Unud-441-399343039-Identifikasi Arah Rembesan Dan Letak Akumulasi Lindi Dengan Metode Geolistrik...
-
Upload
ari-gentian-olympus -
Category
Documents
-
view
82 -
download
19
description
Transcript of Unud-441-399343039-Identifikasi Arah Rembesan Dan Letak Akumulasi Lindi Dengan Metode Geolistrik...
-
TESIS
IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK
AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
WENNER SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR
I KETUT PUTRA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
-
i
TESIS
IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK
AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
WENNER SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR
I KETUT PUTRA
NIM 0991261001
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
-
ii
IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK
AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
WENNER SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I KETUT PUTRA
NIM 0991261001
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
-
iii
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
Lembar Persetujuan Pembimbing
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 25 JANUARI 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH NIP: 195611021983031001 NIP:194911021976031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Direktur Program Pascasarjana
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Universitas Udayana
Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp, S(K)
NIP: 195611021983031001 NIP: 195902151985102001
-
iv
Lembar Penetapan Panitia Penguji
Tesis ini telah diuji pada
tanggal 17 Januari 2012
Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana No : 0163/un.14.4/hk/2012
Panitia Penguji Tesis adalah :
Ketua : Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD
Anggota :
1. Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc, SH
2. Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS
3. Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc
-
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
NAMA : I Ketut Putra
NIM : 0991261001
PROGRAM STUDI : Program Magister Ilmu Lingkungan
JUDUL TESIS : Identifikasi Arah Rembesan dan Letak Akumulasi
Lindi dengan Metode Geolistrik Resistivitas
Konfigurasi Wenner-Schlumberger di TPA Temesi
Kabupaten Gianyar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila
dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun
2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 25 Januari 2012
Hormat Saya,
I Ketut Putra
NIM 0991261001
-
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas Anugrah dan RahkmatNYA-lah penulis dapat menyelesaikan tesis dalam
rangka menyelesaikan studi di Program Studi Magister Lingkungan Universitas
Udayana .
Dalam menyusun tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran dan
bantuan yang tak terhingga harganya dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD selaku
Pembimbing I yang dengan ketelitian dan kesabaran serta penuh
keiklasan telah membimbing, mengarahkan dan memberikan
semangat dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH. selaku
Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi
dalam penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS selaku anggota tim
penguji yang banyak memberikan masukkan dan saran dari segi
penulisan dan isi demi kesempurnaan tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc selaku anggota tim
penguji yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran memerikan
revisi baik dari segi penulisan dan isi dari tesis ini.
5. Bapak Dr. Arianto (Alm) yang telah memberikan ide awal dan
pengarahan dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) selaku Rektor
Universitas Udayana yang telah memberikkan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program
Magister Pascasarjana di Universitas Udayana.
-
vii
7. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar yang
telah memberikan ijin dan sarana selama penulis melakukan
penelitian.
8. Seluruh staff di lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan
Universitas Udayana yang telah banyak membantu dari segi
administrasi hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada
waktunya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis sangat mengharapkan masukan dan
kritikan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Denpasar, 25 Januari 2012
-
viii
ABSTRACT
Garbage Dump (GD) of Temesi which is located at Temesi village within 6.5
km south east of Gianyar city, which is geographically located at a point 338 0
south latitude and 0115 east longitude with an altitude 191 - 196 meters
above sea level. The area of GD of Temesi is about 4 ha. GD of Temesi
Gianyar has been collecting garbage about 198.52 2m /day. GD of Temesi
operates with open dumping technique, so that the leachate produced from
garbage pollutes the enviorment and shallows ground water around the GD.
This study was conducted to identity the direction of seepage and location of
accumulation point of leachate at GD of Temesi Gainyar.
This study was conducted by measuring soil layer values at GD of
Temesi Gianyar, and eight tracks measurement was taken. The method used in
this study was using the geoelectric resistivity with Wenner configuration and
Schlumberger configuration. The eight tracks were taken as representative of
the overall soil layer condition in GD of Temesi Gianyar.
The result of study showed that tracks st1 to th7 , indicated leachate seep
in each track, however, in th8 track leachate was not identified ( th8 tracks is
located far from the GD and its contours are higher than the tracks of
garbage). Value of leachate resistivity ranged from 3.98 8.91 m with a
depth ranging from 1.55 6.91 meters. Most of leachate spreaded out to
southward of GD as far as more than 400 meters. Accumulation of leachate
was widely available at a distance of 20, 50, and 400 meters toward the south
part of the GD of Temesi. The main factor is the south part of the GD has a
lower contour. Another factor affecting the leachate seeped into the south part
is the present of some field irrigation water from north to south across the
garbage stacks.
Key words: Garbage Dump of Temesi, Garbage Leachate Water,Resistivity
Geoelectric,Wenner Configuration, Schlumberger Configuration.
-
ix
ABSTRAK
Sistem pemrosesan akhir di TPA Temesi Gianyar masih menerapkan sistem
open dumping, sehingga lindi dari tumpukan sampah berpotensi mencemari
lingkungan dan sumber air tanah dangkal di sekitar areal TPA. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui arah rembesan dan letak titik akumulasi lindi di
TPA Temesi Gianyar.
Penelitian dilakukan dengan mengukur nilai resistivitas lapisan tanah di TPA
Temesi Gianyar melalui lintasan yang sudah ditentukan yaitu sebanyak delapan
lintasan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Geolistrik
Resistivitas dengan konfigurasi Wenner - Schlumberger. Kedelapan lintasan
tersebut diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi lapisan tanah di
TPA Temesi Gianyar.
Hasil penelitian menunjukkan Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah
barat timbunan sampah (L4) dan lindi yang berada sebelah selatan dekat
dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur
tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah
selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7)
lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari
timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah
selatan. Titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada
koordinat : 8033076 LS - 115021016 BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada
koordinat 8033689 LS - 115020363 BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di
sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033746 LS - 115021013
BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033719 LS - 115021018 BT di
kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada koordinat 8033641 - LS 115020977 BT di
kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang
terletak pada koordinat8033756 LS - 115021015 BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.
