Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

download Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

of 16

Transcript of Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    1/16

    1. PERKEMBANGAN TEKNIK ANALISIS

    Dari Manual ke Digital

    Ketika berbagai negara berkembang masih memiliki akses terbatas ke sistemkomputer untuk pengolahan citra digital, pemanfaatan produk penginderaan jauh satelit

    masih berupa citra tercetak (hard copy) yang diinterpretasi secara visual atau

    manual. Teknik interpretasi semacam ini telah berkembang pesat dalam penginderaan

    jauh sistem fotografik, dan hingga saat ini merupakan teknik yang dipandang

    mapan. Prinsip-prinsip interpretasi fotografis dapat diterapkan pada citra satelit yang

    telah dicetak, dan memberikan banyak informasi mengenai fenomena spasial di

    permukaan bumi pada skala regional. Citra-citra satelit yang telah tercetak ini

    memberikan keuntungan terutama dalam hal (a) kemudahan analisis regional secara

    cepat (karena dimungkinkannya synoptic overviewpada satu lembar citra berukuran 60

    km x 60 km sampai dengan 180 km x 185 km), dan (b) kemudahan pemindahan hasilinterpretasi (plotting) ke peta dasar, karena tidak memerlukan banyak lembar dengan

    skala yang berbeda-beda dan mempunyai distorsi geometri yang relatif lebih rendah

    dibandingkan foto udara.

    Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer yang semakin pesat dewasa ini --di mana banyak

    perusahaan telah melakukan downsizing(beralih dari komputer mainframeke komputer mini, dan dari komputer mini

    ke komputer mikro/PC) maka akses berbagai kelompok praktisi dan akademisi ke otomasi pengolahan citra digital

    pun semakin besar. Semakin banyak paket perangkat lunak pengolah citra digital dan SIG yang dioperasikan

    dengan PC dan bahkan komputer jinjing ( laptop). Di sisi lain, berbagai jenis PC dan laptop saat ini ditawarkan

    dengan harga yang semakin murah namun dengan arsitektur prosesor yang semakin canggih dan kemampuan

    pengolahan maupun penyimpanan data yang semakin tinggi.

    Teknologi SIG sebenarnya telah dimulai pada akhir tahun 1960-an, antara lain oleh Tomlinson (Marble dan

    Pequet, 1990). Kemudian pada dekade 1970-an beberapa negara bagian di Amerika Serikat telah memulai untuk

    menerapkan SIG dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan perencanaan wilayah. Pada sekitar tahun 1979, Jack

    Dangermond mengawali pengembangan paket perangkat lunak SIG yang sangat terkenal, yaitu Arc/Info untuk

    mengisi pasar komersia (Rhindet al., 2004). Setelah itu, puluhan --bahkan ratusan macam paket perangkat lunak

    SIG, yang sebagian besar di antaranya dioperasikan untuk PC, membanjiri pasar dunia. Kebutuhan akan fasilitas

    pengolahan citra digital yang sekaligus dilengkapi dengan fasilitas SIG telah membuka kemungkinan-kemungkinan

    baru dalam analisis data spasial. Sistem pengolah citra satelit dapat memberikan masukan pada SIG berupa peta-

    peta tematik hasil ekstraksi informasi dari citra digital satelit. Di sisi lain, fasilitas analisis spasial dari SIG mampu

    mempertajam kemampuan analisis penglohan citra, terutama dalam hal pemanfaatan data bantu untuk

    meningkatkan akurasi hasil klasifikasi multispektral (Jensen, 2005).

    Dari Multispektral ke Multisumber dan Hiperspektral

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    2/16

    Pada awal perkembangannya, kamera hanya mampu menghasil-kan foto hitam-putih. Hal yang sama

    diberikan oleh foto yang dipasang pada pesawat udara untuk kebutuhan pengintaian dalam aplikasi

    miltiter. Kehadiran film berwarna pun secara cepat berimbas pada penggunaan yang lebih intensif dalam

    penginderaan jauh berbasis foto udara. Ketersediaan film inframerah kemudian mendorong perkembang-an kamera

    multisaluran (multiband), yang pada umumnya memuat empat lensa dalam satu badan kamera, dengan kepekaan

    yang berbeda-beda untuk wilayah spektral berikut: biru, hijau, merah dan inframerah dekat. Tahap ini menandai

    perkembangan sistem pemotretan dari yang bersifat unispektral (saluran tunggal) dan berjulat spektral lebar

    misalnya dari biru hingga merahke sistem pemotretan multispektral. Analisis visual foto udara pankromatik, baik

    hitam-putih maupun berwarna pun kemudian bergeser ke analisis multispektral sederhana, dengan memanfaatkan

    alat pemadu warna elektrik seperti additive colour viewer(ACV).

