Meningkatkan Nilai Tambah melalui M. Jusuf, St. A ... · PDF fileagroindustri memiliki nilai...

3

Click here to load reader

Transcript of Meningkatkan Nilai Tambah melalui M. Jusuf, St. A ... · PDF fileagroindustri memiliki nilai...

Page 1: Meningkatkan Nilai Tambah melalui M. Jusuf, St. A ... · PDF fileagroindustri memiliki nilai tambah ... teknologi peng-olahan belum berkembang; (6) ... sentra produksi pisang di Indonesia

14

miliki daging umbi berwarna ungu,hanya intensitas keunguannya ma-sih di bawah kedua varietas intro-duksi tersebut. Saat ini di Balitkabiterdapat tiga klon harapan ubi jalarberwarna ungu, yakni MSU 01022-12, MSU 03028-10, dan RIS03063-05. Klon MSU 03028-10memiliki kadar antosianin 560 mg/100 g umbi, jauh lebih tinggi dariubi jalar ungu asal Jepang varietasAyamurasaki dan Yamagawamura-saki yang berkadar antosianin ku-rang dari 300 mg/100 g.

Klon MSU 01022-12 berdayahasil cukup tinggi (25,8 t/ha),mengandung antosianin sedang(33,9 mg/100 g umbi), distribusiwarna ungunya sangat menarik,dan cocok dibuat keripik. Klon MSU03028-10 dan RIS 03063-05berdaya hasil 27,5 t/ha dengankandungan antosianin tinggi >500mg/100 g umbi. Klon-klon harapantersebut telah memenuhi syaratuntuk dilepas sebagai varietasunggul ubi jalar (M. Jusuf, St. A.Rahayuningsih, dan Erliana Ginting).

Untuk informasi lebih lanjuthubungi:

Balai Penelitian TanamanKacang-kacangan danUmbi-umbianJalan Raya Kendal PayakKotak Pos 66Malang 65101Telepon : (0341) 801468Faksimile : (0341) 801496E-mail : [email protected]

Di masa mendatang, agro-industri dapat menjadi loko-

motif pertumbuhan ekonomi nasi-onal. Setidaknya ada lima alasanutama rasa optimisme tersebut,yaitu: (1) industri pengolahan mam-pu mengubah keunggulan kompa-ratif menjadi keunggulan kompe-titif, yang akhirnya akan memper-kuat daya saing produk; (2) produkagroindustri memiliki nilai tambahdan pangsa pasar yang besar se-hingga dapat mempengaruhi per-tumbuhan perekonomian nasional;(3) agroindustri memiliki keterkait-an yang besar baik ke hulu maupunke hilir, sehingga mampu menarikkemajuan sektor lain; (4) memilikibasis bahan baku lokal (keunggulankomparatif) sehingga terjamin ke-berlanjutannya; dan (5) berpeluangmengubah struktur ekonomi nasio-nal dari pertanian ke industri.

Disadari pengembangan agro-industri belum mencapai sasaranseperti yang dicanangkan sejakPelita II. Pengembangan agroin-dustri masih menghadapi sejumlahkendala, antara lain: (1) rendahnya

jaminan ketersediaan dan mutu ba-han baku; (2) mutu produk agroin-dustri belum mampu memenuhipersyaratan yang diminta pasar,khususnya pasar internasional; (3)sumber daya manusia belum pro-fesional; (4) sarana dan prasaranabelum memadai; (5) teknologi peng-olahan belum berkembang; (6)sumber pendanaan masih kecil; (7)pemasaran belum berkembang;dan (8) belum ada kebijakan riilyang mampu mendorong berkem-bangnya agroindustri di dalam ne-geri.

Peran agroindustri di pedesaandalam meningkatkan nilai tambahkomoditas pertanian terwujud da-lam penciptaan nilai tambah, penye-rapan tenaga kerja, produktivitastenaga kerja, dan keterkaitan de-ngan sektor lain. Tiga kasus komo-ditas yang dapat menjadi contohadalah agroindustri kopi, pisang,dan ubi kayu. Sebagai contoh kasusdipilih Provinsi Bali (KabupatenBangli) untuk kopi, Jawa Timur (Ka-bupaten Lumajang) untuk pisang,dan Lampung untuk ubi kayu.

Kasus Kopi di Bali

Kopi arabika merupakan satu daritujuh komoditas unggulan ProvinsiBali. Daerah sentra kopi arabikaberada di Kecamatan Kintamani,Kabupaten Bangli. Untuk memba-ngun subsektor perkebunan, ter-masuk kopi arabika, pemerintahmemperkenalkan konsep “Kawas-an Industri Masyarakat Perkebun-an” (Kimbun). Kini telah ada empatKimbun di Bali, salah satunyaKimbun kopi arabika. Kimbun inidirintis melalui agroindustri skalakelompok.

Sebagian besar kopi arabika diBali diusahakan oleh perkebunanrakyat. Kualitas kopi tergolong ren-dah karena umumnya petani me-metik buah secara asalan danmengolahnya secara kering. DinasPerkebunan setempat bekerja sa-ma dengan Pusat Penelitian Kopidan Kakao (PPKK) terus membinadan menyosialisasikan petik merahdan pengolahan secara basah. Me-lalui upaya ini, mutu kopi arabikamakin baik. Mutu kopi harus terusditingkatkan mengingat makinketatnya persaingan pasar.

Agroindustri kopi arabika ber-tujuan meningkatkan nilai tambahproduk sehingga petani memper-oleh harga jual kopi lebih tinggi.Kegiatan yang tercakup meliputipenyediaan bahan baku, pengolah-an, penyediaan produk akhir, danpemasaran. Setiap mata rantaitersebut saling terkait dan mem-pengaruhi. Agroindustri melibatkanpetani, pedagang, subak pengolah,

Pengembangan agroindustri memiliki prospek yang cerah untukmeningkatkan nilai tambah produk pertanian. Walaupun masih dijumpaisejumlah kendala, dengan kerja sama semua pelaku usaha pertanian,

diharapkan agroindustri memberikan kontribusi positif bagi peningkatankesejahteraan masyarakat.

Meningkatkan Nilai Tambah melaluiAgroindustri

Page 2: Meningkatkan Nilai Tambah melalui M. Jusuf, St. A ... · PDF fileagroindustri memiliki nilai tambah ... teknologi peng-olahan belum berkembang; (6) ... sentra produksi pisang di Indonesia

15

koperasi, eksportir, mediator (DinasPerkebunan dan PPKK), dan lem-baga permodalan.

Dengan menerapkan inovasipetik merah, harga kopi meningkat30% dibanding kopi petik asalan.Pengolahan basah memberikan nilaitambah Rp10.000/kg, dan peng-olahan kopi bubuk dari kopi osememberikan nilai tambah Rp15.000/kg. Nilai tambah yang tidak dapatdihitung adalah meningkatnya ke-sempatan kerja, pengetahuan danketerampilan SDM, akses informasiharga, dan aset subak, terutamaperalatan untuk mengolah kopi.

Kasus Pisang di Jawa Timur

Jawa Timur merupakan salah satusentra produksi pisang di Indonesia.Kabupaten Lumajang populer seba-gai sentra produksi pisang agung.Untuk meningkatkan nilai tambah,pemerintah mengembangkan agro-industri keripik pisang. Pengem-bangan industri dilakukan secaraterpadu dan berorientasi pada upa-ya peningkatan nilai tambah danpemerataan pendapatan.

Meskipun industri pengolahankeripik pisang telah berkembang,petani masih menanam pisang se-bagai tanaman sampingan di peka-rangan atau ditanam campur de-ngan kopi, palawija atau hortikul-

tura. Teknologi yang diterapkan ma-sih sederhana sehingga produktivi-tasnya rendah. Petani belum meng-atur jadwal tanam atau panen se-hingga pasokan dan harga belumstabil.

Agroindustri keripik pisangumumnya berskala kecil atau ru-mah tangga, dengan pengelolaanusaha dari mengolah bahan bakuhingga pemasaran. Belum ada usa-ha yang berspesialisasi pada salahsatu kegiatan, misalnya bahan bakusaja, bahan setengah jadi saja, pe-ngolahan lanjutan dan pengemasanatau pemasaran. Hal ini menyulit-kan dalam mengembangkan industridengan sistem kluster dan meng-hambat pemerataan perolehan nilaitambah.

Agroindustri keripik pisang diLumajang memberikan nilai tambahrelatif kecil, hanya Rp6.684/kgkeripik. Ini pun terpusat pada indus-tri besar. Spesialisasi industri rumahtangga sebagai pengolah keripiksetengah jadi dan finalisasi oleh in-dustri besar akan membagi keun-tungan lebih proporsional dan usa-ha skala besar menjadi lebih opti-mal. Nilai tambah yang tidak dapatdihitung adalah meningkatnya pe-ngetahuan, keterampilan, pasar,serta aspek sosial ekonomi. Padajejaring usaha belum terbentuk ke-mitraan yang formal, tetapi lebihberdasarkan kepercayaan.

Kasus Ubi Kayu di Lampung

Lampung merupakan salah satusentra produksi ubi kayu di Indo-nesia. Industri tapioka skala besartelah berkembang dan cenderungbersifat oligopsoni. Produktivitasubi kayu belum optimal, karena pe-ningkatan produksi lebih disebab-kan oleh perluasan areal tanam.

Untuk meningkatkan produk-tivitas, pemerintah memberikanbantuan modal kepada petani. Pe-merintah juga mengembangkanIndustri Tepung Tapioka Rakyat(ITTARA) pada akhir 1990-an untukmengurangi dominasi perusahaanbesar dalam menentukan harga belike petani. Dalam program ITTARA,pengelolaan diserahkan ke kelom-pok tani.

