Metakognisi dalam Pembelajaran

download Metakognisi dalam Pembelajaran

of 14

Transcript of Metakognisi dalam Pembelajaran

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    1/14

    Metakognisi dalamPembelajaran Matematika

    14 Monday N OV 2011 P OSTED BY P 4 MRIUNPAT IN M AKALAH S EMINAR

    L EAVE A COMMENT

    Tags Metakognisi

    PENGEMBANGAN METAKOGNISI DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA

    disampaikan oleh : Dr. Theresia Laurens

    dalam Seminar Nasional Matematika Juli 2011

    PENDAHULUAN

    Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses yang kompleks yang memerlukan

    penanganan yang professional,karena tidak hanya dibutuhkan penguasaan terhadapketerampilan-keterampilan untuk mengajar tetapi juga penguasaan terhadap apa yang

    diajarkannya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran bukan merupakan suatu hal yang

    mudah, karena keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh proses pembuatan dan

    pelaksanan keputusan . Pengambilan keputusan dalam memilih strategi, memilih

    pendekatan materi serta keputusan untuk melaksanakan apa yang dipilih merupakan

    proses yang perlu dilakukan guru.

    Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Hunter (2004) bahwa :pembelajaran

    didasarkan pada premis bahwa guru adalah pengambil keputusan. Seorang guru perlu

    mempertimbangkan banyak hal dan kemudian memutuskan untuk memilih salah satu yang

    yang terpenting, baik dalam membuat perencanaan, melakukan pengajaran dan

    mengevaluasi hasil pembelajaran yang dilakukan. Demikian juga dalam proses belajar,

    seorang pebelajar yang baik akan mengawali aktifitas belajarnya dengan merencanakan

    apa yang akan dilakukannya ketika ia belajar, dan akan memutuskan apakah ia menguasai

    http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/http://p4mriunpat.wordpress.com/author/p4mriunpat/http://p4mriunpat.wordpress.com/author/p4mriunpat/http://p4mriunpat.wordpress.com/author/p4mriunpat/http://p4mriunpat.wordpress.com/author/p4mriunpat/http://p4mriunpat.wordpress.com/author/p4mriunpat/http://p4mriunpat.wordpress.com/category/makalah-seminar/http://p4mriunpat.wordpress.com/category/makalah-seminar/http://p4mriunpat.wordpress.com/category/makalah-seminar/http://p4mriunpat.wordpress.com/category/makalah-seminar/http://p4mriunpat.wordpress.com/category/makalah-seminar/http://p4mriunpat.wordpress.com/category/makalah-seminar/http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/#respondhttp://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/#respondhttp://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/#respondhttp://p4mriunpat.wordpress.com/tag/metakognisi/http://p4mriunpat.wordpress.com/tag/metakognisi/http://p4mriunpat.wordpress.com/tag/metakognisi/http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/#respondhttp://p4mriunpat.wordpress.com/category/makalah-seminar/http://p4mriunpat.wordpress.com/author/p4mriunpat/http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/
  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    2/14

    apa yang telah dipelajarinya. Pembelajaran yang terjadi merupakan suatu aktifitas yang

    melibatkan proses reflektif terhadap apa yang dilakukan. Ini menunjukkan bahwa proses

    reflektif atau perenung an merupakan sebuah tool yang sangat berguna dan perlu dimiliki

    setiap tenaga pengajar maupun pebelajar.

    Apabila ditinjau dari sudut pandang pedagogic, maka refleksi atau perenungan padadasarnya adalah pilar utama metakognisi, sehingga pengambilan keputusan yang berkaitan

    dengan pembelajaran akan efektif bila didasarkan atas pertimbangan yang bersifat

    metakognisi.

    Metakognisi merupakan konsep penting dalam teori kognisi yang secara sederhana

    didefinsikan sebagai memikirkan kembali apa yang telah dipikirkan, bahkan ada ahli

    yang menghubungkan metakognisi dengan fungsi eksekutif kontrol atau pemrosesan

    informasi. Walaupun pendefinisiannya berbeda, namun secara umum metakognisi

    merupakan kesadaran atau pengetahuan seseorang terhadap proses dan hasil berpikirnya

    (kognisinya) serta kemampuannya dalam mengontrol dan mengevaluasi proses kognitif

    tersebut. Menurut Flavell (Livingstone(1979), de Soete (2004), Gama (2004), Panoura

    (2006)) metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognitif dan pengalaman atau

    pengarahan metakognitif Pengetahuan metakognitif merupakan interaksi antara tiga

    variabel yakni variabel individu ( person variable ), variabel strategi ( strategy variable ), dan

    variabel tugas ( task variable ). Beberapa peneliti juga mengelompokkan keyakinan diri

    dalam komponen pengetahuan metakognitif, dan pengalaman menggunakan proses kognitif

    dikelompokkan dalam pengalaman metakognitif, karena pengalaman ini akan memunculkan

    kesadaran terhadap apa yang kita pikirkan. Pengalaman metakognitif sering di sebut juga

    sebagai strategi metakognitif yang terdiri dari perencanaan, pemonitoran dan

    pengevaluasian terhadap proses kognitif kita sendiri.

    Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika metakognisi dapat berperanan

    dalam membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi. Menurut Schoenfeld

    (1992) terdapat 3 aspek metakognisi yang berbeda yang relevan dengan dalam

    pembelajaran matematika, yaitu: (1). Keyakinan dan Intuisi ( beliefs and

    intuitions). Memiliki Ide-ide tentang matematika yang disiapkan untuk menyelesaikan

    matematika dan bagaimana ide-ide tersebut membentuk cara untuk memecahkan masalah,(2) Pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya, dalam hal ini bagaimana seseorng

    menguraikan pemikirannya secara tepat. Di sini dibutuhkan pemahaman tentang apa yang

    diketahuinya, dan bagaimana menyelesaikan tugas yang dibuat, serta (3). Kesadaran diri

    ( Self awareness ) atau Pengaturan diri ( Self Regulation ). Bagaimana seseorang mengontrol

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    3/14

    apa yang telah dilakukannya, masalah yang telah diselesaikan dan bagaimana baiknya ia

    menggunakan hasil pengamatan untuk menyelesaikan masalahnya.

    Aspek-aspek metakognisi yang dikemukakan tumbuh dan berkembang dalam diri setiap

    individu, sejak kecil. Hal ini dikemukakan oleh Vennman, dkk (2006) bahwa antara usia 3

    dan 5 tahun metamemori dan pengetahuan metakog nitif mulai berkembang danberlangsung seiring perkembangan usia, sedangkan keterampilan metakognitif berkembang

    antara 8 dan 10 tahun dan berkembang pada saat-saat dibutuhkan. Dengan demikian pada

    usia sekolah, anak-anak sudah bisa memanfaatkan metakognisi mereka bahkan bisa

    ditumbuhkembang melalui interaksi dengan orang lain.

    Dalam hubungaannya dengan pembelajaran matematika, pemanfaatan metakognisi dapat

    dilihat ketika siswa diminta untuk mengemukakan ide-ide matematika, atau berdiskusi

    dalam kelompok. Aktifitas metakognitif akan terjadi jika ada interaksi antara beberapa

    individu yang membicarakan suatu masalah. Dalam proses penyelesaian masalah

    matematika siswa tentunya memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian,

    membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan, serta melaksanakan keputusan

    tersebut. Dalam proses tersebut mereka seharusnya memonitoring dan mengecek kembali

    apa yang telah dikerjakannya. Apabila keputusan yang diambil tidak tepat, maka mereka

    seharusnya mencoba alternatif lain atau membuat suatu pertimbangan. Proses menyadari

    adanya kesalahan, memonitor hasil pekerjaan serta mencari alternatif lain merupakan

    beberapa aspek-aspek metakognisi yang perlu dalam penyelesaian masalah matematika.

    Gambaran di atas menunjukkan bahwa peranan metakognisi sangat penting dalam proses

    penyelesaian masalah maupun dalam proses pembelajaran matematika. Kenyataan yang

    terjadi dalam banyak kelas matematika adalah pebelajar kurang memanfaatkan

    metakognisi mereka ketika menyelesaikan masalah, sehingga mereka tidak memahami apa

    yang dipelajarinya. Melalui aktifitas pembelajaran yang dirancang dengan baik, akan

    muncul aspek-aspek metakognisi yang sangat membantu pebelajar dalam memahami

    materi yang dipelajari maupun menyelesaikan masalah yang dihadapi.

    Permasalahan yang akan dibahas melalui tulisan ini adalah bagaimana mengembangkanmetakognisi pebelajar dalam pembelajaran matematika. Pengembangan dimaksud adalah

    proses pemanfaatan berbagai strategi yang dapat mengaktifkan metakognisi pebelajar

    pada saat berlangsungnya proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika.

    PEMBAHASAN

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    4/14

    Pengertian Metakognisi.

    Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi

    sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi mengapa ada orang yang belajar

    dan mengingat lebih dari yang lainnya. Metakognisi terdiri dari awalan meta dan kata

    kognisi. Meta merupakan awalan untuk kognisi yang artinya sesudah kog nisi. Awalan inidigunakan Flavell (1976) untuk memperkenalkan istilah metamemori dalam penelitiannya

    tentang proses ingatan anak. Menurut Anderson dan Krathwohl (2001), penambahan

    awalan meta pada kata kognisi untuk merefleksikan ide bahwa metakognisi a dalah

    tentang atau di atas atau sesudah kognisi. Dengan demikian secara harfiah

    metakognisi diartikan sebagai kognisi tentang kognisi, pengetahuan tentang pengetahuan

    atau berpikir tentang berpikir. Di samping pengertian metakognisi sebagai berpikir tentang

    apa yang dipikirkan, ada peneliti yang menghubungkan istilah ini dengan pemikiran yang

    bersifat reflektif (deSoete, 2001). Kata reflektif berasal dari kata to reflect artinya to

    think about , sehingga dapat dikatakan bahwa pengertian metakognisi hampir sama dengan

    pengertian perefleksian terhadap apa yang dipikirkannya. Pengertian yang sama juga

    dikemukakan Soedjadi (2007) bahwa berpikir reflektif lebih cenderung ke arah diri atau

    lebih cenderung ke arah metakognisi.

