Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

23
Hafal Al-Quran adalah keistimewaan dan kebanggaan tersendiri bagi setiap muslim. Hal ini karena fadhilah dan keutamaan yang sangat banyak, yang diberikan oleh Allah kepada mereka para penghafal Al-Quran, dan tidak diberikan kepada selain mereka. Cukuplah bagi seorang penghafal Al-Quran keutamaan dan kebanggaan, bahwa Allah telah berfirman, "Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kamilah yang akan menjaganya." Artinya bahwa seorang penghafal Al-Quran telah dijadikan oleh Allah sebagai sarana untuk menjaga kitab suci-Nya di atas dunia. Namun untuk menjadi seorang penghafal Al-Quran, tentu tidak mudah. Karena selain dibutruhkan keuletan dan kesabaran, tetapi juga trik dan cara agar Al-Quran bisa dihafal dengan baik. Di sini tidak akan dipaparkan bagaimana cara menghafal Al-Quran, tetapi sekedar berbagi dengan anda beberapa pengalaman atau lebih tepatnmya "penerawangan" terhadap sebagian fenomena para orang tua Mesir dalam mendidik anaknya menghafal Al-Quran. Semoga, nantinya bisa bermanfaat bagi yang menulis dan membaca tulisan ini. Sebagian anak-anak di Mesir dididik menghafal Al-Quran dengan keras dan tidak dimanja-manja. Ada juga yang hanya menyerahkan anaknya ke katâtîb (tempat-tempat mengajar ngaji). Anehnya, hasil didikan mereka sangat efektif. Anak- anak kecil di Mesir banyak yang menghafal al-Quran. Hal yang sangat biasa ditemukan anak-anak berumur 7 sampai 10 tahun yang menghafal Al-Quran 30 juz. Fenomena ini agak berbeda dengan komunitas masyarakat Indonesia, dimana sebagian orang walaupun sudah tua, mereka masih belum bisa membaca Al- Quran dengan baik. Wajar, kalau alasannya karena bahasa Al- Quran bukan bahasa Asli. Tetapi rasanya, kalau didikannya benar, Insyaallah orang Indonesia tidak kalah keahliannya dalam membaca Al-Quran dan tidak kurang kekuatan hafalan mereka dari orang-orang Arab. Di antara rahasia mengapa mereka anak-anak kecil itu mampu menghafal Al-Quaran dengan baik adalah, karena para orang tua mendidik anaknya bersahabat dengan Al-Quran sejak kecil. Anak-anak dituntun menghafal Al-Quran sejak ia belum mengetahui baca tulis. Oleh karena itu, tidak jarang kita menemukan anak kecil yang mereka memiliki banyak hafalan Al- Quran, namun ketika kita suruh tunjukkan di dalam mushaf Al- Quran, mereka tidak tahu ayat mana yang mereka baca. Artinya, mereka sudah menghafal Al-Quran, walaupun belum bisa membacanya. Inilah sebenarnya metode yang tepat untuk mengajarkan Al- Quran kepada anak kecil. Mereka tidak disuruh menghafal Al- Quran sesudah bisa membaca sendiri Al-Quran itu. Tetapi mereka dituntun oleh orang tuanya untuk menghafal setiap hari beberapa ayat secara konsisten, tanpa melihat Mushaf. Dituntun dan dituntun sedikit demi sedikit sampai ia bisa.

Transcript of Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

Page 1: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

Hafal Al-Quran adalah keistimewaan dan kebanggaan tersendiri bagi setiap muslim. Hal ini karena fadhilah dan keutamaan yang sangat banyak, yang diberikan oleh Allah kepada mereka para penghafal Al-Quran, dan tidak diberikan kepada selain mereka. Cukuplah bagi seorang penghafal Al-Quran keutamaan dan kebanggaan, bahwa Allah telah berfirman, "Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kamilah yang akan menjaganya." Artinya bahwa seorang penghafal Al-Quran telah dijadikan oleh Allah sebagai sarana untuk menjaga kitab suci-Nya di atas dunia.

Namun untuk menjadi seorang penghafal Al-Quran, tentu tidak mudah. Karena selain dibutruhkan keuletan dan kesabaran, tetapi juga trik dan cara agar Al-Quran bisa dihafal dengan baik. Di sini tidak akan dipaparkan bagaimana cara menghafal Al-Quran, tetapi sekedar berbagi dengan anda beberapa pengalaman atau lebih tepatnmya "penerawangan" terhadap sebagian fenomena para orang tua Mesir dalam mendidik anaknya menghafal Al-Quran. Semoga, nantinya bisa bermanfaat bagi yang menulis dan membaca tulisan ini.

Sebagian anak-anak di Mesir dididik menghafal Al-Quran dengan keras dan tidak dimanja-manja. Ada juga yang hanya menyerahkan anaknya ke katâtîb (tempat-tempat mengajar ngaji). Anehnya, hasil didikan mereka sangat efektif. Anak-anak kecil di Mesir banyak yang menghafal al-Quran. Hal yang sangat biasa ditemukan anak-anak berumur 7 sampai 10 tahun yang menghafal Al-Quran 30 juz. Fenomena ini agak berbeda dengan komunitas masyarakat Indonesia, dimana sebagian orang walaupun sudah tua, mereka masih  belum bisa membaca Al-Quran dengan baik. Wajar, kalau alasannya karena bahasa Al-Quran bukan bahasa Asli. Tetapi rasanya, kalau didikannya benar, Insyaallah orang Indonesia tidak kalah keahliannya dalam membaca Al-Quran dan tidak kurang kekuatan hafalan mereka dari orang-orang Arab.

Di antara rahasia mengapa mereka anak-anak kecil itu mampu menghafal Al-Quaran dengan baik adalah, karena para orang tua mendidik anaknya bersahabat dengan Al-Quran sejak kecil. Anak-anak dituntun menghafal Al-Quran sejak ia belum mengetahui baca tulis. Oleh karena itu, tidak jarang kita menemukan anak kecil yang mereka memiliki banyak hafalan Al-Quran, namun ketika kita suruh tunjukkan di dalam mushaf Al-Quran, mereka tidak tahu ayat mana yang mereka baca. Artinya, mereka sudah menghafal Al-Quran, walaupun belum bisa membacanya.

