Memory Cells, Immunologi
-
Upload
ruddhie-delv-arief-satrio -
Category
Documents
-
view
210 -
download
8
Transcript of Memory Cells, Immunologi
SEL MEMORI
PENDAHULUAN
Imunitas atau kekebalan adalah suatu mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat
dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi
patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.1,2
Pada imunitas innate makrofag dan neutrofil memegang peranan penting sebagai
pertahanan pertama dalam melawan mikroorganisme patogen. Kedua sel tersebut langsung
bisa bekerja dan tidak mengenal spesifikasi. Makrofag akan memfagosit semua macam
bakteri jika sel tersebut dapat mengenalinya demikian juga neutrofil akan mengadakan
serangan secara langsung tanpa membedakan mikroorganisme yang masuk. Namun
demikian, dalam hal tertentu kedua sel imunokompten ini tidak berhasil mengeliminasi
patogen yang masuk bahkan tidak dapat mengenali patogen tersebut. Imunitas innate
merupakan langkah awal untuk memulai terjadinya imunitas adaptif. Adanya imunitas innate
memberikan keuntungan yang besar bagi tubuh karena pada tahap awal datangnya infeksi
sesungguhnya tubuh belum siap dengan sistem pertahanan imunitas adaptif. Imunitas adaptif
pada umumnya bekerja 4-7 hari setelah terjadinya infeksi. Pada saat imunitas adaptif mulai
dipersiapkan maka imunitas innate merupakan satu-satunya sistim pertahanan yang
bertanggungjawab untuk mengontrol perkembangan patogen yang masuk. Satu keuntungan
yang sangat besar dari imunitas adaptif adalah adanya perkembangan sel-sel memori. Sel-
sel ini merupakan klon spesifik yang dipelihara tetap hidup dalam waktu relatif lama. Jika
dalam periode tertentu tubuh terpapar lagi oleh antigen yang sama, maka sel-sel memori
akan merespon dengan cepat dengan membentuk sel-sel plasma atau efektor untuk
mengatasi patogen yang masuk.3
PEMBAHASAN
Memori imunologi menghubungkan status imun seseorang antara sebelum dan
setelah terpapar oleh antigen. Dalam memori imunologi sangat penting untuk memahami
kehidupan individu dan spesies masing – masing. Memori imunologi secara luas dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu innate memory dan adaptif memory.4
Imunitas innate memberi kontribusi penting bagi terjadinya imunitas adaptif. Inflamasi
menyebabkan meningkatnya aliran cairan lymph yang mengandung antigen dan sel yang
1
membawa antigen masuk jaringan limfoid. Makrofag yang telah memfagosit bakteri
mempunyai kemampuan mengaktifkan sel-sel limfosit. Namun demikian, sel yang secara
khusus didesain untuk mempresentasikan antigen kepada sel T adalah sel dendritik, dan
inilah awal dari terjadinya respon imunitas adaptif / memori imunologi.1,3
Gambar 1. Fungsi Sistem Imun Innate dan Adaptif 5
KARAKTERISTIK MEMORI SELULER DAN MOLEKULAR
Memori seluler antara limfosit B dan limfosit T adalah merupakan sel yang berukuran
besar yang dapat mengenali dan bereaksi dengan partikel antigen dan bertahan pada jangka
waktu yang lama. Respon awal terhadap antigen –yang sering disebut sebagai sel B atau sel
T native—tidak didahului dengan reaksi antara antigen dengan reseptor spesifik . Sel tersebut
dengan jumlah yang tinggi dapat menjadi aktif dan kembali pada fase istirahat (memori sel)
ketika mereka kembali akan memberikan respon sekunder terhadap antigen (adanya infeksi
atau vaksinasi).3
SEL B1
Sel B merupakan 5 – 25 5% dari limfosit dalam darah yang berjumlah sekitar 1000 –
2000 sel/mm3. Terbanyak merupakan limfosit asal sumsum tulang (hampir 50%) sedangkan
2
sisanya yaitu sekitar 1/3 nya berasal dari kelenjar getah bening, limfe dan kurang dari 1% di
timus.
