Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

28
1 م يِ حَ ّ ر ل اِ ن مْ حَ ّ ر ل اِ له الِ مْ سِ بKATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah "PENDIDIKAN AGAMA ISLAM" yang berjudul “MENYEIMBANGKAN ANTARA IMAN, ILMU dan AMAL dalam ISLAM” . Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-Qur’an dan as-Sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada desen pembimbing dan pihak terkait yang telah membantu dalam menghadapi berbagai hambatan dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis
  • Upload

    -
  • Category

    Education

  • view

    9.755
  • download

    6

Transcript of Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

Page 1: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

1

ح�يم الر� ح�من� الر� الله� � م �س� ب

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya

terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah mata kuliah "PENDIDIKAN AGAMA ISLAM" yang berjudul

“MENYEIMBANGKAN ANTARA IMAN, ILMU dan AMAL dalam ISLAM” .

Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad

SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-Qur’an dan as-Sunnah untuk

keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama

Islam. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu

sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Penulis

mengucapkan terimakasih kepada desen pembimbing dan pihak terkait yang telah

membantu dalam menghadapi berbagai hambatan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan

makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif

dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

bagi yang membutuhkan.

Terima kasih

Jember, 07 Oktober 2013

Penulis

Page 2: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

2

DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….…..1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….2

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………..........................……………….…………….….. 3

B. Rumusan Masalah………….......................................................………….…..4

C. Tujuan Penelitian………………………………………………...………...….4

BAB 2. PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman, Ilmu dan Amal…………………………………………..….5

1. Pengertian Iman …………………………………………...……….…5

2. Pengertian Ilmu………………………………………………………..6

3. Pengertian Amal………………………………………………..……..6

B. Hubungan Antara Iman, Ilmu dan Amal……………....……...………………7

1. Antara Iman dan Ilmu………..……………………………………….7

2. Antara ilmu dan Amal………..………………………….……………8

3. Antara Iman dan Amal………………………...……….…………….10

C. Cara Menyeimbangkan Antara Iman, Ilmu dan Amal.……….………...……12

KESIMPULAN …………………………………………………...………………...13

DAFTAR PUSTAKA………………………………..…………….………………..14

Page 3: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia adalah makhluk yang mengenal makna. Manusia yang bermanfaat

adalah manusia yang kehadirannya dipentas kehidupan memberi makna, meski

kehadirannya hanya sebentar. Sebaliknya manusia yang kehadirannya tidak

memberi makna meski kehadirannya lama, ia bukanlah manusia yang bermanfaat.

Konsep makna dipengaruhi oleh iman, ilmu dan amal.

Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi

kedalam agama islam. Islam adalah agama yang mengatur tentang kehidupan.

Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syariah dan

akhlak. Sedangkan iman, ilmu dan amal berada didalam ruang lingkup tersebut.

Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal

berorientasi pada rukun islam yaitu tentang cara ibadah dan pengamalannya.

Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan

sangat menentukan terhadap nilai amal, karena akidah ini berurusan dengan hati.

Dan akidah sebagai kepercayaan ini yang melahirkan bentuk keimanan. Sedangkan

syari’ah adalah peraturan yang diciptakan Allah agar menjadi pegangan bagi

manusia dalam beribadah dan beramal. Artinya syari’ahlah yang membahas

amaliyah seorang muslim kepada Allah dan kepada sesama manusia, yaitu berupa

perintah dan larangan-Nya. Hubungan manusia dengan Allah melahirkan rukun

islam, sedangkan hubungan manusia dengan manusia melahirkan adanya

muamalah, munakahat, jinayah dan yang lainnya. Intinya orientasi dari syari’ah

inilah yang melahirkan adanya ilmu dan amal.

Page 4: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

4

Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban atau tanggung jawab

untuk beribdah kepada Allah, namun ibadah ini mempunyai tata cara dan aturan

tertentu. Dengan begitu dibutuhkan ilmu untuk mengetahui cara ibadah yang benar,

itulah mengapa ketiga dasar tersebut tidak dapat dipisahkan.

