Menkeu - Working Capital Management

43
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan modal mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam perusahaan yang sangat kompleks menuntut pimpinan perusahaan tidak hanya memikirkan bagaimana memperoleh dan memilih sumber dana yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tetapi juga dituntut untuk mengawasi, mengatur dan mengendalikan masalah penggunaan modal. Dalam hal ini pimpinan perusahaan harus dapat mengambil keputusan yang tepat agar perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satunya adalah pengambilan keputusan mengenai modal kerja perusahaan. Modal kerja merupakan dana atau modal yang diinvestasikan kedalam aktiva lancar yang sifatnya 1

Transcript of Menkeu - Working Capital Management

Page 1: Menkeu - Working Capital Management

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengelolaan modal mempunyai peranan yang sangat penting

dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya

komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam perusahaan

yang sangat kompleks menuntut pimpinan perusahaan tidak hanya

memikirkan bagaimana memperoleh dan memilih sumber dana yang

dibutuhkan untuk menghasilkan laba tetapi juga dituntut untuk mengawasi,

mengatur dan mengendalikan masalah penggunaan modal. Dalam hal ini

pimpinan perusahaan harus dapat mengambil keputusan yang tepat agar

perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satunya

adalah pengambilan keputusan mengenai modal kerja perusahaan.

Modal kerja merupakan dana atau modal yang diinvestasikan

kedalam aktiva lancar yang sifatnya jangka pendek. Dalam perusahaan

modal kerja ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi

kelangsungan hidup perusahaan antara lain dipergunakan untuk

memeebuhi kebutuhan operasional sehari-hari seperti pembelian bahan

baku, pembayaran upah buruh, membayar rekening listrik dan lainnya.

Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dari

hasil penjualan produk yang dihasilkan dalam waktu yang tidak lama.

Uang yang diterima tersebut dipergunakan lagi untuk kegiatan operasi

1

Page 2: Menkeu - Working Capital Management

perusahaan selanjutnya dan seterusnya dana tersebut berputar selama

perusahaan masih beroperasi. Manajemen modal kerja yang efektif

sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam

jangka pajang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk

memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar

kemungkinannya akan kehilanagn pendapatan dan keuntungan. Begitu

juga, jika perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat

membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya maka akan

menghadapi masalah likuiditas. Untuk menghadapi masalah tersebut,

maka perusahaan harus memiliki persediaan modal kerja yang optimum

dalam artian tidak berlebihan dan memiliki persediaan modal kerja yang

optimum dalam artian tidak berlebihan dan tidak kekurangan dengan

tujuan agar perusahaan dapat beroperasi secara ekonomis.

Permasalahan

Beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yakni :

1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen modal kerja ?

2. Bagaimana konsep dari modal kerja ?

3. Apa saja sumber dana dan sumber modal kerja ?

4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja ?

5. Bagaimana perputaran modal kerja dan metode menentukan

besarnya modal kerja?

2

Page 3: Menkeu - Working Capital Management

Tujuan

Beberapa tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :

1. Untuk menyelesaikan salah satu tugas kelompok mata kuliah

Manajemen Keuangan

2. Untuk menambah wawasan bagi penyusun dan pembaca

3. Sebagai salah satu syarat ketuntasan mata kuliah Manajemen

Keuangan

3

Page 4: Menkeu - Working Capital Management

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian

Dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi

perusahaan sehari-hari disebut modal kerja. Manajemen modal kerja

(Working capital management) merupakan manajemen dari elemen-

elemen aktiva lancar dan elemen-elemen hutang lancar. Kebijakan modal

kerja (Working capital policy) menunjukan keputusan mendasar mengenai

masing-masing elemen (unsur) aktiva lancar dan bagaimana aktiva lancar

tersebut dibelanjai.

Pengertian Manajemen Modal Kerja

Menurut John D. Martin (1998), secara umum modal kerja diartikan

sebagai investasi perusahaan di dalam aktiva lancar, yaitu harta

perusahaan yang diharapkan dapat dikonversikan menjadi kas dalam

jangka waktu kurang dari satu tahun atau satu periode akuntansi. Dalam

pengertian ini manajemen modal kerja meliputi investasi dalam bentuk

kas, surat berharga, piutang dan persediaan, konsep ini dikenal sebagai

modal kerja kotor (gross working capital).

