PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG...

93
PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS) DI INDONESIA TESIS Oleh SITI SOLIHAH NIM. 21140433100011 PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1439 H

Transcript of PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG...

Page 1: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG

BERJENJANG SYARIAH (PLBS) DI INDONESIA

TESIS

Oleh

SITI SOLIHAH

NIM. 21140433100011

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 2: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG

BERJENJANG SYARIAH (PLBS) DI INDONESIA

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Magister Hukum (M.H.)

Oleh

SITI SOLIHAH

NIM. 21140433100011

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 3: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan
Page 4: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan
Page 5: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan
Page 6: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

ABSTRAK

Siti Solihah. Pengaturan Kompensasi Bisnis Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah Dalam Fatwa DSN MUI dan Peraturan Perundang-Undangan di

Indonesia, 2018.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya kegiatan bisnis

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah di Indonesia yang diikuti dengan

meningkatnya penipuan yang terjadi akibat janji perusahaan dalam memberikan

kompensasi yang sangat tinggi dan tidak dapat mewujudkannya. Penelitian ini

bertujuan menganalisis pengaturan kompensasi bisnis Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI dan Peraturan

Perundang-undangan di Indonesia, selain itu perspektif Pemerintah sebagai Regulator

dan Perusahaan sebagai Pelaku Usaha terhadap pengaturan kompensasi yang terdapat

dalam kedua aturan tersebut juga menjadi bahan analisis penelitian. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan normatif yaitu

melalui pendekatan perundang-undangan (statue approach).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peraturan Perundang-undangan di

Indonesia dan Fatwa DSN-MUI tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah

selaras dalam mengatur sistem kompensasi bisnis penjualan langsung berjenjang agar

terhindar dari praktik money game, skema piramida dan unsur penipuan, namun

kedua aturan tersebut berbeda dalam penetapan besaran kompensasi. Perusahaan

cenderung mengharapkan agar penetapan batas maksimal besaran kompensasi dikaji

ulang berdasarkan kebutuhan perusahaan. Penelitian diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan stimulus bagi regulator dalam merevisi dan membuat

hukum positif tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah.

.

Kata Kunci: Kompensasi, Komisi, Bonus, Penjualan Langsung Berjenjang, Fatwa, Perundang-undangan

Page 7: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Maha Besar Allah yang telah memberikan ilmu kepada penulis,

serta rasa syukur yang mendalam atas curahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya

sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada

Rasulullah SAW.

Penulisan tesis ini bukanlah semata-mata usaha penulis saja, banyak pihak yang

telah memberikan kontribusinya selama penulisan ini, ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr.

Asep Saepudin Jahar, M.A, atas sumbangan pemikiran serta motivasi yang

senantiasa diberikan untuk penulis.

2. Wakil Dekan Bidang Akademik, Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag atas nasihat dan

saran yang konstruktif yang menjadi kekuatan penulis dalam melanjutkan studi

ke jenjang Magister ini. Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Dr.

Ahmad Tholabi Kharlie, SH, MA MH., atas dukungan kepada penulis untuk

menyelesaikan studi sekaligus mengabdi di Fakultas Syariah dan Hukum. Wakil

Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Bapak Dr. Yayan Sopyan, SH, MH,

M.Ag yang senantiasa menyalurkan ilmunya dan motivasinya bagi penulis.

3. Ketua Program Magister Hukum Ekonomi Syariah, Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag

dan Sekretaris Program Magister Hukum Ekonomi Syariah, Bapak Ahmad

Chairul Hadi, M.A, yang dengan jiwa kepemimpinan dan kesabarannya

senantiasa mengarahkan mahasiswanya untuk bisa menyelesaikan studi hingga

tahap akhir.

4. Dosen Pembimbing Tesis, Bapak Dr. Muhammad Maksum, SH, MA, M.DC, atas

bimbingan, arahan, motivasi dan ilmu yang diberikan dalam membimbing

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

i

Page 8: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

5. Dosen Penasihat Akademik, Dr. Supriyadi Ahmad, M.A. atas bimbingannya

selama penulis dalam masa studi hingga proses akhir studi.

6. Pihak Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), serta PT. K-Link Nusantara yang telah

memberikan izin dan perkenannya untuk melakukan wawancara dan

pengambilan data yang diperlukan.

7. Pihak Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan FSH UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta atas semua bantuannya dalam penyediaan referensi yang dibutuhkan.

8. Orang tua penulis, Drs. H. Busman Hamid dan Hj. Siti Pupu Sapuro, S.Pd.I. atas

segala ridho dan dukungan bagi penulis, untuk suamiku tercinta Komaruddin,

S.Pd.I, Danang Hidayatullah, MM, Sa’adah Yuliana Purmanti, SHI, kepada

mereka penulis ucapkan terima kasih atas dukungannya dan untuk anak-anak

tercinta (M. Labib Zaidan, M. Afif Sholahuddin, Adiva Husna Humairo) yang

senantiasa mendoakan bundanya dan ketulusan mereka yang membuat penulis

tersenyum.

9. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ketua dan

Sekretaris Prodi, Para Dosen, Kabag, para Kasub FSH atas amanah yang

diberikan untuk bekerja dan belajar di FSH, untuk seluruh pegawai FSH UIN

Jakarta yang menjadi rekan penulis selama penulis bekerja mulai tahun 2007

hingga 2018 ini atas support yang diberikan kepada penulis. Tesis ini diharapkan

menjadi salah satu dari kilauan berlian suatu ilmu.

10. Teman-teman di Magister Hukum Ekonomi Syariah (MHES) dan Magister

Hukum Keluarga (MHK) atas waktunya untuk saling berdiskusi dan mendukung

satu sama lainnya.

Jakarta, 23 Juli 2018 Penulis, Siti Solihah

ii

Page 9: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...…i

DAFTAR ISI………………………………………………………………….....iii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………..... 1

B. Permasalahan…...…………………………………………....................10

C. Tujuan Penelitian……………………………………………….............12

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………...…12

E. Review Kajian Terdahulu………………………………………………12

F. Metodologi Penelitian……………….………………………………….16

G. Sistematika Penulisan……………………………………………..........18

II. KOMPENSASI BISNIS PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG

SYARIAH

A. Sistem Kompensasi ……………………………………………….......19

B. Pemberian Upah dalam Islam …………………………………………28

III. PENGATURAN AKAD KOMPENSASI BISNIS PENJUALAN

LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH

A. Konsepsi Kompensasi……………………………………...……….......36

B. Pengaturan Perjanjian atau Akad…………………………………...…..51

C. Hak dan Kewajiban Pihak Pemberi dan Penerima Kompensasi…..……54

D. Pengaturan Besaran dan Bentuk Kompensasi……………………..……56

iii

Page 10: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

IV. PENGATURAN SISTEM KOMPENSASI BISNIS PENJUALAN

LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH

A. Antisipasi Jaringan Pemasaran Terlarang………………………………60

B. Aspek Pelarangan Ighra’……………………………………………….64

C. Prinsip Keadilan dan Larangan Eksploitasi………………….…………67

V. PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………......................76

B. Rekomendasi……………………………………………………………77

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..................79

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv

Page 11: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak jenis transaksi baru yang ditawarkan yang menjanjikan

keuntungan berlipat ganda. Bahkan ada sebuah sistem bisnis yang banyak

menawarkan kekayaan dalam waktu singkat.1 Sistem ini adalah Penjualan

Langsung Berjenjang. Penjualan Langsung Berjenjang merupakan bagian dari

penjualan langsung (direct selling). Penjualan langsung dalam sistem pemasaran

penjualan mempunyai dua tingkatan, yaitu Pemasaran Satu Tingkat (Single Level

Marketing) dan Pemasaran Multi Tingkatan (Multi Level Marketing).2

Multi Level Marketing3 dapat diartikan sebagai pemasaran berjenjang.

Pemasaran (terjemahan dari marketing) dan penjualan, keduanya mempunyai

konsep yang berbeda. Konsep pemasaran sebagai falsafah manajemen pemasaran

yang berkeyakinan bahwa pencapaian sasaran organisasi tergantung pada

penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan pesaing. Sementara

konsep penjualan sebagai gagasan bahwa konsumen tidak akan membeli produk

organisasi dalam jumlah cukup kecuali organisasi mengadakan usaha penjualan

dan promosi berskala besar.4

1Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia , (Jakarta: Prenada Media, 2005),

h.187 2Single Level Marketing (Pemasaran Satu Tingkat) yaitu Metode pemasaran barang dan/atau

jasa dari sistem Penjualan Langsung melalui program pemasaran berbentuk satu tingkat, dimana Mitra

Usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan/atau jasa

yang dilakukannya sendiri. Multi Level Marketing (Pemasaran Multi Tingkat) yaitu Metode pemasaran

barang dan/atau jasa dari sistem Penjualan Langsung melalui program pemasaran berbentuk lebih dari

satu tingkat, dimana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil

penjualan barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di dalam

kelompoknya. Lihat: https://www.apli.or.id/direct-selling/ 3MLM adalah strategi pemasaran di mana tenaga penjual (sales) tidak hanya mendapatkan

kompensasi atas penjualan yang mereka hasilkan, tetapi juga atas hasil penjualan sales lain yang

mereka rekrut. Tenaga penjual yang direkrut tersebut dikenal dengan anggota "downline". Lihat:

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemasaran_berjenjang diakses pada 8 April 2017

Page 12: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

2

Istilah Multi Level Marketing (MLM) tidak digunakan dalam Peraturan

Perundang-undangan di Indonesia dan Fatwa DSN MUI, melainkan memakai

istilah Penjualan Langsung Berjenjang. Adapun yang tercantum dalam Pasal 7

Bagian Kedua Bab IV Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

2014 Tentang Perdagangan, hanyalah istilah multilevel yang didefiniskan sebagai

salah satu dari sistem penjualan langsung dalam proses pendistribusian.5

Ketentuan mengenai distribusi barang ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Menteri Perdagangan.

Perusahaan yang pertama kali berdiri di Indonesia adalah PT. Nusantara

Sun Chorella. Perusahaan ini didirikan di Kota Bandung pada tahun 1986.

Perkembangan selanjutnya PT. Nusantara Sun Chorella telah berganti nama

menjadi PT. Centra Nusa Insan Cemerlang. Dewasa ini perusahaan MLM PT.

Centra Nusa Insan Cemerlang lebih sering dikenal orang dengan sebutan

perusahaan MLM CNI. Perusahaan penjualan langsung berjenjang lainnya pun

kemudian bermunculan seperti perusahaan Amway yang berasal dari Amerika

dan diikuti oleh lahirnya penjualan langsung berjenjang dari dalam negeri seperti

perusahaan Capriasi, Sophie Martin, Melia Nature, dan beberapa perusahaan

penjualan langsung berjenjang lainnya.

Penjualan Langsung Berjenjang masih menjadi bisnis yang kontroversial

dalam masyarakat Indonesia sampai saat ini. Kontroversial dari sisi sistemnya,

dimana sistem Penjualan Langsung Berjenjang memangkas jalur distribusi dalam

penjualan konvensional karena tidak melibatkan distributor atau agen tunggal

dan grosir atau sub agen, tetapi langsung mendistribusikan produk kepada

distributor independen yang bertugas sebagai pengecer atau penjual langsung

4Philip Kotler, Gary Armstrong, Terj. Alexander Sindoro, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta,

Prenhallindo, 1997), h.16-17 5Pasal 7 Bagian Kedua Bab IV Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014

tentang Perdagangan, menyatakan bahwa: “Distribusi Barang secara langsung sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan pendistribusian khusus melalui sistem penjualan

langsung secara: a.Single level; atau b.Multilevel.”

Page 13: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

3

kepada konsumen.6 Banyaknya penipuan yang dilakukan oleh perusahaan juga

menimbulkan pro kontra bisnis ini. Perusahaan penjualan langsung berjenjang

yang menawarkan keuntungan-keuntungan besar kepada para anggotanya

mengakibatkan anggota hanya mengandalkan bonus maupun komisi yang

dijanjikan perusahaan tanpa melakukan kegiatan bisnis (passive income).

Beberapa kasus money game, arisan berantai, koperasi simpan pinjam dan

penggandaan uang yang seringkali menjadi penyebab utama kontroversi ini dan

membuat buruk nama bisnis Penjualan Langsung Berjenjang. Setidaknya tercatat

beberapa bisnis money game7 dengan istilah investasi atau sejenis yang telah

menelan banyak korban di tanah air ini. Contoh paling nyata dari kecenderungan

penduplikasian money game ini bisa ditemui dalam kasus Kospin di Pinrang,

kasus Golden Saving di Jakarta, atau kasus Pohon Mas di Surabaya- Malang, PT

BMA, dan masih banyak lagi lainnya.8

Penipuan yang pernah menjadi kasus di Indonesia salah satunya adalah

kasus PT Banyumas Mulia Abadi (BMA) yang berkedok sebagai usaha Multi

Level Marketing. PT BMA menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

yang kurang jelas, penyimpan dana diberikan seperangkat tekstil dan atau hak

untuk meminjam sejumlah uang. PT BMA pada tahun 1996, mempunyai sistem

6Biaya pemasaran dan distribusi (transportasi, sewa gudang, gaji dan komisi tenaga

penjualan dan lain-lain) dalam MLM dapat dialihkan kepada distributor independen dengan suatu

sistem berjenjang yang umumnya disesuaikan dengan pencapaian target penjualan atau omzet

distributor yang bersangkutan sehingga Multi Level Marketing (MLM) dalam kasus ini terlihat

bertolak belakang dengan etika bisnis Islam. Lihat: Andrias Harefa, Multi Level Marketing:

Alternatif Karier d an Usaha Menyongsong Milinium Ketiga, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1999), h. 4 7Money Game atau Penggandaan uang atau permainan uang, secara sederhana dapat diartikan

sebagai cara berbisnis yang tidak wajar dan cenderung menipu yang dilakukan oleh perusahaan

investasi palsu, dengan cara menawarkan produk investasi yang dijamin pasti aman dan pasti untung.

Produk investasi yang ditawarkan dapat berupa kerjasama bisnis pertanian dan perkebunan, kerjasama

perdagangan pulsa telepon, kerjasama bisnis Upaya Preventif Berkembangnya Money Game di

Indonesia. Lihat: Serfianto, dkk, Multi Level Marketing, Money Game & Skema Piramid, (Jakarta: PT

Elex Media Computindo, 2011), h. 69 8Imam Mas Arum, “Multi Level Marketing (MLM) Syariah : Solusi Praktis Menekan Praktik

Bisnis Riba, Money Game”, Jurnal Muqtasid, Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam, Volume 3

Nomor 1, Juli 2012

Page 14: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

4

sebagai berikut, anggota belanja 1 paket kaos dan jean senilai Rp 1,5 juta maka

21 hari kemudian dijanjikan bonus sebesar Rp. 2,5 juta sehingga orang tertarik

bukan pada paket produknya melainkan pada janji bonusnya.

Praktik bisnis seperti di atas dilarang dalam hukum Islam. Menurut

pandangan Yusuf Qardhawi, orang yang membeli barang dari toko atau

perusahaan hanya dengan motivasi ingin mendapatkan hadiah, sedang ia tidak

punya tujuan (keperluan) untuk membelinya, maka hal ini mengarah kepada judi

yang terlarang atau mendekatinya. Sebab hadiah-hadiah yang dibagikan kepada

sebagian pembeli itu pada akhirnya menimbulkan kenaikan harga yang note bene

harus ditanggung oleh semua pembeli. Dengan demikian, seolah-olah pembeli

yang beruntung mendapatkan hadiah itu memungut harganya dari seluruh

pembeli. Hal inilah yang menimbulkan kesamaran (syubhat) walaupun sebagian

pedagang (produsen) beralasan bahwa hadiah yang diberikan itu diambilkan dari

laba atau keuntungannya.9

Kontroversi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia

mendorong Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

untuk mengeluarkan fatwa tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah. Fatwa Ulama sebagai instrumen untuk menetapkan suatu hukum sangat

penting posisinya dalam memberikan legitimasi terhadap legalitas suatu transaksi

ekonomi. Majelis ulama Indonesia (MUI) yang merupakan wadah musyawarah

para ulama, zu’ama, dan cendekiawan muslim dipandang sebagai lembaga paling

berkompeten dalam pemberian jawaban masalah sosial keagamaan (ifta’) yang

senantiasa timbul dan dihadapi masyarakat Indonesia.10

Fatwa menjadi salah satu alternatif dalam memecah kebekuan

perkembangan hukum Islam dan dapat dijadikan instrumen untuk menjawab

9Lihat: Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press,1995),

h.584 dan 606 10

Ma’ruf Amin, Fatwa Produk Halal Melindungi dan Menenteramkan, (Bogor: Pustaka

Jurnal Halal, 2010), h.41

Page 15: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

5

setiap kejadian baru yang belum tercover dalam nash-nash syar’i ataupun dalam

pendapat para ulama terdahulu.11

Fatwa tentang Pedoman Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah disahkan pada tahun 2009, kemudian pada tahun 2012

disahkan Fatwa tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan

Umrah.12

Proses operasional Penjualan Langsung Berjenjang (PLB) konvensional

berbeda dengan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS). Perbedaan

operasional tersebut secara signifikan terlihat dari empat hal: Pertama, sebagai

perusahaan yang beroperasi secara syariah, niat, konsep dan praktik

pengelolaannya senantiasa merujuk kepada Al-Quran dan Hadits Rasulullah

SAW, dan untuk itu struktur organisasi perusahaan pun dilengkapi dengan

Dewan Syariah Nasional (DSN) dari MUI untuk mengawasi jalannya perusahaan

agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Kedua, usaha PLB Syariah

pada umumnya memiliki visi dan misi yang menekankan pada pembangunan

ekonomi nasional. Ketiga, sistem pemberian insentif disusun dengan

memperhatikan prinsip keadilan dan kesejahteraan. Keempat, PLB Syariah pada

umumnya mengusahakan untuk tidak membawa para distributornya pada suasana

materialism dan konsumerisme, yang jauh dari nilai-nilai Islam.13

Perbedaan Penjualan Langsung Berjenjang dengan sistem konvensional

dan Penjualan langsung Berjenjang Syariah juga terlihat dari keorganisasian,

produk, sistem pembagian bonus dan marketing plan-nya.14

Perusahaan PLB

Syariah yang mendapatkan Sertifikasi Syariah dari DSN MUI harus memenuhi

semua perizinan yang berlaku di Indonesia. Perusahaan Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah yang telah mendapatkan sertifikat DSN-MUI adalah: PT

11

Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam, (Jakarta: Elsas, 2008), h.281 12

https://dsnmui.or.id/produk/fatwa/ diakses pada 30 Juli 2018 13

Kuswara, Mengenal MLM Syariah dari Halal-Haram, Kiat Berwirausaha, sampai dengan

Pengelolannya, (Jakarta: Qultum Media, 2005), h.102 14

Sofwan Jauhari, MLM Syariah, (Jakarta: STIU Dirosat Islamiyah Al-Hikmah, 2013), h.51-

54

Page 16: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

6

Veritra Sentosa Internasional, PT Momen Global Internasional, PT Singa Langit

Jaya (TIENS), PT K-Link Nusantara, PT UFO Bisnis Kemitraan Bersama

Syariah, PT HPA Indonesia dan PT Nusantara Sukses Selalu.15

Perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang konvensional maupun

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah dapat mendaftarkan perusahaannya

dalam APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia).16

APLI mempunyai kode

etik yang wajib dipatuhi semua anggotanya, sehingga bisnis penjualan langsung

berjenjang berjalan sesuai aturan perundang-undangan, seperti tidak melakukan

money game, tidak menggunakan sistem piramid, tidak melakukan money

launderying. Bergabungnya perusahaan-perusahaan penjualan langsung

berjenjang dalam APLI dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada

perusahaan. Bisnis perusahaan ini tidak akan dianggap illegal karena anggota

APLI yang diterima adalah perusahaan yang sudah mendapatkan Surat Izin

Usaha Penjualan Langsung (SIUPL) dari Kementerian Perdagangan. Jumlah

anggota APLI sampai saat ini adalah 83 perusahaan.17

Penjualan Langsung Berjenjang di Indonesia diatur dalam Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan serta beberapa Peraturan

Menteri Perdagangan, sementara Penjualan Langsung Berjenjang Syariah selain

berpedoman pada peraturan perundang-undangan tersebut juga berdasarkan

Fatwa DSN MUI tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah dan

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umroh. Aturan-aturan

ini dibuat untuk menghindari penipuan perusahaan penjualan langsung

15

https://dsnmui.or.id/daftar-perusahaan-penjualan-langsung-berjenjang-syariah/ diakses pada

30 Juli 2018 16

APLI didirikan pada tanggal 24 Juli 1984 dan merupakan satu-satunya Asosiasi Penjualan

Langsung di Indonesia yang telah diakui oleh Federasi Penjualan Langsung Internasional (World

Federation of Direct Selling Association/ WFDSA). APLI merupakan organisasi independen dan

mempunyai kegiatan professional dalam bidang mewujudkan Penjualan Langsung (Direct Selling),

termasuk penjualan dengan sistem berjenjang yang murni dan benar. Lihat situs resmi APLI:

www.apli.or.id 17

https://www.apli.or.id/de/anggota/ diakses pada 29 Maret 2017

Page 17: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

7

berjenjang maupun perusahaan yang berkedok penjualan langsung berjenjang

yang dapat merugikan masyarakat. Namun kasus penipuan masih saja terjadi di

masyarakat.

