Menggugat Hari Kesaktian PANCASILA -...

13
1 Menggugat Hari Kesaktian PANCASILARoeslan: Dengan sikap yang mendua ini. saya menilai bahwa Jokowi bukanlah Seorang pemimpin yang dapat dijadikan sebagai panutan, yang satunya kata-kata dan perbuatan. Nesare: presiden yang seperti apa yang bung inginkan yang ada di Indonesia? Saya menangkap pesan bung yang kelihatan ingin melihat presiden yang langsung yg mengatakan iya thd Pancasila 1 juni, tidak kpd Pancasila 1 oktober. Begitu juga dari tulisan2 bung yang lain2 yang menginginkan NKRI seperti ini dan itu. Bung tidak melihat menginginkan NKRI begini dan begitu itu tantangannya banyak. Bung Karno pun jatuh krn dihajar habis2an. Saya pernah diskusi dengan yohanes sulaiman muridnya bill liddle dari ohio state columbus dalam membela bung karno krn dikatakan bung karno goblok dalam menata ekonomi Indonesia. Sebetulnya bukan begitu ceritanya. Sejarah yg saya pahami adalah bung karno dikepung habis2an. Ini yg persis dikatakan oleh pak pram: “kita dikepung”. Nah ketika seseorang tidak mampu melihat gambaran luasnya dan hanya berkutak katik dalam hal yang kecil, dia akan terperangkap dalam metaphora yg penuh dengan gambar2 imaginasi. Begitu juga ketika para pemuda yang menurunkan bung karno itu tidak mampu melihat gambar besarnya shg yel yel tritura dan bung karno komunis dikumandangkan oleh militer. Roeslan: Lain halnya dengan almarhum Gus Dur, Gus Dur adalah seorang pejuang nasional, yang berani mengorbankan kepentingan diri beliau demi kepentingan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Gus Dur berani memecat Jendral militer fasis Wiranto pedukung paling setia terhadap jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto dari kedudukannya sebagai penguasa tertinggi TNI (KSAD) . Gus Dur berani menuntut penghapusan Tap MPRS XXV/1966, Gus Dur berani melenyapkan upacara sumpah setia didepan tugu Kesaktian Pancasila; tanpa takut pada dampaknya yang bisa menyebabkan pengulingan beliau sebagai Presiden NKRI. Penomena Gus Dur inilah yang kini tealah mempunyai andil besar untuk membuka mata masyarakat kita untuk melihat kebohongan, dan pengkhianatan rezim Orde baru terhadap Proklamasi Kemerdekaan nasional kita. Nesare: hasilnya apa? Gus dur jatuh! Apakah ini yang ingin bung lihat utk presiden, pemimpin2 indonesia nantinya? Kalau iya, artinya NKRI yang ingin bung lihat di jaman bung Karno itu saya yakin tidak akan terjadi. Kenapa? Karena bung tidak mau melihat taktis dalam menjalankan roda pemerintahan. Bung hanya mau melihat hasilnya. Sedangkan hasil2 yang bung lihat: gus dur memecat wiranto, keinginan gus dur mencabut tap MPRS XXV, gus dur tidak merayakan pancasil 1 oktober dst. Hasil2 ini ada korbannya: yaitu Gus

Transcript of Menggugat Hari Kesaktian PANCASILA -...

1

Menggugat “Hari Kesaktian PANCASILA”

Roeslan: Dengan sikap yang mendua ini. saya menilai bahwa Jokowi bukanlah Seorang

pemimpin yang dapat dijadikan sebagai panutan, yang satunya kata-kata dan perbuatan.

Nesare: presiden yang seperti apa yang bung inginkan yang ada di Indonesia? Saya

menangkap pesan bung yang kelihatan ingin melihat presiden yang langsung yg

mengatakan iya thd Pancasila 1 juni, tidak kpd Pancasila 1 oktober. Begitu juga dari tulisan2

bung yang lain2 yang menginginkan NKRI seperti ini dan itu. Bung tidak melihat

menginginkan NKRI begini dan begitu itu tantangannya banyak. Bung Karno pun jatuh krn

dihajar habis2an. Saya pernah diskusi dengan yohanes sulaiman muridnya bill liddle dari

ohio state columbus dalam membela bung karno krn dikatakan bung karno goblok dalam

menata ekonomi Indonesia. Sebetulnya bukan begitu ceritanya. Sejarah yg saya pahami

adalah bung karno dikepung habis2an. Ini yg persis dikatakan oleh pak pram: “kita

dikepung”. Nah ketika seseorang tidak mampu melihat gambaran luasnya dan hanya

berkutak katik dalam hal yang kecil, dia akan terperangkap dalam metaphora yg penuh

dengan gambar2 imaginasi. Begitu juga ketika para pemuda yang menurunkan bung karno

itu tidak mampu melihat gambar besarnya shg yel yel tritura dan bung karno komunis

dikumandangkan oleh militer.