Inilah sebenarnya metode yang tepat untuk mengajarkan Al-Quran kepada anak kecil. Mereka tidak disuruh menghafal Al-Quran sesudah bisa membaca sendiri Al-Quran itu. Tetapi mereka dituntun oleh orang tuanya untuk menghafal setiap hari beberapa ayat secara konsisten, tanpa melihat Mushaf. Dituntun dan dituntun sedikit demi sedikit sampai ia bisa. Setelah mereka beranjak besar, kemudian diajar baca-tulis Al-Quran, mereka akan mengerti sendiri mana ayat yang mereka baca.

Al-Quran memang diajarkan turun-temurun dengan cara seperti itu. Begitulah dahulu para Sahabat menerima Al-Quran dari Rasulullah Saw. Sebab hafalan mereka, Al-Quran sampai kepada kita sekarang ini, persis seperti waktu diturunkannya. Para shahabat rata-rata orang Ummi, tidak tahu baca-tulis, namun mereka memiliki kekuatan hafalan yang prima. Salah satu faktor penyebab hal ini adalah, kurangnya alat dan sarana tulis-menulis kala itu, sehingga mereka lebih mengandalkan hafalan untuk mennyimpan teks-teks syair, khutbah, pusisi, perjanjian-perjanjian, dan sebagainya. Mereka juga mendidik

Page 2: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

anaknya untuk menghafal syair-syair sejak kecil, tanpa melihat tulisan dari ungkapan yang ia ucapkan. Jadi, pelajaran yang dapat kita ambil dari hal ini adalah bahwa kemampuan membaca tidak harus sejalan dengan kemampuan menghafal. Belajar menghafal harus diajarkan sejak mereka belum bisa tulis baca.

Di sekolah-sekolah Al-Azhar, anak-anak tamatan SD diwajibkan menghafal 17 juz. Kemudian ditingkat SMP sampai perguruan tinggi, mereka harus hafal Al-Quran. Masa-masa kecil inilah mereka dididik untuk menghafal Al-Quran. Karena pada masa itu otak mereka masih bersih, sehingga bagai mengukir di atas batu. Sulit, namun sekali tergores susah hilangnya. Sekali lagi bahwa, yang saya tulis ini adalah sisi positif dari kehidupan mereka dari sisi pandang pribadi saya, semoga kita dapat mengambilnya menjadi pelajaran. Wallhu a’lâ wa a’lamWallhu a’lâ wa a’lam

Prev: Ramadan Bingkisan Surga

Ibu, Ayah Ajari Aku Al-Quran

Monday, 27 April 2009 | Gentong Ilmu

Saya teringat ketika saya bekerja disebuah perusahaan swasta di Jakarta, ada seorang ayah yang mengatakan “bila anak diselimuti oleh Al-Qur’an maka anak kita akan dilindungi oleh Allah dari kehidupan dan perkembangan zaman yang yang semakin brutal”

Ungkapan itu membuat saya berfikir dan coba lebih memperhatikan fenomena saat ini, banyak orang tua yang sangat khawatir terhadap pergaulan yang bebas dan pendidikan yang tidak menghasilkan banyak hal positif bagi perkembangan anak-anak. Walaupun sudah diberikan dan dipilihkan tempat yang terbaik bagi perkembangan anak–anak mereka, satu hal yang sangat penting bagi orang tua adalah, berharap anaknya kelak menjadi yang terbaik. Namun harapan demi harapan tertinggal nan jauh disana, tetap saja anak–anak sekarang menghadapi kesulitan mendapatkan culture yang Islami. Padahal banyak sekolah yang berlabel Islami, bila dilihat hasilnya hanya sekedar polesan nama saja. Output dari pendidikan yang ada sama seperti pendidikan pada umumnya, ini

Page 3: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

membuktikan bahwa kita harus memiliki terobosan–terobosan baru dalam melahirkan generasi rabbani.  Sekolah yang kita cintai ini (RUMAH TAHFIDZ) Jakarta Islamic School, memiliki responsibility yang sangat besar untuk  “Melahirkan generasi khalifah Qur’ani, Menjadi Khalifah Hafidz dan Hafidzoh, Memiliki Pengetahuan yang luas (International), Akhlaq yang mulia, Cerdas, menjadi Pelajar yang sukses dan memiliki jasad yang kuat." Al-Qur’an dapat membuat anak menjadi CERDAS, itu karena otak akan terus berproses bila anak senang dan mencintai Al-Qur’an. Bila ia mencintai dan biasa membaca dan mengkaji isi Al-Qur’an dimasa tuanya tak akan mudah pikun apalagi dia menghafal Al-Qur’an maka Allah menjamin orang tuanya akan diberikan penghargaan oleh Allah yaitu Al-Qur'an SEBAGAI PEMBELA DI HARI AKHIRAT, seperti kisah dibawah ini : Abu Umamah r.a. berkata : "Rasulullah S.A.W telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur'an, setelah itu Rasulullah S.A.W memberitahu tentang kelebihan Al-Qur'an."Telah bersabda Rasulullah S.A.W : "Belajarlah kamu akan Al-Qur'an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya."Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, "Kenalkah kamu kepadaku?" Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : "Siapakah kamu?"Betapa bahagianya kita sebagai orang tua, yang memiliki anak sholeh, cerdas dan lebih–lebih sebagai asset dunia dan akhirat yang hakiki, yang menjamin pertemuan kita dengan Allah kelak di surga-Nya amiin.Maka berkata Al-Qur'an : "Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari."Kemudian berkata orang yang pernah membaca Al-Qur'an itu : "Adakah kamu Al-Qur'an?" Lalu Al-Qur'an mengakui dan menuntun orang yang pernah membaca mengadap Allah S.W.T. Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya.Pada kedua ayah dan ibunya pula yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya : "Dari manakah kami memperolehi ini semua, pada hal amal kami tidak sampai ini?"Lalu dijawab : "Kamu diberi ini semua kerana anak kamu telah mempelajari Al-Qur'an." Subhanallah, sungguh luar biasa, kita sedang diberikan kesempatan oleh Allah SWT, untuk berinvestasi, investasi yang tak terhitung nilainya.Anak adalah detik, anak adalah menit, anak adalah jam, anak adalah hari, anak adalah malam, anak adalah segalanya dalam kehidupan kita. Anak adalah hati kita, pikiran kita, penglihatan kita, pendengaran kita, tangan dan kaki kita, hembusan nafas kita, sampai dia adalah sosok yang selalu muncul dalam mimpi kita, dan dia adalah tesesan air mata kita, dia adalah isi pikiran kita, dia adalah isi do’a–do’a kita yang tak terlewatkan, harta sebesar atom dalam panggung dunia ini.Semangat hidup hadir karena dia, senyum manis mekar karenanya, mata terbuka disiang dan malam hari karena keberadaanya, tangan yang berat ringan karena motivasinya, kaki yang lumpuh berlari kencang karena dorongannya, rasa malas yang menyelimuti hilang karena amanah yang ada, karena dia adalah KUNCI PINTU SURGA, dia adalah investasi kehidupan yang akan menjamin kita bertemu atau tidak dengan Sang Pencipta. Marilah kita bersama, membangun generasi masa depan, yang akan menjadi pelita penyinar terang dalam kehidupan sejati. Saling membahu dan tolong menolong dalam mempersiapkan generasi qur’ani, yang akan mengizzahkan islam dipersada ini.  Ada beberapa tips yang bisa diterapkan, untuk menambah perbendaharaan metode–metode yang sudah ada dirumah yang perlu saya sampaikan, semoga dengan beberapa tips ini akan memberikan solusi dalam belajar menghafal Al-Qur’an di lingkungan rumah kita, agar mempermudah pengakraban anak–anak kita dengan Al-Qur’an : 1.       Perhatian dan partisipasi orang tua. Dalam mendidik anak mencintai Al-Qur’an, kita (orang tua) harus memberikan perhatian khusus pada anak.2.       Lingkungan harus kondusif, lingkungan keluarga dan sekitar bisa memberikan nuansa yang baik dalam upaya mempelajari, menghafal dan memahami Al-Qur’an.

