MENTERI KEHAKIMAN

16
1. MENTERI KEHAKIMAN REPUSLIK .INt>ONESIA KBTERANGAN PBMERINTAH· DIHADAPAN SIDANG PARIPURNA MHNGBNAI RANCANGAN UNDA.NG-UNDANG TENTANG PBRUBAHAN I UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TABON 1982 TBNTANG BAK CIPTA Assalamu' alaikum w. w. Saudara Plmpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat, :·.· 'f . 'l'e:rlebih dahulu, izinkanlah kami menga.Jak para hadirin untuk memanjatkan puji syukur - kita kepada Allah Swt, yang karena rakhmat dan · telah memungkinkan .kita semua be:rtemu · dalam sidang ·:.nuu. ini. . . t ' Selain itu. Saudara Pimpinan yang terhormat. perkenankanlah puJ.a. kami, atas nama mengucapkan atas .. yang dli>erikan kepada Pemerintah untuk me11:yampmk.an keterangan ·menge.. nai Rancangan Undang-uridang · tentang Perubahan Nomor G Tahun 1982 tentang Hak Cipta, .Yang telah disampaikan oleh · Bapak Presi- den kepada Dewan Rakyat dengan aurat belia.u R-03/PU/ 111/1987 tanggal 25 198?. Sidan.g Dewan yang terhormat. Telah llma tahun lebih. sejak 6 Tabun 1982 tentang Bak Cipta disahkan pada tanggal 12 .April 1982. bangsa Indonesia memilild Undang-undang yang mengatur perlin.dungan hukum , bagi karya cipta mereka di. bidang ilmu penget&huen, seni, dan sastra. Sela.ma waktu. itu pula, cukup banyak pengalaman yang telah memperkaya khasanah pandangan dan kebidupan kita di bidanft-bldang tersebut. gal hal 'ttmbul dan / menyadarkan kita mengenai. kekurangan atau kelemahan yang harus segera ldta perbm1d demi kepentingan dan masti depan kita/ . . I /. I . aendiri ••• " !

Transcript of MENTERI KEHAKIMAN

Page 1: MENTERI KEHAKIMAN

1.

MENTERI KEHAKIMAN

REPUSLIK .INt>ONESIA

KBTERANGAN PBMERINTAH·

DIHADAPAN SIDANG PARIPURNA

MHNGBNAI

RANCANGAN UNDA.NG-UNDANG TENTANG PBRUBAHAN I

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TABON 1982

TBNTANG BAK CIPTA

Assalamu' alaikum w. w.

Saudara Plmpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat,

:·.· 'f .

'l'e:rlebih dahulu, izinkanlah kami menga.Jak para hadirin untuk

memanjatkan puji syukur -kita kepada Allah Swt, yang karena rakhmat dan ·

k~a-Nya, telah memungkinkan .kita semua be:rtemu · dalam sidang y~g ·:.nuu. ini. . . t '

Selain itu. Saudara Pimpinan yang terhormat. perkenankanlah puJ.a.

kami, atas nama Pem~rintah, mengucapkan terim~ kas~ atas .. kese~paifl:n

yang dli>erikan kepada Pemerintah untuk me11:yampmk.an keterangan ·menge ..

nai Rancangan Undang-uridang · tentang Perubahan Und~g-undang Nomor G

Tahun 1982 tentang Hak Cipta, .Yang telah disampaikan oleh · Bapak Presi- ~

den kepada Dewan Perwaldl~ Rakyat dengan aurat belia.u N:~or R-03/PU/ 111/1987 tanggal 25 ~aret 198?.

Sidan.g Dewan yang terhormat.

Telah llma tahun lebih. sejak Undang-~dang ~omor 6 Tabun 1982

tentang Bak Cipta disahkan pada tanggal 12 . April 1982. bangsa Indonesia

memilild perang~t Undang-undang yang mengatur perlin.dungan hukum ,

bagi karya cipta mereka di. bidang ilmu penget&huen, seni, dan sastra.

Sela.ma waktu. itu pula, cukup banyak pengalaman yang telah memperkaya khasanah pandangan dan kebidupan kita di bidanft-bldang tersebut. B~rba~ gal hal 'ttmbul dan / menyadarkan kita mengenai. kekurangan atau kelemahan yang harus segera ldta perbm1d demi kepentingan dan masti depan kita/

. . I

/. I

. aendiri •••

" !

Page 2: MENTERI KEHAKIMAN

2

sendiri. Sejauh ini, Pemerintah memandang pengalaman terse but sebagai

pelajaran yang benar-benar bermanfa.at.

Betapapun memang harus diakui, bahwa konsepsi tentang Hak Cipta seba­

gai hak perorangan yang bersifat eksklusif dan tidak berwujud, dan

pengaturannya dalam kerangka sistim hukum , memang kita pelajari dari

sistim hukum asing.

De.lam hubungan ini, 1dranya Dewan yang terhormat juga sependapat de­

ngan Pemerintah bahwa masalah penghormatan terhadap pribadi ataupun

hak yang melekat padanya pada dasarnya juga merupakan sikap budaya

yang dimiliki bangsa Indonesi'it. Tetapi bahwa kemudian hak terse but

terjabar secara lugas dalam tatanan hukum positif terutama di bidang

kehidupan· ekonomi J memang merupakan konsep yang relatif baru bagi

bangsa Indonesia.

