Mengapa Rakyat (DIPAKSA) Menyubsidi Koruptor? · CPI dan Aspek Kelembagaan 0 2 4 6 8 10 ... Korupsi...

59
Mengapa Rakyat (DIPAKSA) Menyubsidi Koruptor? Rimawan Pradiptyo Timotius Hendrik Partohap Pramashavira Abraham Wirotomo Laboratorium Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada 30 April 2016

Transcript of Mengapa Rakyat (DIPAKSA) Menyubsidi Koruptor? · CPI dan Aspek Kelembagaan 0 2 4 6 8 10 ... Korupsi...

Mengapa Rakyat (DIPAKSA) Menyubsidi

Koruptor?

Rimawan PradiptyoTimotius Hendrik Partohap

PramashaviraAbraham Wirotomo

Laboratorium Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada

30 April 2016

Korupsi danDampaknya

KorupsiStruktural di

Indonesia

Evaluasi

UU Tipikor

Database Korupsi

Subsidikepada

Koruptor

2

Definisi Korupsi• Corruption: illegal, immoral or dishonest

behaviour, especially by people in positions of

power (Cambridge Advanced Learner’s

Dictionary, 2003)

• The abuse of public power and influence for

private ends (Waterbury,1973)

• An act “in which the power of public office is

used for personal gain in a manner that

contravenes the rules of the game” (Jain,

2001)

• Cakupan Korupsi Bowles (2000):

– Embezzlement (penggelapan)

– Bribery (penyuapan)

– Extortion (pungli)3

• Definisi korupsi banyak mengalami

pergeseran:

– Di awal tahun 1970-an korupsi masih

terbatas pada public sector

– UN CAC 2003 telah mengakui bahwa

korupsi mungkin terjadi di sektor publik

maupun swasta

• Di Indonesia, UU Anti Korupsi

diratifikasi 1999 dan disempurnakan

2001. Definisi korupsi masih terbatas

pada sektor publik saja.

– Kalaupun ada pihak swasta terlibat dalam

korupsi, hal tersebut disebabkan keterlibatan

sektor swasta dalam hal pengadaan barang

dan jasa sektor publik.

Dampak Korupsi

4

• Kofi A. Anann (UN, 2004):

“Korupsi ibarat penyakit menular yang menjalar pelan namunmematikan, menciptakan kerusakan yang sangat luas dimasyarakat. Korupsi merusak demokrasi dan supremasi hukum,mendorong pelanggaran terhadap hak azasi manusia, mendistorsiperekonomian, menurunkan kualitas kehidupan danmemungkinkan organisasi criminal, terorisme dan berbagaiancaman terhadap keamanan untuk berkembang’

Bahaya Laten Korupsi

5

Korupsi

Demokrasi

Tata Kelola

Kesejahteraan

Adverse Selection

Reputasi Bangsa

Kelembagaan

• Korupsi menghancurkan

sendi-sendi bernegara dan

berbangsa

• Keberlangsungan NKRI

terancam oleh maraknya

korupsi di Indonesia

• Tidak ada negara maju

dengan tingkat korupsi tinggi

Korupsi, Demokrasi dan Perlindungan Rakyat

Sumber: Mohtadi & Roe, 2003)

• Kerusakan yang ditimbulkan memperlemahperan negara dalam memberi perlindungankepada rakyat.

• Korupsi tidak hanya membebani generasisekarang namun juga generasi ke depan.

• Wirotomo (2013) menggunakan data 161 negara 1995-2011 menunjukkan di tingkat demokrasi yang rendah, korupsicenderung tinggi. Awal demokratisasikorupsi bisa meningkat namun akanmenurun ketika demokrasi telah tercapai(Mohtadi dan Roe, 2003 dan Wirotomo, 2013)

02

46

810

0 2 4 6 8 10Institutionalized Democracy

cpi Fitted values

CPI (Corruption) dan Tatakelola (Governance)

7

0

2000

040

000

6000

080

000

1000

00

0 5 10 15Functioning of Government

Real GDP per Capita (2005) Fitted values

0

2000

040

000

6000

080

000

1000

00

0 2 4 6 8 10Basic Administration

Real GDP per Capita (2005) Fitted values

0

2000

040

000

6000

080

000

1000

00

0 .2 .4 .6 .8 1ICRG Indicator of Quality of Government

Real GDP per Capita (2005) Fitted values

0

5000

010

0000

-3 -2 -1 0 1 2Government Effectiveness - Estimate

Real GDP per Capita (2005) Fitted values

BA FoG

QoG GE

CPI dan Kesejahteraan UmumNegara dengan tingkat korupsirendah (biru) cenderung memilikiPDB per kapita yang lebih tinggi.

