MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam...

36
MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI INDONESIA DAN MALAYSIA, SERTA PENGEMBANGAN MODEL SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI VIETNAM KHO DI DZA DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam...

Page 1: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI

INDONESIA DAN MALAYSIA, SERTA PENGEMBANGAN

MODEL SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI VIETNAM

KHO DI DZA

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di
Page 3: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Mempelajari Sistem

Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia, serta Pengembangan Model Sistem

Sertifikasi Halal di Vietnam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Kho Di Dza

NIM F24098002

Page 4: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

ABSTRAK

KHO DI DZA. Mempelajari Sistem Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia,

serta Ide Pengembangan Model Sistem Sertifikasi Halal di Vietnam. Dibimbing

oleh EKO HARI PURNOMO dan JOKO HERMANIANTO.

Sertifikasi halal untuk fasilitas produksi pangan, produk pangan, atau rumah

pemotongan hewan adalah pemeriksaan terhadap manusia, praktik, dan produk-

produk yang mematuhi hukum-hukum Islam oleh organisasi yang kompeten.

Makanan bersertifikat halal umumnya memperoleh tanda khusus atau logo yang

menunjukkan bahwa produk tersebut telah diperiksa secara independen. Ada

ratusan organisasi di seluruh dunia yang menawarkan jasa sertifikasi halal, namun

definisi halal yang tepat tidak selalu sama. Perbedaan ini disebabkan oleh persepsi

metode sertifikasi halal untuk satu organisasi tidak sama dengan organisasi yang

lain. Tujuan pengkajian ini adalah menganalisis perbedaan sistem sertifikasi halal

antara Indonesia dan Malaysia, serta ide pengembangan model sistem sertifikasi

halal di Vietnam. Pengkajian ini dilakukan dengan mengobservasi secara

langsung dan analisis dokumen resmi dari lembaga sertifikasi halal. observasi

langsung dilakukan di LPPOM MUI di Indonesia. Dokumen resmi diperoleh dari

kantor LPPOM MUI di Indonesia, BHH JAKIM di Malaysia dan CBI HCM di

Vietnam serta dari website resmi mereka. Perbedaan sistem sertifikasi halal antara

Indonesia dan Malaysia diamati pada proses sertifikasi halal dan sistem jaminan

halal. Model sistem sertifikasi halal di Vietnam diusulkan untuk memasukkan

struktur organisasi, sumber daya manusia, metodologi pelaksanaan, sistem

jaminan halal dan kebijakan umum.

Kata kunci: sertifikasi halal, sistem jaminan halal, Indonesia, Malaysia, Vietnam.

ABSTRACT

KHO DI DZA. Study on Halal Certification System in Indonesia and Malaysia,

and Halal Certification System Model in Vietnam. Supervised by EKO HARI

PURNOMO and JOKO HERMANIANTO.

Halal certification in food production facility, food product, or

slaughterhouse are an inspection of people, practices and products which is adhere

to Islamic dietary laws by competent organization. Generally, halal certified get

an specific seal or logo which indicates that it has been independently inspected.

There are hundreds of organization around the world that offer halal certification

services, though the exact definition of halal is not always same. These difference

caused by the perception of halal certification methods for one organization is not

the same with others. The objective of this study is analyze the differences of halal

certification system in Indonesia and Malaysia, and an idea to establish halal

certification system model in Vietnam. This study is conducted direct observation

and analysis of official documents from halal certification body. Direct

observation was conducted in LPPOM MUI. Official documents were obtained

from LPPOM MUI, BHH JAKIM and CBI HCM office, and their official

websites. The difference of halal certification system in Indonesia and Malaysia is

observed in the halal certification procedure and halal assurance system. Model of

Page 5: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

halal certification system in Vietnam is proposed to include organizational

structure, human resources, implementation methodology, halal assurance system

and public policy.

Keywords: halal certification, halal assurance system, Indonesia, Malaysia,

Vietnam.

Page 6: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pangan

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI

INDONESIA DAN MALAYSIA, SERTA PENGEMBANGAN

MODEL SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI VIETNAM

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

KHO DI DZA

Page 7: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di
Page 8: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

Judul Skripsi : Mempelajari Sistem Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia,

serta Pengembangan Model Sistem Sertifikasi Halal di Vietnam.

Nama : Kho Di Dza

NIM : F24098002

Disetujui oleh

Dr Eko Hari Purnomo,MSc

Pembimbing I

Dr Ir Joko Hermanianto

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Feri Kusnandar, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 9: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di
Page 10: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “Mempelajari

Sistem Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia, serta Pengembangan Model

Sistem Sertifikasi Halal di Vietnam” berhasil diselesaikan. Pengkajian ini

dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 sampai selesai.

Terima kasih penulis ucapkan kepada

1. Ibunda Ha Li Mah, serta keluarga tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.

2. Program beasiswa IDB yang telah memberikan kesempatan untuk penulis bisa

memdapatkan ilmu di Indonesia.

3. Bapak M. Fadhol Arovah Maryadie sebagai Honorary Students’ Counsellor

program beasiswa IDB di Indoneia yang telah memberikan banyak perhatian

dan bantuan selama penulis kuliah di Indonesia.

4. Dr Eko Hari Purnomo selaku pembimbing skripsi pertama yang telah banyak

memberikan arahan kepada penulis selama kuliah hingga menyelesaikan masa

kuliah ini.

5. Dr Joko Hermanianto selaku pembimbing skripsi kedua yang telah banyak

memberi saran dan masukan yang sangat bermanfaat bagi skripsi ini.

6. Ir Sumunar Jati selaku pembimbing lapang yang telah banyak memberi

bimbingan masa magang di LPPOM MUI.

7. Staf-staf LPPOM MUI dan Bahagian Hab Halal JAKIM yang telah membantu

dalam memperoleh informasi selama pengumpulan data.

8. Seluruh dosen dan staf di ITP-IPB.

9. Teman-teman ITP 46 serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian

dan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan pembaca untuk

melakukan penelitian dalam bidang halal selanjutnya.

Bogor, April 2014

Kho Di Dza

Page 11: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Pengkajian 2

METODE 2

Tempat dan Waktu Magang 2

Prosedur 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 2

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

RIWAYAT HIDUP 24

Page 12: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

DAFTAR TABEL

1 Sistem sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia 3 2 Sitem jaminan halal di Indonesia dan Malaysia 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Proses sertifikasi halal di LPPOM MUI-Indonesia 17

2 Proses sertifikasi halal di Bahagian Hab Halal JAKIM-Malaysia 18

3 Proses sertifikasi halal di Commission Board of Islamic Community in

Ho Chi Minh city (CBI HCM)-Vietnam 19

4 Logo halal di MUI-Indonesia, JAKIM-Malaysia dan CBI HCM-

Vietnam 20

5 Contoh sertifikasi halal di MUI-Indonesia 21

6 Contoh sertifikasi halal di JAKIM-Malaysia 22

7 Contoh sertifikasi halal di CBI HCM-Vietnam 23

Page 13: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan perdagangan bebas di era globalisasi menyebabkan

perubahan perilaku konsumen terhadap produk halal. Kesadaran terhadap

pentingnya produk halal semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari

meningkatnya volume perdagangan produk halal, jumlah negara yang terlibat

dalam bisnis halal dan keterlibatan perusahaan-perusahaan multinasional maupun

lokal di setiap negara dalam memproduksi produk halal. Kenaikan persentase

bisnis halal di dalam bisnis internasional menunjukkan bahwa produk-produk

makanan halal mulai diterima masyarakat dunia sebagai produk yang memiliki

mutu tinggi.

