Pemodelan Sistem Deteksi Dini Resiko Kehamilan Menggunakan ANFIS
MENENTUKAN RESIKO DETEKSI
-
Upload
rahadiamuba -
Category
Documents
-
view
335 -
download
15
description
Transcript of MENENTUKAN RESIKO DETEKSI
1. MENENTUKAN RESIKO DETEKSI
1.1. Menentukan Risiko Deteksi Utuk Pengujian Rincian Siklus Produksi
Spesifikasi auditor mengenai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk pengujian
rincian atas asersi-asersi persediaan akan mencerminkan suatu hubungan terbalik dengan
penilaian risiko inheren, risiko pengendalian, dan risiko prosedur analitis yang relevan yang
berkaitan dengan asersi-asersi itu. Sebagai contoh dalam menilai risiko pengendalian untuk
asersi eksistensi keberadaan pada persediaan barang dagang, auditor akan memperhitung.kan
penilaian risiko pengendaliaanya untuk asersi tersebut bagi transaksi pembelian yang
memperbesar saldo persediaan, sedangkan asersi kelengkapan untuk transaksi penjualan yang
memperkecil saldo persediaan.
1.2. Penentuan Risiko Detektif Siklus Personalia
Pengujian pengendalian atas efektivitas pengendalian untuk risiko ini memungkinkan
auditor untuk menetapkan tingkat risiko deteksi pada tingkat rendah, sehingga tingkat risiko
deteksi bisa diterima untuk kebanyakan asersi penggajian/ pengupahan adalah moderat atau
tinggi. Akibatnya, pengujian tersebut seringkali dibatasi hanya dengan menerapkan prosedur
analitis atas rekening-rekening biaya dan utang biaya yang bersangkutan,serta pengjuian detil
terbatas. Apabila prosedur analitis menunjukkan adanya fluktuasi yang tidak wajar, mak
diperlukan pengujian detil lebih banyak.
2. MERANCANG PENGUJIAN SUBSTANTIF
2.1. Pengujian substantif atas saldo persediaan
Bagian ini berhubungan dengan pengujian substantif atas persediaan barang dagang
yang dibeli dan disimpan oleh pedagang grosir serta eceran dan juga persediaan bahan baku,
barang dalam proses, serta barang jadi yang dimiliki pabrikan. Dalam hal inl juga perlu
dipastikan bahwa pemeriksaan audit atas saldo persediaan harus cukup efisien dan efektif
dalam mendapatkan bukti kompeten yang mencukupi dan harus dipertimbangkan secara
cermat penentuan tingkat resiko deteksi yang dapat diterima dan perancangan pengujian
substantif yang sesuai untuk asersi-asersi persediaan.
Terdapat banyak pengujian yang dapat diterapkan pada tujuan audit spesifik yang
berkaitan dengan asersi eksistensi/keberadaan atau keterjadian, kelengkapan serta penilaian
atau alokasi.
2.2. Pengujian Substantif Saldo-Saldo Penggajian/ Pengupahan
1
Pengujian substantif saldo-saldo penggajian/ pengupahan biasanya dilakukan pada
tanggal neraca atau mendekati tanggal neraca.
2.3. Perancangan Pengujian Substantif Siklus Personalia
Program audit yang bisa dipertimbangkan untuk mengaudit saldo rekening utang gaji/
upah sama dengan apa yang telah diidentifikasi. Namun dalam hal ini auditor tidak perlu
mengkonfirmasi utang gaji/ upah. Uraian tentang pengujian substantif khusus untuk saldo-
saldo penggajian/ pengupahan yang akan dijelaskan di bawah ini dibatasi hanya prosedur-
prosedur berikut :
a. Menghitung kembali kewajiban gaji dan upah akrual
b. Mengaudit tunjangan karyawan dan program pension
c. Mengaudit opsi saham dan hak apresiasi saham
d. Memverifikasi kompensasi pejabat perusahaan
2.4. Menghitung Kembali kewajiban Gaji dan Upah Akrual
Bagi banyak perusahaan perlu dibuat berbagai macam akun akrual padatanggal neraca
sebesar jumlah yang terutang kepada pejabat dan karyawanuntuk gaji dan upah, komisi,
bonus, uang cuti, dan sebagainya, sertasebesar jumlah yang terutang kepada badan-badan
pemerintah untuk pajak-pajak gaji dan upah. Walaupun perhatian utama auditor
mengenaibeban gaji dan upah untuk tahun berjalan tertuju pada lebih saji, namun untuk akun-
akun akrual akhir tahun perhatian utamanya adalah padarendah saji. Hal yang juga harus
diperhatikan adalah konsistensi metode untuk menghitung akrual dan periode ke periode.
