Menteri Perhubungan - TRP Menteri... · Rawan Bencana Transportasi Udara ... Menurunnya angka...

download Menteri Perhubungan - TRP Menteri... · Rawan Bencana Transportasi Udara ... Menurunnya angka fatalitas korban kecelakaan transportasi jalan hingga 50% dari kondisi ... skema sistem

If you can't read please download the document

Transcript of Menteri Perhubungan - TRP Menteri... · Rawan Bencana Transportasi Udara ... Menurunnya angka...

  • KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

    JAKARTA, 5 NOVEMBER 2012

    INTEGRASI TRANSPORTASI DAN TATA RUANG

    DALAM PERWUJUDAN NAWACITA

    Paparan Menteri Perhubungan

  • O U T L I N E

    Integrasi Transportasi dan Tata Ruang;

    Isu Strategis Pemanfaatan Ruang Dalam Pelaksanaan Program Kementerian Perhubungan;

    Dukungan Kementerian Perhubungan Terhadap Perwujudan Nawacita

    Transportasi dan Tata Ruang Jabodetabek

  • Integrasi Transportasi dan Tata Ruang

  • Visi, Misi dan Nawacita (Agenda Prioritas)

  • Kerangka Pikir

    Pembangunan Transportasi 2015 - 2019

  • Pendekatan Dalam Proses Penyusunan

    Renstra Kemenhub 2015 - 2019

  • Sinkronisasi Sasaran RPJMN

    dengan Renstra Kemenhub 2015 - 2019

  • Biroren Kemenhub, 2015

    Penyelenggaraan Penataan Ruang

    (UU No. 26 Tahun 2007)

    TRANSPORTASI

  • UU 22/2009 ttg LLAJ

    UU 17/2008 ttg Pelayaran

    UU 1/2009 ttg

    Penerbangan

    Cetak BiruSistem

    LogistikNasional

    (Perpres 26 Tahun 2012)

    UU 23/2007 ttg KA

    RencanaIndukLLAJ

    Nasional

    RencanaInduk

    Perkeretaapian

    Nasional

    Tatanan KA Nasional

    Tatanan KepelabuhananNasional

    RencanaInduk

    JaringanPenyebera

    nganNasional

    Tatanan Kebandarudaraan Nasional

    (KM 11/2010)

    RencanaInduk

    NasionalBandar Udara

    Cetak BiruTransportasiMultimoda

    (KM 15/2010)

    RENSTRA Kementerian Perhubungan

    Rencana Investasi Sarana dan Prasarana Perhubungan

    UU 38/ 2004 ttg

    Jalan

    RencanaUmum

    JaringanJalan

    Nasional

    SISTRANAS (KM 49/2005) SISLOGNAS

    Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas)

    Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Wilayah Propinsi (Tatrawil)

    Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)

    Rencana

    Induk

    Pelabuhan

    Nasional

    UU 26/2006

    ttgPenataan

    Ruang

    RTRWN(PP

    26/2008), RTRWP, RTRWK

    RPJMN2015 2019

    (Perpres 2/2015)

    UU 17/2007

    ttg RPJPN 2005 -2025

    Sistranas dan Tata Ruang

  • Isu Strategis Pemanfaatan Ruang

    Dalam Pelaksanaan Program

    Kementerian Perhubungan

  • - PANCASILA

    - UUD 1945

    SISTEM PERENCANAAN

    PEMBANGUNAN NASIONAL

    RENCANA UMUM PENGEMBANGAN

    PERHUBUNGAN (RUPP)

    VISI & MISI

    PRESIDEN

    TERPILIH

    RPJP NASIONAL

    RPJM NASIONAL

    TATANAN MAKRO STRATEGIS PERHUBUNGAN (TMSP)

    TATRANAS

    TATRALOK

    SISTRANAS

    RENCANA TEKNIS PENGEMBANGAN

    PERHUBUNGAN (RTPP)

    PETUNJUK, PEDOMAN

    DAN STANDARDISASI

    TEKNIS PENGEMBANGAN

    PERHUBUNGAN (PSTPP)

    L

    I

    N

    G

    K

    U

    N

    G

    A

    N

    S

    T

    R

    A

    T

    E

    G

    I

    S

    SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN (SP3)