    Istilah metakognisi yang diperkenalkan Flavell mendatangkan banyak perdebatan dalam

    pendefinisiannya. Arti metakognisi tidak selalu sama di dalam berbagai macam bidang

    penelitian psikologi, begitu juga tidak bisa diterapkan pada satu bidang psikologi saja.

    Ketidakkonsistenan ini muncul karena para peneliti mendefinisikannya sesuai dengan bidang

    penelitiannya. Menurut Flavell (Yong & Kiong, 2006), m etacognition refers to ones

    knowledge concerning ones own cognitive processes and products or anything related to

    them, ..metacogn ition refers, among other things, to the active monitoring and

    consequent regulation and orchestration of these processes in relation to the cognitive

    objects or data on which they bear, usually in the service of some concrete

    goal. Penjelasan ini menunjukkan bahwa Flavel mendefinisikan aspek pertama dari

    metakognisi sebagai pengetahuan seseorang terhadap proses dan hasil kognitifnya atau

    segala sesuatu yang berhubungan dengannya, kemudian aspek kedua dari metakognisi

    didefinisikan sebagai pemonitoran dan pengaturan diri terhadap aktivitas kognitif sendiri.

    Schoenfeld (1992) mendefinisikan metakognisi sebagai berikut: metacognition is thinkingabout our thinking and it comprises of the following three important aspects: knowledge

    about our own thought processes, control or self regulation, and belief and

    intuition. Pengertian ini menunjukkan bahwa metakognisi diartikan sebagai pemikiran

    tentang pemikiran kita sendiri yang merupakan interaksi antara tiga aspek penting yaitu:

    pengetahuan tentang proses berpikir kita sendiri, pengontrolan atau pengaturan diri, serta

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    5/14

    keyakinan dan intuisi). Interaksi ini sangat penting karena pengetahuan kita tentang proses

    kognisi kita dapat membantu kita mengatur hal-hal di sekitar kita dan menyeleksi strategi

    strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita selanjutnya. Misalnya kita menyadari

    bahwa kita sering lupa atau kita kurang memahami suatu konsep matematika dan kita

    sadar bahwa konsep itu lebih sulit dibandingkan dengan konsep yang lain, dan untuk itukita perlu memilih cara tertentu (misalnya dengan menggaris bawahi pengertian dari

    konsep tersebut ) yang menurut kita lebih membantu kita memahami atau mengingat

    kembali apa yang kita lupa tadi.

    Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa metakognisi mengacu pada

    pengetahuan atau kesadaran seseorang terhadap proses dan hasil berpikirnya. Metakognisi

    tidak sama dengan kognisi, misalnya keterampilan yang digunakan untuk membaca suatu

    teks berbeda dengan keterampilan memonitor pemahaman terhadap teks tersebut.

    Metakognisi mempunyai kelebihan dimana seseorang mencoba merenungkan cara berpikir

    atau merenungkan proses kognitif yang dilakukannya. Dengan demikian aktifitas seperti

    merencanakan bagaimana pendekatan yang diberikan dalam tugas-tugas pembelajaran,

    memonitor kemampuan dan mengevaluasi rencana dalam rangka melaksanakan tugas

    merupakan sifat-sifat alami dari metakognisi.

    Secara umum metakognisi memiliki komponen-komponen yang disebut

    sebagai pengetahuan metakognisi dan pengalaman metakognisi. Pengetahuan metakognisi

    adalah pengetahuan yang digunakan untuk mengarahkan proses berpikir kita sendiri.

    Pengarahan proses berpikir ini dapat dilakukan melalui aktivitas perencanaan (planning ),

    pemonitoran ( monitoring ) dan pengevaluasian ( evaluation ). Aktivitas aktivitas ini disebut

    juga sebagai strategi metakognitif atau keterampilan metakognitif yang dapat membantu

    dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Misalnya dalam penyelesaian masalah

    matematika ketika pengetahuan metakognitif terhadap suatu tujuan tertantang maka akan

    melahirkan pengalaman metakognitif berupa perasaan sulit karena pencapaian tujuan

    tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika menyadari tantangan tersebut

    dan pentingnya masalah tersebut diselesaikan,dan timbul kesadaran untuk menyelesaikan

    dengan mencari berbagai strategi, maka hal ini menunjukkan adanya pemanfaatan aktifitas

    metakognitif.Dalam hubungannya dengan penyelesaian masalah matematika, beberapa peneliti (Yong &

    King, 2006; Panoura, 2005; Gama, 2004) mengemukakan bhawa keberhasilan seseorang

    dalam menyelesaikan masalah turut dipengaruhi oleh aktivitas metakognisinya.