Pematangan sel B
Pada unggas, sel B berkembang pada bursa fabricus yang terbentuk dari epitel
kloaka, sedangkan pada manusia belum didapatkan hal yang analog dengan bursa tersebut
dan pematangan terjadi di sumsum tulang atau di tempat yang belum diketahui. Setelah
matang sel B bergerak ke organ – organ seperti limpa, kelenjar getah bening dan tonsil.1
Sel B diproduksi pertama selama fase embrionik dan berlangsung terus selama
hidup. Sebelum lahir, yolk sac, hati dan sumsum tulang janin merupakan tempat
pematangan utama sel B namun setelah lahir tempat pematangan utama sel B ada di
sumsum tulang. Proses pematangan sel B sendiri terjadi dalam beberapa tahap dimana fase
– fase pematangan sel B tersebut berhubungan dengan immunoglobulin yang diproduksi.
Pematangan limfosit terjadi melalui proses yang disebut seleksi (positif dan negatif).
Seleksi pematangan primer terjadi di dalam organ limfoid primer yaitu sumsum tulang untuk
sel B dan timus untuk sel T. Oleh karena beberapa self antigen tidak ditemukan dalam
sumsum tulang, sel B yang mengekspresikan Ig spesifik untuk antigen tersebut tidak dapat
disingkirkan oleh seleksi negatif dalam sumsum tulang. Untuk mencegah terjadinya reaksi
autoimmun diperlukan proses eliminasi atau yang menjadikan inaktif di jaringan limfoid
perifer.
Sel B dan sel T berasal dari sel prekursor yang sama, diproduksi dalam sumsum
tulang termasuk pembentukan reseptor. Pematangan sel B terjadi di dalam sumsum tulang
sedangkan progenitor sel T bermigrasi ke dan menjadi matang di timus. Masing–masing sel
berproliferasi terutama atas pengaruh sitokin IL – 12 yang meningkatkan jumlah sel immatur.
Gambar 2. Perkembangan sel B dan sel T 6
3
Gambar 3. Perkembangan sel B dan sel T 7
Gambar 4. Perkembangan sel B di sumsum tulang dan organ limfoid primer6
4
Reseptor sel B
BCR yang mengikat antigen multivalen asing akan memacu 4 proses : proliferasi,
diferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi, membentuk sel memori dan
mempresentasikan antigen terhadap sel T. BCR mengawali sinyal transduksi yang efeknya
ditingkatkan oleh molekul kostimulator yang kompleks.
1. Ig permukaan
Sel B termuda sudah ditemukan dalam hati janin dan sumsum tulang namun
belum mengekspresikan imunoglobulin atau penanda permukaan. Kebanyakan
sel B yang matang dan belum diaktifkan meninggalkan sumsum tulang. Mula-
mula dibentuk IgM dalam sitoplasma sel yang dapat digunakan sebagai ciri dari
sel pre B. Dalam stadium selanjutnya IgM bergerak ke arah membran sel dan
kemudian dijadikan reseptor monomerik permukaan IgM. Sekarang sel dapat
mengenal antigen untuk pertama kalinya.
2. Reseptor Fc
Semua sel B memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgG. Reseptor ini penting
untuk banyak fungsi biologis antibodi. FcR berperan dalam gerakan antibodi
melewati membran sel dan transfer IgG dari ibu ke janin melalui plasenta.
Reseptor tersebut dapat diikat pasif oleh berbagai sel seperti sel B dan sel T,
neutrofil, sel mast, eosinofil, makrofag dan sel NK
3. Reseptor C3
5
Sel B memiliki reseptor untuk komponen komplemen yang diaktifkan C3b.
4. Reseptor Eipstein Barr Virus
EBV dapat diikat sel B melalui reseptor spesifik (RC3d). Infeksi EBV sering
menimbulkan replikasi sel B yang stabil dan terus menerus.
SEL T1
Progenitor sel asal sumsum tulang yang bermigrasi ke sel timus berdiferensiasi
menjadi sel T. Sel T yang nonaktif disirkulasikan melalui KGB dan limpa yang
dikonsentrasikan dalam folikel dan zona marginal sekitar folikel.
Pematangan sel T
Sel T imatur dipersiapkan dalam timus untuk memperoleh resptor. Timosit imatur
hanya dapat menjadi matang bila reseptornya tidak berintegrasi dengan peptida sel tubuh
sendiri (self antigen) yang diikat MHC dan dipresentasikan APC. Sawar darah – timus
melindungi timosit dan kontak dengan antigen sendiri sedangkan sel T yang bersifat self
reaktif akan mengalami apoptosis.