Pengertian yang sering digunakan adalah modal kerja tidak hanya

meliputi aktiva lancar, tapi modal kerja adalah selisih antara investasi di

dalam aktiva lancar dengan hutang lancar yang dimiliki, yaitu yang benar-

4

Page 5: Menkeu - Working Capital Management

benar digunakan sebagai modal kerja perusahaan dikenal dengan konsep

modal kerja bersih (net working capital). Menurut Raymond P Neveu,

(1985) A corporation‘s working capital consist of its investment in current

assets. Net working capital is the difference between a corporation’s

current assets and its current liabilities. Working capital management is

the management of a corporation’s sources and uses of working capital so

as to advance the financial welfare of its stockholders.

Menurut Basu Swastha (1997), modal kerja bruto ditujukan sebagai

jumlah dari seluruh aktiva lancar. Modal kerja netto (modal kerja)

ditunjukan sebagai selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

Dalam pembahasan ini lebih ditekankan pada penggunaan konsep modal

kerja bersih. Dengan menggunakan konsep tersebut maka manajemen

modal kerja mencakup manajemen terhadap investasi perusahaan dalam

aktiva lancar dan sumber pembiayaannya dari hutang lancar. Jadi

manajemen modal kerja berhubungan dengan keputusan untuk

melakukan investasi pada aktiva lancar dengan sumber pembelanjaan

dari hutang lancar, terutama menyangkut permasalahan memanfaatkan

keduanya serta komposisi antara aktiva lancar dan hutang lancar yang

optimal, sehingga dapat memperkecil resiko perusahaan. Kajian ini

penting karena modal kerja akan mempengaruhi kegiatan operasional

perusahaan, sehingga pada akhirnya, akan membawa pengaruh pada

tingkat keuntungan dan resiko perusahaan.

5

Page 6: Menkeu - Working Capital Management

Manajemen modal kerja yang efektif akan menjadi penentu tingkat

pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan untuk jangka panjang.

Alasannya adalah karena investasi dalam modal kerja akan melibatkan

suatu proses yang berkelanjutan selama melakukan aktivitasnya. Melalui

modal kerja yang cukup perusahaan dengan mudah dapat meningkatkan

kapasitas produksinya jika terdapat permintaan yang lebih besar (selama

sesuai dengan kapasitas), disamping membayar kewajiban jangka pendek

secara tepat waktu tanpa mengalami kesulitan likuiditas.

Gambaran salah satu proses yang berkelanjutan dari modal kerja

dapat dilihat ilustrasi berikut :

Gambar 1 : Aliran modal kerja perusahaan

6

Page 7: Menkeu - Working Capital Management

Manajemen modal kerja merupakan aspek yang sangat penting di

perusahaan, dan pada umumnya jumlah investasi yang dilakukan oleh

perusahaan di dalam modal kerja sangat bervariasi dan tergantung dari

berbagai faktor diantaranya :

1. Tingkat investasi perusahaan di dalam aktiva lancar

2. Proporsi hutang jangka pendek yang digunakan perusahaan

3. Tingkat investasi perusahaan di dalam setiap jenis komponen

aktiva lancar

4. Sumber dana yang lebih khusus dan komposisi hutang lancar

yang harus dipertahankan perusahaan

Konsep Modal kerja

Ada 3 konsep modal kerja (Martono) antara lain :

1. Konsep Kuantitatif , adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang

disebut juga modal kerja bruto (Gross Working Capital) meliputi :

kas, surat-surat berharga (sekuritas), piutang.

2. Konsep Kualitatif , dihubungkan dengan besarnya hutang lancar

atau hutang yang segera harus dilunasi. Mis : hutang dagang,

hutang wesel, hutang pajak (modal kerja ini disebut modal kerja

netto / bersih)

3. Konsep Fungsional, mendasarkan pada fungsi dana yang

digunakan untuk memperoleh pendapatan (Income) baik current

income maupun future income

7

Page 8: Menkeu - Working Capital Management

Contoh gambaran ketiga konsep tersebut adalah sebagai berikut :

PT. L

Neraca Per 31 Desember 2008 ( Rp )