Kata Kunci : TPA Sampah, Air Lindi Sampah, Geolistrik Resistivitas,
Konfigurasi Wenner, Konfigurasi Schlumberger
-
x
RINGKASAN
TPA Temesi Gianyar pada awalnya dirancang sebagai Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah yang menerapkan Sistem Sanitary Landfill, namun pada
kenyataannya menerapkan Sistem open dumping. Hal ini tentunya
mengakibatkan adanya lindi merembes ke luar areal TPA dan mencemari
sumber air tanah dangkal di sekitar TPA. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui arah rembesan dan letak akumulasi lindi di sekitar TPA. Metode
yang dipakai pada penelitian ini adalah metode Geolistrik Resistivitas
konfigurasi Wenner-Schlumberger yaitu pemanfaatan variasi nilai resistivitas
akibat arus listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi.
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni sampai Nopember 2011 di TPA
Temesi Kabupaten Gianyar. Pengukuran dilakukan dengan mengambil delapan
lintasan pengukuran dan diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi
lapisan tanah di sekitar TPA.
Dari hasil pengukuran pada beberapa lintasan kemudian setelah dipadukan
dengan kondisi/kontur tanah di sekitar TPA, dapat disimpulkan bahwa : Lindi
yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi
yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan sampah (L2) merembes ke
arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan
untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran
yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah
selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai
kontur tanah yang miring ke arah selatan.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan titik- titik akumulasi lindi
berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033076 LS - 115021016
BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033689 LS - 115020363 BT
di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada
koordinat : 8033746 LS - 115021013 BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada
koordinat 8033719 LS - 115021018 BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada
-
xi
koordinat 8033641 - LS 115020977 BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah
tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033756 LS -
115021015 BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.
Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400 m dari pusat timbunan
sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi tersebut mencemari lingkungan
TPA kalau dilihat dari awal berdirinya TPA yaitu Tahun 2004. Bisa
dibayangkan kalau Pemerintah dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak
yang telah ditimbulkan oleh adanya TPA yang masih menerapkan sistem open
dumping, maka sudah barang tentu akan berdampak negatif terhadap
lingkungan baik terhadap sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada
kesehatan masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar TPA.
-
xii
DAFTAR ISI
Lembar Sampul Dalam ........................................................................ i
Lembar Prasyarat Gelar Magister ...................................................... ii
Lembar Persetujuan Pembimbing ....................................................... iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji ...................................................... iv
Surat Pernyataan Bebas Plagiat ........................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................ viii
ABSTRAK .............................................................................................. ix
RINGKASAN ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
2.1 Sampah .................................................................................. 5
2.2 Pengaruh sampah terhadap lingkungan ................................. 6
2.2.1 Pengaruh positif .......................................................... 6
2.2.2 Pengaruh Negatif ........................................................ 7
2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah ....................................... 9
2.4 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar................. 13
2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 15
-
xiii
2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan .................................... 17
2.7 Pencemaran Lingkungan ....................................................... 21
2.8 Pencemaran Air ................................................................... 21
2.9 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah ............... 23
2.10 Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah .................. 25
2.11 Metode Geolistrik Resistivitas ............................................ 27
2.11.1 Konfigurasi Wenner ................................................. 29
2.11.2 Konfigurasi Schlumberger ........................................ 31
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ............................... 34
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................... 38
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 38
4.1.1 Lokasi penelitian........................................................ 38
4.1.2 Waktu penelitian ........................................................ 39
4.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 39
4.2.1 Alat ............................................................................ 39
4.2.2 Bahan .......................................................................... 40
4.3 Jenis Data ............................................................................. 40
4.4 Penentuan Lokasi Pengukuran ............................................. 40
4.5 Metode Pengukuran ............................................................. 42
4.6 Pengumpulan Data ............................................................... 42
4.7 Pengolahan dan Analisa Data............................................... 44
4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner ................. 44
4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger ....... 48
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................. 52
5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar ..................... 52
5.2. Data Hasil Pengukuran ......................................................... 53
5.2.1 Data Hasil Pengukuran dengan Metode Wenner ...... 53
-
xiv
5.2.2 Data Hasil Pengukuran dengan Metode
Schlumberger ............................................................ 54
5.3 Hasil Interpretasi Data dengan Software Res2dinv .......................... 54
5.3.1 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 1 ..................................................... 54
5.3.2 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 2 ............................................. 55
5.3.3 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 3 ............................................. 56
5.3.4 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 4 ............................................. 58
5.3.5 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 5 ............................................. 59
5.3.6 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 6 ............................................. 60
5.3.7 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 7 ............................................. 61
5.3.8 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 8 ............................................. 62
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................... 63
6.1 Anaslisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger ........................................................................ 63
6.1.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 1. ................................. 63
6.1.2 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 2. ................................. 64
6.1.3 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 3. ................................. 64
6.1.4 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 4. ................................. 65
6.1.5 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 5. ................................. 66
-
xv
6.1.6 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 6. ................................. 66
6.1.7 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 7. ................................. 67
6.1.8 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
Schlumberger pada Lintasan 8. ................................. 67
6.2 Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi di TPA
Temesi Kabupaten Gianyar .............................................................. 68
6.3 Pengaruh Air Lindi terhadap Lingkungan ....................................... 70
BAB VII SIMPULAN- SARAN ............................................................ 73
7.1 Simpulan .............................................................................. 73
7.2 Saran ..................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 75
LAMPIRAN
-
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel ..............................................................................................
Halaman
2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010 ....... 14
2.2. Komposisi Lindi dari TPA Secara Umum... 24
2.3. Variasi Kualitas Lindi di beberapa TPA di Indonesia ..................... 24
4.1. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner ............................ 43
4.2. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger .................. 43
6.1. Arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan
pengukuran konfigurasi Wenner-Schlumberger .............................. 70
-
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar ..............................................................................................