Diferensiasi sel berhubungan dengan penanda permukaan dan terjadi proliferasi
timosit subkapsular yang luas. Sebagian sel tersebut mati, namun sisanya terus
berdiferensiasi. Sel yang akhir menjadi lebih kecil. Timosit yang berkembang penuh, melewati
dinding venul poskapilar, mencapai sirkulasi sistemik dan menempati organ limfoid perifer
dan beberapa diantaranya diresirkulasikan. Sel T akan berdiferensiasi bila terpajan degan
anitigen spesifik yang dipresentasikan oleh APC dalam organ limfoid sekunder seperti limpa,
kelenjar limfoid dam MALT.
Pematangan sel T dari progenitornya melibatkan serangkaian dan ekspresi gen TCR,
proliferasi sel, seleksi yang diinduksi antigen dan perolehan kemampuan untuk berfungsi.
Gambar 5. Perkembangan sel T dalam Timus 8
6
Reseptor sel T
Kemampuan limfosit T matang pada untuk mengenal benda asing dimungkinkan oleh
ekspresi molekul unik pada membrannya yang disebut TCR. Reseptor tersebut memiliki
diversitas, spesifitas, memori dan berperan dalam imunitas spesifik.
Satu sel limfosit hanya mengekspresikan untuk satu jenis antigen sehingga sel
tersebut hanya dapat mengenal satu jenis antigen saja. Reseptor sel T ditemukan pada
semua sel T yang matang, dapat mengenal peptida antigen yang diikat MHC dan
dipresentasiikan APC
Sel T perifer terbanyak mengekspresikan rantai alpha dan beta pada permukaannya.
Sel yang mengekspresikan rantai gamma dan delta hanya merupakan 5% dari sel T dalam
sirkulasi orang yang sehat.
Molekul Asesori
Pada fase induksi dan fase efektor, respon sel T baif dipacu oleh kompleks antigen –
MHC yang dipresentasikan APC/SD. Sel dendritik (SD) seperti Langerhans di kulit yang
menangkap antigen akan bermigrasi ke kelenjar limfoid dan mempresentasikan antigen ke
sel T. Berbagai molekul seperti CD80 (B7 – 1) dan CD86 (B7-2) dan beberapa molekul
adhesi lainnya masih diperlukan sebagai molekul kostimulator.
7
Sel T yang mengenal fragemen peptida dari kompleks antigen – MHC yang
dipresentasikan APC akan berproliferasi menjadi sel T efektor dan memori. Ciri APC seperti
sel B, makrofag dan SD adalah kemampuannya untuk mengekspresikan MHC II dan
memproduksi sitokin yag mengaktifkan sel T. Interaksi antara sel T dan APC terjadi melalui
berbagai molekul adhesi / asesori dan ligannya namun untuk aktifasi sel T penuh masih
diperlukan molekul – molekul kostimulator. Ikatan hanya dengan TCR tanpa disertai
sedikitnya dua sinyal kostimulator (B7) akan menimbulkan anergi.
Fungsi sel T
Sel T umumnya berperan pada inflamasi, aktivasi fagositosis makrofag, aktivasi dan
proliferasi sel B dalam produksi antibodi. Sel T juga berperan dalam pengenalan dan
penghancuran sel yang terinfeksi virus. Sel T terdiri atas sel Th yang mengaktifkan makrofag
untuk membunuh mikroba dan sel CTL/Tc yang membunuh sel terinfeksi mikroba virus dan
menyingkirkan sumber infeksi.
Perbedaan Sel B dan Sel T1
Reseptor permukaan sel B dan sel T dalah anggota superfamili gen imunoglobulin.
Gen dalam famili ini menyandi protein dengan motif yang disebut domain imunoglobulin.
Anggota famili ini adalah imunoglobulin (BCR), TCR, MHC, molekul T asesori (CD4), molekul
adhesi (ICAM 1, ICAM 2) reseptor poli Ig, Ig alpha, Ig beta heterodimer.