Korupsi menurunkan PDB (Mauro, 1995, 1998; Wei, 2000; Habib danZurawicki, 2000; Treisman, 2000)

Negara dengan tingkat korupsitinggi (merah) cenderungmemiliki tingkat pengangguranyang lebih tinggi.

Korupsi menghambatpembukaan lapangan kerja(Cuervo-Cazurra, 2006)

CPI dan Aspek Kelembagaan0

24

68

10

-3 -2 -1 0 1 2Government Effectiveness - Estimate

Fitted values Corruption Perceptions Index

02

46

810

0 .2 .4 .6 .8 1ICRG Indicator of Quality of Government

Fitted values Corruption Perceptions Index

Negara dengan tingkat korupsiyang rendah cenderungmemiliki kualitas pemerintahanyang baik

Negara dengan tingkat korupsiyang rendah cenderungmemiliki pemerintahan yang effektif dalam melaksanakanperannya

Korupsi Menciptakan Adverse Selection

(Keblondrog)

• Negara dengan tingkat korupsi yang tinggi, cenderung akan mendorong keluar(drive-out) investor yang mengandalkan kompetisi kualitas dan inovasi teknologi(good investor) (Cuelvo-Cazzura, 2006)

• Disaat bersamaan, negara dengan tingkat korupsi yang tinggi, akan menarikinvestor yang mengandalkan penyogokan sebagai salah satu praktik usaha (bad investor).

High CorruptionCountries

Low CorruptionCountries

GoodInvestor

BadInvestor

International Financial Market

Dampak Korupsi

Public Money

•Economic multipliertend to be high• Economic multiplieroccurs domestically• It may reducedisparity in incomedistribution

• Economic multiplier

tend to be small

• It may increase the

disparity of income

• Misallocation of

resources

Society

IndividualCorruption

No

Corruption

Dampak Pencucian Uang

Hot Money

• It will not affect to the

exchange rate of

domestic currency

• Economic multiplier

tend to occur

domestically

• Creating pressure on

domestic currency

exchange rate

• Increasing loanable

fund abroad

• Economic multiplier

tends to occur abroad

Domestic market/bankyak

Cash

Outflow

Money Laundering

No Money

Laundering

Demand for

Foreign Currency

Increase

Apa Kesamaan dan Perbedaan Ketiga Negara ini?

Pertanyaan Mendasar• Mengapa ada negara yang tahan berdiri ratusan hingga ribuan tahun,

namun banyak negara yang terpecah setelah hanya belasan ataupuluhan tahun berdiri?

• Mengapa banyak negara terpecah setelah referendum?– Eritrea (1993) - Slovenia (1990)

– Timor Timur (1999)

• Namun banyak pula negara yang tidak dapat dipecah meski melewatireferendum? – Irlandia Utara (1973), Scotlandia (2014)

– Quebec (1980, 1995)

• Mungkinkan Indonesia bertahan 1000 tahun (NKRI 3015) jikakorupsi masih merajalela di Indonesia? 14

Korupsi danDampaknya

KorupsiStruktural di

Indonesia

Evaluasi

UU Tipikor

Database Korupsi

Subsidikepada

Koruptor

15

Korupsi Struktural

16

• Korupsi struktural adalah korupsiyang terjadi akibat sistem yang berlaku di suatu negara cenderungmendorong individu yang tinggal di negara tersebut untuk melakukankorupsi.

• Dalam korupsi struktural, sistemyang berlaku memberikan insentiflebih tinggi untuk melakukan korupsidaripada insentif untuk mematuhihukum.