    Penyelesaian masalah dalam matematika merupakan suatu proses mental yang kompleks

    yang memerlukan visualisasi, imajinasi, manipulasi, analisis, abstraksi dan penyatuan ide.

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    6/14

    Dalam proses penyelesaian masalah matematika, terjadi interaksi antara aktivitas kognitif

    dan metakognitif. Aktivitas kognitif terbatas pada bagaimana informasi diproses untuk

    mencapai tujuan, sedangkan aktivitas metakognitif penekanannya pada kesadaran

    seseorang terhadap apa yang dilakukannya. Penyelesaian masalah akan diawali dengan

    bagaimana siswa mengenali masalah tersebut, misalnya dengan membangun representasimental dari masalah yang dibaca, memutuskan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut

    sampai dengan bagaimana mengevaluasi hasil yang dibuatnya.

    Hubungan aktivitas kognitif dan metakognitif dikemukakan oleh Kayashima dan Inaba

    (2007) dalam suatu model yang disebut sebagai model aktifitas metakognitif selama

    berlangsungnya proses penyelesaian masalah. Model ini menggambarkan bagaimana

    aktifitas kognitif yang diawali dari mengobservasi masalah sampai dengan menemukan

    jawaban. Kemudian untuk membentuk aktivitas metakognitif pebelajar perlu mengenali

    tujuan dan proses dari aktivitas kogntif. Selama proses penyelesaian masalah berlangsung,

    pebelajar mengobservasi pemikirannya pada tataran kognitif untuk mengevaluasi proses

    tersebut dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Ia mengevaluasi apakah proses

    penyelesaian masalah berjalan dengan baik atau tidak. Jika proses tersebut diputuskan

    tidak baik, maka secara berhati -hati pebelajar menjejaki kembali aktivitas kognitifnya

    untuk memeriksa proses tersebut, dan meneliti ingatan jangka panjangnya untuk

    mendapatkan suatu informasi yang dapat digunakan untuk membuat penyelesaiannya

    menjadi lebih baik.

    Untuk mengetahui pemanfaatan aktivitas siswa dalam menyelesaikan masalah perlu

    dilakukan suatu analisis terhadap karakteristk-karakteristik metakognsi yang muncul ketika

    berlangsungnya proses penyelesaian masalah. Karakteristik-karakteristik tersebut dapat

    dianalisis atau dikonstruksi melalui suatu kajian terhadap respons-respons yang diberikan

    siswa.

    Dalam hubungannya dengaan pembelajaran, Dawson & Fuhcer (2008) mengemukakan

    bahwa siswa-siswa yang menggunakan metakognitifnya dengan baik akan menjadi pemikir

    yang kritis, problem solver yang baik, serta pengambil keputusan yang baik dari padamereka yang tidak menggunakan metakognisinya. Di samping itu Marthan & Koedinger

    (2005) menyatakan bahwa guru dapat meningkatkan penggunaan strategi metakognitif

    dalam membahas suatu konsep yang baru dengan mengingatkan kembali apa yang sudah

    diketahui siswa sebelumnya.

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    7/14

    Strategi Pengembangan Metakognisi.

    Metakognisi merupakan suatu aktifitas mental yang tidak dapat diajarkan tetapi

    dapat diinfuse dalam pembelajaran atau pelatihan. Berkenaan dengan pelatihan

    metakognitif, Osman & Hannafin (Nurdin, 2007) mengemukakan bahwa kriteria

    pengklasifikasian strategi pelatihan metakognitif yaitu pendekatan pelatihan ( trainingapproach ) dan hubungannya dengan materi pelajaran (relation to lesson content). Strategi-

    strategi pelatihan metakognitif berdasarkan pendekatannya, ada yang

    melekat (embedded) atau tergabung dalam isi pelajaran dan ada yang diajarkan secara

    terpisah (detached) dari materi pelajaran. Berdasarkan hubungannya dengan konten/isi

    pelajaran, strategi mungkin tergantung pada (dependent on) , atau bebas dari (independen

    of) konten/isi pelajaran. Strategi content-dependent terfokus secara eksplisit pada konsep-

    konsep yang dipelajari dari konten khusus. Sebaliknya strategi content-independent adalah

    bebas dari konten, yakni strategi umum yang tidak spesifik pada materi-materi pelajaran

    tertentu. .

    Selanjutnya Nurdin (2007) mengemukakan beberapa contoh strategi guru dalam

    meningkatkan kemampuan metakognitif siswa, antara lain: (1). Mintalah siswa untuk

    memonitor apa yang mereka pelajari dan pikirkan, termasuk memonitor pekerjaan

    temannya dalam kelompok, (2). Mintalah mereka untuk mengungkapkan kembali informasi

    yang disajikan dalam text yang dibaca, (3). Mintalah siswa untuk mengajukan suatu

    pertanyaan, (4). Meminta siswa untuk bagaimana mentransfer pengetahuan, sikap dan

    keterampilan dalam menghadapi masalah.

