MENGAPA HARUS PEMEKARAN

download MENGAPA HARUS PEMEKARAN

of 21

Transcript of MENGAPA HARUS PEMEKARAN

MENGAPA HARUS PEMEKARAN*)(Tinjauan Konsep Historis, Teoritis, dan Yuridis Formal)Oleh : H.Wijoyokusumo, S.Psi. dibuat untuk kelengkapan acara Seminar kabupaten Kundur, 30 Januari 2011.*)

1.

Latar Belakang Berbicara mengenai

Desentralisasi pemekaran sebagai konsep dan

banyak

dijadikan

penyelenggaraan menjadi panduan

wilayah, tentu saja tidak terlepas dari wacana desentralisasi khususnya,

pemerintahan

utama akibat ketidakmungkinan sebuah negara yang heterogen (Bhinneka

desenralisasi politik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke empat (2008) desentralisasi dapat diartkan sebagai: (1) sistem pemerntahan yang lebih banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah ; (2) penyerahan sebagian wewenang pimpinan kepada bawahan (atau pusat kepada cabang, dsb). Dari sisi fungsional, pengakuan adanya hak kepada seseorang atau golongan untuk mengurus hal-hal tertentu di daerah ; kebudayaan, pengakuan adanya hak kepada golongan kecil dalam masyarakat untuk menyelenggarakan budaya sendiri di daerah ; politik, pengakuan adanya hak untuk mengurus kepentingan rumah tangga sendiri pada badan politik di daerah yang dipilih oleh rakyat di daerah tertentu.

Tunggal Ika) dengan wilayahnya yang luas dan penduduknya yang banyak untuk mengelola manajemen

pemerintah yang hanya dengan sistem sentralistik. Dalam desentralisasi juga terkandung semangat demokrasi untuk mendekatkan dalam partisipasi menjalankan masyarakat proses desentralisasi

pembangunan. Adanya

di Indonesia merupakan sebuah peluang bagi pemerintah daerah untuk

mengembangkan wacana politik lokal. Selain memberikan pada bidang pengelolaan tertentu,

kewenangan

desentralisasi telah memberikan ruang

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 1

bagi suatu daerah untuk pembentukan wilayah/ daerah baru. Berdasarkan sejarah

tujuan meningkatkan pelayanan dan mempercepat diharapkan kemandirian pembangunan dapat daerah. yang

menciptakan Pemekaran

perkembangannya, pemekaran wilayah di Indonesia sejak sesungguhnya lama yaitu telah ketika

wilayah bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik guna

terjadi

munculnya zaman kerajaan- kerajaan di nusantara. kekuasaan Pada suatu saat itu, wilayah akan

mempercepat kesejahteraan

terwujudnya masyarakat. Dengan

kerajaan

pemekaran wilayah diharapkan dapat memunculkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru , mampu meningkatkan berbagai potensi yang selama ini belum tergarap secara optimal baik potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia, membuka keterkungkungan masyarakat terhadap pembangunan dan dapat memutus mata rantai pelayanan yang sebelumnya Ibukota terpusat di satu atau

dimekarkan lebih disebabkan karena terjadi konflik ditubuh kerajaan induk atau yang biasa disebut konflik antar keluarga karajaan maupun karena kalah dalam peperangan. Pemekaran wilayah semakin marak tatkala penjajah

Belanda mulai masuk. Wilayah-wilayah di Jawa dan sekitarnya, dibagi menjadi beberapa karesidenan maupun district (setingkat kabupaten)1 yang ditujukan sebagai sekaligus alat kontrol kekuasaan ruang gerak

tempat/

kabupaten

Ibukota kecamatan, memicu motivasi masyarakat untuk ikut secara aktif dalam proses pembangunan taraf dalam hidup

memperkecil

tentara Indonesia. Pemekaran suatu proses wilayah merupakan wilayah

rangka mereka.

meningkatkan

pembagian

menjadi lebih dari satu wilayah, denganH. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 2

Fenomena pemekaran wilayah yang ada saat ini merupakan implikasi dari paket undang undang otonomi daerah dalam rangka melakukan reformasi tata

Penggabungan Daerah yang merupakan revisi dari PP No. 129/2000 Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan

pemerintahan. Adaya gerakan separatis dari masyarakat beberapa daerah yang ingin memisahkan diri karena

