pengaruh pendekatan pembelajaran passing menggunakan bola ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka. BAB II.pdf · menggunakan Metode Penelitian Kualitatif,...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka. BAB II.pdf · menggunakan Metode Penelitian Kualitatif,...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian Mengenai “Evaluasi Kinerja Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung dalam Bidang Pencegahan dan
Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2014” ini banyak mengembangkan dari
penelitian – penelitian lain sebelumnya yang berhubungan dengan pokok
bahasan penelitian. Adapun penelitian – penelitian yang terdahulu yang
menjadi referensi tambahan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Indra Lesmana (2014), Program S1
Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Penelitian Beliau berjudul Efektivitas
Kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Kutai Barat Dalam Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsinya.
(ISSN 2337-8670, ejournal.pin.or.id).
Penelitiannya ini memfokuskan pada efektivitas pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi yang dilihat menggunakan beberapa kriteria yaitu,
produktivitas, fleksibilitas, kepuasan kerja dan, kualitas. Penelitian ini
menggunakan Metode Penelitian deskriptif kualitatif.
Dan dari hasil penelitian ini secara keseluruhan dari kriteria efektivitas
menggambarkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sejauh ini dapat
berjalan cukup efektif menangani persoalan kebencanaan di Kutai Barat.
Namun masih terdapat beberapa masalah yang menjadi penghambat
10
seperti, persoalan anggaran dan sumber daya manusia karena kurangnya
tenaga professional. Maka dari itu, Penulis menyarankan bahwa perlu
dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
dalam mengelola dan mengoptimalkan sumber anggaran yang tersedia
serta perbaikan dalam kualitas kerja Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Kutai Barat.
2. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Haning Marwiyanthy (2013).
Program S1 Jurusan Sosiologi, FISIP - Universitas Sebelas Maret.
Penelitiannya berjudul Peran BPBD (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah) Kabupaten Karanganyar Dalam Tahap Kesiapsiagaan
Penanganan Bencana Alam. Metode yang digunakan adalah Deskriptif
Kualitatif. Fokus penelitian ini adalah mengenai peran BPBD dalam
penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan
bencana Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran BPBD Kabupaten Karanganyar dalam tahap
kesiapsiagaan penanganan bencana alam.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran BPBD adalah
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam tahap kesiapsiagaan
penanganan bencana alam. Upaya yang dilakukan baik mitigasi pasif
berupa pendidikan sadar bencana, penyuluhan tentang bencana alam serta
karakteristiknya. Dengan upaya-upaya yang dilakukan dimungkinkan
dapat mengurangi dampak bencana dan juga meminimalisir korban
akibat bencana alam. Sehingga sangat dibutuhkan peran aktif masyarakat
11
dan pemerintah untuk menjadikan masyarakat peduli bencana. Dari peran
BPBD dalam tahapan kesiapsiagaan ini diharapkan mampu
meningkatkan warga masyarakat selalu aktif dalam memperoleh
informasi mengenai bencana alam dan mengenali daerah tempat tinggal
mereka masing-masing, sehingga dapat diperkirakan kemungkinan
terburuk serta antisipasi yang harus dilakukan.
3. Penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Rully Indra Permana
(2013). Program Kekhususan Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum,
Universitas Bung Hatta Padang. Judul dari penelitian yang dilakukan
adalah “Tugas Dan Tanggung Jawab Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Di Kabupaten Pesisir Selatan Berdasarkan Peraturan daerah
Nomor 30 Tahun 2010 Tentang Penanggulangan Bencana”. Penelitian ini
menggunakan Metode Penelitian Kualitatif, dengan pendekatan masalah
menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis yaitu berdasarkan
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan apa
yang terjadi di lapangan (pelaksanaan), sehingga dalam penelitian ini
peneliti menggunakan bahan hukum.
Penelitian ini memfokuskan pada tugas dan tanggung jawab BPBD
Kabupaten Pesisir Selatan dalam penanggulangan bencana dan kerusakan
lingkungan yang terjadi di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk – bentuk kerusakan
lingkungan dan bencana alam yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan
12
dan untuk mengetahui bentuk – bentuk tugas dan tanggung jawab Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Di Kabupaten Pesisir Selatan.