    ACV merupakan suatu antarmuka (interface)yang dapat digunakan untuk

    menampilkan diapositif film multispektral dengan penyinaran warna primer (merah, hijau

    dan biru) untuk masing-masing saluran. Melalui teknik ini, empat saluran yang tersedia

    dalam empat frame diapositif dapat disajikan sebagai foto udara komposit warna semu

    atau warna asli, tergantung pada pemilihan kombinasi sinar merah, hijau dan biru padadiapositif saluran yang berbeda-beda. Interpretasi visual atas citra analog dilakukan di

    atas kaca tempat memproyeksikan sorotan komposit diapositif tersebut.

    Dengan tersedianya sistem perekam citra digital, maka citra multispektral pun diolah

    dengan komputer, dan setiap kombinasi warna dalam bentuk citra komposit bisa

    dihasilkan dengan mudah. Analisis multispektral dapat dilakukan secara lebih teliti

    dengan membaca nilai-nilai piksel pada berbagai saluran spektral secara serentak,

    untuk diperbandingkan, dikombinasi melalui transformasi, maupun diekstrak melalui

    berbagai analisis statistik multivariat yang rumit, di mana setiap saluran berfungsi

    sebagai satu variabel informasi spektral. Dari awal tahun 1970-an hingga saat buku iniditulis, telah berkembang banyak metode analisis multispektral, yang dapat dibaca di

    Adams dan Gilespie (2006), Liu dan Mason (2008), dan juga Gao (2010).

    Kehadiran teknologi informasi spasial melalui SIG telah memperluas jangkauan

    analisis citra, sehingga kemudian berkembanglah metode-metode ekstraksi informasi

    objek atau fenomena di permukaan bumi dengan memasukkan data yang bersifat nir-

    spektral, sepertu misalnya jenis tanah, bentuklahan, kemiringan lereng, elevasi, dan

    juga peta-peta berisi objek-objek spasial lain. Tentu saja, peta-peta ini harus disimpan

    dan diproses dalam format data digital. Dengan demikian, perkembangan metode yang

    sudah berlangsung sekitar 25 tahun ini kemudian semakin mengarah ke klasifikasi

    multisumber. Beberapa tulisan awal yang mengintegrasikan penginderaan

    jauh (khususnya pengolahan citra) dan SIG angara lain yang ditulis oleh Verbyla dan

    Nyquist (1987), Srinivasan dan Richards (1990), Danoedoro (1993). Sementara tulisan

    yang relatif baru untuk topik-topik ini, dengan teknik-teknik yang juga baru, antara lain

    bisa dijumpai di Weng (2010).

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    3/16

    Perkembangan analisis multispektral juga mengarah ke penambahan jumlah

    saluran dan lebar setiap saluran. Sistem hiperspektral mampu mencitrakan fenomena

    di permukaan bumi dengan jumlah saluran spektral yang mencapai ratusan dan dengan

    lebar setiap saluran yang hanya beberapa nanometer. Analisis citra semacam ini, yang

    disebut dengan spectral cube(kubus spektral) berkembangan dengan pendekatan yang

    berbeda, mengingat bahwa metode-metode analisis multispektral tidak akan efisien dari

    sisi waktu pemrosesan dan akurasi hasilnya. Tulisan-tulisan van der Meer dan de Jong

    (2003) serta Jensen (2007) dapat dijadikan rujukan awal untuk keperluan ini.

    Dari Per-piksel ke Per-objek

    Perkembangan sistem penginderaan jauh satelit telah menghasilkan citra-citra

    digital yang tidak pernah dibayangkan oleh praktisi di tahun 1980-an, yaitu citra

    multispektral dengan kualitas detil yang mendekati atau bahkan menyamai foto

    udara. Hal ini tidak lepas dari berakhirnya era Perang Dingin di awal 1990-an dan

    keputusan Presiden Bill Clinton untuk mengijinkan perusahaan-perusahaan swastamengoperasikan satelit penginderaan jauh dengan teknoogi satelit mata-mata. Pada

    tahun 1999 muncullah perusahaan Space Imaging yang meluncurkan satelit Ikonos

    dengan resolusi spasial hingga 1 meter, disusul oleh Quickbird dengan resolusi spasial

    hingga 0,6 meter, serta satelit-satelit lain seperti OrbView. Saat ini, satelit GeoEye

    telah mampu menghasilkan citra digital dengan resolusi spasial sekitar 40 cm,

    meskipun undang-undang di Amerika Serikat hanya mengijinkan citra tersebut diproses

    dan digunakan oleh publik pada resolusi spasial 50 cm atau lebih kasar.

