Metode kajian sosiologis

10
 Metode kajian sosiologis Pendahuluan Pada tingkat perkembangan peradaban ilmu (hukum) seperti sekarang ini, mulai berkembang dengan pesatnya suatu cabang (disiplin) hukum yang secara sistematis dan intensif melakukan kajian terhadap aspek - aspek sosial (dari) hukum, yang kemudian lebih dikenal dengan studi hukum dan masyarakat. Di satu sisi, perkembangan yang demikian lebih terlatarbelakangi oleh suatu kebutuhan dimana hukum lebih dipandang dapat menjalankan fungsi - fungsinya sebagai “perekayasa sosial, yang dengan demikian ia membutuhkan kehadiran ilmu - ilmu dasarnya seperti antropologi, psikologi, dan khususnya sosiologi. Dari sisi yang lain, secara historis, pemanfaatan hukum untuk lebih efektif menyelesaikan masalah - masalah sosial dikembangkan dalam perkembangannya dalam kerangka ajaran Sociological Jurisprudence, yang dalam perkembangannya dalam rangka kajian sociology of law dimanfaatkan untuk menganalisis dan memberikan jawaban untuk mengefektifkan berkerjanya seluruh struktur instutisional hukum. Berpijak pada keadaan yang demikian, maka hukum pun kemudian dikonsepkan secara sosiologis sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati didalam kehidupan. Hukum tidak lagi dikonsepkan secara filosofis moralistis sebagai ius contituendum (law as what ought to be), dan tidak pula secara positivistis sebagai ius constitutum (law what it is in the book), melainkan secara empiris sebagai ius operatum (law as what it is in society). 1. Penelitian terhadap identifikasi Hukum (Hukum tidak tertulis) Pengertian terhadap identifikasi hukum (hukum tidak tertulis), dimaksudkan untuk mengetahui hukum yang tidak tertuls berdasarkan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Hukum tidak tertulis dalam system hukum di Indonesia, yaitu hukum adat dan hukum islam. Sebagai contoh dapat disebut hukum pidana adat, hukum pidana islam, hukum waris adat dan waris islam, hukum tata Negara dalam hukum islam, dan sebagainya. Dalam penelitian tersebut, peneliti harus berhadapan dengan warga masyarakat yang menjadi objek penelitian sehingga banyak peraturan - peraturan yang tidak tertulis berlaku dalam masyarakat. Contoh Salah satu peraturan yang tidak tertulis tersebut; yakni pada orang islam yang berkewajiban mengeluarkan zakat, ia memberikan langsung uang zakatnya kepada orang yang dianggap berhak menerima zakat menurut karakteristik hukum islam. Akibatnya, uang zakat itu adalah mengurangi kemiskinan atau mampu memberdayakan

Transcript of Metode kajian sosiologis

Page 1: Metode kajian sosiologis

5/10/2018 Metode kajian sosiologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-kajian-sosiologis 1/10

 

Metode kajian sosiologis

Pendahuluan

Pada tingkat perkembangan peradaban ilmu (hukum) seperti sekarang ini, mulai

berkembang dengan pesatnya suatu cabang (disiplin) hukum yang secara sistematis dan intensif 

melakukan kajian terhadap aspek - aspek sosial (dari) hukum, yang kemudian lebih dikenal

dengan studi hukum dan masyarakat. Di satu sisi, perkembangan yang demikian lebih

terlatarbelakangi oleh suatu kebutuhan dimana hukum lebih dipandang dapat menjalankan fungsi

- fungsinya sebagai “perekayasa sosial, yang dengan demikian ia membutuhkan kehadiran ilmu -

ilmu dasarnya seperti antropologi, psikologi, dan khususnya sosiologi. Dari sisi yang lain, secara

historis, pemanfaatan hukum untuk lebih efektif menyelesaikan masalah - masalah sosialdikembangkan dalam perkembangannya dalam kerangka ajaran Sociological Jurisprudence, yang

dalam perkembangannya dalam rangka kajian sociology of law dimanfaatkan untuk menganalisis

dan memberikan jawaban untuk mengefektifkan berkerjanya seluruh struktur instutisional

hukum. Berpijak pada keadaan yang demikian, maka hukum pun kemudian dikonsepkan secara

sosiologis sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati didalam kehidupan. Hukum tidak lagi

dikonsepkan secara filosofis moralistis sebagai ius contituendum (law as what ought to be), dan

tidak pula secara positivistis sebagai ius constitutum (law what it is in the book), melainkan

secara empiris sebagai ius operatum (law as what it is in society).

