Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

download Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

of 24

Transcript of Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    1/24

    1. MENGAPA PEMBANGUNAN HUKUM DI INDONESIA MENGHADAPI

    BERBAGAI KENDALA DALAM MEWUJUDKAN TATANAN HUKUM

    SEBAGAI SUPREMASI DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN BANGSA

    DAN NEGARA ?

    Dalam banyak buku tentang Ilmu Hukum, pembahasan mengenai tujuan

    hukum sering dipisahkan dari pembahasan tentang fungsi hukum. Hal

    seperti ini menurut Achmad Ali (1990:95) kurang tepat, sebab

    bagaimanapun pertalian antara tujuan hukum dengan fungsi hukum adalah

    suatu pertalian yang sangat erat. Yang pertamatama yang perlu

    diketahui, tentu saja adalah tujuan hukum, sebab hanya telah

    ditetapkannya apa yang menjadi tujuan dari hukum itu, kita dapat

    menentukan pula fungsi yang harus dijalankan hukum agar dapat

    mencapai tujuannya.

    Apakah yang merupakan tujuan hukum ?. Jawaban atas pertanyaan

    ini sama sulitnya dengan jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan lain

    yang menyangkut hakikat hukum, seperti apakah hukum itu, apakah ilmu

    hukum itu ?. Berbagai pakar di bidang hukum maupun bidang ilmu sosial

    lainnya, mengemukakan pandangannya masingmasing tentang tujuan

    hukum, sesuai dengan titik tolak serta sudut pandang mereka,

    diantaranya (R.Soeroso, 1996: 5657);

    Wirjono Prodjodikoro, dalam bukunya Perbuatan Melanggar Hukum

    mengemukakan bahwa tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan,

    kebahagiaan dan tata tertib dalam masyarakat.

    Subekti, dalam bukunya Dasardasar Hukum dan Pengadilan

    mengemukakan bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang intinya

    ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya, dengan cara

    menyelenggarakan keadilan dan ketertiban.

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    2/24

    Apeldoorn. dalam bukunya Inleiden tot de studie van het

    Nederlandse recht menyatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur tata

    tertib dalam masyarakat secara damai dan adil.

    Aristoteles, dalam bukunya Rhetorica, mencetuskan teorinya

    bahwa, tujuan hukum

    menghendaki sematamata dan isi dari pada hukum ditentukan oleh

    kesadaran etis mengenai apa yang dikatakan adil dan apa yang tidak

    adil.

    Jeremy Bentham, dalam bukunya Introduction to the morals and

    legislation mengatakan bahwa hukum bertujuan sematamata apa yang

    berfaedah bagi orang.

    Van Kan. berpendapat bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan

    tiaptiap manusia supaya kepentingankepentingan itu tidak dapat

    diganggu. Rusli Effendy (1991:79) mengemukakan bahwa tujuan hukum

    dapat dapat dikaji melalui tiga sudut pandang, yaitu :

    1. Dari sudut pandang ilmu hukum normatif, tujuan hukum dititik

    beratkan pada segi kepastian hukum.

    2. Dari sudut pandang filsafat hukum, maka tujuan hukum

    dititikberatkan pada segi keadilan.

    3. Dari sudut pandang sosiologi hukum, maka tujuan hukum

    dititikberatkan pada segi kemanfaatan.

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    3/24

    Adapun tujuan hukum pada umumnya atau tujuan hukum secara

    universal, dapat dilihat dari tiga aliran konvensional :

    1.Aliran Etis

    Aliran ini menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah

    semata mata untuk mencapai keadilan. Hukum ditentukan oleh keyakinan

    yang etis tentang adil dan yang tidak adil, dengan perkataan lain

    hukum menurut aliran ini bertujuan untuk merealisir atau mewujudkan

    keadilan. Pendukung aliran ini antara lain, Aristoteles, Gery Mil,

    Ehrliek, Wartle. Salah satu pendukung aliran ini adalah Geny.

    Sedangkan penetang aliran ini pun cukup banyak, antara lain pakar

    hukum Sudikno Mertokusumo: Kalau dikatakan bahwa hukum itu bertujuan

    mewujudkan keadilan, itu berarti bahwa hukum itu identik atau tumbuh

    dengan keadilan, hukum tidaklah identik dengan keadilan. Dengan

    demikian berarti teori etis itu berat sebelah (Achmad Ali, 1996:86).

    Tegasnya keadilan atau apa yang dipandang sebagai adil sifatnya

    sangat relatif, abstrak dan subyektif. Ukuran adil bagi tiaptiap

    orang bisa berbeda beda. Olehnya itu tepat apa yang pernah

    diungkapkan oleh N.E. Algra bahwa : Apakah sesuatu itu adil

    (rechtvaardig), lebih banyak tergantung pada Rechtmatig heid

    (kesesuaian dengan hukum) pandangan pribadi seseorang penilai.

    Kiranya lebih baik tidak mengatakan itu adil, tetapi itu mengatakan

    hal ini saya anggap adil memandang sesuatu itu adil, terutama

    merupakan sesuatu pendapat mengenai nilai secara pribadi. Achmad Ali

    (1990:97).