    Kehadiran citra resolusi spasial tinggi telah menantang para analis citra untuk

    mengembangkan metode ekstraksi informasi tematik yang berbeda dengan klasifikasimultispektral yang biasa diterapkan pada citra resolusi spasial menengah dan

    rendah. Metode ini dikenal dengan nama klasifikasi berbasis objek (object-based

    classification). Di Indonesia, citra resolusi spasial tinggi lebih banyak diperlakukan

    seperti foto udara karena para analis mengalami kesulitan dalam menerapkan

    klasifikasi multispektral terhadap citra semacam itu. Pada klasifikasi multispektral citra

    resolusi tinggi, satu piksel merupakan bagian dari objek penutup lahan yang umumnya

    berukuran jauh lebih besar, sehingga hasil klasifikasi cenderung merupakan kumpulan

    piksel yang tidak berkaitan langsung dengan kategorisasi objek yang dikembangkan

    dalam klasifikasi (Danoedoro, 2006). Untuk mengatasi masalah ini, dalam kurun 10

    tahun terakhir mulai berkembang metode klasifikasi berbasis objek, yang

    memanfaatkan teknik segmentasi citra (Baatz dan Schappe, 2000; Ranasinghe, 2006;

    Navulur, 2007).

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    4/16

    2. Spektrum EM dalam Penginderaan Jauh

    3. Spektrum EM dalam Penginderaan Jauh

    3. Konsep resolusi

    Resolusi yaitu kemampuan suatu sistem optik-elektronik untuk membedakan informasi

    yang secara spasial berdekatan atau secara spektral mempunyai kemiripan. Dalam

    pengindraan jauh, dikenal konsep resolusi, yaitu resolusi spasial, resolusi temporal, resolesi

    spektral, resolusi radiometrik, dan resolusi layer.

    Resolusi spasial

    Resolusi spasial adalah luas obyek sebenarnya yang direpresentasikan dalam 1 piksel di

    citra digital. Jika obyek sebenarnya mempunyai luas 30 x 30 meter dan di citra digital

    direpresentasikan dalam 1 piksel, maka citra digital tersebut mempunyai resolusi spasial 30

    meter. Dengan kata lain, jika citra mempunyai resolusi spasial 30 meter, maka 1 piksel di

    citra digital merepresentasikan obyek sebenarnya dengan luas 30 x 30 meter. Jadi semakin

    besar resolusi spasial maka semakin detil obyek yang ditampilkan dalam citra digital. Skala

    peta juga akan menjadi semakin besar. Secara penampakan visual ada hubungan antara

    resolusi spasial dengan skala maksimal pada peta citra yaitu : Skala peta maksimal = 1500x resolusi spasial. Dengan demikian, resolusi spasial dapat dikatakan dengan halus /

    kasarnya pembagian kisi-kisi baris dan kolom. Transformasi citra kontinue ke citra digital

    disebut digitisasi (sampling). Contoh: Hasil digitisasi dengan jumlah baris 256 dan jumlah

    kolom 256 resolusi spasial 256 x 256.

    2) Resolusi Spasial Sampling

    4. Sampling Uniform dan Non-uniform

    5. - Sampling Uniform mempunyai spasi (interval) baris dan kolom yang sama pada

    seluruh area sebuah citra. Proses sampling melalui celah yg berukuran sama.

    6. - Sampling Non-uniform bersifat adaptif tergantung karakteristik citra dan bertujuanuntuk menghindari adanya informasi yang hilang. Daerah citra yang mengandung detil

    yang tinggi di-sampling secara lebih halus, sedangkan daerah yang homogen dapat di-

    sampling lebih kasar. Kerugian sistem sampling Non uniform adalah diperlukannya data

    ukuran spasi atau tanda batas akhir suatu spasi. Proses sampling melalui celah yg

    bervariasi.

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    5/16

    7. 3) Resolusi kecemerlangan

    8. Resolusi kecemerlangan adalah banyaknya derajat keabuan yang dimiliki oleh citra

    digital. Semakin besar resolusi kecemerlangan citra digital, maka semakin halus citra

    tersebut. Citra digital 16 bit tentu akan lebih halus dan mempunyai tingkat

    kecemerlangan lebih banyak daripada citra digital 8 bit. Karena citra digital 16 bit

    mempunyai tingkat keabuan lebih banyak yaitu 2 pangkat 16, daripada citra 8 bit yang

    mempunyai tingkat keabuan 2 pangkat 8. Dengan demikian, resolusi kecemerlangan

    dikatakan sebagai halus / kasarnya pembagian tingkat kecemerlangan. Transformasi

    data analog yang bersifat kontinue ke daerah intensitas diskrit disebut kwantisasi. Bila

    intensitas piksel berkisar antara 0 dan 255 resolusi kecemerlangan citra adalah 256.

    9. 4) Resolusi Kecemerlangan Kuantisasi

    10. Kuantisasi Uniform, Non-uniform, dan Tapered

    11. - Kuantisasi Uniform mempunyai interval pengelompokan tingkat keabuan

    yang sama (misal: intensitas 1 s/d 10 diberi nilai 1, intensitas 11 s/d 20 diberi nilai 2,

    dstnya).

    12. - Kuantisasi Non-uniform: Kuantisasi yang lebih halus diperlukan terutama

    pada bagian citra yang menggambarkan detil atau tekstur atau batas suatu wilayah

    obyek, dan kuantisasi yang lebih kasar diberlakukan pada wilayah yang sama pada

    bagian obyek.