    Pengajuan pertanyaan merupakan salah satu strategi sederhana dalam mengembangkan

    metakognisi siswa. Hal ini dapat dilakukan secara klasikal maupun secara individu atau

    kelompok dalam bentuk pengajuan masalah. Beberapa strategi untuk mengembangkan

    metakognisi seseorang menurut Blakey dan Spence (1990) adalah sebagai berikut: (1).

    Mengidentifikasikan apa yang anda tahu dan apa yang anda tidak tahu. Mengawali suatu

    aktivitas, siswa perlu membuat keputusan yang disadari tentang pengetahuannya. Pertama-

    pertama siswa menulis: apa yang sudah saya ketahui tentang , dan apa yang ingin

    saya pelajari tentang . , (2). Menyuarakan pikirannya ( Talking about thinking) , (3).

    Dalam merencanakan dan menyelesaikan masalah, guru seharusnya menyuarakanpikirannya sehingga siswa dapat mengikuti pendemonstrasian proses berpikir tersebut. (4).

    Mengumpulkan pemikirannya dalam bentuk jurnal Jurnal atau catatan harian merupakan

    salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan metakognisi siswa. Melalui jurnal siswa

    dapat merefleksikan pemikiran mereka dalam bentuk catatan tentang kesadaran terhadap

    ketidakkonsistenan dan kebingungan mereka serta mengomentari bagaimana mereka peduli

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    8/14

    dengan kesulitan yang dihadapi, (5). Perencanaan dan Pengaturan Diri Sendiri ( Self

    Regulation ) Siswa sebaiknya meningkatkan tanggungjawabnya dalam merencanakan dan

    mengatur pembelajarannya sendir, (6). Melaporkan kembali proses berpikir tersebut

    ( debriefing the thinking process ). Aktivis terakhir dalam mendiskusikan proses berpikir

    adalah untuk mengembangkan kesadaran terhadap strategi-strategi yang dapatdiaplikasikan dalam situasi pembelajaran yang lain, (7). Mengevaluasi diri ( Self

    Evaluation ). Proses evaluasi diri dapat diperkenalkan melalui pertemuan-pertemuan

    individual dan daftar pertanyaan yang berpusat pada proses berpikir.

    Salah satu strategi menurut Kelly (2006) yang digunakan dalam melatih siswa tentang

    pemikiran metakognitif dan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah secara

    kooperatif adalah strategi THINK ( Talk, How, Identify, Notice, Keeping ). Proses

    penyelesaian masalah akan diawali dengan membaca dan mencoba memahami

    masalahnya atau membicarakan makna dari masalah tersebut, dalam hal ini diistilahkan

    dengan T - Talk. Pada bagian ini mereka menguraikan situasi yang terjadi dalam masalah

    dan menjelaskan apa yang ditanyakan serta mengidentifikasikan informasi penting dalam

    masalah. Selanjutnya difokuskan pada bagaimana masalah dapat diselesaikan atau pada

    tahapan yang diistilahkan dengan H - How, . Di samping bertuka r pikiran (ide) untuk

    menyelesaikan masalah siswa juga ditanyakan untuk memutuskan dan menjelaskan

    mengapa mereka berpikir menyelesaikan masalah tersebut. Ketika mereka memperoleh ide

    untuk menyelesaikaan masalah tersebut, selanjutnya dalam tahapan I - Identify,

    diidentifikasikan strategi atau rencana penyelesaian masalah. Aspek penting di sini adalah

    siswa diminta untuk berpikir dan mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari

    rencana/strategi yang digunakan. Untuk mengetahui pemahaman siswa, mereka diminta

    untuk memberitahukan bagaimana strategi yang dipakai membantu menyelesaikan

    masalah, dan tahapan ini disebut sebagai tahapan N - Notice . Tahapan dari strategi ini

    adalah siswa diminta untuk mengecek apa yang dilakukan melalui K - Keep Thinking

    tentang masalah dan menentukan apakah penyelesaian masalah tersebut bermakna.

    Menurut Kelly, berdasarkan hasil penelitiannya, penggunaan panduan THINK merupakan

    salah satu alat latihan metakognisi untuk menuntun interaksi antar siswa dalam

    menyelesaikan masalah.

    Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa strategi pengembangan metakognisi adalahsuatu cara yang dapat digunakan untuk mengaktifkan dan meningkatkan metakognisi

    seseorang. Guru dapat memilih strategi mana yang tepat dan ini tentunya di dasarkan pada

    perefleksian terhadap berbagai pengalaman yang terjadi selama proses pembelajaran. Di

    samping itu penilaian terhadap kemampuan metakognisi seseorang dapat dilakukan selama

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    9/14

    aktivitas pembelajaran berlangsung dengan mendengarkan pembicaraan siswa selama

    berdiskusi atau merevieu jurnal yang dibuat berkaitan dengan pembelajaran.

    Beberapa penelitian yang berkaitan dengan metakognisi dalam pembelajaran matematika

    menunjukkan bahwa metakognisi diperlukan dalam pembelajaran matematika, misalnyadalam hubungannya dengan miskonsepsi, kesalahan dan hal-hal yang kurang dalam

    mengembangkan ide-ide matematika. Dalam proses penyelesaian masalah matematika

    siswa tentunya memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian, membuat

    keputusan tentang apa yang akan dilakukan, serta melaksanakan keputusan tersebut.