Sidang yang terhormat,

Mungkin masih segar pula dalam ingatan kita. betapa besarnya

keyakinan kita semua sewaktu menyusun Rancangan Undang-undang ten­

tang Hak Cipta yang kemudian disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

yang terhormat, tentang perlunya ditumbuhkan sikap hidup untuk meng­

hormati dan menghargai sesuatu karya cipta di bidang ilmu pengetahuan,

seni, dan sastra. Ini semua memang bukan tanpa pertimbangan, dan bukan

pula tan pa dasar apapun. Penghorrnatan dan penghargaan terhadap sesuatu

karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, da.n sastra ~, bukan saja

menyangkut pengakuan hak seseorang atas karya ciptanya. Ia tidak pula

sekedar peng·akuan terhadap hak Pemilik atau Pemegang Hak Cipta untuk

menikmati manfaat ekonomi dalam arti tertentu atas haknya.

- Lebih dari itu semua, Iangkah pembaharuan hukum yang kita

Iakukan dengan pembuatan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982, dengan

sadar memang kita arahkan terutama pada upaya penciptaan iklim yang

mampu merangsang gairah bangsa Indonesia untuk menciptakan karya-karya

di bidang-bidang tersebut. Iklim inilah yang diupayakan melalui pengakuan

terhadap hak dan sekaligus pemberian sistem perlindungan hukum terha­

dap hak tersebut.

Terciptanya iklim seperti itulah yang sebenarnya ingin diwujudkan,

dikembangkan, dan semakin dimantapkan. Dalam rangka pembangqnan

nasional, iklim seperti Hu sungguh diperlukan. Sebab; hanya dengan

begitu

Page 3: MENTERI KEHAKIMAN

- 3

begitu dapat diharapkan tumbuh dan berkembangnya gairah untuk berkar-'

ya dan mencipta di bidang ilmu pengetahuan, ~eni, dan sastra. Sudah

terlalu sering kita semua mendenga:r pendapat tentang pentingnya per~nan

ilmu pengetahuan dan teknologi bagi keh~dupan sesuatu bangsa dan masa

depannya.

Begitu pula di bidang sosial-budaya, telah menjadi cita-cita kita bersama

untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang kokoh -dengan kepribadiannya

sendiri ditengah-tengah kehid-upan bangsa-bangsa di dunia yang juga terus

berubah dan berkembang.

Dalam hubungan ini, diharapkan semakin tumbuh subur dan berkembangnya

seni dan sast:r.a Indonesia di bidang lagu dan musik, film, penulisan karya-I

karya sasfrll, seni tari, seni drama, seni lukis, seni pahat, dan lain-

lainnya.

Dengan latar belakang pemikiran itulah Undang-undang Nomor 6 Tahun

1982 kit a susun bersama.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat.

Sekarang, pertanyaan yang timbul adalah bagaimanakah pengalaman

kita selama ini dan masalah apa sajakah yang melatarbelakangi diajukannya

Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 6

Tahun 1982 tersebut.

Sebagaimana Saudara Pimpinan dan para Anggota yang 'terhormat mengeta­

hui, baik dari laporan ataupun. berbagai pemberitaan pers, sejak beberapa

tahun terakhir ini kian sering kits. dengar tenta:ng semakin besar dan

meluasnya pclanggaran terhadap Hak Cipta. Latar belakang dari itu semltia,

pada dasarnya memang berkisar pada keinginan untuk mencari keuntungan

finansial secara cepat dengan mengabaikan kepentingan para Pemegang Hak

Cipta. Dampak dari kegiatan pelanggaran terse but telah sedemikian besarnya

terhadap ta.tan.an kehidupan bangsa di bidang ekonomi dan hukum.

Di bidang sosial-budaya, ·dampak yang timbui d~i semakin meluasnya

pembajakan tersebut begitu beraneka ragam.. Bagi para pelanggar atau para

pembajak, keadaan yang berlarut-larut tanpa adanya tindakan, akan sema­

kin menimbulkan sikap bahwa pembajakan sudah merupakan hal yang biasa

dan tidak Iagi merupakan tip.dakan melanggar Undang-undang.

Bagi pa~a Pencipta ! keadaan tersebut semakin menumbuhkan sikap apatis,

dan sangat inenurunkan gairah mencipta.

Bagi •••

Page 4: MENTERI KEHAKIMAN

(

4

Bagi masyarnknt sebagai konsumen. semakin pula tumbuh sikap yang tidak

lagi memandnnf~ perlu untuk mempertanyakan apakah sesuatil barang te:rse­

but merupaktm hasil pelanggaran hukum atau tidak. Makin tumbuh sikap

acuh tak acuh mengenai ya.ng baik atau buruk, apa yang, sah dan tidak

sah, kendati Negara kita a.dalah Negara yang berdasarkan ,Hukum.

Orang mempertrmyakan, sudah sedemikian parahkah sikap budaya dan

sikap hidup b11ngsa kita yang tidak menghormati dan menghargai lagi

se'suatu knrya cipta di bldang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra?

Pengamatan tcrhadap keadaan tersebut. ternyata memiliki pula dampak ter­

·hadap hubung1.rn internasional kita.

Dengnn memperhatiknn semakin mcluasnya masalah dan akibat yang

timbul, rnaka Bopak Presiden pada tanggal 30 J'uli 1986 telah membentuk

dan menugask:m sebuah Tim Kcrja untuk :

Pertama

Kedua

mempelajari · dan menyelesaikan_ berbagai permasalahan yang

herkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undang­

. an di bidang Hak Cipta, dan dl hidang, Mer-ek Perniagaan

dan Merek Perusahaan;

: , mempercepat penyelesaian penyusunan Rancangan Undang­

undang tentang Paten.