Penggabungan Daerah Sejak undang otonomi yang daerah diberlakukan mengatur tersebut, undang terntang proses

merasakan ketidakadilan yang dlakukan oleh pemerintah daerah pusat. Perjalanan adanya

pemekaran terjadi begitu pesat dan cenderung tidak terkendali. Terdapat 7 propinsi, 135 Kabupaten dan 32 kota yang terbentuk sebagai hasil

pemekaran

karena

undang undang otonomi daerah, dimulai sejak diberlakukannya UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah yang

pemekaran sesuai dengan daftar yang dikeluarkan oleh DPD pada September 2007 (DRSP, 2007). Sampai dengan tahun 2009, terdapat 205 daerah pemekaran baru dengan perincian

merupakan revisi mendasar dari UU No.5/1974 tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan Daerah yang dilaksanaan ada masa orde baru. Otonomi

merupakan pilihan terbaik daripada menjadi federasi. UU menjadi Dalam No.22/1999 UU No.

sebagai berikut : 7 daerah provinsi dan 198 daerah kabupaten/kota. 2. Alasan Pemekaran Secara teoritis,

penyempurnaannya telah berubah

32/2004

tentang

Pemerintahan

awal

dari

Daerah selanjutnya dilengkapi dengan PP No. 78/2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan

semangat pemekaran daerah adalah merupakan suatu upaya untuk mencapai pemerataan kesejahteraan pembangunan rakyat serta dan demi

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 3

mempercepat perwujudan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Disamping itu semangat pemekaran daerah adalah merupakan tuntutan masyarakat yang merasa bahwa dan daerahnya dieksploitasi telah oleh

Secara garis besar setidaknya terdapat dua alasan kenapa pemekaran wilayah sekarang menjadi salah satu pendekatan yang cukup diminati dalam kaitannya dengan penyelenggaraan

dieksplorasi

pemerintahan daerah dan peningkatan pelayanan publik, antara lain:

pemerintah pusat secara berlebihan. Tuntutan masyarakat yang demikian tentunya dapat dipahami berdasarkan catatan sejarah yang menunjukkan

a. Publik

Peningkatan Kualitas Pelayanan

bahwa selama pemerintahan orde baru, daerah terkesan hanya dijadikan

Keinginan

untuk

menyediakan

pelayanan publik yang lebih baik dalam wilayah kewenangan yang Pendekatan

sebagai sapi perahan oleh pemerintah pusat. Hampir seluruh sumber daya alam dan berbagai potensi yang ada di daerah menjalankan dimanfaatkan roda untuk di

terbatas/terukur.

pelayanan melalui pemerintahan daerah yang baru diasumsikan akan lebih dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan pelayanan melalui pemerintahan daerah induk dengan

pemerintahan

tingkat pusat. Sementara daerah hanya menjadi penonton dan menjadi

penyumbang upeti bagi pusat. Daerah hanya adanya mendapatkan eksplorasi dampak dari

cakupan wilayah pelayanan yang lebih luas (Hermanislamet, 2005).

dan

aeksploitasi

Seyogianya pemekaran itu ditujukan untuk peningkatan kapabilitas daerah dan dan

pemanfaatan atas sumber daya alam tanpa punya kewenangan sedikitpun atas wilayah yang mereka tempati.

kapasitas dalam

pemerintah rangka

mendekatkan

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 4

pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat luas. Melalui proses

daerah

berbasiskan

potensi

lokal.

Dengan dikembangkannya daerah baru yang otonom, maka akan memberikan peluang untuk menggali berbagai

perencanaan pembangunan daerah pada skala yang lebih terbatas, maka

pelayanan publik sesuai kebutuhan lokal akan lebih tersedia. Dengan interaksi yang lebih intensif antara masyarakat dan pemerintah daerah baru, maka masyarakat sipil akan memperoleh hakhak secara dan lebih kewajiban-kewajibannya baik sebagai warga

potensi ekonomi daerah baru yang selama ini tidak tergali. Sektor formal dan informal menjadi tuntutan yang tak terelakkan demi optimalisasi kegiatan perekonomian masyarakat. Penciptaan usaha-usaha baru dalam perekonomian secara langsung tentunya akan

negara. Jarak dan rentang kendali yang relatif singkat dan pendek antara birokrasi akan dan masyarakat tentunya

menciptakan lapangan kerja baru di berbagai sektor, baik di sektor swasta maupun Akibat politik dari dan usaha pemerintahan. percepatan

meningkatkan efektifitas dan

efisiensi penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan pembangunan.

pertumbuha ekonomi diharapkan akan mempercepat ekonomi dalam proses pemerataan demi

pembangunan angka

b.