Pangan halal merupakan masalah paling utama bagi konsumen muslim.

Menurut Syafie dan Othman (2006), halal mencakup dari proses pemotongan,

penyimpanan, penyajian, penyiapan, kesehatan dan kebersihan. Selain halal,

muslim juga diwajibkan mengkonsumsi makanan yang baik (thoyyib), seperti

belum kadarluwasa, tidak mengandung zat tambahan yang beracun, tidak

membahayakan kesehatan. Makanan halal pasti thoyyib sedangkan makanan

thoyyib tidak selalu halal. Hal ini disebabkan oleh thoyyib sering kali bersifat

subyektif sementara halal bersifat mutlak.

Ketertarikan terhadap produk halal telah meluas hingga negara non-muslim,

karena komunitas muslim semakin berkembang di dunia. Pasar utama pangan

halal diantaranya India (255,30 juta muslim), Indonesia (218,68 juta muslim),

Republik Rakyat Cina (RRC) (135,74 juta muslim), Rusia (27,27 juta muslim),

Malaysia (18 juta muslim), Amerika Serikat (6,67 juta muslim), Perancis (6,13

juta muslim), dan Jerman (4,03 juta muslim) (Anonim 2014). Pasar kelompok

pangan halal telah melibatkan sekitar 150 negara dengan total konsumsi

masyarakat muslim mencapai US$ 632 miliar per tahun dan aktivitas perdagangan

halal internasional sebesar US$ 250 miliar per tahun (Purnomo 2011). Perkiraan

pemasaran produk halal global mencapai nilai lebih dari 800 miliar dolar per

tahun (LPPOM MUI 2013). Di wilayah Asia Tenggara (ASEAN), Malaysia dan

Thailand merupakan dua negara yang sangat aktif dalam memanfaatkan peluang

pasar halal global. Namun pesatnya bisnis produk halal tersebut belum didukung

secara kuat dengan pengembangan sistem jaminan halal (Halal Assurance System)

dari kelembagaan sertifikasi halal.

International Organization for Standardization (ISO) memiliki toleransi

seperti standar kualitas, namun kehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah

toleransi (zero tolerant). Jika satu bahan atau proses diragukan kehalalannya,

harus diganti atau diperbaiki agar memperoleh sertifikat halal. Saat ini, lembaga-

lembaga sertifikasi halal belum terstandardisasi. Sertifikasi halal yang diperoleh

dari lembaga di suatu negara sering ditolak oleh majelis ulama atau lembaga di

negara lain. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama dan kepercayaan antar

lembaga sertifikasi halal, produsen, ulama, peneliti, pemerintah dan pihak-pihak

terkait lainnya yang mampu mendorong tumbuhnya bisnis produk halal.

Page 14: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

2

Tujuan Pengkajian

Tujuan pengkajian ini adalah memberikan penjelasan tentang perbedaan

sistem sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia. Selain itu, pengkajian ini juga

memberikan ide pembuatan model sistem sertifikasi halal yang sesuai di Vietnam.

METODOLOGI

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan

dan Kosmetika Majelis Ulama Indoneisa (LPPOM MUI), Global Halal Center

jalan Pemuda no. 5-Bogor, selama empat bulan, dimulai dari bulan Februari

sampai dengan Juni 2013. Pengambilan data dilakukan di Commission Board of

Islamic Community in Ho Chi Minh city (CBI HCM) Vietnam pada bulan Juni

2013 dan Bahagian Hab Halal Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM)

Malaysia pada bulan Januari 2014.

Prosedur

Kegiatan magang ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu studi pustaka dan

pengambilan data. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dan

informasi mengenai topik yang dikaji. Studi pustaka diperoleh dari buku pedoman

sertifikasi halal, skripsi, internet, jurnal maupun laporan-laporan yang

berhubungan dengan topik pengkajian. Pengambilan data sekunder dapat

diperoleh dari dokumen lembaga sertifikasi halal di LPPOM MUI Indonesia,

BHH JAKIM Malaysia dan CBI HCM Vietnam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia

Sistem sertifikasi halal menjadi dasar pengembangan lembaga sertifikasi

halal. Setiap negara terdapat perbedaan sistem sertifikasi halal sesuai dengan

peraturan pemerintah, kebudayaan, maupun metodologi pelaksanaan. Penjelasan

sistem sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 15: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

3

Tabel 1 Sistem sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia

Kategori Indonesia Malaysia

Lembaga yang

berwenang

mengeluarkan

sertifikat halal

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-

Obatan dan Kosmetika - MUI

(LPPOM-MUI)

Bahagian Hab Halal - Jabatan

Kemajuan Islam Malaysia (BHH-

JAKIM)

Sejarah dan

perkembangan

- Tanggal 6 Januari 1989, Majelis Ulama

Indonesia membangunkan Lembaga

Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan

Kosmetika (LPPOM), memberi

peranan dalam produk yang beredar di

masyarakat.

- Awal tahun 1994, LPPOM MUI

mengeluarkan sertifikat halal pertama

untuk produsen.

- LPPOM MUI kerjasama dengan Badan

Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM), Kementrian Agama,

Kementrian Pertanian, Kementrian

Koperasi, dan Institut Pertanian Bogor.

- Khususnya dengan Kementrian Agama

dan BPOM, sertifikasi halal dari MUI

merupakan persyaratan dalam

penetapkan label halal pada kemasan.

- 2008 LPPOM MUI menetapkan sistem

jaminan halal.

- 2012 LPPOM MUI menerapkan sistem

CEROL

- Tahun 1974, Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia (JAKIM) memberi status

halal kepada produk makanan dan

barang gunaan.

- Tahun 1994, konfirmasi halal

diberikan dalam bentuk sertifikasi

dan logo halal.

- Tanggal 30 September 1998,

pemeriksaan halal dilaksanakan oleh

Syarikat Ilham Daya (perusahaan

yang ditunjuk oleh kerajaan).

- Tanggal 1 September 2002, kerajaan

memutuskan bahwa semua urusan

pengesahan halal dilakukan oleh

JAKIM melalui Bahagian Kajian

Makanan dan Barangan Gunaan

Islam.