Tim· kerja yanf{ dipimpin Saudara Menteri Muda/Sc~retaris, Kabinet tersebut

beranggotakan bebcrapa pejab9t senior dari Departemen Kehakimant Dep~r­

temen Perdagangon, Departemen Perindustrian, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, T>t:partemen Penerangan, BPPT,. dan I"embaga Ilmu Pengetahu­

an Indonesia.

Sejak pembentukannya, prioritas penanganan diberikan kepada penyelesaian

berbagai pcrmasalahan di bi dang Hak Cipta.

Bcrbagai pertemuBn diadakan deng·an Kamar Dagang dan Industri Indonesia

dan Af!oSiasi-aso~iasi yang berkepentingan erat dengan /Hak Cipta. Tujuan­

nya adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mertgenai keadaan

yang sebenar.ny 8, serta bahan, saran, ataupun masukan lainnya. yang per­

lu.

Asosiasi-asosiasi tersebut adalah :

Di bidang musik . 1. Paguyuban Artis Pencipta Pemusik Rekaman

Indonesia (PAPPRD,

2 • A sosiasi .•.

Page 5: MENTERI KEHAKIMAN

Di hiclang Buku

Di bidani~ Filu1

I rn. hidang KcLputer Prog·rftm

5

2. Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRl),

3, Asosiasi Pcrekam Nasional Indonesia (APND.

l • Ikatan Penerbit Indonesia (IKA Pl) ,

2. Himpµnan Pengarang IndoD:esia (AK SARA l ..

1. Perhimpunan Perusahaan Film Indonesia (PPFI),

2. Gabungan Pengusaha Rekaman Video (GABSl­

REVn

1. Asosiasi PerusahBan Nasional Informatika (AP­

Nn, 2. Ikatan Pemokai Komputer Indonesia (IPKINl.

Di bidang· filn!, konsl;lltasi dan masukan-masukan diterimu pula dari Asosi­

asi-asosiasi FihY? Mandarin dan . Eropa.-Amerika, serta Asosiasi Industri

Rekaman Vid(!n ( AGlREV I).

Begitu pulu di bidang komputer progrum, konsultasi mengenai dampak d~ri

kemungkinan pcmherian perlindungan hukum pada komputer program terha--. .

dap hartr.t• l~cmputcr program (khususnya untuk Personal Computer /PC) ,

telah pulo. dikonsultusikan lagi dengan Asosiasi Industri Komputer Indonesia

(AIKIL

Selain itu, pm·tcmuan konsultasi telnh pula dilakukan Tim tersebut dengan

para ahli di bi dang ini.. Kcsemuanya, kemudian dikaji ulang yang akhirnya

menghasilkan Hancangan .Undang-undvng ini.

Snudnra Pimpinan dan para Ariggota Dewan yang terhormat.

Uutu¥. nwlcngkapi gambaran tentang keadaan yang selama ini

terjadi~ · berikut ·ini kami sampaika.n beberapa kesimpulan yang diperolelf

dari pertennwn terutama dengan Asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan

Hak Ciptu tadi.

Pertama : Pf:Jm1ggarnn terhadap Hak Cipta te:rutama yang berupa pembajak­

nn, oleh A F:u:iusi-asosiasi tersebut telah dinilai mencapai titik yang mem­

bahayakuu trr:·ativitas mencipta.

Ke<l~a : t .. ncuman pidana dalam Undang-:undang Nomor 6 Tahun 1982 ten­

tang flak Cipta dinilai terlalu. ringan dan penerapannya-pun juga dini~ai

terlalu lunak. Hal ini menjadikan Undang-undang terscbut tidak lagi ma.mpu

bcrperan sel wg-rii penangkal tindak pidtma pembajakan Hak Cipta tersebut.

Ketiga •.•

. ;

Page 6: MENTERI KEHAKIMAN

6

Ketiga : . Dirw:·~Hkan kurangnya koordinasi dan kesamaan pandengan, sikap,.

serta· tind:-1kan dfontnra aparat penegak hukum dalam menghadapi masnlah

pclanggaran Hak Cipta tersebut..

Keempat : lVJasih kura1~gnya tingkat pemahaman mengenai nrti dsn fungsi

Hak Cipta serta ketentuan-ketentuan Undang-undang Hak Cipta dikalangan

masyarakat padc:l umumnya• dan bahkan. dikalangan Pencipta pada khusus­

nya. Sidflnf"' yang terhormat ..

Sf\<> a ru ngak rinci, selanjutnya kami tampilkan bcberapa data kwan­

titutif yang <Jil<tporkan olch Asosiasi-asosia.si te1·sebut kepada Pemerintah.

Kami ambilkiln kasus di bidang musik, lagu don film, yaitu bidang-bidang

yang ternyuta paling menderita karena tindak pidana pembajnkan.

Di bidang nrnsik dan lagu., pembajakan berlangsung te~hadap khrya cipta

b~.\k Indonesiu rnaupun asing. Yang terakhir ini, terutama lagu-lagu asing

dari barat ..

Menurut A SI HI. kerugian yang didf'tita perusahaan reknman kaset yang

berisi musilr 1ugu-lagu . Indonesia karena pembajakan terse but, secara

keseluruhan, mencapai Rp 900 juta lebih per bulan atau kurang lebih 10

milyar rupinh pc:r. tahun.