Percepatan

Pertumbuhan

mengurangi Kebijakan

kemiskinan. daerah biasa akan bagi

EkonomiAlasan pemekaran menurut

pemekaran dampak luar

memberi

Hermanislamet (2005) adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi

kelangsungan penyelenggaraan otonomi daerah, karena ekses yang ditimbulkan begitu berpengaruh, memberikan

penduduk setempat melalui perbaikan kerangka pengembangan ekonomi

dampak besar, tricle down effect, efek

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 5

rembesan

yang

luar

biasa

bagi

pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran rakyat.

Tentunya banyak alasan-alasan lain yang mendorong untuk terjadinya pemekaran daerah yang tidak mungkin disebutkan dalam makalah yang singkat ini. Pada umumnya alasan utama selalu didorong atas keinginan peningkatan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat. Contoh dari penelitian yang ada dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 1

Sumber: IRDA Kelima, The Asian Foundation, 2004

Alasan lain munculnya inisiatif pemekaran wilayah dari daerah adalah terkait dengan rentang kendali dan peningkatan kualitas pelayanan publik yang tidak merata dan jauh (geografi),

infrastruktur, dan sarana & prasarana penghubung serta pembangunan

ekonomi. Jika dilihat dari gambar 1 di atas alasan tersbut saling berkaitan antara geografi dan pelayanan publik

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 6

yang menunjukkan kuatnya dorongan setelah alasan ekonomi secara umum. Menurut hasil kajian yang

2. Alasan

historis,

pemekaran

suatu daerah dilakukan karena alasan sejarah, yaitu bahwa

dilakukan oleh Pusat kajian Kinerja Otonomi Daerah Lembaga terhadap 14

daerah hasil pemekaran memiliki nilai historis tertentu. Sebagai contoh: Provinsi Maluku Utara sebelumnya ibukota Raja Abidin sebagai pernah Barat, (Alm. menjadi dimana Zainal

Administrasi

Negara

propinsi dan 28

kabupaten/kota ,

dijumpai alasan-alasan yang mendasari dilaksanakannya adalah: 1. Alasan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini pemekaran daerah

Irian

Ternate Syah)

dinobatkan pertama.

Gubernur

Disamping itu di Pulau Movotai pada Perang ajang Dunia II

dijadikan alasan utama karena adanya kendala dan yang geografis, sarana minim,

merupakan

penghalau

infrastruktur perhubungan

udara Amerika Serikat. 3. Alasan (etnis), daerah kultural dimana terjadi atau budaya

seperti terjadi pada pemekaran Provinsi (pemekaran Bangka dari Belitung Provinsi

pemekaran karena

menganggap adanya perbedaan budaya antara daerah dengan yang daerah contoh: Belitung Sumatera Provinsi

Sumatera Selatan) dan Provinsi Irian Jaya Barat (pemekaran dari Provinsi Papua) serta

bersangkutan induknya. Penduduk dengan Selatan,

Sebagai Bangka penduduk kemudian

pemekaran Kabupaten Keerom (pemekaran Jayapura). dari Kabupaten

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 7

Gorontalo

dengan

Sulawesi

dimekarkan akan mendapatkan anggaran selama dari 3 daerah tahun dana pusat (DAU induk dan dari dan

Utara, demikian pula Kabupaten Minahasa Utara yang merasa berbeda budaya dengan

mendapatkan pemerintah

Kabupaten Minahasa. 4. Alasan ekonomi, dimana

DAK). 6. Alasan keadilan , bahwa alasan keadilan. daerah

pemekaran daerah diharapkan dapat mempercepat

pemekaran untuk

dijadikan

pembangunan di daerah. Kondisi seperti ini terutama terjadi di Indonesia Timur seperti Papua (Keerom) dan Irian Jaya Barat (Kabupaten pemekaran daerah Sorong), yang lainnya terjadi dan di

mendapatkan pemekaran akan

Artinya, diharapkan keadilan

menciptakan hal pengisian

dalam

jabatan pubik dan pemerataan pembangunan. Contoh:

seperti

pemekaran Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Bangka Belitung, dan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kalimantan Timur (Kutai Timur), Sulawesi Selatan), Tenggara Sumatera (Konawe Utara