Kas dan Efek 30.000.000 Hutang Dagang 40.000.000

Piutang Dagang 60.000.000 Hutang Wesel 30.000.000

Persediaan 80.000.000 Hutang Lainnya 40.000.000

Total Aktiva

Lancar

170.000.000 Total Hutang 110.000.000

Mesin 80.000.000 Modal Sendiri

(MS)

Penyusutan

Mesin

(14.000.000) Modal Saham 200.000.000

Gedung 120.000.000 Laba Ditahan 22.000.000

Penyusutan

Gedung

(24.000.000)

Total Aktiva 332.000.000 Total Hutang

dan MS

322.000.000

Maka dapat dihitung :

1. Modal kerja kuantitatif :

8

Page 9: Menkeu - Working Capital Management

Kas dan Efek Rp. 30.000.000

Piutang Dagang Rp. 60.000.000

Persediaan Rp. 80.000.000

Modal kerja bruto Rp. 170.000.000

2. Modal kerja kualitatif :

Total aktiva lancar Rp. 170.000.000

Total Hutang Lancar Rp. 110.000.000

Modal kerja Netto Rp. 60.000.000

Berdasarkan contoh diatas, apabila margin laba sebesar 25% dan surat-

surat berharga (efek-efek) sebesar Rp. 15.000.000 maka :

3. Modal kerja fungsional terdiri atas :

* Modal kerja riil

Kas Rp. 15.000.000

Piutang Dagang

(75%) Rp. 45.000.000

Persediaan Rp. 80.000.000

Penyusutan Mesin Rp. 14.000.000

Penyusutan gedung Rp. 24.000.000

Modal kerja riil Rp.178.000.000

9

Page 10: Menkeu - Working Capital Management

* Modal kerja Potensial

Efek-efek Rp. 15.000.000

Margin laba piutang

(25%) Rp. 15.000.000

Modal kerja potensial Rp. 30.000.000

* yang bukan modal kerja pada konsep fungsional :

Mesin Rp. 80.000.000

Gedung Rp. 120.000.000

Bukan Modal Kerja Rp. 200.000.000

Keterangan :

Dalam konsep fungsional maka piutang yang terjadi sebagian

merupakan kontribusi laba yaitu sebesar 25% sehingga piutang

yang diperhitungkan dalam konsep ini hanya sebesar 75% dari

piutang yang ada = 75% dari Rp. 60.000.000 = 45.000.000

Margin laba dari piutang yang ada : 25% dari Rp. 60.000.000 =

15.000.000

Jenis modal kerja, menurut Riyanto ada 2 jenis :

1. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal

kerja yang tetap harus ada dalam perusahaan untuk menjalankan

kegiatan usaha, yang dikelompokan atas 2 yaitu:

10

Page 11: Menkeu - Working Capital Management

a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital), yaitu modal kerja

minimum yang harus ada untuk menjamin kontinuitas kegiatan

usaha

b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital), yaitu modal kerja

yang dibutuhkan untuk melakukan luas produksi yang normal.

2. Modal kerja variabel (Variable Working Capital) yaitu modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.

Modal kerja variabel dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu :

a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital), yaitu modal

kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim

b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital), yaitu modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur

c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal

kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan

darurat yang tidak diketahui sebelumnnya.

Pengelolaan modal kerja membawa dampak terhadap indikator keuangan

berikut :

1. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendek terhadap pihak kreditur (disebut likuiditas

badan usaha), maupun kewajiban jangka pendek terhadap

kelangsungan hidup perusahaan seperti membayar upah buruh

11

Page 12: Menkeu - Working Capital Management

dan membeli bahan baku, menurut J Fred Weston, Eugene F.

Brigham (1998).

2. Solvabilitas adalah merupakan ratio antara hutang (hutang lancar +

hutang jangka panjang) dan jumlah aktiva dimana ratio ini

mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh

kewajibannya, menurut Munawir (1995)

3. Rentabilitas ini adalah mengukur kemampuan perusahaan dengan

keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan

untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan,

rumus rentabilitas ini disebut juga dengan ROA/ROI (Return on

Assets / Return on Investment ), menurut Munawir (1995)

Prinsip Hedging (Hedging Principle)