Khusus mcnr,cnai rnusik dan lagu using, reaksi kemudian berdatangan dari

luar negeri. Dalam bidang film, baik PPFI ~ GABSIREVI, ataupun ASIREVI,

semuanya menyatakan bahwa pemhajakan film nasional ataupun impor,

tcrmasuk yt.tng· berupa rekaman video, terus rneningkat. Apabila dalam

tahun 1983 kr<~atat 30 judul film yang dibajak, maka dalam .tahun 1985-

1986, 90% c1ttri selurun judul film bahkan telah dihajak kc dalam bentuk

video sebelum bf!redar secara resmi.

Kejadian seru pa, berlangsung pulu di bid~ng B uku. Sekalipun dalam jumlah

atau nilai memang belum sebesar kerugian yang terjadi di bidang musik dan

lagu, tetapi haik IKAPI ataupun AKSARA sangat menyarankan agar segera

diamhil langkah-langkah untuk menghentikan · pelanggaran-pelanggaran

terhadap Bak Ci pt a.

Demikian pula dalam usaha untuk lebih menumbuhkan industri komputer di

rlalam ncgeri t masyarakat komputer yang terwakili dalam APNI (jasa

perdagangan), I PK IN (pemakai l atuupun AIKI (pembuat), meminta dan

menyarankun agar komputer program dapat dengan . tegas dinyatakan sehs­

gai karya eipta yang dilindungi.

Saudara

~·· -

Page 7: MENTERI KEHAKIMAN

, ... I

Sauda:ra Pimpinan dan para Ang-gota yang terhormat.

Masukan-masukan yang diterima Pemerintah tidak lrnnya berkisar

. pada hal-hd yang berkaitan dengnn pelanggaran dan pembajalrnn. serta

pemildran ataupun sa:ran-saran untuk mengatasinya. Masalah tersebut

memang merup::.kan masalah pokok. Tetapi di samping itu, dalam upaya (

pening·katan ptmgaturan da:n perlindungan Hak Cipta tersebut, diterima

banyak sumbangan pild.ran fi~~engenai kemungkinan penyempurnaan berbagai

ketentuan dalam Undang·-undang· Nomor 6 Tahun 1982 tersebut. Hal itu

ti.dak saja nwr1.f;enai masalah pemi~anaan ~, tBtapi juga menjangkau masalah

lingkHp bm·lukunya · Undang-undung, jangka waktu perlindungan, dan -

lain -la.in ..

Selnnjutnya Pemerintah ingin mengg·1makan kesempatan ini untuk

menjell:lskan duduk pcrsoalannya secarH proporsional, terutama sehubungan

dengan adanyn berbagai pandangan, pertanyaan, atau kadangkain keraguan

bahwa langkah-langkah yang cliambil sekarang ini ~ disebabkan oleh karena

tekanan-tekanu.H dari luar negcri. Dalam hal ini, kiranya Saudara Pimpinan

dan para Anggota yang terhormat juga sependapat denga.n Pemerintah,

bahwa sebagai bangsa yang bernegara, merdeka, dan berdaulat t keputusan

mengenai npa yang. paling baik untuk dirinya haruslah diambil oleh bangsa

itu sendiri. dan bukan karena adanya tekanan. Scjauh ini, adanya per­

ubahan · tcrhadap bebcrapa ketentuan yang memiliki dampak keluar atau

terhadap Pcmeganr, Bak Cipta using itulah yang agaknya menimbulkan

kesnn tersebut. Untuk menghilangkan keragu-raguan dan kesan yang tim­

bul, berikut ini kami sampaikan penjelasannya.

Salah satu citu-cita dalam kehidupan kebangsaan sebagaimana kita tegaskan

dalam Pemb-nkaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah ikut serta dalam

rnelaksanaknn ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan kei1di1an sosial. Seiring dengan eita-cita itu · pula, maka sistim

hukum yang kita ciptakan bukan saja harus mampu mencerminkan aspirasi,

kebutuhan, dan kepentingan kita J tetapi juga perlu untuk selalu diarahkan

agar sedaput mungkin selaras pula dengan aspirasi, kebutuhan ~ dan ke-

. pentingan bangsa-bangsa lain.

Dalam kehidupan kita sehari-hari-pun~ kita menem·ui keadaan tersebut.

Apabila mnrmlahnya. menyangkut kepcntingan, tidak seorangpun akan mera­

sa senang apnbila kepentingannya dirugikan .. Sebagai prinsip urnum, ia

tidak

Page 8: MENTERI KEHAKIMAN

- 8 -

tidak ingin dirugikan karena ia merasa tidak merugikan siapapun. Karena

ia tidak merugikan siapapun, maka ia tidak · mau pula dirugikan oleh siapa­

pun.

Kita semua berkeyakinan, bahwa hanya dengan adanya keselarasan dan

keseimbangan dalam kellidupan an tar bangsa, maka ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dapat

terwujud.

Bangsa Indonesia jelas ingin menjadi dsn mendudukkan 'diri sebagai anggota

ll_l8.syarakat dunia yang terhormat dan bertanggung jawab dalam mewujudkan

tatanan kehidupan dun,ia yang seperti itu. Da.lam kerangka keselarasan dan

keseimbangan ini pula, ha.I lain yang perlu dijelaskan adalah faktor keber­

ad!ian konvenai internasional di bidang perlindungan Bak Cipta,.

l)alam ·h:ubungan antar bangsa, maka konvensi inilah yang pada hakekatnya

merupakan titik temu atau simpul terkaitnya kepentingan hukum berbagai

bangsa c;lan negara di dunia.

