Meramal Gempa
-
Upload
deriz-landjoma -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
description
Transcript of Meramal Gempa
-
Meramal Gempa #2 Pasti bisa atau harus bisa !!
Sejarah membuktikan !
Tahun 1895 Lord Kelvin (ahli matematika Inggris dan
ahli fisika, president of the British Royal Society),
membuat fatwa : Mesin terbang yang beratnya lebih
besar dari udara adalah mustahil Tomas Edison di tahun yang sama (1895) juga sudah
angkat tangan mengatakan Semua kemungkinan untuk pembuatan pesawat terbang sudah sangat melelahkan, sekarang saatnya kita beripikir untuk hal
yang lain. Manusia tidak akan bisa terbang dalam limapuluh tahun kedepan, kata Wilbur
Wright kepada saudaranya Orville Wright tahun 1901
dan,
Di tahun 1903, Wright bersaudara TERBANG !!
Pemicu gempa: dari dalam, dari samping dan dari atas.
Sebelum ini kita tahu ada beberapa cara untuk meramalkan gempa,
sekarang kita lihat ulang seperti apa gempa itu terjadi secara
global. Disebelah ini menggambarkan terjadinya gempa dapat
dipicu oleh beberapa aktifitas alam. Dari dalam bumi kita tahu
adanya aktifitas inti (core), aktifitas mantle serta aktifitas kerak
bumi. Semua aktifitas dari dalam ini akan sangat mungkin menjadi
pemicu dari terjadinya gempa. Disamping itu gunung api yang
sering juga muncul sebagai akibat dari aktifitas tektonik yang juga
merupakan penyebab langsung dari gempa. Keduanya (gempa-
gunungapi) dapat saling mempengaruhi. Gempa Jogja tahun 2006
lalu diperkirakan disebabkan oleh aktifitas Gunung Merapi, namun dilain pihak goyangan
gempa Jogja meruntuhkan geger boyo sebuah tebing di puncak G Merapi yang akhirnya juga mempengaruhi aktifitas letusan. Selain itu pengalaman beberapa gempa besar terakhir
ini sangat erat hubungannya dengan gerakan-gerakan benda-benda angkasa terutama bulan.
Sehingga kita tahu bahwa gempa bukanlah single couse, pemicu gempa bukan disebabkan satu jenis mekanisme saja.
Mudah-mudahan dapat dimengerti betapa rumitnya mengetahui atau membuat model untuk
meramal gempa. Sehingga perlu cara lain selain cara pertama sebelumnya dengan
mempelajari/memprediksi secara statistikal berdasar kejadian masa lalu. Berikut ini
dilanjutkan lagi bagaimana meramalkan gempa dengan metode-metode yang lain yaitu
Pengukuran dan pengamatan tidak langsung (Indirect Measurement) dan Pengukuran
langsung (Direct measurement).
-
Pengukuran tidak langsung adalah mengukur semua gejala yang muncul akibat adanya
tekanan atau stress pada batuan. Pengukuran langsung adalah mengukur ada tidaknya
stress didalam batuan atau lempeng segment gempa itu.
Pengukuran dan pengamatan tidak langsung
(Indirect Measurement)
Gas Radon
Waktu saya kuliah tahun 1980-an emisi gas radon merupakan
sebuah impian untuk mewujudkan prediksi gempa. Radon
merupakan unsur radioaktif, dipercaya akan keluar ketika
batuan akan melepaskan stressnya. Gas radon akan muncul
pada air tanah ketika terjadi gempa. Namun hasil pengamatan
ini seringkali hanya berlaku lokal, sehingga sulit diterapkan ditempat lain.
EM (ElectroMagnetic)
Saat ini yang sedang HOT dalam memprediksi gempa adalah mengukur Medan
Elektromagnetik, atau EM (ElectroMagnetic). Di Indonesia merode ini juga diteliti oleh ahli-
ahli di LIPI. Pak Doktor Djedi dari LIPI pernah mengatakan ada beberapa mekanisme yang
diusulkan untuk menjelaskan fenomena medan EM yang berhubungan dengan gempa.
1. Mechanism of charge generation due to piezoelectricity (lihat Ikeya and Takaki,
1996; Japan J. Appl. Phys.).
2. Efek elektrokinetik, yang disebabkan oleh kehadiran lapisan elektrik ganda yang
terbentuk pada solid-liquid interface (i.e.: Bernabe, JGR, 103, 1998; Bernard, JGR, 97, 1992; Mizutani et el., GRL, 3, 1976).
