Mengenal Investasi Obligasi

29
Mengenal Investasi Obligasi Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN, atau pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar modal kita saat ini adalah obligasi kupon (coupon bond) dengan tingkat bunga tetap (fixed) selama masa berlaku obligasi. Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan berinvestasi di deposito pada bank. Bila Anda membeli obligasi, Anda akan memperoleh bunga/kupon yang tetap secara berkala biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh tempo. Ketika obligasi tersebut jatuh tempo, penerbit harus membayar kepada investor sesuai dengan nilai dari obligasi tersebut beserta bunga/kupon terakhirnya. Dengan karakteristik seperti ini, bagi mereka yang memasuki masa pensiun, tentunya investasi ini sangat baik karena adanya kebutuhan reguler selama masa pensiun. Obligasi bisa menjadi pilihan instrumen terbaik, terutama bila Anda memiliki tujuan keuangan dalam waktu dekat (menengah). Obligasi berpotensi memberikan tingkat bunga yang relatif lebih baik dibandingkan dengan deposito dan fluktuasi performanya relatif lebih rendah dibanding saham. Dengan tujuan keuangan antara 2-5 tahun, investasi ini mungkin akan menjadi investasi terbaik. Sebagai contoh, bila Anda memiliki anak yang akan memasuki masa kuliah tiga tahun mendatang.

Transcript of Mengenal Investasi Obligasi

Page 1: Mengenal Investasi Obligasi

Mengenal Investasi Obligasi

Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga

dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit obligasi

bisa perusahaan swasta, BUMN, atau pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah.

Salah satu jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar modal kita saat ini adalah obligasi

kupon (coupon bond) dengan tingkat bunga tetap (fixed) selama masa berlaku obligasi.

Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan berinvestasi di deposito pada bank. Bila

Anda membeli obligasi, Anda akan memperoleh bunga/kupon yang tetap secara berkala

biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh tempo. Ketika

obligasi tersebut jatuh tempo, penerbit harus membayar kepada investor sesuai dengan nilai

dari obligasi tersebut beserta bunga/kupon terakhirnya. Dengan karakteristik seperti ini, bagi

mereka yang memasuki masa pensiun, tentunya investasi ini sangat baik karena adanya

kebutuhan reguler selama masa pensiun.

Obligasi bisa menjadi pilihan instrumen terbaik, terutama bila Anda memiliki tujuan

keuangan dalam waktu dekat (menengah). Obligasi berpotensi memberikan tingkat bunga

yang relatif lebih baik dibandingkan dengan deposito dan fluktuasi performanya relatif lebih

rendah dibanding saham. Dengan tujuan keuangan antara 2-5 tahun, investasi ini mungkin

akan menjadi investasi terbaik. Sebagai contoh, bila Anda memiliki anak yang akan

memasuki masa kuliah tiga tahun mendatang. Untuk kebutuhan uang kuliah di tahun pertama

dan uang pangkal, Anda membeli obligasi dengan jangka waktu tersebut dan jatuh tempo

sebelum waktu dibutuhkan. Dengan investasi dalam bentuk obligasi, tentunya Anda

mendapatkan kepastian tingkat pengembalian sampai masa jatuh temponya.

Misalkan, Anda membeli obligasi sebesar Rp 100 juta untuk masa tiga tahun dengan

kupon bunga sebesar 12%. Anda akan menerima Rp 12 juta setiap tahunnya selama tiga

tahun sampai obligasi tersebut jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo, penerbit obligasi akan

membayar modal Anda sebesar Rp 100 juta.

Terlihat sangat mudah bukan? Akan tetapi, investasi dalam bentuk obligasi tidak

selalu semudah seperti contoh di atas. Secara spesifik, para investor di obligasi harus

mempertimbangkan 4 masalah utama.

Page 2: Mengenal Investasi Obligasi

1. Default Risk

Penerbit obligasi terkadang mengalami kesulitan untuk membayar kupon bunga

obligasinya. Anda sebagai investor biasanya terkena dua dampak sekaligus.

Pertama, Anda tidak mendapatkan pendapatan dari kupon bunga seperti yang

dijanjikan. Dan biasanya harga dari obligasi tersebut akan menurun tajam. Risiko ini dikenal

dengan default risk atau risiko gagal bayar. Berkaitan dengan risiko gagal bayar tersebut, ada

satu pendekatan yang bisa Anda lakukan untuk melihat potensi gagal bayar dari penerbit

obligasi, yaitu dengan melihat peringkat atau rating obligasi tersebut. Pemeringkatan ini

dilakukan oleh sebuah perusahaan independen. Di Indonesia, perusahaan peringkat

independen tersebut adalah Pefindo (pemeringkat Efek Indonesia). Pemeringkatan ini dapat

Anda lihat di harian bisnis yang beredar di Jakarta.

Dalam hal ini, Pefindo memberikan simbol atau nilai pemeringkatan dari yang

tertinggi sampai yang terendah sebagai berikut: idAAA (superior), idAA (very strong), idA

(strong), idBBB (adequate), idBB (somewhat weak), idB (non-investment), idCCC

(vulnerable), idD (default). Peringkat idAAA sampai dengan idBBB menyatakan bahwa

sebuah obligasi dinyatakan aman dari default risk atau risiko gagal bayar atau obligasi

dengan peringkat ini bisa dikatakan sebagai investment-grade bond.

