MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa...

18
FACTUM Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016 247 MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI METODE BRAINSTORMING Oleh : Nurul Fajri,Yani Kusmasni, Murdiyah Winarti 1 ABSTRAK Penelitian ini berkaitan dengan penerapan metode Brainstorming. Kegiatan penelitian berupa upaya meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran sejarah melalui metode Brainstorming yang merupakan Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IIS 4 SMA Kartika XIX1. Keterampilan pemecahan masalah siswa yang rendah terlihat ketika siswa kurang dapat menentukan poin-poin inti dari apa yang menjadi topik permasalahan. Sebagian besar siswa kurang berkontribusi dalam kelompok untuk menjawab permasalahan yang diberikan oleh guru, kurang maksimalnya penggunaan sumber infromasi, terbatasnya analisis jawaban yang diberikan oleh siswa, serta siswa sulit menjawab dengan tepat permasalahan yang diberikan oleh guru. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan desain dari Kemmis dan Taggart melalui 4 siklus tindakan. Desain model ini memiliki beberapa tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan diakhiri dengan refleksi. Selain itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan Lembar Kerja Siswa. Berdasarkan pada penelitian ini, penerapan metode pembelajaran Brainstroming dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran sejarah dengan peningkatan presentase di setiap siklusnya. Namun, terdapat beberapa kendala selama dilaksanakannya peneltian terutama terbatasnya sumber informasi yang digunakan oleh siswa selama pembelajaran di kelas. Kata Kunci: Keterampilan Pemecahan Masalah, Metode Brainstorming, Permasalahan, Penelitian Tindakan Kelas ABSTRACT This research deals with the application of Brainstorming method. The research activity is an effort to improve the skills of students` Problem Solving in Learning History through Brainstorming Method. This research is an Class Action Research in Class XI IIS 4 Kartika XIX-1Senior High School. The skills of students`problem solving that are low can be seen when the students get some trouble to define the key points of the topic matter. Most of the students in the group are less contributing to answer the problem given by the teacher, less maximum in the use of sources of information, limited analysis of the answers given by the students, and the students are difficult to answer precisely the problem given by the teacher. Because of that, the writer is trying to do research with the goal of improving the skills of the students' problem solving. The research method used is classroom action research by using the design of Kemmis and Taggar that has four cycles. The design of this model has several stages, namely planning, action, observation, and ends with reflection. In addition, data

Transcript of MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa...

Page 1: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

247

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI METODE

BRAINSTORMING

Oleh :

Nurul Fajri,Yani Kusmasni, Murdiyah Winarti1

ABSTRAK

Penelitian ini berkaitan dengan penerapan metode Brainstorming. Kegiatan penelitian

berupa upaya meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran

sejarah melalui metode Brainstorming yang merupakan Penelitian Tindakan Kelas di

Kelas XI IIS 4 SMA Kartika XIX–1. Keterampilan pemecahan masalah siswa yang

rendah terlihat ketika siswa kurang dapat menentukan poin-poin inti dari apa yang

menjadi topik permasalahan. Sebagian besar siswa kurang berkontribusi dalam kelompok

untuk menjawab permasalahan yang diberikan oleh guru, kurang maksimalnya

penggunaan sumber infromasi, terbatasnya analisis jawaban yang diberikan oleh siswa,

serta siswa sulit menjawab dengan tepat permasalahan yang diberikan oleh guru. Adapun

metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan

menggunakan desain dari Kemmis dan Taggart melalui 4 siklus tindakan. Desain model

ini memiliki beberapa tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan diakhiri

dengan refleksi. Selain itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan

adalah catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan Lembar Kerja

Siswa. Berdasarkan pada penelitian ini, penerapan metode pembelajaran Brainstroming

dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran sejarah

dengan peningkatan presentase di setiap siklusnya. Namun, terdapat beberapa kendala

selama dilaksanakannya peneltian terutama terbatasnya sumber informasi yang

digunakan oleh siswa selama pembelajaran di kelas.

Kata Kunci: Keterampilan Pemecahan Masalah, Metode Brainstorming, Permasalahan,

Penelitian Tindakan Kelas

ABSTRACT

This research deals with the application of Brainstorming method. The research

activity is an effort to improve the skills of students` Problem Solving in Learning

History through Brainstorming Method. This research is an Class Action

Research in Class XI IIS 4 Kartika XIX-1Senior High School. The skills of

students`problem solving that are low can be seen when the students get some

trouble to define the key points of the topic matter. Most of the students in the

group are less contributing to answer the problem given by the teacher, less

maximum in the use of sources of information, limited analysis of the answers

given by the students, and the students are difficult to answer precisely the

problem given by the teacher. Because of that, the writer is trying to do research

with the goal of improving the skills of the students' problem solving. The

research method used is classroom action research by using the design of Kemmis

and Taggar that has four cycles. The design of this model has several stages,

namely planning, action, observation, and ends with reflection. In addition, data

Page 2: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

248

collection techniques are observation, interview and study of documentation.

While the data collection tool used were field notes, observation guidelines,

interview guides, and Student Worksheet. Based on this research, the application

of Brainstorming learning methods can improve the skills of students' problem

solving in the learning of history with the raising of percentage in each cycle.

However, there are several obstacles during the implementation of the research

especially the limited resources that are used by students during the learning in

the classroom.