Halaman
2.1. Peta Geologi Pulau Bali .................................................................... 16
2.2. Skema proses terjadinya lindi ........................................................... 26
2.3. Elektroda arus- potensial pada konfigurasi Wenner.......................... 29
2.4. Elektroda arus- potensial Schlumberger homogen isotropis
dengan tahanan jenis () (Reynolds, 1997 dalam Bahri, 2005) ........ 31
3.1. Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian....................................... 37
4.1. Peta wilayah Desa Temesi Gianyar................................................... 38
4.2. Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data ..... 41
4.3. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 45
4.4. Tampilan awal program Res2dinv ..................................................... 47
4.5. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan
Konfigurasi Wenner .......................................................................... 47
4.6. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 49
4.7. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan
Konfigurasi Schlumberger ................................................................ 50
4.8. Diagram alir pengolahan data hasil penelitian .................................. 51
5.1. Peta kontur TPA Temesi Gianyar ..................................................... 52
5.2. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 1
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 55
5.3. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 2
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 56
5.4. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 3
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 57
5.5. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 4
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 58
5.6. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi
-
xviii
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 5
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 59
5.7. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 6
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 60
5.8. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 7
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 61
5.9. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 8
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 62
6.1. Arah rembesan- titik akumulasi lindi di TPA
Temesi Gianyar ................................................................................. 68
-
xix
DAFTAR SINGKATAN
BOD : Biochemical Oxygen Demand
B3 : Bahan Berbahaya- Beracun
COD : Chemical Oxygen Demand
DHL : Daya Hantar Listrik
DKP : Dinas Kebersihan- Pertamanan
DP : Datum Point
FTSL : Fakultas Teknik Sipil- Lingkungan
GPS : General Positioning System
KLH : Kementrian Lingkungan Hidup
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
NAB : Nilai Ambang Batas
SNI : Standar Nasional Indonesia
TPA : Tempat Pemrosesan Akhir
TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
VES : Vertical Electric Sounding
LONG : Longitude
LAT : Latitude
H : High
-
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data GPS untuk menentukan peta Kontur TPA Temesi Gianyar ....... 79
2. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Wenner ........... 84
3. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Schlumberger . 94
4. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Wenner
ke dalam program notepad ................................................................. 118
5. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Schlumberger
ke dalam program notepad .................................................................. 122
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa
yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang
buangan, yaitu sampah dan limbah (Widyatmoko dan Sintorini, 2002). Sampah
adalah buangan berupa padat merupakan polutan umum yang dapat
menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis
penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran
air dan berbagai akibat negatif lainnya (Bahar, 1985).
Di negara berkembang, sampah umumnya ditampung pada lokasi
pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary landfill (Johanis, 2002).
Sanitary landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan
lahan cekungan dengan syarat tertentu yaitu jenis dan porositas tanah, dimana
pada dasar cekungan dilapisi geotekstil untuk menahan peresapan lindi pada
tanah serta dilengkapi dengan saluran lindi. TPA-TPA yang ada di Indonesia
belum sepenuhnya menerapkan sistem sanitary landfill dan kebanyakan masih
menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah ditumpuk menggunung tanpa
ada lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi pencemaran
air tanah dan udara di sekitar TPA (Widyatmoko dan Sintorini, 2002).
-
2
Depkes (1987) dalam Guntar (1999), menyatakan bahwa keberadaan
suatu TPA sebagai suatu wadah pembuangan sampah diharapkan mampu
menjadi suatu sarana pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan.
Suatu program pengelolaan sampah belum dapat dikatakan berhasil tanpa
menyelesaikan permasalahan hingga ke tahap pemrosesan akhir dengan baik.
Tahapan ini merupakan hal yang terpenting dalam pengelolaan sampah dalam
hubungannya dengan masalah pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu,
keberhasilan suatu program pengelolaan sampah sangat ditentukan oleh
pengelolaan sampah di TPA.
Slamet (1994) dalam Arbain (2008), menyebutkan bahwa pengelolaan
sampah belum dapat disebut berhasil secara keseluruhan dengan baik, tanpa
menyelesaikan persoalannya atau mengatasi permasalahan sampah hingga ke
tahap pembuangan akhir dengan baik. Upaya pengelolaan sampah baik skala
besar maupun skala kecil, harus mencapai tujuan pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan.
Pembangunan TPA seharusnya mempertimbangkan aspek kondisi fisik
TPA, jenis dan karakteristik sampah, kemampuan pendanaan, dan prasarana
pendukungnya (Notoatmodjo, 1997). Tanpa mempertimbangkan aspek-aspek
tersebut akan menimbulkan pencemaran lingkungan di sekitarnya, seperti
terbentuknya rembesan lindi yang dapat mencemari air permukaan dan
pencemaran tanah serta pencemaran air bawah tanah. Indikasi tersebut lebih
dipertegas dari penelitian terdahulu yang dilakukan di TPA Tamangapa
Makasar (Arifin, 2001), yang menyimpulkan bahwa rembesan lindi yang
-
3
keluar dari timbunan sampah membentuk alur yang mencemari air bawah tanah
di sekitar TPA.
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi di Kabupaten Gianyar
merupakan salah satu contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping.
Layanan TPA ini mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan
sekitarnya. Sampah yang dibuang di tempat ini kebanyakan adalah sampah
organik yang berasal dari pasar-pasar dan sampah rumah tangga. Hal ini
menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang
dapat mencemari air tanah. Air yang ada pada sampah hasil dari proses
pembusukan umumnya mengandung bahan kimia, bakteri dan kotoran lainnya
yang dapat merembes masuk ke dalam tanah dan akhirnya akan mencemari air
bawah tanah. Mengingat sebagian masyarakat di sekitar TPA Temesi
Kabupaten Gianyar masih memanfaatkan air sungai untuk mandi dan sumur
gali untuk keperluan sehari-hari, maka kiranya sangat perlu dilakukan suatu
kajian atau penelitian lebih lanjut mengenai arah sebaran dan letak akumulasi
lindi di sekitar TPA Temesi Gianyar.
1.2 Rumusan Masalah
Metode Geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode
geofisika yang memanfaatkan variasi resistivitas, dapat digunakan untuk
mendeteksi polutan cair dalam tanah yang sering diasosiasikan sebagai
fluida konduktif. Di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar diduga
terdapat akumulasi rembesan lindi (leachate) yang dapat mencemari air
-
4
tanah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kemananakah arah rembesan lindi di sekitar TPA Temesi
Kabupaten Gianyar ?
2. Dimanakah letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan
sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui arah rembesan lindi di sekitar TPA Temesi
Kabupaten Gianyar.
2. Mengidentifikasi letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari
pembusukan sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, hasil dari penelitian ini
diharapkan:
1. Dapat memberikan gambaran aplikasi geofisika dalam bidang
lingkungan terutama untuk menggambarkan arah sebaran dan letak
akumulasi lindi.
2. Bermanfaat sebagai peringatan awal dalam upaya memantau
pencemaran air tanah dangkal dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengelolaan dan evaluasi TPA.
