Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah...

29
31 BAB III Mena Muria di Negeri Aboru Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian di Aboru. Hasil penelitian ini berisi gambaran umum Negeri Aboru yang meliputi : sejarah terbentuknya Negeri Aboru, keadaan geografis dan batas wilayah, keadaan sosial-budaya, dinamika sosial-ekonomi, dan keadaan pendidikan. Dalam hasil penelitian ini juga akan memaparkan pemahaman orang Aboru terhadap Mena Muria yang merupakan hasil wawancara dengan para tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat di Negeri Aboru terkait dengan pemaknaan masyarakat Aboru tentang Mena Muria. Dalam bab sebelumnya telah dibahas tentang fungsi bahasa dalam sebuah masyarakat. Bahasa sangat erat kaitannya dengan proses sosialisasi dalam sebuah komunitas. Proses sosialisasi tentu terdapat komunikasi. Bahasa adalah salah satu media komunikasi verbal yang sering digunakan dalam proses sosialisasi. Hal ini memberikan petunjuk bahwa bahasa memegang peranan penting dalam proses sosialisasi. Selain memudahkan dalam proses sosialisasi, bahasa juga membantu mengidentifikasi individu atau kelompok. Bahasa dapat terbagi dalam berbagai rumpun bahasa. Rumpun bahasa mewakili letak geografis suatu wilayah. Maluku misalnya termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia 1 sama halnya dengan wilayah-wilayah di Nusantara. 2 Bahasa-bahasa di Maluku khususnya hanya digunakan dalam acara-acara tradisional. Sehingga untuk komunikasi sehari-hari bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu yang juga masih termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Anehnya, khusus untuk bahasa-bahasa lokal Maluku Tengah masuk dalam rumpun bahasa Proto-Austranesia. 1 Rumpun bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur 2 R. Z Leirissa dan Djuariah Latuconsina, Sejarah Kebudayaan Maluku ( Jakarta : Ilham Bangun Karya, 1999) 76.

Transcript of Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah...

Page 1: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

31

BAB III

Mena Muria di Negeri Aboru

Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian di Aboru. Hasil penelitian ini berisi

gambaran umum Negeri Aboru yang meliputi : sejarah terbentuknya Negeri Aboru, keadaan

geografis dan batas wilayah, keadaan sosial-budaya, dinamika sosial-ekonomi, dan keadaan

pendidikan. Dalam hasil penelitian ini juga akan memaparkan pemahaman orang Aboru

terhadap Mena Muria yang merupakan hasil wawancara dengan para tokoh masyarakat,

tokoh agama dan tokoh adat di Negeri Aboru terkait dengan pemaknaan masyarakat Aboru

tentang Mena Muria.

Dalam bab sebelumnya telah dibahas tentang fungsi bahasa dalam sebuah masyarakat.

Bahasa sangat erat kaitannya dengan proses sosialisasi dalam sebuah komunitas. Proses

sosialisasi tentu terdapat komunikasi. Bahasa adalah salah satu media komunikasi verbal

yang sering digunakan dalam proses sosialisasi. Hal ini memberikan petunjuk bahwa bahasa

memegang peranan penting dalam proses sosialisasi. Selain memudahkan dalam proses

sosialisasi, bahasa juga membantu mengidentifikasi individu atau kelompok. Bahasa dapat

terbagi dalam berbagai rumpun bahasa. Rumpun bahasa mewakili letak geografis suatu

wilayah. Maluku misalnya termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia1 sama halnya dengan

wilayah-wilayah di Nusantara.2 Bahasa-bahasa di Maluku khususnya hanya digunakan dalam

acara-acara tradisional. Sehingga untuk komunikasi sehari-hari bahasa yang digunakan

adalah bahasa melayu yang juga masih termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

Anehnya, khusus untuk bahasa-bahasa lokal Maluku Tengah masuk dalam rumpun bahasa

Proto-Austranesia.

1 Rumpun bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di

dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur

2 R. Z Leirissa dan Djuariah Latuconsina, Sejarah Kebudayaan Maluku ( Jakarta : Ilham Bangun Karya,

1999) 76.

Page 2: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

32

Stresseman dan Collins melakukan penelitian di Maluku dan menemukan bahwa

bahasa Maluku Tengah masuk dalam rumpun Proto-Autranesia tetapi dengan sub-bahasa

yang khusus yakni sub-bahasa Proto-Maluku.3 Dalam bahasa Proto-Maluku terdapat 2

pembagian, yakni bagian barat dan bagian timur. Bagian barat mewakili bahasa di pulau Buru

dan Ambalau. Sedangkan bagian timur mewakili bahasa di Pulau Seram, Ambon, Haruku,

Saparua dan Nusalaut. Selain berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa di Maluku juga

mempunyai nilai historis. Ada begitu banyak peristiwa sejarah yang terjadi di Maluku, yang

dituangkan didalam syair menggunakan bahasa lokal. Dua syair yang terkenal yakni Kapata

dan Lania. Kapata merujuk pada syair-syair peperangan sedangkan Lania lebih merujuk pada

kisah-kisah sedih, pengkhianatan dan duka. Mena Muria merupakan bagian dari rumpun

bahasa proto-Maluku karena berasal dari bahasa Seram yang telah diklasifikasikan dalam

rumpun bahasa tersebut. Mena Muria bagi orang Alune memiliki arti harfiah “maju tanpa

mundur”. Dalam tradisi masyarakat Alune bahasa ini masih digunakan untuk menunjuk pada

keadaan sosial masyarakat Alune.4 Misalnya Sia Mena artinya orang yang dituakan. Orang

Alune tidak menyebutkan Muria tetapi mereka menyebutnya dengan sebutan Muli. Hal ini

memperlihatkan ada perbedaan bunyi konsonan “R” dan “L” (huruf mati). Meskipun berbeda

bunyi namun setidaknya memiliki arti yang sama yakni merujuk pada yang “bungsu, kecil,

atau yang paling belakang.”

Ada beragam adat dan budaya dalam masyarakat Pulau Seram (khusus bagi orang

Alune) mereka menyebutnya Hatu Mena dan Hatu Muli.5 Menunjukkan pembagian dan

pemetaan masyarakat Alune di Seram. Bukan saja di Seram pesisir (Maluku Tengah), di

daerah Seram Gunung seperti Maraina juga mempunyai penyebutan yang sama tetapi dengan

makna yang berbeda. Mena Muria menurut masyarakat Maraina bukan merujuk pada

3 Ibid, 77.

4 Hasil Wawancara dengan Bpk. N.M di Desa Nuruwe Maluku Tengah, 30 April 2017.

5 Ibid.

Page 3: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

33

pemetaan wilayah dan status sosial melainkan merujuk pada sumber daya alam yang ada di

Seram. Mena dipahami sebagai bagian dari sumber daya laut dan Muria merujuk pada

sumber daya digunung. Dalam pemahaman mereka, dengan sumber daya alam yang banyak

maka masyarakat Maluku tidak perlu cemas sehingga muncul istilah Mena Muria menurut

pemahaman orang di Seram Gunung Maraina.6 Lain halnya dengan masyarakat Maluku

Tenggara mempunyai sebutan yang memiliki makna serupa dengan Mena Muria yakni Mena

Mole. Mereka meyakininya sebagai sebuah doa dan keyakinan bahwa pergi dan kembali juga

dengan selamat. Begitu juga dengan masyarakat di Aboru, yang mempunyai pemahaman

berbeda dengan orang Alune dan orang Maluku Tenggara. Seringkali Mena Muria dipahami

secara politis. Dalam teori-teori bahasa ada kaitannya antara bahasa, kekuasaan dan politik.

Bagaimana bahasa mempengaruhi masyarakat dan menjadi alat politik dan kekuasaan.