• Meski korupsi marak, namunkepercayaan masyarakat terhadappemerintah ternyata tetap tinggi(anomali)

Korupsi oleh anggota masyarakat

• Pra Pengadilan

Korupsi oleh Polisi• Pra

pengadilan

Makelar Kasus

Korupsi oleh Jaksa dan Hakim

• Pengadilan

Korupsi di LP •Pasca Pengadilan

Kecanggihan Teknik Korupsi di Indonesia

Teori Korupsi di EkonomikaKriminalitas

Teknologi Barudalam Korupsi

Makelar Kasus dan Joki Napihanya ada di Indonesia

17

Kompleksitas Korupsi di Indonesia (Indriati, 2014)

Agent

Client

Principal

18

Agent

Client

Principal

Middlemen

Rose-Ackerman, 1978; Klitgaard, 1988 Indriati, 2014

Penjara Bintang 5

19

Peran Negara Menurut Teori Ekonomi

• Dalam konsep teori ekonomi klasik dan neo-klasik sekalipun

(madzab liberal), peran negara sangat besar untuk mendukung

mekanisme pasar. Peran negara diperlukan di:

– Sektor-sektor yang tidak dapat disediakan oleh mekanisme

pasar: pengadaan barang publik (legislatif, eksekutif dan

yudikatif)

– Ketika terjadi eksternalitas negatif sebagai ekses

pembangunan/aktivitas ekonomi (polusi udara, polusi air,

dll)

– Ketika terjadi distorsi pasar akibat adanya asymmetric

information, praktik bisnis anti kompetisi, biaya tinggi

akibat korupsi, dll.

– Mengatur pemanfaatan sumberdaya umum (common

resources) yang berpengaruh besar terhadap kesejahteraan

umum, misalnya: pengelolaan hutan dan hasilnya,

pengelolaan air, pengelolaan barang tambang, dll 20

MekanismePasar

Mekanisme Non Pasardan Institusi

Evaluasi Peran Negara di Indonesia Indonesia Negara Maju Kapitalis Negara Maju Sosialis

Alokasi tanah cenderung

diserahkan kepada pasar

Alokasi tanah dilakukan oleh

negara secara ketat

Alokasi tanah dilakukan oleh

negara secara ketat

Perencanaan pembangunan

berjangka ultra pendek

Perencanaan pembangunan

jangka panjang

Perencanaan pembangunan jangka

panjang

Pengelolaan sumberdaya

umum diserahkan kepada

pasar

Pengelolaan sumberdaya

umum diatur ketat oleh

pemerintah

Pengelolaan sumberdaya umum

diatur ketat oleh pemerintah

Berbagai aspek kehidupan

dibebaskan/tidak diatur

Berbagai aspek kehidupan

diatur ketat oleh pemerintah

Berbagai aspek kehidupan diatur

ketat oleh pemerintah

Supply barang strategis

diserahkan mekanisme pasar

Kestabilan supply barang-

barang strategis dilakukan oleh

pemerintah

Kestabilan supply barang-barang

strategis dilakukan oleh

pemerintah 21

Evaluasi Peran Negara (lanjutan)Indonesia Negara Maju Kapitalis Negara Maju Sosialis

Sistem yang ada mendorongorang melakukan korupsi(korupsi struktural)

Sistem yang adameminimalisasi potensi korupsi

Sistem yang ada meminimalisasipotensi korupsi

Sistem disusun tanpamengindahkan aspekrasionalitas dan tidakmanusiawi

Sistem dibangun denganmenjunjung aspek rasionalitasdan manusiawi

Sistem dibangun denganmenjunjung aspek rasionalitasdan manusiawi

Tidak memiliki Single Identity Number (SIN)

Memiliki Single Identity Number

Memiliki Single identity Number

Sebagian besar sektor

kesehatan diserahkan ke

mekanisme pasar

Sektor kesehatan diatur ketat

oleh pemerintah dan

penggunaan asuransi intensif

Sektor kesehatan diatur dan

dikelola penuh oleh pemerintah

22

Aspek Institusi dan Pasar di Indonesia• Pembangunan di Indonesia dari sejak merdeka

hingga saat ini menafikkan pembangunankelembagaan

• Fokus kebijakan hanya pada necessary conditions (mekanisme pasar), namun melupakan sufficient conditions (faktor institusi yang diperlukan olehpasar)

• Terdapat kesalahan mendasar dalam strategipembangunan dimana terjadi pembiaran di bidanginstitusi, sementara mekamisne pasar justru lebihditekankan tanpa memperhitungkan kebutuhaninstitusi yang diperlukan.