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
Pengertian sampah dikemukakan oleh Azwar (1990), yang menyatakan
bahwa sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia
dan bersifat padat. Definisi lain yang dikemukakan Kodoatie (2003),
menyebutkan bahwa sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat,
setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau
siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Demikian pula
menurut Mustofa (2005), menyatakan sampah adalah bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak berharga dalam pembikinan atau pemakaian,
barang rusak atau bercacat dalam pembikinan atau materi berkelebihan.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-13-1990, yang
dimaksud dengan sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat
organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola
agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi bangunan.
Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota dan tidak termasuk
sampah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Berdasarkan definisi dan pengertian tentang sampah seperti yang
dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sampah
adalah benda atau sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai atau sesuatu yang
-
6
harus dibuang, dan umumnya bersifat padat yang dapat mencemari lingkungan
dan tidak/belum bersifat ekonomis, yang berasal dari kegiatan yang dilakukan
oleh manusia atau proses alam baik yang bersifat zat organik dan zat anorganik
(tidak termasuk limbah berbahaya dan beracun) yang dianggap tidak berguna
lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan.
2.2 Pengaruh Sampah terhadap Lingkungan
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi
masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri, baik berpengaruh positif
maupun negatif.
2.2.1 Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti : 1) sampah dapat
dimanfaatkan untuk menimbun lahan seperti rawa-rawa dan dataran rendah, 2)
sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, 3) sampah dapat diberikan untuk
makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan
lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak,
4) pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk
berkembangbiak serangga dan binatang pengerat, 5) menurunkan insidensi
kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah, 6) keadaan
estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat, 7)
keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat,
-
7
8) keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan
suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra,
2007).
2.2.2 Pengaruh Negatif
Menurut Depkes (1997) dalam Guntar (1999), menyebutkan bahwa
sampah yang tidak dikelola dengan baik, maka akan mengganggu kelestarian
lingkungan hidup baik terhadap komponen abiotik, komponen biotik maupun
komponen sosial budaya masyarakat.
Bahar (1985), mengatakan sampah adalah buangan berupa bahan padat
merupakan polutan umum yang menyebabkan turunnya nilai estetika
lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunnya nilai sumber daya,
menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif
lainnya.
Menurut Chandra (2007) dalam Arbain (2008), menyatakan bahwa
pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif
bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan
budaya masyarakat sebagai berikut:
a. Pengaruh terhadap kesehatan, antara lain : 1) pengelolaan sampah yang
kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan
vektor penyakit, 2) insidensi penyakit demam berdarah (dengue fever) akan
meningkat karena vektor penyakit akan hidup dan berkembangbiak dalam
sampah kaleng atau ban bekas yang berisi air hujan, 3) terjadinya kecelakaan
-
8
akibat pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, misalnya luka akibat
benda tajam seperti pecahan kaca, potongan besi dan lain-lain, 4) gangguan
psikologis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain-lain.
b. Pengaruh terhadap lingkungan, antara lain : 1) estetika lingkungan
menjadi kurang sedap dipandang mata, 2) proses pembusukan sampah oleh
mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau
busuk, 3) pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan
bahaya kebakaran yang lebih luas, 4) pembuangan sampah ke dalam saluran
pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air
menjadi dangkal, 5) apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk
dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air
permukaan atau sumur dangkal, 6) air banjir dapat mengakibatkan kerusakan
pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan dan saluran air.
c. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain:
1) pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya
masyarakat setempat, 2) keadaan lingkungan kurang baik dan jorok, akan
menurunkan daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah tersebut,
3) dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan
pihak pengelola karena bau busuk yang sangat mengganggu (misalnya kasus
TPA Bantargebang, Bekasi), 4) angka kesakitan meningkat dan mengurangi
hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun, 5) kegiatan perbaikan
lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk
sektor lain akan berkurang, 6) menurunnya pemasukan daerah (devisa) akibat
-
9
penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung sehingga akan berdampak pada
penurunan penghasilan masyarakat setempat, 7) penurunan mutu dan sumber
daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai
ekonomis, 8) penumpukan sampah dipinggir jalan menyebabkan kemacetan
lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.
Berdasarkan pendapat tentang pengaruh negatif sampah tersebut di atas
dapat dikatakan bahwa pengelolaan sampah yang kurang baik dapat
memberikan pengaruh negatif yaitu menimbulkan dampak pencemaran
terhadap lingkungan, terutama apabila keberadaannya dekat dengan
pemukiman penduduk. Komponen-komponen yang dapat dipengaruhi akibat
pencemaran sampah adalah semua komponen lingkungan (abiotic, biotic dan
cultural).
Bila ditinjau dari komponen abiotik, sampah dapat menimbulkan
pencemaran terhadap udara, air dan tanah. Dari segi komponen biotik, sampah
dapat menjadi sarang berbagai vektor penyakit yang mengancam kesehatan
manusia. Apabila ditinjau dari segi sosial budaya, sampah dapat mengganggu
kebersihan dan keindahan lingkungan. Sampah yang menumpuk dan dibiarkan
pada tempat terbuka (open dumping), menyebabkan rendahnya nilai estetika di
sekitar tempat tersebut.
2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah
Menurut Azwar (1990), pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap
sampah yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah
-
10
yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu
pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi
tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara
penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak
mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak
menimbulkan kebakaran.
Menurut Sidik dkk. (1985) dalam Feranie (2008), pengolahan sampah
adalah metode pemrosesan akhir yang dilakukan dengan teknik penimbunan
sampah. Tujuan utama penimbunan akhir adalah menyimpan sampah padat
dengan cara-cara yang tepat dan menjamin keamanan lingkungan,
menstabilkan sampah (mengkonversi menjadi tanah), dan merubahnya kedalam
siklus metabolisme alam. Lokasi penimbunan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut: 1) ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan, 2)
mudah dicapai oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah, 3) aman
terhadap lingkungan di sekitarnya.
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan kegiatan akhir dalam
mengelola sampah. Tempat pemrosesan akhir ini harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut : 1) tercakup dalam tata ruang kota, 2) jenis tanah harus kedap
air, 3) tanah yang tidak produktif untuk pertanian, 4) dapat digunakan minimal
5-10 tahun, 5) bukan daerah yang potensial untuk mencemari sumber air, 6)
jarak dari daerah pusat pelayanan kurang lebih 10 km, 7) merupakan daerah
bebas banjir (KLH, 2004).