Page 4: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

Tempat menghafal membutuhkan tempat yang kondusif, tenang, aman tidak ada ganguan dari luar.3.       Memperhatikan pergaulan sehari–harinya, kita berusaha menghadirkan lingkungan qur’ani setiap waktu dilingkungan rumah kita.4.       Anak harus dibiasakan membaca Al-Qur’an secara teratur dan istiqomah.5.       Berikan waktu khusus untuk menghafal, contohnya setiap selesai sholat magrib, isya’dan subuh.6.       Berikan target khusus untuk belajar dan menghafal Al-Qur’an, contohnya membaca Al-Qur’an 5 ayat setiap setelah atau sebelum sholat (memiliki jadwal khusus )7.       Membiasakan sebelum mengjerjakan setiap pekerjaan (belajar) diusahakan untuk menghafal Al-Qur’an minimal 1 ayat.8.        Dalam mempelajari Al-Qur’an harus memakai metode yang bervariatiaf, diselingi cerita (bisa cerita tentang isi Al-Qur’an), bermain, atau bisa dengan alat–alat yang mendukung untuk mempelajari Al-Qur’an tersebut (visual/vidio, kaset,dll), dengan begitu anak akan menjadi senang dan mudah mempelajari dan memahami Al-Qur’an.9.       Orang tua ( Ayah dan Ibu ) harus saling bahu membahu dalam menjadikan dan mensukseskan anak dalam mempelajari, Menghafal Al-Qur’an.10.   Orang tua dan guru disekolah harus membangun komunikasi yang efektif, dalam rangka mengembangkan dan memberikan dukungan penuh kepada anak–anak disekolah dan dirumah. Saya yakin guru dan semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anak–anaknya, amanah ini harus dijaga dan dipelihara karena dia adalah salah satu kunci kita masuk kedalam surga.Oleh karena itu rasanya penting untuk saling berbagi dalam hal ini, sekolah adalah salah satu tempat menimba ilmu, belajar untuk mengerti dan memahami, belajar untuk menerapkannya, belajar untuk menyampaikan kepada orang lain. Rumah juga adalah tempat belajar yang efektif, tepat dan cepat, karena mereka bersama guru yang pertama, guru yang dimuliakan Allah, guru tercinta, guru yang menjadi kunci mereka masyuk surga, dia adalah Ibunya, dia adalah Ayahnya.Amin Yaa Robbal ‘Alamin. Wallahu a’lam bissowaf

Mendidik Anak Menurut Al-Qur'an

Oleh : Riwayat

Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (QS. Lukman: 13). Dari ayat tersebut dapat kita ambil pokok pikiran sebagai berikut, pertama orang tua wajib memberi pendidikan kepada anak-anaknya. Kedua dalam mendidik prioritas pertama adalah penanaman akidah, pendidikan akidah diutamakan agar menjadi kerangka dasar dan landasan dalam membentuk pribadi anak yang soleh.

Dalam mendidik hendaknya menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang, hal ini dapat kita cermati dari seruan Lukman kepada anak-anaknya, yaitu “Yaa Bunayyaa” (Wahai anak-anakku), seruan tersebut menyiratkan sebuah ungkapan yang penuh muatan kasih sayang, sentuhan kelembutan dalam mendidik anak-anaknya. Indah dan menyejukkan. Kata Bunayya, mengandung rasa manja, kelembutan dan kemesraan, tetapi tetap dalam koridor ketegasan dan kedisplinan, dan bukan berarti mendidik dengan keras.

Mendidik anak dengan keras hanya akan menyisakan dan membentuk anak berjiwa keras, kejam dan kasar, kekerasan hanya meninggalkan bekas yang mengores tajam kelembutan anak, kelembutan dalam diri anak akan hilang tergerus oleh pendidikan yang keras dan

Page 5: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

brutal. Kepribadian anak menjadi kental dengan kekerasan, hati, pikiran, gerak dan perkataannya jauh dari kebenaran dan kesejukan.Kelembutan, kemesraan dalam mendidik anak merupakan konsep Al-Quran, apapun pendidikan diberikan kepada anak hendaknya dengan kelembutan dan kasih sayang. Begitu juga dalam prioritas mendidik diutamakan mendidik akidahnya terlebih dahulu, dengan penyampaian lembut dan penuh kasih sayang. Mudah-mudahan anak akan tersentuh dan merasa aman di dekat orang tuanya, kenapa dalam mendidik perlu diutamakan akidah terlebih dahulu? Kenapa tidak yang lain? Jawabnya adalah karena akidah merupakan pondasi dasar bagi manusia untuk mengarungi kehidupan ini. Akidah yang kuat akan membentengi anak dari pengaruh negatif kehidupan dunia. Sebaliknya kalau akidah lemah maka tidak ada lagi yang membentengi anak dari pengaruh negatif, apakah pengaruh dari dalam diri, keluarga, maupun masyarakat di sekitarnya.