• Upaya pencegahan dan penindakan korupsi adalahsalah satu bagian dari pembangunan institusi di Indonesia.

23

PasarFormal

PasarInformal

Aspek Institusi

Korupsi danDampaknya

KorupsiStruktural di

Indonesia

Evaluasi

UU Tipikor

Database Korupsi

Subsidikepada

Koruptor

24

Program Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi

Program Anti

Korupsi

UU Anti Korupsi 1999 & 2001

Komite Pemberantasan

Korupsi (KPK) 2004

UU Anti Pencucian Uang PPATK

2005 & UU 8/2010

PPATK (2005)

Reformasi Birokrasi (2003)

25

26

Pasal 2 (Break of Law)

- secara melawan hukum;

- memperkaya diri sendiri atauorang lain atau korporasi;Setiap

Orang

atau

Korpo-

rasi

Yang dapat

merugikan

keuangan negara

atau perekonomian

negara

Pasal 3 (Abuse of Power)

- dengan tujuan menguntungkan dirisendiri, orang lain atau suatu korporasi;

- menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan ataukedudukan;

Sumber: Dr Haryono Umar (2009) disampaikan pada Seminar ‘Korupsi dan Money Laundering: Tantangan, Prospek danDampak terhadap Perekonomian’ Magister Sains dan Doktor , FEB-UGM, 31 Januari 2009

Definisi Korupsi dan Konsep Merugikan Negara

Korupsi Sesuai UU Tipikor• Korupsi tidak saja dilihat dari perilaku,

namun juga menguntungkan siapa dandampaknya

• Korupsi (D) = A + B + C– Definisi korupsi terlalu restriktif hanya

di sektor publik

• Dampak merugikan bias ke keuangannegara tapi menafikkan kerugianperekonomian

• Terorisme dan genosida, yang sama-sama extra ordinary crime, didefinisikanterbatas pada tindakan dan tidakmengikutsertakan dampak atau siapayang diuntungkan.

27

A.

Tindakan

Kejahatan

C

Keuangan Negara Rugi/Perekonomian

Rugi

B.

Menguntungkandiri atau pihak lain

D =

A+B+C

Potensi Kriminalisasi• Suatu tindakan disebut korupsi jika memenuhi

A+B+C = D.

• Implikasi:

– Korupsi hanya dikenal di sektor publik

– Korupsi di sektor swasta tidak dikenal

– Korupsi oleh lembaga asing tidak dikenal

• Lebih sempit daripada cakupan korupsi di

UNCAC

• Potensi kriminalisasi tinggi jika

hanya aspek B, C atau B dan C

yang digunakan sebagai dasar

penuntutan28

A.

Tindakan

Kejahatan

C

Keuangan Negara Rugi/Perekonomian

Rugi

B.

Menguntungkandiri atau pihak lain

D =

A+B+C

Apa amanah UU Anti Korupsi?Pasal Nilai Korupsi Jenis Korupsi Denda

Maksimal

Penjara

Maksimal

Pasal 5 Rp 5 jt - ∞ Penyogokan PNS/penyelenggara negara

Rp 50-250 juta 1-5 th

Pasal 6 Rp 5 jt - ∞ Penyogokan Hakim, aparat hukum & saksi ahli

Rp 150-750 juta

3-15th

Pasal 8 Rp 5 jt - ∞ Penggelapan uang oleh PNS Rp 150 – 750 juta

3-15th

Pasal 12 Rp 5 jt - ∞ Korupsi oleh PNS Rp 200 jt – Rp 1 M

4-20th

Catatan: Jaksa dan hakim belum tentu menuntut/menjatuhkan hukuman pembayaran

uang pengganti sebesar jumlah uang yang dikorupsi29

• Umumnya berpendidikan rendah dan berasal dari keluarga kurang mampu

• Sebagian besar kejahatan akibat dorongan memenuhi kebutuhan hidup

• Korban bullying bertendensi sebagai penjahat ketika dewasa(Bowles & Pradiptyo, 2005)