Dari penelitian yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa bentuk-
bentuk kerusakan lingkungan yang menyebabkan bencana alam di
Kabupaten Pesisir Selatan yaitu kerusakan lingkungan akibat proses alam
seperti tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan badai angin
topan. serta Bentuk tugas dan tanggung jawab pemerintah Kabupaten
Pesisir Selatan terhadap penanggulangan bencana alam di Kabupaten
Pesisir Selatan yaitu tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam
Penanggulangan Bencana yang secara teknis dilakukan oleh BPBD dan
diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang
penanggulangan bencana, dimana BPBD bertanggung jawab
menyelenggarakan penanggulangan bencana baik saat pra bencana, saat
bencana dan pasca bencana sehingga dapat mengurangi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana.
Dari 3 penelitian sebelumnya yang telah dibahas di atas, dapat dilihat
bahwa penelitian tentang “Evaluasi Kinerja BPBD Kabupaten Badung
dalam Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2014” ini,
memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya.
Persamaannya adalah sama – sama menggunakan metode penelitian
Kualitatif dan sama-sama membahas tentang keberadaan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah di tingkat Kabupaten yang berdasarkan
peraturan – peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah.
13
Sedangkan yang membedakan adalah lokasi penelitiannya, dan fokus
penelitiannya dimana penelitian yang pertama memfokuskan pada
efektivitas tugas pokok dan fungsi BPBD, penelitian kedua memfokuskan
pada peran BPBD dan penelitian ketiga memfokuskan pada tugas dan
tanggung jawab BPBD. Sementara itu, dalam penelitian ini memfokuskan
pada Evaluasi Kinerja BPBD khususnya dalam pelaksanaan pelayanan
bidang pencegahan dan kesiapsiagaan bencana di daerah Kabupaten Badung
pada tahun 2014.
2.2 Kerangka Konseptual
2.2.1 Konsep Kebijakan Publik
Dalam menjalankan suatu pemerintahan, suatu negara
memerlukan suatu kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan publik
yang telah ditentukan. Kebijakan memang lebih sering dipergunakan
dalam konteks tindakan yang dilakukan oleh para aktor dan institusi-
institusi pemerintah, serta perilaku negara pada umumnya. Dewasa ini
membahas tentang kebijakan tidak dapat terlepas dari suatu keputusan
pemerintah. Sedangkan membahas tentang publik kita tidak dapat
terlepas dari tiga konotasi yaitu pemerintah, masyarakat dan umum.
Hal ini dapat dilihat dalam dimensi subjek, objek, dan lingkungan dari
kebijakan tersebut. Banyak para ahli yang mengemukakan
pendapatnya tentang definisi kebijakan publik. Beberapa diantaranya
adalah sebagai berikut:
14
Menurut Suradinata (1993:19) kebijakan publik sebagai
kebijakan negara atau pemerintah adalah kebijakan yang
dikembangkan oleh badan-badan atau lembaga dan pejabat
pemerintah. Kebijakan negara dalam pelaksanaannya meliputi
beberapa aspek, berpedoman pada ketentuan yang berlaku,
berorientasi pada kepentingan umum dan masa depan, serta strategi
pemecahan masalah yang terbaik.untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Selain itu menurut James E. Anderson dalam bukunya Public
Policy Making (1984:3) (dikutip Dalam Soenarko, 2003:42)
menyimpulkan bahwa “public policy is a purposive course of action,
followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or
matter of concern” (kebijakan publik adalah serangkaian tindakan
yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh
seorang pelaku atau sekelompok pelaku, guna memecahkan suatu
masalah tertentu).
Berdasarkan stratifikasinya, kebijakan publik dapat dilihat dari
tiga tingkatan yaitu, kebijakan umum, kebijakan manajerial dan
kebijakan teknis operasional. Selain itu, kebijakan publik dapat
dikelompokkan dalam empat tipe (Ripley, 1986), yaitu:
1. Tipe kebijakan distributif, Tipe kebijakan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan atau mendorong aktivitas masyarakat tanpa ada
intervensi atau dorongan dari pemerintah.
15
2. Tipe kebijakan redistributive, Tipe kebijakan ini bertujuan untuk
menata kembali alokasi kekayaan, hak-hak atau kepentingan antar
kelompok sosial.
