Metode Geolistrik Resistivitas Pencemaran Air Tanah

11
METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS SEBAGAI PENDETEKSI PENCEMARAN AIR TANAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) Septiandi Akhmad Perdana, Galih Amirul Husna, Achmad Fakhrus Shomim. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya ABSTRAK Masalah sampah menjadi masalah utama pada wilayah pemukiman penduduk. Penanganan sampah yang kurang tepat dapat mengakibatkan permasalahan lingkungan, salah satunya adalah pencemaran air tanah. Air lindi adalah cairan yang dihasilkan oleh pemaparan air hujan pada timbunan sampah. Oleh karena itu perlu adanya metode pendeteksi pencemaran air tanah secara efektif, sehingga dapat segera dilakukan upaya pencegahan sebelum pencemaran semakin meluas. Metode geolistrik resistivitas adalah salah satu metode geofisika yang dapat memberikan informasi keadaan di bawah tanah berdasarkan properti fisika resistivitas atau tahanan jenis. Prinsip pengukuran nilai resistivitas yaitu dengan memberikan injeksi arus listrik ke bawah tanah oleh elektroda arus kemudian potensial listrik yang terjadi diukur oleh elektroda potensial. Data yang diperoleh adalah nilai resistivitas semu. Dengan mengetahui rentang nilai resistivitas air bersih dan air lindi, serta akuisisi data yang dilakukan secara mapping, maka dapat dilakukan identifikasi arah aliran air lindi tersebut. Melalui studi literatur, paper ini menjelaskan keberhasilan metode geolistrik resistivitas dan penerapannnya sebagai solusi pendeteksi pencemaran air tanah akibat rembesan air lindi. Hal tersebut telah dibuktikan dengan adanya beberapa penelitian yang menjelaskan bahwa resistivitas air bersih memiliki rentang nilai resistivitas 10 – 100 Ωm, sedangkan air tercemar dibawah 10 Ωm. Kata Kunci : Geolistrik, resistivitas, air tanah, air lindi PENDAHULUAN Setiap aktivitas manusia menyisakan zat sisa yang sudah tidak diperlukan yang berupa sampah dan/atau limbah. Definisi sampah dan limbah menurut Undang-Undang RI No.18 Tahun 2008 [6], sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk zat padat. Sedangkan limbah adalah sisa hasil kegiatan produksi atau usaha. Di banyak negara maju dan perkotaan di Indonesia, hampir seratus persen (100%) sampah dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) [5]. Namun sayangnya pengelolaan sampah di banyak TPA di Indonesia masih kurang baik. Berdasarkan data Rencana Strategis Direktorat Jendral Cipta Karya 2010-2014 [3], di Indonesia 80,6% TPA yang ada masih menggunakan metode open dumping. Metode open dumping adalah teknik pembuangan sampah dengan cara menimbun sampah di lahan terbuka tanpa dilakukan pengurugan hingga lahan tersebut penuh, kemudian lahan tersebut ditinggalkan. Dampak yang diakibatkan oleh TPA jenis open dumping adalah pencemaran air, tanah, udara, dan juga sebagai sumber penyakit. Apabila timbunan

description

Identifikasi pencemaran air tanah menggunakan metode geolistrik resistivitas

Transcript of Metode Geolistrik Resistivitas Pencemaran Air Tanah

METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS SEBAGAI PENDETEKSI PENCEMARAN AIR TANAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)

Septiandi Akhmad Perdana, Galih Amirul Husna, Achmad Fakhrus Shomim.Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Masalah sampah menjadi masalah utama pada wilayah pemukiman penduduk. Penanganan sampah yang kurang tepat dapat mengakibatkan permasalahan lingkungan, salah satunya adalah pencemaran air tanah. Air lindi adalah cairan yang dihasilkan oleh pemaparan air hujan pada timbunan sampah. Oleh karena itu perlu adanya metode pendeteksi pencemaran air tanah secara efektif, sehingga dapat segera dilakukan upaya pencegahan sebelum pencemaran semakin meluas.