Meskipun hal yang paling menentukan adalah keimanan/akidah, tetapi tanpa

integrasi ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang

muslim menjadi tidak sempurna, bahkan akan mengakibatkan degradasi keimanan

pada diri muslim, sebab eksistensi perilaku lahiriyah seorang muslim adalah

perlambang batinnya. Dan jika iptek dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan ilmu

akan menghasilkan amal saleh dan bukan kerusakan alam.

Itulah mengapa perlu adanya usaha meningkatkan dan menyeimbangkan

iman, ilmu dan amal. Keutuhan ketiganya dalam pribadi muslim sekaligus

merealisasikan tujuan islam sebagai agama pembawa kedamaian dan keselamatan.

Sebaliknya pengabaian salah satu komponen tersebut akan menkiatkan kerusakan

dan keselamatan. Dengan kuatnya iman, ilmu dan amal merupakan syarat awal

terbentuknya akhlak yang baik.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari iman, ilmu dan amal ?

2. Bagaimana jika iman tanpa ilmu dan amal atau sebaliknya ?

3. Bagaimana menyeimbangkan antara iman, ilmu dan amal dalam islam?

Page 5: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pengertian dari iman, ilmu dan amal

Untuk mengetahui dan memahami hubungan dari iman, ilmu dan amal

Agar bisa menyeimbangkan antara iman, ilmu dan amal

Page 6: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

6

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman, Ilmu dan Amal

1. Pengertian Iman

Iman diambil dari bahasa Arab yang artinya peryaca atau yakin. Sedangkan

menurut istilah, pengertian iman adalah keyakinan dengan penuh yang dibenarkan

dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).

Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati

bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan

kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan

dengan amal perbuatan secara nyata.

Adapun pengertian iman secara khusus ialah sebagai mana terdapat dalam

rukun iman.

Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)

sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang

mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan

lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat

dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut

merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi

seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya,

sebagaimana firman Allah :

Page 7: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

7

�اب� �ك�ت و�ال �ه� ول س� ر� ع�ل�ى� ل� �ز� ن �ذ�ي ال �اب� �ك�ت و�ال �ه� ول س� و�ر� �ه� �الل ب �وا آم�ن �وا آم�ن �ذ�ين� ال 'ه�ا ي� أ �ا ي

ال( ض�ال� ض�ل� ف�ق�د� خ�ر� اآل� � �و�م �ي و�ال �ه� ل س� و�ر� �ه� �ب �ت و�ك �ه� �ت �ك ئ و�م�ال� �ه� �الل ب �ف�ر� �ك ي و�م�ن� �ل� ق�ب م�ن� ل� �ز� ن� أ �ذ�ي �ال

�ع�يد(ا ب

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan

RasulNya dan kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,

malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka

sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah,

maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan

kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya

adalah untuk kebaikan manusia.

2. Pengertian Ilmu

Dari unsur etimologi, pengertian ilmu didefinisikan sebagai tahuyang

kemudian dijabarkan menjadi kata pengetahuan. Kata ilmu ini sendiri pertama kali

berasal dari bahasa Arab yaitu “Alima-ya’lamu” yang artinya memperoleh hakikat

ilmu, mengetahui dan yakin. Selain ilmu yang berasal dari bahasa Arab muncul pula

istilah sains atau science.

Namun, pengertian ilmu secara umum adalah yang sebuah kumpulan

pengetahuan yang diatur secara rapid an sistematis. Kumpulan ini didasarkan dan

didapat dari hasil pengalaman,pengamatan serta penelitian yang kemudian dikaitkan

dengan pemikiran yang cermat dan teliti. Tentunya, hasil dari penelitian tersebut

harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan melalui metode yang telah

disusun.

