Mengembangkan Program Penanggulangan Kemiskinan …€¦ · Tahun 1998 Tahun 2018 1. Terjadi...
Transcript of Mengembangkan Program Penanggulangan Kemiskinan …€¦ · Tahun 1998 Tahun 2018 1. Terjadi...
Mengembangkan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Yang Inklusif dan Berkelanjutan
Dr. Pande Made Kutanegara, M.SiPusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Disampaikan Dalam Acara Forum Pembangunan Daerah:
Pembangunan Ekonomi Inklusif Untuk Penurunan Kemiskinan
Yang Berkelanjutan di Jawa Barat,
Bandung, Selasa 30 Juli 2019
Kemiskinan di PerkotaanIndonesia
• Secara umum dalam 10 tahun terakhir terjadi penurunan persentasependuduk miskin yang cukup besar, baik di perkotaan maupun perdesaan
• Laju penurunan kemiskinan di perdesaan jauh lebih cepat dibandingkan diperkotaan.
• Masih tingginya ketimpangan antar kelas social di perkotaan.
• Program-program penurunan kemiskinan selama ini sudah mulaimenunjukkan hasilnya
• Diperlukan berbagai terobosan program percepatan penurunan kemiskinanperkotaan yang inklusif, intensif dan berkelanjutan serta menempatkanperan pemerintah daerah/“institusi lokal” yang lebih besar.
Jumlah Penduduk MiskinWilayah Perkotaan di Indonesia
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Sep'16 Sep'17 Sep'18
Persentase Penduduk Miskin Wilayah Perkotaan di Indonesia
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Sep'16 Sep'17 Sep'18
Trend Kemiskinan dan Kondisi Kemiskinan(Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan)
1.91
1.571.48
1.38 1.411.25 1.29
1.21 1.241.08
0.520.4 0.39 0.36 0.37 0.31 0.35 0.29 0.3 0.25
0
0.5
1
1.5
2
2.5
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
P1 Kota P2 Kota
10.9510.51 10.63 10.36 10.62 10.49 10.27 10.13
9.098.6 8.52 8.16 8.22
7.737.26 6.89
0
2
4
6
8
10
12
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA
TINGKAT KEMISKINAN KOTA
Koefisien Gini Indonesia2008-2018
Tahun Indonesia Perkotaan Perdesaan
2010 0,378 0,382 0,315
2011 0,410 0,422 0,340
2012 0,410 0,425 0,330
2013 0,413 0,431 0,320
2014 0,406 0,428 0,319
2015 0,408 0,428 0,334
2016 0,397 0,410 0,327
2017 0,393 0,407 0,320
2018 0,389 0,401 0,324
1. Koefisein Gini (ketimpanganpendapatan) di Indonesia cenderungmenurun
2. Namunketimpangan di perkotaan jauhlebih tinggidibandingkan di perdesaan
10
.6
0.7
4.7
4.0 4.2
3.5
2.3 3
.0
2.8 3.0
1.5
1.5
7.5
4.44.5
0.4
3.5
2.1 2
.9 3.0
0.9
2.5
1.0 1.2
0.8
0.8
17
.6
4.8
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
Perubahan pola konsumsi makanan Perkotaanyang memberi sumbangan besar terhadap Garis
Kemiskinan (%)
Tahun 1998 Tahun 2018
1. Terjadi ketimpangan
pendapatan/pengeluaran yang
cukup besar antara penduduk
sangat miskin dengan penduduk
di atasnya (bahkan hampir 6 kali
lipat antara yang sangat miskin
dengan yang kelas menengah
paling bawah/desil 5)
2. Dalam sepuluh tahun peran
konsumsi makanan terhadap garis
kemiskinan masih dominan
dibandingkan non makanan
3. Namun terjadi perubahan
komposisi perannya. Makanan
berupa padi-padian menurun,
digantikan perannya oleh
makanan jadi
4. Peran rokok dan tembakau juga
mengalami peningkatan cukup
besar dan masih tetap tinggi
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Rata-rata Pengeluaran Pendapatan Per Kapita
Penduduk Perkotaan 2018
Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk MiskinPerkotaan
Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolahdi Perkotaan
97.74
80.61
64.66
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
APM SD APM SMP APM SMA
1. Rata-rata pendidikanpenduduk miskinperkotaan sangatrendah (SD dansedikit SMP)
2. Tingkat putussekolah di perkotaanlebih tinggidibandingkanperdesaan
Ijasah Tertinggi Penduduk MiskinPerkotaan
23% 20% 19% 18% 17%
39%34%
29%24%
12%
20%
21%
20%
19%
12%
13%18%
23%
26%
29%
2% 4% 6% 11%
30%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Tidak ijazah SD SD SMP/Sederajat SMA/Sederajat SMK/MAK Perguruan Tinggi
Sumber: Susenas, Maret 2018