-
11
Supanca (2003), menyatakan ada tiga (3) sistem pemrosesan akhir
sampah antara lain :
1. Sistem Open Dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal manusia
dalam pemrosesan sampah. Sampah hanya dibuang atau ditimbun di suatu
tempat tanpa ada perlakukan khusus sehingga dapat menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan. Pada saat sekarang sebenarnya metode ini tidak
direkomendasikan lagi di Indonesia, karena tingkat dan beban pencemaran
terahadap lingkungan sekitar yang dihasilkan sangat tinggi. Demikian juga
halnya dengan TPA Temesi Gianyar yang pada awalnya dirancang dengan
metode Sanitary Landfill tetapi pada kenyataannya metode yang diterapkan
adalah metode Open Dumping. Metode Open Dumping akan menyebabkan : 1)
terjadi pencemaran udara berupa gas, bau dan debu, 2) terjadi pencemaran
terhadap air tanah dengan terbentunya air lindi (leachate), 3) resiko kebakaran
cukup besar, 4) mudah terjadi kabut yang ditimbulkan oleh asap, 5) mendorong
tumbuhnya sarang-sarang vektor penyakit (tikus, lalat, nyamuk dan lain-lain),
6) mengurangi estetika lingkungan, 7) lahan tidak dapat digunakan kembali
untuk waktu yang cukup lama.
2. Sistem Control Landfill (urug terkendali) adalah sampah dihamparkan pada
lokasi cekungan dan permukaannya diratakan serta ditutupi tanah pada
ketebalan tertentu yang dilakukan secara periodik.
3. Sistem Sanitary Landfill adalah penutupan sampah dengan lapisan tanah
yang dilakukan sedemikian rupa sesuai petunjuk yang ditetapkan, sehingga
tidak lagi terlihat sampah yang terbuka. Metode ini harus memenuhi teknik
-
12
perancangan yang berwawasan lingkungan meliputi : 1) pembentukan dasar
TPA Sampah. Lapisan dasar TPA Sampah harus kedap air sehingga air lindi
terhambat meresap ke dalam tanah dan tidak mencemari air tanah, dapat
dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA sampah dengan tanah lempung
yang dipadatkan atau menggunakan geomembran, 2) saluran dan pengolahan
air lindi yang dihasilkan oleh dekomposisi sampah harus diolah sebelum
dibuang ke lingkungan karena memiliki Biochemical Oxygen Demand (BOD)
dan parameter-parameter lainnya, 3) ventilasi gas. Ventilasi gas dibangun atau
dipersiapkan sebelum area TPA sampah digunakan untuk penimbunan sampah,
tujuannya adalah untuk memudahkan pelepasan gas-gas (COx, Metan dan
lainnya) ke udara bebas dan untuk mencegah terbakarnya sampah akibat panas
dan gas yang dihasilkan dari penguraian sampah oleh mikroorganisme, 4)
tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan, bahaya
kebakaran, timbulnya lalat, perkembangbiakan lalat atau binatang pengerat dan
mengurangi timbulnya air lindi, 5) daerah penyanggah atau zona penyanggah
berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
pemrosesan akhir sampah terhadap lingkungan sekitarnya, 6) sumur
monitoring berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air
lindi terhadap air tanah di sekitar TPA sampah.
Ditjen Ciptakarya (1997), menyebutkan bahwa tempat pemrosesan
akhir sampah yang pernah atau masih dipergunakan di Indonesia adalah
metode open dumping, control landfill dan Sanitary Landfill. Lebih lanjut
dikatakan bahwa dalam perencanaannya, perhitungan lahan untuk TPA
-
13
Sanitary Landfill mencakup perhitungan produksi sampah dan kapasitas TPA.
Produksi sampah ditentukan oleh jumlah penduduk dan laju pertambahannya.
Kapasitas tampung TPA sampah tergantung pada luas lokasi, ketebalan lapisan
sampah dan tanah penutup yang direncanakan, laju pertambahan jumlah
sampah, dan faktor pemadatan sampah.
Menurut KLH (2004), kondisi TPA sampah di kota-kota di Indonesia
menunjukkan kondisi fisik rata-rata kurang baik, terkait dengan sarana dan
prasarana yang ada di TPA sampah, antara lain: sistem drainase, pengolahan
lindi, penanganan gas, pengaturan lahan, sumur monitoring dan penutupan
lahan karena timbunan sampah yang terus meningkat dari tahun ke tahun tidak
sebanding dengan kapasitas dan kualitas TPA sampah yang ada.
2.4 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar
Pengelolaan sampah di kota Gianyar saat ini dilakukan oleh DKP
(Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Ginyar) yang melayani sekitar
54.116 jiwa penduduk. Dengan asumsi per orang menghasilkan 0,0045 m3/hari,
maka diperkirakan jumlah timbunan sampah rata-rata penduduk Kabupaten
Gianyar adalah sekitar 198,52 m3/hari. Komposisi timbunan sampah di
Kabupaten Gianyar telah diidentifikasi bersumber dari : 1) sampah rumah
tangga, 2) sampah hasil sapuan jalan, 3) sampah pasar, 4) sampah dari aktivitas
perkantoran dan lain-lain (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar,
2010). Berdasarkan hasil pencatatan harian pada Dinas Kebersihan dan
-
14
Pertamanan Kabupaten Gianyar, volume timbunan sampah pada Tahun 2010 di
Kabupaten Gianyar disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010
No. Bulan Volume Sampah (m3/hr)
1 Januari 174.38
2 Pebruari 170.45
3 Maret 193.20
4 April 196.89
5 Mei 168.25
6 Juni 175.35
7 Juli 167.24
8 Agustus 172.71
9 September 178.23
10 Oktober 173.43
11 November 172.23
12 Desember 170.66
Sumber: DKP Kabupaten Gianyar, (2010)
Teknik operasional pengelolaan persampahan dimulai dari pewadahan
atau penyimpanan di tempat sumber sampah, pengumpulan dan pengangkutan
ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Jenis pewadahan yang digunakan untuk
penampungan sementara meliputi berbagai jenis, baik yang disediakan secara
swadaya oleh masyarakat, maupun bantuan pewadahan yang disediakan oleh
Pemerintah. Jenis pewadahan yang digunakan adalah meliputi : i) Kantong
plastik, ii) Drum plastik atau drum logam, iii) Bak dari kayu, iv) Keranjang, v)
Bak Pasang Bata/batako permanen, vi) Steel Container dan lain-lain.