Roeslan: Lain halnya dengan almarhum Gus Dur, Gus Dur adalah seorang pejuang nasional,

yang berani mengorbankan kepentingan diri beliau demi kepentingan Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia. Gus Dur berani memecat Jendral militer fasis Wiranto

pedukung paling setia terhadap jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto dari kedudukannya

sebagai penguasa tertinggi TNI (KSAD) . Gus Dur berani menuntut penghapusan Tap

MPRS XXV/1966, Gus Dur berani melenyapkan upacara sumpah setia didepan tugu

Kesaktian Pancasila; tanpa takut pada dampaknya yang bisa menyebabkan pengulingan

beliau sebagai Presiden NKRI. Penomena Gus Dur inilah yang kini tealah mempunyai andil

besar untuk membuka mata masyarakat kita untuk melihat kebohongan, dan pengkhianatan

rezim Orde baru terhadap Proklamasi Kemerdekaan nasional kita.

Nesare: hasilnya apa? Gus dur jatuh! Apakah ini yang ingin bung lihat utk presiden,

pemimpin2 indonesia nantinya? Kalau iya, artinya NKRI yang ingin bung lihat di jaman bung

Karno itu saya yakin tidak akan terjadi. Kenapa? Karena bung tidak mau melihat taktis

dalam menjalankan roda pemerintahan. Bung hanya mau melihat hasilnya. Sedangkan

hasil2 yang bung lihat: gus dur memecat wiranto, keinginan gus dur mencabut tap MPRS

XXV, gus dur tidak merayakan pancasil 1 oktober dst. Hasil2 ini ada korbannya: yaitu Gus

2

Dur dilengserkan! Bagi saya proses politik tidak semudah sebagian rakyat harapkan. Ada

pengorbanan yang harus dilalui. Saya yakin bung tahu bagaimana bung Karno bermuka dua,

mungkin bermuka 10 atau ada yang menyebutnya sebagai pembohong, diktator dlsbg

dalam membawa rakyat Indonesia merdeka dari mengelabui penjajah sampai ke rakyat

sendiri.

Roeslan: Lalu bagaimana dengan pendapat bung tentang Jokowi, yang telah mengangkat

Jendral militer fasis (TNI AD) Wiranto sebagai POLHUKAM, yang membendung

penyelesaian secara mendasar Genosida 1965-1966. Ini tercermin dalam penolakan rezim

Jokowi terhadap IPT (International People Tribun) Denhag 2016, dan penolakan rezim

Jokowi terhadap Symposium Tragedi 1955, yang diprakarsai oleh Letjen (Purn) Agus

Widjojo Gebernur Lembaga Pertahanan Nasional. Sungguh naaif jika bung juga ikutan

menolak dua penomena sejarah tersebut.

Nesare: itu pendapat bung. Saya melihat pengangkata wiranto adalah taktis politis saja

dalam merangkul semua kalangan. Jelas sekali keinginan Jokowi itu adalah “kerja”. Kalau

ada hambatan kerjanya itu susah! Lihat golkar sudah didiamkan walaupun cercaan yang

digunakan oleh lawan politiknya bergaung keras (Jokowi membela bakrie, papa minta

saham setya novanto dll). Sayang bung tidak bisa melihat gambaran besarnya. Bung

terpaku pada 1, 2 aksinya Jokowi.

Nesare: Saya juga setuju pemerintahan Jokowi adalah kapitalisme dan neolib. Pertanyaan

saya adalah siapa yang bisa merubah wajah kapitalisme dan neolib ini? jangankan di

Indonesia, diseluruh dunia sekarang ini juga wajahnya adalah kapitalisme dan neolib! Apa

yang ingin bung inginkan dari NKRI ini? NKRI seperti Tatiana, bung karno atau apa? Tatiana

jelas sekali pandangan kirinya yang saya sangat hargai. Pandangan Tatiana tidak sama

dengan bung karno. Bung karno tidak membenci kapitalisme. Bung karno bukan komunis.

Apa pandangan bung? Ini konteks ideology yang saya bilang saya tidak setuju dan

pertanyakan kepada bung sunny dan saya berani berargumen bahwa Jokowi tidak

seideologi dengan soeharto baik dari segi Pancasila maupun kapitalisme dan neolib! Ini

argument saya utk kapitalisme/neolib. (kutipan selesai ;dasar kuning dan huruf tebal dari

saya)

Roeslan : Pandangan bung tentang NKRI seperti yang sayakutib diatas, saya tanggapi

sebagai seorang pengikut faham Pasivisme, menyerah pada apa saja yang sudah terjadi.

Menurut penangkapan saya, seluruh Rakyat Indonesia yang cinta terhadap NKRI dituntut

untuk melakukan tujuan Prolkamasi Kemerdekaan. Karena Prolkamasi kemerdekaan kita

adalah merupakan kulminasi tuntutan-tuntutan kultural yaitu: Pembebasan (Kemerdekaan

3

sejati), Demokrasi Pancasila, harga diri dan jati diri sebagai bangsa yang mandiri dalam

suatu NKRI. Jadi Proklamasi kemerdekaan adalah merupakan tugas politik yang erat

kaitannya dengan misi-misi kultural, untuk mengangkat harkat dan martabat

manusia-manusia Indonesia. Proklamasi kita mengabsahkan dan memberi dimensi bagi

misi-misi kultural tersebut diatas.