(Serdang Bedagai), dan Lampung (Tanggamus). 5. Alasan daerah anggaran, dilakukan anggaran pemekaran untuk dari

2. Prosedural Normatif Pemekaran Wilayah Secara normatif mengenai

prosedur pemekaran wilayah mengacu pada ketentuan dalam UU 32/2004 yang berisi tentang pengaturan

mendapatkan pemerintah. diketahui

Sebagaimana daerah yang

pembentukan dan persyaratan, yaitu :

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 8

Pasal 4 mengatur pembentukan: (1) Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) ditetapkan dengan undang-undang (2) Undang-undang pembentukan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain mencakup nama, cakupan wilayah, batas, ibukota, kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan, penunjukan penjabat kepala daerah, pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan kepegawaian, pendanaan, peralatan, dan dokumen, serta perangkat daerah. (3) Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. (4) Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan. Pasal 5 mengatur persyaratan : (1) Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.

(2) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk dan Gubernur, serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. (3) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kabupaten/kota meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan Gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. (4) Syarat teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. (5) Syarat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan palingPage 9

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

sedikit 5 (lima) kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan 4 (empat) kecamatan untuk

pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.

Secara sederhana persayaratan yang termuat dalam UU No.32/2004 dapat dilihat pada gambar 1 berikut : Gambar 2 Persyaratan Pemekaran Berdasarkan UU No.32/2004Syarat administrasi/ Persetujuan: -DPRD Kabupaten -Bupati -DPRD Propinsi -Gubernur -Rekom. Mendagri (pasal 5 ayat 3) Syarat fisik: -min. 5 kecamatan -lokasi calon ibukota -sarana dan prasarana pemerintahan (pasal 5 ayat 5) Syarat teknis meliputi factor yg menjadi dasar: kemamp.ekonomi -potensi daera -sosial budaya -sosial politik -kependudukan -luas daerah -pertahanan -keamanan -faktor lain (pasal 5 ayat 4) Batas minimal usia penyelenggara n pemerintahan (pasal 4 ayat 4)

Ditetapkan dengan UU Pasal 4 ayat 1Mencakup : nama,cakupan wilayah,batas,ibukota,kewena ngan menjalankan urusan pemerintah,penunjukkan pejabat kepala daerah,pengisian keanggotaan DPRD,pengalihan kepegawaian, pendanaan,peralatan,dan dokumen,serta perangat daerah (ayat2)

Selanjutnya lebih rinci

persoalan

teknis PP cara dan

PP

revisi

adalah syarat

dengan

memuat yang

diuraikan tentang

dalam Tata

beberapa

pemekaran

No.78/2007 Pembentukan,

berbeda dengan aturan yang lama di antaranya seperti: jumlah kabupaten,

Penghapusan,

Penggabungan daerah yang merupakan revisi dari PP No,129/2000. Perbedaan mendasar antara PP yang lama dengan

waktu pemekaran, juga rekomendasi dari kabupaten induk dan provinsi. Mengenai pembentukan daerah

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 10

kabupaten baru dapat lebih jauh dapat dilihat pada pasal 2 ayat (4): Pembentukan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa: a. pemekaran dari 1 (satu) kabupaten/kota menjadi 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih; b. penggabungan beberapa kecamatan yang bersandingan pada wilayah kabupaten/kota yang berbeda; dan c. penggabungan beberapa kabupaten/kota menjadi 1 (satu) kabupaten/kota. Beberapa prosedur dan persyaratan selanjutnya dapat dicermati lebih jauh dari beberapa ketentuan yang ada dalam PP No.78/2007 tersebut, yaitu : Pasal 3 Daerah yang dibentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a dan ayat (4) huruf a dapat dimekarkan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan 10 (sepuluh) tahun bagi provinsi dan 7 (tujuh) tahun bagi kabupaten dan kota.Selanjutnya Pasal 4 ayat (2) Pembentukan daerah kabupaten/kota berupa pemekaran kabupaten/kota dan

penggabungan beberapa kecamatan yang bersandingan pada wilayah kabupaten/kota yang berbeda harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. Syarat administratif pembentukan daerah kabupaten/kota dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), meliputi: a. Keputusan DPRD kabupaten/kota induk tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota; b. Keputusan bupati/walikota induk tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota; c. Keputusan DPRD provinsi tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota; d. Keputusan gubernur tentang persetujuan pembentukan calon kabupaten/kota; dan e. Rekomendasi Menteri. Keputusan DPRD kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a diproses berdasarkan aspirasi sebagian besar masyarakat setempat. Pasal 6 (1) Syarat teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan,Page 11