Ilmu berarti memehami hakikat sesuatu, baik dengan memahami esensinya

atau memutuskan sesuatu atasnya, baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Untuk

Page 8: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

8

ilmu yang bersifat teoritis, jika sudah diketahui, tuntaslah sebagai mana kita

mengetahui berbagai benda semesta. Namun, ilmu yang praktis tidak dikatakan tuntas

sebelum ilmu tersebut diamalkan, seperti pengetahuan tentang berbagai ibadah.

Ilmu pun ada yang bersifat intelektual dan bersifat sam’iyah (hanya dipahami

melalui pendengaran). Ilmu yang bersifat intelektual ialah ilmu yang dapat dipahami

melalui akal, sedangkan ilmu sam’iyah adalah ilmu yang hanya dapat dipahami

melalui wahyu.

Menurut pemahaman para sosiolog, ilmu merupakan kumpulan pengetahuan

yang saling menyempurnakan serta kumpulan prinsip dan premis umum yang

berkaitan dengan hakikat fenomena tertentu. Ilmu memiliki unsur bermacam-macam

diantaranya logika, ilmu hitung, astronomi, psikologi dan yang lainnya. Dalam hal

ini, berdasarkan konsep islam pun , ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang

saling menyempurnakan dan merupakan prinsip-prinsip umum yang berkaitan

dengan kehidupan itu sendiri.

3. Pengertian Amal

Kata amal artinya pekerjaan. Dalam bahasa Arab kata amal dipakai untuk

semua bentuk pekerjaan. Tidak seperti anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang

mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan memahaminya sebatas kegiatan

ritual seperti pergi ke masjid, membaca Alquran, shalat, puasa, haji, zakat, sedekah,

dan sebagainya. Dalam Alquran, kata amal terbagi kepada 'amalus-shalih (pekerjaan

baik) dan 'amalun ghairus-shalih (pekerjaan yang tidak baik). 'Amalun ghairus-shalih

disebut pula dengan 'amalus-sayyi-ah (amal salah), termasuk pula ke dalam kategori

ini 'amalus-syaithan (pekerjaan setan) dan 'amalus-mufsidin (pekerjaan pelaku

kebinasaan). Umat Islam diperintah melakukan 'amalus-shalih dan wajib menjauhi

'amalus-sayyi-ah.

Page 9: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

9

Ada firman Allah SWT:

�ات� =ئ ي الس� �وا ع�م�ل �ذ�ين� ال ى �ج�ز� ي ف�ال� �ة� =ئ ي �الس� ب اء� ج� و�م�ن� �ه�ا م�ن Cر� ي خ� �ه� ف�ل �ة� ن �ح�س� �ال ب اء� ج� �م�ن�

�ون� �ع�م�ل ي �وا �ان ك م�ا �ال� إ

“Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya

(pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang

dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang

yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu

mereka kerjakan”. (Q.S.Al-Qasas: 84).

B. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal

1. Antara Iman danl Imu

Menurut pandangan islam, ilmu bukan berada di belakang iman, apalagi yang

menentangnya seperti yang popular di masyarakat Eropa pada abad-abad

pertengahan. Ajaran islam tidak pernah mengenal pertentangan ilmu dengan ilmu.

Hal seperti itu sama sekali tidak terdapat dalam “Kamus Islam”, tersirat maupun

tersurat.

Adapun dalam agama Nasrani, agama ini memasang fundasi, bahwa masalah

keimanan sama sekali tidak ada kaitannya dengan akal pikiran. Bahkan iman bertolak

belakang dengan pikiran. Iman berada di luar garis ilmu dan akal. Ia berada dalam

lingkaran perasaan dan hati. Dengan demikian, penerimaan secara rasional bukanlah

menjadi syarat suatu keyakinan. Yang baik ialah jika ia irasional (diluar jangkaun

akal pikiran). Beda halnya dengan islam yang dalam membangun akidah menolak

taklid dan tab’iyah (mengekor) seperti dinyatakan dalam al-Quran:

