menelan stomatognasi
-
Upload
steffi-mifta -
Category
Documents
-
view
220 -
download
2
description
Transcript of menelan stomatognasi
1. Menelan (Deglutisi)
Menurut Ganong (2008), menelan merupakan respon refleks yang dicetuskan
oleh impuls aferen nervus trigeminus, glosofaringeus, dan vagus. Menelan
diawali dengan kerja volunter, yaitu mengumpulkan isi mulut di lidah dan
mendorongnya ke faring. Refleks dari rangsangan ini yaitu inhibisi pernapasan
dan penutupan glotis, serta rangkaian kontraksi involunter otot faring yang
mendorong makanan ke esofagus. Makanan menuruni esofagus dengan kecepatan
4cm/detik dan dapat lebih cepat jika dalam posisi tegak (akibat gaya tarik bumi).
Guyton dan Hall (2008) menjelaskan proses menelan terdiri dari:
a. Tahap volunter (mencetuskan proses menelan). Terjadi bila makanan sudah
siap untuk ditelan.
Organ Afferen (Sensorik) Efferen (Motorik)
Mandibula n. V2 (maksilaris) N.V : m. Temporalis, m.
Masseter, m.pterygoideus
Bibir n. V2 (maksilaris) n. VII : m.orbikularis oris, m.zigomatikum, m.levator labius oris,m.depresor labius oris, m. levatoranguli oris, m. depressor
anguli oris
Mulut dan pipi n. V2 (maksilaris) n.VII: m. mentalis, m. risorius,m.businator
Lidah n. V3 (mandibularis) n.XII : m. hioglosus, m.
mioglosus
b. Tahap faringeal. Bersifat involunter dan membantu jalannya makanan
melalui faring ke dalam esofagus. Pada tahap ini palatum mole tertarik ke
atas, menutupi nares posterior untuk mencegah refluks makanan ke rongga
hidung. Menurut Sherwood (2001), pada tahap ini makanan diarahkan
menuju esofagus dan dicegah memasuki saluran yang lain dengan cara :
1) Lidah menekan palatum durum (mencegah bolus kembali ke mulut).
2) Uvula terangkat dan menutupi saluran hidung.
3) Elevasi laring dan penutupan erat pita suara mencegah makanan masuk
ke trakea. Saat proses menelan, saluran pernapasan tertutup sementara
(tidak lebih dari 6 detik).
4) Otot-otot faring berkontraksi untuk mendorong bolus ke dalam esofagus.
Organ Afferen Efferen
Lidah n. V3 (mandibularis) n.V :m.milohyoid, m.digastrikusn.VII : m.stilohyoidn.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoidn.XII :m.stiloglosus
Palatum n.V2 (maksilaris)
n. V3 (mandibularis)
n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatinin.V :m.tensor veli palatini
Hyoid n. laringeus superior cabang
internus (n.X)
n.V : m.milohyoid, m. Digastrikusn.VII : m. Stilohioidn.XII, n.C.1 :m.geniohioid,
m.tirohioid
Nasofaring n.X n.IX, n.X, n.XI :
n.salfingofaringeus
Faring n.X n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring,m.konstriktor faring sup, m.konstriktorffaring med.n.X,n.XI : m.konstriktor
faring inf.
Laring n. reccurent (n.X) n.IX :m.stilofaring
Esofagus n. X n.X : m.krikofaring
c. Tahap esofageal. Fase involunter yang befungsi menyalurkan makanan secara
cepat dari faring ke lambung. Normalnya esofagus melakukan dua gerakan
peristaltik, yaitu peristaltik primer dan peristaltik sekunder.
1) Peristaltik primer, merupakan kelanjutan dari gelombang peristaltik yang
dimulai dari faring yang menyebar ke esofagus. Makanan berjalan ke
lambung dalam waktu 8-10 detik, dan akan lebih cepat dalam keadaan
tegak (5-8 detik) karena efek gaya grafitasi bumi.
2) Peristaltik sekunder, terjadi jika gelombang peristaltik primer gagal
mendorong semua makanan dari esofagus ke lambung. Menurut
Sherwood (2001), gelombang ini tidak melibatkan pusat menelan dan
orang yang bersangkutan tidak menyadari keberadaannya. Secara
refleks, peregangan esofagus meningkatkan sekresi saliva. Bolus yang
terperangkap dilepas dan digerakkan ke depan melalui gerakan
peristaltik sekunder yang lebih kuat dan lubrikasi saliva tambahan.
Guyton dan Hall (2008) menambahkan bahwa alur saraf gelombang ini
dimulai dari saraf intrinsik dalam sistem saraf mienterikus dan sebagian
oleh refleks-refleks pada faring. Kemudian dihantarkan ke medula
melalui serabut-serabut aferen vagus dan kembali ke esofagus melalui
serabut-serabut saraf eferen glosofaringeal dan vagus.
Menurut Sherwood (2001), esofagus merupakan saluran berotot yang relatif
lurus dan berjalan memanjang diantara faring dan lambung. Kedua ujung
esofagus dijaga oleh sfingter, yaitu sfingter faringoesofagus (sfingter esofagus
atas) dan sfingter gastroesofagus (sfingter esofagus bawah).
a. Sfingter faringoesofagus. Mencegah masuknya sejumlah besar udara ke
esofagus dan lambung dengan cara tetap tertutup, kecuali saat menelan. Jika
mekanisme ini tidak berjalan, saluran penceraan akan banyak menerima gas
yang menyebabkan eructation (sendawa) berlebihan.
b. Sfingter gastroesofagus. Guyton dan Hall (2008) menjelaskan, mukosa
esofagus tidak mampu berlama-lama menahan sekresi lambung yang bersifat
sangat asam dan mengandung banyak enzim proteolitik. Sehingga,
konstriksi tonik sfingter ini mencegah terjadinya refluks yang bermakna dari
isi lambung ke esofagus.
Gambar Proses Penelanan