- Tanggal 17 November 2005 lembaga

pengesahan halal memiliki nama baru

yaitu Bahagian Hab Halal.

- Tanggal 2 April 2008, pengurusan

lembaga halal diambil alih oleh Halal

Industry Development Corporation.

- Tanggal 8 Juli 2009, pengurusan

sertifikasi halal Malaysia dalam dan

luar negara dikembalikan kepada

JAKIM.

- Tahun 2003 mulai menerapkan

sistem online dalam pendaftaran.

- Tanggal 1 Juli 2013

mengimplementasi sistem jaminan

halal.

Visi dan misi - Visi dari LPPOM MUI adalah menjadi

pusat halal dunia yang memberikan

informasi, solusi, dan standar halal

secara nasional dan internasional dan

menjadi lembaga sertifikasi halal

terpercaya di Indonesia dan dunia

untuk memberikan ketenteraman bagi

umat Islam.

- Misi dari LPPOM MUI adalah

melakukan sertifikasi halal untuk

produk-produk halal yang dikonsumsi

oleh masyarakat, memberikan

informasi yang lengkap dan akurat

mengenai kehalalan suatu produk,

membuat dan mengembangkan standar

sistem pemeriksaan halal, dan

mengedukasikan dan menyadarkan

masyarakat untuk senantiasa

mengkonsumsi produk halal.

- Visi dari BHH JAKIM adalah

menjadi sebuah pusat layanan

sertifikasi halal yang kompeten dan

diakui di tingkat nasional maupun

internasional.

- Misi dari BHH JAKIM adalah

memastikan semua produk yang

diberi sertifikasi halal atau

menggunakan perbahasaan halal

adalah suci dan halal menurut hukum

syariah.

Page 16: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

4

Tabel 1 Sistem sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia (lanjutan)

Regulasi halal - UU no.7 tahun 1996 tentang

Pangan.

- UU no.8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen “Pelaku

usaha dilarang memproduksi atau

memperdagangkan barang yang dan

atau jasa yang tidak mengikuti

ketentuan berproduksi secara halal

sebagaimana pernyataan halal yang

dicantumkan dalam label”.

- PP no.69 tahun 1999 tentang Label

dan Iklan pangan.

- Keputusan Menteri Agama RI

nomor 518 tahun 2001 tentang

Pedoman dan Tata Cara

Pemeriksaan dan Penetapan Pangan

Halal. (Asiah 2012)

- Perintah perihal dagangan-definisi

halal dibawah bagian 28 Akta perihal

dagangan (APD) tahun 2011 tentang

1. Hukum syariah

2. Makanan

3. Layanan yang berkaitan dengan

makanan dan barang gunaan

- Perintah perihal dagangan-sertifikasi

dan logo halal dibawah bagian 29

APD 2011 tentang

1. Pihak berkuasaan berwibawa

2. Sertifikasi halal

3. Sertifikasi halal untuk produk impor

4. Logo halal untuk makanan dan

barang gunaan. (Wiku 2008)

Buku

panduanstandar

halal

- HAS 23000 Persyaratan Sertifikasi

Halal.

- HAS 23101 Pedoman Pemenuhan

Kriteria Sistem Jaminan Halal di

Industri Pengolahan.

- HAS 23103 Pedoman Pemenuhan

Kriteria Sistem Jaminan Halal di

Rumah Potong Hewan.

- HAS 23201 Persyaratan Bahan

Pangan Halal.

- MS 1500:2009 Makanan Halal

Pengeluaran, Penyediaan,

Pengendalian dan Penyimpanan

(semakan kedua).

- MS 2200:2008 Barang Gunaan

Islam-Bahagian 1: Kosmetik dan

Dandanan Diri.

- MS 2200-2:2012 Barang Gunaan

Islam-Bahagian 2: Penggunaan

Tulang, Kuku, dan Bulu Haiwan.

- MS 2400-1:2010 Halalan-Toyyiban

Assurance Pipeline-Part 1:

Management System Requipments

for Transportation of Goods and /or

Cargo Chain Services.

- MS 2400-2:2010 Halalan-Toyyiban

Assurance Pipeline-Part 2 :

Assurance Pipeline-Part2:

Mangement System Requipments for

Warehousing and Related Activities.

- MS 2400-3:2010 Halalan-Toyyiban

Assurance Pipeline Part 3:

Management System Requipments

for Retailing.

- MS 2424:2010 Halal

Pharmaceuticals: General Guideline.

Prosedur

sertifikasi halal - Terima pendaftaran.

- Tentuan pembayaran.

- Pre-audit.

- Audit lapang.

- Evaluasi pasca-audit.

- Rapat komisi fatwa.

- Keluar sertifikat halal.

- Inspeksi mendadak.

- Terima pendaftaran.

- Pre-audit.

- Tentuan biaya.

- Audit lapang.

- Evaluasi pasca-audit.

- Rapat komisi fatwa.

- Keluar sertifikat dan logo halal.

- Inspeksi mendadak.

Periode berlaku

SH

- Dua tahun. - Dua tahun.

Page 17: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

5

Prosedur Sertifikasi Halal di Indonesia dan Malaysia

Logo halal yang tercantum pada label menunjukkan bahwa produk tersebut

layak dikonsumsi oleh masyarakat muslim karena tidak mengandung bahan-bahan

haram dan diproses secara halal. Logo halal dapat dicantumkan pada produk jika

produsen telah memperoleh sertifikat halal dari suatu lembaga yang berwenang.

Perusahaan harus melalui beberapa tahapan proses untuk mendapatkan sertifikat

halal. Langkah-langkah proses sertifikasi halal dari LPPOM MUI dapat dilihat

pada Lampiran 1 dan dari Bahagian Hab Halal JAKIM dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah sebuah organisasi swadaya

masyarakat yang mengakomodasi ulama, zu’ama dan cendekiawan islam di

seluruh Indonesia. MUI memandatkan LPPOM sebagai lembaga sertifikasi halal

di Indonesia. Sedangkan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) merupakan

lembaga yang mengatur urusan agama Islam dan dikelola oleh pemerintah

Malaysia. JAKIM mengamanahkan Bahagian Hab Halal sebagai headquarter

lembaga sertifikasi halal yang ada di Malaysia. Oleh karena itu, dapat

diidentifikasi bahwa kedua lembaga sertifikasi halal tersebut bertangungjawab

kepada masyarakat Islam di negara masing-masing maupun di seluruh dunia.

Indonesia dan Malaysia secara umum memiliki prosedur sertifikasi halal

yang sama yaitu meliputi penerimaan pendaftaran, pre-audit, audit, evaluasi

pasca-audit, dan pengeluaran sertifikat halal.