3. Tipe kebijakan regulative protective, Tipe ini bertujuan untuk
melindungi masyarakat dengan menetapkan kondisi atau syarat
bagi kegiatan-kegiatan masyarakat yang hendak dilaksanakan.
4. Tipe kebijakan regulative kompetitive, Tipe ini bertujuan untuk
menjaga agar terdapat kompetisi yang adil.
Kebijakan publik yang dibahas dalam penelitian ini adalah
kebijakan Pembentukan BPBD Kabupaten Badung yang yang
berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 3
Tahun 2011 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah. Berdasarkan tipe kebijakan publik
di atas, kebijakan ini dikategorikan dalam tipe kebijakan regulative
protective, hal ini dikarenakan kebijakan ini merupakan kebijakan
yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari dampak yang
mungkin timbul akibat terjadinya bencana dan mengurangi resiko
akibat bencana yang terjadi di wilayah Kabupaten Badung. Maka dari
itu, dalam kebijakan ini selanjutnya diatur lebih lanjut panduan –
panduan yang harus dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam
kegiatan pelayanan penanggulangan bencana, baik pra bencana, saat
bencana dan pasca bencana terjadi.
16
Selain itu, dari sudut manajemen, proses kerja dari kebijakan
publik dapat dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang meliputi
pembuatan, pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi.
2.2.2 Konsep Evaluasi
Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur hasil atau dampak
suatu aktivitas, program, atau proyek dengan cara membandingkan
dengan tujuan yg telah ditetapkan, dan bagaimana cara pencapaiannya
(Mulyono, 2009). Sedangkan menurut Rika Dwi K. (2009)
Evaluasi adalah sebuah proses dimana keberhasilan yang dicapai
dibandingkan dengan seperangkat keberhasilan yang diharapkan.
Perbandingan ini kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian
faktor-faktor yang berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 222-223) penelitian
evaluasi dapat diartikan suatu proses yang dilakukan dalam rangka
menentukan kebijakan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan
nilai-nilai positif dan keuntungan suatu program, serta
mempertimbangkan proses serta teknik yang telah digunakan untuk
melakukan suatu penelitian.
Dalam menghasilkan informasi mengenai kinerja
program/kegiatan, evaluator menggunakan tipe kriteria yang berbeda
untuk mengevaluasi hasilnya. Menurut Dunn (1999), dalam
melaksanakan evaluasi setidaknya harus sesuai dengan tahapan-
tahapan berikut ini :
17
1. Pengumpulan data, Evaluator mengumpulkan data mengenai apa
yang diinginkan pengembang program baik yang berhubungan
dengan kondisi awal, transaksi, dan hasil. Data dapat dikumpulkan
melalui studi dokumen dapat pula melalui wawancara.
2. Analisis Data, dalam hal ini yang dilakukan meliputi analisis logis
dan empirik. Analisis logis diperlukan dalam memberikan
pertimbangan mengenai keterkaitan antara prasyarat awal,
transaksi, dan hasil dari kotak-kotak tujuan. Evaluator harus dapat
menentukan apakah prasyarat awal yang telah dikemukakan
pengembang program akan tercapai dengan rencana transaksi yang
dikemukakan. Atau sebetulnya ada model transaksi lain yang lebih
efektif. Demikian pula mengenai hubungan antara transaksi dengan
hasil yang diharapkan. Analisis kedua adalah analisis empirik.
Dasar bekerjanya sama dengan analisis logis tapi data yang
digunakan adalah data empirik.
3. Analisis congruence (kesesuaian), Tahapan ini merupakan analisis,
dimana evaluator membandingkan antara apa yang dikemukakan
dalam tujuan (inten) dengan apa yang terjadi dalam kegiatan
(observasi). Dalam hal ini evaluator menganalisis apakah yang
telah direncanakan dalam tujuan telah sesuai dengan pelaksanaanya
di lapangan atau terjadi penyimpangan. Apabila analisis
congruence telah selesai, maka evaluator menyerahkannya kepada
tim yang terdiri dari para ahli dan orang yang terlibat dalam
18
program. Tim ini yang akan meneliti kesahihan hasil analilsis
evaluator dan memberikan persepsinya mengenai faktor penting
congruence.