Menurut Suad Husnan (1994), prinsip ini membantu manajemen di

dalam menentukan suatu tingkat likuiditas tertentu bagi perusahaan untuk

memenuhi kewajibannya yang akan segera jatuh tempo tepat pada

waktunya. Prinsip ini secara sederhana mempertemukan (matching)

karakteristik aliran kas atas harta lancar , dengan jangka waktu jatuh

tempo dari sumber pendanaan hutang yang digunakan untuk memperoleh

aktiva dimaksud. Secara sederhana prinsip hedging menyatakan bahwa

investasi di dalam aktiva yang bersifat permanen seharusnya dibelanjai

dengan sumber pembelanjaan permanen, sedangkan investasi di dalam

12

Page 13: Menkeu - Working Capital Management

aktiva yang bersifat temporer, seharusnya dibelanjai dengan sumber

pembiayaan yang bersifat temporer juga.

Aktiva permanen yaitu : aktiva yang dimiliki perusahaan diharapkan

akan tetap dimanfaatkan / digunakan untuk periode waktu lebih dari satu

tahun seperti aktiva lancar tertentu yang merupakan jumlah aktiva lancar

yang harus dimiliki secara permanen disamping aktiva tetap tertentu yang

memenuhi kriteria ini . Aktiva temporer adalah sejumlah aktiva lancar yang

dimiliki perusahaan dan akan dilikuidasi (dijadikan kas) atau aktiva

tersebut tidak akan diganti atau tidak akan diinvestasikan lagi .

Sumber pembelanjaan permanen yang terdiri atas kelompok

hutang menengah , jangka panjang , saham preference dan saham biasa.

Sumber pembelanjaan temporer terdiri dari proporsi hutang jangka

pendek (unsecured loan), commercial paper serta pinjaman yang

dilakukan dengan menggunakan piutang dan persediaan sebagai jaminan.

Sedangkan pembelanjaan spontan adalah sejumlah hutang dagang yang

muncul secara otomatis (spontan) akibat kebutuhan harian dan kebutuhan

operasional perusahaan, misal : jika perusahaan perlu persediaan besar,

biasanya diperoleh melalui kreditur yang menjual barang dagang dengan

kredit hutang dagang. Prinsip Hedging yang dikemukakan oleh suad

Husnan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Martin/Petty/Keown/Scott (1998).

Untuk melihat dampak manajemen modal kerja terhadap Likuiditas,

Solvabilitas dan Rentabilitas perusahaan dapat ditinjau dengan 3 metode :

13

Page 14: Menkeu - Working Capital Management

1. Manajemen aktiva lancar

Manajemen aktiva lancar dilakukan perusahaan dari pembahasan

ini adalah dengan membandingkan 2 perusahaan yaitu PT A dan

PT. B dimana PT. B dalam manajemen aktiva lancarnya adanya

kas yang dijadikan dalam bentuk surat berharga, seperti terlihat pada

tabel berikut :

Uraian PT. A PT. B

Aktiva Lancar

Kas 10.000 10.000

Surat berharga - 20.000

Piutang dagang 20.000 20.000

Persediaan Barang 30.000 30.000

Total aktiva lancar 60.000 80.000

Aktiva Tetap

( bersih )

100.000 100.000

Total Aktiva 160.000 180.000

Hutang lancar 30.000 30.000

Hutang jangka

panjang

40.000 40.000

Total hutang 70.000 70.000

14

Page 15: Menkeu - Working Capital Management

Modal sendiri 90.000 110.000

Total Passiva 160.000 180.000

Dengan menggunakan tabel diatas, diasumsikan PT. A

memperoleh laba bersih 25.000, apabila tingkat pengembalian investasi

pada surat berharga adalah 6 % pertahun dan pajak adalah 30 % maka

tambahan keuntungan investasi yang dilakukan oleh PT. B pada surat

berharga adalah ( 6% x 20.000 ) x ( 1-30%) = 840, jadi laba bersih PT. B

adalah 25.840 Dan apa bila dilihat hasil indikator keuangan dari kedua PT

tersebut diatas maka :

HASIL INDIKATOR KEUANGAN

PT. A DAN PT. B

Uraian PT. A PT. B

Likuiditas 60.000

= 2 x

30.000

80.000

= 2,67 x

30.000

Solvabilitas 160.000

= 2,29 x

70.000

180.000

= 2,57 x

70.000

Rentabilitas 25.000 25.840

15

Page 16: Menkeu - Working Capital Management

= 15,6%

160.000

= 14,4 %

180.000

Dari pengolahan data diatas disimpulkan bahwa investasi yang

lebih besar pada aktiva lancar (Surat berharga) memberi dampak yang

lebih baik terhadap likuiditas dan solvabilitas perusahaan yang

menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

pendek dan kewajiban terhadap pembayaran hutang lebih baik. Namun

dampak ini memberikan dampak yang kurang baik dari segi kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba dari total investasi yang dilakukan.