Cara pengumpulan dan pengangkutan dilakukan dengan peralatan yang
tersedia seperti: 1) gerobak dilakukan pada daerah yang tidak bisa dilalui oleh
kendaran dump truck seperti: permukiman, pasar, tempat-tempat umum,
pertokoan dan jalan-jalan protokol yang selanjutnya dibuang ke tempat
-
15
pemrosesan sementara (Transfer Depo), kemudian dari Depo ini sampah
diangkut dengan kendaraan lalu dibuang ke TPA Temesi, 2) strategi lain yang
dilakukan oleh DKP adalah pengumpulan dan pengangkutan langsung dengan
kendaraan dump truck pada rute-rute yang dapat dilalui oleh kendaraan tersebut
dan selanjutnya dibuang ke TPA Temesi (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Gianyar, 2009-2010).
2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Untuk gambaran umum lokasi penelitian di Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah Temesi Gianyar terletak di Desa Temesi berjarak 6,5 Km arah
tenggara kota Gianyar, yang secara geografis terletak pada titik 8o33
70
Lintang Selatan dan 115o2040 Bujur Timur dengan ketinggian 68 m hingga
85 m di atas permukaan laut. Luas TPA Temesi Gianyar mencapai 4 hektar,
dengan batas-batas: Sebelah utara: sawah; Sebelah timur: Sawah dan
pemukiman penduduk; Sebelah selatan: sawah; dan Sebelah barat: Sawah.
Di lokasi TPA Temesi terdapat incinerator dan tungku pembakaran
sampah, namun fasilitas tersebut sudah tidak difungsikan lagi oleh DKP. Kini
di TPA Temesi telah beroperasi usaha pemilahan sampah yang diresmikan
Pemerintah Daerah pada Tahun 2004. Pengadaan pemilahan sampah tersebut
dibiayai oleh LSM Rotary Club International Bali Focus Borda yang
bekerjasama dengan Desa Adat setempat yang dibentuk melalui kelembagaan
pengelola (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).
-
16
Gambar 2.1
Peta Geologi Pulau Bali
(Sumber : http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)
-
17
Ditinjau dari jenis batuan, sebagian besar batuan di daerah Desa Temesi
Kabupaten Gianyar terdiri dari batuan jenis regosol. Pada Gambar 2.1 terlihat
peta geologi yang menunjukkan jenis batuan di pulau Bali. Tanah regosol
dicirikan dengan tekstur kasar dengan pH 6-7. Jenis tanah regosol belum jelas
membentuk diferensiasi horisontal.
Tanah regosol umumnya berasal dari endapan abu vulkanik. Ketika
sebuah gunung api meletus, dikeluarkan berbagai material dari dalam perut
bumi. Material ini kaya akan zat hara yang penting untuk kesuburan tanah. Itu
Sebabnya tanah regosol terdapat hanya di daerah yang memiliki aktivitas
gunung api.
Warna bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, coklat dan
coklat kekuningan. Itu karena bergantung pada material dominan yang
dikandungnya. Tanah regosol dimanfaatkan untuk pertanian, khususnya
tanaman padi, tebu, tembakau, kelapa, tembakau, sayuran dan palawija.
(http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)
2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar pada awalnya
dirancang dengan metode Sanitary Landfill, namun pada pelaksanaan
operasionalnya menerapkan metode Open Dumping. Metode Open Dumping
yang merupakan sistem pemrosesan yang sederhana dan mudah dilakukan
tetapi akibatnya tikus, lipas, lalat, nyamuk, dan bakteri tumbuh dengan subur
pada timbunan sampah. Penanganan TPA yang tidak bijaksana tersebut
-
18
menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan karena bau yang tidak sedap
mengundang banyak lalat yang dapat menyebabkan berbagai penyakit menular
(Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).
Armen (1987) dalam Tanauma (2000), menyebutkan bahwa metode
Open Dumping dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap
lingkungan hidup di sekitar lokasi TPA yaitu menimbulkan dampak
pencemaran air, tanah, udara, dan bau yang tidak sedap serta gangguan lalat
yang sangat banyak sampai ke rumah-rumah penduduk. Salah satu faktor
menurunnya kualitas air tanah dangkal pada pemukiman penduduk di sekitar
lokasi TPA disebabkan terkontaminasinya air tanah yang bersumber dari
penimbunan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur pemrosesan sampah
(metode Open Dumping). Bila sampah tersebut ditimbun pada suatu daerah
yang kondisi geologinya rawan, maka akan terjadi pencemaran air tanah
dangkal di daerah tersebut. Kondisi geologi disebut rawan jika batuan dasar
tempat menimbun sampah bersifat porus atau banyak mengandung retakan.
Keadaan seperti itu akan memudahkan meresapnya air lindi, selanjutnya akan
mencapai muka air tanah dangkal, sehingga air tanah dangkal menjadi
terkontaminasi.
Chandra (2007), menyatakan bahwa sistem pemrosesan akhir sampah di
beberapa kota di Indonesia masih melakukan secara Open Dumping tanpa ada
pengelolaan lebih lanjut. Sistem pemrosesan semacam itu selain memerlukan
lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan
-
19
air serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit
menular.
KLH (2004), menyatakan bahwa semakin meningkatnya jumlah kasus
penyakit yang ditularkan oleh tikus (leptospirosis) akibat penimbunan sampah,
selain itu polusi udara dari pembakaran sampah, bau dari sampah yang
membusuk, merembesnya air lindi dari TPA ke sumber air penduduk (air
tanah) dan pencemaran air sungai.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan dampak
atau pengaruh TPA terhadap lingkungan diantaranya: Penelitian Sudarningsih
(1996), menunjukkan bahwa tingginya kadar Cadmium (Cd) dan Sulfida (S)
telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), kandungan zat-zat seperti bahan
berbahaya dan beracun (B3), BOD, COD, NO3 dalam air tanah telah melampaui
baku mutu serta air sumur yang berbau agak amis karena tercemar oleh air
lindi sampah (leachate).