1. Penelitian terhadap identifikasi Hukum (Hukum tidak tertulis)

Pengertian terhadap identifikasi hukum (hukum tidak tertulis), dimaksudkan untuk 

mengetahui hukum yang tidak tertuls berdasarkan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Hukum tidak tertulis dalam system hukum di Indonesia, yaitu hukum adat dan hukum islam.

Sebagai contoh dapat disebut hukum pidana adat, hukum pidana islam, hukum waris adat dan

waris islam, hukum tata Negara dalam hukum islam, dan sebagainya.

Dalam penelitian tersebut, peneliti harus berhadapan dengan warga masyarakat yang

menjadi objek penelitian sehingga banyak peraturan - peraturan yang tidak tertulis berlaku dalam

masyarakat. Contoh Salah satu peraturan yang tidak tertulis tersebut;

yakni pada orang islam yang berkewajiban mengeluarkan zakat, ia memberikan langsung

uang zakatnya kepada orang yang dianggap berhak menerima zakat menurut karakteristik hukum

islam. Akibatnya, uang zakat itu adalah mengurangi kemiskinan atau mampu memberdayakan

Page 2: Metode kajian sosiologis

5/10/2018 Metode kajian sosiologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-kajian-sosiologis 2/10

 

orang miskin menjadi orang yang berkecukupan yang pada akhirnya akan mampu mengeluarkan

zakat.

2. Penelitian terhadap efektivitas Hukum

Penelitian terhadap efektivitas hukum merupakan penelitian yang membahas bagaimanahukum beroperasi dalam masyarakat, penelitian ini sangat relevan di Negara - Negara

berkembang seperti Indonesia, penelitian ini mensyaratkan penelitinya disamping mengetahui

ilmu hukum juga mengetahui ilmu sosial, dan memiliki pengetahuan dalam penelitian ilmu sosial

(social science research).

Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam masyarakat;

A.  Kaidah hukum /peraturan itu sendiri;

B.  Petugas /penegak hukum;

C. 

Sarana atau fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum;D.  Kesadaran masyarakat;

A.  Kaidah hukum

Di dalam teori - teori hukum, dapat dibedakan antara tiga macam hal mengenai

berlakunya hukum sebagai kaidah. Hal ini, diungkapkan sebagai berikut; 

1.  Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada kaidah yang

lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan.

2.  Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif. Artinya, kaidah

tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun tidak diterima oleh warga

masyarakat (teori kekuasaan), atau kaidah itu berlaku karena adanya pengakuan dari

masyarakat.

3.  Kaidah hukum berlaku secara filosofis, yaitu sesuai dengan cita hukum sebagai nilai

positif yang tinggi.

Kalau dikaji secara mendalam, agar hukum itu berfungsi maka setiap kaidah hukum

harus memenuhi ketiga macam unsur kaidah di atas, sebab :

1.  Apabila kaidah hukum hanya berlaku secara yuridis, maka ada kemungkinan kaidah itu

merupakan kaidah mati;2.  Apabila hanya berlaku secara sosiologis dalam arti teori kekuasaan, maka kaidah itu

menjadi aturan pemaksa;

3.  Apabila hanya berlaku secara filosofis, maka kemungkinannya kaidah itu hanya

merupakan hukum yang dicita - citakan (ius constituendum).

Page 3: Metode kajian sosiologis

5/10/2018 Metode kajian sosiologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-kajian-sosiologis 3/10

 

Peraturan perundang - undangan yang menjadi komoditas, biasanya kurang

memperhatikan isu penegakan hukum. Sepanjang trade off dari pembuatan peraturan perundang

- undangan telah didapat maka penegakan bukan hal penting. Bahkan peraturan perundang -

undangan seperti ini tidak realistis untuk ditegakkan karena dibuat dengan cara mengadopsi

langsung peraturan perundang - undangan dari Negara lain yang notabene memiliki infrastruktur

hukum yang jauh berbeda dengan Indonesia. Dua alasan di atas mengindikasikan peraturan

perundang - undangan sejak awal dilahirkan tanpa ada keinginan kuat untuk dapat ditegakkan

dan karenanya hanya memiliki makna simbolik (symbolic meaning).1 

B.  Penegak Hukum

Di Indonesia secara tradisional intitusi hukum yang melakukan penegakan hukum adalah

kepolisian, kejaksaan, badan peradilan, dan advokat. Di luar intitusi tersebut masih ada di

antaranya, direktorat jenderal Bea Cukai, Direktorat Jenderal Pajak, dan Direktorat Jenderal