Jadi trade off menyangkut resiko dan tingkat keuntungan dalam kas dan

surat berharga akan membawan dampak kurangnya resiko likuiditas

namun mengurangi tingkat rentabilitas perusahaan (kemampuan untuk

memperoleh laba ( profitabilitas )) dan sebaliknya.

2. Manajemen pada Hutang Lancar.

Dimana berikut ini dimisalkan perusahaan yaitu PT. A sebagian sumber modal

kerjanya berasal dari hutang lancar yaitu hutang dagang dan sebagian lagi dengan

menggunakan hutang jangka panjang sedangkan PT. B seluruh sumber dananya dengan

menggunakan hutang lancar .

Uraian PT. A PT. B

Aktiva Lancar 120.000 120.000

Aktiva Tetap ( bersih 180.000 180.000

16

Page 17: Menkeu - Working Capital Management

)

Total Aktiva 300.000 300.000

Hutang lancar

Hutang dagang 40.000 40.000

Hutang wesel - 60.000

Total hutang lancar 40.000 100.000

Hutang jangka

panjang

60.000 -

Total hutang 100.000 100.000

Modal sendiri 200.000 200.000

Total Passiva 300.000 300.000

Apabila informasi tambahan untuk data diatas adalah sebagai

berikut : dimana EBIT kedua perusahaan masing-masing adalah 60.000.

Bunga hutang dagang adalah adalah 9 % setahun untuk masa jangka

waktu 1 bulan , dan bunga hutang jangka pendek (hutang wesel ) dengan

tingkat bunga 8 % setahun dan hutang ini berjangka waktu 3 bulan

sedangkan bunga hutang jangka panjang adalah 12 % pertahun maka :

perhitungan hutang bunga kedua perusahaan adalah sebagai berikut :

1. PT. A, perhitungan bunga :

17

Page 18: Menkeu - Working Capital Management

I. Bunga hutang dagang = 9% x 1/12 x 40.000 = 300

II. Bunga hutang jangka panjang = 12% x 60.000 = 7.200

Total = 7.500

2. PT. B, perhitungan bunga :

I. Bunga hutang dagang = 9% x 1/12 x 40.000 = 300

II. Bunga hutang wesel = 8% x 3/12 x 60.000 = 1.200

Total = 1.500

Maka laporan laba / rugi kedua perusahaan adalah :

LAPORAN LABA/ RUGI

PT. A DAN PT. B

Uraian PT. A PT. B

Laba Operasi ( EBIT ) 60.000 60.000

Biaya bunga 7500 1500

Laba sebelum pajak

(EBT)

52.500 58.500

Pajak 30% 15.750 17.550

Laba Bersih (Net

Income / NI)

36.750 40.950

Maka hasil indikator keuangan untuk kedua perusahaan adalah sebagai

berikut :

18

Page 19: Menkeu - Working Capital Management

HASIL INDIKATOR KEUANGAN

PT. A DAN PT. B

Uraian PT. A PT. B

Likuiditas 120.000

= 3 x

40.000

120.000

= 1,2 x

100.000

Solvabilitas 300.000

= 3 x

100.000

300.000

= 3 x

100.000

Rentabilitas 36.750

= 12,25%

300.000

40.950

= 13,65

%

300.000

Maka disimpulkan bahwa perusahaan dapat mengurangi resiko

likuiditas dengan menggunakan sumber pembelanjaan jangka panjang

dari pada menggunakan hutang lancar dan kemampuan untuk

menghasilkan tingkat keuntungan dari ratio rentabilitas juga mengalami

penurunan seperti yang dialami PT. A, sedangkan ratio Solvabilitas kedua

perusahaan sama.