Metode geolistrik resistivitas adalah salah satu metode geofisika yang dapat memberikan informasi keadaan di bawah tanah berdasarkan properti fisika resistivitas atau tahanan jenis. Prinsip pengukuran nilai resistivitas yaitu dengan memberikan injeksi arus listrik ke bawah tanah oleh elektroda arus kemudian potensial listrik yang terjadi diukur oleh elektroda potensial. Data yang diperoleh adalah nilai resistivitas semu. Dengan mengetahui rentang nilai resistivitas air bersih dan air lindi, serta akuisisi data yang dilakukan secara mapping, maka dapat dilakukan identifikasi arah aliran air lindi tersebut.

Melalui studi literatur, paper ini menjelaskan keberhasilan metode geolistrik resistivitas dan penerapannnya sebagai solusi pendeteksi pencemaran air tanah akibat rembesan air lindi. Hal tersebut telah dibuktikan dengan adanya beberapa penelitian yang menjelaskan bahwa resistivitas air bersih memiliki rentang nilai resistivitas 10 – 100 Ωm, sedangkan air tercemar dibawah 10 Ωm.

Kata Kunci : Geolistrik, resistivitas, air tanah, air lindi

PENDAHULUANSetiap aktivitas manusia menyisakan zat sisa

yang sudah tidak diperlukan yang berupa sampah dan/atau limbah. Definisi sampah dan limbah menurut Undang-Undang RI No.18 Tahun 2008 [6], sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk zat padat. Sedangkan limbah adalah sisa hasil kegiatan produksi atau usaha. Di banyak negara maju dan perkotaan di Indonesia, hampir seratus persen (100%) sampah dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) [5]. Namun sayangnya pengelolaan sampah di banyak TPA di Indonesia masih kurang baik. Berdasarkan data Rencana Strategis Direktorat Jendral Cipta Karya 2010-2014 [3], di Indonesia 80,6% TPA yang ada masih menggunakan metode open dumping. Metode open dumping adalah teknik pembuangan sampah dengan cara menimbun sampah di lahan terbuka tanpa dilakukan pengurugan hingga lahan tersebut penuh, kemudian lahan tersebut ditinggalkan.

Dampak yang diakibatkan oleh TPA jenis open dumping adalah pencemaran air, tanah, udara, dan juga sebagai sumber penyakit. Apabila timbunan sampah tersebut terpapar oleh air hujan maka dari timbunan sampah tersebut menghasilkan air lindi. Air lindi adalah cairan yang dikeluarkan dari sampah akibat proses degradasi biologis. Karena pada TPA open dumping tidak dilengkapi dengan saluran air lindi maka air lindi tersebut dapat merembes dan sangat berpotensi untuk mencemari air bawah tanah. Apabila air tanah sudah tercemar oleh air lindi, maka

perlu diketahui arah aliran dari air lindi tersebut untuk dapat dicegah alirannya sebelum pencemaran semakin meluas.

Tujuan penulisan paper ini adalah untuk menjelaskan metode geolistrik resistivitas sebagai pendeteksi adanya rembesan air lindi yang berasal dari TPA open dumping yang berpotensi mencemari air tanah. Sehingga berdasarkan hasil survei resistivitas dapat dilakukan tindakan pencegahan dan peringatan dini kepada warga di sekitar TPA.

LANDASAN TEORIMetode Geolistrik Resistivitas dan Air Tanah

Metode resistivitas adalah metode geofisika yang digunakan untuk menduga struktur bawah permukaan dengan menerapkan sifat penjalaran arus listrik dibawah permukaan. Selain untuk tujuan eksplorasi mineral, metode geolistrik resistivitas dapat digunakan untuk menganalisis kualitas air tanah [8]. Lapisan akuifer air tanah merupakan lapisan batuan yang memiliki rentang nilai resistivitas yang luas, yaitu antara 1 Ωm hingga 108

Ωm [telford]. Faktor – faktor yang mempengaruhi nilai resistivitas akuifer antara lain komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral, dan jenis fluida yang terkandung.