Oleh karena suatu ketika kita harus pula mempertimbangkan keikutsertaan

kita dalam konvensi, baik hal itu karena alasan kepentingan . nasional, atau

· hubungan an tar bangsa, ataupun dalan:i rangka peningkatan kerjasama per­

dagangan, ekonomi dan politik, adalah wajar bilamana dalam batas-batas ' -

tertentu , sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan nasional, kit1;1 .mulai

dapat pula mempertimbangkan beberapa ketentuan dalam .konvensi yang te­

lah dapat kita tcrima dalam peraturan perundang-undan<?;an nasional kita.

Sedangkan masnlah kapan kita akan iku.t serta secara nyata dalam Konvensi

tersebut, kiranya Dewan yang terhormat sependapat dengan Pemerintah,

hal itu kiranya masih perlu dipelajari dan dikaji secara mendalam dengan

sikap hati-hati.

Dalam kaitan inilah, Pemerintah menyampaikan perubahan ke arah penyem­

purnaan beberapa ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982.

Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormlilt.

Setelah mengutarakan beberapa l:lal yang melatarbelakangi penyu­

sunan Rancangan Undang-undang terse but, sekarang izinkanlah , kami

menjelaskan pokok-pokok perubahan itu sendiri.

Secara keseluruhan, materi perubahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982

tentang Hak Cipta pada dasarnya menyangkut hal-hal pokok se~agai ber­

ikut :

, Pertama .••

Page 9: MENTERI KEHAKIMAN

9

Pertama,. masafah pemida.naan;

Kedua. masalah lingkup berlakunya Undang-undang;

Ketiga, · masalah jangka waktu berlakunya Hak Cipta;

Keempat, masalah hubungan antnra negara dan Pemegang Hak Cipta.

Selain hal-ha.l pokok tersebut, perubahan lainnya pada dasarnya hanya

bersifat penyempurnaan redaksi untuk lebih_ memperjelas runiusan, ataupun

bersifa.t penyesuaian sehubungan dengan adlinya perubahan-perubahan po-) ' . ~ -+ •

kok tersebut.

Berikut ini, kami sampaikan penjel~san. atas perubahan...,perubahan tersebut.

I . Masalah pemidanaan.

Terdapat empat bidang perubahan di sektor ini.

Bidang pertama, menyangkut ancaman pidana seperti diatur dalam Pasa.J

44 ..

Arah perubahan pada dasarnya adalah memperberat ancaman pidana

terhadap pelanggaran Hak Cipta. Apabila semula hanya diancam pidana

penjara pa.ling lama 3 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 5 juta,

diubah menjadi pidana penjara pa~ing lama 5 tahun atau pidana denda

paling ban yak Rp 25 ju ta.

Dengan perubahan ini, a.ncaman pidana lainnya sebaga.imana selama ini

ditentukar1 dalam Pasal 44 ayat (2) dan ayat (3), disesuaikan pula.

Perubahan k~ arah yang lebih berat ini, pada. dasarnya dimak­

s-udkan sebagai salah satu upaya. untuk lebih meningkatkan daya tangkal

Undang-undang .· tersebut terhadap pelanggaran Hak Cipta dan sekaligus

membuat jcra pelangga:r. Selain itu perubahan-perubahan tersebut juga

dimaksudkan sebagai upaya penyesuaian. Dalam hal pidana penjara, per­

ubahan dari 3 tahun menjadi paling lama 5 tahun, didasarkan pa_da per­

timbangan untuk memenuhi syarat minimal ketentuan penahanan sebagai­

mana dikehendaki Pasal 21 ayat 4. a. Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pida.na. Sebagaimana Saudara Pimpinan dan para Anggota yang terhor­

mat memaklumi, berdasarkan ketentu.an tersebut. penahanan hanya dapat

dilakukan terhndap tersangka dan terdakwa yang melakukan tindak

pidana dan/atau pe:rcobaan roaupun pemberian bantuan dalam tindak

pidant-t tersebut dalam ha.I tindak pidana itu diancam dengan pidana

penjara lima tahun atau lebihs

Demikian

Page 10: MENTERI KEHAKIMAN

10

Demikian pula peningkatan · batas maksimum pidana denda, didasarkan

atas pertimbangan bahwa hasil pembajakan Hak . Cipta, menyangkut nilai

uang yang sangat jauh lebih besar ..

Namun . demikian dengan tetap memberikan kebebasan kepads. Hakim

untuk mengambil putusan apapu,n sesuai dengan keyakinannya, Ran­

cangan Undang-und~ng ini memberikan ancaman pidana penjara dan

pidana denda baik secara kumulatif maupun alter:na.tif • ...

Bidang kedua, bertalian dengan klasifikasi tindak pidana.

Apabila pelanggaran terhadap Hak Cipta selama ini diklasifikasi sebagai -·

tindak pidana aduan. dalam Rancangan Undang-undang akan diubah

sebagai tindak pidana biasa. Hal ini berarti, bahwa tindakan Negara

terhadap para pelanggar Hak Cipta tidak lagi semata-mata did~arkan

. atas penga.duan '1-ari. Pemegang Hak Cipta. Tindakan akan dilakukan baik

atas d.asar· pengaduan Pemegang Hak Cipta maupun ntas dasar laporan

atau informasi dari piha.k lainnya. Untuk it_u · e:paratur penegak hukum

diminta untuk bersikap lebih aktif dalam mengatasi pelanggaran Hak

Cipta ini.

Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar dilakukannya perubahan ini

an tar a lain :

1) Berdasarkan pengalaman selama ini, kerugian yang ditimbulkan dari

adanya pelanggaran Hak Cipta t ::>rnyata tidak l:-:.nnya diderita oleh Pe­

megang Hak Cipta ..

Negara tidak pula memperoleh Pajak Penghasilan atas. keuntungan

yang diperoleh dari pembajakan te-rsebut.

Selain itut tanpa kita sadari, tatanan sosial, hukum, dan ekonomi,

telah terancam pula.

2) Pelanggaran atas Hak Cipta,, sebagai halt milik perorangah, lebih

tepat diklasifikasi sebagai delik biasa sepe~ti halnya terhadap pencu­

rian, per&mpasan, pen:ipuan.

Delik aduan, sesunggu.hnya leb~h tepat apabila dikaitkan dengan

pelanggaran terhaqap kehormatan atau . martabat seperti ipisalnya

penghinaan, perkosaan, dan menjadi kurang tepat _ apabila diterapkan

pada pelal}ggaran Hak Cipta yang lebih berdall.}pak ekonomi, sosial,

dan tatanan hukum pada umumnya.

Saudara , ....

Page 11: MENTERI KEHAKIMAN

Saudara Pimpinan dan Para Anggota yang te~hormat.

Masalah ketiga yang terkait dengan pe~ubahan di bidang pemida­

naan ini adalah penambahan ketentuan tentang perampasan basil pelanggar­

an Hak ,Cipta oleh Negara untuk dihancurkan •. Penambahan ketentuan ini

dimaksudkan untuk sedapat mu:ngkin mengurangi kerugian baik moril atau­

pun ekonomi dari Pemegang Hak Cipta. Dengan demikian, basil pelanggaran

terse but tidak sekedar dirampas.

Be.rang tersebut pada prinsipnya tidak · boleh diperdagangkan dan harus

dihancm•kan. I

Hal keempat yang berkaitan pula, adalah penegasan adanya hak Pemegang

Hak Cipta untuk mengajukt;in tun tu tan perdata kepada pelangga:r, -t.anpa

mengurangi hak Negara untuk melakukan tun tu tan pidana.

II. Masalah lingkup berlakunya Undang-undang Hak Cipta.

Rencana perubahan lainny~ yang penting . adalah perbaikan ketentuan

ten tang pemberian perlindungan terhadap · Ciptaan Asing. Selama ini,

Ciptaan orang asing hanya akan dilindungi apabila untuk pertama kali

diumumkan di Indonesia.

Dengan demikian, ciptaa.n yang sebelumnya telah pernah diumumkan di

negara lafa, tidak mungkin akan memperoleh perlindungan hukum di Indo­

nesia.

Ketentuan ini dirasakan sulit untuk dilaksanakan. Perubahan dalam

Rancangan Undang-undang yang sekarang ini, pada pokoknya diarahkan

pada pemberian perlindungan hukum, apabila Negara dari Pemegang Hak

Cipta yang bersangkutan :

a. memiliki perjanjian bilateral di bidang perlindungan Hak Cipta d~ngan

negara kita, atau

b. ikut serta dalam perjanjian multilateral di bidang perlindungan Hak

Cipta, dan negara kita ikut pula sebagai pihak di dalamnya.

Tctapi karena keikutsertaan dalam sesuatu perjanjian multilateral

serupa itu memer!ukan waktu yang cukup lam$ untuk mengkajinya,. dan se­

ringkali harus diikuti dengan penyesuaian substantif terhadap standar

minimal yang ditetapkan dalam pei•janjian tersebut, maka adanya perjanjian

yang bersifat bilateral setidalmya akan dapat menjadi jembatan bagl keduat ,

negara untuk saling memberi perlindungan hukum.

Deng an ...

Page 12: MENTERI KEHAKIMAN

12

Deq.gan perubahan ini, kita harapkan Undang-undang Hak Cipta ldta akan

mampl:l memberi sumbangan bagi upaya pening.katan hubungan antar bangsa

terutama di bidang perdagangan.

III. Masalah jangka waktu berlakunya Hak Cipta -. Dalam Rancangan Undang-undang ini, perubahan dilakukan dalam

dua segi :

1. mengenai jangka waktu itu sendiri j

2. mengenai penerapan pengatu:rannya.

Kiranya Saudara Pimpinan dan para Anggota yang terhormat · telah memak­

lumi, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 p.ada dasarnya memberikan

perlindungan selama pencipta hidup da.n terus berlangsung hingga 25 tahun

setelah pencipta yang bersangkutan meninggal dunia (untuk mudahnya : I •

"selama hidup plus 25 tahun").

Jangka waktu terse but be.rlaku untuk seluruh ciptaan, kecuali fotografi

dan sinematografi yang lamanya hanya 15 tahun ~ Ada.pun rencana perubah­

annya adalah, menjadi "selama hict-ap plus 50 tahun". Dengan demikian,

jangka waktu perlindungan menjadi lebjh lama ..

Sidang Dewan yang terhormat ..

Dalam hubungannya dengan rencana perubahan ~ersebut, Pemerin­

tah memandang perlu untuk membarfa- -;:.n penjelasan me·;1genaJ Iatar belakang .

pemikiran yang e.da, serta kaitennya denga:1 prinsip yang sejak semula Id.ta

anut tentang fungsi sosial dari suatu hak milik. Sekarang ini, jangka

waktu "selama hidup plus 25 tahun" t dinilai sebagai perwujudan fungsi

sosial itu sendiri. Hal itu diberlakukan untuk seluruh ciptaan, kecuali

fotografi dan sinematografi ~ sehing.ga perwujudan prinsip fungsi sosial

hany~ clibatasi dalam arti perpendekan jangka waktu tersebut.. Sebagaimana

kita semua memaklumi, apabila yang dijndika.n . patokan Konvensi Bern,

jangka waktu tersebut berlangsung "selarna hid up plus 50 _tahun n.