Sundra dkk. (1997), juga melakukan penelitian tentang pengaruh
pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali di sekitar tempat
pemrosesan akhir sampah Suwung, Denpasar, Bali. Penelitian tersebut
mengenai pengaruh TPA Suwung Denpasar terhadap kualitas air sumur
penduduk sekitarnya. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh air
sumur penduduk selanjutnya dianalisis sifat fisik, kimia, dan biologinya.
Disamping itu dilakukan pula pengambilan data sosial ekonomi masyarakat
yang tinggal di sekitar TPA untuk mengetahui karakteristik pengaruh
pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali.
-
20
Rudianto (2003), melakukan penelitian tentang perbedaan jarak
perumahan ke TPA sampah Open Dumping dengan indikator tingkat kepadatan
lalat dan kejadian diare di Kabupaten Kenep Kecamatan Beji Kabupaten
Pasuruhan. Kesimpulan yang mereka dapatkan setelah melakukan penelitian
adalah terdapat perbedaan tingkat kepadatan lalat dari beberapa area yang
diteliti. Semakin dekat letak perumahan dengan TPA maka semakin tinggi
tingkat kepadatan lalatnya. Arbain (2008), meneliti pengaruh air lindi tempat
pemrosesan sampah Suwung terhadap kualitas air tanah dangkal di sekitar
kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa
parameter kualitas air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung
konsentrasinya telah melampaui ambang batas baku mutu air. Air lindi sampah
(leachate) dari TPA Sampah Suwung berpengaruh terhadap kualitas air tanah
dangkal.
Feranie, dkk. (2008), melakukan penelitian mengenai zona migrasi
pencemaran air di sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten Bandung dengan
menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Pada penelitian ini disimpulkan
bahwa aliran atau rembesan lindi mengarah ke daerah pemukiman penduduk
yang tinggal di sekitar TPA Babakan Ciparay Bandung. Wijaya (2009),
melakukan penelitian pencemaran air tanah di wilayah Ngringo Jaten
Karanganyar dengan metode geolistrik. Pada penelitian ini dilakukan survei
geolistrik resistivitas sounding dengan konfigurasi Schlumberger sebanyak 4
titik. Hasil penelitian yaitu persebaran pencemaran air tanah di Desa Ngringo
-
21
tidak merata. Pencemaran diidentifikasi pada kedalaman 13,6 - 23,6 meter
dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan daerah persebaran di selatan.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti yang disebut di
atas semuanya menyimpulkan bahwa selama ini pengelolaan sampah
khususnya yang dilakukan di TPA sebagian besar masih berdampak negatif
terhadap lingkungan, baik terhadap lingkungan fisik, kimia maupun biologis.
2.7 Pencemaran Lingkungan
Odum (1996), mengatakan bahwa pencemaran adalah suatu perubahan
fisik, biologis, kimia yang tidak dikehendaki pada perairan, udara, tanah
sehingga membahayakan kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya,
proses produksi, lingkungan hidup dan tatanan budaya.
Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup disebutkan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran lingkungan hidup
dapat berupa pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air.
Berikut ini akan diuraikan tentang pencemaran air saja.
2.8 Pencemaran Air
Air merupakan salah satu sumber daya alam terbaharui (renewabel)
yang utama bagi kelangsungan hidup manusia, bahkan semua organisme hidup
-
22
akan mati jika tidak tersedia cukup air di dalam melakukan proses
pertumbuhan dan perkembangan. Peranan yang sangat penting tersebut
disebabkan sifat-sifat air diantaranya sebagai pelarut berbagai senyawa kimia,
membantu proses metabolisme organisme hidup baik makroorganisme maupun
mikroorganisme.
Pada dasarnya pencemaran air dapat dibedakan menjadi dua sumber
sampah yaitu sampah degradable dan nondegradable. Sampah degradable
yaitu sampah yang dapat terdekomposisi atau dapat dihilangkan dari perairan
dengan proses biologis alamiah, seperti sampah domestik, dan sampah
makanan. Sedangkan sampah nondegradable adalah sampah yang tidak dapat
dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti sampah
radiologi, senyawa organik (Slamet, 1994).
Wardhana (2001), menyatakan bahwa air merupakan sumber daya alam
yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup.
Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh manusia dan mahluk hidup lainnya.
Menurut KLH (2004), secara umum hampir sebagai besar kualitas air
telah tercemar sampah industri maupun sampah domestik, karena semakin
berkembangnya industri dan jumlah penduduk maka semakin meningkatnya
jumlah sampah yang dihasilkan, akibatnya semakin tinggi tingkat pencemaran.
Pencemaran air tanah adalah berubahnya tatanan air di bawah permukaan tanah
oleh kegiatan manusia atau proses alam, yang mengakibatkan kualitas air tanah
turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak sesuai dengan pemanfaatannya.
-
23
Widyatmiko, dkk. (2004) dalam Armadi (2005), menyatakan bahwa air
sumur gali merupakan salah satu bentuk air tanah. Kualitas air sumur gali
sangat dipengaruhi oleh kualitas air permukaan melalui proses infiltrasi,
dispersi dan perkolasi air permukaan yang mengandung bahan-bahan pencemar
akan masuk ke dalam air tanah. Apabila air permukaan tercemar dan didukung
oleh jenis tanah yang porous maka air tanah dangkal di wilayah tersebut akan
mudah mengalami pencemaran.
2.9 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah.
Keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) memiliki fungsi
yang sangat penting, yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik yang akan
didaur ulang sebagai kompos ataupun hanya ditimbun setelah disortir oleh
pemulung. Jumlah sampah di TPA yang sangat besar akan menyebabkan
proses dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula. Proses
dekomposisi tersebut akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan
menimbulkan hasil samping yaitu air lindi (leachate). Penumpukan sampah
selain mengganggu estetika, sanitasi, kelestarian lingkungan juga
mengakibatkan pencemaran air, tanah, dan udara.
Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil
dekomposisi biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan
akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah. Air lindi akibat
proses degradasi sampah dari TPA merupakan sumber yang mempengaruhi
perubahan sifat fisik, kimia maupun biologi (Husin dan Kustaman, 1992).
-
24
Air lindi disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari
resapan air hujan maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Lindi bersifat
toksik karena adanya zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal dari
buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah rumah
tangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada
sampah.