• Perilaku kejahatan sensitif terhadap umur (Bowles and Pradiptyo, 2005)

• Cenderung mudah terdeteksi

• Umumnya berpendidikan tinggi

dan memiliki jabatan

• Tindak korupsi cenderung

kurang sensitif terhadap umur

• Menggunakan metoda yang

canggih dan tidak mudah

dibuktikan

• Menggunaan jabatan untuk

menghalangi penyidikan

• Pendeteksian cenderung rendah

30

Penjahat Konvensional Koruptor

Kompleksitas Korupsi di Indonesia

Diatur di UU Tipikor Belum Diatur di UU Tipikor

KorupsiEksekutif

Legislatif

Yudikatif

LembagaInternasionaldi Indonesia Swasta

Nasional

SwastaInternasionaldi Indonesia

Non-Profit Organisation

31

• Penyogokan kepada PNS, pegawai negeri asing dan di

sektor swasta

• Penggelapan di sektor publik dan

swasta

• Memperjualbelikan

pengaruh/kekuasaan

• Penyalahgunaan kekuasaan

• Ellicit enrichment

• Pencucian hasil korupsi

• Penyembunyian hasil korupsi

• Mempengaruhi proses

pengadilan

• Penyogokan kepada PNS dan staff pengadilan

• Penggelapan di sektor publik

• Memperjualbelikan

pengaruh/kekuasaan

• Penyalahgunaan kekuasaan

UU TipikorUNCAC (Konvensi PBB)

32

UU Tipikor Ketinggalan Jaman

33

Cakupan The Bribery Act, UK

Cakupan UU Tipikor

The Bribery Act (UK)

UNCAC

UU Tipikor

Korupsi danDampaknya

KorupsiStruktural di

Indonesia

Evaluasi

UU Tipikor

Database Korupsi

Subsidikepada

Koruptor

34

Perkembangan Database Korupsi

35

•549 kasus

•831 terdakwa

V1 2001-2009

•1289 kasus

•1831 terdakwa

V2 2001-2012

•1518 Kasus

•2142 Terdakwa

V3 2001-2013

•2321

•3109 Terdakwa

V4 2001-2015

Distribusi Kasus Korupsi

36

917

36

61

185 178194

254

395 398

372

254

409

299

48

7 1226 34

121140

102

186

326

372

301

219

381

288

48

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Distribusi Terdakwa & Terpidana

Terdakwa Terpidana

Gurem (<Rp 10 juta)

Kecil (Rp10 juta - Rp99.9 juta)

Sedang (Rp100 juta - Rp999.9 juta)

Besar (Rp1 miliar - Rp24.9 miliar)

Kakap (Rp25 miliar atau lebih)

Distribusi Terdakwa dan Koruptor Menurut Gender

2361, 92%

202, 8%

Gender Terpidana

Laki-Laki

Perempuan

546, 18%

2563, 82%

Terdakwa

Tidak Bersalah Bersalah

Distribusi Wilayah Terpidana• Keberadaan terpidana korupsi

masih didominasi di Jawa danSumatera

• Terdapat hubungan yang erat antarapusat pemerintahan dan aktivitasekonomi dengan jumlah terpidanakorupsi.

• Nilai total korupsi masih didominasioleh Jabodetabek dan Sumatera yaitu Rp121,3 T (harga berlaku), 94,08% dari total korupsi, atausenilai Rp195,14 T di tahun 2015