    13. - Kuantisasi Tapered: bila ada daerah tingkat keabuan yang sering muncul

    sebaiknya di-kuantisasi secara lebih halus dan diluar batas daerah tersebut dapat di-

    kuantisasi secara lebih kasar (local stretching).

    14. 5) Resolusi Spektral.

    15. Resolusi spektral menunjukkan lebar kisaran dari masing-masing band spektral

    yang diukur oleh sensor. Band Spectral adalah range panjang gelombang band.

    16. 6) Resolusi Temporal.

    17. Resolusi ini hanya dimiliki oleh citra digital dari satelit penginderaan jauh, yaitu

    menunjukkan interval waktu pengukuran atau pengambilan citra untuk daerah yang

    sama. Landsat7 membutuhkan waktu 16 hari untuk mengambil citra daerah yang sama.

    Jadi Landsat7 mempunyai resolusi temporal 16 hari.

    18. Tahapan pengolahan citra digital meliputi akusisi citra, peningkatan kualitascitra, segmentasi citra, representasi dan uraian, pengenalan dan interpretasi.

    19. 1) Akusisi citra

    20. Pengambilan data dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media seperti

    kamera analog, kamera digital, handycamp, scanner, optical reader dan sebagainya.

    Citra yang dihasilkan belum tentu data digital, sehingga perlu didigitalisasi.

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    6/16

    21. 2) Peningkatan kualitas citra

    22. Pada tahap ini dikenal dengan pre-processing dimana dalam meningkatkan

    kualitas citra dapat meningkatkan kemungkinan dalam keberhasilan pada tahap

    pengolahan citra digital berikutnya.

    23. 3) Segmentasi citra

    24. Segmentasi bertujuan untuk memilih dan mengisolasikan (memisahkan) suatu

    objek dari keseluruhan citra. Segmentasi terdiri dari downsampling, penapisan dan

    deteksi tepian. Tahapdownsampling merupakan proses untuk menurunkan jumlah

    piksel dan menghilangkan sebagian informasi dari citra. Dengan resolusi citra yang

    tetap, downsampling menghasilkan ukuran citra yang lebih kecil. Tahap segmentasi

    selanjutnya adalah penapisan dengan filter median, hal ini dilakukan untuk

    menghilangkan derau yang biasanya muncul pada frekuensi tinggi pada spektrum citra.

    Pada penapisan dengan filter median, gray level citra pada setiap piksel digantikan

    dengan nilai median dari gray level pada piksel yang terdapat pada window filter. Tahap

    yang terakhir pada proses segmentasi yaitu deteksi tepian. Pendekatan algoritma Canny

    dilakukan berdasarkan konvolusi fungsi citra dengan operator Gaussian dan turunan-

    turunannya. Pendeteksi tepi ini dirancang untuk merepresentasikan sebuah tepian yang

    ideal, dengan ketebalan yang diinginkan. Secara umum, proses segmentasi sangat

    penting dan secara langsung akan menentukan keakurasian sistem dalam proses

    identifikasi iris mata.

    25. 4) Representasi dan Uraian

    26. Representasi mengacu pada data konversi dari hasil segmentasi ke bentuk yang

    lebih sesuai untuk proses pengolahan pada komputer. Keputusan pertama yang harus

    sudah dihasilkan pada tahap ini adalah data yang akan diproses dalam batasan-batasan

    atau daerah yang lengkap. Batas representasi digunakan ketika penekanannya pada

    karakteristik bentuk luar, dan area representasi digunakan ketika penekanannya pada

    karakteristik dalam, sebagai contoh tekstur. Setelah data telah direpresentasikan ke

    bentuk tipe yang lebih sesuai, tahap selanjutnya adalah menguraikan data.

    27. 5) Pengenalan dan Interpretasi

    28. Pengenalan pola tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan citra dengan suatu

    kualitas tertentu, tetapi juga untuk mengklasifikasikan bermacam-macam citra. Dari

    sejumlah citra diolah sehingga citra dengan ciri yang sama akan dikelompokkan pada

    suatu kelompok tertentu. Interpretasi meliputi penekanan dalam mengartikan objek

    yang dikenali.