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan daerah. (2) Faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinilai berdasarkan hasil kajian daerah terhadap indikator sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. (3) Suatu calon daerah otonom direkomendasikan menjadi daerah otonom baru apabila calon daerah otonom dan daerah induknya mempunyai total nilai seluruh indikator dan perolehan nilai indikator faktor kependudukan, faktor kemampuan ekonomi, faktor potensi daerah dan faktor kemampuan keuangan dengan kategori sangat mampu atau mampu. Pasal 7 Syarat fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan. Pasal 8 Cakupan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 untuk:

a. pembentukan provinsi paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota; b. pembentukan kabupaten paling sedikit 5 (lima) kecamatan; dan c. pembentukan kota paling sedikit 4 (empat) kecamatan. Pasal 10 (1) Cakupan wilayah pembentukan kabupaten/kota digambarkan dalam peta wilayah calon kabupaten/kota. (2) Peta wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan daftar nama kecamatan dan desa/kelurahan atau nama lain yang menjadi cakupan calon kabupaten/kota serta garis batas wilayah calon kabupaten/kota, nama wilayah kabupaten/ kota di provinsi lain, nama wilayah kecamatan di kabupaten/kota di provinsi yang sama, nama wilayah laut atau wilayah negara tetangga, yang berbatasan langsung dengan calon kabupaten/kota. (3) Peta wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat berdasarkan kaidah pemetaan yang difasilitasi oleh lembaga teknis dan dikoordinasikan oleh gubernur. Pasal 11 (1) Dalam hal cakupan wilayah calon provinsi dan kabupaten/kota berupa kepulauan atau gugusan pulau,Page 12

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

peta wilayah harus dilengkapi dengan daftar nama pulau. (2) Cakupan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 10 ayat (1) harus merupakan satu kesatuan wilayah administrasi. Pasal 12 (1) Lokasi calon ibukota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ditetapkan dengan keputusan gubernur dan keputusan DPRD provinsi untuk ibukota provinsi, dengan keputusan bupati dan keputusan DPRD kabupaten untuk ibukota kabupaten. (2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan hanya untuk satu lokasi ibukota. (3) Penetapan lokasi ibukota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah adanya kajian daerah terhadap aspek tata ruang, ketersediaan fasilitas, aksesibilitas, kondisi dan letak geografis, kependudukan, sosial ekonomi, sosial politik, dan sosial budaya. (4) Pembentukan kota yang cakupan wilayahnya merupakan ibukota kabupaten, maka ibukota kabupaten tersebut harus dipindahkan ke lokasi lain secara bertahap paling lama 5 (lima) tahun sejak dibentuknya kota.

Pasal 13 (1) Sarana dan prasarana pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 meliputi bangunan dan lahan untuk kantor kepala daerah, kantor DPRD, dan kantor perangkat daerah yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. (2) Bangunan dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam wilayah calon daerah. (3) Lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimiliki pemerintah daerah dengan bukti kepemilikan yang sah. Untuk Tata Cara pembentukan daerah dalam kewenangan pemerintahan daerah terdapat dalam pasal-pasal : Pasal 16 Tata cara pembentukan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) huruf a dilaksanakan sebagai berikut: a. Aspirasi sebagian besar masyarakat setempat dalam bentuk Keputusan BPD untuk Desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk Kelurahan di wilayah yang menjadi calon cakupan wilayah

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 13

kabupaten/kota yang akan dimekarkan. b. DPRD kabupaten/kota dapat memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam bentuk Keputusan DPRD berdasarkan aspirasi sebagian besar masyarakat setempat yang diwakili oleh BPD untuk desa atau nama lain dan Forum Komunikasi Kelurahan untuk kelurahan atau nama lain; c. Bupati/walikota memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam bentuk keputusan bupati/walikota berdasarkan hasil kajian daerah; d. Bupati/walikota mengusulkan pembentukan kabupaten/kota kepada gubernur untuk mendapatkan persetujuan dengan melampirkan: 1. dokumen aspirasi masyarakat di calon kabupaten/kota; 2. hasil kajian daerah; 3. peta wilayah calon kabupaten/kota; dan 4. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan keputusan bupati/ walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dan huruf b. e. Gubernur memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan kabupaten/kota