�ه� �ي ع�ل �ا و�ج�د�ن م�ا �ا �ن ب ح�س� �وا ق�ال س�ول� الر� �ل�ى و�إ �ه� الل ل� �ز� ن� أ م�ا �ى� �ل إ �و�ا �ع�ال ت �ه�م� ل ق�يل� �ذ�ا و�إ

�د�ون� �ه�ت ي و�ال� (ا �ئ ي ش� �م�ون� �ع�ل ي ال� �اؤ�ه�م� آب �ان� ك �و� و�ل� أ �ا �اء�ن �آب

Page 10: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

10

“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan

Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang

kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan

mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak

mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk” (Q.S. Al-Maidah:104)

Islam juga tidak membenarkan zhan dan praduga karna masalah akidah dan

tingkat yakin, tidak mungkin dicapai tanpa ilmu. Justru karena itulah agama islam

membantah akidah salib dengan firman Allah:

م�ا �ه� م�ن Lك ش� �ف�ي ل ف�يه� �ف�وا �ل ت اخ� �ذ�ين� ال �ن� و�إ �ه�م� =ه�ل ب ش� ��ك�ن� و�ل �وه� �ب ص�ل و�م�ا �وه� �ل ق�ت و�م�ا �ه� الل س�ول� ر� �م� ي م�ر� �ن� اب ع�يس�ى يح� �م�س� ال �ا �ن �ل ق�ت �ا �ن إ �ه�م� �و�ق�و�ل �

(ا �ق�ين ي �وه� �ل ق�ت و�م�ا �اع�الظ�ن= =ب ات �ال� إ T �م ل ع� م�ن� �ه� ب �ه�م� �ل

“Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih,

Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak

(pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan

Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang

(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.

Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali

mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh

itu adalah Isa”. (Q.S.An-Nisa’:157)

Ilmu yang benar oleh islam dianggap sebagai pembawa dan penunjuk

keimanan. Allah berfirman: “Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini

bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan

tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk

bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus”. (Q.S.Al-Hajj:54) Ilmu dan

iman, tidak ada pemisahnya. Agar mereka tahu, kemudian beriman. Sedangkan iman

diiringi dengan gerak hati dalam bentuk ikhbat (takut dan segan), khusyu’ (penuh

Page 11: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

11

konsentrasi) kepada Allah. Demikianlah, ilmu membuahkan iman, dan iman

membuahkan ikhbat dan tawadhu’ kepada Allah Tuhan semesta alam.

Dan pada ayat lain, ilmu dan iman disebut bergandengan, saling bermesraan,

Allah berfirman:

م� و� ي� ي�ا هي� ي� � ث� و� ي� و� ا ث� و� ي� ه� ي� ث�ا ث� �� ي ا� ث� ي�ا �ث ث�ي �و م� و� ث� ي� و ي! ي� ي" ي#ا ث�$� و% ي&ا �ي و� ث� و� ا م'�ا م)ا& ي( ث�� �� ي ا ي* ي+ا ي& �م�ون� �ع�ل ت ال� �م� �ت �ن ك �م� �ك ��ك�ن و�ل �ع�ث� �ب ال

“Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan

(kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur)

menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu

akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya)".” (Q.S.Ar-Rum:56)

Ilmu yang benarlah yang menghayati keimanan, dan iman yang haklah yang

melapangkan wawasan ilmu. Dengan demikian keduanya merupakan sejoli yang

saling bertafahum. Bahkan sebagai dua bersaudara yang saling bekerja sama. Ilmu

inilah yang dikehendaki oleh islam, apapun judul dan bidang bahasanya. Islam

menghendaki ilmu yang berada dibawah naungan iman dan segala nilainya yang

luhur. Kearah itulah Islam menuntun ketika pertama kali Allah berfirman: “Bacalah!

Dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan”.(Q.S.Al-Alaq:1).

Demikianlah, mengapa antara iman dan ilmu itu tidak dapat dipisahkan,

2. Antara Ilmu dan Amal

Menurut pandangan islam, selain sebagai penunjuk keimanan, ilmu juga

sebagai petunjuk beramal. Amal dalam islam tidak hanya terbatas pada ibadah saja,

begitu pula ilmu tidak hanya mencakup ilmu fikih dan hokum-hukum agama saja.