Penerimaan pendaftaran

Penerimaan permohonan di LPPOM MUI Indonesia dapat dikirim melalui

kantor pos, fax atau dilakukan secara online dengan sistem certification online

(CEROL). LPPOM MUI memiliki kantor pusat di Jakarta dan Bogor serta 33

cabang di provinsi seluruh Indonesia. Sistem CEROL LPPOM MUI hanya

digunakan oleh kantor pusat dan dapat diakses melalui website www.e-

lppommui.org. Pendaftaran di provinsi berlaku untuk rumah potong hewan (RPH),

perusahaan tempat produksi dan lingkup pemasarannya ada di satu provinsi dan

bukan merupakan cabang dari perusahaan di provinsi lain. Perusahaan tempat

produksi dan lingkup pemasarannya ke beberapa provinsi dengan kategori no

risk/low risk dan lokasi/outlet di berbagai provinsi tetapi sistem manajemen

terpisah. Seterusnya, restoran hanya ada di satu provinsi dan tidak menggunakan

sistem waralaba hingga sertifikasi halal dapat didaftarkan di provinsi LPPOM

MUI. Produk dengan merek sama pada semua tempat produksi/outlet harus

disertifikasi oleh LPPOM MUI di masing-masing provinsi. LPPOM MUI pusat

dapat memberi sertifikasi halal untuk RPH di luar negeri, perusahaan yang kantor

pusatnya di suatu provinsi tetapi cabangnya di provinsi lain atau merupakan

cabang dari perusahaan luar negeri, perusahaan yang pemasaran produknya ke

beberapa provinsi atau ekspor, perusahaan berlokasi di luar negeri dan restoran

yang menggunakan sistem waralaba.

Permohonan sertifikasi halal di Malaysia dapat langsung dikirim kepada

Bahagian Hab Halal JAKIM untuk pemasaran di tingkat nasional dan

internasional. Sedangkan untuk perusahaan di tingkat pemasaran lokal,

permohonan dapat didaftarkan kepada Majlis Agama Islam Negeri (MAIN) atau

Jabatan Agama Islam Negeri (JAIN) di daerah yang sesuai. Perusahaan dapat

mendaftarkan permohonan secara online melalui website www.halal.gov.my.

Page 18: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

6

Sistem e-Halal ini akan memisahkan permohonan mengikuti lokasi

perusahaan/pabrik di setiap daerah secara automatik. Lembaga sertifikasi halal di

Malaysia tidak memberi sertifikasi halal kepada produk yang diproses di luar

negeri, obat-obatan atau produk yang dikategorikan sebagai produk farmaseutikal

oleh Kementerian Kesihatan Malaysia.

Pre-audit Di LPPOM MUI Indonesia, pre-audit dilakukan setelah menerima

pendaftaran melalui sistem CEROL. Bidang sistem jaminan halal (SJH) akan

mengecek kesesuaian nama produk yang didaftarkan dengan kriteria SJH, yaitu

tidak boleh menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan

atau tidak sesuai dengan hukum syariah islam. Sebagai contoh ham, bacon, hot

dog, rum, whisky, sexy dan lain-lain. Selanjutnya, bidang SJH akan mengecek

produk yang didaftarkan masuk ke dalam kategori produk baru, produk

pengembangan atau produk perpanjangan. Produk baru yaitu produk yang belum

pernah memiliki sertifikat halal baik itu nama, jenis maupun kelompok produk.

Produk pengembangan adalah produk yang belum pernah disertifikasi

kehalalannya, tetapi ada dalam satu kelompok produk yang sama dengan produk

yang telah memiliki sertifikat halal. Produk dalam kategori perpanjangan adalah

produk yang memiliki sertifikat halal sebelumnya dan masa berlakunya akan

habis.

Kategori produk baru, bidang SJH akan memeriksa produk itu termasuk

dalam jenis apa berdasarkan penjelasan ketentuan kelompok dan jenis produk

bersertifikasi halal MUI. Jika memungkinkan, bidang SJH akan berusaha untuk

mengarahkan produk dalam satu kelompok yang sama. Khusus produk retail,

produk akan diarahkan sesuai dengan kategori yang disetujui oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bidang SJH harus memastikan kesamaan

jenis produk pengembangan yang didaftarkan dengan produk yang telah

disertifikasi halal sebelumnya. Jika jenisnya berbeda, mereka akan menentukan

jenis produk berdasarkan ketetapan yang telah ditentukan. Pada produk

perpanjangan, bidang SJH akan mencocokan nama produk, jenis produk dan

kelompok produk dengan sertifikat halal sebelumnya. Apabila suatu produk yang

diproduksi di banyak pabrik, harus dipastikan bahwa seluruh pabrik dan seluruh

produk di masing-masing pabrik didaftarkan. Pemeriksaan terhadap dokumen

yang dibutuhkan antara lain adalah sertifikasi halal sebelumnya (jika ada),

manual sistem jaminan halal (SJH), status SJH dan sertifikasi SJH (jika ada),

diagram alir proses produksi, daftar semua fasilitas dan semua pabrik yang

melibatkan proses produksi.

Setelah pass all pre-audit, LPPOM MUI akan menentukan waktu untuk

melakukan audit. Penjadwalan auditor untuk kategori industri pengolahan terdiri

dari dua auditor dari LPPOM MUI, sedangkan untuk kategori rumah potong

hewan terdiri dari satu auditor LPPOM MUI dan satu auditor dari wakil komisi

fatwa. Auditor melibatkan dua orang dari BPOM untuk produk retail dan

penjadwalan audit dapat ditentukan setelah perusahaan melakukan pembayaran.

Proses pembayaran termasuk biaya sertifikasi halal yang berlaku selama dua

tahun. Pembiayaan mencakup biaya audit, sertifikasi halal, status nilai

implementasi/sertifikasi SJH, analisis laboratorium (produk tertentu) dan

publikasi majalah jurnal halal.

Page 19: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

7

Di Bahagian Hab Halal JAKIM Malaysia, bidang proses akan mengecek

kecukupan dokumen antara lain adalah profil perusahaan, pendaftaran perusahaan,

nama dan keterangan produk/menu yang dimohonkan, bahan baku yang

digunakan, nama dan alamat produsen/pemasok bahan, status halal bahan baku

beserta sertifikasi halal atau spesifikasi produk untuk bahan baku yang kritikal,

jenis bahan kemasan, proses dan prosedur produk, peta lokasi pabrik/perusahaan,

serta dokumen lain seperti HACCP, ISO, GHP, GMP, TQM dan sebagainya (jika

ada). Kemudian, perusahaan akan melakukan pembayaran yang melibatkan semua

kajian dan pengujian laboratorium. Biaya sertifikasi halal yang berlaku selama

dua tahun, kecuali untuk permohonan rumah sembelih adalah satu tahun saja.

Jadwal audit dapat ditetapkan setelah pembayaran dilakukan dan pengauditan

melibatkan dua auditor dari Bahagian Hab Halal, yaitu auditor dari bagian Jabatan

Hal Ehwal Islam dan auditor dari bagian teknis.