    2.Aliran Utilistis

    Menurut aliran ini mengaggap bahwa pada asasnya tujuan hukum

    adalah sematamata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan yang

    sebsarbesarnya bagi manusia dalam jumlah yang sebanyakbanyaknya.

    Jadi pada hakekatnya menurut aliran ini, tujuan hukum adalah manfaat

    dalam mengahasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar bagi

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    4/24

    jumlah orang yang terbanyak. aliran utilistis ini mempunyai pandangan

    bahwa tujuan hukum tidak lain adalah bagaiamana memberikan manfaat

    yang sebesarbesarnya bagi warga masyarakat (ajaran moral praktis).

    3.Aliran Yuridis Dogmatik

    Menurut aliran ini menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum

    adalah sematamata untuk menciptakan kepastian hukum, karena dengan

    adanya kepastian hukum, fungsi hukum dapat berjalan dan mampu

    mempertahankan ketertiban. Penganut aliran yuridis dogmatik ini bahwa

    adanya jaminan hukum yang tertuang dari rumusan aturan perundang

    undangan adalah sebuah kepastian hukum yang harus diwujudkan.

    Kepastian hukum adalah syarat mutlak setiap aturan, persoalan

    keadilan dan kemanfaatan hukum bukan alasan pokok dari tujuan hukum

    tetapi yang penting adalah kepastian hukum. Bagi penganut aliran ini,

    janji hukum yang tertuang dalam rumusan turan tadi merupakan

    kepastian yang harus diwujudkan, penganut aliran ini melupakan bahwa

    sebenarnya janji hukum itu bukan suatu yang harus, tetapi hanya suatu

    yang seharusnya. Dari ketiga aliran tujuan hukum di atas tidaklah

    bersifat baku, dalam artian masih ada pendapatpendapat lain tentang

    tujuan hukum yang bisa dilambangkan dengan melihat latar belakang

    konteks sosial masyarakat yang selalu berubah.

    Analisis Pembahasan mengenai tujuan hukum tidak lepas dari sifat

    hukum dari masingmasing masyarakat yang memiliki karakteristik atau

    kekhususan karena pengaruh falsafah yang menjelma menjadi ideologi

    masyarakat atau bangsa yang sekaligus berfungsi sebagai cita hukum.

    Dari landasan teori yang dikemukakan di atas terlihat dengan

    jelas perbedaanperbedaan pendapat dari para ahli tentang tujuan

    hukum, tergantung dari sudut pandang para ahli tersebut melihatnya,

    namun semuanya tidak terlepas dari latar belakang aliran pemikiran

    yang mereka anut sehingga dengannya lahirlah berbagai pendapat yang

    tentu saja diwarnai oleh aliran serta faham yang dianutnya. Adapun

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    5/24

    tujuan hukum pada umumnya atau tujuan hukum secara universal menurut

    Gustav Radbruch yaitu menggunakan asas prioritas sebagai tiga nilai

    dasar hukum atau sebagai tujuan hukum, masingmasing: keadilan,

    kemanfaatan dan kepastian hukum sebagai landasan dalam mencapai

    tujuan hukum yang diharapkan.

    Secara khusus masingmasing jenis hukum mempunyai tujuan

    spesifik, sebagai contoh hukum pidana tentunya mempunyai tujuan

    spesifik dibandingkan dengan hukum perdata, demikian pula hukum

    formal mempunyai tujuan spesifik jika dibandingkan dengan hukum

    materil, dan lain sebagainya. Kalau dikatakan bahwa tujuan hukum

    adalah sekaligus keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum, apakah

    ini tidak menimbulkan masalah dalam kenyataan (komentar Rusli Effendy

    dkk terhadap Gustav Radbruch). Sebagaimana diketahui, di dalam

    kenyataanya sering sekali antara kepastian hukum terjadi benturan

    dengan kemanfaatan, atau antara keadilan dengan kepastian hukum,

    antara keadilan terjadi benturan dengan kemanfaatan.

    Sebagai contoh dalam kasuskasus hukum tertentu, kalau hakim

    menginginkan keputusannya adil (menerut persepsi keadilan yang dianut

    oleh hukum tersebut tentunya) bagi si penggugat atau tergugat atau

    bagi si terdakwa, maka akibatnya sering merugikan kemanfaatan bagi

    masyarakat luas, sebaliknya kalau kemanfaatan masyarakat luas

    dipuaskan, perasaan keadilan bagi orang tertentu terpaksa

    dikorbankannya. Oleh karena itu bagaimana keadilan, kemanfaatan dan

    kepastian hukum. Olehnya itu asas prioritas yang dikemukakan Gustav

    Radbruch pertamatama kita harus memprioritaskan keadilan barulah

    kemanfaatan dan terakhir adalah kepastian hukum.