Nesare: saya tidak pernah tahu ada faham pasivisme dalam politik. Yg saya tahu adalah

dalam agama yg berarti: cinta perdamaian seperti ahimsanya orang budha dan hindu dalam

arti: against war, kekerasan dll. Saya tidak tahu dimana bung bisa beranggapan saya pasif

dalam artinya menyerah begitu saja. Saya yakin jokowi itu kiri tetapi kirinya jokowi bukan

seperti kirinya lenin atau tatiana dan bung. Ini saja perbedaannya. Ketika bung melabelkan

jokowi sbg kapitalis, neolib dalam arti sangat kanan, saya berani bilang bung salah! Tetapi

jikalau bung mengatakan jokowi adalah kapitalis itu saya mengerti dan setujui. Ini yang saya

coba sampaikan bahwa dunia ini semuanya sudah kapitalis. Tempo hari rizal ramli juga

ngomong begitu: siapa yg tidak kapitalis?!! Munafik saja yang ngomong begitu??!!! Saya

mendukung jokowi krn dia jujur. Dia mau kerja. Program2nya sudah benar.

Bikin landasan yg kuat buat NKRI nantinya. Saya tidak pernah mimpi jokowi akan bikin

rupiah balik Rp. 2000. Yg mau begini adalah orang2 yg tidak mengerti ilmu ekonomi. Saya

sangat mengerti dalam menjalankan suatu perusahaan yg sangat rumit. Tantangan2nya

banyak. Ketika seseorang hanya terpaku didalam perusahaannya saja akan jatuh kalau

tidak dapat mengendalikan tantangan dari luar. Tidak penting bagaimana hebatnya dalam

managing perusahaan dari dalam tetapi tantangan dari luar dapat mematikan suatu

perusahaan dalam waktu singkat. Ini yg terjadi dengan blackberry dll yg tidak mengikuti

variabel dari luar. Suatu negara tidak akan bisa maju kedepan tanpa melihat tantangan2

diluar negerinya. NKRI itu tantangan2nya luar biasa banyaknya. Jangankan yg dari dalam

(masalah kebangsaan, separasi, korupsi dll), tantangan dari luar yg tidak kelihatan sangat

besar.

Roeslan: Saya tidak akan menguraikan 5 bagian dari Revolusi Indonesia, dalam konteksa

ini menurut pengamatan saya, Bung Karno memang membiarkan kapitalisme, yang

ditolak oleh bung Karno adalah menempatkan kedaulatan kapitalisme diatas kedaulatan

Rakyat. Juga dalam memahami Pasal 33 UUD 45. Perlu ditegaskan disini bahwa Pasal 33

UUD 45 tidak menolak sistem ekonomi pasar bebas kapitalis. Yang ditolak adalah

menempatkan sistem ekonomi pasar bebas kapitalis, lebih menggungguli kedaulatan

Rakyat, seperti yang kita saksikan dalam kasus BBM, dimana harga BBM di Indonesia

ditentukan oleh mekanisme politik pasar bebas di New York, ini berarti sistem ekonomi

pasar bebas kapitalis, lebih menggungguli kedaulatan Rakyat.

4

Nesare: bung disatu pihak bilang bung karno membiarkan kapitalisme, tetapi dilain pihak

bilang bung karno menolak ekonomi pasar bebas kapitalisme. Saya setuju dengan anti

kapitalisme krn harus diatas kedaulatan rakyat, tetapi dengan kalimat kontras itu

mepertentangkan antara kapitalisme dengan ekonomi pasar bebas. Bagi saya kapitalisme

itu = pasar bebas. Sekurang2nya begitulah teorinya. Praktik dilapangan juga begitu dan

sangat berlebihan. Disinilah gugatan atas kerakusan kapitalisme sah dilakukan! Ini yg

kelihatan bung gugat tetapi bukan kapitalisme tidak sama dengan pasar bebas.

Saya merasa dalam bhs inggris you imply bung mencelah Jokowi menganut pasar bebas

dan bung karno setuju kapitalisme. Apakah ini benar? Kalau benar bung menuduh Jokowi

menganut pasar bebas itu saya setujui. Begitu juga saya setuju bung karno bukan anti

kapitalisme/pasar bebas. Tetapi ketika bung menuduh Jokowi tidak melihat kedaulatan

rakyat, bung terlalu gegabah! Ketika infrastruktur yang adalah modal utama dalam

menggerakkan ekonomi. Tidak ada negara didunia ini bisa maju ekonominya tanpa sarana

dan prasarana yang memadai. Tidak ada! Seperti rumah itu tidak akan bisa berdiri kokoh

tanpa fondasi yang kuat.