Tabel 1. Perbedaan Sel T dan Sel B1,4
Perbedaan Sel T Sel B
Tempat pematangan Timus Sumsum tulang
Reseptor Antigen TcR Antibodi
MHC untuk pengenalan Ya Tidak
Penanda Semua memiliki
TcR/CD3
Th-CD4
Ig permukaan
CD 19/CD 20/CD 21
CD 79
8
Tc-CD8
Lokasi pertama dalam
kelenjar getah beningParakortikal Folikel
Sel memori Ya Ya
FungsiProteksi terhadap mikroaba
ekstraseluler
Proteksi terhadap
amikroba intraseluler
ProdukAntibodi (sel B
menjadi sel plasma)
SELEKSI KLON1
Klon adalah segolongan sel yang berasal dari satu sel. Selama perkembangannya
dalam jaringan limfoid primer, sel B dan sel T memperoleh reseptor permukaan spesifik untuk
satu antigen yang akan memberikan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen tersebut.
Reseptor sel T (TCR) tersebut akan menetap selama sel hidup tetapi imunoglobulin
permukaan pada sel B dapat berubah oleh mutasi somatik. Hal tersebut terlihat dari
pengalihan produksi imunoglobulin bila sel terpajan dengan antigen spesifik. Sel yang
berikatan dengan antigen spesifik akan berproliferasi, berdiferensiasi dan menjadi sel efektor
yang matang. Sel yang dirangsang antigen dan berproliferasi akan menurunkan sel- sel yang
genetik identik (klon). Fenomena tersebut disebut seleksi klon.
Sel memori merupakan sel B dan sel T yang dirangsang antigen dan hidup lama. IgG
ditemukan pada permukaan sel memori B yang berfungsi sebagai reseptor antigen dengan
afinitas yang lebih besar dibanding dengan IgD dan IgM.
Sel perawan yang belum dirangsang antigen terpajan dengan antigen yang
dipresentasikan APC, akan berkembang menjadi sel efektor. Sebagian sel perawan beserta
sel memori tersebut disebar ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi darah dan limfe
sehingga dapat memantau jaringan tubuh terhadap serangan mikroorganisme. Proliferasi sel
efektor dan sel memori tersebut disebut sebagai respon primer. Akhirnya sel B berkembang
menjadi sel plasma. Sel plasma jarang terlihat dalam sirkulasi (kurang dari 0.2% dari seluruh
jumlah leukosit) dan biasanya terbatas pada organ limfoid sekunder dan jaringan. Biasanya
sel B akan dirangsang menjadi sel plasma yang membentuk antibodi atas pengaruh antigen
dan sel T (T dependen). Sel B dapat pula membentuk antibodi atas rangsangan antigen
tanpa bantuan sel T (T independen)
9
Tabel 2. Empat konsep dasar seleksi klon (clonal selection)3
Memori imunologikal 2
Ketika sel B dan sel T diaktivasi dan mulai untuk bereplikasi, beberapa dari keturunan
mereka akan menjadi memori sel yang hidup lama. Selama hidup, memori sel tersebut akan
mengingat tiap patogen spesifik yang ditemui dan dapat melakukan respon kuat jika patogen
terdeteksi kembali. Hal ini adaptif karena muncul selama kehidupan individu sebagai adaptasi
infeksi dengan patogen tersebut dan mempersiapkan imunitas untuk tantangan pada masa
depan. Memori imunologikal dapat berbentuk memori jangka pendek pasif atau memori
jangka panjang aktif.
Memori pasif 2
Imunitas pasif biasanya berjangka pendek, hilang antara beberapa hari sampai
beberapa bulan. Bayi yang baru lahir tidak memiliki eksposur pada mikroba dan rentan
terhadap infeksi. Beberapa lapisan perlindungan pasif disediakan oleh ibu. Selama
kehamilan, tipe antibodi yang disebut IgG, dikirim dari ibu ke bayi secara langsung
menyebrangi plasenta, sehingga bayi manusia memiliki antibodi tinggi bahkan saat lahir,
dengan spesifitas jangkauan antigen yang sama dengan ibunya. Air susu ibu juga
mengandung antibodi yang dikirim ke sistem pencernaan bayi dan melindungi bayi terhadap
10
infeksi bakteri sampai bayi dapat mengsintesiskan antibodinya sendiri. Imunitas pasif ini
disebabkan oleh fetus yang tidak membuat memori sel atau antibodi apapun, tetapi hanya
meminjam. Pada ilmu kedokteran, imunitas pasif protektif juga dapat dikirim dari satu individu
ke individu lainnya melalui serum kaya-antibodi
Gambar 6. Lama waktu respon imun dimulai dengan penemuan patogen
dan menyebabkan formasi memori imunologikal aktif. 2
Memori aktif dan imunisasi 2
Memori aktif jangka panjang didapat diikuti dengan infeksi oleh aktivasi sl B dan T.