    RENCANA STRATEGIS

    (RENSTRA) KEMENHUB

    RENCANA KERJA KEMENHUB

    RENCANA PEMBANGUNAN

    JANGKA PANJANG KEMENHUB

    (RPJPP)

    ROLLING

    PLAN

    ROLLING

    PLAN

    RENCANA KERJA

    PEMERINTAH (RKP)

    RKA KEMENHUB DIPA

    TATRAWIL

    RTRWN

    RTRW PULAU

    RTRW Kab/Kota

    UU TATA RUANG

    RTRW Prov

    UU

    TRANSPORTASI

    Kerangka Pikir Sistem Perencanaan Pembangunan Transportasi

  • PenetapanLokasi SimpulTransportasi

    Kesesuaiandengan Rencana

    Induk SistemTransportasi

    Kesesuaiandengan RTRW

    Kesesuaiandengan

    Tatrawil/Tatralok

    KelayakanTeknis,

    Ekonomis, danLingkungan

    Penentuan Lokasi Simpul Transportasi

  • Alternatif Lokasi

    Pra FS dan FS;

    Alternatif lokasi yang sesuai dengan RTRW memiliki poin lebihbesar dalampembobotan

    LokasiTerpilih

    Rencana Induk;

    Lokasi yang ditetapkan dalamRencana Induk harussesuai dengan RTRW

    1

    2

    34

    5

    6

    7

    8

    Keserasian dengan RTRW dalam Penentuan Simpul Transportasi

  • Isu Strategis Pemanfaatan Ruang

    Transportasi Darat

    Pembangunan Terminal Angkutan Jalan Tipe A

    Pembangunan Dermaga Penyeberangan

    Pembangunan Dermaga Sungai Dan Danau

    Pembangunan Terminal Angkutan Jalan Baru Kawasan Perbatasan

    Transportasi Kereta Api

    Pembangunan Jaringan Kereta Api Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi

    Pengembangan Kereta Api Perkotaan

    Transportasi Laut

    Pembangunan Fasilitas Ppelabuhan

    Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Wilayah Perbatasan, Tertinggal dan Rawan Bencana

    Transportasi Udara

    Pembangunan Dan Pengembangan Bandara

    Pengembangan Bandar Udara Angkutan Kargo

    Pengembangan Bandara Daerah Rawan Bencana dan Perbatasan

  • Dukungan Kementerian Perhubungan

    Terhadap Perwujudan Nawacita

  • Dukungan Sektor Transportasi

    Tahun 2015-2019 (1)

    No SASARAN INDIKATOR

    Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan

    1. Meningkatnya kapasitas saranadan prasarana transportasi sertaketerpaduan sistem transportasimultimoda dan antarmoda, untuk mengurangi backlogmaupun bottleneck kapasitasprasarana dan saranatransportasi antarmoda maupunantarpulau, sesuai dengansistem transportasi nasional dancetak biru transportasimultimoda;

    Menurunnya waktu tempuh rata-rata per koridor, untuk koridor utama dari 2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam per 100 km pada lintas-lintas utama;

    Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional denganmembangun 15 bandar udara baru;

    Pengembangan 9 bandar udara untuk pelayanan kargo udara;

    Peningkatan On-time Performance Penerbangan menjadi 95%;

    Moderenisasi sistem pelayanan navigasi penerbangan dan pelayaran;

    Meningkatnya kapasitas 24 pelabuhan untuk mendukung tol laut, yang terdiri 5 pelabuhan hub dan 19 pelabuhan feeder;

    Pembangunan dan pengembangan 163 Pelabuhan non komersial, sebagai sub feeder tollaut;

    Penurunan dwelling time pelabuhan;

    Pembangunan 50 kapal perintis dan terlayaninya 193 lintas angkutan laut perintis;

    Meningkatnya jumlah barang dan penumpang yang dapat diangkut oleh kereta api melalui pembangunan jalur KA minimal sepanjang 3.258 kilometer;

    Terhubungkannya seluruh lintas penyeberangan sabuk Utara, Tengah, dan Selatan, danporos poros penghubungnya, melalui pembangunan/pengembangan 65 pelabuhanpenyeberangan serta pengadaan 50 unit kapal penyeberangan;

    Meningkatnya peran angkutan sungai dan danau melalui pembangunan dermaga sungai dan danau di 120 lokasi.