    4. Pemilihan Spektrum

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    7/16

    JENIS SENSOR DAN SIFATNYA

    SPEKTRUM DAN SISTEM SENSOR PANJANG GELOMBANG (m) KEMAMPUAN

    MENGATASI KENDALA CUACA SAAT PENGINDERAAN

    Ultra Violet

    = Optical mechanical scanner

    = Image orthicon= Kamera dengan film infra merah

    TAMPAK

    = Kamera konvensional

    = Multispektral Scanner

    = Vidicon

    INFRAMERAH PANTULAN = Kamera konvensional dengan film inframerah

    = Solid state detector dalam scanner

    = Radiometer

    INFRAMERAH THERMAL

    = Solis state detector dalam Scanner dan radiometer

    = Quantum detector

    GELOMBANG MIKRO

    = Scanner dan Radiometer Kabut/ awan

    = Antena dan siecuit

    RADAR

    = Scanner dan Radiometer

    = Antena dan Sircuit 0,01 - 0,4

    0,4 - 0,7

    0,7 - 1,5

    3,5 - 30,0

    103 - 106

    8,3 x 103 1,3 x 106

    Kabut Tipis

    Campuran asap dan kabut

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    8/16

    Kabut tipis, asap

    Kabut tipis, asap

    Kabut tipis, asap, awan hujan Siang

    Siang, kecuali bila digunakan penyinaran aktif

    siang

    siang - malam

    siang - malam

    siang - malam

    Sensor dalam pj

    Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan:

    a. Sensor Fotografi

    Proses perekaman ini berlangsung secara kimiawi. Tenaga elektromagnetik

    diterima dan direkam pada emulsi film yang bila diproses akan menghasilkan

    foto. Kalau pemotretan dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya,

    fotonya disebut foto udara. Tapi bila pemotretan dilakukan dari antariksa,

    fotonya disebut foto orbital atau foto satelit.b. Sensor Elektrik

    Sensor ini menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat

    penerima dan perekamannya berupa pita magnetik atau detektor lainnya.

    Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetik ini kemudian diproses

    menjadi data visual maupun menjadi data digital yang siap dikomputerkan.

    Pemerosesannya menjadi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:

    1) dengan memotret data yang direkam dengan pita magnetik yang

    diwujudkan secara visual pada layar monitor.

    2) dengan menggunakan film perekam khusus. Hasilnya berupa foto dengan

    film sebagai alat perekamnya, tapi film di sini hanya berfungsi sebagai alat

    perekam saja, maka hasilnya disebut citra penginderaan jauh.

    Pencitraan Hiperspektral

    Teknologi Hyperspektral merupakan kelanjutan dari multi spektral, Sensor Hiperspektral

    memanfaatkan jumlah kanal yang jauh lebih banyak dari pada sensor multispektral dengan resolusi

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    9/16

    bandwidth yang lebih sempit. Umumnya sensor hyperspektral terdiri dari 100-200 kanal dengan

    resolusi bandwidth 5-10 nm. Akan jauh berbeda jika dibandingkan dengan multispektral yang rata

    rata hanya terdiri dari 5 10 kanal, dengan resolusi bandwidth yahg lebih besar: 70-400 nm.

    Dengan kanal kanal yang lebih sempit dengan jumlah yang jauh lebih banyak, sensor hyperspektral

    dapat digunakan untuk melakukakan pemisahan, klasifikasi dan identifikasi objek / material di muka

    bumi, sebagaimana objek aslinya. Kemampuan lainnya adalah untuk mendeteksi target subpixel,

    yang akan sangat membantu dalam mendeteksi objek dengan resolusi pixel yang lebih kecil.

    Gambar 1, menunjukkan bahwa Hiperspektral mampu mendeteksi suatu objek dengan resolusi pixel

    yang kecil. Objek berwarna merah kecil yang ada pada citra hiperspektral tidak bisa kita temukan

    pada citra multispectral

    Statistik Citra

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penginderaan jauh dengan pengolahan citra digital yang

    dipadukan dengan kerja lapangan dan analisis statistik. Pengolahan citra digital tersebut dititikberatkan pada aspek

    transformasi indeks vegetasi yang didasarkan pada nilai piksel hasil ekstraksi dari data citra Landsat 7 ETM+. Hutan

    rawa gambut tropika kaya strata kanopi. Dalam pengolahan indeks vegetasi adanya strata kanopi akan menimbulkan

    bayangan pohon yang merupakan masalah, karena akan menimbulkan kesalahan nilai indeks. Pada kajian ini akan

    digunakan software yang menggunakan koreksi bayangan dan yang tidak menggunakan koreksi bayangan. Kedua

    software yang digunakan yaitu Forest Canopy Density (FCD) Mapper Versi 1.0 dan Enviromental for Visualizing

    Images (ENVI) Versi 4.2 . FCD Mapper 1.0 digunakan untuk melakukan transformasi Forest Canopy Density Index

    (FCDI) yang menggunakan integrasi empat buah indeks yaitu : Advances Vegetation Index (AVI), Bare Soil Index,

    Thermal Index dan Shadow Index. ENVI 4.2 digunakan untuk transformasi indeks vegetasi yang menggunakan

    penisbahan antara band merah dan inframerah dekat yaitu Ratio Vegetation Indeks (RVI), Normalized Difference

    Vegetation Indeks (NDVI), Transformed Vegetation Indeks (TVI), Different Vegetation Indeks (DVI), Soil Adjusted

