Mentari yang menjadi kitab namun tetap mendamaikan

2
Mentari yang menjadi kitab Namun tetap mendamaikan, INSYAALLAH Pasca kesombongan, keangkuhan yang memacu diri dan bernama motifasi itu, ya Akulah yang Terhebat Disini. Diri tak lagi menemui jati, ketetapan arah, tujuan dalam artian KONSEP DIRI. Bukan kecewa, akan tetapi sulit menerka bila ternyata keluar lingkaran adalah buas seperti ini, kembali kelingkaran aman adalah sebuah tebu dihapanq, manis teramat manis namun sepah kemudian, lanjut adalah salak bagiq teramat pedih bagai tusukan duri dari pohonya, dari kulitnya, namun aq selalu percaya bahwa Allah akan memberi banyak kemanisan dari proses ini. Dunia baru, kehidupan baru, proses baru, ADAPTASI hal yang teramat sulit dalam konteks menanggapi hidup. Hanya ada dua pilihan bijak bagi aq, aq tertawa oleh kehidupan ataukah aq ditertawai kehidupan.Keangkuhanku berulah, namun tak kudapati kekuatan yang dulu merekat erat dalam nadi ini, MOTIFASI. Inilah dunia kampus, dunia yang memutar balikan segala hal, dunia yang terekam begitu indah, dunia yang tergambar begitu WAW dan tersaji apa adanya namun bombastic. Begitu banyak keinginan yang tergambar bila menyebut status ini, teramat bayak harapan seketika memanngil nama ini, makhluk paling idealis, dinamis n perfectionis dalam pandangan masyarakat. Walau belum tersiratkan tujuan apa aku memasuki iklim ini, alam ini dan lakon dari kehidupan ini, namun tetap berpegang teguh akan hiburan manis yang mendamaikan hati, Allah pasti punya rencana untuk aku. Sungguh, teramat lekat rasa ini, hingga aku lupa titik nadi sebelah mana. Lebih dekat,, teramat sangat dekat. Kekeluargaan, kebersamaan, ya itulah bukan kegombalanku belaka. Hal yang aku tatap kedepan adalah perjuangan menyeluruh, gemuruh dari senior, junior bahkan pemula, namun picik ternyata. Loyalitas, Totalitas, dua kata penuh makna, penuh magic namun picik saat ini. Bukan kehormatan yang aku agung – agungkan, bukan pengakuan pula yang aku inginkan dari sini. Mengabdi, Profesionalis sejati, Poros, kunci itulah diri ini.

Transcript of Mentari yang menjadi kitab namun tetap mendamaikan

Page 1: Mentari yang menjadi kitab namun tetap mendamaikan

Mentari yang menjadi kitab Namun tetap mendamaikan,

INSYAALLAH

Pasca kesombongan, keangkuhan yang memacu diri dan bernama motifasi itu, ya Akulah yang Terhebat Disini. Diri tak lagi menemui jati, ketetapan arah, tujuan dalam artian KONSEP DIRI.

Bukan kecewa, akan tetapi sulit menerka bila ternyata keluar lingkaran adalah buas seperti ini, kembali kelingkaran aman adalah sebuah tebu dihapanq, manis teramat manis namun sepah

kemudian, lanjut adalah salak bagiq teramat pedih bagai tusukan duri dari pohonya, dari kulitnya, namun aq selalu percaya bahwa Allah akan memberi banyak kemanisan dari proses ini.

Dunia baru, kehidupan baru, proses baru, ADAPTASI hal yang teramat sulit dalam konteks menanggapi hidup. Hanya ada dua pilihan bijak bagi aq, aq tertawa oleh kehidupan ataukah aq

ditertawai kehidupan.Keangkuhanku berulah, namun tak kudapati kekuatan yang dulu merekat erat dalam nadi ini, MOTIFASI.

Inilah dunia kampus, dunia yang memutar balikan segala hal, dunia yang terekam begitu indah, dunia yang tergambar begitu WAW dan tersaji apa adanya namun bombastic.

Begitu banyak keinginan yang tergambar bila menyebut status ini, teramat bayak harapan seketika memanngil nama ini, makhluk paling idealis, dinamis n perfectionis dalam pandangan masyarakat. Walau belum tersiratkan tujuan apa aku memasuki iklim ini, alam ini dan lakon dari kehidupan ini,

namun tetap berpegang teguh akan hiburan manis yang mendamaikan hati, Allah pasti punya rencana untuk aku.

Sungguh, teramat lekat rasa ini, hingga aku lupa titik nadi sebelah mana. Lebih dekat,, teramat sangat dekat. Kekeluargaan, kebersamaan, ya itulah bukan kegombalanku belaka.

Hal yang aku tatap kedepan adalah perjuangan menyeluruh, gemuruh dari senior, junior bahkan pemula, namun picik ternyata. Loyalitas, Totalitas, dua kata penuh makna, penuh magic namun picik

saat ini. Bukan kehormatan yang aku agung – agungkan, bukan pengakuan pula yang aku inginkan dari sini. Mengabdi, Profesionalis sejati, Poros, kunci itulah diri ini.

Aku terlahir dari kotoran – kotoran penuh caci, dendam akan cibiran picik tanpa keadilan. Aku dewasa berlandaskan pembuktian, dan aku keluar secara radikal namun bukan penghianat.

Sporadis dinamis, minimalis exotis, inilah aku, bukan dia atau mereka.

Selalu siap, Fix n fight, sendiri atau bersama, sama saja.

Salam FUCKtivis sensasionalis

M – SOL(OTO) 2009

Akatsudjie