Imigrasi. Problem dalam penegakan hukum yang dihadapi oleh bangsa Indonesia perlu untuk 

dipotret dan di petakan. Tujuannya agar para pengambil kebijakan dapat mengupayakan jalan

keluar.

Penegak hukum atau orang yang bertugas menerapkan hukum mencakup ruang lingkup

yang sangat luas, sebab menyangkut petugas pada strata atas, menegah, dan kebawah. Artinya di

dalam melaksanakan tugas - tugas penerapan hukum, petugas seyogianya harus memiliki suatu

pedoman diantarannya peraturan tertulis tertentu yang mencangkup ruang lingkup tugas -

tugasnya. Didalam hal penegakan hukum tersebut, kemungkinan penegak hukum menghadapi

hal - hal sebagai berikut:

a.  Sampai sejauh mana petugas terikat dari peraturan - peraturan yang ada.b.  Sampai batas - batas mana petugas berkenaan memberikan kebijakan.

c.  Teladan macam apakah yang sebaiknya diberikan oleh petugas kepada masyarakat.

d.  Sampai sejauh manakah derajat sinkronisasi penugasan - penugasan yang di berikan

kepada para petugas sehingga memberikan batas - batas yang tegas berkenaan

wewenangnya.

Contoh: Di ibukota provinsi di Indonesia, misalnya, provinsi DKI jarang sekali mengambil

tindakan terhadap pejalan kaki yang seenaknya menyebrang jalan. Jika terjadi kecelakaan lalu

lintas, maka ada kecenderungan yang sangat kuat, bahwa pengemudi kendaraan bermotor yang

ditindak. Padahal dalam pasal 132 undang - undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintasdan Angkutan jalan raya, peristiwa tersebut diklarifikasi sebagai peristiwa (tindak) pidana

 pelanggaran,2

yang diatur dalam pasal 284 undang -undang tersebut. Namun, entah mengapa

1Hikmahanto juwana, Penegakan hukum dalam kajian Law and Development: Problem dan fundamen bagi solusi

di Indonesia, pidato Ilmiah, Disampaikan pada acara Dies Natalis Ke-56 Universitas Indonesia Kampus UI Depok, 4

februari 2006.2

Pasal 132 ayat (1) huruf b dan ayat (2).

Page 4: Metode kajian sosiologis

5/10/2018 Metode kajian sosiologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-kajian-sosiologis 4/10

 

  petugas lalu lintas di wilayah ini hampir - hampir tidak pernah menerapkan ketentuan -

ketentuan tersebut, tetapi lebih cenderung untuk menerapkan pasal 359 dan 360 KUHP

terhadap pengemudi kendaraan bermotor apabila terjadi kecelakaan bermotor dengan pejalan

kaki.

Berdasarkan keterangan singkat dari contoh kasus di atas, faktor petugas memainkanperan penting dalam memfungsikan hukum dan/atau menyalahgunakan hukum. Kalau peraturan

sudah baik, tetapi kualitas penegak hukum rendah dan/atau tahu tapi tidak mau mengetahui dan

memfungsikan hukum maka aka nada masalah. Demikian pula, apabila peraturannya buruk,

sedangkan kualitas petugas baik, mungkin pula timbul masalah - masalah hukum.

C.  Sarana atau Fasilitas

Fasilitas atau sarana amat penting untuk mengefektifkan suatu peraturan perundang -

undangan tertentu. Ruang lingkup sarana tersebut, terutama sarana fisik, berfungsi sebagai faktor

pendukung.

 Misalnya; bila tidak ada kertas dan karbon yang cukup serta mesin tik yang cukup baik,

bagaimana petugas dapat membuat berita acara mengenai suatu kejahatan. Bagaimana posisi

  polisi dapat bekerja dengan baik, apabila tidak dilengkapi dengan kendaraan dan alat - alat 

komunikasi yang proporsional.

