Membuat Makalah Termoregulasi 1.2 Fixs
description
Transcript of Membuat Makalah Termoregulasi 1.2 Fixs
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL PRAKTIKUM
Termoregulasi
B. WAKTU, TANGGAL PRAKTIKUM
Waktu : 13.00 – 15.00 WIB
Hari, tanggal praktikum : Rabu, 25 November 2015
C. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Mampu melakukan pemeriksaan suhu inti tubuh manusia.
b. Mampu melakukan pengukuran suhu tubuh secara oral pada
tubuh manusia.
c. Mampu melakukan pengukuran suhu tubuh secara aksiler pada
tubuh manusia.
d. Mampu memahami perbedaan berbagai temperatur di berbagai
tempat di tubuh.
e. Mampu mengetahui berbagai faktor yang berpengruh pada
pengukuran suhu tubuh.
D. DASAR TEORI
Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh di dalam suatu
kisaran yang membuat sel-sel mampu berfungsi secara efesien. Upaya
mempertahankan temperatur tubuh agar berada dalam kisaran normal
(termoregulasi) jauh lebih penting artinya pada organisme yang hidup
di darat ketimbang organisme air (Campbell, et al. 2004).
Hipotalamus adalah bagian yang sangat peka, yang merupakan
pusat integrasi utama untuk memelihara keseimbangan energi dan suhu
tubuh. Hipotalamus berfungsi sebagai termostat tubuh, dengan
menerima informasi dari berbagai bagian tubuh di kulit. Penyesuaian
dikoordinasi dengan sangat rumit dalam mekanisme penambahan dan
pengurangan suhu sesuai dengan keperluan untuk mengorekasi setiap
penyimpangan suhu inti dari nilai patokan normal. Hipotalamus mampu
berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01ºC (Sherwood,
1996).
1
Pusat pengaturan tubuh manusia ada di Hipotalamus, oleh
karena itu jika hipotalamus terganggu maka mekanisme engaturan suhu
tubuh juga akan terganggu dan mempengaruhi thermostat tubuh
manusia. Mekanisme pengaturan suhu tubuh manusia erat kaitannya
antara kerja sama system syaraf baik otonom, somatic dan endokrin.
Sehingga ketika membahas mengenai pengaturan suhu oleh system
persyarafan maka tidak lepas pula kaitannya dengan kerja system
endokrin terhadap mekanisme pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan
TRH.
Ada 2 jenis suhu tubuh :
1. Suhu inti
Suhu inti merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam seperti
rongga abdomen dan rongga pelvis. Suhu inti ini relative konstan. Suhu
tubuh inti yang normal berada dalam satu rentang suhu. Tempat
pengukuran suhu inti terdapat di Rectum, Membrane timpani,
Esophagus, Arteri pulmoner, Kandungan kemih.
2. Suhu permukaan
Suhu permukaan merupakan suhu pada kulit jaringan subkutan,
dan lemak.Suhu permukaan akan meningkat atau menurun sebagai
respon terhadap lingkungan. Bagaimana pun suhu permukaan
berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini,
suhu yang dpat diterima berkisar dari 36⁰C sampai 38⁰C. Fungsi
jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu yang relative
sempit. Tempat pengukuran suhu permukaan terdapat di kulit,
aksila,dan oral.
\
2
Arteri pulmoner menunjukan nilai yang paling representative
karena darah bercampur dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu
pada arteri pulmoner merupakan standar dibandingkan dengan semua
tempat ang dikatakan akurat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan suhu
Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :
1. Exercise
semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x,
sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.
2. Hormon
Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel kelenjar (
kelenjar endokrin ) yang berfungsi untuk membawa pesan kimiawi dari
satu sel ke sel lainnya. hormon mempunyai peranan penting untuk
mengontrol fungsi tubuh dan menentukan tingkat metabolismeContoh
hormone diantaranya :
- Hormon Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur
pengatur utama basal metabolisme rate.
- Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya,
produksi panas tubuh juga meningkat.
- Testosteron adalah hormon yang dianggap sebagai androgen atau
hormon seksual pria. Ini adalah steroid alami dalam tubuh dan
diproduksi terutama di testis, tetapi juga dapat diproduksi dalam
jumlah yang lebih kecil oleh kelenjar adrenal. (Pada wanita, jumlah
yang lebih kecil dari testosteron yang dibuat dalam ovarium.)
Produksi testosteron diatur terutama oleh kelenjar hipofisis, yang
menandakan perlunya testosteron tambahan dengan melepaskan
hormon luteinizing, atau LH.
3
3. Sistem syaraf
Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari
system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik
melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan
hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal
sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
4. Suhu tubuh
Meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme
rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan
kecepatan reaksi biokimia 10 %.
5. Asupan makanan
Makanan dapat meningkatkan 10 – 20% metabolisme rate
terutama intake tinggi protein.
6. Berbagai macam factor lainnya contohnya diantaranya :
- Status Malnutrisi.
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada
zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme.
Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah
mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu
dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami
hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik,
dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga
kecepatan jaringan yang lain (Guyton, A.C. 1986).
4
- Kerusakan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada
hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh
mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada
saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.
Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga
dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
- Gender
- Iklim
Pusat termoregulasi terdapat di hipotalamus yaitu:
1. Hipotalamus anterior yang berfungsi sebagai regulator terhadap suhu
panas, stiulasi pada hipotalamus anterior akan menyebab kan
hipotermia, penurunan termogenesis: anoreksia, apati,peningkatan
TSH, peningkatan termolisis yaitu:vasodilatasi perifer, berkeringat,
peningkatan respirasi.
2. Hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai regulator terhadap suhu
dingin stimulasi pada hipotalamus postteriaor akan menyebabkan
hipertermia , peningkatan termogenesis seperti menggigil, rasa lapar,
peningkatan TSH, penurunan termolisis yaitu : vasokontriksi perifer,
curling up, memakai baju tebal.
Empat mekanisme utama kehilangan panas:
1. Radiasi
Menurut Ganong (2005) dan Sherwood (2006),” Radiasi
adalah pemindahan panas melalui radiasi elektromagnetik
inframerah dari satu benda ke benda lain dengan suhu berbeda dan
keduanya tidak berkontak (Gbr. 2.1a)”. Apabila seseorang berada
dalam lingkungan yang dingin, terjadi pengeluaran panas melalui
hantaran ke udara di sekitarnya dan melalui radiasi ke benda-benda
dingin di sekitarnya (Ganong, 2005). Kehilangan panas tubuh
melalui radiasi terjadi ketika suhu tubuh di bawah 98,6oF (Decker et
5
al., 2003). Menurut Boron & Boulpaep, (2003) dan Guyton & Hall,
(2008),”Orang yang telanjang pada suhu kamar yang normal
kehilangan panas kira-kira 60% dari kehilangan panas total (sekitar
15%) melalui radiasi.”