Imunitas aktif dapat juga muncul buatan, yaitu melalui vaksinasi. Prinsip di belakang
vaksinasi (juga disebut imunisasi) adalah untuk memperkenalkan antigen dari patogen untuk
menstimulasikan sistem imun dan mengembangkan imunitas spesifik melawan patogen
tanpa menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan organisme tersebut. Hal ini
menyebabkan induksi respon imun dengan sengaja berhasil karena mengeksploitasi
spesifisitas alami sistem imun. Dengan penyakit infeksi tetap menjadi salah satu penyebab
kematian pada populasi manusia, vaksinasi muncul sebagai manipulasi sistem imun manusia
yang paling efektif.
Kebanyakan vaksin virus berasal dari selubung virus, sementara banyak vaksin
bakteri berasal dari komponen aselular dari mikroorganisme, termasuk komponen toksin yang
tidak melukai. Sejak banyak antigen berasal dari vaksin aselular tidak dengan kuat
menyebabkan respon adaptif, kebanyakan vaksin bakter disediakan dengan penambahan
ajuvan yang mengaktifkan sel yang memiliki antigen pada sistem imun bawaan dan
memaksimalkan imunogensitas.
11
Aktivasi APC Menginduksi Imunitas Adaptif 3
Induksi imunitas adaptif dimulai ketika patogen dicerna oleh sel dendritik immature
pada jaringan yang terinfeksi. Sel fagosit ini tersebar pada berbagai macam jaringan dan
mengalami pembaharuan pada kecepatan yang sangat rendah. Sel dendritik sebagaimana
makrofag berasal dari prekursor dalam sumsum tulang, dan bermigrasi dari sumsum tulang
menuju jaringan periperal tempat berhentinya, pada tempat yang baru ini sel dendritik
berperan untuk menjaga lingkungannya dari serangan patogen. Sel dendritik yang telah
memperoleh antigen akan segera memasuki pembuluh limfa dam masuk lymph node. Pada
lymph node sel dendritik akan mengenalkan antigen yang dibawa kepada sel T naive. Sel
dendritik immature mempunyai reseptor pada permukaan sel yang mengenali sifat umum
patogen, misalnya dinding sel bakteri yang berupa proteoglikan. Sebagaimana yang terjadi
pada makrofag dan neutrofil, bakteri yang berikatan dengan reseptor sel dendritik akan
ditelan oleh sel tersebut dan didegradasi intraselluler. Sel dendritik immature secara terus
menerus mengambil material ekstraselluler, termasuk virus dan bakteri yang ada pada
lingkungan itu dengan mekanisme makropinositosis yang tidak tergantung reseptornya.
Fungsi utama sel dendritik sebenarnya bukan untuk menghancurkan patogen tetapi untuk
membawa antigen dari patogen itu pada organ limfoid periferal dan mempresentasikan
antigen itu pada sel limfosit T. Ketika sel dendritik menelan patogen pada jaringan yang
terinfeksi, sel dendritik teraktivasi dan bergerak menuju lymph node yang terdekat. Karena
aktivasi itu sel dendritik mengalami pemasakan menjadi sel APC yang sangat efektif dan
berubah sifat menjadi sel yang mampu mengaktifkan sel limfosit spesifik yang berada pada
lymph node. Sel dendritik yang teraktivasi mensekresi sitokin yang berpengaruh terhadap
imunitas innate maupun adaptif.
Gambar 7. Sel dendritik menginiasiasi imunitas adaptif 3
12
Sel Efektor dan Memori Merupakan Respon Adanya Antigen 3
Diversitas limfosit yang sangat besar akan memastikan tersedianya beberapa sel
limfosit yang dapat mengenali antigen asing jika antigen asing itu masuk dalam tubuh.