Audit

Sebelum melakukan audit, pihak LPPOM MUI Indonesia akan

memberitahukan perusahaan mengenai jadwal audit. Pada saat audit, perusahaan

harus dalam keadaan memproduksi produk yang akan disertifikasi. Auditor akan

memverifikasi dokumen yang didaftar (spesifikasi bahan, produk, fasilitas, sistem

implementasi SJH) dan sertifikasi halal pendukungnya dengan dokumen yang ada

di perusahaan, serta memeriksa ke lokasi produsen. Selain itu, auditor juga

memeriksa pelaksanaan SOP dan menilai cara penerapan sistem jaminan halal dan

pengambilan sampel dapat dilakukan jika dibutuhkan.

Pihak Bahagian Hab Halal JAKIM Malaysia melaksanakan audit tanpa

memberitahukan kepada pihak permohonan. Saat mengaudit di perusahaan,

auditor akan memeriksaan kesesuaian dokumen, peralatan, penyimpanan,

pengemasan, pengangkutan, kebersihan pabrik, kebersihan pekerja dan

pengurusan sisa sampah. Sampel kemasan, label dan bahan makanan dapat

diambil jika diperlukan. Sebelum menutup pertemuan, auditor akan menyediakan

laporan hasil audit. Jika tidak memuaskan, auditor akan memberitahukan kepada

pihak perusahaan dan akan memeriksa ulang pada waktu yang sesuai.

Pemeriksaan ulang harus dilakukan untuk memastikan tindakan perbaikan yang

dihendaki telah dilakukan oleh perusahaan.

Evaluasi pasca-audit

Evaluasi pasca-audit meliputi rapat auditor dan rapat komisi fatwa.

1. Rapat auditor

Rapat auditor di LPPOM MUI Indonesia akan dilaksanakan setiap hari

Jum’at. Hasil audit (bahan dan SJH) terhadap produk yang dipermohonkan dan

hasil dari analisis lab (jika ada) dievaluasi dalam rapat auditor. Hasil audit yang

belum memenuhi persyaratan diberitahukan kepada perusahaan melalui audit

memorandum. Jika telah memenuhi persyaratan, auditor akan membuat laporan

hasil audit untuk diajukan pada rapat komisi fatwa.

Pertemuan auditor di Bahagian Hab Halal JAKIM Malaysia dilaksanakan

dua kali setiap bulan. Dalam pertemuan ini, auditor akan membahas hasil audit di

lapangan, hasil uji laboratorium untuk produk tertentu, hasil audit ulang setelah

tindakan perbaikan dan membuat laporan untuk persiapan ke pertemuan komisi

fatwa.

Page 20: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

8

2. Rapat komisi fatwa

Rapat komisi fatwa LPPOM MUI Indonesia melipatkan dua elemen, yaitu

komisi fatwa MUI dan perwakilan dari LPPOM. Pertemuan dapat dijadwalkan

setiap minggu. Persyaratan untuk bisa masuk ke rapat komisi fatwa, yaitu

perusahaan harus mendapatkan nilai SJH minimal B. Rapat komisi fatwa MUI

dapat menolak laporan hasil audit jika dianggap belum memenuhi semua

persyaratan yang ditentukan dan hasilnya akan disampai kepada produsen

pemohon sertifikasi halal. Keanggotaan komisi fatwa mewakili seluruh organisasi

islam yang ada di Indonesia

Pertemuan komisi fatwa Bahagian Hab Halal JAKIM Malaysia

dilaksanakan dua kali setiap bulan. Pertemuan melibatkan semua anggota komisi

fatwa yang terdiri dari ketua, sekretaris, wakil departemen Mufti, wakil

Kementerian Kesihatan Malaysia, wakil Kementerian Perdangan Dalam Negeri,

Koperasi dan Penggunaan (KPDNKK), wakil MAIN, wakil JAIN dan wakil

Jabatan Perkhidmatan Veterinar (JPV).

Pengeluar sertifikat halal

Di Indonesia, sertifikat halal akan diterbitkan oleh MUI setelah tiga minggu

produk tersebut dinyatakan halal dalam rapat komisi fatwa. Sertifikat halal

berlaku dua tahun sejak tanggal penetapan fatwa. Tiga bulan sebelum masa

berlaku sertifikat halal berakhir, produsen harus mengajukan perpanjangan

sertifikasi halal sesuai dengan aturan yang telah ditentukan LPPOM MUI. Logo

halal dapat dicantumkan pada produk setelah produsen memperoleh sertifikat

halal dari MUI serta memiliki persetujuan pencantuman halal dari BPOM.

Sesudah dapat sertifikat halal dan status SJH, perusahaan bertanggungjawab

mengirimkan laporan berkala dan hasil audit internal, mengirimkan daftar bahan

terbaru dan mengirimkan perubahan data sertifikasi (pengelompokan produk,

penambahan /pengurangan bahan baku, profil perusahaan, dan sebagainya).

LPPOM MUI dapat melakukan inspeksi mendadak (SIDAK) terhadap perusahaan

pemegang sertifikasi halal. Inspeksi mendadak yaitu pemeriksaan/pengaudit tanpa

diberitahu kepada pihak perusahaan. Kriteria perusahaan yang diberlakukan

SIDAK yaitu perusahaan memperoleh sertifikat SJH, produk dalam kategori

kritis/beresiko tinggi, implementasi SJH kurang bagus atau terdapat

laporan/informasi dari masyarakat.

Di Malaysia, pengeluar sertifikat dan logo halal oleh Bahagian Hab Halal

JAKIM adalah 30 hari setelah bayaran diterima dan memenuhi segala prosedur

dan syarat pengesahan halal diterapkan. Sertifikasi halal berlaku dua tahun selama

tidak terjadi penyimpangan, kecuali sertifikasi halal untuk rumah sembelih hanya

berlaku satu tahun. Produsen harus mengajukan perpanjangan sertifikasi halal

tiga bulan sebelum masa berlaku sertifikat halal berakhir. Logo halal dapat

diperoleh dari Bahagian Hab Halal setelah mendapatkan sertifikat halal. Bahagian

Hab Halal JAKIM dapat memeriksaan pelaksanan dan monitoring secara

mendadak tanpa pengetahuan pihak pemegang sertifikat halal. Setelah

pemeriksaan, auditor meninggalkan hasil monitoring mendadak kepada

perusahaan dan hendaklah perusahaan melakukan perbaiki jika terdapat

penyimpangan.

Page 21: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

9

Sistem Jaminan Halal di Indonesia dan Malaysia

Sistem jaminan halal kini dinilai sangat penting untuk melindungi

konsumen muslim karena dengan melaksanakan sistem jaminan halal, perusahaan

dapat menjamin terus-menerus produksi produk halal. Sistem jaminan halal (SJH)

adalah suatu pengelolaan terpadu terhadap bahan, proses, produk, sumberdaya

manusia dan prosedur untuk menghasilkan produk halal dan meyakinkan

masyarakat bahwa produk halal secara konsisten selama masa berlaku sertifikat

halal. Kriteria sistem jaminan halal yang diimplementasikan perusahaan adalah

pernyataan yang menjadi kunci bahwa perusahaan memenuhi kehalalan produk.