Pemikiran mengenai he1 ini memang perlu ditinjau ulang ~ Perwujud­

an fungsi sosial seyogyanya tidak perlu harus diartika.n d&n dijelmakan

dalam ?entuk pendeknya jangka ws.ktu perlindungan.. Kelemahan da.ri cara

berfikir yang ada selama ini dapat dika.ji dalam kasus fotografi dan sine­

matografi.. Apakah karena jangka wsktu perlindm4rannya hanya 15 tahun,

Hak .....

Page 13: MENTERI KEHAKIMAN

13

Halt Cipta di kedua bldang tersehut dapa.t dikatakan memenuhi fungsi

sosial. ?

Benarkah anggapan tersebut t sekalipun masyarakat tidak mungkin rnemetik

manfaat sedikitpun selama n':'.:'tsa perlindungan terse but.?

Bertolak dari pemikiran ini, Saudara. p1;:upinan dan para Anggota yang ter­

hcjrmat !t Pemerintah berpendapat seyogya.nya jangka waktu terse but dapat

ditetapk.an "s.elama hidu.p plus 50 tahun'~. Batas imaginer selama 50 tahun

tersebut, pada dasar·".ya jug·a dikenal Undang-undang Nomor G 'fahun 1982.

Sedangkan bagaimana metyujudkan prinsip tentang fungsi sosial

tersebut secarn lebih efek\if, Perilerintah memperkenalka.n mekanisme ten­

ta.ng kewajiban untuk mewujudkan ciptaan atau memberi lisensi kepada

pihak lain-. Meka.nisme ini lazim dikenal sebagai ncompulsory licensing".

Melalui mekanisme ini, malm sekil'"a.nya Negara memandang perlu atau menilai

bahwa sesuatu ciptaa.n sangat penting artinya bagi kehidupan masyarakat,

Negara dapat mewajibkan Pernegang· Hak Cipta yang bersangkutan untuk

menterjemahkan atau memperbanyaknya di Indonesia. Negara dapat pula

mewajibkan Pemegang Ha.k Cipta untuk memberi izin atau lisensi kepada

pihak la.inn ya untuk menterjemahkan a tau memperbanyaknya · dengan imbalan

yang wajar. \

Deng an titik tolak pemikiran ini, maka perwujudan fungsi sosial tidak

semata.-mata bersifat formal, tetapi dapat lebih operasional dan substantif.

Saudara Pimpinan dsn para Anggota yang terhormat ..

Segi lai.n dari peruba.han di bidang ini adale.h penerapan pengatur­

annya.. Hingga sa.at ini, jangka wnktu perlindungan "selama hidup plus 25

ta.hun" diberlakukim umum. Artinya ~ seluruh ciptaan diberi perli.ndungan

atas Hak Cipta.-nya untuk waktu yang sama.

Tidak dibedakan, misa.lnya, an tar a jangka waktu perlindungan Hak Cipta

seorang pencipta lagu t dengan hak cipta karya rekaman atas lagu tersebut

yang dimiliki oleh peru.saha.an_ rekaman 4

Dengan kata lain, tidak dibedakan antara Hak Cipta yang asli (orisinan

daripa.da yang turunan (de1,.ivs.tif). Dari segi keadilan hal ini perlu diper .....

ha~i~mn.

B.erda.sarkan pemikii-an meng·enai hal ini, dalam Rancangan Undang­

undang ird direncanakan pernbedaan jangka wa.ktu perlindungan tersebut ·

dengan memperhatikan sifnt HaJ:~ Cipta tersebut ..

Kecuali •••

Page 14: MENTERI KEHAKIMAN

14 -

Kecuali beberapa ciptaan seperti fotografi, komputer program, .dan karya

yang bersifat bunga rampai, yang secara khusus ~anya diberi perlindung­

an selama 25 tahun, maka untuk Hak Cipta yang bersifat orisinal diberi

perlindungan "selama hidup. plus 50 tahun". Ini ~erlaku untuk misalnya

Hak Cipta atas ciptaan lagu atau musik, ciptaan buku, dan lain-lain.

Sedangkan untuk yang bersifat turunan. seperti misalnya untuk rekaman

musik/lagu oleh perusahaan rekaman, untuk penerbitan buku oleh perusa­

haan penerbit, Hak Cipta diberikan Lanya untuk selnma 50 tahun saja.

IV. Masalah hubuhgan antara Negara d~'n Pemegang Hak Cipta.

Dua masalah utama di bidang ini, berkaitan dengan peniadaan

ketentuan tentang pengambilalihan atau "expropriation" sesuatu Hak Cipta

sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (3) dan ayat (4) Undang-undang

Nomor 6 Tahun 1982, dan penggantian ketentuan Pasal 15 dan 16 dengan

mekanisme "compulsory licensing".

Berbeda dengan hak milik lainnya di bidang "~ntellectueJ property". H~

Cipta sebenarnya bukanlah hak yang lahir karena diberikan oleh Negara.