4. Pertimbangan hasil, Tugas evaluator berikutnya adalah
memberikan pertimbangan mengenai program yang sedang dikaji.
Untuk itu, evaluator harus mengetahuai standar program yang
diteliti kemudian menyesuaikan dengan program yang terlaksana.
Konsep evaluasi ini nantinya akan diaplikasikan kepada
penelitian yang akan dilaksanakan di BPBD Kabupaten Badung
mengenai kinerja badan ini dalam pelaksanaan pencegahan dan
kesiapsiagaan bencana di daerah Kabupaten Badung.
2.2.3 Konsep Kinerja
Kata kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja
yang padanannya dalam bahasa Inggris adalah performance, yang
sering diindonesiakan menjadi kata performa. (Wirawan, 2009).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kinerja
berarti: (1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang diperlihatkan, (3)
kemampuan kerja. Selain itu, banyak pula para ahli yang
mendefinisikan kinerja, beberapa diantaranya seperti:
Gilbert (1997) mendefinisikan kinerja adalah apa yang dapat
dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sedangkan Prawirosentono (1999 : 2) mendefinisikan kinerja sebagai
19
performance, yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
dan sesuai dengan moral dan etika.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja atau prestasi
kerja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja
maupun prestasi kerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja
oleh seseorang. Dengan demikian bahwa kinerja maupun prestasi
kerja merupakan cerminan hasil yang dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang. Kinerja perorangan (individual performance)
dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinerja
perusahaan (corporate performance) terdapat hubungan yang erat.
2.2.4 Konsep Organisasi Pemerintah
Sebagai mahluk sosial, manusia akan cenderung masuk dan
bergabung dalam suatu organisasi. Banyak terdapat pakar yang
mendefinisikan tentang organisasi. beberapa diantaranya yaitu:
Menurut John D. Millet (1954), menyatakan bahwa organisasi
adalah sebagai kerangka struktur dimana pekerjaan dari beberapa
orang diselenggarakan untuk mewujudkan tujuan bersama. Selain itu
menurut, Chester L. Bernard (1968), menyatakan bahwa organisasi
sebagai sebuah sistem tentang aktivitas kerja sama dua orang atau
20
lebih dari sesuatu yang tidak berwujud yang sebagian besar tentang
silahturahmi.
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa definisi
organisasi adalah sebagai berikut:
a. Wadah atau tempat terselenggaranya administrasi atau aktivitas
pencapaian tujuan
b. Di dalamnya terjadi hubungan antarindividu maupun kelompok,
baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi.
c. Terjadi kerja sama dan pembagian tugas dalam organisasi
tersebut
d. Berlangsung proses aktivitas berdasarkan kinerja masing-
masing.
Keberadaan organisasi sangat penting dalam kehidupan manusia.
Secara global di dunia, organisasi dikelompokan menjadi dua jenis
yaitu organisasi pemerintahan dan organisasi non-pemerintahan (baik
swasta yang bernuansa dagang maupun nondagang. Di dalam suatu
negara organisasi pemerintahan menjadi hal utama dalam
mewujudkan tujuan – tujuan pelayanan yang bermanfaat untuk
masyarakat.
Disamping itu, untuk penyelenggaraan administrasi
pemerintahan serta program dan kegiatan pemerintah, Kepada Daerah
21
baik itu Gubernur dan Bupati/Walikota dibantu oleh perangkat daerah.
Perangkat Daerah atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
merupakan organisasi atau lembaga pada Pemerintah Daerah yang
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Perangkat Daerah dibentuk
oleh masing-masing Daerah berdasarkan pertimbangan karakteristik,
potensi, dan kebutuhan Daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan melalui Peraturan Daerah dengan bentuk sebagai berikut:
a. Perangkat Daerah Provinsi terdiri atas Sekretariat Daerah,
Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas dan Badan.
b. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Sekretariat Daerah,
Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas dan Badan.
Dalam penelitian ini akan lebih membahas mengenai organisasi
perangkat daerah kabupaten yaitu Badan. Badan yang dimaksud
adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Badung.