Ilmu dalam hal ini mencakup semua yang bermanfaaat bagi manusia seperti ilmu

agama, ilmu social, ilmu alam dan yang lainnya. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan

Page 12: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

12

dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban

manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam

lapangan praktis manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan

memberikan solusi untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.

Jadi mengiringi ilmu dengan amal merupakan keharusan. Dalam pandangan

Khalil al-Musawi dalam buku Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, hubungan ilmu

dengan amal dapat difokuskan pada dua hal:

Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal bisa

lurus dan berkembang bila didasari ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan tidak

ubahnya dengan berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan kepada

tujuan melainkan menjauhkan.  Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai

dengan ilmu, baik itu yang berupa  amal ibadah maupun amal perbuatan lainnya.

Dalam ibadah harus disertai dengan ilmu. Jika ada orang yang melakukan

ibadah tanpa didasari ilmu tidak ubahnya dengan orang yang mendirikan bangunan di

tengah malam dan kemudian menghancurkannya di siang hari. Begitu juga, hal ini

pun berlaku pada amal perbuatan yang lain, dalam berbagai bidang. Memimpin

sebuah negara, misalnya, harus dengan ilmu. Negara yang dipimpin oleh orang bodoh

akan dilanda kekacauan dan kehancuran.

Kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan. Barangsiapa berilmu

maka dia harus berbuat, baik itu ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah

maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya ilmu yang tidak diamalkan. Amal

merupakan buah dari ilmu, jika ada orang yang mempunyai ilmu tapi tidak beramal

maka seperti pohon yang tidak menghasilkan manfaat bagi penanamnya.

Begitu pula, tidak ada manfaatnya ilmu fikih yang dimiliki seorang fakih jika

dia tidak mengubahnya menjadi perbuatan. Begitu juga, tidak ada faedahnya teori-

Page 13: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

13

teori atau penemuan-penemuan yang ditemukan seorang ilmuwan jika tidak diubah

menjadi perbuatan nyata. Karena wujud dari pengetahuan itu adalah amal dan karya

nyatanya.

Ilmu tanpa diiringi dengan amal maka hanya berupa konsep-konsep saja. Ilmu

yang tidak dilanjutkan dengan perbuatan, mungkin kita dapat menyebutnya sebagai

pengetahuan teoritis. Namun, apa faedahnya ilmu teoritis jika kita tidak

menerjemahkannya ke dalam ilmu praktis, dan kemudian meneruskannya menjadi

perbuatan yang mendatangkan hasil?

Jika ilmu tidak diimplementasikan maka akan memberikan dampak yang

negatif. Salah-satu penyakit sosial yang paling berbahaya yang melanda berbagai

umat – termasuk umat Islam – adalah penyakit pemutusan ilmu-khususnya ilmu-ilmu

agama –dari amal perbuatan, dan berubahnya ilmu menjadi sekumpulan teori belaka

yang jauh dari kenyataan dan penerapan. Padahal, kaedah Islam menekankan bahwa

ilmu senantiasa menyeru kepada amal perbuatan. Keduanya tidak ubahnya sebagai

dua benda yang senantiasa bersama dan tidak terpisah satu sama lain. Jika amal

memenuhi seruan ilmu maka umat menjadi baik dan berkembang. Namun jika tidak,

maka ilmu akan meninggalkan amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa

memberikan faedah apa pun. Jika demikian nilai apa yang dimiliki seorang manusia

yang mempunyai segudang teori dan pengetahuan namun tidak mempraktikkannya

dalam dunia nyata.