  • No SASARAN INDIKATOR

    Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai KeseimbanganPembangunan

    2. Meningkatnya kinerjapelayanan dan industritransportasi nasional, untuk mendukungkonektivitas nasional, sistem logistik nasional(Sislognas), dankonektivitas global;

    Meningkatnya pangsa pasar yang diangkut armada pelayaran niaga nasional, melalui penguatan regulasi hingga 20% dan memberikan kemudahan swastadalam penyediaan armada kapal;

    Meningkatnya jumlah armada pelayaran niaga nasional yang berumur

  • No SASARAN INDIKATOR

    Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan

    3. Naiknya tingkat keselamatan dankeamanan penyelenggaraan pelayanantransportasi;

    Menurunnya angka fatalitas korban kecelakaan transportasi jalan hingga 50% dari kondisi baseline;

    Menurunnya rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 menjadi kurang dari 3 kejadian/1 juta flight cycle;

    Menurunnya jumlah kejadian kecelakaan transportasi laut menjadi kurang dari 50 kejadian/tahun;

    Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api dari 0,025 kecelakaan per 1 juta-km perjalanan kereta api;

    Tersedianya informasi dan sistem data tingkat keselamatan infrastruktur jalan nasional danprovinsi yang mutakhir setiap tahunnya.

    4. Menurunnya emisi gas rumah kaca(RAN-GRK) di sektor transportasi;

    Menurunnya emisi gas rumah kaca (RANGRK) sebesar2,982 juta ton CO2e untuk subsektortransportasi darat, 15,945 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi udara, dan 1,127 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi perkeretaapian hingga tahun 2020, melalui penyediaan saranadan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuacaEkstrem.

    5. Tersedianya layanan transportasi sertakomunikasi dan informatika diperdesaan, perbatasan negara, pulauterluar, dan wilayah non komersiallainnya;

    Meningkatnya sistem jaringan dan pelayanan transportasi perdesaan;

    Terselenggaranya pelayanan transportasi perintis secara terpadu.

    Dukungan Sektor Transportasi

    Tahun 2015-2019 (3)

  • No SASARAN INDIKATOR

    Pembangunan Transportasi Umum Massal Perkotaan6. Meningkatnya pelayanan

    angkutan umum massal perkotaan;

    Modal share (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan di Kota Megapolitan/ Metropolitan/Besar minimal 32%;

    Jumlah kota yang menerapkan sistem angkutan massal berbasisjalan dan/atau kereta api minimal 34 kota.

    7. Meningkatkan kinerja lalu lintas jalan Perkotaan;

    Meningkatnya kecepatan lalu lintas jalan nasional di kota-kotametropolitan/besar menjadi minimal 20 km/jam.

    8. Meningkatkan aplikasiteknologi informasi danskema sistem manajementransportasi Perkotaan;

    Penerapan pengaturan persimpangan dengan menggunakanteknologi informasi (ATCS) di seluruh ibukota propinsi;

    Penerapan ATCS di kota yang telah menerapkan sistem angkutanmassal perkotaan berbasis bus (BRT) dan kota sedang/besaryang berada di jalur logistik nasional, serta Automatic Train Protection (ATP), pada jaringan kereta api perkotaan;

    Penerapan skema pembatasan lalu lintas di kota-kotabesar/metropolitan.

    Dukungan Sektor Transportasi

    Tahun 2015-2019 (4)

  • Perhubungan Darat

  • Perkeretaapian

  • Perhubungan Laut

  • Perhubungan Udara

  • TRANSPORTASI DAN TATA RUANG (JABODETABEK)

    RENCANA INDUK TRANSPORTASI JABODETABEK

  • Kondisi Eksisting

    Land Use

    Kondisi Eksisting

    Transportasi/ Jaringan

    Pelayanan

    Perencanaan Eksisting

    Permenhub No. 54 Tahun 2013

    Usulan Daerah

    Perpres No. 54 Tahun 2008

    ANALISIS

    INDIKATOR KINERJA

    RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI

    JABODETABEK

    1. Pengembangan Jaringan

    2. Pengembangan Simpul dan,

    3. Pengembangan Pelayanan

    Arah kebijakan dan Program

    Strategi Implementasi

    Kelembagaan BPTJ

    Quick Win RITJ

    RENCANA INDUK TRANSPORTASI JABODETABEK(contoh pemanfaatan ruang)

  • STRUKTUR DAN POLA RUANG JABODETABEKSistem Pusat Kegiatan

    DKI Jakarta kota utama dengan satelitnya yaitu Kota Depok, Kota Bogor, Kota Bekasi, KotaTangerang Selatan dan Kota Tangerang,

    wilayah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Tangerang untuk kegiatan industri, perumahan danpertanian,

    kemudian ada wilayah yang berfungsi sebagai hinterland (kawasan pertanian, daerah resapan, dll)yaitu Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor.