Untuk menunjukkan adanya kinerja organisasi yang baik,
organisasi harus memiliki suatu kelembagaan yang baik pula. Begitu
pula pada organisasi perangkat daerah seperti BPBD dalam
memberikan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat, BPBD
harus memiliki kelembagaan yang baik pula.
22
Kelembagaan tidak dapat terlepas lembaga sosial yang
mencakup konsep perilaku sosial yang sudah mengakar dan
berlangsung terus menerus atau berulang dalam suatu organisasi
sebagai wadah atau tempat untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Serta kelembagaan menyangkut suatu sistem yang
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu,sehingga di dalam sistem
tersebut terdapat tujuan pokok dan fungsi dari organisasi tersebut,
strukturnya, mekanisme kerja dan hubungan kerja antara sumber
daya manusia di dalamnya.
2.2.5 Pelayanan Penanggulangan Bencana
Membahas mengenai pelayanan penanggulangan bencana di
Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan. Untuk
memahami pelayanan penanggulangan bencana, kita perlu memahami
bencana terlebih dahulu.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
Bencana dikelompokan beberapa jenis sebagai berikut,
23
1. Bencana alam, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non-alam, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit,
kebakaran.
3. Bencana sosial, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat, dan teror.
Selanjutnya membahas mengenai Penanggulangan bencana, kita
tidak dapat terlepas dari manajemen penanggulangan bencana.
Dimana pada dasarnya dalam manajemen penanggulangan bencana ini
berupaya untuk menghindarkan masyarakat dari bencana baik dengan
mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi
kerentanan. Terkait dengan manajemen penanggulangan bencana,
maka dalam Undang-Undang No. 24 tahun 2007 menyatakan bahwa:
“Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
24
dan rehabilitasi”. Makna penanggulangan bencana dari Undang-
Undang tersebut di atas mengandung dua pengertian dasar yaitu:
1. Penanggulangan bencana sebagai sebuah rangkaian atau siklus,
2. Penanggulangan bencana dimulai dari penetapan kebijakan
pembangunan yang didasari risiko bencana dan diikuti tahap
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi
serta rekonstruksi.
Dari pemaparan di atas, maka secara sederhana dapat dikatakan
bahwa penanggulangan bencana merupakan serangkaian kegiatan
pelayanan dalam menghadapi suatu bencana. Seluruh pihak dalam
suatu pemerintahan pada dasarnya terlibat dalam upaya
penanggulangan bencana ini, namun dikoordinir oleh suatu badan
dalam suatu pemerintahan yaitu BNPB untuk tingkat nasional dan
BPBD untuk tingkat daerah.
Dalam penelitian kali ini akan membahas mengenai BPBD
Kabupaten Badung. Bentuk – bentuk Pelayanan Penanggulangan
bencana yang terdapat di BPBD Kabupaten Badung ada 3 bentuk
yaitu:
1. Pelayanan Pra Bencana, Pelayanan ini ditangani oleh Bidang
Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Kabupaten Badung.
Pelayanan pra bencana ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan
dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana sebelum bencana
itu terjadi.
25
2. Pelayanan Saat Bencana, Pelayanan ini ditangani oleh Bidang
Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Badung. Pelayanan
ini diberikan saat terjadi bencana. Dimana BPBD akan terjun
langsung ke lokasi bencana untuk memberikan respon
penanggulangan bencana sesuai dengan prosedur tanggap darurat
bencana yang ada.
3. Pelayanan Pasca Bencana, Pelayanan ini ditangani oleh Bidang
Rehabilitasi dan rekonstruksi BPBD Kabupaten Badung.
Pelayanan ini diberikan setelah bencana itu terjadi. Biasanya
pelayanan yang diberikan seperti melakukan Verifikasi kejadian
bencana atau pemeriksaan kembali kerugian yang dilakukan
setelah respon tanggap darurat dilakukan, untuk memastikan
apakah laporan yang diterima benar adanya.
Pada dasarnya pelayanan ini berkesinambungan dari pelayanan
pra, saat dan pasca bencana. Pelayanan ini merupakan tanggung jawab
dari BPBD dan memerlukan peranan pendukung dari masyarakat dan
instansi pemerintahan lainnya.
