis

dan Bill of Quantity.

4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh Owner

jika telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

Pasal 16 : Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat

1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua

kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan

Page 11: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

11

maupun pada saat sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan

pekerjaan dinyatakan selesai 100%.

2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan

bersama antara Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner

sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan

selesai 100%.

3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh

Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan dalam sebuah

Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh ketiga pihak tersebut.

4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara Hasil

Pemeriksaan Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana,

Konsultan Supervisi dan Owner.

5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar

Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana

memperbaikinya dengan biaya sendiri.

6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh

Kontraktor Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar dan

kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan biaya sendiri.

7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana

karena lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan

bukan atas dasar perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi

tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya.

8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab

lain tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam

masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana untuk memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali

ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor

Pelaksana untuk memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat

pada masa pelaksanaan.

10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Page 12: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

12

Pasal 17 : Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan ( Operation Hand-Book )

1. Kontraktor Pelaksana bersama dengan Konsultan Perencana harus

membuat Buku Petunjuk Penggunaan atau system operasi (Operation

Hand-Biook) sebelum masa Serah Terima Pertama untuk semua

peralatan yang ada dalam bangunan seperti :

a. Instalasi Listrik;

b. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor; dan

c. Instalasi Pemadam Kebakaran (jika ada).

2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Owner dan pengguna

bangunan dengan memberikan penjelasan yang diperlukan.

3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam bangunan pada

tempat yang ditentukan oleh Owner atau pengguna bangunan.

Pasal 18 : Petunjuk Bangunan Dan Nama Ruangan

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan

Perencana, Konsultan Supervisi, Owner dan Pemilik

Bangunan/Pengguna Bangunan harus membuat petunjuk dan Nama

semua ruangan berdasarkan fungsinya masing-masing sebelum masa

Serah Terima Pertama (PHO).

2. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan

Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner juga harus membuat

Petunjuk Pintu Masuk Utama dan Pintu Keluar Utama untuk semua

bangunan dari material yang dapat dilihat dengan mudah pada siang hari

maupun malam hari.

3. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan

Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner harus membuat Duplikat

Denah Bangunan ukuran 40 x 50 cm untuk masing-masing lantai dan

ditempatkan pada daerah sekitar tangga atau ruang tunggu.

Pasal 19 : Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan

1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan Progress 100%

yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan telah disetujui oleh

Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi dan Owner ,

maka pihak Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi,

Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama-sama menandatangani Berita

Acara Serah Terima Pertama ( PHO ) kecuali ditentukan lain oleh Owner.

2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani berdasarkan

klaim progress 100% yang diajukan Kontraktor Pelaksana, maka

Page 13: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

13

Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama-sama

melakukan Pemeriksaan Lapangan.

3. Pekerjaan-pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai kualitas

maupun kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan yang ditemukan

dalam Pemeriksaan Lapangan adalah menjadi kewajiban Kontraktor

Pelaksana memperbaikinya sebelum Serah Terima Pertama

ditandatangani dan hal ini harus dituangkan dalam Berita Acara

Pemeriksaan dalam bentuk Daftar Pekerjaan Cacat.

4. Kontraktor pelaksana juga harus menyerahkan Asbuilt Drawing dan

Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah disetujui

oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum

Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani.

5. Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis akan

realisasi perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan Cacat dan

Asbuilt Drawing yang telah selesai dilaksanakan oleh Kontraktor

Pelaksana untuk keperluan penandatanganan Berita Acara Serah Terima

Pertama (PHO).

6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikan-

perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan Supervisi akan

mengeluarkan rekomendasi tertulis mengenai selesainya pekerjaan dan

perbaikan yang berarti Serah Terima Kedua ( FHO ) kedua dari pihak

Kontraktor Pelaksana kepada Owner.

Pasal 20 : Pemamfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan

1. Pemafaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan hanya

boleh dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara Owner

(Pemberi Tugas) dengan Pemilik/Bangunan ditanda tangani.

2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan bangunan dan

memamfaatkan semua fasilitas yang ada dalam bangunan selama

bangunan masih dalam proses Serah Terima antara Kontraktor Pelaksana

dengan Owner.

3. Pemamfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima antara

Owner dan Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan persetujuan

Owner dan Kontraktor Pelaksana.

4. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap perbaikan

dengan biaya sendiri semua cacat dan kerusakan yang timbul akibat

Page 14: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

14

penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan yang telah disetujuinya

bersama dengan Owner.

Pasal 21 : Penanggung Jawab Pengawasan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia

Jasa Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang

disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang

disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.

2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan

dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :

332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa

Pengawas Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali

ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja konsultan Supervisi.

3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan

lapangan proyek kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner

dimana didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan Supervisi

dengan posisi minimal seperti berikut atau seperti yang diajukan :

1. Site Enggineer/Leader;

2. Chief Inspector;

3. Inspector;

4. Tenaga Administrasi; dan

5. Operator Computer.

4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi

pengawasan lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi

harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.

5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan

lapangan proyek yang telah disetujui oleh KOnsultan Manajemen

Konstruksi dan Owner kepada Kontraktor Pelaksana.

6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses

pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan

Manajemen Konstruksi dan Owner.

7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh

Konsultan Manajemen Konstruksi jika hendak meninggalkan lokasi

pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.

8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Konsultan Manajemen

Konstruksi dan Owner untuk pengantian tenaga ahli Konsultan Supervisi

yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai

Page 15: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

15

menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan

baik.

9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan

Supervisi harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di

lokasi pekerjaan.

10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan

bulanan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan diketahui oleh

Owner atas segala hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan oleh

Kontraktor pelaksana.

11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan

hasil diskusi dan konsultasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi

dan Owner.

Pasal 22 : Instruksi Konsultan Supervisi

1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi

atau perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang

berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam

bentuk tulisan.

3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus

diikuti oleh Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasan-alasan yang

jelas dan sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti

disebutkan dibawah ini :

a) Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga

membahayakan bagi konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang

baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan

Gambar Bestek.

b) Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang tidak

sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

c) Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor

Pelaksana yang dianggap kurang mampu.

d) Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan

untuk mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.

Page 16: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

16

e) Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode

pelaksanaan Kontraktor Pelaksana yang dianggap tidak tepat

sehingga dapat mengurangi kualitas dan memperlambat proses

penyelesaian pekerjaan.

Pasal 23 : Perubahan-Perubahan Disain Dan Perbedaan-Perbedaan

1. Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan

Konsultan Manajemen Konstruksi serta Owner berhak mengadakan

perubahan-perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill

of Quantity yang wajib dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh melakukan

perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity

tanpa persetujuan Konsultan Supervisi atau Konsultan Perencana.

3. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus

disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana untuk

dilaksanakan.

4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang

dilakukan oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner

secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh

Kontraktor Pelaksana. Resiko karena melaksanakan Instruksi tidak

tertulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak

boleh menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari

biaya pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain

dalam Kontrak Kerja atau oleh Owner.

6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan

Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Konsultan

Perencana diketahui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan disetujui

oleh Owner.

7. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume

pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.

8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian antara

Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity Konsultan

Supervisi tidak dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak tetapi

harus melaporkannya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk

tindakan selanjutnya.

Page 17: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

17

9. Konsultan Manajemen Konstruksi dengan persetujuan Konsultan

Perencana dan Owner berhak menentukan acuan mana yang harus

dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi

Teknis, dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan

Manajemen Konstruksi, jika terjadi perbedaan antara Gambar Bestek,

Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity maka urutan acuan yang harus

dipegang ditentukan seperti berikut :

a) Kontrak Kerja;

b) Bill of Quantity;

c) Gambar Bestek dan Gambar Revisi; dan

d) Spesifikasi Teknis.

Pasal 24 : Struktur Organisasi Proyek

1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi dengan persetujuan Owner.

2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum

hubungan antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.

3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang harus

diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.

4. Perubahan-perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus segera

diberitahukan secara tertulis kepada semua pihak yang terlibat dalam

proyek.

5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakan

pada posisi yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet ( Kantor

Konsultan Supervisi ) dan Kantor Kontraktor Pelaksana.

Pasal 25 : Ketentuan Lain

1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi Kontraktor

Pelaksana dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja yang harus dipatuhi

dan dilaksanakan.

2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis

harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana walaupun hal

tersebut tidak disebutkan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity

kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan

Manajemen Konstruksi dengan Persetujuan Owner.

Page 18: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

18

3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi

Teknis dan aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan

adalah aturan yang terdapat dalam Kontrak Kerja.

4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan

ditentukan kemudian oleh Konsultan Manajemen Konstruksi bersama

dengan Konsultan Perencana dengan persetujuan Owner dalam proses

pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu ketentuan yang mengikat serta

wajib diikuti oleh Kontraktor Pelaksana.

5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi tersebut harus tetap mengacu pada Kontrak Kerja yang telah

ada.

6. Konsultan Manajemen Konstruksi bersama Konsultan Perencana dengan

persetujuan Owner dapat mengubah sebagian besar atau sebagian kecil

aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan Kontraktor Pelaksana

wajib mengikuti aturan perubahan tersebut.

BAB III PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1 : Papan Nama Proyek

1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang

memuat tentang identitas proyek.

2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm

kecuali ditentukan lain oleh Owner.

3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas

terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan

proyek. Latar papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm

atau multiplek dengan tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan

material lain harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam,

kecuali untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.

5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana,

Instansi Pemilik Bangunan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana

dan Konsultan Supervisi.

6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek,

waktu mulai proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

Page 19: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

19

Pasal 2 : Kantor Lapangan Konsultan Supervisi ( Direksi Keet )

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat kantor

konsultan Supervisi (Direksi Keet) untuk keperluan operasional

supervisi.

2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Konsultan

Supervisi (Direksi Keet) harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

3. Direksi Keet mempunyai ukuran minimal 16 m2.

4. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan

lama.

5. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu

dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.

7. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1

Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan

acian beton.

8. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka

lantai Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan

jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan

kelas II.

9. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka

dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga

dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.

10. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

11. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan

diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

12. Direksi Keet harus dilengkapi minimal dengan :

a. Meja Kerja : 3 Buah

b. Kursi Kerja : 6 buah

c. Papan Tulis : 1 Buah

d. Rak Arsip : 1 Buah

e. Meja Rapat : 1 Buah

f. Kursi Rapat : 6 Buah

g. Air Minum

13. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor

Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh

Page 20: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

20

berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang

dikerjakan.

Pasal 3 : Kantor Lapangan Kontraktor Pelaksana

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kantor

Lapangan untuk keperluan operasional pelaksanaan pekerjaan.

2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Lapangan harus

dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 16 m2.

4. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran

bangunan lama.

5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit

pintu dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.

6. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan campuran

1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan

acian beton.

7. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung

maka lantai Kantor Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm

dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu

dengan kelas II.

8. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan

rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

9. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan

diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

11. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan :

a. Meja Kerja : 3 Buah

b. Kursi Kerja : 6 buah

c. Papan Tulis : 1 Buah

d. Rak Arsip : 1 Buah

e. Meja Rapat : 1 Buah

f. Kursi Rapat : 6 Buah

g. Air Minum

Page 21: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

21

12. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Konraktor

Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak

boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang

dikerjakan.

Pasal 4 : Toilet / WC Dan Kamar Mandi Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kamar Mandi

dan WC untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan

Supervisi, dan para pekerjan dan buruh.

2. Pemamfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama yang

telah ada dilokasi pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan Supervisi dan

Owner.

3. Kamar Mandi dan WC mempunyai ukuran minimal 12 m2.

4. Toilet/WC staf Kontraktor Pelaksana dan staf Konsultan Supervisi harus

dibuat terpisah dengan Toilet/WC serta Kamar Mandi pekerja.

5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran

bangunan lama.

6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton dengan

campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus

dengan acian beton.

7. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari pasangan

batu bata dan diplaster sedangkan bagia atasnya boleh dibuat dari

dinding papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10

cm dari kayu kelas II.

8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan

diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air,

bak tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor. Kamar Mandi dan

WC juga harus dilengkapi dengan Septictank dan saluran resapan.

11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara

Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor

Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi

bangunan yang sedang dikerjakan.

Page 22: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

22

Pasal 5 : Gudang Penyimpanan Material

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Gudang

penyimpanan material untuk melindungi material yang tidak segera

dipakai.

2. Pemamfaatan bangunan lama dilokasi pekerjaan untuk keperluan Gudang

Penyimpanan Material harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi

dan Owner.

3. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 50 m2.

4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil

bongkaran bangunan lama.

5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton

dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan

diperhalus dengan acian beton.

6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benar-

benar terlindung dari rembesan air.

7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan

panggung maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan

ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm

minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.

8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm

dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding

dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.

9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan

diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama

antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang

Penyimpanan Material tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan

posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi

pekerjaan kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.

Page 23: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

23

Pasal 6 : Barak Pekerja

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Barak Pekerja

untuk keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.

2. Pemamfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk

keperluan Barak Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan

Owner.

3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap

dilokasi pekerjaan atau minimal berukuran 50 m2.

4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan

kosumsi sehari-hari para pekerja.

5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan

lama.

6. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1

Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan

acian beton.

7. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka

lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm

dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu

dengan kelas II.

8. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka

dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga

dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.

9. Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan

diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

11. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor

Pelaksana dengan Konsultan Supervisi.

12. Barak Pekerja tidak boleh diletakkan didalam lokasi pekerjaan.

Pasal 7 : Bengkel Kerja / Pabrikasi

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel

Kerja atau tempat Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang berhubungan

dengan kayu dan baja profil dan baja tulangan.

Page 24: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

24

2. Pemamfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan untuk

keperluan Bengkel Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi

dan Owner.

3. Ukuran minimal Bengkel Kerja pekerjaan untuk masing-masing

pekerjaan pabrikasi adalah 40 m2.

4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan

lama.

5. Bangunan Bengkel Kerja dapat dibuat dari konstruksi kayu.

6. Atap Bengkel Kerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali

ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 8 : Mushalla Dan Tempat Whuduk Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Mushalla dan Tempat Whuduk

untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi,

dan para pekerjan dan buruh.

2. Mushalla dan Tempat Whuduk mempunyai ukuran minimal 16 m2.

3. Mushalla dan Tempat Whuduk tidak boleh dibuat dari material hasil

bongkaran bangunan lama.

4. Mushalla harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung dengan lantai

papan ukuran 2,5/25 cm yang diperkuat dengan balok lantai kayu ukuran

5/10 dengan jarak minimal 50 cm dari kayu kelas II.

5. Dinding Mushalla dari papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding

kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

6. Lantai Mushalla dan Tempat Whuduk dari perkerasan beton dengan

campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus

dengan acian beton.

7. Atap Mushalla dan Tempat Whuduk dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

8. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan

diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

Page 25: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

25

9. Tempat Wudhuk harus dilengkapi dengan kran air minimal 3 unit dan 1

unit saluran pembuangan air kotor.

10. Posisi dan letak Mushalla dan Tempat Whuduk ditentukan bersama

antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor

Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi

bangunan yang sedang dikerjakan.

Pasal 9 : Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara

1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air

bersih dan Instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa

pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan operasional dan keperluan

pekerjaan-pekerjaan konstruksi.

2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalsi Listrik dan Instalsi

Air Bersih dan Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi pekerjaan

tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 10 : Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja

untuk semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan dan tamu yang

berkunjung kelokasi pekerjaan.

2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :

1. Helm Pelindung Kepala;

2. Sepatu untuk melindungi kaki;

3. Pemadam Kebakaran; dan

4. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.

3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan

dengan pelaksanaan pekerjaan maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan

mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban.

4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban

kecelakaan dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.

5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi

tanggung jawab Kontraktor pelaksana adalah :

a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;

b. Personil Konsultan Manajemen Konstruksi;

c. Personil Konsultan Perencana;

d. Personil Konsultan Supervisi.;

e. Owner dan para wakilnya;

f. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan

Page 26: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

26

g. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan

sepengetahuan Kontraktor Pelaksana.

Pasal 11 : Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus menyediakan

tempat/pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan beserta minimal 2 orang

penjaga keamanan yang bekerja selama 24 jam.

2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan

dimensinya ditentukan oleh Kontraktor Pelaksana.

3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di

dalam lokasi pekerjaan.

BAB IV PEKERJAAN AWAL

Pasal 1 : Pembersihan Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala

sesuatu yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti bangunan

lama, hasil bongkaran bangunan lama, pepohonan, semak belukar, dan

tanah humus.

2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap tanah

humus setebal minimal 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi.

3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah

muka tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan

tanah humus atau muka tanah timbun yang telah dipadatkan kecuali

diitentukan lain dalam Gambar Bestek.

4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak

boleh dipakai sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk

dipakai sebagai material bangunan.

5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan

lapisan humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang

sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan atau ketempat yang tidak

menggangu lingkungan hidup.

6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak

boleh berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.

Page 27: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

27

Pasal 2 : Pembongkaran Konstruksi Bangunan Lama

1. Kontraktor Pelaksana harus membongkar Konstruksi Bangunan Lama

atau sisa bangunan lama sesuai dengan Gambar Bestek atau Bill of

Quantity seperti dinding , lantai, atap, plafond, perkerasan lama dan

pondasi yang ada didalam lokasi pekerjaan.

2. Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran Kontraktor Pelaksana

harus membuat permohonan tertulis kepada Konsultan Manajemen

Konstruksi dan diketahui Konsultan Supervisi serta Owner.

3. Dalam melakukan pembongkran bangunan lama Kontraktor Pelaksana

harus menjamin untuk tidak merusak bangunan disekitar lokasi pekerjaan

dan bangunan-bangunan yang oleh Owner tidak diijinkan untuk

dibongkar.

4. Kerusakan-kerusakan bangunan lama dan bangunan disekitar lokasi

pekerjaan akibat aktifitas pembongkaran bangunan oleh Kontraktor

Pelaksana menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana apabila ada

tuntutan ganti rugi oleh pemilik bangunan.

5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Owner atau pemilik

bangunan. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap

keamanan, kehilangan dan pemamfaatan hasil bongkaran bangunan lama

oleh pihak-pihak ketiga tanpa seizin Owner atau pemilik bangunan.

6. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dimamfaatkan kembali oleh

Kontraktor Pelaksana untuk material bangunan didalam lokasi maupun

diluar lokasi proyek tanpa seizin Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 3 : Penentuan Letak Bangunan ( Setting Out )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan Seetting Out atau pengukuran

kembali akan kebenaran posisi bangunan yang akan dibangun seperti

yang telah ada dalam Lay Out bangunan pada Gambar Bestek.

2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus

diketahui dan didampinggi oleh Konsultan Supervisi, Konsultan

Perencana, Owner dan Pemilik Bangunan.

3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus

menggunakan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas.

4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama

yang pasti akan elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi penempatan

bangunan dan batas-batas lahan kerja. Ketetapan akan elevasi dan posisi

bangunan harus direalisasikan dilapangan dengan memasang patok-patok

Page 28: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

28

sementara dari kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam minimal 30 cm dalam

tanah dan ujungnya ditandai dengan cat minyak.

5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out

bangunan yang ada dalam Gambar Bestek kecuali dengan alasan-alasan

kondisi lahan existing yang berubah dan alasan-alasan teknis yang

disetujui oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.

7. Perubahan-perubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan lahan

atau berubahanya kondisi existing lahan harus disetujui oleh Konsultan

Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.

8. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan Seeting Out

dan disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 4 : Pagar Pelindungan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus melindungi lokasi pekerjaan selama

berlangsungnya pekerjaan konstruksi dari ganguan luar.

2. Bentuk perlindungan tersebut dapat berupa Pagar Seng BJLS 0,20 mm

dengan rangka kayu setinggi 2 meter dari muka tanah dan dicat dengan

rapi.

3. Pagar Pelindung lokasi pekerjaan harus segera dibuat setelah hasil

pekerjaan Setting Out disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan

Perencana dan Owner.

Pasal 5 : Pemasangan Bouwplank

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank sebagai

acuan tetap pada semua bangunan yang akan dikerjakan termasuk

septictank dan Ground Resevoir.

2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang akan

dibangun minimal 1 m dan maksimal 2 m.

3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam

dalam tanah minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang

adalah 2 meter. Untuk keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25

cm atau kayu ukuran 2,5/7 cm yang dipaku pada tiang-tiang kayu 5/7 cm.

4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap

bangunan yang akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan

elevasinya sebelum struktur bangunan yang paling rendah seperti pondasi

dan sloof selesai dikerjakan.

Page 29: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

29

5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan

Seeting Out.

6. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

BAB V PEKERJAAN QUALITY KONTROL

Pasal 1 : Ruang Lingkup

1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi semua

percobaan-percobaan dan pengujian-pengujian terhadap material

bangunan serta pemeriksaan-pemeriksaan terhadap hasil kerja Kontraktor

Pelaksana.

2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan

Kualitas dalam Proyek ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh

Kontraktor Pelaksana berikut ini :

a. Pemeriksaan dan Pembuatan Job Mix Disain Beton;

b. Pemeriksaan Kualitas Material Beton;

c. Pemeriksaan Mutu Beton;

d. Pemeriksaan Kuat Tarik Baja Tulangan;

e. Pemeriksaan Kualitas Material Baja Profil;

f. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Las Listrik;

h. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Baut;

i. Pemeriksaan Kuat Tekan Batu Bata Ringan/Foam ;

j. Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Material Timbunan; dan

k. Pemeriksaaan-Pemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta oleh

Konsultan Perencana, Kosultan Supervisi dan Owner.

3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya

dengan biaya sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara-cara yang

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana harus diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan

Supervisi, Konsultan Perencana serta Owner.

Pasal 2 : Biaya Quality Kontrol

1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol

seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 adalah menjadi tanggungan dan

dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana walaupun tidak disebutkan

dalam Bill of Quantity.

Page 30: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

30

2. Biaya Penginapan, Transportasi dan Kosumsi Konsultan Supervisi,

Konsultan Perencana dan Owner yang turut hadir dalam Pekerjaan

Quality Kontrol menjadi tanggungan dan dibebankan kepada Kontraktor

Pelaksana.

BAB VI PEKERJAAN TANAH DAN PASIR

Pasal 1 : Tanah Timbun

1. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan tanah atau perbaikan tanah

Kontraktor Pelaksana harus memastikan pekerjaan galian tanah pondasi

telah selesai 100% dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

2. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak berbungkah-

bungkah, bukan tanah liat, bukan tanah sawah, bukan hasil bongkaran

bangunan lama, bukan pasir laut, bukan pasir urug dan bukan pasir beton.

3. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.

4. Material Timbunan harus melalui proses pemeriksaan di Laboratorium

yang disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.

5. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Request Material timbunan

tanah kepada Konsultan Supervisi sebelum material tersebut didatangkan

ke lokasi pekerjaan.

6. Material timbunan tanah harus dipadatkan lapisan demi lapisan dengan

Alat Stamper. Tebal minimal tiap lapisan adalah 30 cm.

7. Kepadatan timbunan pada lapisan terbawah harus mencapai 95% dari

standar proctor laboratorium pada kadar air optimum dengan

pemeriksaan kepadatan standar.

8. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9. Tidak dibenarkan mengerjakan pekerjaan lain diatas permukaan tanah

timbunan sebelum pekerjaan timbunan dan pemadatan tanah selesai

100% serta disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 2 : Pasir Urug

1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan,

timbunan, pasir alas pondasi batu gunung serta alas pekerjaan lantai kerja

beton ( Line Concrete ) Pondasi Plat Lantai Beton.

Page 31: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

31

2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan

beton non struktural.

3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.

4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.

5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.

6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga

mencapai kepadatan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi atau jenuh

air sebelum dilakukan pekerjaan lain diatasnya.

7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 3 : Galian Pondasi Tapak / Poor

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian pondasi Tapak, Kontraktor

Pelaksana harus memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari

pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian pondasi Tapak harus tepat benar dengan posisi perletakan

bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi

yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian pondasi Tapak tidak boleh merusak struktur tanah

disekitar galian pondasi.

4. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi plat lantai sesuai dengan

Gambar Bestek.

5. Kedalam galian pondasi harus sedemikian rupa sehingga Tapak Pondasi

masuk kedalam tanah minimal sesuai Gambar Bestek.

6. Pengalian pondasi plat lantai harus mempunyai lebar yang cukup untuk

membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan

dan juga untuk mengadakan pembersihan.

7. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing

untuk pekerjaan galian pondasi plat lantai ini untuk kemudahan pekerjaan

dilapangan.

Page 32: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

32

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman

yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali

dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan

alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut

Konsultan Supervisi.

10. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-

puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta

diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman

yang diperlukan.

11. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi

harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali

kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi

pondasi.

12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah

sebelum pekerjaan konstruksi pondasi Tapak selesai dikerjakan.

13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara

jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh

sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.

14. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 3 : Galian Pondasi Batu Gunung

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian pondasi Kontraktor Pelaksana harus

memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak

belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan

bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi

yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar

Bestek.

4. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman

yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali

dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

Page 33: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

33

5. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan

alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut

Konsultan Supervisi.

6. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-

puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta

diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman

yang diperlukan.

7. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi

harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali

kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi

pondasi.

8. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah

sebelum pekerjaan konstruksi pondasi plat lantai selesai dikerjakan.

9. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara

jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh

sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.

10. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Urugan Galian Pondasi

1. Urugan galian pondasi dikerjakan setelah pekerjaan konstruksi pondasi

selesai dikerjakan 100%.

2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi atau

material lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.

3. Jika untuk urugan pondasi dipakai tanah lain dan bukan tanah hasil galian

pondasi maka tanah tersebut harus melalui proses pemeriksaan di

Laboratorium Tanah sebelum dipakai sebagai material urugan pondasi

dan hal ini harus diketahui serta disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan material tanah dan

proses pemeriksaan di Laboratorium Tanah dibebankan kepada

Kontraktor Pelaksana.

4. Tanah Humus atau tanah hasil pembersihan lapangan setebal 30 cm dari

muka tanah dasar tidak boleh digunakan sebagai urugan pondasi.

5. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper

atau alat lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.

Page 34: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

34

6. Pemadatan dilakukan lapis berlapis dengan ketebalan minimal setiap

lapisanya adalah 30 cm.

7. Hasil pekerjaan urugan pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 5 : Galian Pipa Air Dan Instalasi Listrik

1. Yang dimaksud dengan galian pipa adalah semua pekerjaan yang

berhubungan dengan Instalasi Air Kotor, Instalasi Air Bersih, Instalasi

Limbah Kimia dan Instalasi Listrik Bawah Tanah.

2. Bentuk dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek atau

menurut petunjuk Konsultan Supervisi.

3. Kedalaman galian pipa minimal 50 cm dari muka tanah dasar atau muka

tanah timbun kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek dan Bill of

Quantity. Khusus untuk galian Instalasi Listrik harus dibuat minimal 80

cm dari muka tanah dasar atau muka tanah timbun.

4. Galian pipa tidak boleh menggangu struktur dan konstruksi bangunan

lain yang ada disekitarnya.

BAB VII PEKERJAAN PONDASI

Pasal 1 : Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan

tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak

digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan

Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata Ringan/Foam, Pasangan

Keramik, dan Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat

kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%

maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan

Pasir yang berasal dari laut.

Page 35: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

35

7. Jika untuk menghilangkan kadar lumpur pasir harus dicuci maka

Kontraktor Pelaksana harus megajukan Metode Pencucian yang disetujui

oleh Konsultan Supervisi atau mengikuti Metode Pencucian yang

disarankan oleh Konsultan Perencana.

Pasal 2 : Pondasi Batu Gunung / Batu Kali

1. Batu Gunung/Batu Kali yang dipergunakan harus berkualitas baik dari

jenis yang keras, tidak berlubang dan forius.

2. Batu Gunung/Batu Kali harus bersih dan tidak boleh mengadung atau

menempel tanah dan lumut pada permukaannya.

3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu

kosong, pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.

4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung/batu kali adalah

25 cm.

5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal

batu gunung/batu kali adalah 7 cm.

6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal

Batu Gunung/Batu kali adalah 7 cm.

7. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk keperluan pondasi,

pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan persetujuan

Konsultan Supervisi.

8. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar

Bestek dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.

9. pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

10. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu

harus diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan

langsung tanpa spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai

dengan besarnya serta spesi secukupnya.

11. Permukaan bagian atas Pondasi Batu Kali/Batu Gunung harus rata

(Water Pass), diberi spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada

tempat-tempat yang akan dipasang kolom praktis harus diberi stick besi

beton.

Page 36: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

36

BAB VIII PEKERJAAN BETON

Pasal 1 : Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila

lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir

beton adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat

merusak beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Jika Dalam Job Mix Disain disebutkan bahwa Pasir Beton harus dicuci

untuk menghilangkan kadar lumpur maka Kontraktor Pelaksana harus

mengajukan Metode Pencucian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi

atau mengikuti Metode Pencucian yang disarankan oleh Konsultan

Perencana.

10. Metode Pencucian Pasir Beton yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana

harus menjamin bahwa kadar lumpur dalam Pasir Beton akan berkurang

setelah pencucian sampai dibawah toleransi yang diijinkan.

11. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis

ini.

Pasal 2 : Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila

lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

Page 37: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

37

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 31 mm dan ukuran minimal pasir

beton adalah 6 mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

7. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Jika Dalam Job Mix Disain disebutkan bahwa Kerikil harus dicuci untuk

menghilangkan kadar lumpur maka Kontraktor Pelaksana harus

mengajukan Metode Pencucian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi

atau mengikuti Metode Pencucian yang disarankan oleh Konsultan

Perencana.

10. Metode Pencucian Kerikil yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana

harus menjamin bahwa kadar lumpur dalam Kerikil akan berkurang

setelah pencucian sampai dibawah toleransi yang diijinkan.

11. Pengunaan batu pecah sebagai penganti kerikil beton diperbolehkan

dengan syarat ukuran butiran batu pecah adalah antara 30 mm sampai 10

mm.

12. Persyaratan yang berlaku pada kerikil beton juga berlaku pada material

batu pecah.

13. Jumlah batuan pipih dalam setiap meter kubik batu pecah tidak boleh

lebih dari 5%.

14. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton

dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi

Teknis ini.

Pasal 4 : Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

Page 38: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

38

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua

pekerjaan beton struktural maupun beton non struktural.

3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

6. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pasal 5 : Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak

berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang

dapat merusak beton.

2. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan

dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi sebelum digunakan.

Pasal 6 : Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang

dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

Pasal 7 : Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan

ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

Page 39: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

39

2. Baja tulangan diatas diameter 10 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Baja Tulangan Deform ( ulir ) adalah dari jenis BJTD 30 dengan Kuat

Tarik minimal 3000 kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Baja Tulangan Polos adalah dari jenis BJTP 30 dengan Kuat Tarik

minimal 3000 kg/cm2 atau 300 Mpa dan hanya dipakai untuk Begel atau

Sengkang dengan diameter minimal 8 mm dan maksimal 8 mm.

6. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan

dengan percobaan Uji Tarik pada Laboratorium Beton dengan minimal 3

sampel tulangan untuk masing-masing diameter.

7. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan

yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi

dalam arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan

gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pasal 8 : Selimut Beton

1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of Quantiti

dan Gambar Bestek maka aturan ketebalan selimut beton adalah seperti

berikut ini :

Komponen

Struktur

Beton yang Tidak

Langsung Berhubungan

Dengan Tanah Atau

Cuaca

Beton yang Berhubungan

Dengan Tanah Atau

Cuaca

Lantai

ØD 36 Dan Lebih Kecil :

20 mm

ØD 16 Dan Lebih Kecil :

40 mm

Page 40: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

40

Lantai > ØD 36 :

40 mm

> ØD 36 :

50

Dinding

ØD 36 Dan Lebih Kecil :

20 mm

ØD 16 Dan Lebih Kecil :

40 mm

Dinding

> ØD 36 :

40 mm

> ØD 36 :

50

Balok

Seluruh Diameter :

40 mm

ØD 16 Dan Lebih Kecil :

40 mm

Balok

> ØD 16 :

50 mm

Kolom

Seluruh Diameter :

40 mm

ØD 16 Dan Lebih Kecil :

40 mm

Kolom

> ØD 16 :

50 mm

2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu

berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal

yang umum sebesar 70 mm.

Pasal 9 : Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain)

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural dengan

mutu K-200 sampai mutu K-250 Kontraktor Pelaksana harus membuat

Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain).

2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik

yang diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal

dengan 20 benda uji.

3. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur kecuali ditentukan

lain dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity adalah seperti berikut :

2. Kolom Parktis K-300;

Page 41: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

41

3. Kolom K-300;

4. Balok K-300;

5. Ring Balok K-300;

6. Plat Lantai Pondasi K-300;

7. Plat Septictank K-300;

8. Pondasi Tapak K-300;

9. Plat Bak Kontrol K-300; dan

10. Plat Meja K-300.

4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium

Beton yang diakui oleh Pemerintah.

5. Material Pasir dan Kerikil Beton yang dipakai untuk Job Mix Disain

haruslah material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan

dilapangan dan material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup

dilokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.

6. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job

Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.

5. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job

Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan

Kontraktor Pelaksana untuk membuat Job Mix Disain baru.

6. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus

mencantumkan :

1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;

2. Laporan hasil penelitian Kerikil Beton;

3. Komposisi Pasir Beton;

4. Komposisi Kerikil Beton;.

5. Komposisi Air Beton;

6. Komposisi Zat Additive jika digunakan;

7. Nilai Slump Rencana; dan

8. Nilai Faktor Air semen.

7. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui

oleh Konsultan Supervisi sebelum dilaksanakan.

8. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui

oleh Konsultan Supervisi harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor

Pelaksana.

Pasal 10 : Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)

Page 42: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

42

1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan

Supervisi, Kontraktor Pelaksana membuat Rencana Campuran Lapangan

(Job Mix Formula) beton struktural dengan mutu K-250 sampai mutu K-

300.

2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama

dari segi komposisi material beton.

3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak dari

kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi

material berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.

5. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar

dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan

komposisi material beton yang ada dalam Job Mix Disain.

6. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan

dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung

jawab Kontraktor Pelaksana.

Pasal 11 : Perakitan Tulangan

1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja

oleh Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.

2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus

dilakukan langsung lokasi konstruksi.

3. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan

harus sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing atau standar yang

ada dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI).

4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar

bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada

bengkel kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan

tulangan.

9. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung

dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak

boleh besentuhan langsung dengan tanah.

Page 43: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

43

10. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting

yang telebih dahulu telah selesai dikerjakan.

7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh

sengkang dengan alat ikat kawat beton.

8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain

dengan alat ikat kawat beton.

9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari

dalam bekisting.

Pasal 12 : Sambungan Antar Tulangan

1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang

penyaluran tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban

tekan, jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai

dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia

(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

2. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh

dibuat pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling

atau zig-zag antara batang yang disambung dengan batang yang tidak

disambung.

3. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar

Bestek, Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03

harus diambil minimal 40 kali diameter batang yang disambung.

4. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama.

Tidak dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra

(tulangan tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan

tulangan utama lain kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton

Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

5. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika

tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan

syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan

SK SNI T-15-1991-03.

6. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada

komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus

dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton

Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

Page 44: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

44

8. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi diluar Sendi

Plastis atau pada posisi tengah bentang kolom, balok serta plat lantai.

Penyambungan pada posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan

apapun tidak dibenarkan.

9. Sambungan-sambungan lewatan tidak boleh berada pada daerah Sendi

Plastis atau pada daerah 2 kali tinggi efektif balok dari muka kolom

untuk balok serta pada daerah 2 kali tinggi efektif kolom dari muka

sloof/plat lantai.

10. Semua sambungan lewatan harus diperhitungkan menerima beban tarik

sehingga ujung-ujungnya harus diberi kait (hook).