Kasus yang terjadi di tahun 2016 adalah Nasional Ekonomi Sosial

Indonesia (NESIA), PT Promo Indonesia Mandiri dan Loketnesia. Ketiganya

adalah perusahaan yang terafiliasi dan menjadi payung aktivitas

komunitas Dream For Freedom. Dream For Freedom (D4F) berada di bawah PT

Promo Indonesia Mandiri dan mulai menawarkan investasi sejak Januari 2015.

Tawaran imbal hasil yang sangat tinggi dari program ini sangat memotivasi

masyarakat untuk mengikuti program investasi. Para calon anggota bergabung ke

D4F dengan memilih berbagai paket, dengan modal awal mulai Rp 1 juta hingga

Rp 30 juta. Calon anggota juga harus membayar biaya registrasi Rp 200.000.

Anggota dijanjikan pemasukan pasif hingga sekitar 30% per bulan, padahal hal

tersebut sangat bertentangan dengan hukum positif karena termasuk jaringan

terlarang18

dan melanggar hukum Islam19

.

Kasus lainnya adalah penipuan oleh perusahaan yang menamakan dirinya

Koperasi Simpan Pinjam, yaitu Koperasi Pandawa di Depok. Sistem

berjenjangnya mirip dengan Penjualan Langsung Berjenjang namun

perbedaannya adalah Pandawa tidak menawarkan produk untuk dijual kepada

konsumen. KSP Pandawa Group sendiri mulai beroperasi 2015 dan juga

18

Permendag nomor: 13/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan

Surat Izin Usaha Penjualan Langsung di dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 11 menyatakan

bahwa “Jaringan Pemasaran Terlarang adalah kegiatan usaha dengan nama atau istilah apapun dimana

keikutsertaan Mitra Usaha berdasarkan pertimbangan adanya peluang untuk memperoleh imbalan yang

berasal atau didapatkan terutama dari hasil partisipasi orang lain yang bergabung kemudian atau

sesudah bergabungnya mitra usaha tersebut, dan bukan dari hasil kegiatan penjualan barang dan/atau

jasa” 19

Berlebih-lebihan dalam memberikan nasehat kepada pelanggan/pembeli, serta dalam

memuji-muji perusahaan atau instansi yang dipromosikan melebihi proporsinya merupakan bentuk

tipuan dalam ucapan yang membuat pelanggan terkecoh. Sehingga upah yang ia dapatkan pada

akhirnya adalah upah atas tipu daya yang ia lakukan kepada orang banyak. Perilaku seperti ini adalah

haram serta sama saja bekerja dengan mengambil harta orang lain secara batil. Lihat: Ash-Shadiq

Abdurrahman Al-Gharyani, terj. A.Syakur Fatwa-Fatwa Mu’amalah Kontemporer, (Surabaya:

Pustaka Progressif, 2004), Cet.4, h.136

Page 18: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

8

menghimpun dana dari masyarakat dengan menjanjikan keuntungan 10% setiap

bulannya.20

Islam mengharamkan seluruh macam penipuan, baik dalam masalah jual

beli maupun dalam segala macam muamalah. Seorang muslim dituntut untuk

berlaku jujur dalam seluruh urusannya. Sebab keikhlasan dalam beragama,

nilainya lebih tinggi daripada seluruh usaha duniawi.21

Pelanggaran peraturan

Penjualan Langsung Berjenjang sehingga terjadi kasus-kasus hukum seperti

diatas merupakan akibat adanya minat yang tinggi dari masyarakat22

untuk

menerima kompensasi yang tinggi tanpa kegiatan bisnis yang sesuai dengan nilai

kompensasi yang didapat.

Kompensasi bisnis yang diberikan perusahaan penjualan langsung

berjenjang kepada mitra usaha yang berbentuk komisi, bonus atau penghargaan

lainnya, seringkali menjadi suatu permasalahan. Masyarakat yang ingin menjadi

mitra usaha cenderung memilih perusahaan penjualan langsung berjenjang yang

mampu memberikan kompensasi bisnis yang tinggi bagi mereka. Perusahaan pun

untuk memikat calon mitra usaha akhirnya menjanjikan kompensasi tinggi yang

dinilai dapat menjadi daya tarik bagi calon mitra usaha, pengaturan kompensasi

ini terdapat dalam marketing plan23

perusahaan.

Pemerintah sendiri telah mengatur kompensasi bisnis penjualan langsung

berjenjang ini, namun tetap saja kompensasi ini masih menjadi permasalahan

dalam dunia penjualan langsung berjenjang, termasuk penjualan langsung

20

https://finance.detik.com/ diakses pada 1 Desember 2017 pk.09.00 WIB 21

Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, (Bandung: Jabal, 2007), h. 266 22

Menurut teori, manusia terbentuk, bertahan dan berubah berdasarkan kemampuan manusia

untuk berpikir, untuk mendefinisikan, untuk melakukan refleksi diri dan untuk melakukan evaluasi.

Lihat: Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana, Prenada Media Group, 2009), Cet.2,

h.63 23

Marketing plan merupakan salah satu alat yang sangat penting dalam melakukan assessment

terhadap kesempatan yang sebenarnya dimiliki oleh organisasi bisnis. Dalam marketing plan

digambarkan secara garis besar tentang bagaimana melakukan penetrasi, meraih, serta melakukan

perbaikan atas market position. Dengan demikian marketing plan menjadi landasan penting bagi

penyusunan operasi perusahaan. Lihat: A. Usmara, Strategi Baru Manajemen Pemasaran, (Jogjakarta:

Amara Book, 2003), h.48

Page 19: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

9

berjenjang syariah. Sebagian besar peraturan tentang ketenagakerjaan dirancang

untuk memberikan kesetaraan kesempatan bekerja. Akan tetapi beberapa

peraturan telah melampaui kesetaraan kesempatan bekerja salah satunya adalah

peraturan yang meliputi pemberian kompensasi.

Keunggulan dari suatu penawaran penjualan langsung berjenjang

dibandingkan dengan penawaran bisnis tradisional adalah program

kompensasinya. Program kompensasi bisa jadi daya saing utama dan terpenting

bagi bisnis penjualan langsung berjenjang. Perusahaan bisnis penjualan langsung

berjenjang bisa saja menjual produk yang tidak lebih baik daripada produk yang

sama dari bisnis tradisional, namun program kompensasi bisnis penjualan

langsung berjenjang bisa membuat masyarakat lebih memilih bermitra dengan

perusahaan penjualan langsung berjenjang daripada menjadi agen atau pengecer

dari perusahaan yang menjual produknya secara tradisional.

Menyikapi maraknya bisnis penjualan langsung berjenjang dan bisnis

syariah yang semakin berkembang, sudah sewajarnya pemerintah melalui

lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengatur usaha Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah untuk memberikan perhatian khusus, sehingga tidak banyak

lagi masyarakat yang menjadi korban akibat terjebak dalam impian kaya dalam

waktu singkat dengan mengharapkan kompensasi tinggi tanpa menjalani usaha

nyata atau tanpa perwujudan kompensasi tersebut oleh perusahaan. Perlu diteliti

bagaimana hukum positif dan hukum Islam di Indonesia mengatur kompensasi

bisnis penjualan langsung berjenjang yang semakin pesat perkembangannya.24

Hal ini menjadi daya tarik peneliti untuk melakukan penelitian berjudul

24

Penelitian ini didukung pula dengan argument bahwa pandangan dan design dari para aktor

dalam masyarakat selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat, ekonomi,

tingkat pendidikan masyarakat, ilmu dan teknologi. Karena itu, dalam bidang hukum misalnya, karena

peran pandangan dan design dari para aktor hukum yang selalu berkembang dan berubah, sehingga

hukum pun harus dapat mengkonstruksi dirinya sebagai pranata yang dinamis yang cepat dapat

menyesuaikan diri. Lihat: Munir Fuady, Teori-Teori dalam Sosiologi Hukum, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2013), Cet.2, h.312

Page 20: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

10

“Pengaturan Kompensasi Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS)

di Indonesia”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Masalah penelitian diidentifikasi sebagai berikut:

1. Hukum positif belum mengatur secara khusus Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah di Indonesia

2. Ketentuan akad ijarah dan ju’alah dalam Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah (PLBS) belum diatur secara khusus dalam Fatwa DSN MUI.

3. Pemberian komisi dan bonus oleh perusahaan PLB Syariah kepada mitra

usaha yang sangat tinggi bisa menimbulkan kelalaian mitra usaha

terhadap kewajibannya untuk menjual produk.

4. Komisi dan bonus diperhitungkan berdasarkan volume penjualan produk,

namun produk tersebut hanya kamuflase atau tidak mempunyai

mutu/kualitas yang sesungguhnya.

5. Penjualan langsung berjenjang menuntut mitra usaha untuk merekrut

mitra usaha baru sesuai dengan sistem jejaring pemasaran perusahaan,

sehingga bisa menimbulkan money game dalam bentuk penggandaan

uang dengan praktik memberikan komisi dan bonus dari hasil perekrutan

tersebut.

6. Beberapa perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang menyatakan

perusahaannya adalah perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah namun kenyataannya sistem perusahaan tersebut tidak sesuai

syariah

7. Perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah yang mendapatkan

Sertifikat Kesesuaian Syariah yang dikeluarkan DSN MUI belum bisa

Page 21: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

11

sepenuhnya menjadi acuan bahwa perusahaan tersebut otomatis terhindar

dari larangan syariah

8. Mitra usaha yang tidak mempunyai waktu untuk melakukan pembinaan

dan pengawasan kepada anggota yang direkrutnya, belum ditentukan

sanksinya atau teguran bagi pelanggaran kewajiban ini.

9. Fatwa DSN MUI dan Peraturan Perundang-undangan belum bisa

memberikan efek jera bagi para pelaku penipuan bisnis Penjualan

Langsung Berjenjang

2. Pembatasan Masalah

1. Fatwa DSN MUI dalam penelitian ini dibatasi pada Fatwa terkait

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah, yaitu Fatwa DSN MUI Nomor

75/DSN-MUI/VII/2009 tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah (PLBS) dan Fatwa DSN MUI Nomor 83/DSN-MUI/VI/2012

tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umroh.

2. Peraturan Perundang-undangan dibatasi pada Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2014 Tentang Perdagangan, juga Peraturan Menteri Perdagangan

terkait Penjualan Langsung Berjenjang.

3. Pengaturan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah dibatasi pada

pengaturan kompensasi bisnis.

3. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI mengatur

kompensasi bisnis Penjualan Langsung Berjenjang Syariah di Indonesia?

2. Bagaimanakah Peraturan Perundang-undangan mengatur kompensasi

bisnis Penjualan Langsung Berjenjang di Indonesia?

Page 22: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

12

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis aturan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI terkait

kompensasi bisnis Penjualan Langsung Berjenjang Syariah.

2. Menganalisis Peraturan Perundang-undangan terkait kompensasi bisnis

Penjualan Langsung Berjenjang.

3. Menganalisis perspektif Pemerintah dan Perusahaan terkait pengaturan

kompensasi bisnis Penjualan Langsung Berjenjang.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi regulator dalam mengatur kompensasi bisnis Penjualan Langsung

Berjenjang di Indonesia dan diharapkan menjadi stimulus untuk membuat

hukum positif terkait Pernjualan Langsung Berjenjang Syariah.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

perusahaan penjualan langsung berjenjang syariah agar menjalankan

usahanya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan baik Fatwa DSN

MUI maupun Peraturan Perundang-undangan.

3. Diharapkan memberikan arahan kepada masyarakat agar terhindar dari

penipuan-penipuan penjualan langsung berjenjang yang menjanjikan

kompensasi yang tidak wajar serta memberikan motivasi kepada masyarakat

untuk memilih bisnis penjualan langsung berjenjang yang sesuai syariah.

E. Review Kajian Terdahulu

Muhammad Tahmid Nur, 2015, judul penelitian “Kompensasi Kerja

dalam Islam”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Ajaran Islam sangat peduli

kepada keberadaan karyawan, sebagai bentuk kepedulian kepada dunia kerja,

karena Islam menginginkan umatnya untuk giat bekerja, sehingga mereka akan

memperoleh hasil yang halal dari pekerjaannya. Tenaga kerja dan

kompensasinya tidak dapat dipisahkan. Kompensasi adalah semua penghargaan

Page 23: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

13

(materi dan non materi) yang diberikan oleh perusahaan atas jasa karyawan

dengan tujuan untuk menarik, mempertahankan dan memotivasi para pekerja.

Ajaran Islam sangat menghargai setiap “tetes keringat” orang yang bekerja,

sebagai bentuk apresiasi terhadap pekerjaan dan dunia usaha, sehingga orang

yang bekerja harus mendapatkan penghargaan berupa upah segera setelah

pekerjaannya selesai dan berdasarkan “tetes keringat” (beratnya pekerjaan) yang

dikeluarkannya.25

Muhammad Taufiq, 2015, judul penelitian “Multi Level Marketing

Perspektif Etika Bisnis Islam”. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun

praktik MLM ini merupakan bentuk baru, akan tetapi hukum Islam dapat

memandang kehalalan maupun keharamannya dengan sumber hukum yang

ada, baik dari Al-Qur 'an dan Hadits maupun produk dari ijtihad dan qiyas

yang dilakukan oleh ulama-ulama. Pengembangan hukum Islam terhadap

MLM ini sangat penting, sehingga masyarakat mengetahui bagaimana posisi

praktik ini dan bisa mengatakan bahwa praktik bisnis MLM itu haram atau

halal, j ika MLM tersebut memenuhi syarat­ syarat halal yang sesuai dengan

sumber hukum Islam, maka praktiknya adalah sah. Namun jika dalam praktik

MLM tersebut terdapat unsur-unsur yang mengharamkan seperti gharar,

penipuan dan riba, maka jelas hukumnya haram.26

Ahmad Mardalis dan Nur Hasanah, 2016, judul penelitian “Multi-Level

Marketing (MLM) Perspektif Ekonomi Islam”. Penelitian ini menunjukkan

bahwa Islam memberikan jalan bagi manusia untuk melakukan berbagai

improvisasi dan inovasi melalui sistem, teknik dan mediasi dalam melakukan

perdagangan. Dalam menyikapi bisnis MLM, perlu adanya wawasan dan

pemahaman yang utuh dan mendalam (kaffah). Sebab segala bentuk bisnis,

25

Muhammad Tahmid Nur, “Kompensasi Kerja dalam Islam”, Jurnal Muamalah, Volume V

Nomor 2, Desember 2015 26

Muhammad Taufiq, “Multi Level Marketing Perspektif Etika Bisnis Islam”, Jurnal

Rasail, Volume II Nomor 1 (Januari-Juni 2015), jurnal diakses pada 20 Desember 2016 dari

https://jurnalrasailstebi.almuhsin.ac.id/

Page 24: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

14

termasuk MLM, pada dasarnya adalah boleh jika tidak ada hal-hal yang dilarang

oleh syariah. Namun jika terdapat unsur-unsur yang diharamkan, maka bisnis

tersebut haram hukumnya. Konsep ekonomi Islam dalam penjualan suatu produk

menekankan kehalalan, manfaat, dan mematuhi prinsip dasar ekonomi syariah

secara makro yang terbebas dari tujuh (7) unsur yaitu maysir (judi), aniaya

(zhulm), gharar (penipuan), haram, riba (bunga), iktinaz atau ihtikar.27

Perbedaan kedua penelitian diatas dengan penelitian penulis terletak pada

fokusnya. Kedua penelitian di atas fokus pada konsep kehalalan atau keharaman

sebuah perusahaan MLM ditinjau dari etika bisnis maupun ekonomi Islam

sementara penelitian penulis fokus pada Peraturan Perundang-undangan dan

Fatwa DSN MUI terkait PLB Syariah.

Choirul Huda, 2013, yang menulis penelitian dengan judul “Syariah

dalam Perspektif Pelaku Bisnis MLM Syariah Ahadnet Internasional (Studi

Kasus di Kota Semarang)”. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman

mitraniaga Ahadnet tentang syariah tidaklah utuh sebagaimana pemaknaan asli

dari istilah syariah yang ada. Pemaknaan yang mereka pahami tentang syariah

adalah agama Islam. Pemaknaan yang mereka miliki yaitu MLM Syariah adalah

MLM yang Islami, MLM yang berdasarkan pada ajaran Islam. Pemaknaan yang

benar tentang istilah syariah yang dipergunakan akan sangat membantu

operasionalisasi MLM Ahadnet ke depannya, karena akan didapatkan mitraniaga

yang handal dan militan, di samping tercapainya edukasi terhadap umat sehingga

mitraniaga tidak mengalami kesalahan dalam menjalankan bisnis tersebut.28

Perbedaan penelitian yang dilakukan Choirul Huda dengan penelitian

penulis adalah Choirul Huda hanya memfokuskan penelitian pada praktik PLB di

perusahaan Ahadnet. Sementara penelitian penulis menekankan pada aspek

27

Ahmad Mardalis dan Nur Hasanah, “Multi-Level Marketing (MLM) Perspektif Ekonomi

Islam”, Jurnal Falah, Vol.I Nomor I (Februari 2016), h.29-37 28

Choirul Huda, “Syariah dalam Perspektif Pelaku Bisnis MLM Syariah Ahadnet

Internasional (Studi Kasus di Kota Semarang)”, Jurnal Economica, Volume IV Edisi II (November

2013), h.55-74

Page 25: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

15

hukum Penjualan Langsung Berjenjang Syariah. Aspek hukum ditekankan pula

pada aspek pemberian kompensasi bagi mitra usaha.

Mohamad Fairuz Tamjis dan Buerah Tunggak, 2015, “Konsep Akad Al-

Ju’alah dalam Perusahaan Multi-Level Marketing (MLM) Patuh Syariah”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa akad menjadi aspek penting dalam

memastikan suatu MLM beroperasi diatas landasan Syariah atau tidak. Salah satu

akad yang digunakan adalah akad ju’alah yang pada praktiknya di perusahaan

MLM Malaysia masih terdapat pelanggaran-pelanggaran yang perlu diperbaiki

dengan cara membentuk model MLM Patuh syariah yang mengandung rukun

dan syarat akad yang telah ditetapkan Syara’.29

Perbedaannya dengan penulis,

penelitian ini meneliti pada aspek kepatuhan syariah antara praktek perusahaan

PLB dengan Fatwa Ulama Malaysia, sementara penelitian penulis meneliti

tentang kesesuaian teori yang terkait Penjualan Langsung Berjenjang Syariah

dengan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia dan Fatwa DSN MUI.