Tabel 2.2 Komposisi lindi dari TPA secara umum
Parameter Kisaran
pH 6,2 7,4 COD 66 11.600 mg/l BOD < 2 8.000 mg/l Sulfat 56 456 mg/l Cadium (Cd) < 0,005 0,01 mg/l Plumbum (Pb) < 0,05 0,22 mg/l Chromim (Cr) < 0,05 0,14 mg/l
Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008).
Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti variasi dan
proporsi komponen sampah yang ditimbun, curah hujan dan musim, umur
timbunan, pola operasional, waktu dilakukannya sampling. Gambaran variasi
kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia ditampilkan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia.
Kota pH COD N-NH4 N-NO2 DHL
Bogor 7,5 28723 770 0 40480
Cirebon 7 3648 395 0,225 10239
Jakarta 7 413 240 0,075 3823
Bandung 6 58661 1356 6,1 26918
Solo 6 6166 162 0,225 3540 Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008).
Fachruddin (1989) dalam Tanauma (2000), menyatakan bahwa air lindi
dicirikan oleh komponen fisika dan kimia berkadar tinggi dan mengandung
-
25
logam berat berbahaya. Air tanah terkontaminasi air lindi sejauh 174 meter dari
pusat penimbunan sampah.
Menurut Slamet (1994), air lindi (leachate) adalah cairan yang
mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dari hasil penguraian
mikroba, biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Klorida, Sulfat, Fosfat, Zn,
Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, Asam organik dan H2, tergantung dari kualitas
sampah, maka di dalam leachate biasanya pula terdapat mikroba pathogen,
logam berat dan zat lainnya yang berbahaya.
Berdasarkan hasil penelitian Tanauma di TPA Sampah Yogyakarta
(2000), air lindi sampah mengandung senyawa-senyawa kimia anorganik
antara lain: nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan,
klorida, sulfat, BOD, COD, pH dan mikrobiologi (total koliform) yang
konsentrasinya sangat tinggi .
2.10 Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah
Menurut Jagloo (2002), air tanah tidaklah statis melainkan bergerak
karena adanya perbedaan gradien hidrolika. Aliran ini menyebabkan air tanah
yang terkontaminasi bergerak mengikuti sistem alirannya sehingga mencapai
air tanah. Air lindi akan semakin cepat mencapai air tanah terlebih lagi
didukung oleh kondisi tanah yang bersifat porous dan permeable, seperti pasir,
kerikil dan batu pasir. Bahan-bahan tersebut mempunyai meabilitas tinggi
sehingga air lindi dapat dengan mudah bergerak dan menyebar. Komposisi air
-
26
lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah
curah hujan di TPA, dan kondisi spesifik tempat.
Gambar 2.2
Skema Proses Terjadinya Lindi (Hendrajaya, 1990)
Menurut Todd (1980) dalam Tanauma (2000), air lindi dicirikan bahwa
pada daerah yang bercurah hujan tinggi, air lindi menjadi lebih mudah
terbentuk dan jumlahnya akan lebih banyak. Mekanisme masuknya air lindi ke
lapisan air tanah, terutama air tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai
berikut : 1) Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai
Open Dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah, 2)
Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera
permukaan tanah dijenuhi air, 3) Akibat adanya faktor seperti air hujan,
mempercepat air lindi masuk ke lapisan tanah yaitu zona aerasi yang
mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah, 4) Akibat
banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air
-
27
tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh, 5) Pada lapisan tanah jenuh
tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi dimana air tanah
dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur
dangkal.
Apparao (1997), menyatakan bahwa potensial gravitasi sangat penting
dalam tanah-tanah yang jenuh air. Potensial gravitasi merupakan gaya utama
yang mengakibatkan terjadinya aliran. Hal ini diperhitungkan terutama untuk
gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada umumnya bergerak dari
elevasi tinggi ke elevasi rendah.
2.11 Metode Geolistrik Resistivitas
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya. Pendeteksian
meliputi pengukuran medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi
baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi.
Menurut Hendrajaya dan Idam (1990), metode geolistrik resistivitas
merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis)
listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Pada metode ini arus listrik
diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan
pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga
resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur (Sounding point).
Pada metode geolistrik dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang
-
28
sering digunakan adalah : konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger,
konfigurasi Dipol-dipol dan lain-lain.
Menurut Telford, dkk. (1988), terkait dengan sifat resistivitas listrik,
lapisan akuifer merupakan lapisan batuan yang memiliki rentang nilai tahanan
jenis 1-108
m. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain: komposisi litologi,
kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung, kandungan benda cair. Air
alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-
garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah.
Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan
pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat.
Menurut Reynolds (1997), konduktivitas atau lebih dikenal dengan
sebutan Daya Hantar Listrik (DHL) adalah suatu besaran yang menunjukkan
banyaknya ion-ion terlarut dalam air yang dapat menghantarkan arus listrik
sebesar 1volt pada bidang lapisan metal seluas 1 cm2
. Sifat ini dipengaruhi
oleh jumlah kandungan yang disebut sebagai ion bebas. Metode geolistrik
resistivitas didasarkan pada anggapan bahwa bumi mempunyai sifat homogen
isotropis. Pada kenyataannya bumi terdiri dari lapisan-lapisan bebatuan dengan
nilai resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur
dipengaruhi oleh lapisan-lapisan tersebut dan menyebabkan nilai tahanan jenis
yang terukur tergantung pada jarak elektroda. Nilai tahanan jenis yang terukur
bukanlah tahanan jenis yang sebenarnya melainkan tahanan jenis semu (a).
-
29
Nilai tahanan jenis dari bahan atau material berbanding terbalik dengan daya
hantar listrik (conductivity).
=
.(2.1)
dimana ;
R = tahanan (resistance) dalam ohm
V = beda potensial listrik dalam volt
I = arus listrik yang mengalir dalam ampere.
2.11.1 Konfigurasi Wenner
Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915). Konfigurasi Wenner
merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam eksplorasi
geolistrik dengan susunan jarak spasi sama panjang (r1 = r4 = a dan
r2 = r3 = 2a). Jarak antara elektroda arus (C1 dan C2) adalah tiga kali jarak
elektroda potensial, jarak potensial dengan titik souding-nya adalah 2/a ,
maka jarak masing-masing elektroda arus dengan titik sounding-nya adalah
2/3a .
r2 r1
VES B M N
I
V
A
a