3. Prisip Hedging

19

Page 20: Menkeu - Working Capital Management

Prinsip hedging ini yang menyatakan bahwa investasi di dalam

aktiva yang bersifat permanen seharusnya dibelanjai dengan sumber

pembelanjaan permanen, sedangkan investasi di dalam aktiva yang

bersifat temporer, seharusnya dibelanjai dengan sumber pembiayaan

yang bersifat temporer juga.

Analisis Sumber dan Penggunaan Dana

Sumber dana berasal dari :

1. Penurunan bersih aktiva , kecuali aktiva tetap dan kas.

2. Penurunan bruto aktiva tetap.

3. Kenaikan bersih kewajiban dan hutang

4. Penambahan modal sendiri

5. Dana yang diperoleh dari operasi

Sedangkan penggunaan dana berasal dari :

1. Kenaikan bersih aktiva, kecuali aktiva tetap dan kas

2. Penambahan bruto aktiva tetap

3. Penurunan kewajiban dan hutang

4. Pengurangan modal sendiri

5. Pembayaran dividen

Sumber Modal Kerja

20

Page 21: Menkeu - Working Capital Management

Modal Kerja perusahaan pada dasarnya terbagi dua yakni :

1. Bagian yang tetap / Permanen : Jumlah minimal yang harus

tersedia untuk aktifitas usaha dengan lancar tanpa kesulitan

keuangan.

2. Modal kerja variable : jumlah tergantung musim / kebutuhan diluar

kebiasaan.

Sumber Modal kerja pada umumnya dari kenaikan jumlah Aktiva Lancar

diantaranya berasal dari :

1. Hasil penjualan Aktiva Tidak lancar

Misalnya : Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan

aktiva tidak lancar lainnya.

2. Bertambahnya hutang jangka panjang

Misal : Mengeluarkan obligasi tapi disesuaikan karena perusahaan

harus membayar bunga huutang atau mengadakan emisi saham

baru.

3. Bertambahnya modal sendiri, baik saham biasa, saham preference,

cadangan maupun laba ditahan

4. Keuntungan perusahaan (Laba Bersih) ditambah depresiasi

dengan amortisasi menunjukan Modal kerja berasal dari hasil

operasi perusahaan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

21

Page 22: Menkeu - Working Capital Management

Dalam praktiknya terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

modal kerja antara lain tergantung dari:

a. Jenis perusahaan dalam praktiknya meliputi perusahaan yang

bergerak dibidang jasa dan non jasa (industry). Kebutuhan

dalam perusahaan industry lebih besar jika dibandingkan

dengan perusahaan jasa.

b. Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dengan cara

mencicil juga sangat mempengaruhi modal kerja. Untuk

meningkatkan penjualan bisa dilakukan dengan berbagai cara

salah satunya adalah melalui penjualan secara kredit. Penjulan

barang secara kredit memberikan kelonggaran kepada

konsumen untuk membeli barang dengan cara pembayaran

diangsur.

c. Waktu produksi, artinya jangka waktu atau lamanya

memproduksi suatu barang. Makin lama waktu yang digunakan

untuk memproduksi suatu barang, maka akan makin besar

modal kerja yang dibutuhkan, begitu pula sebaliknya.

d. Pengaruh tingkat perputaran sediaan terhadap modal kerja

cukup penting bagi perusahaaan. Makin kecil atau rendah

tingkat perputara, maka kebutuhan modal kerja makin tinggi,

begitu pula sebaliknya.

22

Page 23: Menkeu - Working Capital Management

Secara umum kenaikan dan penurunan modal kerja disebabkan tiga

faktor, yaitu:

a. Adanya kenaikan modal. Artinya, adanya tambahan modal dari

pemilik atau perolehan laba dalam priode tertentu yang

dimasukan ke aktiva lancar.

b. Adanya pengurangan aktiva tetap, artinya adanya penjualan

aktiva tetap, terutama yang tidak produktif dimana uangnya

dimasukkan ke aktiva lancar atau digunakan untuk membayar

utang jangka pendek.

c. Adanya penambahan utang, artinya perusahaan menambah

utang baru .

Penggunaan Modal Kerja

Yaitu penggunaan Aktiva Lancar untuk Hutang lancar. Adapun

penggunaan Aktiva Lancar yang dipengaruhi faktor non current account

sehingga menyebabkan turunnya Modal kerja sebagai berikut :

1. Bertambahnya Aktiva tetap, pembelian sehingga Aktiva Lancar

turun, penggunaan dana menimbulkan jumlah hutang lancar.