Peringkat di bawah dari idBBB tidak disarankan dalam investasi ini dan dikategorikan

sebagai speculative-grade bond. Peringkat dari idAA sampai idB sering dibubuhi tanda -

(minus) atau + (plus). Hal ini memberikan indikasi akan naik atau turunya dari peringkat

sebuah obligasi. Misalkan sebuah obligasi mendapat peringkat idA+, peringkat dari obligasi

tersebut mungkin akan naik menjadi idAA atau bila peringkat dari sebuah obligasi adalah

idAA-, kemungkinan peringkat obligasinya akan turun menjadi idA.

Pemeringkatan ini memberikan informasi kepada Anda sebagai investor mengenai

kapasitas maupun kemampuan sebuah penerbit obligasi dalam memenuhi janjinya, yaitu

membayar bunga atau kupon secara berkala dan mengembalikan semua pokok atau nilai pari-

nya begitu jatuh tempo.

Yang perlu Anda mengerti juga, bahwa bukan hanya risiko tingkat suku bunga yang

dapat mengakibatkan fluktuasi harga obligasi, tapi risiko gagal bayar juga mempegaruhinya.

Page 3: Mengenal Investasi Obligasi

Bila ada informasi di mana sebuah perusahaan akan gagal bayar, peringkat dari perusahaan

tersebut akan turun dibarengai dengan anjloknya harga obligasi tersebut.

2. Naiknya Tingkat Suku Bunga

Risiko gagal bayar merupakan risiko yang paling ditakuti oleh para investor obligasi.

Namun, bukan hanya risiko itu saja yang dapat mengakibatkan kerugian. Anda dapat tertimpa

kerugian juga bila tingkat suku bunga naik.

Harga obligasi bergerak berlawanan arah dengan tingkat suku bunga. Bila tingkat

suku bunga turun, harga obligasi akan naik. Akan tetapi bila suku bunga naik, harga obligasi

tentunya akan menurun. Semakin jauh obligasi tersebut dari waktu jatuh temponya, akan

semakin besar penurunan harganya bila tingkat suku bunga naik, harga obligasi akan naik

lebih besar bila tingkat suku bunga turun.

Bila Anda membeli obligasi pada nilai pari-nya dan ketika itu tingkat suku bunga

naik, Anda tidak akan mengalami kerugian bila Anda tetap memegang obligasi Anda sampai

mas jatuh temponya. Akan tetapi, bila Anda ingin menjual obligasi tersebut sebelum jatuh

tempo, Anda mungkin akan menerima jauh lebih sedikit dari nilai pari-nya.

3. Risiko Pembelian Kembali (Call Risk)

Ada beberapa jenis obligasi yang memiliki feature call, di mana perusahaan penerbit

memiliki hak untuk membeli kembali (buy back) obligasi yang Anda pegang atau Anda

miliki pada harga tertentu (call price), sebelum obligasi tersebut jatuh tempo. Hal ini biasa

dilakukan oleh perusahaan penerbit saat tingkat suku bunga di pasar turun menjadi lebih

rendah dari tingkat pembayaran kupon (coupon rate). Selanjutnya perusahaan penerbit akan

menggantikan obligasi baru dengan tingkat kupon yang lebih rendah dari obligasi yang telah

ditarik (call).

Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpastian dalam pola arus kas yang akan Anda

terima. Selain itu, potensi untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli dan jual atau

capital gain juga akan berkurang, karena harga obligasi di pasar tidak akan naik jauh dari call

price yang telah ditetapkan. Jadi dalam hal ini, Anda harus memperhatikan spesifikasi serta

feature yang ada di obligasi yang akan Anda beli.

Page 4: Mengenal Investasi Obligasi

4. Biaya Investasi Tinggi

Walau investasi obligasi berpotensi memberikan keamanan pada nilai investasi Anda,

kerugian mungkin saja terjadi bila Anda ingin menjualnya sebelum jatuh tempo. Karena

satuan jual beli instrumen investasi yang cukup besar, umumnya Rp 1 miliar, bila Anda

hanya memiliki obligasi bernilai Rp.100 juta, biasanya bila Anda ingin menjualnya, Anda

harus mau menerima nilai yang lebih rendah.

Hal ini dikarenakan para pemain investasi ini umumnya adalah institusi besar seperti

bank, perusahaan asuransi, atau dana pensiun. Pasar obligasi yang masih rendah (jumlah

transaksinya) juga berpengaruh terhadap potensi kerugian dikarenakan tingginya biaya yang

harus dikeluarkan.

Salah satu trik yang bisa Anda lakukan adalah dengan membeli obligasi saat pejualan

perdana dan menahannya sampai jatuh tempo. Dengan begitu, Anda akan mendapatkan harga

yang sama seperti institusi besar.

Keempat masalah di atas harus Anda cermati dengan baik bila Anda tertarik untuk

membeli instrument investasi.

Obligasi vs Reksadana Obligasi (Pendapatan Tetap)

Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah waktu dibutuhkannya dana tersebut.

Bila Anda membutuhkan dana untuk pembelian sesuatu yang mahal dalam waktu dekat,

Anda dapat membeli obligasi dengan waktu jatuh tempo sama dengan waktu dibutuhkannya

dana tersebut. bila kondisinya seperti ini, investasi pada obligasi akan lebih aman dengan satu

keharusan, Anda menjualnya pada saat jatuh tempo.

Anda juga bisa membeli obligasi bila tingkat suku bunga cukup menarik, dimana

Anda dapat ‘’mengunci’’ tingkat kupon bunga yang tinggi untuk jangka waktu tertentu” masa

obligasi. Dengan begitu Anda akan mendapatkan kepastian arus pendapatan sampai masa

jatuh tempo, apapun yang terjadi dengan tingkat suku bunga.

Kedua hal diatas memberikan keuntungan berinvestai dalam bentuk obligasi.

