Mengetahui identifikasi kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum...

128
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan yang sulit dan ditandai dengan kemajuan persalinan yang lambat. Kurangnya kemajuan baik pada persalinan spontan maupun distimulasi telah menjadi dekskripsi yang sangat populer untuk persalinan yang tidak efektif. Istilah ini digunakan untuk mencakup kurangnya kemajuan dilatasi serviks atau kurangnya penurunan janin disebut persalinan lama/distosia. American College of Obstetricians and Gynecologists menyatakan sekitar 60% kelahiran sesar primer diakibatkan oleh distosia (Cunningham, 2012). Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi perdarahan post partum yang dapat menyebabkan komplikasi dalam persalinan dan dapat membahayakan ibu. Pada janin akan terjadi infeksi.

Transcript of Mengetahui identifikasi kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum...

Page 1: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan yang sulit dan ditandai dengan kemajuan persalinan yang

lambat. Kurangnya kemajuan baik pada persalinan spontan maupun distimulasi

telah menjadi dekskripsi yang sangat populer untuk persalinan yang tidak efektif.

Istilah ini digunakan untuk mencakup kurangnya kemajuan dilatasi serviks atau

kurangnya penurunan janin disebut persalinan lama/distosia. American College of

Obstetricians and Gynecologists menyatakan sekitar 60% kelahiran sesar primer

diakibatkan oleh distosia (Cunningham, 2012). Partus lama akan menyebabkan

infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi perdarahan

post partum yang dapat menyebabkan komplikasi dalam persalinan dan dapat

membahayakan ibu. Pada janin akan terjadi infeksi.

Jumlah persalinan di Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. Dr. R. D. Kandao

Manado tahun 2010 tercatat berjumlah 2612 persalinan dengan 30 kasus (1,14%)

partus lama, sedangkan tahun 2011 tercatat berjumlah 4653 persalinan dengan 43

kasus (0,92%) partus lama.

Jumlah persalinan di Rumah Sakit Umum (RSU) Bahteramas porvinsi

Sulawesi Tenggara tahun 2011 tercatat berjumlah 1467 persalinan dengan 34

kasus (2,3%) partus lama. Pada tahun 2012 tercatat berjumlah 1127 persalinan

dengan 44 kasus (3,9%) partus lama, sedangkan tahun 2013 periode Januari-

Agustus berjumlah 977 persalinan dengan 30 kasus (3,1%) partus lama (Buku

Register Persalinan RSU Bahteramas tahun 2011, 2012 dan 2013).

Page 2: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

2

Jumlah persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abunawas

Kota Kendari pada tahun 2011 berjumlah 753 persalinan dengan 203 kasus

(26,96%) partus lama, kemudian pada tahun 2012 berjumlah 1184 persalinan

dengan 364 kasus (30,7%) partus lama. Sedangkan pada tahun 2013 periode

januari-oktober 1218 persalinan dengan 406 kasus partus lama (Rekam medik

RSUD Abunawas Kota Kendari 2011 sampai 2013).

Berdasarkan data di Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari

tahun 2011 tercatat ibu bersalin berjumlah 146 persalinan dengan 28 (5,2%) kasus

persalinan macet atau lama, Kemudian pada tahun 2012 jumlah persalinan 214

dengan 42 (5,0%) kasus persalinan macet. Sedangkan pada tahun 2013 terdapat

jumlah persalin 220 orang dengan jumlah persalinan lama sebanyak 47 (21,36%)

orang (Rekam medik Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari 2011 sampai

2013).

Data tersebut menunjukan bahwa kecenderungan kejadian partus lama di

RSU Santa Anna Kota Kendari yaitu tahun 2011 sampai 2013 (Januari-

September) Mengalami peningkatan. Hal ini diperkirakan akan terus meningkat

jika tidak dilakukan penanganan yang tepat.

Bidan didaerah pedesaan dengan polindesnya diharapkan dapat mengambil

bagian terbesar pada pertolongan persalinan normal dengan menggunakan

partograf WHO. Puncak kewaspadaan dilaksanakan dengan merujuk kepusat

pelayanan dengan fasilitas setelah melampaui garis waspada agar ibu diterima di

pusat pelayanan dalam keadaan optimal.

Page 3: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

3

Dari latar belakang maka penulis tertarik untuk meneliti “Identifikasi

Kejadian Partus Lama Pada Ibu Bersalin di Ruang Kebidanan Rumah Sakit

Umum Santa Anna di Kota Kendari”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Identifikasi Kejadian Partus Lama Pada Ibu

Bersalin di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna di Kota Kendari

pada tahun 2013”?

1.3 Tujuan Peneliti

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Identifikasi Kejadian Partus Lama Pada Ibu Bersalin di Ruang

Kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna di Kota Kendari Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengindentifikasi Inertia Uteri dengan kejadian partus lama pada ibu

bersalin diruang kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari.

b. Untuk mengindentifikasi KPD dengan kejadian partus lama pada ibu

bersalin diruang kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari.

c. Untuk mengindentifikasi Primigravida Tua dengan kejadian partus lama

pada ibu bersalin diruang kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota

Kendari.

d. Untuk mengindentifikasi cephallo pelvic disproportion (CPD) dengan

kejadian partus lama pada ibu bersalin diruang kebidanan Rumah Sakit

Umum Santa Anna Kota Kendari.

Page 4: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

4

e. Untuk mengindentifikasi Letak Sungsang dengan kejadian partus lama pada

ibu bersalin diruang kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota

Kendari.

1.4 Manfaat penelitian

a. Merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII di

akademi kebidanan Pelita Ibu Kendari.

b. Merupakan rangkaian kegiatan yang menambah wawasan dan pengalaman

berharga mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan konsep dan

pengtahuan dalam pengembangan penelitian.

c. Merupakan bahan masukan untuk proses penelitian selanjutnya.

Page 5: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Persalinan

2.1.1 Definisi persalinan

Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya,

tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan

ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan

pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2009 : 144 ).

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin atau

placenta yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau

dengan jalan lain ( Rustam, 2011 : 91).

Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa disertai adanya penyulit.

Persalinan dimulai ( inpartu ) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan pada serviks ( membuka dan menipis ) dan berakhir dengan lahirnya

placenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks ( Hanifa, 2009:37).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil

konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang

ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran

placenta ( Varney, 2007 : 673 ).

Page 6: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

6

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau

placenta) yang dapat hidup di luar dunia kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan kekuatan sendiri

( Manuaba, 2010 : 164 )

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat

hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain

(Mochtar, 2011:91).

2.1.2 Jenis – Jenis Persalinan

a. Persalinan Spontan

Persalinan spontan terjadi bila seluruh prosesnya berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri. Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses

lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan

alat - alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang

dari 24 jam (Marmi, 2012).

b. Persalinan Buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung dengan

bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forcep atau di lakukan dengan

operasi section caesarea.

c. Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang di perlukan untuk persalinan

yang di timbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian pitocin

dan prostaglandin.

Page 7: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

7

2.1.3. Teori Penyebab Bermulanya Persalinan

Apa yang mnyebab kan timbulnya persalinan belum diketahui benar, yang

ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan

factor-faktor humoral, struktur rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.

1) Teori penurunan hormone: 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi

penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone.proigesteron bekerja

sebagai pemenang otot – otot polos rahim dan menyebabkan kekejangan

pembuluh darah sehingga timbu his bila kadar progesterone turun.

2) Teori placenta menjadi tua: akan menyebabkan turunya kadar esterogen

dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini

akan menimbulkan kontraksi.

3) Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan merengang

menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi

utero-plasenter.

4) Teori iritasi mekanik: dibelakang serviks terletak ganglion servikale

(fleksus frenkenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya

oleh oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

5) Induksi partus (induction of labour): partus dapat pula ditimbulkan dengan

jalan:

a. Ganggang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis

servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.

b. Amniotomi: pemecahan ketuban.

Page 8: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

8

c. Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus (mochtar,

2011:92).

2.1.4 Tanda-Tanda Permulaan Persalinan Dan Tanda-Tanda Inpartu

1) Tanda-Tanda Permulaan Persalinan

Sebelum terjadi nya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya

wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala

pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai

berikut:

a. Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu

atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu

kentara.

b. Perut keliatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung

kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi

lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah biasa

bercampur darah (bloody show).

2) Tanda-tanda inpartu

a.Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering dan teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Page 9: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

9

d. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

Seperti telah ditemukan terdahulu, factor-faktor yang berperan dalam

persalinan adalah:

a. Kekuatan mendorong janin keluar (power) : his (kontarksi uterus), kontraksi

otot-otot dinding perut, kontraksi diagfragma, dan ligmentous action terutama

ligmentaous rotundum

b. Faktor janin

c. Factor jalan lahir ( Mochtar, 2011:93).

2.1.5 Tahapan persalinan( kala I, II, III, IV)

Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu:

a. Kala 1 : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap 10 cm

b. Kala 2 : kala pengeluaran janin,waktu uterus dengan kekuatan his ditambah

kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.

c. Kala 3 : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.

d. Kala 4 : mulai dari keluarnya uri selama 1-2 jam (Mochtar, 2011:94).

2.1.6 Mekanisme Persalinan Normal

Adapun mekanisme persalinan normal adalah sebagai berikut :

a. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dalam keadaan sinklitismus,

yaitu bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas

panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah

sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul.

Page 10: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

10

b. Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang

paling kecil.

c. Sampai didasar panggul kepala janin berada didalam keadaan fleksi maksimal.

d. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin

disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan putaran paksi

dalam.

e. Didalam hal mengadakan rotasi, ubun-ubun kecil akan berputar kearah depan,

sehingga didasar panggul ubun-ubun kecil dibawah simpisis. Sesudah kepala

janin sampai didasar panggul dan ubun-ubun kecil dibawah simpisis maka

dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi

untuk dapat dilahirkan.

f. Pada setiap his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak,

perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.

Dengan kekuatan his suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan

gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.

g. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut,

tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu.

h. Setelah kepala lahir, kepala segera mengadakan putaran paksi luar untuk

menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.

i. Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Didalam rongga

panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang

dilaluinya, sehingga didasar panggul apabila kepala telah dilahirkan bahu

akan berada dalam posisi depan belakang.

Page 11: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

11

j. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru kemudian bahu

belakang. Demikian pula dilahirkan trohanter depan terlebih dahulu, baru

kemudian trohanter belakang. Kemudian bayi lahir.

2.1.3 Fase-Fase dalam Kala Satu Persalinan

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur

dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap

(10cm).

Kala satu persalinan terdiri dari atas dua fase, fase laten dan fase aktif.

a. Fase laten dalam kala satu persalinan :

1. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap

2. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm

3. Pada umumnya, fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam

b. Fase aktif dalam kala satu persalinan :

1. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap

( kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih

dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)

2. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm,

akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau

primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)

3. Terjadi penurunan bagian terbawa janin (Hanifa, 2008 : 38)

Page 12: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

12

2.2 Tinjauan Umum Tentang Partus Lama

2.1.1Pengertian partus lama

Persalinan umumnya pada primigravida (kehamilan pertama) berlangsung

dalam waktu 18-20 jam dan pada multi 12-14 jam.

Persalinan yang lebih dari 24 jam,disebut partus lama. Partus lama selalu

memberi resiko/penyulit baik bagi ibu atau janin yang sedang dikandungnya.

Kontraksi rahim selama 24 jam tersebut telah dapat mengganggu aliran darah

menuju janin, sehingga janin dalam rahim dalam kondisi berbahaya (Manuaba

2009:181).

Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung

12 jam atau lebih, bayi belum lahir (Hanifa 2000:184).

2.1.1 Etiologi

Sebab-sebab terjadinya partus lama/distosia adalah sebagai berikut :

1. Kelainan tenaga/power (kelainan his).

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya memyebabkan

kerintangan pada jalan lahir sehingga tidak mampu menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks.

Jenis-jenis kelainan his :

a. Inersia uteri

Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang

dibandingkan dengan his yang normal. Inertia uteri dibedakan atas inertia uteri

primer dan inertia uteri sekunder. Inertia uteri primer adalah kelemahan his

timbuk sejak dari permulaan persalinan sedangkan inertia uteri sekunder adalah

Page 13: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

13

kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu

yang lama (Rukiyah, 2010).

Inertia uteri dapat diketahui dari kontraksi paling besar di fundus dan menurun

sampai paling lemah di serviks tetapi tonus atau intensitasnya sangat buruk.

Tekanan yang dihasilkan sangat sedikit mendilatasi serviks. Hal tersebut dapat

menimbulkan persalinan yang memanjang (Varney, 2007).

b. Inkoordinasi kontraksi uterus

Keadaan dimana tonus otot uterus meningkat, juga diluar his dan kontraksinya

tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada singkronisasi kontraksi bagian-

bagiannya. Tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah

menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan (Saifuddin, 2010).