Dalam penelitian ini, akan lebih banyak membahas mengenai
pelayanan sebelum bencana. Dimana termasuk didalamnya
pelaksanaan pencegahan dan kesiapsiagaan bencana yang sesuai
dengan prosedur yang telah ada.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan bencana, “Kegiatan Pencegahan bencana adalah
26
serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana”. Sementara
itu, “Kesiapsiagaan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Kegiatan pencegahan dan kesiapsiagaan bencana sangat penting
diketahui dan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat sejak dini
sebelum terjadinya suatu bencana. Sehingga tujuan utama pelayanan
penanggulangan bencana untuk mengurangi resiko yang dapat terjadi
akibat bencana dirasakan oleh seluruh masyarakat dapat tercapai.
2.3 Kerangka Teori
2.3.1 Teori Evaluasi Kinerja Organisasi
Dalam rangka mewujudkan organisasi berkinerja tinggi, langkah akhir
dalam proses yang harus dilakukan adalah tahap evaluasi terhadap kinerja
organisasi.
Menurut Chaizi Nasucha dalam Irham (2013;3) Kinerja Organisasi
adalah sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk
memenuhikebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan
dengan usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan
organisasi secara terus menerus guna mencapai kebutuhannya secara efektif.
Dengan demikian kinerja mempunyai peran yang besar dalam menjalankan
sebuah organisasi dan perlu dilakukan suatu evaluasi kinerja yang dilakukan
secra berkala dengan standar prosedur yang jelas.
27
PENILAIAN
KINERJA
PENGUKURAN
KINERJA
EVALUASI
KINERJA
1
.
.
2
.
. 3
.
.
Gambar 1. Rangkaian Tahapan Evaluasi Kinerja
Selain itu, proses evaluasi terhadap kinerja organisasi ini penting
dilakukan, karena tanpa evaluasi tidak akan diketahui sampai sejauhmana
organisasi tersebut telah efektif melakukan perubahan menuju organisasi
berkinerja tinggi. Dari hasil evaluasi bisa diketahui apa kekurangan dalam
mewujudkan organisasi berkinerja tinggi dan kemudian dapat dilakukan
langkah-langkah intervensi untuk memperbaiki kondisi yang ada.
Menurut Amins (2009: 91 - 99), Evaluasi Kinerja dilakukan terhadap
analisis efisiensi dengan cara membandingkan antara output dengan input
baik untuk rencana maupun realisasinya, dilakukan pula penentuan tingkat
efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan, hasil,
manfaat atau dampaknya. Selain itu, evaluasi kinerja dilakukan berdasarkan
hasil – hasil perhitungan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja
merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematis dan didasarkan pada
kelompok indikator kinerja dalam suatu organisasi. Sehingga antara
Penilaian Kinerja, Pengukuran Kinerja dan Evaluasi Kinerja merupakan
serangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kinerja organisasi berjalan
baik atau buruk serta efektif dan efisien. Seperti dalam gambar berikut ini:
28
Sumber: Achmad Amins (2009)
Dari gambar di atas dapat dijabarkan masing-masing penjelasan sebagai
berikut:
1. Penilaian Kinerja.
Penilaian Kinerja (Performance appraisal) merupakan suatu proses
yang dilakukan secara sistematis terhadap kinerja sumber daya manusia
dalam suatu organisasi berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan atau
dibebankan kepada mereka. Termasuk didalamnya mencakup penilaian
terhadap seluruh kegiatan program dan proyek yang dilaksanakan oleh
pemerintah daerah dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian,
penilaian kinerja adalah salah satu faktor penting guna mengembangkan
organisasi secara efektif dan efisien. (Amins 2009: 91).
Disamping itu, menurut Marion E. Haynes (1984) dalam Amins
2009: 95 menyatakan bahwa penilaian kinerja sumber daya manusia
harus ditujukan pada empat komponen dasar, yaitu:
a. Kuantitas
b. Kualitas
c. Biaya
d. Waktu
Untuk melakukan penilaian kinerja, seseorang sangat
membutuhkan sumber informasi yang relevan dengan tugas yang
dikerjakan. Sumber informasi yang sering digunakan untuk menilai
kinerja yang aktual dapat dilakukan dengan cara observasi secara
29
personal, laporan statistik, laporan lisan, laporan tertulis, dan data dasar
(data base) yang dikses melalui komputer organisasi tersebut.