Keyword: Problem Solving Skill, Brainstorming Method, Problem, Classroom

Action Research

PENDAHULUAN

Terdapat tiga isu yang

menjadi perhatian dalam konteks

peningkatan kualitas pendidikan,

yaitu kurikulum, peningkatan kualitas

pembelajaran, dan efektifitas metode

pembelajaran. Banyaknya

permasalahan pendidikan yang

muncul menjadi pekerjaan rumah

bagi pemerintah dan tenaga pendidik,

termasuk permasalahan bagaimana

mengembangkan potensi dan

keterampilan siswa.

Kenyataan, peneliti

menemukan beberapa permasalahan

siswadalam pembelajaran sejarah.Hal

ini sesuai dengan temuan peneliti

dalam observasi di kelas XI IIS 4

SMA Kartika XIX-1 Bandung.

Berdasarkan pengamatan yang telah

dilakukan, lebih jauh peneliti

menjelaskan beberapa permasalahan

yang menjadi kekurangan siswa, yaitu

sebagai berikut: Pertama, Siswa

kurang terampilmemahami inti topik

permasalahan. Kedua, siswa kesulitan

memberikan beragam jawaban untuk

permasalahan yang diberikan oleh

guru. Ketiga, siswa kurang terampil

dalam menggunakan berbagai sudut

pandang serta sumber informasi

dalam menjawab permasalahan yang

diberikan oleh guru. Keempat, siswa

kurang terampil menentukan jawaban

paling tepat untuk memecahakan

permasalahan yang diberikan oleh

guru. Setelah berakhirnya proses

diskusi, terdapat beberapa alternatif

jawaban yang dapat dipilih siswa

untuk memecahkan permasalahan

yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan permasalahan tersebut,

peneliti melihat bahwa siswa di kelas

XI IIS 4 kurang memiliki

keterampilan pemecahan masalah.

Page 3: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

249

Keterampilan pemecahan

masalah ini sangatlah bermanfaat

untuk membuat diri siswa lebih aktif

dan kreatif dalam berpikir. Dalam

keterampilan pemecahan masalah,

siswa dituntut untuk menggunakan

pengetahuan, kemampuan dan

pemahamannya untuk menemukan

solusi dari suatu masalah. Kasendra

(2012, hlm. 63) mendefinisikan

“pemecahan masalah sebagai proses

kognitif tingkat tinggi yang

memerlukan modulasi dan kontrol

lebih dari keterampilan-keterempilan

lainnya”. Chang dan Kelly (1998,

hlm. 5) menambahan bahwa

keterampilan ini dimulai dengan guru

memunculkan satu permasalahan

yang meluas dan memungkinkan

siswa menemukan berbagai solusi,

hingga pada akhirnya siswa

menyusutkannya menjadi solusi kunci

dari permasalahan yang diberikan

guru dalam pembelajaran sejarah.

Dari permasalahan tersebut,

harus dicari solusi agar siswa mampu

untuk memecahkan masalah dengan

tepat, baik melalui pemilihan media

pembelajaran ataupun pengembangan

sebuah metode pembelajaran. Banyak

metode pembelajaran yang

menjadikan sebuah permasalahan

sebagai media bantu dalam

pembelajaran. Permasalahan tersebut

dikembangkan oleh guru untuk

meningkatkan keterampilan

pemecahan masalah siswa, satu

diantaranya adalah metode

Brainstorming. Metode

Brainstorming pertama kali

dikenalkan oleh Alex Osborn dalam

bukunya yang berjudul Applied

Imaginationdi tahun 1957. Metode ini

merupakanmetode mengajar yang

diterapkan oleh guru dengan cara

melontarkan suatu permasalahan

kepada siswa, kemudian dilanjutkan

dengan siswa menjawab

permasalahan tersebut secara

bergiliran. Alex Osborn (dalam

Johansson, 2004, hlm. 146)

menyebutkan dalam bukunya, bahwa

Brainstorming sebagai sebuah metode

bagi kelompok-kelompok yang

sedang memecahkan masalah. Osborn

juga mengemukakan bahwa

penggunaan istilah Brainstroming

mengacu pada proses untuk

menghasilkan ide-ide baru atau proses

untuk memecahkan masalah.Adapun

tujuan dari Brainstorming

dikemukakan Roestiyah (2008, hlm.

73) bahwa “untuk menguras habis apa

yang dipikirkan para siswa dalam

Page 4: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

250

menanggapi masalah yang

dilontarkan guru ke kelas”.

Tujuan diadakannya penelitian

ini adalah untuk memperoleh

gambaran mengenai perencanaan,

mengkaji pelaksanaan, dan

merefleksikan penerapan metode

Brainstorming untuk meningkatkan

keterampilan pemecahan masalah

siswa dalam pembelajaran sejarah di

SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4.

Tidak hanya itu, penelitian ini

memiliki manfaat untuk

meningkatkan keterampilan

pemecahan masalah siswadan sebagai

alternatif metode pembelajaran yang

dapat dipilih oleh guru dalam

pemebalajaran sejarah.