Pasal 13 : Support Dan Beton Tahu

1. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak dalam arah

vertikal antara jaring atas dan jaring bawah pada pembesian plat lantai

dan plat dack hingga sesuai dengan Gambar Bestek maka pada setiap 1

m2 luas plat lantai harus diberikan support/dukungan dari besi tulangan

ulir dengan diameter 13 mm atau minimal sebesar diameter tulangan plat

lantai /plat dack.

2. Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas diameter luas plat lantai atau

plat dack adalah 5 buah.

3. Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Bestek atau Shop

Drawing yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga dapat

mempertahankan jarak vertikal antara lapis tulangan ketika dibebani oleh

beban pekerja perakitan tulangan atau pekerja pengecoran.

5. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai

dengan yang disyaratkan maka harus diberi penyangga dari beton atau

Beton Tahu antara tulangan dengan bekisting.

6. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan

selimut beton pada masing-masing komponen struktur.

7. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4

cm dan dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan

tinggi kolom.

Page 45: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

45

8. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x

4 x 5 cm dan dipasang minimal 5 buah setiap jarak 1 m2 plat lantai atau

plat dack.

Pasal 14 : Acuan / Bekisting

1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh

balok-balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.

2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak

diperbolehkan.

3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan

pada point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk

konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta

konstruksi lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.

5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu

atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada

bekisting waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan

beton yang rapi.

7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.

8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan

campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.

9. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi

,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana dengan

alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak

dibenarkan.

10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi

sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran beton.

11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari

terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat

mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang

dapat dipertanggung jawabkan .

Page 46: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

46

12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika

hal ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan

pekerjaan acian beton.

13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan

bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 15 : Lantai Kerja Beton ( Line Concrete )

1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan

tanah atau pasir urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai Kerja

Beton ( Line Concrete ) dengan tebal minimal 7 cm.

2. Lantai Kerja Beton dibuat dari Campuran 1 Semen Portland : 3 Pasir

Beton : 6 Kerikil Beton.

3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini

harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasal 16 : Pengecoran Beton ( Casting Concrete )

1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus

memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

2. Pengecoran beton struktural mutu K-250 sampai K-300 hanya boleh

dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix

Formula, Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal

lain yang diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran

sudah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap

bagian konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan

beton.

4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali

Kontraktor Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran

tidak berhubungan langsung dengan air hujan.

5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Ready Mix dan tidak

diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual

kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau

nonstruktural.

Page 47: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

47

6. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh

dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak

tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga

tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan

kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.

7. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete

Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.

8. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.

9. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak

boleh menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi

tententu pada saat bekisting dibuka.

10. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki

bagian itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu

untuk sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan

Konsultan Supervisi.

11. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor

Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr

sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang

beton sesuai dengan yang direncanakan.

12. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi

yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.

13. Hasil pekerjaan pengecoran dengan Ready Mix sepenuhnya menjadi

tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

Pasal 17 : Pemadatan Beton

1. Beton Segar yang telah berada dalam Acuan/Bekisting harus dipadatkan

dengan cara mekanik menggunkan alat Concrete Vibrator.

2. Pemadatan harus dilakukan dengan sehati-hati mungkin sehingga ujung

Conctere Vibrator tidak bersentuhan dengan besi tulangan dan

acuan/bekisting.

3. Pemadatan harus dilakukan secara merata untuk semua beton segar yang

ada dalam acuan/bekisting sampai mencapai kepadatan optimum.

4. Cukup tidaknya dan lamanya pemadatan dengan Concrete Voibrator

adalah bedasarkan petunjuk Konsultan Supervisi.

Page 48: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

48

5. Pemadatan tidak boleh dilakukan secara berlebihan karena akan berakibat

terjadinya Bleeding (pendarahan) dimana air semen akan naik

kepermukaan beton.

Page 49: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

49

Pasal 18 : Perawatan Beton ( Curing )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan

terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.

2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni

kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton

berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 19 : Quality Control

a. Slump Test

1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton

dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan

beton pada setiap mutu beton.

2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test

dimana nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump

rencana yang ada pada Job Mix Disain.

b. Benda Uji Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk

kubus dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 15 x 15 cm dan ukuran

silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.

2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu

beton yang berbeda.

3. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai

berumur 28 hari.

4. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,

dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.

c. Kuat Tekan Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan

beton yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan

pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.

2. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan

minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.

3. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor

Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat

Page 50: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

50

tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya

dianggap tidak sah.

4. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan

beton ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.

5. Hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus menghasilkan kuat tekan beton

karakteristik yang sesuai dengan yang direncanakan dalam Job Mix

Disain.

7. Kuat tekan beton yang kurang dari 95% dari kuat tekan beton rencana

dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan harus

dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Perencana dengan

disertakan Rekomendasi Ahli beton.

8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan

pengecoran beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan

kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton rencana.

9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh

Kontraktor Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika

dalam pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor

Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam

perencanaan campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap

pelaksanaan.

10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium

beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11. Laporan hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain

1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton

hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana,

Konsultan Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton

dengan uji langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.

2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika

tidak ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan

dengan salah satu metode seperti dibawah ini :

a. Metode Core Drill.

b. Metode Hammer Test.

Page 51: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

51

3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan

dipakai untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi

beton.

4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur

ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.

5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana,

maka harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing komponen

struktur dan masing-masing mutu beton.

6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada

konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana

untk memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).

7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke

konstruksi beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan

Perencana, Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.

Pasal 20 : Instalasi Dalam Konstruksi Beton

1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik sebaiknya tidak

ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain

dalam Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.

2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam

konstruksi beton untuk alasan apapun.

3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya

tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.

4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam

dalam komponen balok beton.

5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton

untuk keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik

harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta

pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi

listrik tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain

oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan

Rekomendasi Ahli Beton.

Page 52: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

52

Pasal 21 : Sambungan Antar Beton

1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru

sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar

kolom tiap lantai.

2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus

dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.

3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak

diperbolehkan.

4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi

80 cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada

posisi tumpuan kedua (lantai 2).

5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus

dibuat sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan

menumpu pada beton lama.

6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3

hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan

persetujuan Konsultan supervisi.

7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

Pasal 22 : Plat Lantai Beton

1. Hasil pekerjaan Plat Lantai Beton bagian atas harus benar-benar elevasi

dan hal ini harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

2. Pada posisi-posisi selasar permukaan Plat Lantai Beton harus

dimiringkan sebesar 1 % dari lebar terkecil selasar.

3. Permukaan samping Plat Lantai Beton harus benar-benar rata dan hal ini

harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

5. Permukaan samping Plat lantai Beton yang tidak rata harus

diperhalus/finishing dengan pekerjaan acian beton.

6. Permukaan-permukaan komponen beton lain yang rusak akibat

pembongkaran bekisting juga harus diperbaiki dengan pekerjaan acian

beton.

Page 53: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

53

Pasal 23 : Bongkaran Konstruksi Beton Bertulang Lama

1. Pembongkaran konstruksi beton lama tidak boleh menggangu atau

merusak konstruksi beton lain yang berhubungan atau bersambung secara

monolit dengannya.

2. Kontraktor Pelaksana harus memastikan secara teknis bahwa pekerjaan

pembongkaran yang dilakukan tidak akan merusak dan menyebabkan

kegagalan struktur secara keseluruhan.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kegagalan

struktur konstruksi secara sebagian atau secara keseluruhan yang

diakibatkan pembongkaran konstruksi beton lama.

4. Pekerjaan pembongkaran konstruksi beton lama tidak boleh dilakukan

bersamaan dengan pekerjaan konstruksi lain.

5. Pembongkaran beton lama tidak boleh dilakukan langsung didaerah

sekitar joint antara balok dan kolom tetapi harus dimulai didaerah tengah-

tengah bentang konstruksi.

6. Hasil pembongkaran tidak boleh menghilangkan penjangkaran-

penjangkaran tulangan balok dan kolom.

7. Penggunaan perancah kerja pembongkaran sebagai perkuatan pada

bagian joint dan tumpuan balok dan kolom diharuskan untuk keamanan

pekerjaan pembongkaran.

8. Penggunaan perancah kerja pembongkaran dan peralatan pembongkaran

harus disetujui oleh Konsultan Supervisi baik dari segi material dan

struktur konstruksinya.

9. Penggunaan zat-zat kimia untuk tujuan memperlemah struktur yang akan

dibongkar harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

10. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus merapikan cacat-cacat

pada permukaan beton yang diakibatkan oleh pekerjaan pembongkaran.

Pasal 24 : Perbaikan Dan Perkuatan Konstruksi Beton Lama

1. Perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi beton lama harus

menngunakan teknologi dan cara perbaikan yang sudah lazim dan sering

dilakukan pada konstruksi beton dan harus disetujui oleh Konsultan

Perencana.

2. Perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi beton harus menggunakan

produk-produk, zat-zat additive dan cara perbaikan yang dikeluarkan

Page 54: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

54

oleh SIKA atau produk perusahaan Kimia Konstruksi lain yang setara

denganya.

3. Pelaksanaan perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi yang

menggunkanan zat additive harus dilaksanakan oleh Perusahaan atau Jasa

Konstruksi yang mempunyai lisensi dari Perusahaan Kimia Konstruksi

SIKA atau Perusahaan Kimia Konstruksi lain yang setara denganya.

4. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab penuh akan hasil

pekerjaan perbaikan dan perkuatan konstruksi beton yang dilaksanakan

oleh Perusahaan atau Jasa Konstruksi lain yang dipergunakannya dalam

penyelesaian pekerjaan perbaikan dan perkuatan konstruksi beton.

5. Kontraktor Pelaksana dan Jasa Konstruksi yang melaksanakan perbaikan

beton harus memberikan jaminan teknis dan garansi bahwa hasil

pekerjaan tersebut dapat mengembalikan kekuatan konstruksi seperti

semula atau mnimal 95% dari kekuatan awalnya sebelum mengalami

kerusakan.

Pasal 25 : Lain - Lain

1. Persyaratan pekerjaan beton dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 25

berlaku untuk semua item pekerjaan beton yang ada dalam Proyek ini.

2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam

proses pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan

Perencana bersama dengan Konsultan Supervisi dalam proses

pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Owner.

3. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang

mengikat dan wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

BAB IX PEKERJAAN LANTAI

Pasal 1 : Pasir Urug Bawah Lantai.

1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam

ruangan harus sudah selesai 100%.

2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal

minimal 15 cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran

yang seragam.

Page 55: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

55

4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang

diinginkan dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak

dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.

5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal

ini harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasal 2 : Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan

tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak

digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan

Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata Ringan/Foam, Pasangan

Keramik, dan Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat

kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%

maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan

Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 2 : Beton Cor Bawah Lantai

1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton 1 Semen

Portland : 3 Pasir Beton : 3 Kerikil Beton dengan ketebalan minimal 7

cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.

2. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal

ini harus dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.

3. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

Pasal 3 : Keramik Lantai Ruangan Toilet Dan Kamar Mandi

1. Keramik lantai Ruangan, Teras 80 x 80 cm dengan permukaan Polished,

Toilet dan Kamar Mandi adalah ukuran 30 x 30 cm dengan permukaan

motif Kulit Jeruk dari Merk Roman atau merk lain yang setara

dengannya dari segi harga dan kualitas.

Page 56: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

56

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ,

ukuran dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda

kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

3. Warna Keramik lantai Toilet dan Kamar Mandi adalah ditentukan lain

oleh Konsultan Perencana dan Owner dalam masa pelaksanaan

konstruksi.

4. Keramik lantai Toilet dan Kamar Mandi dipasang langsung diatas beton

cor bawah lantai dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal

minimal 2,5 cm.

5. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

6. Pemasangan Keramik Toilet dan Kamar Mandi harus mengikuti Gambar

Pola Lantai yang ada dalam Gambar Bestek.

7. Warna Kearamik lantai Toilet dan Kamar Mandi dapat diganti oleh

Konsultan Perencana dalam tahap pelaksanaan dengan alasan warna yang

telah ditentukan dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit

didapatkan dan tidak dikeluarkan lagi oleh pabrik.

8. Warna keramik lantai Toilet dan Kamar Mandi harus seragam untuk

setiap jenis warna yang sama.

9. Keramik lantai harus mempuntyai tebal minimal 5 mm.

10. Bentuk dan dimensi keramik lantai Toilet dan Kamar Mandi harus benar-

benar siku dan standar untuk semua ukuran yang sama.

11. Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti

pola lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang

memerlukan potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan

dimensi pada gambar pola lantai.

12. Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan granito

dan sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya

adalah maksimal 3 mm.

13. Pemasangan lantai keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar

ruang dan harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.

Page 57: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

57

14. Elevasi hasil pemasangan keramik lantai Toilet dan Kamar Mandi harus

lebih rendah dari lantai ruang lain kecuali ditentukan lain dalam Gambar

Bestek.

15. Hasil pemasangan keramik lantai harus benar-benar rata, tidak

bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik

hasil pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan

waterpassing.

Page 58: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

58

BAB X PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN

Pasal 1 : Batu Bata

1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai

Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20

cm, dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan

Bangunan.

3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu

bata dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika

diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.

4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya

benar-benar rata untuk semua sisinya.

5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.

6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena

mengikuti dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus

disetujui oleh Konsultan supervise.

7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

Batu bata Ringan/Foam

1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai

Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 20 cm, panjang 60

cm, dan tebal 8-10 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan

Bangunan.

3. Batu bata ringan/Foam adalah dari hasil pembuatan mesin, Bata ini

cukup ringan, halus dan memilki tingkat kerataan yang baik. Bata ringan

meringankan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi,

mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang

terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung.

4. Batu bata ringan/foam bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan

permukaanya benar-benar rata untuk semua sisinya.

5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.

Page 59: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

59

6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata ringan/foam

karena mengikuti dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu

harus disetujui oleh Konsultan supervise.

7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

Pasal 2 : Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan

tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak

digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan

Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan

Plasteran Dinding.

2. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat

kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%

maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

5. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan

Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 3 : Keramik Dinding Toilet Dan Kamar Mandi

1. Keramik yang dipakai adalah dari merk Roman atau merk lain yang

setara dengannya baik harga maupun kualitas.

2. Ukuran Keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah 30 x 60

cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

3. Permukaan keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah

polished (permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam Gambar

Bestek.

4. Warna keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah

disesuaikan kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

5. Warna Keramik dinding dapat diganti oleh Konsultan Perencana dalam

tahap pelaksanaan dengan alasan warna yang telah ditentukan dalam

Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan tidak

dikeluarkan lagi oleh pabrik.

Page 60: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

60

6. Tebal keramik dinding minimal 5 mm.

7. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, ukuran

dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada

Konsultan Supervisi untuk disetujui.

8. Keramik dipasang langsung pada dinding pasangan bata atau tembok

yang belum diplaster atau dihaluskan permukaannya dengan perekat

spesi beton 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1 cm.

9. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

10. Celah-celah antar keramik/Nat yang timbul akibat pemasangan dan untuk

keperluan perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.

11. Untuk pemasangan keramik pada bak air bersih sudut-sudut harus

ditumpulkan dengan memakai bobon keramik dengan panjang dan warna

sesuai dengan panjang serta warna keramik bak air.

12. Hasil pemasangan keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang,

dan tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan keramik harus

diperiksa dengan pekerjaan waterpassing.

Pasal 4 : Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Pasangan batu bata ringan ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya

pada dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti

dinding Toilet dan Kamar Mandi serta bak air.

2.Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan

ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata ringan harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum

dipasang.

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling

bersilangan dan tidak satu garis sambungan.

6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan

batu bata ringan ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.

Page 61: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

61

6. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu

bata ringan ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.

7. Pasangan batu bata ringan ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus

kedap air (trasram).

8. Pasangan batu bata ringan tidak boleh melengkung dalam arah vertikal

dan dalam arah horizontal.

9. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata ringan harus disediakan benang-

benang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

10. Hasil pemasangan batu bata ringan ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps

harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 5 : Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Pasangan batu bata ringan ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada

semua dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan

dengan air.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan

ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata ringan harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum

dipasang.

5. Batu bata ringan harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling

bersilangan dan tidak satu garis sambungan.

6. Pasangan batu bata ringan tidak boleh melengkung dalam arah vertikal

dan dalam arah horizontal.

7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata ringan harus disediakan benang-

benang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

8. Hasil pemasangan batu bata ringan ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps

harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 6 : Pasangan Dinding Batu Bata Ringan 1 Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Pasangan batu bata ringan 1 bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya

pada dinding-dinding Septictank, Bak Tampungan Air bawah Tanah dan

Bak Tampungan Limbah Kimia atau sesuai Gambar Bestek.

Page 62: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

62

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan

ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata ringan harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum

dipasang.

5. Batu bata ringan harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling

bersilangan dan tidak satu garis sambungan.

6. Pasangan batu bata ringan 1 bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus

kedap air (trasram).

8. Pasangan batu bata ringan tidak boleh melengkung dalam arah vertikal

dan dalam arah horizontal.

9. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata ringan harus disediakan benang-

benang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

10. Hasil pemasangan batu bata ringan 1 bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps

harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 7 : Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil

pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

5. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata

dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang

dinding yang diplester.

7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara

plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

Page 63: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

63

8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari

satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya

sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan

bekas.

10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 8 : Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil

pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

5. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata

dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.

6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang

dinding yang diplester.

7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara

plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari

satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya

sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan

bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

BAB XI PEKERJAAN ALUMUNIUM DAN KACA

I. Referensi

1. America Architectural Manufacturers Association ( AAMA ).

a. AAMA 501 = Method of test for Metal Curtain Wall

b. AAMA 101 = Voluntary specification for aluminium and Polly

(vinyl chloride) (PVC) Prime Window and glass

door.

Page 64: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

64

2. American Society for Testing and Materials (ASTM)

a. ASTM E 330 = Test Method for Structural Performance of Exterior

Windows, Curtain Wall, and Doors by Uniform

Static Air Pressure Difference.

b. ASTM E 283 = Test Method for rate of Air Leakage Through

Exterior Windows, Curtain Walls, and Doors.

c. ASTM E 331 = Test Method for Water Penetration of Exterior

Windows, Curtain Wall, and Doors by Uniform

Static Air Pressure Difference.

d. ASTM E 1233 = Standard Test Method for Structural Performance

of Exterior Windows, Curtain Walls and

Doors by Cyclic Static air Pressure Differensial.

e. ASTM E 547 = Standar Test Method for Water Penetration of

Exterior Window, Curtain Walls and Doors by

Cylclic Static Air Pressure.