berdasarkan evaluasi terhadap kajian daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf c; f. Gubernur menyampaikan usulan pembentukan calon kabupaten/kota kepada DPRD provinsi; g. DPRD provinsi memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan kabupaten/kota; dan h. Dalam hal gubernur menyetujui usulan pembentukan kabupaten/kota, gubernur mengusulkan pembentukan kabupaten/kota kepada Presiden melalui Menteri dengan melampirkan: 1. Dokumen aspirasi masyarakat di calon kabupaten/kota; 2. Hasil kajian daerah; 3. Peta wilayah calon kabupaten/kota; 4. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan keputusan bupati/ walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dan huruf b; dan 5. Keputusan DPRD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c dan keputusan gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d. Selanjutnya untuk proses di tingkatan pemerintah pusat adalah sebagai berikut : Pasal 18Page 14

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

(1) Menteri melakukan penelitian terhadap usulan pembentukan provinsi atau kabupaten/kota. (2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim yang dibentuk Menteri. (3) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri menyampaikan rekomendasi usulan pembentukan daerah kepada DPOD. Pasal 19 (1) Berdasarkan rekomendasi usulan pembentukan daerah, Menteri meminta tanggapan tertulis para Anggota DPOD pada sidang DPOD. (2) Dalam hal DPOD memandang perlu dilakukan klarifikasi dan penelitian kembali terhadap usulan pembentukan daerah, DPOD menugaskan Tim Teknis DPOD untuk melakukan klarifikasi dan penelitian. (3) Berdasarkan hasil klarifikasi dan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), DPOD bersidang untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden mengenai usulan pembentukan daerah. Pasal 20 (1) Menteri menyampaikan usulan pembentukan suatu daerah kepada Presiden

berdasarkan saran dan pertimbangan DPOD. (2) Dalam hal Presiden menyetujui usulan pembentukan daerah, Menteri menyiapkan rancangan undangundang tentang pembentukan daerah. Pasal 21 (1) Setelah Undang-undang pembentukan daerah diundangkan, Pemerintah melaksanakan peresmian daerah dan melantik penjabat kepala daerah. (2) Peresmian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak diundangkannya undang-undang tentang pembentukan daerah. Untuk permasalah pendanaan sehubungan dengan adanya pemekaran daerah baru, dijabarkan lebih jauh dalam uraian bab V11 tentang Pendanaan, yaitu : Pasal 26 (1) Dana yang diperlukan dalam rangka pembentukan provinsi dibebankan pada APBD provinsi induk dan APBD kabupaten/kota yang menjadi cakupan calon provinsi. (2) Dana yang diperlukan dalam rangka pembentukan kabupaten/kota dibebankanPage 15

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

pada APBD kabupaten/kota penggabungan daerah induk dan APBD provinsi. dibebankan pada APBN. (3) Dana yang diperlukan dalam rangka penghapusan dan Dari gambaran di atas terlihat bahwa proses dan tata cara serta persyaratan pembentukan daerah baru akan melalui jalan yang panjang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam tiga tingkat kewenangan gambar 2 sebagai berkut : Gambar 3 PROSES PENGUSULAN PEMEKARANDaerah persiapan Kewenangan kabupaten induk Kewenangan propinsi Kewenangan pemerintah pusat

Penjaring -an Aspirasi Pembentukan Tim Teknis Pengka Jian Kelaya -kan LoBy & Dialog Politik Pengesahan oleh DPRD dan Bupati Pengajuan Usulan Ke propinsi Pengesahan oleh DPRD dan Gubernur Pengajuan Usulan ke pemerintah pusat Persentasi oleh daerah persiapan & daerah induk

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 16

Meskipun

proses

pemekaran

yang lebih luas menjadi hal yang sangat penting untuk dalam proses

adalah suatu yang terjadi dari bawah (bottom up), namun dalam prakteknya lebih banyak diinisiasi oleh elit-elit local saja bahkan dalam contoh contoh tertentu inisiatif dan persetujuan dari pemerintah pusat justru mendahului dari induk, rekomendasi seperti dari halnya pemerintah terbentuk

selanjutnya

menyamakan

persepsi dan pemikiran masyarakat luas dalam satu tujuan perlunya Disamping

sebuah

pemekaran.

kepentingan penguatan pemahaman dan usulan pemekaran, hal ini sangat

penting dilakukan karena apabila publik terlibat terbatas, akuntabilitas pemerintahan hanya dalam maka dari daerah baru ruang yang

propinsi Kepulauan Riau. Pada tahap awal masyarakat luas (public)

diprediksi kinerja yang

dimobilisasi dalam ruang-ruang yang terbatas seperti forum seminar dan lokakarya atau forum sosialisasi.

terbentuk juga akan rendah.