    Idealnya diusahakan agar setiap putusan hukum, baik yang

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    6/24

    dilakukan oleh hakim, jaksa, pengacara maupun aparat hukum lainnya,

    seyogyanya ketiga nilai dasar hukum itu dapat diwujudkan secara

    bersamasama, tetapi manakala tidak mungkin, maka haruslah

    diprioritaskan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Dengan

    penerapan asas prioritas ini, sisten hukum kita dapat tetap tegak

    terhindar dari konflik intern yang dapat menghancurkan. Untuk

    mencapai tujuan yang dapat menciptakan kedamaian, ketentraman dan

    ketertiban dalam masyarakat, terutama masyarakat yang kompleks dan

    mejemuk seperti di Indonesia, maka penulis untuk sementara menerima

    pandangan yang dikemukakan baik Rusli Effendy maupun Achmad Ali yang

    menganggap sangat realistis kalau kita menganut asas prioritas yang

    kasuistis yang ketika tujuan hukum diprioritaskan sesuai kasus yang

    dihadapi dalam masyarakat, sehingga pada kasus tertentu dapat

    diprioritaskan salah satu dari ketiga asas tersebut sepanjang tidak

    mengganggu ketenteraman dan kedamaian merupakan tujuan akhir dari

    hukum itu sendiri.

    Kesimpulan :

    Tujuan hukum secara umum ialah arah atau sasaran yang hendak

    dicapai hukum dalam mengatur masyarakat.

    1. Dalam rumusan tentang tujuan hukum masih terdapat perbedaan

    pendapat antara para ahli hukum. Hal ini disebabkan karena

    sifatnya yang universal, adanya faktor penyebab lain yaitu dari

    masing-masing masyarakat atau bangsa yang memiliki karakteristik

    yang menjelma menjadi ideologi bangsa yang sekaligus berfungsi

    sebagai cita hukum.

    2.Bagi pemula atau siapa saja yang akan mempelajari filsafat hukum

    perlu mengkaji lebih mendalam tentang tujuan hukum agar dapat

    menambah wawasan berfikir yang lebihluas dan pijakan yang lebih

    mendalam serta memiliki komitmen moral yang baik.

    Berkenaan dengan kekuasaan yang menentukan kaidah hukum, terdapat

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    7/24

    beberapa aliran pemikiran dalam hukum, yaitu:

    1.1. Aliran Hukum Alam

    Menurut ajaran ini kaidah hukum hasil dari titah tuhan dan

    langsung berasal dari tuhan. Oleh karena itu, aliran ini mengakui

    adanya suatu hukum yang benar dan abadi, sesuai dengan ukuran kodrat,

    serta selaras dengan alam. Dalam ajaran ini, ada dua unsur yang

    menjadi pusat perhatian, yaitu unsur agama dan unsur akal. Pada

    dasarnya hukum alam bersumber pada tuhan, yang menyingkari akal

    manusia dan sebaliknya hukum alam bersumber pada akal atau pikiran

    manusia.

    1.2. Teori Perjanjian Masyarakat

    Teori ini berpendapat bahwa hukum adalah perwujudan kemauan

    orang dalam masyarakat yang bersangkutan yang ditetapkan oleh negara,

    yang mereka bentuk karena suatu perjanjian dan orang mentaati hukum

    karena perjanjian tersebut.

    1.3. Aliran Sejarah

    Menurut Aliran Culture Historische School

    Pokok pikiran aliran ini, manusia di dunia ini terbagi atas

    beberapa bangsa dan bangsa ini mempunyai sifat dan semangat yang

    berbeda-beda. Oleh karena itu, hukum berlainan dan berubah sesuai

    dengan tempat dan zaman, karena hukum ditentukan oleh sejarah. Hukum

    yang dibuat oleh manusia masih ada kebaikan yang lebih tinggi

    nilainya yaitu keadilan menjadidasar dari setiap hukum yang diperbuat

    oleh manusia. Dengan begitu golongan atau aliran yang bertentangan

    dengan aliran tersebut ialah berpendapat bahwa hukum tertulis buatan

    manusia itulah yang tertinggi dan tidak dapat diatasi oleh apapun.

    Aliran demikiran disebut aliran positivisme atau legisme, yang

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    8/24

    sangat menghargai secara berlebih-lebihan terhadap hukum tertulis.

    1.4. Teori kedaulatan negara

    Menurut Madhzab Kedaulatan Negara

    Menurut madhzab ini, isi kaidah-kaidah hukum itu ditentukan dan

    bersumber pada kehendak negara. Menurut hans kelsen, isi kaidah-

    kaidah hukum adalah wille des staates.

    1.5. Teori kedaulatan hukum

    H. Krabbe Dan Madhzabnya

    Kedaulatan hukum tidak sependapat dengan kedaulatan negara.

    Menurut krabbe, negara adalah suatu konstruksi yuridis, karena

    tidak mempunyai kehendak sendiri. Kehendak tersebut pada

    hakikatnya adalah kehendak dari pemerintah, sedangkan yang disebut

    pemerintah itu sendiri dari orang-orang tertentu.