Yang lain yg tidak saya komentari biasanya saya setuju dan saya anggap tidak penting utk

dikomentari utk menyingkat waktu.

Salam

Nesare

From: roeslan [mailto:[email protected]]

Sent: Wednesday, October 5, 2016 10:38 AM

Bls. Roeslan : Ini yang bung tulis dalam komentar bung dalam menanggapi

tulisana saya :

Nasere : ada 2 klaim bung roeslan yg tidak disetujuinya. Pertama Pancasila 1 juni.

Kedua: ideology neolib.

Yang mana yang bung setujui: Jokowi seideologi dengan Suharto karena tidak menerima

Pancasila 1 juni ataukah mereka sama2 berideologi neolib?

Ataukah bung ada ideology yang lain yg luput dari mata saya dalam membaca tulisan bung

5

Roeslan? (kutipan selesai)

Nesare: saya mengerti opini bung yang setuju/pro Pancasila 1 juni dan saya juga mengerti

opini bung yang tidak setuju dengan kesaktian pancasilanya orba . Dan saya sependapat

dalam hal ini. Saya tanya bung sunny ttg Pancasila itu krn saya mengatakan saya tidak

setuju ketika siapapun presiden Indonesia termasuk Jokowi dituduh sebagai satu ideology

dengan soeharto karena merayakan kesaktian Pancasila. Bung sudah tahu belum lama ini

juni 2016 jokowi sudah mengkepreskan 1 juni sebagai hari lahir Pancasila? Saya yakin

Jokowi mengikuti perayaan hari kesaktian Pancasila 1 oktober itu adalah taktis saja untuk

mendekati militer. Bung ini apakah buta bahwa militer itu masih begitu berkuasanya?!

Apakah bung juga tidak tahu Gus Dur jatuh itu salah satu penyebabnya adalah kekuatan

militer ini?! bagaimana bisa Jokowi yang sudah menetapkan 1 juni sebagai hari libur

nasional dikatakan seideologi dengan soeharto? Bung mengerti tidak konsekwensi kepres

nya ttg 1 juni ini dimata militer?! (latar belakang kunung dari saya)

Roeslan : Jokowi menurut pengamatan saya, beliau adalah seorang yang bermuka

dua. Disatu pihak kata-katanya mendukung Pancasila 1 Juni 1945 ciptaan Bung

Karno, Dan dipihak lain medukung Kesaktian Pancasila ciptaan jendral militer

fasis (TNI AD) Soeharto, yang digunakan sebagai payung hukum yang sakti untuk

melakukan Genosida di NKRI; Dan untuk meluruskan jalannya kudeta merangkak

dalam usahanya merebut kekuasaan politik di NKRI, dan membunuh Bung Karno

secara keji sesuai dengan untutan Imperialisme AS.

Dari sini akal sehat yang jujur pasti akan dapat melihat adanya dua penomena

yang sangat antagonis. Yang satu (Pancasila 1 Juni 1945) berjiwa perjuangan

untuk mejalankan tuntutan-tuntutan kulturan Proklamasi kemerdekaan RI; yaitu :

Kemerdekaan sejati, Domokrasi sejati, emansipasi,harga diri dan jati diri

sebagai bangsa yang mandiri dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI).

Yang kedua (Kesaktian Pancasila) berusaha untuk melakunan Genosida

(1965-1966), dan pembunuhan keji terhadap Presiden Soekarno sebagai Presiden

NKRI yang sah. Kemudian mejual semua kekayaan alam bumi Indonesia demi

menuruti kepnteingannya sendiri dan kroni-kroninya. Ini adalah fakta sejarah

yang tak terbantahkan, yang menunjukkan bahwa antara Pancasila 1 juni 1945

dan Kesaktian pancasia tidak dapat disamakan atau disejajarkan, karena sangat

berbeda kepentingannya dilihat dari sudut pandang Proklamasi Kemerdekaan

6

bangsa Indonesia 17 Agustus 945.

Dalam konteks ini saya ̀ `melihat`` bahwa dukungan Jokowi tanpa reserve terhadap

Kesaktian Pancasila Soeharto hanya sebagai taktik, seperti yang bung katakan,

itu ada betulnya, tapi banyak negatifnya terhadap pejuangan rakyat Indonesia

yang menuntut untuk tercapainya penuntasan tragedi kemanusiaan (Genosida

1965-1966), sampai keakar-akarnya. Harapan ini telah tertutup (jalan buntu)

setealah Jendral militer fasis (TNI AD) Wiranto ditempatkan dalam posisi sebagai

mentri POLHUKAM. Menaggapi penomena Wiranto sebagai memtri POHUKAM,

maka saya berpendapat bahwa kesetiaan Jokowi terhadap Kesaktian Pancasila

hanyalah taktik untuk mengamankan kepentingannya sendiri sebagai RI 1, dalam

menghadapi jendral-jendral militer fasis yang dia pasang sendiri disekelilingnya,

yang telah dipilihnya sebagai pembantu-pembantunya. Jadi kebijakan Jokowi

yang menjadikan 1 Juni sebagai hari besar nasional hanyalah kamuflase, untuk

menipu rakyat (janagn dilebih-libihkan). Secara filsawat, dalam konteks ini dapat

dikataakan bahwa ada sesuatu yang tidak baik buat diri Jokowi sendiri (an sich),

dalam kontek menjadikan 1 Juni sebagai hari besar nasional.