1. Gambaran Umum Negeri Aboru

1.1 Sejarah Negeri Aboru

Aboru berasal dari kata Aman Horui atau Ama Aharu yang berarti negeri baru.7 Kenapa

dinamakan negeri baru? Karena negeri ini baru ada setelah perang Amaika8. Sebelum itu

hanya ada negeri-negeri kecil yang menjadi hunian masing-masing marga, misalnya : Aman

Iwa negeri marga Sinay, Aman Irai negeri marga Akihari. Dalam bahasa daerah setempat

Negeri Aboru disebut dengan nama Lealohi Samasuru. Lea berarti memisahkan atau

menggeserkan sedangkan Lohi berarti mengumpulkan atau mempersatukan. Samasuru berarti

6 Wawancara dengan Sekum GPM periode 2015-2020. Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 13 April

2017 di Kantor Sekum Sinode GPM. Pada Pukul 11.00 WIT. 7 J. A. Pattikayhatu, Sejarah Negeri dan Jemaat GPM Aboru (12 Mei 1908-12 Mei 2008). ( Maluku :

Panitia 100 Tahun Gedung Gereja Bethel Aboru, 2008) 1-2. 8 Perang Amaika adalah perang yang terjadi sekitar abad 14 di daerah pedalaman bagian Timur pulau

Haruku. Kira-kira berjarak 3 KM dari daerah Aboru. Amaika adalah nama tempat yang merupakan pusat perdagangan yang sangat strategis untuk melakukan proses tukar menukar hasil alam dengan para pedagang dari luar (Tiongkok). Bukan hanya pedagang dari Tiongkok melainkan juga pedagang dari Pulau Banda yang telah memegang kepercayaan Islam. Amaika menjadi salah satu negeri Islam di Pulau Haruku akibat kontak dengan pedagang dari Pulau Banda. Perang diduga terjadi akibat perebutan Negeri Amaika yang memiliki jalur strategis untuk perdagangan.

Page 4: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

34

komunitas masyarakat yang dipisahkan tetapi kemudian dipersatukan yang tak lain adalah

ciri khas dari sistem pengelompokan masyarakat Aboru.

Keterpisahan itu dulunya ditandai dengan adanya pemukiman masyarakat yang diberi

nama dalam bahasa setempat Aman Irai, Aman Tawari, Aman Mahina, Aman Noi, Aman Ika,

Aman Latu9. Tempat atau pemukiman masyarakat yang dulunya dihuni oleh datu-datuk,

tetapi kemudian dipersatukan kembali dalam satu pemukiman secara bersama dan

berdampingan yang kemudian disebut Negeri Aboru. Marga yang menjadi orang asli dari

Negeri Aboru adalah : Saija, Sinay, Usmany, Nahumury, Teterissa, Akihary, Leuhery,

Leuhena, Malawau, Mual, Tuankotta, Manusiwa, Pokomase, Riry, Tepal, Komas, Hendriks,

Pattinama, Pattinussa, Lereth, De Fretes, Timisela, dll. Latar belakang sejarah terbentuknya

Negeri Aboru seperti yang disebutkan diatas turut mempengaruhi sistem pengelompokan

masyarakat. Negeri Aboru dalam pemetaan wilayah Negeri dibagi menjadi enam wilayah,

yaitu : Kampong, Haour-Tanital, Negeri Baru, Waekenal, Salele, dan Naira.

Komunitas masyarakat yang ada dalam wilayah ini menunjukkan kekentalan emosional

kelompok. Hal ini tergambar dalam konflik internal yang pernah terjadi dalam Negeri Aboru

beberapa tahun silam, dalam konflik itu masing-masing kelompok mempertahankan integritas

dan eksistensi kelompok. Masyarakat Aboru dikenal sebagai masyarakat yang militan dan

militansi. Itu terwujud dalam tindakan dan tutur kata setiap hari, relasi dengan sesama, dan

juga dengan lingkungan turut membentuk karakter masyarakat menjadi keras, kasar, panas,

tapi ada saat-saat tertentu dimana masyarakat juga bisa bergaul atau berelasi dengan orang

dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Meskipun demikian ada perbedaan yang

sangat mencolok dan cukup tajam dalam pergaulan masyarakat Aboru dimana ada klasifikasi

dalam pengelompokan masyarakat yang mana ada kelompok dalam atau anak Negeri (in

group) dan kelompok luar atau orang dagang (out group), tetapi ada penghargaan yang tinggi

9 Data Renstra (Rencana Strategis) Jemaat GPM Aboru 2015-2020, Hal. 5

Page 5: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

35

kepada orang-orang yang dianggap sebagai orang dagang selama mereka tidak mengganggu

aktivitas masyarakat.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar (1) Jalan di Aboru Kampong

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar (2) Jembatan Aboru Kampong yang menghubungkan jalan menuju Naira

1.2 Keadaan Geografis dan Batas Wilayah Serta Keadaan Wilayah

A. Negeri Aboru secara geografis berbatasan dengan10

:

Sebelah Utara berbatasan dengan Negeri Pelauw

Sebalah Selatan berbatasan dengan Laut Banda

10

Data Statistik Negeri Aboru, Diambil di Kantor desa Negeri Aboru, 3 Mei 2017.

Page 6: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

36

Sebelah Barat berbatasan dengan Negeri Wassu

Sebelah Timur berbatasan dengan Negeri Hulaliu

Sumber : Kompasiana

11

Gambar (3) Peta Aboru

Keberadaan menjadikan Negeri Aboru berada dalam teluk yang sangat indah dan

dikelilingi oleh hutan yang sangat lebat yang kaya akan rempah-rempah sehingga membentuk

letak aboru yang khas. Keberadaan Negeri Aboru yang terletak dalam teluk inilah yang

membuat masyarakat dapat melakukan perjalanan dengan angkutan laut meskipun pada

musim ombak, karena pelabuhan dalam teluk yang aman dari hantaman ombak. Daratan yang

berbukit dan berbatu, dan dialiri oleh enam buah sungai yang membuat Negeri Lealohi

Samasuru (Aboru) ini menjadi negeri yang berlimpah dengan air. Posisi yang cukup strategis

ini juga memudahkan perjalana ke pulau Saparua yang bisa dilakukan dengan menggunakan

angkutan laut pada setiap hari rabu dan sabtu yang adalah hari pasar. Jangkauan ke Ambon

dilakukan dengan angkutan laut setiap hari kecuali hari Minggu, jangkauan ke pusat

kecamatan yang terletak di Pelauw dilakukan apabila ada keperluan. Dengan menempuh jalur

darat meskipun jalur darat kurang memadai karena kondisi jalan yang rusak, begitu juga

dengan perjalanan ke pusat Kabupaten di Masohi. Keadaan iklim dan musim yang terjadi

selama satu tahun yaitu :

Musim Timur pada bulan Maret-Juli

11

http://www.kompasiana.com/jpapilaya/aboru-basis-rms-republik-maluku-selatan_550b9f80a3331161192e3a88 Diunduh pada tanggal 05 Juli 2017 Pukul 23:08

Page 7: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

37

Musim Pancaroba dari Timur ke Barat pada bulan Agustus

Musim Pancaroba dari Barat ke Timur pada bulan Pebruari

Musim Barat pada bulan September-Januari

B. Keadaan Penduduk

Negeri Aboru merupakan salah satu Negeri Sarani (Kristen) yang besar di Pulau

Haruku. Seluruh penduduk yang bermukim di Aboru sebagai penduduk tetap seluruhnya

beragama Kristen. Jumlah jiwa di Negeri Aboru berdasarkan pembagian menurut jenis

kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Jiwa berdasarkan jenis kelamin

No. Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. 902 Jiwa 901 Jiwa 1.803 Jiwa

Sumber : Statistik Desa Aboru 2012

C. Keadaan Sosial-Budaya

Kebudayaan merupakan sesuatu yang sangat melekat dan berpengaruh dalam

kehidupan masyarakat, hal ini memberi suatu hakikat nilai yang bertumpu atau bertaut erat

dengan nilai masyarakat itu secara umum. Kebudayaan juga merupakan warisan berharga

tete-nene moyang12

yang lalu menjadi tradisi terhadap peradaban hidup manusia atau

masyarakat juga kelompok tertentu yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Di

Aboru ada lima Soa13

, yaitu :

12

Tete Nene Moyang adalah sebutan bagi para leluhur atau nenek moyang. Biasanya istilah tete nene moyang dipahami sebagai roh para leluhur dan orang-orang tua. Keberadaan tete nene moyang biasanya mendiami tempat-tempat tertentu. Misalnya, rumah adat atau pohon-pohon besar.