Ibu berumur < 20 tahun dan > 35 tahun dianggap beresiko terhadap kelainan his.

Usia < 20 tahun respon hormonal tubuh belum berfungsi maksimal oleh karena

fungsi sistem reproduksi yang belum siap menerima kehamilan. Penelitian oleh

Pavzner menyimpulkan bahwa induksi persalinan meningkat pada kasus nulipara

< 20 tahun oleh karena uterus kurang siap untuk persalinan sebagai contoh adalah

serviks belum matang. Usia > 35 tahun dapat menyebabkan kelainan his oleh

karena adanya kemunduran fungsi dan efisiensi kontraksi spontan miometrium

oleh karena menuanya jaringan reproduksi sehingga menyebabkan terjadinya

persalinan lama (Cunningham, 2012).

Kelainan his dipengaruhi oleh paritas ibu. Paritas adalah jumlah kelahiran

seluruhnya yang melahirkan bayi viable/mampu hidup (Widyatamma, 2011).

Page 14: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

14

Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua

karena adanya abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi

hambatan untuk penurunan kepala janin. Pada multipara, dominasi fundus uteri

lebih besar dengan kontraksi lebih kuat dan dasar panggul yang lebih relaks

sehingga bayi lebih mudah melalui jalan lahir dan dengan demikian mengurangi

lamanya persalinan, Sedangkan pada grandemultipara, semakin banyak jumlah

janin, persalinan secara progresif menjadi semakin lama. Hal ini diduga akibat

perubahan otot-otot uterus atau suatu kondisi yang sering disebut keletihan pada

otot uterus (Varney, 2007).

Penelitian oleh Sokon, dkk. melaporkan bahwa 25% persalinan nulipara dipersulit

kelainan fase aktif, sedangkan pada multigravida 15%. Kelainan lebih banyak

ditemukan karena kontraksi yang kurang adekuat (Saifuddin, 2010).

2. Kelainan janin (passenger)

Persalinan dapat mengalami gangguan karena malpresentasi dan malposisi

serta kelainan dalam bentuk janin.

a. Malpresentasi dan malposisi

Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada disegmen bawah

rahim, bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk (ubun-ubun kecil) tidak

berada di anterior sehingga bagian janin ataupun diameter kepala yang melalui

rongga panggul menjadi lebih besar. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya paritas tinggi, plasenta previa, prematuritas, polihidramnion

serta riwayat presentasi bokong sebelumnya (Saifuddin, 2010).

Page 15: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

15

Funch dalam penelitiannya menyatakan bahwa paritas tinggi adalah faktor

predisposisi adanya kelainan presentasi berhubungan dengan tonus otot abdomen

yang meregang dan melebar sehingga mampu mengakomodasi janin untuk

begerak bebas. Plasenta previa, polihidramnion, dan panggul sempit berperan

dengan cara yang serupa (Cunningham, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Cruikshank dan White menyatakan

perempuan yang pernah melahirkan empat kali atau lebih memiliki resiko 10 kali

lipat untuk terjadinya posisi melintang dibandingkan dengan nulipara. Relaksasi

abdomen dan berbentuk pendulum memungkinkan uterus untuk jatuh ke depan,

mengubah aksis panjang janin jauh dari aksis jalan lahir dan menjadi posisi

oblig/melintang (Cunningham, 2012).

Malpresentasi dan malposisi dapat mengakibatkan kegagalan kemajuan

persalinan, persalinan macet, dan disfungsi uterus hipotonik. Salah satu bentuk

kelainan yang sering ditemukan pada grandemultipra adalah letak sungsang yang

disebabkan oleh rungan dalam rahim membiarkan janin bergerak lebih leluasa,

sedangkan pada primigravida resiko terjadi letak sungsang lebih sering akibat

tidak ada fiksasi kepala janin oleh pintu atas panggul karena perbandingan besar

kepala janin tidak sesuai dengan pintu atas panggul sehingga persalinan

berlangsung lama (Saifuddin, 2010).

b. Makrosomia

Makrosomia atau janin besar adalah bila berat badan melebihi 4000 gram.

Makrosomia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah herediter,

riwayat penyakit diabetes mellitus, pola hidup yang berpengaruh terhadap

kenaikan berat badan yang berlebihan (Cunningham, 2012).

Page 16: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

16

Hasil penelitian Darwin menyatakan bahwa frekwensi distosia yang tinggi sebagai

akibat dari perubahan lingkungan yang berkembang jauh lebih cepat dari pada

seleksi alam. Manusia beradaptasi dengan buruk terhadap banyaknya makanan

modern yang mengakibatkan obesitas dan sebagai akibatnya adalah distosia

(Cunningham, 2012).

Pada panggul normal, janin dengan berat 2500-4000 gram umumnya tidak

menimbulkan kesukaran persalinan. Bayi yang besar dapat memberi tanda atau

peringatan terhadap kemungkinan terjadinya persalinan lama akibat sulitnya

pelahiran bahu (Mochtar, 2011).

c. Hidrosefalus

Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak,

sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran sutura serta ubun-ubun.

Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya berkisar antara 500-1500 ml,

akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Karena kepala janin terlalu

besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah uterus, maka sering

ditemukan dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun letaknya, hidrosefalus akan

menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan segala akibatnya (Cunningham,

2012).

3. Kelainan jalan lahir (passage)

Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan

persalinan atau menyebabkan kemacetan misalnya kelainan panggul ibu.

Page 17: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

17

a. Kelainan panggul

CPD atau Cefalopelvic Disproportion adalah ketidaksesuaian ukuran panggul dan

ukuran janin, yakni ukuran pelvic tertentu tidak cukup besar untuk

mengakomodasi keluarnya janin melalui pelvic sampai terjadi kelahiran

pervaginam. Keadaan ini dapat mengakibatkan kegagalan kemajuan persalinan,

persalinan macet, dan disfungsi uterus hipotonik yang dapat memicu persalinan

lama.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya CPD diantaranya:

1) Kesempitan pada Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm

atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala memiliki

kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga serviks uteri

kurang mengalami tekanan kepala.

2) Kesempitan pintu panggul tengah

Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah distansia interspinarum

kurang dari 9.5 cm, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran pada

persalinan jika diameter sagitalis posterior pendek pula.

3) Kesempitan pintu bawah panggul

Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm,

maka sudut arkus pubis juga mengecil (<80º) sehingga timbul kemacetan pada

kelahiran janin ukuran biasa.

Bentuk dan ukuran panggul dipengaruhi oleh :

1) Faktor perkembangan: herediter atau congenital.

Page 18: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

18

2) Faktor nutrisi: malnutrisi menyebabkan panggul sempit.

3) Faktor seksual: androgen yang berlebihan menyebabkan bentuk panggul

android.

4) Trauma, penyakit, atau tumor pada tulang panggul atau tulang belakang

(Cunningham, 2012).

Cibils dan Hendricks melaporkan bahwa adaptasi mekanis dari janin terhadap

tulang jalan lahir memainkan peranan penting dalam menentukan efisiensi

kontraksi. Semakin baik adaptasi tersebut, semakin efisien kontraksi, dengan

demikian respon servikal terhadap persalinan memberikan prognostik terhadap

keluaran persalinan pada perempuan dengan panggul yang sempit (Cunningham,

2012).

b. Prolaps Funikuli

Prolaps funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada di samping atau

melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. 

Pada presentasi kepala, prolaps funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap

saat tali pusat dapat terjepit diantara bagian terendah janin dengan jalan lahir

sehhingga mengakibatkan gangguan oksigenasi janin.

Prolaps funikuli menyebabkan gangguan adaptasi bawah janin terhadap panggul,

sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut

(Cunningham, 2012).

c. Obstruksi jalan lahir oleh karena adanya kista, tumor dan edema pada jalan

lahir sehingga mempengaruhi kemajuan persalinan yang memicu terjadinya

persalinan lama (Cunningham, 2012).

Page 19: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

19

4. Faktor Penolong

Penolong persalinan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses

persalinan selain faktor ibu dan janin, Penolong persalinan bertindak dalam

memantau proses terjadinya kontraksi uterus dan memimpin mengejan hingga

bayi dilahirkan.

Seorang penolong persalinan harus dapat memberikan dorongan pada ibu

yang sedang dalam masa persalinan dan mengetahui kapan harus memulai

persalinan. selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan bayi. Oleh karena

itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan

terampil serta mengetahui dengan pasti tanda bahaya pada ibu yang melahirkan,

sehingga bila ada komplikasi selama persalinan, penolong segera dapat

melakukan rujukan.

Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan tidak berjalan dengan

lancar, berlangsung lama, dan muncul berbagai macam komplikasi (Cunningham,

2012).

Pelayanan antenatal sangat penting, salah satu manfaatnya adalah

memberikan pemahaman pada ibu hamil tentang pemilihan penolong persalinan.

Hal ini berhubungan dengan tingkat pemahaman ibu dalam rangka pemanfaatan

fasilitas kesehatan.

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengetahuan erat kaitannya

dengan pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seeorang maka

semakin baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Ibu hamil dengan tingkat

pendidikan rendah, ketika tidak mendapatkan cukup informasi mengenai

Page 20: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

20

kesehatannya maka ia tidak tahu mengenai bagaimana cara melakukan hal yang

baik bagi kehamilan dan persalinannya (Sulistyawati, 2009).

5. Faktor Psikis

Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional

yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari

aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan, proses persalinan membuat

mereka takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat

menghambat suatu proses persalinan. Gangguan kecemasan ibu akan memberi

stimulus system saraf dalam menghasilkan hormone pemicu stress yaitu hormone

adrenalin yang dapat berpengaruh pada proses persalinan akibat terhambatnya

produksi oksitosin yang memberi pengaruh terhadap kontraksi uterus

(Cunningham, 2012).

Kunjungan antenatal sangat penting dilakukan oleh ibu hamil untuk mendapatkan

pelayanan sehubungan dengan kehamilannya, meliputi pemeriksaan kehamilan,

dukungan psikologis serta penyuluhan kesehatan sehingga dapat terbina hubungan

saling percaya. Tingkat kepercayaan ibu terhadap bidan dan keluarga juga sangat

mempengaruhi kelancaran proses persalinan (Sulistyawati, 2009).

Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktifitas yang dijalani tidak boleh terlalu

berat dan stress sebaiknya di hindari. Pekerjaan yang membutuhkan aktifitas fisik,

dianjurkan istrahat sesering mungkin. Menurut undang-undang perburuhan,

wanita hamil berhak mendapatkan cuti 1,5 bulan sebelum bersalin dan 1,5 bulan

sesudah melahirkan sehingga pada minggu – minggu menjelang persalinan ibu

dapat mempersiapkan kondisi fisik dan mentalnya (Sulistyawati, 2009).

Page 21: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

21

Melalui persiapan antenatal yang baik, ibu hamil diharapkan wanita dapat

melahirkan dengan mudah, dapat beradaptasi dengan nyeri dan dapat menikmati

proses kelahiran bayinya (Cunningham, 2012).

6. Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya ketuban sebelum persalinan atau

sebelum kehamilan memasuki masa aterm (37 minggu). Hal tersebut disebabkan

oleh melemahnya kekuatan selaput ketuban yang ada hubungannya dengan

distensi uterus berlebihan, kontraksi rahim dan gerakan janin. Air ketuban

mempunyai fungsi melindungi janin terhadap trauma dari luar, memungkinkan

janin bergerak dengan bebas, melindungi suhu tubuh janin. Sehingga bila ketuban

pecah sedangkan belum ada tanda – tanda inpartu resiko terjadinya infeksi lebih

tinggi dan dapat mempengaruhi keadaan dalam vagina yang bisa menyebabkan

terjadinya partus lama (Saifuddin, 2010).

2.1.2 Klasifikasi

Distosia/partus lama dapat dibagi berdasarkan pola persalinannya. menjadi

tiga kelompok, yaitu :

1. Fase laten memanjang

Friedman dan Sachtleben mendefenisikan fase laten memanjang apabila lama fase

ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada ibu multipara. Keadaan yang

mempengaruhi durasi fase laten antara lain keadaan serviks yang memburuk

(misalnya tebal, tidak mengalami pendataran atau tidak membuka), dan persalinan

palsu. Diagnosis dapat pula ditentukan dengan menilai pembukaan serviks tidak

melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur (Saifuddin, 2010).

Page 22: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

22

2. Fase aktif memanjang

Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan protraction

(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet/tidak maju). Protraksi

didefenisikan sebagai kecepatan pembukaan dan penurunan yang lambat yaitu

untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam atau

penurunan kurang dari 1 cm/jam. Untuk multipara kecepatan pembukaan kurang

dari 1,5 cm/jam atau penurunan kurang dari 2 cm/jam. Arrest didefenisikan

sebagai berhentinya secara total pembukaan atau penurunan ditandai dengan tidak

adanya perubahan serviks dalam 2 jam (arrest of dilatation) dan kemacetan

penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam

(Saifuddin, 2010).

Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan menilai tanda dan gejala yaitu

pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf. Hal ini dapat

dipertimbangkan adanya inertia uteri jika frekwensi his kurang dari 3 his per 10

menit dan lamanya kurang dari 40 detik, disproporsi sefalopelvic didiagnosa jika

pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju,

sedangkan his baik. Obstruksi kepala dapat diketahui dengan menilai pembukaan

serviks dan turunnya bagian janin tidak maju karena kaput, moulase hebat edema

serviks sedangkan malpresentasi dan malposisi dapat diketahui presentasi selain

vertex dan oksiput anterior (Saifuddin, 2010).

3. Kala II memanjang

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan

keluarnya janin. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam sedangkan untuk

Page 23: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

23

multipara 1 jam. Pada ibu dengan paritas tinggi, kontinuitas otot vagina dan

perineum sudah meregang, dua atau tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan

lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya untuk ibu dengan

panggul sempit atau janin besar maka kala II dapat sangat panjang. Kala II

memanjang dapat didiagnosa jika pembukaan serviks lengkap, ibu ingin

mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan (Saifuddin, 2010).

2.1.5 Tanda Dan Gejala Partus Lama

a. Pada ibu

Ibu tampak gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,

dan pernapasan cepat. Di daerah local sering dijumpai edema vulva, edema

serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.

b. Pada janin

Denyut Jantung Janin (DJJ) cepat/ tidak teratur, air ketuban terdapat

mekonium kental kehijau-hijauan dan berbau, kaput suksedaneum yang besar,

moulage kepala yang hebat, kematian janin dalam kandungan, kematian janin

intra partal (KJIP) (mochtar, 2011:385).

2.1.4 Penanganan partus lama

a. Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :

1) Suntikan cortone acetate: 100-200 mg intramuscular

2) Penisilin prokain: 1 juta IU intramuscular

3) Streptomisin: 1 gr intramuscular

4) Infus cairan: larutan garam fisiologis, larutan glukose 5-10% pada janin

pertama: 1 liter/jam,

Page 24: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

24

5) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk

segera bertindak.

b. Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual

aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio seasarea

(Mochtar 2011:386).

2.1.5 Sikap bidan dalam menyikapi partus lama

Bidan khususnya di daerah pedesaan dengan polindesnya di harapkan dapat

menganbil bagian terbesar pada pertolongan persalinan normal dengan

menggunakan partograf WHO. Kewaspadaan dalam pertolongan persalinan sudah

dilakukan sejak semula, dengan melakukan observasi sehingga setiap saat

keadaan ibu dan janin dapat di ketahui dengan pasti.

Puncak kewaspadaan dilaksanakan dengan melakukan rujukan penderita

kepusat pelayanan dengan fasilitas setelah melampaui keadaan optimal. Bidan

diharapkan bekerja sama dengan dukun melalui pendidikan dukun sehingga dapat

mengenal penderita untuk dilakukan rujukan medis.

Persalinan kasep merupakan tingkat akhir persalinan lama dengan di serta

komplikasi sehingga bidan perlu melakukan tindakan medis:

a) Memberikan rehidrasi dan infus cairan pengganti.

b) Memberikan petrlindungan antibiotic-antipiretik.

c) Mengantar penderita, sehingga dapat memberikan keterangan atau dapat

memberikan keterangan tertulis.

d) Intervensi medis lainnya tidak perlu dilakukan sebab kemungkinan akan

menambah bahaya ibu maupun janin dalam rahim

Page 25: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

25

Dengan demikian bidan melaksanakan fungsinya dalam menghadapi

persalinan lama sehingga mata rantai pelayanan dan pengayoman medis dapat

lebih bermutu dan menyeluruh (Chandranita, 2010).

2.3 Tinjauan Umum Tentang Penyebab Terjadinya Partus Lama Pada Ibu

Bersalin

2.3.1 Inersia Uteri

a. Pengertian inersia uteri

Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang

dibandingkan dengan his yang normal (Mochtar, 2011:310). Inersia uteri dibagi

menjadi 2 yakni :

1. Inersia uteri primer yaitu kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan-

permulaan pesalinan

2. Inersia uteri sekunder yaitu kelemahan his yang timbul setelah adanya his

yang kuat teratur dalam waktu yang lama (Mochtar, 2011:310).

Diagnosis inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang teliti

tehadap persalinan. Pada fase laten, disgnosis akan lebih sulit, tetapi bila

sebelumnya telah kontraksi (His) yang kuat dan lama, maka diagnosis inersia uteri

sekunder akan lebih mudah (Mochtar, 2011:311).

Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa.

Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun

bagi janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama dalam hal terakhir ini

morbilitas ibu dan mortalitas janin naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri

primer (Hanifa 2010:564).

Page 26: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

26

Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan/sifatnya

menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat di atasi sehingga

menyebabkan persalinan macet. Timbulnya his adalah indikasi mulainya

persalinan, apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek dan jarang maka akan

mempengaruhi terunnya kepala dan pembukaan serviks yang dapat menyebabkan

sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau

pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus

lama, tidak adanya kemajuan dalam persalinan (Nugroho, 2012:166).

b. Penyebab inersia uteri

Salah satu sebab unersia uteri yaitu apabila bagian bawah janin tidak

berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan

letak janin atau pada disproporsi sevalo pelvic perengangan rahim yang

berlebihan pada kehamilan ganda maupun hidromion juga dapat merupakan

penyebab dari inersi uteri yang murni. Kelainan his ditemukan juga pada

primigravida, khususnya pada primigravida tua. Pada multipara lebih banyak

ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri (Nugroho, 2012:168).

c. Penanganan

Penanganan atau penatalaksanaan inersia uteri adalah :

1) Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah

janin dan keadaan janin.

2) Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien untuk jalan-jalan

3) Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan

misalnya pada letak kepala:

Page 27: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

27

a) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dectroce 5%, dimulai

dengan 12 tetes permenit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes permenit.

Tujuan pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat membuka.

b) Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his

setelah pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu

untuk istirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10

mg dan esoknya diulang lagi pemberian oksitosin drips.

c) Bila inersia uteri desertai disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan

seksio seasaria.

d) Bila semua his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah,

dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam primi dan 18 jam pada multi

tidak ada diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetric

lainnya (ekstraksi vakum, forcep, dan seksio seasaria) (Nugroho, 2012:169,

170).

2.3.2 Ketuban Pecah Dini

a. Pengertian KPD

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat

terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan

(Nugroho, 2012:150).

Menegakkan diagnosa Ketuban Pecah Dini secara tepat dan tepat sangat

penting. Hal ini menghindari adanya diagnose positif palsu ataupun diagnose

negative palsu. Adanya diagnose positif palsu berarti melakukan intervensi seperti

Page 28: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

28

melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio secaria yang semestinya tidak

dilakukan tampa adanya indikasi yang tepat. Sebaliknya diagnose yang negate

palsu dapat meningkatkan resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan ibu

dan janin. Diagnose ketuban pecah dini ditegakakan dengan cara annamnesa,

inspeksi, pemeriksaan dalam dan melakukan pemeriksaan penunjang(Nugroho,

2012:152).

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan/sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang 3 cm dan

pada multi kurang dari 5 cm bila periode laten terlalu panjang pada ketuban

pecah, maka terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan

anak serta menyebabkan partus lama. Air ketuban juga mempunyai fungsi

melindungi janin terhadap trauma dari suhu tubuh janin, sehingga bila ketuban

pecah sedangkan belum ada tanda-tanda inpartu resiko terjadinya infeksi lebih

tinggi dan biasanya mempengaruhi keadaan dalam vagina yang biasa

mebnyebabkan terjadinya partus lama (Nugroho, 2012:150).

b. Penyebab KPD

Pada sebaian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan dan tidak dapat

ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebabkan factor-faktor yang

berhubungan dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit

diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:

1. Infeksi

2. Servik yang inkompetensia

3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat

Page 29: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

29

4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual

5. Kelainan letak misalnya sungsang (Nugroho, 2012:150-151).

c. Penanganan KPD

1. Konservatif

a) Rawat di rumah sakit

b) Beri antibiotika : bila ketuban pecah < 6 jam berupa : ampisilin 4 x 500 mg

atau Gentamycin 1 x 80 mg

c) Umur kehamilan < 32-34 minggu : dirawat selama air ketuban masih keluar

atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d) Bila usia kehamilan <32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka usia

kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal

sangat tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature).

e) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterine.

f) Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama untuk memacu

kematangan paru paru janin.

2. Aktif:

a) Kehamilan >35 minggu : induksi oksitosin, bila gagal dilakukan Seksio

Ceasaria.

1) Cara induksi : 1 ampul syntocinon dalam dektrose 5% dimulai 4 tetes/menit,

tiap ¼ jam dinaikkan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit

b) Pada keadaan cpd, letak lintang dilakukam seksio seasaria.

c) Bila ada tanda-tanda infeksi : beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan

diakhiri (Nugroho, 2012:155).

Page 30: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

30

2.3.3 Primipara Tua

Primipara tua adalah usia lebih dari 35 tahun/lebih pada kehamilan pertama.

Persalinan primigravida tua adalah proses persalinan yang pertama kali di alami

wanita yang berusia lebih dari 35 pada jaringan alat-alat kandungan, ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan serviks yang kaku

atau inertia uteri ( kelemahan his ).

Usia di atas 35 tahun yaitu ibu yang berumur 35 tahun atau lebih, di mana

pada usia tersebut terjadi perubahan kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi.

a) Bahaya atau resiko yang akan terjadi pada kehamilan di usia diatas 35 tahun

pada kehamilan pertama yakni tekanan darah tinggi, ketuban pecah dini,

infertilitas yang lampau sering dan waktu yang tersedia untuk kehamilan

yang akan dating terbatas, kecenderungan untuk melahirkan secara secsio

ceasarea, persalinan yang lebih sulit dan lama.

b) Penanganan yang dapat dilakukan pada primigravida tua yaitu, perawatan

kehamilan yang teratur dan pada persalinan membutuhkan tindakan operasi.

Menurut winkjasastro salah satu penyebab kelainan his yang dapat

menyebabkan partus lama terutama ditemukan pada primigravida khususnya

primigravida tua, sedangkan pada muiltipara ibu banyak ditemukan kelainan yang

disebabkan inersia uteri. Pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja

organ-organ reproduksinya sudah mulai lemah, dan tenaga ibu sudah mulai

berkurang, hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada

akhirnya apabila ibu terus menerus kehilangan tenaga karena mengejan akan

terjadi partus lama (Hanifa 2010:566).

Page 31: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

31

2.3.4 Cephallo Pelvic Disproportion (CPD)

Cephallo Pelvic Disproportion (CPD) adalah keadaan dimana ketidak

sesuaian ukuran kepala janin dengan panggul ibu sehingga persalinan tidak dapt

berlangsung secara spontan.

CPD adalah Ketidaksesuain antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu

sehingga persalinan tidak dapat berlangsung secara pervagiana, kelainan dalam

ukuran atau bentuk jalan lahir dapat menghalangi kemajuan persalinan atau

menyebabkan kemacetan (hanifa,2010:562). Disproporsi relative terjadi apabila

factor-faktor lain ikut berpengaruh. Pangggul yang sedikit sempit dapat di atasi

dengan kontraksi uterus yang efisien, kelongaran jaringan lunak, letak, presentase

dan kedudukan janin yang menguntungkan dan kemapuan kepala janin untuk

mengadakan moulage. Sebaiknya kontraksi yang jelek, jaringan lunak yang kaku,

kedudukan abnormal, dan ketidakmampuan kepala untuk mengadakan moulage

sebagaimana mestinya, semua dapat menyebabkan persalinan menjadi lama,

bahkan kemungkinan besar persalinan vagina tidak mungkin (Hanifa 2010: ).

CPD atau Cefalopelvic Disproportion adalah ketidaksesuaian ukuran

panggul dan ukuran janin, yakni ukuran pelvic tertentu tidak cukup besar untuk

mengakomodasi keluarnya janin melalui pelvic sampai terjadi kelahiran

pervaginam. Keadaan ini dapat mengakibatkan kegagalan kemajuan persalinan,

persalinan macet, dan disfungsi uterus hipotonik yang dapat memicu persalinan

lama.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya CPD diantaranya:

4) Kesempitan pada Pintu Atas Panggul

Page 32: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

32

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm

atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala memiliki

kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga serviks uteri

kurang mengalami tekanan kepala.

5) Kesempitan pintu panggul tengah

Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah distansia interspinarum

kurang dari 9,5 cm, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran pada

persalinan jika diameter sagitalis posterior pendek pula.