Dibandingkan misalnya dengan Paten . atau Merek Perusahaa~ dan Merek

Perniagaan (Merek Dagangl, serta ·nesain Produk Industri yang kesemua­

nya · tergolong dalam "industrial property", yang semuanya lahir karena

dimohonkan kepada dan diberikan oleh Negara, Hak Cipta tumbuh bersama­

an dengan lahirnya suatu karya clpta, suatu ciptaan. Oleh karenanya

sudah sepantasnya dipertimbangkan apabila tidak Jikenakan pengambil­

alihan.

Hal ini agaknyn akan lebih mudah dirasakan apabila diingat pula bidang- ·

bidang yang dicakup, yaitu ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Dalam

upaya pengernbangan iklirn penciptaan di bidang-bidang tersebut, Pemerin­

tah berpendapat bahwa tidak seyogyanya diterapkan Iembaga pengambilalih­

an terse but. Setidaknya, kalau-pun ada bidang-bidang yang dibutuhkan

untuk tujuan tertentu, atau bagi kemanfaatan masyarakat pada umumnya,

cukup apabila ditempuh cara lain yang lebih baik yaitu kewajiban untuk

rnelaksanakan a.tau mewujudkan karya--karya tersebut melalui mekanisme

"compulsory licensing" .. Langkah ini, sekiranya sidang yang terhormat

sependapat, akan semakin menunjukkan kedewasaan dan kematangan kita

sebagai bangsa.

Saudara '• ...

Page 15: MENTERI KEHAKIMAN

- 15

Saudara Pimpinan dan para Anggota yang terhormat.

Sejalan dengan pemikiran tersebut. Pemerintah juga meninjau

kembali ketentuan. Pasal 15 dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 6 Tahun

1982 'tentang masalah "kepentingan nasional" dan penerapannya.

Sebagaimana kita mengetahui, selama ini kita. selalu mengalami kesulitan

apabila harus menjelaskan pengertian atau batasan atas kata-kata tersebut.

Kita bahkan tidak pernah tuntas benar memberikan ukuran, kriteria,

ataupun unsur-unsur yang pasti dari "kepentinga.n nasfonal" terse but.

Dari satu segi, istilah terse but me~ang tampak seakan-akan mampu membe­

rikan keuntungan yuri.dis yang luas dan tidak terbatas. Namun begitu,

seandainya keuntungan tersebut benar-benar ada, pengalaman selama kita

memiliki Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 itupun menunjukkan bahwa

ketentuan Pasal 15 dan Pasal 16 tersebut dapat dikatakan belum pernah

terwujud, karena belum pernah dif!1anfaatkan_.

Selain itu, ketentuan kedua pasal tersebU:t secara keseluruhan juga

memerlukan pemikiran ulang.. Sekiranya "kepentingan nasional" menjadi titik

tolak, maka Negara-lab yang semestinya menjadi pihak yang paling berwe­

nang untuk rnenentukan ada atau tidaknya "kepentingan nasional". Negara­

lah yang paling mengetahui, .kapan "kepentingan nasional" benar-benar

memerlukannya .. Menjadi agak janggal, bilamana penentuan ada atau tidak

adanya "kepentingan nasional" diserahkan begitu saja kepada pihak

perorangan untuk menilai dan menentukan, serta kemudian mengambii

langkah sendiri-sendiri. Secara tidak langsung, keadaan terse but menim­

bulkan kesan bahwa Negara . secara diam-diam memberi kesempatan dan

membiarkrul' warganegaranya melakuk11n tindakan yang merugikan pihak

lain. Berlangsungnya keadaan tersebut pada akhirnya akan ·menempatkan

Negara dalam situasi yang sulit,. baik ke dalam ataupun ke luar.

Sauda.ra Pimpinan dan para Anggota yang terhorma.t.

Demikianla.h pokok-pokok perubahan Undang-undang Nomor 6

Tahun 1982 yang disampaikan oleh Pemerintah. Selebihnya. berupa pene­

gasan. penyempurnaan, dan penyesuaian beberapa ketentuan yang diperlu ....

kan karena adanya penyempurnaan terse but. Diantara yang perlu diberita­

hukan a.dalah penegasan tentang karya rekaman musik dan komputer pro-.

gram sebagai karya yang memperoleh perlindungan. huk;lm.

Mengenaj ••• ·

Page 16: MENTERI KEHAKIMAN

- 16 -

Mengenai masalah komputer program, dapat dijelaskan bahwa beta­

papun komputer program ini pada dasarnya memang merupakan karya di

bidang ilmu pengetahuan pula. Dengan meningkatnya peran dan pengguna­

an komputer akhir-akhir ini serta di masa yang akan datang. dan mulai

tumbuhnya kemampuan bangsa dalam pembangunan industri komputer, · maka

diperlukan adanya pengakuan dan perlindungan hukum atas karya cipta. di

bidang ini.

Adapun mengenai penjelasan tentang langkah-langkah penyempur-

11aan dan penyesuaian lainnya, kir~nya telah cukup jelas diuraikan dalam

Rancangan Undang-undang tersebut.

Saudara Pimpinan dan para Anggota yang terhormat.

Demikianlah keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-undang

ini.

Sebagai akhir kata, atas nama Pemerintah kami menyampaikan terima kasih

dan penghargaan kepada Saudara Pimpinan dan .para Anggota yang terhor­

mat atas segaltt kesabaran dan perhatian untuk mengikuti keterangan

Pemerintah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu melimpahkan rakhmat dan

hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dapat menyelesaikan tugas yang

berat tetapi mulia ini.

Wassalamu'alai.kum wr. wb.

Jakarta, ~.U Juni 1987

Atas nama Pemerintah

N R.I •

Ismail Saleh, S. H.