Penjelasan tentang sistem jaminan halal di Indonesia dan Malaysia dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2 Sistem jaminan halal di Indonesia dan Malaysia SJH Indonesia Malaysia

Definisi dan

tujuan

- SJH adalah sistem manajemen yang

disusun, diterapkan dan dipelihara

oleh perusahaan untuk menjaga

kesinambungan proses produksi halal

sehingga produk yang dihasilkan

dapat selalu dijamin kehalalan sesuai

dengan persyaratan LPPOM MUI dan

hukum syariah.

- Penerapan SJH adalah menjamin

kehalalan produk agar dapat

menyempurnakan kewajiban bagi

kaum muslimin untuk mengkonsumsi

produk halal.

- SJH adalah sebuah mekanisme internal

dalam pemantauan dan pengendalian

halal.

- Penerapan SJH antara lain dapat

mencegah ketidakpatuhan dan

meningkatkan produksi produk halal.

Sistem jaminan halal dapat diterapkan

untuk mengimplementasikan,

mengembangkan dan meningkatkan

efektivitas pengendalian kemurnian

dan keaslian halal.

Tanggal

pelaksanaan

- SJH diberlakukan oleh LPPOM MUI

pada tahun 2005 yang diterapkan

pada semua jenis industri (pangan,

obat, kosmetik) dalam skala kecil

maupun besar serta industri berbasis

jasa seperti importer, distributor,

transportasi dan retailer.

- Penerapan SJH di Malaysia dimulai

pada tanggal 1 Juli 2013, yang

diwajibkan untuk industri menengah

hingga besar, dan industri

multinasional.

Kriteria 1. Kebijakan halal.

2. Tim manajemen halal.

3. Pelatihan dan edukasi.

4. Bahan.

5. Produk.

6. Fasilitas produksi.

7. Prosedur tertulis aktivitas kritis.

8. Kemampuan telusur.

9. Penanganan produk yang tidak

memenuhi kriteria.

10. Audit internal.

11. Kaji ulang manajemen.

1. Penentuan titik kritikal halal.

2. Pengembangan dan verifikasi

diagram alir.

3. Pelaksanaan dari tindakan

pengendalian.

4. Pengembangan dari tindakan

korektif.

5. Sistem dokumentasi dan manajemen

pencatatan.

6. Proses verifikasi.

Page 22: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

10

Model Sistem Sertifikasi Halal di Vietnam

Kondisi sistem sertifikasi halal di Vietnam saat ini

Di Vietnam, islam adalah agama minoritas, sehingga Perwakilan

Masyarakat Islam kota Hochiminh dibangun pada tanggal 7 Januari 1992 secara

hukum dengan keputusan no 28/QD-UB. Pada tahun 1994, untuk melakukan

pertimbangan aplikasi sertifikasi halal, Perwakilan Masyarakat Islam kota

Hochiminh menyelenggarakan konferensi dan pertemuan untuk memperkenalkan

sebuah lembaga yang memberi sertifikat halal yaitu Commission Board of Islamic

Community in Ho Chi Minh city (CBI HCM) untuk melindungi masyarakat islam

di Vietnam. CBI HCM adalah suatu lembaga sertifikasi halal swadaya masyarakat

dan sebagai salah satu perwakilan dari lembaga halal di yang ada di Vietnam saat

ini.

Tahapan memperoleh sertifikat halal di CBI HCM dapat di lihat pada

lampiran 3. Lembaga sertifikasi halal Commission Board of Islamic Community in

Ho Chi Minh city belum menerapkan sistem pendaftaran secara online sehingga

permohonan dikirim langsung ke CBI HCM melalui fax atau pos.

Pada tahap pre-audit, CBI HCM melakukan pemeriksaan dokumen yang

diperlukan, antaranya adalah sertifikasi halal untuk produk diduga kehalalannya

(syubhat), pendaftaran perusahaan, nama produk yang didaftarkan, daftar bahan

yang digunakan, dan diagram alir proses produksi. Sedangkan, untuk kegiatan

audit, dijadwalkan suatu tim auditor yang terdiri dari empat orang dari lembaga

setifikasi halal CBI HCM. Waktu untuk pemeriksaan akan ditentukan oleh pihak

perusahaan dan diberitahukan pada pihak CBI HCM untuk memperoleh jadwal

yang sesuai. Ketentuan pembayaran belum disebutkan dalam prosedur sertifikasi

halal di CBI HCM.

Saat audit, pihak CBI HCM akan mengobservasi di tempat produksi untuk

pemeriksaan dan penentuan kesesuaian persyaratan hukum islam. Pada saat

pemeriksaan, perusahaan harus menetapkan orang berpengalaman untuk

membimbing dan menunjukkan proses produksi. Auditor juga memeriksa

dokumen yang terkait dengan produk yang didaftarkan. Setelah pemeriksaan, tim

auditor akan menilai dan memberikan saran maupun peringatan terhadap

pelaksanaan. Perusahaan harus menjanjikan bahwa akan menetapkan sesuai

dengan hukum islam yang ditentukan. Lembaga halal CBI HCM belum

menyediakan laboratorium untuk melakukan pengujian sampel pada produk high

risk.

Lembaga halal CBI HCM tidak melakukan pertemuan pasca-audit untuk

membahas hasil setelah audit di perusahaan. Pemutusan status halal produk

berdasarkan pada laporan pemeriksaan dari tim auditor saat audit di perusahaan.

Sertifikat halal akan dikeluarkan dan berlaku selama satu tahun jika hasil audit

memuaskan. Pengeluar sertifikat halal akan dilakukan selama satu minggu bekerja

setelah observasi lapang. Selama masa berlaku sertifikat halal, pemeriksaan

berkala akan dilakukan. Jika terdapat penyimpangan, CBI HCM berhak menarik

balik sertifikat halal walaupun masih dalam masa berlaku. Satu bulan sebelum

masa berlaku sertifikat halal berakhir, produsen harus mengajukan perpanjangan

sertifikat halal.

Page 23: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

11

Ide pengembangan model sistem sertifikasi halal di Vietnam yang diajukan

Dalam upaya mengatasi kemungkinan produk mengandung bahan-bahan

haram atau diragukan kehalalannya, perlu mendirikan suatu lembaga di Vietnam

yang mempunyai wewenang sehingga berhak mengeluarkan sertifikat halal.

Berdasarkan hasil pengkajian ini, diajukan sebuah ide konsep untuk sistem

sertifikasi halal di Vietnam yang melipatkan langkah-langkah sebagai berikut:

Step 1: Lembaga halal Vietnam

Lembaga sertifikasi halal di Vietnam harus kompeten, jujur dan dapat

dipercaya oleh masyarakat islam di Vietnam maupun dunia. Oleh karena itu,

lembaga halal di Vietnam hendaklah bekerjasama dan dapat dukungan yang kuat

dari masyarakat islam Vietnam dan lembaga halal lain seperti MUI Indonesia,

JAKIM Malaysia, CICOT Thailand, dan lain-lain.