Transaksi obligasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bila Anda melakukan jual-beli

sebelum masa jatuh tempo, investasi pada obligasi akan sangat riskan. Bila Anda tidak

Page 5: Mengenal Investasi Obligasi

mengikuti pasar obligasi secara cermat, akan jauh lebih baik bila Anda membeli Reksadana

Pendapatan Tetap, di mana Anda dapat memperjualbelikannya secara mudah dan murah

(biaya rendah).

Bila Anda hanya memiliki dana yang terbatas, Reksadana Obligasi menjadi pilihan

yang paling tepat. Sebagai investor, Anda dapat membeli reksadana pendapatan tetap dengan

dana awal minimal.

Ditambah lagi, dengan membeli reksadana pendapatan tetap bukan saja Anda bisa

mendapatkan dengan modal sedikit tapi juga memberikan diversifikasi yang jauh lebih baik

dari pada Anda membeli hanya satu obligasi. Berinvestasi pada reksadana pendapatan tetap

bukan hanya memberikan diversifikasi yang lebih baik, tapi juga manajer investasi yang

profesional. Bagi Anda yang selalu disibukkan dengan pekerjaan, hal ini sangatlah

menguntungkan. Apalagi bila Anda sudah memiliki reksadana pendapatan tetap, Anda dapat

menambah investasi Anda sewaktu-waktu dengan dana yang minimal.

Obligasi, Plihan Investasi Jika Anda Ingin Pendapatan Tetap Lebih Besar dari Bunga

Deposito

Bagi investor , daya tarik obligasi adalah tingkat kupon bunganya yang lebih tinggi

dibandingkan dengan deposito. Obligasi menawarkan potensi hasil dan tingkat risiko diatas

deposito dan dibawah saham

Jenis-jenis obligasi yang diperdagangkan di bursa obligasi di Indonesia:

Obligasi Perusahaan, adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan BUMN atau

Swasta.

Obligasi Pemerintah, adalah obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

Obligasi Pemerintah Daerah, adalah obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah

untuk membiayai proyek infrastruktur dan utilitas di daerah tersebut.

Obligasi Retail, adalah obligasi yang diperdagangkan di lantai bursa dengan nilai

nominal yang lebih kecil.

Page 6: Mengenal Investasi Obligasi

Obligasi Syariah, adalah obligasi yang nilai kuponnya ditentukan berdasarkan prinsip

bagi hasil.

Dinamika Investasi Obligasi yang perlu diketahui :

Risiko Gagal Bayar

Meskipun penerbit obligasi menjamin untuk membayar kupon bunga dan nominal

obligasi pada tanggal yang sudah ditentukan, perusahaan dan bahkan pemerintah bisa saja

bangkrut. Jika itu sampai terjadi, para pemegang obligasi akan lebih diprioritaskan dalam

pembagian aset yang dilikuidasi atau dijual saat perusahaan bangkrut, sementara para

pemegang saham akan diperhitungkan setelahnya. Indikator kemampuan penerbit obligasi

untuk memenuhi janjinya bisa dilihat dari nilai rating obligasi. Di Indonesia, perusahaan

pemeringkat independen tersebut adalah Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia). Peringkat

tertinggi adalah AAA dan terendah adalah D. Obligasi dengan peringkat AAA sampai dengan

BBB adalah yang dikategorikan sebagai aman dari risiko gagal bayar.

Naik Turun nilai nominal obligasi di pasar sekunder (Bursa Obligasi)

Seperti juga instrumen lain yang diperdagangkan di bursa, nilai obligasi ditentukan

oleh supply dan demand. Ketika banyak yang ingin membeli, nilai akan naik dan sebaliknya

bila banyak yang menjual, maka nilai obligasi akan turun. Faktor yang paling menentukan

gelombang jual dan beli ini adalah tingkat suku bunga dan risiko gagal bayar.

Ketika nilai suku bunga bank turun, maka orang akan cenderung mengalihkan

uangnya dari deposito ke obligasi, sehingga nilai obligasi Anda dipasar sekunder akan naik,

misalnya saja dari nilai nominal 100 menjadi 125. Anda punya pilihan untuk menjual obligasi

Anda dan mendapatkan keuntungan nominal 25 lalu mengalihkannya ke instrumen lain atau

tetap mempertahankannya dan menikmati kupon bunga setiap bulan sampai jatuh tempo.

Pada saat jatuh tempo Anda akan mendapatkan pembayaran nominal 100.

Sebaliknya ketika nilai suku bunga naik menjadi lebih tinggi dari kupon bunga obligasi,

orang akan cenderung menjual obligasinya dan mengalihkannya ke deposito misalnya,

sehingga nilai obligasi Anda turun. Orang juga akan cenderung menjual obligasinya apabila

kemungkinan penerbit obligasi gagal bayar meningkat. Dalam keadaan ini, Anda pun punya

dua pilihan, tetap mempertahankan obligasi sampai jatuh tempo dengan segala risikonya,

Page 7: Mengenal Investasi Obligasi

sehingga nilai nominal Anda tetap, atau ikut menjual obligasi Anda dipasar sekunder dengan

harga yang lebih rendah.

Tinggi rendahnya nilai kupon bunga.

Tinggi rendahnya kupon bunga suatu obligasi dipengaruhi oleh lamanya jangka waktu

obligasi. Di Indonesia jangka waktu ini berkisar antara 365 hari sampai lebih dari 5 tahun.

Semakin lama jangka waktu nya, yang berarti faktor risikonya lebih tinggi, umumnya kupon

bunganya lebih tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi adalah nilai peringkat obligasi.

Semakin tinggi rating-nya, yang berarti faktor risikonya lebih kecil, biasanya nilai kupon

bunganya pun lebih kecil.