Namun demikian karena setiap limfosit mempunyai reseptor yang berbeda, sehingga jumlah
limfosit yang dapat mengenali antigen yang masuk sangat sedikit. Untuk membentuk sel
limfosit efektor dalam jumlah besar dan spesifik pada antigen tersebut di atas, maka sel
limfosit yang kompeten itu harus diaktivasi dan berproliferasi sebelum sel-sel itu
berdiferensiasi menjadi sel efektor. Mekanisme ini disebut clonal expansion, yang merupakan
ciri umum dari respon imunitas adaptif. Aktivasi dan proliferasi limfosit dimulai pada jaringan
limfoid, pada tempat itu limfosit naive dan APC yang teraktivasi dapat tinggal bersama.
Antigen dipresentasikan kepada limfosit naive oleh sel APC sebelum limfosit itu keluar lagi
dari jaringan limfoid lewat pembuluh limfatik efferent. Jika sel limfosit telah mengenali antigen
spesifik yang dipresentasikan sel APC, limfosit tidak bermigrasi lagi dan limfosit itu mulai
teraktivasi sehingga bentuknya menjadi besar. Pada kondisi itu kromatin di dalam nukleus
tidak tebal, nukleoli muncul, volume nukleus dan sitoplasma meningkat, RNA dan protein
baru tersintesis. Dalam waktu beberapa jam sel berubah total dan sekarang disebut limfoblas.
Limfoblas sekarang memulai membelah diri, normalnya membelah menjadi dua kali sampai
empat kali dalam waktu 24 jam selama 3 sampai 5 hari. Dengan demikian satu sel limfosit
naive akan berkembang menjadi sekitar 1000 sel anakan yang identik. Klon yang telah
mengalami ekspansi itu selanjutnya berdiferensiasi menjadi sel efektor. Pada sel B, sel
efektor, yang dikenal dengan sel plasma mensekresi antibodi, sedangkan pada sel T, sel
efektor dapat merusak sel yang terinfeksi atau mengaktifkan sel lain yang terlibat pada sistem
imun. Perubahan yang terjadi pada sel T ini juga mempengaruhi sirkulasinya. Perubahan
yang berupa peningkatan ekspresi molekul adhesi pada permukaan sel, memungkinkan sel
13
limfosit efektor bermigrasi masuk menuju daerah yang terinfeksi atau tinggal pada organ
limfoid dan mengaktifkan sel B. Setelah sel limfosit naive teraktivasi, sel-sel tersebut
memerlukan empat sampai lima hari untuk melakukan ekspansi dalam jumlah besar dan
selanjutnya berdiferensiasi menjadi sel efektor. Itulah sebabnya sehingga imunitas adaptif
terjadi beberapa hari setelah adanya infeksi. Sel efektor mempunyai waktu hidup yang
pendek, jika antigen telah berhasil dimusnahkan, sebagian besar sel T
spesifik yang terbentuk selama proses clonal expansion mengalami apoptosis. Namun
demikian masih ada sel yang tetap hidup setelah antigen berhasil dieliminasi. Sel yang masih
bertahan hidup itu selanjutnya dikenal dengan sebutan sel memori. Adanya sel memori ini
menjadikan individu lebih siap jika ada antigen yang sama masuk pada waktu yang lain. Sel
memori mempunyai respon jauh lebih cepat dan efektif dibanding sel naive.
Karakteristik sel memori ini dapat diamati dengan membandingkan respon antibodi
pada individu pada imunisasi pertama dengan respon yang dirangsang dengan booster
dengan antigen yang sama. Prinsip dasar sel memori ini adalah ekspansi dan diferensiasi
klon tersebut, sehingga keseluruhan sel anakannya merupakan sel yang spesifik untuk
antigen yang pernah memapar pada waktu yang lampau. Sel memori ini yang menjadikan
vaksinasi dapat berhasil dan mencegah terjadinya infeksi oleh patogen yang telah
dimusnahkan oleh imunitas adaptif. Sel memori merupakan bagian yang paling penting pada
terbentuknya imunitas adaptif, walaupun mekanisme seluler dan molekuler belum
sepenuhnya diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Sel-sel Imun Spesifik. In: Imunologi Dasar. 8th ed.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. 2009 : 98-134