13 Soa adalah gabungan dari beberapa mata rumah atau klan tempat dimana masyarakat dalam

komunitas negeri adat berasal. Soa digunakan pada sekitar tahun 1500an saat bangsa penjajah (Portugis) masuk ke Maluku. Para budak atau pekerja mendirikan benteng yang disebut Soa untuk mempertahankan klan mereka. Di dalam soa mereka menjalankan aktivitas keseharian seperti biasanya, anggota soa biasanya adalah mereka yang masih mempunyai hubungan keluarga atau pertalian darah. Dalam perkembangannya Soa sudah lebih dari sekedar benteng pertahanan namun tempat dimana komunitas negeri adat berasal. Kumpulan

Page 8: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

38

1. Soa Salahitu yang terdiri dari mata rumah atau marga : Saija, Leuhery, dan Pokomase

2. Soa Pelauw yang terdiri dari mata rumah atau marga : Akihary, Tuankotta, Manusiwa

3. Soa Rissa yang terdiri dari mata rumah atau marga : Sinay

4. Soa Hura yang terdiri dari mata rumah atau marga : Nahumury, Malawauw, Teterissa,

Mual, Riry, Leuhena

5. Soa Patti yang terdiri dari mata rumah atau marga : Usmany

Aboru sama halnya dengan Negeri-Negeri lain di Lease yang masih melestarikan nilai-

nilai adat yang diwariskan dari leluhur (tete nene moyang), Aboru juga adalah sebuah Negeri

adat dan termasuk dalam persekutuan adat Pata Siwa (Uli Siwa)14

. Beberapa adat dan tradisi

yang masih dijumpai dapat dicatat, yaitu :

1. Adat dan tradisi perkawinan yang mengandung nilai persatuan dalam ikatan hidup

bersama suami dan istri.

2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus

dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh Bupati dan

pengukuhan di Gereja.

3. Tradisi tolong menolong atau Masohi dalam pekerjaan pembangunan fisik seperti

pembangunan rumah tinggal dan pekerjaan ini tidak dikenakan biaya.

beberapa Soa akan membentuk sebuah Negeri atau Kampung. Nama-nama soa biasanya diidentikan dengan pembagian tugas dalam komunitas.

14 Secara etimologi Pata (sama dengan Uli) berarti kumpulan atau kelompok, Siwa berarti sembilan.

Sebutan Pata Siwa biasanya digunakan juga dengan istilah Pata Lima atau kelompok lima. Pata Siwa Pata Lima merujuk pada pengelompokan negeri-negeri di Maluku yang memiliki sistem adat yang sama. Pata Siwa Pata Lima berasal dari bahasa atau istilah asli (indigenous language) Maluku, keduanya berarti kelompok (grouping) atau bagian (division). Kata Pata sering digunakan dalam pergaulan masyarakat Maluku sehari-hari, yang mengandung arti bagian, misalnya: “sagu salempeng di-pata dua ” (artinya: Sagu satu buah dibagi dua). Pata Siwa Pata Lima tidak terlepas dari cerita-cerita rakyat Maluku yang terbentuk di Seram (Pulau Ibu) yang diyakini sebagai asal muasal orang Maluku Tengah dan sekitarnya. Dalam pembagian sub-kelompok Pata Siwa terbagi lagi menjadi Pata Siwa hitam dan Pata Siwa putih. Pembagian kelompok dan sub-kelompok terdiri dari orang-orang atau klan yang merasa berasal dari satu keturunan. Gabungan Pata Siwa dan Pata Lima disebut sebagai Siwalima yaitu kelompok yang lebih besar gabungan dari hampir seluruh Negeri adat di Maluku yang termasuk dalam kelompok Pata Siwa dan Pata Lima.

Page 9: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

39

4. Adat dan tradisi Pela15

, Negeri Aboru mempunyai Pela dan Gandong16

dengan Negeri

Booi di Pulau Saparua, Kariu di Pulau Haruku dan Hualoi (Islam) di Pulau Seram.

Bentuk persekutuan Pela ini sangat keras dan terikat oleh hukum adat yang ketat.

5. Upacara adat di rumah adat Baileo : Asariaman yang seperti upacara pelantikan raja,

penyerahan harta kawin, musyawarah atau rapat Saniri17

besar, dan upacara adat

lainnya. Selain itu, ada kebiasaan yang telah lama dilakukan dan masih dipertahankan

yaitu bayat utang orang mati, kegiatan ini dilaksanakan pada saat ada orang Aboru yang

meninggal. Semua masyarakat akan membantu dalam bentuk memberikan sumbangan

uang secara sukarela. Sumbangan ini diberikan pada hari minggu setelah kematian dan

besaran jumlahnya tergantung kerelaan keluarga tersebut. Sumbangan tersebut akan

dicatat oleh pihak keluarga yang berduka sehingga bila kemudian hari ada keluarga

yang tercatat mengalami kedukaan maka keluarga tersebut wajib membayar utang

sesuai dengan besaran jumlah yang demikian. Ini adalah bentuk solidaritas masyarakat

untuk membantu sesama yang berduka. Namun realita ini mengungkapkan bahwa

solidaritas menopang keluarga yang berduka tidak nyata dalam ibadah pemakan

ataupun ibadah penghiburan. Hanya sedikit saja orang yang mau datang dan beribadah

15

Pela adalah suatu sistem hubungan sosial yang dikenal dalam masyarakat Maluku berupa suatu perjanjian hubungan antara satu negeri (sebutan untuk kampung atau desa) dengan negeri lainnya, yang biasanya berada di pulau lain dan kadang juga menganut agama lain di Maluku (Bahasa Ambon: Tapele Tanjong). Biasanya satu negeri memiliki paling tidak satu atau dua Pela yang berbeda jenisnya. Sistem perjanjian pela ini diperkirakan telah dikenal atau telah ada sebagai bagian kearifan lokal masyarakat Maluku sebelum masa kedatangan bangsa-bangsa Eropa, terutama Portugis dan Belanda; dan digunakan untuk memperkuat pertahanan terhadap penyerangan bangsa Eropa yang pada waktu itu melakukan upaya monopoli rempah-rempah.

16 Gandong adalah sistem hubungan sosial yang berupa kekerabatan antar Negeri (Kampung adat).

Kekerabatan antar Negeri ini diyakini telah ada pada zaman dahulu kala saat nenek moyang turun dari gunung di Pulau Seram untuk mencari tempat tinggal yang aman. Biasanya akan menempati pulau-pulau atau daerah-daerah baru yang belum disentuh oleh orang lain. Ditempat baru tersebut mereka akan berpisah dengan saudara mereka yang lain dan masing-masing mulai beranak cucu ditempatnya sendiri. setelah beranak cucu sekian banyak mereka mulai membentuk klan-klan yang nantinya akan membentuk negeri (desa atau perkampungan).

17 lembaga adat yang berperan mengayomi adat istiadat dan hukum adat. Saniri berperan membantu

Raja atau Kepala Desan dalam menyelesaikan setiap perselisihan di lingkup negeri atau dusun. Saniri Negeri beranggotakan sekelompok orang yang terdiri dari kepala-kepala soa yakni kepala dari beberapa marga atau fam (sebutan bagi sistem kekeluargaan di Maluku yang pada umumnya berdasarkan garis keturunan ayah) yang telah ditentukan secara turun temurun, pemuda, keamanan yang kerap berfungsi sebagai pihak yang dimintai nasehat atau masukan dalam penyelesaian suatu kasus/sengketa.

Page 10: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

40

malah terkesan muka merah dan muka putih. Ini menunjukkan bahwa pemahaman

terhadap rasa solidaritas “membayar utang” supaya nanti dibalas. Dan karena itu masih

sangat diperlukan pembinaan untuk mengubah pola pikir masyarakat dalam

mengembangkan sikap solider. Selanjutnya budaya lain yakni sasi18

masih

dipertahankan oleh masyarakat Aboru guna menjaga kelestarian hasil bumi khususnya

tanaman kelapa. Namun seiring waktu makna sasi mengalami pergesaeran yang

signifikan. Kini orang tidak lagi menghargai budaya tersebut, terlihat bahwa sekalipun

kelapa sementara berada di masa sasi tetap saja di konsumsi untuk kebutuhan keluarga.

Pemberlakuan sasi itu sendiri dilatar belakangi oleh beragam pemahaman, ada yang

menganggap sasi kelapa hanya berlaku bagi pohon kelapa di dusun, di ewang, di hutan

tetapi yang dipinggiran rumah tidak. Tidak adanya sanksi yang berat dan penerapan

bentuk sasi yang tepat memungkinkan penyimpangan ini terus berlangsung. Peran

pemerintah untuk menjaga kelestarian budaya sasi dirasa sangat lemah sehingga

masyarakat bisa menyimpang dengan seenaknya. Terkesan tanggung jawab ini hanya

menjadi tanggung jawab gereja.