Air yang mengalir di atas maupun di bawah permukaan tanah, mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garaman. Apabila air tercemar oleh limbah atau sampah yang berasal dari industri, kandungan zat padat tersebut menjadi meningkat. Jumlah zat padat terlarut tersebut dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran

Septiandi Akhmad Perdana / Metode Geolistrik Resistivitas Sebagai Pendeteksi Pencemaran Air Tanah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

air [10]. Untuk kasus di sekitar TPA, ion logam dalam larutan air lindi akan mengalami perubahan ion, serta presipitasi, kemudain akan terjadi perubahan nilai resistivitas [8]. Nilai konduktivitas elektrik akan menurun (resistivitas bertambah tinggi) ketika konsentrasi zat padat terlarut juga menurun [7]. Karena air lindi lebih konduktif, maka nilai resistivitas air lindi lebih kecil dibanding air tanah yang tidak tercemar. Akuisisi data Resistivitas

Prinsip dasar metode resistivitas ini adalah hukum Ohm yang menerangkan hubungan antara beda potensial, arus listrik, dan hambatan dengan menganggap lapisan tanah berupa resistor. Tiap lapisan memiliki nilai tahanan jenis yang berbeda-beda sehingga dengan menganlisa nilai tahanan jenis tersebut dapat diperkirakan litologi batuan bawah permukaan. Nilai tahanan ini disebut resistivitas semu. Resistivitas semu adalah nilai tahanan jenis lapisan bawah permukaan akibat lapisan permukaan yang tidak homogen. Nilai resistivitas semu dicari menggunakan persamaan 1.1. Nilai resistivitas semu tergantung pada konfigurasi elektroda. Tiap konfigurasi elektroda memiliki nilai K yang berbeda-beda. K merupakan faktor geometri yang dicari dengan persamaan 1.2. Ketika arus listrik diinjeksikan kedalam bumi melalui elektroda arus maka beda potensial dapat diukur. Karena arus listrik yang diinjeksikan berupa variabel yang dikontrol maka resistivitas semu dapat dihitung menggunakan persamaan 1.2 [4].

Konfigurasi ElektrodaKonfigurasi Wenner menggunakan dua elektroda

arus dan dua elektroda potensial. Elektroda disusun dalam satu garis lurus dengan spasi antar elektroda dibuat sama (gambar 1). Saat pengambilan data seluruh elektroda begerak dengan rentang jarak yang konstan sehingga diperoleh datum point seperti gambar 2. Nilai resistivitas semu pada konfigurasi Wenner di cari menggunakan persamaan 1.3. Konfigurasi Wenner pada umumnya digunakan dalam pemetaan.

ρa=2 πa ∆ V

I

Gambar 1. Penempatan elektroda dengan konfigurasi Wenner. C1 dan C2 sebagai elektroda arus, P1 dan P2 sebagai elektroda potensial [2]

Gambar 2. Sebaran datum point untuk konfigurasi Wenner [2]

Konfigurasi Schlumberger menggunakan dua elektroda arus dan dua elektroda potensial yang pada umumnya digunakan untuk meneliti pada arah vertikal. Elektroda disusun dalam satu garis lurus dengan elektroda potensial terletak di tengah dan diapit oleh dua elektroda arus. Yang membedakan dengan konfigurasi Wenner adalah spasi antar elektroda dan pola pengambilan datanya. Saat pengambilan data menggunakan konfigurasi Schlumberger elektroda arus bergerak saling menjauhi hingga batas tertentu, selanjutnya elektroda potensial di ubah spasinya (gambar 3). Datum point yang teramati pada konfigurasi Schlumberger seperti gambar 4.

ρa=πn (n+1 )a ∆ VI

Gambar 3. Penempatan elektroda dengan konfigurasi Schlumberger. C1 dan C2 sebagai elektroda arus, P1 dan P2 sebagai elektroda potensial [2]

Gambar 4. Sebaran datum point untuk konfigurasi Schlumberger [2]

Interpretasi Penampang Resistivitas

LsiS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah MadaPESTAGAMA 2014

(1.3)

(1.1)(1.4)

(1.2)