2. Zanetti M, Croft M. Immunological Memory. www.els.net. 2001.
3. Ashari I. Prinsip Umum Imunitas Innate dan Adaptif.
http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/BAB-V.-PRINSIP-UMUM-
IMUNITAS-INNATE-DAN-ADAPTIF.pdf
4. Anonim. Immunitas.http:www.id.wikipedia.org/wiki/imunitas. 2008
5. Anonim. Fungsi Sistem Imun Innate dan Adaptif http://www.google.co.id/imgres?
imgurl=http://sullivanfiles.net/324_portfolios/thaker/prr_otln_litrvw_files/
image001.jpg&imgrefurl=http://allergyclinic.wordpress.com/2012/02/01/imunitas-non-
spesifik/
&usg=__3LuJN3Pts_Z4jlaOCLbi597Pfy0=&h=340&w=337&sz=22&hl=id&start=11&si
14
g2=dkChPp47pv2wsd-85hl6mw&zoom=1&tbnid=VX34GLTuqk-
yxM:&tbnh=119&tbnw=118&ei=uxOPT9yzH4nIrQfz5pmeCQ&prev=/search%3Fq
%3DFungsi%2Bsel%2BT%26um%3D1%26hl%3Did%26sa%3DN%26biw
%3D1137%26bih%3D538%26tbm%3Disch&um=1&itbs=1
6. Anonim. Perkembangan sel B dan sel T. http://www.google.co.id/imgres?
imgurl=http://2.bp.blogspot.com/_AQVHcANqMws/TS68lfjWiBI/AAAAAAAAAQA/
7UitY81zeUg/s1600/Picture1.jpg&imgrefurl=http://ayu-dani91.blogspot.com/2011/01/
imunologi-tinjauan-umum.html&usg=__3JAio7Ueq1k-
gOi5FYK5r3Esl3A=&h=941&w=1260&sz=84&hl=id&start=6&sig2=JSZg09amR2pbiU
vwX2XbeA&zoom=1&tbnid=K2oSrSXn35TCtM:&tbnh=112&tbnw=150&ei=tBGPT-
_VOMLZrQenuYidCQ&prev=/search%3Fq%3Dperkembangan%2Bsel%2BT,
%2Btimus%26um%3D1%26hl%3Did%26sa%3DN%26biw%3D1137%26bih
%3D538%26tbm%3Disch&um=1&itbs=1
7. Anonim. Perkembangan sel B dan sel T http://www.google.co.id/imgres?
imgurl=http://immune-regulation.org/assets/images/research-eng/
Bcelldevelpment.jpg&imgrefurl=http://immune-regulation.org/index.php%3Fid
%3D36&usg=__UfzAPVyHADndyrgBfLL2nMzWbO8=&h=944&w=1432&sz=262&hl=i
d&start=1&sig2=LsmhtkaShKhn0Tp4AwEkzw&zoom=1&tbnid=T3IfXdPYoVMjpM:&tb
nh=99&tbnw=150&ei=mw2PT47wLIbKrAeL9_G1CQ&prev=/search%3Fq
%3Dperkembangan%2Bsel%2BB%26um%3D1%26hl%3Did%26sa%3DN%26biw
%3D1137%26bih%3D538%26tbm%3Disch&um=1&itbs=1
8. Anonim. Perkembangan sel T.
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.med.monash.edu.au/assets/
images/biochem/tony-tiganis/t-cell-dev.jpg&imgrefurl=http://
www.med.monash.edu.au/biochem/tiganis-
projectareas.html&usg=__qHjDG2_Vzs5_ovqtW1o_h84GAAk=&h=345&w=600&sz=5
2&hl=id&start=11&sig2=4n6N1l_WM-
V1jd_pjHqWrw&zoom=1&tbnid=BQJZzq15rc9deM:&tbnh=78&tbnw=135&ei=-
BCPT8idNs7QrQf7zOy4CQ&prev=/search%3Fq%3Dperkembangan%2Bsel%2BT
%26um%3D1%26hl%3Did%26sa%3DN%26biw%3D1137%26bih%3D538%26tbm
%3Disch&um=1&itbs=1
15