38

424

735

578

225

360

136

111

0 100 200 300 400 500 600 700 800

JABODETABEK

JAWA LAIN

SUMATERA

KALIMANTAN

SULAWESI

BALI & NT

MALUKU DAN PAPUA

Wilayah Terpidana

Kerugian Negara Menurut Wilayah

39

Wilayah

Kerugian Negara

Harga Berlaku

(Rp Miliar) Proporsi

Harga Konstan

(Rp Miliar) Proporsi

Jabodetabek 88,207.4 68.39% 129,258.0 63.03%

Jawa Lain 4,012.1 3.11% 5,110.5 2.49%

Sumatera 33,137.0 25.69% 65,881.4 32.12%

Kalimantan 1,640.8 1.27% 2,562.5 1.25%

Sulawesi 1,580.2 1.23% 1,779.6 0.87%

Bali & NT 123.5 0.10% 147.1 0.07%

Maluku dan Papua 275.2 0.21% 341.8 0.17%

Total 128,976.1 100.00% 205,080.8 100.00%

Distribusi Pekerjaan Terpidana

40

1115

149

62

559

670

PNS BUMN/D LEMBAGA INDEPENDENT

POLITISI SWASTA/LAIN-LAIN

Pekerjaan Terpidana • Korupsi oleh politisi (legislator dan kepala

daerah) dan swasta (1420 terpidana)

ternyata mengalahkan jumlah pelaku

korupsi PNS (1115 terpidana)

• Total nilai korupsi oleh politisi dan swasta

mencapai Rp 50,1 T (harga berlaku) atau

39,09% (setara dengan Rp86,4 T dengan

harga tahun 2015)

• Perlu reorientasi strategi

penanggulangan korupsi untuk fokus

ke korupsi oleh politisi dan swasta

• Perlu reformasi sistem pendanaan

partai politik

Kerugian Negara Menurut Pekerjaan (lanjutan)

41

Jenis Pekerjaan

Perpidan

a Korupsi %

Kerugian

Negara

(harga

berlaku) %

Kerugian

Negara

(harga

konstan 2015) %

PNS 1115 43.71% 21.3 16.59% 26.9 13.22%

BUMN/D 149 5.84% 4.5 3.48% 8.7 4.27%

Lembaga

Independen 62 2.43% 52.4 40.84% 81.8 40.14%

Legislatif 480 18.82% 1.6 1.27% 2.0 0.97%

Kepala Daerah 75 2.94% 1.4 1.08% 1.8 0.88%

Swasta/Lainnya 670 26.26% 47.1 36.74% 82.6 40.53%

Total 2551 100.00% 128.2 100.00% 203.9 100.00%

142

19

224

20

44

145

0

50

100

150

200

250

30%

4%

48%

4%

10%3%1% Pengadaan Barang/Jasa

Perijinan

Penyuapan

Pungutan

Penyalahgunaan Anggaran

TPPU

Merintangi Proses KPK

JENIS KORUPSI YANG DITANGANI KPK (KPK, 2015)

49

167

23

4 7

123

13

128

53

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

32%

4%1%1%

24%

3%

25%

10%

Politisi

KepalaLembaga/Kementerian

Duta Besar

Komisioner

Eselon I / II / III

Hakim

Swasta

Lainnya

Pelaku Korupsi yang Ditangani KPK (KPK, 2015)

Kerugian Negara Menurut Pekerjaan

44

17%

3%

41%1%1%

37%

Proporsi Kerugian Negara

PNS

BUMN/D

Lembaga Independen

Legislatif

Kepala Daerah

Swasta/Lainnya

44%

6%2%19%

3%

26%

Distribusi Pekerjaan Terpidana Korupsi

PNS

BUMN/D

Lembaga Independen

Legislatif

Kepala Daerah

Swasta/Lainnya

Hukuman Finansial Menurut Pekerjaan

45

Kerugian

Negara (A)

(Rp Miliar)

Tuntutan

Jaksa (B)

(Rp Miliar) % (B/A)

Putusan

Pengadilan

( C)

(Rp Miliar) % (C/A)

PNS 21,271 1,044 4.9% 844 4.0%

BUMN/D 4,462 2,435 54.6% 2,109 47.3%

Lembaga

Independen 52,368 17,052 32.6% 302 0.6%

Legislatif 1,634 537 32.8% 402 24.6%

Kepala Daerah 1,391 881 63.3% 770 55.3%

Swasta/Lainnya 47,110 7,786 16.5% 9,126 19.4%

Hukuman Finansial Menurut Pekerjaan

(lanjutan)

• Secara umum hukuman finansial kepada para terpidanakorupsi cenderung suboptimal (lebih rendah darikerugian negara yang diakibatkan)

• Hukuman finansial kepada para kepala daerahcenderung lebih proporsional terhadap nilai kerugiannegara, dibandingkan pekerjaan lain