Harizan, 2017, “Upaya Preventif Berkembangnya Money Game Di

Indonesia”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa money game adalah

interpretasi dari Skema Bisnis Ponzi melalui perekrutan anggota atau investor.

Perusahaan berjanji memberikan keuntungan dari keanggotaan dan investasinya

yang terkadang keuntungan itu melebihi bank konvensional maupun bank

syariah. Harizan kemudian merekomendasikan agar pemerintah merumuskan dan

mensahkan Undang-undang Anti Money Game, sehingga bisa dilakukan usaha

preventif yang bisa menekan perkembangan bisnis Haram ini. 30

29

Mohamad Fairuz Tamjis, Buerah Tunggak, “Konsep Akad Al’Ju’alah dalam Perusahaan

Multi-Level Marketing (MLM) Patuh Syariah”, Umran International Journal of Islamic and

Civilization Studies, (Malaysia: UTM Press, 2015), h.37-47 30

Harizan, Upaya Preventif Berkembangnya Money Game Di Indonesia, Asy-Syar’iyyah:

Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam, (Bangka Belitung: STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik,

2017), h.80-101

Page 26: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

16

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

pendekatan normatif yaitu melalui pendekatan perundang-undangan (statue

approach).

2. Sumber Data

Sumber Data Primer dalam penelitian ini yaitu hasil wawancara peneliti

terhadap Legal Manager Perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah

PT. K-Link Nusantara, Pihak Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan wawancara terhadap Ketua

Bidang Bisnis dan Ekonomi Syariah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN MUI) terkait peraturan Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah khususnya permasalahan kompensasi.

Sumber Data sekunder terdiri dari:

1) Bahan hukum primer.

Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah:

a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan,

b) Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag), yaitu Permendag No.

32/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha

Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung serta perubahannya

pada Permendag No. 47/M-DAG/9/2009; dan Permendag No.

55/MDAG/PER/10/2009 tentang Pendelegasian Wewenang Penerbitan

Surat Izin Usaha Penjualan Langsung kepada Kepala Badan

Koordinasi Penanaman Modal; Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan No. 73/MPP/Kep/3/2000 tentang Ketentuan Kegiatan

Usaha Penjualan Berjenjang; Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Page 27: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

17

Indonesia Nomor 22/M- DAG/PER/3/2016 Tentang Ketentuan Umum

Distribusi Barang mengatur Distribusi Barang Secara Langsung

c) Fatwa DSN MUI No.75/DSN MUI/VII/2009 tentang Pedoman

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) dan Fatwa DSN MUI

No.83/DSN-MUI/VI/2012 tentang Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah Jasa Perjalanan Umroh

2) Bahan hukum sekunder, terdiri dari buku, artikel, karya ilmiah, tesis,

disertasi, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian

3) Bahan hukum tersier, yaitu kamus hukum maupun ensiklopedia yang

digunakan untuk menunjang dan memberikan penjelasan atas bahan hukum

primer dan sekunder

3. Teknik Pengumpulan Sumber Data

Untuk mengumpulkan data digunakan model pengumpulan data Studi Pustaka

dengan cara mengumpulkan literatur yang terkait `kompensasi bisnis

penjualan langsung berjenjang syariah, seperti peraturan perundang-undangan,

Fatwa DSN-MUI, buku, artikel, karya ilmiah, tesis dan disertasi.

4. Teknik Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari

permasalahan yang bersifat umum untuk permasalahan yang bersifat konkret

yang dihadapi. Selanjutnya meneliti bahan pustaka berupa peraturan

perundang-undangan dan fatwa DSN MUI. Bahan-bahan tersebut disusun

secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam

hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Page 28: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

18

5. Teknik Penulisan

Teknik Penulisan penelitian ini mengacu pada Keputusan Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini diawali dengan Bab Pendahuluan. Bab ini menguraikan

latar belakang masalah yang mendasari penyusunan penulisan ini, Identifikasi

Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Review Kajian Terdahulu, Metodologi Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

Bab II mengenai Kompensasi Bisnis Penjualan Langsung Berjenjang

dengan mennjelaskan teori mengenai Sistem Kompensasi Penjualan dan konsep

Pemberian Upah dalam Islam. Analisis terdapat pada Bab III yang berisi

Pengaturan Akad Kompensasi. Bab ini menganalisis tentang Konsep Kompensasi

Penjualan Langsung Berjenjang, Pengaturan Perjanjian atau Akad, Hak dan

Kewajiban Pihak Pemberi dan Penerima Kompensasi, serta Pengaturan Besaran

dan Bentuk Kompensasi. Analisis juga terdapat pada Bab IV yang menguraikan

tentang Pengaturan Sistem Kompensasi yang mencakup Antisipasi Jaringan

Pemasaran Terlarang, Aspek Pelarangan Ighra’, juga Prinsip Keadilan dan

Larangan Eksploitasi.

Bab terakhir adalah Penutup yang berisi yang berisikan kesimpulan

penelitian dengan disertai beberapa saran dan rekomendasi penelitian selanjutnya

dari penulis.

Page 29: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

BAB II

KOMPENSASI BISNIS PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH

A. Sistem Kompensasi Penjualan

Kompensasi dalam berbagai sudut pandang mempunyai berbagai makna.

KUH Perdata dalam Buku Ketiga Tentang Perikatan pada Bagian 4 menyebutkan

istilah “Kompensasi atau Perjumpaan Utang”, Pasal 1425 menyatakan bahwa:

Jika dua orang saling berutang, maka terjadilah antara mereka suatu

perjumpaan utang yang menghapuskan utang-utang kedua orang tersebut

dengan cara dan dalam hal-hal berikut.

Sementara dari sudut ekonomi, kompensasi diartikan sebagai harga yang

dibayarkan kepada pekerja atas jasanya dalam produksi kekayaan seperti faktor

produksi lainnya, tenaga kerja diberikan imbalan atas jasanya.1 Kompensasi

dinilai juga dalam Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai sesuatu yang

diberikan perusahaan/ seseorang kepada karyawan (orang yang bekerja padanya)

sebagai balas jasa mereka dan kompensasi tersebut dapat dinilai dengan uang

atau tanpa uang dengan mempunyai kecenderungan yang tetap selama karyawan

tersebut bekerja padanya.2

Sistem kompensasi merupakan penetapan imbalan yang diberikan

organisasi kepada individu sebagai balas jasa atas kesediaan mereka untuk

melakukan berbagai pekerjaan dan tugas dalam organisasi3. Kompensasi

diartikan juga sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen

kompensasi mulai dari penentuan besaran kompensasi dan cara pemberiannya4

yang menjadi daya tarik terbesar dalam bisnis penjualan langsung berjenjang.

1Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Jakarta: Dana Bhakti Wahab, 2005), h.23 2Muhammad Tahmid Nur, “Kompensasi Kerja dalam Islam”, Jurnal Muamalah, Volume V

Nomor 2, Desember 2015 h.122 3Ricky W. Griffin, terj. Sita Wardhani, Bisnis, Ed.8, (Jakarta: Erlangga, 2006), h.221

19

Page 30: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

20

Perusahaan penjualan langsung berjenjang terus memperbaharui sistem

kompensasi mereka untuk menghasilkan keuntungan terbaik bagi bisnis mereka.

Perusahaan yang menggunakan metode penjualan langsung berjenjang pada

dasarnya bertujuan memasarkan produk namun dilakukan oleh para

distributornya (anggotanya) yang biasanya dilakukan dalam kuantitas penjualan

yang terbatas saja. Situasi kompetisi bisnis yang sangat ketat, dimana sektor

pemasaran baik berupa produk barang maupun jasa menjadi faktor yang penting,

maka peranan tenaga penjualan menjadi sangat strategis.

Tenaga penjualan akan berperan baik bagi perusahaan jika kompensasi

yang diberikan perusahaan sesuai dengan yang diharapkan. Sistem insentif yang

terdapat di dalam kompensasi menghubungkan kompensasi dengan kinerja,

dalam hal ini kinerja tenaga penjualan. Secara umum jenis tenaga penjualan

dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar yaitu:

1. Direct Sales. Mereka berfungsi untuk menjual produk secara langsung kepada

konsumen dalam suatu wilayah tertentu. Untuk seorang direct sales,

kemungkinan sistem yang tepat adalah komisi atau bonus.

2. Account Manager. Tenaga penjualan ini berfungsi mengembangkan dan

membina hubungan baik dengan pelanggan yang sudah ada.

3. Technical support. Fungsinya adalah memberi dukungan teknis secara terus

menerus terhadap proses penjualan produk seperti yang dilakukan oleh sales

representative, dan lainnya.5

Martocchio6 mengemukakan bahwa program kompensasi yang tepat bagi

tenaga penjualan mampu memberi kontribusi yang sangat berarti bagi perusahaan

4Suwatno dan Donni Juni Priansa, Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis,

(Bandung: Alfabeta, 2013), Cet.3, h.224 5Budi W. Soetjipto, dkk, Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia (Artikel-Artikel

Pilihan), (Yogyakarta: Amara Books, 2002), h.237

Page 31: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

21

dalam mencapai tujuannya.7 Program kompensasi yang memadai selanjutnya

memiliki kemampuan mengintegrasikan keinginan individu dengan strategi

pemasaran perusahaan. Terdapat hubungan signifikan antara desain kompensasi

dengan pencapaian target organisasi. Tujuan utama setiap organisasi merancang

sistem imbalan (reward) adalah untuk memotivasi karyawan dalam

meningkatkan kinerjanya serta mempertahankan karyawan yang kompeten.

Kompensasi karyawan sebagai bentuk pembayaran atau imbalan yang

diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu.8

Penghargaan atau ganjaran yang diterima sebagai insentif dibedakan dalam

beberapa jenis yaitu:

1. Kompensasi atau insentif total, yaitu keseluruhan penghargaan atau ganjaran

yang diterima oleh seseorang tenaga kerja untuk seluruh pekerjaannya yang

dilakukannya sebagai kontribusi pada pencapaian tujuan organisasinya.

2. Kompensasi khusus, yaitu penghasilan tambahan yang diberikan kepada

tenaga kerja dengan status tertentu dalam perusahaan.

Imbalan yang terlalu tinggi yang diberikan perusahaan kepada

karyawannya namun tidak mencapai sasaran karena imbalan tersebut tidak

mempengaruhi kinerja karyawan, maka hal ini akan sia-sia saja. Di sisi lain

imbalan yang terlalu tinggi akan meningkatkan biaya operasional.9 Imbalan

dalam bentuk insentif terdiri dari:

6Joseph J. Martocchio adalah Professor of Labor and Industrial Relations and of Psychology

pada Institute of Labor and Industrial Relations di University of Illinois at Urbana-Champaign. Minat penelitiannya dalam bidang kompensasi, pelatihan pekerja, dan keberadaan pekerja. Lihat: https://www.prenhall.com/divisions/bp/app/martocchio/2e/content/bio.html

7Martoccchio, JJ, 1997, Strategic Compensation: a Human Resource Management Approach, (Prentice Hall, 1997), h.238-242

8Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, terj. Benyamin Molan, (Jakarta: Prenhallindo, 1998), Ed.7, h.85

9Budi W. Soetjipto, dkk, Pradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia (Artikel-Artikel Pilihan), (Yogyakarta: Amara Books, 2002), h.218

Page 32: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

22

a. Insentif Finansial.

Menurut Coletti dan Cichelli, bahwa insentif finansial terdiri dari: 10

1) Base Salary.

Upah dan gaji adalah jumlah uang yang dibayarkan kepada karyawan

untuk tenaga mereka. Gaji dibayar untuk pemenuhan tanggung jawab

pekerjaan. Gaji biasanya dinyatakan sebagai jumlah yang dibayar per tahun

atau per bulan.11 Dalam perencanaan gaji (salary plan), para penjual

dibayarkan suatu gaji yang tetap, walupun mungkin ada insentif sewaktu

dalam bentuk bonus, hadiah kontes penjualan dan sejenisnya.

Perbedaan gaji di atas dengan upah yaitu upah dibayar berdasarkan

waktu kerja. Sebagai contoh, pekerja dibayar berdasarkan waktu kerjanya

yaitu dalam hitungan jam, hari, ataupun bulan. Upah dapat digolongkan

menjadi:

a) Upah Sistem Waktu

Besarnya upah sistem waktu hanya didasarkan kepada lamanya bekerja

bukan dikaitkan dengan prestasi kerja.

b) Upah Sistem Hasil

Dalam sistem hasil, besarnya upah ditetapkan atas kesatuan unit yang

dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter dan kilogram.

c) Upah Sistem Borongan

Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan

besarnya jasa didasarkan volume pekerjaan dan lama

mengerjakannya.12

10Coletti dan Cichelli, Increasing Sales Force Effectiveness Through the Compensation Plan,

dalam Rock ML and Berger, A (eds), The Compensation Handbook, (Mc Graw-Hill, 1991), h.290-306 11Ricky W. Griffin, terj. Sita Wardhani, Bisnis, Ed.8, (Jakarta: Erlangga, 2006), h.221 12Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), Ed.1,

h.759

Page 33: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

23

2) Commissions.

Sistem ini secara mudah menghitung kompensasi berdasarkan prosentase

penjualan. Tenaga penjualan menerima penghasilan atas dasar

penghitungan prosentase dari beberapa indikator misalnya berupa volume

penjualan, unit yang terjual atau berapa keuntungan kotor perusahaan

yang diperoleh dari hasil penjualan yang telah dilakukan. Semakin tinggi

hasil penjualan semakin tinggi komisi untuk mereka.

3) Base Salary Plus Commission.

Merupakan kombinasi antara pemberian base salary ditambah komisi

dengan sedikit pengabaian pada hasil penjualan.

4) Base Salary Plus Bonus

Rumusan bonus mengacu pada performance quota untuk tujuan-tujuan

pembayaran kompensasi. Perhitungan bonus dapat mengacu baik sebagai

prosentase dari basic salary ataupun dari hasil penjualan. Penggunaan

formula bonus memberi keuntungan bagi perusahaan yakni dapat

mengendalikan program kompensasi secara efisien.

b. Insentif Non Finansial

Perusahaan juga menggunakan insentif non finansial sebagai pelengkap

kompensasi. Meski sebagai pelengkap, insentif non finansial dapat

meningkatkan kinerja penjualan sekaligus menarik antusias tenaga penjualan

untuk bekerja lebih dari biasanya. Perusahaan seolah mengirim sebuah pesan

kepada tenga penjual betapa perusahaan sangat menghargai jerih payah

mereka sehingga perusahaan mampu meraih keuntungan.13

13Lihat Martoccchio, JJ, Strategic Compensation: a Human Resource Management Approach,

(Prentice Hall, 1997), h.238-242

Page 34: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

24

Terdapat berbagai macam bentuk insentif non finansial. Program

tunjangan juga termasuk insentif non finansial. Tunjangan membentuk

persentase terbesar pada anggaran kompensasi. Kebanyakan perusahaan

dituntut oleh undang-undang untuk memberikan jaminan sosial berupa

tunjangan pensiun dan asuransi kompensasi pekerja. Kebanyakan bisnis juga

secara sukarela menyediakan asuransi kesehatan, jiwa dan cacat. Tunjangan

lazim lainnya adalah membayar waktu cuti untuk liburan.14

Setidaknya perusahaan mengadaptasi satu dari empat jenis atau

mengkombinasikannya dalam satu paket insentif non finansial yang tersebut

di bawah ini:

1) Luxury consumer goods. Insentif ini termasuk dalam kategori tangible

rewards dan menyiratkan arti sebagai sebuah penghargaan terhadap

pencapaian suatu prestasi sekaligus sebagai suplemen penting terhadap

insentif finansial. Contoh insentif ini adalah hadiah, voucher perjalanan

dan lainnya.

2) Holidays. Perjalanan liburan ke suatu tempat yang menarik dapat

dilakukan secara individual disertai dengan keluarga ataupun bersama

kelompok tenaga penjaulan lainnya.

3) Car Schemes. Mobil yang diberikan dapat digunakan untuk keperluan

pribadi yang sekaligus juga mendukung kinerja tenaga penjualan.

4) Premium Club. Perusahaan membuat perkumpulan tertentu yang untuk

memasukinya harus membayar dengan biaya tertentu pula.

Motif-motif dan imbalan-imbalan yang dibentuk untuk memperbaiki

produksi disebut sebagai insentif. Insentif diartikan juga sebagai tambahan balas

jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi

standar. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan pendukung prinsip adil

14Ricky W. Griffin, terj. Sita Wardhani, Bisnis, Ed.8, (Jakarta: Erlangga, 2006), h.223

Page 35: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

25

dalam pemberian kompensasi. Selain prinsip adil, ada beberapa asas yang

penting untuk diterapkan dalam pemberian kompensasi, yaitu:

a. Asas keadilan

Asas keadilan memberikan adanya konsistensi imbalan bagi para

karyawan yang melakukan tugas dengan bobot yang sama. Kompensasi

dikatakan adil bukan berarti setiap karyawan menerima kompensasi yang

sama besarnya. Tetapi berdasarkan asas adil, baik itu dalam penilaian,

perlakuan, pemberian hadiah, maupun hukuman bagi setiap karyawan.

Sehingga dengan asas keadilan akan tercipta suasana kerja sama yang baik,

motivasi kerja, disiplin, loyalitas, dan stabilitas karyawan yang lebih baik.15

Manajemen kompensasi berusaha keras menjaga keadilan internal dan

eksternal.16

Lingkungan eksternal kompensasi yaitu sesuatu yang diluar

perusahaan yang mempengaruhi kompensasi, terdiri dari: pasar tenaga kerja,

tingkat persaingan tenaga kerja sebagian menetukan batas rendah tingkat

pembayaran, kondisi ekonomi, Peraturan Pemerintah dan Serikat pekerja.

Lingkungan internal terdiri dari anggaran tenaga kerja dan pembuat keputusan

kompensasi.

b. Asas Kelayakan dan Kewajaran

Kompensasi yang wajar berarti besaran kompensasi harus

mempertimbangkan faktor-faktor seperti prestasi kerja, pendidikan, jenis

pekerjaan, risiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan, dan lain-lain, sementara

tolak ukur layak adalah relatif, tetapi besaran minimal kompensasi yang akan

diberikan oleh perusahaan harus mengacu kepada standar hidup daerah,

15Suwatno, Donni Juni Priansa, Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis,

(Bandung: Alfabeta, 2013), Cet.3, h.221 16Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016), Ed.5, Cet.10, h.291

Page 36: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

26

dengan berpijak pada standar Upah Minimum Regional (UMR) baik di tingkat

provinsi, maupun tingkat kota/kabupaten17 dan eksternal konsistensi yang

berlaku18.

Tujuh kriteria untuk efektivitas kompensasi yaitu:

1. Adequate. Tingkat kompensasi mimimum yang harus dipenuhi baik oleh

pemerintah, serikat pekerja maupun manajer.

2. Equitable. Setiap orang harus dibayar dengan jujur, sesuai dengan usaha,

kemampuan, dan pelatihan mereka.

3. Balanced. Bayaran, tunjangan dan penghargaan lain harus dapat

memberikan paket imbalan yang layak.

4. Cost-Effective. Bayaran tidak boleh berlebihan, perlu mempertimbangkan

apa yang dapat diusahakan oleh perusahaan atau organisasi untuk

membayar.

5. Secure. Bayaran harus cukup untuk membantu pekerja merasa aman dan

membantu memuaskan kebutuhan dasar mereka.

6. Incentive Providing. Bayaran harus memotivasi efektivitas dan pekerjaan

produktif.