    Vegetation Indeks (SAVI) dan Modified Soil Adjusted Vegetation Indeks (MSAVI). Pembagian kelas hutan tersebut

    didasarkan pada hasil klasifikasi digital dari masing masing transformasi indeks vegetasi. Klasifikasi multispektral

    yang digunakan adalah klasifikasi terselia (supervised classification) dengan menggunakan algoritma maximum

    likelihood (maximum likelihood algorithm). Pembagian kelas liputan kanopi menggunakan pembagian kelas menurut

    FCDI yang keluarkan oleh ITTOJOFCA tahun 2003 dengan modifikasi. Survey lapangan dilakukan pada 32 lokasi

    contoh yang masing-masing lokasi contoh terdiri dari 9 piksel. Kerapatan kanopi pohon diukur pada 9 piksel, akan

    tetapi kerapatan tegakan, diameter, tinggi pohon bebas cabang, tinggi tinggi total dan tumbuhan bawah serta data

    lain yang diperlukan hanya diukur pada 2 piksel dari setiap lokasi contoh yang dipilih. Data hasil transformasi indeks

    vegetasi yang diperoleh dari citra Landsat 7 ETM+ dan parameter lapangan dianalisis dengan menggunakan model

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    10/16

    regresi-korelasi berganda. Hasil perhitungan statistik digunakan untuk melihat pengaruh xvparameter lapangan

    dalam model regresi. Model regresi yang memenuhi syarat akan digunakan untuk menghitung volume tegakan.

    Aljabar Citra

    Algoritma mak histogram[dit]

    Algoritma katgori ieu ngagunakeunhistogramtina citra asal pikeun ngahasilkeun citra anyar.

    Peregangan Kontras

    Ekualisasi histogram Filter Minimum

    Filter Mdian

    Filter Maksimum

    Algoritma mak matematika[dit]

    Algoritma dina katgori ieu ngagunakeun piksel / sababaraha piksel pikeun jadi asupan hiji fungsi

    matematik pikeun nangtukeun nily piksel dina citra nu dihasilkeun.

    Binr

    Operasi ieu dumasar kana operasi boolean (AND,OR,NOT) pikeun ngamanipulasi citra

    Aritmatika

    Operasi ieu dumasar kana operasi aritmatika (pajumlahan, pangurangan, pakalian sarta

    pangbagian citra)

    Geomtri

    Algoritma mak konvolusi[dit]

    Algoritma dina katgori ieu ngagunakeun tknik konvolusi pikeun ngahasilkeun citra.

    Algoritma mak difrnsial[dit]

    Algoritma mak morfologi

    Visualisasi Citra

    http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=9http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=9http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=9http://su.wikipedia.org/wiki/Histogramhttp://su.wikipedia.org/wiki/Histogramhttp://su.wikipedia.org/wiki/Histogramhttp://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=10http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=10http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=10http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=11http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=11http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=11http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=12http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=12http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=12http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=12http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=11http://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=10http://su.wikipedia.org/wiki/Histogramhttp://su.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengolahan_citra&action=edit&section=9
  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    11/16

    Penafsiran citra secara visual memliki arti hubungan interaktif (langsung)

    dari penafsir dengan citra, artinya ada prose perunutan dari penafsir

    untuk mengenalai obyek hingga prose pendeliniasian batas obyek untuk

    medefiniskan obyek tersebut. Penafsiran citra secara manual pada awalnya

    dengan cara deliniasi obyek pada citra cetak kertas (hardcopy) yang telahdilakukan preprocessing lebih dulu. Perkembangan tehnologi hardware dan

    software memungkinkan penafsiran langsung dikomputer dengan metode

    on screen digitize. Meskipun memanfaatkan computer. Metode ini masih

    termasuk interpretasi secara manual. Hasil dari metode ini adalah data

    kalsifikasi tematik dalam format vector. Kodifikasi data ( encoding) dapat

    secara langsung dilakukan. Sehingga metode ini sering dikenal juga metode

    penafsiran interaktif.

    Kelebihan dari metode ini adalah penafsir dapat memperhitungkan

    konsteks spasial wilaya pada saat penafsiran dengan melibatkan lebih dari

    satu elemen ( unit lahan, bentuk lahan, local knowledge dll) yang tidak

    mungkin dapat dilakukan dengan metode klasifikasi digital secara langsung.

    Keuntungan kedua adalah metode ini cocok untuk daerah pada ekuator

    yang banyak tertutup awan.

    Ada dua factor yang harus diperhatikan pada metode ini yakni

    1. Kaidah perbesaran ( Zooming)

    Tingkat ketelitian pemetaan disesuaikan dengan tingkat skala yang

    digunakan . semakin besar skala pemetaannya semakin rinci informasi

    yang harus disajikan dan sebaliknya. Penafsiran manual sangat

    tergantung dari visualisasi citra. Berbeda dengan penafsiran digital

    yang tidak memperhitungkan skala.