Dalam memperoleh bukti mengenai kewajaran jumlah-jumlah akrualmanajemen,
auditor harus mereview perhitungan manajemen ataumelakukan perhitungan sendiri. jumlah-
jumlah akrual untuk pajak gaji dan upah harus dibandingkan dengan jumlah yang
diperlihatkan dalamlaporan pajak gaji dan upah. Selain itu, bukti tambahan juga
dapatdiperoleh dengan memeriksa pembayaran sesudahnya atas jumlah akrualitu sebelum
pekerjaan Iapangan berakhir. Bukti yang diperoleh dan pengujian ini terutama menyangkut
tujuan yang berhubungan denganasersi penilaian atau alokasi.
2.5. Mengaudit Tunjangan Karyawan dan Program Pensiun
Banyak perusahaan menawarkan tunjangan pensiun dan pascapensiun yang signifikan
kepada para karyawan. Sejumlah perusahaan pabrika sitelah memiliki program pensiun
dengan tunjangan pasti yang menghadirkan masalah yang signifikan dalam hal pengukuran
2
beban pensiun, serta pengungkapan pensiun. Di sini risiko yang paling
signifikanberhubungan dengan salah saji dalam asersi penilaian atau alokasi (menentukan
beban pensiun), serta asersi penyajian dan pengungkapan (menulis catatan kaki tentang
pensiun).
Program pensiun dengan tunjangan pasti biasanya terkena persyaratan yang dikeluarkan
Employee Retirement Income Security Act (ERISA) tahun 1974, yang biasanya
mensyaratkan audit terpisah atas program pensiun. Auditor yang mengaudit laporan
keuangan biasanya dapat mengacu pada hasil audit ERISA ketika mengaudit beban dan
pengungkapan pensiun. Pada saat menyelesaikan audit ERISA, auditor biasanya akan
menggunakan pakardan luar untuk mengaudit asumsi-asumsi aktuarial yang penting
yangdiperlukan untuk menentukan beban pensiun dan proyeksi kewajiban tunjangan. Auditor
juga harus mengevaluasi kewajaran estimasi akuntansi utama, yaitu tingkat pengembalian
yang digunakan untuk menentukan proyeksi kewajiban tunjangan, pada saat mengaudit beban
pensiun.
Hal ini biasanya melibatkan audit atas tingkat pengembalian jangka panjang perusahaan
yang diperoleh oleh aktiva program (bukan hanya pengembalian jangka pendek yang
terakhir), serta mengevaluasi tingkat pengembalian jangka panjang yang dilaporkan oleh
perusahaan lainnya
di dalam industri tersebut.
2.6. Mengaudit Opsi Saham dan Hak Apresiasi Saham
Salah satu bentuk kompensasi karyawan yang umum bagi banyak perusahaan
menyangkut penggunaan opsi saham. Auditor harus menentukan (1) jenis program
kompensasi insentif yang digunakan untuk memberikan kompensasi kepada karyawan dan
pejabat, (2) bagaimana beban kompensasi ditentukan, dan bagaimana beban kompensasi
dialokasikan ke berbagai periode akuntansi, serta (3) kecukupan pengungkapan yang
berkaitan dengan program kompensasi insentif.
Pertama, auditor harus menentukan metode kompensasi insentif yang digunakan oleh
klien dan membaca kontrak-kontrak yang mendasari untuk mengidentifikasi istilah-istilah
penting yang berhubungan dengan program kompensasi insentif. Metode yang umum
digunakan mencakup penggunaan baik opsi saham insentif maupun, dalam beberapa
kasus,hak apresiasi saham. Hak apresiasi saham seringkali digunakan untuk memberikan
karyawan-karyawan kunci kas yang cukup untuk menggunakan opsi saham dan menyimpan
3
saham itu, bukan menjual saham guna mendapatkan kas yang cukup untuk menggunakan
opsi. Dalam hal akuntansi untuk beban kompensasi, sebagian besar perusahaan menyusun
program opsi sahamnya untuk memenuhi persyaratan APB No. 25, sehingga mereka dapat
menggunakan pendekatan nilai intrinsik dan tidak melaporkan beban kompensasi yang
berkaitan dengan penggunaan opsi saham. Namun, hak apresiasi saham mengharuskan
diakuinya beban kompensasi, tanpa memperhatikan apakah hak itu digunakan selama periode
berjalan atau tidak. Auditorharus dengan cermat mengevaluasi ketepatan penerapan GAAP
dalam konteks syarat-syarat kontrak yang berhubungan dengan opsi saham dan hak apresiasi
saham.