Beberapa Cara Investasi Obligasi

Investor perorangan dapat memilih cara-cara berikut ini dalam melakukan investasi obligasi :

Membeli obligasi retail secara langsung, yaitu dengan menghubungi bank atau

pialang (broker). Obligasi retail yang dikeluarkan pemerintah dan sangat populer

adalah ORI. Setiap unit ORI mempunyai nilai nominal Rp. 1 juta dengan nilai

pembelian minimal Rp. 5 Juta. Kupon bunga ORI dibayarkan setiap bulan pada

tanggal yang telah ditentukan. Berikut ini adalah seri ORI yang telah dikeluarkan :

*ORI 001,Jui 2006, jangka waktu 3 tahun, kupon bunga pertahun 12.05 %

*ORI 002,Maret 2007, jangka waktu 3 tahun, kupon bunga pertahun 9.28 %

*ORI 003,Agustus 2007, jangka waktu 4 tahun,kupon bunga pertahun 9.40 %

*ORI 004,Februari 2008, jangka waktu 4 tahun, kupon bunga pertahun 9.50 %

Membeli obligasi retail dipasar sekunder melalui bursa obligasi.

Investasi obligasi melalui reksa dana.

Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam porto folio efek oleh manajer investasi.

Melalui reksa dana, investor mendapat manfaat : pengelolaan porto folio investasi yang

profesional, diversifikasi instrumen investasi dengan biaya rendah dan bebas pajak.

Page 8: Mengenal Investasi Obligasi

Bagi Anda yang ingin berinvestasi obligasi melalui reksa dana, maka jenis reksa dana

yang tepat untuk anda adalah reksa dana pendapatan tetap. Reksa dana jenis ini

mengalokasikan 80 % dari seluruh dana yang terkumpul di efek hutang. Potensi hasil dan

risiko investasi reksa dana jenis ini masuk dalam kategori sedang dengan jangka waktu

investasi yang disarankan antara 1-3 tahun.

Investasi obligasi tepat bagi investor dengan profil risiko sedang yang tidak suka

dengan fluktuasi harga saham. Investasi jenis ini juga tepat bagi Anda yang punya kebutuhan

uang pada waktu tertentu, misalnya membayar biaya pendidikan pada tanggal tertentu, atau

ingin memberikan sejumlah uang pada anak pada saat mereka mencapai umur tertentu. Kalau

Anda mempunyai profil ini, silahkan mencoba masuk ke pasar obligasi. Semoga sukses

menyertai Anda.

Sifat utama dari obligasi yaitu :

• Surat berharga hutang yang diterbitkan pemerintah/perusahaan

• Berjangka waktu lebih dari satu tahun

• Mempunyai beban bunga yang dibayar secara periodik

• Adanya wali amanat yaitu pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat hutang

• Adanya pemeringkat efek

• Dinyatakan dalam suatu perjanjian surat berharga yang disebut perjanjian perwaliamanatan

Jenis-jenis keluaran (issue), yaitu :

Selain dibedakan berdasarkan kupon dan jatuh tempo, obligasi dapat dibedakan

menjadi jenis jaminan yang mendukungnya :

Obligasi Senior (senior bond) : obligasi yang sepenuhnya terjamin karena didukung

tuntutan atau hak legal atas kekayaan tertentu milik issuer.

Obligasi Yunior (junior bond) : yang hanya dijamin oleh janji issuer untuk membayar

bunga dan principal berdasarkan waktu.

Page 9: Mengenal Investasi Obligasi

Indikator pasar uang sangat diperlukan untuk mengukur atau paling tidak

mengamati perkembangan pasar uang, Indikator pasar uang meliputi:

1. Suku bunga Pasar Uang Antar Bank (Rp) Tingkat bunga yang dikenakan oleh bank

terhadap bank lain dalam hal pinjam meminjam dana dalam bentuk rupiah.

2. Volume transaksi Pasar Uang Antar Bank (Rp) Jumlah transaksi antar bank dalam hal

pinjam meminjam dalam bentuk rupiah.

3. Suku bunga Pasar Uang Antar Bank (US$) Tingkat bunga yang dikenakan oleh bank

terhadap bank lain dalam hal pinjam meminjam danadalam bentuk US $.

4. Volume transaksi Pasar Uang Antar Bank (US$) Jumlah transaksi antar bank dalam hal

pinjam meminjam dalam bentuk US $.

5. J1BOR (Jakarta Interbank Offered) Suku bunga yang ditawarkan untuk transaksi pinjam

meminjam antar bank.

6. Suku bunga deposito Rupiah (%/Th) Tingkat bunga yang diberikan para deposan yang

mendepositokan uangnya dalam bentuk Rupiah

7. Suku bunga deposito US$ (%/Th) Tingkat bunga yang diberikan para deposan yang

mendepositokan uangnya dalam bentuk US $.

8. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai

dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya

9. Suku bunga kredit Tingkat bunga kredit yang dikenakan bank atau lembaga keuangan

lainnya kepada para kreditor

10. Inflasi Kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus suatu

waktu tertentu

11. Indeks Harga Konsumen (IHK) Angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang

dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam suatu periode tertentu.

12. Sertifikat Bank Indonesi (SBI) Instrumen investasi jangka pendek yang bebas resiko

Lika-liku Investasi di pasar Obligasi Harga suatu obligasi merupakan fungsi (tergabung) dari

kuponnya, jatuh waktunya dan perubahan suku bunga pasar :

1. Obligasi dengan kupon yang lebih kecil dan atau jatuh waktu yang lebih panjang akan

bereaksi lebih besar terhadap perubahan suku bunga, dan karena itu mengalami

fluktuasi harga yang lebih besar.