Kenapa harus akidah? Karena dengan akidah anak selamat dunia dan akherat, akidah adalah modal dasar bagi anak menapaki kehidupan, dapat dibayangkan apa yang terjadi jika seorang anak tidak mempunyai akidah yang kuat, pasti anak-anak itu akan mudah terserang berbagai virus-virus kekejian, kemungkaran, kemunafikan, dan kemaksiatan kepada Allah, imunitas keimanan anak akan lemah, dan pada akhirnya anak terjebak dalam kelamnya dunia ini. Terbawa arus deras gelapnya kehidupan, tenggelam dalam kubangan kemaksiatan, kegersangan hidup dan kesengsaraan batin.

Akidah adalah asas untuk membangun Islam. kalau asasnya sudah bagus maka Islam akan tegak dalam diri anak, kenapa dewasa ini banyak anak-anak yang tidak tegak agamanya, tidak kuat akidahnya sehingga banyak terjadi penyelewengan, semua itu terjadi akibat pemahaman akidah yang dangkal, sehingga mudah goyah pendiriannya dan akhirnya roboh. Memang kalau kita perhatikan orang tua jaman sekarang tidak banyak yang menekankan pendidikan akidah kepada anak-anaknya. Orang tua tidak merasa sedih dan takut kalau anaknya terjebak kepada keimanan yang rapuh, orang tua tidak pernah mengeluh kalau anaknya tidak membaca Al-Quran, menghafal Al-Quran, tetapi orang tua akan marah kalau anaknya tidak pergi les matematika, les fisika, les komputer, orang tua tidak merasa takut kalau anaknya tidak pergi mengaji, bayaran iuran mengaji terlambat, orang tua khawatir kalau anaknya belum bayar iuran bulanan les matematika, fisika dan lain sebagainya. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa sikap orang tua terhadap pendidikan masih tebang pilih, kurang adil dalam mendidik anak-anaknya, para orang tua terkesan berat sebelah, padahal pendidikan seharusnya diterima anak secara utuh, baik pendidikan yang berupa keduniaan dan keakheratan, di antaranya adalah pendidikan akidah.

Untuk itu, langkah awal dalam mendidik anak adalah penanaman akidah, tidak yang lain. Kalau akidah anak sudah kuat maka apa saja bangunan keahlian yang akan di dirikan dalam diri anak akan kokoh, apakah menjadi tentara, polisi, dosen, pengusaha, ilmuwan dan lain sebagainya. Kalau akidah sudah kuat, kalaupun menjadi polisi ia akan menjadi polisi yang beriman, tentara beriman, hakim beriman, ilmuwan beriman, presiden yang beriman, yang pasti pondasi keimanan akan bersemayam dalam dirinya.

Dalam ayat di atas, juga tergambar bahwa mendidik anak bukan hanya tanggung jawab ibu tetapi juga menjadi tanggung jawab bapak. Selama ini kebiasaan dalam masyarakat kita dalam mendidik anak lebih berat kepada kaum ibu, dengan alasan ibulah yang sering bertemu dan bercengkerama dengan anak, sedangkan bapak lebih diidentikkan dan diposisikan sebagai kepala rumah tangga, lebih khusus diletakkan pada tanggung jawab dalam aspek ekonomi dan finansial sedangkan aspek edukasi terabaikan. Sehingga yang terjadi adalah peran bapak dalam mendidik anak terabaikan, akibat lebih jauh adalah anak menjadi kurang interaksinya dengan bapaknya, anak akan mendekat dan bertemu wajah dan berbicara dengan bapaknya kalau ada perlu, ketika akan meminta uang jajan. Padahal, dalam konsep Al-Quran peran bapak dalam mendidik anak sangat besar, hal ini dapat kita cermati dari peran Lukman dalam mendidik anak-anaknya. Peran Yaqub dan Ibrahim dalam mendidik anak-anaknya. Untuk itu sudah saatnya orang tua mulai berbagi dan berkerjasama dalam mendidik anak, perlu duduk bersama membicarakan langkah dan metode yang tepat untuk anak-anaknya.

Setelah akidah anak kuat, orang tua perlu menekankan pendidikan pada aspek ibadah seperti salat, berdakwah dengan memberi contoh terlebih dahulu, seperti mencegah diri

Page 6: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

dari yang mungkar dan selalu melakukan kebaikan. Setelah itu memberi nasehat kepada orang lain untuk meninggalkan kemungkaran dan mengerjakan kebaikan. Dan yang tidak kalah penting adalah sabar dalam menghadapi cobaan hidup. Sebab hidup itu ibarat di lautan, kadang-kadang ombak besar dan menggila dan menghempaskan kapal kita, lain waktu lautan menjadi sangat bersahabat sehingga kapal kita dapat berlayar dengan tenang tanpa gangguan. Demikian juga hidup, tidak selamanya bahagia, tidak selamanya sedih, kadang dalam kemiskinan, terkadang dalam keadaan kaya. Untuk itu sebagai orang tua yang bijak perlu mendidik anak-anaknya untuk bersabar menghadapi berbagai cobaan hidup. Allah berfirman,”Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(QS. Lukman: 17)

Ayat di atas, memberi pengajaran kepada para orang tua untuk selalu memantau salat anak, apakah salatnya sudah dilaksanakan dengan baik, lengkap syarat, rukunya, apakah salatnya sudah dilaksanakan liam kali seharisemalam, atau masih ada yang tinggal? Orang tua di tuntut untuk peduli terhadap ibadah salat anaknya. Sebab salat adalah tiang agama, kalau anak-anaknya telah mendirikan salat dengan baik dan benar rukun syaratnya, berarti anak-anak kita telah menegakkan agama, sebaliknya kalau anak-anak kita masih banyak meninggalkan salat, salatnya masih asal-asalan, maka anak-anak kita telah mulai meruntuhkan agama. Akibat dari tidak terkontrolnya salat anak oleh orang tua akan berujung kepada lahirnya sikap acuh terhadap kebaikan dan mendekat dan tertariknya untuk melakukan kemungkaran. Karena pada dasarnya mendirikan salat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar.”Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Ankabut:45).