6) Kesempitan pintu bawah panggul

Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm,

maka sudut arkus pubis juga mengecil (<80º) sehingga timbul kemacetan pada

kelahiran janin ukuran biasa.

Bentuk dan ukuran panggul dipengaruhi oleh :

5) Faktor perkembangan: herediter atau congenital.

6) Faktor nutrisi: malnutrisi menyebabkan panggul sempit.

7) Faktor seksual: androgen yang berlebihan menyebabkan bentuk panggul

android.

8) Trauma, penyakit, atau tumor pada tulang panggul atau tulang belakang

(Cunningham, 2012:491-492).

Cibils dan Hendricks melaporkan bahwa adaptasi mekanis dari janin terhadap

tulang jalan lahir memainkan peranan penting dalam menentukan efisiensi

kontraksi. Semakin baik adaptasi tersebut, semakin efisien kontraksi, dengan

demikian respon servikal terhadap persalinan memberikan prognostik terhadap

Page 33: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

33

keluaran persalinan pada perempuan dengan panggul yang sempit (Cunningham,

2012:492).

Sebenarnya panggul hanya merupakan salah satu faktor yang menentukan

apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, Penanganan Pada CPD yakni partus

dapat direncanakan pervagina bila janin kecil, his baik, posisi kepala dan keadaan

serviks harus diperhatikan selama inpartu. Lakukan secsio ceasarea

(Mochtar,2011:328).

2.3.5 Letak Sungsang

a. Pengertian Letak Sungsang

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian

terendah ( presentase bokong). Dibagi menjadi dua yaitu :

1. Letak bokong murni (frank breec) yaitu bokong yang menjadi bagian depan,

kedua tungkai lurus keatas.

2. Letak bokong kaki (complete breec ) yaitu disamping bokong teraba kaki,

biasa disebut sebagai letak bokong kaki sempurna jika disamping bokong

teraba kedu kaki atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba satu

kaki

3. Letak lutut

4. Letak kaki (incomplete breec presentation ) yaitu presentase kaki (Rukiyah,

2010:239).

Untuk menegakkan diagnosa letak sungsang pada umumnya tidak sulit.

Pada pemeriksaan luar, dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang

keras dan bulat, yaitu kepala dan kepala teraba difundus uteri. Kadang-kadang

Page 34: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

34

bagian bokong janin teraba bulat dan dapat member kesan seolah-olah kepala,

tetapi bokong tidak dapat digerakkaan semudah kepala. Denyut jantung janin pada

umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbicis.

Kelainan letak janin merupakan salah satu penyebab terjadinya partus lama.

Pada janin yang mengalami kelainan letak janin mempunyai resiko terhadap

terjadinya partus lama seperti letak sungsang dan lintang, janin dengan letak

sungsang atau lintang mengakibatkan tidak adanya bagian terendah janin

menutupi pintu atas panggul yang dapatr mengurangi tekanan terhadap

membrane bagian bawah, sehinga dapat menyebabkan terjadinya persalinan

dengan partus lama (Hanifa, 2010:562)

b. Penyebabnya

Penyebab dari letak sungsang antara lain disebabkan oleh : prematuritas

karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala

relatif besar, hindromnion karena anak mudah bergerak, placenta previa karena

menghalangi turunnya kepala kedalam pintu atas panggul, bentuk rahim yang

abnormal, kelainan bentuk kepala seperti anensefalus dan hidrosefalus (Rukiyah

2010:241).

c. Penanganan

Ada 2 fase dalam menolong persalinan letak sungsang yakni : fase menunggu

yaitu sebelum bokong lahir seluruhnya jangan lakukan klisteller karena akan

memudahkan nuchal arm kemudian fase untuk bertindak cepat yaitu dilakukan

setelah badan janin sudah lahir sampai pusat diperlukan waktu 8 menit dan untuk

Page 35: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

35

mempercepat lahirnya kepala janin dapat dilakukan manual aid (Rukiyah

2010:244).

2.4 Dasar Pemikiran Variabel Yang Di Teliti

2.4.1 Inersia Uteri

Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan/sifatnya

menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat di atasi sehingga

menyebabkan persalinan macet. Timbulnya his adalah indikasi mulainya

persalinan, apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek dan jarang maka akan

mempengaruhi terunnya kepala dan pembukaan serviks yang dapat menyebabkan

sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau

pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus

lama, tidak adanya kemajuan dalam persalinan (Nugroho, 2012:166).

2.4.2 Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan/sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang 3 cm dan

pada multi kurang dari 5 cm bila periode laten terlalu panjang pada ketuban

pecah, maka terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan

anak serta menyebabkan partus lama. Air ketuban juga mempunyai fungsi

melindungi janin terhadap trauma dari suhu tubuh janin, sehingga bila ketuban

pecah sedangkan belum ada tanda-tanda inpartu resiko terjadinya infeksi lebih

tinggi dan biasanya mempengaruhi keadaan dalam vagina yang biasa

menyebabkan terjadinya partus lama (Nugroho, 2012:150).

Page 36: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

36

2.4.3 Primipara Tua

Primipara tua adalah usia lebih dari 35 tahun/lebih pada kehamilan

pertama. Persalinan primi tua adalah proses persalinan yang pertama kali dialami

wanita yang berusia lebih dari 35 tahun pada jaringan alat-alat kandungan, ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan serviks yang kaku

atau inersia uteri. Pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-

organ reproduksinya sudah mulai lemah, dan tenaga ibu sudah mulai berkurang,

hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila

ibu terus menerus kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama

(Hanifa, 2010:566).

2.4.4 CPD

CPD merupakan salah satu penyebab terjadinya partus lama. Pada janin

besar atau janin yang mengalami ketidak sesuian dengan luas jalan lahir biasanya

banyak terjadi banyak komplikasi pada saat terjadi persalinan, hal ini terjadi

karena kepala terlalu besar tidak dapat memasuki panggul atau karena bahu yang

tidak dapat meleweati PAP. Kesukaran ini mengakibatkan terjadinya partus lama

pada saat persalinan karena tidak adanya bagian terendah yang menutupi PAP

sehinga mengakibatkan meningkatnya tekanan terhadap bagian bawah (Hanifa,

2009:187).

2.4.5 Letak Sungsang

Kelainan letak janin merupakan salah satu penyebab terjadinya partus

lama. Pada janin yang mengalami kelainan letak janin mempunyai resiko terhadap

terjadinya partus lama seperti letak sungsang dan lintang, janin dengan letak

Page 37: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

37

sungsang atau lintang mengakibatkan tidak adanya bagian terendah janin

menutupi pintu atas panggul yang dapatr mengurangi tekananterhadap membrane

bagian bawah, sehinga dapat menyebabkan terjadinya persalinan dengan partus

lama (Hanifa, 2010:562)

Page 38: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

38

2.5 Kerangka Konsep

Keterangan :

Variable independen : Inersia uteri, KPD, Primigravida tua,CPD, Letak Sungsang

Variable dependen : Partus lama

Inersia Uteri

KPD

Primipara Tua

CPD

Letak Sungsang

Partus Lama

Page 39: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang dimaksud

untuk mendapatkan gambaran tentang Identifikasi Kejadian Partus Lama Pada Ibu

Bersalin Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari

(Sulityaningsih, 2010:82).

3.2 Waktu Dan Tempat

3.3.1 Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret tahun 2014

3.3.2 Tempat penelitian

Penelitian akan dilakasanakan di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Santa

Anna Kota Kendari Tahun 2014.

3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah semua Ibu Bersalin yang mengalami partus lama Di Ruang

Bersalin Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari pada tahun 2013 dengan

jumlah 47 orang ibu bersalin yang mengalami partus lama.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah semua Ibu Bersalin Yang Mengalami Partus Lama

Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari tahun 2013

dengan jumlah 47 orang ibu bersalin yang mengalami patus lama. Teknik

pengambilan sampel diambil adalah total sampling.

Page 40: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

40

3.4 Jenis Dan Sumber Data

3.4.1 Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu penelitian

menggunakan angka-angka dimulai dari pengumpulan data, amalisis data serta

penampilan dari hasil penelitian.

3.4.2 Sumber data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari

Buku Register Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Santa Anna kota Kendari

Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.5 Pengolahan dan Penyajian Data

3.5.1 Pengolahan Data

Data di olah secara manual dengan mengunakan kalkulator sebelum

pengolahan data terlebih dahulu di lakukan.

a. Seleksi merupakan pemilihan data.

b. Editing, mengecek kembali data yang di kumpulkan dan melengkapi data

yang kurang.

c. Coding, pekerjaan membuat table data yang telah dijumlah, di presentasikan

kemudian di uraikan makna presentasenya.

3.5.2 Penyajian Data

X = fn

x K (100 % )

Keterangan :

F = Frekuensi variable yang diteliti

n = jumlah sampel peneliti

Page 41: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

41

k = konstanta (100%)

X = presentase hasil yang di capai (Sulistyaningsih.2010: 82)

3.6 Definisi Operasional

1. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada

primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida (Mochtar 2011:384).

Partus lama juga merupakan persalinan lama yang di sertai komplikasi ibu dan

janin yang sedang di kandungnya (Manuaba 2009:181).

2. Inersi uteri adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang

dibandingkan dengan his yang normal (Mochtar, 2011:310).

3. Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini

dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya

melahirkan (Nugroho, 2012:150).

4. Persalinan primipara tua adalah proses persalinan yang pertama kali dialami

oleh wanita berusia 35 tahun.

5. Cephallo Pelvic Disproportion (CPD) adalah Ketidaksesuain antara ukuran

kepala janin dengan panggul ibu sehingga persalinan tidak dapat berlangsung

secara pervagina, kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir dapat

menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan (Hanifa,

2010:562).

6. Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian

terendah ( presentase bokong). (Rukiyah, 2010:239).

Page 42: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

42

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, R.2010.Sinopsis Obstectric Fisiologis Dan Patologis. Jakarta:EGC.

Manuaba. 2002. ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Untuk Bidan. jakarta :EGC

Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan.Yogyakarta : PT.Nuha Medika.

Rukiyah,A.2010.Asuhan Kebidanan IV Patologi. Jakartam: CV Trans info Media

Sulistyaningsih. 2010. Metodologi penelitian kebidanan.: graha mulia.

Varney et al .2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2.Jakarta:EGC

Wiknjosastro, H. 2009. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

--------------------2010.Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT.Bina Husada Sarwono P.

Tim RSU Santa Anna, 2013. Rekam medic RSU Santa Anna. Kendari Sulawesi Tenggara.

Tim RSU Bahteramas 2013. Recam medic RSU Bahteramas. Kendari. Sulawesi Tenggara.

(http://yulielolipuplophe.blogspot.com/2011/07/kti-faktor2-yang-mempengaruhi -partus.html?m=1).

Page 43: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1.1.1 Profil Rumah Sakit Umum Santa Anna

Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari terletak di JL. DR. Moh. Hatta No.

65A Kota Kendari dengan luas lahan 5.138 m2 dan luas bangunan 3.340 m2.

Rumah Sakit Santa Anna Kota kendari didiririkan tanggal 23 juli 1978 dan

diresmikan tanggal 08 agustus 1978, merupakan Rumah Sakit Swasta milik

Kongraese JMJ-Indonesia. Rumah Sakit Santa Anna Kendari mendapatkan

sertifikat penetapan kelas Rumah Sakit oleh Mentri Kesehatan dengan nomor:

HK.03.05/1/665 Tanggal 19 april 2012 dengan ketetapan Rumah Sakit Umum

Kelas D. Surat Izin Operasional tetap dari Walikota Kendari dengan nomor

56/IZN/XII/2012/001 tanggal 17 desember 2012 dengan jangka waktu 5 (lima)

tahun berlaku dari tanggal 17 desember 2012 sampai 17 desember 2017

1.1.2 Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Santa Anna terletak di Kota Kendari tepatnya di jalan

poros jl. Dr. Moh. Hatta no. 65 A kelurahan sauna kecamatan kendari barat kota

kendari, lokasi ini sangat strategis karena mudah dijangkau dengan kendaraan

umum dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan jalan poros Dr. Moh Hatta

2. Sebelah timur berbatasan dengan jalan By Pass Kota Kendari

3. Sebelah selatan berbatasan dengan kantor UTDD Kota Kendari

4. Sebelah barat berbatasan dengan kantor koperasi.

Page 44: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

44

1.1.3 Falsafah Dan Peranan Rumah Sakit

Falsafah dan peranan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari adalah

siap sedia berperan serta dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

di wilayah Sulawesi tenggara dalam pelayanan yang baik kepada sesama.

Berdasarkan falafah dan peranan tersebut Rumah Sakit Umum Santa Anna

Kota Kendari mempunyai falsafah dan peranan tersebut Rumah Sakit Umum

Santa Anna Kota Kendari mempunyai peranan yaitu :

Meningkatkan SDM secara berkesinambungan sesuai dengan

perkembangan dan tuntunan masyarakat

Menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu.