7. Acceptable to the Employee. Pekerja harus memahami sistem bayaran dan

merasakan sebagai sistem yang layak u tuk perusahan atau organisasi dan

diri mereka.19

Terdapat empat norma dalam sifat hubungan antara pekerja dan majikan,

yaitu:

17Suwatno, Donni Juni Priansa, Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis,

(Bandung: Alfabeta, 2013), Cet.3, h.221 18Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), Edisi 1,

h.763. Lihat juga h.746-748 19Ivancevich, John M., Robert Konopaske dan Michael T. Mattesson Wibowo, terj. Wibowo,

Manajemen Kinerja, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016), Ed.5, Cet.10, h.292.

Page 37: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

27

1) Profit maximation (memaksimumkan keuntungan). Perusahaan yang mencari

keuntungan maksimum membayar upah rendah untuk usaha maksimum.

Sebaliknya pekerja yang mencari keuntungan maksimum akan mencari

penghargaan maksimum.

2) Equity (keadilan). Memberikan penghargaan dilakukan dengan

mempertimbangkan aspek keadilan. Penghargaan harus dialokasikan secara

proporsional sesuai dengan kontribusinya.

3) Equality (kesamaan). Setiap orang harus mendapat penghargaan yang sama,

tanpa memandng perbandingan kontribusi.

4) Need (kebutuhan). Penghargaan didistribusikan menurut kebutuhan pekerja,

tanpa memandang kontribusinya.20

Asas, norma dan upaya pencapaian efektivitas kompensasi ini harus

terangkai dalam bentuk dan system pemberian kompensasi penjualan langsung

berjenjang. Kompensasi yang baik dan sesuai dengan tujuan perusahaan dan

harapan mitra usaha akan menimbulkan sinergitas yang baik di antara semua

pihak, termasuk meningkatkan kepercayaan masayarakat terhadap bisnis

penjualan ini.

Motif masyarakat juga perlu diluruskan dalam pencapaian kompensasi agar

mereka tidak mengandalkan perekrutan anggota di bawah jaringannya (down

line). Kompensasi diberikan berdasarkan kinerja nyata setiap mitra usaha,

dihitung jumlahnya dan ditentukan bentuknya sesuai dengan marketing plan

perusahaan.

20Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016), Ed.5, Cet.10, h.310

Page 38: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

28

B. Pemberian Upah dalam Islam

Proses produksi, konsumsi dan distribusi harus memiliki norma dan etika

agar tidak keluar dari ajaran Islam sehingga Islam bukan hanya sekedar simbol

dan pengakuan saja. Pemasaran dan penjualan sebagai bagian dari proses

distribusi produk merupakan kegiatan bermuamalah yang harus disertai dengan

norma dan etika. Norma dan etika dalam bermuamalah. sebagai berikut:21

1. Bertitik Tolak dari Paham Ketuhanan

Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini

bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan

sarana yang tidak lepas dari syariat Allah. Seorang muslim harus merasa

bahwa apa yang ia kerjakan adalah ibadah karena Allah.

2. Sistem Ekonomi Berlandaskan Etika

Islam tidak pernah memisahkan antara ekonomi dengan etika. Pekerja

muslim disatu sisi diberi kebabasan untuk mencari keuntungan sebesar-

besarnya, namun disisi lain terikat dengan iman dan etika sehingga ia tidak

bebas mutlak dalam menginvestasikan modalnya atau membelanjakan

hartanya.

3. Sistem Ekonomi Bercirikan Kemanusiaan

Tujuan ekonomi Islam adalah menciptakan kehidupan manusia yang aman

dan sejahtera. Manusia diwajibkan melaksanakan tugasnya terhadap

Tuhannya, terhadap dirinya, keluarganya, umatnya dan seluruh umat

manusia. Manusia bisa bekerja karena izin Allah. Allah memberikan

manusia kekuatan dan alat sehingga bisa melaksanakan tugasnya sebagai

khalifah di bumi ini.

21Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet.2, h.45-51

Page 39: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

29

4. Asas Tatanan ekonomi Islam: Pertengahan dan keseimbangan yang Adil

Islam mengakui hak individu dan masyarakat dengan meletakkannya dalam

neraca keseimbangan yang adil, yaitu dengan tidak mendzalimi kaum yang

lemah dan tidak pula mendzalimi hak individu. Islam mengharuskan

manusia untuk melaksanakan kewajibannya masing-masing sehingga

manusia tersebut dapat memperoleh haknya.

Islam memandang seorang buruh atau pekerja bukan hanya suatu usaha

atau jasa yang abstrak yang ditawarkan untuk dijual kepada para pencari tenaga

kerja. Perusahaan yang mempekerjakan karyawannya mempunyai tanggung

jawab moral dan sosial. Tanggung jawab sosial ini mempunyai arti bahwa

seorang pekerja dalam melakukan pekerjannya harus bersungguh-sungguh dan

penuh tanggung jawab. Dengan begitu, seorang buruh atau pekerja akan

dipandang baik oleh seorang yang mempekerjakan.

Pekerja yang telah melaksanakan kewajibannya berhak mendapatkan

kompensasi yakni berupa upah atau gaji karena telah menyelesaikan semua

pekerjaannya dengan baik. Upah dalam konsep ekonomi Islam disebut Ju’alah.

Ibnu Faris menyatakan bahwa al-ja’lu, al-ja’alah artinya sesuatu pekerjaan yang

ia lakukan.22 Ada dua jenis pekerja (ajir):

a. Ajir Kha^̂̂̂sh (pekerja khusus), yaitu pekerja yang disewa untuk bekerja

sampai batas waktu tertentu. Penyewa berhak memanfaatkan tenaganya

sepanjang waktu itu. Pekerja pun berhak atas upah sekalipun tidak ada yang

dikerjakan. Bisa juga, pekerja ini disewa untuk suatu pekerjaan dan tidak

boleh menerima pekerjaan dari orang lain sebelum pekerjaannya selesai,

seperti buruh pabrik, penjaga toko, dan pekerja garmen.

22Abdullah bin Muhammad ath-Thayyar, Ensiklopedi Fiqh Muamalah dalam Pandangan 4

Mazhab, (Yogyakarta: Maktabah al-Hanif, 2009), h.415

Page 40: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

30

b. Ajir musytarak, yaitu pekerja yang disewa untuk mengerjakan suatu

pekerjaan tertentu. Ia berhak atas upah setelah pekerjaannya selesai. Ia pun

masih mungkin menerima pekerjaan yang sama dari orang lain pada waktu

yang sama. Upah yang ia terima hanyalah kompensasi dari pekerjaannya,

sedangkan barang-barang yang dipegangnya semata-mata untuk kepentingan

penyewa.23

Tenaga kerja yang terus belajar dalam hal bekerja perlu diberikan upah

yang lebih tinggi sebagai bentuk apresiasi atasan terhadap usaha perbaikan

yang dilakukan oleh tenaga kerja tersebut sehingga pekerja akan

meningkatkan produktivitas lagi. Peningkatan produktivitas akan semakin

memberikan keuntungan kepada produsen.24 Guna memenuhi prinsip-prinsip

keadilan dalam masyarakat muslim, upah haruslah ditentukan melalui

negosiasi antara pekerja, majikan dan negara.25

Kepentingan para pekerja dan majikan harus diperhitungkan secara

adil sampai ada keputusan tentang upah. Tugas Negara adalah memastikan

bahwa upah tidak ditetapkan terlalu rendah sehingga menafikan kebutuhan

hidup pekerja. Sebaliknya, upah juga tidak ditentukan terlalu tinggi sehingga

menafikan bagian untuk majikan. Untuk mendapatkan tingkat upah yang

layak, maka peran Negara yang paling menentukan adalah adanya upah

minimum dengan mempertimbangkan kebutuhan yang senantiasa berubah-

ubah.26

23Musthafa Dib Al-Bugha, Fiqh Al-Mu’awadhah, Terj. Fakhri Ghafur, Buku Pintar Transaksi

Syariah Menjalin Kerja Sama Bisnis Dan Menyelesaikan Sengketanya Berdasarkan Panduan Islam, (Jakarta: Hikmah, 2010), h.170-171

24Lihat: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h.358

25Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.52 26Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robbani

Press, 2001), h.

Page 41: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

31

Upah yang layak bukanlah suatu konsesi, tetapi suatu hak asasi, yang

dapat dipaksakan oleh seluruh kekuasaan Negara. Bila reorientasi sikap

Negara telah dilaksanakan, maka penetapan upah dan perumusan

produktivitas sesungguhnya hanya merupakan soal penyesuaian yang tepat.27

Penentuan upah harus memperhatikan dua hal sebagai berikut:28

1. Nilai Kerja.

Tidak mungkin disamakan antara orang yang pandai dengan orang yang

bodoh, orang yang tekun dengan orang yang lalai, orang yang spesialis

dengan orang yang bukan spesialis, karena menyamakan kedua orang yang

berbeda adalah kezaliman sebagaimana pembedaan antara dua orang yang

sama.

2. Kebutuhan Pekerja.

Ada kebutuhan-kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, baik

berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan,

pengobatan, pendidikan anak maupun segala sesuatu yang diperlukan

sesuai dengan kondisinya tanpa berlebih-lebihan dan tanpa kekikiran,

untuk pribadi orang tersebut dan untuk orang yang menjadi tanggungannya.

Beberapa prinsip bisnis perdagangan (tijarah) dalam perspektif fikih

muamalah yang dapat dijadikan dasar pengembangan aktifitas transaksi bisnis

dan perekonomian modern, yaitu:

1. Sesungguhnya syari'at Islam telah mendorong umatnya untuk

memperoleh kesuksesan hidup bahkan menganjurkan mereka agar tidak

hanya mampu mencukupi kebutuhan hidup melainkan juga dapat meraih

“yang lebih” [QS. Al-Baqarah (2): 198]

27Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek (Dasar-Dasar Ekonomi

Islam), Terj. Potan Arif Harahap, (Jakarta: Intermasa, 1992), h.117 28Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam…h. 406

Page 42: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

32

2. Syari'at Islam mengakui bahwa kuantitas rezeki umat terkonsentrasi pada

bisnis perdagangan, oleh karenanya syari'at Islam memberi perhatian

yang besar pada masalah perdagangan, yang demikian ditunjukkan

dengan pernyataan tegas al-Qur'an tentang kehalalan jual-beli dan

keharaman riba dalam mencapai kemapanan di bidang ekonomi [QS. al-

Baqarah (2): 275]

3. Kegiatan bisnis perdagangan tidak hanya dipandang sebagai aktifitas

komersial semata melainkan juga merupakan wujud dari ibadah dalam

pengertiannya yang luas, yang meliputi saling kenal mengenal, silaturahi

dan interaksi berihsan [QS. Al-Dzariyat (51) : 56]

4. Islam memberikan jalan lebar bagi manusia untuk berimprovisai dan

berinovasi dalam mengenal sistem, teknis dan mediasi bisnis

perdagangan; sebagaimana dinyatakan dalam adagium ushul fikih:

“Hukum asal muamalah (termasuk perdagangan dan segala macam

transaksi yang berkaitan) adalah mubah selama tidak ada pernyataan dalil

yang menyatakan kebalikannya”

5. Bisnis perdagangan yang dilakukan dalam bentuk apapun harus

senantiasa memenuhi rukun jual-beli serta akhlak yang baik. Di samping

itu, komoditas yang akan diperjualbelikan harus halal dan dengan

menggunakan modus penawaran produk (promosi) yang senantiasa

mengindahkan norma-norma agama dan kesusilaan.29

Satu hal mendasar dalam penataan hubungan antar manusia yang Islami,

yaitu tidak ada yang didzalimi dan mendzalimi atau dengan kata lain

ditegakkannnya konsep adil. Pekerja harus memperoleh upahnya sesuai

sumbangsihnya dalam produksi, sementara majikan harus menerima

29Mohamad Hidayat, Analisa Teoritis Normatif Multilevel Marketing dalam Perspektif

Muamalah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2003), h. 8

Page 43: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

33

keuntungannya sesuai dengan modal dan sumbangsihnya terhadap produksi.30

Keadilan pada dasarnya terletak pada keseimbangan atau keharmonisan antara

tuntutan hak dan pelaksanaan kewajiban.

Manusia dituntut untuk tidak hanya menuntut hak dan melupakan

kewajiban karena akan cenderung mengarah kepada pemerasan dan eksploitasi

orang lain. Manusia juga tidak boleh hanya menjalankan kewajiban dan

melupakan haknya karena akan mudah diperas atau diperbudak orang lain.

Kompensasi dengan memperhatikan kontribusi tenaga kerja terhadap efisiensi

produksi jelas lebih adil sebab tenaga kerja mendapatkan imbalan yang lebih

proporsional dari apa yang telah mereka berikan.31

Prinsip bagi hasil (Profi Loss Sharing) merupakan prinsip syariah dalam

pendapatan. Produktivitas modal dalam menghasilkan tingkat pengembalian

tidak ditentukan secara pasti dalam nilai presentase tertentu, akan tetapi

ditentukan dari presentase nilai keuntungan yang didapat dari produktivitas

modal tersebut (bagi hasil).32

Konsep profit and loss sharing (bagi hasil) merupakan investasi dalam

bentuk kerjasama antara dua belah pihak; pihak penyandang dana/ pemodal

(shahib al-mal) dan pihak pengusaha/ investor (mudharib) dengan ketentuan jika

mendapatkan keuntungan dalam berinvestasi maka keuntungan dalam bentuk

pendapatan kotor tersebut dibagi antara pemodal dan investor tersebut dibagi

antara pemodal dan investasi setelah dikurangi biaya operasional. Sebaliknya jika

dalam berinvestasi nantinya mengalami kerugian maka kerugian tersebut

ditanggung juga antara kedua belah pihak, dimana pemodal telah rugi dalam

30Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Terj. Soeroyo, Nastangin, (Jakarta: Dana Bhakti

Wakaf, 1995), h.365 31Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali

Press, 2011), h.358 32Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2006), h.171

Page 44: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

34

bentuk hilangnya modal yang diinvestasikan, sedang pihak investor telah rugi

tenaga dan waktu.33

Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan

musyarakah. Islam meletakkan kaidah “Al gunnu bil ghurum wal al kharraj

biddhaman” (tidak ada pengembalian tanpa adanya risiko dan tidak ada

pendapatan tanpa adanya pengeluaran). Kaidah ini kemudian akan dibatasi

melalui instrumen pasar yang dikenal dengan istilah sistem “mudharabah”.34

Mudharabah sebagai bentuk kerjasama antara pemilik dana dan pengelola yang

menyediakan pekerjaan dengan menentukan nisbah bagi hasil tertentu,

sedangkan bila terjadi kerugian maka menjadi tanggung jawab pemilik modal. 35

Kesepakatan pemilik dan pengelola dana selain dalam hal bagi hasil, juga

harus menyepakati siapa yang akan menanggung biaya, dapat saja disepakati

bahwa biaya ditanggung oleh si pelaksana atau ditanggung oleh si pemodal. Bila

menurut kesepakatan biaya ditanggung oleh si pelaksana, ini berarti yang

dilakukan adalah bagi penerimaan (revenue sharing). Namun bila biaya

ditanggung oleh si pemodal maka yang dilakukan adalah bagi keuntungan dan

kerugian (profit loss sharing).36

Prinsip Prestas atau Kinerja penting juga diperhatikan dalam proses

distribusi pendapatan. Dalam pandangan Islam, kerja bukanlah sekedar aktivitas

yang bersifat duniawi, tetapi memiliki nilai transendensi. Kerja merupakan

sarana untuk mencari penghidupan serta mensyukuri nikmat Allah yang

diberikan kepada makhluk-Nya.37

33Muhammad Nadratuzzaman Hosen, dkk., Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Pusat

Komunikasi Ekonomi Syariah, 2008), h.22 34Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam.. h.171 35Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,

2004), h.233-253 dan 337 36M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan

Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, Cet.3, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h.206 37Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali

Press, 2011), h.362

Page 45: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

35

Etika kerja dalam Islam mengharuskan bahwasanya gaji dan bayaran serta

spesifikasi dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan hendaknya jelas disetujui

pada saat mengadakan kesepakatan awal. Ini juga mengharuskan bahwa gaji

yang telah ditentukan, dan juga bayaran-bayaran yang lain hendaknya dibayarkan

saat pekerjaan itu telah selesai tanpa ada sedikitpun penundaan dan pengurangan.

Gaji yang didapat oleh para pekerja tidak harus sama dan rata. Al-Quran

mengakui adanya perbedaan diantara para pekerja atas dasar kualitas dan

kuantitas kerja yang dilakukan sehingga pekerja memperoleh haknya

berdasarkan penyelesaian kewajiban yang telah dilakukannya, sebagaimana

Firman Allah SWT dalam QS. Asy-Syura (26):183 sebagai berikut:

Artinya: “dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”

Kedua belah pihak yang terlibat dalam transaksi bisnis secara bebas

menentukan untung rugi bisnis tersebut. Bisnis yang dilakukan seseorang

diarahkan untuk mencapai empat hal, yaitu:

1. Profit baik materi dan non-materi.

2. Pertumbuhan, artinya terus meningkat.

3. Keberlangsungan dalam kurun waktu yang selama mungkin.

4. Keberkahan atau keridhaan Allah. Bisnis dalam pandangan Islam

menempatkan profit dalam dua sisi yang saling menyatu yaitu material dan

non material (spiritual).38

38Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), cet.1, h.87-

88. Lihat juga Muhammad Ismail Yusanto dan M. Karebat Widjayakusuma, Menggagas Bisnis Islami, (Jakarta: GIP, 2002), h.17-18

Page 46: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

BAB III

PENGATURAN AKAD KOMPENSASI BISNIS

PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH

A. Konsep Kompensasi Penjualan Langsung Berjenjang

1. Konsep Komisi

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

yang mengatur tentang Penjualan Langsung Berjenjang sebanyak dua fatwa,

yaitu Fatwa DSN MUI Nomor: 75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) dan Fatwa DSN MUI

Nomor: 83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah Jasa Perjalanan Umrah. Fatwa DSN MUI Nomor: 75/DSN-

MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah

(PLBS) memberikan konsep komisi sebagai berikut:

Komisi adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan, yang besaran maupun bentuknya diperhitungkan berdasarkan prestasi kerja nyata yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang dan atau produk jasa.

Komisi tidak didefinisikan secara eksplisit dalam Fatwa DSN MUI

Nomor: 83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah Jasa Perjalanan Umrah, melainkan dijelaskan tentang imbalan atau

ju’alah yaitu:

Ju 'alah adalah janji atau komitmen (iltizam) perusahaan untuk memberikan imbalan (reward/'iwadh/ju'l) tertentu kepada anggota ('amil) atas pencapaian hasil (prestasi/natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan (obyek akad Ju'alah)

Imbalan Ju 'alah dalam PLBS yang dimaksud dalam Fatwa ini adalah

komisi dan/atau bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota.

Fatwa Nomor 83 ini belum diimplementasikan oleh Perusahaan Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah di Indonesia dikarenakan belum ada satu pun

36

Page 47: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

37

perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah yang memenuhi Syarat-

syarat Kelayakan Syariah sebagaimana ditentukan oleh Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia. Perusahaan yang pernah

mengatasnamakan dirinya sebagai perusahaan jasa perjalanan umrah syariah

kini dinyatakan resmi oleh DSN MUI bahwa perusahaan tersebut tidak

sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor 83. Perusahaan jasa perjalanan

umrah tersebut mempunyai legalitas sebagai Lembaga Bisnis Syariah bukan

Perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah.