18

Sasi dapat diartikan sebagai larangan untuk mengambil hasil sumberdaya alam tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumberdaya hayati (hewani maupun nabati) alam tersebut. Karena peraturan-peraturan dalam pelaksanaan larangan ini juga menyangkut pengaturan hubungan manusia dengan alam dan antar manusia dalam wilayah yang dikenakan larangan tersebut, maka sasi, pada hakikatnya, juga merupakan suatu upaya untuk memelihara tata-krama hidup bermasyarakat, termasuk upaya ke arah pemerataan pembagian atau pendapatan dari hasil sumberdaya alam sekitar kepada seluruh warga/penduduk setempat. Saat ini, sasi memang lebih cenderung bersifat HUKUM ADAT bukan tradisi, dimana sasi digunakan sebagai cara mengambil kebijakan dalam pengambilan hasil laut dan hasil pertanian. Namun, secara umum, sasi berlaku di masayarakat sebagai bentuk etika tradisional. Sasi tidak berhubungan dengan ritus kelahiran, perkawinan, kematian dan pewarisan, melainkan lebih cenderung bersifat tabu dan kewajiban setiap individu dan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki. Seperti yang kita tahu, bahwa taboo atau tabu berfungsi untuk menjaga kestabilan hidup masyarakat. Tabu seringkali dikaitkan dengan sesuatu yang terlarang, karena akan mengakibatkan dampak buruk bagi orang yang melanggar tabu

Page 11: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

41

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar (4) Baileo Sariaman Rumah adat Aboru

Sumber : Dokumentasi Janeman Nahumury

Gambar (5) Gereja Induk di Aboru

D. Dinamika Sosial-Budaya

Relasi pela atau gandong Aboru dengan dua Negeri Kristen yakni Negeri Kariu dan

Negeri Booi (Maluku Tengah) dan Negeri Hualoi (Seram Bagian Barat) sangat erat

dikalangan keempat Negeri, ini adalah kearifan lokal yang terus menerus dipertahankan dari

generasi ke generasi. Relasi ini sangat baik sehingga dalam kegiatan bersama yang berkaitan

dengan pemerintah Negeri maupun dengan pelayanan gereja, ketiga Negeri ini selalu terlibat

Page 12: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

42

bersama19

. Selain itu, tatanan budaya di Negeri seperti adat kawin, Pamoi dan lain

sebagainya. Tetap menjadi pranata yang jaga keluhuran nilainya dan diwariskan dari generasi

ke generasi. Terkait dengan bahasa daerah memang hampir hilang. Hanya beberapa orang tua

saja yang dapat menggunakannya. Mereka-mereka ini adalah tokoh adat di Negeri yang

selalu menjadi juru bicara pada acara-acara adat di Baileo maupun dirumah warga. Bahasa

daerah adalah media untuk mengkomunikasikan kekhasan atau ciri khas daerah.

Tradisi lain yang sampai kini dilakukan adalah pakaloi, yaitu suatu tradisi yang

bermakna tolong menolong untuk memikul kayu guna membangun rumah. Pakaloi biasanya

terjadi di minggu subuh, namun saat ini telah mengalami perubahan sesuai kesepakatan tiga

batu tungku (Pemerintah adat, Gereja, dan Pendidikan) yakni tidak lagi di hari minggu tetapi

di hari-hari lainnya. Perubahan ini disebabkan karena setelah pakaloi orang tidak lagi

beribadah minggu. Hal ini kontras dengan perilaku para leluhur yang setelah memikul kayu

mereka menyempatkan diri untuk beribadah.

E. Keadaan Sosial-Ekonomi

Data di bawah ini menunjukkan bahwa di dalam Negeri Aboru terdapat 51 orang PNS,

392 orang petani, 31 orang nelayan, 33 orang wirausaha, 10 orang pensiun, 12 orang peternak

dengan demikian maka mata pencaharian pokok kebanyakan warga Aboru adalah petani.

Pertanian yang digeluti masih terfokus untuk konsumsi sehari-hari, kalaupun itu produktif

hanyalah dalam volume kecil dan waktu tertentu saja.

Tabel 2. Pekerjaan Pokok atau Mata Pencaharian

No. Tempat PNS Petani Nelayan Wirausaha Pensiun Peternak

1 Naira 22 73 2 7 2 1

19

Data Renstra..., 18-19

Page 13: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

43

2 Kampong 4 91 4 7 1 1

3 Haour-

Tanital

7 84 12 5 5 5

4 Negeri Baru 5 35 1 - - 1

5 Waekenal 9 35 7 8 - -

6 Salele 4 59 5 5 2 4

Jumlah 51 377 37 32 10 12

Sumber : Statistik Negeri Aboru 2015

F. Keadaan Pendidikan

Tabel. 3. Keadaan Sarana Fisik Pendidikan

No. Keadaan Sarana Pendidikan

Paud TK SD SMP SMA PT

1. 2 1 3 1 1 -

Sumber : Data Base Jemaat GPM Aboru 2015

Di Negeri Aboru terdapat 2 PAUD yang proses pendidikannya satu PAUD masih

dilakukan di rumah warga dan satu lainnya meminjam ruangan SMP, belum ada gedung yang

representatif untuk pengembangan pendidikan ini. Untuk menunjang keuangan PAUD maka

dilakukan secara swadaya dari orangtua murid. Ada satu TK yaitu TK Bethel Aboru. TK ini

milik gereja (YPPK), yang pengelolaannya oleh gereja. Tiga SD yaitu : SD Negeri 1 Aboru,

SD Negeri 2 Aboru dan SD Negeri 3 Aboru yang bangunan fisik sekolah dibangun dan

direhab oleh pemerintah. Satu SMP yaitu SMP Negeri 4 Pulau Haruku dan 1 SMA yaitu

SMA Negeri 3 Pulau Haruku. Kondisi gedung SD Negeri 1 dan 2 cukup baik, namun SD

Negeri 3 kondisinya sangat memprihatinkan. Ada beberapa gedung yang sudah rusak berat

dan tidak dapat dipergunakan lagi. Hal yang lain adalah bahwa masih diperlukannya sarana

prasarana penunjang pendidikan yang cukup banyak. Hal ini pun terjadi pada SMP Negeri 4

Page 14: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

44

Pulau Haruku. Beberapa gedung sekolah yang sudah rusak sama sekali dan butuh perbaikan.

SMA Negeri 3 Pulau Haruku, kondisi gedungnya masih baik bahkan sangat terawat.

Tabel 4. Jumlah Tamatan berdasarkan jenjang pendidikan

Jenjang Pendidikan SD SMP SMA D1-D3 S1 S2 S3

Jumlah 629 197 346 44 26 1 -

Sumber : Data Base Jemaat Aboru 2015

Data ini menunjukkan ada 629 orang tamatan SD, 197 Orang tamatan SMP, 346 orang

tamatan SMA dan yang sederajat (STM, PGA, SPG), 44 orang tamatan D1-D3, 26 orang

tamatan S1 dan 1 orang tamatan S2.

2. Pemahaman Orang Aboru tentang Mena Muria

Mena Muria telah ada sejak lama dalam kehidupan masyarakat Maluku umumnya. Asal

usul kata Mena Muria tidak terlepas dari sejarah dan asal usul orang Maluku bahwa dari

Pulau Seram-lah semuanya berasal. Orang-orang di Pulau Seram diyakini merupakan

peradaban yang paling tua bagi orang Maluku, khususnya Maluku Tengah dan sekitarnya.

Sehingga pemahaman mengenai kata Mena Muria dianggap berasal dari Pulau Seram.20

Secara Etimologi Mena berarti “Di depan” Muria berarti “Di belakang”. Sehingga ketika

dipadankan akan membentuk kata Mena Muria “Depan Belakang Siap”. Mena Muria

dipahami dengan berbagai pandangan yang berbeda dalam masyarakat Maluku. Orang Aboru

yang mendiami Pulau Haruku mempunyai pemahaman yang berbeda dengan orang di Pulau

Seram mengenai Mena Muria.21

Bagi masyarakat Aboru Mena Muria bukan hanya memiliki makna harafiah depan

belakang siap22

, sama seperti pemahaman masyarakat di Maluku pada umumnya melainkan

mempunyai arti “Yang didepan (biasanya yang dituakan, yang dihormati atau yang memiliki

20

Hasil Wawancara dengan Bpk. N.M di Desa Nuruwe Maluku Tengah, 30 April 2017. 21

Hasil Wawancara dengan Bpk. E.S di Aboru, 3 Mei 2017 22

Hasil Wawancara dengan Bpk. E.S di Aboru, 3 Mei 2017

Page 15: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

45

status sosial lebih tinggi) memberikan contoh, yang dibelakang (yang umurnya lebih muda

atau mempunyai status sosial yang lebih rendah) mengikuti.” Dalam hal ini arti harafiah yang

dimaksudkan berkaitan dengan penggunaan Mena Muria sebagai kata seruan yang digunakan

dalam masyarakat tradisional untuk memobilisasi masyarakat. kata Mena Muria tidak

terlepas pula dari kata Lawamena Haulala yang memiliki arti harafiah “apa yang datang dari

depan jangan undur.”23

Namun ada yang membedakan secara eksplisit tentang keyakinan

kata Mena Muria yang seperti memiliki unsur magis dan pengaruh yang kuat bagi

masyarakat Aboru.