3. Pressure stimulated currents (i.e. Varotsos and Alexopoulos, 1986)
4. Charged dislocation mechanism (i.e. Slifkin, Tectonophysics, 224, 1993)
5. Phase transition mechanism (i.e. Lazarus, 1996)
6. Stress induced electric signals in ionic cristals (i.e. Nowick, Ann. Rev. mater.
Sci., 26, 1996).
Menurut Pak Dr. Djedi S. Widarto (Chairman of the IWSEP2007, LIPI, Indonesia), saking
banyaknya mekanisme pembentukan perubahan gelombang EM, banyak para ahli gempa dan
fisika bumi jadi bingung yang mana lebih dominan. Tapi paling tidak, penentuan jenis
mekanisme ini sifatnya case by case atas suatu fenomena. Yang jelas, fenomena EM di
litosfer lebih sederhana untuk menjelaskannya dibandingkan dengan fenomena EM di
atmosfer atau ionosfer.
-
Electromagnetic Earthquake
Deteksi Electro Magnetic (Source: http://www.spectrum.ieee.org)
Batuan yang menunjam kedalam bumi masuk ke dalam mantel. Mantel bumi ini diperkirakan
memiliki fase cair. Batuan yang menekan dan tertekan ini akan menimbulkan gejala
piezoelectric dengan memancarkan ion-ion yang mempengaruhi sifat elektrik materi
disekitarnya.
Perubahan sifat elektrik ini yang akan mempengaruhi sifat-sifat gelombang EM di atmosfer
dan ionosfer. Tentunya kita juga harus mengerti bahwa atmosfer dan ionosfer juga memiliki
dinamikanya sendiri selain dipengaruhi oleh gejala lithosfer (gejala didalam bumi).
Demeter (smsc.cnes.fr)
Kerumitan faktor pemicu diatas belumlah cukup untuk menggambarkan bagaimana rumitnya
kejadian gempa ini. Problem tambahan ketika akan mengukur gejala-gejala EM ini terlihat di
gambar sebelah. Selain EM itu disebabkan oleh adanya aktifitas gempa, gelombang EM juga
dipengaruhi oleh :
Gejala angkasa : Matahari, meteor, dll
Gangguan aktifitas manusia : Ledakan, roket, jaringan listrik, pemancar radio dan
televisi, gas emisi termasuk gas rumah kaca.
Gangguan dari alam : erupsi gunung api dan gepa bumi.
-
Perekaman gelombang EM
Sudah banyak alat perekam yang dipasang di daerah-daerah yg diperkirakan menjadi sumber
gempa, bahkan sudah ada satelit yang di luncurkan ke luar angkasa untuk mengamati gejala-
gejala perubahan EM yg berhubungan dengan gempa. Salah satunya DEMETER (Detection
of Electro-Magnetic Emissions Transmitted from Earthquake Regions), sebuah satelit milik
perancis yang diluncurkan ke orbit pada tahun 2004.
Salah satu hasil
pengamatan
DEMETER dapat
dilihat disamping
ini. Pada saat
DEMETER
melintasi selat
Makassar ada
tanggal 21 Jan
2005, tercatat adanya anomali pengukuran gelombang
EM. Dan dua hari setelahnya terjadi gempa di sesar
Palu-Koro di Sulawesi pada tanggal 23 Jan 2005, atau
dua hari setelah terukur adanya anomali ini. Lihat hasil
pengukurannya disebelah kanan.
Tentunya hal ini merupakan pertanda baik akan
kemungkinan pengukuran gelombang EM sebagai
petunjuk (precursor dari gempa).
Jadi gempa bumi merupakan salah satu dari sekian faktor yang berpengaruh dalam dinamika
gelombang EM.
Jangan putus asa hanya karena mendapat kesulitan.
Yang terpenting adalah serumit apapun permasalahan manusia ini selalu ada jalan seandainya
manusia tidak hanya menyerahkan segalanya ke Yang Maha Membuat. Dia akan
menunjukkan jalan kalau kita tidak putus asa dalam menghadapi cobaan.
Nah sementara ini dulu, nanti dilanjutkan lagi, ya. :P
Bencana itu mulai datang ketika manusia sudah patah arang dan putus asa !
Referensi dan sumber gambar dan bacaan selanjutnya:
Meramal Gempa #1 Mission ImPossible http://www.ercll.gifu-u.ac.jp/
http://smsc.cnes.fr/DEMETER/index.htm
Parrot et al, (2006), Examples of unusual ionospheric observations made by the DEMETER satellite over seismic region, Physics and Chemistry of the Earth 31 (2006) 486495.
http://www.ieee.org
Efek bulan terhadap pasang-surut, gempa dan gunung api