Kalau peralatan tersebut sudah ada, Maka faktor - faktor pemeliharaannya jugamemegang peran yang sangat penting. Memang sering terjadi, bahwa suatu peraturansudah

difungsikan padahal fasilitasnya belum tersedia lengkap. Peraturan yang semula bertujuan untuk 

memperlancar proses, namun justru mengakibatkan terjadinya kemacetan. Mungkin ada baiknya

ketika hendak menerapkan suatu peraturan secara resmi ataupun memberikan tugas kepada

petugas, dipikirkan mengenai fasilitas - fasilitas yang berpatokan kepada;  

1.  Apa yang sudah ada dipelihara terus agar setiap saat berfungsi.

2.  Apa yang belum ada, perlu diadakan dengan memperhitungkan jangka waktu

pengadaan-nya.

3.  Apa yang kurang perlu dilengkapi.

4.  Apa yang telah rusak diperbaiki atau diganti.5.  Apa yang macet, dilancarkan, dan

6.  Apa yang telah mundur, ditingkatkan.

Page 5: Metode kajian sosiologis

5/10/2018 Metode kajian sosiologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-kajian-sosiologis 5/10

 

 

D.  Kesadaran Hukum Masyarakat

Salah satu faktor yang mengefektifkan suatu peraturan adalah warga masyarakat, yaitu

berupa kesadaran warga masyarakat untuk mematuhi suatu peraturan perundang - undangan,

derajat kepatuhan. Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa derajat kepatuhan masyarakat

terhadap hukum, merupakan salah satu indicator berfungsinya hukum yang bersangkutan.

Contoh; derajat kepatuhan terhadap peraturan rambu - rambu lalu lintas adalah tinggi,

maka peraturan lalu lintas tersebut, akan berfungsi mangatur waktu penyeberangan ada

  persimpangan jalan. Oleh karena itu, bila rambu - rambu lalu lintas warna kunig

menyala, maka para pengemudi diharapkan pelan - pelan. Namun sebaliknya, semakin

melaju kencang kendaraan yang dikemudikan, semakin besar kemungkinan akan terjadi

kecelakaan.

Selain masalah di atas, masih ada persoalan lain yaitu adanya suatu asumsi yangmenyatakan bahwa semakin besar peran sarana pengendalian sosial selain hukum (agama dan

adat istiadat), semakin kecil peran hukum. Oleh karena itu, hukum tidak dapat dipaksakan

keberlakuannya di dalam segala hal, karena seyogianya kalau masih ada sarana lain terakhir yang

ampuh maka hendaknya hukum di pergunakan pada tingkat yang terakhir bila sarana lainnya

tidak mampu lagi untuk mengatasi masalah. namun berkaitan dengan kesadaran masyarakat

terhadap hukum, yaitu;

1.  Penyuluhan hukum yang teratur.

2.  Pemberian teladan yang baik dari petugas dan/atau penegak hukum di dalam hal

kepatuhan terhadap hukum dan respek terhadap hukum.

3.  Pelembagaan yang terencana dan terarah.

Fungsi hukum amat tergantung pada efektivitas menanamkan hukum, reaksi

masyarakat dan jangka waktu untuk menanamkan hukum tersebut. Misalnya apabila

ada peraturan perundang - undangan baru mengenai perpajakan, maka pertama - tama

yang perlu dilakukan adalah pengumuman melalui berbagai alat media masa.

Kemudian perlu diambil jangka waktu tertentu untuk di telaah reaksi dari masyarakat.

Apabila jangka waktu tersebut telah lampau, maka barulah diambil tindakan yang

tegas terhadap para pelanggarnya. Apabila cara tersebut di tempuh, maka warga

masyarakat akan lebih menaruh respons terhadap hukum termasuk penegak dan

pelaksanaannya.Masalah kesadaran hukum warga masyarakat sebenarnya menyangkut faktor - faktor

apakah suatu ketentuan hukum tertentu diketahui, dipahami, ditaati, dan dihargai?

Apabila warga masyarakat hanya mengetahui adanya suatu ketentuan hukum, maka

taraf kesadaran hukumnya lebih rendah dari pada mereka yang memahaminya, dan

seterusnya. Hal itulah yang disebut legal consciousness atau knowledge and opinion

about law. Hal - hal yang berkaitan kesadaran hukum akan diuraikan sebagai berikut.