    Berdasarkan teori hukum dan ajaran hukum tersebut diatas maka

    timbul aliran-aliran hukum, sebagai berikut:

    a. Aliran legisme, yang menganggap bahwa hukum terdapat dalam

    undang-undang. Yang berarti hukum identik dengan undang-undang,

    sehingga hakim dalam melakukan tugasnya terikat pada undang-

    undang. Bahwa undang-undang itu sebagai sumber hukum formal, dalam

    hal undang-undang itu dapat digolongkan menjadi dua golongan,

    yaitu :

    Undang-undang dalam arti formal adalah setiap keputusan

    pemerintah yang karena bentuknya disebut undang-undang

    Undang-undang dalam bentuk materiel adalah keputusan pemerintah

    yang karena isinya langsung mengikat masyarakat

    b. Aliran freie rechsbeweging, yang beranggapan bahwa didalam

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    9/24

    melaksanakan tugasnya seorang hakim bebas untuk melakukan menurut

    undang-undang atau tidak. Ini disebabkan pekerjaan hakim ialah

    menciptakan hukum. Dengan demikian, yurisprudensi merupakan hal

    yang penting yang dianggap primer, sedangkan undang-undang

    merupakan hal yang sekunder.

    c. Aliran rechtsvinding, yang beranggapan bahwa hakim terikan pada

    unfang-undang, akan tetapi tidak seketat menurut paham aliran

    legisme. Karena hakim juga memiliki kebebasan, namun kebebasan

    hakim tidak seperti faham freie rechgtsbeweging. Karena dalam

    melaksanakan tugasnya hakim mempunyai kebebasan yang terikat.

    d. Aliran sicoilogishe rechtschuke, pada dasarnya tidak setuju

    dengan adanya kebebasan bagi para pejabat hukum untuk

    menyampingkan undang-undang sesuai dengan perasaanya. Oleh karena

    itu, aliran ini hendak menahan dan menolak kemungkinan sewenang-

    wenang dari hukum, sehubungan dengan adanya freieserhessen dalam

    aliran rechtsschule. Pada akhirnya aliran ini mengimbau suatu

    masyarakat bagi pejabat-pejabat hukum dipertinggi berkenaan denganpengetahuan tentang ekonomi, sosiologi dan lain-lain, supaya

    kebebasan dari hakim ditetapkan batas-batasnya dan supaya putusan-

    putusan hakim dapat diuji oleh public opinion.

    e. Aliran sistem hukum terbuka (open system), berpendapat bahwa

    hukum itu merupakan suatu sistem, bahwa semua peraturan-peraturan

    itu saling berhubungan yang satu ditetapkan oleh yang lain; bahwa

    peraturan-peraturan tersebut dapat disusun secara mantik dan untuk

    yang bersifat khusus dapat dicari aturan-aturan umumnya, sehingga

    sampailah pada asas-asas. Sistem hukum adalah suatu susunan atau

    tatanan yang diatur dalam keseluruhan yang terdiri atas bagian-

    bagian yang berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    10/24

    rencana atau pola, hasil dari suatu pemikiran untuk mencapai suatu

    tujuan. (Prof. R Subekti, SH.)

    Sebelum dikenal hukum tertulis, maka satu-satunya sumber hukum

    adalah hukum kebiasaan. Oleh karena hukum kebiasaan itu sifatnya

    tidak tertullis, maka dapat dibayangkan bahwa tidak ada kepastian

    atau keseragaman hukum. Kemudian lahirlah aliran-aliran penemuan

    hukum, yang pada dasarnya bertitik tolak pada pandangan mengenai apa

    yang merupakan sumber hukum. Jadi aliran-aliran itu merupaka aliran-

    aliran tentang ajaran sumber hukum.

    Legisme

    Sebagai reaksi terhadap ketidakpastian dan ketidakseragaman hukum

    kebiasaan timbullah pada abad ke-19 di eropa untuk penyeragaman hukum

    dengan jalan kodifikasi dengan menuangkan semua sumber hukum secara

    lengkap dan sistematis dalam kitab undang-undang. Pandangan dalam

    abad ke-19 ini ialah bahwa satu-satunya sumber hukum adalah undang-

    undang, yang dianggap cukup jelas dan lengkap, yang berisi semua

    jawaban terhadap semua persoalan hukum, sehingga hakim hanyalah

    berkewajiban menerapkan peraturan hukum pada peristiwa konkritnya

    dengan bantuan metode penafsiran terutama penafsiran gramatikal,

    dengan prasyaratnya:

    - Undang-undang harus bersifat umum

    - Ketentuan-ketentuan yang ada di dalamnya harus dirumuskan secara

    abstrak

    Sistem peraturannya harus lengkap, sehingga tidak ada

    kekosongan

    Di eropa, legisme berkuasa dalam abad ke-19 (1830-1880). Perlu

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    11/24

    diketahui bahwa inggris dan amerika serikat tidak pernah beralih ke

    kodifikasi. Di sini judge-made-law dan hukum kebiasaan mempunyai

    peranan yang lebih penting daripada di eropa.