    Dimensi citra landsat Tm 7+ dapat memberikan ketelitian samapai

    skala 1 : 50.000. Satu hal yang menjadi kelemahan metode ini adalah

    ;luas visualisasi monitor computer, dimana semakin besar skala

    visualisasi semakin kecil luas citra yang tergambarkan begitu pula

    sebaliknya. Konsekuensi dari hal ini adalah kegiatan melakukan

    penggeseran visual citra setiap kali berpindah lokasi interpretasi.

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    12/16

    Dalam praktek ini skal visualisasi diupayakan maksimal 1 : 50.000 ,

    hal ini untuk menjaga kualitas hasil penafsiran .

    2. Kartografi pemetaan dalam penafsiran citra..Akurasi geometric pemetaan melaui penafsiran citra ditentukan oleh

    dua hal yakni :

    - akurasi geometrik citra

    - akurasi deliniasi antar obyek yang dipeetakan.

    Akurasi geometric ditentukan oleh koreksi geometris yang dilakukan

    pada citra.

    Akurasi deliniasi ditentukan oleh penafsir , apabila kedua hal ini

    telah dilakukan kaidah kartografis yang harus diperhatikan adalahukuran luas polygon yang yang harus dideliniasi. Luasan sangat

    tergantung pada tujuan skala pemetaan yang direncanakan. Proses ini

    dikenal dengan nama generalisasi pemetaan. Aturannya menentukan

    luas polygon terkecil adalah 0,5 x 0,5 x skala pemetaan.

    Berikut adalah skala generalisasi pemetaan pada tiap skala peta :

    a. Skala pemetaan 1 : 50.000 luas polygon terkecil 1, 25 ha

    b. Skala pemetaan 1 : 100.000 luas polygon terkecil 2, 5 hac. Skala pemetaan 1 : 250.000 luas polygon terkecil 6, 25 ha

    Sistem Pengolah Citra

    Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual. Proses ini

    mempunyai ciri data masukan dan informasi keluaran yang berbentuk citra. Istilah pengolahan citra digital secara

    umum didefinisikan sebagai pemrosesan citra dua dimensi dengan komputer. Dalam definisi yang lebih luas,

    pengolahan citra digital juga mencakup semua data dua dimensi. Citra digital adalah barisan bilangan nyata maupunkompleks yang diwakili oleh bit-bit tertentu.

    Umumnya citra digital berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar (pada beberapa sistem pencitraan ada pula

    yang berbentuk segienam) yang memiliki lebar dan tinggi tertentu. Ukuran ini biasanya dinyatakan dalam banyaknya

    titik atau piksel sehingga ukuran citra selalu bernilai bulat. Setiap titik memiliki koordinat sesuai posisinya dalam citra.

    Koordinat ini biasanya dinyatakan dalam bilangan bulat positif, yang dapat dimulai dari 0 atau 1 tergantung pada

  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    13/16

    sistem yang digunakan. Setiap titik juga memiliki nilai berupa angka digital yang merepresentasikan informasi yang

    diwakili oleh titik tersebut.

    Format data citra digital berhubungan erat dengan warna. Pada kebanyakan kasus, terutama untuk keperluan

    penampilan secara visual, nilai data digital merepresentasikan warna dari citra yang diolah. Format citra digital yang

    banyak dipakai adalah Citra Biner (monokrom), Citra Skala Keabuan ( gray scale ), Citra Warna ( true color ), dan

    Citra Warna Berindeks.

    1. Warna

    Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Nilai warna

    ditentukan oleh tingkat kecerahan maupun kesuraman warna. Nilai ini dipengaruhi oleh penambahan putih ataupun

    hitam.

    Penelitian memperlihatkan bahwa kombinasi warna yang memberikan rentang paling lebar adalah red (R), green (G)

    dan blue (B). Ketiga warna tersebut merupakan warna pokok yang biasa disebut RGB. Warna lain dapat diperoleh

    dengan mencampurkan ketiga warna pokok tersebut dengan perbandingan tertentu. Setiap warna pokok mempunyai

    intensitas sendiri dengan nilai maksimum 255 (8-bit). Misal warna kuning merupakan kombinasi warna merah dan

    hijau sehingga nilai RGB: 255 255 0.

    RGB disebut juga ruang warna yang dapat divisualisasikan sebagai sebuah kubus seperti gambar 2.4, dengan tiga

    sumbunya yang mewakili komponen warna merah (red) R, hijau (green) G, biru (blue) B. Salah satu pojok alasnya

    yang Sistem Klasifikasi Jenis dan Kematangan Buah Tomat Berdasarkan Bentuk dan Ukuran serta Warna Permukaan

    Kulit Buah Berbasis Pengolahan Citra Digital berlawanan menyatakan warna hitam ketika R = G = B = 0, sedangkan

    pojok atasnya yang berlawanan menyatakan warna putih ketika R= G= B= 255 ( sistem warna 8 bit bagi setiapkomponennya ).