Dengan sikap yang mendua ini. saya menilai bahwa Jokowi bukanlah

Seorang pemimpin yang dapat dijadikan sebagai panutan, yang satunya

kata-kata dan perbuatan.

Lain halnya dengan almarhum Gus Dur, Gus Dur adalah seorang pejuang nasional,

yang berani mengorbankan kepentingan diri beliau demi kepentingan Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia. Gus Dur berani memecat Jendral militer fasis

Wiranto pedukung paling setia terhadap jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto dari

kedudukannya sebagai penguasa tertinggi TNI (KSAD) . Gus Dur berani menuntut

penghapusan Tap MPRS XXV/1966, Gus Dur berani melenyapkan upacara

sumpah setia didepan tugu Kesaktian Pancasila; tanpa takut pada dampaknya

yang bisa menyebabkan pengulingan beliau sebagai Presiden NKRI. Penomena

Gus Dur inilah yang kini tealah mempunyai andil besar untuk membuka mata

masyarakat kita untuk melihat kebohongan, dan pengkhianatan rezim Orde baru

terhadap Proklamasi Kemerdekaan nasional kita.

Lalu bagaimana dengan pendapat bung tentang Jokowi, yang telah mengangkat

Jendral militer fasis (TNI AD) Wiranto sebagai POLHUKAM, yang membendung

penyelesaian secara mendasar Genosida 1965-1966. Ini tercermin dalam

penolakan rezim Jokowi terhadap IPT (International People Tribun) Denhag 2016,

dan penolakan rezim Jokowi terhadap Symposium Tragedi 1955, yang diprakarsai

7

oleh Letjen (Purn) Agus Widjojo Gebernur Lembaga Pertahanan Nasional. Sungguh

naaif jika bung juga ikutan menolak dua penomena sejarah tersebut.

Tentang Bung karno : Bung menulis, saya kutip:

…………… Saya juga setuju pemerintahan Jokowi adalah kapitalisme dan neolib.

Pertanyaan saya adalah siapa yang bisa merubah wajah kapitalisme dan neolib ini?

jangankan di Indonesia, diseluruh dunia sekarang ini juga wajahnya adalah kapitalisme dan

neolib! Apa yang ingin bung inginkan dari NKRI ini? NKRI seperti Tatiana, bung karno atau

apa? Tatiana jelas sekali pandangan kirinya yang saya sangat hargai. Pandangan Tatiana

tidak sama dengan bung karno. Bung karno tidak membenci kapitalisme. Bung karno

bukan komunis. Apa pandangan bung? Ini konteks ideology yang saya bilang saya tidak

setuju dan pertanyakan kepada bung sunny dan saya berani berargumen bahwa Jokowi

tidak seideologi dengan soeharto baik dari segi Pancasila maupun kapitalisme dan neolib!

Ini argument saya utk kapitalisme/neolib. (kutipan selesai ;dasar kuning dan huruf tebal

dari saya)

Roeslan : Pandangan bung tentang NKRI seperti yang sayakutib diatas, saya

tanggapi sebagai seorang pengikut faham Pasivisme, menyerah pada apa saja yang

sudah terjadi. Menurut penangkapan saya, seluruh Rakyat Indonesia yang cinta

terhadap NKRI dituntut untuk melakukan tujuan Prolkamasi Kemerdekaan.

Karena Prolkamasi kemerdekaan kita adalah merupakan kulminasi

tuntutan-tuntutan kultural yaitu: Pembebasan (Kemerdekaan sejati),

Demokrasi Pancasila, harga diri dan jati diri sebagai bangsa yang mandiri

dalam suatu NKRI. Jadi Proklamasi kemerdekaan adalah merupakan tugas

politik yang erat kaitannya dengan misi-misi kultural, untuk mengangkat

harkat dan martabat manusia-manusia Indonesia. Proklamasi kita

mengabsahkan dan memberi dimensi bagi misi-misi kultural tersebut diatas.

Tatiana dan Bung Karno.

Bahwa pendapt Tatiana tidak sama dengan pendapat Bung Karno itu bisa saja,

namun demikian kita harus juga melihat konteksnya, yaitu dalam konteks

apa yang sedang di diskusikan, karena Revolusi Indonesia itu dibagi-bagi dalam 5

Tingkatan, yang meliputi Persoalan-persoalan pokok Revolusi Indonesia, yaitu:

1. Dasar/Tujuan dan kewajiban-kewajiban Revilusi Indonesia

2. Kekuatan-kekuatan Sosial Revolusi Indonesia

3. Sifat Revolusi Indonesia

4. hari depan Revolusi Indonesia

8

5. Musuh-musuh Revolusi Indonesia.

Dalam tingkatan yang ketiga, yaitu dalam konteks Sifat Revolusi Indonesia, Bung

karno jelas mengatakan bahwa: Revolusi Indonesia bukanlah Revolusi prolletar

model 1917 di Rusia. Kewajiban Revolusi Inndonesia bukan mendirikan

kekuasaan kaum kapitalis untuk menindas rakyat pekerja dan bukan

mendirikan rezim kediktatoran yang manapun. Dalam konteks ini jelas

Bung Karno menentang keras kapitalisme.