Masalah paling signifikan menyangkut program kompensasi insentif berhubungan
dengan pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. FASB No. 123 mewajibkan
perusahaan untuk mengungkapkan laba bersih dan laba per saham pro forma seperti dalam
menggunakan pendekatan nilai wajar. Akibatnya, auditor harus mengaudit model penilaian
yang digunakan untuk menentukan nilai wajar opsi saham.Pada saat mengevaluasi kewajaran
penyajian dalam laporan keuangan, Auditor mengevaluasi asumsi-asumsi yang mencakup
suku bunga bebas risiko, perkiraan umur opsi, perkiraan volatilitas harga saham, dan
perkiraan dividen.
Auditor juga harus mengevaluasi kewajaran penyajian pengungkapan termasuk
deskripsi program secara umum, serta jumlah dan rata- rata tertimbang harga penggunaan
opsi yang masih beredar pada awal dan akhir tahun, serta opsi yang diberikan, digunakan,
dibatalkan, atau kadaluwarsa selama tahun berjalan.
2.7. Memverifikasi kompensasi Pejabat
Kompensasi pejabat sangat sensitif terhadap audit karena dua alasan: (1) pengungkapan
kompensasi pejabat secara terpisah disyaratkan dalam laporan 10-K yang diserahkan
perusahaan terbuka kepada SEC, dan (2) para pejabat mungkin bisa menghindari
pengendalian dan menerima gaji, bonus, opsi saham, serta bentuk kompensasi lainnya yang
melebihi jumlah yang diotorisasi.
3. PROSEDUR AWAL
Salah satu prosedur awal yang penting adalah menyangkut usaha untuk mendapatkan
pemahaman tentang bisnis dan industri suatu entitas guna mcnetapkan konteks untuk
mengevaluasi prosedur analitis dan pengujian rincian. jika klien adalah pabrikan, maka
penting untuk memahami bauran biaya tetap dan biaya variabel yang terlibat dalam proses
4
pabrikasi. Dan jika klien itu mcrupakan pengecer, maka penting untuk memahami sumber
pasokan produk serta peran yang dimainkan klien dalam mata rantai distribusi ini.
4. PROSEDUR ANALITIS
Hal yang sangat penting dilakukan ketika mengembangkan ekspektasi yang akan
digunakan dalam mengevaluasi data analitis bagi klien adalah penelaahan atas pengalaman
dan kecenderungan industri klien. Sebagai contoh, dengan mengetahui penurunan yang tajam
dalam rasio perputaran persediaan klien yang mencerminkan keadaan perusahaan tersebut,
dapat membantu auditor untuk menyimpulkan bahwa penurunan itu tidak mengindikasikan
kesalahan yang berhubungan dengan keberadaan data klien yang digunakan dalam
menghitung rasio perputaran persediaan., melainkan mengindikasikan masalah penilaian
yang berkaitan dengan penurunan permintaan yang mungkin akan diikuti oleh menurunnya
harga pasar.
5. PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
Pengujian ini melibatkan prosedur pemeriksaan dokumen pendukung dan penelusuran
uutuk mendapatkan bukti tentang pemrosesan setiap transaksi yang mempengaruhi saldo
persediaan.
Pengujian Ayat Jurnal atas Akun Persediaan
Sebagian atau semua jenis pengujian ini dapat dilakukan sebagai bagian dari pengujian
bertujuan ganda selama melaksanakan pekerjaan interim.