    Pada gambar 2.5 di atas, garis diagonal ruang menyatakan warna grayscale, yakni warna-warna piksel dalam

    rentang gradasi warna hitam dan putih yang dapat diperoleh dengan mengalikan ketiga komponen warna pokok

    merah, hijau dan biru dengan suatu koefisien yang jumlahnya satu.

    2.Citra Biner (Binary Image)

    Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat keabuan yaitu hitam dan putih.

    Alasan masih digunakannya citra biner dalam pengolahan citra digital hingga saat ini adalah algoritma untuk citra

    biner telah berkembang dengan baik dan waktu pemrosesan lebih cepat karena jumlah bit untuk tiap pikselnya lebih

    sedikit.

    http://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/tekom.jpg
  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    14/16

    3.Citra YCbCr

    YCbCr merupakan standar internasional bagi pengkodean digital gambar televisi yang didefinisikan di CCIR

    Recommendation. Y merupakan komponen luminance, Cb dan Cr adalah komponen chrominance. Pada monitor

    monokrom nilai luminance digunakan untuk merepresentasikan warna RGB, secara psikologis ia mewakili intensitas

    sebuah warna RGB yang diterima oleh mata. Chrominance merepresentasikan corak warna dan saturasi (saturation).

    Nilai komponen ini juga mengindikasikan banyaknya komponen warna biru dan merah pada warna. YCbCr (256 level)

    dapat diperoleh dari RGB 8 bit dengan menggunakan rumus berikut:

    Y = 0.299 R + 0.587 G + 0.114 B

    Cb = -0.1687 R0.3313 G + 0.5 B + 128

    Cr = 0.5 R0.4187 G0.0813 B + 128

    Sedangkan untuk konversi YCbCr ke RGB dapat dilakukan dengan rumus:

    R = Y + 1.402 (Cr-128)

    G = Y0.34414 (Cb-128)0.71414 ( Cr128)

    B = Y + 1.772 (Cb128)

    Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan dekomposisi citra RGB ke dalam komponen luminance dan

    chrominance-nya.

    C. Berdasarkan jenisnya, citra digital dapat dibagi menjadi 3 (Sutoyo, 2009), yaitu:

    1. Citra Biner (Monokrom)

    Memiliki 2 buah warna, yaitu hitam dan putih. Warna hitam bernilai 1 dan warna putih bernilai 0. Untuk menyimpan

    kedua warna ini dibutuhkan 1 bit di memori. Contoh dari susunan piksel pada citra monokrom adalah sebagai

    berikut:

    http://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/2.pnghttp://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/telkom3.jpghttp://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/.jpghttp://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/2.pnghttp://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/telkom3.jpghttp://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/.jpghttp://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/2.pnghttp://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/telkom3.jpghttp://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/.jpg
  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    15/16

    2. Cita Grayscale (skala keabuan)

    Citra grayscale mempunyai kemungkinan warna hitam untuk nilai minimal dan warna putih untuk nilai maksimal.

    Banyaknya warna tergantung pada jumlah bit yang disediakan di memori untuk menampung kebutuhan warna

    tersebut. Semakin besar jumlah bit warna yang disediakan di memori, maka semakin halus gradasi warna yang

    terbentuk. Contoh:

    skala keabuan 2 bit jumlah kemungkinan 22 = 4 warna

    Jadi,, kemungkinan warna 0 (minimal) sampai 4 (maksimal)

    3. Citra Warna (true color)

    Setiap piksel pada citra warna mewakili warna yang merupakan kombinasi tiga warna dasar, yaitu merah, hijau, dan

    biru (RGB = Red, Green, Blue). Setiap warna dasar menggunakan penyimpanan 8 bit = 1 byte (nilai maksimum 255

    warna), jadi satu piksel pada citra warna diwakili oleh 3 byte.

    Pengolahan citra digital adalah salah satu bentuk pemrosesan informasi dengan inputan berupa citra (image) dankeluaran yang juga berupa citra atau dapat juga bagian dari citra tersebut. Tujuan dari pemrosesan ini adalah

    memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau mesin computer. Operasi-operasi pada

    pengolahan citra digital secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Perbaikan kualitas citra (image enhancement), contohnya perbaikan kontras gelap/terang,

    penajaman (sharpening), dan perbaikan tepian objek (edge enhancement)

    2. Restorasi citra (image restoration), contohnya penghilangan kesamaran (deblurring)

    3. Pemampatan citra (image compression)

    4. Segmentasi citra (image segmentation)

    5. Pengorakan citra (image analysis), contohnya pendeteksian tepi objek (edge enhancement) dan

    ekstraksi batas (boundary)

    6. Rekonstruksi citra (image recronstruction)

    http://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/4.pnghttp://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/3.pnghttp://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/4.pnghttp://ginan88.files.wordpress.com/2011/12/3.png
  • 7/22/2019 Fadli Afrianto 1101549 Mentari Pratami1101582 Tugas2 Icd

    16/16

    Kualitas Citra