Saya tidak akan menguraikan 5 bagian dari Revolusi Indonesia, dalam konteksa ini

menurut pengamatan saya, Bung Karno memang membiarkan kapitalisme, yang

ditolak oleh bung Karno adalah menempatkan kedaulatan kapitalisme diatas

kedaulatan Rakyat. Juga dalam memahami Pasal 33 UUD 45. Perlu ditegaskan

disini bahwa Pasal 33 UUD 45 tidak menolak sistem ekonomi pasar bebas

kapitalis. Yang ditolak adalah menempatkan sistem ekonomi pasar bebas

kapitalis, lebih menggungguli kedaulatan Rakyat, seperti yang kita saksikan

dalam kasus BBM, dimana harga BBM di Indonesia ditentukan oleh mekanisme

politik pasar bebas di New York, ini berarti sistem ekonomi pasar bebas kapitalis,

lebih menggungguli kedaulatan Rakyat.

Roeslan.

Von: [email protected] [mailto:[email protected]]

Gesendet: Dienstag, 4. Oktober 2016 00:29

Roeslan: Dalam tulisan bung , yang saya beri latar belakang warna kuning, terkesan kuat

bahwa bung secara sengaja hendak memanipulasi tulisan saya, dengan cara

mengaburkan antara Pancsila 1 Juni 1945, dengan Kesaktian Pancasila ciptaan orde

baru; Yang dua-duanya bung tanggapi sebagai Pancasila titik.

Nesare: saya mengerti opini bung yang setuju/pro Pancasila 1 juni dan saya juga mengerti

opini bung yang tidak setuju dengan kesaktian pancasilanya orba . Dan saya sependapat

dalam hal ini. Saya tanya bung sunny ttg Pancasila itu krn saya mengatakan saya tidak

setuju ketika siapapun presiden Indonesia termasuk Jokowi dituduh sebagai satu ideology

dengan soeharto karena merayakan kesaktian Pancasila. Bung sudah tahu belum lama ini

9

juni 2016 jokowi sudah mengkepreskan 1 juni sebagai hari lahir Pancasila? Saya yakin

Jokowi mengikuti perayaan hari kesaktian Pancasila 1 oktober itu adalah taktis saja untuk

mendekati militer. Bung ini apakah buta bahwa militer itu masih begitu berkuasanya?!

Apakah bung juga tidak tahu Gus Dur jatuh itu salah satu penyebabnya adalah kekuatan

militer ini?! bagaimana bisa Jokowi yang sudah menetapkan 1 juni sebagai hari libur

nasional dikatakan seideologi dengan soeharto? Bung mengerti tidak konsekwensi kepres

nya ttg 1 juni ini dimata militer?!

Roeslan: Tulisan bung yang saya beri latar belkang kuning itu bisa menyesatkan orang

banyak, orang bisa mengagap bahwa roeslan tidak setuju Pancasila. Pancasila bagi saya

hanyalah Pancasila 1 Juni 1945, ciptaan Bung Karno. Bukan Pancsila 1 juni titik; seperti

yang bung sebar luaskan dimilis ini.

Nesare: kalau yang baca mau berpersepsi demikian, saya tidak bisa apa. Tetapi saya tidak

mencoba menyesatkan orang lain berpikiran demikian.

Sekali lagi 1 juni sudah ditetapkan Jokowi sbg hari libur nasional dan akan berlaku

2017 http://kalender.web.id/2017.html

1 Juni

2017 Kamis

Hari Lahir

Pancasila

Hari Libur baru mulai 2017 sesuai keputusan presiden

Jokowi

Roeslan: Tentang ideologi Neoliberalisme. Betul jika bung katakan bahwa saya menolak

ideologi neoliberalisme, karena penurut ilmu pengetahuan empiris menunjukakn bahwa

ideologi neoliberalisme bisa masuk ke NKRI dibawah pajung hukum yang berpedoman

pada ideologi kesaktian pancasila, ciptaan diktator militer fasis (TNI AD) Soeharto.