Tabel PENGATURAN KOMISI PENJUALAN LANGSUNG

BERJENJANG SYARIAH DALAM FATWA DSN-MUI

NO PERATURAN PENGATURAN KOMISI

A FATWA DSN-MUI

1 No : 75/DSN MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah(PLBS)

Komisi adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan, yang besaran maupun bentuknya diperhitungkan berdasarkan prestasi kerja nyata yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang dan atau produk jasa. Ketentuan hukum mengenai komisi: Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung volume atau nilai hasil penjualan barang atau produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau jasa; Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) tidak

Page 48: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

38

menimbulkan ighra’. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara anggota pertama dengan anggota berikutnya

2 NO : 83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umrah

Ju 'alah adalah janji atau komitmen (iltizam) perusahaan untuk memberikan imbalan (rewardl'iwadh/ju'l) tertentu kepada anggota ('amil) atas pencapaian hasil (prestasi/natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan (obyek akad Ju'alah); Imbalan Ju 'alah dalam PLBS adalah komisi dan/atau bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota; 2.c. Ketentuan mengenai Obyek Akad Ju'alah

a. Objek akad ju 'alah (mahal al- 'aqd) harus jelas, yaitu pekerjaan yang berupa rekrut calon anggota dan pembinaan; anggota yang berhasil direkrut dan dibina merupakan natijah;

b. Jumlah anggot/mitra level bawah (down-line) dan yangdibina oleh mitra level atas (up-line) harus dibatasi sesuai kebutuhan dan kewajaran untuk umrah;

c. Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus, dan lain-lain.

2.d. Ketentuan mengenai Imbalan (Ju'l) a. Imbalan ju'alah (reward/’iwadh/ju'l)

harus ditentukan besarannya oleh ja'il dan diketahui oleh anggota pada saat pendaftaran;

b. Imbalan ju 'alah yang diberikan kepada anggota harus berasal dari komponen biaya paket perjalanan umrah yang telah diakui dan

Page 49: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

39

dibukukan sebagai pendapatan perusahaan dan/atau dari kekayaan perusahaan;

c. Imbalan ju 'alah harus digunakan seluruhnya atau disisihkan sebagiannya untuk biaya keberangkatan umrah, guna menghindari penyimpangan tujuan mengikuti PLBS, yaitu melaksanakan umrah (bukan bertujuan untuk mendapatkan imbalan semata);

d. Imbalan ju'alah yang dijanjikan oleh perusahaan kepada anggota tidak menimbulkan ighra';

e. Sistem pembagian imbalan ju'alah bagi anggota pada setiap peringkat/level harus mengacu pada prinsip keadilan dan menghindari unsur eksploitasi;

f. Imbalan ju 'alah yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota, baik besaran maupun bentuknya, harus berdasarkan pada hasil prestasi yang dilakukan anggotasebagaimana tertuang dalam akad;

g. Tidak boleh ada imbalan ju 'alah secara pasif yang diperoleh anggota secara regular tanpa melakukan pembinaan dan/atau prestasi.

Pengaturan tentang kompensasi bisnis Penjualan Langsung Berjenjang

dalam hukum positif di Indonesia akan dibahas sesuai hierarki perundang-

undangan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, BAB III Jenis,

Hierarki, dan Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan Pasal 7,

menyatakan bahwa Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri

atas:

Page 50: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

40

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Komisi dalam Peraturan Perundang-undangan tercantum dalam

Penjelasan Atas UU Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang

Perdagangan yang menyatakan bahwa “penjualan langsung secara multilevel

adalah penjualan Barang tertentu melalui jaringan pemasaran berjenjang

yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi

dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan Barang kepada konsumen.”

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

No.73/MPP/Kep/3/2000 tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan

Berjenjang, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat (1):

Penjualan Berjenjang adalah suatu cara atau metode penjualan secara berjenjang kepada konsumen melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh perorangan atau badan usaha yang memperkenalkan barang dan/atau jasa tertentu kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut yang bekerja berdasarkan komisi atau iuran keanggotaan yang wajar;

Kepmendag ini menunjukan bahwa komisi adalah satu-satunya

imbalan dalam penjualan berjenjang. Komisi pun disamakan dengan iuran

keanggotaan, sementara pengertian berbeda tercantum pada Pasal 1 Ayat (8):

Komisi adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada Penjual yang besarnya dihitung berdasarkan hasil kerja nyata sesuai volume atau nilai hasil penjualan barang dan/ atau jasa;

Page 51: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

41

Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 13/M-Dag/PER/3/2006

tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan

Langsung menunjukan pengertian yang lebih jelas atas komisi. Komisi disini

lebih ditekankan pada Komisi Penjualan, sehingga sudah terlihat lebih sesuai

dengan Teori Kompensasi Penjualan, karena jika disebutkan komisi saja bisa

diartikan ke berbagai makna, namun jika ditulis komisi penjualan maka

terdapat kesesuaian makna dengan maksud peraturan tersebut. Komisi

Penjualan ini diatur pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 8 yaitu:

Komisi atas Penjualan adalah imbalan yang diberikan oleh Perusahaan kepada Mitra Usaha yang besarnya dihitung berdasarkan hasil kerja nyata sesuai volume atau nilai hasil penjualan barang dan/atau jasa baik secara pribadi maupun jaringannya.

Pengertian diatas sama halnya dengan komisi yang diatur dalam

Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 32/MDAG/PER/8/2008 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan

Langsung, BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 5:

Komisi atas penjualan adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha yang besarnya dihitung berdasarkan hasil kerja nyata, sesuai volume atau nilai hasil penjualan barang dan/atau jasa, baik secara pribadi maupun jaringannya.

Penjualan Langsung diatur melalui Undang-Undang Perdagangan dan Permendag 32/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha dengan Sistem Penjualan Langsung. Tujuan pengaturan kegiatan ini adalah: a. Menciptakan tertib usaha dengan sistem penjualan langsung agar

Perusahaan Penjualan langsung, Mitra Usaha dan konsumen memperoleh kepastian hukum.

b. Mendorong peningkatan investasi, perluasan kesempatan bekerja serta peningkatan pemasaran barang produksi dalam negeri.

Page 52: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

42

c. Meningkatkan transparansi usaha melalui kewajiban melakukan presentasi konsep marketing plan.1

2. Konsep Bonus

Akhlak yang mulia dalam transaksi bisnis diantaranya adalah

memberikan tambahan kepada buruh dengan sesuatu di luar upahnya sebagai

hadiah atau bonus darinya, khususnya jika ia menunaikan pekerjaannya

dengan baik. Bonus ini memilki makna yang berbeda yang diterapkan oleh

perusahaan penjualan langsung berjenjang, sehingga diperlukan pemahaman

mendalam mengenai konsep bonus ini.

Adapun pengaturan mengenai bonus penjualan dalam Fatwa Dewan

Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) disajikan dalam

tabel berikut ini:

Tabel

PENGATURAN BONUS PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH DALAM FATWA DSN-MUI

NO PERATURAN PENGATURAN 1 No : 75/DSN MUI/VII/2009

Tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS)

Bonus adalah tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan, karena berhasil melampaui target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan perusahaan. Ketentuan hukum mengenai bonus: Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan;

1Hasil Wawancara dengan Bapak Roni, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan RI, pada Senin 13 Nopember 2017 Pk. 09.45-10.30 WIB

Page 53: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

43

Fatwa DSN MUI Nomor 75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) menyatakan bonus sebagai

tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha atas

penjualan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa imbalan yang dimaksud

adalah bentuk kompensasi dari perusahaan kepada mitra usahanya, sehingga

dalam aturan Fatwa ini bonus dinilai sebagai kompensasi yang diberikan

oleh perusahaan diluar dari kompensasi tetap yang diterima oleh mitra usaha.

Fatwa DSN MUI Nomor 75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) tersebut lebih lanjut

menyatakan bahwa bonus tidak akan diterima mitra usaha kecuali mitra

usaha tersebut berhasil melampaui target penjualan barang dan atau produk

jasa yang ditetapkan perusahaan. Hal ini menandakan bahwa perusahaan

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah memiliki target penjualan yang

harus dicapai mitra usahanya dalam memasarkan produk barang dan atau

jasa. Persyaratan bagi mitra usaha dalam rangka memperoleh haknya

mendapatkan bonus, dalam Fatwa ini sudah sesuai dengan teori kompensasi,

yaitu bonus diberikan jika mitra usaha berhasil melampaui target penjualan.

Dijelaskan bahwa insentif dalam bentuk bonus, diberikan pada karyawan

yang mampu bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat produksi yang baku

terlampaui.2

Pengaturan Bonus Penjualan Langsung Berjenjang dalam Peraturan

Perundang-Undangan diatur dalam beberapa Peraturan Menteri Perdagangan

dan Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia. Berikut ini tabel

pengaturan tersebut:

2M.Kadarisman, Manajemen Kompensasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Ed.1, Cet.3, h.215

Page 54: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

44

Tabel PENGATURAN BONUS PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG

DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

NO PERATURAN PENGATURAN 1 Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan No. 73/MPP/Kep/3/2000 tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan Berjenjang

BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat (9):

Bonus adalah tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada Penjual karena berhasil melebihi target penjualan barang dan/ atau jasa yang ditetapkan perusahaan;

2 Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 13/M-Dag/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung

BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 9: Bonus atas Penjualan adalah tambahan imbalan yang diberikan oleh Perusahaan kepada Mitra Usaha karena berhasil melebihi target penjualan barang dan/atau jasa yang ditetapkan Perusahaan Penjualan Langsung.

3 Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 32/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung

BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 6: Bonus atas penjualan adalah tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha, karena berhasil melebihi target penjualan barang dan/atau jasa yang ditetapkan perusahaan.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.

73/MPP/Kep/3/2000 tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan

Berjenjang BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat (9) Bonus diatur hanya

sebagai tambahan atas imbalan penjualan yang dilakukan penjual karena

penjual tersebut melebihi target penjualan perusahaan. Jika dihubungkan

dengan pengaturan sebelumnya tentang komisi, jelaslah bahwa komisi

memang imbalan sebagai pendapatan yang utama bagi mitra usaha

sedangkan bonus hanya sebagai imbalan tambahan yang diterima mitra

usaha jika melebihi target penjualan perusahaan.

Page 55: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

45

Pengaturan bonus pada Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor

13/M-Dag/PER/3/2006 sama halnya dengan Peraturan Menteri Perdagangan

RI Nomor 32/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha

Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung, BAB I Ketentuan Umum

Pasal 1 angka 6. Persyaratan yang dicantumkan dalam kedua peraturan

diatas bahwa bonus diberikan jika mitra usaha melebihi target penjualan,

berarti jika penjualan yang dilakukan mitra usaha tepat dengan target atau

sama sekali tidak melebihi target, maka mitra usaha tidak mendapatkan

bonus. Semestinya kata “melebihi” tidak dicantumkan karena bonus dalam

teori kompensasi dinyatakan sebagai kompensasi jika berhasil mencapai

target, bukan melebihi target.

Perbandingan konsep bonus dengan Negara lainnya salah satunya

yaitu konsep bonus di Negara Malaysia dalam pengaturannya dalam

Garis Panduan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia Bilangan 1 Tahun

2013, Garis Panduan Perniagaan Jualan Langsung Secara Pemasaran

Berbilang Tingkat (Multi-Level Marketing) Menurut Syariah yang

menyatakan bonus sebagai berikut:

“Bonus” bermaksud jumlah bayaran komisen yang dijanjikan dan dibayar kepada peserta sebagai upah kepada peserta kerana berjaya, baik secara berseorangan mahupun secara berkumpulan, menghasilkan natijah-natijah sebagaimana yang ditetapkan di dalam akad dan diperincikan di dalam pelan pemasaran atau pelan ganjaran.3

Bonus diartikan sebagai komisi yang dijanjikan perusahaan

yang bisa karena usaha perorangan maupun usaha jaringannya,

namun disini tekankan bahwa selain marketing plan, ada juga

3http://www.islam.gov.my/references/guidelines/131-garis-panduan-perniagaan-jualan-

langsung-secara-pemasaran-berbilang-tingkat-multi-level-marketing-menurut-syariah? diakses pada 5 Juli 2018

Page 56: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

46

marketing kompensasi yang disetujui dalam akad antara

perusahaan dan mitra usahanya.

3. Komisi dan/atau Bonus

Kompensasi penjualan yang mencakup teori komisi dan bonus,

memberikan maksud yang berbeda diantara keduanya. Namun dalam Fatwa

DSN MUI dan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia kedua jenis

kompensasi tersebut beberapa kali disebutkan secara bersamaan dengan kata

“dan/atau” yang bisa menjadikan perusahaan penjualan langsung berjenjang

memilih salah satu kompensasi atau memakai kedua jenis kompensasi

penjualan.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan dalam

Penjelasan Atas UU Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang

Perdagangan Pasal 7 Ayat (3) menggunakan kedua istilah baik komisi

maupun bonus:

Yang dimaksud dengan “penjualan langsung” adalah sistem penjualan Barang tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran. Yang dimaksud dengan “penjualan langsung secara multilevel” adalah penjualan Barang tertentu melalui jaringan pemasaran berjenjang yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan Barang kepada konsumen.

Fatwa DSN MUI tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah

memberikan ketentuan hukum bagi komisi atau bonus bahwa:

Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau jasa;

Page 57: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

47

Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) tidak menimbulkan ighra’.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

No.73/MPP/Kep/3/2000 tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan

Berjenjang, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat (4) menyatakan bahwa

Penjual adalah anggota mandiri jaringan pemasaran yang memasarkan

barang dan/ atau jasa milik perusahaan berdasarkan komisi dan/atau bonus;

Pemakaian kata komisi dan/atau bonus lebih banyak lagi ditemukan

dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 13/M-Dag/PER/3/2006

tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan

Langsung, sebagaimana yang diuraikan di bawah ini:

BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1:

Penjualan Langsung (Direct Selling) adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh Mitra Usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus atas penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap.

Ketentuan umum ini menyatakan bahwa mitra usaha harus

mengembangkan jaringan pemasarannya kepada konsumen yang berada di

luar lokasi eceran tetap dan mitra usaha berhak mendapatkan komisi

dan/atau bonus atas penjualannya tersebut.

BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 3:

Mitra Usaha adalah anggota mandiri jaringan pemasaran yang berbentuk badan usaha atau perorangan yang memasarkan barang dan/atau jasa milik Perusahaan dan bukan merupakan bagian dari struktur organisasi Perusahaan dengan mendapatkan imbalan berupa komisi dan/atau bonus atas penjualan.

Page 58: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

48

Pasal 1 angka 3 ini menambahkan aturan bahwa mitra usaha tidak boleh

berasal dari bagian struktur organisasi perusahaan, sehingga jika ditemukan

mitra usaha yang tidak sesuai aturan berarti dia tidak berhak mendapatkan

komisi dan/atau bonus yang dijanjikan perusahaan.

Komisi dan atau bonus juga diatur dalam Peraturan Menteri

Perdagangan RI Nomor 32/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung, dalam

BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa:

Penjualan langsung (Direct Selling) adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap.

Selain itu diatur juga dalam BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 4 yang

menyatakan bahwa:

Mitra usaha adalah anggota mandiri jaringan pemasaran atau penjualan yang berbentuk badan usaha atau perseorangan dan bukan merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan yang memasarkan atau menjual barang dan/atau jasa kepada konsumen akhir secara langsung dengan mendapatkan imbalan berupa komisi dan/atau bonus atas penjualan.

Ketentuan Peraturan Menteri tersebut diatas, bahwa komisi dan/atau

bonus diberikan atas dasar hasil penjualan kepada konsumen, sebagimana

halnya pada BAB II Persyaratan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan

Sistem Penjualan Langsung, Pasal 2 menyatakan bahwa Perusahaan wajib

memenuhi ketentuan diantaranya memberikan komisi, bonus, dan

penghargaan lainnya berdasarkan hasil kegiatan penjualan barang dan/atau

jasa yang dilakukan oleh mitra usaha dan jaringannya sesuai dengan yang

diperjanjikan.

Page 59: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

49

Secara khusus peraturan komisi dan atau bonus diatur dalam distribusi

barang, sebagaimana Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor 22/M- DAG/PER/3/2016 Tentang Ketentuan Umum Distribusi

Barang mengatur Distribusi Barang Secara Langsung pada Bab IV Pasal 15

sampai dengan Pasal 18. Peraturan Menteri ini mulai berlaku tanggal 28

Maret 2016 sehingga Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

Nomor 23/MPP/Kep/l/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Komisi dan bonus dinyatakan

pada BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 18 bahwa:

Penjualan langsung secara multi tingkat (multi level marketing) adalah penjualan barang tertentu melalui jaringan pemasaran berjenjang yang dikembangkan oleh penjual langsung yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan barang kepada konsumen.

4. Penghargaan Lainnya

Pengaturan kompensasi bisnis penjualan langsung berjenjang selain

komisi, bonus dan kedua istilah itu, komisi dan/atau bonus, ada juga istilah

penghargaan lainnya. Penghargaan lainnya dimaksudkan yaitu seperti

insentif.

Penghargaan lainnya ini diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan

RI Nomor 13/M-Dag/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung pada BAB II Persyaratan

Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung Pasal 2

huruf h:

Memberikan komisi, bonus dan penghargaan lainnya berdasarkan hasil penjualan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh Mitra Usaha dan jaringannya sesuai dengan yang diperjanjikan;

Page 60: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

50

Pasal 2 huruf h menambahkan jenis kompensasi penjualan yang

diterima mitra usaha selain komisi dan bonus juga ada penghargaan.

Peraturan ini juga mulai mengatur bahwa ketiga jenis kompensasi ini berhak

diperoleh bukan hanya untuk member tapi juga berhak diperoleh jaringannya

berdasarkan yang diperjanjikan. Kata “diperjanjikan” ini belum jelas

maksudnya, diperjanjikan oleh siapa dan kepada siapa, semestinya dalam

peraturan tidak menggunakan kata yang ambigu.

Peraturan Menteri yang sama namun dalam BAB berbeda yaitu BAB

II Persyaratan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan

Langsung Pasal 4 Ayat (2) menyatakan bahwa Perjanjian tertulis

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit wajib memuat:

Ketentuan tentang pemberian komisi, bonus, dan penghargaan lainnya. Pasal

ini menunjukkan bahwa bentuk pemberian kompensasi penjualan langsung

berjenjang ada 3 bentuk, yaitu komisi, bonus dan bentuk penghargaan

lainnya.

Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 32/MDAG/PER/8/2008

tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem

Penjualan Langsung dalam BAB II Persyaratan Kegiatan Usaha

Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung, Pasal 2, Perusahaan wajib

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Memberikan komisi, bonus, dan penghargaan lainnya berdasarkan hasil kegiatan penjualan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh mitra usaha dan jaringannya sesuai dengan yang diperjanjikan;

Pengaturan penghargaan lainnya dinilai kurang merinci dan

mengatur ketentuan besaran maupun bentuknya, tidak disebutkan syarat

pemberian penghargaan lainnya apa saja. Jika pada pengaturan komisi

disebutkan bahwa komisi adalah pendapatan utama seorang mitra usaha,

sementara bonus adalah pendapatan tambahan dari pencapaian lebih hasil

Page 61: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

51

penjualan seorang mitra usaha maupun jaringannya, maka pada

penghargaan lainnya ini belum diatur konsep yang mendetail.

Penghargaan lainnya inilah yang seringkali dijadikan daya tarik lebih

dari bisnis penjualan langsung berjenjang, seperti rumah mewah, mobil

mewah, rekreasi ke luar negeri, dan sebagainya.

Sementara itu, di Negara Malaysia pada Garis Panduan Jabatan

Kemajuan Islam Malaysia Bilangan 1 Tahun 2013, Garis Panduan

Perniagaan Jualan Langsung Secara Pemasaran Berbilang Tingkat

(Multi-Level Marketing) Menurut Syariah menyatakan bentuk

kompensasi Multi-Level Marketing selain komisi dan bonus yaitu

berupa insentif dengan pengertian sebagai berikut:

“lnsentif'” bermaksud sesuatu yang diberikan atau ditawarkan sebagai dorongan atau galakan.4

Pemakaian istilah insentif ini sudah sesuai dengan teori kompensasi

yang menyatakan bahwa bentuk kompensasi bisa berupa insentif langsung

maupun insentif tidak langsung, namun terkadang perusahaan menyamakan

insentif ini dengan bonus, seperti tiket perjalanan ke luar negeri, umroh,

rumah maupun mobil mewah.