2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas antara benda-benda
yang berbeda suhunya yang berkontak langsung satu sama lain
(Gbr. 2.1b), (Sherwood, 2006); [dimana objek tersebut lebih dingin
daripada tubuh], (O’ Connel et al., 2011). Hanya sejumlah kecil
panas, yakni sekitar 3%, yang biasanya hilang dari tubuh melalui
konduksi langsung dari permukaan tubuh ke benda-benda padat,
seperti kursi atau tempat tidur. Sebaliknya, kehilangan panas
melalui konduksi ke udara mencerminkan kehilangan panas tubuh
yang cukup besar (kira-kira 15 persen) walaupun dalam keadaan
normal (Guyton & Hall, 2008). Dan menurut Curtis
(1995),”Terpapar air dapat menghilangkan panas tubuh 25 kali
lebih cepat daripada terpapar udara karena air memiliki densitas
terbesar”. Pakaian yang basah dapat meningkatkan kehilangan
panas lima kali lebih cepat dari pada pakaian yang kering (Decker
et al., 2003); [Stay dry = stay alive!], (Curtis, 1995).
3. Konveksi
Konveksi terjadi ketika kehilangan panas tubuh melalui
udara dingin ataupun angin dingin, dan derajat kehilangan panas
tergantung pada kecepatan angin (O’ Connel et al., 2011). Konveksi
mengacu pada perpindahan energi panas melalui arus udara. Ketika
tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekeliling yang
lebih dingin, udara yang berkontak langsung dengan tubuh akan
menjadi lebih hangat. Karena udara hangat lebih ringan
dibandingkan dengan udara dingin, udara yang sudah dihangatkan
tersebut bergerak ke atas sementara udara yang lebih dingin
bergerak ke kulit untuk menggantikan udara panas yang sudah
pindah tersebut. Proses ini terjadi berulang-ulang (Gbr. 2.1c).
6
Gerakan udara ini, yang dikenal sebagai arus konveksi, membantu
membawa panas menjauhi tubuh (Sherwood, 2006).
4. Evaporasi
Evaporasi adalah metode terakhir pemindahan panas yang
digunakan oleh tubuh (Sherwood, 2006). Bila air berevaporasi dari
permukaan tubuh, panas sebesar 0,58 Kalori (kilokalori) akan
hilang untuk setiap satu gram air yang mengalami evaporasi.
Bahkan bila orang tersebut tidak berkeringat, air masih berevaporasi
secara tidak kelihatan dari kulit dan paru dengan kecepatan 600
sampai 700 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas yang
terus menerus dengan kecepatan 16 sampai 19 Kalori per jam
(Guyton & Hall, 2008). Ketika udara menguap dari permukaan
kulit, panas yang diperlukan untuk mengubah air dari keadaan cair
menjadi gas diserap dari kulit, sehingga tubuh menjadi lebih dingin
(Gbr. 2.1d), (Sherwood, 2006). Penguapan yang terjadi dari
permukaan tubuh yang basah (keringat ataupun pakaian basah yang
kita kenakan), (Cartenz, 2011). Dan Sherwood, (2006) juga
mengatakan bahwa baju dalam keadaan basah lebih dingin daripada
baju dalam keadaan kering. Evaporasi banyak membuang panas
tubuh, selain dari pada itu cairan dalam tubuh juga terus berkurang
karena penguapan (Cartenz, 2011).
7
Jalur termoregulasi utama
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa hipotalamus
mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh. Jika sel saraf di
hipotalamus anterior menjadi panas di luar batas pengaturan (set point)
maka impuls dikirimkan untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme
kehilangan panas adalah berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh
darah dan hambatan produksi panas. Tubuh akan medistribusikan darah
ke pembuluh darah permukaan untuk menghilangkan panas. Semakin
banyak darah dari bagian tengah tubuh yang mecapai kulit, semakin
dekat suhu kulit dengan suhu inti. Pembuluh darah kulit melenyapkan
efektivitas kulit sebagai isolator dengan mengangkut panas ke
permukaan, tempat panas tersebut dapat dikeluarkan tubuh melalui
radiasi, konduksi dan konveksi. Dengan demikian vasodilatasi
pembuluh darah kulit, yang menyebabkan peningkatan aliran darah ke
kulit, meningkatkan pengurangan panas atau apabila suhu lingkungan
lebih tinggi daripada suhu inti, mengurangi pertambahan panas. Tubuh
dapat memperoleh panas sebagai proses internal yang berasal dari
8
aktivitas metabolik atau dari lingkungan eksternal. Perubahan aktivitas
rangka merupakan cara utama untuk mengontrol suhu melalui
penambahan panas. Menggigil merupakan satu bentuk respons terhadap
penurunan suhu inti tubuh. Dalam hal ini hipotalamus pertama-tama
meningkatkan tonus otot rangka (tonus otot mengacu pada tingkat
ketegangan konstan di dalam otot). Setalh itu, segera timbul menggigil.
Menggigil terdiri dari konstraksi otot rangka yang ritmik bergetar yang
terjadi dengan frekuensi tinggi sepuluh hingga empat puluh kali per
detik. Mekanisme ini sangat efektif untuk meningkatkan produksi
panas. Selain respon menggigil, hipotalamus juga berespons untuk
mengurangi pengeluaran panas dengan vasokonstriksi pada kulit.
Vasokonstriksi mengurangi aliran darah hangat ke kulit, sehingga suhu
kulit tubuh turun. Selain itu, rambut di kulit terperangkap oleh udara
yang lebih hangat jika dalam posisi berdiri dan kurang hangat pada
posisi mendatar. Otot-otot kecil di kulit dapat dengan cepat menarik
rambut menjadi tegak untuk mengurangi hilangnya panas dan
membuatnya mendatar untuk menambah hilangnya panas. Pusat
pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh adalah
suatu kumpulan neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus yaitu:
Preoptic area. Area ini menerima impuls-impuls syaraf dari
termoreseptor dari kulit dan membran mukosa serta dalam hipotalamus.
Neuron-neuron pada area peroptic membangkitkan impuls syaraf pada
frekuensi tinggi ketika suhu darah meningkat dan frekuensi berkurang
jika suhu tubuh menurun. Impuls-impuls syaraf dari area preoptic
menyebar menjadi 2 bagian dari hipotalamus diketahui sebagai pusat
hilang panas dan pusat peningkatan panas, dimana ketika distimulasi
oleh area preoptic, mengatur kedalam serangkaian respon operasional
yang meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh secara berturut-turut,
9
Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada
semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari
pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan
vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit,
yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke
kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
a. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek
peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37°C.
pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas
melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan
menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga
mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme
basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu
mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis.
Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area
preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh
kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf
kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat.
Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena
rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
b. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis
kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
10
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a.Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
b.Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis
hipotalamus posterior.
Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat
pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada
manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan
berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan
simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.
Mekanisme demam
Demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas suhu normal.
Demam dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
- infeksi atau peradangan (bahan pyrogenic)
jika tubuh terdapat invasi mikroba, sel darah putih akan
mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen,
yang memiliki banyak efek melawan infeksi dan juga bekerja pada
pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan
termostat. Pirogen endogen meningkatkan titik patokan termostat
hipotalamus selama demam dengan memicu pengeluaran lokal
prostaglandin, merupakan zat perantara kimiawi lokal yang bekerja
langsung di hipotalamus. Aspirin yang dikonsumsi sebagai obat
penurun demam, menurunkan demam dengan menghambat sintesis
prostaglandin.
11
Gambar II.3 Tahap Terjadinya Demam Akibat Adanya Bahan Pirogenik
Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, hal. 604
Terdapat beberapa tingkatan demam, yaitu:
a. stage of chill
Merupakan fase dimana penderita merasa dingin yang
disertai menggigil. Menggigil merupakan cara involunter primer
untuk menignkatkan produksi panas. Dengan menggigil, kontraksi
otot rangka yang ritmik bergetar sangat efektif menghasilkan panas.
Walaupun kontraksi otot merupaka cara utama untuk meningkatkan
panas, termogenesis non-menggigil juga berperan dalam
termoregulasi.
Seperti pada bayi yang memiliki jaringan lemak khusus
(lemak coklat) yang mampu mengubah energi kimia menjadi panas.
Pada fase ini, heat loss menurun dan heat production meningkat.
b. stage of fastigium
Merupakan fase krisi dari penyakit. Pada fase ini heat loss
meningkat, sehingga sering terjadi berkeringat dan heat production
menurun.
Ada tiga gangguan demam, yaitu:
12
- Heat Cramps
Keadaan dimana demam disertai kejang.
- Heat Exhaustion
Merupakan keadaan kolaps, biasanya bermanifestasi sebagai
pingsan, yang disebabkan oleh penurunan tekanan darah akibat kerja
mekanisme pengeluaran panas yang berlebihan. Keringat berlebihan
mengurangi curah jantung karena volume plasma berkurang dan
vasodilatasi kulit yang ekstensif menyebabkan penurunan resistensi
perifer total. Karena tekanan darah ditentukan oleh curah jantung
dikalikan dengan resistensi perifer total, tekanan darah turun dan
jumlah darah yang disalurkan ke otak berkurang, sehingga yang
bersangkutan akan mengalami pingsan. Dengan demikian, heat
exhaustion adalah konsekuensi dari aktivitas berlebihan mekanisme
pengeluaran panas dan bukan akibat gangguan dari mekanisme
tersebut. Karena mekanisme pengeluaran panas sangat aktif, pada heat
exhaustion suhu tubuh hanya sedikit meningkat. Dengan memaksa
aktivitas berhenti setelah mekansime pengeluaran panas tidak lagi
mampu mengatasi penambahan panas yang ditimbulkan oleh olahraga
atau lingkungan yang panas, heat exhaustion berfungsi sebagai ‘katup
pengaman’ untuk membantu mencegah konsekuensi yang lebih serius,
yaitu heat stroke.
- Heat Stroke
Merupakan situasi yang sangat berbahaya, timbul akibat rusak
totalnya mekanisme termoregulasi hipotalamus. Heat exhaustion dapat
menjadi heat stroke apabila mekanisme pengeluaran panas terus dipacu
secara berlebihan. Gambaran paling mencolok adalah tidak adanya
tindakan kompensasi untuk mengurangi panas (seperti berkeringat)
dalam menghadapi peningkatan suhu tubuh yang cepat. Selama
pembentukan heat stroke, suhu tubuh mulai meningkat karena
mekanisme pengeluaran panas pada akhirnya dikalahkan oleh
penambahan panas yang terus menerus dan berlebihan. Setelah suhu
inti mencapai sautu titik ketika pusat kontrol suhu hipotalamus rusak
akibat panas, suhu tubuh meningkat lebih tinggi. Hal tersebut
13
menyebabkan metabolisme meningkat (karena suhu tubuh yang tinggi
meningkatkan metabolisme).
E. METODE PEMERIKSAAN
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah peroral dan peraxiler.
Cara peroral merupakan salah satu cara mengukur suhu tubuh dengan
menaruh thermometer di dalam mulut, tepatnya di bagian bawah lidah.
Sedangkan cara peraxiler dengan meletakkan thermometer di bawah
ketiak. Pengukuran yang dilakukan dengan cara peraxiler menunjukkan
suhu yang lebih rendah dari pengukuran dengan cara peroral sekitar
0,5oC.
Jenis Pengukuran Suhu Tubuh :
pengukuran suhu tubuh, terdapat empat (4) macam cara, yaitu :
1. Peroral (sublingual), yaitu mengukur suhu melalui
oral(mulut).
Keuntungan:
Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan perubahan
posisi.
Memberi pembacaan suhu permukaan yang akurat.
Nyaman bagi klien.
Kerugian:
Tidak boleh dilakukan pada klien
yang bernapas lewat mulut.
Tidak boleh dilakukan pada klien
yang mengalami bedah oral,
trauma oral, riwayat epilepsi, atau
gemetar akibat kedinginan.
Tidak boleh dilakukan pada bayi,
anak kecil, anak yang sedang
menangis atau klien konfusi, tidak
sadar atau tidak kooperatif.
Risiko terpapar cairan tubuh.
2. Peraxila, yaitu mengukur suhu melalui axila 14
Keuntungan:
Aman dan non-invasif
Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dank lien yang
tidak kooperatif.
Kerugian:
Waktu pengukuran lama
Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi
klien
3. Perrektal, yaitu mengukur suhu melalui rectum.
Keuntungan :
Terbukti lebih dapat diandalkan bila
suhu oral tidak dapat
diperoleh Menunjukkan suhu inti
Kerugian:
Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah
rektal, kelainan rektal, nyeri pada area rektal, atau
cenderung perdarahan.
Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber
rasa malu dan ansietas klien.
Risiko terpajan cairan tubuh
Memerlukan lubrikasi
Dikontradiksikan pada bayi baru lahir.
4. Peroftal, yaitu mengukur suhu melalui telinga(jarang dipakai).
Keuntungan:
tempat mudah dicapai.
perubahan posisi yang dibutuhkan minimal.
memberi pembacaan inti yang akurat.
waktu pengukuran sangat cepat (2-5 detik).
dapat dilakukan tanpa membangunkan atau mengganggu
klien.
Kerugian:
Alat bantu dengar harus dikeluarkan sebelum
15
pengukuran.
Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalah
bedah telinga atau membrane timpani.
Membutuhkan pembungkus probe sekali pakai.
Impaksi serumen dan otitis media dapat
mengganggu pengukuran suhu.
Keakuratan pengukuran pada bayi baru lahir dan
anak-anak dibawah 3
tahun masih diragukan. Keempat macam cara
ini dapat digunakan
salah satunya saja. Karena pada dasarnya
memiliki tujuan yang sama.
Namun, itu tergantung jenis bagian suhu mana
yang ingin kita ketahui.
Cara Mengukur Suhu Tubuh Anak
Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal. Namun,
mengukur suhu oral bisa akurat bila dilakukan pada anak di atas 4-5
tahun, atau suhu telinga pada anak di atas 6 bulan. Mengukur suhu
ketiak adalah yang paling kurang akurat, namun dapat berguna saat
dilakukan pada anak kurang dari 3 bulan. Bila suhu ketiak lebih dari
37.2ºC, maka suhu rektal harus diukur. Di sisi lain, tidaklah akurat bila
mengukur suhu tubuh dengan merasakan kulit anak. Hal ini disebut
suhu taktil (sentuhan) karena bersifat subyektif, yaitu pengukuran
sangat dipengaruhi oleh suhu orang yang merasakan kulit si anak.
Berikut cara mengukur suhu anak:
- Suhu rektal
anak dibaringkan di pangkuan pemeriksa dengan perut
sebagai dasarnya, sebelumnya oleskan sedikit krim atau jely
pelumas (misal: Vaseline) pada ujung termometer, masukkan
termometer dengan hati-hati ke dubur anak sampai ujung perak
termometer tidak terlihat (0,5-1,25 cm di dalam dubur), tahan
termometer pada tempatnya. Tahan selama 2 menit untuk
16
termometer raksa atau kurang dari 1 menit untuk digital.
- Suhu oral
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah jangan mengukur
suhu pada mulut anak bila anak makan atau minum yang panas atau
dingin dalam 30 menit terakhir. Sebelumnya bersihkan termometer
dengan air dingin dan sabun kemudian bilas dengan air sampai
bersih. Tempatkan ujung termometer di bawah lidah ke arah
belakang. Minta anak untuk menahan termometer dengan bibirnya.
Upayakan bibirnya menahan termometer selama kira-kira 3 menit
untuk termometer raksa atau kurang dari 1 menit untuk digital.
- Suhu ketiak:
tempatkan ujung termometer di ketiak anak yang kering
kemudian Tahan termometer dengan mengempitnya antara siku
dengan dada selama 4-5 menit.
- Suhu telinga
Hal-hal yang perlu diperhatikan bahwa termometer telinga tidak
digunakan untuk anak di bawah 6 bulan. Bila anak baru dari luar rumah
di mana cuaca sedang dingin, tunggu 15 menit sebelum mengukur suhu
telinga. Infeksi telinga tidak mempengaruhi akurasi suhu telinga.
Caranya, ibu harus menarik telinga ke arah luar-belakang sebelum
memasukkan termometer kemudian tahan alat di telinga anak selama
kira-kira 2 detik (Anonim. 2010).
F. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan:
a. Dua buah termometer air raksa
b. Air es
c. Kapas
d. kapas
e. Alkohol 70%
f. Termometer kamar
G. CARA KERJA
17
1. Probandus tidur terlentang dengan badan bagian atas terbuka. Fossa
axilaris dikeringkan lebih dahulu dengan handuk supaya keringat
tidak membasahi termometer.
2. Termometer klinis dimasukkan ke dalam fossa axilaris dan sebelum
termometer dipakai perhatikan, apakah air raksa dalam termometer
sudah turun sampai 35 oC.
3. Lengan atas di adduksi pada toraks dengan demikian terjadi di sekitar
tempat air raksa suatu ruangan yang tertutup, beberapa saat kemudian
suhu mendekati suhu darah. Disebabkan oleh karena panas darah
diteruskan dengan lambat melalui kulit pada termometer.
4. Termometer diabaikan selama 10menit didalam fossa axilaris
kemudian dibaca
F. Air raksa dalam termometer diturunkan dan thermometer dibersihkan
dengan alkohol.
G. Termometer dimasukkan ke dalam mulut sehingga ujung thermometer
terletak di bawah lidah.
H. Mulut ditutup rapat biarkan 10menit di dalam mulut. Ambil termometer
dari mulut kemudian baca .
I. Sekarang probandus bernafas dengan tenang melalui mulut terbuka
setelah air raksa diturunkan maka letakkanlah thermometer di bawah
lidah. Berapakah temperature setelah 5 menit berapakah temperatur
setelah 10 menit tanpa menurunkan air raksa lebih dahulu .
J. Sekarang berkumur air es kemudian termperatur di pasang lagi seperti
percobaan sesudah air raksa diturunkan lebih dahulu. Pembacan
dilakukan pada seperti percobaan di atas.
K. Percobaan no 1-4 diulangi dengan probandus yng berbeda
L. Amati hasil perubahan suhu tersebut dan jelaskan mengapa terjadi
perubahan suhu perbedaan suhu tersebut
18
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Nama Axilla Oral Sublingual dengan variasi
bernafas dengan mulut
terbuka
Oral
menggunakan
air es
5 menit 5 menit Menurunka
n air raksa
( 2,5 menit )
Tanpa
menurunkan
air raksa
( 5 menit )
5 menit
Gugah 36,60C 36,60C 35,60C 35,60C 36,60C
Roy 370C 37,20C 36,90C 36,90C 35,80C
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh data bahwa pengukuran
suhu yang paling mendekati akurat adalah pengukuran suhu yang
dilakukan oleh roy karena sesuai data yang di bawah ini:
USIA SUHU(DERAJAT CELCIUS)
3 Bulan 37,5°C
6 Bulan 37,5°C
1 Tahun 37,7°C
3 Tahun 37,2°C
5 Tahun 37,0°C
7 Tahun 36,8°C
9 Tahun 36,7°C
11 Tahun 36,7°C
13 Tahun 36,6°C
Dewasa 36,4°C
>70 Tahun 36,0°C
19
Akan tetapi pengukuran suhu yang dilakukan oleh gugah tidak sesuai
pada saat perlakuan oral menggunakan air es seharusnya suhu turun
sedangkan data yang di peroleh menunjukan adanya kenaikan suhu.
Adapun hal tersebut terjadi karena beberapa factor diantaranya : cara
penggunaan thermometer belum tepat, thermometer belum terlalu
kering setelah di bersihkan dengan air raksa, thermometer tidak
langsung di masukakkan ke mulut setelah kumur kumur dengan air es
sehingga suhu kembali naik.
Demikian halnya saat pengukuran suhu di bawah lidah yang telah
dikondisikan dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi karena dalam
mulut, memiliki banyak pembuluh darah dan jarang terpapar suhu
udara luar di bandingkan di ketiak. Selain itu, terdapat pula faktor-
faktor yang mempengaruhi termoregulasi, yaitu :
Selain itu, terdapat pula faktor-faktor yang mempengaruhi
termoregulasi, yaitu :
a. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang
hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang
suhunya berfluktuasi dengan cepat. Suhu tubuh bayi dapat
berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan. Bayi
baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui
kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk
mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari ingkungan yang
ektrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 oC sampai 39,5 oC. Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan
bayi memasuki anak-anak. Perbedaan secara individu 0,25 oC
sampai 0,55 oC adalah normal.
20
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan
peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis
olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya
meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari
jaak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai
41 oC.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh
yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama
siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama
siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh
beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah
berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi
pada wanita menopause. Wanita yang sudah berhenti mentruasi
dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak, 30
detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang
tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 oC sampai 1 oC
selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama
stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya antara
pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik,
sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini
hari. Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang
yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu
1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama
suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan,
puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia.
21
e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut
meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit
atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari
normal
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji
dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu
meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan
suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa baju
hangat, suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran yang
efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia
paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme
suhu mereka kurang efisien.
Penggunaan aspirin dan paracetamol
Aspirin adalah asam organik lemah yang unik diantara obat-obat AINS
dalam asetilasi dan juga inaktivasi siklo-oksigenese ireversibel. AINS lain
termasuk salisilat semuanya menghambat siklo-oksigenase irreversible. Secara
teori, penghambat COX-2 selektif mungkin menguntungkan karena dapat
membatasi jaringan inflamasi. Aspirin cepat dideasetilasi oleh esterase dalam
tubuh, menghasilkan salisilat, yang mempunyai efek anti - inflamasi, anti-piretik
dan anlgesik. Suatu derivate diflurofenil assam salisilat, tidak dimetabolisme
menjadi salisilat dan karena itu menyebakan intoksikasi salisilat (Meycek,
2001).
Penggunaan lain aspirin digunakan untuk mencegah thrombus koroner
dan thrombus vena-dalam berdasarkan efek penghambat agregasi trombosit.
Laporan menunjukkan bahwa dosis aspirin kecil (325 mg/hari) yang diminum
tiap hari dapat mengurangi incident infark miokard akut, dan kematian pada
penderita angina tidak stabil (Tjay, 1978)..
22
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase secara berbeda (Wilmana, 1995). Parasetamol menghambat
siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan
parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat
pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada
siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986). Inilah yang menyebabkan parasetamol
hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang.
Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung
prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. (Wilmana, 1995).
Parasetamol dapat menghambat biosintesis prostaglandin
apabila lingkungannya mempunyai kadar peroksida yang rendah seperti di
hipotalamus, sehingga parasetamol mempunyai efek anti-inflamasi yang rendah
karena lokasi peradangan biasanya mengandung banyak peroksida yang
dihasilkan oleh leukosit(Ian Tanu,1972).
Selain itu, efek samping lain diantaranya adalah ulkus lambung dan
perdarahan saluran cerna, hal ini disebabkan oleh adanya iritasi akibat hambatan
biosintesis prostaglandin PGE2 dan prostacyclin. PGE2 dan PGI2 banyak
ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi untuk menghambat sekresi asam
lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektan
(IanTanu,1972). \
C. APLIKASI KLINIS
Aplikasi Klinis
1. Sistem Imun
Sistem imun kita terdiri dari rangkaian sel, protein, jaringan otot, dan
organ-organ tertentu. Sel yang terlibat dalam sistem imun manusia adalah lekosit
(sel darah putih) yang diproduksi dan disimpan di berbagai lokasi di tubuh,
seperti thymus, limpa, dan sumsum tulang. Dari lokasi-lokasi tersebut, lekosit
23
menyebar ke seluruh organ tubuh melalui pembuluh limpatik dan pembuluh
darah. Dengan demikian, sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara
terkoordinasi dalam mengawasi pertahanan tubuh kita.
Ada dua jenis lekosit, yakni fagosit dan limposit. Fagosit adalah sel-sel
yang menghancurkan organisme pengganggu, sementara limfosit adalah sel-sel
yang mengingat dan mengenali para pengganggu sebelumnya dan kemudian
membantu tubuh untuk menghancurkan mereka. Rangkaian sel, protein, jaringan
otot, dan organ-organ tertentu itu adalah bagian dari sistem imun yang
melindungi manusia dalam serangkaian proses yang dinamai respon imun.
Karena ada respon imun, maka sistem imun kita dapat menyerang para
pengganggu penyebab berbagai penyakit tersebut.
Sistem respon itu dimulai ketika suatu antigen (substansi asing yang
menyerang tubuh) memasuki tubuh. Tubuh kemudian mengenali dan merespon
antigen tersebut dengan cara memicu produksi antibodi (protein khusus yang
diarahkan untuk antigen tertentu juga).
Bila sudah diproduksi, antibodi itu akan bertahan di dalam tubuh dan
bersiaga untuk menghalau antigen yang telah dikenali sebelumnya.Sehingga,
bila seseorang sudah pernah terkena suatu penyakit tertentu, misalnya cacar air,
biasanya ia tidak akan terkena penyakit yang sama untuk kedua kalinya. Konsep
itulah yang mendasari cara kerja imunisasi. Vaksin imunisasi memperkenalkan
tubuh terhadap antigen tertentu. Antigen itu diformulasikan sedemikian rupa
untuk tidak membuat tubuh sakit, melainkan memicu tubuh untuk memproduksi
antibodi yang akan melindungi tubuh dari serangan antigen tersebut. Dengan
demikian, antibodi itu diharapkan akan melindungi tubuh dari serangan antigen
sejenis di masa depan.
Walau antibodi mampu mengenali antigen dan menempatkannya sebagai
sasaran, antibodi tidak dapat menghancurkannya tanpa bantuan. Disinilah sel-T
menunjukkan kemampuannya sehingga lumrah bila sel-T dikenal dengan nama
"sel pembunuh".Selain mengenali dan menargetkan antigen, antibodi juga dapat
menetralkan racun yang diproduksi oleh berbagai organisme. Pun, antibodi
punya wewenang untuk mengaktivasi "komplemen", satu kelompok protein
24
yang merupakan bagian dari system imun dan berfungsi membantu membunuh
bakteri, virus, atau sel yang terinfeksi.
Semua bagian sistem imun itu bekerja melindungi tubuh kita dari
berbagai penyakit. Perlindungan itu dinamai imunitas. Namun, imunitas setiap
orang berbeda. Ada yang terlihat selalu sehat, ada yang mudah sakit. Seiring
pertambahan usia, antibodi kita pun mengenal semakin banyak antigen. Itulah
sebabnya orang dewasa cenderung lebih jarang sakit dibandingkan anak-anak.
Perbedaan itu bisa terletak pada salah satu dari tiga jenis imunitas yang pada
dasarnya dimiliki oleh setiap orang. Pertama, imunitas natural ada di dalam
tubuh kita sejak kita lahir. Imunitas ini membuat tubuh kita terlindung dari
kuman-kuman yang dapat menyerang makhluk lain. Oleh sebab itu, virus yang
menyebabkan leukemia pada kucing tidak berpengaruh apa pun pada manusia.
Demikian juga sebaliknya.
Virus flu burung dan flu babi yang menyerang manusia adalah varian
virus yang sudah bermutasi sehingga dapat menembus imunitas kita. Memang
ditulari oleh hewan, namun masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk mutan
baru. Jenis kedua, yakni imunitas adaptif, adalah imunitas yang berkembang
seumur hidup kita karena tubuh kita terkena serangan penyakit atau mendapat
vaksinasi. Imunitas pasif adalah jenis yang ketiga. Dinamai pasif karena
"dipinjam" dari sumber lain dan bertahan untuk waktu singkat. Misalnya ASI.
Melalui ASI, seorang Ibu memberikan antibodinya kepada si bayi sehingga
memberikan imunitas sementara terhadap antigen-antigen yang telah dikenali
oleh antibodi tersebut saat masih berada di dalam tubuh sang ibu. Antibodi itu
akan melindungi si bayi di masa-masa awal pertumbuhannya. Namun, seperti
payung yang terkadang tak dapat melindungi seluruh tubuh kita dari terpaan
hujan, imunitas pun tak selalu berhasil menjalankan tugasnya. Inilah penyebab
mengapa kita menjadi sakit atau terinfeksi. Biasanya hal tersebut disebabkan
oleh berbagai masalah. Ada empat kategori penyebab masalah pada sistem imun
manusia, yakni gangguan immunodefisiensi, autoimun, alergi, atau kanker pada
bagian tertentu di sistem imun (Anonim, 2012).
1. Demam
25
Bila suhu tubuh naik lebih satu derajat dari suhu normal dan
menimbulkan ketidaknyamanan , kita menyebut hal ini sebagai demam. Secara
awal demam dapat diketahui dari perasaan lebih panas pada perabaan di kepala,
leher dan tubuh. Pengukuran lebih akurat dilakukan dalam keadaan istirahat
dengan thermometer pengukur suhu tubuh. Seseorang dapat dikatakan demam
bila suhu tubuhnya di atas 38 derajat celcius. Penderita demam sering menggigil
dan merasa kedinginan bila suhu tubuh naik beberapa derajat secara mendadak.
Pada dasarnya demam adalah alarm tubuh yang diberikan sang pencipta
kepada kita, yang memberitahukan bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak beres
dalam tubuh. Demam. memang gejala yang dapat berdiri sendiri atau bagian dari
kumpulan gejala suatu penyakit. Karena itu segeralah mencari tahu faktor apa
yang menyebabkan demam itu. Dokter biasanya akan mencari gejala lain untuk
menetapkan penyebab demam tersebut. Misalnya bila demam disertai mual dan
muntah, berarti ada gangguan didaerah pencernaan. Atau demam yang disertai
batuk berlendir maka gangguan adalah pada saluran pernafasan. Pada bayi dan
anak-anak, infeksi virus dan bakteri merupakan penyebab utama demam. Naik
turunnya suhu tubuh kita diatur oleh thermostat pengatur suhu yang berada di
otak kita (hipotalamus). Pusat pengaturan suhu tubuh itu mematok suhu badan
kita di satu titik yang disebut set point. Dimanapun kita berada, apakah di gurun
pasir yang terik atau di kutub utara yang dingin suhu tubuh manusia sehat tetap
dijaga sekitar 37 derajat Celcius. Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan
informasi dari ujung saraf dan suhu darah yang beredar di tubuh. Di udara
dingin hipotalamus akan membuat program agar tubuh tidak kedinginan, dengan
menaikkan set point alias menaikkan suhu tubuh. Caranya dengan mengerutkan
pembuluh darah, sehingga badan menggigil dan tampak pucat.Sedangkan di
udara panas, hipotalamus tentu saja harus menurunkan suhu tubuh untuk
mencegah heatstroke. Caranya dengan mengeluarkan panas melalui penguapan.
Pembuluh darah melebar, pernapasan pun menjadi lebih cepat. Makanya, pada
saat kepanasan, selain berkeringat, kulit kita juga tampak kemerahan.
Demam bisa muncul akibat infeksi yang terjadi setelah invasi bakteri
atau virus ke dalam tubuh kita. Ketika kuman menyerang, tubuh berusaha
26
mengatasi invasi itu dengan mengerahkan sistem pertahanan tubuh (perangkat
daya tahan tubuh). Pada kondisi ini semua perangkat daya tahan tubuh
meningkatkan aktifitasnya untuk menghancurkan kuman penyebab infeksi.
Hypotalamus yang terdapat di otak segera memerintahkan peningkatkan suhu
tubuh. Boleh jadi temperature yang tinggi sengaja diciptakan untuk lebih mudah
mengenyahkan virus mengingat virus memang tidak tahan hidup pada suhu
tinggi (Kimin, 2011).
2. Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan
suhu inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya
pembengkakan di seluruhtubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex
tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut
hipotermia berat bila suhu tubuh < 32°C. Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low readingtermometer)
sampai 25°C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakanawal
penyakit yang berakhir dengan kematian.Beberapa jenis hipotermia, yaitu:
Accidental hypothermia, terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35°C>.
Primary accidental hypothermia, merupakan hasil dari paparan langsung
terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik
(seluruh tubuh) yang serius. Kebanyakan terjadinya sih di usim dingin (salju)
dan iklim dingin.
Penyebab Hipotermi, yaitu:
1. Yang utama, ada kontak dengan lingkungan yang dingin.
2. Adanya gangguan atau penyakit yang diderita.
3. Penggunaan obat-obatan (alkohol, barbiturate, phenothiazine, insulin,
steroid, β-blocker.
4.Sepsis, hipotiroid, radang pancreas.
27
Gejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia
Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36°C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 32°C -<36°C).
Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar
biasa.Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik
menjadi lamban.
Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan
hebat.Selain itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali
kehilangan panas tubuhnya (“faktor wind cill”). Jadi kalau badan basah kuyub
kehujanan dan angin bertiup kencang, maka potensi hipotermia menjadi
“paradoxical feeling of warmt” akan semakin cepat terjadi.
Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa kedinginan, tapi
diamalah merasa kepanasan (dalam bukunya Norman Edwin disebut
“paradoxical feeling of warmt”). Oleh karena itu si korban akan melepas
bajunya satu per satu dan tetap masih merasa kepanasan.
Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, oleh karena itu sang
korban tidak merasa kalau dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban
tidak bisa menahan kedinginan sampai merasa kepanasan di tengah udara yang
terasa membekukan, korban biasanya tidak sadar kalau dia telah terserang
hipotermia.
Dalam kasus penderita hipotermia yang sampai pada taraf “paradoxical feeling
of warmt” selain merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. Akan tetapi,
dalam banyak hal lainnya, halusinasi juga telah terjadi walau si korban tidak
sampai mengalami“paradoxical feeling of warmt”. Yang jelas, ketika si korban
hipotermia sudah kehilangan “kesadaran”, maka dia akan mudah terkena
halusinasi. Dan faktor halusinasi ini yg sangat berbahaya karena korban akan
“melihat bermacam-macam hal” dan diaakan mengejar apa yg dilihatnya itu
tanpa menghiraukan apa-apa yang ada di hadapannya.Jadi tidaklah
28
mengherankan kalau banyak korban hipotermia ditemukan jatuh ke jurang telah
meninggal dunia.
Tindakan-tindakan Pencegahan Penyakit Hipotermia:
Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak
terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan tersandung-sandung. Pikiran menjadi
kacau,bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat
dingin bila disentuh, nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun
menjadi lamban,seringkali menjadi kram bahkan akhirnya pingsan. Untuk
membantu penderita sebaiknya jangan cepat-cepat menghangatkan korban
dengan botol berisikan air panas atau membaringkan di dekat api atau pemanas.
Jangan menggosok-gosok tubuh penderita. Jika korban pingsan, baringkan dia
dalam posisi miring. Periksa saluran pernafasan, pernafasan dan denyut nadi.
Mulailah pernafasan buatan dari mulut dan menekan dada.
Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian
kering yang hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan
bahan tahan angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih
lanjut. Panas tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang
melepas pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita
sadar, berikan minuman hangat jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah
cari bantuan medis (Anonim, 2005)
3. Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan
Hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan
penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal
(metabolik).Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat
dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering
serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang
disebabkan oleh panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik
yang berat. Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan
ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam ruangan yang
udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.
29
Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :
Suhu tubuh bayi > 37,5 °C
Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
Klinis
Sengatan panas memiliki ciri khas di mana suhu tubuh inti lebih dari
40,6 derajat celcius disertai disfungsi sistem saraf pusat yang berat (psikosis,
delirium, koma) dananhidrosis (kulit yang panas dan kering). Manifestasi dini,
disebut kelelahan panas (heat exhaustion), tidak khas dan terdiri dari rasa
pusing, kelemahan, sensasi panas,anoreksia,mual, muntah, sakit kepala dan
sesak napas. Komplikasi serangan panas mencakup gagal jantung kongestif dan
aritmia jantung,edema serebral dan kejang serta defisit neurologis difus dan
fokal, nekrosis hepatoseluler dan syok.
Terapi
Kunci mengatasi hipertermia adalah pendinginan. Hal ini dimulai segera
dilapangan dan suhu tubuh inti harus diturunkan mencapai 39°Celsius dalam
jam pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling menentukan hasil akhir.
Berendam dalam es lebih baik dari pada menggunakan alkohol maupun kipas
angin. Komplikasi membutuhkan perawatan di ruang intensif.
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di sekitar 37°C
oleh pusat pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu
tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi
tubuh dari metabolisme dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru
sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran normal. Walaupun
demikian, suhu tubuh kita memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi
pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya. Demam merupakan suatu
keadaan dimana terdapat peningkatan suhu tubuh yang disebabkan kenaikan set
point di pusat pengatur suhu di otak. Hal ini serupa dengan pengaturan set point
30
(derajat celsius) pada remote AC yang bilamana set point nya dinaikkan maka
temperatur ruangan akan menjadi lebih hangat. Suatu nilai suhu tubuh dikatakan
demam jika melebihi 37,2 „C pada pengukuran di pagi hari dan atau melebihi
37,7'C pada pengukuran di sore hari dengan menggunakan termometer mulut.
Termometer ketiak akan memberikan hasil nilai pengukuran suhu yang lebih
rendah sekitar 0.5'C jika dibandingkan dengan termometer mulut sehingga jenis
termometer yang digunakan berpengaruh dalam pengukuran suhu secara tepat.
Sebagian besar kasus demam memang disebabkan oleh berbagai
penyakit infeksi dan peradangan sehingga gejala demam seringkali diidentikkan
dengan adanya infeksi dalamtubuh. Namun sebenarnya ada banyak proses
lainnya selain infeksi yang dapat menimbulkan gejala demam antara lain alergi,
penyakit autoimun, kelainan darah dan keganasan. Berbagai proses tersebut akan
memicu pelepasan pirogen, yaitu mediator penyebab demam, ke dalam
peredaran darah yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat tertentu yang
bernama prostaglandin sehingga akan menaikkan set point di pusat pengaturan
suhu di otak. Pelepasan prostaglandin tersebut yang merupakan dalang dari
timbulnya berbagai gejala yang sering menyertai demam yaitu badan meriang,
pegal-linu dan sakit kepala.Set point di pusat pengatur suhu di otak yang tiba-
tiba naik tersebut akan membuat tubuh merasa bahwa suhu badan berada
dibawah nilai normal akibatnya pembuluh darah akan menyempit untuk
mencegah kehilangan panas badan dan tubuh akan mulai menggigil untuk
menaikkan suhu tubuh. Jadi menggigil dapat dikatakan suatu tahapan awal dari
kenaikan suhu tubuh dalam proses demam. Dengan demikian, gejala menggigil,
demam,sakit kepala, dan badan pegal-linu merupakan satu paket gejala yang
disebabkan oleh proses yang sejalan.
Selain itu terdapat pula kondisi demam lainnya namun yang tidak
disebabkan oleh kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak, yaitu dikenal
sebagai hipertermia. Pada hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi
yang disebabkan oleh peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga
terjadi kegagalan mekanisme pelepasan panas.
31
Hipertermia antara lain dijumpai pada heat stroke (tersengat panasnya
udara lingkungan), aktivitas fisik yang berlebihan pada cuaca panas serta
dikarenakan efek dari beberapa jenis obat-obatan seperti ekstasi.
Terapi hipertermia (disebut juga termoterapi, selanjutnya kita sebut
hipertermia saja) adalah pengobatan kanker dengan cara memanaskan jaringan
tubuh sampai mencapai 44°bahkan 45°C. Riset membuktikan bahwa suhu yang
tinggi dapat menghancurkan danmembunuh sel kanker, dengan kerusakan
minimal pada jaringan normal. Dengan merusak protein maupun struktur sel,
hipertermia dapat membunuh sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.
Biasanya hipertermia digunakan bersamaan dengan terapi lain, misalnya
radioterapi, kemoterapi, atau imunoterapi, karena hipertermia dapat membuat
sel kanker lebih sensitif, bahkan dapat langsung menghancurkan sel-sel kanker
yang tidak dapatdihancurkan oleh radiasi.
Efek Samping Hipertermia
Terapi hipertermia pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan
jaringan normal/sehat jika suhunya tidak melebihi 43,8°C. Tetapi perbedaan
karakter jaringan dapat menimbulkan perbedaan suhu atau efek samping pada
jaringan tubuh yang berbeda-beda. Yang sering terjadi adalah rasa panas (seperti
terbakar), bengkak berisi cairan, tidak nyaman, bahkan sakit. Teknik perfusi
dapat menyebabkan pembengkakan jaringan, penggumpalan darah,perdarahan,
atau gangguan lain di area yang diterapi. Tetapi efek samping ini bersifat
sementara. Sedang whole body hyperthermia dapat menimbulkan efek samping
yang lebih serius tetapi jarang terjadi seperti kelainan jantung dan pembuluh
darah. Kadang efek samping yang muncul malah diare, mual, atau muntah
(Kartika, 2009)
32
BAB III
KESIMPULAN
1. Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya termoregulasi yaitu : usia,
olahraga, kadar hormon, irama sirkadian, stres, lingkungan.
3. Dalam melakukan sebuah tindakan pemeriksaan suhu diperlukan ketepatan dan
dalam pemilihan alat seperti termometer pada saat mengukur suhu harus sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Sistem Imun Manusia.
http://www.hdindonesia.com/info-medis/sistem- imun-manusia. Diakses
tanggal 29 November 2015
Anonim. 2010. Pengaturan Suhu Tubuh. http://www.staff.ui.ac.id/thermoregulation.
Diakses pada tanggal 29 November 2015
Champbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Alih Bahasa:
Wamen Manalu. Jakarta: Erlangga.
Curtis, Rick (1995), Outdoor Action Guide to Hypothermia and Cold weather
Injuries, Outdoor Action Program, The University of Princeton, Princeton.
Diphalma, J. R., Digregorio, G. J. 1986. Basic Pharmacology in Medicine. 3th ed.
New York: Mcgraw-hill Publishing Company.
Decker, Wyatt W., et al (2003), Hypothermia and Other Cold-Related Emergencies,
dalam Emergency Medicine Practice, ed. Abella, B., Frost, Held, the
University of Chicago, Chicago
Ed. Setiawan, Irawati. Jakarta: Penerbit EGC
Elsevier, Inc: PennsylvaniaJohn R Cameron & James G. Skofronick. 1978. Medical
Physics 2nd Edition. John Wily &Son Inc., New York.
Ganong, William F, (2005), Review of Medical Physiology, twenty 2nd edition, Jack
and Deloris Lange Professor Physiology Emeritus, University of California: San
Francisco
Guyton, Arthur C. 2006. Textbook of Medical Physiology, 11thed.
Guyton, Arthur C, dan John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
34
https://www.academia.edu/9783268/makalah_biofisika . Diakses pada tanggal 29
November 2015
https://sutisnadoank.wordpress.com/2012/12/26/pengukuran-suhu-tubuh/ . Diakses
pada tanggal 29 November 2015
https://www.academia.edu/8345112/pusat_termoregulasi_di_hypotalamus . Diakses
pada tanggal 29 November 2015
https://raldorasuh.wordpress.com/2013/02/21/termoregulasi/ . Diakses pada tanggal
29 November 2015
http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=33&It
emid=9. Diakses tanggal 29 November 2015
Ian Tanu. 1976. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kimin, Azril. 2011. Sekilas Lintas Tentang Demam.
Sherwood, L. 1996.Fisiologi Manusia; dari sel ke system edition 2.Alih bahasa
Brahm U Pendit. Jakarta: EGC .
Sunaryo, Wilmana. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit
FK
UI.
O’Connel, James., et al. 2011. Accidental Hypothermia & Frostbite: Cold – Related
Conditions, The Health Care of Homeless Persons, Part II, pp. 189 – 197.
Sherwood, Lauralee, 2006, Buku Ajar Fisiologi Manusia, Eds. Santoso, Blatricia I.,
Jakarta: Penerbit EGC.
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat – Obat Penting.PT Elex Media Komputindo :
Jakarta.
35