• Hukuman finansial kepada para legislator dan swastacenderung lebih rendah daripada kerugian negara yang diakibatkan

46

Hukuman Finansial Menurut Skala Korupsi

47

Skala Korupsi

Terpi

dan

a

Avg. Kerugian

Negara (A)

Avg Tuntutan

Jaksa (B) B/A (%)

Avg Putusan

Pengadilan

(C) C/A (%)

Gurem 62 119,934 2,037,049 1698.5% 4,111,515 3428.1%

Kecil 512 10,198,507 21,405,450 209.9% 101,505,468 995.3%

Sedang 1062 154,962,172 170,303,109 109.9% 664,341,936 428.7%

Besar 779 1,417,735,018 699,716,427 49.4% 516,807,423 36.5%

Kakap 148 48,453,559,408 10,710,261,681 22.1% 4,021,250,522 8.3%

Hukuman Denda• Intensitas Hukuman (Ideal)

–Kakap > Besar > Sedang > Kecil > Gurem

• Probabilitas Menerima Hukuman (ideal)

–Kakap > Besar > Sedang > Kecil > Gurem

• Intensitas Hukuman (Praktik di Lapangan)

– Kakap atau Besar > Sedang = Gurem > Kecil

• Probabilitas Menerima Hukuman (di lapangan)

– Besar > Kakap = Sedang = Gurem > Kecil48

Hukuman Uang Pengganti• Intensitas Hukuman (ideal)

–Kakap > Besar > Sedang > Kecil > Gurem

• Probabilitas Menerima Hukuman (ideal)

–Kakap > Besar > Sedang > Kecil > Gurem

• Intensitas Hukuman (di lapangan)

– Besar = Sedang = Kecil = Gurem > Kakap

• Probabilitas Menerima Hukuman (di lapangan)

–Besar = Sedang = Kecil = Gurem > Kakap49

Korupsi danDampaknya

KorupsiStruktural di

Indonesia

Evaluasi

UU Tipikor

Database Korupsi

Subsidikepada

Koruptor

50

Apakah Hukuman Menjerakan?

51

128.2

29.713.6

203.9

65.5

21.3

KERUGIAN NEGARA TUNTUTAN HUKUMAN FINANSIAL

HUKUMAN FINANSIAL (PUTUSAN PENGADILAN)

Total Kerugian Negara vs Hukuman Finansial (Triliun)

Harga Berlaku Harga Konstan (2015)

• Hukuman finansial adalah gabungan nilai

hukuman Denda, Hukuman Pengganti dan

Perampasan Barang Bukti (aset)

• Aset non moneter tidak dimasukkan

karena tidak ada nilai taksiran dari aset

tersebut di putusan pengadilan

• Penggunaan harga konstan (2015) adalah

upaya untuk penyetaraan nilai korupsi dan

hukuman finansial dalam konteks kekinian.

Hal ini perlu dilakukan mengingat inflasi di

Indonesia cenderung tinggi

Hukuman Finansial Menurut Skala

Korupsi (lanjutan) • Hukuman finansial kepada terpidana korupsi cenderung ‘tajam ke

bawah tapi tumpul ke atas’

• Koruptor kelas gurem (nilai korupsi < Rp10 juta) dihukum rata-rata 3.428% lebih tinggi dari kerugian negara yang diciptakan

• Koruptor kelas kakap (nilai korupsi Rp25 M ke atas) hanya dihukumrata-rata 8,3% dari nilai kerugian negara yang diciptakan

• Perlu revisi UU Tipikor agar hukuman yang diberikan kepadapara terpidana korupsi menjadi proporsional dengan biayasosial korupsi yang ditimbulkannya.

• Pertanyaan: mengapa DPR sibuk mengajukan RUU Revisi KPK tapi tidak mengajukan RUU Revisi TIPIKOR agar hukumankepada para terpidana korupsi proporsional?? 52

Subsidi Koruptor, Beban Siapa?? Nilai kerugian negara (biaya sosial eksplisit) Rp203,9 T, namun total hukuman

finansial hanya Rp21,26 T (10,42%) Belum menghitung BIAYA SOSIAL KORUPSI!!!