METODE PENELITIAN

Pemilihan metode yang tepat

akan sangat membantu keberhasilan

suatu penelitian, karena hal ini akan

menentukan langkah-langkah serta

arah tujuan penelitian. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

metode Penelitian Tindakan

Kelas.Menurut Hopkins (dalam

Hasan, 2011, hlm. 72) mengartikan

bahwa “penelitian tindakan kelas

merupakan kegiatan yang dilakukan

guru untuk meningkatkan kualitas

mengajarnya, kualitas mengajar

teman sejawat atau menguji teori-

teori pendidikan dalam prakteknya di

kelas”.Pemilihan penelitian tindakan

sebagai metode penelitian didasari

oleh beberapa pertimbangan, yaitu:

Pertama, PTK mampu menjembatani

antara teori dengan praktek; Kedua,

PTK bertujuan untuk meningkatkan

mutu sebuah pembelajar; Ketiga,

permasalahan yang diteliti merupakan

masalah yang benar-benar ditemukan,

dihadapi, dan dirasakan langsung oleh

peneliti.

Keterampilan pemecahan

masalah yang dikembangkan melalui

metode Brainstorming oleh peneliti

harus terencana, terlaksana, teramati,

serta memberi gambaran kondisi dari

keseluruhan siswa. Dengan demikian,

peneliti memerlukan desain penelitian

yang sesuai dengan kebutuhan

peneliti. Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

Model Kemmis dan McTaggart.

Wiriaatmadja (2007, hlm. 66)

berpendapat bahwa terdapat empat

tahapan penelitian pada model

Kemmis dan Mc Taggart, yaitu

perencanaan (planning), pelaksanaan

(acting), pengamatan (observing), dan

refleksi (reflecting).

Page 5: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

251

Gambar 1.

Desain Penelitian Model Kemmis dan McTaggart

(Sumber : Wiriaatmadja, 2007, hlm. 66)

Desain ini menggambarkan

sebuah runtutan aktivitas yang jelas

dan sistematis. Pada tahap

perencanaan, peneliti membuat

perencanaan tindakan, baik materi,

pola pembelajaran, hingga standar

ketercapaian yang diinginkan. Hal ini

menjadi patokan rencana dalam setiap

kegiatan. Mengingat komponen

penting dalam metode Brainstorming

adalah adanya topik permasalahan,

perlu adanya suatu persiapan untuk

menyajikan topik yang sesuai dengan

materi serta memungkinkan siswa

dapat memahami permasalahan

dengan mudah namun dapat

mengaktifkannya untuk mencari

jawaban atas permasalahan yang

diajukan.

Tahap selanjutnya adalah

tahap pelaksanaan tindakan, dimana

implementasi dari metode

Brainstorming dalam pembelajaran.

Tindakan dilakukan sesuai dengan

perencanaan. Pada saat yang

bersamaan, tahap pengamatan

dilakukan selama tahap pelaksanaan

tindakan. Tahapan ini merupakan

proses dimana peneliti melihat,

mengawasi, dan menilai jalannya

kegiatan pembelajaran sesuai dengan

perencanaan yang dibuat sebelumnya.

Tahap terahir adalah tahap

refleksi, dimana peneliti memberian

gambaran keseluruhan dari

pembelajaran yang telah dilakukan.

Menentukan ketercapaian, kendala,

hingga membuat rekomendasi untuk

Page 6: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

252

perencanaan tindakan pada siklus

berikutnya.

Dalam penelitian ini, peneliti

merupakan instrumen penting yang

berusaha mengungkapkan data secara

mendalam dengan mengunakan

beberapa teknik pengumpulan data

lain. Tidak hanya itu, peneliti juga

menggunakan pendekatan personal

melalui kontak langsung dengan

pihak-pihak di lokasi penelitian,

dengan demikian diharapkanpeneliti

lebih leluasa mencari informasi dan

mendapatkan data yang lebih

terperinci tentang berbagai hal

yangdiperlukan untuk kepentingan

penelitian.

Dalam pelaksanaan penelitian

ini, peneliti membutuhkan teknik dan

alat pengumpul data untuk

memperoleh data-data empiris yang

dapat dipergunakan untuk mencapai

tujuan penelitian. Teknik

pengumpulan data yang akan

digunakan adalah observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi.

Setelah menentukan teknik

pengumpulan data, langkah

selanjutnya yaitu peneliti menentukan

alat atau instrumen yang akan

digunakan untuk memperoleh data.

Di dalam penelitian ini, peneliti akan

menggunakan instrumen penelitian

berupapedoman observasi, pedoman

wawancara, catatan lapangan, dan

lembar kerja siswa.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Peneliti melakukan

perencanaan pembelajaran

menggunakan metode Brainstorming

bersama dengan guru sejarah sebagai

kolabolator dalam penelitian ini.

Perencanaan dilakukan berdasarkan

beberapa hal, yaitu hasil temuan di

kelas selama peneliti melakukan

observasi pra-penelitian, karakteristik

siswa, dan materi pelajaran sejarah

yang akan dipelajari. Adapun secara

rinci langkah-langkah yang telah

dilakukan oleh peneliti yaitudiawali

dengan membuat kesepakatan dengan

guru mitra terkait dengan penentuan

waktu pelaksanaan tindakan.

Selanjutnya peneliti berdiskusi

dengan dosen pembimbing mengenai

kelengkapan yang akan digunakan

dalam penelitian, yaitu Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

media serta alat evaluasi

pembelajaran. Materi yang akan

diajarkan pada setiap siklusnya. Tidak

hanya itu, peleiti harus

Page 7: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

253

mempersiapkan instrumen yang

dipakai dalam tindakan. Instrumen

yang digunakan ialah lembar

observasi, catatan lapangan, rubrik

penilaian serta pedoman wawancara.