3. Japanese Industrial Standard (JIS)

a. JIS H4100 = Aluminium and Aluminium Alloy Extruded Shape

b. JIS H8602 = Combined Coating of Anodic Oxide and Organic

Coating’s on Aluminium and Aluminium alloys.

c. JASS 14 = Japanese Architectural Standard Spescification for

Curtain Wall

d. JIS A.4706 = Japanese Industrial Standard for Aluminium and

Steel Window.

4. Standard Nasional Indonesia (SNI)

a. SNI-03-0573-1989 = Syarat Umum Jendela Aluminium Paduan

II. Deskripsi Sistem

a. Umum

Pekerjaan jendela aluminium untuk eksterior dan interior termasuk pekerjaan yang

berkaitan, sperti : angkur yang ditanam, struktur penguat dan komponen pelengkap

yang lainnya.

b. Kriteria Perencanaan

1. Faktor Keamanan

Kecuali disebutkan lain, bagian-bagian aluminium termasuk ketahanan kaca,

memenuhi faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin yang

disyaratkan.

2. Modifikasi

Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan

atau tahan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan.

Page 65: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

65

3. Pergerakan Karena Temperatur

Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan suara

maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealant yang

tidak merekat, dan hal-hal lain. Sambungan kedap air harus mampu menampung

pergerakan ini.

III. Persyaratan Struktur

a. Defleksi

1. AAMA = Yang dijinkan maksimum L/175 atau 2 cm

2. JIS = Defleksi yang diijinkan maksimum L/150 atau 2 cm.

3. SII = yang diijinkan maksimum L/175 untuk double dan

L/125 untuk single glazed.

4. SS = Yang diijinkan maksimum L/175 untuk double

glazed dan L/125 untuk single glazed.

b. Beban Hidup

Pada bagian-bagian yang menerima beban hidup terutama pada waktu

perawatan, seperti : meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan

penguat dan angkur dengan kemampuan 62 kg dengan beban terpusat,

horizontal dan tanpa terjadi kerusakan.

IV. Kebocoran Udara

1. ASTM E 283 = Kebocoran udara tidak melebihi 2 ft3 / min setiap ft

unit panjang penampang bidang bukaan pada 1,57 lb

/ ft2 tekanan differensial.

2. SS 212 = Untuk jendela hidup besarnya kebocoran udara tidak

boleh melebihi 10 m3/h/m pada 20% dari tekanan

angin (Design Wind Load) atau 200 Pa. Kondisi ini

berlaku untuk gedung non air condition sedangkan

untuk gedung air condition kebocoran udara

maksimum mengikuti grafik A & B.

V. Kekedapan Udara

Faktor pengurangan kebisingan suara (Sound Transmission) sebesar 22,5 dB

pada frekwensi 124 – 4000 Hz (hanya berlaku untuk produk-produk khusus).

a. Angkur & Angkur Tanam

Bagian yang berhubungan dengan aluminium dilapisi Galvanisasi s/d 18

micron. Bagian lain diberi lapisan anti karat, Zinc Chromate, Type

Alkyd.

Page 66: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

66

b. Billet Yang Dipakai

Dari billet utama (primery) dengan standard A-6063 S-T5 dengan

komponen (%) :

Mg : 0.45 – 0.9

Si : 0.2 – 0.6

Ti : 0.1 max

Mn : 0.1 max

Zn : 0.1 max

Fe : 0.35 max

Cu : 0.1 max

Cr : 0.1 max

Aluminium : Sisanya

c. Kaca

Kaca tebal minimal 5 mm produk Asahima atau yang setaranya dengan

warna clear hijau.

d. Back – UP Material

1. Bahan : polyurenthane Foam

2. Sifat material : Tidak menyerap air

3. Kepadatan : 65 – 96 kg/m3

4. Ukuran Penampang : 25% - 50 -% lebih besar dari celah yang

terjadi

e. Gasket

1. Bahan : PVC, Neoprene, Santoprene, EPDM

2. Kepadatan : Tahan terhadap perubahan cuaca

3. Kekerasan : 60 – 80 Durometer.

4. Jenis bahan : Extrusion

f. Setting Block Untuk Kaca

1. Bahan : EPDM

2. Kekerasan : 80 – 90 Durometer

g. Sealant Dinding

1. Single Komponen

2. Type : Silicon Sealant

h. Screw

1. Bahan : Stainless Steel

i. Hardware Dan Part

1. Engsel Pintu Butt-Hinge :Tipe K-6311D, bahan Stainless Steel (SUS

304)

Page 67: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

67

2. Crescent Lock : Tipe 2K-19338, bahan Staenless Steel

(SUS 304), ZDC2, dan Pollyamid 66.

3. Handle : Type K-11571, material SUS 304.

4. Door Closer : P-182 KY atau yang setara

5. Flush Bold : Type K-6312A, bahan Aluminium

Casting.

6. Friction Stay : Bahan = Stainless Steel

j. Angkur & Angkur Tanam

Bagian yang berhubungan dengan aluminium dilapisi Galvanisasi s/d 18

micron. Bagian lain diberi lapisan anti karat, Zinc Chromate, Type

Alkyd.

k. Joint Sealer

Sambungan antara profil horizontal dengan vertical diberi sealer yang

berserat guna menutup celah sambungan profil tersebut, sehingga

mencegah kebocoran udara, air dan suara.

Bahan = Butyl Sheet.

VI. Pelapisan Perwarnaan Aluminium

Sistem Pelapisan

1. Anodise yang dilengkapi dengan lapisan resin transparan

(glossy).

1.1. Warna (glossy) : Bronze (YB-1C), Black (YK-1C),

silver (YS-1C) atau sesuai catalog

warna dari YKK alumico Indonesia.

1.2. Warna (Non Glossy) : Bronze (YB-1n), Balck (YK-1N),

Silver (YS-1N) atau sesuai catalog

warna dari YKK Alumico Indonesia

Sifat-sifat teknis :

a. Lapiasan Anodic Oxide Film : 10 μm

b. Lapisan Resin Film : 12 μm

c. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.

d. Tahan Asam (5% H2SO4) tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.

e. Tahan Karat (40g / 1 NaCl, 026 g / 1 CnC12 PH3), tidak terjadi

perubahab setelah 96 jam.

f. Tahan air panas (100 C), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.

g. Terhadap Air Semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.

Page 68: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

68

2. Anodisasi tanpa lapisan resin transparan (DOF).

Warna : Bronze (YB-1), Black (YK-1), silver (YS-1) atau

sesuai katalog warna dari YKK alumico Indonesia.

Sifat-sifat teknis :

a. Lapiasan Anodic Oxide Film : minimum 18 μm

b. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.

d. Tahan Asam (5% H2SO4) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.

e. Tahan Karat (40 g / 1 NaCl, 026 g / 1 CnC12 PH3), tidak terjadi

perubahan setelah 48 jam.

f. Tahan air panas (100 C), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.

g. Terhadap Air Semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.

h. Terhadap air semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 24 jam.

VII. Warna Aluminium

a. Kozen : Silver Metalic.

b. Frame Daun Pintu : Silver Metalic.

c. Daun Pintu KM/WC : Silver metalic

c. Frame Daun Jendela : Silver Metalic.

d. Frame Daun Ventilasi : Silver Metalic

VIII. Data Pelengkap

a. Gambar Kerja (Shop Drawing)

Kontraktor Pelaksana harus membuat Gambar Detail Pelaksanaan (Shop

Drawing) dan disetujui oleh Konsultan Supervisi jika dalam Gambar

Bestek tidak diberikan oleh Konsultan Perencana, yang menjelaskan

a. Tipe dan tampak setiap jenis jendela dan pintu aluminium / curtain

wall.

b. Detail sambungan baik exterior maupun interior.

c. Detail pemasangan.

d. Detail pertemuan aluminium dengan komponen-komponen lain yang

berhubungan.

e. Kelengkapan ukuran-ukuran.

b. Perhitungan struktur sesuai dengan criteria design yang ada (kalau

diperlukan).

IX. Fabrikasi Dan Assembling

1. Semua jenis jendela dan pintu aluminium difabrikasi di Work Shop/

Pabrik.

2. Semua sambungan dikerjakan dengan mesin sehingga rapi, kokoh dan

dengan bentuk sambungan yang sesuai standard toleransi. Untuk

sambungan yang tahan air harus diberi sealant dari bagian yang tidak

terlihat mata.

Page 69: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

69

3. Perakitan jendela maupun pintu aluminium dilaksanakan di Work

Shop/Pabrik sehingga selain kwalitas perakitan sesuai standard yang

disyaratkan juga mempercepat proses pemasangan di lapangan.

2. Proses fabrikasi dan assembling harus berdasarkan data di Shop Drawing

yang sudah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Hardware yang dipasang mennggunakan back plate.

4. Standar toleransi assembling dijelaskan dalam table berikut :

STANDARD TOLERANSI ASSEMBLING

No.

Keterangan

Toleransi ( mm)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Bergesernya pemasangan kunci/engsel

dan hardware lain dari tempat yang

ditentukan

Gap (celah) antar sambungan rangka

aluminium (vertikal dan horizontal)

Gap (celah) antar sambungan bahan

tahan air (Gasket)

Perbedaan ukuran dalam, dari rangka

aluminium dan daun jendela aluminium,

baik untuk tinggi maupun lebar.

Perbedaan ukuran dalam, dari jendela

yang bersebelahan.

Sambungan las

Sealant

+ / -3

< 0,5

< 3

+ / - 1,5

< 2

Tidak terlihat pada

bagian yang terlihat

mata langsung

Sesuai ukuran di Shop

Drawing

X. Pengiriman dan Penyimpanan Di Site

1. Semua profil dilapisi PVC plastic atau polythilene film.

2. Pengiriman barang-barang harus hati-hati dan tidak boleh terjadi

kerusakan.

3. Setiap unit pintu, jendela maupun curtain wall yang dikirim ke lapangan

harus ada tanda / bukti sudah diperiksa kwalitasnya oleh QC pabrik.

Page 70: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

70

4. Material yang disimpan di lapangan (site) harus diatur sedemikian rupa

agar tidak terjadi kerusakan / cacat.

XI. Pemasangan Pada Struktur Bangunan

1. Semua unit aluminium harus terpasang dengan hubungan siku-siku, tegak

lurus dan mengikuti patokan (bench mark) dari Kontraktor Pelaksana.

1. Sebelum diadakan pemasangan maka perlu adanya pengukuran di

lapangan dan koordinasi dengan pekerjaan lain, sehingga ukuran lubang

(opening) sesuai dengan Shop Drawing.

XII. Material Kaca

1. Kaca mempunyai ukuran ketebalan minimal 5 mm dan maksimal 9 mm

dengan warna BENING.

2. Kaca yang didatangkan kelokasi pekerjaan atau Bengkel Kerja harus

diketahui dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

BAB XII PEKERJAAN KUNCI DAN PENGANTUNG

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Pekerjaan kunci dan pengantung ini meliputi semua pekerjaan pintu, jendela

dan ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup.

Pasal 2 : Kunci Dan Pengantung

1. Kunci dan pegantung pintu, jendela dan ventlasi Kayu adalah dari jenis

dan merk seperti disebutkan dibawah ini atau yang setara dengannya baik

dari harga dan kualitas :

a. Kunci Pintu 2 x Putar (2 slaag) : Merk SES

b. Engsel Pintu 4” : Merk SES

c. Engsel Jendela 3” : Merk SES

d. Pegangan Jendela : Merk SES

e. Pegangan Pintu : Merk SES

f. Grendel Jendela : Merk SES

g. Hak Angin Jendela : Merk SES

h. Hak Angin Pintu : Merk SES

2. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan brosur dan cara pemasangan

minimal dari dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk

disetujui.

Page 71: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

71

3. Kunci dan pegantung pintu dan jendela harus dipasang menurut aturan

pemasangan yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang tercantum pada

brosur yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana.

4. Kunci 2 X putar untuk pintu dipasang dengan ketinggian 100 cm dari

permukaan lantai.

5. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari permukaan

lantai atau 10 cm diatas posisi pemasangan kunci.

6. Engsel pintu harus dipasang minimal 3 engsel untuk satu daun pintu

dengan jarak pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm dari muka lantai

dan jarak pemasangan engsel ke tiga sejarak 40 cm turun dari permukaan

kozen teratas sedangkan engsel kedua adalah pada posisi pertengahan

antara engsel pertama dan ketiga.

7. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun

jendela serta ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan

ventilasi bagian bawah.

8. Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun jendela

yaitu di rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND

Pasal 1 : Material Plafond

1. Material utama plafond adalah Gypsum 9 mm dengan ukuran panel

standard 1200 mm x 2400 mm.

2. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan

harus mempunyai Merk Dagang.

3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

4. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam

keadaan cacat dan rusak.

Pasal 2 : Rangka Plafond

1. Rangka Plafond dari Material Furring, dimensi dan jarak pemasangan

furing tidak boleh lebih dan kurang dari gambar bestek.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan sampel material untuk disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

Page 72: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

72

2. Rangka plafond diperkuat / digantung ke plat lantai yang berhubungan

dengan lantai dan ke rangka atap yang berhubungan dengan atap.

3. Cara pemasangan rangka plafond harus mengikuti pola pemasangan

plafond yang ada dalam Gambar Bestek.

Pasal 3 : Pemasangan Plafond

1. Pemasangan Plafond Gypsum 9 mm dilakukan langsung pada rangka alat

sambung paku sekrup.

2. Pola pemasangan plafond harus sesuai dengan pola plafond dan posisi

pemasangan yang ada dalam Gambar Bestek kecuali ditentukan lain oleh

Konsultan supervisi dengan persetujuan Konsultan Perencana.

3. Alat sambung yang dipakai adalah paku sekrup atau paku tergalvanisasi

dengan panjang minimal paku adalah 1.1/2” (inchi).

4. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing

untuk pekerjaan pemasangan material plafond.

5. Cara pemasangan harus mengikuti denah rangka plafond yang ada dalam

Gambar Bestek.

6. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang

rata dan tidak melendut.

7. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan

pekerjaan instalasi listrik, instalsi AC, instalasi air bersih dan instalasi air

kotor sehingga plafond yang telah dipasang tidak dibongkar kembali.

8. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Listrik, Instalasi AC, Instalasi

Air Bersih dan Instalasi Air Kotor setelah pekerjaan pemasangan plafond

selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

9. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena

alasan-alasan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi tidak boleh

dibongkar sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standardnya

pada posisi penjangkaranya pada rangka plafond.

Page 73: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

73

BAB XIV PEKERJAAN ATAP

Pasal 1 : Referensi

1. Seluruh pekerjaan Rangka kuda – kuda terbuat dari bahan Baja Ringan

menggunakan truss bentuk profil C dengan tinggi 7.5 cm tebal 0.75 lebar

3 cm, bahan dari galvalume.

Pasal 2 : Persyaratan Material

11. Profil baja ringan harus bersih dari karat, tegak lurus dan tidak cacat.

1. Sebelumnya kontraktor pelaksana mengujukan sampel material untuk

disetujui oleh konsultan supervisi / pihak Direksi.

2. Dimensi dan pola rangkain sesuai dengan gambar bestek atau persyaratan

pabrikasi material.

3. Rangka Kuda –Kuda diperkuat ke kolom atau ring balok dengan

menggunakan dinabolt / sesuai dengan persyaratan pabrikasi.

4. Sambungan profil dengan paku ulir.

Pasal 3 : Material Penutup Atap

1. Bahan utama penutup atap Underlayer Asphalt Felt finishing Atap

maraton IKO 20.

2. Ketebalan material atap sesuai dengan katalog pabrik .

3. Pada setiap lembar material atap harus dicantumkan Merk Dagang, Type

Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.

4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh

material penutup atap untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

5. Setiap lembaran material atap yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus

dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung

lapisan aluminium sengnya.

6. Material Atap harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung

digunakan. Material Atapn tidak boleh basah/lembab dan berhubungan

langsung dengan tanah.

Pasal 4 : Warna Material Rabung/Bubungan Dan Penutup Atap

1. Warna Material Rabung/Bubungan dan penutup atap adalah hasil

perwarnaan di Pabrik.

Page 74: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

74

2. Pewarnaan kembali dilokasi pekerjaan akibat adanya material

rabung/bubungan dan atap yang rusak serta terkelupas karena proses

pengakutan kelokasi pekerjaan harus dengan material cat yang

direkomendasikan oleh Pabrik.

3. Jika tidak ditentukan lain oleh Owner dan Konsultan Perencana dalam

masa pelaksanaan konstruksi, maka warna material atap dan

rabung/bubungan baja lapis aluminium seng untuk masing-masing

sekolah ditentukan seperti tabel berikut ini :

Pasal 7 : Pemasangan Atap Dan Rabung/Bubungan

1. Pemasangan Atap dan Rabung/Bubungan harus mengikuti petunjuk-

petunjuk dan cara pemasangan yang dianjurkan oleh Pabrik.

2. Material Atap dan Rabung/Bubungan adalah material yang dipesan

khusus pada Pabrik oleh Kontraktor Pelaksana oleh karena itu tidak

dibenarkan adanya penyambungan-penyambungan material atap dalam

arah panjangnya ketika pemasangan.

3. Material Atap dan Rabung/Bubungan yang telah sekali dipasang dan

kemudian dibongkar karena kesalahan pemasangan dengan alasan

apapun tidak boleh dipergunakan lagi sebagai penutup atap pada tempat

yang lain atau tempat yang sama.

4. Proses pemasangan Atap dan Rabung/Bubungan tidak boleh merusak

material, merusak permukaan cat dan menyebabkan kebocoran pada atap

dan rabung/bubungan.

BAB XV PEKERJAAN CAT

Pasal 1 : Referensi

1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai

berikut :

a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.

b. NI-3 1970

c. NI-4

Pasal 2 : Persyaratan Material

1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari

kualitas terbaik.

2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk

dagang, spesifikasi, dan aturan pakai.