    Dalam proses tersebut mereka seharusnya memonitoring dan mengecek kembali apa yang

    telah dikerjakannya. Apabila keputusan yang diambil tidak tepat, maka mereka seharusnya

    mencoba alternatif lain atau membuat suatu pertimbangan. Proses menyadari adanya

    kesalahan, memonitor hasil pekerjaan serta mencari alternatif lain merupakan beberapa

    aspek-aspek metakognisi yang perlu dalam penyelesaian masalah matematika.

    Menurut Sjuts (1999), keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat diketahui

    melalui aktivitas metakognisi. Beberapa aspek metakognisi dapat dikembangkan

    menggunakan strategi pengembangan metakognitif, misalnya penyelesaian masalah secara

    berpasangan ( Pair Problem solving). Dalam pelaksanaannya satu siswa berbicara mengenai

    masalah tersebut, menguraikan proses berpikirnya, pasangannya mendengar dan

    menanyakan pertanyaan untuk membantu mengklarifikasikan pemikirannya. Pasangan

    kolaborasi ini disebut oleh Luis (2006) sebagai Thinker and Listener. Pasangan ini

    berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

    Thinker bertindak sebagai orang yang mencoba menyelesaikan masalah dengan

    menyuarakan pikiran sementara Listener bertindak sebagai orang yang mendengarkan dan

    mengajukan pertanyaan untuk mengecek kebenaran pemikiran dari pasangannya.

    Pekerjaan kolaborasi sebagai bentuk pembelajaran yang praktis dapat membantu siswa

    mengembangkan strategi metakognisi mereka. Artzt & Armour Thomas, (Luis, 2006)

    mengemukakan bahwa setting kelompok kecil dapat memunculkan pengungkapan kata-

    kata siswa secara spontan dan memungkinkan mereka untuk meningkatkan idenya melalui

    pengujian yang bersifat kritis.Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dalam mengembangkan kemampuan

    metakognisi siswa diperlukan beberapa strategi yang sebaiknya diterapkan dalam

    kelompok-kelompok kecil. Salah satu strategi yang sederhana dalam mengembangkan

    metakognisi siswa adalah melalui strategi pengajuan pertanyaan. Di samping itu penilaian

    terhadap kemampuan metakognisi seseorang dapat dilakukan selama aktivitas

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    10/14

    pembelajaran berlangsung dengan mendengarkan pembicaraan siswa selama berdiskusi

    atau merevieuw jurnal yang dibuat berkaitan dengan pembelajaran.

    Pengembangan Metakognisi dalam Pembelajaran Matematika.

    Berdasarkan berbagai strategi pengembangan metakognisi di atas, maka salah satu strategiyang dapat digunakan untuk membantu mahasiswa dalam memahami suatu konsep

    matematika adalah melalui pembuatan Jurnal belajar. Hal ini didasarkan juga pada

    kenyataan bahwa salah satu faktor kegagalan sebagian mahasiswa adalah karena mereka

    tidak memiliki catatan tentang apa yang dipelajarinya.

    Jurnal belajar, sebagai istilah yang diterjemahkan dari learning journal m erupakan wadah

    yang memuat hasil refleksi dalam bidang pembelajaran. Dalam kemendiknas (2010),

    dikatakan bahwa jurnal belajar tidak hanya berorientasi pada pengembangan kemampuan

    akademis semata akan tetapi diharapkan melalui kebiasaan menuliskan pengalaman

    belajar, peserta didik tersebut terbiasa mengekspresikan perasaan, pemikiran ataupun

    harapannya tentang pembelajaran yang diberikan guru. Dengan demikian pembuatan Jurnal

    belajar lebih dekat sebagai alat untuk komunikasi dan diseminasi informasi, temuan,

    pemikiran, hasil pengamatan tentang pembelajaran. Tulisan dalam Jurnal dapat berupa

    kalimat-kalimat sederhana, apakah itu penyelesaian soal mata pelajaran tertentu atau

    bahkan hanya ungkapan bahwa peserta didik itu senang belajar hari itu karena guru

    memberi kesempatan untuk mendiskusikan masalah yang menarik.

    Beberapa pertanyaan yang diminta untuk di jawab dalam jurnal belajar ketika mengakhiri

    perkuliahan adalah : materi apa yang baru saja anda pelajari, apakah anda mengerti semua

    materi tersebut, atau apakah ada materi yang tidak anda pahami, jika ada, tuliskan materi

    tersebut.