Selain memiliki arti yang demikian Mena Muria juga diintepretasikan “sekali maju

maka maju terus” menurut beberapa tokoh adat dan tokoh masyarakat Negeri Aboru.24

Berbeda dengan pemahaman masyarakat Nuruwe di Pulau Seram Maluku Tengah yang

merupakan komunitas masyarakat pengguna bahasa Alune yang mengatakan bahwa Mena

Muria adalah bahasa asli mereka. Orang aboru meyakini bahwa bahasa Mena Muria muncul

ketika kepala alifuru25

turun dari gunung Hu’Ur Walu. Mereka meyakini orang alifuru adalah

salah satu suku asli Maluku yang diyakini bukan hanya berasal dari pulau Seram (Pulau

ibu/Nusa Ina) tetapi berasal juga dari pulau Haruku (pulau bapa/ Nusa Ama).26

Dibawah

kepemimpinan kepala Alifuru yang diyakini oleh orang Aboru berdiam di gunung Hu’Ur

Walu, orang-orang dibawa keluar dari gunung untuk mendiami tempat didaerah pesisir.

Orang-orang yang keluar dari gunung meyakini bahwa ada tempat tinggal lain selain gunung

Hu’ur Walu yang bisa ditempati dengan sumber daya alam yang cukup bagi keberlangsungan

hidup mereka.

23

Hasil Wawancara dengan Bpk B.M di Aboru, 4 Mei 2017 24

Hasil Wawancara dengan Bpk E.S, Bpk. B.M, Bpk. O.U di Aboru, 5 Mei 2017 25

Kepala Alifuru adalah pemimpin Suku Alifuru. Alifuru adalah suku asli di Maluku yang mendiami wilayah Pulau Seram. Alifuru berasal dari bahasa Belanda Alfuren yang digunakan untuk menyebut pribumi non-muslim. Suku Alifuru masih ada sampai saat ini, hidup di pedalaman Pulau Seram. Tak jarang mereka turun ke perkampungan warga untuk melakukan transaksi jual beli.

26 Hasil Wawancara dengan Bpk. B.M, di Aboru, 4 Mei 2017.

Page 16: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

46

Ketika melakukan perjalanan menuju ke pesisir sang kepala Alifuru yang menjadi

pemimpin didepan untuk memastikan jalan yang akan dilalui oleh kelompoknya aman dari

bahaya. Ia harus memantau keadaan kelompoknya yang tidak berjumlah sedikit. Formasi

kelompok disusun kepala alifuru di depan, diikuti oleh kelompoknya (biasanya terdiri dari

wanita dan anak-anak juga yang sudah lanjut usia) sedangkan para lelaki akan berjaga di

belakang kelompok dan samping kiri kanan. Hal ini dilakukan untuk menghindari ancaman

yang datang tiba-tiba yang bisa saja menyerang kelompok. Sehingga orang-orang yang

memiliki keberanian dan mampu bela diri ditempatkan disisi belakang dan samping

kelompok yang akan bermigrasi ke pesisir. Dalam perjalanan, untuk memastikan semuanya

aman maka pemimpin di depan atau kepala Alifuru akan berteriak Mena (dalam hal ini

artinya jalan yang didepan yang akan dilalui kelompoknya telah aman). Teriakan tersebut

akan dibalas Muria oleh orang-orang dibelakang untuk memastikan bahwa kelompok akan

menuju ke depan, sementara di bagian belakang aman tidak ada gangguan. Teriakan ini

dimaksudkan karena saat melakukan migrasi, mereka berjalan dalam kelompok yang besar.

Untuk menghemat waktu mereka melakukannya dengan cara diteriakan.

Selain karena mereka berjalan dengan kelompok yang besar mereka juga berhadapan

dengan medan yang sulit. Gaya komunikasi berteriak dipengaruhi oleh kondisi geografis

mereka. Perjalanan dari Gunung ke pesisir akan melewati tebing-tebing yang curam, jurang,

sungai-sungai besar dan hutan yang lebat. Kondisi seperti ini tidak memungkinkan orang

berkomunikasi dengan suara yang pelan tetapi harus lantang dan tegas.27

Setelah sampai ke

pesisir, kelompok tadi akan berpencar mencari tempat-tempat yang aman dan mulai

membangun perkampungan. Tidak sedikit yang membuat perahu untuk pergi ke pulau

lainnya yang berdekatan dengan Pulau Haruku. Ada yang ke Saparua sampai ke Pulau Seram

dan Pulau Ambon. Setelah kelompok mendapat tempat tinggal di daerah pesisir, maka

27

Hasil Wawancara dengan Bpk. B.M, di Aboru, 4 Mei 2017.

Page 17: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

47

pemimpin akan kembali ke gunung untuk tinggal disana dengan beberapa orang yang

memilih mempertahankan daerah mereka di gunung.

Dalam beberapa waktu mereka akan turun dari gunung untuk memastikan keadaan di

pesisir aman atau ketika mereka sedang membutuhkan pertolongan dari orang pesisir. Mena

Muria dianggap sebagai kata khas atau bisa diartikan juga salam khas orang Maluku tempo

dulu. Mena Muria tidak selalu diucapkan dalam keseharian masyarakat Aboru. Mena Muria

bukan hanya digunakan saat melakukan migrasi dari gunung ke pesisir, namun pada saat

kondisi tertentu yang melibatkan kelompok yang cukup besar. Misalnya, pada saat perang.

Perang antar kelompok sering terjadi pada zaman dulu dengan berbagai macam motif.28

Perang biasanya dipicu karena perebutan tempat tinggal, perebutan lahan dan lain

sebagainya. Dalam berperang antar kelompok akan melibatkan banyak orang. Untuk

memobilisasi massa yang ikut perang maka teriakan Mena Muria dilantangkan. Dalam hal ini

berarti orang dalam kelompok siap untuk berperang. Jika kemenangan berhasil diraih maka

pekikan Mena Muria akan lebih gaung diperdengarkan sebagai tanda kami maju berperang

dan kemenangan mengikuti kami.

Pengucapan Mena Muria memiliki khazanah yang berbeda pada setiap konteksnya.

Misalnya pada saat melakukan migrasi, Mena Muria adalah seruan untuk menginformasikan

kepada kelompok bahwa perjalanan mereka aman, jalur-jalur migrasi bebas dari ancaman.

Mena Muria dalam kepentingannya sebagai pekikan dalam perang juga berbeda. Mena Muria

ketika persiapan perang dan selama peperangan berlangsung adalah sebagai aba-aba atau

penanda bahwa siap untuk berperang. Mena Muria diucapkan ketika menang perang pun

memiliki dimensi yang berbeda, saat memenangkan perang maka Mena Muria diucapkan

sebagai sebuah rasa syukur serta rasa semangat yang harus dibagikan kepada orang lain

dalam komunitas. Zaman dulu Mena Muria diucapkan beriringan, Mena diucapkan oleh

28

Hasil Wawancara dengan Bpk J.P, di Rumahtiga, 8 Mei 2017.

Page 18: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

48

pemimpin kemudian Muria diucapkan oleh pengikut atau rakyat. Mena Muria kemudian

menjadi kata yang sangat disakralkan karena digunakan pada momen tertentu pada zaman

dulu. Sejauh ini yang dipahami masyarakat Aboru di Pulau Haruku, Mena Muria pada zaman

dulu diucapkan pada saat melakukan perang dan melakukan migrasi.