Jadi ada saling hubungan yang erat antara kesaktian pancasila ciptaan orde baru

dengan idiologi neoliberalisme. Artinya menolak ideologi kesaktian pancasila, berarti

hasus menolak neoliberalsme; dan sebakiknya menerima kesaktian pancasila berarti

menrima ideologi neoliberalisme. Demikianlah yang kita saksikan di negara ini. Pernyataan

ini didukung oleh fakta bahwa Jokowi setiap tahun selalu melakukan upacara memuja-muja

kesaktian Pancasila, dibawah patung kesaktian Pancasila; yang di era almarhum Gus Dur

berkuasa sudah ditiadakan. Ini berarti bahwa Jokowi menerima secara legowo kesaktian

pancasila, dalam praktek politik konkrit Jokowi telah menerima secara legowo ideologi

neoliberalisme, oleh karana itulah dalam konteks ini saya menenilai bahwa rezim Jokowi

adalah rezim Neoliberal.

10

Jadi kesimpulannya saya menolak ideologi Kesaktian Pancasila ciptaan orde baru

dan juga menolak ideologi Neoliberalisme,ciptaan kaum kapitalis neolibearal yang

sudah menggelobal; yang dua-duanya telah di dukung secara legowo oleh Jokowi.

Nesare: setuju! saya dari dulu juga berpendapat begini. Begitu juga banyak orang mengerti

masalah ini bahwa ada perbedaan Pancasila bung karno 1 juni (lahirnya pancasila) dan

Orba 1 oktober (kesaktian Pancasila). Saya juga setuju kesaktian Pancasila adalah ciptaan

orba. Saya juga setuju dengan orba menjual hasil kekayaan negara. Saya juga setuju

pemerintahan Jokowi adalah kapitalisme dan neolib. Pertanyaan saya adalah siapa yang

bisa merubah wajah kapitalisme dan neolib ini?

Jangankan di Indonesia, diseluruh dunia sekarang ini juga wajahnya adalah kapitalisme dan

neolib! Apa yang ingin bung inginkan dari NKRI ini? NKRI seperti Tatiana, bung karno atau

apa? Tatiana jelas sekali pandangan kirinya yang saya sangat hargai. Pandangan Tatiana

tidak sama dengan bung karno. Bung karno tidak membenci kapitalisme. Bung karno bukan

komunis. Apa pandangan bung?

Ini konteks ideology yang saya bilang saya tidak setuju dan pertanyakan kepada bung

sunny dan saya berani berargumen bahwa Jokowi tidak seideologi dengan soeharto baik

dari segi Pancasila maupun kapitalisme dan neolib! Ini argument saya utk kapitalisme/neolib.

Dipermukaan memang Jokowi dan soeharto menerapkan kapitalisme. Begitu juga bung

karno dan seluruh dunia sekarang ini.

Tetapi ketika dipertanyakan kapitalisme seperti apa yang diterapkan oleh Jokowi dan

soeharto, kita bisa menganalisa lebih jauh. Begitu juga di USA Obama itu sangat berbeda

dengan presiden2 sebelumnya terutama dari sayap kanannya republican party. Jokowi

sudah memulai dengan universal healthcare dan pension plan yang sangat kiri. Setengah

mati dia menerapkan program ini yg sangat tidak popular krn perlu duit banyak. Sampai2

harus mengurangi subsidi BBM dan tax amnesty yg menjadi boomerang sampai sekarang.

Banyak orang bermimpi ingin melaksanaka program2 kiri tetapi semuanya hanya mimpi.

Ketika masuk ke praktisnya, lihat dibombardir, dikritik, dicerca dst.

Roeslan: Semua orang yang melek sejarah perjuangan Kemerdekaan Republik

Indonesia pasti tahu bahwa, ideologi Neoliberalisme itu ditolak oleh Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945), yang lazim disebut NKRI sekarang ini.

Nesare: kenapa? Saya tidak melihat founding fathers NKRI semuanya menolak kapitalisme.

Bung Karno pun tidak! yang saya tahu bung Karno begitu juga para dedongkot komunisme

seperti aidit dll itu anti imperialisme! Bukan anti kapitalisme! Apakah bung mengartikan

neolib itu lain dari kapitalisme? Saya menggampangkan istilah ini saja bahwa neolib itu

11

kepanjangan kapitalisme. Jadi saya samakan artinya secara umum.

Roeslan: Tentu saja pernyataan saya ini menyebabkan bung tersinggung dan marah,

sehingga kehilangan akal sehat, lalu menyebarkan berita fiitnah bahwa roeslan anti

Pancasila.

Nesare: saya kira concern bung ini sudah saya jawab seperti diatas dimana saya tidak

pernah beranggapan bahwa bung anti Pancasila melainkan bung sangat percaya atas

pancasilanya bung Karno 1 juni. Jadi bung tidak harus mengambil kesimpulan yang

gegabah sebelum bertanya ke saya. Diskusi saya dengan bung sunny saja belum jalan,

bagaimana bung bisa menuduh saya tersinggung dan marah bahkan menyebarkan fitnah.

Roeslan: Tapi apa boleh buat, karena sekarang ini sudah bukan zamannya Orede Baru,

sekarang ini kita bangsa Indonesia sudah masuk dalam suatu zaman yang katanya adalah

zaman REFORMASI, jadi seharusnya kita harus kembali pada Pancasila 1 Juni 1945, dan

membuang jauh-jauh kesaktian Pancasila yang telah memakan korban 3 juta Rakyat yang

tak bersalah.