Lalu siapa yang menanggung kerugian sebesar Rp73,07T - Rp5,32 T = Rp182,64 Triliun tersebut? Tentu saja para pembayar pajak yang budiman:

Ibu-ibu pembeli susu formula untuk bayi mereka

Mahasiswa dan pelajar yang membeli buku teks mereka

Orang sakit yang membeli obat-obatan di apotek dan toko obat

Generasi di masa datang yang mungkin saat ini belum lahir

Sepertinya hanya di Indonesia para koruptor disubsidi oleh rakyat dan generasi muda di masa datang!!

53

Estimasi Biaya Sosial Korupsi (KPK, 2013)

• Subsidi kepada koruptor di atas belum sepenuhnyamencerminkan biaya sosialkorupsi

• Nilai biaya sosial korupsi di 4 kasus ternyata jauh lebihbesar daripada besarnyakerugian negara di 4 kasustersebut (KPK, 2012)

54

Kerugian Negara vs Kerugian Ekonomi

(KPK, 2013)

55

Kasus di

Sektor

Kerugian

Negara (A)

Biaya Sosial

Korupsi

Tercatat (B)

Hukuman

Finansial

(C ) B/A (%)

C/A

(%)

C/B

(%)

Kehutanan Rp10,2 Miliar Rp 923,2 Miliar Rp 1,7 Miliar 9.040,22% 16.65% 0,18%

Perdagangan Rp5,2 Miliar Rp218,2 Miliar Rp4,6 M 4.165,76% 86.94% 2,09%

Kesehatan Rp26,7 Miliar Rp 75,6 Miliar Rp19,3 Miliar 283,33% 72.21% 25,48%

Transportasi Rp3,9 Miliar Rp 9,7 Miliar Rp 2,6 Miliar 250,02% 66.60% 26,64%

Biaya Sosial Korupsi (KPK, 2012)

Biaya Eksplisit Korupsi

Biaya Antisipasi Korupsi

Biaya Reaksi Korupsi

Biaya Implisit Korupsi

• Biaya Eksplisit Korupsi

– Nilai uang yang dikorupsi, baik itu dinikmati sendiri maupun bukan (kerugian negara secara eksplisit)

• Biaya Implisit Korupsi

– Opportunity costs akibat korupsi, termasuk beban cicilan bunga di masa datang yang timbul akibat korupsi di masa lalu

– Perbedaan multiplier ekonomi antara kondisi tanpa adanya korupsi dengan kondisi jika terdapat korupsi

• Biaya Antisipasi Tindak Korupsi

– Biaya sosialisasi korupsi sebagai bahaya laten

– Reformasi birokrasi untuk menurunkan hasrat korupsi (memisahkan orang korupsi karena terpaksa atau karena keserakahan)

• Biaya Akibat Reaksi Terhadap Korupsi

– Biaya peradilan (jaksa, hakim, dll)

– Biaya penyidikan (KPK, PPATK, dll)

– Policing costs (biaya operasional KPK, PPATK dll)

– Biaya proses perampasan aset di luar dan di dalam negeri

Biaya dampaksosial danlingkungan

Biaya dampakkepercayaanmasyarakat

Dana yang dikorupsi(Kerugian Eksplisit)

Biaya eksekusi hukuman

Biaya Investigasi, Penuntutan dan Pengadilan

4

5

1

3

2

Ilustrasi Biaya Sosial Korupsi

Kerugian Negara vs Biaya Sosial Korupsi

• Dampak korupsi akan jauh lebihbesar jika dihitung berdasarkanbiaya sosial korupsi daripadakerugian negara saja

• Estimasi biaya sosial korupsidilakukan dengan mengalikankerugian negara (harga berlaku) dengan angka pengali 2,5x lipatyang diperoleh dari hasil analisisuntuk kasus transportasi (minimum irreducible approach)

• Biaya sosial korupsi akan jauh lebihtinggi jika kasus korupsi tsbmerusak lingkungan

58

128.2

203.9

509.75

114.6

182.6

456.5

KERUGIAN NEGARA (HARGA BERLAKU)

KERUGIAN NEGARA (HARGA 2015)

BIAYA SOSIAL KORUPSI

Biaya Korupsi Subsidi Koruptor