Dulu Mena Muria telah dianggap sebagai salam atau seruan yang sakral dalam

komunitas masyarakat Maluku umumnya. Berbeda halnya dengan pemaknaan Mena Muria

pada masa sekarang. Pada Tahun 1950 terjadi gejolak sosial politik di Maluku dengan

munculnya sebuah organisasi separatis Republik Maluku Selatan di Indonesia.29

RMS dengan

menggunakan semboyan Mena Muria pada atributnya telah menggeser makna kultural Mena

Muria. Dewasa ini, orang-orang Maluku umumnya dan orang-orang Aboru khususnya sangat

berhati-hati ketika mengucapkan Mena Muria. Sudah tidak ada lagi nuansa kultural dalam

kata ini. Ketika berbicara mengenai Mena Muria ada kesan traumatik yang sangat mendalam

bagi orang Aboru. Hal ini terkait dengan ditangkapnya beberapa orang Aboru pada tahun

2007 ketika terlibat dalam kasus upacara Hari Keluarga Nasional tahun 2007 silam.

Akibatnya pelabelan yang diberikan kepada orang Aboru terkesan menghakimi dan

terstigma bahwa seluruh orang Aboru terkait dengan organisasi seperatis. Telah terjadi

perubahan makna Mena Muria dalam pemahaman masyarakat Aboru. Mena Muria bukan

lagi dipahami secara harafiah sebagaimana adanya, namun selalu disisipi muatan-muatan

politik. Mena Muria dipahami sebagai sebagai seruan untuk perjuangan, namun perjuangan

yang dimaksudkan adalah perjuangan yang berhubungan dengan gerakan-gerakan sosial-

politik. Pemahaman tentang Mena Muria tidak terlepas dari berbagai perspektif. Perbedaan

perspektif mengenai makna Mena Muria terjadi dalam komunitas masyarakat Aboru.

29

Hasil Wawancara dengan Bpk. S.W, di Ambon, 9 Mei 2017

Page 19: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

49

Beberapa orang mengklaim bahwa Mena Muria adalah sesuatu yang dijanjikan kepada

masyarakat Aboru yang akan menjadi agen perubahan sosial-politik. Karena sifatnya yang

magis dan memiliki nuansa spiritual (diyakini memiliki kekuatan) maka orang-orang Aboru

harus melakukan perjuangan ketika Mena Muria telah dikumandangkan.30

Kata Mena Muria

adalah kata yang sakral yang tidak terlepas dari masyarakat Maluku terlebih orang Aboru.31

Belakangan Mena Muria selalu dipahami sebagai kata perjuangan terhadap Republik Maluku

Selatan. Namun sebenarnya Mena Muria ini sangat sakral, mengandung sebuah rasa hormat

dan tanggung jawab besar ketika mengatakan kata ini. Tidak ada batasan untuk menggunakan

kata Mena Muria. Dalam hal apapun tetap dapat dikatakan secara bebas tanpa ada unsur

politik. Sangat disayangkan apabila warisan budaya ini disalah artikan.

Memang pada kenyataannya Mena Muria telah melekat dalam kehidupan orang

Maluku seperti momok yang menakutkan. Takut apabila diucapkan maka akan dianggap

sebagai para pejuang gerakan separatis. Anggapan-anggapan Mena Muria terkait dengan

RMS dan Mena Muria sungguh sangat disayangkan. Mena Muria adalah seruan untuk

mengajak atau memberikan semangat kepada sesama orang Maluku dan membangkitkan rasa

persatuan.32

Namun tidak dipungkiri bahwa sejak kecil pelabelan terhadap Mena Muria

sebagai hal yang sangat terlarang telah diwariskan turun tumurun yang akhirnya membuat

ketakutan dalam masyarakat Maluku. Pelekatan identitas orang Aboru yang mengucapkan

Mena Muria adalah simpatisan yang terlibat dalam perjuangan gerakan sosial-politik tetapi

kenyataannya tidak demikian. Mena Muria telah diberi arti baru yang berbeda dengan Mena

Muria sebelum tahun 1950.

Nilai-nilai kultural tidak ada pada kata Mena Muria melainkan unsur politik. Bahkan

untuk mengucapkan kata yang menjadi identitas masyarakat Maluku ini pun dilakukan secara

30

Hasil Wawancara dengan Bpk E.S, Bpk. B.M, Bpk. O.U di Aboru, 5 Mei 2017 31

Hasil Wawancara dengan Bpk. F.N, di Rumahtiga, 8 Mei 2017 32

Hasil Wawancara dengan Ibu IL, di Aboru, 5 Mei 2017

Page 20: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

50

diam-diam. Mena Muria telah menjadi tabu untuk diucaapkan, hal ini dikarenakan orang

Aboru sering diberikan stigma sebagai simpatisan RMS dan Aboru adalah basis RMS.

Sehingga segala macam hal yang berkaitan dengan RMS termasuk atribut-atributnya sangat

dilarang oleh pemerintah. Hal ini tentu menimbulkan trauma bagi orang Aboru. Tak jarang

orang yang dengan sengaja maupun tidak sengaja mengucapkan Mena Muria akan ditangkap

dan dimintai keterangan apakah ada maksud tertentu dalam mengucapkan hal tersebut.

Menurut narasumber, anak-anak muda dikampung ketika gejolak RMS terjadi yang

puncaknya pada peringatan hari keluarga nasional tahun 2007 silam telah menjadi incaran

pihak yang berwajib.33

Segala gerak-gerik orang Aboru telah menjadi perhatian semua

kalangan.

Para tetua di Aboru mengatakan sekarang di Aboru tidak lagi menggunakan semboyan

Mena Muria baik dalam acara adat maupun tari-tarian.34

Tari-tarian yang biasanya dilakukan

saat menyambut tamu kehormatan, tari-tarian dalam rangka acara adat dan lain sebagainya

tidak lagi diiringi dengan pekikan Mena Muria. Biasa dalam tarian khas Maluku yang sering

diperagakan oleh orang-orang di Maluku Tengah dan sekitarnya seperti tarian cakelele yang

begitu khas dengan nuansa peperangan, pekikan Mena Muria bahkan tidak diucapkan akibat

rasa khawatir akan disalah tafsirkan oleh kebanyakan orang. Biasa dalam tarian perang itu

akan diteriakan Mena Muria dan Lawamena Haulala untuk membangkitkan semangat para

penari. Tarian cakalele dilakukan oleh para lelaki secara berkelompok dengan membawa

parang (senjata khas Maluku) dan salawaku (perisai) tidak lupa juga mengunakan kain

berang berwarna merah yang melambangkan keberanian. Para penari akan ditato dengan tinta

non-permanen berbagai simbol khas daerah Maluku, mereka juga melumuri badan dengan

arang agar terlihat hitam. Dalam barisan tarian, gerakan-gerakan perang diperagakan. Tak

33

Hasil Wawancara dengan Bpk. B.M, Di Aboru, 4 Mei 2017. 34

Hasil Wawancara dengan Bpk E.S, di Aboru, 3 Mei 2017

Page 21: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

51

jarang ada gerakan kebal tubuh seperti menggosokkan parang di bagian tubuh tertentu tapi

tidak melukai penari.

Mereka memekikan suara tanpa teriakan Mena Muria didalamnya. Mena Muria

dianggap terlalu sensitif di daerah Maluku umumnya dan di Aboru khususnya. Sebagian

besar masyarakat Aboru akan sangat berhati-hati ketika mengatakan Mena Muria. Mereka

telah melihat sendiri bagaimana tindakan aparat terhadap segala bentuk gerakan-gerakan

sosial politik dalam usaha separatisme. Kesadaran terhadap Mena Muria yang adalah warisan

budaya ada dalam benak mereka, tetapi telah lama mereka hidup dalam suatu doktrin politis

bahwa Mena Muria adalah seruan untuk melakukan perlawanan serta salam khas yang

biasanya diucapkan oleh para anggota dan simpatisan RMS ketika bertemu satu sama lain.

Mena Muria yang dipahami secara kontemporer inilah yang selalu menjadi perhatian aparat

keamanan juga menjadi perhatian publik. Bagaimana cara RMS mengenali sesamanya

pejuangnya adalah dengan mengatakan Mena Muria.35

Mena Muria sangat khas dalam memberikan semangat, keyakinan, doktrin terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan gerakan sosial-politik. Mena Muria bukan hanya dekat dengan

masyarakat Aboru, Mena Muria juga telah lama hidup dalam tradisi orang-orang di Maluku

Tengah seperti di Pulau Saparua dan Pulau Seram. Namun dalam kaitannya dengan gerakan

sosial politik di Maluku, Aboru selalu dikaitkan didalamnya. Orang Aboru telah hidup lama

dengan identitas yang demikian. Pada akhirnya mereka juga memiliki pelabelan terhadap diri

mereka sendiri seperti yang telah diidentitaskan orang pada umumnya. Bukan saja Mena

Muria, melainkan hal-hal lain yang berkaitan dengan RMS mereka simpan dengan keyakinan

bahwa suatu saat akan terjadi perubahan sosial politik oleh gerakan-gerakan yang dilakukan.