    Mahzab historis

    Kemudian dalam abad ke-20 disadari bahwa undang-undang tidaklah

    lengkap. Nilai-nilai yang dituangkan dalam undang-undang tidak lagi

    sesuai dengan perkembangan kehidupan bersama. Perkembangan ini di

    nerderland dimulai pada akhir abad ke-19. Judge-made-law dan hukum

    kebiasaan dapat melengkapi undang-undang. Mahzab historis berpendapat

    bahwa hukum itu ditentukan secara historis, hukum tumbuh dari

    kesadaran hukum bangsa di suatu tempat dan pada waktu tertentu.

    Begriffsjurisprudenz

    Di pertengahan abad ke-19 lahirlah aliran yang dipelopori oleh

    rudolf vin jhering (1818-1890) yang menekankan pada sistemik hukum.

    Berdasarkan kesatuan yang dibentuk oleh sistem hukum, maka setiap

    ketentuan undang-undang harus dijelaskan dalam hubungannya dengan

    ketentuan undang-undang yang lain, sehingga ketentuan-ketentuan

    undang-undang itu merupakan satu kesatua yang utuh. Kekhasan dari

    aliran begriffjurisprudenz ini ialah bahwa hukum dilihat sebagai satu

    sistem tertutup yang mencakup segala-galanya yang mengatur semua

    perbuatan sosial. Begriffjurisprudenz ini lebih memebrikan kebebasan

    kepada hakim daripada legisme. Hakim tidak perlu terikat pada bunyi

    undang-undang, tetapi dapat mengambil argumentasinya dari peraturan-

    peraturan hukum yang tersirat dalam undang-undang.

    Interessenjurisprudenz

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    12/24

    Sebagai reaksi terhadap begriffjurisprudenz lahirlah pada abad ke-

    19 di jerman, interessenjurisprudenz, yang dipelopori oleh rudolf von

    jhering (1818-1892), suatu aliran yang menitikberatkan pada

    kepentingan-kepentingan yang difiksikan. Aliran ini berpendapat bahwa

    peraturan hukum tidak boleh dilihat oleh hakim sebagai formil-logis

    belaka, tetapi harus dinilai menurut tujuannya. Yang menentukan

    tertutama adalah selalu penilaian oleh pembentuk undang-undang. Hakim

    dalam putusannya harus bertannya kepentingan-kepentingan manakah yang

    diatur atau dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang.

    Freirechtbewegung

    Reaksi yang tajam terhadap legisme baru muncul sekitar 1900 di

    jerman. Reaksi itu dimulai oleh kantorowicz (1877-1940) yang

    disebutnya frierechtlich dan dari situlah timbu istilah

    freirechtbewegung. Pengikut-pengikut aliran ini menentang pendapat

    bahwa kodifikasi itu lengkap dan bahwa hakim dalam proses penemuan

    hukum tidak mempunyai sumbangan kreatif. Tidak seluruh hukum terdapat

    dalam undang-undang. Disamping undang-undang masih terdapat sumber-

    sumber lain yang dapat digunakan oleh hakim untuk menemukan hukumnya.

    Freirechtbewegung mencoba mengarahkan perhatiannya kepada sifat-

    sifat yang khusus pada peristiwa konkrit dan kepentingan yang

    berkaitan. Hakim memang harus menghormati undang-undang, tetapi ia

    dapat tidak hanya sekedar tunduk dan mengikuti undang-undang,

    melainkan menggunakan undang-undang sebagai sarana untuk menentukan

    pemecahan peristiwa konkrit yang dapat diterima. Disini hakim tidak

    dapat berperan sebagai penafsir undang-undang, tetapi sebagai

    pencipta hukum. Freirechtbewegung berpendapat bahwa hakim terikat

    pada batas-batas yang dapat dijabarkan dari sistem. Ini menuju pada

    pemecahan masalah yang mendasarkan pada sistem.

    Penemuan Hukum Modern

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    13/24

    Sesudah perang dunia ke-2, timbul lagi kritik terhadap pandangan

    hakim sebagai subsumptie automaat. Ini terjadi di bawah pengaruh

    pandangan existensialisme. Kritik mendasar terhadap positivisme

    undang-undang atau legisme terletak pada pandangan bahwa model

    subsumptie itu tidak dapat dipertahankan. Sebagai penemu hukum tidak

    dapat menetapkan secara obyektif apa peristiwanya, apa peraturannya

    dan kemudian menghubungkannya secara logis. Salah satu pokok

    pandangan modersn ini ialah bahwa bukan sistem perundang-undangan

    yang merpakan titik tolak, tetapi masalah kemasyarakatan yang konkrit

    yang harus dipecahkan.