Orang tua yang berperan mendidik dan mengontrol salat anak-anaknya, penekanan dalam mendidik anak setelah akidah adalah mendirikan salat, setelah salat didirikan, maka dilanjutkan dengan mengarahkan pada pendidikan dakwah, penyampaian kebenaran dan pencegahan kemungkaran. Menyebarkan kebaikan, dan memberantas kemungakaran, baik dengan cara memberi contoh, dengan lisan, maupun perbuatan. Menanamkan dalam diri anak untuk selalu sabar menghadapi berbagai cobaan kehidupan dengan sabar semua akan menjadi baik, dengan sabar pikiran menjadi cemerlang, dengan sabar akan banyak jalan penyelesaian, sebab hanya dengan sabar orang akan terselamatkan, dengan sabar manusia menjadi dekat dengan Tuhan, karena kesabaranlah Allah menjadi cinta.

Dan tidak kalah pentingnya adalah mendidik akhlak anak. Orang tua yang sadarkan pentingnya kepribadian anak-anaknya akan berusaha menjadi teladan yang terbaik bagi anak-anaknya. Baik dalam perkataan maupun perbuatan, dalam taraf perkembangan jiwa dan kepribadiannya, anak meniru apa yang dilihatdan dengar. Kalau orang tua kurang hati-hati dalam bertindak dan bertutur kata, hingga anak-anaknya mengetahui dan mendengar, maka anak secara reflek akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Maka benar kata Rasulullah Saw bahwa anak terlahir dalam keadaan fitrah orang tuanya yang akan membentuk anak-anaknya, apakah menjadi Nasrani, Yahudi maupun Majusi, menjadikan anak yang soleh, berakhlak mulia atau berakhlak buruk. Peran orang tua sangat besar terhadap pembentukan karakter kepribadian anak-anaknya. Di sisi lain, masyarakat sekitar dan pendidikan juga memberi andil yang besar dalam membentuk karakter dan akhlak anak, untuk itu para orang tua hendaknya lebih-hati-hati dan selektif dalam mencarikan lingkungan bermain dan pendidikan untuk buah hatinya.

Paparan di atas, dapat dipahami beberapa hal penting, pertama, mendidik menjadi tanggung jawab kedua orang tua. Kedua, pendidikan pertama yang harus diberikan kepada anak adalah penanaman akidah yang benar. Ketiga, setelah pendidikan akidah, langkah pendidikan berikutnya adalah mendidik anak agar mencintai dan mendirikan salat lima waktu dengan sadar tanpa ada paksaan. Keempat, mendidik anak untuk berjiwa pendakwah, yaitu suka memberi contoh dalam berbuat baik dan meninggalkan kemungakaran. Kelima, menekankan pendidikan kepada aspek akhlak yang mulia, seperti,

Page 7: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

sabar, qanaah, tawadhu, dermawan dan akhlak mahmudah lainnya. Allahu A’lam.

 

KAMI MEWASIATKAN KEPADA SETIAP ORANG (MUSLIM) AGAR MENDIDIK ANAK-ANAKNYAUNTUK MENGHAFAL AL-QUR’AN

OlehSyaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin

Pertanyaan.Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Sebagaimana yang andaketahui bahwa Al-Qur’an Al-Karim itu mempunyai peranan penting yang tampakjelas dalam perilaku keluarga muslim dan masyarakat. Apakah Anda mempunyaisaran dalam hal yang penuh berkah ini, terutama dikarenakan kaum muslimintidak mempunyai keinginan untuk memasukkan anak-anaknya ke dalam halaqahjama’ah tahfizh Al-Qur’an.?

Jawaban.Sungguh engkau sangat bagus wahai penanya dan tidak ada tambahan lagi atasapa yang telah engkau sebutkan.

Tidak ragu lagi bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah, dan hanya membacanyakarena Allah bisa mendapatkan pahala, sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.

“Artinya : Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka dia mendapatsatu kebaikan, sedangkan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kalilipat, saya tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif satuhuruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf” [Hadits dikeluarkan olehAt-Tirmidzi dari Abdullah Ibn Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu no. 2910 KitabFadhail Al-Qur’an, bab: 16. Imam At-Tirmidzi berkata : Ini hadits hasanshahih, hadits ini dishahihkan juga oleh Al-Albani, lihat Shahih Al-Jami5/340]

Jika halnya seperti ini maka seharusnya setiap muslim itu memperhatikanAl-Qur’an, memperhatikan membacanya, tajwidnya dan selalu sering membacanyaagar dia termasuk dalam golongan orang-orang yang membaca Al-Qur’an dengansebenar-benarnya, seyogyanya menetapkan jadwal harian untuk membacanya,sehingga tidak ada hari yang berlalu tanpa membaca Al-Qur’an.

Bila dia mempunyai waktu khusus seperti ba’da shalat Shubuh dan ba’da shalatMaghrib, dia mengambil mushaf dan terus membacanya –bila tidak hafal- diamembaca apa yang mudah baginya setiap hari. Dengan cara seperti ini berartidia telah memperhatikan Al-Qur’an dan tidak meninggalkannya, karenasesungguhnya Allah mencela orang-orang yang meninggalkannya di dalamfirmanNya.

“Artinya : Dan Rasul berkata, “Wahai Tuhanku sesungguhnya kaumku telahmenjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang diacuhkan” [Al-Furqan : 30]

Artinya mereka berpaling dari Al-Qur’an.

Meninggalkannya adalah berpaling darinya, tidak membacanya sesuai denganyang semestinya dan lain-lain, ini berhubungan dengan orang awam.

Page 8: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

Begitu juga kami wasiatkan kepada orang muslim yang baik terhadap dirinyasendiri dan yang cinta kepada sesama, agar mendidik anak-anaknya untukmenghafal Kitab Allah semenjak usia dini, menjadikan mereka cinta terhadapKitab Allah dan mengajarkannya sejak kecil sehingga mereka tumbuh terdidikdi atas pemahaman Kitab Allah.