Page 75: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

75

3. Cat yang dipakai adalah dari Merk CATYLAC Standar ICI atau merk

lain yang setara dengannya dengan standar yang sama.

4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal

dari dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.

5. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana

dengan persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.

6. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang

ada dalam Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam

Gambar Bestek maka acuan yang dipakai adalah menurut keputusan

Konsultan Perencana.

7. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam

tabel point 5 yang dilakukan oleh Owner harus disertai keterangan

tertulis dan diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.

8. Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis

adalah kesalahan Kontraktor Pelaksana dan dengan biaya sendiri

Kontraktor Pelaksana harus mengantinya dengan warna cat seperti yang

telah ditentukan dalam tabel point 5, termasuk biaya yang harus

dikeluarkan untuk pengelupasan dan pembersihan apabila pekerjaan

pengecatan telah terlanjur selesai dikerjakan.

Pasal 3 : Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan permukaan dinding pasangan

bata dan beton lama dari cat lama, kotoran dan lumut. Hasil pekerjaan

pembersihan ini harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum

pekerjaan pengecatan dimulai.

b. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata dan permukaan

beton benar-benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.

c. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang

ahli. Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan

Konsultan Supervisi tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan

d. Dinding dan permukaan beton serta GRC Board harus didempul atau

diplamur terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.

e. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata

permukaanya dengan kertas amplas.

Page 76: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

76

f. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain

dalam Bill of Quantity atau Konsultan Supervisi :

a. Cat Tembok Exterior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar,

dan 2 Kali Cat Warna.

b. Cat Tembok Interior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar,

dan 2 Kali Cat Warna.

c. Cat Dinding GRC : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar,

dan 2 Kali Cat Warna.

d. Cat Plafond Dalam : 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.

e. Cat Permukaan Kayu : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1

Kali Cat Dasar dan 2 Kali Cat Warna.

f. Cat Dinding Multiplek : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Dasar dan 2

Kali Vernis Impra

Page 77: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

77

BAB XVI PEKERJAAN LISTRIK

A. PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Pasal 1 : Umum

1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada

klausul lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti

menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul yang ada atau

menghilangkan klausul-klausul tersebut atau bukan berarti

menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.

2. Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu

kesatuan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatau bagia

pekerjaan atau bahan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini

dapat bekerja dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar

perencanaan atau spesifikasi perencanaan saja. Kontraktor Pelaksana

harus tetap melaksanakannya sesuai dengan standard teknis yang berlaku.

Pasal 2 : Gambar-Gambar

1. Gambar-gambar perencana tidak dimaksudkan untuk menunjukkan

semua accessories dan fixture secara terpirinci. Semua baguian diatas

walaupun tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus

disediakan dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana sehingga sistem

dapat bekerja dengan baik.

2. Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari

peralatan instalalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan denan

memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-gambar Arsitektur dan

struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk Kontraktor Pelaksana

dan detail ”finishing” dari proyek.

3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan

gambar-gambar kerja dan detail (Shop drawing) yang harus diajukan

kepada Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop

drawing yang diajukan Kontraktor Pelaksana untuk disetujui Konsultan

Supervisi dianggap bahwa Kontraktor Pelaksana telah mempelajari

situasi dan telah berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.

4. Kontraktor Pelaksana harus membuat catatan-catatan yang cermat dari

penyesuaian-penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-

catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir)

dan lima set lengkap blue print sebagai gambar-gambar sesuai

pelaksanaan (as built drawings). As built drawings harus diserahkan

kepada Konsulatan Supervisi segera setelah pekerjaan selesai 100 %.

Page 78: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

78

Pasal 3 : Koordinasi

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan

ini, harus bekerja sama dengan Kontraktor Pelaksana bidang atau

disiplin lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan

yang satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.

Pasal 4 : Daftar Bahan Dan Contoh

1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor

Pelaksana menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali

apabila ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana

diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan

digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang

didalamnyatercantum nama-nama dan alamat manufacture, katalog dan

keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsulatan

Supervisi . Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan diberikan atas

dasar di atas.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan

dipasang kepada Konsultan Supervisi . Semua biaya yang berkenaan

dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi

tanggungan Kontraktor Pelaksana .

3. Bahan-bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di

dalam spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan barn. Pekerjaan

haruslah dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya masing-

masing.

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala

ukuran/ kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila

terdapat keragu-raguan, Kontraktor Pelaksana , harus segera

menghubungi Konsultan Supervisi untuk berkonsultasi.

5. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang

sebelumnya tidak dikonsultasikan dengan Konsultan Supervisi , apabila

terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi beban tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana . Untuk itu pemeliharaan equipment dan material

harus mendapatkan persetujuan dari Konsulian Supervisi .

Page 79: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

79

Pasal 5 : Commision Dan Testing

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua

testing dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk

memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat

berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan persyaratan yang

berlaku.

2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan

testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana . Hal

ini termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari

sistem ini seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh

Kontraktor Pelaksana .

Pasal 6 : Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya

1. Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-lain yang

disebut dan dipersyaratkan dengan nama dan dipersyaratkan ini, maka

Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan sesuai dengan peralatan/merk

tersebut diatas.

2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-

ketentuan dari Konsultan Supervisi.

Pasal 7 : Perlindungan Pemilik

1. Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor,

Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan

yuridis lainnya.

Pasal 8 : Contoh

1. Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan-bahan/material

yang akan dipasang disini untuk dimintakan persetujuan Konsultan

Supervisi . Semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan

contoh-contoh ini menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.

Pasal 9 : Pengetesan

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan seperti yang

dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap

sistem, yang disaksikan oleh Konsultan Supervisi. Semua tenaga, bahan

dan perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan

tanggungjawab Kontraktor Pelaksana .

Pasal 10 : Pengetesan

1. Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah

dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan

pengetesan dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian

Page 80: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

80

secara keseluruhan dari peralatan-peralatan yang terpasang, dan jika

sudah ditest dan temyata memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan

peralatannya dapat diserahkan kepada pemilik dengan dilampirkan berita

acara test lapangan yang disetujui Konsultan Supervisi.

Pasal 11 : Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan

1. Peralatan-peralatan instalasi harus digaransikan selama satu tahun

terhitung dari penyerahan kedua.

2. Selama masa garansi, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini

diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan- kerusakan dari pada

instalasi yang dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.

3. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi

ini masih harus menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan yang dapat

dihubungi setiap saat.

4. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi

dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan

baik yang ditandata- ngani bersama oleh instalatur yang melaksanakan

pekerjaan tersebut dan Konsultan Supervisi lapangan serta dilampirkan

sertifikat pengujian yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang

berwenang.

5. Jika pada masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi

tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran atas perbaikan,

penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka Konsultan

Supervisi lapangan berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan

tersebut pada pihak lain atas biaya dari Kontraktor Pelaksana yang

melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut.

6. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor Pelaksana

harus mengadakan semacam pendidikan dan latihan selama periode

tersebut kepada 3 (tiga) orang calon operator untuk setiap pekerjaan yang

ditunjuk oleh pemberi tugas (customer).

7. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap dengan 5

(lima) set operating maintenance and repair manual books, sehingga para

petugas/operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan.

Page 81: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

81

Pasal 12 : Laporan

b. Laporan Harian

Kontraktor Pelaksana wajib membuat "Laporan Harian" dan

"Laporan Mingguan" yang memberikan gambaran dari kegiatan-

kegiatan yang dilakukan di lapangan secara jelas. Laporan tersebut

dibuat dalam rangka 3 (tiga) meliputi:

1. Kegiatan Fisik.

2. Catalan dan perintah Konsultan Supervisi yang disampaikan baik

secara lisan maupun tertulis.

3. Hal-hal yang menyangkut masalah :

- Material (masuk/ditolak)

- Jumlah tenaga kerja

- Keadaan cuaca

- Pekerjaan tambah / kurang.

Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan

tersebut berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu

dan rencana pekerjaan minggu depan. Laporan ini harus

ditandatangani oleh Manager Proyek dan diserahkan pada Konsultan

Supervisi untuk diketahui/disetujui.

c. Laporan Pengetesan

Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Supervisi dalam

rangkap 5 (lima) mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Hasil pengetesan kabel-kabel (meger dan pemberian tegangan).

2. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.

3. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.

Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan

oleh Konsultan Supervisi pekerjaan ini.

Pasal 13 : Penanggung Jawab Pelaksana

1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana

harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang

ahli dan berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site,

yang bertindak selaku wakil dari Kontraktor Pelaksana dan

mempunyai kemampuan memberikan keputusan teknis, dan

bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi-instmksi

dari Konsultan Supervisi.

2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama

jam kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada

Page 82: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

82

pada saat yang dikehendaki ohh Konsultan Supervisi petunjuk, dan

perintah pengawas di dalam pelaksanaan harus disampaikan langsung

kepada pihak Pembomg melalui penanggung jawab Kontraktor

Pelaksana.

Pasal 14 : Perubahan , Penambahan Dan Pengurangan Pekerjaan

1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar

rencana yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus

dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Konsultan Supervisi.

2. Dalam merubah gambar rencana lersebut, Kontraktor Pelaksana harus

menyerahkan gambar perubahan yang dimaksud Konsultan Supervisi

pengawas lapangan dalam rangkap lima untuk disetujui.

3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain

sebagainya, harus diajukan oleh Kontraktor Pelaksana kepada

Konsultan Supervisi secara tertulis. Perubahan-perubahan material

dan gambar rencana yang mengakibatkan pekerjaan tambah kurang

harus disetujui secara tertulis oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 15 : Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

1. Kontraktor Pelaksana tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang

dilakukan dalam rangka pemasangan instalasi ini maupun

pengembaliannya seperti keadaan semula adalah termasuk pekerjaan

Kontraktor Pelaksana instalasi ini.

2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis

dari Konsultan Supervisi.

3. Pengelasan, pemgeboran dan sebagainya pada konstmksi bangunan

hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan

tertulis dari Konsultan Supervisi.

Pasal 16 : Pekerjaan Listrik

1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh

sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja

dengan sempuma dan aman.

2. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat

penyerahan pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi

pekerjaan tersebut sudah dapat dipergunakan pemilik.

Page 83: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

83

Pasal 17 : Pemeriksaan Routines

1. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan

pemeliharaan dan pemeriksaan routine.

2. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus

dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.

B. PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL

Pasal 1 : Umum

1. Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan,

peralatan dan tenaga kerja, pemasangan , pengujian perbaikan selama

masa pemeliharaan dan training bagi calon operator, sehingga seluruh

sistem elektrikal dapat beroperasi dengan baik dan benar.

Pasal 2 : Lingkup Pekerjaan

a. Lingkup pekerjaan sistem elektrikal :

1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel

utama dari panel distribusi menuju ke ruang panel disetiap lantai,

lengkap dengan seluruh instalasinya termasuk armature, saklar

dan stop kontak.

2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan

ukuran kabel tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.

3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel

tegangan rendah dan panel kapasitor sesuai dengan gambar

rencana.

4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:

a. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan

jenis lampu sesuai gambar rencana.

b. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa,

stop kontak daya dan stop kontak khusus.

c. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch

dan saklar tukar.

d. Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder, cable tray

dan cable trunking.

e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi

pelindung kabel serta berbagai accessories lainnya seperti :

box untuk saklar dan stop kontak, junction box, fleksibel

conduit, bends/elbows, socket dan lain-lain.

f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi

penerangan dan stop kontak.

Page 84: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

84

5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)

a. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap

dengan tiang, pondasi, armature dan accessories lainnya.

b. Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan

tiang, pondasi, armature dan accessories lainnya.

c. Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan

tiang armature dan accessories lainnya.

d. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap

dengan conduit, pelindung kabel dan accessories lainnya.

6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan

lengkap dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan

accessories lainnya.

7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal

petir lengkap dengan accessories lainnya.

8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang

sistem ini agar dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan

bak kontrol, kabel rack, support equipment dan accessories

lainnya.

Pasal 2 : Koordinasi

1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana

untuk menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari

peralatan-peralatan, dan sambungan-sambungannya. Kontraktor

Pelaksana harus melengkapi dan memasang selumh peralatan-

peralatan bantu yang dibutuhkan.

2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang

posisi dari peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain.

Kontraktor Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan yang

diperlukan yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa

tambahan-tambahan biaya.

3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan

pada gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.

Pasal 3 : Standar-Standar

Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang

berlaku :

a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.

b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan

Instalasi Listrik (PIL) dan tentang Syarat-syarat Penyambungan

Page 85: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

85

Listrik (SPL).

c. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia

(SNI).

d. Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.

e. Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard

penerangan buatan.

f. Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.

g. Standard negara lain yang berlaku di Indonesia seperti : IEC, VDE,

DIN, NEMA, JIS, NFPA, dan lain-lain.

Pasal 4 : Pekerjaan Terkait

Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini

adalah :

a. Penerangan dan stop kontak

b. Sistem Pembumian

c. Daftar merk/produk material

Pasal 5 : Gambar-Gambar Kerja Dan Petunjuk Instalasi

a. Kontraktor Pelaksana harus mengirimkan, sebelum instalasi di pasang

hal-hal sebagai berikut :

1. Gambar kerja (Shop Drawing) yang menunjukkan secara detail

tentang pemasangan (instalasi) peralatan-peralatan serta

hubungan-hubungannya dengan pekerjaan lain.

2. Gambar-gambar kerja yang menunjukkan posisi-posisi elevasi,

pengkabelan serta detail-detail pemasangan peralatan pada

posisinya atau pada mangannya.

3. Prosedur pemasangan yang disarankan oleh pabrik pembuat

peralatan.

4. Brosur-brosur/katalog yang lengkap tentang ukuran-ukuran

peralatan (mesin-mesin) berat, cara-cara pemasangan dan

persyaratannya, serta wiring diagram dari peralatan-peralatan

utama.

b. Kontraktor Pelaksana juga diharuskan membuat gambar kerja pada

bagian-bagian tertentu yang dianggap perlu dan ditunjukkan oleh

Konsultan Supervisi.

Pasal 6 : Gambar Instalasi Terpasang Dan Petunjuk Operasi

1. Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat dan menyerahkan

gambar- gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) yang telah

disetujui Konsultan Supervisi, kepada Pemberi tugas sebanyak 3 set

yang terdiri dari 1 set transparent dan 2 set cetak bim. Bila pekerjaan

telah selesai dan paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima

pertama.

Page 86: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

86

2. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan 3 set buku yang berisi

petunjuk operasi dan perawatan dari selumh instalasi, dan peralatan

kepada Pemberi tugas paling lambat 30 hari kalender setelah serah

terima pertama.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk mendidik operator

yang ditunjuk Pemberi tugas, sampai yang bersangkutan terbukti

sanggup menjalankan/ mengoperasikan seluruh sistem dengan baik.

Pasal 7 : Masa Pemeliharaan Dan Garansi

1. Setelah serah terima kedua Kontraktor Pelaksana/Supplier harus

memberikan garansi terhadap peralatan-peralatan yang dipasang serta

mengadakan service / pemeliharaan selama masa yang ditentukan

yaitu:

a. Garansi selama 1 tahun

b. Pemeliharaan selama 6 bulan.

2. Selama masa pemeliharaan Kontraktor Pelaksana diwajibkan :

a. Menyelesaikan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan

pekerjaan.

b. Memelihara dan merawat peralatan yang dipasang secara berkala

sesuai dengan persyaratan pabrik.

c. Melatih operator yang ditugaskan oleh Pemberi Tugas, sehingga

petugas tersebut mahir dalam menjalankan dan merawat

peralatan-peralatan yang dipasang.

Pasal 8 : Pendidikan Dan Latihan

1. Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi

dan perawatan lengkap dengan 3 copy operating/maintenance dan

repair manual, segala sesuatunya atas biaya Kontraktor Pelaksana.

Pasal 9 : Persyaratan Bahan Dan Material

a. Umum

1. Semua material yang disupply dan dipasang oleh Kontraktor

Pelaksana harus baru dan material tersebut harus cocok untuk

dipasang di daerah tropis.

2. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan

dari produksi yang terbaru. Untuk material-material yang disebut

dibawah ini, maka Pemilik harus menjamin bahwa barang

tersebut adalah baik dan baru dengan jalan menunjukkan surat

order pengiriman dari dealer/agen/pabrik.

a. Peralatan panel : switch, circuit breaker, meter dan

kontaktor serta relay protection.

Page 87: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

87

b. Peralatan lampu : Armature, bola lampu, ballast, dan

kapasitor.

c. Peralatan instalasi : Stop kontak, saklar, junction box, dan

lain-lain.

d. Kabel.

b. Daftar Material

1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor

Pelaksana wajib mengisi daftar material yang menyebutkan :

merk, type, kelas lengkap dengan brosur/katalog yang

dilampirkan pada waktu tender.

2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen

yang berupa barang-barang produksi.

c. Penyebutan Merk/Produk Pabrik

1. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan

beberapa merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari

material atau komponen tertentu terutama untuk material-material

Listrik utama, maka Kontraktor Pelaksana wajib melakukan

didalam penawarannya material yang dalam taraf mutu/pabrik

yang disebutkan itu.

2. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material

yang disebutkan pada tabel material tidak dapat diadakan oleh

Kontraktor Pelaksana, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang

kuat dan dapat diterima Owner, Konsultan Supervisi dan

Perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk/type dengan

suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor Pelaksana.

d. Daftar Merk/Produk Material

1. Panel TR : EGA, TSA, Simetri, Sier, Guna Era, Altrak.

2. -Kabel TR : Kabel indo, Kabel Metal, Supreme, IKI

Sumindo.

-Kabel TR-FRC : Radox, Kabel Metal Eicuflamex, Pyrotenax,

Sumitomo, Fuji, Nelson, Pirelli.

3. Capasitor Bank : Nokia, Merlin Gerin, ABB, Siemens, AEG,

Lifasa.

4. Komponen Panel Tegangan Rendah :

a. ACB, MCCB, MCB : ABB, Siemens, Merlin Gerin, AEG,

itsubishi.

Page 88: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

88

b. Diazed Fuse : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

c. Trafo Arus : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, SEG,

MG.

d. Peralatan Meter :

- Volmeter : AEG, Siemens, ABB,

Mitsubishi, MG.