    Sumber : Perpres No. 54 Tahun 2008

  • STRUKTUR DAN POLA RUANG JABODETABEKPola Sebaran Pusat Permukiman

  • STRUKTUR DAN POLA RUANG JABODETABEKEksistensi Kota Baru Swasta

  • STRUKTUR DAN POLA RUANG JABODETABEKKawasan Industri

    Kawasan industri terbanyak berada pada wilayah Bekasi dan Tangerang.

    Hal ini sesuai dengan tingginya kontribusi industri dalam pembentukan PDRB di kedua wilayah tersebut. Selain industri, sektor tersier di beberapa wilayah di Bodetabekjuga berkembang, hal ini ditunjukkan denganpembangunan ekonomiyang semakin tinggipada wilayah tersebut.

  • PENGEMBANGAN SIMPUL, JARINGAN DAN PELAYANAN TRANSPORTASI

    Kriteria Pendekatan Lokasi Simpul Transportasi Terpadu

    Sumber : Standar Guidline Station/Terminal

    Neighborhood/Residential Terminal

  • RENCANA PENGEMBANGAN SIMPUL TRANSPORTASI TERINTEGRASI (TOD),BERDASARKAN KONDISI SAAT INI

    Legenda :

    Intermodal Interchange

    Bus Interchange

  • DIAGRAM SKEMATIK SIMPUL DAN JARINGAN TRANSPORTASI JABODETABEK

  • SISTEM TRANSPORTASI JABODETABEKPerpres 54/2008

    1. Penataan angkutan masal jalan rel dan angkutan jalan;2. Peningkatan pemanfaatan jaringan jalur kereta api pada ruas-ruas tertentu sebagai

    prasarana pergerakan komuter dari wilayah Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok ke DaerahKhusus Ibukota Jakarta dan sebaliknya;

    3. Pemisahan penggunaan prasarana antara jaringan jalur kereta api yang bersifat komuterdan jaringan jalur kereta api yang bersifat regional dan jarak jauh;

    4. Pengembangan jalan yang menghubungkan antarwilayah dan antarpusat permukiman,industri, pertanian, perdagangan, jasa dan simpul-simpul transportasi serta pengembanganjalan penghubung antara jalan selain jalan tol dengan jalan tol;

    5. Pengembangan jalan tol dalam kota di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yangterintegrasi dengan jalan tol antarkota sesuai dengan kebutuhan nyata;

    6. Pembangunan jalan setingkat jalan arteri primer atau kolektor primer yangmenghubungkan Cikarang di Kabupaten Bekasi ke pelabuhan Tanjung Priok di Daerah KhususIbukota Jakarta dan Citayam di Kota Depok ke jalan lingkar luar di Daerah Khusus IbukotaJakarta;

    7. Pembangunan jalan rel yang menghubungkan Cikarang di Kabupaten Bekasi kepelabuhan Tanjung Priok di Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

    8. Pengembangan sistem jaringan transportasi masal yang menghubungkan Daerah KhususIbukota Jakarta dengan pusat-pusat kegiatan di sekitarnya;

    9. Pengembangan sistem transportasi masal cepat yang terintegrasi dengan bus yangdiprioritaskan, perkeretaapian monorel, dan moda transportasi lainnya; dan

    10. Pengembangan sistem transportasi sungai yang terintegrasi dengan moda transportasilainnya

  • SISTEM TRANSPORTASI JABODETABEKPermenhub 54/2013 (Rencana Umum Jaringan Berbasis Jalan)

  • SISTEM TRANSPORTASI JABODETABEKPermenhub 54/2013 (BERBASIS REL)

  • HARMONISASI PENGEMBANGAN TATA RUANG DENGAN SISTEM TRANSPORTASI JABODETABEK

    Perpres 54/ 2008 tentang Penataan Ruang KawasanJakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur Akan direvisi dengan mengakomodirpengembangan sistem transportasi Jabodetabek(yang dituangkan dalam RITJ)