    2.Unsur-unsur hukum

    Unsur-unsur hukum (gegevens van het recht) terdiri dari unsur

    idiel dan riel. Dikatakan unsur idiel, karena hal tersebut terletak

    dalam bidang yang sangat abstrak yang tidak dapat diraba dengan panca

    indera, namun kehadirannya dapat dirasakan. Unsur ini terdapat dalam

    diri setiap pribadi manusia, yang terdiri dari:

    a. Unsur cipta, harus diasah yang dilandasi logika dari beraspek

    kognitif. Unsur ini menghasilkan ilmu tentang pengertian.

    b. Unsur karsa, harus diasah, yang dilandasi etika dan beraspek

    konatif.

    c. Unsur rasa, harus diasih, yang dilandasi estetika dan

    beraspek aspektif

    Sedangkan unsur riel terdiri dari manusia, alam dan kebudayaan

    yang akan melahirkan ilmu tentang kenyataan. Unsur ini mencakup aspek

    ekstern-sosial dalam pergaulan hidup dalam masyarakat.

    Gabungan filsafat hukum, dogmatik hukum dan ilmu tentang kenyataan

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    14/24

    menghasilkan politik hukum. Politik hukum merupakan disiplin hukum

    khusus, yang mencakup teknologi hukum dan disiplin tata hukum.

    3.Sumber-sumber hukum

    Sumber-sumber hukum adalah kenyataan-kenyataan yang menimbulkan

    hukum yang berlaku dan mengikat setiap orang. Sumber hukum dapat

    dibedakan menjadi:

    a.Sumber hukum dalam arti formal

    Mengkaji kepada prosedur atau tata cara pembentukan suatu hukum

    atau melihat kepada bentuk lahiriah dari hukum yang bersangkutan,

    yang dapat dibedakan secara tertullis dan tidak tertulis. Contohnya :

    Hukum perundang-undangan

    Hukum yurisprudensi

    Hukum traktat/perjanjian

    Hukum doktrin

    Sumber hukum dalam arti formal yang tidak tertulis

    contohnya adalah hukum kebiasaan.

    b.Sumber hukum dalam arti material

    Yaitu faktor-faktor/kenyataan-kenyataan yang turut menentukanisi dari hukum. Isi hukum ditentukan oleh dua faktor, yaitu :

    Faktor idiel

    yaitu faktor yang berdasarkan kepada cita-cita masyarakat

    akan keadilan

    Faktor sosial masyarakat, antara lain:

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    15/24

    1.Stuktur ekonomi

    2.Kebiasaan-kebiasaan

    3.Tata hukum negara lain

    4.Agama dan kesusilaan

    5.Kesadaran hukum

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    16/24

    2. BAGAIMANA SOLUSI PEMIKIRAN UNTUK MENYELESAIKAN DAN

    MEWUJUDKAN SUPREMASI HUKUM DI INDONESIA ?

    Menurut kami ada 3 komponen utama dalam penegakan hukum yaitu:

    Peraturan Perudangan, Penegak Hukum dan Masyarakat. Jika ketiga

    komponen ini berjalan dengan semestinya, kami yakin supremasi hukum

    di Indonesia akan baik :

    - Peraturan perundangan

    Sepertinya sudah cukup banyak walau kadang tidak sampai detail,

    misal ada undang-undang tapi belum ada peraturan pemerintah dan

    petunjuk teknis atau prosedurnya sehingga sering tidak aplikatif di

    lapangan. Saran kami seluruh peraturan harus dibuat aturan-aturan di

    bawahnya sampai ke prosedur teknis sehingga tidak salah interprestasi

    dalam pelaksanaannya.

    - Penegak Hukum

    Aparat atau penegak hukum harus menyadari betul fungsinya

    sebagai penegak hukum jangan malah menyalahgunakan produk hukum demi

    kepentingan pribadi atau kelompok. Perlu disadari pelanggaran hukum

    akan berdampak terhadap kelangsungan bernegara dimasa depan. Negara

    kita kacau hari ini karena adanya kesalahan-kesalahan dimasa lampau.

    -Masyarakat

    Kita harus membiasakan diri untuk tidak cari gampang dan jalan

    pintas dalam menyelesaikan suatu urusan, apapun alasannya melanggar

    hukum adalah perbuatan yang merusak diri sendiri, orang lain dan

    negara. Pelanggaran yang sering terjadi adalah antara penegak hukum

    dengan masyarakat, hal ini terjadi karena adanya sikap mencari

    penyelesaian sesuatu urusan dengan cara gampang dan jalan pintas.

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    17/24

    Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Bab 9

    tentang Pembenahan Sistem dan Politik Hukum telah , yang meliputi

    substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum.

    Substansi Hukum:

    Tumpang Tindih dan Inkonsistensi Peraturan Perundang-

    undangan. Peraturan perundang-undangan yang ada masih

    banyak yang tumpang tindih, inkonsisten dan bertentangan

    antara peraturan yang sederajat satu dengan lainnya, antara

    peraturan tingkat pusat dan daerah, dan antara peraturan

    yang lebih rendah dengan peraturan di atasnya.

    Perumusan peraturan perundang-undangan yang kurang jelas,

    yang mengakibatkan sulitnya pelaksanaannya di lapangan atau

    menimbulkan banyak intepretasi yang mengakibatkan

    terjadinya inkonsistensi.