- Ampermeter : AEG, Siemens, ABB,

Mitsubishi, MG.

- CosQ-meter : AEG, Siemens, ABB,

Mitsubishi, MG.

- Frekwensi Meter : AEG, Siemens, ABB,

Mitsubishi, MG.

- Relay-relay pengaman : Telemecanique, Omron,

Siemens, AEG, SEG.

e. Timer switch dilengkapi back-up power battery atau spring

kapasitas min. 72 hours : Legrand, Siemens, Theben.

f. Peralatan Accessories : Ex Eropa, Japan.

g. Surge arrester/Lightning Arrester : OBO Better-man, Dehn.

5. Komponen Lampu :

a. Tube lamp : Phillips, General Electric (GE), Osram,

National.

b. Lampu Taman : Phillips, General Electric (GE), Osram,

National.

c. Lampu Mercury : Phillips, General Electric (GE), Osram,

National

d. Capacitor : Phillips, Notocon, National, Siemens,

Bosch.

e. Ballast Type Low Loss : Phillips, ATCO (Low Loss).

f. Fitting : Phillips, BJB, Vosloh.

g. Starter : Phillips, BJB, Vosloh.

6. Stop Kontak/Switch : MK,Clipsal, Legrand, ABB, Berker,

National.

7. Saklar : Nasional

8. Conduit Instalasi : EGA, Clipsal.

9. Armature Lampu TL : Phillips, Artolite, Spectra,

Siemens, Lucolite.

10. Armature Lampu Down Light : Artolite, Lucolite, Siemens,

Spectra.

Page 89: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

89

11. Lampu Exit Battery : Menvier, PNE, Maxspid.

12. Lampu Emergency + Battery : Menvier, PNE, Maxspid.

13. Rak Kabel : Nobi, Dhemar, Three stars,

Interack, Metosu.

14. Grounding System : Cadweld, Poly Phase, Term

oweld, Ex-Local dengan

conductivity Cu > 99,9.

15. Fire Resistance kabel : Radox, Eicuflamex, Wilson,

Fuji, Pirelli.

C. PANEL TEGANGAN RENDAH

Pasal 1 : Persyaratan Bahan Dan Material

1. Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan,

pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, ijin-ijin, tenaga

teknisi dan tenaga ahli.

2. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam

gambar dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan

lainnya.

Pasal 2 : Persyaratan Bahan Dan Material

1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen

yang harus ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel

yang dimaksud untuk beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat,

50 Hz dan Solidly Grounded dan harus dibuat mengikuti standard

IEC, VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya.

2. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal

enclosed), free standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap

dengan semua komponen-komponen yang ada :

a. Panel Genset

b. LVMDP

c. LV-SDP

3. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal

enclosed). Wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use)

lengkap dengan semua komponen-komponen yang ada :

a. Panel-panel pencahayaan dan stop kontak

b. Panel-panel daya plumbing

c. Panel-panel daya air conditioning

d. Panel-panel lain.

Page 90: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

90

4. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal

enclosed} untuk pasangan luar (Outdoor Use) lengkap dengan semua

komponen-komponen yang ada :

a. LP-OL (semua yang tercantum dalam gambar rencana).

5. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini,

tetapi tercantum dalam mgambar rencana.

Pasal 3 : Karakteristik Panel

a. Tegangan kerja : 400 volt

b. Tegangan uji : 3.000 volt

c. Tegangan uji impulse : 20.000 volt

d. Frekwensi : 50 Hz

Pasal 4 : Konstruksi Panel

1. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman

oleh petugas, misalnya seperti pengoperasian sakelar daya (MCCB),

pemutus tenaga (CB), pemasangan kembali indikator-indikator,

pengecekan tegangan, pengecekan gangguan dan sebagainya.

2. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang

digunakan untuk pemasangan peralatan-peralatan atau

penyambungan-penyambungan. Setiap lemari hanya dapat dibuka

bila semua peralatan bertegangan dalam lemari tersebut telah off

/mati.

3. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interiock

harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi

kecelakaan akibat kesalahan-kesalahan operasi yang dibuat oleh

petugas.

4. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm

dan diberi penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standard,

sehingga dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan

masing-masing terpisah satu sama lain dengan alat pemisah.

5. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut :

a. Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang

dapat dilepaskan dengan baut setelah switchgear dimatikan.

b. Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka,

yang dihubungkan dengan sebuah handel pembuka peralatan

sedemikian rupa, sehingga hanya dapat dibuka bila bagian dalam

ruangan tersebut telah off/mati.

Page 91: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

91

c. Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus

disesuaikan ketinggiannya.

6. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut:

a. Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium

b. Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah

pengelasan, kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap

karat dengan cara galvanisasi atau "Chromium Plating" atau

dengan "Zinc Chromate Primer".

c. Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven wama

abu-abu atau wama lain yang disetujui Direksi.

7. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit

Breaker (MCB) dengan breaking capacity minimal 8 -10 KA simetris.

8. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits

Breaker (MCCB) atau No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang

diberikan pada gambar rencana dengan breaking capacity seperti

ditunjukkan dalam gambar rencana.

9. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi

thermal dan instantaneous magnetic unit.Main CB dari setiap panel

harus dilengkapi dengan shunt trip terminals dan kabel control harus

tahan api.

10. Panel/Cubicle harus dilengkapi dengan Relay pengaman terhadap

kesalahan hubungan ketanah (Earth/GroundFoult Relay), dan

kelengkapan Relay pengaman lainnya (Over Current Relay, Over

Voltage Relay dan lain-lain)seperti terdapat pada gambar.

11. Main busbars dalam panel harus dipasang horizontal dibagian

bawah/atas dan mempunyai kemampuan hantar arus kontinu minimal

sebesar 1,5 (satu setengah) kali dari rating ampere frame main

pemutus dayanya.

12. Busbars dari bahan tembaga mumi dengan minimum konduktivitas

99,99 .

Busbars harus dicat sesuai code wama dalam PUIL 2000;

a. Phasa : Merah, kuning, hitam

b. Netral : Biru

c. Ground : Hijau - Kuning.

13. Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun

dengan kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50

Page 92: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

92

HZ dan tahan bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula

dapat menutup dengan sempuma pada 85 tegangan nominal.

Magnetic Contactor harus dari Telemekanik dan yang setaraf.

14. Pemberian Tanda Pengenal

Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal berikut:

a. Fungsi peralatan dalam panel

b. Posisi terbuka atau tertutup

c. Arah putaran dari handel pengontrol dari switch

d. Dan lain-lain.

Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.

15. Pengujian

Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan

sertifikat pengujian yang diakui oleh PLN (LMK):

a. Test kekuatan tegangan impuls

b. Test kenaikan temperatur

c. Test kekuatan hubung singkat

d. Test untuk alat-alat pengaman

e. Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang

dimaksud

f. Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel

g. Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock

h. Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.

D. KABEL DAYA TEGANGAN RENDAH

Pasal 1 : Umum

1. Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam

ukuran dan type yang sesuai dengan gambar rencana

(NYY,NYFGBY,FRC,NYM,NYA,06/1 KV) kabel daya tegangan

rendah ini harus sesuai dengan standard SII atau S.P.L.N.

Pasal 2 : Instalasi Dan Pemasangan Kabel

a. Bahan

1. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus

memenuhi peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/ kawat harus

baru dan harus jelas ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya,

nomor dan jenis pintalannya.

2. Semua kawat dengan panampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat

secara disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel

dengan penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian

remote control.

Page 93: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

93

3. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type :

a. Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan conduit

Hight Impact PCV.

b. Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, FRC dan penerangan

taman dengan menggunakan kabel NYFGbY.

c. Untuk kabel-kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP

menggunakan kabel jenis NYY.

d. Untuk kabel-kabel dari LVMDP menuju ke panel-panel hydrant,

pressurization fan, panel lift menggunakan kabel jenis FRC.

e. Untuk FRC digunakan merk : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji,

Pirelli.Pyrotenax.

4. Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan (tembok, jalan,

beton, ail) harus berada di dalam conduit Galvanis yang disesuaikan

dengan ukurannya.

b. "Splice" / Pencabangan

1. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan-

sambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada

outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai (accessible).

2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis

dan harus teguh secara electric, dengan cara-cara "Solderless

Connector". Jenis kabel tekanan, jenis compression atau soldered.

3. Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada

konductor-konduktor dengan baik, sehingga semua konductor

tersambung, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak

bisa lepas oleh getaran.

4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun

tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari

temaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC,

yang diametemya disesuaikan dengan diameter kabel.

c. Bahan Isolasi

1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti

karet, PVC, asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan

lain-lain harus dari type yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi

voltage dan lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang

disetujui menurut anjuran perwakilan Pemerintah dan atau

Manufacturer.

Page 94: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

94

2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak

penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-

lain). Kontraktor Pelaksana harus memberikan brosur - brosur

mengenai cara- cara penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik

kepada Perencana.

3. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan wama-wama atau nama-

namanya masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan

isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil

pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Supervisi.

4. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan

penyambungan-penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah

putih dan kuat. Penyambungan-penyambungan harus dan ukuran

yang sesuai.

5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan

pipa PVC / protolen yang khusus untuk listrik.

6. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila periu untuk

menjaga nilai isolasi tertentu.

7. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti,

misal temperatur-temperatur pengecoran dan semua lobang-lobang

udara harus dibuka selama pengecoran.

8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka

harus dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm, minimal 2,5

mm.

d. Saluran Penghantar dalam Bangunan

1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling

gantung, saluran penghantar (conduit) ditanam dalam beton.

2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling

gantung saluran penghantar (conduit) dipasang diatas kabel tray dan

diletakkan di atas ceiling dengan tidak membebani ceiling.

3. Untuk instalasi saluran penghantar diuar bangunan, dipergunakan

saluaran beton, kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa

galvanized dengan diameter sesuai standansasi. Saluran beton

dilengkapi dengan hand-hole untuk belokan-belokan.

Page 95: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

95

4. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit

minimum 5/8" diametemya. Setiap pencabangan ataupun

pengambilan keluar harus menggunakan junction box yang sesuai dan

sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan terminal strip di

dalam junction box.

5. Junction box yang terlihat dipakai junction box ex. Jerman Eropa,

tutup blank plate stainless steel, type "star point".

6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus

dilengkapi dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah

tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang

berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m harus

dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa harus diklem ke bangunan

pada setiap jarak 50 cm.

e. Pemasangan Kabel dalam Tanah

1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.

2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan

batas merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.

3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi

pipa Galvanized.

4. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa

galvanized atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW,

kabel harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan

lain-lain.

5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus

bersih dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti :

batu, abu, kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian

(lubang) dilapisi dengan pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel

diletakkan, diatasnya diberi bata dan akhimya ditutup dengan tanah

urug.

6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara

langsung, harus mempergunakan peralatan khusus untuk

penyambungan kabel dalam tanah.

7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang

jelas pada jalur-jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan

didalam pengoperasian, pengurutan kabel dan menghindari

kecelakaan akibat tergali/tercangkul.

Page 96: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

96

Pasal 3 : Pengujian Testing

1. Factory Test

a. Pengetesan Individuil

Pengetesan mi dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari

pengetesan sebagai berikut:

- Pengetesan ukuran tahanan hantaran

- Pengetesan dielektrik

- Pengukuran loss factor

b. Pengetesan Khusus

Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan

dipakai. Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut:

- Test tegangan impuls

- Mekanikal test

- Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature

- Pengetesan dielektrik

- Pengetesan perambatan (Creep Test)

2. Site Test

1. Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam,

penyambungan-penyambungan dan pemasangan kotak akhir,

maka dilakukan pengetesan dielektrik/insulation test.

2. Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus

jelas dan tidak dapat dihapus.

E. PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK

Pasal 1 : Lampu Dan Armaturenya

1. Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang dimaksudkan,

seperti yang dilukiskan dalam gambar-gambar elektrikal.

a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan

(grounding).

b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus

dikompensasi dengan "power factor correction capasitor" yang

cukup kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari

diffuser itu sendiri.

c. Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan

tertentu, sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat

tinggi.

d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block

Page 97: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

97

harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas

yang ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan

umur teknis komponen lampu itu sendiri.

e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempuma. Kabel-

kabel dalam box harus diberikan saluran atau klem-klemn

tersendiri, sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor.

f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar

tahan karat, kemudian di finish dengan cat akhir dengan oven

wama putih.

g. Box terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan brass

insert harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta

cover dari clear polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia,

maupun gas kimia.

h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface

Mounted harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.

i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula

dipergunakan single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu

fluorescent).

j. Untuk lampu TL yang di-dimmer, ballast harus dari jenis "High-

Frequency Electronic light regulating ballast", yang dapat men-

dimmer lampu-lampu fluorescent TL, dan harus pula

dipergunakan single electronic ballast (satu elektronik ballast

untuk satu lampu fluorescent).

k. Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan

lain-lain. Dengan jenis wama lampu 54 cool day light, sedangkan

untuk area kolam ikan dengan jenis wama lampu 33.

l. Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana

dudukan hrrus dari bahan aluminium silicon aloy atau dari

moulded plastic. Diffuser harus dari bahan gelas susu atau satin

etached opal plastic. Armatur down ligh tersebut harus tahan

terhadap bahan kimia maupun gas kimia.

m. Konstruksi armatur Down Light harus kuat untuk dipasang

dengan lampu HPL-N 250 W maupun PL-9 W/SL-18 W.

Page 98: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

98

n. Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon

untuk mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada

dudukan ulir, tidak boleh dengan memakai paku sekrup.

o. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana

dan desain Arsitek.

Pasal 2 : Kotak Kontak Biasa

1. Kotak kontak dinding yangdipakai adalah Kotak kontak satu phasa,

Rating 250 Volt, 13 Ampere, untuk pemasangan di dinding.

2. Kotak kontak 1 (satu) phasa dilengkapi dengan saklar dan pilot lamp

untuk pemasangan rata dengan dinding dengan rating 250 volt, 13

Ampere.

3. Bahan dari Cover Plate.

4. Kotak kontak yang dipakai adalah Kotak kontak satu phasa untuk

pemasangan rata dinding dengan ketinggian 30 cm/80 cm di atas

lantai dan harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.

Harus di pasang mengikuti item e.

Pasal 3 : Kotak Kontak Khusus

1. Kotak kontak khusus yang dipakai adalah Kotak kontak tiga phasa

dan harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan . Rating

3 Phasa, 415 Volt, 16 A, 32 A dan 63 A yang dilengkapi MCB dan

switch.

Pasal 4 : Saklar Dinding

1. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker,

dengan rating 250 Volt 10 ampere dari tipe single gang, double gangs

atau multiple gangs (grid switches), saklar hotel single gang atau

double gangs dipasang dengan ketinggian 1,20 m atau ditentukan

lain.

Pasal 5 : Isolating Switches

1. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi

dengan indicating lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi

dari rating MCB / MCCB pada feeder di panelnya. Rating tegangan

adalah untuk 1 fasa 250 Volt, fasa 415 Volt.

2. Switches harus dipasang pada box mengikuti item g.

Pasal 6 : Box Untuk Saklar Dan Kotak Kontak

1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman

tidak kurang dari 35 mm.

2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau

Kotak kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut,

Page 99: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

99

pemasangan dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.

Pasal 7 : Kabel Instalasi

1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak

harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih

(NYA, NYM, NYY).

2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode

wama insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai

berikut:

a. Fasa R : merah

b. Fasa S : kuning

c. Fasa T : hitam

d. Netral : biru

e. Grounding : hijau/kuning

Pasal 8 : Pipa Instalasi Pelindung Kabel

a. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC

kelas AW atau GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan

accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu tidak

kurang dari diameter 19 - 25 mm.

b. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak

sambung Qunction box) dan armature lampu.

c. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak kontak dengan

pipa PVC khusus untuk power high impact conduit-heavy gange,

minimum diameter 19 - 25 mm.

d. Seluruh instalasi rigid conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar

saddle, adaptor female and male thread, male and female bushe,

locknut dan perlengkapan lainnya.

e. Conduite khusus harus harus digunakan type Explosion Proof, Class

IP - 65.

Pasal 9 : Rak Kabel

1. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis

cable ladder yang terbuat dari plat Mild Steel dengan finishing Hot

Dip Galvanis dilapisi oleh Zink Eromate harus tahan terhadap bahan

kimia dan gas kimia.

Pasal 10 : Testing / Pengujian

1. Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas lapangan yang

disahkan oleh lembaga yang berwenang pengujian meliputi :

a. Test ketahanan isolasi

b. Test kekuatan tegangan impuls

c. Test kenaikan temperatur

d. Continuity test.

Page 100: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

100

F. SISTEM PEMBUMIAN

Pasal 1 : Power House Building

1. Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan harus diketanahkan

secara baik, dengan cara menghubungkannya kepada rel/copper plate

pembumian yang telah tersedia di power house yaitu semua frame

besi, pintu besi, tangki minyak, panel-panel, housing generator,

housing transfbrmator, housing dari peralatan metal lainnya.

2. Hubungan antara bagian yang tetap dan yang bergerak (pintu-pintu)

dilakukan dengan pita tembaga fleksibel, yang harus dilindungi dari

gangguan mekanis.

3. Semua sambungan-sambungan pada sistem pentanahan harus

dilakukan dengan baut dari campuran tembaga. Electroda pembumian

terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan harus ditanam minimal

sedalam 6 m , sehingga dapat dicapai tahanan pembumian maksimal

2 Ohm.

Pasal 2 : Gedung – Gedung Lainya

1. Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan metal (panel-panel,

housing peralatan, cable rack, pintu-pintu besi, tangki-tangki dan

lain-lain) harus dihubungkan pada elektroda pembumian baik secara

terpadu atau secara terpisah (individual).

2. Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan

harus ditanam minimal sedalam 6 m , sehingga dapat dicapai tahanan

pembumian maksimal 2 Ohm.

3. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat

hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standard-

standard yang berlaku dalam PUIL 2000.

4. Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut:

Penampang Konduktor

daya yang digunakan

(mm2)

Penampang Konduktor

pembumian

(mm2)

< = 10 mm2

16 mm2

35 mm2

70 mm2

120 mm2

> = 150 mm2

6 mm2

10 mm2

16 mm2

50 mm2

70 mm2

95 mm2

Page 101: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

101

G. GENERATOR SET ( Jika Ada )

Pasal 1 : Persyaratan Material

1. Material utama pada pekerjaan ini adalah Generator Set Kapasitas

7000 Watt Merk Mitsubishi atau merk lain yang setara denganya.

2. Generator Set dari bahan bakar premium (bensin) yang dapat

dihidupkan dengan cara Starter.

3. Generator Set dilengkapi dengan kaki beroda sehingga mudah

dipindahkan kemana saja ( Multi Stage ).

4. Kontraktor harus memberikan brosur yang menjelaskan cara

pemakaian dan spesifikasi Generator Set untuk dua merk yang

berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.

5. Generator Set harus disimpan atau diletakan pada bangunan Pos Jaga

atau tempat lain yang aman dan terlindung dari panas dan hujan.

H. INSTALASI ANTI PETIR ( Jika Ada )

Pasal 1 : Spesifikasi

1. Material yang dipakai adalah Penangkal Petir Konvensional (Tongkat

Franklin).

2. Ujung tongkat penangkap petir dipasang dalam jarak minimal 5 m atau

sesuai dengan Gambar Bestek.

3. Dipasang 2 buah spitzen pada atap bangunan dengan saluran turun

kebawah (down conductor) menggunakan kabel BC 50 mm2.

4. Saluran untuk down conductor dipasang pada klem penyangga seperti

gambar rancangan pelaksanaan dengan jarak klem 50 cm antara satu

dengan yang lain.

5. Kabel konduktor yang turun melalui ruang dimana terdapat aktifitas

manusia harus dilindungi dengan pembungkus pipa PVC diameter 1” dan

diklem sendiri pada pipa pelindung tersebut agar tidak membebani kabel

down konduktor.

6. Pada tempat dimana dipasang pipa pertanahan (ground rod) ditancapkan,

harus dibuatkan bak control dengan ukuran sesuai dengan rancangan

Kontraktor Pelaksana, bak control harus dibuat diluar lantai bangunan.

7. Saluran BC dari bak control ke tepi bangunan harus dilindungi dengan

pipa galvanis diameter ¾”, bak control tersebut harus diberi tutup.

Page 102: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

102

8. Saluran BC yang dipasang vertikal pada tembok bagian tepi luar

bangunan harus dilindungi dengan pipa PVC 1” setinggi 2,50 meter dari

lantai.

9. Saluran BC untuk down conductor ditarik sepanjang kolom beton

bangunan dengan cara ditanam pada plesteran beton dengan dilindungi

pipa PVC AW 1”, saluran ini tidak boleh ada sambungan dalam pipa.

10. Saluran BC untuk seluruh system pertanahan ini tidak diperbolehkan ada

sambungan pada tempat yang tidak semestinya.

11. Electroda tanah menggunakan elektroda pipa dengan pipa galvanis 1/1/2”

dengan kawat BC 50 mm2 minimal sedalam 6 m atau harus mencapai

titik air.

12. Besarnya tahanan sebar elektroda tanah tersebut tidak boleh lebih dari 2

Ohm.

BAB XVII PEKERJAAN MEKANIKAL

A. PEKERJAAN PLUMBING

Pasal 1 : Umum

a. Lingkup Pekerjaan

1. Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan untuk pelaksanaan pekerjaan ,

sebagaimana yang ditunjukan pad Gambar Bestek yang terdiri dari,

tetapi tidak terbatas pada :

3. Pengadaan dan pemasangan pompa-pompa air bersih.

4. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih, air kotor,

limbah kimia, dan air bekas sesuai Gambar Bestek dan spesifikasi,

termasuk penyambungan pipa PDAM dari meter air ke Ground Water

Resevoir.

5. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi seluruh

peralatan Plumbing.

6. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plumbing yang

terpasang kecuali sanitary.

7. Mengadakan masa pemeliharaan selama waktu yang ditentukan oleh

Owner.

Page 103: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

103

8. Pembuatan Shop Drawing bagi instalasi yang akan dipasang dan

pembuatan As Built Drawing bagi instalasi yang telah terpasang.

b. Koordinasi

1. Adalah bukan tujuan dari spesifikasi ini, ataupun gambar rencana

untuk menunjukan secara detail berbagai item pekerjaan dari

peralatan-peralatan dan penyambungan-penyambungan.

1. Gambar-gambar rencana menunjukan tata letak secara umum dari

peralatan, pemipaan cabinet dan lain-lain.

3. Kontraktor Pelaksana harus memodifikasi tata letak tersebut

sebagaimana yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemasangan-

pemasangan yang sempurna sesuai dengan rencana pekerjaan Arsitek

dari peralatanp-peralatan tersebut. Modifikasi yang dibuat oleh

Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tapi tidak

ditunjukan dalam Gambar Bestek atau sebaliknya, harus dilengkapi

dan dipasang seperti pekerjaan lain yang disebut oleh spesifikasi

teknis dan ditunjukan dalam Gambar Bestek.

c. Kualifikasi Pekerjaan

1. Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan ini harus dilakukan

oleh pekerja dan supervisor yang benar-benar ahli dan

berpengalaman.

i. Konsultan Supervisi dapat menolak atau menunda pelaksanaan suatu

pekerjaan, bila dinilai bahwa Kontraktor Pelaksana tersebut tidak

trampil/tidak berpengalaman.

d. Pengajuan -Pengajuan

Pada saat pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus

mengajukan:

1. Material list dari seluruh item peralatan yang akan dipasang.

2. Shop Drawing yang menunjukan secara detail pekerjaan-

pekerjaan/pemasangan peralatan dan pemipaan, penyambungan

dengan pekerjaan-pekerjaan lain atau pekerjaan-pekerjaan yang sulit

dilaksanakan. Ataupun perubahan-perubahan atau modifikasi yang

diusulkan terhadap Gambar Bestek.

Page 104: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

104

3. Prosedur pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik (jika ada) dari

peralatan-peralatan yang akan dipasang.

4. Contoh-contoh material (brosur-brosur untuk peralatan-peralatan

yang besar) dari material/peralatan yang akan dipasang.

e. Review

1. Konsultan supervisi akan memeriksa (mereview) pengajuan-

pengajuan dari pemborong dan memberi komentar atas hal itu.

2. Kontraktor Pelaksana harus memodifikasi/merevisi pengajuan sesuai

dengan komentar, sampai didapat persetujuan dari Konsultan

Supervisi.

f. Standard dan Code

Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek, maka pada pekerjaan ini

berlaku peraturan-peraturan sebagaio berikut :

2. Peraturan pemadam kebakaran.

3. Ketentuan Pencegahan dan Penangulangan kebakaran pada Bangunan

Gedung Departemen PU.

4. National Fire Protection association (NFPA) 13 dan 14

5. Pedoman Plumbing Indonesia.

h. Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi

1. Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan setelah serah terima

pertama Kontraktor Pelaksana wajib menyerahkan gambar-gambar

instalasi terpasang sebanyak 3 set cetak biru dan 1 set transparent,

serta 1 set CD.

2. Pemborong juga berkewajiban untuk menyerahkan 3 set petunjuk

operasi dan maintenance dari system yang dipasang dalam bentuk

buku dan CD.

i. Bagian Yang berhubungan

Bagian yang berhubungan dengan pekerjaan ini adalah Pemipaan

Page 105: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

105

Pasal 2 : System

a. Air Bersih

1. Air bersih yang didapatkan dari PDAM, Sumur Bor atau Sumur

Dangkal disedot dengan Pompa Air dan ditampung pada suatu

Resevoir Atas dari bahan Fiber Glass Kapsitas 1000 – 2000 Liter

pada Water Tower.

2. Dari Resevoir Atas, air bersih ini dengan menggunakan gaya

Gravitasi didistribusikan langsung ke Kran dan Bak Tampungan Air

yang ada di Toilet dan kamar mandi.

b. Air Bekas/Air Kotor

1. Pada dasarnya air buangan yang bersal dari toilet seperti floor drain,

lavatory (air bekas) dipisah dengan air kotor yang berasal dari WC

dan Urinoir (air kotor). Untuk keperluan ini digunakan 2 (dua) pipa

datar dan 2 (dua) untuk air. Air buangan dialirkan ke saluran luar, air

kotor padat dialirkan ke Septictank.

d. Air Untuk Fire Hydrant (Jika Ada)

1. Air untuk Fire Hydrant berasal dari Resevoir Bawah yang dialirkan

dengan memakai Tenaga Jet Pump atau pompa khusus pemadam

kebakaran ke Instalasi pipa Fire Hydrant dari pipa besi galvanis

ukuran diameter 3”.

2. Fire Hydrant sendiri adalah dari jenis Hydrandt Box dari merk Fujica

atau yang setara dengannya dan disertai brosur dan spesifikasi teknis

yang dikeluarkan pabrik.

e. Air Hujan

1. Air hujan yang berasal dari talang-talang gantung disalurkan dengan

pipa-pipa Galvanis diameter 3” ke Ground Resevoir . Air hujan yang

ke saluran sekeliling bangunan disalurankan kesaluran-saluran utama

yang berada pada pinggir Site atau jalan raya.

Pasal 3 : Garansi

1. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas pencegahan

bahan/peralatan untuk instalasi ini dari pencurian atau kerusakan.

Bahan/peralatan yang hilang atau rusak harus diganti oleh pemborong

tanpa biaya tambahan.

2. Kontraktor Pelaksana harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam

bidangnya (skill Labour) agar dapat memberikan hasil kerja terbaik dan

rapi. Sebelum suatu pipa tertutup (oleh dinding, langit-langit dan lain-

Page 106: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

106

lain) harus diuji dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan wakilnya

yang ditunjuk.

3.Kontraktor Pelaksana harus memnberikan garansi tertulis kepada

Konsultan supervisi, bahwa seluruh instalasi penyedian dan distribusi air

bersih, instalasi pemadam kebakaran, instalasi buangan air kotor dan

instalasi limbah kimia akan bekerja dengan memuaskan, dan bahwa

Kontraktor Pelaksana akan menaggung semua biaya atas kerusakan-

kerusakan/pengantian yang perlu selama Jangka Waktu 1 Tahun.

4.Sebelum pemasangan instalasi plumbing, fixture-fixture dan peralatan lain,

Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh barang-barang yang

akan dipasang dan atau brosur-brosurya untuk mendapatkan persetujuan

dari Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Training

1. Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan dan menyelenggarakan latihan

bagi calon operator yang akan mengoperasikan dan memelihara system

air bersih, aitr kotor dan air hujan. Latihan dapat dimulai sejak

pelaksanaan pemasangan instalasinya, atas petunjuk dan persetujuan

Konsultan Supervisi.

Pasal 5 : Buku Petunjuk

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat dan menyerahkan buku petunjuk

(manual), yang meliputi cara pengeoperasian maupun cara pemeliharaan.

Sistem manual tersebut dibuat sebanyak 4 buku + 1 CD.

Pasal 6 : Test Commissioning

1. Seluruh sistem plumbing yang telah terpasang harus dilakukan test

commissioning sebagaimana mestinya supaya sistem berjalan sempurna

dengan yang diharapkan.

2. Biaya test commissioning oleh Kontraktor Pelaksana.

B. PERKERJAAN PEMIPAAN

Pasal 1 : Umum

a. Ruang Lingkup

1. Spesifikasi ini meruapakan persyaratan minimal untuk seluruh pekerjaan

pemipaan pada pekerjaan mekanikal.

Page 107: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

107

b. Standard dan Code

1. Standard dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan ini antara lain

adalah :

- ASTM : American Society of Testing Material.

- ANSI : American National Standard Institute.

- BS : Birmingham Standard.

- JIS : Japan Industrial Standard.

- SII : Standard Industri Indonesia.

Pasal 2 : Persyaratan Material

a. Galvanized Iron Pipe (GIP)

1. Pipa yang dilapisi seng besi ini digunakan untuk :

a. Pipa supply air bersih dan buangan limbah kimia pada pekerjaan

Plumbing

2. Standard ranting yang digunakan adalah :

a. BS 1387 tahun 1967 kelas medium.

b. Poly Vinyl Chloride (PVC)

1. Pipa ini digunakan untuk :

a. Pipa air kotor dari WC dan Urinoir.

b. Pipa air buangan floor drain, lavatory.

c. Pipa drain dari system tata udara.

d. Pipa vent pada plumbing system.

e. Pipa air hujan.

2. standard Ranting yang digunakan.

a. PVC ASTM D2665 kelas 10 kg.

Pasal 3 : Persyaratan pemasangan

a. Pipa GIP

1. Untuk pipa diameter 50 mm (2”) kebawah digunakan sambungan ulir,

sedang pipa dengan diameter 65 mm (2.1/2”) ke atas digunakan

sambungan las atau flauge.

2. Pada penyambungan pipa dengan menngunakan flens perlu

dilengkapi dengan ring type gasket untuk manjamin kekuatan

sambungan dan terhadap kebocoran.

3. Semua pipa baik yang tampak atau yang ditanam diharuskan diberi

lapisan pelindung cat menie. Pipa yang ditanam ditanah diharuskan

dilapisi lagi dengan Bituminuos sheet 2 mm.

Page 108: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

108

4. Khusus untuk pipa yang ditanam dalam tanah perlu memperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

a. Pipa ditanam sedalam 60 cm dari permukaan tanah dan pada

sambungan pipa diberi dudukan dari beton untuk menghindari

lendutan bila terkena beban mekanis.

b. Disekeliling pipa harus diisi dengan pasir dengan ketebalan 15 cm

kemudian diurug dengan tanah & dipadatkan.

5. Untuk pipa yang tidak berada dalam tanah baik yang terikat maupun

tidak, harus diberi lapisan finishing cat dengan warna .

6. Pipa-pipa diharuskan di test terhadap kebocoran. Pengetesan wajib

diketahui dan disetujui Konsultan Supervisi.

7. Pengetesan yang gagal harus diulang dan biaya pengetesan serta

peralatan yang diperlukan di tanggung Kontraktor Pelaksana.

8. Instalasi pipa harus dilengkapi dengan pengantung pipa, support

dengan jarak tertentu dan memenuhi syarat, sebagaimana yang

ditunjukan dalam Gambar Bestek.

9. Kedalaman pipa yang ditanam didalam tanah harus diperhitungkan

terhdap jalur yang memotong jalan. Pipa yang memotong jalan harus

ditanam sampai suatu kedalaman minimla 1,20 m dari permukaan

jalan.

b. Pipa PVC

1. System sambungan yang dipakai adalah :

a. Sambungan lem (perekat) untuk 80 mm (3”) ke bawah.

b. Digunakan sambungan las PVC atau rubber ring joint (dengan

ring dari karet).

c. Galian pipa-pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman,

kemiringan dan elevasi yang tepat.

d. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh

panjang pipa terletak/tertumpu dengan baik.

e. Pipa yang ditanam dalam tanah harus diberi lapisan pasir kurang

lebih 10 cm disekelilingnya. Pasir adalah pasir urug yang bebas dari

batu.

Page 109: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

109

f. Selama pemasangan berkala, Kontraktor Pelaksana harus menutup

(Dop) setiap ujung pipa yang terbuka untuk mencegah masuknya

tanah, debu, kotoran dan lain-lain.

g. Semua sambungan/cabang dari pipa pembuangan air kotor (sanitair)

harus dibuat dengan cabang Y, pipa mendatar untuk air kotor dan

air hujan mempunyai kemiringan minimal 1% dan maksimal 2%.

h. Pipa-pipa pembuangan air hujan dan bangunan disambungkan

kesaluran utama diluar bangunan dengan bak kontrol (junction box)

dari beton.

i. Sleeves untuk mempunyai ukuran yang cukup dengan ketebalan

minimal 0,2 cm dan memberikan kelonggaran kira-kira 1 cm

masing-masing sisi diluar pipa atau joint.

j. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa baja.

k. Semua pipa harus diikatkan/ditetapkan dengan kuat pada

pengantung atau angker yang dipergunakan harus cukup kokoh

(rigid).

l. Pipa-pipa tersebut harus ditumpu untuk menjaga agar tidak berubah

tempatnya, inklinasinya harus tetap, untuk mencegah timbulnya

getaran, dan harus sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan

konstruksi dan expansi pipa oleh perubahan temperatur.

m. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat

diatur (adjustable) dengan jarak antara tidak lebih dari 3 meter.

n. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Konstruksi dari

pengantung untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi. Pegantung

terbuat dari kawat, rantai, strap ataupun perforated strip tidak boleh

digunakan.

o. Pengantung atau penumpu pipa harus disekrupkan (terikat) pada

konstruksi bangunan dengan insert yang dipasang pada waktu

pengecoran beton atau penembokan, atau dengan baut tembok

(Ramset Bolt).

p. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (Clamp atau Collar) U-

Bolt.

Page 110: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

110

q. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya

yang akan tertutup oeh tembok atau bagian bangunan lainnya harus

dilapisi terlebih dahulu dengan cat menie atau cat penahan karat.

Pasal 4 : Pengujian/Pengetesan

a. Pengujian Pipa GIP

1. Pipa GIP diuji dengan tekanan sebesar 1,5 kali tekanan kerja dan

dibiarkan dalam kondisi ini selama paling kurang 12 jam tanpa

mengalami penurunan tekanan. Segala kerusakan akibat pengetesan

ini menjadi beban Kontraktor Pelaksana.

b. Pengujian Pipa PVC

1. Seluruh system pembuangan air harus mempunyai lubang-lubang

yang dapat ditutup (plugged) agar seluruh system tersebut dapat diisi

dengan air sampai lubang “vent” tertinggi.

2. Sistem tersebut harus dapat menahan air yang diisikan seperti

tersebut diatas, minimal selama 1 (satu) jam dan penurunan air

selama waktu tersebut tidak lebih dari 10 cm.

3. Apabila dan pada waktu Konsultan Supervisi menginginkan

pengujian lain disamping pengujian diatas, Kontraktor Pelaksana

harus melakukan dan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

c. Pipa Copper (tembaga)

1. Pipa tembaga harus di uji dengan gas Nitrogen dengan tekanan 1.1/2

kali tekanan kerja selama 2 jam dan selama itu tidak diperkenankan

terjadi kebocoran.