2. Harga obligasi bergerak terbalik dengan suku bunga pasar, dan makin besar

perubahan suku bunga makin besar fluktuasi harga pbligasi.

Page 10: Mengenal Investasi Obligasi

Evaluasi dan Perdagangan Obligasi Investor oblligasi pada umumnya berkepentingan atas

dua jenis ukuran prestasi, yaitu : hasil obligasi dan harga obligasi. Kedua junis ukuran ini

merupakan informasi yang penting untuk membuat strategi investasi.

Strategi Investasi Obligasi Untuk mencapai tujuan dari salah satu program diatas ,

investor harus menggunakan strategi yang sesuai, yaitu :

Strategi Beli dan Tahan (buy and hold) : yang menemukan suatu keluaran obligasi

sesuai mutu, kupon, jatuh waktu, yang diinginkan dan menahannya untuk jangka

waktu cukup panjang atau sampai jatuh waktu.

Strategi Transaksi berdasarkan prakiraaan perilaku suku bunga (forecasted interest

rate behavior) : bila susku bunga diperkirakan menurun, investor akan mencari

obligasi dengan kupon rendah dan jatuh waktu panjang. Dan bila suku bunga

diperkirakan naik, investor pindah ke obligasi dengan kupon tinggi dan jatuh waktu

tinggi.

Strategi Bertukar Obligasi bond Swap : dimana investor menjual suatu keluaran

obligasi lainnya sebagai penggantinya, aswap dilakukan untuk berbagai alasan, yaitu :

memanfaatkan perubahan suku bunga, memperoleh kuantitas portofolio, atau

mendapatkan fasilitas perpajakan.

Karakteristik obligasi terbagi dalam 4 kategori, yaitu penerbit obligasi, prioritas, tingkat

kupon bunga dan opsi-opsi redemption.

Dari segi penerbit, obligasi digolongkan dalam dua jenis yaitu Obligasi Pemerintah dan

Obligasi Korporasi. Keduanya memiliki karakteristis yang berbeda.

Obligasi pemerintah biasanya memiliki tingkat kupon bunga lebih rendah yang tentunya

akan memberikan yield to maturity (YTM) yang lebih rendah pula. Namun, tingkat risiko

boleh dikatakan hampir tidak ada. Sebab, obligasi ini dijamin sepenuhnya oleh

pemerintah, sehingga kecil kemungkinan terjadi gagal bayar.

Obligasi korporasi biasanya memberikan tingkat kupon bunga yang lebih tinggi yang

tentunya akan memberikan YTM yang lebih tinggi pula. Namun tingkat risikonya lebih

tinggi, karena perusahaan swasta selalu memiliki kemungkinan gagal bayar. Oleh sebab

itu, obligasi korporasi biasanya disertai fitur-fitur yang menarik yang biasa dikenal

dengan istilah sweetener (pemanis).

Page 11: Mengenal Investasi Obligasi

Dari segi prioritas, obligasi terbagi dalam dua jenis yaitu obligasi senior dan obligasi

junior (obligasi subordinasi/subdebt). Pada obligasi pemerintah tidak ada penggolongan

ini.

Perbedaan antara dua jenis obligasi ini adalah pada prioritasnya ketika terjadi suatu

kondisi gagal bayar (default). Jika suatu korporasi mengalami default, maka kreditur obligasi

senior akan diprioritaskan untuk pembayaran. Sedangkan obligasi junior mendapatkan tempat

kedua setelah pembayaran kepada pemegang obligasi senior selesai. Oleh sebab itu, tingkat

kupon bunga yang ditawarkan pada obligasi junior biasanya lebih tinggi dari obligasi senior,

karena diasumsikan tingkat risikonya lebih besar.

Dari sisi tingkat kupon bunga, secara umum ada 3 jenis kupon yang berlaku di Indonesia

yaitu kupon bunga tetap, kupon bunga floater dan zero coupon. Kupon bunga tetap

memberikan tingkat pengembalian (return) yang tetap sejak awal obligasi diterbitkan

hingga jatuh tempo. Sehingga perhitungan bunga yang harus dibayarkan penerbit obligasi

dan perhitungan YTM bagi investor obligasi menjadi lebih mudah.

Kupon bunga floater memberikan tingkat pengembalian yang berubah-ubah menurut

acuan suku bunganya. Biasanya, acuan suku bunga pada SBI (sertifikat Bank Indonesia).

Zero coupon merupakan obligasi yang tidak memberikan kupon bunga yang dicicil,

melainkan lebih kepada pemberian diskon pada awal penawaran obligasi. Sebagai contoh,

perusahaan A menerbitkan obligasi senilai Rp 1 miliar, maka harga yang harus dibayarkan

investor, sebut saja, sebesar Rp 900 juta.

Nanti pada saat jatuh tempo, penerbit obligasi akan membayarkan penuh sebesar Rp 1

miliar. Jadi investor akan mendapatkan pembayaran kupon bunga di muka. Dari segi opsi-

opsi redemption, secara umum terdiri dari opsi call, opsi put dan opsi konversi. Opsi call (call

option) merupakan suatu hak yang dimiliki penerbit obligasi untuk melakukan pembelian

kembali (semacam buy back) pada periode tertentu sebelum jatuh tempo obligasi.

Sebaliknya, opsi put (put option) merupakan hak yang dimiliki oleh investor obligasi

untuk menjual kembali obligasi yang dimilikinya kepada penerbit obligasi. Namun opsi put

jarang diberikan, karena tidak menguntungkan bagi penerbit obligasi. Sedangkan opsi

konversi merupakan penawaran pelunasan obligasi dengan menukar nilai utang yang menjadi

kewajibannya menjadi saham. Dengan opsi ini, investor yang tadinya menjadi pihak pemberi

Page 12: Mengenal Investasi Obligasi

pinjaman, setelah jatuh tempo akan beralih menjadi pemilik modal di perusahaan yang

menerbitkan obligasi konversi.