    Implementasi undang-undang terhambat peraturan

    pelaksanaannya .

    Tidak adanya Perjanjian Ekstradisi dan Mutual Legal

    Assistance (MLA) atau Bantuan Hukum Timbal Balik antara

    Pemerintah dengan negara yang berpotensi sebagai tempat

    pelarian khususnya pelaku tindak pidana korupsi dan pelaku

    tindak pidana lainnya.

    Struktur Hukum:

    Kurangnya independensi kelembagaan hukum

    Akuntabilitas kelembagaan hukum.

    Sumber daya manusia di bidang hukum.

    Sistem peradilan yang tidak transparan dan terbuka.

    Pembinaan Satu Atap oleh Mahkamah Agung merupakan upaya

    untuk mewujudkan kemandirian kekuasaan kehakiman dan

    menciptakan putusan pengadilan yang tidak memihak

    (impartial).

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    18/24

    Budaya Hukum

    Timbulnya degradasi budaya hukumdi lingkungan masyarakat.

    Menurunnya kesadaran akan hak dan kewajiban hukum

    masyarakat.

    Grand design Pembangunan Sistem dan Politik Hukum Nasional

    adalah sebuah konsep komprehensif yang menjadi tujuan bersama dari

    seluruh stake holders pembangunan hukum, mulai dari lembaga

    legislatif, eksekutif, dan yudisial, serta masyarakat pada umumnya.

    Substansi di dalamnya, antara lain, mencakup desain struktur

    pembangunan hukum secara utuh, pola hubungan antara seluruh stake

    holders (berdasar peran, kewenangan, dan tanggung jawab), mekanisme

    kerja bersama antara seluruh pelaku dan bentuk koordinasinya,

    orientasi produk hukum ideal (bukan sekadar pedoman dan standar

    perilaku), pola pelaksanaan aturan-aturan hukum, dan etika untuk

    penegakan dan aparatur hukum .

    Persoalan mendasar , terkait grand design Pembangunan Sistem dan

    Politik Hukum Nasional, yang muncul kemudian adalah bagaimana membuat

    struktur sistem hukum ( legal system ) yang kondusif bagi keragaman

    sub-sistem, keberagaman substansi, pengembangan bidang-bidang hukum

    yang dibutuhkan masyarakat, juga kondusif bagi terciptanya kesadaran

    hukum masyarakat dan kebebasan untuk melaksanakan hak-hak dan

    kewajiban-kewajiban sesuai dengan aturan yang berlaku. Tegasnya,

    harus ada kebijakan hukum ( legal policy ) yang jelas untuk

    menciptakan kondisi di atas.

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    19/24

    Langkah Menuju Terciptanya Grand design Pembangunan Sistem dan

    Politik Hukum Nasional: Dalam merumuskan Grand Design tersebut,

    pertama-tama perlu dilakukan inventarisasi terhadap permasalahan-

    permasalahan yang perlu diberikan perhatian utama dalam

    penanganannya, baik dari aspek materi hukum, aparatur hukum, sarana

    dan prasarana hukum maupun budaya hukumnya. Setelah itu, perlu

    dilakukan penetapan prioritas tentang unsur-unsur yang harus

    didahulukan di dalam upaya pembangunan hukum yang sifatnya menyeluruh

    (holistik) tersebut.

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    20/24

    3. APAKAH HUKUM SAMA DENGAN KEADILAN ?

    Tidak ada yang lebih jahat ketimbang penegakan hukum tanpa

    keadilan. Hukum tanpa keadilan ibarat tubuh tak bernyawa. Pasal-pasal

    pada secarik kertas tidak bermakna apa-apa. Pasal-pasal mati.

    Patut dicatat, keadilan lebih dari sekadar nyawa bagi dokumen

    hukum. Institusi penegak hukum pun sepatutnya bernyawakan keadilan.

    Semua proses yang terjadi pada institusi itu harus bernapaskan

    keadilan. Proses yang terjadi bukan sekadar memenuhi proseduralitas

    dan formalitas legal. Kita harus berani mengatakan ini. Formalitas

    dan proseduralitas legal sekadar sarana bagi keadilan. Apabila sarana

    itu dipakai untuk melukai rasa keadilan, tidak ada pilihan lain:

    keputusan politik harus dijatuhkan berdasar doktrin kedaruratan.

    Di negeri ini keadilan dilukai berkali-kali. Kriminalisasi KPK

    baru pemanasan saja. Belum lagi kasus itu terselesaikan, pers

    mendapat perlakuan sama. Dua unsur pimpinan redaksi dipanggil

    berdasar laporan pencemaran nama baik oleh Anggodo. Sosok satu ini

    sepertinya berkeliaran di ruang hampa hukum, ikut mengendalikan hukum

    tanpa dia terjerat hukum.

    Dari dua peristiwa itu, kita saksikan luka keadilan lain. Minah,

    seorang ibu tua, dikenai hukuman percobaan akibat mengambil tiga buah

    kakao untuk dijadikan bibit. Rasa keadilan kembali terkoyak. Sang

    hakim tahu, dia memutus berdasar hukum tertulis, bukan rasa keadilan.