Lembar observasi serta catatan

lapangan digunakan untuk melihat

efektifitas penerapan metode

pembelajaran Brainstorming sebagai

upaya meningkatkan keterampilan

pemecahan masalah siswa dalam

pembelajaran sejarah. Sementara

rubrik penilaian keterampilan

pemecahan masalah digunakan untuk

mengukur peningkatan keterampilan

pemecahan masalahsiswa dalam

pembelajaran sejarah.Pedoman

wawancara digunakan untuk melihat

kondisi awal siswa sebelum

diterapkannya metodepembelajaran

Brainstorming. Dalam tahap

perencanaan ini, peneliti melakukan

diskusi dengan guru mitra dan dua

rekan peneliti yang bertindak sebagai

observer yang bertugas untuk

mengamati penerapan metode

pembelajaran Brainstorming,

aktivitas siswa dalam kelas, serta

aktivitas guru model.

Merujuk pada desain

penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini ialah desain Kemmis &

McTaggart, dimana dalam suatu

siklus dimungkinkan terjadi hanya

satu tindakan. Peneliti merancang

penelitian dengan empat siklus

dimana setiap siklus terdiri dari

masing-masing satu tindakan.

Selanjutnya, penggunaaan

Brainstorming sebagai metode

pembelajaran untuk membantu setiap

kelompok untuk menghasilkan

beragam ide dan alternatif untuk

menyelesaikan masalah. Metode

Brainstorming terbagi pada enam

kegiatan yaitu identifikasi

permasalahan, analisa sumber,

membuat hipotesis, pengolahan

informasi, mengungkapkan pendapat

di depan kelas, dan pemilihan

jawaban terbaik sebagai solusi

pemecahan masalah di setiap

siklusnya.

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

dilaksanakan pada hari rabu, 2

September 2015 di jam pelajaran

kedua dan ketiga tepatnya pukul

07.30 sampai dengan pukul 09.00.

Materi yang dipelajari pada tindakan

siklus pertama ialah mengenai

pemikiran dan peristiwa-peristiwa

pentingdi Eropa yang difokuskan

kepada “Kolonialisme dan

Imperialisme" yang disesuaikan

Page 8: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

254

dengan Kompetensi Dasar 3.3 dalam

Kurikulum 2013, yaitu Menganalisis

keterkaitan antara pemikiran dan

peristiwa-peristiwa penting di Eropa

antara lain: Merkantilisme,

Renaissance, Reformasi Gereja,

Revolusi Industri dan pengaruhnya

bagi kehidupan bangsa Indonesia dan

bangsa lain di dunia pada masa itu

dan masa kini. Meskipun

Kolonialisme dan Imperialisme Barat

tidak menjadi topik utama dalam

Kompetensi Dasar tersebut, namun

topik ini menjadi pengantar pada

topik-topik selanjutnya.

Tindakan siklus kedua

dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal

9 September 2015. Peneliti bersama

guru mitra dan rekan observer sudah

bersiap memasuki ruangan kelas tepat

pukul 07.30. Materi yang dipelajari

pada tindakan siklus kedua ialah

mengenai pemikiran dan peristiwa-

peristiwa penting di Eropa yang

difokuskan kepada “Merkantilisme"

yang disesuaikan dengan Kompetensi

Dasar 3.3 dalam Kurikulum 2013,

yaitu Menganalisis keterkaitan antara

pemikiran dan peristiwa-peristiwa

penting di Eropa antara lain:

Merkantilisme, Renaissance,

Reformasi Gereja, Revolusi Industri

dan pengaruhnya bagi kehidupan

bangsa Indonesia dan bangsa lain di

dunia pada masa itu dan masa kini.

Tindakan siklus ketiga

dilaksanakan pada hari rabu, tanggal

11 November 2015. Peneliti bersama

guru mitra dan rekan observer sudah

bersiap memasuki ruangan kelas tepat

pukul 07.30. Materi yang dipelajari

pada tindakan siklus ketiga ialah

mengenai pemikiran dan peristiwa-

peristiwa penting di Eropa yang

difokuskan kepada “Reformasi

Gereja" yang disesuaikan dengan

Kompetensi Dasar 3.3 dalam

Kurikulum 2013, yaitu Menganalisis

keterkaitan antara pemikiran dan

peristiwa-peristiwa penting di Eropa

antara lain: Merkantilisme,

Renaissance, Reformasi Gereja,

Revolusi Industri dan pengaruhnya

bagi kehidupan bangsa Indonesia dan

bangsa lain di dunia pada masa itu

dan masa kini.

Tindakan siklus keempat

dilaksanakan pada hari rabu, tanggal

18 November 2015.Peneliti bersama

guru mitra dan rekan observer sudah

bersiap memasuki ruangan kelas tepat

pukul 07.30. Materi yang dipelajari

pada tindakan siklus keempat ialah

mengenai pemikiran dan peristiwa-

Page 9: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

255

peristiwa penting di Eropa yang

difokuskan kepada “Revolusi

Industri"yang disesuaikan dengan

Kompetensi Dasar 3.3 dalam

Kurikulum 2013, yaitu Menganalisis

keterkaitan antara pemikiran dan

peristiwa-peristiwa penting di Eropa

antara lain: Merkantilisme,

Renaissance, Reformasi Gereja,

Revolusi Industri dan pengaruhnya

bagi kehidupan bangsa Indonesia dan

bangsa lain di dunia pada masa itu

dan masa kini.