1.1.4 Visi,Misi Dan Motto

a.Visi

Tahun 2015 RSU Santa Anna memberikan pelayanan terbaik di wilayah

Sulawesi Tenggara

b. Misi

Memberikan pelayanan kesehatan secara professional terhadap sesama

dilandasi cinta kasih kristus, sesuai dengan perkembangan dan tuntutan

masyarakat dalam era globalisasi

c. Motto

Siap sedia berperan serta dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat di wilayah Sulawesi Tenggara dalam pelayanan yang baik ke sesame.

Page 45: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

45

1.1.4 Fasilitas Gedung

a. Ruang poliklinik seperti Poliklinik Umum, Poli Kebidanan, Poli Tht, Poli

Bedah ortopedi, dan Poli Gigi.

b. Ruang UGD Buka 24 Jam

c. Ruang ICU

d. Ruang Kamar Bersalin

e. Ruang Administrasi seperti Perkantoran, Keuangan, Dan Aula/Diklat

f. Ruang Pelayanan Penunjang seperti Laboratorium, Radiologi,USG, EKG,

Ambulance

g. Ruang Instalasi Gizi

h. Ruang Laundry

i. Ruang Jenazah

j. kapasitas tempat tidur rumah sakit 63 tempat tidur

1.1.5 Jenis Pelayanan

Tenaga dokter yang ada :

a. spesialis bedah umum, part time 3 orang

b. spesialis bedah orthopedic full time 1 orang

c. spesialis kebidanan dan kandungan, part time 3 orang

d. spesialis penyakit dalam, full time 1 orang

e. spesialis anak, part time 1 orang

f. spesialis THT, part time 1 orang

g. spesialis saraf, part time 1 orang

h. spesialis anastesi,part time 1 orang

Page 46: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

46

i. dokter radiologi, part time 1 orang

j. spesialis jiwa, part time 1 orang

k. dokter gigi, full time 1 orang

l. dokter umum, full time 1 orang

m. dokter umum, part time 5 orang

n. tenaga apoteker, full time 2 orang

1.2 Hasil Penelitian

Tabel 1. Distribusi Ibu Bersalin Dengan Partus Lama di RSU Santa Anna di Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2013

Jenis persalinan Jumlah (n) Presentase (%)Inersia uteri 22 46,80 %

KPD 12 25,53 %Primipara tua 6 12,76 %

CPD 4 8,51 %Letak sungsang 3 6,38 %

Jumlah 47 100 %

` Sumber : Data sekunder, Tahun 2013

Dari tabel 2 terlihat bahwa penyebab partus lama pada ibu bersalin

paling banyak adalah Inersia Uteri berjumlah 22 orang (46,80 %), KPD berjumlah

12 orang (25,53 %) , primipara tua berjumlah 6 orang (12,76 %), CPD berjumlah

4 orang (8,51 %) dan yang paling sedikit letak sungsang berjumlah 3 (6,38 %).

4.3 Pembahasan

1. Inersia uteri

Berdasarkan penelitian (tabel 2), dari 220 ibu bersalin dengan partus lama

yang di teliti diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat inersia uteri

sebanyak 22 orang (46,80%).

Page 47: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

47

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nursia Pilami

pada tahun 2012 yakni dari 330 ibu bersalin dengan partus lama yang diteliti

diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat inersia uterisebantak 133

orang (40,3%)

Dari hasil penelitian di atas ditemukan penyebab utama dari partus lama

yakni inersia uteri. hal ini dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wiknjosastro,

(2007). Bahwa inersia uteri merupakan salah satu penyebab utama dari partus

lama di mana his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang

dibandingkan dengan his yang normal. Timbulnya his adalah indikasi mulainya

persalinan, apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek dan jarang maka akan

mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks yang dapat menyebabkan

sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau

pengusiran janin dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus lama

karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan (Wiknjosastro, 2007)

Diagnosis inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang

teliti terhadap persalinan. Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit, tetapi bila

sebelumnya telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama, maka diagnosis inersia

uteri sekunder akan lebih mudah. Inersia uteri menyebabkan persalinan akan

berlangsung lama dengan akibat-akibatnya terhadap ibu dan janin (Rukiyah,

2010).

Page 48: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

48

2. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Berdasarkan hasil penelitian (tabel 2), dari 220 ibu bersalin dengan partus

lama yang diteliti diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat

ketuban pecah dini 12 orang (25,53%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nursia Pilami pada tahun 2012

yakni 330 ibu bersalin dengan partus lama yang diteliti diperoleh jumlah ibu

bersalin dengan partus lama akibat ketuban pecah dini 129 orang (39,1%).

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wiknjosastro, bahwa

pecahnya ketuban dengan adanya serviks yang matang dan kontraksi yang kuat

tidak pernah memperpanjang persalinan, akan tetapi apabila pecahnya ketuban

pada saat serviks masih panjang, keras, dan menutup, maka sebelum dimulainya

proses persalinan sering terdapat periode laten yang lama. Hal ini dipengaruhi

dimana ketika terjadi kesempitan pintu atas panggul (PAP) yang akhirnya

berpengaruh terhadap persalinan yaitu pembukaan serviks lambat dan sering kali

tidak lengkap. Kerja uterus yang tidak efisien mencakup ketidak mampuan serviks

untuk membuka secara lancar dan cepat, disamping kontraksi rahim yang tidak

efisien pada akhirnya akan terjadi partus lama (Wiknjosastro, 2007).

Sujiyatini dkk, menyatakan bahwa air ketuban juga mempunyai fungsi

melindungi janin terhadap trauma dari suhu tubuh janin, sehingga bila ketuban

pecah sedangkan belum ada tanda-tanda inpartu risiko terjadinya infeksi lebih

tinggi dan biasanya mempengaruhi keadaan dalam vagina yang bias menyebabkan

terjadinya partus lama (Sujiyatini dkk, 2009).

Page 49: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

49

3. Primipara tua

Berdasarkan hasil penelitian (tabel 2) dari 220 sampel ibu bersalin dengan

partus lama yang diteliti diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat

primigravida tua sebanyak 6 orang (12,76%).

Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan Nursia Pilami pada

tahun 2012 yakni dari 330 ibu bersalin dengan partus lama yang diteliti dipetoleh

jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat primipara tua 68 orang (20,6%)

Hal ini seiring dengan teori yang dikemukakan oleh Wiknjosastro, (2007).

Bahwa salah satu penyebab kelainan his yang dapat menyebabkan partus lama

terutama ditemukan pada primipara khususnya primipara tua. Pada ibu dengan

usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya sudah mulai

lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu

kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus menerus

kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama (Wiknjosastro,

2007).

Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20-35 tahun merupakan tahun terbaik

wanita untuk hamil karena selain berusia ini kematangan organ reproduksi dan

hormon telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit degeneratif

seperti hipertensi, Diabetes Melitus, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak

semua ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan

mengalami partius lama akan tetapi pada sebagian wanita dengan usia yang

masih muda organ reproduksinya masih belum begitu sempurna dan fungis

hormon-hormon yang berhubungan dengan persalinan juga belum sempurna pula.

Page 50: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

50

Ditambah dengan keadaan psikologi, emosional dan pengalamaman yang belum

perna dialami sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi uterus menjadi tidak

aktif, yang nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan pada ibu

dengan lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya sudah

mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada

akhirnya apabila ibu terus menerus kehilangan tenaga karena mengedan akan

terjadi partus lama (Winkjasastro, 2006).

Salah satu penyebab kelainan his adalah dapat menyebabkan partus lama

terutama ditemukan pada primipara tua. Kehamilan pada usia yang terlalu muda

dan tua termaksud dalam kriteria kehamilan risiko tinggi dimana keduanya

berperang meningkatkan mordibitas dan mortalitas pada ibu maupun janin.

Kehamilan primigravida tua dapat berhubungan dengan meningkatnya kompliksi

medis dan komplikasi obstetrik yang terjadi selama kehamilan (Manuaba, IB,

2006).

4. CPD (Cefalopelvic Disproportion)

Berdasarkan hasil penelitian (tabel 2) dari 220 sampel ibu bersalin dengan

partus lama yang diteliti diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat

CPD sebanyak 4 orang (8,51%).

Hal ini seiring dengan teori yang dikemukakan oleh hanifa wiknjosastro

bahwa Ketidaksesuain antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu sehingga

persalinan tidak dapat berlangsung secara pervagina, kelainan dalam ukuran atau

bentuk jalan lahir dapat menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan

kemacetan atau partus lama (hanifa,2010:562).

Page 51: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

51

CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan

terjadi CPD akan kita dapatkan persalinan macet.CPD merupakan salah satu

penyebab terjadinya partus lama. Pada bayi terlalu besar atau janin yang

mengalami ketidak sesuian dengan luas jalan lahir biasanya banyak terjadi banyak

komplikasi pada saat terjadi persalinan, hal ini terjadi karena kepala terlalu besar

tidak dapat memasuki panggul atau karena bahu yang tidak dapat melewati Pintu

Atas Panggul (PAP). Kesukaran ini mengakibatkan terjadinya partus lama pada

saat persalinan karena tidak adanya bagian terendah yang menutupi Pintu Atas

Panggul (PAP) sehinga mengakibatkan meningkatnya tekanan terhadap bagian

bawah (Hanifa, 2009:187).

5. Letak sungsang

Berdasarkan hasil penelitian (tabel 2) dari 220 sampel ibu bersalin dengan

partus lama yang diteliti diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat

letak sungsang sebanyak 3 orang (6,38%).

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hanifa wiknjosastro

bahwa Kelainan letak janin merupakan salah satu penyebab terjadinya partus

lama. Pada janin yang mengalami kelainan letak janin mempunyai resiko terhadap

terjadinya partus lama seperti letak sungsang dan lintang, janin dengan letak

sungsang atau lintang mengakibatkan tidak adanya bagian terendah janin

menutupi pintu atas panggul yang dapatr mengurangi tekanan terhadap membrane

bagian bawah, sehinga dapat menyebabkan terjadinya persalinan dengan partus

lama (Hanifa, 2010:562)

Page 52: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

52

4.4 Asuhan Kebidanan

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN

PADA NY ‘T’ DI RUANG BERSALIN DENGAN

KALA II LAMA DI RSU SANTA ANNA

TANGGAL 3-03-2013

Tanggal masuk : 3 -03- 2014

Tanggal Pengkajian : 3 -03-2014

Diagnose : Inpartu G 1P0A0

Nama pengkaji : Elsara Hardianti

I. Pengumpulan Data Dasar

A. Biodata Ibu / Suami

Nama : Ny “T” / Tn “M”

Umur : 21 Tahun / 29 Tahun

Suku : Tolaki / Tolaki

Agama : Kristen / kristen

Pendidikan : Sma / SMA

Pekerjaan : IRT / Swasta

Alamat : jln. Dr. moh hatta

Lama Menikah : 3 Tahun

A. Data Biologis/Fisiologis

Keluhan utama : ibu mengatakan hamil yang pertama kalinya dan ibu

mengeluh Nyeri perut tembus ke belakang dirasakan ibu sejak tanggal 3 maret

2014 pukul 10.45 wita disertai pelepasan lendir dan darah sejak pukul 17.45 wita

1. Riwayat keluhan utama

a. Timbul sejak : tanggal 03-03-2014 jam 10.45 wita.

Page 53: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

53

b. Sifat keluhan : hilang - timbul

c. Pengaruh keluhan terhadap aktivitas : mengganggu

d. Usaha untuk mengatasi keluhan : ibu berbaring sambil mengelus –

elus pinggangnya.

2. Riwayat obstetric

1. Riwayat kehamilan sekarang : G IP0A0

a. HPHT : 24-05-2013.

b. TP : 03-03-2014.

c. Gerakan janin : sejak usia kehamilan 20 minggu.

d. Keluhan saat hamil muda : mual dan muntah di pagi hari.

e. Pemeriksaan kehamilan : sering lebih dari 4 kali di posyandu.

f. Imunisasi TT : perna 2x

TTI pada umur kehamilan 28 minggu.

TT2 pada umur kehamilan 32 minggu.

g. Obat yang dikonsumsi

Obat : SF, Kalak, dan Vit.C

Jamu : tidak ada.

2. Riwayat haid

Menarche : 15 tahun

Siklus : 28-30 hari

Lamanya : 5-7 hari

Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut sehari

Dismenorhea : tidak ada

Page 54: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

54

3. Tidak ada riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu.

4. Riwayat ginekologi

Tidak ada penyakit infertile, massa, penyakit menular seks, dan opersi.

5. Tidak ada riwayat KB

6. Riwayat penyakit yang lalu

Tidak ada penyakit Asma, TBC, Hepatitis B, Jantung, Hipertensi, Diabetes

Melitus, Penyakit lainnya.