Pertalian ilmu dengan amal tidak hanya dituntut dari para pelajar agama dan

para ahli yang mendalami suatu ilmu, melainkan juga dituntut dari setiap orang, baik

yang memiliki ilmu sedikit ataupun banyak. Namun, tentunya orang-orang yang

berilmu memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam hal ini, karena mereka

memiliki kemampuan yang lebih. Allah SWT berfirman di dalam surat Ash-Shaff,

ayat (2-3), “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa

Page 14: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

14

yang tidak kamu kerjakan. Sungguh besar murka Allah kamu mengatakan apa-apa

yang tidak kamu kerjakan.”

Jika kita memperhatikan ayat-ayat al-Quran, niscaya kita akan menemukan

bahwa al-Quran senantiasa menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu

diungkapkan dalam bentuk kata iman pada banyak tempat, dengan pengertian bahwa

iman adalah ilmu atau keyakinan. Di antaranya ialah :“Demi waktu Asar,

sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman

dan beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kebajikan.” (QS.

Al-‘Ashr:1-3). Dalam ayat  lain dikatakan,  “Sesungguhnya orang-orang yang

beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat

tinggal.” (QS. Al-Kahfi : 107). Demikian juga dengan ayat, “Orang-orang yang

beriman  dan beramal saleh, bagi mereka kebahagian dan tempat kembali yang baik.”

(QS. Ar-Ra’d :29)

Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang betapa ilmu dan amal shaleh memiliki

kaitan yang erat yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Karena keduanya bagai

dua keping mata uang, yang saling memberi arti. Inilah yang sejalan dengan ucapan

Imam Ali as, “Iman dan amal adalah dua saudara yang senantiasa beriringan dan dua

sahabat yang tidak berpisah. Allah tidak akan menerima salah satu dari keduanya

kecuali disertai sahabatnya.”

Dengan perspektif keterpaduan ilmu dan amal, maka akan memberikan

perkembangan kearah perbaikan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat akan

berlomba-lomba dalam memberikan amal shaleh satu sama lain. Imam Ali as berkata,

“Jangan sampai ilmumu menjadi kebodohan dan keyakinanmu menjadi keraguan.

Jika engkau berilmu maka beramalah, dan jika engkau yakin maka majulah.” Dengan

ilmu yang benar, serta amal  shaleh maka masyarakat bergerak dari kebodohan

Page 15: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

15

menuju kepintaran, dari ketertinggalan menuju kemajuan dan dari  kehancuran

menuju kebangkitan.

3. Antara Iman dan Amal

Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau

tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal

saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan

balasan pahala yang berlipat di akhirat. Islam memandang bahwa amal saleh

merupakan manifestasi keimanan kepada Allah SWT. Islam bukan sekadar

keyakinan, melainkan amalan saleh yang mengejawantahkan keyakinan tersebut.

Amal saleh menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian aturan-aturan

Allah SWT.

Sedangkan amal saleh yang tanpa keimanan akan menjadi perbuatan yang tidak ada

nilainya di hadapan Allah. Sebagai contoh orang yang dalam kesehariannya suka

memberi bantuan kepada siapa saja yang membutuhkan tetapi tidak dilandasi dengan

keimanan kepada Allah, maka perbuatan tersebut tidak mendapat nilai atau balasan

dari Allah. Syarat sahnya sebuah perbuatan kebaikan seseorang antara lain :

 a.Amal saleh harus dilandasi niat karena Allah semata.

 b.Amal saleh hendaknya dikerjakan sesuai dengan Qur'an dan Hadits

 c.Amal saleh juga harus dilakukan dengan mengetahui ilmunya

Oleh karenanya sebagai seorang hamba Allah kita dalam berbuat kebaikan harus

disertai dengan niat yang ikhlas karena Allah semata, sesuai dengan tuntunan Al-

Qur'an dan Hadits dan tahu ilmunya sehingga dapat mendatangkan kebaikan bagi si

pelaku.

Page 16: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

16

Al-Qur'an menyebutkan ungkapan "amal saleh" pada dua tempat, yaitu Q.S. Al-Fatir

5:10 dan Q.S. Attaubah: 120. Ayat pertama mengungkapkan: "Kepada-Nyalah akan

naik perkataan-perkataan yang baik, dan amalan kebajikan Dia akan mengangkatnya.