Contoh vouching ayat jumal yang tercatat dalam akun persediaan mencakup pemeriksaan
dokumen pendukung.
a. Ayat jumal debet dalam persediaan barang dagang atan bahan baku ke faktur penjual,
laporan penerimaan, dan pesanan pembelian.
b. Ayat jumal debet dalam persediaan barang dalam proses atau barangjadi ke catatan
biaya pabrikasi dan laporan produksi.
c. Ayat jnrnal kredit pada persediaan barang dagang dan barang jadi ke dokumen dan
catatan penjualan.
d. Ayat jumal kredit pada persediaan bahan baku dan barang dalam proses ke catatan
biaya pabrikasi dan laporan produksi.
5
6. PENGUJIAN RINCIAN SALDO
6.1. Mengamati Perhitungan Persediaan Fisik Klien
Prosedur ini diwajibkan apabila persediaan merupakan ha1 yang material bagi laporan
keuangan sebuah perusahaan.
SAS 1 (AU 331.09),piutang dan persediaan, menyatakan bahwa dari pengujian
substantive ini auditor akan memperoleh pengetahuan langsung mengenai efektifitas
perhitungan persediaan klien serta tingkat keandalan yang dapat diberikan atas asersi
manajemen sehubungan dengan kuantitas dan kondisi fisik persediaan.
6.2. Penetapan Waktu Dan Luas Pengujian
Penetapan waktu tergantung pada system persediaan yang dianut klien dan efektifitas
pengendalian internal. Dalam systcm persediaan periodic, kuantitas ditentukan melalui
perhitungan fisik, dan semua perhitungan telah ditentukan pada tanggal tertentu yang
mendekati tanggal neraca.
Dalam system persediaan perpektual dengan pengendalian internal yang efekiif,
perhitungan fisik dapat dilakukan dan dibandingkan dengan catatan persediaan pada tanggal
interim. Dalam kasus ini prosedur ini dapat dilakukan selama atau setelah akhir periode yang
diaudit.
6.3. Rencana Perhitungan Persediaan
Perhitungan persediaan fisik dilakukan sesuai dengan rencana atau daftar intruksi, yang
mencakup hal-hal seperti :
a. Nama karyawan yang bertanggung jawab untuk mengawasi perhitungan persediaan.
b. Tanggal perhitungan.
c. Lokasi-lokasi yang dihitung.
d. Intruksi terinci mengenai perhitungan akan dilakukan.
e. Penggunaan dan pengendalian label persediaan bernomor urut serta lembar ikhtisar.
f. Ketentuan mengenai penangangan penerimaan, pengirman dan perpindahan barang.
g. Pemisahan atau identitikasi barang yang bukan milik klien.
6.4. Melaksanakan Pengujian
a. Meneliti kecermatan para karyawan klien mengikuti rencana perhitungan persediaan.
b. Memastikan bahwa semua barang dagang telah diberi label.
6
c. Menentukan label persediaan bernomor urut dan lembar kompilasi telah dikendalikan
dengan semestinya.
d. Melakukan pengujian perhitungan dan menelusuri kuantitas.
e. Mewaspadai wadah-wadah yang kosong yang mungkin ada.
f. Mewaspadai persediaan barang yang rusak dan usang.
g. Menilai kondisi umum persediaan.
h. Mengidentifikasi dokumen penerimaan dan pengiriman terakhir yang digunakan.
i. Mengajukan pertanyaan tentang eksistensi barang persediaan yang lambat
pergerakannya.
6.5. Persediaan Yang Ditentukan Dengan Sampel Statistik
Perhitungan ini harus diamati apabila dianggap perlu sesuai dengan situasinya. Selain
itu auditor harus memperoleh bukti mengenai kelayakan metode yang digunakan untuk
menentukan kuantitas yang diperlukan.
6.6. Pengamatan Persediaan Awal
Auditor mungkin akan ditunjuk sesudah persediaan awal dihitung atau diminta untuk
memberikan laporan mengenai laporan keuangan dari satu atau lebih periode sebelumnya.
Jika sebelumnya klien belum pernah diaudit, maka auditor dapat memperoleh kepuasan
audit dengan menelaah ikhtisar perhitungan yang pernah dilakukan klien, menguji transaksi
persediaan sebelumnya, dan menerapkan pengujian laba kotor terhadap persediaan.
6.7. Dampak Terhadap Laporan Auditor
Apabila bukti yang mencukupi belum diperoleh sehubungan dengan persediaan awal
atau auditor tidak bisa mengamati perhitungan persediaan akhir, maka auditor dilarang untuk
mengeluarkan laporan audit satandar.