Page 6: Metode kajian sosiologis

5/10/2018 Metode kajian sosiologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-kajian-sosiologis 6/10

 

 

1.  Pengetahuan hukum

Apabila suatu peraturan perundang - undangan telah diundangkan dan diterbitkan

menurut prosedur yang sah dan resmi, maka secara yuridis peraturan perundang - undangan itu

telah berlaku. Kemudian timbul asumsi bahwa setiap warga masyarakat dianggap mengetahui

adanya undang - undang.

Contohnya; undang - undang N0.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Namun,

asumsi tersebut tidaklah demikian kenyataannya. Pengetahuan hukum masyarakat akan dapat 

diketahui bila diajukan seperangkat pertanyaan mengenai pengetahuan hukum tertentu. Apabila

  pertanyaan tersebut dijawab oleh masyarakat dengan benar, kita dapat mengatakan bahwa

masyarakat itu sudah mempunyai pengetahuan yang benar. Sebaliknya, apabila pertanyaan -

 pertanyaan tersebut tidak dijawab dengan benar, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat itu

belum atau kurang mempunyai pengetahuan hukum.

2.  Pemahaman HukumPengetahuan hukum yang dimiliki oleh masyarakat belum cukup, sehingga diperlukan

pemahaman hukum yang berlaku. Pemahaman tersebut, diharapkan memahami tujuan peraturan

perundang - undangan serta manfaatnya bagi pihak - pihak yang kehidupannya diatur oleh

peraturan perundang - undangan.

Pemahaman hukum masyarakat akan dapat diketahui bila diajukan seperangkat

pertanyaan mengenai pemahaman hukum tertentu. Apabila pertanyaan tersebut dijawab oleh

masyarakat sudah mempunyai pemahaman hukum yang benar, maka dapat dikatakan bahwa

masyarakat itu belum memahami hukum.

3.  Penataan Hukum

Seorang warga masyarakat menaati hukum karena berbagai sebab. Sebab - sebab itu,

dapat dicontohkan sebagai berikut.

a.  Takut karena sanksi negatif, apabila hukum dilanggar.

b.  Untuk menjaga hubungan baik dengan penguasa.

c.  Untuk menjaga hubungan baik dengan rekan - rekan sesamanya.

d.  Karena hukum tersebut sesuai dengan nilai - nilai yang dianut.

e.  Kepentingan terjamin.

Secara teoritis faktor keempat merupakan hal yang paling baik, hal ini disebabkan oleh

faktor pertama, kedua, dan ketiga, penerapan hukum senantiasa harus diawasi oleh pertugas -

petugas hukum tertentu, agar hukum itu benar - benar ditaati di dalam kenyataannya.

Contohnya; ada suatu penelitian yang mendalam mengenai derajat ketaatan warga masyarakat 

islam terhadap Undang - undang no.10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang - undang

no.7 tahun 1992 tentang perbankan dan Undang - undang no.21 tahun 2008 tentang perbankan

syariah.

Page 7: Metode kajian sosiologis

5/10/2018 Metode kajian sosiologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-kajian-sosiologis 7/10

 

4.  Pengharapan terhadap Hukum

Suatu norma hukum akan dihargai oleh warga masyarakat apabila ia telah mengetahui,

memahami, dan mentaatinya. Artinya, dia benar - benar dapat merasakan bahwa hukum tersebut

menghasilkan ketertiban serta ketentraman dalam dirinya. Hukum tidak hanya berkaitan dengan

segi lahiriah dari manusia, akan tetapi juga dari segi batiniah.

Contoh; seorang mahasiswa S2 hukum di cilegon menabung di BNI cilegon, dan pada waktu

  yang hampir bersamaan ia juga menabung di bank syariah mandiri. Sesudah 6 (enam) bulan

kemudian, ia melihat tabungannya masing - masing pada bank syariah mandiri tabungannya

semakin bertambah, sementara di BNI tabungannya habis dipotong oleh pengelola bank sebagai

biaya administrasi. Mahasiswa S2 tersebut, tidak mau lagi menabung di bank konvensional

karena sudah faham kelebihan pengelolaan bank yang menggunakan prinsip syariah.