“Harga obligasi yang terbentuk di pasar sekunder akan mengikuti tingkat risiko dan

ekspektasi YTM-nya masing-masing. Sebab, seiring dengan semakin dekatnya waktu jatuh

tempo, maka tingkat pengembalian dan risiko dari masing-masing produk obligasi akan

berubah-ubah. Ini yang mempengaruhi harga.

Dalam transaksi obligasi di pasar sekunder, perhitungan harga yang digunakan sama

sekali berbeda dengan perhitungan dalam perdagangan saham. Harga yang digunakan pun

menggunakan satuan persentase, bukan denominasi rupiah.

Pada saat obligasi diterbitkan, maka harga obligasi akan berada pada level 100% atau

biasanya dikenal dengan istilah harga Par. Tingkat YTM saat diterbitkan pun setara dengan

tingkat kupon bunga yang ditawarkan.

Sebagai ilustrasi, sebuah perusahaan menerbitkan obligasi senilai Rp 1 miliar berjangka

waktu 5 tahun dengan kupon bunga 7,5% per tahun dan dibayarkan setiap 6 bulan.

Pada saat diterbitkan, harga obligasi ini adalah harga Par dengan YTM 7,5%. Itu berarti,

jika pemegang obligasi memutuskan tidak menjual obligasi ini hingga jatuh tempo, maka

pemegang obligasi akan mendapatkan dananya sebesar 100% (Rp 1 miliar) saat jatuh tempo

plus bunga 7,5% pertahun dikali 5 (Rp 375 juta) atau totalnya Rp 1,375 milliar.

Akan tetapi, jika seorang investor membeli obligasi tersebut di pasar sekunder pada tahun

kedua, itu berarti tingkat return yang akan diperoleh pun berbeda. Sebab, ia tidak

mendapatkan pembayaran kupon bunga sebelum ia membeli obligasi tersebut.

Konsekuensinya, harga pembelian obligasi di pasar sekunder pun tidak mungkin ia beli

pada harga Par. Secara sederhana dapat dikatakan harga obligasi tersebut pada tahun kedua

akan berada di bawah harga Par, sebut saja 98%. Sebab, investor akan mengejar selisih

tingkat return yang tidak diperolehnya dengan cara memasang posisi beli pada harga di

bawah harga Par.

Namun yang terjadi di pasar tidak sesederhana itu. Menurut Handy, selain faktor tadi, ada

faktor-faktor lain yang membuat investor memberikan penawaran berbeda-beda di pasar

sekunder. “Faktor penentu harga obligasi yang paling besar adalah faktor suku bunga acuan,”

jelasnya. Melanjutkan ilustrasi tadi, jika ketika ia membeli obligasi tadi pada tahun kedua,

Page 13: Mengenal Investasi Obligasi

dimana suku bunga acuan malah menurun ke level 6%, maka pergerakan harga obligasi di

pasar sekunder akan sangat tergantung pada ekspektasi atas tren suku bunga acuan.

Ilustrasinya seperti ini, jika investor tersebut berspekulasi ke depannya tren suku bunga

acuan akan semakin turun, sebut saja ke level 5%, maka ia akan memasang penawaran beli

pada harga di atas harga Par.

“Dengan cara ini, ia akan memiliki YTM semakin membesar ke depannya seiring dengan

tren penurunan suku bunga,” jelas Handy. Sebaliknya, jika investor tersebut memproyeksikan

ke depannya suku bunga akan naik, sebut saja ke level 8%, maka konsekuensinya proyeksi

yield yang akan diterimanya akan menurun. “Oleh sebab itu, untuk tetap memperoleh yield

yang besar, ia akan memasang penawaran di bawah harga Par,” jelas Handy.

Handy menjelaskan, rumusan sederhananya sebagai berikut:

* Jika SBI diproyeksikan menurun, YTM akan menurun, maka harga akan cenderung

naik.

* Jika BI diproyeksikan naik, YTM akan ikut naik, maka harga akan cenderung turun.

Oleh sebab itu, lanjut Handy, untuk bermain obligasi di pasar sekunder, investor harus

memperhatikan perhitungan atas proyeksi tren suku bunga. Sebab, pergerakan tren suku

bunga sangat mempengaruhi pergerakan harga obligasi di pasar sekunder.

“Faktor yang harus diperhatikan adalah tren inflasi ke depannya. Sebab, tren inflasi

berjalan seiringan dengan tren suku bunga acuan (SBI). Jika inflasi naik, maka SBI akan naik

pula, sebaliknya, jika inflasi turun, maka SBI akan turun pula,” ujarnya.

Nah, berbicara soal kondisi ekonomi makro Indonesia ke depannya, proyeksi terkini

mengatakan memasuki semester II-2010 akan terjadi pemulihan perekonomian global.

Pemulihan ini tentu akan mengikutsertakan Indonesia di dalamnya.

“Pemulihan ekonomi biasanya disertai dengan peningkatan inflasi yang tentu saja akan

menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga acuan,” ujar Handy.

Dengan logika sederhana, dapat diasumsikan, ke depannya akan terjadi kenaikan suku

bunga yang berarti akan membuat YTM produk-produk obligasi mengalami kenaikan pula.

Page 14: Mengenal Investasi Obligasi

Maka konsekuensinya, akan terjadi penurunan harga-harga obligasi di pasar sekunder

menjelang semester II-2010.