2. Berkurangnya hutang jangka panjang. Seperti pelunasan hipotik /

hutang obligasi serta bentuk hutang jangka panjang lainnya.

3. Pengambilan prive atau pembayaran dividen.

4. Berkurangnya modal sendiri, misal membeli kembali saham

23

Page 24: Menkeu - Working Capital Management

5. Adanya kerugian. Akibat adanya pembayaran biaya atau ongkos

operasi perusahaan

Misal : pembayaran gaji, upah, pembelian bahan, supplies kantor

dan pembayaran lain yang berhubungan dengan operasi

perusahaan.

Arti Penting dan Tujuan Manajemen Modal Kerja

Pentingnya manajemen modal kerja perusahaan, terutama bagi

kesehatan keuangan dan kinerja perusahaan adalah:

a. Bahwa kegiatan seorang manajer keuangan lebih banyak

dihabiskan di dalam kegiatan operasional perusahaan dari

waktu kewaktu.

b. Investasi dalam aktiva lancar, cepat sekali berubah.

Perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap modal kerja

perusahaan. Oleh karena itu, perlu manajemen modal kerja.

c. Dalam praktiknya sering kali bahwa lebih dari separuh dari

total aktiva merupakan bagian dari aktiva lancar (modal kerja

perusahaan).

d. Khusus bagi perusahaan kecil manajemen modal kerja sangat

penting karena investasi dalam aktiva tetap dapat ditekan

dengan menyewa, tetapi investasi lancar dalam piutang dan

sedian tidak dapat dihindarkan harus segera terpenuhi.

24

Page 25: Menkeu - Working Capital Management

e. Bagi perusahaan yang relatif kecil fungsi modal kerja juga

amat penting. Hal ini disebabkan perusahaan kecil, relative

terbatas untuk memasuki pasar dengan modal besar dan

jangka panjang. Pendanaan perusahaan lebih mengandalkan

pada utang jangka pendek, yang tentunya dapat

mempengaruhi modal kerja.

f. Terdapat hubungan yang sangat erat antara pertumbuhan

penjualan dengan kebutuhan modal kerja. Kenaikan penjualan

berkaitan dengan tambahan, piutang, sedian, dan juga saldo

kas. Demikian pula sebaliknya

Tujuan manajemen modal kerja bagi perusahaan adalah sebagai

berikut:

a. Modal kerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas

perusahaan, artinya likuiditas perusahaan sangat tergantung

kepada manajemen modal kerja.

b. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki

kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya.

Pemenuhan kewajiban yang sudah jatuh tempo dan segera

harus dibayar secara tepat waktu merupakan ukuran

keberhasilan manajemen modal kerja.

c. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki sediaan yang

cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya.

25

Page 26: Menkeu - Working Capital Management

d. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan

dana dari para kreditor, apabila rasio keuangannya, memenuhi

syarat seperti likuiditas yang terjamin.

e. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna

meningkatkan penjualan dan laba

f. Perusahaan mampu melindungi diri apabila terjadi krisis modal

kerja akibat turunnya nilai aktiva lancar.

Tujuan di atas akan dapat tercapai apabila modal kerja

perusahaan dapat dikelola secara benar sesuai dengan konsep

manajemen modal kerja. Dan ini merupakan tanggung jawab utama

dari seorang manajer keuangan untuk mampu mengelolanya.

Perputaran Modal Kerja

Salah satu alat ukur untuk menentukan keberhasilan dan

keefektifan manajemen modal kerja adalah diukur dari perputaran

modal kerjanya atau working capital turnover-nya. Artinya seberapa

banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam

beberapa periode. Untuk mengukur perputaran modal kerja adalah

dengan cara membandingakan antara penjualan dengan modal kerja.

Pengukuran ini sebaiknya dengan menggunakan dua periode atau

lebih sebagai pembanding, sehingga memudahkan kita untuk

menilainya.