6.8. Aplikabilitas Pada Asersi
Seperti konfirmasi piutang usaha, pengamatan perhitungan persediaan oleh klien juga
berlaku pada banyak asersi. Pengujian ini merupakan sumber bukti yang utama tentang
eksistensi persediaan.
Namun pengamatan tidak dapat memberikan bukti mengenai asersi hak dan kewajiban
karena barang yang ada di tangan mungkin disimpan menurut kontrak konsinyasi, atau untuk
kemudahan salah satu pelanggan yang sudah memegang hak milik
7
6.9. Pengujian Klerikalatas Akurasi Daftar Persediaan
Setelah perhitungan fisik dilakukan, klien menggunakan label atau lembar perhitungan
persediaan untuk menyusun atau mengkompilasi daftar semua barang yang dihitung.Harga
barang – barang persediaan itu kemudian dicantumkan untuk mendapatkan total nilai dolar
persediaan yang ada ditangan. Karena daftar ini menjadi dasar bagi klien untuk membuat
setiap ayat jurnal yang diperlukan dalam menyesuaikan persediaan yang tercatat agar sesuai
dengan yang ada di tangan, auditor harus melakukan penujian klerikal tertentu untuk
memastikan bahwa daftar itu akurat dan menyajikan secara akurat hasil perhitungan fisik.
Pengujian klerikal atas akurasi meliputi perhitungan kembali total yang tampak dalam
daftar persediaan dan memverifikasi akurasi perkalian antara kuantias dengan harga per unit
atas dasar pengujian.
6.10.Pengujian Penetapan Harga Persediaan
Pengujian ini mencakup pemeriksaan atas dokumentasi pendukung baik untuk harga
pokok maupun nilai pasar persediaan. Jadi, pengujian ini terutama berhubungan dengan
asersi penilaian atau alokasi. Pengujian ini juga menyangkut penentuan bahwa prosedur
penetapan harga yang digunakan konsisten dengan yang digunakan dalam tahun – tahun
sebelumnya.
Review atas catatan persediaan perpetual dan pengajuan pertanyaan kepada klien harus
memungkinkan auditor untuk menentukan baik dasar maupun metode penetapan harga yang
digunakan dalam menetapkan harga kuantitas persediaan. Sebaliknya, konsistensi penetapan
harga ini, dapat ditetapkan dengan melihat kembali kertas kerja tahun sebelumnya dalam
audit yang berulang dan / atau laporan keungan sebelumnya.
6.11.Pengujian Harga Pokok Persediaan Yang Diproduksi
Sifat dan luas pengujian penetapan harga barang dalam proses dan barang jadi yang
dilakukan auditor tergantung pada realibilitas catatan akuntansi biaya klien dan metode yang
digunakan oleh klien dalam mengakumulasikan biaya – biaya tersebut.
Apabila asersi klien mengenai sifat persediaan berhubungan dengan hal – hal yang
sangat bersifat teknis, auditor mungkin memerlukan bantuan para pakar dari luar. Sebagai
contoh, hal ini mungkin saja terjadi, dalam perusahaan minyak yang memiliki mutu minyak
dan pelumas yang berbeda, atau pada took perhiasan yang memiliki permata dengan karat
yang berbeda dan jam tangan hiasan permatanya berlainan.
8
6.12.Mengkonfirmasi Persedian Pada Lokasi – Lokasi Di Luar Entitas
Apabila persediaan klien disimpan di gudang atau pada jasa penyimpan (custodian)
luar, maka auditor harus memperoleh bukti mengenai eksistensi persediaan itu melalui
komunikasi langsung dengan si penyimpan. Jenis bukti ini akan dianggap memadai kecuali
bila jumlah yang terlibat merupakan proposi yang signifikan dari aktiva lancer atau total
aktiva. Dalam kasus ini, AU 331.14 menyatakan bahwa auditor harus menerapkan satu atau
lebih dari prisedur – prosedur berikut ini :
a. Pengujian prosedur pemilik untuk menyelidiki penjaga gudang dan mengevaluasi
kinerja penjaga gudang.
b. Mendapatkan laporan akuntan independent mengenai prosedur pengendalian yang
diterapkan penjaga gudang berhubungan dengan penyimpanan barang dan, jika ada,
penjaminan tanda terima, atau menerapkan prosedur alternative atas gudang untuk
mendapatkan keyakinan yang layak bahwa informasi yang diterima dari penjaga
gudang dapat diandalkan.
c. Mengamati perhitungan fisik barang, jika praktis dan layak.
d. Jika tanda terima gudang sudah dijaminkan sebagai agunan, maka konfirmasikam
kepada pemberi pinjaman mengenai rincian yang berkaitan dengan tanda terima yang
dijaminkan itu ( atas dasar pengujian jika tepat).