Septiandi Akhmad Perdana / Metode Geolistrik Resistivitas Sebagai Pendeteksi Pencemaran Air Tanah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Data resistivitas yang diperoleh dari perhitungan perkalian nilai resistansi dengan faktor geometri selanjutnya diolah menggunakan software Res2dinv dan IP2Win untuk dilakukan inversi. Inversi merupakan salah satu jenis pemodelan untuk mendapatkan model bawah tanah/permukaan bumi dengan parameter fisis tertentu [6]. Dari pemodelan inversi 2 dimensi menghasilkan suatu penampang bawah tanah/permukaan bumi dengan sumbu horisontal merupakan posisi pada lintasan pengukuran

dan sumbu vertikal merupakan posisi kedalaman. Sebaran nilai resistivtas digambarkan oleh sebaran warna, dengan tiap warna mewakilkan nilai resistivitas tertentu. Karena tiap jenis batuan memiliki nilai resistivitas yang berbeda-beda maka dapat diperkirakan jenis batuan bawah permukaan melalui penampang resistivitas tersebut. Tabel 1 menunjukkan nilai resistivitas beberapa mineral atau batuan.

Tabel 1. Nilai resistivitas berbagai mineral dan batuan [1]

Jenis Material/Batuan Resistivitas (Ωm)Air Tanah 10 – 100Air Lindi < 10Batu Lempung 1 – 100Batu Pasir 8 – 4 × 103

Dolomit 100 – 104

Batu Gamping 50 – 400Basalt 103 × 106

Alluvium 10 – 800Granit 5 ×103 – 106

Gambar 5. Contoh penampang resistivitas sebagi hasil inversi [2]

METODE PENELITIANLokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian dalam studi kasus ini disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2. Lokasi dan waktu penelitian pada kedua studi kasus

Parameter TPA Temesi TPA Supit Urang

Lokasi

Tenggara kota Gianyar, Bali(8o33’70” LS 115o20’40”

BT)

Kelurahan Mulyorejo,

Kecamatan Sukun,Malang,

Jawa timur(7°58'59" LS

112°34'41" BT)

Waktu Penelitian

Juli - Nopember

2011 (transisi musim

penghujan - kemarau)

Februari 2012(musim penghujan)

PeralatanPeralatan yang digunakan dalam akuisisi data

geolistrik resistivitas adalah sebagai berikut:1. Resistivitymeter2. Kabel roll3. Empat buah batang besi sebagai elektroda

arus dan potensial4. Palu5. Meteran6. Kompas7. GPS8. Handy talkie9. Alat tulis10. Laptop/komputer11. Software Microsoft Excel12. Software Res2Dinv

ProsedurAkuisisi data geolistrik resistivitas diawali

dengan penentuan lokasi lintasan pengukuran.

LsiS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah MadaPESTAGAMA 2014

Septiandi Akhmad Perdana / Metode Geolistrik Resistivitas Sebagai Pendeteksi Pencemaran Air Tanah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Penentuan lokasi lintasan pengukuran didasarkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kondisi lapangan atau medan, posisi singkapan formasi batuan, serta alokasi waktu dan dana.

Alur kerja yang digunakan dalam kedua studi kasus ini secara garis besar sama, yaitu studi pendahuluan, akuisisi data, pengolahan data, interpretasi dan analisis arah rembesan air lindi. Dari kedua studi kasus ini yang membedakan adalah pada penggunaan konfigurasi elektroda untuk akuisisi data. Alur kerja kedua studi kasus disajikan pada gambar 6 dan 7 berikut:

Gambar 6. Alur kerja studi kasus TPA Temesi [5]

Gambar 7. Alur kerja studi kasus TPA Supit Urang [4]

HASIL DAN PEMBAHASANStudi Kasus TPA Supiturang Malang

Pengukuran resistivitas menggunakan empat lintasan pengukuran. Lintasan 1 diambil pada jarak 50 m dari TPA, lintasan 2 diambil pada jarak 166,3 m

dari TPA, serta lintasan 3 dan 4 diambil pada jarak berturut-turut 315,4 m dan 456,3 m. Dalam kasus ini penentuan lintasan pengukuran didasarkan area yang dapat terjangkau.