Pasal 5 : Merk Yang Digunakan

1. GIP & Black Steel : Bakrie, Teso, PPI

2. PVC : Pralon, Rucika, Polyunggul, Vinilon/Sinar

Lucky, Awe

C. POMPA AIR

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi pompa di sini adalah merupakan persyaratan minimal bagi

pompa-pompa yang digunakan dlam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Standard Dan Code

Standard yang berlaku bagi pekerjaan ini adalah :

a. ASTM : American of Society of Testing Material

b. NFPA : Nasional Fire Protection Association

Page 111: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

111

Pasal 3 : Bagian Yang Berhubungan

Referensi yang harus diperhatikan adalah pekerjaan-pekerjaan yang terkait

yaitu :

a. Bagian : Plumbing

b. Bagian : Pemadam Kebakaran

c. Bagian : Tata Udara Dan Ventilasi

Pasal 4 : Persyaratan Peralatan

a. Pompa Air Bersih

Jika tidak ditentukan lain dalam Bill of Quantity dan Gambar Bestek

maka pompa air pompa air yang dipakai adalah seperti yang ditentukan

dalam syarat-syarat dibawah ini :

1. Pompa yang dimaksud, untuk system penyedian air bersih, harus dari

jenis centrifugal atau Jet Pump (multi stage) dimana motor-motor

pengerak harus dikopel langsung dengan poros pompa dengan

menggunakan kopling flexible yang dipasang secara baik sesuai

dengan petunjuk pabrik pembuatnya.

2. Pompa-pompa dan masing-masing motornya harus diletakkan pada

satu alas (single bed plate) dan dipasang sesuai dengan rekomendasi

dari pabrik.

3. Setiap pompa (group pompa) harus dilengkapi dengan :

a. Katup satu arah/non return valve/check valve

b. Gate valve

c. Stariner

d. Sambungan-sambungan flexible

e. Peredam Getaran

f. Sambungan untuk priming

g. Pengukuran tekanan (pressure gauge) untuk sisi hisap/suction dan

discharge

h. Perlengkapan satandar lain

4. Semua pompa harus difinish/dicat secara khusus dan

dilaksanakan/dilakukan oleh pabrik pembuatnya.

5. Pompa harus mempunyai :

a. Poros dari stainless stell

b. Impeller dari kuningan (brass)

c. Body dari cat iron

d. Mechanical seal

Page 112: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

112

6. Motor pompa mempunyai putaran yang sama dengan pompanya,

dengan daya nominal tidak kurang dari 125% daya poros nominal.

Motor adalah dari jenis Squarel Cage, TEFC dan khusus untuk

penggunaan diluar, dan dipasang lengkap dengan elastic coupling.

Motor harus bekerja pada tegangan 380 volt, 3 phase dan Star Delta

Starter.

7. Motor dan Pompa harus dilengkapi dengan peredam getar type pegas.

8. Kapasitas dan performance dari pompa yang digunakan harus sesuai

dengan yang tercantum dalam Gambar Bestek.

9. Kontraktor harus mengajukan contoh brosur dan spesifikasi pompa

minimal untuk dua merk berbeda untuk disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

F. SUMUR BOR ( Jika Ada )

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi sumur bor ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi sumur

yang digunakan dlam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Kedalam Sumur Bor adalah sampai ditemukan air yang layak untuk

dikosumsi sebagai air bersih kecuali ditentukan lain dalam Gambar

Bestek dan Bill of Quantity.

i. Air hasil galian sumur bor harus mempunyai syarat-syarat seperti berikut

ini :

a. Jernih dan tidak berwarna.

b. Tidak berbau.

c. Tidak mengandung lumpur.

d. Tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya.

e. Tidak berasa (tawar).

3. Ukuran Pipa cashing pertama adalah diameter 100 mm dengan kedalam

pemasangan minimal 10 m sedangkan ukuran pipa cashing kedua adalah

diameter 50 mm sampai kepermukaan tanah.

4. Pipa yang dipakai untuk chasing adalah pipa PVC Merk AWE UNITED

atau merk lain yang setara dengannya.

Page 113: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

113

6. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengeboran sampai ditemukan

jenis air seperti disebutkan pada point 1 dengan kapasitas yang cukup dan

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

7. Sumur bor harus dapat mengeluarkan air secara kontinyu dengan

kapasitas yang sama seperti awal dilakukan pengeboran selama minimal

1 tahun terhitung sejak awal ditemukan air bersih.

7. Posisi galian sumur harus sesuai dengan Lay Out Instalasi Air Bersih

yang ada dalam Gambar Bestek kecuali ditentukan lain dalam masa

pelaksanaan oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.

8. Jika dalam pengalian sumur bor tidak ditemukan sumber air Kontraktor

Pelaksana harus melakukan pengalian kembali pada minimal dua titik

lain yang berbeda sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana,

Konsultan Supervisi dan Owner.

9. Jika pengalian pada dua titik yang berbeda tetap tidak ditemukaan

sumber air maka keputusan akan pekerjaan galian sumur adalah

berdasarkan kesepakatan baru antara Kontraktor Pelaksana dengan

Owner. Artinya Owner harus menyediakan biaya tambahan jika

Kontraktor Pelaksana melakukan pekerjaan galian sumur lebih dari tiga

titik galian dengan syarat pekerjaan tersebut dilakukan berdasarkan

ketentuan-ketentuan diatas.

2. Kontarktor Pelaksana harus membuat gambar Shop Drawing akan Lay

Out Instalasi Air Bersih jika pengalian sumur mengharuskan Kontraktor

Pelaksana bekerja lebih dari satu titik galian atau jika titik sumur galian

dengan alasan-alasan tertentu dipindahkan oleh Konsultan Supervisi,

Konsultan Perencana dan Owner.

3. Pemamfaatan dan perbaikan sumur lama atau yang telah ada dilokasi

pekerjaan menjadi sumur baru tidak dibenarkan dan bukan pekerjaan

yang diakui dalam Bill of Quantity kecuali ditentukan lain oleh Owner.

G. GROUND RESEVOIR

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi Ground Resevoir ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi

Ground Resevoir yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Ground Resevoir atau bak tampungan air bawah hanya diperuntukan

untuk menapung air bersih yang bersal dari sumur bor, PDAM, sumur

Dangkal dan Air Hujan.

Page 114: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

114

2. Konstruksi utama Ground Resevoir adalah beton bertulang dengan mutu

K-250.

3. Kedalaman, dimensi dan posisi Ground Resevoir sesuai dengan Gambar

Bestek kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dengan

persetujuan Konsultan Perencana karena alasan seperti keterbatasan

lahan penempatan dan alasan teknis lainnya.

4. Tidak boleh mendirikan dan membangunan bangunan lain diatas Ground

Resevoir tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Konsultan

Perencana.

5. Pemasangan pipa untuk keperluan pengisian dan penarikan air dari

Ground Resevoir harus dilakukan pada saat pengecoran dan tidak

dibolehkan melakukan pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar

bangunan Ground Resevoir untuk keperluan instalasi pipa atau instalasi

lain setelah bangunan tersebut selesai dikerjakan kecuali atas persetujuan

Konsultan Supervisi.

6. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa bangunan Ground Resevoir

benar-benar kedap air dan hal ini harus dibuktikan dengan Test Rendam

Air selama 24 jam.

7. Jika air dalam Ground Resevoir berkurang setelah 24 jam maka

dipastikan bahwa ada kebocoran pada bangunan tersebut dan Kontraktor

Pelaksana dengan biaya sendiri berkewajiban untuk memperbaikinya.

H. RESEVOIR ATAS

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi Resevoir Atas ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi

Resevoir Atas yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Resevoir Atas dibuat dari material Fiber Glass dengan kapasitas

tampungan air dalam masing-masing Resevoir minimal 2000 Liter atau

sesuai Bill of Quantity dan Gambar Bestek.

2. Resevoir Atas adalah hasil produksi pabrik dan mempunyai masa garansi

produk dari pelapukan material serta kebocoran minimal 10 tahun

pemakaian atau sesuai surat rekomendasi/garansi pabrik yang disetujui

oleh Konsultan Supervisi dan Owner.

Page 115: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

115

3. Warna material Resevoir Atas adalah BIRU atau sesuai petunjuk Owner.

I. WATER TOWER

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi Water Tower adalah merupakan persyaratan minimal bagi Water

Tower yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Water Tower dibuat dari konstruksi rangka baja tergalvanisasi.

i. Dimensi, ukuran dan ketinggian water tower sesuai dengan Gambar

Bestek.

3. Water Tower didirikan diatas pondasi umpak setempat beton cor mutu K-

250 dengan perkuatan sloof beton bertulang mutu K-250. Dimensi dan

ukuran pondasi umpak setempat serta sloof sesuai dengan Gambar

Bestek.

4. Semua tulangan beton yang dipakai pada pekerjaan pondasi umpak dan

sloof adalah dari baja ulir dan sengkang (begel) dipakai baja polos

kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

5. Sambungan-sambungan rangka water tower dilakukan dengan alat

sambung baut dan las listrik atau sesuai dengan Gambar Bestek.

6. Bagian atas water tower dilengkapi dengan sandaran dan rangka atap

serta atap.

7. Bahan penutup atap adalah dari Baja Lapis Aluminium Seng Merk

PRIMADEX dari Type CLEAN COLORBOND dari jenis BJTTASW.D-

35 dan Model SPAN RIB Produksi PT. BHP STEEL INDONESIA.

8. Ketebalan material atap Baja Lapis Aluminium Seng Merk PRIMADEX,

Type CLEAN COLORBOND DAN Model SPAN RIB adalah 0,35 mm.

9. Material Rabung/Bubungan atap adalah dari Baja Lapis Aluminium Seng

Merk PRIMADEX dari Type CLEAN COLORBOND dari jenis

BJTTASW.D-40 Produksi PT. BHP STEEL INDONESIA.

10. Ketebalan material rabung/bubungan atap Baja Lapis Aluminium Seng

Merk PRIMADEX Type CLEAN COLORBOND adalah 0,40 mm.

Page 116: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

116

11. Pada setiap lembar material rabung/bubungan dan penutup atap harus

dicantumkan Merk Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan

Ketebalan Material.

12. Alat sambung adalah paku sekrup tergalvanisasi dengan panjang minimal

paku adalah 2” (inchi).

13. Posisi water tower harus sesuai dengan Gambar Lay Out Instalasi air

Bersih kecuali ditentukan lain dalam masa pelaksanaan oleh Konsultan

Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.

14. Tinggi water tower dari muka tanah untuk alasan apapun tidak boleh

berbeda dengan ketinggian yang ditentukan dalam Gambar Bestek.

15. Jika perubahan dan perlakuan berbeda dengan Gambar Bestek pada

pekerjaan pondasi umpak dilapangan harus dilakukan dengan alasan

kondisi tanah maka perubahan-perubahan tersebut tetap tidak boleh

menurunkan ketinggian water tower dari muka tanah.

J. SEPTICTANK

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi Septictank ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi

Septictank yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Septictank hanya diperuntukan untuk tampungan limbah padat yang

berasal dari Kloset Jongkok pada bangunan KM/WC.

2. Dipakai dua type septictank dalam pekerjaan ini yaitu ST 100 dan ST

200. Penempatan kedua Type septictank sesuai dengan Lay Out Instalasi

Air Kotor.

3. Konstruksi utama Septictank adalah pasangan batu bata 1 bata campuran

1 Pc : 2 Ps sebagai dinding utama dan pasangan batu bata ½ bata

campuran 1 Pc : 2 Ps sebagai dinding pembagi ruangan. Sudut-sudut

dinding harus diperkuat dengan kolom paraktis ukuran 23/23 cm dari

beton mutu K-200.

4. Dinding pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps sebagai

pembagi ruangan septictank dipasang diatas balok ring ukuran 13/15 cm

dari mutu beto K-200 yang bertumpu pada dinding pasangan batu bata 1

bata campuran 1 Pc : 2 Ps.

5. Plat dasar septictank terbuat dari beton cor K-200 dengan ketebalan

minimal 20 cm.

Page 117: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

117

6. Plat atas septictank terbuat dari plat beton bertulang dengan 4 lapis

tulangan diameter 10 mm dengan jarak minimal 100 mm dan tebal 120

mm.

7. Pada bagian atas permukaan septictank harus diberi lubang control

ukuran 30 x 30 cm untuk keperluan penyedotan limbah dan pipa pelepas

hawa dari besi diameter 2” yang dicat dengan baik agar tidak berkarat.

8. Posisi permukaan septictank harus sejajar dengan posisi permukaan plat

lantai beton bertulang pada lantai 1 kecuali lubang control dan pipa hawa

yang harus muncul kepermukaan dan disembunyikan sedemikian rupa

dibawah plat meja jualan sehingga tidak menggangu mobilitas pedagang

dan pembeli.

9. Kedalaman, dimensi dan posisi posisi septictank sesuai dengan Gambar

Bestek kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dengan

persetujuan Konsultan Perencana karena alasan seperti keterbatasan

lahan penempatan dan alasan teknis lainnya.

10. Tidak boleh mendirikan dan membangunan bangunan lain diatas Ground

Resevoir tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Konsultan

Perencana.

11. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa bangunan septictank benar-

benar kedap air dan hal ini harus dibuktikan dengan Test Rendam Air

selama 24 jam.

12. Jika air dalam septictank berkurang setelah 24 jam maka dipastikan

bahwa ada kebocoran pada bangunan tersebut dan Kontraktor Pelaksana

dengan biaya sendiri berkewajiban untuk memperbaikinya.

K. SUMUR RESAPAN

Pasal 1 : Ruang Lingkup

Spesifikasi Saluran Resapan ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi

Saluran Resapan yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2 : Persyaratan

1. Bangunan sumur resapan dipergunakan sebagai media serapan air kotor

cair yang berasal dari septictank.

2. Kedalaman, dimensi dan posisi posisi saluran resapan sesuai dengan

Gambar Bestek kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dengan

Page 118: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

118

persetujuan Konsultan Perencana karena alasan seperti keterbatasan

lahan penempatan dan alasan teknis lainnya.

3. Tidak boleh mendirikan dan membangunan bangunan lain diatas saluran

resapan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.

4. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bahwa bangunan saluran

resapan dapat bekerja dengan baik ketika dialiri air dan air dapat meresap

dengan sempurna kedalam tanah.

5. Hal ini harus dibuktikan dengan cara mengisi septictank dengan air

melebihi kapasitas tampungannya dan selama 24 jam diamati apakah

volume air yang tidak tertampung dalam septictank dapat diserap oleh

saluran resapan atau tidak.

6. Jika setelah 24 jam air diisi kembali kedalam kloset jongkok dan air tidak

dapat mengalir dengan sempurna dalam kloset jongkok maka dipastikan

saluran resapan tidak bekerja dengan baik (tidak dapat menyerap air).

Untuk itu Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri berkewajiban untuk

memperbaikinya.

8. Kontraktor Pelaksana dibolehkan mengajukan metode pembuktian lain

yang dapat dipercaya secara teknis untuk membuktikan bahwa Saluran

Resapan bekerja dengan baik.

BAB XVIII PEKERJAAN SANITARY

Pasal 1 : Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan sanitary meliputi semua pekerjaan yang berhubungan dengan

peralatan :

a. Pemasangan Closet Jongkok;

b. Kloset Duduk;

c. Pemasangan Kran Air; dan

d. Pemasangan Floor Drain.

Pasal 2 : Material

1. Merk material ditentukan seperti berikut ini atau yang setara denganya :

a. Closet Jongkok : Merk TOTO

b. Closet Duduk : Merk TOTO

c. Kran Air : Merk TOTO

Page 119: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

119

a. Kran Air Hand Shower : Merk TOTO

d. Floor Drain Nikel : Merk SILVER STAW

e. Urinoir Keramik : Merk TOTO

f. Tempat Sabun Keramik : Merk TOTO

2. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan brosur minimal dua

merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

BAB XIX PEKERJAAN INFRA STRUKTUR

Pasal 1 : Jalan Setapak

1. Lantai jalan setapak dibuat dari campuran beton 1 : 3 : 6 atau beton

rabat/tumbuk dengan ketebalan 7 cm. Permukaan lantai beton dilapisi

Lantai Keramik 40 x 40 cm Unpolished dan harus benar-benar rata dan

dibuktikan dengan pekerjaan waterpassing.

2. Dibawah lapisan beton cor 1 : 3 : 6 harus diberi lapisan pasir setebal 10

cm dan untuk keperluan elevasi rencana dibawah lapisan pasir diberikan

lapisan tanah timbun dengan ketebalan sesuai dengan gambar bestek.

3. Pada Jalan Setapak setiap 1,5 meter harus ditanam pipa PVC ukuran 3”

yang tembus dalam arah kiri dan kanan untuk penyaluran genangan air

hujan atau air rembesan.

4. Pada pinggir kedua belah sisi jalan setapak diberi pembatas atau kanstein

dari pasangan ½ bata dengan perekat 1 : 2. Ukuran dan elevasi kanstein

ditentukan dalam gambar bestek atau atas petunjuk Direksi/Pengawas.

BAB XX ATURAN KHUSUS

Pasal 1 : Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini akan ditentukan

kemudian oleh Konsultan Perencana bersama Konsultan Manajemen

Konstruksi dalam masa pelaksanaan konstruksi dengan persetujuan Owner

dan menjadi suatu ketentuan yang mengikat serta harus dilaksanakan oleh

Kontraktor Pelaksana. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut harus

didasarkan pada Kontrak Kerja.

Pasal 2 : Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam Gambar

Bestek, Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan teknis

terhadap item pekerjaan tersebut adalah berdasarkan keputusan Konsultan

Manajemen Konstruksi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.

Page 120: METODE KERJA GEDUNG 7 LANTAI MES PEMDA.pdf

(SPESIFIKASI TEKNIS)

120

Pasal 3 : Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis ini adalah menurut

penjelasan Konsultan Manajemen Konstruksi dengan persetujuan Konsultan

Perencana dan Owner.

Sabang, 19 Agustus 2014

Konsultan Perencana

PT. CAIXA CONSULTANT

(NURFITRI HAYATI, Amd)

Direktris