Semakin miskin
penduduk,
semakin
rendah tingkat
pendidikannya
Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kesejahteraan MasyarakatPerkotaan
23% 24% 25% 25% 21%
16% 14% 12% 11%6%
27%35% 40% 45% 59%
16%14%
11%8%
3%16% 12% 10% 9% 5%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5
Pekerja keluarga/tidakdibayar
Pekerja bebas
Buruh/karyawan/pegawai
Berusaha dibantu buruhtetap/dibayar
Berusaha dibantu buruhtidak tetap/tidak dibayar
Berusaha sendiri
Sumber: Susenas, Maret 2018
Tingkat pendidikan(putus sekolah yang tinggi, tidak tamatSMA) dan pekerjaan(sebagian bekerja di pekerja tidak dibayardan berusaha sendiri) telah menyebabkanketimpangan antarkelas di perkotaansemakin lebar
Akses Air Minum dan Sanitasi di Perkotaan
1. Semakin rendahkesejahteraan, semakin kecilmereka dapatmengakses air bersih
2. Semakin rendahkesejahteraan, semakinterbatas dapatmengaksessanitasi yang baik
Problematika Kemiskinan Perkotaan
• Trend penurunan kemiskinan perkotaan sangat lamban (hampir di seluruhIndonesia)
• Kemiskinan perkotaan (absolut) dominan berada di Pulau Jawadibandingkan luar Jawa
• Karakteristik penduduk miskin perkotaan:• Berpendidikan rendah
• Bekerja di sector informal (usaha sendiri)
• Modal terbatas dan sebagian besar bantuan modal dihabiskan untuk konsumsi yang bersifatsekunder dan tersier (kadangkala barang mewah/tersier)
• Unit usaha kurang menjanjikan percepatan pertumbuhan ekonomi rumah tangga
• Kurang tersentuh program pemerintah/akses terhadap standar hidup layak (air minum, sanitasi) masih terbatas
• Masih terbatas mengakses bantuan kesehatan.
• Program kemiskinan perkotaan masih lebih berbasis sebagai community base/kawasandibandingkan program livelihood
• Program kemiskinan perkotaan masih banyak berupa penataan kawasan (tidak kumuh, layak huni)dan kurang pada esensi dasar kemiskinan
• Masyarakat perkotaan cenderung lebih rendah partisipasinya dalam program-program percepatanpenanggulangan kemiskinan
• Program lebih banyak “tergantung” pada peran pemerintah pusat dan propinsi
• Peran, inovasi dan kreatifitas pemerintah daerah (kota), serta kelurahan masih kurang maksimal
• Keberhasilan percepatan penurunan kemiskinan sangat tergantung pada peran actor dan leader(walikota dan wakil walikota)
• Kegagalan percepatan penurunan angka kemiskinan juga terkait dengan peran TKPKD danpelaksana di masyarakat (terhambat karena mutasi yang tinggi di kalangan pegawai yangmenangani)
• Kurang maksimalnya integrasi anggaran di wilayah kelurahan
• Lemahnya peran tokoh-tokoh local termasuk perguruan tinggi, NGO dan lembaga terkait lainnya(sinergi dan kolaborasi)
Program Percepatan PenurunanKemiskinan Perkotaan Yang Inklusif dan Berkelanjutan
• Program penurunan angka kemiskinan seharusnya dilihat bukanhanya sekedar menurunkan angka kemiskinan sesuai denganindicator kemiskinan (garis kemiskinan), tetapi yang lebih pentingadalah memastikan setiap masyarakat dapat hidup berkualitas danbermartabat.
• Tiga pilar Penanggulangan kemiskinan Perkotaan:• Dignity (hidup yang berkualitas dan bermartabat)• Inclusion and opportunity (memberi kesempatan kepada semua orang/pihak)• Resilience and security (Memiliki kemampuan untuk secara terus menerus
bergerak merespon (daya lenting) mengikuti perubahan di perkotaan;sehingga penduduk miskin mampu keluar dari kemiskinan)
• Diperlukan peningkatan peran dan sinergi lembaga percepatanpenanggulangan kemiskinan (TKPKD di kota; Kecamatan; Kelurahan;RW; RT)
• Diperlukan kelembagaan khusus (bila diperlukan) yang mengawalprogram percepatan penanggulangan kemiskinan
• Diperlukan peningkatan besaran anggaran penanggulangankemiskinan di perkotaan dengan mensinergikan dengan anggarankelurahan
• Perlu pelibatan actor dan tokoh-tokoh (birokrat, pendidik,tokoh agama, tokoh masyarakat, anak muda, perempuan)yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap programpenanggulangan kemiskinan
TerimakasihHatur Nuhun