7. Pola Nutrisi

a. Waktu makan terakhir : sebelum persalinan

b. Frekwensi makan : 3x sehari

c. Frekwensi minum : 7-8 gelas sehari

d. Pantangan makan : tidak ada

8. Pola eliminasi

1. BAK

a. Frekwensi : 4-5x sehari

b. Warna : kekuningan

c. Bau : khas amoniak

d. Masalah : tidak ada

1. BAB

a. Frekwensi : 1-2x sehari

b. Konsistensi : lunak

c. Masalah : tidak ada

Page 55: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

55

9. Pola tidur dan istirahat

a. Malam : ± 8 jam

b. Siang : ± 2 jam

c. Masalah : tidak ada

10. Data social

a. Dukungan suami : respon suami sangat senang menunggu

kelahiran bayinya

b. Dukungan keluarga: respon keluarga sangat senang ditandai dengan

mereka berdoa untuk keselamatan ibu dan bayiny

c. Masalah : tidak ada

B. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum ibu : baik.

2. Kesadaran : composmentis

3. Tanda-tanda vital

Tekanan darah  :  110/70

Nadi                 :   84x/i

Suhu                :   36,5 c

Pernapasan      :   18x/i

4. Kepala

Rambut panjang, hitam dan lurus,tidak rontok tidak ada ketobe dan benjolan.

5. Wajah

Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, tidak ada kloasma dan odema.

6. Mata

Konjuntiva tdk pucat, sclera tidak ikterus dan penglihatan normal.

Page 56: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

56

7. Mulut

Bibir lembab, lidah kotor dan ada gigi tanggal.

8. Leher

Tidak ada pembesaran vena jugularis dankelenjar tiroid

9. Payudara

Putting susu menonjol ada kolostrum sedikit.

10. Abdomen

a. Inspeksi

Sesuai umur kehamilan, Striae livide, Linea nigra

   Lingkar perut   91 cm

   TBJ  =  Lingkar perut x TFU

             =   91  X  32 cm

             =   2912       

b. Palpasi

Tonus otot perut : tampak tegang

Leopold I : TFU 3 jrbpx ,bokong

Leopold II : puka

Leopold III : presentase kepala

Leopold IV : kepala sudah masuk PAP

c. Auskultasi

DJJ : Normal

Frekwensi : 140x/ menit

Irama : teratur.

Page 57: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

57

Kekutan : jelas, kuat dan teratur

14. Genitalia dalam

Tidak ada varises, odema dan massa.

Pemantauan HIS  :

Waktu Kontraksi

uterus

Durasi Nadi (mmHg) DJJ

18.50 3x 10 menit 20-40 dsetik 110/70 145 x/menit

19.20 3x 10 menit 20-40 detik 110/70 145 x/menit

19.50 3x 10 menit 20-40 dsetik 110/70 145 x/menit

20.20 3x 10 menit 20-40 detik 110/70 145 x/menit

21.20 4x 10 menit 20-40 detik 110/70 145 x/menit

21.50 3x 10 menit 20-40 detik 110/70 145 x/menit

22.20 4x 10 menit > 40 detik 110/80 148x/ menit

22.50 4x 10 menit > 40 detik 110/80 148x/ menit

23.20 4x 10 menit > 40 detik 110/80 148x/ menit

23.50 4x 10 menit > 40 detik 100/60 150x/ menit

00.20 4x 10 menit > 40 detik 100/60 150x/ menit

00.50 4x 10 menit > 40 detik 100/60 150x/ menit

15. Pemeriksaan dalam Pukul 18. 50 Wita

a)      Vulva dan Vagina    :    Tidak ada kelainan

b)      Portio                        :    Lunak dan tipis

c)      Pembukaan                :    6 cm

d)     Ketuban                    :    Utuh

e)      Presentase                 :    Kepala, UUK depan

f)       Molase                       :    Tidak ada

g)      Penurunan Kepala    :     H1- H II

h)      Kesan panggul          :     Normal

i)        Pelepasan                  :     Lendir dan darah

16. Ekstremitas   :  Tidak ada oedema dan varices

Page 58: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

58

16. Anus

Tidak ada hemoroid dan odema.

LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA /MASALAH AKTUAL

GIP0A0, umur kehamilan 40 minggu 1 hari, intra uterin, janin tunggal, janin hidup,

punggung kanan, presentase kepala, kepala sudah masuk PAP, keadaan ibu dan

janin baik kala I fase aktif dengan inersia uteri sekunder.

1. GIP0A0

DS : ibu hamil yang pertama kalinya.

DO : Tonus otot perut tegang, tampak strie livide dan linea nigra.

Analisis dan interpretasi.

- Tonus otot perut pada primigravida tampak tegang akibat belum perna

mengalami peregangan sebelumnya.

- Linea nigra timbul sebagai akibat tingginya kadar MSH (Melanocyte

Stimulating Hormone) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior akibat

pengaruh hormon selama kehamilan sehingga linea alba pada garis tengah

abdomen bertambah hiperpigmentasinya. Striae livide timbul sebagai

akibat pembesaran rahih yang menimbulkan peregangan dan menyebabkan

robekan serabut elastic dibawah kulit

(Sulistyawati, A. 2009)

2. Umur kehamilan 40 minggu 1 hari

DS : HPHT 30-08-2013

DO : Tanggal kunjungan : 03-03-2014

Tafsiran persalinan : 03-03-2014

Page 59: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

59

TFU pada Leopold I : 3 jari bawah px

Analisis dan interpretasi.

Dari HPHT 30-05-2013 sampai tanggal kunjungan 07-05-2014 umur

kehamilan 40 minggu 1 hari.dan pada palpasi Leopold I didapatkan 3 jari

bawah px.

(Sulistyawati, A. 2009)

3. Intra uterin

DS : - mulai merasakan pergerakan janinnya pada umur kehamialan 4 bulan

- Sejak tidak haid ibu tdak perna merasakan nyeri perut hebat

DO : - Perut membesar sesuai umur kehamilan

- tidak ada nyeri tekan pada palpasi abdomen

Analisis dan interpretasi

Selama kehamilan dari 16 minggu ibu merasakan pergerakan janin hingga

sekarang dan pada palpsi abdomen ibbu tidak merasakan nyeri tekan dan

didukung pembesaran perut yang sesuai dengan umur kehamilan (Hanifa,

2008).

4. Janin tunggal

DS : -

DO : S DJJ terdengar pada satu bagian abdomen ibu yaitu sebelah kanan dan

hanya teraba dua bagian besar janin.

S Pada pemeriksaaan Leopold I dan III hanya teraba masing-masing satu

bagian besar.

Page 60: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

60

Analisis dan interpretasi

Pada pemeriksaan Leopold I teraba bagian lunak, tidak melenting dan susah

digerakan menandakan bokong janin dan pada pemeriksaan Leopold III terb

gagian bulat, melenting, keras dan mudah digerakan menandakan bagian

kepala janin. DJJ hanya terdengar pada satu sisi perut ibu saja berarti

menandakan janin tunggal (Sulistyawati, A. 2009)

5. Janin hidup

DS : Ibu mersakan pergerakan janinnyasejak umur kehamilan 16 minggu.

DO : DJJ terdengar kuat, jelas, teratur dengan frekuensi 140x/menit

Analisis dan Interpretasi

Gerakan janin dirasakan sejak umur kehamilan 16 minggu dengan DJJ terdengar

kuat, jelas dan teratur menandakan janin hidup. (Hanifa, 2008)

6. Punggung Kanan

DS : - Ibu merasakan pergerakan janinnya di bagian kiri perut ibu

DO :

- Pada palpasi Leopold II teraba punggung pada bagian kanan perut ibu

(rata seperti papan, keras dan ada tahanan)

- DJJ terdengar kuat, jelas, teratur dengan frekuensi 140x/menit di kuadran

kanan bawah perut ibu.

Analisis dan Interpretasi

Pada palpasi Leopold II untuk mengetahui bagian janin yang mengisi sisi

kanan dan kiri perut ibu. Ciri punggung adalah : keras, rata/datar seperti

papan panjang serta ada tahanan dan auskultasi DJJ terdengar di bagian

Page 61: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

61

punggung janin yang mengisi sisi perut ibu bagian kanan. (Sulistyawati, A.

2009).

7. Presentase Kepala

DS : -

DO : Palpasi leopol I dibagian Fundus teraba bokong ( besar , buat dan lunak),

leopol III teraba kepala ( keras, besar, bulat melenting dan mudah

digoyangkan)

Analisis dan interpretasi

Leopol I bertujuan untuk menentukan TFU dan bagian yang mengisi fundus,

leopol III untuk menentukan bagian terendah janin / presentase Ciri kepala:

teraba keras bulat, besar melenting dan mudah digoyangkan jika belum masuk

PAP.( Sulistiyawati, A. 2009).

8. Bagian terendah janin sudah masuk PAP ( konvergen)

DS : -

DO : pada palpasi Leopol IV kepala sudah masuk masuk PAP ( diververgen)

Analisis dan interpretasi

Palpasi leopol IV bertujuan untuk mengetahui apakah bagian terendah janin

sudah masuk PAP atau belum jika sudah masuk (divergen) kedua tangan

pemeriksa yang diletakkan di dua belah pihak berlawanan pada bagian bawah

perut ibu tidak saling bertemu. ( Sulistiyawati. A. 2009 : ).

9. Keadaan janin bayi.

DS : Ibu merasakan pergerakan janinnya sejak usia 16 Minggu ( 4 bulan).

DO : Besar perut/ rahim sesuai umur kehamilan

DJJ terdengar kuat jelas dan teratur dengan frekwensi 140 x / menit

Analisis dan interpretasi

Pergerakan janin 10 X dalam 24 jam, auskultasi Djj terdengar kuat jelas dan

teratur dengan frekwensi 120 -160 x / menit yang menandakan janin dalam

keadaan baik. ( Sulistiyawati. A. 2009 ).

Page 62: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

62

10. Keadaan Ibu baik.

DS : Ibu mengatakan keadaannya baik baik saja.

DO: KU ibu baik kesadaran ibu composmentris, pada pemeriksaanfisik tidak

ada kelainan, TTV

TD:110/ 80mmhg S :36,5 0 C

N :80 x / menit P: 20 x/ menit

Analisis dan intepretasi

TTV dalam batas normal menunjukkan keadaan ibu baik baik saja

Tekanan darah : Sistole kurang dari 130 – 90 mmhg.

Diastole kurang dari 80-70 mmhg

Nadi : 60 -100 x /menit

Suhu : 36, 5 -37,5 0c

Pernafasan : 12-22 x / menit

(dr. andy santosa, 2011)

11. Inersia uteri sekunder

DS :

DO : Pembukaan 6 cm hodge II

His 3 x 10 menit durasi 20 – 40 detik

Analisis dan Interpretasi

Protraksi didefenisikan sebagai kecepatan pembukaan dan penurunan yang

lambat yaitu untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2

cm/jam atau penurunan kurang dari 1 cm/jam. Untuk multipara kecepatan

pembukaan kurang dari 1,5 cm/jam atau penurunan kurang dari 2 cm/jam.

Jika his tidak adekuat (< 3 kali his dalam 10 menit lamanya kurang dari 40

detik) pertimbangkan adanya inersia uteri. Jika diagnosa inersia uteri

ditetapkan, harus diperiksa keadaan serviks, presentasi serta posisi janin,

turunnya kepala janin dalam panggul, dan keadaan panggul. Pada kasus

inersia uteri, dapat diberikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc

dekstrosa 5%, dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikkan setiap 10-15

menit sampai 40-50 tetes permenit.

Page 63: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

63

LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

LANGKAH IV : EVALUASI TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI

Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian:

- Drips ocytoxin 5 unit dalam 500 cc RL dari 8 tetes /menit dinaikkan 4

tetes/30menit. Maksimal 40 tetes.

LANGKAH V : RENCANA ASUHAN

Tujuan :

a Keadaan umum ibu baik

b. Persalinan lancar.

c. Tidak terjadi komplikasi pada ibu dan janin

Kriteria keberhasilan:

a. TTV dalam batas normal dan

b. Tidak terjadi komplikasi/masah pada saat persalinan.

c. Tidak terjadi infeksi dan tanda-tanda gawat janin

Rencana Tindakan

1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan

Rasional :

Agar ibu dapat mengetahui keadaan serta perkembangan proses persalinannya

2. Observasi

Rasional :

Agar kemajuan persalinan dapat diketahui sehingga dapat ditentukan tindakan

selanjutnya

3. Berikan terapi sesuai dengan anjuran dokter obgyn yaitu:

- Drips ocytoxin 5 unit dalam 500 cc RL dari 8 tetes /menit dinaikkan 4

tetes/30menit. Maksimal 40 tetes.