Sesungguhnya Jam’iyah Khairiyah banyak tersebar di negeri ini (SaudiArabia), di setiap daerah ada sekolah untuk pengajaran Al-Qur’an. Anak-anak–biasanya- mempunyai waktu senggang di sore hari setelah ba’da Ashar, merekatidak mempunyai kesibukan, oleh sebab itu si ayah seharusnya membawaanak-anaknya dan menggabungkan mereka pada sekolah-sekolah ini sertamendorong dan memberi semangat mereka untuk hal itu meskipun dengandiiming-imingi hadiah untuk hadir di sana dan menghafalnya.

Dengan hal seperti itu berarti Allah Ta’ala memberi manfaat terhadap merekadan mereka memberi manfaat terhadap orang tuanya. Pembicaraan tentangmanfaat ini sudah dikenal oleh semua (orang), bukan di sini tempat bagipenjelasannya.

[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 FatwaTentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, hal. 22-24Darul Haq]

sumber http://www.almanhaj.or.id

Page 9: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

Oleh Ahmad Zain An Najah, MA(dari ahmadzain.wordpress.com/2007/04/25/sukses-belajar-2/)

Sesuatu yang paling berhak dihafal adalah Al Qur’an, kerana Al Qur’an adalah Firman Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan yang paling sering dulang-ulang oleh manusia. Oleh kerananya, seorang penuntut ilmu hendaknya meletakkan hafalan Al Qur’an sebagai prioriti utamanya.

Berkata Imam Nawawi : “ Hal Pertama ( yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al Quran, kerana ia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadis dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran jangan sekali- kali menyibukkan diri dengan hadis dan fiqh atau material lainnya, kerana akan menyebabkan hilangnya sebahagian atau bahkan seluruh hafalan Al Quran. “

Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66

Di bawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal Al Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut :

Langkah Pertama : Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al Qur’an hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya kerana Allah sahaja. Dengan niat ikhlas, maka Allah akan membantu menjauhkan anda dari rasa malas dan bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus dan tidak berhenti. Berbeza kalau niatnya hanya untuk mengejar material atau hanya ingin ikut perlumbaan, atau kerana yang lain.

Langkah Kedua : Hendaknya setelah itu, ia melakukan Solat Hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al Qur’an. Waktu solat hajat ini tidak ditentukan dan doa’anyapun diserahkan kepada masing-masing peribadi. Hal ini sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا Øزبه أمر صلى

“ Bahwasanya Rasulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan solat. “()

Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a untuk menghafal Al Qur’an. ()

Do’a ini memang tidak terdapat dalam hadis, akan tetapi seorang muslim boleh berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda boleh berdo’a seperti ini :

اللهم ÙˆÙقني Ù„Ø� Ùظ القرآن الكريم �ورزقني تلاوته أناء الليل وأطرا٠�النهار على الوجه الذي يرضيك عنا يا أرØÙ… الراØمين .

“ Ya Allah berikanlah kepadaku taufik untuk menghafal Al Qur’an, dan berilah aku kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridha dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.

Page 10: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

Langkah Keempat : Menentukan salah satu metode untuk menghafal Al Qur’an. Sebenarnya banyak sekali metode yang boleh digunakan untuk menghafal Al Qur’an, Masing-masing akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya. Akan tetapi di sini hanya akan disebutkan dua metode yang sering dipakai oleh sebahagian penghafaz, dan terbukti sangat efektif :

Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mahu kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, kerana sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, kerana sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.

Perlu diperhatikan juga, setiap kita menghafal satu halaman sebaiknya ditambah satu ayat di halaman berikutnya, agar kita boleh menyambungkan hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.

Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat yang mahu kita hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begiu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang telah diterangkan pada metode pertama . ()

Untuk memudahkan hafalan juga, kita boleh membahagi Al Qur’an menjadi tujuh hizb ( bahagian ) :

1. Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’2. Surat Al Maidah sampai Surat At Taubah3. Surat Yunus sampai Surat An Nahl4. Surat Al Isra’ sampai Al Furqan5. Surat As Syuara’ sampai Surat Yasin6. Surat As Shoffat sampai Surat Al Hujurat7. Surat Qaf sampai Surat An Nas

Boleh juga dimulai dari bagian terakhir yaitu dari Surat Qaf sampai Surat An Nas, kemudian masuk pada bahagian ke-enam dan seterusnya.

Langkah Kelima : Memperbaiki Bacaan.

Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al Qur’an agar sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :

a) Memperbaiki Makhraj Huruf. Seperti huruf ( dzal) jangan dibaca ( zal ), atau huruf ( tsa) jangan dibaca ( sa’ ) sebagaimana contoh di bawah ini :

ثم —— > سم / الذين —- > الزين

b) Memperbaiki Harakat Huruf . Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat di bawah ini :

Page 11: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

1/ ÙˆÙŽØ¥Ùذ٠ابْتَلَى Ø¥ÙبْرَاهÙيمَ � � � �رَبّÙه٠بÙÙƒÙŽÙ„Ùمات ( البقرة : 124 ) —- � � � �> )إبراهيم٠﴾�

2/ ÙˆÙŽÙƒÙنْت ٠عَلَيْهÙمْ Ø´ÙŽÙ‡Ùيدًا مَا � � � �دÙمْت٠ÙÙيهÙمْ Ùَلَمَّا � � � � � �تَوَÙَّيْتَنÙÙŠ ÙƒÙنْتَ أَنْتَ � � �الرَّقÙيبَ عَلَيْهÙمْ ( المائدة : � �116 )

ÙˆÙŽÙƒÙنْت Ù < ——— > ÙƒÙنْتَ� � �

3/ Ø£ÙŽÙَمَنْ يَهْدÙÙŠ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ الْØ� � � َقّ٠�Ø£ÙŽØَقّ٠أَنْ يتَّبَعَ أَمْ مَنْ �لَا ÙŠÙŽÙ‡ÙدّÙÙŠ Ø¥Ùلَّا أَنْ ÙŠÙهْدَى � � � �( ونس : 35 ) —- > أم من لا يَهْدÙÙŠ�

4/ رَبَّنَا أَرÙنَا الَّذَيْن٠� �أَضَلَّانَا Ù…ÙÙ†ÙŽ الْجÙنّ٠� � �وَالْإÙنْس٠( Ùصلت :29 ) —– > الَّذÙين� � � �

5/ Ùَكَانَ عَاقÙبَتَهÙمَا � � �أَنَّهÙمَا ÙÙÙŠ النَّار٠� � � �خَالÙدَيْن٠ÙÙيهَا ÙˆÙŽØ°ÙŽÙ„ÙÙƒÙŽ � � � � �جَزَاء٠الظَّالÙÙ…Ùينَ ï´¾ الØ� � � شر: 17) —– > خالدÙين Ùيها� �

Langkah Keenam : Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada, kita tasmi’kan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan kita salah. Kadang, ketika menghafal sendiri sering terjadi kesalahan dalam bacaan kita, kerana kita tidak pernah mentasmi’kan hafalan kita kepada orang lain, sehingga kesalahan itu terus terbawa dalam hafalan kita, dan kita menghafalnya dengan bacaan tersebut bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui bahwa itu salah, sampai orang lain yang mendengarkannya akhirnya memberitahukan kesalahan tersebut.

Langkah Ketujuh : Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al Qur’an murattal dari syeikh yang mantap dalam bacaannya. Kalau boleh, tidak hanya sekadar mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan serius dan secara teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini – Alhamdulillah – banyak program TV yang menyiarkan secara langsung pelajaran Al Qur’an murattal dari seorang syeikh yang mantap.

Langkah Kelapan : Untuk menguatkan hafalan, hendaknya kita mengulangi halaman yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut dalam tempoh yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut. Diriwayatkan bahwa Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadis yang terkenal dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu ketika, ia menghafal sebuah buku dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai tujuh puluh kali. Kebetulan dalam rumah itu ada nenek tua. Kerana seringnya dia mengulang-ulang hafalannya, sampai nenek tersebut bosan mendengarnya, kemudian nenek tersebut memanggil Ibnu Abi Hatim dan bertanya kepadanya : Wahai anak, apa yang sedang engkau kerjakan ? “Saya sedang menghafal sebuah buku “ , jawabnya. Berkata nenek tersebut : “ Jangan seperti itu, saya saja sudah hafal buku tersebut hanya dengan mendengar hafalanmu.†. “ � Kalau begitu, saya ingin mendengar hafalanmu “ kata Ibnu Abi Hatim, lalu nenek tersebut mulai mengeluarkan hafalannya. Setelah kejadian itu berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi Hatim datang kembali kepada nenek tersebut dan meminta agar nenek tersebut menngulangi hafalan yang sudah dihafalnya setahun yang lalu, ternyata nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali tentang buku tersebut, dan sebaliknya Ibnu Abi Hatim, tidak ada satupun

Page 12: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

hafalannya yang lupa. () Cerita ini menunjukkan bahwa mengulang-ulang hafalan sangatlah penting. Barangkali kalau sekadar menghafal banyak orang yang mampu melakukannya dengan cepat, sebagaimana nenek tadi. Bahkan kita sering mendengar seseorang boleh menghafal Al Qur’an dalam hitungan minggu atau hitungan bulan, dan hal itu tidak terlalu sulit, akan tetapi yang sulit adalah menjaga hafalan dan mengulanginya secara konsisten.

Langkah Kesembilan : Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indera yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan tetapi dengan membacanya dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada beberapa teman dari Morocco yang menceritakan bahawa cara menghafal Al Qur’an yang diterapkan di sebagian daerah di Morocco adalah dengan menuliskan hafalannya di atas papan kecil yang dipegang oleh murid, setelah mereka menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.

Langkah Kesepuluh : Menghafal kepada seorang guru.

Menghafal Al Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al Qur’an adalah sangat diperlukan agar seseorang boleh menghafal dengan baik dan benar. Rasulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as, dan mengulanginya pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.

Langkah Kesebelas : Menggunakan satu jenis mushaf Al Qur’an dan jangan sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya. () Kerana mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh salah seorang penyair dalam tulisannya :

العين تØÙظ قبل الأذن ما تبصر Ùاختر لنÙسك مصØ٠عمرك الباقي .

“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu. “()

Yang dimaksud jenis mushaf di sini adalah model penulisan mushaf. Di sana ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah : Mushaf Madinah atau terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10 lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru. Mushaf Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal Al Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal Al Qur’an.

Disana ada model lain, seperti mushaf Al Qur’an yang dipakai oleh sebahagian orang Mesir, ada juga mushaf yang dipakai oleh sebahagian orang Pakistan dan India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren tahfidh Al Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus , Demak.

Langkah Keduabelas : Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada peribadi masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, disebutkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda :

إن الدين يسر ØŒ ولن يشاد الدين Ø£Øد إلا غلبه ØŒ Ùسددوا وقاربوا Ùˆ أبشروا ØŒ �واستعينوا بالغدوة والروØØ© وشئ من الدلجة

“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya amalkan agama ini dengan benar, perlahan-

Page 13: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

perlahan, dan berilah khabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang dan malam ( untuk mengerjakannya ) “ ( HR Bukhari )

Dalam hadis di atas disebutkan waktu pagi, siang dan malam, ertinya kita boleh menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al Qur’an. Sebagai contoh : di pagi hari, sehabis solat subuh sampai terbitnya matahari, boleh kita gunakan untuk menghafal Al Qur’an atau untuk mengulangi hafalan tersebut, waktu siang siang, habis solat zuhur, waktu petang habis solat Ashar, waktu malam habis solat Isya’ atau ketika melakukan solat tahajud dan seterusnya.

Langkah Ketigabelas : Salah satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan pengulangan hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan solat –solat sunnah, baik di masjid mahupun di rumah. Hal ini kerana waktu solat, seseorang sedang fokus menghadap Allah, dan fokus inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeza ketika di luar solat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia ingin selalu bergerak, kadang matanya melihat kanan atau kiri, atau kepalanya akan melihat ketika ada sesuatu yang menarik, atau bahkan kawannya akan menghampirinya dan mengajaknya berbual-bual. Berbeza kalau seseorang sedang solat, kawannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus menunggu selesainya solat dan tidak berani mendekatinya, dan begitu seterusnya.