B. Pengaturan Perjanjian atau Akad

Data World Federation of Direct Selling Association (WFDSA) menunjukan

bahwa total nilai industri penjualan langsung dunia mencapai US$ 182,556 juta

pada tahun 2016, meningkat 1,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Sesuai data

WFDSA, industri penjualan langsung di Indonesia melibatkan 14,003,000 orang

4http://www.islam.gov.my/references/guidelines/131-garis-panduan-perniagaan-jualan-langsung-secara-pemasaran-berbilang-tingkat-multi-level-marketing-menurut-syariah? diakses pada 5 Juli 2018

Page 62: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

52

penjual langsung dengan nilai penjualan mencapai US$ 1.184 juta pada tahun

2016.

Hingga Oktober 2017 Kementerian Perdagangan mencatat terdapat 159

Surat Ijin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL) yang diterbitkan oleh Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bagi Perusahaan Penjualan Langsung

yang terdiri dari 73 Perusahaan Modal Asing dan 86 Perusahaan Modal dalam

Negeri.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas pada Pasal 109, Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS)

yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia (MUI).

MUI mendelegasikan perihal penunjukkan DPS tersebut kepada Dewan Syariah

Nasional (DSN). Setiap perusahaan PLB yang ingin menjadi perusahaan PLB

Syariah harus meminta rekomendasi syariah kepada DSN MUI.

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah mempunyai aturan syariah

tersendiri.5 DSN MUI mensyaratkan semua perusahaan PLB yang mengajukan

permohonan menjadi perusahaan PLBS harus mempunyai SIUPL dari

Kementerian Perdagangan, sementara itu Dewan Pengawas Syariah DSN MUI

bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan

Perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah dan memberikan laporan per

semester. DSN MUI bekerjasama dengan APLI karena dengan bersilaturahim

dengan APLI maka DSN MUI bisa mendapatkan informasi terbaru dari

perusahaan-perusahaan PLBS. DSN MUI juga mengadakan silaturahim kepada

industri-industri setiap tahunnya.6

5Secara garis besar tata krama perilaku bisnis itu ada tiga hal yaitu: murah hati, motivasi

untuk berbakti dan ingat kepada Allah sebagai prioritas utamanya. Lihat: Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), Cet.4, h.109

6Hasil wawancara dengan Dr. Moch. Bukhori Muslim, Lc, M.A. (Ketua Bidang Bisnis dan Ekonomi Syariah DSN-MUI) pada tanggal 11 Januari 2018

Page 63: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

53

PT K-Link Nusantara turut serta mensosialisasikan aturan tersebut kepada

para member melalui Marketing Plan PT K-Link. Marketing Plan tersebut sudah

sesuai dengan Fatwa DSN MUI serta Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor

32/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan

dengan Sistem Penjualan Langsung.7

Calon mitra usaha yang sudah setuju dengan suatu Marketing Plan dari

perusahaan penjualan langsung berjenjang akan diikat dengan akad antara mitra

usaha dengan perusahaan sehingga seseorang tersebut sehingga resmi menjadi

mitra usaha dan nantinya berhak memperoleh kompensasi bisnis dengan

persyaratan yang tercantum dalam akad yang telah disepakati.

Penjualan yang dilakukan mitra usaha perlu juga diatur agar penjualan

tersebut bukanlah digunakan untuk konsumsi pribadi tetapi memang dikonsumsi

oleh konsumen yang membutuhkan.

Perusahaan wajib membayar imbalan yang dijanjikan kepada anggota ('amil), jika anggota mencapai prestasi (menyelesaikan hasil pekerjaan/natijah/obyek akad) yang telah disepakati; Perusahaan wajib membuat akun setiap anggota secara tersendiri untuk membukukan imbalan berikut sumbernya yang diterima oleh anggota sebelum obyek akad ijarah maushufah fi al-dzimmah diwujudkan untuk diserah terimakan kepada anggota.

Imbalan yang dibukukan dalam akun khusus masing-masing mitra usaha ini

diimplementasikan salah satunya oleh PT K Link bahwa dalam implementasinya

pemberian komisi dan/atau bonus dilakukan secara terbuka dan dibagikan secara

online lewat akun masing-masing mitra usaha. Dengan demikian, mitra usaha

bisa menuntut perusahaan jika kompensasi yang diterima tidak sesuai dengan

marketing plan yang dijanjikan perusahaan.

7Hasil wawancara dengan Bapak Bayu Riono (Bagian Legal PT K.Link Nusantara) pada pada

Senin 13 Nopember 2017 Pk. 13.00-15.00 WIB

Page 64: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

54

C. Hak dan Kewajiban Pihak Pemberi dan Penerima Kompensasi

Islam telah menetapkan hukum untuk perlindungan hak-hak dan kewajiban

antara para pekerja dan yang mempekerjakan. Masalah pemenuhan kebutuhan

hidup dari masing-masing individu untuk pencapaian penghidupan yang layak,

merupakan kebutuhan mendasar yang menjadi hak asasi manusia. Hak ini

diperoleh dengan diimbangi kewajiban yang harus dipenuhi oleh individu, yaitu

melaksanakan suatu pekerjaan.

Perjanjian kerja akan menciptakan suatu hubungan kerja antara pemberi

kerja dan buruh, dalam bahasan ini yaitu perusahaan dan mitra usaha.

Fatwa DSN MUI Nomor: 83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umrah menyatakan bahwa: “Tidak

boleh ada imbalan ju 'alah secara pasif yang diperoleh anggota secara regular

tanpa melakukan pembinaan dan/atau prestasi.”

Kewajiban pihak pemberi kompensasi atau Perusahaan (Ja'i/):

a. Perusahaan sebagai ja'il wajib memenuhi syarat-syarat legalitas formal, termasuk Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL) dari pihak otoritas;

b. Perusahaan wajib memiliki pedoman pelaksanaan pemasaran dan mekanisme pengawasan yang sesuai dengan syariah;

c. Perusahaan wajib menyebutkan/menjelaskan risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh peserta, termasuk dalam hal anggota tidak mampu menambah uang muka dan/atau tidak mendapatkan imbalan karena tidak berhasil merekrut anggota/mitra lainnya;

d. Perusahaan wajib membayar imbalan yang dijanjikan kepada anggota ('ami/), jika anggota mencapai prestasi (menyelesaikan hasil pekerjaan/natijah/obyek akad) yang telah disepakati;

Perusahaan wajib membuat akun setiap anggota secara tersendiri untuk

membukukan imbalan berikut sumbernya yang diterima oleh anggota sebelum

Page 65: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

55

obyek akad ijarah maushufah fi al-dzimmah diwujudkan untuk diserah terimakan

kepada anggota. PT K-Link sangat terbuka. Member bisa membaca langsung

laporan perolehan bonus dan atau komisi yang mereka peroleh pada website K-

Link dengan login sesuai ID mereka masing-masing. K-Link juga memberikan

laporan rutin kepada BKPM.

Fatwa DSN MUI Nomor: 83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umrah mengatur mengenai

perusahaan dan kewajiban perusahaan terhadap anggotanya terkait imbalan

sebagai berikut:

Perusahaan wajib menyebutkan/menjelaskan risiko-risiko yang mungkin

akan dialami oleh peserta, termasuk dalam hal anggota tidak mampu

menambah uang muka dan/atau tidak mendapatkan imbalan karena tidak

berhasil merekrut anggota/mitra lainnya;

Seorang pekerja hanya berhak atas upahnya jika ia telah menunaikan

pekerjaannya dengan semestinya dan sesuai dengan kesepakatan, karena umat

Islam terikat terikat dengan syarat-syarat antar mereka kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Selama ia

mendapatkan upah secara penuh, maka kewajibannya juga harus dipenuhi.

Hak dan kewajiban kedua belah pihak, yaitu pemberi kompensasi

(perusahaan) dan penerima kompensasi (mitra usaha) harus dijelaskan secara

detail dalam perjanjian atau akad yang disepakati saat mitra usaha mendaftarkan

dirinya menjadi mitra usaha. Kewajiban yang ditentukan oleh Islam adalah setiap

pemilik hak diberikan haknya dengan cara yang baik, tidak kurang dan tidak

lebih. Pemerintah perlu membuat pengaturan untuk menjaga hak dan kewajiban

berbagai pihak dari ketidakadilan.

Page 66: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

56

Penjualan Langsung Di Indonesia diatur melalui Undang-Undang

Perdagangan dan Permendag 32/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha

dengan Sistem Penjualan Langsung. Tujuan pengaturan kegiatan ini adalah:

a. Menciptakan tertib usaha dengan sistem penjualan langsung agar Perusahaan

Penjualan langsung, Mitra Usaha dan Konsumen memperoleh kepastian

hukum.

b. Mendorong peningkatan investasi, perluasan kesempatan bekerja serta

peningkatan pemasaran barang produksi dalam negeri.

c. Meningkatkan transparansi usaha melalui kewajiban melakukan presentasi

konsep marketing plan.

D. Pengaturan Besaran dan Bentuk Kompensasi

Unsur-unsur perjanjian kerja yaitu pekerjaan, perintah dan upah. Pekerjaan

memuat jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh buruh terhadap pemberi kerja.

Perintah adalah ciri utama dalam sebuah perjanjian kerja, bahwa ada orang yang

memberikan sebuah perintah dari satu pihak (pengusaha sebagai pemberi kerja)

ke pihak lainnya (buruh sebagai penerima kerja) yang berada di bawah

perintahnya.8 Besaran upah ditentukan berdasarkan persetujuan antara pemberi

kerja dan pekerja, namun tetap tunduk kepada peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Fatwa DSN MUI Nomor: 83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umrah menyatakan bahwa:

“Imbalan ju 'alah yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota, baik besaran

maupun bentuknya, harus berdasarkan pada hasil prestasi yang dilakukan

anggota sebagaimana tertuang dalam akad”. Adapun pemberian komisi diatur

dalam Fatwa DSN MUI Nomor: 75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman

8Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.48

Page 67: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

57

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) dengan ketentuan hukum

bahwa:

Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung volume atau nilai hasil penjualan barang atau produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS.

Ketentuan hukum dalam Fatwa ini menunjukkan bahwa dalam Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah yang dijadikan pendapatan utama mitra usaha

adalah komisi, tidak disebutkan bahwa bonus menjadi pendapatan utama.

a. Imbalan ju 'alah (reward/’iwadh/ju'l) harus ditentukan besarannya oleh ja'il dan diketahui oleh anggota pada saat pendaftaran;

b. Imbalan ju 'alah yang diberikan kepada anggota harus berasal dari komponen biaya paket perjalanan umrah yang telah diakui dan dibukukan sebagai pendapatan perusahaan dan/atau dari kekayaan perusahaan;

c. Imbalan ju 'alah harus digunakan seluruhnya atau disisihkan sebagiannya untuk biaya keberangkatan umrah, guna menghindari penyimpangan tujuan mengikuti PLBS, yaitu melaksanakan umrah (bukan bertujuan untuk mendapatkan imbalan semata);

Hukum positif di Indonesia mengatur besaran kompensasi bisnis penjualan

langsung berjenjang dalam BAB II Persyaratan Kegiatan Usaha Perdagangan

dengan Sistem Penjualan Langsung Pasal 3:

Jumlah komisi dan/atau bonus atas penjualan yang dibagi kepada seluruh Mitra Usaha dan jaringan pemasaran di bawahnya paling banyak 40% (empat puluh persen) dari jumlah penjualan barang dan/atau jasa Perusahaan kepada Mitra Usaha.

Pasal ini menekankan bahwa perusahaan harus membatasi pemberian

komisi dan/atau bonus kepada mitra usahanya dengan batasan maksimal 40%

dari jumlah penjualan produk perusahaan yang bertujuan untuk melindungi

perusahaan dari pembayaran berlebih. Kenyataannya tujuan peraturan ini

tidaklah dinilai sama oleh perusahaan, seperti hasil wawancara dengan

perusahaan K-Link yang menyatakan bahwa perusahaan yang ingin

Page 68: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

58

mengembangkan bisnisnya justru jangan dibatasi pada 40%, pembatasan ini

menimbulkan ketidakadilan dengan penjualan yang dilakukan secara

konvensional yang tidak memberikan batasan seperti itu.9

Implementasi besaran kompensasi Penjualan Langsung Berjenjang pada

Perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah dapat dilihat salah satunya

pada PT. K-Link Nusantara. Walaupun di kiri hanya satu downline tapi kanan

ada dua atau tiga downline, perusahaan tetap memberi bonus kepada member

sesuai penjualan member. Bonus diberikan ke setiap downline sesuai dengan

marketing plan tanpa menambah maksimal bonus yang dibagikan.

Bentuk lain dari kompensasi yang diberikan kepada member adalah adanya

point reward. K-Link tidak memberikan reward yang mewah-mewah, namun

memberikan point reward yang bisa digunakan untuk biaya perjalanan umroh.

Adapun Marketing Plan K-Link terdiri dari:

1. PLAN A K-LINK Plan A K-Link = 74 % (10 Insentif Istimewa) a. Bonus Kepemimpinan 28% b. Bonus Kepemimpinan 30% c. Dana S.R.E.D. 3% d. Dana Crown 1% e. Dana Crown Ambassador 2% f. Dana Senior Crown Ambassador 1% g. Dana Royal Crown Ambassador 1% h. Dana Rumah/ Mobil 3% i. Bonus Akhir Tahun 3% j. Liburan Ke Luar Negeri 2%

2. PLAN B K-LINK

a. Dynamic Fund 9% b. Initiative Plan 30% c. Unilevel 18% (9 Level) d. Global Bonus Sharing 15%

9 Hasil Wawancara dengan PT K Link pada Senin 13 Nopember 2017

Page 69: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

59

Member baru yang tidak melakukan penjualan apapun maka upline nya

juga tidak akan mendapatkan bonus dan atau komisi apapun. Bonus yang

dibagikan saat perekrutan member juga tidak sesuai dengan Fatwa DSN MUI.

Harapannya, agar adanya perlakuan yang adil terhadap perusahaan Penjualan

Langsung Berjenjang, contohnya harga produk air mineral yang dijual secara

“konvensional” di warung, supermarket, hotel dibolehkan berbeda-beda

harganya, seperti di warung Rp.3000, di supermarket Rp.4000, di hotel bisa

mencapai Rp.20000. Namun, perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang yang

banyak menyerap tenaga kerja justru pemberian bonus dan atau komisinya

dibatasi maksimal 40 persen dan tidak boleh lebih. Hal ini berbeda dengan

penjualan dengan sistem “konvensional” seperti yang dicontohkan di atas.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan berpandangan bahwa pengaturan

jumlah komisi dan/atau bonus sebenarnya untuk melindungi perusahaan dari over

pay yang akan menyebabkan tidak sehatnya keuangan perusahaan.10 Perspektif

yang berbeda inilah yang perlu ditarik jalan tengahnya, perlu dibicarakan

bersama secara langsung antara perusahaan dan pemerintah, terlihat kontroversi

bahwa pemerintah menentukan batas maksimal 40 % dengan tujuan melindungi

perusahaan, namun perusahaan penjualan langsung berejenjang syariah (sebagai

contoh, PT. K Link Nusantara) menganggap bahwa aturan ini justru mengekang

mereka karena bisnis penjualan tradisonal (yaitu tanpa berjenjang) tidak dibatasi

keuntungannya, hanya kekuatan pasar yang menentukan, intervensi dilakukan

jika pasar menolak harga produk tersebut yang dinilai tinggi, namun penjualan

langsung berjenjang dibatasi oleh pemerintah secara langsung sehingga

perusahaan tidak bisa memberikan bonus melebihi 40 persen dari keuntungan

perusahaan.

10Hasil Wawancara dengan Bapak Roni, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan RI, pada Senin 13 Nopember 2017 Pk. 09.45-10.30 WIB

Page 70: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

BAB IV

PENGATURAN SISTEM KOMPENSASI BISNIS

PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH

A. Antisipasi Jaringan Pemasaran Terlarang

Undang-undang terkait dengan praktik Money Game berbasis Penjualan

Langsung Berjenjang yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Perdagangan. Praktik Money Game dalam Penjualan Langsung Berjenjang

legalitasnya diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI No.32/M-

DAG/PER/8/2008 tentang Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem

Penjualan Langsung serta perubahannya yaitu Permendag No.47/M-

DAG/9/2009.

Banyak Perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang yang mengaku

sebagai Perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah, namun

kenyataannya perusahaan-perusahaan tersebut belum mendapatkan Sertifikat

Kelayakan Syariah sebagai Perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah.

Berikut ini daftar Perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah yang telah

mendapatkan sertifikat DSN-MUI:

NO LEMBAGA PRODUK NO SURAT KEPUTUSAN

1 PT Veritra Sentosa Internasional

Layanan Pembayara Multiguna

010.57.01/DSN-MUI/VIII/2017

2 PT Momen Global Internasional Nutrisi Kesehatan 006.53.01/DSN-

MUI/VII/2017

3 PT UFO Bisnis Kemitraan Bersama

Produk Kesehatan 003.50.01/DSN-MUI/I/2017

4 PT K-Link Nusantara Produk Kesehatan 002.49.01/DSN-MUI/I/2017

5 PT Nusantara Sukses Selalu Produk Kesehatan 003.40.01/DSN-

MUI/III/2016

6 PT Singa Langit Jaya (TIENS) Produk Kesehatan 003.38.01/DSN-

MUI/II/2016

60

Page 71: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

61

7 PT HPA Indonesia Produk Kesehatan 002.36.01/DSN-MUI/IV/2015

Sumber: https://dsnmui.or.id/daftar-perusahaan-penjualan-langsung-berjenjang-syariah/

Penelitian ini dilakukan pada salah satu perusahaan Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah yaitu PT K-Link Nusantara. K-Link International didirikan

pada tahun 2001, sementara K-LINK telah berada di Indonesia sejak tahun 2002

dan menyediakan produk-produk penunjang kesehatan. Member PT K-Link

Nusantara mendapatkan keuntungan langsung sebesar ±20 % dari penjualan

produk yang dilakukan member.

Sistem pemasaran dan pembagian bonus yang dipakai PT K-Link adalah

break away, yaitu member berhak merekrut dengan kelebaran yang tak terbatas.

K-Link memakai sistem break away karena memberi kebebasan kepada para

member untuk membangun jaringan, seperti matahari namun ada pembatasan.1

PT K-Link Nusantara turut serta mensosialisasikan aturan tersebut kepada para

member melalui Marketing Plan PT K-Link. Marketing Plan tersebut sudah

sesuai dengan Fatwa DSN MUI serta Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor

32/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan

dengan Sistem Penjualan Langsung.

Perusahaan yang menggunakan sistem piramida atau jaringan pemasaran

yang terlarang oleh peraturan telah menjadikan pemasaran penjualan langsung

berjenjang menjadi buruk di pandangan masyarakat. Pandangan sebagian besar

masyarakat tentang Penjualan Langsung Berjenjang masih negatif. Disinilah

perjuangan K Link maupun seluruh anggota APPLI untuk terus memperjuangkan

agar Penjualan Langsung Berjenjang ini bisa diterima masyarakat Indonesia

sehingga sama seperti di luar negeri, seperti Amerika dan Malaysia yang

perkembangannya sudah lumayan bagus. Pelaku usaha Penjualan Langsung

1Hasil wawancara dengan Bapak Bayu Riono (Bagian Legal PT K.Link Nusantara) pada pada

Senin 13 Nopember 2017 Pk. 13.00-15.00 WIB

Page 72: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

62

Berjenjang Syariah yang melakukan penipuan, money game, ataupun

pelanggaran lainnya akan dilaporkan oleh DPS perusahaan tersebut kepada DSN

MUI dan akan diproses sesuai prosedur.

Kementerian Perdagangan senantiasa berkoordinasi secara aktif melalui

Satgas Waspada Investasi, yang di dalamnya terdapat 6 (enam)

Kementerian/Lembaga lintas sektoral lainnya, terutama dalam hal pencegahan

penghimpunan dana masyarakat dan pengelolaan investasi yang berkedok

Penjualan Langsung. Adapun untuk Penjualan Langsung Syariah, saat ini belum

diatur oleh Kementerian Perdagangan.