Dalam hal ini, peneliti

menggambarkan bagaimana

perkembangan siswa dalam

mengikuti pembelajaran sejarah

dengan penerapan metode

Brainstorming. Adapun pengamatan

terhadap hal ini mencakup aktivitas

ideal siswa dalam mengikuti

pembelajaran menggunakan metode

Brainstorming. Pengamatan ini

meliputi bagaimana siswa dapat

mengikuti semua tahapan

pembelajaran menggunakan metode

Brainstorming. Berikut adalah hasil

analisis di setiap siklusnya:

Tabel 1. Presentase Keberhasilan Penerapan Metode Brainstormingdalam

Pembelajaran Sejarah

Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV

Skor % Skor % Skor % Skor %

Kelompok 1 10 56 14 77 15 83 16 88

Kelompok 2 11 61 13 72 15 83 17 94

Kelompok 3 9 50 10 56 13 72 14 77

Kelompok 4 10 56 10 56 13 72 15 83

Kelompok 5 8 44 9 50 13 72 14 77

Rata-rata 53,4 62,2 76,4 83,8

Berdasarkan hasil penelitian,

presentase rata-rata pada tindakan

siklus I adalah sebesar 53,4 %,

tindakan siklus II sebesar 62,2 %,

tindakan siklus III sebesar 76,4 %,

dan pada tindakan siklus IV sebesar

Page 10: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

256

83,8 %. Peningkatan presentase setiap

siklusnya cukup signifikan. Siklus I

ke II mengalami kenaikan 8,8 %,

siklus II ke III mengalami kenaikan

14,2 %, siklus III ke IV mengalami

kenaikan sebesar 7,4 %. Penerapan

metode Brainstormingdi Kelas XI IIS

4 SMA Kartika XIX-1 dapat

dikatakan berhasil dengan presentase

tertinggi dengan angka 83,8%.

Dengan kata lain, lebih dari separuh

siswa di kelas XI IIS 4mampu

mengikuti pembelajaran sejarah

menggunakan metode Brainstorming.

Pada tahap selanjutnya,

peneliti menguraikan mengenai hasil

pengolahan data yang didapatkan

melalui pelaksanaan empat tindakan

siklus penelitian.

Gambar 2. Diagram Peningkatan Presentase Keterampilan Pemecahan

Masalah Siswa dari Siklus I hingga IV

Berdasarkan hasil penelitian,

presentaseketerampilan pemecahan

masalah siswasecara keseluruhan

hanya berada di angka 39 %pada

tindakan siklus I.Ini menunjukan

masih lemahnya keterampilan

pemecahan masalah yang dimiliki

oleh siswa di kelas XI IIS 4.Namun,

pada tindakan siklus II berada di

presentaseketerampilan pemecahan

masalah siswasecara keseluruhan

meningkat pada angka 53 %.

Kenaikan presentase keterampilan

pemecahan masalah siswasecara

keseluruhan ini terus berlanjut pada

tindakan siklus III dan IV. Pada

tindakan III dan IV masing-masing

berada di angka 63 % dan 70 %.

Peneliti memperinci penelitian

berdasarkan perkembangan indikator

fokus penelitian di setiap siklusnya.

Terdapat 5 indikator dalam

39%53.00%

63%70%

0%

20%

40%

60%

80%

Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV

Presentase Pencapaian Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah

Presentase PencapaianIndikator KeterampilanPemecahan Masalah

Page 11: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

257

keterampilan pemecahan masalah dan

penelitian ini dilakukan dalam 4

siklus tindakan. Kelima indikator

tersebut yaitu; Pertama, Identifikasi

masalah; Kedua, Penggunaan sumber

informasi; Ketiga, Pernyusunan

alternatif jawaban; Keempat,

Memberikan beragam sudut pandang

(multidisipliner) dalam memecahkan

permasalahan; dan Kelima,

Memberikan kesimpulan dengan

memilih satu jawaban terbaik.

Adapun untuk lebih jelasnya terdapat

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2. Presentase Penilaian Setiap Indikator Keterampilan Pemecahan

Masalah Siswa dalam Pembelajaran Sejarah

Siklus

Indikator

I II III IV

Skor % Skor % Skor % Skor %

I 9 45 10 50 11 55 12 60

II 7 35 12 60 17 85 20 100

III 8 40 10 50 11 55 12 60

IV 5 25 8 40 10 50 10 50

V 10 50 13 65 14 70 16 80

Keterangan :

% = Skor x 100%

20<--------------- Skor Maksimal Indikator

Indikator I, yaitu identifikasi

masalah, pada tindakan siklus I

mendapatkan 9 dengan presentase

sebesar 45 %. Kenaikan terjadi pada

tindakan siklus II yaitu di skor 10

dengan presentase sebesar 50 %. Pada

tindakan siklus III terjadi kembali

peningkatan yaitu di skor 11 dengan

presentase sebesar 55 %. Pada

tindakan IV terjadi peningkatan pada

skor 12 dengan presentase 60 %.

Indikator II, yaitu penggunaan

sumber informasi, pada tindakan

siklus I mendapatkan 7 dengan

presentase sebesar 35 %. Kenaikan

terjadi pada tindakan siklus II yaitu di

skor 12 dengan presentase sebesar 60

%. Pada tindakan siklus III terjadi

kembali peningkatan yaitu di skor 17

dengan presentase sebesar 85 %.

Tidak hanya itu, tindakan IV terjadi

peningkatan hingga di skor 20 dengan

presentase sebesar 100 %.