35

Hasil Wawancara dengan Bpk. S.M, di Ambon, 9 Mei 2017

Page 22: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

52

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar (6) Hiasan dinding di Rumah Salah Seorang Warga Aboru, yang memiliki

unsur empat warna bendera RMS yakni (Merah, Putih, Biru dan Hijau)

Mena Muria dan berbagai hal lainnya yang berkaitan dengan atribut RMS akan

dipandang sebagai sesuatu yang sangat tabu untuk dibicarakan. Tabu dibicarakan didepan

umum tetapi untuk berbicara secara diam-diam dalam komunitas tertentu sering dilakukan.

Mena Muria secara kontemporer banyak ditafisirkan. Penafsiran makna Mena Muria yang

terkesan bebas dan secara liar ini pada ujungnya akan merujuk pada gerakan-gerakan sosial

politik. Mena Muria sebagai salam khas dan semboyan RMS tersirat dalam aktivitas

komunikatif yang dilakukan. Sebagai contoh saat penumpasan RMS di Ambon berakhir

keadaan ekonomi di Ambon tidak stabil. Ada sebagian tentara pejuang RMS yang

menyerahkan diri, ada yang masih bergerilya bersama kelompoknya dan ada juga yang lari

ke Belanda menggunaka kapal sambil melakukan teriakan “Mena Muria!! Merdeka” dari atas

kapal diiringi lambaian lenso (saputangan) putih sebagai tanda perpisahan.36

Mena Muria yang diteriakan diatas kapal bermakna “kami pergi (ke Belanda) namun

perjuangan kami tidak selesai sampai disini”. Atau juga dapat dipahami sebagai mereka yang

36

Hasil Wawancara dengan Bpk. F.U di Aboru, 4 Mei 2017

Page 23: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

53

pergi ke Belanda (yang di depan = Mena) akan berjuang secara politis disana. Sedangkan

yang tinggal (di belakang = Muria) yang sedang bergerilya secara fisik di Maluku dan

sekitarnya. Ada juga cerita mengenai Soumokil (pemimpin RMS saat penumpasan terjadi)

pada saat ditangkap di pulau Seram dan dibawa ke tepi pantai untuk menaiki kapal yang akan

membawanya ke Ambon dan seterusnya ke Jakarta untuk diadili.37

Saat itu para penari

perempuan menggunakan kebaya putih dengan saputangan putih menari di pinggir pantai

meratapi kepergian Soumokil dengan lambaian tangan dan dibalas oleh Soumokil, “Mena

Muria!!”.

Mena Muria dalam hal ini mempunya nuansa yang juga berbeda. Yakni Mena Muria

yang bermakna perjuangan belum berakhir. Maka itu tidak dapat ditafsirkan makna Mena

Muria kontemporer dengan satu acuan. Karena Mena Muria yang kontemporer dan politis ini

banyak sekali melahirkan tafsiran-tafsiran sesuai konteks. Masyarakat Aboru adalah

penduduk yang homogen, dengan kepercayaan kristiani yang sangat kuat.38

Cerita-cerita

mengenai Mena Muria juga dipahami adalah sebagai bentuk perintah Tuhan. Mena Muria

sering dikaitkan dengan Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir. Mena Muria juga

dipahami sebagai sebuah keyakinan yang teguh terhadap penyertaan yang Ilahi. Penyertaan

yang Ilahi itu ada dalam suatu pemahaman “pergi (Mena) dan kembali (Muria) dengan

diberkati. Ada begitu banyak tafsir simbolis yang terkandung dalam Mena Muria.

Masyarakat tidak lagi kembali pada aspek epistemik Mena Muria, tetapi lebih mengaitkan

dengan nuansa etnis-religius maupun etnis-politis. Namun yang masih diyakini adalah Mena

Muria adalah ungkapan pesan yang dapat ditafsirkan secara bebas.

37

Hasil Wawancara dengan Bpk. N.M di desa Nuruwe, 30 April 2017 38

Hasil Wawancara dengan Bpk. B.M, Di Aboru, 4 Mei 2017.

Page 24: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

54

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemaknaan Mena Muria

Perkembangan mengenai pemaknaan Mena Muria bagi orang Aboru di Pulau Haruku

tidak terlepas dari berbagai faktor. Menurut narasumber39

, sedikitnya ada empat faktor yang

urut mempengaruhi pemaknaan Mena Muria antara lain : Faktor pendidikan, faktor sosial-

budaya, faktor politik dan faktor kesejarahan.

1. Faktor Pendidikan.

Dalam masyarakat, pendidikan sangat berkaitan erat dengan pengetahuan. Pendidikan

bisa saja mempengaruhi individu maupun kelompok dalam masyarakat. Di Aboru,

faktor pendidikan sangat terlihat jelas memberikan pengaruh yang sangat signifikan

bagi pemahaman orang Aboru terhadap Mena Muria. Pengetahuan yang didapatkan

secara formal disekolah dapat menstimulasi pemikiran masyarakat untuk lebih berpikir

kritis. Pelajaran yang didapatkan secara formal tidak memberikan ruang bagi

kebudayaan. Dalam pelajaran muatan lokal tidak diberikan pengetahuan tentang bahasa

daerah atau sejarah lokal masyarakat. Selain itu, tingkat minat belajar rata-rata

masyarakat Aboru di Pulau Haruku hanya sebatas sekolah menengah atas. Berbeda

dengan masyarakat Aboru yang ada diperantuan yang memilih untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Masyarakat Aboru yang tinggal dan menetap

di Pulau Haruku sebagaian besar memilih untuk tidak melanjutkan sekolah ke

perguruan tinggi melainkan mencari pekerjaan sebagai nelayan, petani atau pengemudi

speed boat sebagai transportasi dari Aboru ke pusat kota di Ambon. Karena tuntutan

hidup yang begitu besar sehingga mau tidak mau mereka akan memilih bekerja

membantu perekonomian keluarga dibandingkan pergi ke Ambon untuk menempuh

39

Hasil Wawancara dengan Ibu T.L, di Aboru, 2 Mei 2017, Bpk. B.M, Bpk. O.U, Bpk, E.S di kediaman masing-masing pada tanggal 3, 4, dan 8 Mei 2017.

Page 25: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

55

pendidikan yang lebih tinggi. Dari sekian banyak penduduk di Aboru dengan usia

produktivitas 16-30 tahun, kurang dari separuh yang memilih untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yang diharapkan mampu memberikan ruang

berpikir yang lebih baik bagi generasi muda Aboru. Kesulitan ekonomi juga menjadi

faktor penentu terhambatnya proses pendidikan anak-anak muda di Aboru untuk ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kebanyakan masyarakat Aboru yang bekerja

sebagai petani dan nelayan tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk

menyekolahkan anak-anak mereka ke perguruan tinggi. Menurut salah satu narasumber

BM, bukan hanya masalah ekonomi yang menghambat perkembangan pengetahuan.

Tetapi dari pemerintah sendiri yang tidak mempunya program bahasa daerah yang

diajarkan di lembaga pendidikan formal. Akibatnya untuk mempertahankan bahasa-

bahasa daerah sebagai identitas lokal masyarakat tidak bisa dilakukan. Hal ini juga turut

dipengaruhi oleh terbatasnya tenaga pengajar yang memiliki kemampuan muatan lokal

dalam hal ini bahasa daerah.