26

Page 27: Menkeu - Working Capital Management

Rumus yang digunakan untuk mencari perputaran modal kerja adalah

sebagai berikut:

Penjualan Bersih

Perputaran modal kerja =

Modal Kerja

Sebagai contoh dapat dilihat dari data di bawah ini:

Komponen Laporan Keuangan Thn

2007

Thn

2008

Penjualan bersih ( net sales) 3.850 4.150

Total aktiva lancar (current assetss) 856 800

Untuk tahun 2007 dapat dilihat sebagai berikut:

Perputaran modal kerja = 3850 : 856 = 4,45 kali dibulatkan 4,5 kali

Artinya perputaran modal kerja tahun 2007 sebanyak 4,5 kali di mana

penggunaan setiap Rp, 1,- modal kerja dapat menghasilkan penjualan

sebesar Rp. 4,5,-

sedangkan tahun 2008 dengan cara yang sama:

perputaran modal kerja = 4.150 : 800 = 5, 18 kali dibulatkan (5,2 kali)

perputaran modal kerja dapat menghasilkan Rp.5,2,-

27

Page 28: Menkeu - Working Capital Management

Metode Menentukan Besarnya Modal Kerja

Ada dua metode untuk menghitung besarnya modal kerja:

1. Metode saldo rata-rata

penjualan bersih

besarnya modal kerja =

Perputaran modal kerja

Contohnya :

Komponen Laporan Keuangan 2007

Penjualan bersih ( net sales) 3.850

Perputaran modal kerja 4,5

Untuk tahun 2007 dapat dilihat sebagai berikut:

Jadi, besarnya modal kerja pada tahun 2007 adalah 3850 : 4,5 = 856

2. Metode unsur-unsur biaya

PT. Toboali memproduksi radio sebanyak 200 unit/hari dan

beroperasi selama 25 hari dalam sebulan. Biaya produksi per unit

produk radio sebagai berikut:

1. Bahan plastik & melamin Rp 2.000,-

2. Bahan tembaga Rp 500,-

3. Upah langsung Rp 750,-

28

Page 29: Menkeu - Working Capital Management

Untuk pembelian bahan plastik diperlukan:

Uang muka rata-rata 5 hari sebelumnya

Proses produksi memerlukan waktu 7 hari

penyimpanan 3 hari

Untuk proses produksi tembaga diperlukan:

proses produksi memerlukan 7 hari

penyimpanan 3 hari

Biaya administrasi perbulan Rp 200.000

Sedian kas minimum Rp 100.000

Pertanyaan:

Berapa modal kerja yang dibutuhkan PT Toboali?

Jawab:

Periode perputaran

Bahan plastik & melamin = 5 + 7 + 3 = 15 hari

bahan Tembaga = 7 + 3 = 10 hari

Kebutuhan Modal kerja

Bahan plastik dan melamin = 200 x Rp 2.000 x 15 hari = Rp

6.000.000

Bahan tembaga = 200 x Rp 500 x 10 hari = Rp 1.000.000

29

Page 30: Menkeu - Working Capital Management

Upah langsung = 200 x Rp 750 x 10 hari = Rp 1.500.000

Biaya administrasi = Rp 200.000

sediaan minimum kas = Rp 100.000

Rp 8.800.000

BAB III

30

Page 31: Menkeu - Working Capital Management

PENUTUP

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan makalah ini

yakni :

Manajemen modal kerja merupakan suatu pengelolaan

investasi perusahaan dalam aset jangka pendek. Artinya

bagaimana mengelola investasi dalam aktiva lancar

perusahaan. Manajemen modal kerja melibatkan sebagian

besar jumlah asset perusahaan. Bahkan terkadang bagi

perusahaan tertentu jumlah aktiva lancar lebih dari setengah

jumlah investasinya tertanam di dalam perusahaan.

Konsep modal kerja ada tiga yakni konsep kuantitatif, kualitatif

dan fungsional

Sumber dana berasal dari penurunan bersih aktiva , kecuali

aktiva tetap dan kas, penurunan bruto aktiva tetap, kenaikan

bersih kewajiban dan hutang, penambahan modal sendiri dan

dana yang diperoleh dari operasi. Sumber modal kerja berasal

dari bagian yang tetap / permanen dan modal kerja variable.

Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja yakni jenis

perusahaan, syarat kredit, waktu produksi dan pengaruh

tingkat perputaran.

31

Page 32: Menkeu - Working Capital Management

Untuk mengukur perputaran modal kerja adalah dengan cara

membandingakan antara penjualan dengan modal kerja.

Dua metode yakni metode saldo rata-rata dan metode unsur

biaya.

32