Page 12: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

258

Indikator III, yaitu

penggunaan sumber informasi, pada

tindakan siklus I mendapatkan 8

dengan presentase sebesar 40 %.

Kenaikan terjadi pada tindakan siklus

II yaitu di skor 10 dengan presentase

sebesar 50 %. Pada tindakan siklus III

terjadi kembali peningkatan yaitu di

skor 11 dengan presentase sebesar 55

%. Pada tindakan IV didapati kembali

peningkatan pada skor 12 dengan

presentase yang 60 %.

Indikator IV, yaitu

memberikan beragam sudut pandang

(multidisipliner) dalam memecahkan

permasalahan, pada tindakan siklus I

mendapatkan 5 dengan presentase

sebesar 25 %. Kenaikan terjadi pada

tindakan siklus II yaitu di skor 8

dengan presentase sebesar 40 %. Pada

tindakan siklus III terjadi kembali

peningkatan yaitu di skor 10 dengan

presentase sebesar 50 %. Namun,

pada tindakan IV tidak terjadi

peningkatan atau masih pada skor 10

dengan presentase yang sama.

Indikator V, yaitu memberikan

kesimpulan, pada tindakan siklus I

mendapatkan 10 dengan presentase

sebesar 50 %. Kenaikan terjadi pada

tindakan siklus II yaitu di skor 13

dengan presentase sebesar 65 %. Pada

tindakan siklus III terjadi kembali

peningkatan yaitu di skor 14 dengan

presentase sebesar 70 %. Tidak hanya

itu, tindakan IV terjadi peningkatan

hingga di skor 16 dengan presentase

sebesar 80 %.

Gambar 3. Diagram Peningkatan Presentase Penilaian Setiap Indikator

Keterampialan Pemecahan Masalah Siswa

0

20

40

60

80

100

Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV

Indikator I

Indikator II

Indikator III

Indikator IV

Indikator V

Page 13: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

259

Dari kelima indikator, hampir

keseluruhan mengalami peningkatan

disetiap siklusnya. Indikator II dan V

mengalami peningkatan signifikan

dibandingkan dengan indikator

lainnya. Bukan hanya itu, Indikator II

bahkan mencapai presentase penilaian

maksimal.

Peneliti tentunya menemukan

kendala dalam penerapan metode

pembelajaran Brainstorming

dalampembelajaran sejarah. Oleh

karena itu, peneliti melakukan upaya-

upaya untuk mengatasi kendala

tersebut. Pada tindakan siklus

pertama, kendala yang dihadapi

antara lain; Pertama, masih terdapat

beberapa kelompok siswa yang salah

dalam hal pengerjaan LKS. Untuk

mengatasi kendala tersebut, guru

lebih jelas dalam mengintruksikan

langkah-langkah pengerjaan tugas

LKS; Kedua, ketika dilaksanakannya

diskusi kelompok, hampir seluruh

siswa hanya mengandalkan sumber

internet sebagai sumber referensi

utama.Untuk mengatasi permasalahan

ini, guru mengarahkan siswa untuk

mencari lebih banyak infromasi baik

dari buku paket atau sumber internet;

Ketiga, Terdapat beberapa siswa yang

kurang berpartisipasi aktif.Untuk

mengatasi kendala tersebut, sebaiknya

guru mengingatkan siswa untuk

melakukan kerjasama didalam diskusi

kelompok; Keempat, hampir semua

kelompok merasa kebingungan

dengan lembar jawaban, terutama

pada kolom bernomer 1, 2, 3 dan 4.

Untuk mengatasi masalah ini, guru

memberikan penjelasan cara

pengisian pada lembar jawab dengan

lebih rinci; Kelima, semua kelompok

kebingungan bagaimana fungsi

penggunaan sudut pandang geografi,

ekonomi, sosial, politik dalam

membantu mereka untuk menjawab

permasalahan yang diberikan. Untuk

mengatasi masalah ini, guru

mencontohkan bagaimana fungsi atau

posisi sudut pandang tersebut dalam

menjawab permasalanan yang

diberikan.

Dalam siklus kedua, peneliti

menemukan kendala yang tidak jauh

berbeda dengan siklus pertama, antara

lain yakni; Pertama, sumber

informasi yang digunakan oleh siswa

untuk menjawab permasalahan di

LKS masih tetap terpaku pada satu

sumber informasi, yaitu sumber

internet.Untuk mengatasi hal ini, guru

mengarahkan siswa untuk membuka

buku paket sekaligus internet untuk

Page 14: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

260

memperkaya informasi. Adapun

upaya lain yang dapat dilakukan guru

adalah menginstruksikan siswa untuk

mempersiapkan buku sumber di luar

buku paket yang berkaitan dengan

materi ajar untuk dijadikan bahan

referensi dalam mengerjakan tugas

LKS mereka; Kedua, siswa hanya

memindahkan tulisan yang ada pada

sumber internet sebagai jawaban

miliknya. Untuk mengatasi kendala

ini, guru mengarahkan siswa untuk

membaca informasi secara utuh,

mengolah informasi tersebut sehingga

dapat menuliskan jawaban dengan

kalimat sendiri.

Pada siklus ketiga, kendala

yang ditemui peneliti berkurang.