Nesare: setuju! Seharusnya bangsa Indonesia harus kembali ke Pancasila 1 juni bukan 1

oktober yg digembar gemborkan oleh soeharto.

Roeslan: Satu pertanyaan, harus bung jawab. Bung menulis, saya kutip : Ataukah bung

ada ideology yang lain yg luput dari mata saya dalam membaca tulisan bung

Roeslan? Tanggapan saya, Kita ini mau bediskusi secara ilmiah atau debat kusir, kalau

ilmiah bung harus berani secara terus terang menyatakan dugaan bung, tentang adanya

idiologi lain yang saya sembunyikan, sehingga luput dari mata bung. Jika dalam konteks

dikusi Pancasila 1 Juni 1945 ini, bung tidak bisa menemukan itu, berarti itu hanya khayalan

dalam pikiran bung sendiri, atau hasil rekayasa pikiran bung, karena mungkin bung sudah

meindap apa yang disebut Schizophrene Psychosen (paranoide Symptomatik).

nesare: pertanyaan saya sederhana dalam kaitannya dengan yang ini. bung tidak mengerti

pertanyaan saya itu. Maksud saya apakah bung sunny ada ideology yang lain yg

dimaksudnya selain 2 ideology yg telah saya tulis: Pancasila dan neolib dimana saya luput

dalam mengartikan tulisan bung.

saya dari dulu selalu diskusi serius. Hanya 2 orang (ajeg dan jonathan) saja yang saya ikuti

eyel2an karena mereka memang ngeyel. Ini hanya masalah approach saja. tetapi

substansinya selalu saya jawab dengan serius.. Saya kira pertanyaan saya mudah. Lucunya

koq bagaimana bisa bung artikan saya beranggapan bung mempunyai ideologi lain?

Sedangkan sekali lagi pertanyaan saya ke bung sunny adalah apakah ada yg luput dari

12

pemahaman saya atas tulisan bung. Saya tidak tahu apakah bung sunny ada persepsi lain

ttg tulisan bung. Pertanyaan ini seharusnya bung tujukan kebung sunny bukan saya. Jadi

bung tidak seharusnya melabel saya sebagai Schizophrene Psychosen, kalau bung belum

mengerti maksud kalimat itu. Coba tanya baik2 sebelum melabel orang.

Kalau ada waktu akan saya tulis pendapat saya tentang Pancasila dari kacamata saya

sendiri.

Salam

Nesare

Von: [email protected] [mailto:[email protected]]

Gesendet: Sonntag, 2. Oktober 2016 21:26

Roeslan: Kutipan diatas saya tanggapi sebagai pengkhianatan rezim diktator militer fasis (orde

baru) pimpinan jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto terhadap Pancasila 1 Juni 1945 ciptaan Bung

karno. Ironinya rezim neoliberal Jokowi-JK di era reformasi ini, tetap setia sepenuh hatinya terhadap

rezim diktator militer fasis pimpinan jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto. Kesetiaan rezim

neoliberal Jokowi-JK terghadap orde baru ini tercermin dalam Upacara sumpah setia didepan

patung kesaktian pancasila ciptaan rezim militer fasis Soeharto pada tanggal 1 Oktober 2016.

Kesaktian Pancasila saya tanggapi sebagai dasar ideologi, yang digunakan oleh TNI AD dibawah

pimpinann jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto, untuk menghalalkan pembantaian massal 3 juta

Rakyat Indonesia yang tak bersalah (genosida), pemenjaraan, penyiksaan dan pembuangan ke

Pulau Buru terhadap ratusan ribu Rakyat yang tak bersalah, yang setia membela Ideologi negara

yaitu Pancasila 1 Juni 1945; kecualai itu kesaktian Pancasila rekayasa politik Soeharto juga untuk

menghalalkan pembunuhan biadap, yaitu pembunuhan pelan-pelan terhadap Presiden

Soekarno pencipta Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi NKRI, proklamtor kemerdekaan

Republik Indonesia dan presiden pertama NKRI.

Dan selanjutnya dengan kesaktian Pancasila 1 Juni 1970 sebagai dasar ideologinya, Soeharto

memproklamirkan dirinya sendir sebagai presiden di NKRI. Demikian secara singkat proses kupdeta

merangkak klik militer fasis (TNI AD) pimpinan Jendral Soeharto; yang hingga saat ini di

tetap junjung tinggi oleh rezim neoliberal Jokowi-JK.

13

Nesare: ada 2 klaim bung roeslan yg tidak disetujuinya. Pertama Pancasila 1 juni. Kedua: ideology

neolib.

Yang mana yang bung setujui: Jokowi seideologi dengan Suharto karena tidak menerima Pancasila 1

juni ataukah mereka sama2 berideologi neolib?

Ataukah bung ada ideology yang lain yg luput dari mata saya dalam membaca tulisan bung Roeslan?

Nesare