6.13.Memeriksa Perjanjian Dan Kontrak Konsinyasi
Auditor juga harus mengajukan pertanyaan kepada manajemen tentang semua barang
yang disimpan atas dasar konsinyasi. Jika barang disimpan atas dasar konsinyasi, maka syarat
–syarat dalam perjanjian itu harus diperiksa.
6.14.Pengujian Rincian Saldo: Estimasi Akuntansi
Tanggung jawab auditor atas kualitas terbatas hanya sebagai pengamat yang telah
cukup memperoleh informasi mengenai hal itu. Ini berarti bahwa auditor hanya diharapkan
menentukan apakah persediaan sudah berada dalam kondisi siap dijual, digunakan atau
dikonsumsi, dan apakah ada barang yang usang, lambat bergerak, atau rusak. Auditor
memperoleh bukti mengenai kondisi umum atau keusangan dengan :
a. Mengamati perhitungan persediaan yang dilakukan klien
b. Melakukan scanning atas catatan persediaan perpetual untuk mengetahui barang –
barang yang lambat bergerak
9
c. Menelaah laporan produksi pengendalian mutu
Selain itu, auditor juga dapat menggunakan pengalamannya sebatas yang
memungkinkan dan menelaah penjualan persediaan setelah akhir tahun untuk menentukan
kewajaran harga pokok bila dibandingkan dengan harga jual sesudahnya. Misalnya, auditor
biasanya akan :
a. Membandingkan harga pokok barang – barang persediaan dengan catalog penjualan
tahun berjalan.
b. Menelaah perputaran persediaan setelah akhir tahun
c. Mempertimbangkan apakah perubahan dalam biaya pengganti merupakan indicator
berubahnya kondisi pasar
d. Mengajukan pertanyaan kepada klien mengenai persediaan yang lambat bergerak dan
usang serta nilai persediaan yang dapat direalisasi melalui penjualan
7. PERBANDINGAN PENYAJIAN LAPORAN DENGAN GAAP
Persyaratan penyajian laporan aktiva tetap dalam keuangan bersifat ekstensif.. Properti
yang digadaikan sebagai jaminan atas pinjaman harus diungkapkan. Kelayakan
pengungkapan klien yang berkaitan dengan aktiva menurut lease dapat ditentukan dengan
melihat kembali ke pengumuman akuntansi otoritatif dan perjanjian lease yang
berkaitan.Sebagai contoh: laporan keuangan harus memperlihatkan beban penyusutan selama
tahun berjalan, biaya dan nilai buku kelas utama aktiva tetap, serta metode penyusutan yang
degunakan. Bukti yang berkenaan dengan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian
substantive yang telah diuraikan pada sesi sebelumnya.
8. JASA – JASA BERNILAI TAMBAH DALAM SIKLUS PRODUKSI
Manajemen persediaan merupakan proses inti yang harus dikelola dengan baik oleh
setiap perusahaan pabrikasi, pedagang grosir, serta pengecer agar dapat mencapai tujuan
profibilitas dan arus kas. Pada saat mengevaluasi masalah – masalah seperti nilai realisasi
bersih persediaan, auditor harus memperhitungkan risiko bisnis klien, risiko adanya produk
pengganti atau perebutan pangsa pasar oleh pesaing, serta harus berbagi pengetahuan dan
pemehaman tentang hal ini dengan klien.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://dexsuar.blogspot.co.id/2013/07/audit-siklus-produksi-dan-personalia.html
http://mimiakuntansi.blogspot.co.id/2013/12/audit-siklus-produksi-dan-jasa.html?m=1
http://indriramadhaniekonomi.blogspot.co.id/2013/07/audit-siklus-produksi-dan-jasa.html?
m=1
http://markdebie.blogspot.co.id/2011/04/resiko-deteksi-dan-perancangan.html?m=1
11