Setelah proses inversi dengan menggunakan software Res2Dinv, dihasilkan penampang resistivitas dengan sumbu horisontal adalah panjang lintasan pengukuran yaitu 150 m dan sumbu vertikal adalah kedalaman yaitu hingga 24,9 m dengan distribusi resistivitas bawah tanah diwakili oleh skala warna.

Hasil interpretasi keberadaan air lindi pada 4 (empat) lintasan resistivitas bawah tanah disajikan dalam tabel 3 berikut:

Tabel 3. Interpretasi penampang resistivitas untuk studi kasus TPA Temesi

No. Lintasan

Resistivitas (Ωm) Kedalaman (m)

1 0,74 - 23,4 7,5 - 24,92 3,51 - 175 7,5 - 24,93 2,31 - 215 7,5 - 24,94 1,96 - 122 7,5 – 18,5

Gambar 8. Desain survei Geolistrik Resistivitas untuk studi kasus TPA Suipt Urang. Zona I sampai IV adalah lokasi timbunan sampah, K adalah kantor TPA, P adalah pohon jati, dan S adalah sumur pantau [11]

Gambar 9. Interpolasi 4 lintasan pengukuran studi kasus TPA Supit Urang. Air lindi diidentifikasi sebagai warna biru tua dengan resistivitas 0,74 Ωm hingga 8,45 Ωm [11]

LsiS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah MadaPESTAGAMA 2014

Septiandi Akhmad Perdana / Metode Geolistrik Resistivitas Sebagai Pendeteksi Pencemaran Air Tanah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Akumulasi rembesan air lindi yang berasal dari pembusukan sampah di TPA Supit Urang ini diidentifikasi paling banyak di lintasan 1, karena letaknya yang terdekat dengan zona penimbunan sampah. Nilai resistivtas pada lintasan 1 ditemukan adalah yang paling rendah yaitu 0,74 Ωm hingga 5,32 Ωm. Kemudian nilai resisvitas tersebut semakin berkurang pada lintasan kedua hingga keempat. Semakin kecil nilai resistivitas berasosiasi dengan semakin buruk kualitas air. Sehingga diduga air lindi yang ada di area lintasan satu ini yang nantinya akan berpotensi merembes dan mencemari air tanah di sekitar TPA.

Berdasarkan hasil interpolasi keempat lintasan pengukuran, air lindi di TPA Supit Urang ini memiliki kecenderungan untuk mengalir ke arah selatan dan timur. Hal ini dipengaruhi oleh topografi area sekitar TPA, dimana kondisi di bagian selatan dan timur lebih rendah dibanding di daerah lain. Rembesan air lindi teridentifikasi hingga kedalaman 24,9 m dan diperkirakan dapat merembes mencapai radius 500 m yaitu memasuki area pemukiman penduduk.

Untuk membuktikan bahwa air lindi sudah mencemari air tanah penduduk perlu dilakukan pengambilan sampel air di sumur kontrol milik TPA Supit Urang yang berada di ± 500 m dari TPA, yaitu perbatasan area TPA dengan daerah pemukiman. Apabila sudah terbukti terdapat pencemaran harus segera dilkukan peringatan dini kepada warga dan teknik penimbunan sampah di TPA Supit Urang dialihkan dari open dumping menjadi sanitary landfill.

Studi Kasus TPA Temesi GianyarAkuisisi data dilakukan dengan jumlah lintasan

pengukuran sebanyak 8, yang mana 6 lintasan ditempatkan pada sekitar lokasi TPA sebagai indikator arah aliran lindi dan 2 lintasan ditempatkan jauh dari TPA sebagai kontrol. Yang dimaksud sebagai kontrol adalah sebagai pembanding antara lokasi yang berpotensi tercemar dengan lokasi yang bersih dan juga sebagai indikator sejauh mana air lindi telah merembes.

Setelah dilakukan proses inversi dengan menggunakan software Res2Dinv dihasilkan penampang resistivitas bawah tanah yang digambarkan oleh sumbu horisontal untuk lintasan L1 sebesar 36 m; L2 sebesar 50 m; L3 dan L7 sebesar 40 m; L8, L4 hingga L6 sebesar 30 m. Kemudian untuk sumbu vertikal menggambarkan nilai kedalaman untuk lintasan L1, L3 dan L7 sebesar 6,91 m; L2 sebesar 10,5 m; L4 hingga L6 sebesar 5,37 m dengan distribusi resistivitas bawah tanah yang diwakili oleh skala warna.