    Dari analisis terhadap beberapa jawaban yang tertulis dalam Jurnal, diketahui bahwa ada

    kelompok mahasiswa yang mengatakan memahami keseluruhan materi, ada yang

    mengemukakan bahwa mereka memahami sebagian tetapi tidak ada yang mengatakan

    tidak memahami sama sekali. Bagi mereka yang kurang memahami, mereka mengatakan

    bahwa mereka akan bertanya pada teman atau mencari sumber yang lain, mencobamengerjakan tugas yang diberikan. Dari informasi yang tertulis, dapat dilihat beberapa

    indikator pemanfaatan metakognisi seperti pengetahuan tentang kelemahan diri sendiri dan

    memahami kelebihan orang lain, serta pengetahuan tentang tugas-tugas yang diberikan.

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    11/14

    Dalam proses pembelajaran, pemanfaatan metakognisi dapat diketahui ketika mahasiswa

    diberi kesempatan menyelesaikan masalah. Berikut salah satu contoh pengungkapan

    pemanfaatan metakognisi dalam menyelesaikan soal persamaan diferensial.

    Diberikan soal berikut.

    Diketahui persamaan diferensial : , mempunyai penyelesaian :

    dan . Carilah penyelesaiannya yang memenuhi kondisi :

    Sebelum mahasiswa menyelesaikannya mereka diminta untuk membaca sekitar 5 menit

    (tanpa menulis), kemudian menjawab pertanyaan berikut: Apakah anda memahami soal

    tersebut? Dapatkah anda menyelesaikannya? Setelah diberi kesempatan menjawab,

    kemudian mereka diminta untuk menjawab pertanyaan lanjutan: Bagaimana cara anda

    mengerjakannya? (mereka diberi kesempatan untuk mengerjakan), Selesai mengerjakan,

    mereka diminta untuk menjawab pertanyaan berikut. Apakah pertanyaannya sudah

    terjawab? Bagaimana anda mengetahuinya? Apakah anda yakin dengan apa yang anda

    kerjakan? Pertanyaan-pertanyaan terakhir berkaitan dengan pemanfaatan strategi

    metakognitif khusunya pemonitoran dan pengevaluasian.

    Dari analisis terhadap pekerjaan dan jawaban yang diberikan, diketahui bahwa ada

    mahasiswa yang menyadari bahwa mereka belum dapat menyelesaikan dengan baik, ada

    yang meyakini kebenaran pekerjaannya dan ada yang tidak meyakini apa yang

    dikerjakannya. Fenomena ini menunjukkan bahwa secara tertulis aktifitas metakognisi

    dapat terdeteksi, tetapi perlu dilanjutkan dengan wawancara secara mendalam. Hasil

    analisis menunjukkan bahwa mereka yang memanfaatkan aktifitas metakognisinya dapat

    menyelesaikan masalah dengan baik.

    Kajian ini menunjukkan bahwa Jurnal belajar sebagai salah satu strategi yang digunakan

    untuk mengaktifkan metakognisi siswa dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi

    yang dipelajari, sekaligus merupakan bahan bagi dosen untuk merefleksikan diri baik dalammempersiapkan bahan ajar maupun pengajaran yang dilakukan.

    Di samping penggunaan jurnal, aktifitas pemantauan metakognisi lain yang ditemui dalam

    kelas matematika adalah melalui pembelajaran dalam bentuk kelompok. Beberapa aktifitas

    metakognisi yang dapat di amati adalah mahasiswa membaca masalah, menggaris bawahi

    dan melingkari beberapa kata. Ketika ditanyakan alasan menggaris bawahi maupun

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    12/14

    melingkari kata-kata tersebut, mereka mengatakan bahwa hal itu dilakukan untuk

    mempermudah dalam mengingat informasi penting dalam masalah yang di baca. Ini

    menunjukkan bahwa secara sadar mereka memanfaatkan strategi-strategi belajar.

    Interaksi yang terjadi antara mahasiswa juga memunculkan kesadaran mereka terhadapkesalahan yang di buat dan memutuskan untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Dalam

    proses ini mereka saling memantau aktifitas berpikir mereka dan saling memperbaiki

    kesalahan perhitungan maupun kesalahpahaman terhadap konsep yang dipelajari. Hal ini

    menunjukkan bahwa salah satu cara memunculkan kesadaran terhadap apa yang dilakukan

    adalah dengan strategi pemonitoran kognitif yang dilakukan oleh orang lain melalui diskusi

    maupun pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan kita. Ketika kita menyadari kesalahan kita,

    maka melalui pemanfaatan strategi pengevaluasian kognitif kita dapat memutuskan untuk

    memperbaiki kesalahan tersebut. Pemanfaatan metakognisi secara baik akan membantu

    pebelajar maupun guru dalam meningkatkan prestasi kerja merka.

    PENUTUP.

    Keberhasilan pembelajaran akan sangat tergantung dari peranan guru sebagai pengambil

    keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan melalui perefleksian atau perenungan

    terhadap proses pembelajaran yang akan dilakukan, mulai dari bagaimana merencanakan

    pemebelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengakhiri pembebelajaran. Aktifitas

    perefleksian merupakan salah satu indicator metakognisi yang sangat berperanan dalam

    peningkatan kualitas pembelajaran. Siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar

    akan berhasil apabila memanfaatkan semua komponen metakognisinya dalam mengikuti

    pembelajaran maupun menyelesaikan masalah. Pengembangan metakognisi siswa dapat

    dilakukan melalui pengajuan pertanyaan secara klasikal, kelompok-kelompok kecil,

    berpasangan maupun secara individu maupun kelompok. Di samping itu Melalui jurnal siswa

    dapat merefleksikan pemikiran mereka dalam bentuk catatan tentang kesadaran mereka

    terhadap ketidakkonsistenan dan kebingungan mereka serta mengomentari bagaimana

    mereka peduli dengan kesulitan yang dihadapi.