    Dia menjadi hamba secarik kertas, bukan dewi keadilan yang mulia dan

    sublim.

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    21/24

    Compang-camping praktik penegakan hukum berujung pada

    ketidakpercayaan publik. Ini fatal. Ketidakpercayaan publik terhadap

    penegakan hukum dipicu absennya keadilan sebagai prinsip dasar sebuah

    tertib sosial. Keadilan adalah prinsip hidup bersama dalam sebuah

    tertib sosial bernama negara. Keadilan adalah maksud suci kelahiran

    negara itu sendiri. Jika maksud suci itu dikhianati aparat negara,

    alasan keberadaan negara bisa jadi tak ada lagi. Maka, perilaku

    institusional yang melukai keadilan dapat berakibat hilangnya tertib

    sosial, bernama negara.

    Mungkin hal itu terdengar radikal. Namun, imajinasi kita harus

    dapat menerobos rezim aktualitas guna menemukan alasan politik.

    Apalagi kita sudah diingatkan filsuf Perancis, Louis Althusser. Rezim

    boleh berganti, tetapi aparat ideologis dan represif negara

    bergeming. Reformasi boleh berjalan lama, tetapi pengkhianatan

    terhadap keadilan berulang kali dilakukan tanpa punitas. Institusi

    penegak hukum tetap sama. Itu adalah alat kekuasaan untuk mengamankan

    diri secara ideologis dan represif dengan memutarbalikkan rasa

    keadilan masyarakat.

    Luka keadilan amat sulit disembuhkan. Politik pencitraan pasti

    tumpul saat berhadapan dengan rakyat yang terluka rasa keadilannya.

    Tim 8 sudah selesai bekerja. Rekomendasinya amat komprehensif dan

    untuk sementara meredam amuk politik rakyat. Namun, kita semua masih

    berharap, Presiden akan bertindak. Jika tidak (bertindak) dan pasif,

    dapat membuat kredibilitas Tim 8 rusak. Tim 8 akan dipersepsi rakyat

    sebagai bagian politik pencitraan.

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    22/24

    Luka keadilan sudah cukup dalam. Kita ada di pengujung gerakan

    sosial yang masif. Rakyat bukan anak kecil yang terdiam setelah

    diberi baju baru. Hampir di semua media, rakyat yang anonim menjadi

    subyek lugas dan beridentitas. Rakyat bukan lagi ruang kosong dalam

    demokrasi. Dia muncul nyata di berbagai forum publik. Rakyat yang

    nyata memiliki kekuatan yang tidak kalah nyatanya.

    Kita sudah menyaksikan bagaimana kriminalisasi tidak hanya

    menyentuh pejabat negara atau pimpinan media. Ketidakadilan sudah

    dirasakan rakyat jelata bernama Minah. Minah lebih mudah dijadikan

    ikon guna mengidentifikasikan diri. Kejelataan Minah mampu memompa

    solidaritas dalam skala besar yang (dapat saja) memiliki konsekuensi

    politik serius.

    Dalam kondisi abnormal seperti ini bukan saatnya berdebat

    tentang hukum tata negara. Konstitusi adalah dokumen yang dihidupkan

    keadilan. Konstitusi adalah sarana, bukan keadilan itu sendiri.

    Kehendak politik yang menciptakan konstitusi harus diperhatikan. Apa

    kehendak politik itu? Kehendak politik adalah penciptaan sebuah

    tertib sosial berkeadilan. Kekuasaan terikat pada kehendak politik

    itu, bukan pasal-pasal mati konstitusi.

    Saat keadilan terluka, kekuasaan dapat mengambil bentuk

    mistisnya. Kekuasaan eksekutif dapat melepas ikatan konstitusionalnya

    saat keadilan dalam bahaya. Presiden dapat melepaskan diri dari

    batas-batas konstitusional dan melakukan intervensi yang diperlukan

    atas yudikatif. Dengan demikian, Presiden melakukan dua hal

    sekaligus. Pertama, mengembalikan kepercayaan rakyat. Kedua,

    meletakkan batu pertama reformasi institusi penegak hukum. Intervensi

    yudikatif adalah langkah konkret pertama dalam upaya pemberantasan

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    23/24

    mafia peradilan.

    PENGANTAR ILMU HUKUM

    DISKUSI KELOMPOK

    Dosen Pengampu : Dr., SAIFUDIN S.H., M. Hum.

    INDRA PRASETYO 09410396

    IRMA WASTITYA NINGRUM 09410399

    IVAN PRADANA 09410393

    ADLEY PRASIDHA PRAMONO 09410395

    TOFAN ANGGANA ADI 09410394

    Fakultas Hukum

    Universitas Islam Indonesia

  • 8/14/2019 Mengapa Pembangunan Hukum Di Indonesia Menghadapi Berbagai

    24/24

    TAHUN AKADEMIK

    2009 2010