Kendala yang dihadapi pada tindakan

siklus ketiga antara lain; Pertama,

kemampuan siswa dalam memberikan

sudut pandang dalam memecahkan

masalah. Usaha yang dapat dilakukan

guru adalah dengan mengintruksikan

siswa untuk membawa berbagai

macam sumber informasi yang

berkaitan dengan materi pembelajaran

selanjutnya. Sehingga siswa dapat

memiliki beragam sudut pandang

dalam menjawab permasalahan yang

diberikan oleh guru. Guru dapat

merekomendasikan siswa untuk

mencari sumber informasi tersebut di

perpustakaan sekolah. Kemampuan

tersebut harus ditingkatkan karena

menjadi indikator keempat dari

indikator keterampilan pemecahan

masalah.

Pada siklus keempat, peneliti

menemukan beberapa kendala yang

dihadapi antara lain; Pertama,

beberapa kelomopok kurang

memaksimalkan sumber informasi

yang dimiliki. Upaya yang dapat

dilakukan dengan mendatangi setiap

kelompok untuk mengontrol setiap

aktivitas dan sumber apa saja yang

digunakan oleh masing-masing

kelompok; Kedua, alokasi waktu

berdiskusi terlalu banyak, terlihat

beberapa kelompok telah

menyelesaikan pekerjaannya dan

memilih untuk mengobrol dengan

teman sekelompoknya, sehingga

mengganggu kelompok lain yang

belum selesai. Untuk mengatasi hal

tersebut, guru harus lebih memikirkan

kembali alokasi waktu untuk diskusi

kelompok yang mungkin dapat

digunakan untuk menambah alokasi

waktu presentasi.

Setelah melihat hasil tindakan

dan kendala serta upaya yang

dilakukan selama pelaksanaan di

Page 15: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

261

setiap siklusnya, peneliti melakukan

analisis dengan menggunakan teori

yang berkaitan dengan pokok

pembahasan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian,

metode Brainstorming dapat

meningkatkan keterampilan

pemecahan masalah siswa dalam

pembelajaran Sejarah. Apa hubungan

metode Brainstorming dengan

peningkatan keterampilan masalah

siswa? Brainstorming sendiri

merupakan salah satu pembelajaran

aktif dengan tujuan mencari

pemecahan masalah (problem

solving). Silberman (2009, hlm. xxii)

berpendapat bahwa tujuan dari

pembelajaran aktif adalah “membantu

siswa untuk mendengarkan, melihat,

mengajukan pertanyaan tentang topik

tertentu, dan mendiskusikannya

dengan orang lain, serta yang

terpenting siswa dapat memecahkan

masalah sendiri”. Dengan

dikembangkannya metode

Brainstorming, siswa dituntut untuk

berpikir dan mengembangkan potensi

serta kreatifitasnya dalam

menghadapi permasalahan.

Tugas siswa dalam metode

pembelajaran Brainstorming adalah

mengemukakan gagasan-gagasan atau

ide baru sebanyak mungkin. Hal

tersebut sejalan dengan tujuan

diterapkannya metode Brainstorming

yang dikatakan oleh Roestiyah (2008,

hlm. 73) bahwa “tujuan penggunaan

metode ini adalah untuk menguras

habis apa yang dipikirkan para siswa

dalam menanggapi masalah yang

dilontarkan guru ke kelas”. Dengan

demikian, siswa dapat

mengembangkan keterampilan

pemecahan masalahnya secara

optimal.

Penerapan metode

Brainstorming dapat meningkatkan

keterampilan pemecahan masalah

siswa. Hal ini digambarkan melalui

hasil keempat siklus yang

menunjukan peningkatan.

Peningkatan tersebut bukan hanya

digambarkan dalam bentuk angka

saja, namun peneliti mengamati

adanya kemauan siswa dalam

mengembangkan potensi yang

dimilikinya. Peneliti menganggap

pengembangan potensi siswa ini

sangatlah diperlukan dengancara

mengasah kreatifitas dan

keterampilan siswa dalam

memecahkan masalah secara terus

menerus. Dalam penelitian ini,

peneliti mengamati beberapa

Page 16: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

262

perubahan yang ditunjukan siswa

selama aktivitas pembelajaranmelalui

penerapan metode Brainstorming,

yaitu diantaranyasiswamulai terbiasa

untuk mengidentifikasi permasalahan

yang dihadapinya. Selain itu, siswa

tidak lagi terpaku pada satu sumber

informasi untuk memecahkan setiap

permasalahan yang diberikan oleh

guru berkaitan dengan materi

pembelajaran sejarah. Perubahan

lainnya yaitu siswa terbiasa untuk

mempersiapkan beberapa jawaban

sebagai alternatif jawaban dalam

memecahkan permasalahan.Jawaban

alternatif yang dimunculkan oleh

siswa merupakan bentuk

kreativitasnya yang menunjukan

adanya suatu keterampilan dalam

memecahkan masalah. Hal lainnya

terlihat yaitu siswa terbiasa untuk

memberikan alasan yang logis dan

relevan yang mendukung jawaban

yang dimilikinya, serta melihat

permasalahan yang dihadapinya

menggunakan berbagai aspek sudut

pandang keilmuan. Perubahan terahir

yang terlihat adalah siswa mampu

untuk memilih jawaban terbaik

sebagai solusi pemecahan masalah

yang diberikan oleh guru.

Hal-hal di atas menunjukan

bahwa terjadi peningkatan

keterampilan pemecahan masalah

siswa pada pembelajaran sejarah

setelah diterapkannya metode

Brainstorming. Tidak hanya itu, siswa

kelas XI IIS 4 di SMA Kartika XIX-1

dapat mengikuti pembelajaran dengan

baik.Permasalahan yang disajikan

guru ternyata dapat mendorong siswa

untuk dapat menjawab permasalahan

dengan mencari informasi dari

berbagai sumber informasi, sehingga

hal tersebut dapat meningkatkan

keterampilan pemecahan masalah

siswa dalam pembelajaran sejarah.