Rasional

Page 64: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

64

Maksud dari pemberian oksitosin adalah memperbaiki his sehingga serviks

dapat membuka.

4. Beri informasi tentang nyeri kala I yang dirasakan

Rasional :

Agar ibu mengetahui bahwa nyeri yang dirasakan disebabkan karena

membukanya jalan lahir disertai peregangan cukup kuat untuk timbulnya nyeri.

5. Beri dukungan pada ibu

Rasional :

Dukungan yang baik dan memberikan semangat dan sikap optimis seorang ibu

dalam menghadapi persalinan.

6. Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan bagi janinnya.

Rasional :

Hal ini dapat meningkatkan suplai oksigen ke janin karena tidur miring

mencegah penekanan vena cava superior oleh uterus yang berkontraksi

7. Siapkan partus set

Rasional :

Mempersiapkan alat partus untuk mempermudah menolong persalinan.

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

Tanggal 03-03-2014

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan

2. Mengobservasi kemajuan persalinan

3. Memberikan terapi sesuai anjuran dokter obsgyn

- Drips ocytoxin 5 unit dalam 500 cc RL dari 8 tetes/menit dinaikan 4 tetes/30

menit. Maksimal 40 tetes

4.Memberikan informasi tentang nyeri kala I yang dirasakan

3. Memberikan dukungan pada ibu

4. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan bagi janinnya

dengan berbaring mirin gkiri atau kanan.

5. Menyiapkan partus

Page 65: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

65

LANGKAH VII : EVALUASI

Tanggal 03-03-2014, pukul 18.50 WITA

1. Keadaan umum ibu dan janin baik

2. TTV dalam batas normal

TD : 110/70mmHg N : 80x/menit

S : 36,50c P : 20x/menit

3. Telah dilakukan observasi kemajuan persalinan DJJ dengan hasil 140xmenit

dengan irama teratur, his 3x/10 menit durasi 30 – 35 detik,VT:

Vulva/vagina : Elastis

Partio : Tebal

Pembukaan : 6 cm

Ketuban :

Presentase : Kepala

Molase : Tidak ada

Posisi UUK : UUK kanan depan

Penurunan kepala : Hodge II

Kesan panggul : Normal

4. Terpasang infus pada lengan sebelah kiri, cairan RL 500 cc + 5 unit ocytoxin

drips 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes/30 menit, maksimal 40 tetes

5. Ibu memahami dan mengerti semua anjuran bidan

6. Alat partus telah disiapkan

Page 66: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

66

MANAJEMEN KALA II PERSALINAN

LANGKAH 1 IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. Data Subjektif

- Ibu merasakan sakit pada perut tembus belakang

- Kontraksi uterus terasa makin kuat

- Ibu memiliki keinginan kuat untuk meneran

B. Data Obyektif

- Keadaan umum ibu baik

- His : 4x/10 menit durasi : 40 -45 detik

- Vulva dan sfingter ani membuka

- Jam 00.50 wita.

Vulva/vagina : Elastis

Portio : Tidak teraba

Pembukaan : 10 cm

Ketuban : -

Presentase : Kepala

Molase : tidak ada.

Posisi UUK : UUK depan

Penurunan kepala : Hedge IV

Kesan panggul : Normal

- DJJ 138x/menit.

1. LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAG Diagnosa: Inpartu kala II, keadaan Ibu

dan janin baik

DS:

- Ibu merasa ingin BAB

- Ibu merasa ingin meneran dan sudah keluar air-air dari jalan lahir

- Ibu merasa sakitnya bertambah kuat dan tembus belakang

DO:

- Ibu dengan inersia uteri setelah diberikan oksitasin drips tampak

ada perbaikan his. His 5 kali dalam 10 menit lamanya > 40 detik

- Dilatasi serviks 10 cm

Page 67: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

67

- Vulva dan anus membuka, perineum menonjol

Analisis dan Interprestasi

- Dengan adanya His yang kuat mengakibatkan segmen atas rahim

berkontraksi dan mendorong isi uterus (janin) turun kesegmen bawah,

uterus yang merupakan gerakan positif janin

- Rasa nyeri diakibatkan oleh tekanan yang hebat pada otot dalam

panggul dan bagian terendah janin. Menelan fleksus saraf yang

mengakibatkan rasa nyeri

- Kontraksi yang timbul disertai rasa ingin mengedan pada Ibu yang

berlangsung secara reflex yang merupakan tanda dan gejala kala II

- Dilatasi serviks 10 cm dipengaruhi oleh adanya tekanan yang akurat

pada seviks

2. Keadaan ibu dan janin baik

DS : keadaan ibu baik

Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janin

DO :

TD : 100/70 mmHg

N : 84x/menit

S : 36,5°c

P : 20x/menit

Djj : 146x/menit

Analisis dan interpretasi :

Kondisi ibu dan janin baik, tanda-tanda vital dan Djj dalam batas

normal (120-160x/menit) (Hanifa Wiknjosastro, 2007)

NOSA/MASALAH AKTUAL

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL.

LANGKAH IV : EVALUASI TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI.

Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan bila ada komplikasi pada kala II

dan proses persalinan

Page 68: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

68

LANGKAH V RENCANA ASUHAN.

Tujuan :

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kala II berlangsung normal

3. Bayi lahir spontan tanpa trauma, asfiksia, dan hipotermi

Kriteria :

1. Kala II berlangsung tidak lebih dari 15 menit

2. Bayi lahir spontan, langsung menangis kuat

3. TTV dalam batas normal

TD : 120 / 80 mmHg

N : 84 x/menit

S : 36,50C

P :20 x/menit

4. Tidak terjadi perdarahan

Rencana Asuhan

1. Pantau adanya tanda – tanda kala II

Rasional : dengan memastikan adanya tanda dan gejala kala II, saat

His Ibu sudah dapat dianjurkan mengedan

2. Pastikan kelengkapan alat, bahan dan obat – obatan

Rasional : kelengkapan alat, bahan dan obat – obatan dalam

persalinan akan memperlancar jalannya proses persalinan

3. Siapkan pelindung diri untuk menolong (pakai celemek)

Siapkan : dengan menggunakan celemek dapat melindungi tubuh

penolong dari kontaminasi darah dan lender pasien

4. Cuci tangan sebelum menolong

Rasional : mencegah penyebaran infeksi dari penolong ke pasien

5. Pakai sarung tangun DTT

Rasional : pengguna sarung tangan DTT untuk mencegah terjadinya

Infeksi

6. Siapkan oxytosin dalam spoit

Rasional : kesiapan oxytosin dapat memudahkan penolong saat

Page 69: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

69

melakukan tindakan aktif kala II

7. Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT

Rasional : mencegah terjadinya infeksi jalan lahir akibat kuman yang

berasal dari vulva dan perineum

8. Lakukan pemeriksaan dalam

Rasional : untuk memastikan bahwa pembukaan sudah lengkap dan

memastikan tidak teraba bagian – bagian kecil janin serta

tali pusat menumbung

9. Dekontaminasi sarung tangan yang sudah dipakai

Rasional : untuk mencegah infeksi silang

10. Periksa DJJ

Rasional : untuk mengetahui kondisi janin

11. Beritahu Ibu jika pembukaan sudah lengkap

Rasional : agar Ibu mempersiapkan diri untuk mengedan saat ada His

12. Anjurkan kepada keluarga untuk membantu Ibu posisi setengah duduk

Rasional : posisi setengah duduk dapat mempercepat penurunan

kepala

13. Pimpin Ibu meneran jika ada His dan anjurkan Ibu untuk istrahat

diantara kontraksi (beri minum dan periksa DJJ)

Rasional : kekuatan Ibu dengan cara mengedan yang baik dapat

membantu mempercepat kelahiran dan istrahat diantara

His agar Ibu tidak kelelahan sehingga pada saat proses

persalinan Ibu tidak kehabisan tenaga

14. Anjurkan Ibu berjalan, jongkok atau mengambil posisi yang nyaman

Rasional : agar kepala bayi cepat turun dan Ibu merasa nyaman

15. Letakan handuk bersih di atas perut Ibu saat kepala membuka vulva 6

cm

Rasional : untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir dan

mencegah terjadinya hipotermi

16. Letakan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong Ibu

Rasional : untuk mencegah infeksi silang dari tempat persalinan ke

Page 70: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

70

pasien dan untuk menyokong perineum

17. Buka tutup Bak partus dan perhatikan kelengkapan alat dan bahan

Rasional : untuk memastikan kelengkapan alat dan bahan

18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

Rasional : untuk mencegah infeksi silang antara pasien dan penolong

19. Lahirkan kepala sambil menyokong perineum dan menahan puncak

kepala

Rasional : agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat yang dapat

menyebabkan ruptur puncak vagina dan rupture perimum

20. Periksa lilitan tali pusat

Rasional : lilitan tali pusat dapat menghambat kelahirann bahu

sehingga dapat menyebabkan bayi asfiksia

21. Tunggu kepala janin melakukan putaran paksi luar

Rasional : putaran paksi luar sempurna menjadikan kepala janin

searah dengan punggungnya sehingga memudahkan

kelahiran bayi

22. Lahirkan kepala secara biparietal

Rasional : mencegah terjadinya distosia bahu dan reptur perineum

23. Lahirkan seluruh badan bayi dengan sanggah susur

Rasional : untuk mencegah trauma pada bayi

24. Lakukan penilaian pada bayi

Rasional : untuk mengetahui apakah bayi asfiksia atau tidak sehingga

kita segera melakukan langkah reshsitasi

25. Keringkan bayi dengan segera

Rasional : untuk mencegah hypotermi pada bayi

26. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

Rasional : jika kehamilan ganda kalau disuntikan oxytocin akan

menyebabkan uterus berkontraksi yang akan menurunkan

oksigen kepada bayi sehingga terjadi hipoksia

27. Beritahu Ibu bahwa ia akan disuntik oxytocin

Rasional : agar uterus berkontraksi dengan baik

Page 71: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

71

28. Jepit tali pusat dengan klem

Rasional : mencegah tidak terjadi perdarahan pada tali pusat

29. Potong tali pusat dan mengikat

Rasional : mencegah terjadinya perdarahan tali pusat

30. Letakan bayi tengkurap di dada Ibu agar terjadi kontak kulit Ibu dan

bayi

Rasional : agar Ibu dan bayinya merasakan ikatan batin yang kuat

31. Selimuti Ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala

bayi

Rasional : agar bayi tidak hypotermi

LANGKAH VI IMPLEMENTASI

          2. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap

          3. Menyiapkan Ibu, Menyipkan diri penolong, dan Menyiapkan alat

          4. Menyipkan posisi ibu

          5. Meminta ibu untuk meneran saat ada HIS

          6. Menyokong perineum dan menahan puncak kepala

          7. Melahirkan badan bayi dengan sangga susur,  pukul 01.20 wita lahir

seorang bayi laki-laki, berat 3100 gram, PBL 49 cm, AS 8/10, bayi

               menagis spontan, warna kulit kemerahan  dan pergerakan aktif.

         8. Melakukan penanganan bayi baru lahir

LANGKAH VII EVALUASI

1. Ibu tampak lelah.

2. Bayi berhasil diresusitasi, bernafas normal.

3. Kontraksi uterus baik.

4. Tidak terjadi perdarahan

Page 72: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

72

MANAJEMEN KALA III PERSALINAN

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. Data subejtif

1. Ibu mengataakan senang atas kelahiran bayinya me bagian bawah

meskipun merasa lelah.

2. Ibu mengatakan mules pada perut bagian bawah.

B. Data objektif.

1. Bayi lahir dengan ekstrasi vakum. Tanggal 03-03-2013, pukul 17.53 wita

2. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar.

3. Keadaan umum ibu baik.

4. Terpasang infuse RL 500 cc + 5 unit ocytoxin drips 8 tetes/menit.

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH AKTUAL

Kala III Persalinan

DS: Ibu mengeluh nyeri perut pada bagian bawah.

DO: Plasenta blum lahir.

TFU 1 jari bawah pusat.

Analis dan interpretasi

Segera setelah bayi lahir dan air ketuban sudah tidak berada dalam uterus,

kontraksi uterus akan terus berlangsung dan ukuran rongga panggul akan

mengecil sehingga plasenta akan memisahkan diri dinding uterus.

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Tidak ada data yang memdukung terjadinya masalah potensial.

Page 73: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

73

LANGKAH IV EVALUASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA /

KOLABORASI

Kolaborasi dengan dokter obgyn.

LANGKAH V RENCANA ASUHAN

Tujuan

1. Kala III berlangsung normal

2. Kontraksi uterus baik.

3. Mencegah perdarahan.

Criteria

1. Plasenta lahir < 15 menit, plasenta lahir utuh dan lengkap.

2. Kontraksi uterus baik.

3. Suntik oxytosin , PPT dan melakukan massase fundus.

Rencana tindakan

1. Beritahu ibu bahwa plasenta akan segera dilahirkan.

Rasional : agar ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan.