Step 2: Regulasi halal

Manakala, diharapkan pemerintah di Vietnam memfasilitasi dan

menetapkan regulasi yang berkaitan dengan produk halal, sertifikat dan logo halal

untuk melindungi masyarakat islam.

Step 3: Struktur organisasi

Badan sertifikasi halal di Vietnam perlu membangunkan sebuah struktur

organisasi yang terdiri dari direktur dan wakil direktur lembaga sertifikasi halal,

bidang auditing, bidang komisi fatwa, bidang sistem jaminan halal, bidang

penelitian dan pengkajian ilmiah, bidang sertifikat dan logo halal serta bidang

sosialisasi dan informasi halal.

Step 4: Sumberdaya manusia

Selanjutnya, lembaga halal di Vietnam hendaklah mempunyai tim auditor

yang terdiri dari tenaga ahli bidang teknik yang berpengalaman dan memiliki

pemahaman tentang produk. Auditor hendaklah lulusan dari pangan, kimia,

biologi, biokimia, mikrobiologi dan lain sebagainya. Sedangkan komisi fatwa

terdiri dari pakar ulama yang berpengalaman dalam menghasilkan ketetapan

hukum islam terhadap produk halal.

Step 5: Metodologi sistem sertifikasi halal

Tata cara dan tahapan mendapatkan sertifikat halal:

1. Penerimaan pendaftaran dari pemohon sertifikat halal.

2. Pre-audit untuk mempelajari data sebelum kegiatan audit.

3. Audit di perusahaan dan memeriksa semua bahan baku, bahan tambahan

pangan maupun bahan penolong yang terlipat dalam proses produksi.

Auditor juga mengunjung ke gudang penyimpan, proses distribusi, dan lain-

lain.

4. Pertemuan para auditor untuk diskusi hasil audit diperusahaan.

5. Rapat kommisi fatwa untuk memutuskan status kehalalan suatu produk.

6. Pengeluar sertifikat dan logo halal.

7. Pemeriksaan mendadak terhadap perusahaan yang telah memegang

sertifikat halal.

Metodologi pelaksanaan prosedur sertifikasi halal diefektifkan dengan

menambahkan pedoman standar untuk produk halal, membuat pelatihan dan

edukasi untuk memberi pemahaman dan pengetahuan tentang hukum islam ke

seluruh perusahaan.

Page 24: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

12

Step 6: Sistem jaminan halal

Sistem jaiman halal merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses

sertifikasi halal. Badan sertifikasi halal di Vietnam belum mempunyai sistem

jaminan halal (SJH) untuk meyakinkan masyarakat bahwa produk konsisten halal

selama masa berlaku sertifikat halal. Oleh karena itu, badan sertifikasi halal di

Vietnam hendaklah mewajibkan perusahaan untuk menyusun suatu sistem

jaminan halal dan dokumentasi sebagai manual SJH. Kriteria SJH di Indonesia

sangat jelas, lengkap dan banyak kelebihan, salah satunya adalah mampu

memberikan jaminan dan ketentraman bagi masyarakat, sehingga memungkinkan

untuk diaplikasikan di Vietnam. Kriteria sistem jaminan halal di Vietnam meliputi

sebelas kategori yaitu:

1. Kebijakan halal

2. Tim manajemen halal

3. Edukasi dan pelatihan

4. Bahan

5. Produk

6. Fasilitas produksi

7. Prosedur aktivitas kritis

8. Penanganan produk tidak memenuhi kriteria

9. Kemampuan telusur

10. Audit internal

11. Kajian ulang manajemen

Step 7: Kebijakan umum

Selain upaya mengembangkan sistem sertifikasi halal adri lembaga halal

sendiri, diharapkan juga suatu kebijakan umum untuk perusahaan di antaranya

adalah:

Industri pengolahan/restoran/rumah potong hewan hendaklah memproduksi

produk halal saja.

Perusahaan harus memastikan sumber bahan baku, bahan tambahan dan

bahan penolong adalah halal.

Perusahaan memenuhi prosedur sertifikasi halal Vietnam.

Perusahaan menyusun manual sistem jaminan halal.

Perusahaan memiliki tim audit halal internal.

Perusahan mempunyai minimal seorang pekerja muslim di bagian produksi.

Pemprosesan, pengendalian, pengemasan, pengangkutan, dan penyajian

dalam keadaan bersih dan tidak mengandung bahan yang tidak halal

mengikut hukum islam.

Penggunaan peralatan/fasilitas produksi bersih dan bebas dari najis.

Perusahaan wajib melaporkan ke badan sertifikasi halal jika ada perubahan

data sertifikasi halal (data bahan, fasilitas, nama produk, nama perusahaan,

alamat perusahaan/pabrik, perpindahan perusahaan/pabrik dan sebagainya).

Page 25: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perbedaan sistem halal antara Indonesia dan Malaysia terletak pada sistem

sertifikasi halal, prosedur sertifikasi halal dan sistem jaminan halal. Selain itu,

perbedaan aturan dalam prosedur sertifikasi halal di Indonesia dan Malaysia

antara lain pendaftaran, pre-audit, audit, evaluasi pasca-audit dan pengeluaran

sertifikat halal. Berdasarkan hasil pengkajian ini, dapat mengetahui kondisi yang

sesuai untuk perkembangan sistem sertifikasi halal di Vietnam. Badan lembaga

halal di Vietnam perlu bekerjasama dengan lembaga halal lain, menetapkan

regulasi untuk produk halal, membangun sebuah struktur organisasi yang kuat,

memiliki sumber daya manusia yang unggul serta metodologi sertifikasi halal

yang baik dan benar. Selanjutya, diharapkan badan sertifikasi halal di Vietnam

menambahkan penyusunan manual sistem jaminan halal yang sesuai dengan

kondisi di Vietnam.

Saran

Pengkajian ini perlu mendapatkanan dokumentasi sistem audit di JAKIM

Malaysia dan CBI HCM Vietnam yang lebih lengkap. Selanjutnya, pengkajian ini

juga membutuhkan pembelajaran tentang sistem jaminan halal di negera lain

hingga didapatkan gambaran menyeluruh mengenai kesinambungan proses

produksi halal. Manakala di LPPOM MUI Indonesia, disarankan melibatkan

Badan POM dalam kegiatan rapat komisi fatwa untuk produk retail. Selain itu,

diharapkan sebuah badan sertifikasi halal yang standar di setiap negara minoritas

islam untuk pengawasan yang lebih ketat dan berkelanjutan terhadap produk

sebagai upaya perlindungan konsumen dari segi keamanan serta kehalalannya.