2. Faktor Sosial-Budaya

Pemahaman Mena Muria bagi masyarakat Aboru juga tidak terlepas dari faktor sosial-

budaya. Keadaan sosial di Aboru sangat dipengaruhi oleh bekas kolonialisasi yang

menyisakan berbagai pengaruh yang cukup besar. Pengaruh kolonial sangat terasa

mengikis kebudayaan yang ada di Aboru. Aboru sangat terkenal dengan komunitas

masyarakat yang memiliki ikatan sosial yang sangat kuat. Pakaloi adalah salah satu

bentuk solidaritas yang dimiliki oleh masyarakat Aboru. Pakaloi berarti saling

membantu sesama40

. Biasanya Pakaloi dilakukan secara gotong royong ketika salah

satu warga Aboru membutuhkan bantuan. Secara spontan langsung dilakukan tanpa

`

40 Hasil Wawancara dengan Bpk. B.M di Aboru, 4 Mei 2017

Page 26: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

56

menunggu aba-aba dari pemerintah negeri dalam hal ini raja. Dilakukan secara spontan

apabila dalam keadaan sangat mendesak, sehingga inisiatif bersama digunakan dalam

hal ini. Pakaloi dilakukan dalam membangun rumah, membersihkan kebun, membuat

perahu untuk melaut dan lain sebagainya yang melibatkan bantuan dari orang lain.

Setelah kedatangan bangsa kolonial di Maluku umumnya dan Aboru khususnya, sedikit

demi sedikit warisan budaya telah mengalami pergeseran. Pakaloi biasanya dilakukan

di hari minggu, tetapi karena pengaruh kekristenan yang sangat kuat sehingga tradisi ini

diubah dilakukan bukan pada hari minggu. Dalam kehidupan komunitas masyarakat

Aboru yang menjunjung tinggi adat dan budaya, sehingga falsafah hidup “potong di

kuku rasa di jantong” sangat dipegang kuat oleh masyarakat Aboru.41

Sayangnya

falsafah hidup yang dipegang kuat teguh ini tidak sejalan dengan kesadaran akan

bahasa yang hampir hilang. Kedatangan bangsa kolonial ke Aboru membuat pola

komunikasi dalam masyarakat yang didominasi oleh bangsa kolonial merubah tatanan

bahasa yang ada. Orang-orang Aboru jarang menggunakan bahasa asli, sebagai

gantinya mereka melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa melayu-ambon

yang lebih dimengerti oleh bangsa kolonial. Keterikatan masyarakat Maluku pada

umumnya dan masyarakat Aboru pada khususnya dengan bangsa penjajah dalam hal ini

bangsa Belanda sangat terjalin erat. Bahkan ketika pemulangan bangsa Belanda ke

tanah asal mereka banyak orang Aboru yang diikutkan serta sebagai anak angkat,

saudara bahkan sebagai pasangan suami atau istri. Karena hubungan-hubungan inilah

maka kebanyakan orang Aboru dewasa ini sangat mengidentikan diri sebagai bagian

dari orang-orang Belanda.42

41

Ibid 42

Hasil Wawancara dengan Ibu I.L di Aboru, 5 Mei 2017

Page 27: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

57

3. Faktor Politik

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kasus pemaknaan Mena Muria bagi orang Aboru

sangat dipengaruhi oleh faktor politik. Mena Muria memiliki kesan yang sangat

problematis terkait dengan penggunaannya oleh gerakan suatu sosial-politik di Maluku

yakni RMS. Nuansa politik terasa saat Mena Muria pertama kali digunakan oleh RMS

sekitar tahun 1950 sebagai salam khas dan semboyan gerakan sosial-politik tersebut.43

Mena Muria digunakan dalam kepentingan politik gerakan sosial-politik ini karena

dianggap sangat dekat dengan kehidupan orang Maluku umumnya yang

menggambarkan “Ale Rasa Beta Rasa”. Serta menggambarkan juga perjuangan dan

pemberian semangat bagi masyarakat Maluku untuk berjuang dalam gerakan sosial-

politik tersebut. Salam khas dan semboyan Mena Muria sengaja dilantangkan untuk

memobilisasi dukungan bagi kemungkinan terjadi perubahan sosial politik. Mena

Muria yang dipakai pada tahun 1950 sarat akan kepentingan politik. Mena Muria

dibangun dengan imajinasi akan terjadi suatu perubahan sosial-politik di Maluku dan

sekitarnya sehingga Mena Muria diberikan bumbu politik untuk menarik massa.44

Akibatnya Mena Muria selalu dipahami sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

RMS. Telah lama pemahaman ini dibangun dan bertahan dari generasi satu ke generasi

lainnya sejakk tahun 1950.

Sumber : Melanesia Blog

Gambar (7) Lambang RMS disertai dengan simbol burung Pombo lengkap dengan

tulisan Mena Muria

43

Hasil Wawancara dengan Bpk. S.W di Ambon, 9 Mei 2017 44

Hasil Wawancara dengan Bpk. F.U di Aboru, 4 Mei 2017

Page 28: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

58

4. Faktor Kesejarahan

Perubahan pemaknaan Mena Muria telah terjadi dalam rentang waktu sejarah yang

cukup panjang. Proses-proses sejarah juga turut menjadi faktor penentu suatu bahasa

dalam mengalami perubahan makna. Dalam linimasa Mena Muria awalnya adalah kata

yang memiliki khasanah budaya namun akibat berbagai peristiwa maka nuansa makna

itu sudah tidak ada melainkan nuansa politis. Sejarah membuktikan bahwa Mena Muria

bukan hanya ada di Aboru tetapi juga ada di hampir seluruh wilayah Maluku dan

sekitarnya. Khususnya di bagian Maluku tengah (Pulau Seram, Pulau Saparua, Pulau

Haruku) mempunyai pemaknaan yang berbeda-beda tentang Mena Muria tergantung

cerita sejarah dalam suatu daerah. Bagi orang di Seram Mena juga dapat merujuk

kepada “orang yang dituakan” dan Muli atau Muria merujuk pada yang bungsu. Dalam

tradisi orang Alune, yang lebih tua atau kakak akan dipanggil dengan istilah Sia Mena

atau Ile Mena45

. Sedangkan yang bungsu atau lebih muda akan disebut dengan Ile Muli.

Dalam pembagian antara yang kakak dan adik berdasarkan pada pembagian sumber

mata air besar di Pulau Seram, yaitu tiga aliran sungai besar yang membelah sepanjang

daratan. Tala, Eti, Sapalewa diyakini sebagai tempat petuanan sekaligus tempat

perpisahan tiga orang saudara (yang diwakili dengan tiga mata air) Ile Mena adalah

yang tertua mengikuti aliran sungai Tala, Ile Talele mengikuti sumber air sapalewa, Ile

Muli mengikuti sumber air Sapalewa. Daerah mereka dibagi berdasarkan tiga aliran

sungai tersebut. Selain itu adat di Negeri Seram sebagian besar juga menggunakan

sebutan Hatu Mena dan Hatu Muli yang merujuk pada pembagian dan pemetaan

komunitas. Mena adalah mereka yang menjaga daerah bagian depan (pintu masuk suatu

tempat tinggal Klan)46

dan sebaliknya dibagian belakang dijaga oleh Hatu Muli. Lain

halnya dengan orang di Aboru yang melakukan klaim bahwa Mena Muria awalnya

45

Hasil Wawancara dengan Bpk. N.M di Desa Nuruwe, 30 April 2017 46

Hasil Wawancara dengan Bpk E.T.M di Ambon, 13 April 2017

Page 29: Mena Muria di Negeri Aboru...2. Adat dan tradisi pengangkatan raja. Calon raja diberi mata rumah raja harus dikukuhkan dahulu secara adat dirumah adat Baileo, sebelum dilantik oleh

59

adalah bagian dari bahasa orang Aboru yang digunakan sewaktu turun dari gunung

Hu’Ur Walu sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian pertama mengenai

pemaknaan Mena Muria oleh orang Aboru di Pulau Haruku.47

Tahun 1950 identitas ke-

Maluku-an dalam Mena Muria telah dilekatkan dalam diri gerakan sosial politik RMS

maka sejak saat itulah Mena Muria telah mengalami perubahan makna. Faktor

kesejarahan sangat berfungsi untuk mendudukan kembali linimasa Mena Muria sebagai

produk budaya sampai pada Mena Muria yang problematis sebagai semboyan politik.

Setidaknya ada 4 faktor yang turut mempengaruhi pemaknaan Mena Muria oleh orang

Aboru di Pulau Haruku. Pemaknaan dan faktor-faktor yang turut mempengaruhinya tidak

terlepas dari pemahaman masyarakat Aboru sendiri terhadap Mena Muria. Mena Muria bagi

mereka seperti dua sisi mata uang, yang satu dapat merujuk pada sejarah dan budaya tetapi

yang lainnya merujuk pada keterkaitannya secara politis yang sejauh ini telah menimbulkan

banyak problem dalam kehidupan masyarakat Aboru.

47

Hasil Wawancara dengan Bpk. B.M di Aboru, 4 Mei 2017