“Penurunan harga dan adjustment seperti itu sudah mulai terjadi dari sekarang. Investor

tampaknya sudah mengantisipasi proyeksi kenaikan suku bunga acuan sejak dini. Bagi

investor yang berspekulasi suku bunga benar akan naik di semester II, maka membeli

sekarang akan lebih baik, sebab harga masih tinggi, sehingga YTM yang diterima akan lebih

besar,” ujar Handy.(Kompas)

Pilihan Investasi Jangka Panjang: SUN, ORI Atau SUKUK?

SUN sebagai obligasi negara untuk "partai besar". Sedangkan ORI sebaliknya adalah

obligasi negara "parsial atau retail". Karena nilai nominalnya yang besar itu, biasanya SUN

memperoleh bunga yang lebih tinggi di atas ORI.

Kalau selama ini kita sering menempatkan dana kita pada produk deposito, kita tentu

mengalami, dimana jumlah penempatanan dana kita dapat menentukan tingkat bunga

deposito. ORI, hampir tidak berbeda dengan deposito, semakin besar nilai deposito, semakin

besar bunga yang kita terima.

Bagaimana dengan Sukuk? Sukuk adalah obligasi syariah. Jadi definisi sukuk Indonesia

adalah investasi obligasi Indonesia dengan prinsip syariah.

Berikut adalah penjelasan singkat mengenai SUN, ORI dan SUKUK.

SUN merupakan surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang

rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara

Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. Penerbitan SUN bertujuan untuk

membiayai defisit APBN, menutupi kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian

antara arus kas penerimaan dan pengeluaran dari rekening kas Negara dalam satu tahun

anggaran(cash-mismatch) dan mengelola portfolio hutang Negara.

SUN ini sangat diminati baik swasta dan pihak Asing dalam membeli/menempatkan uang

nya di SUN, karena bunga yang relatif tinggi dan aman. Aman karena SUN merupakan

bentuk deposito/ surat berharga yang di keluarkan negara. Namun, informasi yang diperoleh

dari Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto beberapa waktu yang lalu, pada

lelang Surat Utang Negara (SUN) pemerintah menyerap dana sebesar Rp 5,2 triliun.

Page 15: Mengenal Investasi Obligasi

Dibandingkan pada lelang sebelumnya pemerintah berhasil menyerap dana hingga Rp 6,72

triliun.

Beberapa teman investor mengatakan penurunan ini disebabkan oleh yield yang tidak

menarik bagi investor sehingga banyak investor yang mengalihkan investasinya pada

instrumen lain yang lebih menguntungkan ketimbang pada SUN Obligasi lebih umum dari

SUN, seperti kita ketahui, pengertian obligasi adalah Sebuah sertifikat atau bukti suatu

hutang berdasarkan mana perusahaan emiten atau badan hukum pemerintah berjanji untuk

membayar para pemegang obligasi suatu jumlah bunga tertentu, dan untuk membayar

kembali hutang tersebut pada tanggal jatuh tempo. Berdasarkan Pasal 70 Undang-Undang

No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, jangka waktu minimal bagi obligasi adalah 1 tahun.

Bunga dalam pengertian obligasi konvensional di atas merupakan klausula penting dalam

penerbitan obligasi.

Ada tiga jenis obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, pertama adalah

Corporate Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan

usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta. Ke dua Government Bonds : obligasi

yang diterbitkan oleh pemerintah. Dan ke tiga adalah Retail Bonds : obligasi yang diperjual

belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government

bonds.

Obligasi Ritel Indonesia (ORI) diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia sejak Agustus

2006. Definisinya adalah surat berharga milik pemerintah yang diterbitkan oleh Departemen

Keuangan. Tujuan penerbitan ORI tersebut adalah memberikan kesempatan kepada individu

untuk memiliki surat berharga yang diterbitkan pemerintah. Melalui ORI itulah, investor

individual dapat menanam dananya dengan nilai yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan

bila berinvestasi di obligasi biasa.

Harga Obligasi berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang,

harga obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal. Ada 3

(tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu:

1. Par (nilai Pari) : Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi dengan

nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah

100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta.

Page 16: Mengenal Investasi Obligasi

2. At premium (dengan Premi) : Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal:

Obligasi dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi

adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta.

3. At discount (dengan Discount) : Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misal:

Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari

obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta.

Terakhir adalah Obligasi Syariah atau yang lazim disebut sukuk adalah surat berharga

jangka panjang berbasis prinsip syariah Islam yang dikeluarkan oleh perusahaan atau institusi

dengan maksud memperoleh pembiayaan uang dari investor obligasi. Berbeda dengan

obligasi konvensional, obligasi syariah tidak mengenal bunga. Karena dalam Islam bunga

atau riba adalah haram hukumnya. Karena telah memperoleh pinjaman uang, tentu saja

emiten atau penerbit obligasi harus memberikan imbalan kepada para investor pembeli

obligasinya. Imbalan yang diberikan dapat berupa pembagian hasil, margin pendapatan ( fee),

atau sewa.

Obligasi syariah juga ada yang diterbitkan secara retail yang kita kenal dengan nama

Surat Berharga Syariah Negara Ritel (Sukuk Ritel) adalah surat berharga negara yang

diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset

Surat Berharga Syariah Negara, yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga

Negara Indonesia melalui Agen Penjual, dengan volume minimum yang telah ditentukan.

Istilah sukuk berasal dari bentuk jamak dari bahasa Arab "sak" atau sertifikat. Secara

singkat The Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions

(AAOIFI) mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti

kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu asset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau

kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.