Langkah Keempatbelas : Salah satu faktor yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ) . Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada di juz lima umpamanya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang mestinya ada di surat Surat Al-Maidah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa ( mutasyabihah ) yang seseorang sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :

- ï´¿ وَمَا Ø£ÙÙ‡Ùلَّ بÙÙ‡Ù Ù„Ùغَيْر٠� � � � � �اللَّه٠﴾ البقرة 173 < ———— > ï´¿ وَمَا �Ø£ÙÙ‡Ùلَّ Ù„Ùغَيْر٠اللَّه٠بÙÙ‡Ù ) الم� � � � � � �ائدة 3 ØŒ والأنعام 145ØŒ Ùˆ النØÙ„ 115

- ( ذلÙÙƒÙŽ بÙأَنَّهÙمْ كَانÙوا � � � �يَكْÙÙرÙونَ بÙآيَات٠اللَّه٠� � � � � �وَيَقْتÙÙ„Ùونَ النَّبÙيّÙين بغير � � � �الØÙ‚ ) البقرة : 61

( إن الذين يكÙرون بآيات اللَّه٠� �وَيَقْتÙÙ„Ùونَ النَّبÙيّÙين بغير Ø� � � � Ù‚ ) آل عمران : 21

( ذلÙÙƒÙŽ بÙأَنَّهÙمْ كَانÙوا � � � �يَكْÙÙرÙونَ بÙآيَات٠اللَّه٠� � � � � �وَيَقْتÙÙ„Ùونَ الأنبياء بغير Ø� � Ù‚ ) آل عمرن : 112

Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap boleh dirujuk buku – buku berikut :

1. Duurat At Tanzil wa Ghurrat At Ta’wil fi Bayan Al Ayat Al Mutasyabihat min Kitabillahi Al Aziz , karya Al Khatib Al Kafi.

2. Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya : Mahmud bin Hamzah Al Kirmany.3. Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al Munady4. ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya Abu Dzar Al Qalamuni

Langkah Kelimabelas : Setelah hafal Al Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu saja. Banyak dari teman-teman yang sudah menamatkan Al Qur’an di salah satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang lebih

Page 14: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu pekerjaan, dia tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di pesantren akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama dan sibuk dengan urusannya, ia merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi. Fenomena seperti sangat banyak terjadi dan hal itu sangat disayangkan sekali. Boleh jadi, ia mendapatkan ijazah sebagai seorang yang bergelar †hafiz †atau †hafizah “, akan tetapi jika � � �ditanya tentang hafalan Al- Qur’an, maka jawapannya adalah kecewa.

Yang paling penting dalam hal ini bukanlah menghafal, kerana banyak orang mampu menghafal Al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar tetap terus ada dalam dada kita. Di sinilah letak perbezaan antara orang yang benar-benar istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Kerana, untuk menjaga hafalan Al Qur’an diperlukan kemahuan yang kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya.

Diantara cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an adalah sebagai berikut :

Mengulangi hafalan menurut waktu solat lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan solat lima waktu, hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap solat dibagi menjadi dua bahagian, sebelum solat dan sesudahnya.

Sebelum solat umpamanya: sebelum azan, dan waktu antara azan dan iqamah. Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum azan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang.

Kemudian setelah solat, yaitu setelah membaca zikir ba’da solat atau zikir pagi pada solat shubuh dan setelah zikir selepas solat Asar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya sebelum solat sebanyak seperempat juz dan sesudah solat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia boleh mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah.

Kalau istiqamah seperti ini, maka dia boleh menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia mampu menyempurnakan setengah juz setiap hari pada solat malam atau solat-solat sunnah lainnya, bererti dia boleh menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan boleh mengkhatamkan Al Qur’an pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali.

Ada sebahagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan solat tahajud. Biasanya dia menghabiskan solat tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia boleh menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Bererti, selama dua jam dia boleh menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.

Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah tersebut berkumpul setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib mendengarkan hafalannya kepada temannya lima juz bererti masing-masing dari peserta mampu mengkhatamkan Al Qur’an setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya boleh terlaksana jika masing-masing dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.

————————————————————-

( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66

( ) Hadis riwayat Abu Daud ( no : 1319 ), disahihkan oleh Syekh Al Bani dalam Sahih Sunan Abu Daud , juz I, hal. 361

Page 15: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

( ) Untuk mengetahui secara lebih lengkap tentang derajat hadis tersebut boleh dirujuk : Abu Umar Abdullah bin Muhammad Al Hamadi, Al Asinatu Al Musyri’atu fi At Tahdhir min As Solawat Al Mubtadi’ah, ( Kairo, Maktabah At Tabi’in, 2002 ) Cet Pertama, hal. 97 -120

( ) Ibid, hal.21-39

( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet. Ke-Tiga, Hal. 13

( ) Ali bin Umar Badhdah, Kaifa Tahfadu Al Qur’an, hal. 6

( ) Ibid. hal 12

( ) Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Dar Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama, hal.16

( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Op. Cit, Hal. 15

Share This

This entry was posted on Tuesday, May 29th, 2007 at 11:40 am and is filed under Al Quran & Tafsir. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

6 Responses to “15 langkah efektif untuk menghafal Al-Quran”

1.    Says: May 31st, 2007 at 1:37 am

assalamualaikum…

zai ada jumpa al-quran online …

semoga berbahagia selalu..zai attached kat sini ek jeehan…

http://www.e-quran.net/pages.asp?dil=&syf=440

tata..salam

2.    Says: May 31st, 2007 at 11:43 am

W’salam wrmth Zai,Tq very much sbb bagi link tu…Kalau ada link lain yg berguna or relevant with this topic, forward kat Jeehan yer?

Tq again.

3.    Says: July 16th, 2007 at 11:10 pm

Assalamualikum wrt,

Dearest Jeehan,

Well Done. I’v been looking 4 petua2 menghafal Al-Quran ni, InsyaAllah will follow thru…Can u help to print it so I can make like a booklet which we can

Page 16: Mengajari Anak Menghafal Al Qur'An

carry it wherever we go and read it at any time and of course will share with others…

May Allah Bless & IN HIS Care Always. Tak