(Q.S.Fatir:10).

Sedangkan, ayat kedua menjelaskan tentang semua tindakan dalam jihad di jalan

Allah sebagaimana amal saleh. Adapun ayat yang menjelaskan tentang amal yang

tidak saleh (amal gair shalih) dikaitkan dengan pembangkangan kan'an terhadap

seruan ayahnya, Nabi Nuh AS (Q.S.Hud:46).

Dari apa yang ditemukan pada ayat-ayat Al-Qur'an diatas, dapat disimpulkan bahwa

amal saleh merupakan wujud dari keimanan seseorang. Artinya, orang yang beriman

kepada Allah SWT harus menampakkan keimanannya dalam bentuk amal saleh. Iman

dan Amal Saleh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka

bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman

tanpa Amal Saleh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.

Dengan demikian, seorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan

keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan keislamannya.

Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh di dalam jiwa karena diwujudkan

dalam bentuk amal saleh yang menunjukkan nilai-nilai keislaman.

C. Cara Menyeimbangankan antara Iman, Ilmu dan Amal

Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi

kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan.

Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak.

Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman

berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi

pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya.

Page 17: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

17

Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan

sangat menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan

hati. Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun

iman yang ada enam, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab

Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan takdir.

Adapun arti dari syari’ah adalah peraturan yang diciptakan Allah agar menjadi

pegangan bagi manusia dam beribadah dan beramal. Ini berarti bahwa syari’ah

membahas amaliyah seorang muslim kepada Allah dan kepada sesama manusia, yaitu

berupa perintah dan larangan-Nya. Perintah dan larangan Allah melahirkan adanya

hukum islam. Hubungan manusia dengan Allah melahirkan rukun islam, sedangkan

hubungan mamusia dengan manusia melahirkan adanya muamalah, munakahat,

jinayah, waratsah, khalifah dan banyak lagi yang lain. Intinya orientasi dari syari’ah

inilah yang melahirkan adanya ilmu dan amal.

Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban atau tanggung jawab

untuk beribadah kepeda Allah, namun ibadah ini mempunyai tata cara dan aturan

sendiri. Dengan begitu dibutuhkan ilmu untuk mengetahui cara ibadah yang benar,

itulah mengapa ketiga dasar tersebut tidak dapat dipisahkan dan harus utuh.

 Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa

integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang

muslim  menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan degradasi keimanan pada

diri muslim, sebab eksistensi perilaku lahiriyah seseorang muslim adalah perlambang

batinnya.

Page 18: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

18

KESIMPULAN

1. Iman adalah sebuah keyakinan, ilmu adalah mengetahui dan memahami

tentang hakikat sesuatu dan amal adalah perbuatan yang memberi manfaat

kepada pelakunya.

2. Iman, ilmu dan amal itu diumpakan sebuah pohon. Iman adalah akar, ilmu

adalah pohon yang mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan

sedangkan amal adalah buah dari pohon tadi, yang melahirkan thnologi dan

seni.

3. Seorang yang berilmu harus memupuknya dengan amal shaleh dengan dasar

keimanan yang benar. Karena diantara ketiganya itu terdapat hubungan yang

terintegrasi kedalam agama islam.

Page 19: Menyeimbangkan Iman, Ilmu dan Amal dalam Ialam

19

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ali Abdul Halim Mahmud. 1997. Ikhwanul Muslimin. Jakarta: Gema Insani

Press.

Dr. Yusuf Al-Qardlawi. 1991. Metode dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif

Sunnah. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Prof. Dr. Zakiah Daradjat, dkk. 1994. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: PT Karya

Unipress

www.fatimah.org/2013/03/07/hubungan-ilmu-dan-amal/

www.kristifaputri.blogspot.com/2012/10/pengertian-ilmu-dalam-agama-islam.html

islamagamaku.wordpress.com/2009/07/25/pengertian-iman/