5.  Peningkatan Kesadaran Hukum

Peningkatan kesadaran hukum seyogianya dilakukan melalui penerangan dan penyuluhanhukum yang teratur atas dasar perenanaan yang mantap. Penyuluhan hukum bertujuan agar

warga masyarakat mengetahui dan memahami hukum - hukum tertentu sesuai masalah - masalah

hukum yang berisikan hak dan kewajiban di bidang - bidang tertentu serta manfaatnya bila

hukum tersebut ditaati. Penerangan dan penyuluhan hukum menjadi tugas dari larangan hukum

pada umumnya dan pada khususnya yang secara langsung berhubungan dengan warga

masyarakat yakni petugas hukum. Petugas hukum harus diberikan pendidikan khusus agar

mampu memberikan penerangan hukum dan penyuluhan hukum. Jangan sampai petugas

memanfaatkan hukum untuk kepentingan pribadi dengan jalan menakut - nakuti warga

masyarakat yang awam terhadap hukum.

  Misalnya; peraturan perundang - undangan tertentu mengenai zakat, pajak, dan

seterusnya. Peraturan tersebut, dijelaskan melalui penerangan dan penyuluhan hukum dengan

menjelaskan pasal - pasal tertentu dari suatu perundang - undangan, agar masyarakat 

merasakan manfaatnya. Penerangan dan penyuluhan hukum harus disesuaikan dengan masalah

- masalah hukum yang ada dalam masyarakat pada suatu waktu yang menjadi sasaran

 penyuluhan hukum.

3. Penelitian perbandingan Hukum

Penelitian perbandingan hukum adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dengan membandingkan undang - undang suatu Negara dengan undang - undang dari satu atau

lebih Negara lainnya mengenai hal yang sama. Kegunaan pendekatan ini, untuk memperoleh

persamaan dan perbedaan di antara undang - undang tersebut dan/ atau persamaan dan perbedaan

mengenai putusan peradilan. Dengan demikian, peneliti akan mengetahui filosofi hukum yang

Page 8: Metode kajian sosiologis

5/10/2018 Metode kajian sosiologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-kajian-sosiologis 8/10

 

terkandung di dalam setiap peraturan perundang - undangan yang menjadi objek perbandingan

dan/ atau filosofi beberapa putusan pengadilan mengenai kasus yang serupa.3 

Di dalam ilmu hukum dan praktik hukum, metode perbandingan ini sering di terapkan.

Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh para ahli hukum yang tidak mempelejari dan/atau

memahami betul ilmu - ilmu sosial lainnya, metode perbandingan yang dilakukannya akantampak tidak mengindahkan sistematika atau pola tertentu. Oleh karena itu metode penelitian

hukum yang menggunakan metode perbandingan pada umumnya merupakan penelitian sosiologi

hukum, antropologi hukum, psikologi hukum, dan sebagainya. Penelitian tersebut disebut

penelitian yang bersifat yuridis empiris.

Dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah unsur - unsur system sebagai titik tolak 

perbandingan, yang mencangkup;

a. struktur hukum yang meliputi lembaga - lembaga hukum;

b. substansi hukum yang meliputi perangkat kaidah atau perilaku teratur; dan

c. budaya hukum yang mencangkup perangkat nilai - nilai yang dianut. Ketiga unsur tersebut,

dapat dibandingkan masing - masing satu sama lainnya, ataupun secara kumulatif baik yang

menyangkut kesamaan maupun yang berkaitan dengan perbedaan.4 

4. Penelitian Sejarah Hukum

Penelitian sejarah hukum merupakan suatu metode dalam melakukan penelitian terhadap

suatu hukum. Sebagai metode, sejarah hukum berusaha untuk mengadakan identifikasi terhadap

tahap - tahap perkembangan hukum yang dapat di persempit ruang lingkupnya menjadi sejarah

peraturan perundang - undangan. Di samping kajian terhadap perkembangan hukum, lazimnya

 juga diadakan identifikasi terhadap faktor - faktor hukum.

Contoh; Undang - undang perkawinan, hukum waris adat dan hukum waris eropa. Dengan

demikian, yang paling penting adalah pelaksanaan aktivitas ilmiah untuk menyusun penahapan

 perkembangan hukum atau perkembangan suatu peraturan perundang - undangan.

3Bandingkan uraian Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: kencana, 2007), hlm 95.

4Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat . (Jakarta: Rajawali Press,

cetakan ketiga, 1990),hlm. 101.