Hasil interpretasi keberadaan air lindi pada 8 (delapan) penampang resistivitas bawah tanah disajikan dalam tabel 4 berikut:

Tabel 4. Interpretasi penampang resistivitas untuk studi kasus TPA Temesi

No. Lintasan

Resistivitas (Ωm) Kedalaman (m)

1 4,14 – 8,91 1,55 – 5,402 1,84 – 7,36 3 – 73 3,22 – 9,87 2 – 3,54 4,96 – 9,80 2,4 – 4,35 5,78 – 9,67 1,6 – 4,56 6,39 – 9,34 2,8 – 5,377 4,63 – 7,48 5,3 – 6,9

812,9 – 29,2

(belum tercemar)2,7 – 5,3

Gambar 10. Kiri: foto udara lokasi peneitian dan desain survei geolistrik resistivitas. Kanan: peta kontur yang menggambarkan topografi daerah sekitar TPA. Tanda panah menunjukkan prediksi aliran air lindi [12]

Gambar 11. Hasil pencocokan antara penampang resistivitas dengan peta topografi daerah sekitar TPA Temesi Gianyar. Tanda panah merupakan prediksi aliran air lindi. Air lindi cenderung mengalir menuju daerah dengan toporafi rendah [12]

Berdasarkan gambar 10 dan 11, arah rembesan air lindi digambarkan dalam tanda panah berwarna merah, dimana untuk lintasan 2, 3, dan 6 air lindi merembes ke arah selatan TPA. Arah aliran ini disebabkan karena faktor topografi di area selatan TPA lebih rendah dibandingkan posisi TPA. Karena

LsiS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah MadaPESTAGAMA 2014

Septiandi Akhmad Perdana / Metode Geolistrik Resistivitas Sebagai Pendeteksi Pencemaran Air Tanah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

air lindi adalah fluida maka akan cenderung mengalir ke tempat yang lebih rendah karena pengaruh gaya gravitasi bumi. Terdapat faktor lain yang menyebabkan air lindi cenderung mengalir ke arah selatan, yaitu terdapat air yang berasal dari irigasi sawah sehingga memicu pergerakan air lindi lebih cepat merembes hingga jauh. Terbukti pada lintasan 7 yang jaraknya lebih dari 400 m dari TPA masih teridentifikasi adanaya rembesan air lindi di bawah tanah. Untuk lintasan 8 tidak ditemukan adanya resistivitas dibawah 10 Ωm. Karena nilai resistivitasnya diatas 10 Ωm maka tidak diidentifikasi sebagai air lindi atau air tanah yang tidak tercemar oleh air lindi. Hal ini diduga karena faktor topografi pada lintasan 8 yang lebih tinggi dibanding lokasi TPA.

KESIMPULANMetode geolistrik dapat digunakan untuk

menduga adanya rembesan air lindi yang dihasilkan dari timbunan sampah di TPA. Keberadaan air lindi ditandai dengan adanya nilai resistivitas rendah yaitu <10 Ωm. Dengan menggunakan interpolasi penampang resistivitas bawah tanah 2 dimensi dapat diidentifikasi arah rembesan atau aliran air lindi.

Pada studi kasus TPA Supit Urang rentang nilai resistivitas air lindi yang terendah sebesar 0,74 Ωm dan yang tertinggi sebesar 8,45 Ωm. Sedangkan pada studi kasus TPA Temesi rentang nilai resistivitas air lindi yang terendah sebesar 1,84 Ωm dan yang tertinggi sebesar 9,87 Ωm. Antara kedua studi kasus memiliki kesamaan dalam pola aliran lindi, yaitu menuju ke tempat bertopografi yang lebih rendah, sehingga untuk warga yang bermukim di area yang lebih rendah dari lokasi TPA perlu memperhatikan kondisi air tanahnya.