Lobby dan dialog politik dalam sekala Dari sisi kewenangan UU dan Peraturan Pemerintah,

pemerintah pusat, proses pembahasan pemekaran wilayah yang datang dari berbagai daerah melalui dua tahapan besar yaitu proses teknokratis (kajian kelayakan teknis dan administratif), serta proses politik karena selain harus memenuhi persyaratan

proposal pemekaran harus didukung secara politis oleh DPR. Oleh karena itu, dalam rangka memahami proses kebijakan digambarkan pemekaran, bagaimana perlu pemerintah

nasional meloloskan usulan pemekaran daerah otonom.

teknokratis yang telah diatur dalam

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 17

Prosedur

pembahasan

ditingkat

pusat

untuk

meluluskan

atau

tidak

meluluskan proposal pembentukan daerah otonom baru secara teknokratis dapat digambarkan sebagai berikut:

PROSEDUR PENGESAHAN PEMEKARAN DI TINGKAT PUSAT

GAMBAR 4

Mencermati banyaknya daerah

kenyataan baru yang

1. Proses teknokratis yang fleksible, seperti: a. kriteria kelayakan pemekaran yang mudah dipenuhi bahkan dimanipulasi (seperti kriteria jumlah penduduk yang tidak wajib karena diakumulasikan

terbentuk sampai saat ini adakalanya proses yang terjadi di tingkat

pemerintah pusat relatif mudah dan terkesan terjadi kompromi seperti :

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 18

dengan indikator yang lain), maupun standar nilai minimum kelulusan yang dapat dirasionalisasi menurut versi daerah; b. studi kelayakan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang cenderung

membuka peluang bagi para pihak yang terlibat untuk melakukan manipulasi data dan informasi yang dibutuhkan bagi pemekaran wilayah. 2. Proses politik yang cenderung

anarkis (Pratikno, 2007):

mendukung dan memaksa terjadinya pemekaran wilayah; c. adanya formulir isian kelengkapan data calon daerah otonomi baru yang Dalam implementasinya, proses pemekaran wilayah dapat dilakukan melalui dua pintu masuk, yaitu lewat lembaga politik (DPR) sebagai usul inisiatif DPR, (seperti sejarah pembentukan Propinsi Kepulauan Riau) dan melalui institusi pemerintah (DPOD Depdagri). Argumen-argumen politik tidak menutup kemungkinan memiliki posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan dengan eksekutif dalam hal penolakan maupun persetujuan terhadap proposal pemekaran daerah.

--------000-------

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 19

Referensi R. Effendy, Arif. Proses Pemekaran Wilayah di Propinsi NTB Studi Kasus Kota Bima, DRSP 2008 R. Effendy, Arif. Pengalaman Proses Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat, DRSP. 2008 DRSP, Naskah Akademik Pembentukan Daerah, 2007 Pratikno, Usulan Perubahan Kebijaksanaan Penataan Daerah (Pemekaran dan Penggabungan Daerah), DRSP 2007 Diamar, Son, Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2000 Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah Harian Kompas, 15 September 2007 www.analisadaily.com modified: 17/2/08Source: Suara Pembaruan http://www.lan.go.id/pkkod/index.php?mod=6&d=62 http://www.inilahjabar.com/read/detail/666411/dpr-tak-benar-pemekaran-daerahgagal http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com http://www.kabarindonesia.com http://beritasore.com/2008/10/29/dpr-setuju-pembentukan-12-kabupatenkotabaru/ http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/10/29/brk,20081029H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 20

142906,id.html http://www.kontan.co.id/index.php/Nasional/news/2900/Daerah_Kian_Berkembang __12_Kabupaten_Berdiri_ http://dendisetiawan.wordpress.com/2008/07/08/evaluasi-pemekaran-daerah-dindonesia-by-dendi-setiawan-mahasiswa-administrasi-negara-fisip-universitasandalas/

H. Wijoyokusumo, S.Psi (Disiapkan Untuk Acara Seminar Kabupaten Kundur, 30-01-2011)

Page 21