2. Pengukuran Kinerja
Pengukuran Kinerja adalah hasil dari suatu penilaian yang
sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja. Berdasarkan
Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (KEPLAN) Nomor
239 Tahun 2003 tentang LAKIP, Indikator kinerja yang dimaksud dapat
berupa :
a. Masukan (Input)
b. Keluaran (Output)
c. Hasil
d. Manfaat
e. Dampak.
Selain itu, menurut Dwiyanto (2006:50) menjelaskan bahwa ada
beberapa indikator untuk mengukur kinerja khususnya dalam birokrasi
publik, diantaranya yaitu:
1. Produktivitas, dengan mengukur kinerja berdasarkan tingkat
efisien dan efektifitas kinerja pelayanan publik.
2. Kualitas Layanan, dengan melihat kualitas pelayan publik
sehingga kepuasan masyarakat dapat menjadi indikator kinerja
birokrasi publik
3. Responsivitas, yaitu Kemampuan birokrasi untuk mengetahuidan
menangkap kebutuhan yang dirasakan oleh publik. Dengan
30
menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan menyusun program
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4. Responsibilitas, yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kinerja
birokrasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
administrasi yang benar terhadap kebijakan birokrasi.
5. Akuntabilitas, yaitu menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kinerja birokrasi publik tunduk pada penjabat politik yang dipilih
oleh rakyat. Dalam konteks ini akuntabilitas publik dapat
digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kinerja
birokrasi publik konsisten dengan kehendak publik.
Dengan adanya indikator diatas maka kinerja organisasi
khususnya dalam memberikan pelayanan publik dapat diukur. Disamping
itu, pengukuran kinerja digunakan pada dasarnya untuk mengukur atau
menentukan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi suatu organisasi.
3. Evaluasi Kinerja
Berdasarkan hasil perhitungan pengukuran kinerja, selanjutnya
dilakukan evaluasi terhadap pencapaian setiap indikator kinerja untuk
memberi penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang mendukung
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan atau program
dalam suatu organisasi. Dalam melakukan evaluasi Kinerja perlu juga
dilakukan perbandingan – perbandingan antara: (Amins 2009: 99)
31
a. Kinerja Nyata dengan kinerja yang direncanakan
b. Kinerja nyata dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya
c. Kinerja suatu instansi dengan kinerja instansi lain yang unggul
dibidangnya ataupun dengan kinerja sektor swasta
d. Kinerja nyata dengan kinerja di negara - negara lain atau dengan
standar internasional.
Dalam penelitian kali ini, dalam mengevaluasi kinerja BPBD
Kabupaten Badung akan lebih menggunakan perbandingan kinerja nyata
dengan kinerja yang direncanakan. Yang mengacu pada rencana strategis
(Renstra) BPBD Kabupaten Badung tahun 2010 – 2015. Selain itu juga
menggunakan perbandingan kinerja nyata dengan kinerja tahun
sebelumnya. dalam penelitian ini akan membandingkan kinerja BPBD
Kabupaten Badung pada tahun 2014 (nyata) dengan tahun sebelumnya
yaitu tahun 2013.
Dengan evaluasi ini diharapkan nantinya penulis dapat mengetahui
seberapa besar keberhasilan BPBD Kabupaten Badung dalam bidang
pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada tahun 2014. Sehingga suatu
yang sudah baik dalam BPBD Kabupaten Badung dapat dipertahankan
dan/atau ditingkatkan dan yang belum baik dapat diperbaiki untuk lebih
baik kedepannya.
32
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
UU No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana di Indonesia
Masih Lemahnya Pencegahan dan
Kesiapsiagaan Bencana Di Indonesia
Pembentukan BPBD
Kabupaten Badung
Kinerja Bidang Pencegahan dan
Kesiapsiagaan Bencana
Tingkat Keberhasilan
Kinerja
Faktor Pendukung &
Penghambat Kinerja
Evaluasi Kinerja
Kesimpulan dan Saran
Perda Kab. Badung
No 3 Tahun 2013
UU Nomor 32
Tahun 2004