Untuk menindak lanjuti pencemaran air tanah akibat air lindi diharapkan Pemerintah dan Instansi terkait melakukan tindakan nyata, salah satunya dengan mengalihkan teknik open dumping menjadi teknik sanitary landfill. Untuk meminimalisir pencemaran lingkungan perlu peran serta masyarakat, yaitu dengan mengurangi, menggunakan kembali, dan daur ulang sampah. (reduce, reuse, and recycle).

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis ucapkan terima kasih kepada

Mohammad Noor Alamsyah (Mas Koko) sebagai pembimbing dan penasehat penulisan paper, Bapak Adi Susilo, Ph.D selaku dosen penasehat, warga desa kelurahan Mulyorejo kecamatan Sukun, kota Malang, serta rekan kami Bella Dinna Safitri yang telah membantu kegiatan survei di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:[1] Loke, M.H., 2000, Electrical Imaging Surveys for

Environental and Enineering Studes, Penang[2] Loke, M.H., 2004., A Course Note, 1996-2004:

Tutorial: 2-D and 3-D Electrical Imaging Surveys, (Online), (www.geoelectrical.com, diakses 20 Agustus 2014)

[3] Perencanaan Pembangunan Umum. 2010. Rencana Strategis Direktorat Jendral Cipta Karya. Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum.

[4] Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys, D.A., 1976, Applied Geophysics, Edisi 1, Cambridge University Press, Cambridge.

Jurnal:[5] Barker R.D., 1996. The Application Of Electrical

Tomography in Groundwater Contamination Studies. EAGE 58th Conference and Technical Exhibition Extended Abstracts P082.

[6] Bernstoned C. et al., 1999. Assessment of Two Automated Electrical Resistivity Data Acquisition Systems for Landfill Location Surveys : Two Case Studies. Swedia : Jurusan Geotechnology Universitas Lund Jurnal Environmental and Engineering Geophysics JEEG, June 1999, Volume 4, Issue 2, pp.113-121

[7] Cabala J. et. al,. 2008. Geochemical and Geophysical Study of Historical Zn-Pb Ore Processing Waste Dump Areas (Southern Poland). Polandia : Fakultas Kebumian Universitas Silesia Polish J. of Environ. Stud. Vol. 17, No. 5 (2008), 693-700 Diterima: 28 January, 2008 Dipublikasiakn: 17 April, 2008

[8] Maxwell A.M., 2000. Geoelectrical Investigation of Oldrabandoned, Covered Landfill Sites in Urban Areas: Model Development With A Genetic Diagnosis Approach Environmental and Industrial Geophysics. Leicester : Tim Riset Jurusan Geologi Universitas Leicester Jurnal Applied Geophysics 44 2000 115–150

[9] Onwuka O.S. et. al., 2013. Geoelectrical and Hydrogeochemical Assessment of the Groundwater Potentials of Ehandiagu, Enugu State, Southeastern Nigeria University of Nigeria, Nsukka. Nigeria : Federal University Ndufu Alike. Jurnal Jordan Earth and Environmental Sciences diterima 11 April, 2013; dipublikasikan 10 Okt., 2013

[10] Wijaya, L., Legowo, B., Ramelan, A.H., 2009, Identifikasi Pencemaran Air Tanah Dengan Meode Geolistrik di Wilayah Ngringo Jaten Karanganyar, Teknologi dan Keselamtan PLTN Serta Fasilitas Nuklir, hal 234 – 240, Surakarta, 17 Oktober 2009.

Skripsi/tesis

LsiS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah MadaPESTAGAMA 2014

Septiandi Akhmad Perdana / Metode Geolistrik Resistivitas Sebagai Pendeteksi Pencemaran Air Tanah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

[11] Hakim, A. R. 2012. Studi Akumulasi Rembesan Air Lindi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Mapping. Malang: Universitas Brawijaya.

[12] Putra, I. K. 2012. Identifikasi Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi Dengan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner- Schlumberger di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. Denpasar: Universitas Udayana.

Undang - undang[13] Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Lembaran Negara RI Tahun 2008. Sekertariat Negara, Jakarta.

LsiS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah MadaPESTAGAMA 2014