SIMPULAN

Secara keseluruhan

Berdasarkan hasil Peneltiain

Tindakan Kelas yang telah

dilaksanakan di Kelas XI IIS 4 SMA

Kartika XIX-1, maka dapat ditarik

beberapa simpulan sebagai berikut:

Pertama, perencanaan penelitian

diawali dengan melakukan pra-

penelitian di kelas XI IIS 4 SMA

Kartika XIX-1 sebelum

diterapkannya metode Brainstorming.

Dalam perencanaan tindakan, peneliti

membuat kesepakatan dengan guru

mitra terkait dengan penentuan waktu

Page 17: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

263

pelaksanaan tindakan setiap

siklusnya. Tidak hanya itu,

pengkajian silabus dan pembuatan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) juga dilakukan oleh peneliti

dan guru mitra. Selanjutnya, peneliti

menyiapkan kelengkapan yang akan

digunakan dalam penelitian, yaitu

media serta alat evaluasi

pembelajaran. Hal lainnya adalah

mempersiapkan instrumen yang

digunakan dalam penelitian untuk

melihat efektifitas penerapan metode

pembelajaran Brainstorming sebagai

upaya meningkatkan keterampilan

pemecahan masalah siswa dalam

pembelajaran sejarah.

Kedua, terdapat beberapa

tahap pelaksanaan tindakan sebagai

upaya meningkatkan keterampilan

pemecahan masalah siswa melalui

penerapan metode Brainstorming

dalam pembelajaran sejarah di Kelas

XI IIS 4 SMA Kartika XIX-1. Tahap

penelitian dimulai dengan

perencanaan pembelajaran. Tahap

selanjutnya adalah pelaksanaan

sekaligus observasi tindakan di Kelas

XI IIS 4. Dalam tahapan ini, peneliti

melaksanakan empat siklus tindakan

dimana terdapat beberapa kendala

yang dihadapi selama

pelaksanaannya. Di tahap

pelaksanaan dan observasi ini,

peneliti melihat segala aktivitas siswa

selama diterapkannya metode

Brainstorming dalam pembelajaran

sejarah. Pada tahan akhir yaitu

melakukanrefleksi terhadap setiap

tindakan yang telah dilaksanakan.

Pada tahap ini, peneliti melihat

beberapa kekurangan yang harus

diperbaiki sebagai pedoman dalam

perencanaan di tahap selanjutnya.

Ketiga, berdasarkan hasil

penelitian, pembelajaran sejarah

menggunakan metode Brainstorming

untuk meningkatkan keterampilan

pemecahan masalah siswa terjadi

peningkatan di setiap siklusnya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwaadanya

peningkatan keterampilan pemecahan

masalah siswa dalam pembelajaran

sejarah melalui penerapan metode

Brainstorming. Tidak hanya itu,

terjadi beberapa perubahan pada

siswa yang dapat diamati secara

langsung setelah diterapkannya

metode Brainstorming. Hal penting

lainnya adalah siswa mampu

mengikuti pembelajaran sejarah

dengan menggunakan metode

Brainstorming dengan presentase

Page 18: MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH …jurnal.upi.edu/file/NURUL_FAJRI,_YK_MW.pdf · siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kartika XIX – 1 kelas XI IIS 4. Tidak hanya

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

264

akhir sebesar 83,3 % dari keseluruhan

tahapan pembelajaran ideal.

Meskipun demikian, peneliti tetap

menemukan beberapa kendala dalam

pembelajaran menggunakan metode

Brainstorming untuk meningkatkan

pemecahan masalah siswa. Kendala

yang dihadapi yaitu kesulitan peneliti

dalam menerapkan metode

Brainstorming yang meliputi

efesiensi waktu pembelajaran.

Kendala lainnyaadalah belum

terbiasanya siswa belajar dengan

metode Brainstorming, serta

kurangnya pemahaman siswa dalam

mengisi Lembar Kerja yang

diberikan. Kendala yang muncul lebih

kepada kurang beragamnya sumber

informasi yang dimiliki siswa.

Namun demikian, setiap kendala yang

ditemukan selalu didapatkan solusi

penyelesaiannya dengan melakukan

refleksi setiap siklus.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, R.Y. dan Kelly, P.K. (1998).

Langkah-langkah pemecahan

masalah. Jakarta: PT. Pustaka

Binaman Pressindo

Hasan, H. Dkk. (2011). Penelitian

pendidikan sejarah.Buku

Ajar.Bandung : Universitas

Pendidikan Indonesia

Johansson, F. (2004). Inovasi titik

temu. Jakarta : PT.Serambi Ilmu

Semesta

Roestiyah. (2008). Strategi belajar

mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Silberman, M. (2009). Active

learning: 101 strategi

pembelajaran aktif.Yogyakarta :

Pustaka Insan Madani

Wiriaatmadja, R. (2007). Metode

penelitian tindakan kelas.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Kasendra, D. (2012). “Penerapan

model pembelajaran problem

based learning untuk

meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa pada

mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan: penelitian

tindakan kelas di SMA Negeri 3

Bandung”. (Skripsi). Fakultas

Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial.Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung