MEME MACHINE Video Dokumenter Tentang Kemampuan … Taragana_D0209018.pdf · Banyak primata lain...
Transcript of MEME MACHINE Video Dokumenter Tentang Kemampuan … Taragana_D0209018.pdf · Banyak primata lain...
MEME MACHINE
(Sebuah Video Dokumenter Tentang Kemampuan Manusia dalam Replikasi)
Jurnal Tugas Akhir Video Dokumenter
Disusun Oleh :
Bhima Taragana
D0209018
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
MEME MACHINE
(Sebuah Video Dokumenter Tentang Kemampuan Manusia dalam Replikasi)
Bhima Taragana
Sri Hastjarjo
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Human are animal if looked upon biology, but human are far too different compared to other animal. What is the difference between human and other animal? The thing that makes human different than animal is meme. Meme is an idea, behavior, or style that spreads from person to person. A word that coined by Richard Dawkins in The Selfis Gene (1976) as a concept that explain how idea and social phenomenon can be spread and be evoluted.
This documentary explain many things about equation and differenciation between human and animal. In this documentary Susan Blackmore, an English memetics researcher, how human could be evoluted became modern day human. Besides, this documentary featuring language as the most success meme example looked upon diversity and spreadness and give a new perspective about what actually human is. Keyword: meme, memetics, evolution, documentary, human
Pendahuluan
Terdapat banyak fenomena yang dekat dengan kehidupan sosial di
sekitar kita, misalnya persoalan keluarga, kemiskinan, korupsi, persoalan
lingkungan hidup, tetapi masih banyak yang belum dipahami seutuhnya oleh
masyarakat. Padahal hal tersebut sangat berpengaruh pada kehidupan sehari - hari,
bahkan kita mungkin pernah bersinggungan langsung dengan suatu persoalan
tersebut, tetapi kita tidak tahu karena belum ada informasi yang cukup atau
bahkan tidak mau tahu tentang persoalan tersebut karena mengganggap persoalan
tersebut tidak penting dalam kehidupan.
Salah dari fenomena tersebut adalah ketidak-tahuan manusia terhadap
bagaimana cara kerja pikiran, sama tidak pahamnya manusia dengan cara kerja
tubuh, dan tentu sama tidak mampunya manusia menciptakan sebuah utopia atau
1
menyembuhkan ketidak-bahagiaan.1 Linguist Noam Chomsky menyebutkan
bahwa ketidak-tahuan dibagi menjadi dua, yaitu problem dan misteri.2 Ketika
mengahadapi problem, manusia mungkin tidak tahu solusinya, tapi manusia
memiliki pengertian, bertambahnya ilmu pengetahuan dan keingin tahuan
terhadapa apa yang dicari. Akan tetapi ketika menghadapi misteri, manusia hanya
mampu menatap di dalam keheranan dan kebingungan, tidak tahu bagaimana
sebuah penjelasan seharusnya dijelaskan.
Dari sekian banyak misteri dari pikiran, meme merupakan landasan dari
banyak misteri yang lain. Banyak cara untuk mendefinisikan meme, namun hanya
terdapat dua cara yang banyak digunakan oleh para ahli. Pertama, definisi dari
Richard Dawkins, peneliti yang mengkoinkan istilah meme, menjelaskan meme
sebagai satuan transmisi kultural dimana "propagate themselves in the meme pool
by ... a process which, in the broad sense, can be called imitation.”3 Kedua,
Oxford English Dictionary mendefinisikan meme sebagai berikut: "meme (mi:m),
n. Biol. (shortened from mimeme ... that which is imitated, after GENE n.). An
element of a culture that may be considered to be passed on by non-genetic
means, esp. imitation.”4 Kedua definisi tersebut menyebutkan bahwa meme
adalah informasi kultural yang dikopi, dan dikopi oleh imitasi.
Lalu apa itu imitasi? Terdapat sejarah panjang dalam penelitian imitasi
tentang perilaku hewan dan psikologi sosial manusia.5 Di abad XIX Darwin
mengambil banyak sampel mengenai imitasi yang dilakukan oleh hewan, begitu
pula Romanes, namun mereka tidak mendefinisikan apa yang mereka maksud
dengan imitasi tersebut. Baldwin meletakan imitasi dalam pondasi teori evolusi
miliknya, dengan mengatakan bahwa semua proses adaptasi dapat dilihat sebagai
imitasi, namun masih tidak menjelaskan apa itu imitasi. Thorndike mungkin orang
1 Pinker, Steven. (1997). How The Mind Works. London, The Penguin, hal. IX. 2 Ibid 3 Dawkins, Richard. (1976). The Selfish Gene. Oxford, Oxford University Press, hal. 192. 4 Blackmore, Susan (1998). Imitation and Definition of Meme. Bristol, University of the West England, hal. 2. 5 http://cfpm.org/jom-emit/1998/vol2/wilkins_js.html diakses pada tanggal 8 September 2013, jam 16.31
2
pertama yang menyediakan definisi yang jelas mengenai imitasi yaitu: “learning
to do an act from seeing it done."6
Dengan beberapa poin dari meme dan imitasi, maka terdapat secercah
cahaya dari bagaimana asal mula bahasa terbentuk.7 Untuk mengetahui
bagaimana asal-usul bahasa, maka perlu diketahui apakah fungsi bahasa di awal-
awal penggunaannya. Menurut Dunbar, ahli psikologis dari Inggris, “The function
of language is gossip, and gossip is a substitute for grooming.8”
Fungsi asli dari gossip dan grooming, menurut Dunbar, adalah untuk
menjaga kelompok sosial tetap utuh, dan hal tersebut menjadi semakin sulit ketika
kelompok menjadi semakin besar. Banyak primata lain yang hidup berkelompok
dan banyak dari waktu mereka tersita hanya untuk menjaga keutuhan kelompok
tersebut. Akan menjadi suatu alasan yang kuat ketika siapa berkelompok dengan
siapa untuk seseorang bertindak apa9.
Lalu bagaimana hubungan yang kompleks teresebut dijaga? Untuk banyak
primata jawabannya adalah grooming, namun terdapat batasan alami. Ketika
jumlah anggota dalam satu kelompok semakin besar kebutuhan untuk grooming
menjadi sangat tinggi hingga pada akhirnya waktu dalam satu hari tidak
mencukupi kebutuhan tersebut. Untuk itulah manusia membutuhkan bahasa,
menurut Dunbar, bahasa adalah cara paling efisien melakukan grooming10.
Dengan bahasa manusia dapat berbicara dengan beberapa orang sekaligus.
Mengirimkan informasi tentang siapa orang yang dapat dipercaya dan tidak. Jadi
Dunbar menolak teori bahwa bahasa digunakan manusia prasejarah untuk
melakukan strategi pertahanan atau perburuan, dimana singa dan predator lain
yang berkelompok tidak memerlukannya, dan mengatakan bahwa bahasa adalah
tentang mempertahankan hubungan antar manusia.11
6 Blackmore, Susan (1998). Op. Cit, hal. 3. 7 http://cfpm.org/jom-emit/1998/vol2/vaneechoutte_m&skoyles_jr.html diakses pada tanggal 8 September 2013, jam 16.31 8 Blackmore, Susan (1999). The Meme Machine. Oxford, Oxford University Press, hal. 112 9 Ibid 10 Ibid 11 Ibid
3
Dari meme, solusi untuk misteri bagaimana asal muasal bahasa terbentuk
mulai terkuak. Ketika imitasi berevolusi, replikator yang kedua, meme, dimana
replikator yang pertama adalah gen, terlahir. Ketika manusia mulai untuk
mereplika satu sama lain, meme yang terbaiklah yang terkopi, yaitu (i) yang
paling tinggi tingkat akurasi pengkopiannya, (ii) yang paling banyak terkopi, dan
(iii) setiap kopi harus bertahan dalam waktu yang lama12.
Sebuah tata bahasa mulai terucap dari suara yang dapat diimitasi dan
sukses di ketiga kriteria diatas yaitu, keakuratan, produktivitas, dan usia. Manusia
awal yang menggunakan bahasa ini tidak hanya mengkopi “pembicara” terbaik
dalam kelompok, namun juga menghasilkan keturunan dengan mereka,
menciptakan tekanan seleksi alam di dalam gen untuk memproduksi otak yang
lebih baik, dan lebih baik dalam menyebarkan meme baru13. Dengan cara ini gen
dan meme bersandingan dan berevolusi untuk memproduksi satu spesies dengan
sifat yang sangat unik dengan volume otak yang besar dan sebuah bahasa. Tahap
paling penting dalam proses ini adalah awal mula manusia melakukan imitasi.
Prinsip umum dari teori evolusi dapat menjelaskan sisanya, termasuk penciptaan
dialek.
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kemampuan manusia dalam replikasi?
Tujuan Pembuatan Film
Memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa berbagai macam
ide yang muncuk dari pikiran adalah hasil dari sebuah imitasi, baik yang
telah berevolusi maupun belum berevolusi.
Landasan Konsep
A. Sekilas Tentang Dokumenter
Sebagai salah satu media komunikasi yang berupa produk audio visual,
film dokumenter mempunyai sejarah dalam perkembangannya hingga saat ini.
Selain itu definisi dari film dokumenter itu sendiri berubah – ubah dari masa ke
masa sejalan dengan perkembangan film dokumenter.
12 Dawkins, Richard. (1976). The Selfish Gene. Oxford, Oxford University Press. 13 Blackmore, Susan (1998). Imitation and Definition of Meme. Bristol, University of the West England, hal. 123.
4
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya
Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat
sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata ‘dokumenter’
kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John Grierson
untuk Film Moana (1962) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat
dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas.14
Film dokumenter berbeda dengan film fiksi, menurut Ira Konigsberg
dokumenter ialah sebuah film yang berkaitan langsung dengan suatu fakta dan
non-fiksi yang berusaha untuk menyampaikan kenyataan dan bukan sebuah
kenyataan yang direkayasa. Film – film seperti ini peduli terhadap perilaku
masyarakat, suatu tempat atau suatu aktivitas.15
Film dokumenter, selain mengandung fakta, ia juga mengandung
subyektivitas pembuat. Subyektivitas dalam arti sikap atau opini terhadap
peristiwa. Jadi ketika faktor manusia berperanan, persepsi tentang kenyataan akan
sangat tergantung pada manusia pembuat film dokumenter itu.16
Seorang pembuat film dokumenter lain yaitu DA. Peransi mengatakan
bahwa film dokumenter yang baik adalah yang mencerdaskan penonton. Sehingga
kemudian film dokumenter menjadi wahana yang tepat untuk mengungkap
realitas, menstimulasi perubahan. Jadi yang terpenting adalah menunjukkan
realitas kepada masyarakat yang secara normal tidak terlihat realitas itu.17
Dokumenter harusnya dibuat dengan hati dan bukan hanya dengan pikiran kita
saja. Film dokumenter ada untuk mengubah cara kita merasakan sesuatu.
Film dokumenter dengan menggunakan fakta sebagai bahan utamanya,
berkembang menjadi sebuah bentuk menyampaian pesan yang tidak hanya secara
faktual dan naratif, tapi juga argumentatif.
Kelebihan dari video atau media rekam audio visual lainnya adalah
kemampuannya yang bukan hanya sekedar menceritakan (to tell), tetapi juga
14 Effendy,Heru (2002), Mari Membuat Film. Yogyakarta, Panduan, hal. 11 15 Konigsberg, Ira (1998), The Complete Film Dictionary, Penguin (Non-Classics), hal. 103 16 Sumarno, Marselli (1996), Dasar-dasar Apresiasi Film, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, hal. 13 17 Ibid , hal 15
5
menunjukkan (to show). Sama dengan film fiksi, film dokumenter sebisa mungkin
dibuat dengan tujuan untuk membawa audiensnya ke dalam pengalaman
sebagaimana terlihat jikalau mereka berada di posisi yang sama. Unsur dramatik
juga menjadi bagian penting dalam film dokumenter.
Dalam film dokumenter, gaya atau bentuk pendekatan dapat dibagi ke
dalam beberapa bagian. Beberapa bagian ini merupakan sebuah ringkasan dari
perkembangan film dokumenter dari masa ke masa. Bagian tersebut adalah
Expository Documentary, Cinema Verite/ Direct Cinema Documentary, Reflexive
Documentary dan Performative Documentary.
Gaya Expository menampilkan pesannya kepada penonton secara
langsung, baik melalui presenter ataupun dalam bentuk narasi. Kedua bentuk
tersebut tentunya akan berbicara sebagai orang ketiga kepada penonton secara
langsung (ada kesadaran bahwa mereka sedang menghadapi penonton/banyak
orang). Mereka juga cenderung terpisah dari cerita dalam film. Mereka cenderung
memberikan komentar terhadap apa yang sedang terjadi dalam adegan, ketimbang
menjadi bagian darinya. Itu sebabnya, pesan atau point of view dari expository
dielaborasi lebih pada sound track ketimbang visual. Jika pada film fiksi gambar
disusun berdasarkan kontinuitas waktu dan tempat yang berasaskan aturan tata
gambar, maka pada dokumenter yang berbentuk expository, gambar disusun
sebagai penunjang argumentasi yang disampaikan oleh narasi atau komentar
presenter. Itu sebabnya, gambar disusun berdasarkan narasi yang sudah dibuat
dengan prioritas tertentu.18
Produksi film dokumenter gaya Cinema Verite atau Direct Cinema ,
jelas, menuntut persiapan yang sangat sungguh – sungguh dan mantap. Analisis
dan perhitungan manajemen untuk lama waktu produksi dan biaya tidak boleh
meleset. Prinsipnya gaya ini, penyusunan skenario formal dianggap tidak penting,
mengingat yang diutamakan adalah peristiwa yang terjadi, bukannya kenapa atau
bagaimana jalannya cerita dari suatu peristiwa. Sepintas antara Cinema Verite dan
Direct Cinema terlihat adanya persamaan dan gaya. Yang membedakan di antara
18 Barbash, Ilisa (1997), Cross-Cultural Filmaking. Berkeley, University of California Press, hal 17
6
keduanya adalah: dalam membangun dramatika atau konflik, Cinema Varite
terlihat lebih agresif, sementara Direct Cinema memilih pasif.19
Dalam Reflexive Documentary, Pada 1922, Vertov menampilkan
manifestasinya dengan sebutan Kino-Pravda. Dalam terjemahan harafiah Bahasa
Inggris sama dengan film truth. Film kebenaran. Vertov menyatakan, “kamera
merupakan mata film, dan film dokumenter bukan menceritakan sesuatu realitas
objektif, mekainkan suatu realitas berdasark an apa yang terlihat dan terekam
dalam film. “Mata film disebutnya Kim-Eye, Kino Glaz.20
Yang terakhir adalah Performative Documentary, menekankan aspek
subjektif atau ekspresif dari keterlibatan pembuat film sendiri dengan subjek;
berusaha untuk menaikkan respon penonton untuk terlibat. Menolak gagasan
tentang objektivitas dalam mendukung kebangkitan dan mempengaruhi.21
“If you read popular reviews or watch television coverage of entertainment, you will notice that reporters make frequent reference to film’s genres, because they know that most members of the public will easily grasps what they are referring to.”22(Jika anda membaca majalah populer atau menonton televisi mengenai ulasan dunia hiburan, Anda akan menyadari bahwa wartawan berkali-kali membuat genre film, karena mereka menyadari bahwa anggota masyarakat akan lebih mudah menangkap film yang mereka inginkan).
Film dokumenter sendiri memiliki fungsi secara umum sebagai media
menyampaikan suatu kebenaran. Selain itu secara spesifik film dokumenter dapat
menyampaikan suatu sudut pandang, suatu propaganda yang kuat, dan suatu
konflik kepentingan.
Ilmu sosial bisa menjadi tema yang menarik untuk diangkat ke dalam
film dokumenter. Ada begitu banyak kajian-kajian dari ilmu sosial yang sangat
dekat dengan persoalan di masyrakat, mulai dari persoalan kemiskinan, korupsi,
persoalan lingkungan, diskriminasi dan lainnya. Saat ini ilmu sosial telah merasuk
ke dalam lingkungan yang ada di sekeliling kita, sehingga menyusun kajian ilmu
19 Ayawaila, Gerzon Ron (2008), Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta, FFTV-IKJ PRESS, hal 17 20 Ibid, hal 14 21 Nichols, Bill (2010), Introduction to Documentary. USA, Indiana University Press, hal 32 22 Bordwell, David & Kristin Thompson, (2004), Film Art an Introduction. New York, McGraw – Hill Companies. Inc, hal 110
7
sosial tidak selalu berarti harus pergi ke tempat-tempat terpencil di mana suku-
suku terasing berada.
B. Meme
Evolusi dengan seleksi alam memang kontroversial semenjak Darwin
pertama kali mempublikasikan ‘The Origin of Species’ pada tahun 1859. Dengan
mendemonstrasikan bahwa dengan akumulasi sejumlah kecil pewaris perubahan
dan berbagai cara dalam bertahan hidup, ‘alam’ dapat memilih hewan berdasarkan
kecocoakannya dengan lingkungan. Darwin mampu menjelaskan bagaimana
kompleksnya dan munculnya sebuah desain dapat muncul di alam tanpa
dibutuhkannya seorang desainer. Mungkin bagian paling kontroversial dari teori
Darwin adalah tentang bagaimana teori tersebut menolak pandangan bahwa
manusia dapat terpisah dari alam. Umat manusia hanyalah ranting dari kehidupan,
yang tumbuh dari bagian proses evolusi layaknya hewan yang lain.23
Kaum Darwinisme dan berbagai teorinya menyediakan sumber yang kaya
untuk berbagai disiplin ilmu. Teori meme, khususnya, telah terbukti menjadi
lahan yang subur bagi teorisasi tersebut. Banyak definisi dari teori meme sudah
jelas, namun penjelasan yang lain cukup membingungkan dan ambigu. Berbagai
penjelasan meme dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Sebuah unit imitasi (Dawkins).
b. Sebuah unit yang berada di otak (Dawkins).
c. Intuksi kultural yang ditransmisikan (Dennett).
d. Pola permanen atau informasi yang dihasilkan oleh tindakan
manusia yang dilakukan dengan sadar (Csikszentmihalyi).
e. Sebuah unit di dalam pikiran yang keberadaannya dipengaruhi oleh
suatu kejadian yang mengkopi dirinya sendiri dan membuatnya
terbentuk di pikiran lain (Brodie).
f. Ide yang secara aktif menular (Lynch).
g. Representasi mental (Gabora)
23 http://cfpm.org/jom-emit/1998/vol2/rose_n.html diakses pada tanggal 8 September 2013, jam 16.31
8
h. Sebuah elemen, yang mereplika dirinya, dari kebudayaan yang
diwariskan dengan cara imitasi (Oxford English Dictionary) dan
lain sebagainya.24
Tanpa definisi yang jelas, istilah ‘meme’ menjadi hampir tidak berarti.
Akan tetapi dari sekian banyak definisi, definisi dari Dawkin dan Oxford English
Dictionary-lah yang paling sering digunakan oleh para peneliti. Dalam bukunya
Dawkins berkata, We are built as gene machines and cultured as meme machines,
but we have the power to turn against our creators. We, alone on earth, can rebel
against the tyranny of the selfish replicators.25 (Kita terbentuk sebagai mesin gen
dan terbudaya sebagai mesin meme, namun kita memiliki kekuatan untuk
melawan pencipta kita. Kita, sendiri di bumi bisa memberontak terhadap tirani
dari replikator yang egois.)
Namun pernyataan tersebut ditolak oleh Dennett. Dennet berkata ‘The
“independent” mind struggling to protect itself from alien and dangerous memes
is a myth.’26 (‘Independensi’ pikiran yang berjuang untuk mempertahankan
dirinya dari mahkluk asing dan meme yang berbahaya adalah sebuah mitos.) Dan
pernyataan ini juga didukung oleh Blackmore, meskipun mereka sama-sama
sependapat mengenai definisi meme dari Dawkin, dengan pernyataannya, “If we
take memetics seriously then the ‘me’ that could do the choosing is itself a
memetic construct: a fluid and ever-changing group of memes installed in a
complicated meme machine.”27(Jika kita menganggap memetics sebagai sesuatu
yang serius, maka ‘aku’ yang bisa memilih pikiranku adalah sebuah konstruksi
memetic: sebuah kelompok meme yang sangat lentur dan terus-menerus berubah
yang terpasang dalam sebuah mesin meme yang rumit.)
Ini semua adalah kekuatan dan kecantikan dari meme, meme dapat
membuat manusia dapat memandang bagaimana kehidupan manusia, bahasa, dan
semua kreativitas yang muncul akibat kekuatan replikasi. Dan layaknya gen,
24 Ibid 25 Dawkins, R. (1976). The Selfish Gene. Oxford: Oxford University Press, hal. 215 26 Dennett, D. (1995). Darwin’s Dangerous Idea. London, Penguin, hal, 365 27 Blackmore, Susan (1999). The Meme Machine. Oxford, Oxford University Press, hal. 257
9
meme juga mengalami seleksi alam, dan terus berevolusi, namun perbedaannya
adalah tidak banyak yang memperhatikan meme.
Sajian Film Dokumenter
a. Judul
“Meme Machine”
b. Lokasi
Indonesia
c. Durasi
16 menit 21 detik
d. Ringkasan Film
Sequence 1
Sequence ini mendeskripsikan apa itu manusia, baik itu dari sisi perilaku,
perbedaan dengan hewan dan apa yang membuat manusia menjadi begitu spesial
Shot-shot penting:
1. Kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat umum.
2. Ilustrasi proses evolusi manusia.
3. Ilustrasi kecerdasan manusia.
10
4. Ilustrasi kesadaran
manusia.
Sequence 2
Sequence ini menjelaskan apa itu meme.
Shot-shot penting:
1. Wawancara dengan Susan
Blackmore.
2. Orang berbicara.
3. Ilustrasi perkembangan
bahasa.
11
Sequence 3
Sequence ini menjelaskan bahwa manusia sebenarnya tidak memiliki
kehendak bebas dan mereka sebenarnya berilusi bahwa mereka adalah “mereka.”
Shot-shot penting:
1. Ilustrasi otak manusia.
2. Ilustrasi kebebasan berkehendak.
Kesimpulan
Kesimpulan dalam tugas akhir ini adalah:
a. Manusia merupakan mahkluk yang terdiri dari dua replikator, meme
dan gen. Kepribadian, kemampuan, dan kualitas unik dari manusia
merupakan hasil dari sebuah proses yang rumit dari kedua replikator
tersebut.
b. Pusat aktivitas manusia adalah otak, dan disana hanya terdapat neuron.
Di sana tidak terdapat seseorang yang memainkan benang dan
memainkan tubuh manusia. Di sana juga tidak terdapat tempat dimana
keputusan yang aku buat secara sadar berada. Berbagai keputusan,
kepercayaan dan pemikiran manusia adalah berbagai meme yang
sangat kompleks yang telah diadaptasi oleh otak.
12
Saran
Manusia tidak perlu memikirkan bagaimana sebuah ide atau pemikiran
dapat menjangkit pikiran mereka, karena manusia tidak akan pernah bebas dari
replikator yang memciptakan manusia itu sendiri, yaitu meme.
Daftar Pustaka
Ayawaila, G. R. Dokumenter Dari Ide Sampai Produks. Jakarta: FFTV-IKJ PRESS.
Barbash, I. (1997). Cross-Cultural Filmaking. Berkeley: University of California Press.
Blackmore, S. (1999). The Meme Machine. Oxford University Press. Blackmore, S. (1998). Journal of Memetics. Imitation and Definition of Meme. Blackmore, S. (2010). Cosmos and Culture. Dangerous Memes; or, What the
Pandorans Let Loose , 297-321. Burman, J. T. (2010). Journal of Memetics. The misunderstanding of memes:
Biography of an unscientiªc object, 1976-1999 . Dawkins, R. (1989). The Selfish Gene. Oxford University Press. Dennett, D. (1995). Darwin’s Dangerous Idea. London: Penguin. Effendy, H. (2002). Mari Membuat Film, Panduan. Yogyakarta. Konigsberg, I. (1998). The Complete Film Dictionary, 2nd Edition. Penguin. Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Bandung, Remadja
Rosdakarya, 2005). Bandung: Remadja Rosdakarya. Nichols, B. (2010). Introduction to Documentary. Indiana University Press. Pinker, S. (1998). How The Mind Works. London: Penguin. Rose, N. (1998). JoM-Emit. Dipetik September 8, 2013, dari JoM-Emit:
http://cfpm.org/jom-emit/1998/vol2/rose_n.html Sumarno, M. (1996). Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia. Thompson, D. B. (2004). Film Art an Introduction. New York: Hill Companies.
Inc. Wibowo, F. (1997). Dasar-dasar Produksi Program Televis. Jakarta: Grasindo. Wilkins, J. S. (1998). Jom-Emit. Dipetik September 8, 2013, dari Jom-Emit:
http://cfpm.org/jom-emit/1998/vol2/wilkins_js.html
13