Page 9: Metode kajian sosiologis

5/10/2018 Metode kajian sosiologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-kajian-sosiologis 9/10

 

Kalau peraturan perundang - undangan di Indonesia hendak diteliti dengan metode

sejarah, biasanya diadakan penahapan dahulu atau periodesasi perkembangan hukum atau

perkembangan peraturan perundang - undangan. Periodesasi tersebut diungkapkan sebagai

berikut;

a. masa Besluiten regering (sekitar tahun 1800 - 1855).

b. masa regering reglemen (sekitar tahun 1855 - 1927).

c. masa indische staatsregeling (sekitar 1927 - 1942).

d. masa penjajahan jepang (1942 - 1945).

e. masa kemerdekaan Indonesia (sesudah tahun 1945).

1. masa republic Indonesia 1945.

2. masa republik Indonesia serikat.

3. masa republik Indonesia 1950.

4. masa kembali ke Undang - undang dasar 1945.

5. masa amandemen Undang - undang dasar 1945.

Perlu di ungkapkan bahwa penelitian sejarah hukum dilakukan menelaah latar belakang,

perkembangan pengetahuan mengenai isu yang dihadapi oleh perancang suatu peraturan

perundang - undangan. Telaah tersebut, diperlukan oleh peneliti untuk mengungkapkan filosofi

hukum dan pola fikir yang melahirkan sesuatu peraturan perundang - undangan.

Contoh; Undang - undang no.1 tahun 1974 tentang perkawinan, undang - undang tersebut 

mengatur tentang poligami, yaitu bagi seorang laki - laki yang ingin mempunyai isteri lebih dari

seorang makan ia terlebih dahulu memperoleh izin dari isterinya. Filosofi hukum yang

terkandung dalam hal tersebut, adalah undang - undang itu lahir pada jaman kepemimpinan

soeharto, yaitu isteri soeharto mempunyai pengaruh yang tidak menginginkan suaminya untuk 

menikah lagi. Hal ini bermakna pengaruh isteri soeharto amat mempengaruhi aturan poligami.

 Hal di atas tentu akan lain seandainya undang - undang yang mengatur tentang perkawinan itu

lahir di zaman pemerintahan soekarno, yang pada salah satu pasalnya memungkinkan seoranglaki - laki mempunyai lebih dari seorang isteri. Hal ini berarti soekarno akan dominan

 pengaruhnya terhadap aturan poligami.

Page 10: Metode kajian sosiologis

5/10/2018 Metode kajian sosiologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metode-kajian-sosiologis 10/10

 

5. penelitian psikologi Hukum

Penelitian psikologi hukum adalah suatu penelitian yang mengamati tingkah laku

manusia. Tingkah laku tersebut menjadi objek kajian sehingga mangamati tingkah laku manusia

yang sesuai dengan hukum (normal) dan tingkah laku manusia yang menyimpang dari ketentuan

hukum (tidak normal). Pengamatan tersebut, dapat berarti orang berbuat sesuai dan tidak sesuai

karena adanya keyakinan untuk berbuat.

Sejalan hal di atas, Satjipto Rahardjo mengutip pendapat Leon Petraxycki (1867-1931),

seorang ahli filsafat hukum, menggarap unsur psikologis dalam hukum dengan mendudukkannya

sebagai unsur utama. Leon Petraxycki berpendapat bahwa fenomena hukum itu terdiri atas

proses - proses psikis yang unik, yang dapat dilihat dengan menggunakan metode introspeksi.

Oleh karena itu, bila mempersoalkan hak - hak kita serta hak - hak orang lain dan melakukan

perbuatan sesuai dengan itu, maka itu semua bukan karena hak - hak itu tercantumkan dalam

peraturan, melainkan semata - mata karena keyakinan kita sendiri, bahwa kita harus berbuat

seperti ini.5 

Penelitian psikologis hukum bukan hanya mengamati masalah perilaku manusia yang

sesuai dengan hukum dan tidak sesuai dengan hukum, melainkan lebih jauh mengamati hal - hal

apakah yang menyebabkan orang taat dan tidak taat terhadap hukum. Hal - hal inilah yang

diidentifikasi dan kemudian diteliti oleh peneliti. Hasil penelitian ini disebut penelitian psikologi

hukum.

5Sadjipto Rahardjo, Ilmu Hukum. (Bandung; Alumni, 1986),hlm. 335.