Kementerian Perdagangan bersama Asosiasi Penjualan Langsung

Indonesia (APLI) bersinergi dalam hal mengawal kesesuaian Marketing Plan dan

Kode Etik Perusahaan terhadap Permendag 32/2008 pada tahap presentasi

penerbitan SIUPL. Selain itu, dalam keadaan tertentu (jika diperlukan)

melakukan pembianaan secara bersama.

Kemendag sangat bermitra dengan APLI dalam rangka menciptakan

perdagangan direct selling yang sesuai aturan untuk menghindari money game

atau skema piramida. APLI berfungsi sebagai Pembina Anggota. Kemendag juga

melakukan sosialisasi dalam rangka penerbitan SIUPL dimana perusahaan

memberikan presentasi didepan ketiga pihak yaitu BKPM, Kemendag dan APLI.

Penentuan diterima atau tidaknya permohonan penerbitan SIUPL suatu

perusahaan terletak pada keputusan pemerintah, namun Kemendag membuka

ruang kepada APLI untuk memberikan saran serta masukan. Rapat rutin

Kemendag dengan APLI diadakan setiap minggu dalam rangka membahas

perusahaan-perusahaan yang sudah mendapatkan SIUPL, kemudian silaturahmi

antar lembaga diadakan minimal setahun dua kali. Hubungan informal juga

sering terjalin untuk membicarakan seputar Penjualan Langsung Berjenjang.

Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan berperan

secara efektif terhadap para pelaku usaha Penjualan langsung begitu juga

sebaliknya terhadap usaha berkedok Penjualan langsung (Ponzi, Piramida,

Page 73: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

63

Money Game). Dapat dikatakan efektif selama perusahaan memang benar

menerapkan Marketing Plan yang telah diterima oleh Kementerian Perdagangan,

BKPM, dan APLI ketika melakukan presentasi permohonan penerbitan SIUPL.

Sesuai pasal 105 Undang-undang 7 Tahun 2014 menyebutkan bahwa

Pelaku Usaha Distribusi yang menerapkan sistem skema piramida dalam

mendistribusikan Barang dipidana dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 10.000.000.000

(sepuluh miliar rupiah).

Pasal 106 Undang-Undang 7 Tahun 2014 Pelaku Usaha yang melakukan

kegiatan usaha Perdagangan tidak memiliki perizinan di Bidang Perdagangan

yang diberikan oleh Menteri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4

(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh

miliar rupiah).

Bentuk sanksi yang diberikan sesuai dengan aturan yang ada.

Pelanggaran yang dilakukan perusahaan diantaranya melakukan skema piramida.

Skema Piramida disini diartikan sebagai jumlah bonus yang melebihi ambang

batas 40 persen. Total bonus maupun komsi yang dibayarkan perusahaan

maksimal 40 persen setelah pajak.

Perusahaan harus mempresentasikan marketing plan nya, jika lebih dari

40% maka ditolak dan Kemendag akan meminta perusahaan untuk merubahnya.

Jika implementasi pemberian bonus dan atau komisi tidak sesuai dengan

marketing plan yang telah disetujui Kemendag, maka Kemendag akan

bekerjasama dengan Polisi dan Satgas Waspada Investasi untuk menyelidiki.

Langkah yang dilakukan yaitu pemanggilan untuk klarifikasi langsung ke

perusahaan, jika perusahaan dinyatakan khilaf maka perusahaan tersebut masih

bisa dibina, namun jika pelanggarannya dinilai berat maka akan diproses secara

jalur hukum. Kemendag punya dua penyidik yaitu Penyidik PNS dan Penyidik

Umum. Pembinaan dan pengawasan dilakukan secara berkala maupun kejut

dengan cara melakukan kunjungan lapangan ke perusahaan maupun

Page 74: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

64

menggunakan sarana media yang dibutuhkan (on line, aduan masyarakat, dan

lain-lain).2

B. Aspek Pelarangan Ighra’

Ketentuan mengenai Imbalan (Ju'l) dalam Fatwa DSN MUI Nomor:

83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah Jasa

Perjalanan Umrah dinyatakan bahwa “Imbalan ju'alah yang dijanjikan oleh

perusahaan kepada anggota tidak menimbulkan ighra';”.

Ketentuan Umum dalam Fatwa DSN-MUI tentang Ighra, menyebutkan

Ighra merupakan daya tarik luar biasa yang menyebabkan orang lalai terhadap

kewajibannya demi melakukan hal-hal atau transaksi dalam rangka memperoleh

bonus atau komisi yang dijanjikan. Posisi seorang jika sudah terikat dalam akad

penjualan langsung berjenjang syariah tidak lepas dari dua posisi yaitu yang

pertama (1) sebagai pembeli langsung/konsumen dengan akad Bai’, kedua (2)

sebagai makelar dengan akad wakalah bil ujrah.

Pembeli langsung manakala manakala orang tersebut melakukan transaksi

pembelian secara langsung baik kepada perusahaan maupun melalui distributor

atau pusat stock. Sedangkan disebut makelar karena dia telah menjadi perantara,

melalui perekrutan yang telah dia lakukan bagi orang lain untuk menjadi anggota

dan membeli produk perusahaan tersebut. 3 terkadang seorang makelar (syimsar)

dalam memasarkan produk untuk mendapatkan sebuah bonus atau komisi dengan

memberikan motivasi berlebih atau janji-janji manis kepada orang lain untuk

mau bergabung menjadi anggota mlm yang dimna motivasi atau janji-janji

2Hasil Wawancara dengan Bapak Roni, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi,

Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan RI, pada Senin 13 Nopember 2017 Pk. 09.45-10.30 WIB

3Journal ASAS, Vol.3, No.1, Januari 2011, Moh. Bahruddin, Multi Level Marketing (MLM) Dalam Perspektif Hukum Islam, hlm. 67-68.

Page 75: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

65

tersebut mengarah kepada sesuatu hal penipuan dan gharar dan maisir kepada

orang lain.

Selain itu juga yang perlu dicatat adalah bahwa pola pemasaran dengan

menggunakan sistem penjualan langsung berjenjang berpotensi menimbulkan

propaganda penjualan langsung berjenjang itu sendiri. Terdapat beberapa aspek

pelarangan ighra dalam sistem MLM sebagai berikut :

1. MLM dikenalkan sebagai bisnis yang menawarkan kesempatan yang lebih

baik untuk mendapatkan banyak keuntungan dibandingkan dengan bisnis

maupun pekerjaan lain. Padahal hampir semua orang yang menanamkan

uangnya pada bisnis MLM berakhir dengan hilangnya uang. Kurang dari

1% distributor MLM mendapatkan laba, dan mereka yang mendapatkan

pendapatan seumur hidup dalam bisnis ini persentasenya jauh lebih kecil

lagi.

2. Suatu saat nanti semua produk diklaim akan dijual dengan model MLM.

Para pengecer, mall, katalog, dan sebagian besar pengiklanan akan mati

karena MLM. MLM tidak akan menggantikan cara-cara pemasaran yang

sekarang ada. MLM sama sekali tidak bisa menyaingi cara-cara pemasaran

yang lain. Namun yang lebih pasti, MLM melambangkan program investasi

baru yang meminjam istilah pemasaran dan produk. Produk MLM yang

sesungguhnya adalah keanggotaan (menjadi distributor) yang dijual dengan

cara menyesatkan dan membesar-besarkan janji mengenai pendapatan.

3. MLM dinilai sebagai gaya hidup baru yang menawarkan kebahagiaan dan

kepuasan. MLM merupakan cara untuk mendapatkan segala kebaikan

dalam hidup. Perlu diperhatikan lagi bahwa daya tarik paling menonjol dari

industri MLM adalah melalui presentasi penarikan anggota baru.

4. Perusahaan MLM akan memotivasi mitra usahanya di waktu luang sesuai

kesempatan masing-masing karena sebagai sebuah bisnis, MLM

menawarkan fleksibilitas dan kebebasan mengatur waktu. Beberapa jam

seminggu dapat menghasilkan tambahan pendapatan yang besar dan dapat

Page 76: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

66

berkembang menjadi sangat besar sehingga tidak perlu lagi bekerja yang

lain.

5. MLM dianggap bisnis baru yang positif dan suportif mendukung yang

memperkuat jiwa manusia dan kebebasan pribadi. Profesi, perdagangan,

dan usaha konvensional terus-menerus dikecilkan artinya karena tidak

menjanjikan (penghasilan tak terbatas). Menjadi karyawan adalah sama

dengan perbudakan bagi mereka yang kalah. MLM dinyatakan sebagai

tumpuan terbaik terakhir bagi banyak orang.

6. MLM dianggap sebagai pilihan terbaik untuk memiliki bisnis sendiri dan

mendapatkan kemandirian ekonomi yang nyata. Perlu dipertimbangkan

kembali secara matang bahwa MLM bukanlah self-employment (usaha

mempekerjakan sendiri) yang sejati.

7. MLM sering menolak dianggap sebagai program piramid karena adanya

produk (barang) yang dijual dan bukan money game. Perlu diamati bahwa

penjualan produk sama sekali bukan penangkal bagi MLM untuk lolos dari

undang-undang anti program piramid, juga bukan jawaban atas tuduhan

tentang praktek perdagangan yang tidak sehat (unfair) sebagaimana

dinyatakan dalam undang-undang negara bagian maupun federal di

Amerika. MLM bisa menjadi bisnis yang legal jika sudah memenuhi

prasyarat tertentu yang sudah ditetapkan.4

4Moh. Bahruddin, Multi Level Marketing (MLM) Dalam Perspektif Hukum Islam, Journal

ASAS, Vol.3, No.1, Januari 2011, h. 67-68, Lihat juga: Robert L. Fitzpatrick dan Joyce K. Reynolds, False Profits: Seeking Financial and Spiritual Deliverance in Multi-Level Marketing and Pyramid Schemes, Herald Press Charlotte. Paper Back, 1991

Page 77: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

67

Kompensasi agar terhindar dari ighra’ maka dalam penentuan

kompensasinya harus mencakup dua hal sebagai berikut:

1. Nilai Kerja.

Menyamakan kedua orang yang berbeda adalah kezaliman sebagaimana

pembedaan antara dua orang yang sama. Penjualan langsung berjenjang

tidak boleh memberikan kompensasi kepada mitra usaha dengan

menyamakan jumlahnya antara mitra usaha satu dengan lainnya tanpa

melihatkan hasil capaian penjualan. Pengaturan tentang ini sudah diatur

jelas dalam Fatwa DSN MUI maupun Peraturan perundang-undangan di

Indonesia.

2. Kebutuhan Pekerja.

Pekerja yang dimaksud dalam bahasan ini adalah mitra usaha perusahaan.

Kompensasi tidak boleh terlalu kecil yang bisa mengakibatkan kebutuhan

mitra usaha dipenuhi dengan di bawah standar, namun juga tidak

berlebihan sehingga menimbulkan Ighra’.

Cara pemasaran dan penjualan yang buruk menjadi penyebab utama

kegagalan bisnis penjualan langsung berjenjang. DPS perlu lebih mengawasi

bonus maupun komisi yang ditawarkan perusahaan PLBS dan penerapannya

kepada para mitra usaha. Jangan sampai bonus maupun komisi tersebut

menjadikan mitra usahanya lalai dan menimbulkan ighra’.

C. Prinsip Keadilan dan Larangan Eksploitasi

Sistem pembagian imbalan ju'alah bagi anggota pada setiap

peringkat/level harus mengacu pada prinsip keadilan dan menghindari unsur

eksploitasi. Pembagian bonus antara anggota pertama dengan anggota berikutnya

dituntut atas dasar keadilan. Asas keadilan dalam akad berkaitan erat dengan asas

kesamaan, meskipun keduanya tidak sama, dan merupakan lawan dari kezaliman.

Page 78: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

68

Salah satu bentuk kezaliman adalah mencabut hak-hak kemerdekaan orang lain,

dan/ atau tidak memenuhi kewajiban terhadap akad yang dibuat.5

Pengaturan keadilan dalam penjualan langsung berjenjang syariah dalam

Fatwa DSN MUI No : 75/DSN MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) tertuang dalam ketentuan umumnya yaitu

“Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara anggota

pertama dengan anggota berikutnya.” Penjualan Langsung Berjenjang yang benar

adalah yang harus bisa memberikan jaminan bahwa downline paling bawah akan

bisa mendapatkan imbal hasil yang sama upline nya jika ia berhasil melakukan

distribusi produk walaupun downline tersebut tidak lagi memiliki downline.

Pengaturan bahwa mitra usaha tidak berhak memperoleh komisi atau bonus atas

keberadaan downline tersebut jika mitra usaha tidak berhasil memenuhi kuota

penjualan dalam jumlah dan waktu yang ditentukan ataupun anggota paling awal

tidak berhasil melakukan penjualan dengan kuota tertentu, maka dia tidak berhak

memperoleh komisi atau bonus adalah suatu prinsip keadilan.

Keadilan dan eksploitasi ini saling mengikat erat. Keadilan dalam

penentuan besaran kompensasi akan menghindarkan penjualan langsung

berjenjang dari unsur eksploitasi mitra usahanya. Secara teori, asas penting untuk

diterapkan dalam pemberian kompensasi, yaitu:

a. Asas keadilan

Asas keadilan memberikan adanya konsistensi imbalan bagi para

karyawan yang melakukan tugas dengan bobot yang sama. Fatwa DSN

MUI No : 83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah Jasa Perjalanan Umrah juga menekankan prinsip keadilan dalam

pemberian kompensasi , disebutkan bahwa:

5Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, Cet.2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),h.20

Page 79: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

69

Sistem pembagian imbalan ju'alah bagi anggota pada setiap peringkat/level harus mengacu pada prinsip keadilan dan menghindari unsur eksploitasi;

Pengaturan kompensasi dalam Fatwa DSN MUI sudah mencantumkan

pentingnya prinsip keadilan dalam pembagian bonus antara anggota pertama

dengan anggota berikutnya, artinya setiap mitra usaha diberikan kompensasi

sesuai hasil usaha penjualannya masing-masing. Sementara dalam Peraturan

Perundang-undangan hanya menyatakan bahwa pemberian komisi, bonus, dan

penghargaan lainnya berdasarkan hasil kegiatan penjualan barang dan/atau

jasa yang dilakukan oleh mitra usaha dan jaringannya sesuai dengan yang

diperjanjikan, jadi letak keadilannya pada hitungan berdasarkan hasil kerja

nyata, sesuai volume atau nilai hasil penjualan barang dan/atau jasa, baik

secara pribadi maupun jaringannya. KUHPerdata Pasal 1601q menyatakan

pula bahwa:

Jika dalam perjanjian atau reglemen tidak ditetapkan jumlah upah oleh

kedua belah pihak, maka buruh berhak untuk memperoleh upah sebanyak

upah yang biasa di tempat itu bagi pekerjaan yang serupa dengan

pekerjaannya. Jikalau kebiasaan seperti ini tidak ada di tempat itu, maka upah

itu harus ditentukan dengan mengingat keadaan, menurut keadilan.

b. Asas Kelayakan dan Kewajaran

Kompensasi yang wajar berarti besaran kompensasi harus

mempertimbangkan faktor-faktor seperti prestasi kerja sementara tolak ukur

layak adalah relatif, tetapi besaran minimal kompensasi yang akan diberikan

oleh perusahaan harus mengacu kepada aturan. Peraturan Menteri

Perdagangan RI Nomor 32/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung sudah

Page 80: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

70

mengatur besaran yang layak dan wajar bagi kompensasi bisnis penjualan

langsung berjenjang dengan menyatakan bahwa jumlah komisi dan/atau bonus

atas hasil penjualan yang diberikan kepada seluruh mitra usaha dan jaringan

pemasaran di bawahnya paling banyak 40% (empat puluh persen) dari jumlah

nilai penjualan barang dan/atau jasa perusahaan kepada mitra usaha.

Fatwa DSN MUI tidak menentukan prosentase kompensasi bisnis ini,

namun membatasi bahwa imbalan atau ju'alah yang dijanjikan oleh perusahaan

kepada anggota tidak boleh sampai menimbulkan ighra'. Imbalan ju 'alah yang

diberikan oleh perusahaan kepada anggota, baik besaran maupun bentuknya,

harus berdasarkan pada hasil prestasi yang dilakukan anggota sebagaimana

tertuang dalam akad. Namun demikian, aturan dalam Peraturan Menteri

Perdagangan RI Nomor 32/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung diatas juga

harus diikuti oleh perusahaan penjualan langsung berjenjang yang menjalankan

usahanya sesuai syariah.

Bonus harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai

dengan target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh

perusahaan. Mitra usaha yang hendak mendaftarkan dirinya sebagai mitra usaha

dari perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang harus mengetahui terlebih

dahulu Sasaran Pemasaran (Marketing Plan) perusahaan tersebut.

Marketing Plan merinci target penjualan dan kompensasi yang akan

didapatkan oleh mitra usaha. Kompensasi dalam bentuk bonus inilah yang harus

jelas perhitungannya dan sesuai dengan batas yang ditentukan dalam peraturan

Perundang-Undangan. Batas disini dimaksudkan bahwa tidak diperbolehkan

adanya eksploitasi. Fatwa ini melarang eksploitasi dalam pembagian bonus.

Page 81: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

71

Prinsip keadilan dalam perekonomian Islam sebagai berikut:

a. Prinsip Keadilan: Perbedaan Pendapatan dan Pemerataan Kesempatan.

Perbedaan pendapatan berdasarkan keahlian dan kerja keras mereka.

Jika kita memberikan kesempatan kepada dua orang untuk bekerja di satu

bidang, lalu salah satunya tekun, baik, membuktikan kegiatan dan

kemampuannya, sedangkan yang lainnya malas, dan lemah produktivitasnya,

maka adalah termasuk kezhaliman jika kita menyamakan dalam segala segi

antara kedua orang tersebut.6

b. Perbedaan secara adil yang diperbolehkan adalah pembedaan yang

didasarkan pada ilmu, amal, dan penunaian secara baik (ihsan).7 Hal ini akan

mengakibatkan pada perbedaan pendapatan.

Pemerataan kesempatan dalam hal ini berarti semua manusia harus

mendapatkan hak yang sama dalam hidup, memiliki, belajar, bekerja,

berobat, kelayakan hidup, dan jaminan keamanan dari bencana alam. Selama

semua orang sama dalam arti kemanusiaan, maka pembedaan antara satu

individu dengan individu lain atau satu kelompok dengan kelompok lain

adalah suatu kezaliman yang tidak beralasan sama sekali, Karena hal itu

berarti pembedaan antara dua pihak yang sama dalam berbagai segi.

c. Prinsip Keadilan: Memenuhi Hak Para Pekerja

Pemenuhan hak pekerja harus menggunakan tolak ukur keadilan dalam

memberikan upah dan gaji kepada seorang buruh tanpa dikurangi atau

ditunda-tunda. Buruh harus diberikan upahnya sebelum keringatnya

mengering.

6Yusuf Qardhawi, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robbani Press,

2001), h.398 7Yusuf Qardhawi, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam …h.399

Page 82: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

72

Wajib memberikan upah buruh setelah selesai bekerja jika ia meminta,

meskipun ia tidak berkeringat atau berkeringat namun sudah kering. Seorang

buruh yang telah menunaikan pekerjaannya adalah lebih berhak dan lebih

pantas mendapatkan upahnya dengan segera karena upahnya adalah harga

kerjanya bukan harga barangnya.

d. Prinsip Keadilan: Takaful (Kesetiakawanan Sosial) yang Menyeluruh

Prinsip keadilan yang dimaksud disini adalah mewajibkan masyarakt untuk

tidak membiarkan kaum lemah ditindas oleh kaum yang kuat dan

mewajibkan masyarakat untuk membimbing kaum lemah agar menjadi kuat

dan mandiri. Jaminan sosial dalam Islam berupaya untuk memenuhi taraf

kebutuhan bidup yang cukup. Zakat tampil sebagai sumber pendapatan

pokok untuk merealisasikan jaminan hidup ini.