    DAFTAR PUSTAKA . Anderson,O.W. & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching, and Assessing

    (A Revision of Blooms Taxonomy of Educational Objectives ), Addision Wesley, Longman,

    New York.

    Blakey, E. & Spence, S. 1990. Developing Metacognition , Clearinghouse on Information

    Resources Syracusa, New York.

  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    13/14

    Dawson, Th & Fucher, K 2008, Metacognition and Learning Adulthood, Contemporary

    Education Psychology, 11, 233-236.

    Desoete, A. 2001. off-line metacognition in Children with Mathematics Learning

    Disabilities, Disertation , Universiteit Gent.Flavell, J.H. 1976. Metacognition and Cognitive Monitoring, A New Area of Cognitive

    Developmental Inquiry , American Psychologist , 34, pp.906-911.

    Gama, C. 2004. Integrating Metacognition Instruction in Interactive Learning Environmen t,

    University of Sussex, http://www . Integrating Metacognition, diakses 15 September, 2006.

    Hunter,M (2004), Enhanching Teaching, MacMillan College Publication, Co, New York.

    Kayashima,M & Inaba,A. 2007. The Model of Metacognitive Skill and How to Facilitate

    Development of the Skill , Faculty of Arts and Education, Tamagawa University, Japan

    Kelly, R.T. 2006. Teaching Problem Solving , Journal of Research in Mathematics Education,

    NCTM ,Reston,VA.

    Kemendiknas, 2010, Panduan Penyusunan Jurnal Belajar, Program Bermutu , Jakarta.

    Livingston, J.A. 1997. Metacognition: An Overview ; available:

    http:// www.qse.buffalo.edu/fas/schuell/cep564/metacog.htm , diakses, 20

    September 2006.

    Luis, T. etc. 2006. Thinker- Listener Pair Interactions to Develop Students Metacognitive

    Strategies for Mathematical Problem Solving ,Nanyang Technology University,Singapore.

    Marthan, S & Koedinger, K, 2005, Fostering the Intelligent novice: Learning from Error with

    Metacognitive Tutoring, Educational Psychology, 89(4), 686-695.

    Mudzakir, M.D. 1998. Metakognisi Dosen Dalam Proses Pembelajaran , Disertasi, Tidak

    dipublikasikan. Program PascaSarjana, Universitas Negeri Malang,

    Nurdin. 2007, Model Pembelajaran yang Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif , Disertasi

    tidak dipublikasikan, Program Pascasarjana Unesa, Surabaya.

    Panoura, A. dkk. 2005. Young Pupils Metacognitive Ability In Mathematics, European

    Research in Mathematics , Departeman Of Education, University of Cyprus,Cyprus.Schoenfeld, A.1992. Hand Book of Researh on Mathematics Teaching and Learning , Mc

    Millan Co.New York.

    Sjuts, J.L.1999. Metacognition in Mathematics Lessons,. Available : http://www/

    web.doc.sub.gwdg.de/book/e/gdm/1999, index.html,pp.76-87 , diakses 15 Maret 2006.

    http://www/http://www/http://www/http://www.qse.buffalo.edu/fas/schuell/cep564/metacog.htmhttp://www.qse.buffalo.edu/fas/schuell/cep564/metacog.htmhttp://www.qse.buffalo.edu/fas/schuell/cep564/metacog.htmhttp://www/%20web.doc.sub.gwdg.de/book/e/gdm/1999,%20index.html,pp.76-87http://www/%20web.doc.sub.gwdg.de/book/e/gdm/1999,%20index.html,pp.76-87http://www/%20web.doc.sub.gwdg.de/book/e/gdm/1999,%20index.html,pp.76-87http://www/%20web.doc.sub.gwdg.de/book/e/gdm/1999,%20index.html,pp.76-87http://www/%20web.doc.sub.gwdg.de/book/e/gdm/1999,%20index.html,pp.76-87http://www/%20web.doc.sub.gwdg.de/book/e/gdm/1999,%20index.html,pp.76-87http://www.qse.buffalo.edu/fas/schuell/cep564/metacog.htmhttp://www/
  • 8/12/2019 Metakognisi dalam Pembelajaran

    14/14

    Veenman, M, 2006, Metacognition and Learning: Conceptual and Methodological

    Consideration, Spinger Sciense Book, Co, Netherland.

    Yong, H.T.Y. & Kiong, L.N.K. 2006. Metacognitive Aspect of Mathematics Problem Solving ,

    MARA University of Technology Malaysia, Kuala Lumpur.