Seperti dijelaskan di atas sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional,

dengan perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil

sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa

sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya aqad atau penjanjian

antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga

harus distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba,

gharar dan maysir.

Page 17: Mengenal Investasi Obligasi

Di Indonesia, pasar keuangan syariah, termasuk pasar sukuk juga tumbuh secara cepat,

meskipun proporsinya dibandingkan pasar konvensional masih relatif sangat kecil. Untuk

keperluan pengembangan basis sumber pembiayaan anggaran negara dan dalam rangka

pengembangan pasar keuangan syariah dalam negeri, Pemerintah telah menyusun RUU

tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). UU SBSN tersebut akan menjadi legal basis

bagi penerbitan dan pengelolaan Sukuk Negara atau SBSN. Hasil Imbal Balik.

Telah disampaikan di atas bahwa hasil imbal balik yang diberikan oleh SUN, karena nilai

nominalnya yang besar itu, biasanya SUN memperoleh bunga yang lebih tinggi di atas ORI.

Sebagai ilustrasi, untuk berinvestasi di ORI, kita hanya membutuhkan Rp 5 juta, sedangkan

untuk investasi langsung di SUN (mengikuti pelelangan lewat bank/institusi peserta lelang)

dibutuhkan modal sebesar Rp 5 Miliar. Ada juga beberapa bank yang menawarkan investasi

di SUN (tanpa mengikuti pelelangan), tetapi biasanya yield/hasilnya sedikit dibawah yield

hasil pelelangan, dan nominal yang dibutuhkan pun tetap besar, sekitar Rp 500 juta.

Bagimana dengan imbal hasil yang diberikan ORI. Misalnya, salah satu produk ORI

direncananya akan memberikan kupon sebesar 8,25% per tahun yang berarti setelah pajak

menjadi 6,60% per tahun. Melihat karakteristik ORI sangat layak jika ORI dibandingkan

dengan suku bunga deposito bulanan ditambah dengan hadiah yang totalnya saat ini yang

berada di kisaran 7% bahkan 8% per tahun setelah pajak. Ada selisih imbal hasil antara ORI

dengan deposito bank hampir sebesar 1-2% per tahun.

Pertanyaannya, apakah selisih tersebut cukup untuk mengkompensasi "kekurangan" ORI

dibanding deposito yaitu dalam hal tenor, likuiditas dan transparansi harga. Sedangkan imbal

balik yang diberikan oleh sukuk, misalnya, 12%, Fixed coupon, ditentukan di awal akad

(predetermined), dan dibayarkan secara periodik setiap bulan.dimana nilai satuan perunit

adalah Rp 5.000.000,00 dan kelipatannya.

Berikut adalah perhitungannya: - Imbalan = 12 % x Rp 10.000.000,00 x 1/12 = Rp

100.000,00 setiap bulan sampai dengan saat dijual - Capital Loss = Rp 10.000.000,00 x

(95%-100%) = - Rp 500.000,00 - Nilai Nominal yang diterima saat dijual Rp 9.500.000,00

yang berasal dari Nilai Nominal Sukuk Ritel sebesar =Rp 10.000.000,00 + Capital Loss. -

Total yang diperoleh pada saat dijual = Imbalan + Nilai Nominal pada saat dijual = Rp

9.600.000,00 Dengan catatan perhitungan di atas belum memperhitungkan biaya-biaya

transaksi dan biaya transaksi penjualan di Pasar Sekunder, juga pajak.

Page 18: Mengenal Investasi Obligasi

Apa yang harus kita lakukuan apabila kita akan menempatkan dana kita pada ketiga

instrumen ini? Pertama, kita perlu sungguh-sungguh memperhatikan horison investasi kita

jika hendak membeli SUN, ORI dan SUKUK karena memiliki tenor (jangka waktu sampai

jatuh tempo) tiga tahun.

Kemudian, di tengah kecenderungan kenaikan suku bunga yang dilakukan beberapa bank

belakangan ini yang cenderung meningkat, maka kondisi ini tentunya akan berdampak

kepada hasil imbal baik ke tiga produk ini. Dimana hasil imbal balik ketiga produk ini

berbanding terbalik dengan hasil imbal balik produk bank, deposito misalnya.

Selanjutnya adalah konsisi ekonomi global, dimana harga minyak yang cenderung naik

akibat eskalasi krisis Timur Tengah, peluang suku bunga untuk tidak turun atau bahkan naik

juga ada. Selain itu, adalah karena kepanikan sejumlah investor yang mengakibatkan

terkurasnya likuiditas karena penurunan harga obligasi yang luar biasa. Memang tidak terkait

dengan faktor utama penentu harga obligasi seperti pergerakan suku bunga maupun

kemampuan bayar emiten; sehingga peristiwa itu bisa kita golongkan sebagai kejadian luar

biasa.

Namun, bagaimana pun, apabila bagi kita yang memiliki horison investasi kurang dari

tiga tahun, perlu mempertimbangkan hal-hal di atas. Mungkin bagi anda yg termasuk

golongan moderate risk, tidak mau ambil resiko terlalu banyak, maka pilihan investasi anda

(setelah porsi deposito) adalah bonds dan stocks.

Lalu pertanyaan anda adalah: berapa persen saya taruh di bonds dan berapa di stocks?

Banyak konsultan akan menganjurkan formula 100 dikurangi umur. Artinya berapa nilai

angka 100 dikurangi umur menjadi prosentasi untuk stocks dan sisanya bonds. Jadi kalau usia

anda 40 tahun maka porsi stocks 60% dan porsi bonds 40%. Artinya semakin tua dianjurkan

semakin memiliki porsi bonds lebih banyak dari porsi stocks.