Prinsip keseimbangan perlu diterapkan dalam pembagian bonus untuk

menghapus kemungkinan adanya eksploitasi. Hubungan antara perusahaan dan

karyawan pun harus seimbang, hubungan ini merupakan hubungan simbiosis

mutualisme dalam artian hidup bersama yang saling menguntungkan. Hubungan

keduanya seperti hubungan antara pihak penjual dan pembeli di pasar dengan

proses pertukaran dimana karyawan menjual jasa/ tenaganya sementara

perusahaan sebagai pembeli jasa yang memberikan kompensasi, sehingga

terpenuhi kebutuhan keduanya.8

Pemisahan kompensasi penjualan langsung berjenjang dari prinsip tauhid

sama artinya dengan memberi peluang lahirnya perilaku penyimpangan norma

dan etika bisnis serta perilaku eksploitasi pendapatan yang membuka peluang

untuk menumpuk kekayaan dengan jalan yang pintas. Pihak yang kuat dalam

8 Edy Sutrisno, M.Si, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Prenada Media, 2016),

h.198

Page 83: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

73

akad (kontrak) tidak boleh mengeksploitasi kebutuhan pihak yang lemah dan

memberikan kepadanya upah di bawah standar.

Keadilan adalah salah satu kata yang memang susah untuk didefinisikan

secara komprehensif dan rinci, tetapi dapat dirasakan dan dilihat dampaknya

secara nyata. Keadilan tentu saja tidak sama dengan kesamarataan, karena

keadilan menuntut adanya keseimbangan pada setiap sisi kehidupan dengan

pertimbangan-pertimbangan yang logis, masuk akal dan memenuhi hasrat

kepuasan batin yang sehat.9 Keadilan itu tidak berarti semuanya harus sama,

tetapi saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Antara kebutuhan dan sarana,

antara kewajiban dan hak serta hubungan pemilik kekuasaan dan rakyat yang

perlu adanya hubungan yang integral.

Pemberi kerja tidak boleh mengeksploitasi kebutuhan darurat buruh untuk

membeli jerih payah dan cucuran keringatnya dengan upah yang sangat minim

yang tidak dapat menggemukkan dan tidak dapat menghilangkan lapar.10

Kementerian Perdagangan melakukan diseminasi dan FGD Permendag 32/2008

kepada pelaku usaha maupun pemangku kepentingan terkait secara berkala untuk

menerima masukan mengenai perkembangan sektor usaha Penjualan Langsung.

Sosialisasi peraturan-peraturan tersebut dilakukan kepada tiga pihak,

yaitu:

1.) Sosialisasi kepada Aparat yang terdiri dari Pemerintah Daerah, Polisi,

Kejaksaan serta Instansi Terkait.

2.) Sosialisasi kepada Pengusaha. Sosialisasi ini bekerjasama dengan APLI

Sosialisasi kepada masyarakat

9Nurdin, Konsep Keadilan dan Kedaulatan Dalam Persepektif Islam dan Barat, Journal Media

Syariah, Vol.XIII No.1 Januari-Juni 2011, h.121-122 10Yusuf Qardhawi, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robbani Press,

2001), h.405

Page 84: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

74

PT K-Link memberikan tindakan sesuai Kode Etik bagi para distributor

atau member yang melanggar aturan yang ditetapkan, mulai dari pembekuan

keanggotaaan, pencabutan keanggotaan bahkan tuntutan pidana. Semua sanksi

tercantum pada Kode Etik. Penerapan fatwa di masing-masing perusahaan

diawasi oleh DPS. Sejauh ini fatwa tersebut berjalan efektif karena DSN MUI

belum menerima persoalan yang dilaporkan oleh DPS terkait perusahaan-

perusahaan PLBS. Pengaturan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah ke

depannya akan dikaji ulang, saat ini tim di DSN MUI sedang melakukan

pengkajian kembali tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah.

Peraturan pemerintah juga perlu direvisi. Pertama, karena Permendag RI

Nomor: 32/M-DAG/PER/8/2008 sudah tidak update. Pada masa ini, walaupun

pemasaran secara direct selling tapi perusahaan juga menggunakan sistem online.

Kedua, perlu dipertegas ciri-ciri umum skema piramida, sehingga jika ada

perusahaan sudah terindikasi seperti itu maka Kemendag bisa memberikan sanksi

kepada perusahaan. Saat ini hanya ada pembatasan pada pemberian bonus dan

atau komisi yang dibatasi 40 persen yang pada umumnya perusahaan dapat

dengan mudah memenuhinya, namun mengenai harga jual produk bisa dibuat

tidak wajar oleh perusahaan. Sebenarnya, peraturan Penjualan Langsung

Berjenjang sedang dalam proses revisi, namun tidak dapat dipastikan kapan

peraturan tersebut akan dikeluarkan.

Setiap peraturan perundangan akan dilakukan revisi apabila dinilai sudah

tidak relevan dengan kondisi sektor usaha terkait. Saat ini sedang dilakukan

proses revisi terhadap Permendag 32/2008 dimaksud. Ke depannya Pemerintah

tetap akan melakukan pengaturan atas besarnya jumlah komisi dan /atau bonus

atas hasil penjualan yang besarannya akan disesuaikan dengan kondisi saat itu.

Pengaturan-pengaturan kompensasi di atas sudah memenuhi prinsip

bisnis perdagangan (tijarah) dalam perspektif fikih muamalah yang dapat

dijadikan dasar pengembangan aktifitas transaksi bisnis dan perekonomian

modern. Penjualan Langsung Berjenjang Syariah yang diatur dalam fatwa DSN

Page 85: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

75

MUI dan juga Peraturan Perundang-undangan di Indoensia telah mendorong

masyarakat untuk memperoleh kesuksesan hidup bahkan menganjurkan mereka

agar tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan hidup melainkan juga dapat

meraih “yang lebih”. Bisnis penjualan langsung berjenjang syariah juga

menggunakan prinsip kehalalan jual-beli dan keharaman riba dalam bisnisnya,

produknya harus yang sudah disahkan kehalalannya oleh BPOM MUI, dan

marketing plan sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN MUI.

Prinsip tijarah juga terkandung dalam aturan ini karena kegiatan bisnis

penjualan langsung berjenjang syariah ini tidak hanya dipandang sebagai aktifitas

komersial semata melainkan juga merupakan wujud dari ibadah dalam

pengertiannya yang luas, yang meliputi saling kenal mengenal dan meningkatkan

silaturahmi dan interaksi dalam pembinaan anggota yang dilaksanakan

perusahaan secara rutin. Marketing plan juga memberikan kesempatan bagi

manusia untuk berimprovisai dan berinovasi dalam mengenal sistem kompensasi,

terlebih improvisasi saat menentukan besaran kompensasi yang didapat mitra

usaha dengan berbagai bentuk kompensasinya.

Bisnis perdagangan yang dilakukan dalam bentuk apapun harus

senantiasa memenuhi rukun jual-beli serta akhlak yang baik. Fatwa DSN MUI

sudah menentukan aturan tentang akad penjualan langsung berjenjang syariah,

diantaranya Ketentuan mengenai Perusahaan (Mu'jir), Ketentuan mengenai

Anggota (Musta'jir), Ketentuan mengenai Obyek Akad (Mu'jar) dan Ketentuan

mengenai Imbalan (Ju'l).

Page 86: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peraturan Perundang-undangan di Indonesia terkait Penjualan Langsung

Berjenjang dan Fatwa DSN-MUI tentang Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah selaras dalam mengatur sistem kompensasi bisnis penjualan langsung

berjenjang agar sistem terhindar dari praktik money game, skema piramida dan

unsur penipuan. Perbedaan diantara kedua aturan tersebut adalah dalam hal

penetapan besaran kompensasi. Pemerintah mengatur bahwa Perusahaan

Penjualan Langsung Berjenjang harus membatasi pemberian komisi dan/atau

bonus kepada mitra usahanya dengan batasan maksimal 40% (empat puluh

persen) dari jumlah nilai penjualan barang dan/atau jasa perusahaan kepada mitra

usaha. Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan mendapatkan sanksi dari

pemerintah sesuai aturan yang ada dalam Permendag RI. Sementara itu, Fatwa

DSN-MUI tidak menetapkan jumlahnya secara prosentase namun menekankan

pada prinsip keadilan dan larangan eksploitasi pada pemberian kompensasi.

Salah satu perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang yang sudah

mendapatkan Sertifikasi Kelayakan Syariah yaitu PT K-Link Nusantara

cenderung mengharapkan agar penetapan batas maksimal besaran kompensasi

dikaji ulang berdasarkan kebutuhan perusahaan. Hal ini berdasarkan keinginan

perusahaan yang sebenarnya bisa memberikan komisi dan/atau bonus melebihi

prosentase yang telah ditetapkan Pemerintah. Pemerintah sendiri mempunyai

alasan bahwa penetapan prosentase tersebut justru untuk melindungi perusahaan

dari kelebihan pembayaran. Tujuan lainnya yaitu agar perusahaan tidak

menjanjikan kompensasi bisnis penjualan langsung berjenjang yang terlalu tinggi

yang dapat membuat mitra usaha lalai terhadap kewajibannya ataupun untuk

menghindari penipuan oleh perusahaan.

76

Page 87: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

77

B. Saran dan Rekomendasi

Pengaturan tentang kompensasi bisnis penjualan langsung berjenjang

dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia hanya diatur secara umum,

belum ada peraturan khusus tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah,

berbeda dengan Perbankan Syariah maupun Asuransi Syariah yang sudah

mempunyai hukum positif. Perkembangan yang pesat akan Penjualan Langsung

Berjenjang dan banyaknya perusahaan yang menginginkan mendapat Sertifikat

Kelayakan Syariah dari DSN MUI menuntut adanya Peraturan Perundang-

undangan tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah.

Pembukaan Unit Syariah bagi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi juga dibutuhkan dalam Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

karena pembinaan dan pengawasan bagi pelaku Penjualan Langsung Berjenjang

Syariah seharusnya dibedakan dengan Penjualan Langsung Berjenjang pada

umumnya. Hal ini dapat membawa implikasi positif bagi perkembangan hukum

di Indonesia dan penerapan yang lebih terarah dan tertata dalam setiap

perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah.

Sistem Penjualan Langsung Berjenjang Syariah perlu disosialisasikan

karena banyaknya mitra usaha yang telah bergabung dalam Penjualan Langsung

Berjenjang (konvensional), apabila bisnis ini dijalankan dengan sistem

kompensasi yang sesuai dengan syariah maka akan memberikan nilai lebih dan

menambah keyakinan masyarakat yang ingin menjalankan bisnis dengan sistem

ini. Pertumbuhan perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah telah

memberikan tambahan pilihan bagi masyarakat.

Penelitian ini hanya memberikan contoh satu perusahaan Penjualan

Langsung Berjenjang yang sudah layak dinyatakan sesuai Syariah oleh Dewan

Syariah Nasional MUI. Rekomendasi kepada penulis lain yang ingin meneliti

masalah komisi dan bonus untuk meneliti perusahaan syariah lainnya untuk

memperkaya penelitian dan membandingkan penerapan kompensasi penjualan di

masing-masing perusahaan. Penulis juga merekomendasikan agar makna komisi

Page 88: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

78

dan bonus lebih diperjelas lagi dalam penelitian selanjutnya, sehingga dapat

dipastikan apakah kompensasi yang diberikan perusahaan kepada mitra usahanya

itu disebut sebagai komisi atau bonus atau penghargaan. Hal ini dikarenakan

perusahaan sendiri kerap menyamakan ketiga istilah di atas, padahal masing-

masing istilah akan mempunyai aturan dan dampak hukum yang berbeda.

Page 89: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Al Arif, M. Nur Rianto, Amalia, Euis, Dr., Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, Cet.3, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

Al-bugha, Dr. Musthafa Dib, Fiqh Al-Mu’awadhah, Terj. Fakhri Ghafur. Buku Pintar

Transaksi Syariah Menjalin Kerja Sama Bisnis Dan Menyelesaikan Sengketanya Berdasarkan Panduan Islam, Jakarta: Hikmah, 2010

Amin, Ma’ruf. Fatwa dalam Sistem Hukum Islam. Jakarta: Elsas, 2008

Amin, Ma’ruf. Fatwa Produk Halal Melindungi dan Menenteramkan. Bogor: Pustaka Jurnal Halal, 2010

Abdurrahman Al-Gharyani, Ash-Shadiq. Fatwa-Fatwa Mu’amalah Kontemporer. Surabaya: Pustaka Progressif, 2014

Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006 Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad. Ensiklopedi Fiqh Muamalah dalam

Pandangan 4 Mazhab. Yogyakarta: Maktabah al-Hanif, 2009 Coletti dan Cichelli, Increasing Sales Force Effectiveness Through the Compensation

Plan, dalam Rock ML and Berger, A (eds), The Compensation Handbook, Mc Graw-Hill, 1991

Damsar. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group,

2009 Dewi, Gemala. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2005 Djamil, Fathurrahman. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika. 2013 Fuady, Munir. Teori-Teori dalam Sosiologi Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2013 Griffin, Ricky W., terj. Sita Wardhani, Bisnis, Ed.3, Jakarta: Erlangga, 2006. Judul

Asli Business Eight Edition, Ricky W. Griffin, Ronald J. Ebert, Perason Education, Prentice Hall, 2006

79

Page 90: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

80

Harefa, Andrias. Multi Level Marketing: Alternatif Karier dan Usaha Menyongsong

Milinium Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999 Harizan, Upaya Preventif Berkembangnya Money Game Di Indonesia, Asy-

Syar’iyyah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam, Bangka Belitung: STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik, 2017

Hidayat, Mohamad, Drs., H.,MBA., MBL., Analisa Teoritis Normatif Multilevel

Marketing dalam Perspektif Muamalah, Jakarta : Gema Insani Press, 2003 Hosen, Muhammad Nadratuzzaman, Dr, MS, M.Ec, dkk, Dasar-Dasar Ekonomi

Islam, Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2008 Ivancevich, John M., Robert Konopaske dan Michael T. Mattesson Wibowo, terj.

Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016 Jauhari, Sofwan. MLM Syariah. Jakarta: STIU Dirosat Islamiyah Al-Hikmah, 2013 Jusmaliani, ME, dkk, Bisnis Berbasis Syariah, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Kadarisman, M., Dr., Manajemen Kompensasi, Jakarta: Rajawali Pers. 2016 Kotler, Philip, Armstrong, Gary. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta:

Prenhallindo Kuswara. 2005. Mengenal MLM Syariah dari Halal-Haram, Kiat Berwirausaha,

sampai dengan Pengelolannya. Jakarta: Qultum Media Mardani. 2013. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana. Cet.2 Martoccchio, JJ. Strategic Compensation: a Human Resource Management

Approach, Prentice Hall, 1997 Muhammad, M.Ag, Drs., Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Yogyakarta:

BPFE, 2004. Muhammad. Aspek Hukum dalam Muamalat, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007 Muhammad Ismail Yusanto dan M. Karebat Widjayakusuma. Menggagas Bisnis

Islami, Jakarta: GIP, 2002

Page 91: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

81

Nasution, Mustafa Edwin, M.Sc, MAEP, Ph.D., dkk, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Jakarta:

Rajawali Press, 2011 Qardhawi, Yusuf. 1995. Fatwa-Fatwa Kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press Qardhawi, Yusuf. 2007. Halal dan Haram. Bandung: Jabal Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, Jakarta: Dana Bhakti Wahab, 2005 Rivai, Veithzal. Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed.1, Jakarta: Rajawali Press,

2009 Serfianto, dkk, Multi Level Marketing, Money Game & Skema Piramid, Jakarta: PT

Elex Media Computindo, 2011 Soetjipto, Budi W., dkk. Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia

(Artikel-Artikel Pilihan). Yogyakarta: Amara Books, 2002 Sutedi, Adrian. Hukum Perburuhan. Jakarta: Sinar Grafika, 2009 Sutrisno, Edy, M.Si, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Prenada Media,

2016 Suwatno, Dr., M.Si, Priansa, Donni Juni, S.Pd, SE, MM, Manajemen SDM dalam

Organisasi Publik dan Bisnis, Cet.3, Bandung: CV. Alfabeta, 2013

Usmara, A, Strategi Baru Manajemen Pemasaran, Jogjakarta: Amara Book, 2003 Wibowo, Prof. Dr, SE, M.Phil, Manajemen Kinerja, Ed.5, Cet.10, Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2016. Jurnal: Arum, Imam Mas, “Multi Level Marketing (MLM) Syariah : Solusi Praktis Menekan

Praktik Bisnis Riba, Money Game”, Jurnal Muqtasid, Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam, Volume 3 Nomor 1, Juli 2012

Bahruddin, Moh. Multi Level Marketing (MLM) Dalam Perspektif Hukum Islam,

Journal ASAS, Vol.3, No.1, Januari 2011

Page 92: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

82

Huda, Choirul. 2013. “Syariah dalam Perspektif Pelaku Bisnis MLM Syariah

Ahadnet Internasional (Studi Kasus di Kota Semarang)”, Jurnal Economica, Volume IV Edisi II (November 2013)

Mardalis, Ahmad, Nur Hasanah. 2016. “Multi-Level Marketing (MLM) Perspektif

Ekonomi Islam”, Jurnal Falah, Volume I Nomor I (Februari 2016) Nurdin, “Konsep Keadilan dan Kedaulatan Dalam Persepektif Islam dan Barat”,

Journal Media Syariah, Vol.XIII No.1 Januari-Juni 2011 Tahmid Nur, Muhammad. 2015. “Kompensasi Kerja dalam Islam”, Jurnal

Muamalah, Volume V Nomor 2 (Desember 2015) Tamjis, Mohamad Fairuz, Tunggak, Buerah. 2015. “Konsep Akad Al’Ju’alah dalam

Perusahaan Multi-Level Marketing (MLM) Patuh Syariah”, Umran International Journal of Islamic and Civilization Studies. Malaysia: UTM Press

Taufiq, Muhammad. 2015. “Multi Level Marketing Perspektif Etika Bisnis Islam”,

Jurnal Rasail, Volume II Nomor 1 (Januari-Juni 2015). https://jurnalrasailstebi.almuhsin.ac.id/

Peraturan Fatwa DSN MUI Nomor: 75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan

Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Fatwa DSN MUI Nomor: 83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung

Berjenjang Syariah Jasa Perjalanan Umrah Garis Panduan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia Bilangan 1 Tahun 2013 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 73/MPP/Kep/3/2000 tentang

Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan Berjenjang KUH Perdata Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 13/M-Dag/PER/3/2006 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung

Page 93: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

83

Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 32/MDAG/PER/8/2008 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 22/M- DAG/PER/3/2016

Tentang Ketentuan Umum Distribusi Barang Hasil Wawancara: Hasil wawancara dengan Dr. Moch. Bukhori Muslim, Lc, M.A. (Ketua Bidang Bisnis

dan Ekonomi Syariah DSN-MUI) pada tanggal 11 Januari 2018 Hasil Wawancara dengan Bapak Roni, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi,

Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan RI, pada Senin 13 Nopember 2017

Hasil wawancara dengan Bapak Bayu Riono (Bagian Legal PT K.Link Nusantara)

pada pada Senin 13 Nopember 2017 Internet: www.kemendag.go.ig www.apli.or.id www.dsnmui.or.id www.wikipedia.org www.finance.detik.com www.islam.gov.my

Page 94: PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43948/1/SITI SOLIHAH-FSH.pdf · dengan istilah investasi atau sejenis yang telah menelan

PENGATURAN KOMPENSASI PENJUALAN LANGSUNG

BERJENJANG SYARIAH (PLBS) DI INDONESIA

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Magister Hukum (M.H.)

Oleh

SITI SOLIHAH

NIM. 21140433100011

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M/ 1439 H