2. Periksa ada tidaknya bayi kedua

Rasional : jika masih ada jani kedua, lahirkan janin kedua sebelum suntik

oxytocyn dilakukan.

3. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oxytocyn 10 UI secara IM, dibagian

paha distal lateral

Rasional : untuk merangsang kontraksi uterus dan mencegah perdarahan.

4. Lakukan penegangan talipusat terkendali.

Rasional :

Membantu lahirnya plasenta secarah utuh dan mencegah perdarahan.

Page 74: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

74

5. Lalakukan massase uterus.

Rasional untuk meerangsang kontraksi uterus setelah lahirnya plasenta.

LANGKAH VI IMPLEMENTASI

1. Memberitahu ibu bahwa plasenta akan segera dilahirkan.

2. Memeriksa ada tidaknya bayi kedua

3. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oxytocyn 10 UI secara IM,

dibagian paha distal lateral

4. Melakukan penegangan talipusat terkendali

5. Melakukan massase uterus.

LANGKAH VII EVALUASI

1. Kala III berlangsung normal.

2. Plasenta lahir lengkap

3. Kontraksi uterus baik.

4. Keadaan ibu dan janin baik.

Page 75: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

75

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KALA IV PERSALINAN

LANGKAH I DATA DASAR

A. Data Subjektif

Ibu merasa lelah tetapi senang.

B. Data Objektif

1. Keadaan ibu baik.

2. TTV

TD : 180/90 mmhg, N: 86, S: 36,50C, P : 20x/menit

3. Kontraksi uterus baik

4. TFU 2 jari bawah pusat.

5. Masih terpasang infuse cairan RL 500 cc + 5 unit ocytoxin drips 8

tetes/menit

6. Kandung keming penuh.

7. Terdapat luka perineum derajat II

8. Perdarahan ± 50 cc

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL

Kala IV Pengawsan

DS: Ibu merasa lemas tetapi senang

DO:

- Keadaan ibu baik

- TTV : TD: 180/90 mmhg, N: 86 x/menit, S: 36,5 0C, P: 20x/menit.

- TFU 2 jari bawah pusat

- Perdarahan ±100 cc.

Analisis dan interpretsi

Page 76: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

76

Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, setelah plasenta lahir

fundus uteri kira-kira 2 jari dbawa pusat. Kala IV adalah masa 2 jam setelah

plasenta lahir, pada kala IV ini, pasien masih membutuhkan pengawasan yang

intensif karena perdarahan aonia uteri masih dapat mengancam (Hanifa, 2010)

KALA III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Potensial terjadi perdarahan.

DS: -

DO: Terdapat laserasi derajat II

Analisis dan interpretasi

Perdarahan uterus tidak berkontraksi dengan baik ataupun ada laserasi pada

jalan lahir, sehingga menyebabkan syok karena kurang cairan dari sirkulasi

darah (Manuaba, 2007)

LANGKAH IV EVALUASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA

/KOLABORASI.

LANGKAH V RENCANA ASUHAN

Tujuan

a. Keadaan umum ibu baik.

b. Tidak terjadi perdarahan.

Criteria keberhailan.

a. TTV dalam batass normal

b. Kontraksi uterus baik dan perdarahan dalam batas normal.

Rencana tindakan

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.

Rasional : agar ibu mengetahui kondisinya.

Page 77: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

77

2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan

Rasional : agar ibu mengetahui tindakan yang akan diberikan dan meminta

persetujuan dari ibu.

3. Jahit luka perineum derajat II

Rasional : untuk mencegah perdarahan akibat adanya pembuluh darah

yang terbuka.

4. Observaasi keadaan umum dan TTV

Rasional : Keadaan umum dan tanda-tanda vital dijadikan indicator untuk

mengetahuikeadaan ibu.

5. Observasi kontraksi dan TFU

Rasional : setelah plasenta lahir, fundus uteri diobservasi untuk

mengetahui keadaan kontraksi dan preses involusi terjadi atau tidak,kaera

perlambatan involusi dapat meningkatkan resiko endometritis.

6. Observasi jumlah perdarahan

Rasional : untuk mengetahui jumlah darah yang keluar sehingga dapat

diberikan tindakan secepatannya apabila ada tanda-tanda perdarahan.

7. Pasang kateter tetap

Rasional : untuk mengeluarkaan urin ibu.

8. Pasang tanpon vagina 2 buah

Rasional : untuk menyerap darah yang keluar.

9. Bersikan ibu dengan air DTT

Rasional : menjaga personal higyene ibu dan memberikan rasa nyaman.

10. Anjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum pada ibu.

Page 78: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

78

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan pemulihan energy

pasca persalinan

11. Berikan obat- obatan pada ibu

Cefadroxile : 2x1

Metronidazole : 3x1

Asam Mefenamat: 3x1

Metil Ergomerti: 3x1

Rasional :

Cefadroxile untuk ,Metronidazole untuk , asam mefenamat sebagai

penghilang nyeri, metil ergometri untuk mengontrol perdarahan dan

merangsang kontraksi uterus.

12. Lakukan dokumentasi

Rasional : sebagai bukti tindakan yang dilakukan.

LANGKAH VI IMPLEMENTASI

1. Memjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.

2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

3. Menjahit luka perineum derajat II

4. Mengobservasi keadaan umum dan TTV

5. Mengobservasi kontraksi dan TFU.

6. Mengobservasi jumlah perdarahan

7. Memasang kateter tetap.

8. Memasang tampon vagina 2 buah

9. Membersikan ibu dengan air DTT

10. Menganjurkan keluarga memberikan makan dan minum pada ibu

Page 79: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

79

11. Memberikan obat-obatan pada ibu

Cefadroxile : 2x1

Metronidazole : 3x1

Asam Mefenamat: 3x1

Metil Ergomerti: 3x1

12. Melakukan dokumentasi.

LANGKAH VII EVALUASI.

1. Keaada umum ibu baik

TTV : TD: 180/90 mmhg, N: 86 x/menit, S: 36,5 0C, P: 20x/menit.

2. TFU 2 jari bawah pusat.

3. Perineum telah dijahit.

4. Ibu sudah makan dan minum.

5. Perdarahan dalam batas normal ± 20 cc

6. Obat diberikan sesuai instruksi dokter dokumentasi telah dilakukan.

Page 80: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

80

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN

PATOLOGI PADA NY. T DIRUANG BERSALIN

RSU SANTA ANNA KOTA KENDARI

IDENTIFIKASI DATA DASAR.

1. Identitas istri/suami.

Nama : Ny “T” / Tn “M”

Umur : 21 Tahun / 29 Tahun

Suku : Tolaki / Tolaki

Agama : Kristen / kristen

Pendidikan : Sma / SMA

Pekerjaan : IRT / Swasta

Alamat : jln. Dr. moh hatta

Lama Menikah : 3 Tahun

Penilaian awal

Tanggal 03-03-2013.

Jam 18.00 wita

Subjektif (S) :

Seorang perempuan berumur 21 tahun hamil pertamaa datang ke RSU

Santa Anna untuk bersalin, haid terakhir 24-05-2013, mules sejak jam Tanggal 3

maret 2014 jam 10.45 wita disertai pelepasan lendir dan darah sejak pukul 17.45

wita

Objektif

Keadaan umum ibu baik,

TD: 180/100 mmHg, N: 103 x/m, S: 36,30C, P: 20 x/m,

Page 81: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

81

konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterus,

TP : 06-05-2014,

TFU 3 jari bawah pusat, pungggung kanan, presentsi kepala,kepala sudah

masuk PAP,

Tanggal 3 Maret 2014, Pukul 01.32 wita,

Pemeriksaan dalam (VT) :

- Dinding vagina elastis,

- portio tipis,

- pembukaan 8 cm,

- ketuban negatif,

- presentase kepala,

- posisi UUK kanan depan,

- molase tidak ada,

- penurunan kepala hodge III,

- kesan panggul normal.

kontraksi 2x dalam 10 menit durasi 30-35 detik

DJJ 140x/menit, terdengar jelas kuat dan teratur.

ASESMENT (A)

GIP0A0, aterm dalam fase aktif kala I, keadaan ibu dan janin baik dengan

inersia uteri.

PLANNING (P)

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan

2. Memberikan informasi tentang nyeri kala I yang dirasakan dan memberikan

dukungan pada ibu

Page 82: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

82

3. Menyiapkan alat partus

4. Mengobservasi kemajuan persalinan

5. Melakukan kolaborasi dengan dokter obsgyn

a. a/dr memberi Drips ocytoxin 5 unit dalam 500 cc RL dari 8 tetes/menit

dinaikan 4 tetes/30 menit. Maksimal 40 tetes.

6. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang baik dan menganjurkan suami

dan keluarga untuk memberikan makan dan minum pada ibu jika tidak ada his.

7. Evaluasi: ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan.

KALA I

Jam 18.50 wita

S : Ibu ingin meneran,

O: Pemeriksaan dalam

Tanggal 03-03-2014 pukul 13.00 wita.

Dinding vagina elastis,

portio tidak teraba,

pembukaan 10 cm, ketuban negatif,

presentase kepala,

posisi UUK bawah simfisis, molase tidak ada,

penurunan kepala hodge Iv,

kesan panggul normal peningkatan pengeluaran lendir darah.

DJJ 138 x/menit, terdengar jelas kuat dan teratur.

A : Fase aktif, keaadan ibu dan janin baik

P :

- Mengajarkan ibu cara meneran

Page 83: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

83

- Menganjurkan suami mendampingi istrinya dan membantu posisi ibu semi

fowler,

- Menganjurkan suami dan keluarga untuk memberikan makan dan minum

pada ibu.

KALA II

17.53 Wita

S: Ibu merasa ingin meneran

O: vulva dan sfingter ani membuka, kontraksi 4x dalam 10 menit durasi 40-45

menit. DJJ 138x/menit.

A : Inpartu kala I fase aktif dengan inersia uteri hipotonik

P :

- Memberitahu hasil pemeriksaan

Tanggal 03-03-2014 jam pukul 01.20 wita lahir seorang   bayi laki-laki, berat

3100 gram, PBL 49 cm, AS 8/10 bayi menagis spontan, warna kulit kemerahan 

dan pergerakan aktif.

KALA IV

Jam 01.32 wita

S : Ibu merasa lelah tetapi senang.

O: TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih penuh,

perineum ada robekan derajat II, perdarahan 50 cc.

A : Perdarahan kala IV

P :

1. Memjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan tindakan yang akan

dilakukan

Page 84: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

84

2. Menyiapkan alat hecting

3. Menjahit luka perineum derajat II

4. Memasang kateter tetap

5. Menganjurkan keluarga memberikan makan dan minum pada ibu,

6. Mengobservasi ulang kontraksi uterus setiap 15 menit pada 1 jam pertama

dan 30 menit pada 1 jam kedua.

7. Memberikan obat-obatan pada ibu

Cefadroxile : 2x1

Metronidazole : 3x1

Asam Mefenamat: 3x1

Metil Ergomerti: 3x1

8. Memberi penyuluhan mengenai :

a. Tanda – tanda bahaya pada ibu

b. Personal hygiene

c. Gizi

d. Istirahat

9. Evaluasi : telah dilakukan penjahhitan dengan tehnik jelujur L/D 2/2, KU

ibu baik.

Page 85: Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum santa anna di kota kendari tahun 2013

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari 47 orang kejadian partus lama pada ibu

bersalin di Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari tahun 2013

1. Jumlah kejadian partus lama pada ibu bersalin yang disebabkan oleh inersia

uteri yakni sebanyak 22 orang (46,80%).

2. Jumlah kejadian partus lama pada ibu bersalin yang disebabkan oleh KPD

yakni 12 orang (25,53%).

3. Jumlah kejadian partus lama pada ibu bersalin yang disebabkan oleh primipara

tua yakni sebanyak 6 orang (12,76%).

4. Jumlah kejadian partus lama pada ibu brsalin yang di sebabkan oleh CPD

(chepallo pelvic disproporsion) yakni 4 orang (8,51%)

5. Jumlah kejadian partus lama pada ibu bersalin yang disebabkan oleh letak

sungsang yakni sebanyak 3 orang (6,38%)

5.2Saran

1. Diharapkan bagi para tenaga kesehatan / bidan perlu memberikan informasi

tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan yang teratur selama hamil guna

mendeteksi secara dini kemungkinan adanya komplikasi dalam kehamilan

khususnya dapat menekan angka kejadian partus lama pada ibu bersalin.

2. Kepada ibu hamil agar selalu melakukan pemeriksaan kehamilan yang

dilakukan secara rutin guna mengindentifikasi masalah dalam kehamilan

3. Bagi peneliti selanjutnya diharap dapat menambah variabel yang dapat

mendukung terjadinya partus lama pada ibu bersalin.