Lembaga sertifikasi halal di Vietnam diharapkan bekerjasama serta dapat

dukungan dari lembaga halal lain dan masyarakat seluruh dunia. Pemerintah

Vietnam hendaklah menetapkan regulasi halal untuk produk halal. Kemudian,

lembaga halal Vietnam perlu membangunkan sebuah organisasi yang terdiri dari

direktur, wakil direktur lembaga sertifikasi halal, bidang auditing, bidang komisi

fatwa, bidang sistem jaminan halal, bidang penelitian dan pengkajian ilmiah,

bidang sertifikat dan logo halal serta bidang sosialisasi dan informasi halal.

Setelah itu, lembaga halal di Vietnam harus memiliki tim auditor yang

berpengalaman dan pemahaman tentang produk serta komisi fatwa dari pakar

ulama islam. Lembaga halal Vietnam hendaklah menerapkan metodologi

sertifikasi halal yang meliputi proses penerimaan pendaftaran, pre-audit, audit,

rapat auditor, rapat komisi fatwa, pengeluar sertifikat halal serta pemeriksaan

mendadak kepada perusahaan. Badan halal di Vietnam dibutuhkan juga menyusun

sebuah sistem jaminan halal untuk meyakinkan produk konsisten selama masa

berlaku sertifikasi halal dan menentukan kebijakan umum untuk perusahaan

pemohon sertifikat halal.

Page 26: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

14

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Muslim Population [Internet]. [diunduh 2014 Mei 05]. Tersedia

pada http://www.muslimpopulation.com

[BHH JAKIM] Bahagian Hab Halal Jabatan Kemajuan Islam Malaysia. 2011.

Makanan dan Minuman. Garis Panduan [Internet]. [diunduh 2013 April 20].

Tersedia pada: http://www.halal.gov.my/v3/index.php/ms/garis-

panduan/makanan-a-minuman.

[BHH JAKIM] Bahagian Hab Halal Jabatan Kemajuan Islam Malaysia. 2013.

Pedoman Sistem Manajemen Jaminan Halal Untuk Sertifikasi Halal

Malaysia. Selangor (Malaysia): BHH JAKIM.

[BHH JAKIM] Bahagian Hab Halal Jabatan Kemajuan Islam Malaysia. 2011.

Prosedur Permohonan. Mengenai Pensijilan Halal [Internet]. [diunduh 2013

April 20]. Tersedia pada:

http://www.halal.gov.my/v3/index.php/ms/mengenai-pensijilan-

halal/prosedur-permohonan.

[BHH JAKIM] Bahagian Hab Halal Jabatan Kemajuan Islam Malaysia. 2011.

Sejarah Halal. Korporat [Internet]. [diunduh 2013 April 20]. Tersedia pada:

http://www.halal.gov.my/v3/index.php/ms/korporat/sejarah-halal.

[CBI HCM] Commission Board of Islam in Ho Chi Minh city. Halal Certificate

Granting Procedures to Vietnam Products. Ho Chi Minh (Vietnam): CBI

HCM.

[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia. 2008. Panduan Umum Sistem Jaminan Halal Edisi Tahun

2008. Jakarta (ID): LPPOM MUI.

[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia. 2010. Panduan Umum Sistem Jaminan Halal Edisi Tahun

2010. Jakarta (ID): LPPOM MUI.

[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia. 2012. Persyaratan Sertifikasi Halal. Jakarta (ID):

LPPOM MUI.

[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia. 2013. Strategi dan Teknik Implementasi Sistem Jaminan

Halal.2013. Bogor (ID): LPPOM MUI.

[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia. 2013. Association Halal Industry of Kazakhtan Kunjungi

MUI [Internet]. [diunduh 2014 April 13].

[PKPKL] Persatuan Keselamatan Pengguna Kuala Lumpur. 2012 April 14. Halal

Di Bawah Akta Perihal Dagangan 2011. Utusan Malaysia: 13

Purnomo, D. 2011. Halal Agro-industry Development Strategy In Anticipating

Global halal Business. IPB. Bogor.

Syafie S.dan Othman N Md, 2006. Halal Certification: An international

marketing issuesand challeng [Internet]. [diunduh 2012 Desember 12].

Tersedia pada:

http://www.ctwcongress.de/ifsam/download/track_13/pap00226.pdf.

Page 27: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

15

Wiku Adisasmito. 2008. Analisis kebijakan nasional MUI dan BPOM dalam

labeling obatan dan makanan [studi kasus]. Jakarta (ID): Universitas

Indonesia.

Page 28: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

16

LAMPIRAN

Page 29: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

17

Lampiran 1. Proses sertifikasi halal di LPPOM MUI-Indonesia.

Page 30: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

18

Lampiran 2. Proses sertifikasi halal di Bahagian Hab Halal JAKIM-Malaysia

Page 31: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

19

Lampiran 3. Proses sertifikasi halal di Commission Board of Islamic Community

in Ho Chi Minh city (CBI HCM)-Vietnam

Pengeluarkan

sertifikat halal

Pemohon

Penerimaan pendaftaran

Audit

Memuaskan

Tidak

Pre-audit

Page 32: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

20

Lampiran 4. Logo halal di MUI-Indonesia, JAKIM-Malaysia dan CBI HCM-

Vietnam

Logo halal di MUI-Indonesia

Logo halal di JAKIM-Malaysia

Logo halal di CBI HCM-Vietnam

19

Page 33: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

21

Lampiran 5. Contoh sertifikat halal di MUI-Indonesia

Page 34: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

22

Lampiran 6. Contoh sertifikat halal di JAKIM-Malaysia

Page 35: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

23

Lampiran 7. Contoh sertifikat halal di CBI HCM-Vietnam

Page 36: MEMPELAJARI SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI ... seperti standar kualitas, namun k ehalalan dalam Islam tidak mengenal istilah toleransi (zero tolerant) ... sistem sertifikasi halal di

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Kho Di Dza. Lahir di kota Ho

Chi Minh,Vietnam pada tanggal 05 Juni 1989 dari ayah

Su Lay Man dan ibu Ha Li Mah, sebagai anak tunggal.

Penulis memulai jenjang pendidikan formal di SD Tran

Hung Dao yang lulus pada tahun 2000. Kemudian

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Duc Tri yang

lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di SMA Luong The Vinh yang lulus pada

tahun 2007 dan pada tahun 2009, penulis diterima di

Institut Pertanian Bogor dengan program studi Ilmu dan

Teknologi Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi

Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjalani studi di IPB penulis

aktif dalam berbagai kepanitiaan dan lembaga kemahasiswaan. Kepanitiaan yang

pernah diikuti adalah International Student Summit 2012. Lembaga

kemahasiswaan yang pernah diikuti adalah International Student Forum (ISF) dan

Association of IDB Sponsored Students in Indonesia (AISI). Penulis adalah salah

satu penerima beasiswa Islamic Development Bank (IDB) dari Arab Saudi.