Produk ITTARA mempunyaipangsa pasar tersendiri dan kuali-tasnya lebih baik. Namun, programITTARA dengan memberikan unitpengolahan ke kelompok tani ku-rang berhasil. Yang masih banyakbertahan adalah ITTARA swadaya.

ITTARA memberikan nilai tam-bah kuantitatif Rp733-Rp928/kgtapioka. Nilai tambah lainnya be-rupa meningkatnya pengetahuandan keterampilan dalam mengolahtepung tapioka, terbukanya pelu-ang usaha industri makanan olahanberbahan baku tepung tapioka, me-ningkatnya akses terhadap infor-

Agroindustri keripik pisang umumnya berskala kecil atau rumah tangga (kiri) dan agroindustri tepung tapioka di Lampung(kanan).

Page 3: Meningkatkan Nilai Tambah melalui M. Jusuf, St. A ... · PDF fileagroindustri memiliki nilai tambah ... teknologi peng-olahan belum berkembang; (6) ... sentra produksi pisang di Indonesia

16

masi di luar desa, dan tumbuhnyaekonomi wilayah.

Saran ke Depan

Agroindustri padat tenaga kerjadengan memanfaatkan bahan bakulokal mendapat prioritas untukdikembangkan dalam rangka meng-atasi pengangguran dan kemis-kinan. Pemerintah memberikandukungan penuh, terutama bagiagroindustri skala rumah tangga,kecil, dan sedang serta mengem-

bangkan kemitraan antara industribesar dengan industri rumah tang-ga, kecil dan sedang.

Nilai tambah agroindustri kopiberpeluang ditingkatkan pada se-mua tahap kegiatan, mulai dari pe-nyediaan bahan baku sampai pe-masaran dan lembaga pendukung-nya, meliputi penyediaan bahanbaku berkualitas, pengolahan ba-sah, dan perluasan pasar produk.Nilai tambah agroindustri pisangdan ITTARA dapat ditingkatkanmelalui penyediaan bahan bakuberkualitas dan berkesinambungan,

pengolahan untuk menghasilkanproduk berkualitas, dan perluasanpasar (Supriyati dan Herlina Tarigan).

Untuk informasi lebih lanjuthubungi:

Pusat Analisis Sosial Ekonomi danKebijakan PertanianJalan A. Yani No. 70Bogor 16161Telepon : (0251) 8333964Faksimile : (0251) 8314496E-mail : [email protected]

Standar sebuah produk dan jasapelayanan yang berorientasi

pada mutu dan kepuasan penggunadilegalisasi dalam bentuk sertifikasidan akreditasi. Di Indonesia, keduahal tersebut mengacu pada StandarNasional Indonesia (SNI) yang me-rupakan bentuk aplikasi dari Inter-national Standard Organization(ISO), salah satu organisasi yang

menetapkan sistem standar mutuyang berlaku secara internasional.

Dalam era globalisasi, produsentanaman hias dituntut untuk meng-hasilkan produk berkualitas prima,yaitu produk yang sehat tanpacacat. Mengantisipasi tantanganpeningkatan kualitas sistem mana-jemen dan kompetensi teknis, BalaiPenelitian Tanaman Hias (Balithi)

menerapkan sistem manajemenberbasis kompetensi pada Labora-torium Pengujian Tanaman Hias.Laboratorium ini berkompetensidalam pengujian BUSS tanamankrisan dan analisis kandungan virus,dan telah mendapatkan akreditasioleh KAN atas nama Dewan Stan-dardisasi Nasional (DSN) berda-sarkan usul dari Komite AkreditasiInstansi Terkait (KAIT) pada tanggal23 November 2005 (SNI 17025-2000) dan dinyatakan kembali se-suai dengan SNI 17025-2005 padatanggal 15 Januari 2007. Dengandisandangnya predikat terakre-ditasi, Laboratorium Pengujian Ta-naman Hias Balithi terlegalisasisistem mutunya untuk menerbitkansertifikat hasil uji/laporan pengujian.

Virus dan Viroid Krisan

Krisan merupakan salah satu bungapotong yang permintaannya terusmeningkat. Luas areal pertanamankrisan setiap tahun tidak kurangdari 100 ha. Keperluan bibit berupasetek berakar dengan tiga kali ta-nam per tahun mencapai 200 jutasetek.

Produsen benih umumnyamengimpor benih dari luar negeriuntuk diperbanyak selama bebe-rapa generasi. Setelah vigornyamenurun, produsen benih mengim-por lagi tanaman induk yang sehat.Kebutuhan benih yang terus me-ningkat menuntut penyediaan be-

Manfaatkan Laboratorium Uji VirusTanaman Krisan Terakreditasi

Balai Penelitian Tanaman Hias memiliki laboratorium uji virus yangterakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), Badan

Standardisasi Nasional (BSN). Dengan menyandang status terakreditasi,laboratorium ini siap melayani permintaan pengujian deteksi virus dan

viroid pada tanaman krisan.

Malformasi bentuk bunga krisan (kiri) dan pertumbuhan tanaman yang terhambatakibat serangan virus (kanan).

Administrator
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 4 2008